Anda di halaman 1dari 36

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Analisis

Analisis dalam kamus Bahasa Indonesia adalah : Penyelidikan terhadap

suatu peristiwa (perbuatan) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab

musabab) dimana penguraian suatu pokok atau berbagai bagian untuk

memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti secara keseluruhan.

(Soejadi, 2017 : 107) mendefinisikan analisis sebagai berikut : Analisis

adalah rangkaian kegiatan pemikiran yang logis, rasional, sistematis dan objektif

dengan menerapkan metodologi atau teknik ilmu pengetahuan, untuk melakukan

pengkajian, penelaahan, penguraian, perincian, pemecahan terhadap suatu objek

atau sasaran sebagai salah satu kebulatan komponen yang utuh kedalam sub

komponen–sub komponen yang lebih kecil.

(The Liang Gie, 2011: 26) mengemukakan pengertian analisis sebagai

berikut : Analisis adalah segenap rangkaian perubahan pikiran yang menelaah

sesuatu secara mendalam terutama mempelajari bagian-bagian dari suatu

kebulatan untuk mengetahui ciri- ciri masing–masing bagian, hubungannya satu

sama lain dan peranannya dalam keseluruhan.

(Komaruddin ,2014: 31) mengemukakan pengertian analisis sebagai

berkut : Analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan

menjadi komponen, sehingga dapat mengenal tandatanda komponen,

hubungannya satu sama lain dan fungsi masingmasing dalam suatu keseluruhan.

11
12

Dari pengertian di atas, maka analisis menyangkut beberapa unsur pokok antara

lain sebagai berikut : 1. Analisis merupakan suatu perbuatan atau rangkaian

perbuatan yang didasari pikiran yang logis mengenai suatu hal yang ingin

diketahui. 2. Mempelajari bagian pembagian secara rinci dan cermat sehingga apa

yang ingin diketahui menjadi gambaran yang utuh dan jelas. 3. Ada tujuan yang

ingin dicapai yaitu pemahaman yang tepat terhadap sebuah objek kajian.

2.1.2 Pengertian Menulis

(Tarigan, 2015 :3) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu

keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung, atau tidak secara tatap muka. Menulis merupakan suatu kegiatan yang

bersifat ekspresif dan produktif. Sedangkan pendapat dari (Nurudin, 2013: 4)

menyatakan bahwa menulis adalah segenap rangkaian dari kegiatan seseorang

dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui Bahasa

tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Dengan demikian pendapat dua

tokoh ahli di atas didukung dengan pendapat dari Nurjamal dalam buku yang

ditulis oleh (Sumirat, Darwis, 2014: 69) bahwa menulis merupakan sebuah proses

kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis dan bertujuan untuk

memberitahu, meyakinkan, serta menghibur.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, menurut peneliti menulis

merupakan keterampilan dari serangkaian kegiatan kreatif seseorang dalam

mengungkapkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis.


13

2.1.3 Pengertian Kata Baku dan Tidak Baku

1. Kata baku

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia kata adalah rangkaian bunyi terkecil

yang ada artinya dan merupakan unsur kalimat dan adakalanya kata baku ditulis

tidak sesuai dengan dengan kata baku ,misalnya dapat dijumpai dalam struktur

kalimat (1) saya akan membeli kursi ini (2) akan saya beli kursi ini (3) kursi ini

akan saya beli (4) saya akan beli kursi ini (5) kursi ini akan saya beli, dalam

ragam tulisan bahasa Indonesia, struktur yang baku hanyalah kalimat 1, 2, 3.

Kalimat 4 dan 5 tidak tergolong baku dalam kalimat baku . akan tetapi kalimat 4

dan 5 adalah kalimat baku dalam bahasa lainnya ( Badudu dan Zain, 2016: 625).

Kata baku adalah yang menjadi pokok, yang utama, dan standard,

menurut pendapat lain kata baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan

kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Kata baku adalah kata-kata yang

digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim digunakan atau frekuensi

penggunanya cukup tinggi, kriteria baku dan tidak baku dapat dilihat dari segi

lafal, ejaan, gramatika, dan kenasionalannya(Chaer Abdul, 2018:6).

a. Baku dari Segi Lafal

Lafal baku dalam bahasa indoneesia adalah lafal yang tidak

menampakkan lagi ciri-ciri bahasa daerah atau bahasa asing (Moeliono,

2015:113). Lafal yang tidak baku dalam lafal lisan pada gilirannya akan

muncul pula dalam bahasa tulis karena penulis terpengaruh dengan lafal

bahasa lisan itu, perhatikan contoh berikut:


14

Kata Tidak Baku Kata Baku

Atep Atap

Anem Enem

Semangkin Semakin

Dengen Dengan

Rapet Rapat

Cuman Cuma

Dudu’ Duduk

Gubug Gubuk

b. Baku dari segi Ejaan

Ejaan bahasa Indonesia yang baku telah diberlakukan sejak tahun

1972, nama ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan disingkat EYD,

oleh karena itu, semua kata yang tidak ditulis menurut kaidah yang diatur

dalam EYD adalah kata tidak baku, yang ditulis dalam bentuk EYD adalah

kata yang baku, berikur contoh kata ejaan tidak baku, yang sering kita

jumpai dalam berbagai tulisan dimasyarakat.

Kata Tidak Baku Kata Baku

Ekpres,espres Ekspres

Komplek Kompleks

Sistim System

Do’a Doa

Jum’at Jumat

Jadual Jadwal
15

Nasehat Nasihat

Apotik Apotek

Kwalitas Kualitas

Kosa kata Kosakata

Aktip Aktif

Standarisasi Standardisasi

c. Baku dari Segi Gramatika

Secara Gramatika kata-kata baku ini harus dibentuk menurut kaidah-

kaidah Gramatika. Perhatikan kata ngontrak, sekolah, tinjau, kedudukan,

dan bikin bersih pada kalimat-kalimat berikut :

1) Beliau ngontrak rumah di Rawamangun

2) Anaknya sekolah diluar Negeri

3) Gubernur tinjau daerah longsor

4) Dia punya kedudukan penting dikantor itu

5) Tolong bikin bersih ruangan ini

Bentuk baku kata ngontrak pada kalimat (1)adalah mengontrak.

Bentuk baku kata sekolah pada kalimat (2) adalah bersekolah, bentuk baku

pada kalimat tinjau (3) adalah meninjau, sebuah awalan me- harus

digunakan secara konsisten. Bentuk baku kata kedudukkan (satu k) lalu

bentuk baku kata bikin bersih adalah bersihkan.

d. Baku dari segi Nasional

Kata-kata yang masih yang masih bersifat kedaerahan, belum bersifat

hendaknya jangan digunakan dalam karangan ilmiah. Kalau kata-kata dari


16

bahasa daerah itu sudah bersifat nasional , artinya sudah menjadi bagian

dari kekayaan kosakata bahasa Indonesia boleh saja digunakan, berikut

contoh:

Kata Tidak Baku Kata Baku

Lempeng Lurus

Nggak Tidak

Semrawut Kacau

Manut Menurut

Mudun Landai

Ngomong Bicara

e. Baku dari Bahasa Asing

Kata serapan dari bahasa asing disebut baku kalau ejaanya telah

disebut baku kalau ejaannya telah dibuat menurut pedoman penyesuaian

ejaan bahasa asing seperti yang disebutkan dalam EYD maupun dalam

buku Pedoman Pembentukan Istilah (Chaer: 2018:134) Berikut

Contohnya:

Kata Tidak Baku Kata Baku

Standard Standar

Standarisasi Standardisasi

Kolektip Kolektif

Certifikat Sertifikat

Analisa Analisis

Kwantitas Kuantitas
17

Konsekwen Konsekuen

Kondite konduite

Hirarki Hierarki

Namun, perlu diperhatikan penyesuaian dari bahasa asing yang tidakditulis

dengan huruf latin (seperti bahasa Arab dan Cina) ada disebut transkripsi dan

tranliterasi. Transkripsi adalah penulisan sesuai dengan bunyi sedangkan

transliterasi adalah penyesuaian huruf demi huruf.

Dalam buku bahasa Indonesia berbasis Kepenulisan Karya llmiah Dan

Jurnal,kata baku adalah kata yang cara pengucapakan atau penulisannya sesuai

dengan kaidah yang dibakukan, kaidah standard yang dimaksud dapat berupa

pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, dan kamus, kata baku digunakan dalam

konteks ragam baku baik lisan maupun tulisan (Kokasih dan hermawan, 2012:23)

Diana Nababan dalam bukunya berpendapat bahwa kata baku adalah kata-

kata yang cara pengucapannya dan penulisannya sesuai dengan kaidah bahasa

Indonesia yang berlaku ( Diana Nababan, 2018:44)

Ciri-Ciri khas Kata Baku Sebagai Berikut :

1. Tidak dipengaruhi oleh bahasa daerah tertentu. 

2. Tidak dipengaruhi oleh bahasa asing. 

3. Pemakaian dan penambahan kata imbuhan bersifat eksplisit. 

4. Kata jenis ini adalah bahasa dalam percakapan. 

5. Kata jenis ini tidak terkontaminasi sehingga maknanya tidak rancu

melainkan jelas. 

6. Kata jenis ini akan digunakan sesuai dengan konteks kalimat. 


18

7. Tidak mengandung arti pleonasme (boros art atau terlalu punya banyak

arti dan makna). 

8. Tidak mengandung hiperkorek (mengoreksi kata yang benar sehingga

menjadi salah). 

9. Digunakan untuk kebutuhan menulis dan dalam kegiatan yang bersifat

formal (misalnya ceramah, pidato, mengajar, dan lain-lain). 

Dirgo juga berpendapat dalam bukunya memberikan ciri-ciri kosakata

baku sebagai berikut:

a. Kosakata baku mengandung jati diri kata bahasa Indonesia ,yaitu kosakata

yang bebas kata-kata bahasa daerah yang belum terterima, bebas dari kata-

kata asing yang belum terterima, dan penyerapannya sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia

b. Pembentukannya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

c. Ejaannya Benar (Dirgo Sabariyanto, 2017:367)

Dari beberapa pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata

baku adalah kata-kata yang pengucapan dan penulisannya sudah lazim digunakan

dan sudah ditetapkan dalam kaidah bahasa Indonesian yang menjadi pedoman

bagi pemakai bahasa Indonesia

Konteks penggunaannya kata baku digunakan dalam kalimat resmi, baik

lisan maupun tulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat. Kata baku

ditentukan berdasarkan atas tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang

ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep

yang disepakati
19

2. Kata tidak Baku

Kata tidak baku adalah kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia yang ditentukan. Konteks penggunaanya adalah dalam bahasa

percakapan sehari-hari atau bahasa tutur.

Kata tidak baku merupakan kata yang penulisan maupun pengucapannya

sudah keluar dari kaidah kebakuan yang disampaikan di atas. Kata ini sendiri

sifatnya memang tidak resmi dan tidak memiliki acuan yang pasti sebagaimana

pada kata ini.

Meskipun begitu, kata ini tetap ada dan juga tetap digunakan oleh

masyarakat luas. Penggunaannya sendiri umumnya untuk aktivitas sehari-hari,

yang dilakukan dalam suasana tidak formal atau tidak resmi. SIfat kata ini santai,

bisa digunakan sesuka hati dengan fokus utama adalah menyampaikan maksud

yang ada dalam hati dan pikiran. 

Sehingga dari segi bentuk, seperti tata penulisan maupun tata pengucapan

bisa dikesampingkan. Ada banyak sekali faktor yang membuat kata ini terus ada

dan bahkan terus berkembang. Faktor yang paling utama adalah dari faktor

lingkungan. Sehingga nyaris di setiap daerah memiliki bentuk kata ini sendiri. 

Istilah lain yang dipakai untuk menyebutkan kata tidak baku ini pun cukup

beragam. Dimulai dari kata atau bahasa gaul, bahasa populer, dan juga bahasa

pasar. Berhubung kata atau bahasa tidak baku ini berkembang karena faktor

lingkungan. Maka sering dijadikan sebagai acuan menentukan identitas

seseorang. 
20

Misalnya, ketika seseorang sangat fasih dalam menggunakan bahasa salon

maka orang sekitarnya akan yakin bahwa orang tersebut pernah bekerja di salon.

Atau mungkin pernah dan masih memiliki usaha salon, sehingga akrab sekaligus

fasih dalam mengucapkannya. 

Kata Tidak Baku Biasanya digunakan untuk percakapan sehari-hari.

itupun dilakukan dengan orang yang diketahui sebaya, sudah sangat dekat,

saudara sendiri, dan sebagainya.

Ciri-Ciri khas Kata Tidak Baku Sebagai Berikut :

1. Secara umum digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Dipengaruhi oleh bahasa

daerah. 

2. Beberapa kata inidipengaruhi oleh bahasa asing. 

3. Bentuk kata ini dipengaruhi oleh perkembangan zaman. 

4. Bentuk kata ini mudah berubah bisa karena faktor perkembangan zaman,

lingkungan, dan lain-lain. 

5. Bentuk sedikit mirip dengan kata jenis ini, dan ketika menjumpai bentuk

seperti ini maka makna yang dimiliki sama.

Menurut Pendapat (Waridah, 2018: 186) menyatakan bahwa berbahasa

terdapat 2 kata yaitu kata baku dan kata tidak baku, bahasa baku merupakan

ragam bahasa yang cara pengucapan dan penulisannya sesuai dengan kaidah-

kaidah standar. Kaidah standar sendiri terdapat pada pedoman ejaan (EYD), tata

bahasa baku, dan kamus umum.

a. Bahasa tidak baku merupakan ragam bahasa yang cara pengucapan dan

penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah standar tersebut


21

(Waridah, 2018 : 188). Misalnya:

Baku Tidak Baku

Saya Gue

Merasa Ngerasa

Ayah Bokap

b. Tidak dipengaruhi bahasa asing atau daerah

Baku Tidak Baku

banyak guru Banyak guru-guru

Itu benar Itu adalah benar

Kesempatan lain Lain kesempatan

c. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan

Baku Tidak Baku

Bagaimana Gimana

begitu Gitu

tidak nggak

Baku Tidak Baku

Ia mendengarkan radio Ia dengarkan radio

Anak itu menangis Anak itu nangis

Kami bermain bola dil lapangan Kami main bola di lapangan

d. Pemakaian imbuhan secara eksplisit

e. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat


22

Baku Tidak Baku

terdiri atas terdiri

dan lain sebagainya dan sebagainya

siapa namamu? Siapa namanya?

f. Tidak mengandung hiperkorek

Baku Tidak Baku

khusus husus

sabtu saptu

sah syah

2.1.4 Fungsi Kata Baku dan Tidak Baku

Kata baku berfungsi sebagai pedoman umum pembentukan istilah yang

tetap dan ditetapkan oleh Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa dan sistem

penulisan dalam ejaan yang disempurnakan. Ejaan itu sendiri adalah cara atau

aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa (Henry

Guntur Tarigan, 2015:2)

Penggunaan ragam baku :

a. Surat menyurat antar lembaga

b. Laporan keuangan

c. Karangan ilmiah

d. Lamaran pekerjaan

e. Rapat dinas

f. Pidato resmi
23

g. Surat keputusan

Kata baku memiliki beberapa fungsi sebagaimana yang diungkapkan oleh

(Alwi , 2014: 15), bahwa Bahasa baku mendukung empat fungsi, tiga di antaranya

bersifat pelambang atau simbolik, berikut 4 Fungsi tersebut : 1) Fungsi pemersatu,

2). Fungsi pemberi kekhasan, 3). Fungsi pembawa kewibawaan, 4). Fungsi

sebagai kerangka acuan

Pendapat yang serupa menurut (Muslich, 2014: 7), bahwa kata baku

mendukung tiga fungsi yang bersifat pelambang (simbolis), yaitu fungsi

pemersatu, fungsi pemberi kekhasan, fungsi pembawa kewibawaan, dan satu

fungsi yang bersifat objektif, yaitu fungsi sebagai kerangka acuan”.

Berikut penjelasan dari beberapa fungsi di atas menurut (Alwi, 2014: 15),

sebagai berikut.

a. Fungsi sebagai pemersatu, yakni bahasa mempersatukan mereka menjadi

satu masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur

seorang dengan seluruh masyarakat itu.

b. Fungsi pemberi kekhasan, yakni pemberi kekhasan yang diemban oleh

bahasa baku memperbedakan bahasa itu dari bahasa lain. Karena fungsi

itu, bahasa baku dapat memperkuat perasaan kepribadian masyarakat

bahasa yang bersangkutan. Hal ini terlihat pada penutur bahasa Indonesia

dengan bahasa Indonesia baku kita menyatakan identitas kita.

c. Fungsi pembawa kewibawaan, yakni bersangkutan dengan usaha orang

mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat

pemerolehan bahasa baku sendiri.


24

d. Fungsi sebagai kerangka acuan, yakni bagi pemakaian bahasa dengan

adanya norma dan kaidah yang jelas.

Kata baku sebagai pembawa kewibawaan artinya kata baku yang diterapkan

dalam bahasa dapat memperlihatkan kewibawaan pemakainya. Ahli bahasa dan

beberapa kalangan di Indonesia pada umumnya berpendapat bahwa

perkembangan bahasa Indonesia dapat dijadikan teladan bagi bangsa lain di Asia

Tenggara (dan mungkin juga Afrika) yang juga memerlukan bahasa yang modern.

Dapat juga dikatakan bahwa fungsi pembawa kewibawaan ini beralih dari

pemilikan bahasa baku yang nyata ke pemilikan bahasa yang berpotensi menjadi

bahasa baku. Walaupun begitu, menurut pengalaman, sudah dapat disaksikan di

beberapa tempat bahwa penutur yang mahir berbahasa Indonesia “dengan baik

dan benar” memperoleh wibawa di mata orang lain (Supriadin, 2016: 5). Kata

baku sebagai kerangka acuan artinya kata baku menjadi patokan bagi benar atau

tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau kelompok.

Kata tidak baku berfungsi sebagai bahasa tutur dan percakapan sehari-hari

terutama pada perkembangan usia remaja

2.1.5 Macam-macam Jenis Kata

(Ernawati, 2017: 264) menyatakan bahwa kata adalah satuan bahasa

terkecil yang dapat berdiri sendiri dan membentuk suatu makna bebas,

berdasarkan ciri dan karakteristiknya, kata dikelompokkan menjadi kata kerja,

kata benda, kata sifat, kata bilangan, kata keterangan, kata depan, kata ganti, kata

sandang, kata ulang, kata depan, kata sambung, dan kata seru.
25

1. Kata Kerja (Verba)

Menurut (Ernawati, 2017: 264) kata kerja adalah kata yang menyatakan

makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, proses, atau keadaan. Ciri-ciri kata kerja

dapat didahului kata keterangan akan, sedang,dan sudah.

2. Kata Benda (Nominal)

Menurut (Ernawati, 2017: 271) kata benda atau nominan adalah kata yang

mengacu kepada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Contoh :

burung, kursi, murid, dan kemiskinan adalah nomina. Pada kata benda tidak dapat

diingkarkan dengan kata tidak. Kata benda dasar terdapat satu morfem dengan

contoh : daun, jika kata benda dasar terdapat dua morfem dapat dicontohkan

dengan dedaunan.

3. Kata Sifat (Adjektiva)

Menurut (Ernawati, 2017: 269) kata sifat adalah kata yang menerangkan

kata benda. Ciri-ciri kata sifat dapat bergabung dengan partikel tidak, lebih,

sangat, agak. Contoh : tidak sakit, lebih sabar, sangat bagus, agak panas. Kata

sifat dapat mendampingi kata benda, contoh : sepatu baru, mobil kuno, lukisan

indah. Pada kata sifat dapat diulang dengan imbuhan se-nya dan dapat diawali

imbuhan ter- yang bermakna paling. Contoh : setinggi- tingginya dan tertinggi.

4. Kata Keterangan (Adverbia)

Menurut (Ernawati, 2017: 277) kata keterangan adalah kata yang

memberikan keterangan pada kata lainnya, pada kata keterangan bentuk dasar

dapat berupa contoh: alangkah, amat, barangkali, hamper, hanya, kerap, masih,

memang, mungkin, nian, niscaya, sangat, saling, selalu, senantiasa, sudah, telah,
26

tidak.

5. Kata Depan (Preposisi)

Menurut (Ernawati, 2017: 283) kata depan adalah kata tugas yang

berfungsi sebagai unsur pembentuk frasa preposional. Kata depan berdasarkan

bentuknya dapat dicontohkan: di, ke, dari, bagi, untuk, dalam, guna, pada, oleh,

dengan, tentang, karena.

6. Kata Penghubung (Konjungsi)

Menurut (Ernawati, 2017: 285-288) kata penghubung atau kata sambung

adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa, kalimat, atau paragrap. Kata

penghubung dibagi ke dalam lima kelompok yaitu penghubung koordinatif

(memiliki kedudukan setara) dengan contoh: dan, atau, tetapi. Penghubung

subordinatif (menggabungkan dua klausa atau lebih namun bertingkat) dengan

contoh: sesudah, jika, agar, biarpun, seakan-akan, sebab, bahwa, dengan. Kata

penghubung korelatif (menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa memiliki

unsur yang sama) dengan contoh : tidak hanya, tetapi juga, bahkan, bukannya,

makin, melainkan, jangankan, pun, baik, maupun, demikian, sehingga, atau,

entah. Kata penghubung antar kalimat dengan contoh biarpun demikian/begitu,

sekalipun demikian/begitu, walaupun itu, sesudah itu, selanjutnya,. Kata hubung

antar paragraph dengan contoh: di samping itu, bagaimanapun juga, sebagaimana,

oleh karena itu, untuk itulah, pada intinya, kemudian, di sinilah.


27

2.1.6 Penyebab Kata Baku & Tidak Baku

Ada beberapa faktor penyebab kata baku dan tidak baku (Nisa, 2018 :14)

1. Orang yang menggunakan bahasa tidak mengetauhi bentuk penulisan dari

kata yang dimaksud

2. Menggunakan bahasa tidak memperbaiki kesalahan dari pemakaian suatu

kata, inilah yang menyebabkan kata tidak baku menjadi Muncul

3. Menggunakan kata bahasa sudah terpengaruh oleh orang-orang yang terbiasa

dengan menggunakan kata tidak baku

4. Orang yang menggunakan bahasa sudah terbiasa memakai kata tidak baku

a. Dari segi Fonologi

Penyebab kebakuan dan ketidakbakuan kata dari segi fonologi adalah

sebagai berikut:

1) Alternasi (pengganti) Vokal

Contoh : Senin (baku), Senen (tidak baku)

2) Alternasi (pengganti) Konsonan

Contoh : Film (baku), pilem (tidak baku)

3) Penyerderhanaan deret Vokal

Contoh : varietas (baku), varitas (tidak baku)

4) Penyederhanaan gugus konsonan

Contoh : Kompleks (baku), komplek (tidak baku)

Ada penyebab lain ketidakbakuan yang diuraikan oleh (Dirgo, 2016: 334)

dalam bukunya antara lain sebagai berikut :


28

a. Penggantian Huruf Vocal

1) Penggantian huruf vocal a dengan huruf vokal e

Contoh :

Baku Tidak baku

Malas males

Rabu rebo

Ular Uler

2) Penggantian huruf vokal a dengan huruf vokal i

Contoh :

Baku Tidak baku

Mayat Mayit

Moral Moril

Professional Profesionil

3) Penggantian huruf vokal dengan a dengan o

Contoh :

Baku Tidak baku

Rahmat Rohmat

Salat Solat

Ramadan Romadon
29

4) Penggantian huruf vokal e dengan huruf vokal a

Contoh:

Baku Tidak baku

Macet Macat

Sebab Sabab

Terjamah Tarjamah

5) Penggantian huruf vokal e dengan huruf vokal i

Contoh:

Baku Tidak baku

Magnet Magnit

Museum Museum

Sirene Sirine

6) Penggantian huruf vokal i dengan huruf vokal e

Contoh :

Baku Tidak baku

Nasihat Nasehat

Pengantin penganten

Pistol Pestol
30

7) Penggantian huruf vokal o dengan huruf vokal u

Contoh:

Baku Tidak baku

Marmot Marmot

Pastor Pastur

Tolong tulung

8) Penggantian huruf vokal u dengan huruf vokal u

Contoh:

Baku Tidak baku

Plus Ples

Produk Prodek

Siklus Sikles

9) Penggantian huruf vokal u dengan huruf vokal i

Contoh:

Baku Tidak baku

Bus Bis

Komunis Kominis

Kostum kostim
31

10) Penggantian huruf vokal u dengan huruf vokal u

Contoh:

Baku Tidak baku

Mabuk mabok

Mangkuk Mangkok

Saus Saos

b. Pembumbuhan Huruf Vokal

Pembumbuhan huruf vokal dapat mengakibatkan kata-kata baku

menjadi tidak baku, misalnya:

1. Pembumbuhan huruf vokal a

Baku Tidak baku

Narkotik narkotika

Santriwan Santriawan

Rohaniwan Ruhaniawam

2. Pembumbuhan huruf vokal e

Baku Tidak baku

Mantra Mantera

Mantri Manteri

Mars Mares
32

c. Penghilangan huruf vokal

Disamping adanyan pembumbuhan huruf vokal dapat mengakibatkan

kata baku menjadi tidak baku, kata baku dapat menjadi tidak baku karena

adanya penghilangan sebuah huruf vocal

1) Penghilangan huruf vokal a

Contoh :

Baku Tidak baku

Makaroni Makroni

Pena Pen

2) Penghilangan huruf vokal e

Contoh :

Baku Tidak baku

Majelis Majlis

Marsekal marskal

3) Penghilangan huruf vokal u

Contoh :

Baku Tidak baku

Sirkuit sirkit

Supporter Sporter
33

2.2 Karangan Deskripsi

2.2.1 Hakikat Mengarang

Karangan adalah sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan

bersama-sama menjelaskan satu unit buah pikiran untuk mendukung buah pikiran

yang lebih besar, yaitu buah pikiran yang diungkapkan dalam eluruh tulisan (Asul

Wiyanto, 2014: 15). Sependapat dengan Asul Wiyanto, karangan mungkin

menyajikan fakta (berupa benda, kejadian, gejala, sifat atau ciri sesuatu dan

sebagainya), pendapat atau sikap dan tanggapan, imajinasi, ramalan dan

sebagainya (Sabarti Akhadiah dkk, 2012: 46). Sejalan dengan pendapat (Asul

Wiyanto, Sabarti Akhadiah, Nursisto, 2012: 5) berpendapat mengarang

merupakan kemampuan berkomunikasi melalui bahasa yang tingkatannya paling

tinggi. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mengarang adalah

pengungkapan fakta melalui tulisan untuk dikomunikasikan dengan orang lain.

2.2.2 Tujuan Mengarang

(Hairston, Nursisto, 2015: 8) mengemukakan beberapa tujuan mengarang

sebagai berikut.

1. Sarana untuk menemukan sesuatu

Dengan mengarang, dapat merangsang daya pikir sehingga bila dilakukan

secara rutin dapat merangsang otak yaitu dengan menunagkan ide ke dalam

pikiran.

2. Memunculkan ide baru

Adanya keterkaitan antara ide yang satu dengan yang lain, sehingga

menjadi padu dan utuh dalam sebuah karangan.


34

3. Melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep

atau ide

Pada saat menuliskan berbagai ide, harus dapat mengaturnya ke dalam

bentuk tulisan yang padu.

4. Melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang

Dalam menuliskan ide ke dalam tulisan, berarti akan melatih untuk

membiasakan diri untuk memberi jarak terhadap ide yang ada dan

mengevaluasinya.

5. Membantu untuk menyerap dan memproses informasi

Sebelum melakukan kegiatan, harus belajar menguasai topik-topik dengan

baik. Apabila hal itu dilakukan terus akan dapat mempertajam dalam menyerap

dan memperoleh informasi.

6. Melatih untuk berpikir aktif

Kegiatan menulis dapat melatih seseorang menjadi aktif dan tidak hanya

menjadi penerima informasi saja.

Sedangkan menurut (Ngalim Purwanto, Djeniah Alim , 2012: 48) tujuan

mengarang adalah sebagai berikut.

a. Memperkaya perbendaharaan bahasa pasif dan aktif,

b. Melatih melahirkan pikiran dan perasaan dengan lebih tertulis,

c. Latihan memaparkan pengalaman-pengalaman dengan tepat,

d. Latihan penggunaan ejaan yang tepat.

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan tujuan mengarang adalah

memunculkan ide baru, melatih untuk berfikir aktif, merangsang proses berfikir
35

pembaca, dan menyampaikan pikiran perasaan dalam bentuk tertulis

2.2.3 Langkah-Langkah Mengarang

Menurut (Nursisto, 2015: 51) langkah-langkah menulis karangan sebagai

berikut.

1) Menentukan topik.

Topik atau tema inilah yang nanti akan menjiwai karangan dan harus

dijabarkan dengan sebaik-baiknya, serta menjadi benang merah karangan dari

awal sampai akhir.

2) Menentukan tujuan.

Tujuan karangan harus ditetapkan sebelum topik karangan dikembangkan

karena pengembangan topik sangat tergantung kepada tujuannya. Tujuan

karangan harus dirumuskan dengan jelas.

3) Mengumpulkan bahan.

Data sangat diperlukan sebagai bahan untuk mengembangkan gagasan-

gagasan yang ada dalam sebuah karangan. Data adalah keterangan yang

menyangkut fakta tentang sesuatu.

4) Menyusun kerangka.

Kadang-kadang ada banyak ide atau gagasan yang ingin kita tuangkan ke

dalam karangan. Semua gagasan yang mendukung topik tersebut kita tulis.

Kerangka karangan merupakan rencana kerja yang memuat garis- garis besar

sebuah karangan.

Sejalan dengan pendapat (Nursisto, Suparno, Moh. Yunus, 2013: 422)

mengungkapkan beberapa langkah-langkah mengarang sebagai berikut.


36

Menentukan apa yang akan dideskripsikan, bisa tentang deskripsi tempat atau

orang.

1) Merumuskan tujuan deskripsi.

2) Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan, misal kalau yang

dideskripsikan orang, apakah yang akan dideskripsikan itu ciri-ciri fisiknya,

watak atau benda di sekitar tokoh. Kalau yang dideskripsikan tempat,

apakah yang dideskripsikan keseluruhan tempat atau hanya bagian-bagian

tertentu saja yang menarik.

3) Memerinci dan menyistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian

yang akan dideskripsikan . Hal-hal apa saja yang akan ditampilkan untuk

membantu memunculkan kesan dan gambaran kuat mengenai sesuatu yang

dideskripsikan?

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan mengenai langkah-

langkah mengarang adalah menentukan topik, mengumpulkan bahan, menyusun

kerangka, merumuskan tujuan deskripsi dan mengembangkan karangan.

2.2.4 Jenis-Jenis Karangan

(Rini Kristiantari, 2015: 85) mengungkapkan karangan dapat disajikan

dalam lima bentuk atau ragam waca masing-masing sebagai berikut.

1. Deskripsi, yaitu ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan

sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan

penulisnya.

2. Narasi, adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu

peristiwa.
37

3. Eksposisi, adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan,

menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat menambah

pengetahuan pembacanya.

4. Argumentasi, adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan

pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulis.

5. Persuasi, adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap

dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulis.

Sependapat dengan (Rini, Nursisto, 2013: 39) menyampaikan ada lima

jenis-jenis karangan sebagai berikut.

1. Narasi adalah karangan yang berupa rangkaian peristiwa yang terjadi dalam

satu kesatuan waktu.

2. Deskripsi adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan

sebenarnya, sehingga pembaca dapat ikut merasakan apa yang disampaikan

oleh penulis dalam tulisannya tersebut.

3. Eksposisi adalah karangan yang menerangkan atau menjelaskan pokok

pikiran yang dapat memperluas wawasan atau pengetahuan pembaca.

4. Argumentasi adalah karangan yang berusaha memberikan alasan untuk

memperkuat atau menolak suatu pendapat atau gagasan.

5. Persuasi adalah karangan yang mengandung alasan-alasan dan bukti atau

fakta, juga mengandungajakan atau imbauan agar pembaca menerima dan

mengikuti pendapat atau kemauan penulis.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan mengenai jenis-jenis

karangan yaitu karangan narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi dan persuasif.


38

Karangan yang dibahas dalam penelitian ini adalah jenis karangan deskripsi.

Alasan memilih jenis karangan deskripsi ini karena sesuai dalam silabus

pembelajaran kelas IV yaitu SK: Mengungkapkan pikiran, perasaan,informasi,

dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan

dialog tertulis. KD: Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan

memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. Serta rata-rata nilai siswa

dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi masih rendah.

2.2.5 Jenis Karangan Deskripsi

Suparno & Mohamad Yunus (2013: 41) mengungkapkan ada dua jenis

karangan deskripsi sebagai berikut:

1. Deskripsi orang

Deskripsi orang adalah karangan yang menggambarkan tentang

orang atau mendeskripsikan orang. Ada empat aspek yang digunakan

sebagai pegangan dalam mendeskripsikan orang, empat aspek tersebut

sebagai berikut.

a) Deskripsi keadaan fisik.

Bertujuan untuk memberi gambaran yang sejelas-jelasnya

tentang keadaan tubuh seorang tokoh. Di sini pengarang berusaha

menampilkan cirri-ciri fisik sang tokoh. Sehingga, nantinya pembaca

dapat membayangkan kehadiran bentuk tubuh sang tokoh.

b) Deskripsi keadaan sekitar.

Yaitu penggambaran keadaan yang mengelilingi sang tokoh.

Misalnya, penggambaran tentang aktivitas-aktivitas yang dilakukan,


39

pekerjaan, pakaian, dan lainnya yang ikut menggambarkan watak

seseorang.

c) Deskripsi watak.

Pengarang harus mampu mendeskripsikan watak seorang tokoh,

dengan cermat dan teliti harus mampu mengidentifikasi unsur-unsur

kepribadian seorang tokoh. Kemudian, menuliskan dengan jelas

unsur-unsur dan kepribadian seorang tokoh. Lalu, menampilkan

dengan jelas unsur-unsur yang dapat memperlihatkan karakter

d) Deskripsi gagasan-gagasan tokoh.

Hal ini menggambarkan tentang perasaan dan unsur fisik

mempunyai hubungan yang erat. Pancaran wajah, pandangan mata,

gerak bibir, dan gerak tubuh merupakan petunjuk tentang keadaan

perasaan seseorang pada waktu itu.

2. Deskripsi tempat

Tempat memegang peranan yang sangat penting dalam setiap

peristiwa. Tidak ada peristiwa yang terlepas dari lingkungan dan tempat.

Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai karangan

deskripsi tempat. Dimana siswa akan menulis karangan deskripsi

mengenai tempat yang akan dikunjungi.

2.2.1 Hakikat Mengarang

1. Pengertian Mengarang

Pada dasarnya, istilah mengarang sama dengan istilah menulis. Menulis

merupakan keterampilan mengkomunikasikan pikiran, gagasan dan informasi


40

yang harus dilatih dalam mengemukakan ide-idenya tanpa pembatasan-

pembatasan yang menjerat kreativitas mereka (Munirah, 2015:2). Pada level

kalimat seseorang harus mampu mengendalikan isi, format, struktur, kosakata,

tanda baca, ejaan dan bahkan format huruf. Kegiatan menulis merupakan suatu

bentuk atau wujud kemampuan atau keterampilan yang paling akhir dikuasai

dalam pembelajaran bahasa setelah menyimak, membaca, dan berbicara (Alam,

2021:61). Dibandingkan ketiga keterampilan tersebut, keterampilan menulis lebih

sulit dikuasai. Hal itu disebabkan keterampilan menulis menghendaki penugasan

berbagai unsur di luar bahasa itu sendiri yang menjadi isi karangan.

Dalam menulis terdapat berbagai macam kegiatan seperti menulis cerpen,

menulis puisi, menulis berbagai macam surat, mengarang dan lain-lain.

Mengarang adalah proses pengungkapan gagasan, ide, angan-angan dan perasaan

yang disampaikan melalui unsur-unsur bahasa (kata, kelompok kata, kalimat,

paragraf, dan wacana yang utuh) dalam bentuk tulisan (Dalman, 2015:86).

Karangan dipandang sebagai suatu perbuatan atau kegiatan komunikatif antara

penulis dan pembaca berdasarkan teks yang telah dihasilkan oleh si penulis.

Mengarang adalah suatu proses kegiatan berpikir manusia yang hendak

menggunakan kandungan jiwanya kepada orang lain atau diri sendiri dalam

tulisannya (Gereda, 2020:207). Mengarang merupakan bagian dari menulis,

keduanya saling melengkapi, karena seseorang yang terampil menulis tanpa

terampil mengarang tidak mempunyai arti karena tidak ada yang dinikmati

pembaca. Sebaliknya, seseorang yang terampil mengarang belum tentu terampil

dalam menulis sebab dalam keterampilan mengarang yang terlibat hanya ekspresi
41

atau imajinasi belaka.

Karangan merupakan suatu proses menyusun, mencatat, dan

mengkomunikasi makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan

untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda

konvensional yang dapat dilihat. Karangan sendiri tediri dari paragraf-paragraf

yang mencerminkan satu kesatuan yang utuh. Menulis sebuah karangan dapat

dilaksanakan dengan menggunakan bermacam bantuan media yang ada

disekitarnya.

Berkaitan dengan penjelasan di atas, maka penulis berpendapat bahwa

mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alenia, yang

menghasilkan rangkaian kegiatan dalam mengungkapkan gagasan atau buah

pikirannya melalui bahasa tulis yang dapat di baca dan dimengerti oleh orang lain

yang membacanya.

2. Tujuan Mengarang

Tujuan utama mengarang adalah ialah sebagai sarana komunikasi secara

tidak langsung. Tujuan-tujuan itu biasanya berdiri sendiri, namun terkadang juga

tujuan ini tidak berdiri sendiri namun berupa gabungan dari dua atau lebih tujuan

yang bersatu dalam suatu tulisan. Maka dari itu, tugas seorangg penulis tidaklah

sekadar memilih topik pembicaraan yang cocok atau serasi, namun juga harus

memastikan tujuan yang jelas (Destiana, 2019:6). Penentuan tujuan menulis

sangat akrab dengan bentuk atau jenis-jenis tulisan karangan.


42

Adapun tujuan mengarang yang lebih spesifik adalah sebagai berikut:

1. Tujuan penugasan dalam artian pengarang menugaskan orang sesuatu karena

ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (Yunus, 2014:2)

2. Tujuan alturistik yakni mengarang bertujuan menyenangkan para pembaca,

menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca

memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup

para pembaca lebih mudah lebih menyenangkan dengan karya tersebut

(Munirah, 2015:16).

3. Tujuan persuasif yaitu karangan yang bertujuan meyakinkan para pembaca

akan kebenaran gagasan yang diutarakan (Abdullah, 2019:5).

4. Tujuan informasi berarti tujuan karangan yang bertujuan memberi informasi,

keterangan atau penerangan kepada pembaca.

5. Tujuan pernyataan diri yakni karangan yang bertujuan memperkenalkan atau

menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca.

6. Tujuan kreatif yaitu karangan yang bertujuan dan berhubungan dengan

pernyataan diri terutama dalam kegiatan untuk mencapai norma artistik, atau

seni yang ideal (Sardila, 2016:3).

7. Tujuan pemecahan masalah dalam arti pengarang melakukan kegiatan

mengarang.

3. Ciri-Ciri Karangan Siswa

Karangan siswa ialah karangan yang memiliki ciri-ciri yang bisa

mengidentifikasikan bahwa karangan tesebut dapat dikatakan baik. Beberapa ciri


43

Karangan siswa yang baik adalah: signifikan, jelas, memiliki kesatuan dan

mengorganisasikan yang baik ekonomis, mempunyai pengembangan yang

menandai, menggunakan bahasa yang dapat diterima dan mempunyai kekuatan.

Karangan yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Jelas

Aspek kejelasan dalam suatu karangan sangat diperlukan agar karangan

tersebut lebih mudah dipahami dan jelas untuk dibaca oleh pembacanya (Gina,

dkk, 2017:2).

2. Kesatuan dan Organisasi

Aspek kesatuan yang baik tampak pada setiap kalimat penjelas yang logis

dan mendukung ide utama paragraf, sedangkan aspek organisasi yang baik

tampak dari posisi kalimat yang tepat pada tempatnya dengan kata lain kalimat

tersebut tersusun dengan urut dan logis (Suwondo, 2017:2).

3. Ekonomis

Ciri ekonomis berkaitan erat dengan soal keefisienan, baik waktu maupun

tenaga. Kedua keefisienan itu sangat di perlukan oleh pembaca di dalam

menangkap isi yang tekandung dalam sebuah karangan.

4. Pemakaian Bahasa yang Dapat Diterima

Pemakaian bahasa yang dapat di terima akan sangat mempengaruhi tingkat

kejelasan karangan. Pemakaian bahasa ini menyanngkut banyak aspek. Pemakaian

bahasa dalam suatu karangan harus mengikuti kaidah bahasa yang ada, baik

menyangkut kaidah pembentukan kalimat, kaidah pembentukan kata, kaidah ejaan

yang berlaku, kaidah peristilahan maupun kaidah-kaidah yang lain yang relevan
44

(Dalman, 2021:84).

4. Kerangka Karangan

Pada dasarnya, dalam mengarang dibutuhkan langkah-langkah untuk

membentuk sebuah karangan tersebut menjadi sebuah karangan yang teratur dan

sistematis. Oleh sebab itu, alangkah baiknya sebelum membuat sebuah karangan

dibuat susunan-susunan yang dapat memudahkan penulis dalam mengembangkan

sebuah karangan yang biasa disebut dengan kerangka karangan. Kerangka

karangan (out line) adalah kerangka tulisan yang menggambarkan bagian-bagian

atau butir-butir isi karangan dalam tataan yang sistematis (Mulyati, 2017:80).

Adapun langkah-langkah untuk menyusun karangan tersebut, yaitu:

1. Menentukan Tema dan Judul

Tema adalah pokok persoalan, permasalahan atau pokok pembicaraan

yang mendasari suatu karangan, cakupannya lebih besar dan menyangkut pada

permasalahan yang diangkat. Sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah

kepala karangan, dan lebih pada penjelasan awal isi karangan yang akan ditulis

(Karjak, 2017:40).

2. Mengumpulkan Bahan

Ketika akan menulis, kita perlu menyiapkan bahan yang menjadi bekal

dalam menunjukkan eksistensi tulisan seperti mengumpulkan ide dan inovasi.

Banyak cara untuk mengumpulkan bahan ketika akan membuat sebuah karangan,

dan penulis dituntut harus mempunyai cara sesuai dengan tujuan penulisannya

(Suwondo, 2017:2).
45

3. Menyeleksi Bahan

Setelah adanya bahan maka perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan

tema pembahasan. Polanya melalui klarifikasi bahan yang telah dikumpulkan

dengan teliti dan sistematis.

4. Membuat Kerangka Karangan

Kerangka karangan menguraikan tiap topik dan masalah menjadi beberapa

bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka karangan belum tentu sama

dengan daftar isi atau uraian per bab. Kerangka ini merupakan catatan kecil yang

sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan mencapai tahap yang sempurna.

Dalam menyusun kerangka karangan ini terdapat beberapa tahapan (Mulyati,

2017:90).

a. Mencatat gagasan

b. Mengatur urutan gagasan

c. Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab

d. Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap

e. Mengembangkan kerangka karangan, dalam proses pengembangan karangan

tergantung pada materi yang hendak ditulis.

2.2.6 Karangan Deskripsi

Deskripsi berasal dari kata latin describere yang berarti menulis tentang

atau membeberkan sesuatu hal (Gorys keraf ,2012: 93). Karangan deskripsi adalah

karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga

pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, dan mencium) apa yang dilukiskan

sesuai dengan citra penulisnya (Nursisto, 2013: 40).


46

(Sabarti Akhadiah, 2012: 131) mengungkapkan karangan deskripsi adalah

usaha untuk menggambarkan dengan kata-kata wujud atau sifat lahiriah suatu

objek. Tujuan dari deskripsi adalah menggambarkan sesuatu sesuai dengan apa

yang dilihat sendiri oleh pengarang. Objek yang dideskripsikan adalah suatu hal

yang kita serap dengan panca indra.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan

deskripsi adalah karangan yang melukiskan atau menggambarkan keadaan sesuai

sebenarnya sehingga pembaca mampu merasakan apa yang disampaikan penulis.

Anda mungkin juga menyukai