Anda di halaman 1dari 22

KETETAPAN DALAM MENJELASKAN PENGERTIAN EJAAN,

PENULISAN KATA, PENULISAN HURUF, PENULISA TANDA BACA,


PENULISAN UNSUR SERAPAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :


BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh Kelompok 1:

Muhammad Rizal (23220013) Rifqi Putra Pratama (23220011)


Muhammad Irham Musyafa (23220007) Diyanti Sekar Arum (23220017)
Selmira (23220005)

Dosen Pengampu:

Vika Nurul Mufidah, M.Si.

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ISLAM NUSANTARA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Sang khalik pemilik alam yang telah memberikan
kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan makalah ini, sehingga penulis dengan segala
keterbatasannya dapat mengumpulkan tugasnya dengan tepat waktu.
Sholawat beserta salam tidak akan lupa tercurahkan untuk baginda alam yang telah
dipilih untuk menyampaikan risalahnya kepada seluruh umat semesta alam, yang menjadi
suri tauladan dan panutan umat yakni Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terimakasih penulis berikan terutama kepada Ibu Vika Nurul Mufidah, M.Si
selaku dosen pengampu mata kuliah bahasa indonesia yang telah memberikan bimbingan dan
arahannya dalam mengerjakan makalah ini.
Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca dalam
menambah wawasan tentang memahami ketepatan dalam menjelaskan pengertian ejaan,
penulisan kata, penulisan huruf, penulisa tanda baca, penulisa unsur serapan. Penulis sangat
menyadari banyaknya kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini maka dari itu penulis
sangat berharap kritik dan juga sarannya dari para pembaca.
.

Bogor 06 Oktober 2023

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN..................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. PENGERTIAN EJAAN............................................................................................5
B. PENULISAN KATA........................................................................................................5
C. PENULISAN HURUF....................................................................................................6
D. PENULISAN TANDA BACA.........................................................................................9
E. PENULISAN UNSUR SERAPAN...............................................................................16
BAB III PENUTUP................................................................................................................20
A. KESIMPULAN..............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan
sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat
komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi
demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami
infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar,sebagai bahan
pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian
informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita ataumateri secara tertulis,
diharapkan masyarakat dapat menggunakanmedia tersebutsecara baik dan benar.
Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa,disinilah peran aturan
baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga negara yang baik hendaknya
selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaanIndonesia yang baik dan benar.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub.materi dalam ketata bahasaan
Indonesia, yang memilik peran yang cukup besardalam mengatur etika berbahasa secara
tertulis sehingga diharapkan informasitersebut dapat disampaikan dan dipahami secara
komprehensif dan terarah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian ejaan ?
2. Bagaimana menuliskan kata yang benar ?
3. Bagaimana memahami penulisan huruf dan penulisan tanda baca ?
4. Bagaimana memahami penulisan unsur serapan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami fungsi dari macam-macam tanda baca yang ada.
2. Untuk mengetahui penulisan kata yang benar.
3. Untuk memahami dan mengembangkan tulisan dengan tanda baca yang baik.
4. Untuk memahami cara membuat sebuah karya tulis dengan tanda baca yang baik
dan benar.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ejaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ejaan adalah kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam tulisan (huruf-huruf)
serta penggunaan tanda baca (KBBI, 2008:353). Penjelasan itu mengandung pengertian
bahwa ejaan hanya terkait dengan tata tulis yang meliputi pemakaian huruf, penulisan
kata, termasuk penulisan kata atau istilah serapan, dan pemakaian tanda baca. Dalam
ejaan tidak terdapat kaidah pemilihan kata atau penyusunan kalimat.
Pada kenyataannya banyak orang yang salah dalam memahami ejaan, dalam hubungan
ini Ejaan bahasa indonesia Yang Disempurnakan atau yang sering disingkat menjadi
EYD.
Jika orang ditanya apakah anda tahu arti slogan yang berbunyi, “Mari kita
gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,” kebanyakan jawaban yang terlontar
adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD. Jawaban itu tidak tepat karena EYD
hanya sebagian kecil dari kaidah bahasa Indonesia. Dalam slogan di atas terdapat dua hal
penting, yaitu (1) bahasa Indonesia yang baik dan (2) bahasa Indonesia yang benar.
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya sesuai dengan
situasi komunikasi, sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia
yang penggunaannya sesuai dengan kaidah bahasa indonesia.
Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi tata bunyi, tata bentuk kata, tata kalimat,
dan tata tulis. Tata tulis itulah yang disebut ejaan.1
B. Penulisan Kata
Penulisan kata terdiri dari dua kata yaitu “penulisan” dan “kata”. Penulisan
adalah proses, cara, perbuatan menulis atau menulis. Sedangkan kata adalah unsur
bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan
dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Dari pengertian perkata diatas, dapat
disimpulkan bahwa penulisan kata adalah proses atau cara menulis yang
mepertimbangkan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan sebagai wujud kesatuan
perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa sesuai ejaan yang
disempurnakan.

1
Sriyanto, Penyuluhan Bahasa Indonesia Ejaan, (Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 2014), h. 6.
5
Sistem penulisan kata terbagi atas kata dasar,kata turunan, bentuk ulang,
gabungan kata, sukukata ,kata depan, partikel,singkatan dan akronim, kata bilangan, kata
ganti,kata si dan sang.
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dibawah ini.
a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.Misalnya: Buku itu sangat
menarik.
b. Kata Turunan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya: Berjalan dipermainkan
b. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk
singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya: mem -PHK-
kan, di-PTUN-kan
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkaidengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: bertepuk
tangangaris bawahi
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus,unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: Dilipat gandakan meng
Garis bawahi
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai.2
C. Penulisan Huruf
Tentang penulisan huruf ini yang dibicarakan yaitu tentang penulisan huruf
capital, huruf kecil,huruf miring dan huruf tebal.
1. Huruf capital
Huruf capital atau huruf besar digunakan pada :
1. Huruf pertama pada awal kalimat
Contoh :
Mari kita pikirkan lima tahun ke depan dan kita siapkan sekarang.
2. Huruf pertama kata yang berkenaan dengan agama,kitab suci, dan nama Tuhan
termasuk kata gantinya.
Contoh :

2
Ramli, Lili. 2011. “Bahasa Indonesia Resensi Buku” ht p :// lilira m li. g ur u-in d o n e sia.n e  / a r
 ik el _ d e ai l - 3 0 6 5 2 . h m
6
Allah Tuhan Maha Pemurah
slam Tuhan,bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang lurus.
3. Huruf pertama petika (kutipan) langsung.
Contoh :
Mahasiswa bertanya,”Mengapa harus berubah?
4. Huruf pertama kata yang menyatakan gelar kehormatan, gelar keagamaan, gelar
keturunan,yang diikuti dengan nama orang.
Contoh :
Mahaputra Mohamad Yamin
Nabi Muhammad
Sultan Hamengkubuwono X
Huruf capital tidak dipakai jika tidak diikuti nama
orang.
Contoh :
Ia baru dinobatkan menjadi sultan
5. Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang.
Contoh :
Dokter Nugroho Iman Santosa
6. Huruf pertama unsur nama orang.
Contoh :
Andi Malarangeng
Megawati Sukarno Putri
7. Huruf pertama kata yang menyatakan nama bangsa,nama suku atau nama bahasa.
Contoh :
Bahasa Arab
Bangsa
8. Huruf pertama nama tahun, nama bulan, nama hari dan nama peristiwa sejarah.
Contoh :
Tahun Masehi, hari raya Idul Fitri,Idul Adha
9. Huruf pertama kata yang menyatakan nama dalam geografi.
Contoh :
Danau Batur Pelabuhan Tanjung Periuk
Kali Kapuas Terusan Suez

7
10. Huruf pertama kata yang menyatakan nama lembaga atau badan pemerintah,
ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi,termasuk juga singkatannya.
Contoh :
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
11. Huruf pertama nama buku,nama majalah,nama surat kabar,judul karangan,kecuali
partikel(sepertidi,ke dan dari) yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh :
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma karangan Idrus
12. Huruf pertama istilah kekerabatan (seperti bapak,ibu,adik dan saudara) yang
dipakai sebagai kata ganti atau kata sapaan.
Contoh :
Kata paman kepada kami,”Benar Paman akan ke Jepang.”
Tanya saya kepada ayah,”Apakah Ayah akan membelikan saya komputer?”
13. Huruf pertama singkatan kata yang menyatakan nama gelar, nama pangkat, dan
istilah sapaan.
Contoh :
Dr. Doktor Ny. Nyonya
Drs. Doktorandus Sdr. Saudara
14. Nama kota yang mengikuti produk ditulis dengan huruf capital.
Contoh :
asinan Bogor gudeg Yogya
Batik Yogyakarta tempe Malang
15. Nama produk (karya) seni
Contoh :
Ketoprak Mataram legong Bali
Langgam Jawa ukiran Jepara
2. Huruf Kecil
Huruf kecil digunakan pada posisi-posisi yang tidak menggunakan huruf besar(huruf
kapital). Penulisan kata dalam posisi ini bukan pada awal kalimat,bukan nama
orang .Tetapi, perlu diperhatikan adanya penggunaan huruf kecil yang perlu
ditekankan,misalnya penulisan nama jenis, bukan nama produk,dan bukan nama
tempat dalam geografi.
Contoh :
8
Kunci inggris (bukan kunci Inggris)
Pisang ambon (bukan pisang Ambon)
3. Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk :
1. Menuliskan nama buku, nama majalah, nama surat kabar yang dikutip dalam
karangan.
2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf,bagian kata,atau kelompok kata
3. Menuliskan istilah ilmiah, atau ungkapan asing kecuali yang sudah disesuaikan
ejaannya
4. Huruf tebal
Huruf tebal digunakan dalam cetakan. Dalam tulisan tangan atau ketikan yang akan
dicetak tebal, diberi garis bawah ganda. Huruf tebal ini berfungsi untuk memandai
kata-kata yang dianggap penting atau perlu mendapat perhatian.
seperti : Judul dan subjudul dalam karangan,nama (judul) table,atau kata yang
menuntut perhatian khusus.3

D. Penulisan Tanda Baca


Dalam hal pembuatan karangan ilmiah, kesalahan huruf dan tanda baca sering
muncul. Dan di dalam penulisan tanda baca sering sekali kita lalai dan melakukan
kesalahan dalam penulisanya. Sehingga menjadikan karangan atau karya ilmiah kita
menjadi sebuah karya yang kurang baik karena ada kesalahan dalam penulisanya. Dari
berbagai kesalahan itu, sebenarnya para penulis karya ilmiah mampu untuk membuat
tulisanya, akan tetapi mereka sering lalai dan ceroboh dalam penggunaan tanda baca,
sehingga terkadang membuat sebuah kalimat menjadi rancu dan berbeda arti. Oleh
karena itu, pemakaian tanda baca dalam penyusunan kalimat sangat perlu untuk
diperhatikan.
Untuk memahami sebuah kalimat dengan sempurna kita perlu memperhatikan
tanda baca yang digunakan didalamnya. Yaitu :
1. Tanda baca titik (.)
Ada beberapa kaidah dalam penggunaan tanda baca titik (.) yaitu :

anggriani simbolon. https://www.academia.edu/8459467/Penulisan_Huruf

9
a. Tanda baca titik (.) Digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan berupa
kalimat Tanya atau kalimat seruan.
b. Tanda baca titik (.) digunakan dibelakang angka atau huruf dalam suatu
bagan,ikhtisar atau daftar.
c. Tanda baca titik (.)digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukan jangka waktu.
d. Tanda baca titik (.) digunakan diantara nama penulis,judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda Tanya dan tanda seru,dan tempat terbit dalam daftar pustaka
2. Tanda baca koma (,)
Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut :
a. Tanda baca koma (,) digunakan diantara unsur-unsur dalam suatu perincian.
b. Tanda baca koma (,)digunakan untuk memisahkan kalimat setara, apabila kalimat
setara berikutnya diawali dengan tetapi atau melainkan.
c. Tanda baca koma (,) digunakan apabila anak kalimat mendahului induk kalimat.
d. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika anak
kalimatnya itu mendahului induk kalimatnya.
e. Tanda baca koma (,) digunakan dibelakang ungkapan penghubung antar kalimat
yang terdapat pada awal kalimat.
3. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian
atau pemerian. Contoh:
 Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
 Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua : Axel
Wakil Ketua : Putri
Sekretaris : Helena
Wakil Sekretaris : Michelle
Bendahara : Tio
Wakil bendahara : Dikel
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan. Contoh:

10
Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex : "Siap, Boss!"
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara
bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
5. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
6. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
4. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan
notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
2. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Contoh:
 p-e-n-g-u-r-u-s
 8-4-1973
3. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
ungkapan.
Bandingkan:
 ber-evolusi dengan be-revolusi
 dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
 Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah
4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
Contoh:
11
 se-Indonesia
 hadiah ke-2
 tahun 50-an
 ber-SMA
 KTP-nya nomor 11111
 sinar-X
 Menteri-Sekretaris Negara
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing. Contoh:
 di-charter
 pen-tackle-an

5. Tanda Pisah (–, —)


1a. Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan
penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.
1b. Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—
telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
2a. Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti
sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh:
 1919–1921
 Medan–Jakarta
 10–13 Desember 1999
2b. Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau
bersama tanda kurang (−).
Contoh:
 dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65
 antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492–1499
 −4 sampai −6 °C, bukan −4–−6 °C
6. Tanda Elipsis (...)
12
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk
menuliskan naskah drama.
Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian
yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah
titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir
kalimat.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
7. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Contoh:
 Kapan ia berangkat?
 Saudara tahu, bukan?
Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
 Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
 Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
8. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat. Contoh:
 Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
 Bersihkan meja itu sekarang juga!
 Sampai hati ia membuang anaknya!
 Merdeka!
Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan
ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau
transkripsi drama.
9. Tanda Kurung ((...))

13
1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan. Contoh: Bagian Keuangan
menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham) secara berkala.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan. Contoh:
 Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk
sistem satelit domestik di Indonesia.
 Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan
baru dalam pasaran dalam negeri.
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Contoh:
 Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)
 Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat,
dan (c) promosi.
Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti
tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya. Contoh:
 Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy
Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.
 Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv,
merupakan seorang pemimpin Ukraina.
 Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan seorang pemimpin Ukraina. Dia
juga dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.
10. Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.

14
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
11.Tanda Petik ("...")
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah
atau bahan tertulis lain. Contoh:
 "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
 Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh:
 Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
 Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA"
diterbitkan dalam Tempo.
 Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus. Contoh:
 Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
 Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda
petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung
kalimat atau bagian kalimat. Contoh:
 Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
 Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
12.Tanda Petik Tunggal ('...')
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:
 Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
 "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa
letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Contoh: feed-back 'balikan'
15
13.Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
 No. 7/PK/1973
 Jalan Kramat III/10
 tahun anggaran 1985/1986
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda
bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:
 harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)
 kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)
 7/8 atau 7⁄8
 xn/n!
Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar
dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷.
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi
dapat dipakai.

Contoh: .
3. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau4

E. Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya bahasa Indonesia mengambil unsur atau kata dari
bahasa lain, seperti bahaa daerah atau bahasa asing. Sudah banyak kosa kata dari bahasa
asing dan daerah yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Terlebih dahulu kata-kata itu
disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia, baik itu dalam hal
pengucapan maupun penulisannya. Kata-kata sepeerti itulah yang dinamakan dengan
Kata-Kata.Serapan.
Proses penyerapan itu dapat dipertimbangkan jika salah satu syarat dibawah ini
terpenuhi, yaitu :
a. Istilah serapan yang dipilih cocok konotasinya
4
anggriani simbolon. https://www.academia.edu/8459467/Penulisan_Huruf

16
b. Istilah yang dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya
c. Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah
Indonesia terlalu banyak sinonimya
Kata Serapan Masuk Ke Dalam Bahasa Indonesia Dengan 4 Cara Yaitu :
1. Cara Adopsi
Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara
keseluruhan.
Contoh : supermarket, plaza, mall
2. Cara Adaptasi
Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan
ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia
Contoh :
Pluralization > pluralisasi
Acceptability > akseptabilitas
3. Penerjemahan
Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa
asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa Indonesia
Contohnya :
Overlap > tumpang tindih
Try out > uji coba
4. Kreasi
Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yangada dalam
bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki
perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti
penerjemahan.
Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata,
sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.
Contoh :
Effective > berhasil guna
Spare parts > suku cadang
Di samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian
kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh
di samping kata standar, implemen, dan objek.

17
Pedoman EYD mengatur kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur-unsur serapan.
Beberapa kaidah yang berlaku misalnya c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
(cubic menjadi kubik, construction menjadi konstruksi), q menjadi k (aquarium menjadi
akuarium, frequency menjadi frekuensi), f tetap f (fanatic menjadi fanatik, factor menjadi
faktor), ph menjadi f (phase menjadi fase, physiology menjadi fisiologi).
Akhiran-akhiran asing pun dapat diserap dan disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Misalnya akhiran -age menjadi -ase, -ist menjadi -is, -ive menjadi -if.
Akan tetapi, dengan berbagai kaidah unsur serapan tersebut, kesalahan
penyerapan masih sering kali dilakukan oleh para pemakai bahasa. Pujiono
menemukan kata sportifitas lebih banyak muncul di Google dibandingkan kata
sportivitas, demikian pula dengan kata aktifitas dibandingkan dengan kata aktivitas.
Cara menulis tidak menjadi pertimbangan penyesuaian kata serapan . Umumnya
kata serapan disesuaikan pada lafalnya saja. Meski kontak budaya dengan penutur bahasa
– bahasa itu berkesan silih berganti, proses penyerapan itu ada kalanya pada kurun waktu
yang tmpang tindih sehingga orang-orang dapat mengenali suatu kata serapan berasal
dari bahasa yang mereka kenal saja
Satu hal lagi, bahasa Indonesia memang termasuk luwes dalam menerima dan
menyerap unsur dari berbagai bahasa lain. Namun keluwesan ini hendaknya tidak
membuat kita serampangan dalam membentuk istilah baru dan mengabaikan khazanah
bahasa kita.
Selain kata serapan, ternyata bahasa Indonesia juga memunyai beberapa afiks
atau imbuhan serapan. Imbuhan serapan dalam bahasa Indonesia ditulis serangkai dengan
bentuk dasarnya.
Beberapa imbuhan serapan itu antara lain :
1. An -, a - [= tidak] ; anarki, amoral, anorganik
2. Ab - [= dari] ; abrasi, abnormal
3. Tele - [= jauh] ; televisi, telepon
4. Mini - [= kecil] ; miniatur, mini bus
5. Super - [= di atas] ; supersonik, super power, supervisi
6. Uni - [= satu] ; unilateral, universitas
7. Nomo - [= satu] ; monoton, monogami, ,monofobia
8. Sub - [= dibawah] : subversi, subsidi, subordinasi
9. Trans - [= seberang, lewat] ; transisi, tranfusi
10. Semi - [= setengah, sebagian] ; semiautomatis, semiformal, semifinal.
18
Demi kemudahan pengalihan antarbahasa dan keperluan masa depan, pemasukan
istilah asing, yang bersifat internasional, melalui proses penyerapan dapat
dipertimbangkan jika salah satu syarat atau lebih yang berikut ini dipenuhi.
a. Istilah serapan yang di pilih lebih cocok karena konotasinya
b. Istilah serapan yang di pilih lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahan
Indonesianya.
c. Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah
Indonesia trlalu banyak sinonimnya.5

5
https://liberzega.blogspot.com/2016/06/penggunaan-unsur-serapan-dan-penulisan.html?m=1
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan
sebagainya) dalam tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca (KBBI, 2008:353).
Penjelasan itu mengandung pengertian bahwa ejaan hanya terkait dengan tata tulis yang
meliputi pemakaian huruf, penulisan kata, termasuk penulisan kata atau istilah serapan,
dan pemakaian tanda baca. Dalam ejaan tidak terdapat kaidah pemilihan kata atau
penyusunan kalimat. Pada kenyataannya banyak orang yang salah dalam memahami
ejaan, dalam hubungan ini Ejaan bahasa indonesia Yang Disempurnakan atau yang
sering disingkat menjadi EYD.
Penulisan kata terdiri dari dua kata yaitu “penulisan” dan “kata”. Penulisan adalah
proses, cara, perbuatan menulis atau menulis. Sedangkan kata adalah unsur bahasa yang
diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran
yang dapat digunakan dalam berbahasa. Dari pengertian perkata diatas, dapat
disimpulkan bahwa penulisan kata adalah proses atau cara menulis yang
mepertimbangkan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan sebagai wujud kesatuan
perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa sesuai ejaan yang
disempurnakan.
Tentang penulisan huruf ini yang dibicarakan yaitu tentang penulisan huruf
capital, huruf kecil,huruf miring dan huruf tebal.
Dalam hal pembuatan karangan ilmiah, kesalahan huruf dan tanda baca sering
muncul. Dan di dalam penulisan tanda baca sering sekali kita lalai dan melakukan
kesalahan dalam penulisanya. Sehingga menjadikan karangan atau karya ilmiah kita
menjadi sebuah karya yang kurang baik karena ada kesalahan dalam penulisanya. Dari
berbagai kesalahan itu, sebenarnya para penulis karya ilmiah mampu untuk membuat
tulisanya, akan tetapi mereka sering lalai dan ceroboh dalam penggunaan tanda baca,
sehingga terkadang membuat sebuah kalimat menjadi rancu dan berbeda arti. Oleh
karena itu, pemakaian tanda baca dalam penyusunan kalimat sangat perlu untuk
diperhatikan.
Dalam perkembangannya bahasa Indonesia mengambil unsur atau kata dari
bahasa lain, seperti bahaa daerah atau bahasa asing. Sudah banyak kosa kata dari bahasa
asing dan daerah yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Terlebih dahulu kata-kata itu

20
disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia, baik itu dalam hal
pengucapan maupun penulisannya. Kata-kata sepeerti itulah yang dinamakan dengan
Kata-Kata.Serapan.

21
DAFTAR PUSTAKA
Sriyanto, Penyuluhan Bahasa Indonesia Ejaan, (Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Jakarta 2014),
Ramli, Lili. 2011. “Bahasa Indonesia Resensi Buku” ht p :// lilira m li. g ur u-in d o n e sia.n e
 / a r  ik el _ d e ai l - 3 0 6 5 2 . h m

anggriani simbolon. https://www.academia.edu/8459467/Penulisan_Huruf


https://liberzega.blogspot.com/2016/06/penggunaan-unsur-serapan-dan-penulisan.html?m=1

22

Anda mungkin juga menyukai