BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah pengertian akad?
2. Bagaimanakah rukun-rukun akad?
3. Bagaimanakah syarat-syarat akad?
4. Bagaimanakah macam-macam akad?
2
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan pada makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian akad.
2. Untuk mengetahui rukun-rukun akad.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat akad.
4. Untuk mengetahui macam-macam akad.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad
Kata akad berasal bahasa Arab al-‘aqd yang berarti perikatan, perjanjian,
persetujuan dan permufakatan. Kata ini juga bisa diartikan tali yang mengikat
karena akan adanya ikatan antara orang yang berakad. Dalam kitab fiqih sunnah,
ْ االتَِف
ُُ ْالرب ) dan kesepakatan ( اق
kata akad diartikan dengan hubungan ( ط
ّ
ِ ).
ٍ اح َد
ت ِتو ٍ ِ ِ َّصالَ َفي ِ مَجْح طَريَف حبلَ ِ وي ُش ُّد َأح ُدمُه ا بِاألخ ِرحىَّت يت
َ صبحاَ َكقطْ َع
ُْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ نْي
“Mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat salah satunya dengan yang lain
sehingga bersambung, kemudian keduanya menjadi sebagai sepotong benda.”
2. Sambungan
ِ الثر ٍ ِ
اض ْى ََ تُ ِقب ْو ٍل َعلَى َو ْجه َم ْش ُر ٍع يُثْبِ ِ
ُ ْإرتبَا ُط ِإل جْيَاب ب
4
“Perikatan ijab dan qabul yang dibenarkan syara’ yang menetapkan keridhaan
kedua belah pihak.”
ِ اآلرتِب
اط احْلُ ْك ِم ِّي ِ ِ
ِ َ ِاب وال َقبو ِل ِإ َّد َعاي َقوم م َقا مهما مح ذل
َْ ك َ َ ََُ َ ُ ْ َ ْ ُ َ َجَمْ ُم ْوعُ اجْي
"Berkumpulnya persyaratan serah terima atau sesuatu yang menunjukkan adanya
serah terima yang disertai dengan kekuatan hukum.”
B. Rukun-Rukun Akad
Rukun-Rukun Akad sebagai berikut:
1. ‘Aqid, adalah orang yang berakad (subjek akad); terkadang masing-
masing pihak terdiri dari salah satu orang, terkadang terdiri dari
beberapa orang. Misalnya, penjual dan pembeli beras di pasar
biasanya masing-masing pihak satu orang; ahli waris sepakat untuk
memberikan sesuatu kepada pihak yang lain yang terdiri dari beberapa
orang.
2. Ma’qud ‘alaih, adalah benda-benda yang akan diakadkan (objek
akad), seperti benda-benda yang dijual dalam akad jual beli, dalam
akad hibah atau pemberian, gadai, dan utang. Ma’qud ‘Alaih harus
memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
1) Obyek transaksi harus ada ketika akad atau kontrak sedang
dilakukan.
2) Obyek transaksi harus berupa mal mutaqawwim (harta yang
diperbolehkan syara’ untuk ditransaksikan) dan dimiliki penuh
oleh pemiliknya.
3) Obyek transaksi bisa diserahterimakan saat terjadinya akad, atau
dimungkinkan dikemudian hari.
4) Adanya kejelasan tentang obyek transaksi.
5) Obyek transaksi harus suci, tidak terkena najis dan bukan barang
najis.
3. Maudhu’ al-‘aqd adalah tujuan atau maksud mengadakan akad.
Berbeda akad maka berbedalah tujuan pokok akad. Dalam akad jual
beli misalnya, tujuan pokoknya yaitu memindahkan barang dari
penjual kepada pembeli dengan di beri ganti.
6
4. Shighat al-‘aqd, yaitu ijab kabul. Ijab adalah ungkapan yang pertama
kali dilontarkan oleh salah satu dari pihak yang akan melakukan akad,
sedangkan kabul adalah peryataan pihak kedua untuk menerimanya.
Pengertian ijab kabul dalam pengalaman dewasa ini ialah bertukarnya
sesuatu dengan yang lain sehingga penjual dan pembeli dalam
membeli sesuatu terkadang tidak berhadapan atau ungkapan yang
menunjukan kesepakatan dua pihak yang melakukan akad, misalnya
yang berlangganan majalah, pembeli mengirim uang melalui pos
wesel dan pembeli menerima majalah tersebut dari kantor pos.4
C. Syarat-Syarat Akad
Syarat-Syarat Akad sebagai berikut:
1) Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli). Tidak sah
akad orang yang tidak cakap bertindak, seperti orang gila, orang yang
berada di pengampuan , dan karena boros.
2) Yang di jadikan objek akad dapat menerima hukumnya.
3) Akad itu diizinkan oleh syara’, dilakukan oleh orang yang mempunyai
hak melakukannya, walaupun dia bukan ‘aqid yang memiliki barang.
4) Janganlah akad itu akad yang dilarang oleh syara’ , seperti jual beli
mulasamah. Akad dapat memberikan faedah, sehingga tidaklah sah bila
rahn (gadai) dianggap sebagai imbalan amanah (kepercayaan).
5) Ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi kabul. Maka apabila
orang berijab menarik kembali ijabnya sebelum kabul maka batallah
ijabnya.
6) Ijab dan kabul mesti bersambung, sehingga bila seseorang yang berijab
telah berpisah sebelum adanya kabul, maka ijab tersebut menjadi batal.
D. Macam-Macam Akad
4
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta:Pustaka
Kencana:2010), hlm.51.
7
2) Ijarah
“Akad taufiqi dalam rupa jual beli atas dasar masing-masing pihak mempunyai
hak menarik kembali pada kedua-kedua iwadl itu (harga dan benda)”.
Aqad bai’ul wafa’ ini merupakan akad yang bercampur antara bai’dan
iarah. Padanya ada unsur-unsur bai’ dan juga padanya ada juga unsure iarah,
sedang hukum rahn lebih mempengaruhi akad itu. Akad ini mengandung arti jual
beli; karena musytari dengan selesainya akad, memiliki segala manfaat yang
dibeli itu. Dapat dipakai sendiri benda yang dibeli itu, dapat disewakan. Berbeda
dengan rahn. Rahn tidak boleh ditasharrufkan oleh si murtahin dengan sesuatu
tasharruf. Dan bai’ul wafa’ ini pula mengandung makna rahn, karena si musytari
tidak boleh membinasakan barang itu, tidak boleh memindahkan barang itu
kepada orang lain. Maka di suatu segi, kita katakan itu bai’, karena si musytari
boleh mengambil manfaat barang itu, boleh bertasharruf dengan sempurna, dari
segi yang lain kita katakana rahn; karena si musytari tidak boleh menjual barang
itu kepada orang lain.
Kemudian si musytari dalam bai’ul wafa’ ini harus mengembalikan barang
kepada si penjual, si penjual mengembalikan harga. Inilah yang dimaksudkan
dengan bai’ul wafa’. Dan si musytari dapaat mendesak si penjual mengembalikan
harga.
7) Al’ida
ٍ ص ُك ِّل ِمْن َها جِب ُْز ٍء ُم َعنَّي ِ ِ ِ ِإ ْفر ُازاحْلِص ِ ِئ ِ ىِف
ُ ص الشَّا َعة ْ الْم ْلك َو ْحتصْي َ ُ
“Mengasingkan (menentukan) bagian-bagian yang berkembang (yang
dimiliki bersama) dalam harta milik dan menentukan bagi masing-masing pemilik
dari bagian itu, bagian tertentu”.5
5
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah; ed. Revisi,
(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 82
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akad ialah pertalaian ijab (ungkapan tawaran disatu pihak yang
mengadakan kontrak) dengan kabul (ungkapan penerimaan oleh pihak lain) yang
memberikan pengaruh pada suatu kontrak.
B. Saran
Sebagai pemakalah kami menyadari bahwa penyusunan penulisan dam
penyampaian masih terdapat banyak kekurangan. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki penyusunan makalah
dimasa mendatang.
12
DAFTAR KEPUSTAKAAN
MAKALAH
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
SUSI
NIM: 141207978
Dosen Pebimbing:
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “AKAD”
dengan lancar, dalam pembuatan makalah ini.
Bersama ini pula kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak, selaku
dosen pengajar yang telah memberi penjelasan dan bimbingan sehingga kami
dapat menyelasaikan makalah tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah
ini banyak pihak yang terlibat baik secara langsung atau maupun tidak langsung,
sehingga pekerjaan yang sangat berat ini menjadi sedikit ringan, maka tidak
berlebihan apa bila pada kesempatan ini kami menghanturkan dan menyampaikan
rasa terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun. Sekian terima kasih.
Penyusun
i
15
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii