BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
guru PNS sebanyak 9 orang, guru tetap 1 orang, guru honor sebanyak 5
dari 3 ruang kelas yaitu kelas I, kelas II dan kelas III. Bangunan III
54
55
belajar, serta ikut kerja sama antara warga sekolah dengan masyarakat,
2. Siswa
belajar mengajar tidak akan bisa terjadi, begitu halnya dengan MIN
dimiliki yaitu:
Layaknya guru dan siswa, maka sarana dan prasarana juga menjadi
Bireun, maka sarana dan prasarana yang dimiliki antara lain yaitu:
itu terdapat dalam beberapa bentuk antara lain baku dari segi lafal, baku dari
segi ejaan, baku dari segi gramatika dan baku dari segi nasional. Menyikapi
dilakukan siswa kelas IV MIN 41 Bireuen dalam penulisan kata baku pada
salam bentuk lafal lisan pada gilirannya akan muncul pula dalam
bahasa tulis karena penulis terpengaruh dengan lafal bahasa lisan itu.
beberapa faktor lainnya, yaitu malas dan siswa yang belum bisa
Hal ini dikarenakan siswa yang tidak mau belajar dan tidak mau
malas, terdapat juga beberapa siswa yang masih belum bisa membaca,
Hal yang serupa juga dikuatkan oleh RN, siswi kelas IV yang
menyatakan bahwa:
menulis kata baku yaitu siswa belum mampu membaca dengan baik dan
belajar untuk terus menggunakan bahasa baku dan berusaha untuk tidak
kesalahan yang sama, namun bisa dimaklumi oleh setiap guru jika
Hasil yang sama juga peneliti dapatkan dari observasi kepada RN,
karangan.
belajar mengajar
61
bahwa:
“Saya tidak terlalu bisa tentang penulisan kata baku, karena saya
tidak suka menulis cerita. Saya suka bermain di kelas. Tetapi
sesekali saya mau belajar dan menulis karangan, kalau saya lagi
suka menulis. Saya malu menulis karena teman-teman bilang
tulisan saya jelek, saya juga tidak paham tentang kata baku
walaupun sudah diajarkan oleh guru, selain itu saya juga belum
bisa membaca dengan lancar dan sering mengeja terlebih dahulu
untuk bisa membaca.” (Hasil Wawancara M, 3 Oktober 2021).
bahwa anak tersebut malas dan tidak suka belajar, serta lebih suka
sehingga takut jika diejek teman, seperti dikatakan cakar ayam atau
sejenisnya.
saja suka menulis pada waktu-waktu tertentu ketika guru mengajak dia
62
untuk memulai menulis, dan ketika kawannya ikut melihat maka dia
diberikan oleh anak di atas termasuk dalam kategori anak yang rajin
dan pandai. Ia suka menulis dan membaca, bahkan juga aktif menulis di
bisa membaca sejak kelas 2 dan tidak perlu lagi mengeja saat membaca
cerita ataupun menulis karangan. Hal ini bisa saja karena kebiasaannya
menulis.
kendala dalam melafalkan ejaan itu disebabkan oleh faktor yang utama
ditulis oleh Rafka sudah bagus karena tulisannya sudah bisa dibaca.
64
Penulisan kata baku dalam karangan ini juga dapat terlihat karena
perhatian dari guru pengajar. Berikut adalah beberapa kata tidak baku
lain:
Tulisannya sudah rapi dan mudah di bawa. Pemisahan antar kata juga
sudah tepat. Akan tetapi masih terdapat beberapa kesalahan yaitu dalam
seperti “dita man” serta masih belum mampu dalam menulis kata
standar.
2015:113). Lafal yang tidak baku dalam lafal lisan pada gilirannya akan
muncul pula dalam bahasa tulis karena penulis terpengaruh dengan lafal
siswa masih belum memahami akan kata baku dengan tidak baku,
Kendala kedua itu kendala baku dari segi ejaan yaitu siswa belum
banyak kesalahan huruf atau huruf yang terbalik arahnya ketika di eja,
66
bahwa siswa sudah diajarkan tentang penulisan kata baku, baik saat
masa belajar semester ganjil yang masih awal sehingga masih tahap
sehingga terdapat siswa yang sudah mengerti dan juga belum mengerti
kata baku dari segi ejaan, hal ini terbukti dari kesalahan pada penulisan
kata-kata baku dari segi ejaan membuat karangan baik dari segi
67
bahwa:
Kami sudah diajarkan tentang kata baku oleh ibu guru, kami
diajarkan menggunakan kata baku saat menulis karangan, kami
juga diajarkan menulis kata baku saat menulis cerita. Menulis
kata baku itu mudah menurut saya, karena saya suka menulis
cerita waktu saya libur sekolah. Saya suka membaca, makanya
saya bisa membaca. (Hasil wawancara SM, 4 Oktober 2021).
menulis, hal ini terlihat dari cara dia yang sering menulis di bukunya.
secara maksimal oleh siswa. Oleh karena itu masih terdapat beberapa
siswa yang salah dan kurang memahami kata baku ketika guru meminta
masih kurang. Hal ini bisa disebabkan karena kurang motivasi dari
didikan anak, didikan orang tua. Ketiduran siswa dapat disebabkan oleh
mengantuk dan terhambat belajar. Di samping itu juga hal ini di dukung
pandai menulis. Hal ini terlihat jelas dari bentuk penulisan per-kata dan
bentuk huruf abjad yang digunakan dalam menulis tidak terlalu jelas,
69
masih banyak salah, dan penggunaan tanda baca yang tidak teratur.
belajar yang lebih giat, supaya mampu dan bisa menulis dengan baik
dan benar
bisa secara baik menulis huruf abjad. Jika dilihat lebih seksama,
karangan N sangat susah untuk dibaca karena bentuk huruf yang ditulis
sangat tidak rapi. Dari gambar di atas terlihat juga penulisan kata baku
lancar membaca sehingga dia tulisannya jelek dan tidak bisa dibaca
disingkat EYD, oleh karena itu, semua kata yang tidak ditulis
menurut kaidah yang diatur dalam EYD adalah kata tidak baku,
yang ditulis dalam bentuk EYD adalah kata yang baku, berikut
contoh kata ejaan tidak baku, yang sering kita jumpai dalam
huruf “e” seperti huruf ”g”, selain itu siswa juga seri melakukan
terjadi, dan hal tersebut sesuai dengan ungkapan ibu NL sebagai guru
Kelas 1V bahwa:
Ada beberapa siswa yang sudah memahami kata baku dari segi
gramatika, dan ada juga yang belum memahami, hal ini
disebabkan karena siswa tersebut belum bisa menulis ,dan
kesalahannya mungkin sering terjadi ada beberapa siswa yang
masih bisa belum membaca terlalu lancar tidak hanya itu sebagian
siswa berada di dalam lingkungan keluarga yang sering berbahasa
daerah, sehingga banyak bentuk bahasa indonesia berubah
menjadi adat kebiasaan di lingkungan anak tersebut contoh
misalnya ucapan karena sering di ungkapkan dengan kata-kata
“lantaran” dan juga ada siswa yang menulis “bikin bersih
ruangan”, padahal secara kata baku dapat ditulis “membersihkan
ruangan”. (Hasil wawancara, NL 4 Oktober 2021)
namun kondisi tersebut tidak dapat dirubah selama siswa sendiri tidak
dimana ibu NL meminta salah satu siswa untuk ke depan kelas dan
mengatakan bahwa: “
Saya tidak terlalu bisa tentang penulisan kata baku, karena saya
tidak suka menulis cerita. saya suka bermain di kelas. tetapi
sesekali saya mau belajar dan menulis karangan, kalau saya lagi
suka menulis. saya malu menulis karena teman- teman bilang
tulisan saya jelek, saya juga tidak paham tentang kata baku.
Sudah diajarkan sama guru, tetapi saya belum mengerti. saya
belum terlalu bisa membaca, jadi saya sering mengungkapkan apa
yang biasanya saya dengarkan saja apalagi saya di rumah tidak
pernah berbicara bahasa Indonesia. (Hasil wawancara, MA. 4
Oktober 2021).
adalah anak yang malas dan tidak suka belajar. Ia juga mengatakan
membaca, oleh karena itu ia harus mengeja terlebih dahulu baru bisa
bahasa indonesia.
pandai menulis. Hal ini terlihat jelas dari bentuk penulisan per-kata dan
bentuk huruf abjad yang digunakan dalam menulis tidak terlalu jelas,
masih banyak salah, dan penggunaan tanda baca yang tidak teratur.
seperti “karena ibu hari ini sedang kurang sehat karena batuk-batuk”
yang masih dini namun dituntut untuk menguasai bahasa baku dalam
bisa secara baik menulis huruf abjad. Jika dilihat lebih seksama,
karangan N sangat susah untuk dibaca karena bentuk huruf yang ditulis
adalah “waktu itu sedang libur sekolah”. Kesalahan itu muncul pada
berdasarkan bahasa yang dikenal secara nasional, maka dalam hal ini
secara daerah. Kondisi ini juga di ungkapkan oleh ibu NL, sebagai guru
ada yang sudah memahami nasional penulisan kata baku, dan ada
juga yang belum paham menulis kata baku. Namun masih ada
juga bagi siswa yang belum lancar membaca, dan kesalahan
ejaan, lafal, penulisan kata baku sering muncul pada karangan
siswa adalah pada penulisan kata baku yang kurang tepat dan
tidak sesuai dengan kaidah EYD, seperti: bahasa yang baku untuk
kata sapaan ‘kamu’ sering diganti dengan kata ‘kau itu’ kemudian
ada kata ‘tidak’ sering didapatkan kata ‘enggak’ maka secara
nasional kata-kata tersebut di anggap salah. (Hasil wawancara
NL, 5 Oktober 2021)
memahami akan bahasa yang baku dengan tidak baku, lantaran sifat
mengungkapkan “kau itu kan”, lalu “enggak lah” dan sering juga
peneliti dengan “ngomong lah kok diam”. Ini merupakan beberapa dari
pandai. Ia suka menulis dan belajar. Dia juga aktif menulis di papan
kelas 2 dan tidak perlu lagi mengeja saat membaca cerita ataupun
menulis karangan. Hal ini bisa saja karena ZA rajin membaca sehingga
menguasai banyak kosa kata dan lancar dalam menulis. Hal ini terlihat
kehidupan binatang).
bukunya banyak sekali cerita yang ia salin dari beberapa buku sekolah,
kendala dalam penulisan kata baku saat menulis karangan. Akan tetapi
uniknya, meskipun dengan situasi dan keadaan kelas yang ribut, ada
baku dalam sebuah karangan, agar karangan lebih bagus dan tersusun
rapi.
kelas IV. Hal ini dapat memberikan data tambahan terhadap hasil
(inisial) masih belum rapi dan terlihat sangat sulit untuk dibaca.
dengan baik dan benar. Kekurangan dalam karangan ini terdapat pada
penulisan kata baku, tanda pisah antara kata, tanda baca, dan tidak rapi.
ciri-cirinya yaitu:
lain).
menggunakan bahasa yang tidak baku yaitu kata yang digunakan tidak
tutur.
atas. Kata ini sendiri sifatnya memang tidak resmi dan tidak memiliki
Meskipun begitu, kata ini tetap ada dan juga tetap digunakan oleh
sehari-hari, yang dilakukan dalam suasana tidak formal atau tidak resmi.
sifat kata ini santai, bisa digunakan sesuka hati dengan fokus utama
membuat kata ini terus ada dan bahkan terus berkembang. Faktor yang
Istilah lain yang dipakai untuk menyebutkan kata tidak baku ini
pun cukup beragam. Dimulai dari kata atau bahasa gaul, bahasa populer,
dan juga bahasa pasar. Berhubung kata atau bahasa tidak baku ini
bahasa salon maka orang sekitarnya akan yakin bahwa orang tersebut
81
pernah bekerja di salon. Atau mungkin pernah dan masih memiliki usaha
teladan bagi bangsa lain di Asia Tenggara (dan mungkin juga Afrika) yang
82
juga memerlukan bahasa yang modern. Dapat juga dikatakan bahwa fungsi
pembawa kewibawaan ini beralih dari pemilikan bahasa baku yang nyata
bahwa penutur yang mahir berbahasa Indonesia “dengan baik dan benar”
sebagai kerangka acuan artinya kata baku menjadi patokan bagi benar atau
kesalahan penulisan kata baku dalam karangan siswa yang dialami oleh
kendala yang sering dialami oleh siswa, pada contohnya yaitu di saat
bahwa:
dipungkiri jika ada siswa yang juga tidak menyukai akan sistem
pembelajaran tersebut.
84
dalam bentuk penulisan kata baku yang tepat dan sesuai kaidah bahasa
psikologis kondisi minat siswa yang kurang bagus, rasa malas dari diri
kata baku, jahil, tidak ada Minat belajar, serta penguasaan terhadap
supaya tingkat jahil dan bisa terdiam sejenak, ditambah lagi adanya
2. Faktor Eksternal
Minat belajar pada siswa kurang baik, serta motivasi yang rendah,
siswa misalnya jika siswa tidak sarapan pagi sampai ke sekolah dan
mengikuti pelajaran siswa akan merasa lapar dan lesu, sehingga tidak
fokus dalam mengikuti pelajaran, banyak siswa yang tidak sarapan pagi
itu muncul dari lingkungan siswa baik secara sosial maupun keluarga.
seorang siswa yang kurang sehat dan terlihat murung dan tidak
siswa.
yang dialami oleh siswa terdapat dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal, yang dimana faktor internal yaitu meliputi dari diri
siswa sendiri seperti kondsi siswa yang sedang sakit, kurang sehat,
87
faktor eksternal yaitu faktor yang terjadi diluar diri siswa misalnya
yaitu:
a. Faktor Internal
1) Kesehatan siswa
belajar.
2015:45).
2017:76).
b. Faktor eksternal
dunia.
broken home.
belajar yang terbuka dan mudah yaitu dengan menerapkan metode diskusi,
dijelaskan oleh NL. Selain itu, NL juga selalu mengajarkan ejaan kepada
Siswa yang belum bisa membaca, dan mengajarkan Siswa yang belum bisa
1) Pengayaan
Mengatakan Bahwa :
juga terlihat serupa bahwa siswa berdiskusi dengan teman semeja atau
93
atau materi pelajaran dengan sangat baik bahkan lebih cepat dari siswa
lain pada umumnya. Oleh sebab itu, diperlukan tindak lanjut bagi
bersangkutan dan siswa lain secara umum. Artinya, siswa yang tidak
bahwa belajar merupakan suatu proses yang terus terjadi (on going
2) Motivasi
tahap motivasi kepada siswa, wawancara dengan ibu NL, selaku guru
mencari tau apa saja yang menjadi kesulitan siswa dan memberikan
motivasi dari guru ,dia sudah mulai sudah bisa membuat karangan.
apa saja yang mereka sukai dalam menggunakan penulisan kata baku,
dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk
motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak psikis yang ada dalam
Menurut Gagne dan Briggs dalam buku Nur Fuadi (2014:2), yang
suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang
3) Remedial
diberikan guru kepada siswa wawancara dengan ibu NL, sebagai guru
remedial kepada siswa agar bisa mengikuti ulang agar nilai KKM nya
tercukupi.
guru juga menganjurkan kami untuk lebih giat lagi untuk belajar
dapat mencapai nilai lebih tinggi dari sebelumnya dan guru tidak lupa
(dengan atau tanpa bantuan/ kerjasama dengan ahli pihak lain) untuk
2011:228).