Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun Oleh :

Avni Mahabah (856586731)

Yenni Nofitasari (856588591)

Dosen Pengampuh : Dina Puspita, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Sastra Bahasa Indonesia” tepat pada waktunya. Oleh karena itu kami sangat mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dosen pengampu yaitu ibu Dina Puspita, M.Pd., yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.
2. Pihak yang telah membuat sumber untuk kami agar bisa menggali ilmu bahasa
dan sastra Indonesia lebih banyak lagi.
3. Rekan-rekan yang telah membantu dalam memberi saran dan masukansehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari katasempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikandemi kesempurnaan
makalah ini.

Bangko, 21 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4

1.2 Tujuan...............................................................................................................................5

1.3 Manfaat.............................................................................................................................5

BAB II.......................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.......................................................................................................................6

2.1 Semantik Bahasa Indonesia..............................................................................................6

2.2 Ragam Makna...................................................................................................................6

2.3 Relaksi Makna..................................................................................................................8

2.4 Pengertian kamus............................................................................................................11

2.5 Manfaat Kamus…...……………………………………………………………………11


2.6 Jenis Kamus....................................................................................................................12

2.7 Menggunakan kamus......................................................................................................12

2.8 Menyusun Kamus Sederhana.........................................................................................13

BAB III....................................................................................................................................17

PENUTUP...............................................................................................................................17

3.1 Simpulan.........................................................................................................................17

3.2 saran................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat pemersatu
bangsa indonesia dan diperjelas didalam isi sumpah pemuda yang berbunyi ”kami putra-putri
indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa indonesia”. Bahasa
indonesia juga merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.
Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu sarana mengupayakan
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah. Maka dari itu melalui proses
pengajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa mempunyai kemampuan yang memadai untuk
dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Bahasa indonesia terdapat dua aspek yang di pelajari yaitu ragam bahasa sastra dan non
sastra. Dalam pembelajarannya guru tidak hanya mengajarkan kepada siswa untuk membuat,
memahami, mengenal sejarah dan pengarang sastra, melainkan untuk menumbuh
kembangkan akal budi siswa melalui kegiatan apresiasi dan ekspresi sastra sehingga tumbuh
kemampuan menghargai sastra sebagai sesuatu yang penuh makna bagi kehidupan.
Pengajaran sastra diharapkan dapat membimbing siswa agar memiliki wawasan tentang
sastra, mampu mengapresiasi sastra, bersikap positif terhadap sastra, dan dapat
mengembangkan kemampuan, wawasan, serta sikap positif itu bagi kepentingan pendidikan.
Tumbuhnya kesadaran siswa akan pentingnya mengapresiasi sastra akan mendorong mereka
pada kemampuan melihat permasalahan secara objektif, membentuk karakter, merumuskan
watak dan kepribadian. Kaitannya dengan pembelajaran di sekolah dasar, pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia meliputi aspek kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra. Aspek
kemampuan berbahasa meliputi keterampilan mendengarkan (menyimak), berbicara,
membaca, dan menulis yang berkaitan dengan ragam bahasa non sastra. Sedangkan aspek
kemampuan bersastra meliputi keterampilan mendengarkan (menyimak), berbicara,
membaca, dan menulis yang berkaitan dengan ragam sastra. Membicarakan pengajaran
bahasa Indonesia tidak akan lepas dari kegiatan menulis. Menulis merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di
sekolah. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Kemampuan menulis seperti halnya dengan kemampuan berbahasa yang lain, yaitu tidak
akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan
teratur (Henry Guntur Tarigan, 1993: 3).

1.2 Tujuan

Sesuai dengan latar belakang diatas sehingga pada makalah ini dapat dirumuskan
beberapa masalah antara lain:

a. Bagaimana penjelasan dari semantik bahasa Indonesia?


b. Apa saja relaksi makna bahasa Indonesia?
c. Apa itu pengertian kamus bahasa Indonesia?

1.3 Manfaat

Sesuai dengan rumusan masalah diatas sehungga pada makalah ini dapat diambil
beberapa tujuan antara lain :
a. Untuk memahami apa itu sematik
b. Untuk dapat mengetahui apa saja relaksi makna bahasa Indonesia
c. Untuk mengetahui pengertian kamus bahasa indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Semantik Bahasa Indonesia

Kata sematik berasal daribahasa Yunani sema yang berarti tanda atau lambang (sign).
Sematik merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa
(morfologi-sintaksis) dan semantik (Djajasudarma,1993). Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia semanti berarti :

1. Ilmu tentang makna kata dan kalimat, pengetahuan mengenai seluk-beluk dan
ergeseran arti kata;
2. Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur
makna suatu wirawa.

Sebuah benda dapat memiliki bermacam-macam nama dalam satu bahasa yang berbeda.
Kita tidak dapat semaunya mengganti makna suatu kata. Orang tidak mungkin mengganti
urutan bunyi bagi kionsep-konsep yang ada tanpa persetujuan dari anggota masyarakat
pemakai bahasa (Samsuri dalam Yudi Cahyono, 1995).

2.2 Ragam Makna

Materi ini akan menguraikan empat ragam makna berdasarkan dikotomi makna, ya itu
makna leksikal dan makna gramatikal, makna denotatif dan makna konotatif, makna
konseptual x makna asosiatif, makna kata umum dan makna kata khusus (Chaer dan
Muliastuti, 2003).

a. Makna leksikal dan makna gramatikal

Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya atau sesuai dengan hasil
pengamatan panca indra kita. Makna tersebut nyata dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dalam semantik, makna leksikal dibedakan dengan makna gramatikal makna


gramatikal adalah makna yang muncul karena proses gramatikal. Proses gramatikal,
meliputi afiksasi/pengimbuhan, reduplikasi/pengulangan, dan komposisi/pemajemukan.

Contohnya seperti berikut :

a) Adik berlari setelah mencubit lengan temannya.


b) Mereka sudah menyelesaikan laporan penelitian.
c) Asinan bogor banyak disukai orang.
d) Rumah di desa halamannya luas-luas.
e) Deni akan minta surat keterangan dari ketua RT.
f) Mata kita silau apabila menatap langsung matahari.
b. Makna Denotatif dan Makna Konotatif

Sebuah kata mempunyai makna denotatif Apabila kata tersebut memiliki nilai rasa
positif atau menyenangkan titik sebaliknya, sebuah kata akan mempunyai makna konotasi
apabila memiliki nilai rasa negatif atau tidak menyenangkan. Dengan demikian jelas bukan
bahwa nilai rasa sebuah kata dapat membedakan makna.

Contoh :

a) Gadis cantik itu berbadan langsing.


b) Siswa yang berkelompok itu sedang mendiskusikan presiden baru.
c) Badannya kerempeng seperti kekurangan gizi.
d) Gerombolan mahasiswa itu memadati jalan utama.
c. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

Makna konseptual adalah makna kata yang sesuai dengan referensinya atau makna yang
bebas dari asas asosiasi apapun. Makna konseptual sebenarnya yang sama dengan makna
denotatif dan makna leksikal sedangkan makna asosiasi adalah makna sebuah kata yang ada
hubungannya dengan kata tersebut dengan keadaan di luar kebahasaan. Makna asosiasi
sebenarnya sama dengan lambang-lambang yang digunakan oleh masyarakat tertentu.
Perbedaan makna konseptual dengan makna asosiatif didasarkan pada ada atau tidaknya
hubungan asosiasi makna sebuah kata dengan makna kata lain.

Misalnya, kata wanita atau perempuan oleh masyarakat dilambangkan sebagai makhluk
yang lemah, kata merah sebagai lambang keberanian, putih sebagai lambang kesucian. Dan
kata lain, makna asosiasi mempunyai hubungan dengan nilai-nilai moral maupun pandangan
hidup masyarakat tertentu. Selain itu, makna asosiatif ini juga berhubungan dengan nilai rasa.
Dengan demikian, makna asosiatif juga termasuk makna konotatif.

d. Makna Kata Umum dan Makna Kata Khusus

Makna kata umum adalah makna suatu kata yang bersifat umum maksudnya makna
tersebut digunakan secara umum. Makna kata bersifat umum baru jelas bila berada dalam
konteksnya. Sedangkan makna kata khusus atau istilah adalah makna kata yang sifatnya
khusus, maksudnya hanya digunakan di kalangan ilmu tertentu makna khusus biasanya
disebut dengan istilah. Apabila kata umum lepas dari konteksnya, maka kata tersebut akan
kabur sedangkan makna kata khusus sudah memiliki makna yang pasti dan tetap sehingga
tanpa konteks maknanya. Misalnya, kata kuping dalam pemakaian bahasa secara umum
berarti indra pendengaran, yang meliputi bagian luar (daun telinga) dan bagian dalam. Dalam
bahasa umum kata telinga berpadanan fakta dengan kuping. Dalam istilah kedokteran kata
kuping dan telinga, merupakan dua istilah yang jelas berbeda. Kuping berarti ‘daun telinga’
atau bagian luar telinga sedangkan telinga berarti bagian dalam telinga.

2.3 Relaksi Makna

Relasi makna atau hubungan makna adalah hubungan kemaknaan antara sebuah kata,
frase, Klausa atau kalimat dengan kata, frase, Klausa, atau kalimat lainnya. Hubungan
tersebut berbentuk sinonim, antonim, homonim, homofon, homograf, Polisemi, dan hiponim.

1. Sinonim dan antonim


a. Sinonim

Kata sinonim berasal dari bahasa Yunani Kuno onomo yang berarti ‘nama’ dan syn yang
berarti ‘dengan’. Sinonim dapat memiliki arti makna yang sama atau hampir sama yang
sering, tetapi tidak selalu dapat saling menggantikan dalam kalimat (Yudi Cahhono, 1995:
208).

Sinonim merupakan ungkapan (dapat berupa kata, frasa atau kalimat) yang maknanya
kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain titik pengertian kesamaan Makna tersebut
tidak harus sama secara utuh sebuah kata yang digunakan dalam kalimat tertentu belum tentu
cocok digunakan dalam kalimat lain. Misalnya kata mati dan tewas.

a) Ayam piaraannya mati semua.


b) Keluarganya tewas dalam musibah tanah longsor.

Kata mati dalam kalimat (1) tidak cocok digunakan dalam kalimat (2), begitu sebaliknya
kata tewas tidak cocok digunakan dalam kalimat (1). Kata mati digunakan untuk mengacu
pada makhluk yang sudah tidak bernyawa seperti : manusia, binatang, dan tanaman.
Sedangkan kata tewas digunakan untuk mengacu pada makna ‘tak bernyawa’ yang terjadi
dalam peperangan bencana, dan kecelakaan.
b. Antonim.

Kata antonim yang lazim disebut lawan kata berasal dari bahasa Yunani kuno onoma
yang berarti ‘nama’ dan anti yang berarti ‘melawan’. Secara harfiah berarti ‘nama lain untuk
benda lain’. Menurut Verhaar, Antonim adalah ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat
juga berupa frase atau kalimat) yang dianggap bermakna kebalikan dari ungkapan lain.
Antonim juga disebut dengan istilah oposisi makna. Ada beberapa jenis komposisi makna
yaitu oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan oposisi hierarki, dan oposisi majemuk.

a) Oposisi mutlak

Kata-kata yang beroposisi mutlak adalah kata-kata yang memiliki pertentangan secara
mutlak

Contoh : Laki-laki dengan Perempuan.


Hidup dengan Mati
Laki-laki pasti bukan perempuan, dan perempuan pasti bukan laki-laki titik Bila hidup pasti
tidak mati, dan bila mati pasti tidak hidup.

b) Oposisi Kutub

Kata-kata yang beroposisi kutub adalah kata-kata yang pertentangannya tidak mutlak
Contoh : Pandai dengan Bodoh

Tinggi dengan Rendah

Pertentangan tersebut tidak mutlak karena di antara pandai dan bodoh ada agak
pandai, agak bodoh, sangat pandai dan sangat bodoh titik diantara tinggi dan rendah tidak
agak tinggi, agak rendah, sangat tinggi, sangat rendah.

c) Oposisi hubungan

Kata-kata yang beroposisi hubungan adalah kata-kata yang bertentangannya saling


berhubungan titik maksudnya, kehadiran satu kata mengakibatkan munculnya kata lain yang
menyerupai hubungan.

Contoh : Dosen dengan Mahasiswa

Penjual dengan Pembeli


Kata dosen muncul karena ada kata mahasiswa, begitu sebaliknya kata mahasiswa
muncul karena ada kata dosen. Kata penjual muncul karena ada kata pembeli, begitu juga
kata pembeli muncul karena ada kata penjual.

d) Oposisi hierarki

Kata-kata yang beropose sejarah gak ada kata-kata yang berupa nama satuan ukuran
berat, panjang, isi, nama satuan hitungan, penanggalan nama jenjang kepangkatan, dan
sebagainya.

Contoh : Gram dengan Kuintal

Sersan dengan Jenderal

e) Oposisi majemuk

Kata-kata yang beroposisi majemuk adalah kata-kata yang tidak hanya beroposisi dengan
satu kata tetapi dengan dua buah kata atau lebih. Contoh jelek dan baik, bagus, cantik, manis.

2. Homonim, Homofon, Homograf, dan Polisemi.

Kata homonim berasal dari kata Yunani Kuno onoma yang berarti ‘kata’ dan homos
yang berarti ‘sama’. Secara harfiah homonim berarti, kata yang sama lafal dan ejaannya
tetapi berbeda maknanya.

Contoh : Hak Asasi Manusia

Hak Sepatu Wanita.

Homofon adalah kata yang sama lafalnya tetapi beda ejaan dan maknanya.

Contoh : Masa dan Massa

Sanksi dan Sangsi

Homograf adalah kata yang sama ejaannya, tetapi lafal dan makna yang berbeda.

Contoh : Mobil sedan Bupati berwarna merah

Anak laki-laki kecil itu menangis sedu-sedu.

Polisemi adalah satuan bahasa terutama kata atau frase yang memiliki makna lebih dari satu
Contoh : Mangga arumanis yang bergelantungan itu sudah matang.

Adiknya berusia 25 tahun, sudah matang untuk menikah.


Kata matang pada kalimat 1 bermakna sudah tua dan sudah waktunya untuk dipetik
titik pada kalimat 2 kata mata mempunyai arti sudah dewasa titik Dengan demikian kata mata
memiliki makna lebih dari satu, dan makna tersebut masih berdekatan. Menurut padeta,
terjadinya Polisemi karena beberapa faktor yaitu faktor gramatikal faktor leksikal faktor
pengaruh bahasa asing faktor pemakaian bahasa yang ingin menghemat penggunaan kata
faktor bahasa itu sendiri yang terbuka untuk menerima perubahan, baik perubahan bentuk
maupun perubahan makna.

3. Hiponim

Kata hiponim berasal dari bahasa Yunani Kuno onoma yang berarti ‘nama’ dan hypo
yang berarti ‘di bawah’. Dalam kamus linguistik hiponim berarti hubungan antara makna
spesifik dan makna generik atau antara anggota taksonomi misalnya anjing, kucing, dan
kambing merupakan himpunan dari hewan. Sejarah semantis simfonim dapat didefinisikan
sebagai ungkapan (kata, frasa, atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari
makna ungkapan lain.

Kata mangga, rambutan, durian, dan jambu merupakan hiponim dari buah titik Bila
nama-nama itu disebut, maka kita tahu bahwa nama-nama tersebut adalah nama buah-
buahan.

2.4 Pengertian kamus

Kata kamus dipinjam dari bahasa Arab qamus, yang berasal dari bahasa Yunani
okeanos yang berarti ‘lautan’. Seperti halnya sifat lautan yang dalam dan luasnya tak
terhingga kamus merupakan wadah untuk mereka kosa kata yang jumlahnya semakin tak
terbatas.

Arti kata kamus, dalam KBBI berarti

1. Buku acuan yang memuat kata atau ungkapan yang biasanya disusun menurut abjad
berikut keterangan tentang maknanya pemakaiannya atau terjemahannya.
2. Buku yang membuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad beserta
penjelasan tentang makna dan pemakaiannya.

Selain itu, kamus juga diartikan sebagai buku yang berisi daftar kosakata suatu bahasa
secara lengkap tersusun secara alfabetis dan diberi penjelasan serta contoh pemakaiannya bila
perlu (Badudu-Zain: 1994).
Bahasa sebagai sarana pendukung ilmu dan teknologi semakin berkembang pesat seiring
dengan kemajuan ilmu dan teknologi titik perkembangan bahasa baik bahasa Indonesia
maupun bahasa daerah berdampak munculnya kosakata baru dari waktu ke waktu atau
kosakata lama yang kembali muncul dalam pemakaian bahasa sehari-hari, semakin
menambah kekayaan kosakata bahasa Indonesia.

2.5 Manfaat Kamus

Kamu selalu menjadi kebanggaan suatu bangsa, juga mempunyai fungsi dan
kegunaan yang praktis. Seperti halnya Dalam suatu pertandingan, kamu seperti tindak
sebagai wasit, yang menentukan benar atau tidaknya bentuk tulisan atau makna suatu kata.
Melalui kamus pula kita dapat mempelajari bentuk, jenis, dan keberagaman kata-kata. Untuk
mencapai konsep makna yang tepat pun kita menggunakan kamus. Tidak itu saja, kamu juga
berfungsi sebagai alat perekam data yang sangat ampuh.

2.6 Jenis Kamus

Ada beberapa jenis kamus yang sudah berada secara luas. Apabila dilihat dari bahasa
yang digunakan, kamu siapa dibagi atas tiga jenis yaitu kamus ekabahasa, kamus dwibahasa,
dan kamus multibahasa.

Kamus ekabahasa adalah kamus yang memuat suatu bahasa yang disusun secara
alfabetis dengan penjelasan makna dan contoh pemakaiannya dalam bahasa yang sama.
Misalnya, Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh pusat bahasa kamus Inggris.
Kamus di bahasa adalah kamus yang membuat kata atau gabungan kata suatu bahasa yang
disusun secara alfabetis dengan penjelasan makna dan contoh pemakaiannya dalam bahasa
lain yang menjadi bahasa sasaran. Misalnya, kamus Inggris-Indonesia, kamus Indonesia-
Inggris kamus Indonesia-Jerman, kampus Jerman-Indonesia. Kamus multi bahasa adalah
kamus yang membuat daftar kata dengan padanannya lebih dari dua bahasa yang berbeda
misalnya kamus Arab-indonesia-inggris

2.7 Menggunakan kamus

Kamu sebagai salah satu jenis referensi banyak digunakan oleh hampir semua
kalangan. Mulai dari siswa sekolah dasar sampai perguruan tinggi, dan dari ibu rumah tangga
sampai para profesional. Untuk memahami cara penggunaan kamus lebih dahulu perlu
mengetahui susunan kamu titik kamus yang baik pada dasarnya tersusun atas tiga bagian
yaitu pendahuluan, isi, dan pelengkap. Sistematika tersebut tidak dicantumkan secara
eksplisit seperti dalam sistematika karya ilmiah.

1. Bagian pendahuluan
Bagian pendahuluan adalah bagian awal suatu kamus bagian ini membuat keterangan
mengenai petunjuk pemakaian kamus.
2. Bagian isi
Bagian isi kamus merupakan bagian terpenting atau inti sebuah kamus, dengan tanpa
mengabaikan arti bagiannya. Pada bagian ini memuat keterangan tentang ejaan resmi,
baik mengenai penulisannya maupun pemenggalan kata, aksen, ucapan jenis kelas
kata, etimologi, definisi, sinonim, bentuk-bentuk turunan, dan pemakaiannya dalam
kalimat.
3. Bagian Pelengkap
Lagian pelengkap berisi tentang kata dan ungkapan bahasa daerah, kata dan ungkapan
bahasa asing, singkatan dan akronim aksara daerah, aksara asing, nama negara,
ibukota dan bahasa, nama mata uang sukatan dan timbangan nama daerah tingkat 1
dan tingkat 2 di Indonesia data jumlah penduduk, bintang dan tanda kehormatan
lambang komunikasi lambang matematika, dan lambang unsur kimia.

Hal-hal dasar yang perlu Anda pahami dalam penggunaan kamus :

a. Penyajian lema/entri
 Kata dasar
 Peri bahasa
 Gabunhan kata
 Kata ulang dan bentuk ulang
b. Label-label dalam lema
 Label ragam bahasa
 Label kelas kata
 Label penggunaan bahasa yang menunjukkan dalam bahasa apa atau dialek Melayu
mana kata yang bersangkutan digunakan

2.8 Menyusun Kamus Sederhana

1. Tahap-tahap menyusun kamus.


a. Persiapan.
Tahap persiapan adalah tahap mengadakan segala sesuatu yang dapat memperlancar
pelaksanaan penyusunan kamus antara lain :
 Menyediakan alat tulis,
 Menyediakan sumber data, seperti buku-buku pelajaran, media massa, cetak,
kamu sejenisnya.
 Penyediaan bahan sumber rujukan (dapat berupa kamus dan ensiklopedi) baik
dalam bahasa Indonesia dalam bahasa daerah maupun bahasa asing. Ini
diperlukan untuk memperlancar dalam pemberian definisi.
b. Pengumpulan Data.
Data yang diperoleh dari sumber data buku majalah surat kabar dikumpulkan secara
bersistem dengan cara memindahkannya ke dalam kartu berukuran 15 cm * 10 cm.
Penggatur dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan tujuan penyesuaian
kamus. Setiap data, baik yang berupa kata dasar maupun kata jadian masing-masing
ditulis dalam kartu yang berbeda titik data yang diambil hendaknya disertai konteks
kalimat atau frase yang dapat mendukung Makna kata/data tersebut. Data yang sudah
terkumpul diatur menurut abjad berkelompok data. Dalam urutan abjad tersebut
terdapat kelompok-kelompok kartu data mengenai satu entri yang telah dipilah-pilah
Contoh kartu data :

HILANG
hi.lang v 1 tidak ada lagi; lenyap; tidak kelihatan: mobil itu
sudah~

Yn (Kompas, 23 Agustus 2004)

c. Pengolahan data.
Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul, kelompok entry hasil pemilihan
butir 2 diperiksa ulang dan diseleksi, untuk menentukan data mana yang dimanfaatkan
dan di mana yang tidak dimanfaatkan. Data yang tidak dimanfaatkan dikeluarkan.
Tahap-tahap pengolahan data :
 Pemeriksaan ulang urutan abjad.
 Penyeleksian data.
 Klarifikasi data.
 Pemberian definisi.
 Penyuntingan hasil pemberian definisi.
d. Pengetikan kartu induk.
Kartu induk adalah kartu M3 yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan kamus.
Kartu-kartu induk kamus tersebut merupakan hasil akhir pelaksanaan pengolahan data
titik hasil penyuntingan pemberian definisi diketik dalam kartu-kartu berukuran 15 x
10 cm
Contoh pengetikan kartu induk :
Entri pokok

HILANG

hi.lang n 1 tidak ada lagi; lenyap; tidak kelihatan: mobil itu


sudah~

Subentri

(HILANG)

meng.hi.lang v menyelapkan diri, menjadi tidak kelihatan


lagi; tidak memperlihatkan diri lagi: pesawat pemburu itu
tiba-tiba~di balik awan

Gabungan kata

(HILANG)

~akal tidak dapat berpikir lagi, bingung

e. Penyusunan kartotek.
Kartu-kartu induk kamu secara alfabetis dengan urutan susunan entri yang telah
diterapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan penyusunan kamu. Kartu-kartu itulah
yang disebut kartotek. Kartotek menjadi dasar pengetikan naskah kamus
f. Pengertian naskah.
Tahap pengetikan naskah dilakukan berdasarkan kartotek yang telah disusun
g. Koreksi naskah.
Naskah kamus yang sudah selesai diketik kadang-kadang masih ada kesalahan titik
oleh karena itu, harus mengoreksinya setelah diketik agar naskah kamu siang-siap
dicetak benar-benar bersih dari kesalahan ketik.
h. Cetak coba.
Setelah masa kamu benar-benar bersih dari kesalahan, siap diserahkan ke pencetakan
untuk cetak coba.
i. Koreksi cetak coba.
Hasil cetak coba dikoreksi sekali lagi Supaya hasil reproduksi kamus betul-betul
sempurna.
j. Reproduksi kamus.
Bila hasil koreksi coba-coba sudah selesai, sampai Tahap terakhir yaitu reproduksi
kamus.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dapat di ambil kesimpulan bahwa kata semantik yang digunakan untuk bidang linguistik
yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang di tandainya
atau dengan kata lain bidang studi yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh
karena itu kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau arti. Semantik
bahasa terdiri atas:

1. Tata bahasa (gramatika)


2. Fonologi (fonemik)
3. Fonetik
4. Leksikon
Pengetahuan semantik akan memudahkan dalam memilih dan menggunakan kata dengan
makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat umum.

3.2 saran

Semoga kedepanya makalah ini dapat dijadikan referensi agar lebih lagi
kedepanya.Dan satu lagi untuk para pembaca hendaklah di zaman yang serba berubah ini kita
lebih tanggap terhadap  perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang bahasa
Indonesia. Kita harus melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Perubahan
yang terjadi perlu kita cermati dengan baik agar keaslian bahasa Indonesia tetap terjaga
khususnya semantik ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai