Oleh :
1. Andreas Novani S (21735001)
2. Aprian Pratama (21735002)
KELAS A
PROGAM STUDI REKAYASA KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG (POLINELA) LAMPUNG
2021
1
KATA PENGANTAR
Tiada kalimat yang pantas diucapkan kecuali rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selsainya makalah yang berjudul “kedudukan bahasa, ragam bahasa, dan bahasa Indonesia
yang baik dan benar”. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji dan
menyarikan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dan Bahasa Negara, dan juga
memberi wawasan mengenai cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dengan adanya materi kuliah ini kami harapkan para teman-teman mahasiswa dapat
memahami kedudukan bahasa dan ragam bahasa tidak lupa pula untuk berbahasa yang baik dan
benar sesuai PUEBI. Dengan demikian kami sadar bahwa materi ini terdapat banyak
kurangannya. . Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi. Kami berharap semoga
tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi pembacanya, terutama mahasiswa.
Bila mana ada kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, izinkan penulis menghaturkan
permohonan maaf. Sebab, makalah ini tiada sempurna dan masih banyak kelemahan. Penulis
juga berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembacanya ataupun pengkajian
selanjutnya.
Tim penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 6
2.1 Kedudukan Bahasa Indonesia ................................................................... 6
2.2 Fungsi Bahasa Indonesia .......................................................................... 8
2.3 Ragam Bahasa .......................................................................................... 9
2.3.1 Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi Pemakaiannya ....................... 11
2.3.2 Ragam Bahasa Berdasarkan Mediumnya ....................................... 12
2.3.3 Keberagaman Bahasa Indonesia .................................................... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ketika berada pada tataran fungsi bahasa untuk mengekspresikan diri dan sebagai
alat komunikasi, bahasa tersebut termasuk ke dalam ragam bahasa dan laras bahasa.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terbentuk karena pemakaian bahasa.
Pemakaian bahasa dibedakan berdasarkan media yang digunakan, topik pembicaraan,
dan sikap pembicaranya. Di pihak lain, laras bahasa dapat dikatakan kesesuaian antara
bahasa dan fungsi pemakaiannya (KBBI). Fungsi pemakaian bahasa lebih diutamakan
dalam laras bahasa daripada aspek lain dalam ragam bahasa. Selain itu, konsepsi antara
4
ragam bahasa dan laras bahasa saling terkait dalam perwujudan aspek komunikasi
bahasa. Laras bahasa akan memanfaatkan ragam bahasanya untuk menyampaikan pikiran
yang dapat berupa ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) ragam bahasa diartikan variasi bahasa menurut pemakaiannya;
dapat dilihat dari topik yang dibicarakan, hubungan pembicara dan teman bicara, serta
media pembicaraannya (2011: 1131). Pengertian ragam bahasa ini dalam berkomunikasi
perlu memperhatikan aspek (1) situasi yang dihadapi, (2) permasalahan yang hendak
disampaikan, (3) latar belakang pendengar atau pembaca yang dituju, dan (4) media atau
sarana bahasa yang digunakan. Keempat aspek dalam ragam bahasa tersebut lebih
mengutamakan aspek situasi yang dihadapi dan aspek media bahasa yang digunakan
dibandingkan kedua aspek yang lain.
Adanya ragam bahasa sebagai bentuk gejala sosial dilihat dari pemakaian bahasa
tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor kebahasaan, tetapi juga oleh faktor-faktor
nonkebahasaan. Faktor tersebut, antara lain, faktor lokasi geografis, situasi, waktu, dan
sosiokultural. Faktor-faktor itu mendorong timbulnya perbedaan dalam pemakaian
bahasa.
Perbedaan tersebut akan tampak dalam segi pelafalan, pemilihan kata,dan penerapan
kaidah tata bahasa.
1.3 Tujuan
1.3.1 untuk mengetahui kedudukan bahasa dan ragam bahasa
1.3.2 Mampu menjelaskan fungsi kedudukan dan ragam bahasa
1.3.3 Mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
mendasari rasa kebangsaan. Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia haruslah
dipelihara dan dikembangkan, serta rasa kebanggaan memakainya senantiasa kita bina.
Dengan demikian, fungsi tersebut, bahasa Indonesia wajib kita junjung karena selain
sebagai bendera dan lambang negara kita.
Implementasi dari fungsi bahasa Indonesia yang lainnya adalah bahasa Indonesia
harus memiliki identitas sendiri sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita dan
berbeda dengan negara lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya jika
masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sehingga tidak bergantung
pada unsur-unsur bahasa lain. Berkat adanya bahasa nasional, kita dapat berhubungan
satu dengan yang lain sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang
sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan. Kita dapat bepergian dari pelosok
yang satu ke pelosok yang lain di tanah air dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia
sebagai satu-satunya alat komunikasi.
Selain beberapa fungsi bahasa tersebut, bahasa Indonesia juga harus berfungsi
sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan
bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan. Pada fungsi ini, bahasa
Indonesia memungkinkan berbagai-bagai suku bangsa yang mencapai keserasian hidup
sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan
kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang
bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu, kita dapat meletakkan
kepentingan nasional jauh di atas kepentingan daerah atau golongan. Pada fungsi kedua
ini, bahasa Indonesia dijadikan sebagai pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai
taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Meskipun lembaga-lembaga pendidikan
tersebut tersebar di daerah-daerah, mereka harus menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar. Memang ada pengecualian untuk kegiatan belajar-mengajar di kelas-
kelas rendah sekolah dasar di daerah-daerah. Mereka diizinkan menggunakan bahasa
daerah sebagai pengantar.
Di dalam hubungannya dengan fungsi ketiga di atas, yakni alat perhubungan pada
tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, bahasa
Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku,
melainkan juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar belakang
sosial budaya dan bahasanya. Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan
dan teknologi, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita
7
membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia
memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan
daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia kita pergunakan sebagai alat untuk
menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional kita (Halim dalam Arifin dan Tasai, 1995:
11- 12)
8
kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan
untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi
(pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Keraf, 1997 : 5).
Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai
alat integrasi dan adaptasi sosial.
(6) Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial, sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif.
Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat.
Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-
buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa
sebagai alat kontrol sosial.
Di samping fungsi-fungsi utama tersebut, Gorys Keraf menambahkan beberapa fungsi
lain sebagai pelengkap fungsi utama tersebut. Fungsi tambahan itu adalah:
(1) Fungsi lebih mengenal kemampuan diri sendiri.
(2) Fungsi lebih memahami orang lain;
(3) Fungsi belajar mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar dengan cermat.
(4) Fungsi mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut, teratur,
terarah, dan logis;
(5) Fungsi mengembangkan atau memengaruhi orang lain dengan baik
dan menarik (fatik). (Keraf, 1994: 3-10).
Selain ragam yang sudah disebutkan, terdapat pula ragam bahasa yang berkaitan
dengan perkembangan waktu atau disebut dengan kronolek. Misalnya, bahasa Melayu
masa Kerajaan Sriwijaya berbeda dengan bahasa Melayu masa Abdullah bin Abdul Kadir
Munsji, dan berbeda pula dengan bahasa Melayu Riau sekarang. Ragam bahasa yang
berkaitan dengan golongan sosial para penuturnya disebut dialek sosial.
Faktor-faktor sosial yang memengaruhi pemakaian bahasa, antara lain, tingkat
pendidikan, usia, dan tingkat sosial ekonomi. Bahasa golongan buruh, bahasa golongan
atas (bangsawan dan orang-orang berada), dan bahasa golongan menengah (orang-orang
terpelajar) akan memperlihatkan perbedaan dalam berbagai bidang. Dalam bidang tata
bunyi, misalnya, bunyi /f/ dan gugus konsonan akhir /-ks/ sering terdapat dalam ujaran
kaum yang berpendidikan, seperti pada bentuk fadil, fakultas, film, fitnah, dan kompleks.
10
Bagi orang yang tidak dapat menikmati pendidikan formal, bentuk-bentuk tersebut
sering diucapkan padil, pakultas, pilm, pitnah, dan komplek. Demikian pula, ungkapan
“apanya dong?” dan “trims” yang disebut bahasa prokem sering diidentikkan dengan
bahasa anak-anak muda. Ragam bahasa tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat
penutur bahasa. Satu hal yang perlu mendapat catatan bahwa semua ragam bahasa
tersebut tetaplah merupakan bahasa yang sama. Dikatakan demikian karena setiap
penutur ragam bahasa sesungguhnya dapat memahami ragam bahasa lainnya (mutual
intelligibility).
Apabila suatu ketika saling pengertian di antara setiap penutur ragam tidak terjadi
lagi, saat itu pula tiap-tiap bahasa yang mereka pakai gugur statusnya sebagai ragam
bahasa. Dengan pernyataan lain, ragam-ragam bahasa itu sudah berubah menjadi bahasa
baru atau bahasa mandiri.
14
layak dan sesui dengan tujuan pembicaraan. Jurnal Pujangga Volume 4, Nomor 2,
Desember 2018
3. Tempat
Berkaitan dengan tempat, pembicara perlu menyesuaikan dengan situasi tempat
ia berbicara. Misalnya interaksi seorang penjual kacang rebus di pasar tradisional.
Andi: “Selamat pagi Bapak Lukman”
“Saya ingin membeli kacang rebus Bapak”.
“Berapakah harganya”.
ungkapan Andi kepada penjual kacang rebus secara struktur benar, tetapi tidak tepat
untuk diterima penjual,kacang rebus, kalimat tersebut di atas. .
4. Bernalar.
Berbahasa yang baik hendaknya bernalar dan dapat diterima dengan akal sehat.
Misalnya seperti kasus berikut ini. 4.1 Tadi malam mahasiswa Setia Budi berjalan-jalan
di pinggir Sungai Ciliwung.
Kalimat 4.1 secara struktur benar terdiri atas Keterangan, Subjek, Predikat, dan
Keterangan. Akan tetapi, secara nalar kalimat tersebut tidak tepat. Jadi, tidak mungkin di
pinggir Sungai Ciliwung dapat dimanfaatkan untuk berjalan-jalan karena memang tidak
ada bantaran sungai. Apalagi berjalan-jalan dilakukan pada tengah malam.
15
Pada aspek Kosakata, kata-kata seperti bilang, kasih, entar dan udah. Dalam
penggunaan bahasa Indonesia yang benar, akan lebih baik jika diganti dengan
berkata/mengatakan, memberi, sebentar, dan sudah. Namun demikian, dalam
hubungannya dengan peristilahan, istilah dampak, (impact), bandar udara, keluaran
(output), Jurnal Pujangga Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 dan pajak tanah
(landtax) dipilih sebagai istilah pengaruh, pelabuahan udara, hasil, dan pajak bumi.
4) Ejaan
Dari segi ejaan, penulisan yang benar adalah analisis, sistem, jadwal, dan
hierarki, bukan analisia, sistim, jadual, dan hirarki Lihat kasus ejaan berikut.
1. P.T. Maju Jaya mengimport beras tahun ini.
2. S.K.I.P. PGRI
Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Dengan demikian, tulisan yang benar kasus nomor
1 dan 2 adalah seperti berikut.
1.a PT Maju Jaya mengimpor beras tahun ini.
2.a STKIP PGRI
3. MRT (Mass Rapid Transit)
4. LRT (Ligt Rail Transit)
Sesuai dengan rekomendasi Pemerintah dalam Kongres Bahasa Indonesia XI adalah
sebagai berikut. Pemerintah harus menertibkan penggunaan bahasa asing sebagai bahasa
pengantar dalam pendidikan di sekolah. Selain itu, sesuai dengan tema Kongres Bahasa
Indonesia XI yaitu ―Menjayakan Bahasa dan Sastra Indonesia‖. Subtema
bahasapenguatan bahasa Indonesia di ruang publik. Seharusnya singkatan tersebut
sebagai berikut.
3.a MRT (Moda Raya Terpadu)
4.a RLT (Rel Layang Terpadu)
5. Selfie
6. attachment
7. browser
8. copy, paste
9. noice
10. scan
Padanan istilah nomor 5 sampai dengan 10 adalah sebagai berikut.
5.a swafoto
16
6.a lampiran
7.a perambanJurnal Pujangga Volume 4, Nomor 2, Desember 2018
8.a salin, tempel
9.a derau
10.a pindai
5) Makna.
Dari sisi makna, penggunaaan bahasa yang berhubungan dengan ketepatan
menggunakan kata yang sesuai dengan tutntutan makna. Misalnya dalam bahasa ilmu
tidak tepat jika digunakan kata yang mempunyai makna konotatif.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. Pada bagian
terdahulu, secara sepintas, sudah dikatakan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: (1) lambang kebanggaan kebangsaan (2)
bahasa resmi kenegaraan, (3) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, (4) alat
perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan, dan (5) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tidak hanya kedudukan bahasa, bahasa juga memiliki ragam bahasa yang
merupakan variasi bahasa yang terbentuk karena pemakaian bahasa. Pemakaian bahasa
dibedakan berdasarkan media yang digunakan, topik pembicaraan, dan sikap
pembicaranya. Di pihak lain, laras bahasa dapat dikatakan kesesuaian antara bahasa dan
fungsi pemakaiannya (KBBI).
18