Anda di halaman 1dari 16

Makalah

RAGAM BAHASA INDONESIA BAKU DAN HAKIKAT BERBICARA

Diajukan untuk memenuhi kelulusan mata kuliah Bahasa Indonesia


Semester I Program Studi D-IV Logistik Bisnis
Politeknik Pos Indonesia

Dosen Pengampu :
Irfan Hardian, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Adelia Fitri (6214110)
Calista Nur Balqis (6214061)
Maisya Febriani Rahmah (6214048)
Tiona Amanda Josephine Rajagukguk (6194141)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV LOGISTIK BISNIS

POLITEKNIK POS INDONESIA

2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Mahaesa yang telah memberikan kesehatan
serta kekuatan sehingga tulisan ini dapat diselesaikan dengan judul " Ragam Bahasa Indonesia Baku dan
Hakikat Berbicara ".
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Irfan Hardian,
S.Pd., M.Pd pada Mata Kuliah Bahasa Indonesia Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Fungsi pembakuan bahasa, Ciri-ciri bahasa Indonesia baku, Mendefinisikan bahasa yang
baik dan benar, Hakikat berbicara, Tujuan berbicara, kunci penting dalam berbicara (Phrasing, Intonation,
Stressing, Speed, dan Pause) bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kelemahan baik dalam
penulisan maupun dalam kemampuan berpikir, tetapi dengan dorongan rasa keyakinan tidak ada jalan yang
tidak cepat ditempuh, akhirnya penulisan ini dapat terselesaikan seperti yang diharapkan. Untuk itu penulis
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi untuk perbaikan. penuiisan selanjutnya. Semoga
tulisan ini ada mamfaatnya bagi perkembangan penulisan khususnya dan perkembangan Bahasa Indonesia
umumnya.

Bandung, November 2021

i
DAFRAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah .................................................................................................1
1.4 Manfaat makalah ...............................................................................................2
BAB II RAGAM BAHASA INDONESIA BAKU……………………………3
2.1 Pengertian kata baku ..........................................................................................3
2.2 Fungsi pembakuan bahasa .................................................................................4
2.3 Ciri bahasa baku .................................................................................................5
2.4 Contoh bahasa baku ...........................................................................................6
2.5 Definisi Bahasa yang baik dan benar………………………………………….7
BAB III HAKIKAT BERBICARA…………………………………………. 8
3.1 Pengertian berbicara .............................................................................................8
3.2 Tujuan berbicara ..................................................................................................8
3.3 Kunci penting dalam berbicara ..........................................................................11
BAB IV PENUTUP………………………………………………………….. 12
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................12
Daftar Pustaka .................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai
olehmasyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun
tidaksemua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar, salah satunya pada
penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan Ejaan maupun Kamus
BesarBahasa Indonesia oleh karena itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting
untukmempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan
dapatdigunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak
akan hilang.
Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan
berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauh-jauh
dengan bahasa, karena bahasa merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan manusia
yang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya komunikasi verbal dan
komunikasi non verbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan
komunikasi non verbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan
sebagainya. Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan efektif.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan di bahas sebagai berikut

1. Apa yang di maksud dengan kata baku?


2. Apa saja fungsi pembakuan kata?
3. Apa saja ciri-ciri bahasa baku?
4. Apa saja contoh kata baku?
5. Definisi Bahasa yang baik dan benarApa ?
6. Apa yang di maksud berbicara?
7. Apa tujuan dari berbicara?
8. Apa saja kunci penting berbicara?
1.3 Tujuan Makalah
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang ragam bahasa Indonesia baku,
fungsi, ciri-ciri, dan contoh ragam bahasa Indonesia baku dan untuk mengtahui penertian dan tujuan
berbicara ditinjau dari berbagai aspek. Dan memenuhi tugas bahasa Indonesia.

1
1.4 Manfaat Makalah
Manfaat di buatnya makalah ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang di maksud kata baku
2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi pembakuan kata
3. Mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri Bahasa baku
4. Mahasiswa dapat mengetahui contoh kata baku
5. Mahasiswa dapat mengetahui definisi Bahasa yang baik dan benar
6. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan berbicara
7. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dari berbicara
8. Mahasiswa dapat mengetahui kunci penting berbicara

2
BAB II

Ragam Bahasa Indonesia Baku


2.1 Pengertian Kata Baku

Bahasa baku, bahasa standar, atau standar bahasa (bahasa Inggris: standard language,
linguistic standard) adalah varietas bahasa yang berkontras dengan bentuk- bentuk vernakular
(termasuk dialek geografis dan sosiolek). Bahasa baku diterima di masyarakat sebagai peranti
komunikasi publik dan formal, seperti dalam perundang- undangan, surat-menyurat, dan rapat
resmi. Varietas tersebut dianggap isolek netral yang digunakan oleh keseluruhan masyarakat yang
bersangkutan, terlepas dari asal geografis atau sosial mereka. Dalam pengertian lain, bahasa baku
adalah bentuk bahasa yang telah mengalami proses standardisasi, yaitu tahap menegakkan tata
bahasa dan kamus normatif. Penetapan bahasa baku biasanya melibatkan kodifikasi norma
kebahasaan dan sistem ejaan, serta penerimaan konvensi ini oleh khalayak umum. Selain dua
tersebut ada juga pengertian bahwa bahasa baku adalah bahasa yang mempunyai setidaknya satu
varietas standar. Menurut definisi ini, istilah bahasa baku merujuk kepada keseluruhan bahasa itu,
bukan kepada bentuk bakunya sendiri. Di Indonesia, varietas baku tidak cocok digunakan untuk
segala keperluan, tetapi hanya untuk komunikasi resmi, wacana teknis, pembicaraan di depan
umum, dan pembicaraan dengan orang yang dihormati. Di luar keempat penggunaan itu, umumnya
dipakai bahasa tak baku.

Menurut Husain dan Aripin (1996:62), Pembakuan kata dalam bahasa Indonesia merupakan
wujud nyata pengembangan bahasa Indonesia. Bahasa baku atau bahasa standar adalah bahasa yang
mempunyai nilai komunikatif yang tinggi, yang digunakan dalam kepentingan nasional, dalam
situasi resmi atau dalam lingkungan resmi dan pergaulan sopan yang terikat oleh tulisan, ejaan baku,
istilah/kosa kata baku tata bahasa baku, serta lafal baku.

3
Dalam KBBI Edisi Keempat disebutkan pengertian baku adalah pokok, utama; tolok ukur
yang berlaku untuk kuantitas dan kualitas yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar.
Sementara menurut Kosasih dan Hermawan (2012:83) dalam Jurnal Gramatika STKIP PGRI
Sumatera Barat, kata baku adalah kata yang cara pengucapan ataupun penulisannya sesuai dengan
kaidah- kaidah yang dibakukan. Kaidah standar yang dimaksud dapat berupa pedoman ejaan
(PUEBI), tata bahasa baku, dan kamus.

Kata baku digunakan dalam konteks ragam baku, baik lisan maupun tulisan. Sementara kata
tidak baku digunakan dalam ragam tidak baku. Ragam bahasa baku dapat dibatasi dengan beberapa
sudut pandang, di antaranya: (1) sudut pandang kebakuan bahasa yang digunakan, (2) sudut pandang
informasi, dan (3) sudut pandang pengguna bahasa.

Jadi, berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kata baku adalah kata-
kata yang lazim digunakan dalam situasi formal atau resmi yang penulisannya sesuai dengan kaidah-
kaidah yang dibakukan. Baku tidaknya sebuah kata dapat dilihat dari segi lafal, ejaan, gramatika,
dan kenasionalannya.

2.2 Fungsi Pembakuan Bahasa

Dalam laporan Seminar Politik Bahasa Nasional pada tahun 1975 dikemukakan bahwa
tujuan pembakuan bahasa ialah “….agar tercapai pemakaian bahasa yang cermat, tepat, dan efisien
dalam komunikasinya; dalam hubungan ini perlu ditetapkan kaidah yang berupa aturan dan
pegangan yang tepat di bidang ejaan, kosakata, tata bahasa, dan peristilahan” (Halim 1976:19).
Untuk menindaklanjuti pembakuan bahasa Indonesia dilakukan tiga langkah, yaitu berikut ini
terdapat jenis-jenis ragam bahasa, antara lain :

➢ Kodifikasi atau pencatatan kaidah melalui inventarisasi


➢ Elaborasi atau penyebarluasan hasil kodifikasi
➢ Implementasi atau pelaksanaan hasil usaha kodifikasi dan elaborasi

4
Menurut Moeliono (1988:19-20), Bahasa Indonesia baku adalah salah satu dari variasi
bahasa Indonesia yang ada, bahasa yang baik dan benar. Artinya, pemakaian ragam bahasa yang
serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul.

Paul L. Garvin, membedakan lima fungsi bahasa baku antara lain :


o penyatu – memungkinkan komunikasi mudah di dalam suatu komunitas bahasa
dan membina identitas kultural-politik komunitas tersebut;
o pemisah – mengontraskan suatu komunitas bahasa dengan yang lain, sambil
membangun ikatan antara bahasawan yang menggunakan varietas bahasa yang
berbeda-beda;
o pemberi prestise – bertindak sebagai pembawa gengsi sosial dan kultural, baik
untuk seluruh komunitas maupun bagi seorang individu yang menuturkannya;
o partisipatif – memungkinkan para penutur bahasa untuk mendapatkan manfaat dari
penguasaan bahasa baku (mobilitas sosial, kemungkinan berpartisipasi dalam
wacana publik, dll.);
o kerangka acuan – berfungsi sebagai patokan untuk penilaian praktik kebahasaan.

2.3 Ciri Bahasa Baku

Menurut Mathesius dan Havranek dalam Kridalaksana (1980:31), Kaidah kata dalam bahasa
baku itu dapat ditandai oleh beberapa ciri, yaitu ciri-ciri umum dan ciri-ciri khusus. Ciri-ciri umum,
yaitu ditandai oleh stabilitas yang luwes dan intelektualisasi. Adapun ciri-ciri khusus bahasa
Indonesia baku adalah :
a) menggunakan lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau ciri-ciri lafal
bahasa daerah
b) menggunakan ejaan menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)

5
c) menggunakan istilah menurut Pedoman Umum Pembentukan Istilah Bahasa
Indonesia (PUEBI)
d) menggunakan kosakata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
e) menggunakan tata bahasa menurut Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

Sementara itu, ciri-ciri kata baku secara umum adalah :


a) tidak dipengaruhi bahasa daerah tertentu
b) tidak dipengaruhi bahasa asing
c) bukan bahasa percakapan
d) pemakaian imbuhan pada kata bersifat eksplisit
e) pemakaian kata sesuai dengan konteks kalimat
f) kata baku bukan kata rancu
g) kata baku tidak mengandung hiperkorek
h) tidak mengandung pleonase

2.4 Contoh Kata Baku

Berikut ini adalah beberapa contoh kata baku disertai kata tidak bakunya :
1. Abjad (kata baku) - Abjat (kata tidak baku)
2. Akhirat – Akherat
3. Aktif – Aktip
4. Anugerah – Anugrah
5. Adjektif – Ajektifaktivitas
6. Aktual – Aktuil
7. Balsam – Balsem
8. Baterai - Batere
9. Besok – Esok
10. Blanko – Blangko
11. Bosan – Bosen

6
12. Bus – Bis 24. Durian – Duren
13. Cabai – Cabe 25. Efektif – Efektip
14. Cedera – Cidera 26. Efektivitas – Efektifitas
15. Cendekiawan – Cendikiawan 27. Ekosistem – Ekosistim
16. Cengkih – Cengkeh 28. Ekspor – Eksport
17. Ekstra – Extra 29. Favorit – Pavorit
18. Ekstrem – Ekstrim 30. Diagnosis – Diagnosa
19. Elite – Elit 31. Detergen – Deterjen
20. Favorit – Pavorit 32. Detail – Detil
21. Februari – Pebruari 33. Desain – Desaign
22. Cinderamata – Cenderamata 34. Derajat – Derajad
23. Cokelat – Coklat 35. Daftar – Daptar

2.5 Definisi Bahasa yang baik dan benar

Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang
serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa
Indonesia yang baik dan benar” mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan
kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang diucapkan bahasa yang baku. Lalu, Berbahasa Indonesia yang
baik adalah berbahasa Indonesia yang disesuaikan dengan situasi atau konteks dan mengunakan
kaidah-kaidah tata bahasa yang terdapat dalam PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia).

7
BAB III
Hakikat Berbicara

3.1 Pengertian Berbicara

Berbicara adalah salah satu kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui media bahasa.
Berbicara adalah bentuk tindak tutur yang berupa bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap disertai
dengan gerak-gerik tubuh dan ekspesi raut muka. Berbagai definisi telah dikemukakan untuk memberikan
makna tentang berbicara. Sesuai fungsinya, berbicara adalah media yang digunakan manusia untuk
berkomunikasi. Implikasi berbicara dalam kontek komunikasi pada dasarnya adalah hakikat berbicara yang
meliputi :

a) berbicara merupakan ekspresi kreatif dan tingkah


b) berbicara dan menyimak merupakan komunikasi yang seiring
c) dalam konteks dengan lawan berbicara, berbicara adalah komunikasi resiprokal
d) berbicara adalah wujud individu berkomunikasi
e) berbicara adalah pancaran kepribadian dan tingkah laku intelektual
f) berbicara adalah keterampilan yang diperoleh melalui usaha belajar
g) berbicara menjadi media untuk memperluas ilmu pengetahuan

3.2 Tujuan Berbicara

Berbagai alasan mengapa manusia berbicara. Dari ilustrasi peristiwa berbicara yang telah
dikemukakan, dapat dikemukakan beberapa alasan mengapa manusia berbicara. Mengapa manusia berbicara
dapat dilihat dari tujuan berbicara. Terdapat beberapa tujuan manusia berbicara antara lain:
1) Mengekpresikan pikiran, perasaan, imajinasi, gagasan, ide, dan pendapat
2) Memberikan respon atas makna pembicaraan dari orang lain
3) Ingin menghibur orang lain
4) Menyampaikan informasi
5) Membujuk atau mempengaruhi orang lain

8
Berbicara dengan tujuan mengekspresikan pikiran, perasaan gagasan, ide, dan pendapat adalah
bentuk berbicara yang disebabkan dorongan dari internal individu. Berbicara seperti ini sifatnya
personal, artinya manusia memiliki berbagai alasan yang melatarbelakangi timbulnya ide maupun
gagasan yang muncul. Ribuan pikiran, perasaan, gagasan, dan pendapat tersebut dapat bersumber
dari hasil respon panca indera maupun bersumber dari pikirannya. Hasil pemikiran dan perasaan
tersebut dianggap perlu untuk disampaikan kepada orang lain. Alasan inilah yang menjadikan
kegiatan berbicara dilakukan untuk mengkomunikasikannya kepada orang lain.

Sedangkan berbicara dengan tujuan memberikan respon atas pembicaraan orang lain adalah
kegiatan berbicara yang disebabkan rangsangan dari luar. Respon tersebut berwujud persetujuan
atas makna pembicaraan orang lain, namun dapat juga berupa penolakan. Berbicara memberikan
respon dalam bentuk persetujuan dapat dilakukan dengan mengungkapkan pendapat yang sama.
Ungkapan persetujuan bentuk berbicara dapat diartikan lebih luas, seperti memberikan penegasan,
mendukung, dan menandaskan. Respon yang berupa penolakan dapat diartikan sebagai
ketidaksetujuan, tidak sejalan, tidak sependapat, bertentangan, beda pendapat (dalam bahasa
hukum disebut desenting opinion, dan sebagainya.

Menghibur orang lain diartikan keinginan untuk merubah isi hati dan pikiran orang agar
terhibur. Orang sedang sedih, gembira, atau senang adalah ekspresi yang dapat dilihat dan dikenali
ciri-cirinya. Orang yang berhadapan dalam situasi ini memerlukan rangsangan dari luar.
Rangsangan tersebut berupa informasi pembicaraan yang bersifat menyenangkan. Kata-kata
menghibur tidak hanya diartikan mengandung kelucuan dan humoristis. Bentuk perhatian dan
nasihat juga bisa diartikan menghibur. Berbicara yang bertujuan untuk menghibur dilandasi
keinginan agar lawan bicara senang, gembira tidak sedih, atau terlepas dari perasaan emosional
kesedihan dan beban pikiran.

Ilustrasi pembicaraan yang menghibur dapat dicontohkan ketika seorang penceramah yang
memberikan kesejukan siraman rohani. Seorang sahabat yang memberikan nasihat

9
kepada temannya, atau seorang pelawak yang mengundang tawa pendengar. Bentuk berbicara
seperti ini hampir ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Berbicara dengan tujuan menyampaikan informasi kepada orang lain memiliki kemiripan
dengan berbicara yang didasari mengekspresikan pikiran, ide, maupun pendapat. Perbedaan yang
paling mendasar terletak pada sumber pembicaraan. Sumber pembicaraan untuk menyampaikan
informasi dapat berasal dari dalam dirinya, maupun berasal dari sumber lain. Memberikaninformasi
berarti menyampaikan berita kepada orang lain tentang sesuatu hal agar diketahui lawan bicara.
Sumber berita dan isi berita mempengaruhi sifat informasi yang akan disampaikan. Berdasarkan
keduanya, informasi dapat disebut sebagai berita, pesan, ajakan, maupun perintah.

Tujuan berbicara yang terakhir adalah untuk membujuk. Membujuk adalah mempengaruhi
orang lain agar mengikuti pemikiran maupun pendapat yang sama dengan pembicara. Kegiatan
berbicara yang bertujuan untuk membujuk memerlukan kemampuan berbicara yanag berbeda
dengan bentuk berbicara yang lain. Hasil akhir membujuk adalah lawan bicara merubah jalan
pikiran atau pendirian yang selama ini diyakini kebenarannya. Argumentasi dan alasan
pembicaraan harus mampu meyakinkan lawan bicara. Dalam kegiatan jual beli, penjual dan
pembeli sama-sama mencari kesepakatan yang dilakukan dengan sama-sama mempengaruhi.
Dalam dunia politik dan ekonomi terdapat istilah negosiasi. Istilah negosiasi pada dasarnya adalah
kegiatan berbicara untuk saling mencari kesepakatan dan saling mempengaruhi atau membujuk.
Dalam dunia kejahatan terdapat sebuah kasus penipuan. Penipuan terjadi karena seseorang baru
menyadari ketika merasa ditipu. Fokus yang dibicarakan dalam bagian ini bukan kasus
penipuannya, namun kenapa seseorang bisa ditipu. Orang tertipu karena kemahiran penipu dalam
membujuk, merayu, dan mempengaruhi melalui pembicaraan yang meyakinkan sehingga akal
pikiran lawan bicara dapat mengikuti alur pikiran pembicara.

Pemahaman terhadap tujuan berbicara inilah yang perlu dipahami oleh pembicara dan lawan
bicara. Untuk apa menghabiskan waktu berlama-lama untuk berbicara jika tidak ada tujuan yang
inginkan. Waktu terbuang dengan percuma, dan Anda tidak memperoleh informasi apa pun
juga.

10
3.3 Kunci Penting dalam berbicara

The 5 Key Point :

1. Phrasing (pemenggalan kalimat)


Memenggal kalimat agar memudahkan untuk dibaca dan mengatur pernafasan.

2. Intonation (lagu kalimat)


Meninggi rendahkan suara pada bagian tertentu dari suatu kalimat.
3. Stressing (penekanan)
Memberi artikulasi atau penakanan pada suatu kata.
4. Speed (tempo-kecepatan)
Kecepatan atau tempo berbicara yang normal. Tidak terlalu capat atau tidak terlalu lambat.
Membaca dalam bahasa Indonesia yang normat adalah 100 – 110 kata per menit.

5. Pause (jeda)
Mengatur jeda untuk pernapasan.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bahasa merupakan sebuah komponen penting dalam kehidupan bernegara. Bahasa menjadi dasar
bagi sebuah negara dalam melakukan komunikasi. Oleh karena itu, Bangsa Indonesia sangat menjunjung
tinggi Bahasa Indonesia. Bahasa yang digunakan diatur dengan sedemikian rupa agar sesuai dengan
kaidah kebahasaan. Dengan bahasa yang baik sebuah negara dapat berdiri dengan baik, karena bahasa
adalah identitas bangsa.
Setelah memiliki bahasa yang baik, warga negaranya pun harus berbicara dengan baik sesuai
kaidah kebahasaan. Manusia berbicara bukan sekedar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Bahasa sebagai
alat komunikasi berimplikasi bahwa kemahiran berbicara menjadi tolok ukur seseorang dalam
berkomunikasi. Kerangka berpikir ditunjukkan melalui keruntutan bunyi-bunyi tuturan artikulasi ketika
berbicara maupun memberikan respon atas pembicaraan orang lain. Dalam teori komunikasi, tujuan
berbicara bukan sekedar merespon peristiwa tindak tutur yang diterima, tetapi memiliki tujuan yang lebih
luas.
Manusia dapat mempengaruhi, membujuk, memberi informasi, mengungkapkan pikiran dan
masih banyak lagi tujuan yang ditunjukkan dari berbagai peristiwa tindak tutur berbicara. Bila
diperhatikan dengan cermat, berbicara yang ditampilkan seseorang memiliki tujuan yang sangat
luas.Mengapa manusia berbicara, mengapa manusia harus berbicara, untuk apa manusia berbicara, dan
bagaimana manusia berbicara adalah sebuah seni dan ilmu yang dapat dipelajari dan dikuasai oleh
mahasiswa. Untuk menguasai keterampilan berbicara dapat dilakukan terlebih dahulu dengan memahami
hakikat berbicara, alasan, dan tujuan berbicara.

12
DAFTAR PUSTAKA

Lararenjana, E. (2020). Contoh Kata Baku Beserta Pengertian, Tujuan, dan Ciri-cirinya yang Wajib
Diketahui. Diambil kembali dari Merdeka.com: hhttps://www.merdeka.com/jatim/contoh-kata-
baku-beserta-pengertian-tujuan-dan-ciri- cirinya-yang-wajib-diketahui-kln.html
Carnegie, D. Tanpa tahun. Public Speaking For Success. Terjemahan oleh Jamine Amelia Putri. 2009.
Ragam Media.
Cangara, H. Tanpa tahun. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Dzulfikar, E. 2012. Menjadi Pembicara Hebat dari Pemula Menjadi Mempesona. Bantul: Kreasi
Wacana.
Hamdani, C. 2012. Panduan Sukses Public Speaking Dahsyat Memukau. Yogyakarta: Araska.
King, L. 2010. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, di Mana Saja. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Maggio, R. 2012. Sukses Berbicara dengan Siapa Saja. Jakarta: PT. Gramedia
Rahardi, R. K. 2005. Pragmatik. Jakarta: Erlangga.

13

Anda mungkin juga menyukai