Anda di halaman 1dari 59

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR


(PJJ 1404)

OLEH :
Titi Ariyanti, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA


KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Buku Panduan Praktikum Mata Kuliah Konstruksi Perkerasan Lentur
Program Studi Teknologi Rekayasa Konstruksi Jalan Dan Jembatan Jurusan Teknologi
Pertanian Politeknik Negeri Lampung dapat disusun dengan baik.
Buku Panduan Praktikum ini merupakan arahan untuk penyelengaraan praktikum
Mata Kuliah Konstruksi Perkerasan Lentur Program Studi Teknologi Rekayasa Konstruksi
Jalan Dan Jembatan. Buku Panduan Praktikum (BPP) ini berisi materi, bahan dan alat yang
digunakan di dalam praktikum Mata Kuliah Konstruksi Perkerasan Lentur ini bertujuan
untuk memudahkan mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum. Penyusunan Buku Panduan
Praktikum (BPP) Mata Kuliah Konstruksi Perkerasan Lentur belumlah sempurna, masih
terdapat kekurangan, untuk itu diperlukan masukan dari para pembaca supaya Buku Panduan
Praktikum (BPP) ini selanjutnya tersusun dengan lebih baik.

Bandar Lampung, November 2022


Penyusun,

Titi Ariyanti, S.T., M.T.

i
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Peserta praktikum merupakan mahasiswa yang terdaftar mengikuti Mata Kuliah


Konstruksi Perkerasan Lentur Program Studi Teknologi Rekayasa Konstruksi Jalan
Dan Jembatan.
2. Mahasiswa/praktikan harus bersikap baik selama menjalankan praktikum:
a. Berpakaian rapi, sesuai tata tertib Politeknik Negeri Lampung
b. Keluar masuk ruangan harus berdasarkan izin dari dosen pengampu/ PLP yang
mendampingi
c. Menjaga kebersihan ruang praktikum
3. Mahasiswa hadir tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
4. Mahasiswa wajib menjaga alat-alat yang ada pada ruang laboratorium. Kerusakan
karena kecerobohan, dapat di sanksi dengan pergantian.
5. Mahasiswa menyediakan sendiri alat tulis untuk keperluan mencatat atau menulis
pengamatan.
6. Seluruh acara praktikum harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.
7. Laporan yang disyaratkan dikumpulkan minimal 24 jam setelah praktikum selesai.
8. Bila tidak dapat mengikuti praktikum, mahasiswa wajib memberikan surat izin yang
jelas untuk kemudian melakukan praktikum pengganti.
9. Hal yang belum diatur dalam tata tertib praktikum ini akan ditentukan kemudian.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... i


Tata Tertib Praktikum ................................................................................................ ii
Daftar Isi .................................................................................................................... iii
Pertemuan Ke 1. Pengujian thickness dan density dengan mesin Core Drill ........ 1
Pertemuan Ke 2. Simulasi perhitungan Metode Analisa Komponen dengan
Microsoft Excel ........................................................................ 6
Pertemuan Ke 3. Simulasi perhitungan Metode Analisa Komponen dengan
Microsoft Excel ........................................................................ 6
Pertemuan Ke 4. Simulasi perhitungan Manual Desain Perkerasan Jalan (MDPJ)
dengan Microsoft Excel ............................................... 12
Pertemuan Ke 5. Simulasi perhitungan Manual Desain Perkerasan Jalan (MDPJ)
dengan Microsoft Excel ............................................... 12
Pertemuan Ke 6. Pengujian Penyelimutan dan Pengelupasan Pada Campuran
Agregat-Aspal ........................................................................... 19
Pertemuan Ke 7. Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus dan Kasar ............. 21
Pertemuan Ke 9. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus .............. 25
Pertemuan Ke 10. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar .............. 29
Pertemuan Ke 11. Pengujian Keausan dengan Alat Los Angeles ........................... 32
Pertemuan Ke 12. Pengujian Kadar Aspal dengan Ekstraksi Refluks .................... 36
Pertemuan Ke 13. Pengujian Berat Jenis Maksimum Campuran ........................... 40
Pertemuan Ke 14. Pengujian Marshall .................................................................... 44
Pertemuan Ke 15. Presentasi Kelompok ................................................................. 50
Lampiran .................................................................................................................... 53

iii
Halaman 1 dari 52
Form
No. Dok. F-JUR-04
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM Revisi 00
(BPP) Tanggal 20 Oktober 2022

Pertemuan ke- : 1
Waktu Pertemuan : 2 x (1x170')
Capaian Pembelejaran Mata : Mahasiswa mampu merencanakan struktur perkerasan lentur
Kuliah (CPMK) dan memahami proses pekerjaan lapis permukaan pada
perkerasan lentur
Tempat : Laboratorium Jalan dan Jembatan

1. Sub CPMK :
Mahasiswa mampu mendiskripsikan mengenai perkerasan jalan lentur dan klasifikasi
jalan

2. Indikator Penilaian :
- Ketepatan dalam menjelaskan susunan bagian-bagian perkerasan lentur.
- Ketepatan dalam mengoperasikan alat core drill.
- Ketepatan dalam menentukan tebal dan karakteristik campuran perkerasan dari
sampel aspal.

3. Teori :
Lapis Permukaan Perkerasan Lentur (flexible pavement)

Pengertian

Perkerasan aspal/ perkerasan beton aspal (asphalt concrete pavement) disebut juga
perkerasan lentur (flexible pavement), merupakan campuran agregat batu pecah,
material pengisi, dan aspal, yang dihamparkan dan dipadatkan.
Perkerasan lentur akan mempunyai kinerja yang baik, bila perencanaan dilakukan
dengan baik dan seluruh komponen-komponen utama dalam sistem perkerasan
berfungsi dengan baik. Peranan komponen-komponen perkerasan lentur :
a. Lapisan aus (wearing course) yang memberikan cukup kekesatan, tahan gesek, dan
penutup kedap air atau drainase air permukaan.
b. Lapisan perkerasan terikat (binder course) yang memberikan daya dukung yang
cukup, sekaligus sebagai penghalang air yang masuk ke dalam material tak terlihat
dibawahnya.

1
c. Lapis pondasi (base course) dan Pondasi bawah (subbase course) tak terika yang
memberikan tambahan kekuatan, dan ketahanan terhadap pengaruh air yang
merusak struktur perkerasan serta pengaruh degradasi yang lain. (erosi dan intrusi
butiran halus).
d. Tanah dasar (subgrade) yang memberikan cukup kekakuan, kekuatan yang seragam
dan merupakan landasan yang stabil bagi lapisan material perkerasan diatasnya.
e. Sistem drainase, yang dapat membuang air dengan cepat dari sistem perkerasan,
sebelum air menurunkan kualitas lapisan material dan tanah dasar.
Perkerasan lentur terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu: lapis permukaan (surface
course), lapis pondasi (base course), dan lapis pondasi bawah (subbase course). Lapisan
permukaan biasanya dibagi menjadi lapis aus (wearing course) dan lapis pengikat
(binder course) yang diletakkan secara terpisah. Lapis pondasi dan lapis pondasi bawah
juga dapat diletakkan dalam bentuk komposit yang terdiri dari material-material yang
berbeda, yaitu pondasi atas (upper base) dan pondasi bawah (lower base), atau pondasi
bawah bagian atas (upper subbase) dan pondasi bawah bagian bawah (lower subbase).
• Lapisan permukaan (surface course) adalah lapisan paling atas dari perkerasan
lentur yang terletak diatas lapisan pondasi. Lapisan permukkan terdiri dari lapis aus
(wearing course) dan lapis pengikat (binder course). Agar lapis aus tetap awet,
kedap air, rata, dan mempunyai kekesatan, maka lapisan ini harus disusun dari
campuran beraspal panas, bergradasi padat. Lapis pengikat, biasanya memiliki
agregat yang lebih besar dengan kadar apal yang lebih sedikit.
• Lapis pondasi (base course) merupakan lapisan yang dihamparkan dibawah lapis
permukaan. Lapis pondasi terletak diatas lapis pondasi bawa, atau jika lapis pondasi
bawah tidak digunakan, di atas tanah dasar. Material lapis pondasi terdiri dari
agregat seperti batu pecah, sirtu, terak pecah (crushed slag) atau campuran material-
material tersebut.
• Lapis pondasi bawah (subbase course) maksud penggunaan lapis pondasi bawah
adalah untuk membentuk lapisan perkerasan yang relatif cukup tebal (untuk
penyebaran beban), tetapi dengan biaya yang lebih murah. Material lapis pondasi
bawah (subbase course) adalah material yang kualitasnya lebih rendah dari lapis
pondasi (base course) (kekuatan plastisitas dan gradasi), tetapi masih lebih tinggi
kualitasnya dibandingkan tanah dasar. Dengan demikian, kualitas lapis pondasi
bawah dapat sangat bervariasi, sejauh persyaratan tebal rancangan terpenuhi.
• Lapis Tambahan/Lapis Permukaan (overlay) adalah perkerasan yang secara terus
menerus mengalami tegangan-tegangan akibat beban lalu lintas yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada perkerasan. Selain itu, temperatur, kelembapan, dan
gerakan tanah dasar dapat pula menyebabkan kerusakan perkerasan.
Untuk mengetahui tebal perkerasan lentur pengambilan sampel dengan menggunakan
alat Core Drill. Pengujian core drill ini bertujuan untuk menentukan dan mengambil
sampel perkerasan di lapangan sehingga dapat diketahui tebal dan karakteristik
campuran perkerasan.

2
4. Bahan dan Alat :
Bahan :
- Air
- Bahan penambal lubang hasil core drill (Campuran aspal panas)

Alat :
Handle Pengoperasian
Mesin Saklar

Mata Bor Coring

- Mesin core drill


- Penjepit aspal
- Jangka sorong
- Peralatan tulis

5. Organisasi :
Mahasiswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri atas 5-8 orang setiap kelompok.
Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang dipilih diantara anggota. Setiap
kelompok melakukan praktikum/praktik dibimbing oleh dosen dan PLP/teknisi.

6. Prosedur Kerja :
1. Alat diletakkan pada lapisan aspal dalam posisi datar.
2. Sediakan air.
3. Masukkan air ke dalam alat core drill melalui selang yang telah tersedia di alat
tersebut. Air berfungsi sebagai pendingin, dan juga agar mata bor tidak cepat aus
serta tidak mengalami kerusakan selama pengujian.
4. Lalu hidupkan mesin core drill.
5. Setelah mesin dihidupkan, mata bor diturunkan secara perlahan pada titik yang telah
ditentukan sampai kedalaman tertentu. Jika telah mencapai kedalaman tertentu,
mesin dimatikan dan mata bor dinaikkan kembali.

3
6. Lubang hasil pengeboran ditutup kembali menggunakan bahan yang telah
disediakan.
7. Hasil pengeboran diambil dengan menggunakan alat penjapit. Untuk diukur
ketebalan dengan menggunakan jangka sorong.

8. Bersihkan benda uji dari kotoran yang menempel dengan sikat kawat halus.
9. Timbang benda uji dalam kondisi kering (Bk).
10. Timbang benda uji di dalam air dan pembacaan dilakukan setelah 3-5 menit.
11. Lap benda uji hingga permukaannya kering, kemudian timbang (Bssd).

7. Tugas dan Pertanyaan :


Membuat laporan praktek terkait pelaksanaan core drill perkerasan jalan lentur.

8. Pustaka/ Referensi :
Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Revisi 2 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan Dan
Jembatan.

9. Hasil Praktikum :
Laporan Praktikum yang berisi tentang kegiatan praktek, data hasil pengukuran tebal
perkerasan dan kepadatan perkerasan lentur.

4
Contoh Formulir Pengujian
No.Formulir

FORMULIR Terbitan/Revisi
Tanggal Revisi
PENGUJIAN DENSITY DAN KETEBALAN
Halaman 1 dari 1
SAMPLE CORE

Jenis Contoh Uji :


Jenis Pekerjaan :
Lokasi Kerja :
Diuji tanggal :

Density JMF :
Density Harian lab :
Densiti Trial :

Ketebalan (cm) Density Derajat kepadatan


Density
No. KM/STA Rata- Volume Terhadap Terhadap Terhadap
I II III BK BDA SSD Lapangan
rata JMF Lab Harian Trial
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
RATA-RATA

Bandar Lampung,

Dikerjakan oleh Teknisi : Diperiksa Penyelia :

Tanggal : Tanggal :

Tanda Tangan : Tanda Tangan :

Sumber : Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Lampung

5
Halaman 6 dari 52
Form
No. Dok. F-JUR-04
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM Revisi 00
(BPP) Tanggal 20 Oktober 2022

Pertemuan ke- : 2 dan 3


Waktu Pertemuan : 2 x (1x170')
Capaian Pembelejaran Mata : Mahasiswa mampu merencanakan struktur perkerasan lentur
Kuliah (CPMK) dan memahami proses pekerjaan lapis permukaan pada
perkerasan lentur
Tempat : Laboratorium Jalan dan Jembatan

1. Sub CPMK :
Mahasiswa mampu merencanakan tebal perkerasan jalan lentur dengan Metode Analisa
Komponen.

2. Indikator Penilaian :
Ketepatan menghitung tebal perkerasan lentur dengan Metode Analisa Komponen

3. Teori :
Metode analisa komponen merupakan metode dari hasil modifikasi dari metode
AASHTO 1972 revisi 1981. Modifikasi ini dilakukan untuk menyesuaikan
menyesuaikan dengan kondisi alam, lingkungan, sifat tanah dasar dan jenis lapisan
perkerasan yang umum digunakan di Indonesia. Perencanaan tebal perkerasan
merupakan dasar dalam menentukan tebal perkerasan lentur yang dibutuhkan untuk
suatu jalan raya. Yang dimaksud perkerasan lentur (flexible pavement) dalam
perencanaan ini adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran
beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan di bawahnya.

4. Bahan dan Alat :


Alat Tulis, Microsoft Excel dan Laptop/Komputer

5. Organisasi :
Mahasiswa mengoperasikan komputer masing-masing, serta melakukan praktikum/
praktik perhitungan dibimbing oleh dosen dan PLP/teknisi.

6. Prosedur Kerja :
Parameter perencanaan tebal perkerasan lentur Metode Analisa Komponen yang harus
diketahui/ dihitung :
1. Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan (C)

6
2. Angka Ekivalen (E) beban sumbu kendaraan

3. Lalu Lintas Harian Rata-rata dan Rumus-rumus Lintas Ekivalen


- Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) setiap jenis kendaraan di tentukan pada awal
umur rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median atau masing-
masing arah pada jalan dengan median.
- Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dihitung dengan rumus :

- Lintas Ekivalen Akhir (LEA) dihitung dengan rumus :

7
- Lintas Ekivalen Tengah (LET) dihitung dengan rumus :
LET = ½ x (LEP + LEA)
- Lintas Ekivalen Rencana (LER) dihitung dengan rumus :
LER = LET x FP
*Faktor penyesuaian (FP) tersebut di atas ditentukan dengan Rumus: FP = UR/10

4. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR


Harga yang mewakili dari sejumlah harga CBR yang dilaporkan, ditentukan sebagai
berikut:
- Tentukan harga CBR terendah.
- Tentukan berapa banyak harga dari masing-masing nilai CBR yang sama dan lebih
besar dari masing-masing nilai CBR.
- Angka jumlah terbanyak dinyatakan sebagai 100%. Jumlah lainnya merupakan
persentase dari 100%.
- Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentase jumlah tadi.
- Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka persentase 90%

KORELASI DDT DAN CBR


Catatan: Hubungan nilai CBR dengan garis mendatar kesebelah kiri diperoleh
nilai DDT

5. Faktor Regional (FR)

Catatan: Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pember-hentian


atau tikungan tajam (jari-jari 30 m) FR ditambah dengan 0,5. Pada daerah rawa-rawa
FR ditambah dengan 1,0.

8
6. Indeks Permukaan (IP)
Indeks Permukaan ini menyatakan nilai daripada kerataan / kehalusan serta
kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu-lintas yang
lewat. Adapun beberapa nilai IP beserta artinya adalah seperti yang tersebut di bawah
ini:
IP =1,0 : adalah menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat sehingga
sangat mengganggu lalu Iintas kendaraan.
IP = 1,5: adalah tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin (jalan tidak
terputus).
IP = 2,0: adalah tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap
IP = 2,5: adalah menyatakan permukaan jalan yang masih cukup stabil dan baik.

7. Koefisien Kekuatan Relatif (a)

9
8. Batas-Batas Minimum Tebal Lapisan Perkerasan

9. Setelah memahami proses perhitungan, input data ke dalam microsoft excel, untuk
mempermudah buatlah sheet untuk analisis lalu lintas dan sheet tebal perkerasan
pada lembar kerja.
Contoh :

Bedakan sheet analisis lalulintas dan tebal perkerasan


untuk mempermudah input data dan perhitungan

7. Tugas dan Pertanyaan :


Membuat laporan terkait hasil hitungan rencana tebal perkerasan jalan lentur dengan
Metode Analisa Komponen.

10
8. Pustaka/ Referensi :
SKBI-2.3.26.1987 Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode
Analisa Komponen.

9. Hasil Praktikum :
Laporan hasil hitungan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan Metode Analisa
Komponen.

11
Halaman 12 dari 52
Form
No. Dok. F-JUR-04
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM Revisi 00
(BPP) Tanggal 20 Oktober 2022

Pertemuan ke- : 4 dan 5


Waktu Pertemuan : 2 x (1x170')
Capaian Pembelejaran Mata : Mahasiswa mampu merencanakan struktur perkerasan lentur
Kuliah (CPMK) dan memahami proses pekerjaan lapis permukaan pada
perkerasan lentur
Tempat : Laboratorium Jalan dan Jembatan

1. Sub CPMK :
Mahasiswa mampu merencanakan tebal perkerasan jalan lentur dengan Metode Manual
Desain Perkerasan Jalan (MDPJ)

2. Indikator Penilaian :
Ketepatan menghitung tebal perkerasan lentur dengan Metode Manual Desain
Perkerasan Jalan (MDPJ)

3. Teori :
Manual Desain Perkerasan Jalan (Revisi 2017) merupakan salah satu cara perhitungan
untuk menentukan tebal perkerasan jalan. Manual Desain Perkerasan terdiri atas dua
bagian yaitu, Bagian I yang membahas desain perkerasan jalan baru dan Bagian II yang
membahas desain rehabilitasi dan rekonstruksi perkerasan.

4. Bahan dan Alat :


Alat Tulis, Microsoft Excel dan Laptop/Komputer

5. Organisasi :
Mahasiswa mengoperasikan komputer masing-masing, serta melakukan praktikum/
praktik perhitungan dibimbing oleh dosen dan PLP/teknisi.

12
6. Prosedur Kerja :
1. Tentukan umur rencana.

2. Tentukan nilai-nilai ESA4 dan atau ESA5 sesuai umur rencana yang dipilih.

13
3. Tentukan tipe perkerasan berdasarkan table dan pertimbangan biaya (analisis
discounted life-cycle cost).

4. Tentukan segmen tanah dasar dengan daya dukung yang seragam.

Dua metode perhitungan CBR karakteristik diuraikan sebagai berikut :


a. Metode distribusi normal standar
Jika tersedia cukup data yang valid (minimum 10 titik data uji per segmen yang
seragam) rumus berikut ini dapat digunakan :
CBR karakteristik = CBR rata-rata – f x deviasi standar
- f = 1,645 (probabilitas 95%), untuk jalan tol atau jalan bebas hambatan.
- f = 1,282 (probabilitas 90%) untuk jalan kolektor dan arteri.
- f = 0.842 (probabilitas 80%), untuk jalan lokal dan jalan kecil.
- Koefisien variasi (CV) maksimum dari data CBR untuk suatu segmen tidak lebih
besar dari 25%. Koefisien variasi sampai dengan 30% masih boleh digunakan.

14
Apabila jumlah data per segmen kurang dari 10 maka nilai CBR terkecil dapat
mewakili sebagai CBR segmen.

b. Metode persentil
Metode persentil menggunakan distribusi data nilai CBR pada segmen seragam yang
dianggap terdistribusi secara normal. Nilai persentil ke “x” dari suatu kumpulan data
membagi kumpulan data tersebut dalam dua bagian, yaitu bagian yang mengandung
“x” persen data dan bagian yang mengandung (100 – x) persen data.
Nilai CBR yang dipilih adalah adalah nilai persentil ke 10 (10thpercentile) yang
berarti 10% data segmen yang bersangkutan lebih kecil atau sama dengan nilai CBR
pada persentil tersebut. Atau: 90% dari data CBR pada segmen seragam tersebut
lebih besar atau sama dengan nilai CBR pada persentil tersebut.
Prosedur perhitungan untuk presentil ke – 10 adalah sebagai berikut:
i. Susun data CBR secara berurutan dari nilai terkecil hingga terbesar.
ii. Hitung jumlah total data nilai CBR (n).
iii. Hitung 10% dari (n), nilai yang diperoleh disebut sebagai indeks.
iv. Jika indeks yang diperoleh dari langkah (iii) merupakan bilangan pecahan,
lakukan pembulatan ke bilangan terdekat dan lanjutkan ke langkah v(a). Jika
indeks yang dihasilkan berupa bilangan bulat, lanjutkan ke langkah v(b).
v. (a) Dari kumpulan data yang sudah diurutkan (langkah 1), hitung mulai dari
data terkecil hingga mencapai data diurutan yang diperoleh dari langkah 3.
Nilai CBR pada urutan tersebut adalah nilai CBR persentil ke – 10.
vi. (b) Dari kumpulan data yang sudah diurutkan (langkah 1), hitung mulai dari
data terkecil hingga mencapai data diurutan yang diperoleh dari langkah 3.
Nilai CBR persentil ke – 10 adalah nilai rata-rata dari dua nilai CBR yaitu
CBR pada urutan tersebut dan urutan berikutnya.
Sebagai contoh, data CBR dari satu segmen yang seragam yang telah diurut mulai
dari nilai terkecil adalah sebagai berikut:

- Daftar tersebut di atas menunjukkan CBR dari satu segmen tanah dasar yang
seragam, dengan 20 data CBR (n = 20). Data disusun dari nilai terendah hingga
tertinggi.
- Untuk persentil ke – 10, indeks persentil adalah 10% x 20 = 2 (langkah iii).
- Karena 2 adalah bilangan bulat maka berlaku langkah v.(b): CBR pada persentil

15
tersebut adalah rata-rata CBR pada nomor urut 2 dan 3 yaitu (3+4)/2 = 3,5.
- Dengan demikian, nilai CBR karakteristik segemen seragam tersebut adalah
3,5%. Secara statistik ini berarti bahwa pada segmen tersebut terdapat 10% data
CBR yang nilainya sama atau lebih kecil dari 3,5%. Atau, 90% data CBR segmen
seragam tersebut nilainya lebih besar atau sama dengan 3,5%.

5. Tentukan struktur pondasi perkerasan.

16
Tentukan struktur perkerasan yang memenuhi syarat dari Bagan Desain-3 atau bagan
desain lainnya yang sesuai.

6. Setelah memahami proses perhitungan dan penentuan data, input data ke dalam
microsoft excel. Contoh format penulisan pada lembar kerja :

17
7. Tugas dan Pertanyaan :
Membuat laporan terkait hasil hitungan rencana tebal perkerasan jalan lentur dengan
Metode Manual Desain Perkerasan Jalan (MDPJ).

8. Pustaka/ Referensi :
Manual Desain Perkerasan Jalan No. 02/M/BM/2017.

9. Hasil Praktikum :
Laporan hasil hitungan rencana tebal perkerasan jalan lentur dengan Metode Manual
Desain Perkerasan Jalan (MDPJ)

18
Halaman 19 dari 52
Form
No. Dok. F-JUR-04
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM Revisi 00
(BPP) Tanggal 20 Oktober 2022

Pertemuan ke- : 6
Waktu Pertemuan : 2 x (1x170')
Capaian Pembelejaran Mata : Mahasiswa mampu merencanakan struktur perkerasan lentur
Kuliah (CPMK) dan memahami proses pekerjaan lapis permukaan pada
perkerasan lentur
Tempat : Laboratorium Jalan dan Jembatan

1. Sub CPMK :
Mahasiswa mampu merancang Design Mix Formula/DMF Campuran Beraspal Panas
tentang aspal.

2. Indikator Penilaian :
- Ketepatan dalam memahami Design Mix Formula/DMF campuran aspal panas.
- Mahasiswa mampu mempraktikkan pengujian penyelimutan dan pengelupasan pada
campuran agregat – aspal.

3. Teori :
Design Mix Formula/DMF campuran aspal panas merupakan rangkaian pembuatan
formula rancangan campuran di laboratorium dimana terdapat pengujian bahan dan
pengujian campuran sehingga didapatkan rumusan rancangan yang diinginkan yang
tetap memenuhi spesifikasi yang berlaku.
Bahan dan jenis-jenis campuran beraspal panas seperti agregat kasar, agregat halus,
aspal, filler, anti stripping agent dan bahan tambahan lain yang telah memenuhi standar
dan spesifikasi dapat menjadi acuan dalam pembuatan campuran beraspal panas sesuai
dengan kebutuhan.
Kelekatan agregat terhadap aspal adalah persentase luas permukaan agregat yang
terselimuti aspal terhadap keseluruhan permukaan. Pengujian kelekatan aspal dapat
dilakukan terhadap semua jenis bahan yang digunakan sebagai agregat bahan jalan dan
campuran aspal. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pengendalian
mutu agregat pada pembangunan jalan

4. Bahan dan Alat :


Bahan :
- Campuran aspal panas
- Air
Alat :
- Gelas ukur kapasitas minimal 500 ml
- Timbangan
- Oven

19
- Saringan No. 1/4” dan No. 3/8”
- Dan alat bantu lainnya (wadah, spatula, thermometer dan lain-lain)

5. Organisasi :
Mahasiswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri atas 5-8 orang setiap kelompok.
Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang dipilih diantara anggota. Setiap
kelompok melakukan praktikum/praktik dibimbing oleh dosen dan PLP/teknisi.

6. Prosedur Kerja :
1. Masukkan 100 gram benda uji kedalam wadah .
2. Isi aspal sebanyak 5,5 ± 0,2 gram yang telah dipanaskan pada suhu tertentu
3. Aduk aspal dan benda uji sampai merata dengan spatula selama 2 menit.
4. Masukkan adukan beserta wadahnya dalam oven pada suhu 60°C selama 2 jam.
*untuk aspal emulsi dioven pada suhu 135°C selama 5 menit
5. Keluarkan dari oven dan aduk lagi sampai dingin.
*penyelimutan terhadap agragat harus sempurna, apabila keadaan tersebut tidak
tercapai dapat panaskan adukan tersebut sampai agregat diselimuti aspal dengan
sempurna
6. Pindahkan adukan ke dalam gelas kimia, isi dengan air suling sebanyak 400 ml. Lalu
diamkan pada suhu ruang selama 16 – 18 jam.
7. Ambil selaput aspal yang mengambang dipermukaan air dengan tidak mengganggu
agregat di dalam tabung.
8. Sinari benda uji dengan bola lampu 75 Watt yang diposisikan mengurangi silau dari
permukaan air (opsional).
9. Dengan mengamati dari atas permukaan air, perkirakan persentase luas permukaan
agregat total yang dapat dilihat dan yang masih terselimuti aspal, kemudian
perkirakan apakah “diatas 95%” atau “dibawah 95%”.

7. Tugas dan Pertanyaan :


Membuat laporan praktikum terkait hasil pengujian penyelimutan dan pengelupasan
pada campuran agregat – aspal.

12. Pustaka/ Referensi :


SNI 2439:2011 Cara Uji penyelimutan dan pengelupasan pada campuran agregat-aspal

13. Hasil Praktikum :


Laporan Praktikum yang berisi tentang kegiatan praktek, data hasil pengujian
penyelimutan dan pengelupasan pada campuran agregat – aspal.

20
Halaman 21 dari 52
Form
No. Dok. F-JUR-04
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM Revisi 00
(BPP) Tanggal 20 Oktober 2022

Pertemuan ke- : 7
Waktu Pertemuan : 2 x (1x170')
Capaian Pembelejaran Mata : Mahasiswa mampu merencanakan struktur perkerasan lentur
Kuliah (CPMK) dan memahami proses pekerjaan lapis permukaan pada
perkerasan lentur
Tempat : Laboratorium Jalan dan Jembatan

1. Sub CPMK :
Mahasiswa mampu merancang Design Mix Formula/DMF Campuran Beraspal Panas
tentang campuran agregat.

2. Indikator Penilaian :
- Ketepatan dalam menganalisa hasil uji saringan agregat halus dan kasar.
- Mampu mengetahui ketentuan agregat yang digunakan dalam campuran aspal panas.

3. Teori :
Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus dan Kasar dimaksudkan sebagai acuan
dalam menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan
menggunakan saringan. Tujuan pengujian untuk memperoleh distribusi besaran atau
jumlah persentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar. Distribusi yang
diperoleh dapat ditunjukan dalam tabel atau grafik. Alat dan prosedur pengujian
mengacu pada SNI ASTM C136-2012. Berikut jumlah contoh uji agregat berdasarkan
ukurannya:

4. Bahan dan Alat :


Bahan :
- Agregat halus
- Agregat kasar

21
Alat :
- Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
- Satu set saringan sesuai 03-6866-2002
19,1 mm (¾”);
12,5 mm (½”);
9,5 mm (⅜”);
No.4 (4.75 mm);
No.8 (2,36 mm);
No.16 (1,18 mm);
No.30 (0,600 mm);
No.50 (0,300 mm);
No.100 (0,150 mm);
No.200 (0,075 mm);

- Pengering oven, dengan pengatur temperatur untuk memanasi sampai (110 + 5) °C


- Nampan-nampan/ wadah
- Alat tulis, pulpen dan kertas
- Mesin pengguncang saringan
- Kuas dan sikat kawat
- Sendok ukuran besar

5. Organisasi :
Mahasiswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri atas 5-8 orang setiap kelompok.
Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang dipilih diantara anggota. Setiap
kelompok melakukan praktikum/praktik dibimbing oleh dosen dan PLP/teknisi.

6. Prosedur Kerja :
1. Siapkan benda uji yang melalui alat spliter sebanyak 2 buah (duplo) masing-masing
2kg (kondisi kering dingin).
2. Siapkan saringan sesuai dengan distribusi butir yang disyaratkan dalam spesifikasi
dan susun saringan dimana ukuran terbesar diletakkan paling atas dan saringan
terhalus diletakkan paling bawah.
3. Pasang penutup dan alas saringan (pan);
4. Getarkan saringan secara manual atau penggetar mekanis minimum selama 15 menit

22
atau sampai jumlah agregat yang lolos tiap saringan sudah sedikit/habis.
5. Timbang berat butir yang tertahan pada masing-masing saringan.

6. Perhitungan dan Penyajian Data


- Hitung berat butir kumulatif yang tertahan pada saringan tertentu.
- Hitung berat butir yang lolos saringan tertentu, yaitu dengan cara mengurangkan
persen berat butir kumulatif yang tertahan dari seratus persen.
- Gambar gradasi dalam bentuk kurva.
Contoh data Analisa saringan :

7. Tugas dan Pertanyaan :


Membuat laporan praktikum terkait hasil pengujian analisa saringan agregat halus dan
kasar.

8. Pustaka/ Referensi :
SNI ASTM C136-2012 Metode Uji Untuk Analisis Saringan Agregat Halus Dan
Agregat Kasar

23
9. Hasil Praktikum :
Laporan Praktikum yang berisi tentang kegiatan praktek uji analisis saringan agregat
halus dan agregat kasar.

Contoh Formulir Pengujian


No.Formulir
FORMULIR Terbitan/Revisi
Tanggal Revisi
Halaman 1 dari 1
PENGUJIAN TENTANG GRADASI

1. No. Order/Contoh : A
2. Jenis Contoh Uji :
3. Jenis Pekerjaan :
4. Lokasi Kerja :
5. Di uji tanggal :
6. Metode uji :
7. Hasil pengujian :

Berat Bahan Kering = gr

JUMLAH PERSEN
Berat Kumulatif berat
Saringan
Tertahan tertahan
Tertahan Kumulatif Lewat

19,1 (3/4")
12,7 (1/2")
9,52 (3/8")
No. 4
No. 8
No. 16
No. 30
No. 50
No. 100
No. 200

Bandar Lampung,

Dikerjakan oleh Teknisi : Diperiksa Penyelia :

Tanggal : Tanggal :

Tanda Tangan : Tanda Tangan :

Sumber : Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Lampung

24
Halaman 25 dari 52
Form
No. Dok. F-JUR-04
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM Revisi 00
(BPP) Tanggal 20 Oktober 2022

Pertemuan ke- : 9
Waktu Pertemuan : 2 x (1x170')
Capaian Pembelejaran Mata : Mahasiswa mampu merencanakan struktur perkerasan lentur
Kuliah (CPMK) dan memahami proses pekerjaan lapis permukaan pada
perkerasan lentur
Tempat : Laboratorium Jalan dan Jembatan

1. Sub CPMK :
Mahasiswa mampu merancang Design Mix Formula/DMF Campuran Beraspal Panas
tentang agregat halus.

2. Indikator Penilaian :
- Ketepatan dalam menganalisa hasil uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus.

3. Teori :
Berdasarkan SNI 1970:2016 tentang Metode Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Halus, berat jenis merupakan perbandingan antara massa suatu bahan dan
massa air pada isi dan tempratur yang sama. Penyerapan air diartikan sebagai
penambahan berat suatu agregat akibat air yang meresap ke dalam pori-pori, tetapi tidak
termasuk air yang tertahan pada permukaan luar partikel yang dinyatakan sebagai
presentase dari berat keringnya. Nilai penyerapan ini digunakan untuk menghitung
penambahan berat agregat akibat penyerapan air ke dalam pori di antara partikel utama
dibandingkan pada saat kondisi kering.
Berat minimum dalam pengujian berat jenis tergantung pada ukuran maksimum agregat.
Dalam pengujian ini, berat rata-rata yang diperlukan yaitu 500gram. Output pengujian
BJ ini terdiri dari angka untuk berat jenis, berat jenis permukaan jenuh, berat jenis semu,
dan penyerapan air pada agregat halus.

4. Bahan dan Alat :


Bahan :
- Agregat halus (benda uji
- Air

Alat :
- Timbangan ketelitian 0.1
- Piknometer/labu Le Chatelier kapasitas ag. halus 500gr
- Cetakan kerucut, dengan tebal baja 0.8mm, diameter atas (40±3) mm, diameter
bawah (90±3) mm, tinggi (75±3) mm

25
- Batang penumbuk, dengan berat (340±15) gram, diameter (25±3) mm
- Pompa vakum atau alat pemanas/tungku
- Ayakan ukuran No. 4 (4.75 mm)
- Talam, bejana air

5. Organisasi :
Mahasiswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri atas 5-8 orang setiap kelompok.
Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang dipilih diantara anggota. Setiap
kelompok melakukan praktikum/praktik dibimbing oleh dosen dan PLP/teknisi.

6. Prosedur Kerja :
Persiapan benda uji :
1. Siapkan kira-kira 1 kg agregat halus
2. Dinginkan benda uji sampai dengan temperatur yang bisa dikerjakan, basahi dengan
air dan rendam selama 15-19 jam
3. Tebarkan benda uji di atas permukaan terbuka yang rata dan tidak menyerap air
4. Beri aliran udara yang hangat dan perlahan, aduk untuk mencapai pengeringan yang
merata. Bila di inginkan, bantuan mekanis seperti alat pengaduk dapat digunakan
sebagai alat bantu dalam mencapai kondisi jenuh kering permukaan
5. Lakukan pengujian kerucut untuk memeriksa kelembaban permukaan, dengan cara
sebagai berikut:
a. Letakkan dasar kerucut pada permukaan yang rata dan kedap
b. Masukkan satu porsi benda uji yang agak kering ke dalam kerucut secara
bertahap/perlapis
c. Ratakan permukaan benda uji pada kerucut dengan jari sebelum penumbukan
d. Lakukan 25 kali penumbukan terhadap benda uji dalam kerucut. Setiap
penumbukan dilakukan dengan menjatuhkan secara bebas penumbuk dari
ketinggian 5 mm diatas permukaan benda uji
e. Buang butir-butir benda uji yang terdapat pada permukaan di sekitar dasar kerucut

f. Angkat kerucut secara vertikal, dimana:


- Benda uji yang kering akan hancur
- Benda uji yang mengandung air akan mempunyai bentuk kerucut
- Benda uji pada kondisi jenuh permukaan akan tercapai bila mempunyai bentuk
kerucut (slump)

26
Cara Pengujian :
1. Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh masukkan benda uji ke
dalam 2 piknometer masing-masing 500 + 10 gram
2. Masukkan air suling sampai agregat halus terendam, selama pemasukan sesekali
putar piknometer sambil di guncang sampai tidak terlihat gelembung udara di
dalamnya
3. Untuk mempercepat proses tesebut dapat dipergunakan pompa hampa udara, tetapi
harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap atau dapat juga dilakukan
dengan merebus piknometer
4. Tambahkan air suling pada piknometer sampai mencapai tanda batas
5. Rendam piknometer dalam air dan ukur temperatur air untuk penyesuaian
perhitungan pada temperatur standar 25°C

6. Timbang piknometer berisi air dan benda uji dengan ketelitian 0,1 gram (=Bt)
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat halus diberikan dalam persamaan
sebagai berikut:
Bk
- Berat jenis (bulk) = B+500−Bt
500
- Berat jenis jenuh kering permukaan = B+500−Bt

Bk
- Berat jenis semu = B+Bk−Bt

(500−Bk)
- Penyerapan = × 100%
Bk

Dimana:
Bk : berat benda uji kering oven (gr)
B : berat piknometer berisi air (gr)
Bt : berat piknometer berisi benda uji dan air (gr)
500 : berat benda uji dalam keadaan SSD (gr)

27
Contoh hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus

7. Tugas dan Pertanyaan :


Membuat laporan praktikum terkait hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air
agregat halus.

8. Pustaka/ Referensi :
SNI 1970-2016 Metode uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus.

9. Hasil Praktikum :
Laporan praktikum yang berisi tentang kegiatan praktek uji berat jenis dan penyerapan
air agregat halus.

28
Halaman 29 dari 52
Form
No. Dok. F-JUR-04
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM Revisi 00
(BPP) Tanggal 20 Oktober 2022

Pertemuan ke- : 10
Waktu Pertemuan : 2 x (1x170')
Capaian Pembelejaran Mata : Mahasiswa mampu merencanakan struktur perkerasan lentur
Kuliah (CPMK) dan memahami proses pekerjaan lapis permukaan pada
perkerasan lentur
Tempat : Laboratorium Jalan dan Jembatan

1. Sub CPMK :
Mahasiswa mampu merancang Design Mix Formula/DMF Campuran Beraspal Panas
tentang agregat kasar.

2. Indikator Penilaian :
- Ketepatan dalam menganalisa hasil uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar.

3. Teori :
Berdasarkan SNI 1969:2016 tentang Metode Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Kasar, berat jenis merupakan perbandingan antara massa suatu bahan dan
massa air pada isi dan tempratur yang sama. Penyerapan air diartikan sebagai
penambahan berat suatu agregat akibat air yang meresap ke dalam pori-pori, tetapi tidak
termasuk air yang tertahan pada permukaan luar partikel yang dinyatakan sebagai
presentase dari berat keringnya. Nilai penyerapan ini digunakan untuk menghitung
penambahan berat agregat akibat penyerapan air ke dalam pori di antara partikel utama
dibandingkan pada saat kondisi kering.

4. Bahan dan Alat :


Bahan :
- Benda Uji Agregat Kasar (batu pecah) yang sudah disiapkan ± 3 Kg

Alat :
- Alat pembagi / penyeragam agregat kasar (Splitter)
- Cawan / Wadah / Nampan / Baskom
- Saringan nomor #4
- Oven (sudah kalibrasi)
- Lap Handuk / Karung goni
- Plastik penampung agregat / benda uji
- Sendok Pengaduk
- Timbangan (sudah kalibrasi)

29
5. Organisasi :
Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas 5-8 orang setiap kelompok.
Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang dipilih diantara anggota. Setiap
kelompok melakukan praktikum/praktik dibimbing oleh dosen dan PLP/teknisi.

6. Prosedur Kerja :
1. Ambil dan masukkan agregat kasar/benda uji yang sudah disiapkan ke alat pembagi
(splitter)
2. Masukkan agregat kasar tersebut ke saringan nomor #4 agar terpisah agregat kasar
dan agregat halus
3. Agregat kasar yang tertahan di saringan nomor #4 tersebut dicuci terlebih dahulu
sampai bersih/ air cucian terlihat bening agar kotoran/ lumpur – lumpur yang
melekat lepas selama ± 5 menit
4. Masukkan agregat kasar tersebut yang sudah dicuci bersih ke dalam wadah
kemudian masukkan ke dalam oven dengan suhu 110±5° C selama 24 jam agar
agregat kasar tersebut dapat kering sempurna
5. Keluarkan agregat kasar dari dalam oven lalu dinginkan dengan suhu luar oven/
suhu dalam ruangan
6. Masukkan agregat kasar / benda uji ke (A) dalam kantong plastik untuk ditimbang
berat kering oven agregat kasar / benda uji tersebut ± 4000 gr
7. Kemudian timbang berat dalam air agregat kasar / benda uji tersebut (B)

Isi Benda Uji = (B – A)

8. Keluarkan agregat kasar tadi lalu masukkan ke dalam wadah untuk di rendam dalam
air dengan tinggi air ± 5 cm selama 24 jam agar agregat kasar dapat menyerap air
dengan sempurna

9. Setelah 24 jam, keluarkan dan hampar agregat kasar tersebut diatas lap handuk/
karung goni untuk dikeringkan (setengah kering, setengah basah) dengan cara
digulir-gulirkan benda uji nya
10. Setelah itu, masukkan kembali agregat kasar ke dalam kantong plastik untuk
ditimbang kembali berat kering (setengah kering, setengah basah)
11. Kemudian hitung berat jenis agregat tersebut

30
Contoh hasil pengujian agregat kasar kondisi asli :
BERAT BENDA UJI
URAIAN
A B
Berat Benda Uji (A) 500 gram 503 gram
Berat dalam air (B) 704 gram 710 gram
Isi Benda Uji = (B – A) 204 gram 207 gram
Berat Jenis {A / (B – A)} 2,44 2,43
Berat Jenis Pasir Rata – rata 2,435

7. Tugas dan Pertanyaan :


Membuat laporan praktikum terkait hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air
agregat kasar.

8. Pustaka/ Referensi :
SNI 1969-2016 Metode uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar.

9. Hasil Praktikum :
Laporan praktikum yang berisi tentang kegiatan praktek uji berat jenis dan penyerapan
air agregat kasar.

31
Halaman 32 dari 52
Form
No. Dok. F-JUR-04
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM Revisi 00
(BPP) Tanggal 20 Oktober 2022

Pertemuan ke- : 11
Waktu Pertemuan : 2 x (1x170')
Capaian Pembelejaran Mata : Mahasiswa mampu merencanakan struktur perkerasan lentur
Kuliah (CPMK) dan memahami proses pekerjaan lapis permukaan pada
perkerasan lentur
Tempat : Laboratorium Jalan dan Jembatan

1. Sub CPMK :
Mahasiswa mampu merancang Design Mix Formula/DMF Campuran Beraspal Panas
tentang abrasi agregat.

2. Indikator Penilaian :
- Ketepatan dalam menganalisa hasil uji keausan agregat dengan alat Los Angeles.

3. Teori :
Metode Pengujian ini meliputi prosedur untuk pengujian keausan agregat kasar dengan
ukuran 75 mm (3 inci) sampai dengan ukuran 2,36 mm (saringan No.8) dengan
menggunakan mesin abrasi Los Angeles yang mengacu pada SNI 2417:2008.
Tujuannya untuk mengetahui nilai keausan yang dinyatakan dengan perbandingan
antara berat bahan aus terhadap berat semula dalam persen.

4. Bahan dan Alat :


Bahan :
- Agregat (benda uji)

Alat :
- Mesin abrasi Los Angeles

32
- Saringan No.12 (1,70 mm) dan saringan-saringan lainnya
- Timbangan, dengan ketelitian 0,1
- Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1 27/32 inci) dan berat masing-
masing antara 390 gram sampai dengan 445 gram
- Oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur untuk memanasi sampai dengan
110°C ± 5°C
- Alat bantu pan dan kuas

5. Organisasi :
Mahasiswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri atas 5-8 orang setiap kelompok.
Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang dipilih diantara anggota. Setiap
kelompok melakukan praktikum/praktik dibimbing oleh dosen dan PLP/teknisi.

6. Prosedur Kerja :
Persiapan Benda Uji :
1. Siapkan agregat dengan gradasi dan berat disesuaika, sebanyak 2 benda uji sebagai
pembanding

Dimana gradasi A ─ G memiliki ukuran butir maksimum:


A : 37,5 mm (1½ inci) ─ 9,5 mm (3 /8 inci)
B : 19,0 mm (3 /4 inci) ─ 9,5 mm (3 /8 inci)
C : 9,5 mm (3 /8 inci) ─ 4,75 mm (saringan No. 4)
D : 4,75 mm (No.4) ─ 2,36 mm (No.8)
E : 75 mm (3 inci) ─ 37,5 mm (1½ inci)
F : 50 mm (2,0 inci) ─ 25,0 mm (1,0 inci)
G : 37,5 mm (1½ inci) ─ 19,0 mm (3 /4 inci)
2. Cuci benda uji dan keringkan dalam oven pada temperatur 110°C ± 5°C sampai berat
tetap
3. Pisahkan agregat ke dalam fraksi yang dikehendaki dengan cara penyaringan dan
lakukan penimbangan
4. Gabungkan kembali fraksi-fraksi agregat sesuai grading yang dikehendaki
5. Catat berat contoh dengan ketelitian mendekati 1 gram

33
Cara Pengujian :
1. Masukan benda uji dan bola baja ke dalam mesin abrasi Los Angeles
2. Putaran mesin dengan kecepatan 30 rpm sampai dengan 33 rpm; jumlah putaran
gradasi A, gradasi B, gradasi C dan gradasi D adalah 500 putaran dan untuk gradasi
E, gradasi F dan gradasi G adalah 1000 putaran
3. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring dengan
saringan No.12 (1,70 mm); butiran yang tertahan di atasnya dicuci bersih, selanjutnya
dikeringkan dalam oven pada temperatur 110°C ± 5°C sampai berat tetap
4. Jika material contoh uji homogen, pengujian cukup dilakukan dengan 100 putaran,
dan setelah selesai pengujian disaring dengan saringan No.12 (1,70 mm) tanpa
pencucian. Perbandingan hasil pengujian antara 100 putaran dan 500 putaran agregat
tertahan di atas saringan No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian
5. Untuk menghitung hasil pengujian keausan, gunakan rumus berikut
a−b
𝐾𝑒𝑎𝑢𝑠𝑎𝑛 = × 100%
a
Dengan pengertian:
a : berat benda uji semula (gr)
b : berat benda uji tertahan saringan No.12 (gr)

Contoh hasil pengujian keausan agregat

7. Tugas dan Pertanyaan :


Membuat laporan praktikum terkait hasil pengujian keausan agregat dengan alat Los
Angeles.

34
8. Pustaka/ Referensi :
SNI 2417:2008 Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles.

9. Hasil Praktikum :
Laporan praktikum yang berisi tentang kegiatan praktek uji keausan/abrasi agregat
dengan mesin abrasi Los Angeles.

35
Halaman 36 dari 52
Form
No. Dok. F-JUR-04
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM Revisi 00
(BPP) Tanggal 20 Oktober 2022

Pertemuan ke- : 12
Waktu Pertemuan : 2 x (1x170')
Capaian Pembelejaran Mata : Mahasiswa mampu merencanakan struktur perkerasan lentur
Kuliah (CPMK) dan memahami proses pekerjaan lapis permukaan pada
perkerasan lentur
Tempat : Laboratorium Jalan dan Jembatan

1. Sub CPMK :
Mahasiswa mampu melaksanakan Trial Mix Campuran Beraspal Panas tentang kadar
aspal optimum.

2. Indikator Penilaian :
- Ketepatan dalam memahami Trial Mix Campuran Beraspal Panas
- Ketepatan dalam menganalisa hasil uji kadar aspal ekstraksi metode refluks
- Ketepatan menentukan kadar aspal optimum untuk campuran beraspal panas

3. Teori :
Trial Mix merupakan pelaksanaan percobaan pencampuran berdasarkan Design Mix
Formula/DMF yang biasanya dilakukan di Asphalt Mixing Plant (AMP). Uji coba
pencampuran di AMP dibuat minimal 3 variasi kadar aspal yaitu Kadar Aspal Optimum
(KAO), -0,3% dari KAO, dan +0,3% dari KAO. Pengujian kadar aspal dapat dilakukan
dengan ekstraksi metode refluks yaitu proses pemisahan campuran dua atau lebih bahan
dengan cara menambahkan pelarut yang dapat melarutkan salah satu bahan yang ada
dalam campuran tersebut, kemudian dengan bantuan pendingin yang akan mengubah
uap pelarut menjadi cairan, akan melarutkan aspal pada benda uji.

4. Bahan dan Alat :


Bahan :
- Trichloroethylene (TCE) minimal 1,5 liter
- Benda uji campuran aspal sebanyak 2 sampel dengan berat masing-masing
disesuaikan

36
Alat :
- 1 set tabung refluks, yang terdiri dari 1 atau 2 rangka logam silinder ayaman kawat;
tabung pendingin; kertas saring Whatman No. 40; kasa asbes tebal 3mm

- Oven yang dapat diatur pada temperature 110°C+5°C


- Timbangan
- Pelat pemanas listrik
- Gelas ukur kapasitas 1000ml atau 2000ml
- Wadah/baskom
- Sendok/ pengaduk

5. Organisasi :
Mahasiswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri atas 5-8 orang setiap kelompok.
Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang dipilih diantara anggota. Setiap
kelompok melakukan praktikum/praktik dibimbing oleh dosen dan PLP/teknisi.

6. Prosedur Kerja :
Persiapan Benda Uji :
1. Siapkan pelarut Trichloroethylene (TCE) minimal 1.5 liter
2. Siapkan benda uji campuran yang telah diambil berdasarkan standar baku
pengambilan sampel campuran sebanyak 2 sampel dengan berat masing-masingnya
disesuaikan

3. Keringkan sampel di dalam oven pada suhu 105⁰C ± 5⁰C (selama ±30 menit)
4. Dinginkan sampel pada suhu ruang, kemudian siapkan kertas saring, timbang benda
uji dan catat

Cara Pengujian :
1. Timbang kertas saringan/filler sebelum digunakan pada pengujian
2. Masukan kertas saring ke dalam tabung jaring kawat

37
3. Tuangkan Trichloroethylene (TCE) pada benda uji

4. Masukkan benda uji yang sudah tercampur Trichloroethylene (TCE) ke kertas


saringan, jangan sampai ada campuran yang tertinggal/jatuh, lalu masukkan tabung
jaring kawat (sudah terisi benda uji) ke dalam gelas refluks
5. Tutup tabung refluks dengan besi pendingin, yang sebelumnya tabung refluks sudah
diletakkan di plat pemanas, dan atur posisi selang yang mengalirkan air
6. Tunggu pengujian sampai air yang turun dari kertas saringan menjadi bening/bersih,
pengujian membutuhkan waktu hingga 24 jam
7. Setelah bening/bersih, matikan pemanas, keringkan sebentar kemudian masukkan
ke oven pada suhu 105⁰C ± 5⁰C (selama 12 jam)

8. Dinginkan agregat dari oven, lalu timbang


9. Perhitungan : Kadar aspal yang dihasilkan memiliki toleransi ±0,3% dari berat total
campuran (Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Rev. 2)

7. Tugas dan Pertanyaan :


Membuat laporan praktikum terkait hasil pengujian kadar aspal dengan ekstraksi
refluks.

8. Pustaka/ Referensi :
RSNI M-05-2004 Cara uji ekstraksi aspal dari campuran beraspal menggunakan tabung
refluks gelas

9. Hasil Praktikum :
Laporan praktikum yang berisi tentang kegiatan praktek uji kadar aspal dengan ekstraksi
refluks.

38
Contoh Formulir Pengujian
No.Formulir FT/5.4/1/Ag-05

FORMULIR Terbitan/Revisi
Tanggal Revisi

METODE PENGUJIAN KADAR ASPAL DENGAN


Halaman 1 dari 1
GELAS REFLUX

1. No. Order/Contoh :
2. Jenis Contoh Uji :
3. Jenis Pekerjaan :
4. Lokasi Kerja :
5. Di uji tanggal :
6. Metode uji :
7. Hasil pengujian : Rata-rata Kadar Aspal produksi Tgl. ….... Sebesar ….... %

Nomor contoh
No. Contoh
I (Refluk) II rata-rata

Berat benda uji (gr) A

Berat kertas (gr) B

Berat agregat kering hasil ekstraksi + kertas (gr) C

Berat agregat kering (gr) D=C-B

Berat aspal (gr) E=A-D

Kadar Aspal (%) F = (E/A) x 100

Bandar Lampung,

Dikerjakan oleh Teknisi : Diperiksa Penyelia :

Tanggal : Tanggal :

Tanda Tangan : 500 - BK


500
BK Tanda Tangan :

Sumber : Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Lampung

39
Halaman 40 dari 52
Form
No. Dok. F-JUR-04
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM Revisi 00
(BPP) Tanggal 20 Oktober 2022

Pertemuan ke- : 13
Waktu Pertemuan : 2 x (1x170')
Capaian Pembelejaran Mata : Mahasiswa mampu merencanakan struktur perkerasan lentur
Kuliah (CPMK) dan memahami proses pekerjaan lapis permukaan pada
perkerasan lentur
Tempat : Laboratorium Jalan dan Jembatan

1. Sub CPMK :
Mahasiswa mampu memahami pelaksanaan Trial Mix Campuran Beraspal Panas
tentang teknologi produksi agregat dan unit pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant).

2. Indikator Penilaian :
- Ketepatan dalam menelaah fungsi dari bagian-bagian mesin AMP (Asphalt Mixing
Plant)
- Ketepatan dalam pelaksanaan praktek pengujian berat jenis maksimum campuran
- Ketepatan dalam menganalisa hasil uji berat jenis maksimum campuran

3. Teori :
Pengujian Berat Jenis maksimum Campuran Beraspal atau Gravity Mis Maximum
(GMM) mengacu pada SNI 03-6893-2002. Tujuan pengujian untuk mendapatkan nilai
berat jenis maksimum campuran beraspal yang tidak dipadatkan. Barat jenis yang
dimaksud disini, adalah perbandingan berat benda pada temperatur 25°C terhadap berat
air pada volume dan temperatur yang sama.

4. Bahan dan Alat :


Bahan :
- Campuran aspal (benda uji)
- Air

Alat :
- Wadah yang terbuat dari gelas atau logam atau labu (fiqnometer) dengan kapasitas
sekurang-kurangnya 1000 ml, dan harus tahan terhadap pengurangan tekanan; dan
- Wadah yang terbuat dari borosilikat yang mempunyai kapasitas 1,4 liter
- Penutup karet dilengkapi dengan slang yang dihubungkan dengan pompa isap
- Timbangan ketelitian 0.1
- Ram kawat halus digunakan untuk menutup lubang slang agar tidak ada material
halus yang terisap
- Termomete air raksa yang mempunyai skala pembacaan minimum 0,01°C

40
- Pompa isap atau aspirator air
- Nampan

5. Organisasi :
Mahasiswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri atas 5-8 orang setiap kelompok.
Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang dipilih diantara anggota. Setiap
kelompok melakukan praktikum/praktik dibimbing oleh dosen dan PLP/teknisi.

6. Prosedur Kerja :
Persiapan Benda Uji :
1. Campuran aspal (benda uji) yang telah diaduk rata kemudian ditebar di atas nampan,
dan dipisahkan menjadi bagian kecil-kecil agar bisa melalui spliter.
2. Siapkan benda uji campuran sebanyak 1kg hasil dari spliter (buat 2 benda uji sebagai
pembanding).

Cara Pengujian :
1. Timbang fiqnometer (B).
2. Masukan benda uji ke dalam labu tanpa ada yang terbuang, timbang (A).
3. Isi air suling hingga benda uji terendam; tutup dengan tutup karet.
4. Vakum menggunakan mesin vakum selama 15 menit dengan tekanan minimal 73
cmHg.

5. Setiap interval 2 menit, kocok tabung agar membantu udara keluar dari celah-celah
campuran.
6. Lepas tutup karet, isi air suling hingga tabung penuh.
7. Usahakan tidak ada gelembung udara yg menempel di permukaan tabung; pasang
tutup karet; timbang (E).

8. Lakukan kalibrasi tabung labu dalam kondisi penuh air tanpa udara; tutup dengan

41
tutup karet dan timbang (D).
9. Lakukan poin 2-7 untuk sampel selanjutnya.

7. Tugas dan Pertanyaan :


Membuat laporan praktikum terkait hasil pengujian berat jenis maksimum campuran
aspal.

8. Pustaka/ Referensi :
SNI 03-6893-2002 Metode pengujian berat jenis maksimum campuran beraspal.

9. Hasil Praktikum :
Laporan praktikum yang berisi tentang kegiatan praktek uji berat jenis maksimum
campuran.

42
Contoh Formulir Pengujian
No.Formulir FT/5.4/1/Ag-05

FORMULIR Terbitan/Revisi 0/0


Tanggal Revisi

METODE PENGUJIAN BERAT JENIS MAKSIMUM


Halaman ... dari ...
CAMPURAN BERASPAL

1. No. Order/Contoh :
2. Jenis Contoh Uji :
3. Jenis Pekerjaan :
4. Lokasi Kerja :
5. Di uji tanggal :
6. Metode uji :
7. Hasil pengujian : Rata-rata nilai GMM untuk produksi Tgl. ….... sebesar …....

Nomor contoh
No. Contoh
I II rata-rata

Berat fiqnometer + benda uji (gr) A

Berat fiqnometer (gr) B

Berat benda uji (gr) A-B=C

Berat fiqnometer + air (gr) D

Berat piqnometer + air + benda uji (gr) E

Volume benda uji (cc) (C + D) - E = F

GMM C/F

Bandar Lampung,

Dikerjakan oleh Teknisi Diperiksa Penyelia :

Tanggal Tanggal :

Tanda Tangan 500 - BK


500
BK Tanda Tangan :

Sumber : Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Lampung

43
Halaman 44 dari 52
Form
No. Dok. F-JUR-04
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM Revisi 00
(BPP) Tanggal 20 Oktober 2022

Pertemuan ke- : 14
Waktu Pertemuan : 2 x (1x170')
Capaian Pembelejaran Mata : Mahasiswa mampu merencanakan struktur perkerasan lentur
Kuliah (CPMK) dan memahami proses pekerjaan lapis permukaan pada
perkerasan lentur
Tempat : Laboratorium Jalan dan Jembatan

1. Sub CPMK :
Mahasiswa mampu memahami pelaksanaan Trial Mix Campuran Beraspal Panas
tentang karakteristik perkerasan lentur dengan pengujian marshall.

2. Indikator Penilaian :
- Ketepatan dalam pelaksanaan praktek pengujian campuran beraspal dengan alat
marshall.
- Ketepatan dalam menganalisa hasil uji campuran beraspal dengan alat Marshall.

3. Teori :
Pengujian Marshall dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari suatu perkerasan
lentur, untuk mendapatkan nilai stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisa kepadatan
dan pori dari campuran padat yang terbentuk.

4. Bahan dan Alat :


Bahan :
- Campuran agregat
- Aspal
- Kertas Saring

Alat :
- Alat marshall lengkap 1 set (breaking head; loading jack; proving ring; stability dial
dan flow dial)

44
- Minimum tiga buah cetakan benda uji diameter 101,6 mm (4 in), tinggi 76,2 mm (3
in) lengkap dengan pelat atas dan leher sambung
- Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan yang mempunyai permukaan
tumbuk rata yang berbentuk silinder, dengan berat 4.536 gram ± 9 gram dan tinggi
jatuh bebas 457,2 mm ± 15,24 mm (18 ± 0,6 inch)

- Alat pengeluar benda uji (extruder) dengan diameter 100 mm (3,95 in), untuk
mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan, digunakan
- Oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur yang mampu memanaskan
campuran sampai 200°C ± 3°C
- Pemanas air (water bath), dengan kedalaman 152,4 mm (6”) yang dilengkapi dengan
pengatur temperatur yang minimal mampu memanaskan sampai 60°C ± 1°C
- Termometer gelas (untuk suhu water bath) dan termometer logam
- Timbangan ketelitian 0.1, kapasitas 5 kg
- Wadah untuk memanaskan agregat dan campuran aspal
- Spatula
- Kompor
- Sarung tangan

5. Organisasi :
Mahasiswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri atas 5-8 orang setiap kelompok.
Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang dipilih diantara anggota. Setiap
kelompok melakukan praktikum/praktik dibimbing oleh dosen dan PLP/teknisi.

6. Prosedur Kerja :
Penyiapan Benda Uji :
1. Timbang masing-masing fraksi agregat sesuai kebutuhan sampel pada komposisi dan
kadar aspal yang akan dibuat pada kondisi kering.
2. Panaskan Aspal dalam wadahnya/teko sampai ±165°C.

Pencampuran Benda Uji :


1. Usahakan tinggi benda uji yang dihasilkan adalah 63,5 mm ± 1,27 mm, sehingga
tidak memerlukan koreksi. Caranya dengan mencoba membuat campuran dengan
berat maksimum 1200 gram, dengan kadar aspal yang telah ditentukan.
2. Panaskan wadah pencampur kira-kira 28 °C di atas temperatur pencampuran.
3. Masukkan agregat yang telah dipanaskan ke dalam wadah pencampur.
4. Tuangkan aspal yang sudah mencapai suhu sesuai rencana sebanyak yang dibutuhkan

45
ke dalam agregat yang sudah dipanaskan.
5. Kemudian aduk dengan cepat sampai agregat terselimuti aspal secara merata.

6. Untuk pemadatan dengan cara otomatis, pemasukan campuran kedalam cetakan


dilakukan diluar alat pemadat otomatis, sedangkan untuk pemadatan dengan cara
manual langsung dilakukan pada alat pemadat.

Pemadatan Benda Uji :


1. Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dengan
seksama dan panaskan sampai temperaturantara 90°C - 150°C.
2. Letakkan cetakan di atas landasan pemadat dan ditahan dengan pemegang cetakan.
3. Letakkan kertas saring atau kertas penghisap dengan ukuran sesuai ukuran dasar
cetakan.
4. Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran dengan
spatula yang telah dipanaskan sebanyak 15 kali di sekeliling pinggirannya dan 10
kali di bagian tengahnya.
5. Letakkan kertas saring atau kertas penghisap di atas permukaan benda uji dengan
ukuran sesuai cetakan.
6. Padatkan campuran dengan temperatur yang disyaratkan, dengan tumbukan 75x di
setiap sisi.
7. Untuk pengujian kepadatan mutlak campuran beraspal untuk lalu lintas berat
dilakukan pemadatan sebanyak 400 kali tumbukan pada setiap sisinya.
8. Pelat alas berikut leher sambung dilepas dari cetakan benda uji, kemudian cetakan
yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali pelat alas berikut leher
sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi.
9. Permukaan benda uji yang sudah dibalikkan tadi ditumbuk kembali dengan jumlah
tumbukan yang sama sesuai dengan point (6).
10. Setelah selesai pemadatan campuran benda uji dibiarkan sampai dingin, lepaskan
pelat alas dan pasang alat pengeluar (extruder) pada permukaan ujung benda uji
tersebut dan keluarkan.
11. Kemudian letakkan benda uji di atas permukaan yang rata dan diberi tanda pengenal
serta biarkan selama kira-kira 24 jam.

46
Cara Pengujian :
1. Rendam benda uji dalam penangas air selama 30 - 40 menit dengan temperatur tetap
60°C ± 1°C.
2. Siapkan dial stabilitas dan dial flow pada kondisi terpasang di alat marshall.
3. Kemudian keluarkan benda uji dari water bath dan letakan dalam bagian bawah alat
penekan uji marshall.
4. Kemudian pasang bagian atas alat penekan (kepala penekan) uji Marshall di atas
benda uji dan letakkan seluruhnya dalam mesin uji Marshall.
5. Hidupkan alat marshall hingga posisi benda uji menempel pada cincin penguji.
6. Atur arah jarum kedua dial pada kedudukan nol.
7. Jalankan mesin, berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar
50,8 mm (2 in) per menit sampai pembebanan maksimum tercapai.
8. Catat bacaan maksimum stabilitas dan pelelehan yang dicapai.

Perhitungan :
Untuk menghitung hasil pengujian, gunakan persamaan-persamaan, sebagai berikut:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙
1. Kadar aspal total = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖
2. Kepadatan (ton/m3)= 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 × 100%
3. Berat jenis maksimum campuran beraspal (GMM)
4. Berat jenis efektif agregat
𝑃𝑚𝑚 − 𝑃𝑏
𝐺𝑠𝑒 =
𝑃𝑚𝑚 𝑃𝑏
𝐺𝑚𝑚 + 𝐺𝑏
Keterangan:
Gse : berat jenis efektif agregat
Gmm : berat jenis maksimum campuran
Pmm : persen berat terhadap campuran (=100)
Pb : kadar aspal total, persen terhadap berat total campuran
Gb : berat jenis aspal
5. Berat jenis maksimum campuran

𝑃𝑚𝑚
𝐺𝑚𝑚 =
𝑃𝑠 𝑃𝑏
+
𝐺𝑠𝑒 𝐺𝑏

47
6. Berat jenis agregat (Bj Bulk)
𝑃1 + 𝑃2 + ⋯ 𝑃1𝑛
𝐺𝑠𝑏 =
𝑃1 𝑃2 𝑃𝑛
+ + ⋯
𝐺1 𝐺2 𝐺𝑛
Keterangan:
Gsb : berat jenis agregat curah
G1, G2, G3 : berat jenis masing-masing fraksi agregat
P1, P2, Pn : persentase masing-masing fraksi agregat

7. Penyerapan aspal efektif (Pba)


𝐺𝑠𝑒 − 𝐺𝑠𝑏
𝑃𝑏𝑎 = 100 𝐺
𝐺𝑠𝑏 + 𝐺𝑠𝑒 𝑏
8. Kadar aspal efektif (Pbe)
𝑃𝑏𝑎
𝑃𝑏𝑒 = 𝑃𝑏 − 𝑃
100 𝑠

Keterangan :
Ps : persen agregat terhadap total campuran
Pb : kadar aspal total, % terhadap campuran
Pba : Penyerapan aspal

9. Rongga di antara mineral agregat (VMA)


Void in Mineral Aggregate (VMA) adalah rongga diantara mineral agregat, persen
terhadap volume total campuran
𝐺𝑚𝑏 × 𝑃𝑠
𝑉𝑀𝐴 = 100
𝐺𝑠𝑏
10. Rongga di dalam campuran (VIM)
𝐺𝑚𝑚 × 𝐺𝑚𝑏
𝑉𝐼𝑀 = 100
𝐺𝑚𝑚

11. Rongga terisi aspal (VFB)


100(𝑉𝑀𝐴 − 𝑉𝐼𝑀)
𝑉𝐹𝐵 =
𝑉𝑀𝐴
12. Stabilitas
Hasil bacaan pada dial stabilitas dikalikan dengan kalibrasi dan faktor koreksi
volume benda uji marshall

13. Pelelehan
Hasil bacaan pada dial pengukur pelelehan

7. Tugas dan Pertanyaan :


Membuat laporan praktikum terkait hasil pengujian berat jenis maksimum campuran
aspal.

48
8. Pustaka/ Referensi :
RSNI M-01-2003 Metode pengujian campuran beraspal panas dengan alat marshall.

9. Hasil Praktikum :
Laporan praktikum yang berisi tentang kegiatan praktek uji campuran beraspal panas
dengan alat marshall.

Contoh Formulir Pengujian :


No.Formulir
FORMULIR Terbitan/Revisi
Tanggal Revisi

METODE PENGUJIAN CAMPURAN BERASPAL PANAS


Halaman ... dari …
DENGAN ALAT MARSHALL

1. No. Order/Contoh : 5. Di uji tanggal : :


2. Jenis Contoh Uji : 6. Metode uji ::
3. Jenis Pekerjaan : 7. Hasil pengujian :
4. Lokasi Kerja :

GMM :
Kadar Aspal Berat Benda Uji Stabilitas
Kode Isi Benda Rongga Angka
thd Berat thd Berat Kepadatan Bacaan Kalibrasi Setelah Pelelehan
Briket Kering SSD Dalam Air Uji Terhadap Koreksi
Agregat Campuran Pada Alat Proving Dikoreksi
Campuran Volum
Ring
% % gr gr gr cc gr/cc % kg mm
c=100/
a b d e f g=e-f h=d/g i m n o p=m*n*o p
(100+b)*b
DT3. I
DT3. II
DT3. III
Rata-rata

DT12. I
DT12. II
DT12. III
Rata-rata
RATA-RATA KESELURUHAN

Bandar Lampung,
Dikerjakan oleh Teknisi : Diperiksa Penyelia :

Tanggal : Tanggal :

Tanda Tangan : Tanda Tangan :

Sumber : Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Lampung

49
Halaman 50 dari 52
Form
No. Dok. F-JUR-04
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM Revisi 00
(BPP) Tanggal 20 Oktober 2022

Pertemuan ke- : 15
Waktu Pertemuan : 2 x (1x170')
Capaian Pembelejaran Mata : Mahasiswa mampu merencanakan struktur perkerasan lentur
Kuliah (CPMK) dan memahami proses pekerjaan lapis permukaan pada
perkerasan lentur
Tempat : Laboratorium Jalan dan Jembatan

1. Sub CPMK :
Mahasiswa mampu memahami pelaksanaan Trial Compaction untuk Penentuan Job
Mix Formula (JMF) Perkerasan Lentur.

2. Indikator Penilaian :
- Ketepatan dalam mempresentasikan dan pemahaman terkait pelaksanaan Trial
Compaction untuk Penentuan Job Mix Formula (JMF) Perkerasan Lentur.

3. Teori :
Trial Compaction merupakan percobaan penghamparan dan pemadatan dalam skala
lapangan dengan peralatan yang telah ditetapkan, dan memenuhi derajat kepadatan
lapangan terhadap kepadatan laboratorium hasil pengujian marshall dari benda uji yang
campuran beraspalnya dari AMP.

4. Bahan dan Alat :


- Alat Tulis, Microsoft Power Point dan Laptop/Komputer

5. Organisasi :
- Mahasiswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri atas 5-8 orang, serta melakukan
kerjasama tim dalam penyusunan paparan hasil perkuliahan terkait Trial Compaction
untuk Penentuan Job Mix Formula (JMF) Perkerasan Lentur dibimbing oleh dosen
dan PLP/teknisi.

6. Prosedur Kerja :
- Menyusun hasil diskusi kelompok dan menuangkannya dalam bentuk paparan.

7. Tugas dan Pertanyaan :


Membuat paparan terkait Trial Compaction untuk Penentuan Job Mix Formula (JMF)
Perkerasan Lentur, yang akan dipresentasikan dan didiskusikan bersama.

50
8. Pustaka/ Referensi :
Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Revisi 2 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan Dan
Jembatan.

9. Hasil Praktikum :
Presentasi kelompok terkait Trial Compaction untuk Penentuan Job Mix Formula (JMF)
Perkerasan Lentur.

Contoh Formulir Trial Compaction

51
Contoh Formulir Trial Compaction
Checklist Kelengkapan Alat:

Checklist Jumlah
No Nama Alat Tidak di Keterangan
Spec.
Ada Ada lokasi
Alat Penghampar & Pemadat
1 Asphat Distributor 1
2 Asphalt Finisher (Alat Penghampar) 1
3 Steel Wheel Roller/Tandem Roller 2
4 Pneumatic Tyre Roller (PTR) 2
5 Mistar Perata 3 Meter dgn Waterpass 1
6 Thermometer Arloji 200 °C 3
7 Kompressor 1
8 Pengukur Kedalaman Aspal / Jangka Sorong 1
9 Pengukur Tekanan Ban 1
10 ……................................
11 ……................................
12 ……................................
13 ……................................
14 ……................................
15 ……................................

Alat Pengujian
1 Core Drill Machine 1
2 Jangka Sorong 1
3 Stability Compression Machine / Marshall Test 1
4 Dial Flow Indicator 1
5 Mould set 4" 4
6 Mould set 6" 4
7 Timbangan 1
8 Water Bath 1
9 Extraction Test (Centrifugal/Refluks) 1
10 ……................................
11 ……................................
12 ……................................
13 ……................................
14 ……................................
15 ……................................

Sumber : Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Lampung

52
LAMPIRAN

Pertemuan
Praktikum Pedoman Formulir
Ke
Spesifikasi Umum Bina
Pengujian thickness dan
Marga 2018 Revisi 2 (Divisi
1 density dengan mesin Core https://bit.ly/FLentur
6. Perkerasan Aspal)
Drill
https://bit.ly/SpekBMDivisi6
Simulasi perhitungan
2 metode analisa komponen
dengan Microsoft Excel SKBI-2.3.26.1987
Simulasi perhitungan https://bit.ly/SKBI1987
3 metode analisa komponen
dengan Microsoft Excel
Simulasi perhitungan
https://bit.ly/TLentur
manual desain perkerasan
4
jalan (MDPJ) dengan
Manual Desain Perkerasan
Microsoft Excel
Jalan No. 02/M/BM/2017
Simulasi perhitungan
https://bit.ly/MDPJ2017
manual desain perkerasan
5
jalan (MDPJ) dengan
Microsoft Excel
Pengujian Penyelimutan
SNI 2439:2011
6 dan Pengelupasan Pada
https://bit.ly/SNI2439
Campuran Agregat- Aspal
Pengujian Analisa Saringan SNI ASTM C136-2012
7
Agregat Halus dan Kasar https://bit.ly/ASTMC136
Pengujian Berat Jenis dan SNI 1970-2016
9
Penyerapan Agregat Halus https://bit.ly/SNI1970
Pengujian Berat Jenis dan SNI 1969-2016
10
Penyerapan Agregat Kasar https://bit.ly/SNI1969 https://bit.ly/FLentur
Pengujian Keausan dengan SNI 2417:2008
11
Alat Los Angeles https://bit.ly/SNI2417
Pengujian Kadar Aspal RSNI M-05-2004
12
dengan Ekstraksi Refluks https://bit.ly/RSNIM05
Pengujian Berat Jenis SNI 03-6893-2002
13
Maksimum Campuran https://bit.ly/SNI036893
RSNI M-01-2003
14 Pengujian Marshall
https://bit.ly/RSNIM01
Spesifikasi Umum Bina
Marga 2018 Revisi 2 (Divisi
15 Presentasi Kelompok https://bit.ly/TrialC
6. Perkerasan Aspal)
https://bit.ly/SpekBMDivisi6

53

Anda mungkin juga menyukai