Anda di halaman 1dari 17

Hakikat Keterampilan Berbahasa, Komponen Keterampilan Berbahasa di SD,

Pentingnya Keterampilan Berbahasa, Analisis KD Kurikulum Bahasa Indonesia


SD

Makalah Ini Dibuat untuk Melengkapi Tugas Kelompok Konsep Dasar Bahasa dan
Sastra Indonesia di SD

Oleh :

KELOMPOK 1

ADELWEISS SARALEE (22124071)


FITRA RAMADANI (22124023)
RAHMi HANIFAH (22124045)

Dosen Pengampu :

Dr. Darnis Arief, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyusun makalah “Konsep Dasar Bahasa dan Sastra
Indonesia di SD” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah


mempercayakan makalah ini pada penulis, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Penulis menyadari kekurangan dalam pembuatan makalah ini
baik materi yang disampaikan maupun sistematis penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah yang penulis buat dapat dimanfaatkan sebagaimana


mestinya. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Padang, 02 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I................................................................................................................................1

PENDAHULUAN............................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN...............................................................................................................3

A. Hakikat Keterampilan Berbahasa...........................................................................3

B. Komponen Keterampilan Berbahasa di SD............................................................6

C. Pentingnya Keterampilan Berbahasa......................................................................7

D. Analisis KD Kurikulum Bahasa Indonesia SD......................................................8

BAB III...........................................................................................................................10

PENUTUP......................................................................................................................10

A. Simpulan...............................................................................................................10

B. Saran.....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah alat komunikasi antara nggota masyarakat berupa lambang


bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa yang digunakan
sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat terbagi atas dua unsur
utama yakni bentuk (arus ujaran) dan makna (isi).

Dalam berkomunikasi kita menggunakann keterampilan berbahasa yang


telah kita miliki, seberapapun tingkat atau kualitas keterampilan itu. Ada
orang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal sehingga setiap
tujuan komunikasinya mudah tercapai. Namun, ada pula orang yang sangat
lemah tingkat keterampilannya sehingga bukan tujuan komunikasinya
tercapai, tetapi malah terjadi salah pengertian yang berakibat suasana
komunikasi menjadi buruk. Berikut ini kita akan mempelajari pengertian
keterampilan berbahasa, komponen keterampilan berbahasa di sd, pentinya
keterampilan berbahasa serta analisis kd kurikulum bahasa Indonesia sd.

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mencoba merumuskan


masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Hakikat Keterampilan Berbahasa?


2. Apa Saja Komponen Keterampilan Berbahasa di SD ?
3. Apa Pentingnya Keterampilan Berbahasa ?
4. Bagaimanakah Analisis KD Kurikulum Bahasa Indonesia SD?
C Tujuan Penulisan

Berdasarkan Rumusan Masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah:

1. Dapat menjelaskan Hakikat Keterampilan Berbahasa.


2. Dapat menjelaskan Komponen Keterampilan Berbahasa di SD.
3. Dapat menjelaskan Pentingnya Keterampilan Berbahasa.
4. Dapat menjelaskan Analisis KD Kurikulum Bahasa Indonesia SD.
BAB II

PEMBAHASAN

Hakikat Keterampilan Berbahasa, Komponen Keterampilan Berbahasa di SD,


Pentingnya Keterampilan Berbahasa, Analisis KD Kurikulum Bahasa Indonesia
SD

A Hakikat Keterampilan Berbahasa

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa lambang


bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa yang digunakan
sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat terbagi atas dua unsur utama
yakni bentuk (arus ujaran) dan makna (isi).

Fungsi bahasa yaitu sebagai :

1. Fungsi informasi
2. Fungsi ekspresi diri
3. Fungsi adaptasi
4. Fungsi kontrol sosial.
Terampil adalah cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan,
sedangkan keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.
Sedangkan kecakapan seseorang untuk memakai bahasa seperti menulis,
membaca, menyimak, atau berbicara serta kesanggupan pemakai bahasa untuk
menanggapi secara betul stimulus lisan atau tulisan, menggunakan pola
gramatikal dan kosakata secara tepat, menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa
lain, dan sebagainya merupakan keterampilan berbahasa.
B Komponen Keterampilan Berbahasa di SD

Keterampilan berbahasa ada empat aspek yaitu keterampilan menyimak,


berbicara, membaca dan menulis. Dalam menyimak si penerima pesan berupaya
memberi makna terhadap bahasa lisan yang disampaikan orang lain, dalam
berbicara si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa
lisan. Kemudian, dalam menulis si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan
menggunakan bahasa tulis. Di pihak lain, dalam membaca si penerima pesan
berupaya member makna terhadap bahasa tulis yang disampaikan orang lain.
Pada umumnya aspek keterampilan berbahasa dibagi dua yaitu :
1. Aspek keterampilan berbahasa bersifat reseptif ( menerima ) :
a. Mendengarkan atau menyimak
Adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan saat kita menerima pesan dan
melibatkan serangkaian proses mental. Saat menyimak kita tidak hanya
menerima pesan itu melalui telinga tetapi sekaligus melibatkan akitivitas
persepsi, atensi, evaluasi interpretasi dan respon.
Situasi mendengarkan secara interaktif  terjadi dalam percakapan tatap
muka, melalui telepon atau sejenisnya. Secara bergantian subjek ( 2 orang /
lebih ) melakukan aktivitas mendengarkan dan berbicara. Sehingga kita
memiliki kesempatan bertanya guna mendapatkan penjelasan, meminta lawan
bicara mengulang apa yang telah diucapkannya atau meminta lebih pelan
dalam berbicara.
Situasi mendengarkan secara non interaktif kita tidak dapat meminta
penjelasan dari pembicara, tidak bisa meminta pembicara mengulangi apa
yang diucapkan dan kita juga tidak dapat meminta pembicaraan di perlambat.
Contoh : mendengarkan radio, mendengarkan acara-acara seremonial, nonton
TV, mendengarkan pidato, dan lain-lain.
b. Membaca
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu
yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah
bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum untuk
mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat termasuk
hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor. Contoh: membaca
koran, membaca novel, membaca buku pelajaran, dan lain-lain.
2. Aspek Keterampilan Berbahasa bersifat Produktif ( menghasilkan ) :
a. Berbicara
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat
atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik
secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Keterampilan berbahasa lisan
atau berbicara yang bersifat produktif. Contoh : berpidato, ceramah, diskusi,
musyawarah, dan lain-lain.
b. Menulis
Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa.
Menurut Rusyana (1988:191) menulis merupakan kemampuan menggunakan
pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau
pesan. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa
sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan,
1986:21). Kedua pendapat tersebut sama-sama mengacu kepada menulis
sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturan-aturan
tertentu. Artinya, segala ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada penulis
disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang
terpola. Melalui lambang-lambang tersebutlah pembaca dapat memahami apa
yang dikomunikasikan penulis. Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa,
menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir. Keduanya saling melengkapi.
Contoh : menulis cerpen, menulis karya ilmiah, menulis novel, dan lain-lain.
Mari kita perhatikan kehidupan masyarakat. Anggota-anggota suatu
masayarakat saling berhubungan dengan cara komunikasi. Pengirim pesan
aktif memilih pesan yang akan disampaikan, memformulasikannya dalam
wujud lambang-lambang berupa bunyi atau tulisan. Kemudian, lambang-
lambang berupa bunyi atau tulisan tersebut disampaikan kepada penerima.
Selanjutnya, penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang berupa
bunyi atau tulisan tersebut menjadi makna sehingga pesan tersebut dapat
diterima secara utuh. Jadi, kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi
tersebut harus sama-sama memiliki keterampilan, yaitu pengirim harus
memiliki keterampilan memilih lambang-lambang guna menyampaikan pesan,
dan si penerima harus terampil memberi makna terhadap lambang-lambang
berisi pesan yang disampaikan.
Dalam komunikasi, pengirim mungkin menyampaikan pesan berupa
pikiran, perasaan, fakta, kehendak dengan menggunakan lambang-lambang
berupa bunti-bunyi bahasa yang diucapkan. Dengan kata lain pengirim
mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi
yang diucapkan. Selanjutnya, pesan yang diformulasikan dalam wujud bunyi-
bunyi (bahasa lisan) tersebut disampaikan kepada penerima. Aktivitas tersenut
biasa kita kenal dengan istilah berbicara. Di pihak lain, penerima mengubahan
bentuk-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi lisan tersebut kembali
menjadi pesan. Aktivitas tersebut biasa kita sebut dengan istilah
mendengarkan (menyimak).
Ada pula pengirim menyampaikan pesan itu dengan menggunakan
lambang-lambang berupa tulisan. Pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-
bentuk bahasa tertulis, kemudian dikirimkan kepada penerima. Aktivitas
tersebut biasa kita sebut dengan istilah menulis. Kemudian, penerima dalam
proses decoding berupaya memaknai bentuk-bentuk bahasa tertulis itu
sehingga pesan dapat diterima secara utuh. Aktivitas tersebut kita kenal
dengan istilah membaca.
Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbahasa dalam posisi
sebagai pengirim pesan, jika terampil memilih bentuk-bentuk bahasa yang
tepat, sesuai dengan konteks komunikasi. Kemudian ia dapat dikatakan
memiliki keterampilan berbahasa dalam posisi sebagai penerima pesan,
mampu mengubah bentuk-bentuk bahasa yang diterimanya dalam suatu
konteks komunikasi menjadi pesan yang utuh, yang sama dengan yang
dimaksudkan oleh pengirim. Dengan kata lain, seseorang dikatakan memiliki
keterampilan berbicara apabila yang bersangkuran terampil memilih bunyi-
bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, serta tekanan dan nada) secara tepat serta
memformulasikannya secara tepat pula untuk menyampaikan pikiran, persaan,
gagasan, fakta, perbuatan dalam suatu konteks komunikasi. Kemudian,
seseorang dikatakan terampil mendengarkan (menyimak) apabila yang
bersangkutan memiliki kemampuan menafsirkan makna dari bunyi-bunyi
bahasa (berupa kata, kalimat, tekanan, dan nada) yang disampaikan pembicara
dalam suatu konteks komunikasi. Selanjutnya, seseorang dikatakan memiliki
keterampilan menulis bila yang bersangkutan dapat memilih bentuk-bentuk
bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraph) serta menggunakan retorika
(organisasi tulisan) yang tepat guna mengutarakan pikiran, perasaan, gagasan,
fakta. Terakhir, seseorang dikatakn terampil membaca bila yang bersangkutan
dapat menafsirkan makna dan bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata,
kalimat, paragraf, organisasi tulisan) yang dibacanya.
C Pentingnya Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa penting bagi semua orang sebab kita dituntut harus
dapat berkomunikasi yang baik, serta dapat memberikan pengaruh yang positif
bagi orang lain.

Manfaat keterampilan berbahasa dapat dilihat di berbagai profesi antara


lain seorang jurnalis yang bertugas meliput berita dan menyampaikan kepada
orang lain harus mempunyai keterampilan khusus dalam berbahasa sehingga
berita yang disampaikan dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain. 

Seorang dokter juga harus mempunyai keterampilan berbahasa yang cukup


tinggi, karena setiap hari mereka dituntut untuk berkomunikasi dengan pasien-
pasien. 

Begitu halnya dengan seorang pendidik atau guru. Seorang guru sekolah dasar
(SD) harus memiliki keterampilan berbahasa yang cukup tinggi. Karena seorang
guru SD merupakan guru pertama setelah keluarga yang mengajarkan cara
menggunakan bahasa yang baik dan benar. 

Seorang wartawan bukan hanya memiliki keterampilan membaca, mengamati,


mendengarkan, namun juga harus memiliki keterampilan menulis. Keterampilan
menulis merupakan keterampilan utama yang harus dimiliki seorang wartawan.
Berbagai bentuk tulisan seperti berita dan artikel harus dikuasai agar informasi
yang disajikan sesuai dengan fakta-fakta dan komutatif.  Keterampilan berbahasa
juga mempunyai peran penting dalam pembuatan laporan, puisi, surat, karya
ilmiah dan sebagainya. Dalam pembuatan laporan, penyusunannya itu harus
sesuai dengan prosedur bahasa Indonesia. Demikian pula dalam pembuatan karya
ilmiah, disusun dengan menggunakan bahasa yang baku sehingga mudah
dipahami oleh para pembaca. 

Dapat dibayangkan apabila kita tidak memiliki kemampuan berbahasa. Kita


tidak dapat mengungkapkan pikiran, tidak dapat mengekspresikan perasaan, dan
tidak dapat melaporkan fakta-fakta yang kita amati. Di pihak lain, kita tidak dapat
memahami pikiran, perasaan, gagasan, dan fakta yang disampaikan oleh orang
kepada kita.

Jangankan tidak memiliki kemampuan, seperti yang dikemukakan di atas,


kitapun akan mengalami apabila keterampilan berbahasa yang kita miliki
tergolong rendah. Sebagai calon guru, kita akan mengalami kesulitan dalam
menyajikan materi pelajaran kepada para siswa bila keterampilan berbicara yang
kita miliki tidak memadai atau dipihak lain para siswa akan mengalami kesulitan
menangkat pelajaran yang kita sampaikan secara lisan karena keterampilan
berbicara yang kta miliki tidak memadai atau karena kemampuan siswa rendah
dalam mendengarkan. Begitu juga pengetahuan dan kebudayaan tidak akan dapat
disampaikan dengan sempurna, bahkan tidak akan dapat disampaikan dengan
sempurna, bahkan tidak akan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya
apabila kita tidak dapat memperoleh pengetahuan yang disampaikan para pakar
apabila kita tidak memiliki keterampilan membaca yang memadai.

Banyak contoh lain yang menunjukkan betapa pentingnya keterampilan


berbahasa dalam kehidupan. Bagi seorang menajer misalnya, keterampilan
berbicara memegang peran penting. Ia hanya bisa mengelola karyawan di
departemen atau organisasi yang dipimpinnya apabila ia memilki keterampilan
berbicara. Kepemimpinannya akan berhasil bila didukung pula oleh keterampilan
mendengarkan, membaca, dan juga menulis yang berkaitan dengan profesinya.
Sebaliknya, jabatan sebagai seorang manajer tidak akan pernah dapat diraih
apabila yang bersangkutan tidak dapat meyakinkan otoritas yang berkaitan
melalui keterampilannya berbicara dan menulis.

Profesi-profesi di bidang hubungan masyarakat, pemasaran atau penjualan,


politik, hukum (jaksa, hakim, pengacara) adalah contoh-contoh bidang pekerjaan
yang mensyaratkan dimilikinya keterampilan berbahasa baik berbicara,
menyimak, menulis, dan membaca.

D Analisis KD Kurikulum Bahasa Indonesia SD


Menurut E. Mulyasa, 2011: 46, “kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar,
dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar
dan tujuan pendidikan.” Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan
tersebut adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen
pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh
pengelola maupun penyelenggara; khususnya oleh guru dan kepala sekolah.
Kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarkat
setempat, dan karakteristik peserta didik.
Kompetensi dasar adalah bentuk penguasaan peserta didik terhadap
pengetahuan, perilaku, keterampilan, dan sikap setelah mendapatkan materi
pembelajaran pada jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi ini
dikembangkan berdasarkan karakteristik peserta didik dan harus mengacu
pada kompetensi inti yang telah dirumuskan. Mungkin Bapak/Ibu juga sering
mendengar istilah kompetensi inti. Lantas apa perbedaan antara kompetensi
inti dan dasar? Perbedaannya dengan kompetensi inti adalah sebagai berikut.
Kompetensi inti = penjabaran antara muatan pembelajaran, mata
pelajaran, dan program studi sebagai upaya untuk mencapai standar
kompetensi lulusan (SKL). Kompetensi dasar = kemampuan peserta didik
untuk bisa mencapai kompetensi inti.
Tujuannya mengacu pada aspek yang hendak dicapai di dalamnya, yaitu
sebagai berikut.
1. Meningkatkan pengetahuan di bidang kognitif.
2. Mengasah bakat, minat, dan kemampuan.
3. Mengajarkan norma-norma untuk mempraktikkan segala tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.
4. Memperbaiki sikap individu.

Dari beberapa poin di atas, jelas bahwa tujuan kompetensi ini tidak
hanya sebatas memahamkan peserta didik pada suatu materi. Lebih dari itu,
bagaimana mereka bisa mengimplementasikan itu di kehidupan sehari-hari
secara mahir dan tanggung jawab.
Fungsi Kompetensi Dasar
Adapun fungsinya adalah sebagai acuan atau rujukan guru dalam
menyusun indikator kompetensi pada pembelajaran di kelas. Dengan
demikian, akan tercapai tujuan pembelajarannya.
Komponen saat Menyusun Indikator 
Indikator merupakan tanda yang menunjukkan bahwa tingkat capaian
kompetensi dasar bisa mengubah perilaku peserta didik yang dinilai dari
sikap, pengetahuan, dan keterampilannya. Adapun komponen-komponen yang
harus diperhatikan saat menyusun indikator adalah sebagai berikut :
1. Penjabaran indikator harus mengacu pada KD.
2. Rumusan indikator harus memuat kata kerja operasional yang bisa diukur
dan diamati. Adapun kata operasional yang bisa digunakan harus sesuai
dengan tingkat levelnya, apakah itu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1) Level kognitif meliputi:
a. Pengetahuan, contoh menyebutkan, menuliskan, menyatakan,
dan sebagainya.
b. Pemahaman, contoh menerjemahkan, mengubah, menguraikan,
dan sebagainya.
c. Aplikasi, contoh menggunakan, mengoperasikan, menguraikan,
dan sebagainya.
d. Sintesis, contoh merancang, menerapkan, merencanakan,
merumuskan, dan sebagainya.
e. Evaluasi, contoh menafsirkan, mengkritisi, dan sebagainya.
2) Level afektif meliputi:
a. Menerima, contoh memilih, bertanya, mengikuti, dan
sebagainya
b. Merespon, contoh mengonfirmasi, menjawab, membaca, dan
sebagainya.
c. Menanamkan nilai, contoh mengundang, menginisiasi,
melibatkan, dan sebagainya.
d. Mengorganisasi, contoh menyatukan, menyusun,
menghubungkan, dan sebagainya.
e. Karakterisasi, contoh mempertahankan prinsip.
3) Level psikomotorik meliputi:
a. Pengamatan, contoh mengamati proses, memberi perhatian
pada sesuatu, dan sebagainya.
b. Meniru, contoh mengubah, membangun kembali, melatih, dan
sebagainya.
c. Pembiasaan, contoh membiasakan sikap positif dan
mempertahankannya.
d. Penyesuaian, contoh menyesuaikan, mengembangkan, dan
menerapkan model.
3. Indikator harus menjadi acuan guru dalam menyusun alat penilaian.
Proses Analisis
Untuk menganalisis suatu kompetensi dasar tentu tidak bisa
dilakukan secara instan dan terburu-buru. Melainkan harus dilakukan
secara sistematis, detail, efektif, dan tepat sasaran. Untuk itulah, analisis ini
dilakukan melalui beberapa proses berikut.
1. Analisis tugas
2. Pola analisis
3. Research atau penelitian
4. Expert judgement
5. Individual group interview data
6. Role play
BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan
Keterampilan berbahasa ada empat aspek yaitu keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Dalam berbicara si pengirim pesan
mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Kemudian, dalam
menyimak si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa lisan
yang disampaikan orang lain. Selanjutnya, dalam menulis si pengirim pesan
mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa tulis. Di pihak lain, dalam
membaca si penerima pesan berupaya member makna terhadap bahasa tulis
yang disampaikan orang lain.

B Saran
Keterampilan berbahasa merupakan suatu hal yang penting bagi bangsa, untuk
itu perlu di tingkatnya mutu dan kualitas keterampilan berbahasa.
DAFTAR RUJUKAN

Padawa, Nurhayati,dkk.2009.Pembelajaran Membaca.Jakarta:Departemen


Pendidikan Nasional 2009.

Musaddat,Syaiful.2015.Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.Mataram.

Haling. 2007. Belajar dan Pembelajaran : Makassar.

Badan PenerbitUniversitas Negeri Makassar.Sahabuddin.


2007. Mengajardan Belajar : Makassar. Badan Penerbit Universitas Negeri
Makassar.

Heryadi, Dedi. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Puspill-


Bandung. Keraf, Gorys.1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Penerbit Nusa
Indah.

Mulyasa, Enco. 2011. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.

Muslich, Masnur.2010. Fonologi Bahasa Indonesia (tinjauan deskriptif sistem bunyi


bahasa Indonesia)

Nurgiyantoro. 2010. Teori Pengkajian Prosa Fiksi.Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

Anda mungkin juga menyukai