Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BAHASA INDONESIA RAGAM LISAN FUNGSIONAL


BENTUK DAN PILIHAN KATA

KELOMPOK 1
ANGGOTA:
1. Munawaroh (21040038)
2. Rina Ardiana ( 20140043)
3. Nadya Putri Wulan Dary (21040065)
4. M. Habibur Rahmanudin (21040075)
5. Annisa Aprilia (21040136)
6. Rendy Andika (21040053)
7. Nopianto (21040093)
8. M. Thoriq (21040057)
9. Rahma Daniarti (21040041)
10. Bentar Arya Sabastian (21040100)

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU


2021
Jl. Meranti No.32, Sawah Lebar, Kec. Ratu Agung, Kota Bengkulu,
Bengkulu 38228
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini bisa dapat tersusun dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak yang bekontribusi yang meluangkan waktu, tenaga, dan
pikirannya untuk menyusun makalah ini
.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi mahasiswa dan si pembaca.sebagai sumber informasi dan bahan
pembelajaran tentang Bahasa Indonesia ragam lisan fungsional bentuk dan pilihan kata.
Bahkan kami sangat berharap agar makalah ini pembaca bisa mempraktekan di
kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun sangat merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi membangun kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 8 Oktober 2021

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
LATAR BELAKANG....................................................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH..............................................................................................................................5
TUJUAN MASALAH...................................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
1.2 PENGERTIAN DAN RAGAM BAHASA LISAN.......................................................................................6
2.2 FUNGSI BAHASA INDONESIA DAN RAGAM BAHASA..........................................................................6
3.2 MACAM-MACAM RAGAM BAHASA...................................................................................................7
4.2 RAGAM KATA BAKU DAN TIDAK BAKU............................................................................................10
Ragam Bahasa dari segi gramatikal.......................................................................................................12
5.3 Kelayakan Ragam Bahasa Dari Segi Stilistik adalah.........................................................................13
5.4 Ketetapan pemakaian kata menurut para ahli................................................................................14
BAB III........................................................................................................................................................16
3.1 Simpulan..........................................................................................................................................16
3.2 saran................................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................17

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa persatuan dan Bahasa Negara di Negara


Kesatuan Republik Indonesia ini memiliki fungsi yang sangat dominan dalam segala
aspek di dalam kehidupan bermasyarakat . ketika pada dalam tataran fungsi Bahasa
untuk mengekspresikan diri dan sebagai alat komunikasi. Bahasa tersebut harus
dipelajari, dikembangkan, dan dioptimalkan penggunaannya maupun fungsinya. Melalui
Mata Kuliah Bahasa Indonesia diharapkan tumbuh sikap dan bangga dalam
menggunakan Bahasa Indonesia sehingga akan tumbuh juga kesadaran akan
pentingnya nilai – nilai yang terkandung di dalam Bahasa Indonesia ini.

Bahasa Indonesia ini adalah pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang Sekolah
Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Hal itu dikarenakan Bahasa Indonesia
merupakan Bahasa Nasional sekaligus Bahasa Negara di Indonesia. Menurut
( Muslich,2009:108), menyatakan bahwa sebagai Bahasa Nasional, Bahasa Indonesia
berfungsi sebagai : lambang kebanggan nasional, lambang identitas nasional. Alat
pemersatu bangsa, dan sebagai alat perhubungan antar budaya atau daerah.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bangsa Indonesia sebagai
Bahasa nasional di Indonesia memiiki fungsi yang beragam, diantaranya adalah
sebagai lambang kebanggaan nasional karena dipakai secara luas dan sangat
dijunjung tinggi. Sebagai lambang identitas nasional,alat untuk mempersatukan seluruh
bangsa dan sebagai alat penghubung antar budaya atau daerah karena Bahasa
Indonesia dapat dipakai oleh suku – suku bangsa yang berbeda bahasanya sehingga
mereka dapat saling berhubungan.

Untuk mewujudkan fungsi Bahasa indonesia, perlu diadakannya suatu


pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia dengan harapan Bahasa Indonesia
bisa diakui oleh setiap warga negara Indonesia. Pengembangan Bahasa Indonesia
dapat dilakukan dengan upaya yang strategis melalui pembelajaran Bahasa Indonesia.
Pembinaan dan pengembangan yang berhasil akan memberikan suatu dampak yang
positif bagi kemajuan berbagai aspek Bahasa Indonesia.

5
Untuk meningkatkan mutu dalam penggunaan Bahasa Indonesia, pengajarannya
dilakukan mulai sejak dini, yakni mulai dari sekolah dasar yang nantinya digunakan
sebagai landasan atau dasar Pendidikan ke dalam jenjang yang lebih tinggi.
Penguasaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat diketahui dari keterampilan
berbahasa yang terdiri dari keterampilan membaca,menulis,berbicara dan
mendengarkan (Muclish, 2009:109 ). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa penguasaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat diketahui dari
keterampilan berbahasa tersebut.

Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang


memiliki peran sangat penting. Tujuan membaca pada umumnya adalah untuk
memperoleh informasi,mencakup isi dan memahami makna yang terkandung dalam
suatu bahan bacaan. Dengan membaca seseorang dapat memperluas wawasan dan
pengetahuan. Semakin seseorang membaca, maka semakin luas wawasannya.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas. Maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Bahasa dan lisan.
2. Fungsi ragam lisan, bentuk dan pilihan kata.
3. Macam-macam ragam Bahasa.
4. Ragam Bahasa baku dan tidak baku.
5. Ragam Bahasa yang baik dan benar.

TUJUAN MASALAH

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut ini tujuan masalah
adalah :
1. Mendeskripsikan pengertian Bahasa dan lisan.
2. Mendeskripsikan fungsi ragam lisan bentuk fungsional dan pilihan kata.
3. Mendeskripsikan dan memberikan contoh ragam Bahasa.
4. Mendeskripsikan dan memberikan contoh Bahasa baku dan tidak baku.
5. Mendeskripsikan Bahasa yang baik dan benar.

6
BAB II

PEMBAHASAN

1.2 PENGERTIAN DAN RAGAM BAHASA LISAN

Bahasa lisan merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk


menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh
pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui
Bahasa yang diungkapkan. Sedangkan Ragam lisan adalah ragam Bahasa yang
diungkapkan melalui media lisan. Terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi
pengungkapan dapat membantu pemahaman.
Menurut Chear Agustina (1945: 14) fungsi utama Bahasa lisan adalah sebagai
alat komunikasi menyatukan bahwa fungsi umum Bahasa lisan adalah sebagai alat
komunikasi sosial. Contoh Bahasa lisan yaitu musyawarah atau diskusi.

2.2 FUNGSI BAHASA INDONESIA DAN RAGAM BAHASA

Di dalam kedudukannya sebagai Bahasa nasional, Bahasa Indonesia berfungsi


sebagai :

(1) Lambang kebanggaan kebangsaan

(2) Lambang identitas nasional

(3) Alat penghubung antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya

(4) Alat pengembangan kebudayaan,ilmu pengetahuan dan teknologi

Di dalam melaksanakan fungsi ini, Bahasa Indonesia tentulah harus


memililiki identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang
kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya

7
apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian
rupa sehingga tidak tergantung pada unsur- unsur Bahasa lain

Berhubungan dengan factor daerah atau letak geografis disebut dengan


“Dialek”. Ragam Bahasa yang berkaitan dengan golongan sosial para
penuturnya disebut dengan dialek sosial. Faktor-faktor sosial yang memengaruhi
pemakaian Bahasa antara lain, adalah tingkat Pendidikan, usia, dan tingkat
sosial ekonomi. Demkikianlah ragam-ragam Bahasa itu tumbuh dan berkembang
di dalam masyarakat penutur Bahasa. Satu hal yang perlu mendapatkan catatan
bahwa semua ragam Bahasa tersebut tetaplah merupakan Bahasa yang sama.

3.2 MACAM-MACAM RAGAM BAHASA

A. Ragam Bahasa diliat dari cara penuturan berdasarkan cara pandang penutus,
ragam Bahasa dibagi menjadi empat yaitu sebagai berikut:

1. Ragam Dialek

Adalah variasi Bahasa yang dipakai oleh kelompok bangsawan di tempat


tertentu. Dalam istilah lama disebut dengan logat. logat Indonesia yang dilafalkan oleh
orang tapanuli dapat dikenali misalnya karena terkaitan kata yang amat jelas. Menurut
Kridalaksana (1980:13) adalah keseluruhan ujaran seorang pembicara pada suatu saat
yang dipergunakan untuk berinteraksi dengan orang lain, sedangkan menurut chaer
(1994:55) dialek adalah variasi Bahasa yang bersifat perseorangan .

Contohnhya : pada daerah banyumas menggunakan dialek Bahasa ngapak

X: “ rika arep maring ngendi mbok.” ( “ kamu mau kemana .”)

Y:” inyong arep maring kampus.” (“ akum au ke kampus.”)

2. Ragam Terpelajar

Tingkat Pendidikan penutur Bahasa Indonesia juga mewarnai penggunaan


Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur
Pendidikan tampak jelas perbedaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur
yang tidak berpendidikan. Terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari haliusa
asing. Ragam Bahasa menurut saddhoso,k (2012) menyatakan aspek konteks budaya
juga harus diberikan karena dalam masyarakat terdapat ragam formal dan percakapan

8
yang harus dipahami dipahami oelh mahasiswa asing sehingga tidak terjadi kesalahan
pemakaiaqn Bahasa.

Contohnya: “ saya sudah membaca buku itu.”

3. Ragam Resmi

Ragam resmi adalah Bahasa yang digunakan dalam situasi resmi. Seperti
pertemuan-pertemuan, peraturan – peraturan , dan perundang-undangan.Contohnya: “
masyarakat diwajibkan membayar pajak yang sudah ditentukan dengan pemerintah.” 
Ragam Bahasa menurut dendy sugono (1999) Sehubungan dengan pemakaian
Bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, disekolah, dikantor, ataupun dalam
pertemuan resmi digunakan Bahasa baku. Sebaliknya, dalam situasi tak resmi seperti
dirumah, di taman, ataupun di pasar, kita tidak dituntut menggunakan Bahasa baku.

4. Ragam tidak resmi

Adalah ragam Bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi, seperti dalam
pergaulan,atau percakapan pribadi. Semakin tinggi tingkat kebakuan suatu Bahasa,
berarti semakin resmi Bahasa yang digunakan. Sebaliknya,semakin rendah tingkat
keformalannya, semakin rendah tingkat kebakuan Bahasa yang digunakan
( sugono:1998: 12-13).

Contohnya: “ gua mau ke supermarket, lu mau ikut atau enggak ?.”

B. Ragam Bahasa menurut para ahli

 Ragam Bahasa menurut (Bachman (1999)


Adalah variasi Bahasa menurut pemakaian, yang berbeda- beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara,orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
 Ragam Bahasa menurut dendy sugono (1999)
Sehubungan dengan pemakaian Bahasa Indonesia, timbul dua masalah
pokok, disekolah, dikantor, ataupun dalam pertemuan resmi digunakan

9
Bahasa baku. Sebaliknya, dalam situasi tak resmi seperti dirumah, di
taman, ataupun di pasar, kita tidak dituntut menggunakan Bahasa baku.
 Ragam Bahasa menurut mustakim ( (1994:20) membagi ragam Bahasa
menjadi tiga yaitu ragam Bahasa jika dilihat dari segi sarana,situasi,dan
bidang pemakaian Bahasa yang berbeda. Dilihat dari sarana
pemakaiannya, ragam Bahasa dapat dibedakan menjadi ragam Bahasa
dan tulis.
 Ragam Bahasa menurut saddhoso,k (2012) menyatakan aspek konteks
budaya juga harus diberikan karena dalam masyarakat terdapat ragam
formal dan percakapan yang harus dipahami dipahami oelh mahasiswa
asing sehingga tidak terjadi kesalahan pemakaiaqn Bahasa.
 Ragam Bahasa menurut sugihaatuti (2005:127-130) ragam Bahasa dapat
dibagi berdasarkan fungsi dan situasi yang berbeda, ragam tersebut dapat
dilihat dari segi pembicara/penulis dan pemakaianya.

C. Ragam Bahasa dilihat dari cara berkomunikasi Dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Ragam lisan

Adalah suatu ragam Bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap ( organ of speech )

Contoh ragam lisan:

 Ragam Bahasa cakapan


 Ragam Bahasa pidato
 Ragam Bahasa kuliah
 Ragam Bahasa panggung

Ciri-ciri ragam Bahasa lisan.


 Memerlukan kehadiran orang lain
 Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
 Terikat ruang dan waktu
 Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.

2. Ragam tulis

Adalah Bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan dengan huruf sebagai


unsur=-asarnya. Contoh ragam tulis :

 Ragam Bahasa teknis


 Ragam Bahasa undang- undang

10
Ragam Bahasa peraturan perundang-undangan, UU Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan, (UU No. 12 Tahun 2011) Lampiran 2
disebutkan sebagai berikut. Bahasa peraturan perundang-undangan pada
dasarnya tunduk pada kaidah tata Bahasa Indonesia, baik yang
menyangkut pembentukan kata, penyusunan kalimat,Teknik penulisan
maupun pengejaannya,namun Bahasa perundang-undangan mempunyai
corak tersendiri yang bercirikan kejernihan atau
kejelasan,pengertian,kelugasan,kesererasian dan ketataan sesuai dengan
kebutuhan hukum baik dalam perumusan maupun cara penulisannya.

 Ragam Bahasa catatan


 Ragam Bahasa surat
Ragam Bahasa surat berhubungan dengan surat menyurat dengan
menggunakan Bahasa resmi atau baku.
 Ragam Bahasa tulis
Ragam Bahasa menurut sugihaatuti (2005:127-130) ragam Bahasa
dapat dibagi berdasarkan fungsi dan situasi yang berbeda, ragam tersebut
dapat dilihat dari segi pembicara/penulis dan pemakaianya.

Ciri-ciri ragam tulis


 Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
 Adanya unsur gramatikal ( hubungan antara unsur -unsur Bahasa
dalam satuan yang lebih besar ) yang dinyatakan secara lengkap
 Tidak terikat oleh ruang dan waktu
 Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan

 Ragam Bahasa berdasarkan topik pembicaraan:

1. Ragam sosial
Yaitu ragam Bahasa yang Sebagian norma dan kaidahnya didasarkan
atas kesepakatan bersaama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil
dalam masyarakat.

2. Ragam fungsional
Adalah ragam Bahasa yang dikaitkan dengan profesi,
Lembaga,lingkungan kerja,atau kegiatan tertentu lainnya.

11
3. Ragam jurnalistik
Adalah ragam Bahasa yang dipergunakan oleh dunia persurat-kerabatan
(dunia pers= media masa cetak). Dalam perkembangan lebih lanjut,
Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipergunakan oleh seluruh media
massa.

4. Ragam sastra
Ialah Bahasa yang dipakai untuk menyampaikan emosi (perasaan ) dan
pikiran. Bahasa dalam ragam sastra ini digunakan sebagai bahan
kesenian,disamping sebagai alat komunikasi

5. Ragam politik dan hukum


Salah satu ciri khas Bahasa hukum adalah penggunaan kalimat yang
Panjang dengan pola kalimat luas. Dalam hal ini diakui bahwa Bahasa
hukum Indonesia tidak terlalu memperhatikan sifat dan ciri khas Bahasa
Indonesia dan struktunya. Hal ini disebabkan hukum Indonesia pada
umumnya didasarkan pada hukum yang ditulis pada zaman penjajahan
belanda dan ditulis dalam Bahasa belanda.

4.2 RAGAM KATA BAKU DAN TIDAK BAKU

A) Pengertian kata baku dan tidak baku

Kata baku adalah kata yang digunakan sesuai aturan atau kaidah berbahasa
Indonesia yang sudah ditentukan sebelumnya. Kata baku juga merupakan kata yang
penggunaannya sudah sesuai ejaan dan aturan pedoman Bahasa yang Indonesia yang
baik dan benar, yang bersumber pada kamus Bahasa besar Indonesia (KBBI).

Selain itu, penggunaan kata baku dapat dililhat dari penggunaannya yang sudah
sesuai EYD (Ejaan Yang Sudah Disempurnakan). Penggunaan kata baku ini biasanya
digunakan untuk pengungkapan Bahasa yang bersifat resmi,dalam bentuk surat
maupun naskah pidato. Menurut Kokasi dan hermawan (2012), kata baku merupakan
pengucapan atau cara penulisan kata yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang
dibekukan. Aturan standar itu dapat berupa EYD, Kamus Umum, ataupun tata Bahasa
baku.

Kata tidak baku merupakan kebalikan dari kata baku yang penggunaannya tidak
sesuai dan aturan dan kaidah berbahasa Indonesia yang sudah ditentukan
sebelumnya. Ketidak bakuan sebuah Bahasa tidak hanya ditentukan dengan penulisan

12
yang tidak sesuai pedoman, namun juga bisa terjadi karena salah penulisan,
pengucapan yang salah, dan susunan kalimat yang tidak sesuai. Kalimat tidak baku
lebih sering digunakan dalam percakapan sehari-hari karena terkesan lebih santai dan
tidak kaku kata tidak baku juga dapat digunakan saat berdiskusi membahas suatu hal
Bersama teman atau keluarganya.

B) Ciri – ciri kata baku

 Tidak dipengaruhi Bahasa daerah tertentu

KATA BAKU KATA TIDAK BAKU


SAYA Gue
MERASA Ngerasa
AYAH bokap

 Tidak dipengaruhi Bahasa asing

KATA BAKU KATA TIDAK BAKU


BANYAK GURU Banyak guru-guru
ITU BENAR Itu adalah benar
KESEMPATAN LAIN Lari kesempatan

 Bukan Bahasa percakapan

KATA BAKU KATA TIDAK BAKU


BAGAIMANA gimana
BEGITU Gitu
TIDAK Nggak

13
 Pemakaian imbuhan pada kata bersifat eksplisit

KATA BAKU KATA TIDAK BAKU


ANAK ITU MENANGIS Anak itu nangis
IA MENDEGARKAN RADIO Ia dengarkan radio
KAMI BERMAIN BOLA Kami main bola

 Pemakaian kata sesuai dengann konteks kalimat

KATA BAKU KATA TIDAK BAKU


TERDIRI ATAS/ DARI Terdiri
SEORANG PASIEN Seseorang pasien
SIAPA NAMAMU Siapa Namanya?

 Kata baku bukan kata rancu

KATA BAKU KATA TIDAK BAKU


PARA JURI Para juri-juri
MUNDUR Mundur ke belakang
HADIRIN Para hadirin

 Kata baku tidak mengandung hiperkorek

KATA BAKU KATA TIDAK BAKU


KHUSUS Husus
SABTU Sabtu
SYAH sah

14
C) Ciri – ciri kata tidak baku

 Umumnya digunakan dalam Bahasa sehari-hari


 Dipengaruhi Bahasa daerah dan Bahasa asing tertentu
 Dipengaruhi dengan perkembangan zaman
 Bentuknya dapat berubah-ubah
 ,memiliki arti yang sama, meski terlihat beda dengan Bahasa baku

 Contoh kata baku dan tidak baku

KATA BAKU KATA TIDAK BAKU


ABJAD Abjat
AKHIRAT Akherat
AKSESORI Aksesoris
AKTIF Aktip
AKUARIUM Aquarium

Ragam Bahasa dari segi gramatikal

harimurti ketidaklasanakan gramatikal adalah subsistem dalam organisasi


Bahasa dimana satu kesatuan kebahasaannya bergabung untuk membentuk satuan-
satuan yang lebih besar.

Menurut Burhan nugiyantoro gramatikal adalah struktur Bahasa. Penguasaan


struktur Bahasa dan kosakata merupakan persyaratan melakukan Tindakan
berbahasa. Kelayakan dari segi gramatikal ditandai oleh deskripsi tentang tipe verba
menurut perilaku sintaksisnya yang mencakupi:

A. verba transitip

15
verba transitip adalah kata yang memiliki objek untuk memperjelas atau sebagai
pelengkap suatu verba tersebut. Contohnya ‘ saya memakan sebuah apel”.

B. Verba taktransitif

Verba taktransitif adalah verba yang tidak memerlukan objek sama sekali setelah
verba. Pada verba taktransitif, pelengkap bisa terletak setelah verba. Contoh “dia
bernyanyi di depan kelas “
C. Berproposi merupakan kata- kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina
dengan verba di dalam satu klausa. Contohnya : “disana”, “ke rumah “

5.3 Kelayakan Ragam Bahasa Dari Segi Stilistik adalah

Stlilistika atau ilmu gaya Bahasa merupakan cabang ilmu linguinstik yang
menfokuskan diri pada analysis gaya Bahasa. Stlilistika sendiri diambil dari kata Bahasa
Inggris yakni style atau gaya dalam Bahasa Indonesia.

Kajian mengenai gaya Bahasa dapat mencakup gaya Bahasa lisan, tetapi stilistika
cenderung melakukan kajian Bahasa tulis termasuk karya sastra

Stilistika mencoba memahami mengapa si penulis cenderung menggunakan kata-


kata atau ungkapan tertentu. Misalnya, gaya Bahasa seorang penyair dapat dijabarkan
berdasarkan pilihan kata dan ungkapan yang digunakannya. Secara umum lingkup
stilistika meliputi diksi atau pemilihan kata ( pilihan leksikal), struktur kalimat
majas,citraan, pola, rima, dan mantra.

MODEL PENELITIAN STILISTIKA

Sebuah penelitian sastra mencoba mengembangkan model inovatif yakni


pengungkapan makna karya sastra melalui kajian stilistika. Hal itu tidak terlepas dari
realitas bahwa dunia dalam karya sastra dikreasikan dan sekaligus diekspresikan oleh
sastrawan lazimnya melalui Bahasa yang terwujud dalam gaya Bahasa (style). Dengan

16
demikian, apapun dipaparkan pengarang dalam karya sastranya kemudian ditafsirkan
oleh pembaca, selalu berkaitan dengan Bahasa.

MAKNA STILISTIKA DALAM KARYA SASTRA

Seperti kita ketahui bahwa karya sastra yang berkembang di Indonesia cukup
banyak. Maka, makna karya sastra tidak dapat terlepas dari pemakaian gaya Bahasa
di dalamnya (Pradopo, 1994: 46). Oleh karena itu, stilistika, studi tentang gaya yang
meliputi pemakaian gaya Bahasa dalam karya sastra (junus,1989:xvii;Endraswara,
2003: 75) merupakan bagian penting bagi ilmu sastra sekaligus bagi studi linguistik.
Dalam analisis sastra, stilistika dapat membantu memahami aspek-aspek estetik dan
pemaknaan sastra.

Referensi
1. Kushartanti,et.al.,ed.(2009). Pesona Bahasa:Langkah awal memahami Linguistik.
Gramedia Pustaka Utama. P. 232. ISBN 9789792216813.
2. Richards.J.C dan W.A. Renandya,ed.(2002). Methodology in Leanguage Teaching:
An Anthology Of Current Practice. Cambridge:Cambridge University Press.

5.4 Ketetapan pemakaian kata menurut para ahli

Menurut Keraf ( 2008:24) pemilihan kata atau diksi mengcakup pengertian


kata-kata mana yang akan dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana

17
membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-
ungkapan yang tepat dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam situasi.
Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan
yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat
pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
sejumlah besar kosa kata atau pembendaharaan kata Bahasa itu.

Menurut mustakim (1994:41) bahwa kegiatan berbahasa yang sangat penting.


Setiap orang yang berkomunikasi dengan Bahasa yang selalu mengungkapkannya
lewat kata-kata yang dirangkai dan menjadi suatu Bahasa yang utuh fan dapat
dimengerti oleh lawan bicara.

Menurut Sabarti Ahkhadiah, Maidar G Arsjad, dan Sakura H. Ridwan,


(1998:82) abdul chaer (1994:219) mendefinisikan kata dalam tataran sintaksis,kata
yanbg dipilih dalam setiap pemakaian Bahasa harus tetap dan lazim agar bisa
dimengerti.

Menurut Zaenal Arifin dan Amran Tasai (2000:25) menyatakan, diksi


mempunyai maksud memiliki kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu

Menurut keraf (2000:105) membagi kategori kat sesuai dengan


penggunaannya, atas kata ilmiah, popular,jargon,kata percakapan,slang,idiom, dan
pemendekan kata.

Sedangkan menurut Abdul Chaer & Leonie Agustina (1995:85-86) membagi


jenis kata berdasarkan variasi sosiolek,atas slang,kolokial/kata
percakapan,jargon,argot, dan ken.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Ragam Bahasa adalah variasi Bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda


menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara. Ragam Bahasa ini timbul
karena latar belakang budaya, sejarah,ataupun letak geografis akibatnya muncul
berbagai variasi Bahasa Indonesia.

Ragam Bahasa ini memiliki berbagai macam jenis yang dibedakan berdasarkan
tiga hal yaitu cara berkomunikasi,penuturan, dan topik pembicaraan. Dilihat dari cara
berkomunikasi, ragam Bahasa dibedakan menjadi dua yaitu lisan dan tulis. Dalam hal ini
penggunaan ragam lisan lebih baik karena seseorang dapat langsung mengekspresikan
apa yang ingin diungkapan daripada menggunakan tulisan. Dilihat dari cara penuturan,
ragam Bahasa dibedakan menjadi ragam dialek,terpelajar, resmi, dan tidak resmi. Dilihat
dari topik pembicaraan, ragam Bahasa dibedakan menjadi ragam sosial. Ragam
fungsional, jurnalistik, sastra,politik dan hukum.

3.2 saran

Saya sebagai penulis dan rekan- rekan yang berkontribusi menyadari jika
makalah ini banyak sekali kekurangan yang jauh dari kata sempurna.

19
Tentunya penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber
yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran
mengenai pembahasan makalah di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Bailey, K. M., and R. Ochsner. 1983. A Methodological Review of The Diary


Studies:
Windwill Tilting or Social Science? dalam K. M. Bailey, M. H. Long, dan S. Peck
(Eds.). Second Language Acquisition Studies. Rowley, Mass.: Newbury House.
Barron, Nancy G. 2007. Review Buku: “Multiliteracies: Literacy: Learning and the
Design of
Social Futures” dalam Technical Communication Quarterly, Autumn, 16, 4.
Bazemer, J. & Kress, G. 2008. “Writing in Multimodal Texts: A Social Semiotic
Account of
Designing for Learning” dalam Written Communication, 25, 2.
Beasley, C.J. 1990. “Content-based language instruction: Helping ESL/EFL
students with
language and study skills at tertiary”. TEASOL in Context, 1, 10-14.
http://cleo.murdoch.edu.au/ 08/04/04.
Cohen, J. 1977. Statistical Power Analysis for the Behavioral Science (Revised
Ed.). New
York : Academic Press.
Colaruso, Dana M. 2010. “Teaching English in a Multicultural Society: Three
Models of
Reform” dalam Canadian Journal of Education, 33, 2. www.proquest.umi.pqd/web
Cook, Vivian. 1996. “Some Relationships between Linguistics And Second
Language
Research”, http://privatewww.essex.ac.uk/~vcook/. Diakses pada tanggal 8 April
2004.

20
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Garis-garis Besar Program
Pengajaran:
Bidang Studi Bahasa Inggris. Jakarta: Depdikbud.
Dewantara, Ki Hadjar. 2009. Menuju Manusia Merdeka. Yogyakarta: Leutika.
Ellis, R. 1992. Understanding Second Language Acquisition (2nd Ed.). Oxford:
Oxford
University Press.
__ 1990a. Classroom Second Language Development. London: Prentice Hall.
__ 1990b. Instructed Second Language Development. Oxford: Blackwell.
Gough, N. (2000). “Locating Curriculum Studies in The Global Village”. Journal of
Curriculum Studies, 32(2), 329‐342. www.proquest.umi.pqd/web
Herawati, E. N. 1996. “Beksan Srimpi dan Nilai-nilai yang Dikandungnya: Sebuah
Tinjauan
Apresiatif”. Diksi, 9, IV, hlm. 81- 9.
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta. 1994. Peraturan Akademik
1994.
Yogyakarta: UPP IKIP YOGYAKARTA.
Mahmudah, Z. 1995. Pelecehan Seksual dalam Drama Der Besuch der Alten
Dame. Skripsi
S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman, FPBS IKIP
Yogyakarta.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta:
BPFE.
Nuryanto, F. 1996. “Penggunaan ragam bahasa Indonesia ilmiah oleh Dosen IKIP
Yogyakarta”. Jurnal Kependidikan, 1, XXIV, hlm. 85-100.
Sarjono, Hari. 2010. “Bahasa sebagai Alat Pemersatu Bangsa”. Kompas Edisi 5
Oktober.
Ubaddah, Nashif. 2011. “Teror Bom: Penyebaran Ketakutan dan Tips Menghadapi
Terorisme”. Kompasonline Edisi 20 September
http://hankam.kompasiana.com/2011/09/25/teror-bom-penyebaran-ketakutan-dan-
tips-
menghadapi-terorisme//. Diakses pada tanggal 26 September 2011.
Utari, D. 1993. Penggunaan Tableau de Feutre dalam Pengajaran Ketrampilan
Berbicara.
Makalah TABS. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis, FPBS IKIP
Yogyakarta.
Yood, Jessica. 2005. “Present-Process: The Composition of Change”. Journal of
Basic
Writing Fall Volume 24./web

21
22

Anda mungkin juga menyukai