Anda di halaman 1dari 304

TDE – 06 : KRITERIA DESAIN TEROWONGAN

PELATIHAN
AHLI DESAIN TEROWONGAN SDA

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Ahli Des ain Terowongan Kriteria Des ain
SDA Terowongan

KATA PENGANTAR

Usaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah
berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun
sebagai badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan
kualitas pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan
waktu penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan
tenaga ahli/ terampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan serta
penguasaan teknologi.

Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan


kebutuhan terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang
dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut,
perlu dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu,
metode kerja dan lain-lain.

Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang
diinginkan adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
menggeluti perencanaan baik untuk bidang pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan
sumber daya air maupun untuk pekerjaan dibidang bangunan gedung.

Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang sumber daya air, telah
menghasilkan sekitar 130 (seratus Tiga Puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja
Ahli Desain Terowongan SDA merupakan salah satu jabatan kerja yang diprioritaskan
untuk disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat mendesak dalam
pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam perencanaan konstruksi bidang sumber daya
air.

Materi pelatihan pada Jabatan Kerja Ahli Desain Terowongan SDA ini terdiri dari 9
(Sembilan) modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan dalam melatih
tenaga kerja yang menggeluti Ahli Desain Terowongan SDA.

Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan khususnya
untuk modul Kriteria Desain Terowongan pekerjaan konstruksi Sumber Daya Air.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan
masukkan guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.

Jakarta, Desember 2005

Tim Penyusun

i
LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : AHLI DESAIN TEROWONGAN SDA

TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum Pelatihan
Setelah mengikuti pelatihan peserta diharapkan mampu
:
Melakukan kegiatan Desain Terowongan, memeriksa dan mengarahkan asisten
perencanaan dan juru gambar dalam melakukan kegiatan Desain Terowongan
sesuai tahapan desain, metode desain dan spesifikasi yang ada dalam kontrak.

B. Tujuan Khusus Pelatihan


Setelah mengikuti pelatihan
mampu:
1. Menetapkan Rencana Trase
Terowongan
2. Mengkaji dan Menerapkan Data Survai dan Investigasi (Primer &
Sekunder)
3. Menentukan Bentuk Bahan Konstruksi dan Dimensi Terowongan dan
Bangunan
Pelengkapnya
4. Menyiapkan Gambar Desain Terowongan yang Mengacu Pada Hasil Uji
Model
Hidrolis Yang Diperlukan

ii
NOMOR MODUL : TDE. 06
JUDUL MODUL : KRITERIA DESAIN TEROWONGAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah selesai mempelajari modul ini peserta mampu menjelaskan dan menerapkan
Tahapan Desain Terowongan dan Kriteria Desain Terowongan

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah modul ini diajarkan peserta mampu :
1. Menerapkan tahapan penentuan lokasi rencana Terowongan.
2. Menerapkan tahapan pra desain terowongan
3. Menerapkan tahapan final desain terowongan
4. Menerapkan Kriteria desain terowongan

1
1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


LEMBAR TUJUAN ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN AHLI DESAIN
TEROWONGAN SDA .................................................................................................. xii
DAFTAR MODUL ........................................................................................................ xiii
PANDUAN PEMBELAJARAN xiv
..................................................................................... MATERI SERAHAN xviii
......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1-1
1.1 Tahapan Perencanaan Terowongan ................................................... 1-1
1.2 Kriteria Desain Terowongan ................................................................ 1-1

BAB II TAHAPAN PERENCANAAN TEROWONGAN 2-1


...........................................
2.1 Umum ................................................................................................... 2-1
2.2 Tahapan Proyek.................................................................................... 2-1
2.3 Tahapan Survai, Investigasi dan Desain Terowongan ....................... 2-2
2.4 Tahapan Masing-masing Pekerjaan Desain Terowongan .................. 2 - 4
2.4.1 Tahapan Penentuan Lokasi Rencana Terowongan ............... 2-4
2.4.2 Tahapan Pra Rencana Terowongan ....................................... 2-4
2.4.3 Tahapan Final Desain Terowongan ........................................ 2-5

BAB III KRITERIA DESAIN TEROWONGAN ........................................................... 3 - 1


3.1 Pendahuluan ........................................................................................ 3-1
3.2 Klasifikasi Terowongan ........................................................................ 3-2
3.3 Geologi dan Mekanika Batuan ............................................................ 3-3
3.3.1 Sifat-sifat Batuan ..................................................................... 3-3
3.3.2 Klasifikasi Batuan .................................................................... 3-4
3.3.3. Pengaruh Dari Struktur Pegunungan Terhadap Pembuatan
Terowongan ............................................................................. 3-6
3.4 Teori Tekanan Pada Terowongan Batu .............................................. 3-7
3.4.1 Pratekan Pada Batuan ............................................................ 3-7
3.4.2 Tegangan Batu disekeliling Terowongan ................................ 3-9
3.4.3 Mekanika Hancurnya Batuan Didalam Rongga / Ruang 3 - 11
........
3.4.4 Penyebaran Tekanan Air Pada Batuan ................................... 3 - 13
3.4.5 Tegangan Pada Sekitar Terowongan Bertekanan .................. 3 - 17
3.4.6 Kebutuhan Kelebihan Galian Batuan Pada Terowongan

1
Bertekanan ............................................................................... 3 - 17
3.5 Instrumentasi / Peralatan Mekanik Batuan ......................................... 3 - 21
3.5.1 Tujuan Dari Peralatan Mekanik ............................................... 3 - 21
3.5.2 Instrumentasi Untuk Mengukur Perubahan Bentuk 3 - 21
................
3.5.3 Tekanan Pada Masa Batuan ................................................... 3 - 22
3.5.4 Tegangan Batuan .................................................................... 3 - 26
3.5.5 Modulus Deformasi .................................................................. 3 - 27
3.5.6 Tegangan Penyangga ............................................................. 3 - 33
3.6 Desain Pada Peta Pengukuran ........................................................... 3 - 34
3.6.1 Tata Letak (Lay Out)................................................................. 3 - 34
3.6.2 Kemiringan ............................................................................... 3 - 36
3.6.3 Bentuk Potongan Melintang .................................................... 3 - 37
3.6.4 Jarak Antara Terowongan Yang Berdekatan .......................... 3 - 42
3.6.5 Lengkungan / Belokan ............................................................. 3 - 42
3.7 Hidrolik Desain ..................................................................................... 3 - 42
3.7.1 Faktor-faktor Yang Bergabung ................................................ 3 - 42
3.7.2 Transisi ..................................................................................... 3 - 44
3.7.3 Kehilangan Akibat Gesekan .................................................... 3 - 45
3.7.4 Kehilangan Tekanan Lain ........................................................ 3 - 48
3.7.5 Terowongan Dengan Aliran Bebas ......................................... 3 - 48
3.7.6 Kecepatan Aliran Yang Dijinkan .............................................. 3 - 48
3.7.7 Terkuncinya Udara .................................................................. 3 - 50
3.8 Ukuran Terowongan Yang Ekonomis ................................................. 3 - 51
3.8.1 Ukuran Maksimum Terowongan ............................................. 3 - 51
3.8.2 Terowongan Penghubung ....................................................... 3 - 52
3.8.3 Terowongan Pengelak ............................................................. 3 - 53
3.8.4 Terowongan Tenaga Listrik ..................................................... 3 - 53
3.8.5 Perhitungan Diameter Terowongan yang Ekonomis .............. 3 - 54
3.9 Sistem Penyangga Dan Desainnya .................................................... 3 - 58
3.9.1 Tekanan Batuan / Beban Pada Penyangga ............................ 3 - 58
3.9.2 Penyangga Baja Yang Rigid (Kaku) ........................................ 3 - 64
3.9.3 Penyangga Baja Yang Yeilding (Penyesuaian) ...................... 3 - 77
3.9.4 Pengikat Batuan (Rock Blasting) ............................................. 3 - 79
3.9.5 Lining Tanpa Tulang (Shortcrete Lining) .................................. 3 - 88
3.9.6 Dasar Penerapan Sistem Penyangga ..................................... 3 - 96
3.10 Desain Terowongan Lining .................................................................. 3 - 97
3.10.1 Keperluan Lining ...................................................................... 3 - 97
3.10.2 Tipe Lining ............................................................................... 3 - 98
3.10.3 Pendekatan Desain ................................................................. 3 - 99
3.10.4 Beban-beban Desain ............................................................... 3 - 101
3.10.5 Ketebalan Dan Kualitas Beton Untuk Lining ........................... 3 - 102
3.10.6 Tekanan Batuan ...................................................................... 3 - 103
3.10.7 Tekanan Air Dari Luar ............................................................. 3 - 104
3.10.8 Injeksi Semen (Grouting) ......................................................... 3 - 106
3.10.9 Terowongan Aliran Bebas dan Tanpa Hidrolik ....................... 3 - 108
3.10.10 Terowongan Bertekanan ........................................................ 3 - 109
3.11 Bangunan Pelengkap .......................................................................... 3 - 115
3.11.1 Portal (Pemasukan / Pengeluaran) ......................................... 3 - 115
3.11.2 Plugs (Sumbat / Penutup) ....................................................... 3 - 116
3.12 Saluran Pembawa (Irigasi) .................................................................. 3 - 117
3.13 Kolam Olak .......................................................................................... 3 - 147

LAMPIRAN
RANGKUMAN
DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Flowchart Penentuan Lokasi Rencana Terowongan 2–5


Gambar 2.2 .................... Flowchart Pra Rencana Terowongan 2–6
Gambar 2.3 ............................................ 2–7
Gambar 3.3.1 Typical Load ................................................................................... 3–5
Gambar 3.3.2 Location of Tunnels in Different Formations (Alter Szechy) 3–6
Gambar 3.4.1 .........
Stress Field (After Obert & Onnall) ............................................... 3 – 10
Gambar 3.4.2 Boundary Stress Conditiion for a Circular Hole in Biaxial Stress
Filed (After Obert & Duvall) ........................................................... 3 – 11
Gambar 3.4.3 Mohr’s Fracture Envelope (After Obert & Onvall) ......................... 3 – 12
Gambar 3.4.4 Plastic Faxine Circle ...................................................................... 3 – 13
Gambar 3.4.5 Thick Wall Cylinder With Uniform Pressure on Inside and
Outside 3 – 14
Gambar 3.4.6 Plastic Region & Elastice Region .................................................. 3 – 16
Gambar 3.4.7 Stress Distribution Around Cylinder Tunnel in Elastic Plastic
Rock (After Obert & Duvall) ........................................................... 3 – 16
Gambar 3.4.8 Fissured Rock (After Jaeger) ........................................................ 3 – 18
Gambar 3.4.9 Fissured Rock ................................................................................ 3 – 21
Gambar 3.5.1 Determination of Absulte Stress by The over Cooling Prosedure 3 – 23
Gambar 3.5.2 Stress Relieving Bore Hole (After Chechy) ................................... 3 – 24
Gambar 3.5.3 Typical Flat Jack Installation ......................................................... 3 – 25
Gambar 3.5.4 Stress Determination on The Bore of Velocityof Saturn
Propagation (Habib & Davance) .................................................... 3 – 26
Gambar 3.5.5 Uniaxial Jacking Test (After Sellers) 3 – 28
Gambar 3.5.6 ............................................. Radial Measuring Feller 3 – 33
Gambar 3.5.7 Management (After Sellers) ................... 3 – 27
Gambar 3.5.8 The Radial Jack of The Ving Tiwog .............................................. 3 – 29
Gambar 3.5.9 After Lauffer & Secber ................................................................... 3 – 30
Gambar 3.5.10 Mechanical Reader ........................................................................ 3 – 31
Gambar 3.6.1 Ramganga River Project ............................................................... 3 – 35
Gambar 3.6.2 Circular Section ............................................................................. 3 – 39
Gambar 3.6.3.A Standar Horse Shoe Section ......................................................... 3 – 40
Gambar 3.6.3.B Modified Horse Shoe Section ........................................................ 3 – 40
Gambar 3.6.3.C Horse Shoe (Modified) ................................................................... 3 – 40
Gambar 3.6.4 D Section ....................................................................................... 3 – 41

vii
Gambar 3.6.5 Quasi Rectangular Section ............................................................ 3 – 41
Gambar 3.6.6 Partly Lined Section ....................................................................... 3 – 41
Gambar 3.7.3 Typical Flow Condition Diversion Tunnels On Usild and Step
Slofer (After USBR) ....................................................................... 3 – 43
Gambar 3.8.1 Terowongan Penghubung ............................................................. 3 – 52
Gambar 3.8.2 Grafik Perhitungan Ekonomis Ukuran Terowongan 3 – 53
.....................
Gambar 3.9.1 Schematic of Reciprocal Realtion Ship Between pi, a, t and
n/R
For Limingo of Different Yiled (After Pacher) 3 – 64
................................
Gambar 3.9.2
Scehmatic Representation of Stress Around a Circular
Lavity With Hidrostatis Present (After Kostner) 3 – 60
.............................
Gambar 3.9.4 3 – 65
Steel Supports ...............................................................................
Gambar 3.9.5 Resolution of Forces at Doer Break Blocking Primer (Steel
Supports) (After Proctor & White) .................................................. 3 – 67
Gambar 3.9.6 Action of Forces at Blocking Point 3 (Steel Supports) 3 – 68
..................
Gambar 3.9.7 Steel Supports Design (Grafical Method) 3 – 72
.....................................
Gambar 3.9.8 Circular Steel Support ................................................................... 3 – 74
Gambar 3.9.8.A Double Beam Wall Plate & Brached Details ................................. 3 – 89
Gambar 3.9.9 The Road Collar Brace & Logging Details .................................... 3 – 76
Gambar 3.9.10.A Mohll’s Bends (After Szechy) ........................................................ 3 – 73
Gambar 3.9.10.B Tonzzaint Hein’zmann Supporting Bentz (Affter Szechy) 3 – 72
Gambar 3.9.11 ............. Admissible Loads on Bolts As af Function of Rock 3 – 78
Gambar 3.9.12 Quality .......... 3 – 85
Gambar 3.9.13.a Natural Rock Aszh Produced By Roof Bolts 3 – 86
Gambar 3.9.13.b ................................. Natural Rock Aszh Produced By Roof Bolts 3 – 88
Gambar 3.9.14 ................................. 3 – 80
Gambar 3.9.14.d Perfo Bolts Instalation .................................................................... 3 – 81
Gambar 3.9.15 Mode of Action of Fully Grouted Anchors 3 – 87
Gambar 3.9.18 ..................................... Lining Resistance pi as Function of Y 3 – 91
Gambar 3.9.19 and r/R (After Muller) ........ 3 – 92
Gambar 3.9.20 Proposed Shotcrete Lining for Yamma Slate II Part I
(after Muller) ................................................................................... 3 – 94
Gambar 3.9.21 Swedish Method for Drainage of Shotcreted Rock
(After Sandell) ................................................................................ 3 – 96
Gambar 3.10.1 Typical Section Drainage Tunnel Ramganga Dam .......................3 – 109
Gambar 3.11.1 Ramganga Project Intake Plug Details .........................................3 – 117
Gambar 3.12.1 Parameter potongan melintang ..................................................... 3 – 126
Gambar 3.12.2 Kecepatan-kecepatan dasar untuk tanah koheren (SCS) 3 – 129
............
1
11
Gambar 3.12.3 Faktor-faktor koreksi terhadap kecepatan dasar (SCS) ...............3 – 130
Gambar 3.12.4 Tipe-tipe potongan melintang saluran irigasi ................................ 3 – 135
Gambar 3.12.5 Tinggi bangunan sadap tersier yang diperlukan ...........................3 – 137
Gambar 3.12.6 Grafik perencanaan saluran (dengan garis-garis A dan B) ..........3 – 140
Gambar 3.12.7 Tipe-tipe pasangan saluran ...........................................................3 – 143
Gambar 3.13.1 Diagram untuk memperkirakan tipe bangunan yang
akan digunakan untuk perencanaan detail (disadur dari
Bos,
Replogle and Clemmens, 1984) ....................................................3 – 148
Gambar 3.13.2 Hubungan percobaan antara Fru, y2/y1, dan n/y1 dan n/yu untuk
ambang pendek (menurut Foster dan Skrinde, 1950) ..................3 – 149
Gambar 3.13.3 Dimensi Kolam Olak Tipe IV (USBR, 1973) ..................................3 – 150
Gambar 3.13.4 Dimensi kolam olak tipe-blok-halang
(Bos, Replogle and Clemmens, 1984) ..........................................3 – 151
Gambar 3.13.5 Karakteristik kolam olak untuk dipakai dengan bilangan Froude
di atas 4,5; kolam USBR tipe III (Bradley dan Peterka, 1957) .....3 – 151
Gambar 3.13.6 Kolam olak menurut Vlugter ...........................................................3 – 152
Gambar 3.13.7 Hubungan antara kecepatan rata-rata di atas ambang ujung
bangunan dan ukuran butir yang stabil (Bos, 1978) .....................3 – 153
Gambar 3.13.8 Contoh filter diantara pasangan batu kosong dan
bahan asli (tanah dasar) ................................................................ 3 – 153

1
DAFTAR TABEL

Tabel 2.3.1 Tahap / Taraf dan Ciri-ciri Utama ........................................................ 2–2


Tabel 3.5.1 Daftar Alat Pengukur Tekanan ............................................................ 3 – 22
Tabel 3.6.1 Konsentrasi Tekanan Normal t / v .................................................. 3 – 38
Tabel 3.7.1 Value of the Raughness Coefficient n ................................................. 3 – 46
Tabel 3.7.2 Daftar Nilai n ........................................................................................ 3 – 47
Tabel 3.9.1 Daftar Kombinasi diameter Batang Lengan dan Lubang .................... 3 – 82
Tabel 3.9.2 Kekuatan Ikatan Batuan ...................................................................... 3 – 83
Tabel 3.10.1 Modulus Elastisitas Batuan .................................................................3 – 113
Tabel 3.10.2 Daftar Tegangan Batas Rata-rata Modulus Elastisitas .......................3 – 114
Tabel 3.12.1 Sistem Kebutuhan Air ..........................................................................3 – 121
Tabel 3.12.2 Harga-harga kekasaran koefesien Strickler (k) untuk saluran
saluran irigasi tanah ............................................................................3 – 127
Tabel 3.12.3 Kemiringan minimum talud untuk berbagai bahan tanah ...................3 – 132
Tabel 3.12.4 Kemiringan talud minimum untuk saluran timbunan
yang dipadatkan dengan baik .............................................................3 – 133
Tabel 3.12.5 Tinggi jagaan minimum untuk saluran tanah ......................................3 – 134
Tabel 3.12.6 Lebar minimum tanggul ......................................................................3 – 135
Tabel 3.12.7 Harga-harga koefesien tanah rembesan C .........................................3 – 141
Tabel 3.12.8 Harga-harga kemiringan talud untuk saluran pasangan .....................3 – 146
Tabel 3.12.9 Tinggi jagaan untuk saluran pasangan ...............................................3 – 147
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kriteria Desain Untuk Terowongan Pengelak Proyek Ram ganga


(2 Lembar)
Lampiran 2 Kriteria desain untuk Terowongan Bertekanan dari Proyek Beas
sutley
(3 Lembar)
Link
Lampiran 3 Kriteria desain untuk terowongan Bertekanan dari Jaringan listrik
(3 Lembar) tenaga air yamuna tahap II.
Lampiran 4 Geolocal Section Of Tunnel
(1 Lembar) No.1. Ramganga River Project.
Lampiran 5 Diversion Tunnels Drainage & Prouting
(1 Lembar) Details. Ramganga River Project.
Lampiran 6 Beas Stulej Link Lay-Out
(1 Lembar)
Lampiran 7 Kelebihan galian pada beberapa terowongan acxial brown
(1 Lembar)
Lampiran 8 Beban batuan yang diambil dalam mendesain penyangga baja
(1 Lembar)
Lampiran 9 Beban batuan pada penyangga
(1 Lembar)
Lampiran 10 Penyangga menerus
(1 Lembar)
Lampiran 11 Penerapan lapangan sistem penyangga modern
(1 Lembar)
Lampiran 12 Beberapa terowongan tenaga air besar dengan lining beton
(1 Lembar)
Lampiran 13 Hubungan pemakaian penyangga dengan beban batuan
Lampiran 14 Pemilihan bentuk terowongan
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN
MODUL PELATIHAN AHLI DESAIN
TEROWONGAN SDA

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Desain Terowongan
SDA (Tunnel Design Engineer) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kompetensi,
elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli Desain
Terowongan SDA unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing
Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi
yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan
yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan
Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul
pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan
pengajaran dalam pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA.

xii
DAFTAR MODUL

MODUL NOMOR : TDE. 06


JUDUL : KRITERIA DESAIN TEROWONGAN

Merupakan salah satu modul dari :

NO. KODE JUDUL

1. TDE. 01 Etika Profesi, Etos Kerja, UU Jasa Konstruksi Dan UU SDA

2. TDE. 02 Sistem Manajemen K3 Dan RKL, RPL

3. TDE. 03 Pengenalan Survai Dan Investigasi

4. TDE. 04 Pengenalan Dokumen Tender Dan Dokumen Kontrak

5. TDE. 05 Pengenalan Manual O & P

6. TDE. 06 Kriteria Desain Terowongan

7. TDE. 07 Perhitungan Desain Terowongan

8. TDE. 08 Metode Menggambar Teknis

9. TDE. 09 Dasar-Dasar Manajemen Proyek

1
11
PANDUAN

PEMBELAJARAN PELATIHAN : AHLI DESAIN

JUDUL MODUL : KRITERIA DESAIN TEROWONGAN KETERANGAN


TEROWONGAN SDA
KODE MODUL : TDE. 06

DESKRIPSI : Materi ini terutama membahas kriteria


desain terowongan pada pekerjaan desain di
bidang sumber daya air yang meliputi tahapan
proyek, tahapan survai, investigasi dan desain
terowongan serta tahapan desain terowongan.
Serta kriteria desain terowongan yang di
dalamnya berisi tentang :
- Klasifikasi Terowongan

- Geologi Dan Mekanika Batuan


- Teori Tekanan Pada Terowongan Batu
- Instrumentasi / Peralatan Mekanik Batuan
- Desain Pada Peta Pengukuran

- Hidrolik Desain
- Ukuran Terowongan Yang Ekonomis
- Sistem Penyangga Dan Desainnya

- Desain Terowongan Lining


- Bangunan Pelengkap
- Saluran Pembawa Irigasi

- Kolam Olak

TEMPAT KEGIATAN : Dalam ruang kelas lengkap


dengan fasilitasnya

WAKTU KEGIATAN : 8 jam pelajaran (1 JP = 45 menit)

1
11
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. CERAMAH :
PEMBUKAAN  Mengikuti penjelasan TIU OHT
 Menjelaskan Tujuan dan TIK dengan tekun No.4
dan aktif
Instruksional (TIU & TIK)  Mengajukan
 Merangsang motivasi pertanyaan apabila
kurang jelas
peserta dengan pertanyaan
atau pengalamannya dalam
penerapan tahapan desain
terowongan dan kriteria
desain terowongan

Waktu : 5 menit
Bahan : Lembar tujuan

OHT
2. CERAMAH : No. 6 - 7
PENDAHULUAN
 Mengikuti penjelasan
 Gambaran tahapan desain instruktur dengan
tekun dan aktif
terowongan dan kriteria
 Mencatat hal-hal
desain terowongan yang perlu
 Menjelaskan maksud dari  Mengajukan
pertanyaan bila perlu
tahapan desain terowongan
 Menjelaskan maksud dari
kriteria desain
terowongan

Waktu : 10 menit
Bahan : Materi
serahan (bab 1
Pendahuluan)

xv
Pelatihan Ahli Des ain Terowongan Kriteria Des ain
SDA Terowongan

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

3. CERAMAH : Tahapan OHT No.


Desain terowongan 8 - 14
 Mengikuti penjelasan
♦ Tahapan proyek (SIDLACOM)
instruktur dengan tekun
♦ Tahapan SID proyek dan aktif
♦ Tahapan desain terowongan  Mencatat hal-hal
yang perlu
 Menjelaskan tahapan  Mengajukan
proyek (SIDLACOM), SID pertanyaan bila perlu
terowongan
 Menjelaskan tahapan desain
terowongan
 Menjelaskan tahapan :
o Penentuan lokasi rencana
terowongan
o Pra rencana terowongan
o Final desain terowongan

Waktu : 35 menit
Bahan : Materi serahan
(bab 2 Tahapan Desain
terowongan)

4. CERAMAH : Kriteria Desain OHT


 Mengikuti penjelasan No. 15 – 20
Terowongan
instruktur dengan
♦ Pendahuluan tekun dan aktif
♦ Klasifikasi Terowongan  Mencatat hal-hal
yang perlu
♦ Geologi dan Mekanika Batuan
 Mengajukan
pertanyaan bila perlu

Waktu : 40 menit
Bahan : Materi
serahan (bab 3 Kriteria
Desain Terowongan)
o Sub bab 3.1, 3.2, 3.3

xvi
Pelatihan Ahli Des ain Terowongan Kriteria Des ain
SDA Terowongan

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

5. CERAMAH : Kriteria Desain OHT


Terowongan No. 21 - 111

♦ Teori Tekanan Pada


 Mengikuti penjelasan
Terowongan Batu instruktur dengan
♦ Instrumentasi / Peralatan tekun dan aktif
 Mencatat hal-hal
Mekanika Batuan yang perlu
♦ Desain Pada Peta  Mengajukan
Pengukuran pertanyaan bila perlu

♦ Hidrolik Desain
♦ Ukuran Terowongan Yang
Ekonomis
♦ Sistem Penyangga Dan
Desainnya
♦ Desain Terowongan Lining
♦ Bangunan Pelengkap
♦ Saluran Pembawa/ Irigasi
♦ Kolam Olak

Waktu : 270 menit


Bahan : Materi serahan
o Sub bab 3.4, 3.5, 3.6, 3.7,
3.8, 3.9, 3.10, 3.11, 3.12, 3.12

xvii
MATERI SERAHAN

xviii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Tahapan Perencanaan Terowongan

Tahapan Perencanaan Terowongan merupakan bagian dari modul kriteria desain


terowongan, dimana tahapan perencanaan terowongan ini dimaksudkan
sebagai panduan dalam pelaksanaan perencanaan terowongan.

• Berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun yang lalu dan pengaruh


kemajuan teknologi pada bidang-bidang lain yang berhubungan dengan
pengembangan proyek maka dirasa perlu untuk memperhatikan cara
penanganan yang lebih sistematis terarah dan terencana baik.

• Untuk ini diberikan gambaran urutan penanganan pengembangan


proyek terowongan secara sistematis dan mencoba memberikan prosedur
(tahapan) secara berurutan kegiatan atau pekerjaan apa yang perlu atau harus
dilakukan sebelum kegiatan lain.

1.2 Kriteria Desain Terowongan

Kriteria desain terowongan juga merupakan bagian dari modul kriteria


desain terowongan, dimana kriteria desain terowongan ini dimaksudkan sebagai
dasar atau standar dalam desain terowongan yang dalam hal ini sebagian besar
diambil dari Desain Of Tunnels For Water Resources Development oleh Prahlad
Das (Profesor Design (Civil) WRDTC) dan sebagian lagi dari Standar Kriteria
Perencanaan Irigasi.

1-1
BAB II
TAHAPAN PERENCANAAN TEROWONGAN

2.1 Umum

Berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun yang lalu dan dipengaruhi oleh


kemajuan teknologi pada bidang-bidang lain yang berhubungan dengan
pengembangan proyek maka dirasa perlu untuk memperhatikan cara penanganan
yang lebih sistematis, terarah dan terencana baik.

Karena semangat membangun yang menyala-nyala kadang-kadang lupa akan


sistematika penanganan pembangunan suatu proyek.

Hal ini sering mengakibatkan adanya kesulitan, ketidak lancaran dan hambatan dalam
pelaksanaan program tersebut (dari over positif menjadi negatif). Sebagai contoh,
membangun daerah irigasi langsung digali salurannya dan dibuat bangunan-
bangunannya berdasarkan pengamatan mata di lapangan, padahal pengukuran belum
diadakan. Atau setelah jaringan irigasi dibangun ternyata air yang tersedia
tidak mencukupi terhadap kebutuhan daerah irigasi yang direncanakan. Dan banyak
contoh lain yang semuanya disebabkan karena kurang sistematisnya pelaksanaan
program.

Untuk ini diberikan gambaran urutan penanganan pengembangan proyek secara


sistematis dan mencoba memberikan prosedur (tahapan) secara berurutan
kegiatan atau pekerjaan apa yang perlu atau harus dilakukan sebelum kegiatan
lainnya.

Prosedur tersebut diberikan terutama pada tahap perencanaan teknis saja. Akan tetapi
untuk memberikan gambaran yang bersifat informatif maka diberikan pula
kegiatan- kegiatan sebelum dan sesudahnya secara garis besar.

2.2 Tahapan Proyek

Di dalam menangani setiap proyek kita kenal yang disebut SIDLACOM,


suatu singkatan dari :
S = Survey (Perencanaan Umum)
I = Investigation (Pengukuran/
Penyelidikan)
D = Design (Perencanaan Teknis)
LA = Land Acquisition (Pembebasan
C = Tanah) Construction (Pelaksanaan)
O = Operation (Exploitasi/ Operasi)
M = Maintenance (Pemeliharaan)
SIDLACOM inilah yang dipakai sebagai pedoman pelaksanaan
pengembangan. Singkatan ini disebut sedemikian rupa sehingga secara garis besar
sudah merupakan urutan dari pada kegiatan yang perlu dilakukan. Dikatakan disini
perlu dilakukan karena kadang-kadang ada beberapa kegiatan yang ditiadakan
berhubung sesuatu hal yang sangat penting misalnya segi politik atau keamanan.

SIDLACOM sudah merupakan suatu urutan dari kegiatan, karena misalnya suatu
desain baru dilakukan setelah adanya investigasi sebagai data yang dipakai untuk
perencanaan teknis (Design).

Akan tetapi secara detail, suatu bagian kegiatan yang termasuk dalam salah satu
kelompok pekerjaan (misalnya kelompok pekerjaan survai) kadang-kadang
dilakukan ditengah-tengah kelompok pekerjaan lain, sehingga terdapat saling seling
(intermitten) sebagai contoh dari flowchart. Seperti terlampir dapat dilihat bahwa
khususnya mengenai kegiatan survai dan investigasi terdapat saling seling
dengan kegiatan- kegiatan lainnya yang termasuk dalam tahap desain.

Hal ini dimungkinkan karena sesuatu investigasi baru dapat dilakukan setelah
lokasi ditentukan. Sedangkan penentuan site ini termasuk dalam kegiatan desain.
Oleh karena itu, diatas telah disebutkan bahwa SIDLACOM merupakan pedoman
secara garis besarnya saja.

2.3 Tahapan Survai, Investigasi dan Desain Terowongan

Dengan penjelasan diatas, maka sebagai contoh untuk proyek terowongan pada tahap
perencanaan (SID) dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap studi dan tahap perencanaan
teknis. Kedua tahap ini diuraikan lagi menjadi taraf, di bawah ini dijelaskan ciri-
ciri utama dari tahap / taraf tersebut.

Tabel 2.3.1. TAHAP / TARAF DAN CIRI-CIRI


UTAMA

TAHAP/ TARAF CIRI-CIRI UTAMA

1. T AHAP ST UDI

1.1 Taraf Studi Awal - Ide untuk membangun terowongan,


dirumuskan di kantor berdasarkan
Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air di
Wilayah Sungai serta disesuaikan dengan
RTRW Nas/ Prop/ Kab/ Kota.

2-2
TAHAP/ TARAF CIRI-CIRI UTAMA

1.2 Taraf Studi Identifikasi - Identifikasi proyek dengan menentukan


nama proyek, Luas daerah proyek,
pemberitahuan kepada instansi-instansi
pemerintah yang berwenang serta pihak-
pihak lain yang akan dilibatkan dalam proyek
tersebut.
- Pekerjaan-pekerjaan teknis dan
perencanaan, dilakukan di kantor dan di
lapangan.

1.3 Taraf Studi Pengenalan - Kelayakan teknis dari proyek yang sedang
dipelajari
- Komponen dan aspek multisektor
dirumuskan
- Penjelasan mengenai aspek-aspek yang
belum dapat dipecahkan selama identifikasi
- Penentuan ruang lingkup studi yang akan
dilakukan lebih lanjut
- Pekerjaan lapangan dan kantor oleh tim
yang terdiri atas orang-orang dari
berbagai disiplin ilmu
- Perbandingan proyek-proyek alternatif
dilihat
dari segi perkiraan biaya dan
keuntungan yang dapat diperoleh
- Pemilihan alternatif untuk dipelajari lebih
lanjut
- Penentuan pengukuran dan penyelidikan
yang diperlukan
1.4 Taraf Studi Kelayakan - Analisis kelayakan dari segi teknis dan
ekonomis untuk proyek yang sedang
dirumuskan
- Menentukan batasan/ identifikasi proyek
dan
sekaligus menetapkan prasarana
yang diperlukan
- Mengajukan program pelaksanaan

2-3
TAHAP/ TARAF CIRI-CIRI UTAMA
- Ketepatan yang disyaratkan untuk aspek-
aspek teknis serupa dengan tingkat
ketepatan yang disyaratkan untuk
perencanaan pendahuluan
- Studi kelayakan membutuhkan
pengukuran
topografi, geoteknik dan kualitas tanah
secara ekstensif sebagaimana untuk
perencanaan pendahuluan
2. T AHAPAN PERENCANAAN
2.1 Taraf Perencanaan - Membutuhkan foto udara (kalau ada), peta
Pendahuluan situasi hasil pengukuran, penyelidikan
geologi dan mekanika tanah.
- Pembuatan tata letak terowongan, pra
rencana terowongan, perhitungan
debit banjir dan debit rencana.
- Kegiatan kantor dan pengecekan lapangan
dilakukan secara ekstensif

2.2 Taraf Perencanaan Detail - Penyiapan prarencana terowongan


Akhir - Penyelidikan uji model hidrolis
- Penyesuaian prarencana
terowongan terhadap hasil uji model hidrolis
- Pembuatan perencanaan detail akhir

2.4 Tahapan Masing-masing Pekerjaan Desain Terowongan

Untuk ahli desain terowongan yang harus diketahui adalah seperti di bawah ini :

2.4.1 Tahapan Penentuan Lokasi Rencana Terowongan


Bila dalam paket kontrak ada Penentuan Lokasi Rencana Terowongan
maka tahapan/ urutan pekerjaannya dapat dilihat pada (Gambar 2.1 Flowchart
Penentuan Lokasi Rencana Terowongan).

2.4.2 Tahapan Pra Rencana Terowongan


Bila dalam paket kontrak ada Pra Rencana Terowongan maka tahapan/ urutan
pekerjaannya dapat dilihat pada (Gambar 2.2 Flowchart Pra Rencana
Terowongan)

2-1
2.4.3 Tahapan Final Desain Terowongan
Bila dalam paket kontrak ada Final Desain Terowongan maka tahapan/ urutan
pekerjaannya dapat dilihat pada (Gambar 2.3 Flowchart Final Desain
Terowongan)

Start

Lokasi Masukan
dari Publik dan
Instansi Terkait

Lokasi Masukan
di Plot Dalam
Peta Top Cart

Tidak
Ass/ diskusi

Ya

Data RTRW dan


RP SDA WS

Lokasi Masukan
Disesuaikan dengan
RTRW dan RP SDA WS

Tidak
Ass/ diskusi

Ya

Persiapan Konsultasi
Publik dan Cheking
Lapangan

Pengumpulan Data Konsultasi Publik dan


Cheking Lapangan
Untuk Persyaratan Lembaga Terkait

Analisa Identifikasi tentang


Persyaratan

Tidak
Ass/ diskusi

Ya

Peta Lokasi Final


Rencana
Terowongan

Cetak/ Jilid

Penyerahan
hasil
Keterangan : Pekerjaan
Start
Aktivitas
Asistensi/ Diskusi
Penyerahan

Gambar 2.1 Flowchart Penentuan Lokasi Rencana Terowongan


Start

Pengumpulan Data

Pra Rencana
Lokasi Terowongan

Orientasi Lapangan

Cheking : Diskusi dengan Penentuan


Hidrolik, Sungai, PU/ Petani Lokasi
Geologi, Hasil Pemerintah Terowongan
Pengukuran Setempat

Inception Report

Diskusi/ Program Kerja

Kriteria Desain(D.C)

Tidak
Ass/ diskusi

Ya

Analisa Data Perhitungan Pra Penggambaran Pra


Hidrologi, dll Rencana Terowongan Rencana Terowongan

Tidak
Ass/ diskusi

Ya

Final Perhitungan Pra Final Penggambaran Pra


Rencana Terowongan Rencana Terowongan

Tidak
Ass/ diskusi

Ya

Cetak/ Jilid

Keterangan :
Start Aktivitas
Penyerahan
Asistensi/ Diskusi hasil
Penyerahan Pekerjaan

Gambar 2. 2 Flowchart Pra Rencana Terowongan


Start

Pengumpulan Data

Hasil Pra Rencana Hasil Penyelidikan Hasil Model Test


Terowongan GT/ MT Terowongan

Konsep Final
Desain Terowongan

Tidak
Ass/ diskusi

Ya

Orientasi Lapangan

Cheking Hasil Penentuan Final Diskusi dengan PU,


Pengukuran Cheking GT/
Lokasi Terowongan Pemerintah Setempat
MT

Inception Report

Diskusi
Program Kerja

Kriteria Desain

Tidak
Ass/ diskusi

Ya

Perhitungan Pemilihan Perhitungan Penggambaran


Hidrologi/ Hidrolik Jenis Stabilitas Final
Terowongan Konstruksi Terowongan Terowongan

Tidak
Ass/ diskusi

Ya

Perhitungan Perhitungan Program Pelaksanaan


Volume RAB Spesifikasi Teknis

Draft Report

Tidak
Ass/ diskusi

Ya

Cetak/ Jilid

Keterangan :
Start Aktivitas
Penyerahan
Asistensi/ Diskusi hasil
Penyerahan Pekerjaan

Gambar 2. 3 Flowchart Final Desain Terowongan


BAB III
KRITERIA DESAIN TEROWONGAN

3.1 PENDAHULUAN

Terowongan adalah bangunan dibawah permukaan tanah yang dibangun dengan cara
menerowong/ menggali lobang dengan cara khusus tanpa menggangu permukaan
tanah.

Tujuan utama dari pembuatan terowongan secara langs ung melengkapi


fasilitas transportasi penumpang atau barang melalui rintangan yang nyata.

Rintangan bisa berupa gunung/ pegunungan, genangan air, Kota yang padat penduduk
dan daerah industri, kemudian terowongan tersebut dibangun melalui bawah gunung/
pegunungan, sungai, selat, bangunan dan jalan raya.

Terowongan telah banyak memberikan andil sejak jaman dulu, semula


terowongan digunakan untuk tempat berlindung, kuburan, kuil dan tambang.

Setelah itu digunakan untuk jalannya aliran air, jalan kereta api, jalan raya dan
untuk tujuan khusus seperti membawa surat dikota besar seperti London. Pada
abad ke 20 telah dibangun di dasar laut jaringan terowongan untuk melayani
tenaga listrik dan suplai air bersih/ minum.

Angkatan bersenjata membangun terowongan digunakan untuk bermacam macam


keperluan mulai dari menyimpan bahan peledak/ alat perang dan stasiun tenaga listrik
dibawah tanah.

Teknik yang moderen dalam pembuatan terowongan telah dilakukan sewaktu


masa perluasan jaringan kereta api pada abad yang lalu dan mulai abad ke 20.
Pembuatan terowongan untuk rencana tenaga air membawa kebutuhan baru,
utamanya mengenai pembuatan terowongan dengan cepat, terowongan yang
kedap air, terowongan dengan kekuatan batu itu sendiri, cara moderen dalam
pengeboran dan peledakan dan mencegah kerusakan pada saat operasi. Pembuatan
terowongan pada masa sekarang dapat dilakukan lebih cepat dan lebih ekonomis
bila dibandingkan dengan 50 tahun yang lalu.

Tekanan grouting dan tekanan udara untuk keamanan pembuatan terowongan diatur
melalui tingkat tekanan air.

Perbaikan/ peningkatan mesin pompa telah dilakukan untuk mempermudah


pelaksanaan pembuatan terowongan.

3-1
Mekanik pengeboran tambang telah mempercepat pembuatan terowongan
pada batuan lunak dan tanah serta meningkatkan keamanan dan ekonomis.

Walaupun pembuatan terowongan selalu mengingatkan akan mahalnya


pelaksanaan dan operasinya serta memerlukan kewaspadaan yang tinggi.

3.2 Klasifikasi Terowongan

3.2.1 Tergantung dari fungsi terowongan

a) Terowongan lalu lintas


Berfungsi untuk lalu lintas kereta api, jalan raya, pejalan kaki, subway
dan sebagainya

b) Terowongan conveyance/
pengangkut
Berfungsi untuk ruangan tenaga listrik, mensuplisi air, menuju ke ruangan
tenaga listrik, untuk kabel listrik atau telepon dan sebagainya

c) Terowongan penampungan
Berfungsi untuk tempat parkir, tempat gardu listrik, tempat perlindungan,
rumah toko dan sebagainya

3.2.2 Pada proyek-proyek di lembah sungai

Kita tertarik dengan terowongan pada batu keras terutama hidroliknya


dimana baik untuk aliran bebas atau aliran bertekanan, dilining atau tidak
dilining dan mungkin untuk tujuan sebagai berikut :

a) Untuk menghubungkan dari sumber ke pengguna air atau


waduk b) Untuk suplisi air irigasi, peternakan, industri dan lain-lain
c) Untuk mengelakan air sungai pada saat pembuatan bendungan
(diversion tunnel)

Ini mungkin ditutup setelah pembangunan atau sebagian atau


seluruhnya dipakai untuk terowongan pengeluaran, untuk mengalirkan air
irigasi atau untuk terowongan bertekanan untuk menggerakkan turbin di
ruang tenaga listrik atau sebagai terowongan pelimpah untuk mengalirkan
debit banjir rencana

d) Untuk mengalirkan air dari pelimpah (Spillway


tunnel)
e) Untuk menahan tekanan, melepas tekanan, menahan pukulan air dan
lain- lain.
f) Membuang air dari ruang tenaga listrik yang ada di bawah
tanah
3-1
g) Untuk melepaskan tekanan air (Surge Shafts) biasanya dilengkapi
dengan bantalan untuk bila ada perubahan tekanan yang tiba-tiba
didalam terowongan bertekanan hasil dari perubahan keadaan operasi
turbin.

Proyek lembah sungai akan juga sering menghadapi beberapa pembuatan


terowongan untuk tujuan selain pengangkutan air (conveyance) yaitu untuk
drainasi dan untuk pelaksanaan grouting pada terowongan untuk
bendungan, terowongan penghubung untuk memfasilitasi pembuatan
terowongan utama atau untuk inspeksi dan pemeliharaan, terowongan
untuk melewatkan kabel dan ventilasi dan terowongan untuk membuat/
mengangkut peralatan/ mesin keruang tenaga listrik dibawah tanah.

3.3 Geologi dan Mekanika Batuan

3.3.1 Sifat sifat batuan

Batuan yang paling baik adalah batuan disamping homogen juga isotropic.
Walaupun batuan ada dalam tertekan secara alamiah akibat pembebanan yang
lama, sifat-sifatnya dapat dibagi menjadi 2 group/ kelas yaitu : Makro
geologi dan Mikro geologi.

Didalam makro geologi sifat-sifat batuan harus dicatat data-data tektonik


yang terjadi yang berhubungan dengan patahan, retakan/ pecahan dan lipatan,
pertambahan dan penyebaran dari retakan dan belahan dengan perhatian
khusus pada struktur yang dipikirkan/ direncanakan.

Selimut batuan khususnya mempunyai banyak pengaruh penting terhadap


elastisitas.

Serupa dengan ini ialah pengaruh dari potongan campuran atau


perembesan dari masa batuan.

Proses kerusakan atau perubahan akibat cuaca adalah penting dan


mungkin karakter dari hidrotermal, kimia dan mekanikal.

Kegiatan gempa daerah mungkin berarti, begitu juga cuaca yang lalu, sekarang
atau yang akan datang.

Akhirnya perubahan temperatur dan perubahan geohidrologi setempat juga


penting.

Diantara sifat sifat mikro geologi yaitu kepadatan, perembesan, kekuatan


terhadap tekan, geser dan tarik serta modul elastis, sebagai contoh : mudulus
muda (Young's mudulus), mengukur tekanan dilapangan, rasio
poisson/
poisson's ratio, mengukur ratio antara tegangan melintang dan tegangan
memanjang. Modulus elastisitas tergantung dari kepadatan dari batuan.

Perubahan bentuk meningkat dengan lamanya penekanan batuan, sehingga


waktu adalah faktor yang penting dalam mekanika batuan. Setelah
melebihi batas limit elastisitas batuan berkelakuan seperti material plastik
sampai terjadi rusak atau kegagalan.

3.3.2 Klasifikasi Batuan

a) Klasifikasi batuan seperti bahan struktur dengan membuka bagian bawah


permukaan tanah bukanlah hal yang mudah sebab batuan yang
mempunyai sifat anisotropy khusus physical constans tidak hanya
berbeda jurusan tetapi juga labil terhadap perubahan dan ditambah lagi
oleh terjadinya belah atau retak dan tanah liat (Clay) pecah-pecah dan
sebagainya.

b) Klasifikasi secara umum berikut ini adalah setelah terzagki dan


umumnya digunakan oleh para ahli kesatuan angkatan bersenjata (Zeni)
Amerika.

i Hard and intact rock (Batuan yang keras dan utuh) Batuan ini
tidak mempunyai retak-retak maupun retak halus dan pecah pada
potongan batuan berat.
Biasanya tidak diperlukan penyangga. Batuan ini termasuk batuan yang
masif dan kompak.

ii Moderately jointed rock (Batuan yang sedikit retak-retak). Batuan


ini mempunyai retak retak yang tidak terlalu dekat satu sama lain
dan kebanyakan masih mengikat.
Mungkin masih diperlukan penyangga. Tetapi hanya pada
tempat-
tempat tertentu

iii Stratified rock (Batuan sedimen berlapis)


Batuan berlapis yang mempunyai permukaan atau lapisan yang
relatif mudah lepas atau terpisah disebut. Ledding plans atau bidang
selimut tidak diperlukan penyangga atau perlu penyangga ringan
termasuk kelas batuan sedimen.

iv Blocky and seaing rock (Batuan blok/ bongkahan dan berbuih)


Lengkap dengan kimia, bongkahan besar atau kecil relatif tidak stabil
dengan tiga atau lebih retak-retak dan berbuih/ berpori. Diperlukan
penyangga.

v Crushed rock (Batuan pecah) Batuan pecahan yang jelek


dengan perubahan bentuk. Bila dianjurkan berlaku seperti batuan utuh.
Bila tidak
dianjurkan berlaku seperti pasir yang dipadatkan dan sangat
diperlukan penyangga.

vi Schistocs rock (Batuan Schistocs) Batuan mika dengan tempat


yang dekat, sepanjang permukaan yang pecah yang mudah terpisah
dapat efektif, penyangga diperlukan tergantung dari kekerasan batuan
dan penyebarannya.

vii Squeezing rock (Batuan tertekan) Batuan terdiri dari mineral


lempung yang cukup menyebabkan batuan menekan atau mengalir
ke terowongan. Selalu sangat diperlukan penyangga.

viii Swelling rock (Batuan Bongkah) Tidak mengalami perluasan tanpa


aliran yang disebabkan tekanan mineral lempung (clay) (morillonite)
atau anhydsite. Diperlukan penyangga yang berat.

ix Popping rock (Batuan Popping) Batuan dengan tekanan kedalam yang


berlebihan seperti yang disebabkan ledakan setempat. Biasanya terjadi
pada tipe i) dan ii). Diperlukan penyangga yang ringan. Tidak ada
batasan yang jelas antara katagori dan sifat-sifat batuan diatas, diantara
batuan yang ada mungkin terletak diantara klasifikasi yang satu dengan
yang lain.

c) Berdasarkan sifat elastisnya tipe batuan dapat diklasifikasikan oleh


Delarus dan Mariotti menjadi beberapa group seperti berikut :

1. Hard and solid rock (Batuan keras dan kompak) Batuan tersebut
mungkin mengacu kira-kira seperti bahan yang elastis (lihat
Gambar
3.3.1.a)
Gambar 3.3.1 Typical Load
2 Fissured Massive rock (Batuan kompak terbelah) Batuan
mengalami perubahan bentuk yang besar sekali (pada saat pemadatan)
pada pembebanan yang pertama tetapi dengan ulangan pembebanan
lebih kurang berkelakuan elastis ketika beban diulangi.

3 Soft or plastic Rock (Batuan lunak atau plastis) Batuan didalam


bangunan yang dihancurkan melebihi batas beban tertentu
dan menimbulkan sisa (yang tidak dapat diubah) perubahan
bentuk meningkat jarak setiap perputaran pembebanan secara berturut
turut.

Klasifikasi dibawah ini juga cocok untuk desain kapasitas


seperti perhitungan matematik tiga tipe yang berbeda :
a) Tipe batuan dapat digrouting
b) Tipe batuan yang dapat diubah
c) Tipe batuan digrouting dgn tekanan

Gambar 3.3.2 Location of Tunnels in Different Formations (After Szechy


12)

3.3.3 Pengaruh dari struktur pegunungan terhadap pembuatan terowongan.


Pengaruh dari struktur terowongan di pegunungan sama sekali tidak
ada pembentukan stratifikasi lebih banyak menguntungkan untuk
terowongan dari pada batuan yang terdiri dari beberapa lapisan atau serpih
atau masa yang berisi butir butir kecil yang bervariasi tingkat terjadinya
batuan tadi.

Batuan beku yang kompak sepertinya membuat masalah yang kecil/ sedikit.
Batuan keras dan getas (mudah pecah/ tidak elastis) dengan tekanan
yang tinggi memberikan masalah popping.
Batuan dengan campuran kwarsa didalam hal pengeboran berjalan
sangat lambat. Efek yang merugikan dari stratifikasi adalah lebih nyata
menetapkan
dan mencairkan yang lebih baik dari lapisan. Arah dan kedalaman dari
lapisan terhadap terowongan adalah penting dan juga terhadap jumlah dan
posisi dari retakan. Batuan yang dalam dan curam biasanya memberikan
masalah jauh lebih sedikit ketika as terowongan normal terhadap garis lurus,
kemudian bila kedua garis tersebut sejajar atau mendekati sejajar.

Batuan berlapis yang horisontal terkena jatuhan yang berat, bila retakan
sejajar as terowongan, tetapi dapat stabil secara tidak terduga bila batuan itu
normal walaupun pembentukan lapisan tipis.

Pembentukan batuan tidak selalu konstan sifatnya untuk jarak jauh.


Pembuatan terowongan dapat tiba tiba menemukan patahan atau lipatan
berat dan tidak hanya menemukan bidang lapisan yang sangat luas
pada kecenderungannya, tetapi terowongan mungkin melalui sejumlah
perbedaan bentuk dengan permasalahannya.

Dalam hal lipatan bila terowongan harus m engikuti arah yang


lurus, terowongan harus selalu terletak pada antiklin hingga
terowongan akan melalui potongan lipatan kemudian menurunkan tekanan,
pada hal syklin terowongan akan menampakkan tekanan yang berlebihan dari
kedua sisi dan dalam hal penambahan tekanan air akan ada peningkatan
bahaya aliran air masuk terowongan. Patahan dengan daerah pecahannya
dapat memberikan peningkatan kesulitan yang sangat serius, mungkin masih
bekerja dan menyebabkan retak/ patahnya terowongan dalam hal ini
mungkin sebaiknya menghindari arah/ jalur tersebut.

Mungkin dialami dan masuknya sejumlah air dan mungkin dengan


adanya tekanan pada saat konstruksi masalah yang serius, deviasi yang
besar sekali dari terowongan mungkin membenarkan dalam usaha
memotong securam mungkin dan membatasi masalah kemungkinan
pengurangan panjang (sependek mungkin).

Adanya lembah tertimbun mungkin mengurangi selimut batuan dibawah


pengamanan minimum.

3.4 Teori tekanan pada terowongan batu

3.4.1 Pratekan Pada Batuan.

Batuan alami/ asli, khususnya yang terletak jauh dibawah permukaan


efektif menerima tekanan dari berat yang ada diatasnya dan dari berat
dirinya sendiri.
Tegangan sebelum dibangunnya terowongan didalam masa batuan yang
disebabkan terkurungnya sisa yang terkunci/ tertimbun. Mereka mungkin
menekan lebih lanjut disebabkan tekanan dari gerakan alam.

Pratekan pada batuan ini disebut tekanan gunung asli, bila tekanan mencapai
harga sangat tinggi jauh pada kelebihan dari titik lapangannya.

Segera setelah partikel batuan berubah bergerak (pada pembukaan dari


lubang tekanan utama setempat meningkat lebih lanjut
disebabkan penyebaran kembali tekanan) pemindahan terjadi yang
menimbulkan bentuk ledakan/ letusan batuan pada sisi dinding atau pada
bagian atap/ puncak dan lantai atau aliran plastis atau krip tergantung
dari perubahan bentuk karakteristik dari batuan. Pemindahan mungkin
hanya pada elastis alam atau elastis limit dari batuan yang tidak melebihi
dari pertimbangan tekanan grafitasi yang bekerja pada eleman dari
volume pada bidang bulat plastis linier. Phillips memperlihatkan bahwa
bagian dari tekanan adalah (komponen vertikal v dan komponen horisontal
h).

Pada kedalaman yang kecil dibandingkan dengan jari-jari dari bulatan


yang diberikan oleh :

v = Wr . H (4.1)
h = K . v = {(u) / (1-u)} . v = {(1)/(m-1)} . v (4.2)

dimana :
Wr = Berat jenis batuan
H = Kedalaman vertikal
u = Poisson's ratio
m = 1/u = Poisson's number

Hampir semua batuan mempunyai Poisson's ratio diantara 0,2 - 0,33.


Jadi
h/ v = (dari persamaan diatas didapat diantara 0,25 -
0,5).

Hubungan ini tidak selalu cocok untuk batuan yang kita dapatkan
dialam/ lapangan, dimana tidak selalu homogen maupun selalu elastis sekali
dan mungkin tekanan dari gempa tektonik juga. Heim adalah Profesor geologi
dari Zurich yang mendalami mengenai pelaksanaan beberapa terowongan
besar di Alpine, mendapatkan hasil/ berkesimpulan bahwa pada
kedalaman yang cukup dalam pembagian tekanan adalah tekanan air
(hidrostatis) dimana K = 1 Jaeger menyetujui dengan hipotesa dari Heim
tentang masa batuan jauh dibawah permukaan.
Terzaghi dan Richart menyatakan bahwa harga dari K pada rumus
diatas akan tergantung dari sifat-sifat batuan, selimut batuan, sejarah
geologi dan sebagainya.

Pada lapisan horisontal dari batuan sedimen, bila retakan rambut pada sudut
yang benar terhadap selimut yang ada, batuan terhadap tekanan
horisontal dan harga K yang mendekati nol. Penyelesaian yang sama
diterapkan pada batuan beku karena pemanasan seperti basalt yang
terdiri dari retak-retak halus hasil dari penyusutan pada saat proses
pendinginan dan batuan beku karena pemanasan yang solid pada proses
menengah beberapa batuan granite mestinya pada katagori ini.

Bila proses geologi lapisan tidak terganggu dari batuan sedimen


kadang- kadang menghasilkan kelebihan galian (dari diameter rencana)
yang tebal, harga K nya berkisar antara seperti yang dihasilkan rumus diatas
dan pendekatan harganya ke satuan. Batuan metamorphic yang dibentuk
pada tempat yang dalam dengan proses pengkristalan kembali pada
temperatur yang tinggi dan terjadinya lipatan dan patahan oleh tekanan
samping dengan arah dan intensitas yang tidak diketahui. Batuan
katagori ini mungkin mempunyai harga K yang cocok dengan ketegangan
bahan.

3. 4.2 Tegangan Batuan Disekeliling Terowongan

Penyelesaian secara pasti untuk tekanan disekeliling lubang lingkaran


media plastik pada tekanan biaxial diberikan oleh rumus berikut :

r = 1/2(h +  v) (1-a2/r2) + 1/2(h-v)(1-4a2/r2 + 3a4/r4).cos 2 (4.3)


o = 1/2(h + v) (1 - a2/r2) + 1/2( h - v)(1 - 3a4/r4).cos 2 (4.4)
ro = 1/2(h + v) (1 + 2a2/r2- 3a4/r4).2 cos  (4.5)

dimana :
r = Tegangan Radial

o = Tegangan Tangensial ( t )
r = Tegangan Geser pada permukaan r - 
h = Tegangan horisontal = K.v = (u)/(1-u)}v = {1/(m-
1)}v
v = Tegangan Vertikal = Wr . H
a = Jari-jari Lubang
r dan o = Koordinat Polar

Keliling Lubang ( r = a )
U = 1/E[(h + v) a + 2( h + v) a cos 2 (4.6)
U' = ( 1 - u2)2 . U (4.7)

dimana :

U = Perubahan bentuk Radial untuk keadaan tidak ada


pengekangan
dinding
U' = Perubahan bentuk Radial untuk keadaan pengekangan
dinding lengkap
E = Modulus Elastisitas
u = Poisson's Ratio

Rumus diatas terlihat bahwa tegangan disekeliling yang terbuka bebas


dari bahan elastis konstan dan (r/a hanya jarak yang cocok dari batas ke
lubang) Konsentrasi tekanan sepanjang horisontal dan vertikal as
terowongan pada uniaxial (k = 0) dan biaxial horisontal (K = 1) Tegangan
dilapangan lihat pada gambar 3.4.1.

Gambar 3.4.1 Axial Stress Cocentration for a Circular Hole in Biaxial


Stress
Field [After Obert & Duvall (13)]

Untuk pembebanan vertikal pada keliling dari Untuk pembebanan vertikal


pada keliling dari lubang t = -v (gaya regang/ tarik) pada diameter OY
dan
t = 3 v pada diameter OX dan r =
0
Untuk beban hidrostatis t = 2 v (tegangan tekan) dan r = 0
sepanjang keadaan bor. Konsentrasi tegangan secara cepat menurun
dari bor dan menjadi dapat diabaikan diluar 2 atau 3 kali dimensi
terowongan terbesar sebagai contoh 4a sampai 6a, pada
Gambar 3.4.2 Boundary-Stress Concentration for a Circular Hole In a
Biaxial
Stress Field [After Obert & Duvall (13)].

gambar 3.4.2 terlihat tangensial dan pem bagian tegangan geser minimum
di batas luar. Grafik lengkung antara y mak dan v juga memberikan untuk K
= 0 dan K = 1.
Gaya geser maksimum terjadi pada arah 450 ke tangen pada setiap
titik dibatas luar.

3.4.3 Mekanika Hancurnya Batuan Didalam Rongga/ Ruang.

1) Hancurnya Batuan
Rapuh

Disebabkan konsentrasi tegangan yang ada pada/ atau dekat


permukaan di bawah tanah yang terbuka maka kehancuran/ kegagalan
hampir semua seperti dimulai dari tegangan tinggi.
Selain itu tekanan pada batas dari permukaan dimana mana disebabkan
komponen horisontal dari tekanan asli dilapangan normalnya sebesar
lebih dari v / (m-1).
Juga tekanan normal ke dan pada permukaan adalah
nol.

Dibawah batasan ini lebih banyak batuan akan gagal seperti bahan rapuh
oleh patahan pecahan yang disebabkan kelelahan ikatan antar
molekul, sisa perubahan bentuk prateknya adalah nol.

Seperti keadaan kegagalan/ kerusakan digambarkan terbaik oleh


teori
Mohr.
Teori ini menetapkan bahwa material akan gagal ketika tegangan geser o
pada permukaan yang pecah mencapai harga batas, tergantung dari
penekanan tekanan normal o bekerja pada permukaan itu

ketika tegangan tarik normal o mencapai harga batas o.

o = f (  o )
o regang / tarik = To

Jadi batu akan gagal pada tegangan ketika tekanan tarik


melebihi tegangan tarik yang dijinkan o atau pada tegangan geser
dimana harga tekanan tekan sama dengan tegangan tekan yang diijinkan
untuk batu.

Sampul pecah dari mohr’s o = f (o) terlihat sebagai AB atau CD


didalam diagram Mohr (Gambar 3.4.3)

Gambar 3.4.3 Mohr’s Fracture Envelope [After Obert & Duvall


(13)]

Sampul kira-kira berbentuk linier untuk banyak tipe batuan dan grafik
lengkung untuk yang lain.

Kegagalan disebabkan kelelahan ikatan antara molekul akan terjadi setiap


waktu, lingkaran menyinggung sampul Mohr.

Pengaruh dari tekanan pori menggantikan lingkaran Mohr dengan


sejumlah tekanan pori.
Perbedaan tekanan ( 3 - 1) dan kemiringan sisa sampul tidak
diubah.
2) Kegagalan Plastik

Kegagalan plastik termasuk semua tipe kegagalan yang diambil tanpa


merubah volume dan kelelahan ikatan molekul sejenis (aliran, krib, plastik,
longsor dan sebagainya) yang disertai oleh teori perubahan bentuk
tak terbatas yang besar.

Pernyataan tekanan pada titik didalam tubuh batuan dimana


menghasilkan plastik adalah tentang dimulai dari sistem koordinat dimana
saja, oleh karena itu fungsi dari tekanan prinsip adalah
f (1,  2,  3 ) = 0

Didapat permukaan sampai tubuh batuan ditekan yang dibagi menjadi


2 daerah yaitu penghasil plastik atau adanya kebiasaan dalam
keadaan elastis pada satu sisi dan kebiasaan plastik pada sisi yang lain.

Kriteria Tresea tentang penghasil plastik adalah berdasarkan


tegangan geser maksimum.

Bila 1 > 2 > 3 tegangan geser maksimum adalah 1/2(1-3)


dan Kriteria Tresea 1/2 (1-2) = Y dimana : Y adalah perkiraan
menjadi konstan untuk material.

Kriteria ini sering digunakan sebab kesederhanaannya, ges ekan


dalam diabaikan/ dihilangkan dan oleh karena itu memberikan hasil yang
pesimis untuk batuan.

3) Kegagalan Disepanjang Permukaan Yang Lemah


Perubahan bentuk dan pemindahan disebabkan terjadinya longsor
mekanik dimana tekanan timbul pada celah yang ada melampaui
gaya gesekan pasif.

3.4.4 Penyebaran Tekanan Air Pada Batuan

1) Untuk hal yang umum dari silinder tebal dari bahan elastis yang
sempurna dari jari-jari sebelah dalam a dan jari-jari sebelah luar b
dan pokok tekanan kedalam yang seragam pi dan tekanan keluar po
(Gambar 3.4.5).
Gambar 3.4.4 Plastis Fairlure
Cycrle
Gambar 3.4.5 Thick Wall Cylinder With Uniform Pressures On
Inside and Outside Surfaces

Keadaan tekanan dan perubahan bentuk pada titik sejauh r dari pusat .

a 2 pi  b 2 po 1  a .b ( po  pi 
2 2
Tegangan Radial = r    (4.8)
b 2  a 22 b 2  a 
  2
Tegangan Gelinding =

 a 2 pi  b 2 po   a 2  b 2 ( po  pi) 
o atau t      (4.9)
 b 
2 a
  b 
2 a

Tegangan Geser Tro = 0 (dimana-mana)

Perpindahan Radial

a b   pi .1   (4.10)


1  2

E(b  a )
2
 2

2  a pi  b po .1  
2

po 
2

.r  r

Terowongan batu dapat dipertimbangkan sebagai silinder tebal jari-jari


sebelah dalam a dan jari-jari sebelah luar tak terbatas, kemudian
tegangan dan pemindahan radial pada batuan disebabkan oleh
tekanan air kedalam p dari rumus diatas menjadi :

a2
Tegangan radial r   p 2 (Tekan) (4.11)

a2
Tegangan Gelinding t   p 2 (Tarik) (4.12)

Pemindahan Radial pada  = a
pa.(1   ) pa  m  1 
    (4.13)
E E  m 
Rumus diatas akan dipegang baik untuk batuan yang kompak dan keras.

Untuk batuan dengan celah-celah radial, tegangan menurun


kebalikan dengan r. 

2) Dalam hal batuan plastis (pertimbangan St. Venant tentang elastis plastis,
bahan yang mempunyai plastis yang sempurna untuk tegangan dibawah
batas tertentu dan sebagai plastic yang sempurna, untuk tegangan sama
dengan batas tertentu), pemecahan yang lengkap dari tegangan untuk
terowongan bulat didalam tekanan hidrostatis telah diberikan oleh
Fara dan Wright berdasarkan pada kriteria Tresca’s.

a. Hanya Tekanan Batuan

Hasil perkiraan tegangan geser merupakan beberapa fungsi


tekanan yang diterapkan (penerapan tekanan).

y = h’ . p

r" 2.h'.p.log e.
r
a
 r Daerah Plastis C  r  a (4.14)
 "  2.h'.p .1  log e. 
 a

 r
z"  h'.p 1. 2. log e. 
 a

 2

r'  p 1 h' a .e(1  h' ) /
 
2 h'


 '  p  h' a  Daerah Elastis r  a (4.15)
 2 .e(1  h' ) /
h'
z'  2.r. p  2 
C = a . e (a-h’) / 2.h’ (4.16)
Gambar 3.4.7 Stress Distribution Around Cylindrical Tunnel in
Elastoplastis Rock [After Obert & Duvall (13)].

Grafik dari hasil elastis plastis terlihat pada. Gambar 3.4.7 bersama
dengan hasil elastis yang sempurna (h’ = 1.0).
Untuk batuan plastis daerah tergangu sangat

luas. b. Tekanan air kedalam (Gambar 3.4.6)

Gambar 3.4.6 Plastis Region & Elastic Region


Untuk hanya tekanan air kedalam (p) rumus diatas menjadi :

r
r" 2h' p.log .e 
pa
r
" 2h' p.(1  log .e )  Daerah Plastis C  r  a (4.14.a)
pa
r
z" h' p.(1  2.log .e ) 
pa
a2
r'  h' p. 2 .e.(1  h' ) / h'

2
a
 '  h' p. 2 .e.(1  h' ) / Daerah Elastis r  C (4.15.a)
r h'

z'  0
Rumus 4.16 sisa yang tidak diganti

Bila h’ = 1 (untuk batuan elastis saempurna) C = a


Kemudian :

a2
r'  p 2 (Tekan) dan
r
a2
r '   p 2 (Tarik)
r

Contoh sama seperti rumus 4.11 dan 4.12

3.4.5 Tegangan sekitar Terowongan Bertekanan

Pembagian/ komponen tegangan yang nyata disekeliling batuan adalah


tekanan terowongan didapat dengan menambahkan tegangan yang
disebabkan oleh penekanan batuan (sub bab 3.4.2) dan oleh tekanan air (sub
bab 3.4.4).

Akan terletak bahwa untuk tekanan hidrostatis batuan (Teori


Heinz).

Bila tekanan air p sama dengan pra tegangan tekan p*, keadaan
umum batuan, sebelumnya penggalian dari batuan akan diperbaiki.
Untuk keadaan pra-tegangan yang lain posisi akan
berbeda.

3.4.6 Kebutuhan kelebihan galian batuan pada terowongan bertekanan.

Keadaan p < p* peranan peraturan sangat menonjol untuk kelebihan


galian minimum diatas terowongan.
H = Fs . h / Ws
Dimana : H = Menunjukkan dalamnya kelebihan
galian
Ws = Berat jenis batuan
h = tinggi tekanan air dan
Fs = Faktor keamanan

Bila Fs = 1 terowongan masih aman, disediakan bahwa batuan


berkualitas baik dan geolagi mempunyai lapisan tidak menyerapkan air dari
terowongan.

Didalam hal yang paling banyak, bila ada keraguan mengenai kwalitas dari
batuan dan berbahaya terhadap peresapan, harga dan Fs diantara 2,5
sampai 5, mungkin lebih baik diambil untuk kemanan yang paling tinggi.

Kebanyakan tergantung dari garis tinggi dari bawah tanah diatas


terowongan dari pada informasi geologi detail.

Peraturan yang sangat menonjol adalah hanya berdasarkan pada


keamanan dan pada uplift.

Diperlukan pengecekan keamanan dari batuan dan juga kerusakan


dengan tegangan tarik yang melebihi yang diijinkan.

Pertimbangan batuan keras pada kedalamannya (H – x) dibawah


permukaan
(gambar 3.4.8).
Gambar 3.4.8 Fissured Rock [After Jaeger
(12)]
Tegangan tekan disebabkan karena pra-tekan dari batuan.

v  Wr.(H  x)
h  K.Wr.(H  x) dengan K < 1

Selain dari itu pada jarak x dari pusat terowongan, tegangan tarik bundaran/
keliling t disebabkan tekanan air.
t   p.(a x )2  r

Tidak akan ada pecah karena tegangan tarik pada kedalaman (H – x1) bila t
< h atau p (a/x1)2 < k Wr (H – x1).

Subtitusi : x1 = H / n
p = 1 . w . H
dimana w = berat jenis air
kemudian  1 < (H/a)² . K.(Wr/w).(n-1)/n3

Perhitungan diatas tegangan tarik yang diijinkan dari batuan f


pada kedalaman (H – x1) sudah dihilangkan.

Pengaruhnya tidak cukup besar bila H > 100 meter.

Untuk kedalaman yang kurang batuan meningkat

hasilnya. Bila kekuatan dari batu dipertimbangkan rumus

menjadi :

Wr n 3 1  f2.H2
H2
1  K
a w a a n
(4.17)

Keadaan batuan pada kedalaman (H - x1), batuan tidak meningkat hasilnya.

r  p.(a x1) 2 LW1.(H  (4.18)


x1)

Pada batuan yang pecah (gambar 3.4.9) dengan pecahan radial


tegangan menurun kebalikan dengan x.

Keadaan sekarang dipertimbangkan bahwa pada kedalaman x2 = H/n


diatas pecahan garis pusat terowongan yang disebabkan oleh tegangan
lingkaran
tarik tidak akan terjadi atau :

a
p   2.n  1  K (H  x2).Wr 
f x 2

atau :
2 
K . 
2 f Wr H n
(4.19)
    n.wa
2
 w  a  n 

 a 
dan untuk keamanan melawan uplift p .L.Wr .(H 
x2) 
(4.20)
 x2 
Pada kedalaman yang lebih dalam dengan f kecil dan dapat dihilangkan
bila dibandingkan dengan p.

1 H

 2 n.a

Biasanya rumus 4.17 dan 4.19 menentukan lebih keras keadaannya dari
pada uplift (Rumus 4.18 dan 4.20). Oleh karena itu pencegahan pecah-pecah
pada batu adalah keadaan diluar keputusan keadaan kelebihan galian.

Bila terowongan di lining, tekan harus dipertimbangkan runtuhnya dari batu


ke lining.

Perhitungan serupa dapat dibuat untuk batuan plastis dengan batuan


rumus pada sub bab 3.4.4.

Menghilangkan tegangan tarik dari batuan dan membuat perkiraan bahwa k =


0,7, berat jenis batu = 2,5 dan n = 3 (keamanan ditentukan pada titik H/3
dari pusat terowongan) kita dengan hasil-hasil berikut :

Rasio dari selimut Rasio yang diijinkan minimum dari


batuan dan radius tekanan hidrodinamik tinggi kedalam
terowongan (H/a) selimut
batuan batuanbatuan pecah
keras Batuan plastis
5 3,2 1,95 1,88
10 13 3,9 3,4
100 1300 39 8,2

Daftar diatas dengan jelas terlihat sangat penting dari kualitas batuan dan
kekuatan batuan.

Bila menentukan kebutuhan kelebihan galian untuk mencegah tekanan


terowongan.

Batu plastis mungkin kokoh kurang aman dari pada batuan pecah.
Batuan pecah kurang aman dari pada batuan kompak, yang juga penting
yaitu meningkatkan kekuatan batuan dengan jalan grouting.
Gambar 3.4.9 Fissured Rock

3.5 INSTRUMENTASI / PERALATAN MEKANIK


BATUAN

3.5.1 Tujuan dari peralatan mekanik batuan diterowongan ada 2.

1) Menyediakan data dasar untuk desain terowongan dan liningnya serta


penyangganya

2) Menyediakan data untuk kontrol keamanan dan ekonomis dari penyangga


terowongan selama penggalian

Disamping data geologi, informasi yang dibutuhkan untuk mencapai


hal tersebut diatas adalah :
a. Tekanan pada masa batuan
b. Tegangan yang diijinkan untuk masa batuan dan sepanjang
permukaan yang lemah
c. Mudulus perubahan bentuk dari masa batuan
d. Tekanan dan beban pada penyangga dan lining

3.5.2 Instrumentasi/ Peralatan Untuk Mengukur Perubahan Bentuk.

Untuk mengukur perubahan bentuk akibat tekanan, digunakan tipe


peralatan sebagai berikut :

1) Mesin pengukur perubahan bentuk (Mechanical deformeter atau


Extentionmeters) (Sensing device - Micrometer head, dral gauge) dan
sebagainya
2) Linear variable differential transformer, a transducer untuk pemindahan
ukuran kecil pada perubahan kecepatan listrik
3) Pengukuran tekanan dengan tahanan listrik (Electrical resistance
strain gauge)
4) Pengukur tekanan dengan getaran senar atau kawat Vibrating wire
or
acuistic, strain gauge
5) Optical strain gauge (pengukuran tekanan
optik)
6) Photo elastic strain gauge (pengukur tekanan photo elastis)
Pengukuran tekanan sangat sensitif tetapi mempunyai beda jarak yang
sangat kecil

Alat yang biasa digunakan untuk mengukur bermacam -macam


tekanan dengan kesensitipannya, jarak dari pengukur panjang dan panjang
pengukurannya adalah :

Tabel : 3.5.1. Daftar Alat Pengukur


Tekanan

Strain Jarak
Jarak
Sensitivity Magnific Panjang
Tipe Alat Pengukur
(Micro ation Pengukur
(inches)
Strain) (inches)

Dial indicator 50 750 - 0,25

Different Transformer 10 - 1/2 - 6 0,05-3,0

Resistan wire (Carlson) 2-6 2000 - 1/6 - 6 0,0012-


3000 0,12
Vibrating wire (Mailock) 1 10000 4 0,004

Optical (Tackerman) 4 2500 1/4 - 4 0,0045


1'' gauge
Photo elastic (Linear) 70 - 1-2 -

3.5.3 Tekanan Pada Masa Batuan

Tekanan pada batuan pada permukaan atau dekat permukaan dan


didalam masa batuan dapat diukur dengan cara berikut ini :

1) Cara Santai Tekanan Penuh


Prinsip cara penggunaan adalah cara tekanan melalui lobang bor inti
(atau cara informasi dari lobang bor)

Pada cara ini lobang bor biasanya berdiameter 1,5 inchi dibor
dengan menekan batuan setiap jarak diameter terowongan atau lebih.
Pada lobang ini ditetapkan alat untuk mengukur tekanan yang terjadi
ketika alat pengembangan disekeliling terowongan seperti
dihubungkan dari tekanan medan.

Lobang didapatkan dengan jalan pengeboran lobang yang lebih besar


(biasanya 6 inchi = 15 cm) disekeliling pipa bor digunakan berlian yang
berdiameter lebih besar (gambar 3.5.1)

Gambar 3.5.1 Determinantion of Absolute Stress By The Over


Cooring
Prosedure

Ukuran ketegangan atau pengukuran disusun untuk memberikan


ketegangan dalam tiga arah pada 600 dari mana pokok ketegangan
dan arahnya dapat ditentukan dengan bantuan rumus 4.6 atau 4.9
tergantung dari sisi yang mendesak (untuk lobang bor normal ke
dan pada permukaan rumus 4.6 akan dapat dipakai) dan mengetahui E
dan u untuk masa batuan.

Dengan mengulangi proses tegangan pada kedalaman yang terdalam


dapat ditentukan untuk mengetahui secara lengkap pengukuran tegangan
batuan paling tidak biasanya dibutuhkan 2 lobang bor.

Dengan pengukuran khusus dan hanya satu lobang bor bebas


tegangan didapat secara lengkap.

Dengan pengukuran khusus dan lobang bor ukuran terbesar, cara ini
telah digunakan untuk menentukan tegangan pada kedalaman hingga
300 feet
= 90 m dari permukaan batuan
2) Cara Pengendoran Tegangan Sebagian

Cara ini cocok untuk mengukur tegangan pada batuan keras, alat
pengukuran perpanjangan (extensometers) atau pengukuran tegangan,
disini disusun pada susunan delta (gambar 3.5.2)

Gambar 3.5.2 Stress Relieving Borehole [After Czechy (12)]

Membebaskan tegangan lobang bor kemudian di bor dibagian tengah.

Lobang bor harus cukup kecil dibandingkan dengan pengukuran

panjang
dari alat untuk hasil pengurangan tegangan tidak melebihi 1/3 dari
nilai asli, sehingga penyelidikan sisa daerah adalah elastis lengkap (jadi
mendekati ancer-ancer nilai E dan u yang didapat dari contoh batuan).

Pada panjang samping hasil yang memuaskan 200 mm telah didapat


dengan menggunakan lubang bor 56 mm

3) Cara Perbaikan Tegangan

Cara ini tidak dibutuhkan untuk pengetahuan jenis jenis elastis dari batuan
dan cara pengukuran tegangan yang nyata

a. Cara Dongkrak Datar Atau


Celah.
Pada cara ini sebagian keringanan tegangan ditetapkan dengan
memotong celah (pengeboran garis lobang berlebihan) mendekati
ketegangan ukuran perkiraan (gambar 3.5.3)
Gambar 3.5.3 Typical Flat Jack
Installation

Keringanan dihapuskan dengan memasukan dongkrak datar


(tipe
Freysinet) kedalam celah dan peningkatan
tekanan

Tekanan dongkrak datar pada null diambil sama dengan tekanan


normal ke bidang dongkrak yang diadakan pada batuan sebelum celah
patah. Panek dan Stock memperlihatkan dengan percobaan
bahwa untuk keadaan ini memuaskan untuk dongkrak datar segi
empat rasio L/W (gambar 3.6.3) harus lebih kecil dari 1/2.

Pada setiap lokasi dongkrak datar menyimpan 3 arah tegak lurus


yang menentukan dasar tekanan pada semua arah tersebut.

Sebab kesulitan didalam pemotongan celah yang dalam maka


caranya dibatasi dalam pemakaian alat pengukuran permulaan.

Hal tersebut kurang sensitif terhadap variasi tegangan lokal dan


lebih baik mengambil batuan lunak (tidak elastis)

b. Cara Dongkrak Bentuk Silinder

Cara ini digunakan untuk mengukur tegangan pada


kedalaman.

Lubang bor 185 mm dibor pertama sampai kedalaman tertentu dengan


tegangan yang dibatalkan dan alat pengukur tegangan
dikosongkan, dalam posisi pengendoran tenaga sebagian didapat
dengan jalan pertama, kemudian merendahkan dongkrak silinder
kedalam lubang, pengeboran lubang yang ada berukuran 56 mm.
Dan menaikan tekanan mengosongkan
pengendoran
4) Persiapan Cara Gelombang Suara

Pada bahan elastis sempurna, kecepatan persiapan konstan dan


bebas dari sebagian tegangan pada bahan ini tidak begitu untuk
bahan yang tidak elastis sempurna seperti batuan

Kecepatan telah didapat untuk meningkatkan besarnya tekanan yang


umum pada batuan.

Gambar 3.5.4 Stress Determination on The Basis of Volocity of


Sound
Propagation (Habib & Dowance)

Habib dan Dowance (gambar 3.5.4) mendapatkan bahwa perubahan


kecepatan dalam presen yang kecil dari gelombang suara sesuai dengan
perubahan tegangan tekan dari beberapa ratus Kg/cm 2.

Demikian hubungan dapat digunakan hanya untuk perkiraan


kasar.

3.5.4 Tegangan Batuan

Tegangan tarik, tekan dan geser, mudulus elastis dan rasio Poisson
dari contoh batuan ditetapkan di laboratorium dengan prosedur seperti
untuk beton.

Remuk geser pada masa batuan biasanya terletak pada sepanjang bidang
yang lebih lemah dan parameter paling penting dari tegangan batuan
yang diizinkan, jadi kohesi dari potongan bidang ini dan tahanan geser
sepanjang permukaan longsor.

Percobaan geser dilapangan dari volume batuan yang besar sangat sulit
dilakukan, oleh karena itu biasanya lebih suka melakukan dalam jumlah besar
percobaan pada contoh kecil di laboratorium dan mengevaluasi hasil dalam
bentuk statistik.
Cara tegangan kabel telah disarankan oleh Jaeger. Untuk
menetapkan tegangan geser triaxial sebelum dan sesudah grouting (gambar
3.5.7).

Gambar 3.5.7 Cable Stressing Method For Inside Shear


Srtength
[After Jacger (2)]

Dengan kabel angker bertegangan ke batuan pada kedalaman yang


cukup (Untuk minimum P = 1000 ton, kedalaman angker harus 16 m untuk
tidak ada campur tangan angker lain)

Pada lubang bor tegangan aksial P1 dapat diteruskan ke batuan dengan


arah sejajar kabel.

Tegangan P2 dengan arah tegak lurus kabel disebabkan oleh dongkrak


radial yang terletak di lobang bor dekat puncak

Kegagalan batuan dapat disebabkan oleh memburuknya peningkatan


tekanan pada dongkrak.

Mohr envelope dapat diplot dengan bervariasi ras io P2/


P1.

Percobaan dapat dilakukan pada kedalaman yang berbeda


dengan merendahkan balok baja dan dongkrak berbentuk silinder.

3.5.5 Modulus Deformasi

Modulus deformasi masa batuan dapat ditetapkan dengan cara berikut ini
:

1) Percobaan Dongkrak
Uniaxial
Tipikal diperlihatkan pada gambar 3.5.5
Gambar 3.5.5 Uniaxial Jacking Test [After Sellers
(23)]

Pada cara ini penerapan beban dikonsentrasikan pada daerah


batuan yang sempit dan beberapa percobaan dibutuhkan orientasi
yang bervariasi.
Perubahan bentuk batuan diukur dengan
extensometer.
Cara ini cocok hanya untuk kontrol
relatif

2) Percobaan Dongkrak Radial

a. Peralatan USBR

Perlengkapan terdiri dari 16 dongkrak datar dengan jarak yang sama


disekeliling lingkaran terowongan diatas jarak perkiraan 8 feet =
200 cm dan ketegangan nya dengan struktur bingkai yang kaku
didalam.

Dongkrak dibebani dengan tekanan sampai 1400 Psi menghasilkan


pemindahan radial dari batuan.

Perpindahan diukur dengan cara memutar alat extensometer


angker pada batuan dengan jarak interval yang sama antara masing
masing dongkrak datar.
b. Tekanan Radial Tiwag

Bagian lingkaran terowongan dengan lebar dalam 2,5 m,


penggalian selama bagian atas terowongan normal dan dilining
dengan tebal lining kira kira 15 cm, panjang lebih dari 2 m untuk
mempercepat pelayanan bagian pengukuran.

Beban diterapkan pada ke 16 dongkrak datar panjang 1,90 m


dan lebar 0,38 m, diletakan pada lingkaran dan disangga bagian
dalamnya dengan papan kayu keras yang kuat dan penyangga
lingkaran dari baja dengan kekerasan yang tinggi (gambar 3.5.8)

Gambar 3.5.8 The Radial Jack of The King


Tiwag

Dongkrak datar terbuat dari baja yang diizinkan. Menaikan


tegangan bantalan kira kira 100 atm. Menetapkan bahwa batuan
tetap / tak bergerak. Kemudian batuan dibebani dengan 10000 ton.
Peningkatan diameter dapat diukur hanya didalam percobaan
tekanan ruang normal.

Dengan peralatan ini pusat pipa angker diluar kegiatan pembebanan


yang terus menerus pas pada poros yang direkomendasikan.

Sehingga pada setiap penampang melintang perpindahan


radial maksimum 16 titik di sekeliling terowongan dapat diukur.
Angker batuan digunakan sebagai pengukur titik yang disisipkan
melalui ruang antara penyangga lingkaran, dan dongkrak datar kedalam
lobang bor. Kepala angker dibuat bentuk yang sama pada silinder dengan
jari jari
1,40 m (cara penggalian harus sekasar seperti pelaksanaan
kenyataan,
penetapan yang benar dan diizinkan di pengaruhi oleh daerah yang
dilonggarkan)

Perpindahan diukur dengan per/ pegas kawat yang dibebani dan memutar
alat secara normal, yang dapat dipakai dengan baik selama
beroperasinya pengukuran.

Pada masa batuan anisotropic perubahan bentuk tidak akan sama pada
semua arah dan hal tersebut sebaiknya mempertimbangkan
pengukuran perubahan bentuk maksimum.

Selain itu disebabkan panjang pembebanan hanya 0,8 kali diameter


bagian dalam, perubahan bentuk harus hanya 74 % dari perubahan
bentuk untuk panjang terbatas dari beban untuk batuan elastis ideal, tetapi
pengamatan sebenarnya menyatakan sekitar 90 % disebabkan
pelonggaran daerah (gambar 3.5.9)

Gambar 3.5.9 (After Lauffer & Seeber


24)

Pengaruh perpanjangan beban pendek dapat dihapuskan dengan


mengukur perubahan bentuk tidak hanya dalam pengukuran
penampang D tetapi juga penampang melintang A dan O.

Perubahan bentuk D + A + O akan memberikan perubahan bentuk untuk


3 lipatan perpanjangan beban yang mendekati harga untuk perpanjangan
terbatas. Kemudian dari persamaan 4.13
E1 = {( pa ) / ( u )} . {( m+1 ) / ( m )
Bagaimanapun penyebab retakan radial pada daerah pelonggaran,
persamaan ini telah memberikan modulus dari batuan melebihai
daerah longgar E2 dengan benar.

Bila c dalam daerah yang dilonggarkan (diukur dari pusat) kemudian


E2 diberikan dengan persamaan :

E2 = {(pa) / (u)} . {(m+1) / (m) + (loge c/a)}


= E1 { 1 + {(m) / (m+1)} loge c/a

Perkiraan harga c dapat ditentukan oleh gempa atau cara ledakan tinggi
(ultrasonic) atau menggunakan MPBX multiple point bore hole
extensiometer atau perubahan titik lobang bor yang dibor dari
terowongan.

Setiap angker diikat kawat erat erat pada kepala alat dimulut lobang bor,
kawat ditegangkan oleh ujung pegas/ per, perubahan dapat diukur dengan
menggunakan alat putar atau transducers electric (gambar 3.5.10).

Gambar 3.5.10 Mechanical


Reader

Dalam hal ini diukur perluasan daerah batuan antar angker dengan angker
lainnya. Antar angker terjadi perpanjangan didaerah pelonggaran.

3) Ruang Tekanan (Pressure Chambers)

Percobaan dapat dilakukan digalian khusus galeri atau bagian dari galeri
yang ada, yang dilining atau yang tidak dilining.

Metode terdiri dari penutupan sebagian terowongan dengan beton plug


dengan tulangan baja dan dengan memasang pipa untuk memompa air
kedalam sebagian terowongan yang tertutup tadi dan memasang alat
perubahan tekanan/ manometer.
Pipa dibagian bawah penutup terowongan (plug) digunakan untuk
mengosongkan bagian terowongan percobaan.

Air dipompakan kedalam bagian terowongan percobaan, tekanan air naik


selama percobaan.

Perobahan bentuk elastis pada tiga atau empat tempat, diameter


diukur pada beberapa penampang melintang.

Diambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menghapuskan


pengaruh dari bervariasi temperatur (air dingin pada terowongan yang
hangat).

Percobaan tekanan ruangan harus dilakukan pada bagian terowongan


yang dilining dengan baja atau pada bagian terowongan
dilengkapi dengan pelindung kertas timah atau karet.

Tekanan ruangan tanpa lining atau dengan lining beton tanpa


tulangan pratekan, hasilnya pada laporan kurang dipercaya karena
kemungkinan tidak dikontrolnya tekanan air batuan dibelakang lining

4) Dialtometer

Pengoperasian alat ini pada prinsipnya sama dengan percobaan dongkrak


radial tetapi tekanan radial digunakan pada dinding dari lubang yang
dilobangi dengan berlian dan hasil hanya karakteristik bahan batuan
dan tidak dari masa batuan.
Contoh dari tipe ini adalah alat US Bureau dari tekanan sel
silinder
tambang (Mines Cylindrical Pressure
Cell)
Dialation diukur dari lobang bor dibawah tekanan radial dengan mengukur
volume cairan hidrolik yang dimasukkan kedalam sel.

5) Cara Geophysical atau Dynamic


Tabrakan dinamis bekerja pada media/ perantara menghasilkan 2 macam
gelombang gempa dari kecepatan yang berbeda, tekanan/ gelombang
memanjang dan melintang (pemeratan gelombang yang diberikan dengan
persamaan) :

V1 = [{(Eg) / (Wr)}.{(1-u) / (1+u)(1-2u)}]1/2


Vt = [{(Eg) / (Wr)}.{(1) / 2(1+u)}]1/2
Dimana :
(Wr) / (g) = (berat jenis dlm kg/cm3) / (gravitasi dalam cm/dt2)
u = (1) / (m) ( rasio Poisson )
Diketahui berat jenis dan dengan mengukur kecepatan dari kedua
gelombang, E dan u dapat ditentukan. Harga yang didapat dengan
cara dinamis lebih tinggi dari pada cara statis konvensional.
Cara ini bagaimanapun lebih cepat dan dapat digunakan
untuk
mengetahui harga relatif hingga beberapa koreksi antara harga
dengan dua tipe cara / metode dapat ditetapkan.

3.5.6 Tegangan Penyangga

1) Untuk mengukur tegangan yang bekerja pada lining beton yang


sudah selesai dapat dilakukan dari batang pengukur perpanjangan
(extensiometers) yang dipasang dengan cara radial (gambar 3.5.6) atau
tekanan sel dapat dipasang diantara batuan dan lining atau alat pengukur
tegangan listrik (electrical strain gauge) dapat dihitung langsung pada
lining.

Gambar 3.5.6 Radial Measuring Feeler


Arrangement
[After Sellers (23)].

Dapat juga dibuat dari variasi mesin lainnya dan peralatan akustik / bunyi.
Tekanan meter Carlson. Biasanya digunakan untuk mengukur
tegangan pada beton. Kesatuan dasar adalah dongkrak datar yang diisi
mercuri (dilekatkan pada beton selama dialirkan) dan tekanan didalam sel
dioperasikan sepiral berlawanan.

Pergerakan diamati dengan meluruskan alat ukur tegangan. Tekanan


meter Photoelastic (dibangun oleh Roberts dan Hawkis)

Alat ukur yang sangat praktis untuk mengukur perubahan tegangan lokal
pada batuan atau beton. Ini adalah alat ukur pemasukan yang kaku cocok
untuk batuan yang mempunyai tegangan kurang dari 3 x 106 Psi.
Alat ukur disemen dalam lubang bor. Pada tipe alat ini ada
hubungan yang konstan antara tekanan yang dimasukan dan tekanan
pada plat yang bebas dari harga E Itu adalah alat ukur biaxial
dan dapat menunjukan arah dan besarnya kedua tegangan dasar pada
bidang datar yang tegak lurus sumbu lubang bor.

2) Beban pada penyangga baja dan pengikat

batu. a. Beban sel untuk penyangga

Tipe yang paling umum adalah tegangan cincin baja diukur pada
silinder dan pembebanan antara dua tutup baja.

Biasanya terletak dibawah kaki penyangga

langsing b. Pengikat Batu Dynameters.

Ini digunakan untuk penyelidikan perubahan beban pengikat


dengan waktu untuk keperluan penentuan program mempererat
kembali atau menentukan pengikat tambahan.

Ini dapat menjerat beban sel berlobang antara kepala pengikat dan
plat pengikat batuan.

3.6 DESAIN PADA PETA PENGUKURAN

3.6.1 Tata Letak (Lay Out)

Sebelum ditentukan tata letak dan jalur terowongan, diperlukan


penyelidikan geologi yang mendalam (geophysical surveys, test borings, test
pit dan shafts, drifts dan sebagainya) yang biasa disebut penyelidikan geologi
dan geoteknik. Dan pengukuran dan pemetaan dengan petunjuk dari ahli
geologi. Profil geologi disepanjang jalur terowongan juga harus dibuat agar
dapat menggambarkan tipe batuan dan keadaan batuan (retakan,
kekerasan dan sebagainya), stratifikasi daerah patahan dan lipatan,
keadaan hidrologi, sifat tegangan dan sebagainya.

Profil geologi untuk terowongan tenaga listrik pada proyek listrik tenaga
air
Yamuna (India) tahap II dapat dilihat pada gambar
3.6.1.
Gambar 3.6.1 Ramganga River
Project

Tata letak dan lokasi terowongan harus pada batuan keras dengan stratifikasi
yang baik (telah dijelaskan pada sub bab 3.3.3).

Sejauh mungkin harus cukup menjamin perlindungan bagian atas dan bagian
samping dan harus mengambil rute/ jalan yang terpendek untuk
mencapai tujuan, karena setiap foot atau kaki penggalian bawah tanah
sangat mahal.

Mungkin perlu diperhatikan terjadinya penyimpangan terowongan dari


garis lurus yang direncanakan, dalam hal kemampuan mempertahankan
semua titik titik jalur terowongan rencana, untuk menghindari adanya
patahan, pemotongan sabuk, tekanan air atau memotongnya sedekat
mungkin pada sudut yang benar.

Terowongan pembawa utama Yamuna (India) pada tahap II bagian


II diperlukan pengalihan jalur dari jalur yang lurus, untuk mengurangi sekecil
mungkin terowongan yang berada di daerah patahan (gambar 3.6.1).
Gambar 3.6.1 Ramganga River
Project

Mungkin lebih ekonomis membelokan dari garis lurus yang


bertujuan mencapai jarak yang layak, menambah titik yang ada untuk
membelokan atau manambah jalur.

Dalam memilih letak portal harus sangat hati hati, yang mana bila
mungkin titik dimana terdapat sedikit pelebaran galian atau dimana
batuan bawah tanah bersudut curam dan geologinya baik. Bila pemotongan
atau penggalian tanah tidak dapat dihindari dalamnya galian tidak boleh
melebihi 20 - 25 meter.

Pada keadaan geologi yang tidak baik kons truksi portal membutuhkan
biaya yang mahal.

3.6.2 Kemiringan

Pada terowongan dengan aliran bebas kemiringan harus cukup untuk


mengalirkan debit tanpa menyebabkan kecepatan yang berlebihan, atau
kehilangan energi yang berlebihan atau tanpa menambah tekanan pada
terowongan.
Kemiringan dasar terowongan harus seperti itu sehingga tidak ada hal
yang dapat menghasilkan kehilangan tekanan akibat gesekan dan pada
pemasukan, selama tidak ditutupnya ujung terowongan.

Terowongan harus menyisakan tekanan positif disepanjang lobang


berapapun debitnya.

Bila nantinya ada ada perluasan jaringan tenag atau kenaikan debit
harus dipertimbangkan.

Posisi dan besarnya dari surge tank (tangki sentakan) memberikan petunjuk
kedua bagaimana memilih kemiringan terowongan.

Dengan kemiringan berapapun sentakan pada surge tank maka tangki


sentakan harus tidak pernah menjadi tertutup.

Kemiringan harus diambil serendah mungkin dalam rangka menurunkan


beban hidrolis pada terowongan dan biaya pelaksanaan.

Terowongan bertekanan mungkin harus dikosongkan dan dikeringkan


untuk inspeksi dan pemeliharaan, untuk alasan ini diberikan kemiringan
positif (sekitar 1/500) pada arah ke power house (rumah turbin/ generator).

Aturan untuk pelebaran galian (overburden), minimum harus diselidiki dan


diamati.

Kadang kadang terowongan bertekanan diperpanjang melampaui surge


tank atau sampai mencapai penstok atau pipa saluran.

Tekanan negatif yang timbul pada bagian ini bahaya bagi sistem
hidrolik berupa ombak pukulan air negatif yang mengakibatkan terkikisnya
lining, untuk ini kemiringan terowongan bagian bawah harus dipilih
sehingga tidak ada tekanan negatif yang membahayakan keamanan
terowongan.

3.6.3 Bentuk Potongan Melintang

Pembagian tekanan kapasitas disekeliling lingkaran terowongan


telah diperiksa pada sub bab 3.4.2 ; 3.4.4 dan 3.4.5.

Berdasarkan teori elastisitas tabel berikut ini memberikan pembagian


tekanan di sekeliling terowongan bentuk elip horisontal, lingkaran dan elip
vertikal untuk keadaan beban batuan yang berbeda.
Tabel 3.6.1. Konsentrasi Tekanan Normal t / v

h/v lokasi Konsentrasi tekanan normal t/v


=k untuk rasio sumbu yang berbeda 2a/2b
2 1 1/2
elip bulat elip
as besar horisont as besar vertikal

dinding 6 3 2
0 puncak -1 -1 -1

dinding 4.33 2.66 1.66


1/3 puncak 0.33 - -

dinding 4.17 2.33 1


2/3 puncak 0.17 1 2

dinding 4 2 -
1 puncak 0 2 4

Hal tersebut pertimbangan dari struktur saat menerima hanya beban batuan
pada bentuk elip dengan as besar vertikal diinginkan untuk beban
vertikal yang relatif besar, bentuk elip dengan as besar horisontal untuk
beban horisontal yang relatif besar dan bentuk bulat untuk beban
horisontal atau yang dekat hidrostatis.

Tekanan hidrostatis kedalam membuat kondisi lebih baik untuk bentuk


bulat
(lihat sub bab 3.4.5).

Faktor yang menentukan bentuk potongan melintang terowongan


disamping pertimbangan geologi dan struktur yaitu hidrolis dan kebutuhan
yang praktis dan mudah dilaksanakan.

Bentuk elip tidak cocok untuk penggunaan yang praktis. Bentuk yang umum
digunakan biasanya bentuk tapal kuda bentuk D dan bentuk bulat.
Banyak bentuk geofisik yang untuk diperkenankan, kebanyakan untuk
terowongan bebas sering hanya sebagian dilining.

Bentuk ini cocok untuk batuan batuan yang keras disebabkan oleh tekanan air
dari dalam dan oleh tekanan batuan asli.

Bila batuan cenderung bergerak/ timbul pelan-pelan atau menekan menjepit,


maka potongan melintang bulat akan stabil sendiri.

Tetapi terowongan bentuk bulat sangat sulit dalam pelaksanaannya


terutama bila ukurannya kecil .

Untuk dasar yang lebih lebar tipe tambahan lain yang cocok untuk galian
dan pembebanan adalah bentuk D, Tapal kuda atau bentuk tipe
lain diperkenankan dimana memungkinkan.
Bentuk bulat (gambar 3.6.2) biasanya diperkenankan untuk terowongan yang
sepertinya dapat menekan tekanan radial masuk dan keluar yang berat.

Gambar 3.6.2 Circular


Section

Batuan yang jelek atau yang menjepit, bentuk bulat adalah tipe yang
diperkenankan untuk terowongan aliran bebas dan bertekanan, bentuk
bulat adalah bentuk yang sangat cocok untuk terowongan yang bertekanan
yang tinggi apalagi kalau batuannya baik atau mem punyai selimut
batuan yang cukup.

Barangkali bentuk paling umum yang digunakan untuk terowongan aliran


bebas dan tekanan rendah pada batuan yang lebih baik adalah tapal
kuda yang mempunyai atap semi bulat dengan dinding dan dasar
agak melengkung. Bentuk ini memberi keuntungan dasar yang lebih datar
dan lebih lebar untuk memudahkan dalam pelaksanaan tanpa
mengorbankan efisiensi hidrolik yang tetap sama seperti luas potongan
melintang bentuk bulat.

Bila bentuk terowongan ini di lining, itu jelas kuat menahan beban dari
luar.

Bila keperluan struktur membutuhkan penyelesaian lining bentuk bulat, tetapi


dasar yang lebih lebar dan lebih datar dibutuhkan untuk operasi pelaksanaan
penyiapan bentuk tapal kuda untuk pengalian adalah jawaban yang
paling baik, hal tersebut dapat dilining bentuk bulat dengan tambahan
biaya yang minimum.

Bermacam macam tipe bentuk tapal kuda yang digunakan dapat dilihat pada
gambar 3.6,3.(a), 3.6.3.(b) dan 3.6.3.(c).
Gambar 3.6.3 (A) STANDAR HORSE SHOE SECTION

Gambar 3.6.3 (B) MODIFIED HORSE SHOE SECTION Gambar 3.6.3 (C) HORSE SHOE SECTION (MODIFIED)

Bentuk tapal kuda yang dimodifikasi pada gambar 3.6.3.(b) lebih cocok
bila diperlukan penyelidikan lining dengan bentuk bulat, dan pada gambar
3.6.3 (c) bila kebutuhan pelaksanaan memerlukan dasar yang lebih datar dan
lebih lebar dari pada yang disediakan oleh bentuk tapal kuda standar.

Pada terowongan aliran bebas dengan batuan yang baik dan


terowongan pembantu/ penolong (biasanya ukuran kecil), dimana resiko
kegagalan yang disebabkan tekanan dari luar dari dari air atau batu
kelining ringan adalah baik sekali digunakan bentuk D (gambar 3.6.4)
dengan dinding vertikal dan dasar relatif datar.
Gambar 3.6.4 D SECTION

Bentuk ini dasarnya lebih besar dan lebih datar & lebar dari pada tipe
tapal kuda dan akibatnya menjadi lebih mudah dalam pelaksanaannya.
Bila geologi bagian atas seperti pecah pecah alam dalam bentuk datar
lebih
mendekati segi empat (gambar 3.6.5) dapat
digunakan.

Gambar 3.6.5 Quasi Rectangular


Section
Lebih baik menyiapkan potongan pada ujung sudut dengan sudut yang benar
dari potongan serupa. Untuk terowongan dengan aliran bebas pada
batuan yang baik penampang dilining sebagian (gambar 3.6.6) mungkin
dibolehkan.
Gambar 3.6.6 Quasi Rectangular
Section
3.6.4 Jarak Antara Terowongan Yang Berdekatan

Kita telah lihat pada sub bab 3.4.2 bahwa pembagian tekanan sekeliling yang
terbuka tidak cukup besar dipengaruhi oleh adanya lobang terbuka
lainnya atau permukaan, bila tidak dipisahkan antara mereka dengan
jarak sama dengan kira kira dua kali ukuran maksimum dari lobang terbuka.

Ralyfe menyelidiki dilapangan, bahwa lebar terowongan ke dinding


buttress rasio ketebalan 1 : 3 disarankan oleh Stini pada batuan keras dan
dibagi atas tingkatan tingkatan yang baik dapat dikurangi menjadi 1 : 2
Untuk Proyek Ramganga, terowongan pengelak pada batuan lunak rasio
minimum 1 : 2 telah dibolehkan.

3.6.5 Lengkungan

Lengkungan pada jalur terowongan sejauh mungkin


dihindari.

Walaupun demikian dimana lengkung sangat diperlukan untuk memudahkan


dalam pelaksanaan dan untuk menghindari keadaan aliran yang tak
dapat dielakan dan kehilangan yang berlebihan. Panjang jari jari (dari
lengkung ke pusat) harus paling sedikit 2,5 kali diameter terowongan dan
lebih disukai tidak kurang dari lima kali diameter terowongan.

Walaupun begitu pasti hal kesulitan pelaksanaan seperti


memindahkan penutup yang panjang dan peluncur atau lengkung mungkin
dibutuhkan titik pusat lengkung atau jari jari meningkat menjadi 10 kali
diameter terowongan.

3.7 Hidrolik Desain

3.7.1 Faktor-faktor yang bergabung dalam perhitungan aliran alam diterowongan


termasuk variabel seperti kemiringan, ukuran, bentuk, panjang dan kekasaran
permukaan dari terowongan serta bentuk dan tinggi pemasukan dan
pengeluaran.

Pengaruh gabungan dari faktor faktor ini penentuan lokasi dari kontrol yang
dalam hal ini adalah penentuan karakteristik dari debit yang mengalir di
terowongan (gambar 3.7.3).
Gambar 3.7.3 Typical Flow Conditions Diversion Tunnels on Mild and Step
Slopes (After USBR 21).

Pertimbangan pembentukan hidrolik terowongan. Kemiringan


telah didiskusikan dan dibahas pada sub bab 3.6.2.

Pembentukan kriteria lain tentang mendesain hidrolik adalah :

1) Penampang harus didesain bahwa bila keadaan bergetar akan


terjadi erosi

2) Luas penampang melintang harus cukup untuk membawa


aliran maksimum pada ketinggian energi yang ada.
Hal tersebut harus cukup besar, tidak diletakan pada terowongan dengan
aliran bebas bertekanan dimana saja dan tidak menyebabkan
timbulnya kehilangan tinggi energi atau mengganggu perputaran mesin
(turbin dan generator) dalam hal terowongan bertekanan.

3) Dalam hal mendesain profil terowongan bertekanan. Tekanan pada


terowongan harus diambil serendah mungkin dan panjang
terowongan yang bertekanan tinggi sependek mungkin, dalam hal
puncak/ atap dari sisanya terowongan dari panjang seluruh, terletak
dibawah hidrolik gradien paling sedikit 3 meter.

Dalam hal mencegah terjadinya vakum dan kemungkinan


terjadinya turbulen, kavitasi dan kemungkinan kerusakan terowongan.

4) Bila profil terowongan termasuk penampang melintang mempunyai alat


pengukur kemiringan, sadel lanjutan harus disiapkan dengan pintu dan
terowongan pengering, sementara garis puncak gorong gorong
mungkin memerlukan perlengkapan pengeluaran udara dan lobang
pertukaran udara.

3.7.2 Transisi (Penghubung)

Transisi dari suatu bentuk ke bentuk yang lain dibutuhkan baik oleh
pertimbangan praktek ataupun pertimbangan struktur pintu sorong,
pemasukan dan pengeluaran ataupun pertimbangan geologi setempat
dimana keadaan bawah tanah jelek mungkin mengakibatkan perubahan
bentuk menjadi penampang bulat. Dalam hal memperkecil kehilangan
tinggi energi/ tekan dan mencegah terjadinya kavitasi transisi harus
didesain menurut standar kriteria (Small Dam bab IX atau I.S . 4860 Part III -
1968).

Pada struktur bangunan yang besar transisi harus didesain final setelah
uji model.
Bila transisi dari profil yang tinggi dan sempit keprofil yang rendah dan lebar,
mengakibatan penyempitan pada permukaan dinding dan pelebaran pada
dasar yang rata, panjang transisi akan dihitung dengan sudut atau pelebaran
dasar.

Pada semua hal lebih baik profil-profil transisi pemasukan berjalan


mulus tanpa hambatan yang berarti untuk mencegah timbulnya
lubang-lubang bocoran.
3.7.3 Kehilangan Akibat Gesekan
(untuk aliran bertekanan)

1) Dua rumus berikut adalah umum digunakan untuk mengevaluasi


aliran diterowongan.

Rumus Manning (aliran bebas atau bertekanan)


V = ( 1 ) / ( n ) . R2/3 . S1/2 (m/dt)

V = ( 1,486 ) / ( n ) . R2/3 . S1/2

(feet/dt) Rumus Darcy - Weisbach (hanya untuk aliran bertekanan)


hf = {( f.L ) / ( D )} . {(V2) / (2g)}

dimana : (8g) /( f ) = {(1,486) / (n)} . { R1/6 } (f.ps)

(8g) /( f ) = {(1) / (n)} . { R1/6 } (meter)

Kedua rumus diatas dicatat sebagai kecepatan air diterowongan, D adalah


diameter terowongan, R = Hidrolik radius (luas profil / panjang
penampang basah), g = grafitasi, S = kemiringan garis energi pada
terowongan bertekanan dan atau terowongan aliran bebas ; n =
koefisien kekasaran dan f = kehilangan akibat gesekan.
L = panjang terowongan, kehilangan tinggi energi hf = S.L
Rumus Darcy mempunyai keuntungan

- Mempunyai faktor gesekan f tanpa dimensi dan cocok untuk tipe


aliran semua benda cair atau gas
- Juga kepada pokok rumus adalah perhitungan tanpa satuan
ukuran
- Russel menunjukkan bahwa factor gesekan dapat dihitung sebagai
:

f  p.C.Rc ( a12)

dimana : f = faktor
gesekan p =
konstanta
Re = Reynolds number
a1 = merely a number

C terdiri dari hasil pengukuran kekasaran relatif gorong-gorong


dan konstanta tergantung dari sistem satuan pekerjaan

Faktor kekasaran f adalah fungsi dari Reynold number dan


kekasaran relatif K / D.
- Dimana K adalah kekasaran gorong-gorong rata-rata tidak uniform
(semacam).
- USBR lebih suka menggunakan rumus ini karena dapat
menghasilkan hasil yang akurat.
- I.S 2951 (Dam 1) - 1965 juga menganjurkan menggunakan
rumus
tersebut dan membuat urutan pekerjaan.
- Urutan pekerjaan juga ada di USBR Engineering Monograph
No.7 faktor gesekan untuk gorong-gorong besar dengan aliran gesek.

Untuk Terowongan dengan linning beton, nilai n pada rumus


Manning dibuat tabel antara 0,010 dan 0,015. Nilai n lebih kecil untuk
terowongan lebih besar.
Dengan menggunakan permukaan dari beton yang membusuk nilai
n
meningkat.
Faktor-faktor ini harus selalu diingat selama menentukan nilai
n.

Nilai dari n = 0,013 umumnya dibolehkan untuk terowongan lining


beton yang diselesaikan dengan baik Jaeger menganjurkan n = 0,012
untuk nilai rata-rata yang baik. Untuk proses terowongan ramganga
dan beas nilai dari n = 0,014 telah dipakai.

Kehilangan energi untuk terowongan bentuk, bulat, tapal kuda dan


bentuk
D dengan nilai n = 0,013 dapat dengan mudah dibaca dari tabel
3.7.1.
Gambar 3.7.1 Values Of The Roughness Coefficient
n.
2) Nilai n untuk terowongan yang tidak lining.

Tergantung dari kualitas dari penyelesaian pekerjaan galian batu dan


distribusi dari tebal kelebihan galian.

Harus diperkirakan bahwa cara pengeboran Swedish dengan


menggunakan peralatan yang ringan akan menghasilkan permukaan yang
lebih halus dari pada pengeboran dengan alat Amerika.

Perkiraan nilai n dapat diambil seperti dibawah ini


: Tabel 3.7.2. Daftar Nilai n.

Permukaan Terowongan n
Permukaan batuan sangat keras 0,04 - 0,06
Terowongan batu, permukaan diselesaikan 0,025 - 0,036
Terowongan batu, diselesaikan dan permukaaan dilining 0,020 - 0,030

Kekasaran dan sejumlah terowongan tanpa lining telah dilakukan


percobaan ditentukan dengan mengukur debit dan kehilangan tekanan
akibat gesekan dengan ilmu dinamik udara.

Tabel diatas adalah hasil yang diberikan pada beberapa


percobaan diatas.

Percobaan hampir sama dengan usulan granite yang kehilangan tekanan


akibat gesekan mungkin diperkirakan dengan mengukur luas
penampang
melintang pada interval dan dihitung nilai f dengan rumus berikut ini
:

f  0.002578

Agg  A.1
dimana :  x100
A1

Agg dan A1 adalah luas sesuai dengan frekuensi 99 Pc dan 1Pc (atas
dan bawah 1Pc akan diabaikan)

3) Jenis hidrolik pada terowongan dilining dengan beton mungkin


dihitung dari permukaan beton atau bata

Persamaan untuk perhitungan nilai n yang disesuaikan adalah


seperti dibawah ini :
1
3
 ne 2 3
na pr  pc   
 n

 nr  
pr  pe
Dimana :
nr = koefisien kekasaran untuk permukaan batu
ne = koefisien kekasaran untuk permukaan
beton pr = Panjang parameter batuan
pc = Panjang parameter beton

3.7.4 Kehilangan Tekanan Lain

Kehilangan tekanan pada sambungan, belokan transisi dan


sebagainya, harus dihitung dan untuk dicatat / dijumlah.

Kehilangan tekanan ini biasanya dijelaskan dalam bentuk persamaan

V2
=
2g

Nilai kehilangan tekanan ini dianjurkan oleh USBR diberikan dalam desain of
small dan pada outlet works (chapter IX) dan ini dianjurkan oleh PSI pada
IS
4880 (Part III - 1968)

3.7.5 Terowongan Dengan Aliran Bebas

Rumus Manning biasanya digunakan untuk terowongan dengan aliran bebas.

Aliran maksimum untuk penampang bulat terjadi bila (H/D) ratio

dari
kedalaman terhadap diameter adalah
0,93.

Untuk H/d = 0,80 Aliran sama seperti penuh H/d = 0,80 sering
digunakan untuk menentukan tinggi bebas minim.

Untuk penampang tapal kuda standar H/d ratio kedalaman diambil 0.94
dan
0.82

Bila desain kedalaman air terowongan hanya sedikit lebih kecil dari keadaan
aliran maksimum, terjadi sedikit pemisahan aliran dan getaran yang akan
mempengaruhi aliran.

Kemudian tinggi jagaan yang cukup


diperlukan

Didalam Design Of Small Dam (App.B) memberikan jenis-jenis hidrolik untuk


dalamnya aliran yang berbeda terowongan bulat dan tapal kuda yang
dapat digunakan untuk memfasilitasi.
3.7.6 Kecepatan Aliran Yang diijinkan.

Kecepatan Aliran maksimum yang dijinkan pada terowongan tergantung dari


pada tujuan untuk apa terowongan tersebut digunakan.
Permukaannya dan sedimen yang dikandung di air isi
menganjurkan kecepatan yang diijinkan rata-rata pada terowongan yang
dilining beton adalah 4,50 m/dt, yang mungkin berkurang menjadi 3,50 m/dt.

Bila air membawa material yang dapat menggerus dasar


terowongan.

H. Prost menyarankan kecepatan berikut ini untuk terowongan tenaga air


:
Kecepatan
Bentuk Permukaan Keterangan
(m/dt)
Harga yg lebih
1. Permukaan Batuan yang Sangat Kasar 1,0 – 2,0
kecil dibolehkan
Bila air membawa banyak
2. Permukaan Batuan yang dihaluskan 1,5 – 3,0
fosil yang berarti
3. Permukaan Beton 2,0 – 4,0
4. Lining Baja 2,5 – 7,0

Disamping itu terowonganyang dilining yang membawa air yang bersih telah
didesain dengan kecepatan maksimum hingga 5,5 - 6,0 m/dt (18 - 20 feet
per detik).

Terowongan ini dilindungi dengan cara pemakaian beton untuk lining dengan
hati-hati dan yang mempunyai kekuatan yang cukup tinggi.

Sering terjadi studi ekonomis dari terowongan yang sangat besar yang
dilindungi mengambil harga kecepatan mendekat batas atas yaitu 6
m/det (Charles Joeger).

Biasanya studi ekonomis akan menunjukkan pengaman batas kecepatan


yang lebih tinggi, tinggi tekan lebih tinggi selama terjadi hentakan harga tinggi
tekan dapat menjadi 2 kali lipat.

Hal tersebut juga harus diingat bahwa kecepatan yang terlalu tinggi pada
terowongan bertekan menyebabkan getaran pada pintu dan pipa dan
hingga merusak jalannya turbin.

Batasan atas tidak diterapkan pada terowongan pengelak dan pelimpah


dimana kecepatan tergantung dari pada tinggi dari bangunan pelindung/
sementara atau terjunan.

Diterowongan pengelak ronganga kecepatan mencapai 75 feet / detik


atau
22,5 m/det.
Pelimpah terowongan dari bendungan urugan batu mencapai kecepatan
75 feet/det atau 52,5 m/dt.

3.7.7 Terkuncinya Udara.

1. Adanya udara diterowongan bertekanan dapat menimbulkan


masalah yang serius seperti dibawah ini :

a. Penempatan tertentu kantong udara pada titik yang tertinggi pada


terowongan atau perubahan kemiringan menandakan kehilangan
tinggi tekanan dan pengurangan debit.

b. berhentinya kantong udara pada terowongan dan pengeluaran


udara dengan cepat oleh pentilasi udara dapat menyebabkan pukulan
air. Akibat terjadinya tabrakan antara 2 kolom air.

c. Supplai / pemberian air yang tidak teratur ke turbin


mempengaruhi operasinya dengan turunnya pengeluaran dan efisiensi,
jadi mempengaruhi operasi generator.

Timbulnya udara dinozel pelton dapat menyebabkan getaran


pukulan air. Masuknya udara ke pompa dapat kesempatan
menghilangkan cat dasar.

d. Bila kecepatan melebihi batas yang telah ditentukan


menyebabkan bagian terbesar udara akan masuk.

2. Udara dapat masuk dan tertimbul di gorong-gorong dengan cara


seperti berikut ini :

a. Selama mengisi udara dapat terperangkap sepanjang puncak gorong-


gorong pada titik tertinggi atau pada perubahan ukuran atau
bentuk penampang.

b. Udara mungkin masuk ke permukaan baik oleh gerakan pusaran atau


dengan cara loncatan air terkumpul dengan adanya pembukaan pintu
sebagian.

c. Udara larut didalam aliran air mungkin keluar sebagai hasil


dari turunnya tekanan disepanjang gorong-gorong.

3. Pencegahan berikut ini akan diambil untuk mencegah masuknya


udara kedalam gorong-gorong.

a. Pusaran yang mengancam pemberian udara kegorong-gorong harus


dihindari dan bila pada permukaan sebelum terowongan
terjadi
pusaran, pusaran harus dihilangkan dengan bangunan
pemecah energi terlebih dahulu.

b. Permukaan pintu, bagian yang menghasilkan loncatan air


harus dihindari

c. Perangkap udara atau kantong-kantong udara disepanjang puncak


terowongan harus dihindari.
Bila terowongan kosong harus diisi secara perlahan-lahan.

d. Harus dikontrol secara rutin, bahwa tidak ada tekanan negatif


dititik pada sistim gorong-gorong atau terowongan yang ditimbulkan
dari kecepatan aliran baik konstan maupun meningkat pada akhir
pengeluaran.

e. Bila beberapa udara masuk pada saluran pembawa,


kemudian mensuplai air ke gorong-gorong/ terowongan utama, agar
tidak terjadi masuknya udara, harus disediakan kolam yang membesar.
Sehingga tidak ada udara yang masuk ke gorong-gorong
(seperti kolam penenang)

3.8 Ukuran Terowongan Yang Ekonomis

3.8.1 Ukuran terowongan maksimum pada prakteknya akan dibentuk oleh


masalah bentuk konstruksi penyangga selama dan sesudah pelaksanaan
dan hal tersebut akan tergantung dari sifatnya batuan.

Beberapa terowongan dari terowongan tenaga air dengan ukuran besar yaitu :
Terowongan Sir A dan Beck (Niagara) yang terbuat dari beton, dengan
ukuran luas penampang 146,6 meter² Terowongan Harspranget, Tail race
(Swedia) terowongan tenaga air, tanpa beton dengan luas penampang
190 meter²
Terowongan Stornorrfors tail race (Swedia) tanpa beton dengan luas
penampang 390 meter².

Ukuran terowongan minimum pada prakteknya tergantung pada


cara pengerjaan dalam pelaksanaan dan apakah penggalian dan pembuatan
lining dilakukan secara bersamaan ukuran minimum terowongan pendek pada
prakteknya kira-kira 1,50 x 1,20 meter dapat digali dengan tenaga manusia, bila
digali dengan mesin penggali ukuran minimum untuk bentuk bulat diameter 1,20
meter, dan untuk segi empat 2,00 x 1,60 meter. Pada prateknya kebanyakan
menggunakan peralatan walaupun dengan alat bor yang lebih besar Dalam
hal
terowongan yang dilining ukuran ketebalan lining tidak akan
meningkat terhadap meningkatnya diameter.

Kecepatan aliran rata tidak boleh keluar dari batasan yang telah
ditentukan pada sub bab 3.7.6
Dalam hal batasan yang tersebut diatas ukuran dari terowongan ditentukan
berdasarkan analisa ekonomi. Analisa ekonomi dari terowongan air
akan tergantung dari untuk tujuan apa terowongan tersebut digunakan.
Pertimbangan ini akan berbeda untuk terowongan penghubung seperti
terowongan pengelak atau terowongan ruang tenaga. Bila kemiringan
tersedia berlebihan dan dari nilai kecil, terowongan mungkin dibuat terjal dan
kecil untuk menghemat biaya.

Menaikkan air dengan kemiring sering kali mahal Dengan tinggi energi
yang cukup mungkin mempunyai nilai untuk memproduksi tenaga atau tujuan
lain.

Dalam hal demikian mendesain secara ekonomis diperlukan


keseimbangan antara biaya terowongan dan harga atau nilai dari tinggi energi.

3.8.2 Terowongan Penghubung.

Ini meliputi pelaksanaan bendungan pada sungai untuk mengalirkan


debit tertentu melalui terowongan pada elevasi yang tertentu pada elevasi
waduk terendah. Lihat gambar 3.8.1

Gambar 3.8.1 Terowongan


Penghubung.

Bila elevasi terendah dari waduk dan panjangnya terowongan ditentukan,


itu jelas bahwa dua variabel yang berhubungan yaitu tinggi bendungan
dan diameter terowongan. Jadi biaya kombinasi dari bendungan dan
terowongan akan dihitung sistem ekonomisnya.

Penyelesaian secara grafik untuk mendapatkan biaya dijelaskan pada


gambar
3.8.2.
Gambar 3.8.2 Grafik Perhitungan Ekonomis Ukuran
Terowongan
Lengkung CE mewakili biaya dari terowongan, untuk diameter yang cocok
EF
biaya kombinasi dari terowongan dan
bendungan.

Diameter ekonomis adalah kecocokan dari titik terendah G pada lengkung


biaya kombinasi.

Hal tersebut jelas bahwa kemiringan untuk lengkung kedua harga pada H dan
J harus sama berurutan tetapi berlawanan arah, sebaliknya tangen pada G
tidak akan horisontal.

3.8.3 Terowongan Pengelak

Bila terowongan pengelak murni, perlu direnungkan selama pelaksananaan


cofferdam, kemudian kriteria sama seperti yang telah dijelaskan diatas
dapat digunakan. Tinggi cofferdam dan harganya akan berhubungan dengan
diameter terowongan dan studi biaya dari bendungan dan terowongan
(termasuk biaya peralatan penutupan akhir yaitu pintu plug dan sebagainya)
akan memberikan ukuran yang ekonomis dari terowongan dan tinggi dari
bendungan.

3.8.4 Terowongan Tenaga Listrik

Pada studi proyek tenaga air untuk listrik, penentuan diameter yang paling
ekonomis dari terowongan berarti penentuan diameter untuk pengembalian
tahunan menjadi maksimum pada pemberian skedul operasi dan
pemberian nilai KWH energi.

Hal tersebut jelas bahwa pengembalian tahunan akan maksimum bila


biaya pengeluaran tahunan minimum. Biaya pengeluaran tahunan total (Total
annual cost) terdiri dari Biaya keseluruhan (Overall cost / Fixed cost) dikali
(interes+depresiasi) dan biaya operasi & pemeliharaan serta nilai
kehilangan
tenaga akibat dari gesekan pada terowongan. Setiap komponen
diatas tergantung dari diameter terowongan.

Oleh karena itu secara singkat :

Biaya pengeluarn tahunan total (Total annual cost) = f (D) dapat


diselesaikan kemudian didapat secara grafik atau secara analisis sesuai yang
diinginkan.

Penjelasan rumus dan penyelesai diberikan pada lampiran A Studi diatas


harus dipertimbangkan terhadap :

a. Ongkos pelebaran galian (Over break allowance).

Total pelebaran galian untuk beberapa terowongan pada batuan yang baik
diberikan pada tabel 1 diperlihatkan sebagai persentase dari luas
penampang terowongan, tebal galian pelebaran sangat bermacam-macam,
persentasenya semakin kecil untuk ukuran yang lebih besar.

Tetapi diperlihatkan pada gambar jarak dari garis yang dibayar kegaris rata-
rata tebal pelebaran galian benar-benar konstan.

Pada 50 terowongan dari bermacam -macam ukuran terhadap ukuran


tebal pelebaran galian antara 25 cm sampai 30 cm.

b. Penggunaan debit yang tersedia untuk mendapatkan kehilangan


tinggi energi.
Debit yang tersedia didefinisikan sebagai debit yang konstan yang akan
mengalir melalui terowongan untuk satu tahun akan menyebabkan
kehilangan tenaga yang sama seperti kenyataan kehilangan menurut
penentuan sekedul operasi.

3.8.5 Perhitungan Diameter Terowongan Yang


Ekonomis
(Untuk Terowongan Tenaga Listrik)

1. Pengeluaran tahunan terdiri dari total biaya konstruksi (Fixed Cost),


Biaya, operasi dan pemeliharaan dan Nilai kehilangan (Value of losses).

Secara singkat bahwa dengan fungsi (D) akan didapat diameter yang
minimum dan ekonimis

2. Simbol sumbol yang digunakan adalah sebagai berikut :

D = Diameter terowongan dalam meter


d = Ketebalan rata rata lining termasuk kelebihan penggalian
(over break) dalam meter
E = Harga satuan rata-rata pengalian terowongan
(termasuk penyangga) dalam Rp/ m 3
L = Harga satuan rata-rata lining concrete (termasuk penulangannya)
dalam Rp/ m 3
G = Harga satuan rata-rata grouting (sekeliling dalam
terowongan) Rp/m 3
A = Total biaya (Total Cost) untuk terowongan per meter panjang
c = Contingensi (terhadap total biaya pekerjaan) dalam %
s = Biaya supervisi termasuk biaya tak terduga dalam
o = % Biaya Operasi dan Pemeliharaan dalam %
Y = Masa berfungsi terowongan (proyek) dalam tahun
P = Faktor deprisiasi (sama dengan 1/Y cara St
N = Line) Faktor interes (Rate of interest) dalam %
n = Koefisien kekasaran Manning
R = Jari jari hidrolis rata rata dalam meter
Q = Debit efektif dalam m 3/dt
T = Waktu operasi per tahun dalam jam
u = Harga satuan listrik per kwh dalam Rp/kwh
e = Efisiensi keseluruhan rencana dalam %

3. Biaya Konstruksi dan Total biaya konstruksi (Fixed Cost) per


meter

a) Biaya Penggalian Terowongan = 22/7 (E/4 (D + 2d) 2


b) Biaya Lining termasuk penyangga = 22/7 (L/4 (D + 2d)2 - D2)
c) Biaya grouting sekeliling terowongan = 22/7 . G . (D + 2d)
d) Biaya Total = A = Biaya penggalian + Biaya lining + Biaya grouting
A = 22/7 ( ED2/4 + D (Ed + Ld + G) + Ed2 + Ld2
+2Gd)

Biaya Keseluruan meningkat oleh adanya C = contingensi dan


oleh adanya S = Biaya supervisi
e) Biaya Keseluruhan (Overall Cost / Fixed cost ) = A (1+c) (1+s)

Hal tersebut diatas dengan anggapan harga terowongan sudah


termasuk semua variasinya seperti plug, pintu dan sebagainya,
dalam hal ini tidak dimunculkan karena biaya sangat kecil bila
dibandingkan dengan biaya terowongan.
f) Pengeluaran tahunan (Overall charge) = A (1 + C) (1 + S) (P + N)

4. Biaya Operasi Dan Pemeliharaan (O)


Biaya O & P Tahunan = O
Dapat diambil sebagai persentase dari biaya keseluruhan (Overall

Cost) Jadi Biaya O & P Tahunan = O = A (1+C) (1+S) (o) (per meter

panjang)

5 Nilai/ Harga Kehilangan Tahunan

Kehilangan yang utama adalah kehilangan akibat gesekan yang


dapat dihitung dengan rumus Manning sebagai fungsi dari D

Sebelumnya kita mencari harga debit efektif. Waktu kehilangan tenaga


adalah sebanding dengan produk yang dihasilkan dari debit, kehilangan
penggunaan dan durasi waktu untuk variasi kehilangan tekanan
pada diameter khusus sebagai bujur sangkar dari kecepatan aliran dan
debit.

Jadi variasi kehilangan tenaga sebagai kubik dari debit dikalikan


dengan waktu.

Bila Q1, Q2, Q3 dan seterusnya adalah debit yang mengalir untuk waktu
T1, T2, T3 dan seterusnya secara berurutan

Jadi Q3.T = Q13.T1 + Q23.T2 + Q33.T3 + ds

t dari persamaan ini Q dapat dihitung

Sekarang kehilangan tekanan disebabkan gesekan permeter panjang =


h
h = { (nV) / (R2/3) }2 = (n2.v2) / (R4/3) = (n2.Q2) / [{(m.D2)/(4)}2.
(D/4)4/3]
h = 10,2 . D-16/3 . n2.Q2

Kehilangan tenaga = 9,8 . Q . h . Eff KW

Bila T = jumlah jam operasi per tahun

Kehilangan tenaga tahunan = 9,8 .Q . h . T . e ( kwh/ meter panjang )

Kehilangan tenaga tahunan = 9,8 . e . Q . T . (10,2 . D-16/3 . n2 .

Q2) Biaya kehilangan tenaga tahunan = 100 . e . n2 . Q3 . T . u . D-

16/3

6 Perhitungan Diameter Yang Ekonomis

Biaya pengeluaran tahunan total (Total Annual Cost) = f (D) = Biaya


pengeluaran tahunan (Annual Charges) + Biaya O&P Tahunan (Annual
O&M Cost) + Biaya Kehilangan Tenaga Tahunan (Cost of Annual
Power Losses)

f (D) = A(1+c)(1+s)(P+N) + A(1+c)(1+s)(o) + 100.e.n2.Q3.T.u.D-


16/3

Secara singkat biasanya biaya O&P dapat dihilangkan karena nilai D


dalam biaya O&P sangat kecil pengaruhnya sehingga dapat dihilangkan.
Penyelesaian dengan grafik dari persamaan tersebut dapat dibuat
garis lengkung antara absis D dan ordinat Biaya pengeluaran tahunan total.

Dari lengkung tersebut didapat biaya pengeluaran tahunan total


yang terkecil sehingga D yang ekonomis didapat.

Penyelesaian secara analisis dapat dilakukan dengan


mendeferensial persamaan diatas dan menyamakan dengan 0.

f (D) = A(1+c).(1+s).(P+N) + A(1+c).(1+s).(o) + 100.e.n2.Q3.T.u.D-16/3

Diferensial dari persamaan diatas adalah

[1/2(E.n.D)+(nd)(E+L)+(nG)].(1+c).(1+s).(P+N)

= 1/3(100x16).n2.Q3.T.e.D-19/3 atau

[(2x1000)/(3xn)].(e.n2.Q3).[(T.u)/{E(1+c)(1+s)(P+N)}].D -19/3

= D+[2{d(E+L)+G}]/E

Yang dapat ditulis seperti berikut :

m . D-19/3 = D + K
atau log e (m . D-19/3 ) = log e (D + K)
atau log e (m) - 19/3 log e (D) = log e (D + K)

Cukup akurat bila disubtitusi dengan logaritma seperti dibawah ini :

log e (D) = {2.(D-1)} / (D+1)


log e (D + K) = log e (k) + (2D)/(2k+D)

Maka persamaan menjadi seperti dibawah ini :

(2D)/(2k+D) + (19/3).{2.(D-1)} / (D+1) = log e (m) + log e (k)

Kemudian dikali dengan (2k+D) (D+1) kita dapatkan sepert dibawah ini :

2D (D+1) + (38/3).(2k+D)(D-1) - (2k+D)(D+1){log e (m) + log e (k)} = 0

Persamaan ini adalah cara pemecahan kedua dan dapat


diselesaikan dengan mudah

Pada subsitusi diatas harga D yang paling kecil mendapatkan akurasi


yang terbesar.

Jadi untuk diameter yang besar akan lebih baik memakai


persamaan dengan bentuk D/2 atau D/4
3.9 Sistem Penyangga dan Desainnya

3.9.1 Tekanan / Beban Batuan Pada Penyangga

1. Tipe Beban Batuan

Bila lobang batuan digali pada batuan harus disangga dicek gangguan dan
masa batuan, dalam rangka memelihara lobang, beban bekerja
pada system penyangga dikembalikan sebagai tekanan atau beban
batuan yang termasuk tekanan dinding dan tekanan dasar juga. Taksiran
dari besarnya tekanan batuan menyulitkan tidak hanya oleh kesulitan
yang melekat pada ramalan keadaan tekanan. Umumnya di bagian-bagian
dalam dari masa batuan yang tidak uniform/ sejenis dan tegangannya
(tekanan beban) jenis tetapi juga oleh kenyataan bahwa batuan dibentuk
oleh variasi dari faktor lain dihubungkan dengan ukurannya dan cara
penggalian dan penyangga.

Tekanan batuan pada penyangga dapat diklasifikasikan menjadi


tiga katagori utama berikut ini :

(a) Tekanan regang disebabkan oleh kelonggaran dan s obekan


masa batuan mendesak beban pada penyangga.
(b) Tekanan yang disebabkan oleh bera dari masa batuan dan
tekanan gempa.
(c) Tekanan membengkak / mengembang yang disebabkan oleh
pembesaran volume dari masa batuan yang disebabkan oleh
kegiatan fisik dan kimia dan tekanan gempa.

Tipe-tipe dari perlawanan tekanan batuan akan tergantung dari yang utama
kualitas batuan dan dalamnya terowongan

2. Teori Umum Mekanik Batuan

Bila rongga/ lobang dibuka oleh proses penggalian terowongan


disekitar batuan cenderung bergerak maju pada daerah yang paling
lemah dari semua sisi.

Konsebtrasi tekanan terjadi disekeliling yang terbuka dengan batuan


tipe stabil kompak, tegangan tekan uniaxcial yang keluar meningkatnya
tekanan batas tangensial selama proses menyusun kembali tekanan,
keseimbangan akan terjadi pada waktu yang pendek tanpa menggunakan
tambahan yang berarti dari pencegahan dan dengan perubahan bentuk
yang kecil.
Beban tadinya diangkat oleh penggalian bawah tanah, sekarang
diangkat dengan lengkung bawah tanah sehingga pembentukan sekeliling
lubang.
Selain dari pada itu dengan batuan jenis fisik bagian dalam, tegangan
batuan mungkin melebihi hasil kegagalan elastis atau plastis menyertai
perubahan atau kegagalan disepanjang permukaan yang lemah seperti
kegagalan dapat dicegah dengan menyiapkan lining atau penyangga lain.

Masa batuan mempunyai tekanan radial yang cukup (pi) tidak semua
tekanan batuan melebihi kelainan disekeliling batuan mempunyai beban
hidrostatis yang diberikan oleh rumus berikut ini dari Fermer-
Tolabre-
Konstner
2 sin 
r 1sin 
pi  Cot   C cot   poa 1  sin   
 
R
Pada persamaan ini pi = r dibutuhkan sisa tekanan
radial
C = Cohesion  = Sudut gesekan
kedalam
Po = Pratekan hidrostatis pada batuan dan r dan  jari-jari lobang
dan daerah pencegahan secara berturut (lihat gambar 3.9.1). Lihat hal. 3-
64.

Batas tekanan didaerah yang dilindungi sekitar lubang menurun tetapi


R meningkat dan radius bergerak maju kelubang tanpa halangan
sampai kelining atau penyangga mengadakan perlawanan tegangan yang
cukup pi disebut perlawanan sulit, dan terlihat akhirnya berhenti bergerak.

Gesekan didalam batuan yang kecil, lining dan atau penyangga harus dekat
lingkaran luar lubang dengan membalikkan dalam rangka penyelesaian
tujuan.

Grafik pada gambar 3.9.2 terlihat bagaimana bedanya Nilai berpengaruh


seperti fungsi dari waktu T. Dengan memberi tegangan primer keadaan Po.
Gambar 3.9.2 Schematic Representation of Stress Around a Circular
Cavity
With Hidrostatis Pressure (After Kostner).

Tekanan membengkak/ mengembang yang disebabkan oleh


pembesaran volume dari masa batuan yang disebab oleh kegiatan fisik
dan kimia dan tekanan gempa.

Tipe–tipe dari perlawanan tekanan batuan akan tergantung dari yang utama
kualitas batuan dan dalamnya terowongan.

3. Sumbangan Faktor dan Beban Batuan

Perkiraan bahwa terowongan mempunyai selimut yang cukup (bila selimut


batuan 1,5 kali dari gabungan lebar dan tinggi atau 2,5 kali diameter lubang
atau lebih, beban batuan biasanya/ katanya, bebas atau beban lebih).
Pembangunan beban batuan bekerja pada penyangga berfungsi sebagai
berikut :

(i) Tipe batuan dari jenis melekul-


melekulnya
(ii) Tipe pra tekan pada
batuan
(iii) Keadaan Batuan
(iv) Bentuk dan Ukuran
Lubang
(v) Tipe Penggalian dan Sistem Penyangga dari
Keterlambatan
Pemasangan Penyangga.
Lipatan yang intensip menjadi lepas dari kehilangan tegangan atau
masa batuan menghasilkan beban batuan yang lebih tinggi. Derajat
yang tinggi
dari pemisahan dari liputan yang intensif pengaruh pelepasan dan
kehilangan tegangan, terbukanya lipatan dan hasil timbunan bahan yang
terbuka dalam pengurangan tegangan dan naiknya beban batuan.

Tegangan batuan sendiri bukanlah bahan kecuali batuan yang sangat


jelek.

Pra-tekan pada masa batuan meningkat cenderung untuk lepas dan


menimbulkan beban bila bekerja searan areal; pada kebalikan mereka
mengurangi pelepasan dari beban, bila gabungan dari tekanan adalah
triamerial utama. Air batuan dapat dipelihara dengan memberi minyak pada
lipatan dan akhirnya menyebabkan meningkatnya beban batuan. Bentuk
yang tidak cocok dari lubang dapat menyebabkan konsentrasi tekanan
sudut secara teori tekanan didistribusikan ke sekeliling bukaan dari bentuk
yang diberikan adalah beban ukurannya. Peningkatan ketidak stabilan
dari bukaan dengan peningkatan hasil dimensinya dari kenyataan
bahwa dimensi ini meningkat, kemungkinan menahan kerusakan mekanika
batuan meningkat dengan harapan meningkat dalam ketidak stabilan
dan beban batuan pada penyangga yang mempengaruhi terdiri dari 3 faktor
:

a. Macamnya peledakan berpengaruh terhadap kelakuan masa


batuan disekeliling galian lebih besar harga dan lebih besar dalam
lubang peledakan menghasilkan perluasan daerah pelepasan
batuan dan beban batuan lebih tinggi, mengembangnya beban batuan
dalam minimum dengan pengeboran kecil.
b. Selang waktu antara peledakan dan pemasangan penyangga
adalah faktor yang sangat penting. Sebab mengembangnya beban
batuan disebabkan lepasnya dan rencana kembali tekanan adalah
tergantung waktu (lihat diagram lauffer untuk jarak waktu
kestabilan gambar
3.9.6).
Gambar 3.9.6 Action of Forces at Blocking Point 3 (Stell
Support).

c. Sistem penyangga-penyangga baja, shotcrete (Pneumatically


Applied Concrete - beton diterapkan dengan tekanan) dari masa
batuan dan perbedaan kebutuhan waktu untuk penyiapan penyangga.
Sistem penyangga baja tidak disangga secara merata / kontinu.
Titik yang disangga adalah pada bagian yang lepas oleh
peledakan dan diperlukan perlawanan desakan dan perlawanan yang
efektif dan penyangga bekerja pada perubahan bentuk belokan
disamping itu pengaruh waktu sangat besar.

Sistim ini kemudian tidak mengabaikan kehilangan yang banyak


dari tegangan dan timbulnya beban batuan. Dalam hal PAC.
Batuan disangga dengan ceoat dan dengan menerus dan tidak
dapat dipisahkan dihubungkan dengan shotcrete untuk mencegah
pelepasan bahan campuran berpengaruh timbulnya daerah yang luas
dari batuan didekatnya dipindahkan bersatu dengan kulit shotcrete.
Itu tipis dan fleksibel dan dapat memberikan hasil kebutuhan untuk
kebutuhan perlawanan penyangga minimum.

Batu-batuan dimana didapat efektif juga memberikan penyangga yang


cepat dan murah dan pada waktu yang sama m enyebabkan
tegangan selama pada batuan yang dicek secara efektif pelepasannya
dan memperbaiki tegangan batuan yang diijinkan, tetapi
menekan beberapa batu kepada hasil.
4. Keadaan Penyebab Tegangan Batuan Sangat Berat

Tekanan gamming genuine disebabkan ketika tekanan batuan sekunder


bekerja pada dinding sisi menyebabkan perubahan bentuk plastis,
mendesak tekanan langsung pada struktur penyangga. Perubahan
bentuk yang terakhir untuk beberapa bulan hingga daerah perlindungan
berkembang dengan penuh. Pada terowongan yang dalam, tekanan ini
dapat mencapai harga yang sangat tinggi untuk mana tidak ada penyangga
kaku yang dapat didesain. Hanya dengan cara mengizinkan
daerah lindungan berkembang dengan penuh dengan menyiapkan
penyangga yang fleksible dan setelah itu hanya menyiapkan lining kaku.

Tekanan bengkok ditekankan pada tanah liat tertentu, pada batuan


tanah liat yang busuk atau pada batuan dicampur dengan lapisan
tanah liat menurut Teozaghi, sejak batuan mulai membengkak pada cara
yang sama, kepada tanah liat yang disebabkan oleh tidak sama bentuk
keringanan tekanan yang diproses secara intensif oleh gizi pori dihilangkan
dari batuan yang berdekatan mempunyai beban lebih tinggi yang intensif.

Tekanan membengkok dapat ekstrim besar dan periodenya


membangun mungkin bervariasi dari beberapa minggu sampai beberapa
bulan. Cara menyangga semen ini harus tidak membatasi membengkak
dan linning kalau harus disiapkan hanya setelah membengkak mencapai
batas tertentu.

5. Beban Des ain Untuk Penyangga

Dalam menaksir beban untuk desain semua penyangga, faktor-faktor yang


didiskusikan diatas harus dipertimbangkan yang paling dipercaya
dan namun digunakan cara hari yang ada, dilakukan pengukuran
dilapangan untuk menentukan keadaan tekanan dan tegangan yang diizinkan
dan karakteristik perubahan bentuk dari batuan dan beban pada penyangga
didalam penyelidikan penyimpangan sebelum permulaan dari selama
konstruksi/ pelaksanaan.

Pada keadaan yang sulit penyimpangan kadang-kadang


perjalanan kedepan permukaan terowongan untuk melakukan pengukuran
dilapangan. Pengukuran beban pada penyangga yang telah di pasang
juga sangat berguna. Untuk diskusi pendahuluan data dari terowongan
berjalan pada waktu yang lalu. Keadaan batuan yang sama dapat
dilayani seperti pedoman yang sangat berguna ketika selimut batuan
kurang dari 2,5 kali
lebar dan dari lubang penuh, untuk berat dari pembebanan harus
diambil untuk perhitungan.

Gambar 3.9.1 Schematic of Reciprocal Realations Between PI, Ar, t and r/R
for Linings of Different Yield (After Pacher)

3.9.2 Penyangga Baja yang Rigid (kaku)

1. Beban Batuan

Beban batuan untuk formasi batuan yang berbeda dianjurkan oleh terzaghi
pada bagian I. Terowongan batuan dengan penyangga baja oleh
proctor dan white (1946), mesmberikan pada tabel 2 (Lampiran 8).
Ini dapat digunakan dengan modifikasi yang cocok sesuai kebutuhan
hasil pembacaaan peralatan dilokasi.

Setelah penyangga bagian atas dipasang dan peningkatan


pengelompokan dengan erat beban batuan (pada penentuan harga) dengan
selisih 15%. Beban batuan yang menyelimuti tidak cukup, beban
penuh yang telah membebani harus ikut diperhitungkan.

2. Tipe penyangga baja

Tipe sistem penyangga baja kaku berikut ini telah dibangun di


Amerika. Continuous Rip (Penyangga menerus)
Rib and post (penyangga dan tonggak)
Full Circle Rib (penyangga lingkaran penuh)
Rib and Wall Plate (Penyangga dan Pelat Dinding)
Rib, Wall Plate and Post (Penyangga pelat dinding dan tonggak)
Continuos Rib With Invert Stint (Penyangga menerus -dengan
topangan)
Bentuk Penyangga ini dipergirakan pada gambar 3.9.4 setiap
penyangga terdiri dari dua atau lebih elemen yang berbeda.

Gambar 3.9.4 Stell Support

Setiap penyangga melayani fungsi yang berbeda. Beberapa elemen ini


termasuk bingkai, tonggak plat dinding, bingkai penunjang dan balok,
merupakan bagian dari model penyangga lainnya, termasuk penyokong
puncak dan papan penopang, penyokong sementara untuk menyangga
batuan ketika penyangga terowongan sedang ditegakkan. Kepada
elemen ini harus ditambah balok kayu atau pengepakan sebelah belakang
yang meneruskan beban batuan ke penyangga terowongan dan juga
barang- barang dari besi seperti baut dan mur dan bermacam -macam alat
pembantu yang digunakan seperti penolong selama menegakkan
penyangga terowongan.
Ketika memilih sistem penyangga harus mempertimbangkan faktor-faktor
berikut :
Cara memecahkan
Kelakuan batuan dan
Ukuran dan bentuk terowongan (pada potongan melintang)

Kepada faktor-faktor ini harus ditambah batasan yang membebani


ukuran perangkat penyangga dengan kapasitas rata-rata yang
ada, untuk mengangkut perangkat penyangga dari pabrik ketempat kerja
dengan ruang cukup/ ada diterowongan untuk menggerakkan perangkat
penyangga pada posisi finalnya.

3. Desain Penyangga

Beban batuan diteruskan kebingkai penyangga pada titik balok pengganjal.


Setiap titik balok pengganjal dianggap mempunyai beban masa batuan
yang dibatasi oleh empat bidang.

Bidang mengganjal melalui ditengah-tengah titik antara blok, bidang


penerus melalui ditengah-tengah titik antara bingkai penyangga dan tinggi
yang sama dengan beban batuan.

Proctor dan white didalam bukunya ”Rock Tunnelling With Steel


Supports”,
menyarankan cara untuk mendesain bingkai
penyangga.

Pada cara ini setiap titik blok dianggap bertahan pada keseimbangan
dengan gaya yang bekerja pada titik yang tepat, cara yang sama seperti
titik bidang didalam terowongan.

Diagram pembebanan digambarkan dan kemudian poligon gaya panggilan


ataupun perlawanan pasif dari batuan diperlukan setiap titik blok untuk
menentukan keseimbangan.

Gaya tolak didapat didalam batang penyangga bila hal tersebut


menerus dan tetap pada kedua ujung trac, BM, terjadi pada setiap perkiraan
titik blok, sama dengan 0,67 Th, bila engsel pada puncak, momen
maksimum terjadi pada titik blok bergabung engsel.

Momen ini (M) kira-kira sama dengan 0,86


Th

Dimana : T = Gaya Tolak


h = Peningkatan busur antara titik blok
Gaya tolak bekerja sama bentuknya diatas penampang melintang dari
bingkai yang diproduksi sama bentuknya, membagi tegangan tekan dan
eksentrisitanya dari gaya tolak dengan rekomendasi dari kenaikan
antara
titik blok menghasilkan bending momen dan tekanan
lentur.
T M
Tekanan serat didalam bingkai = 
A Z

Dimana : A = Luas netto dari bingkai


Z = Modulus potongan dari bingkai

Analisis diatas dengan alat yang tepat seperti anggapan bahwa bingkai
tidak membelok dan pada tekanan diatas seluruh potongan batuan bekerja
pada blok pada garis galian akhir. Titik pusat pertemuan antara blok
dan batuan akan disebut titik blok pada galian akhir.

Blok-blok titik dapat meneruskan tekanan tangensial (sebab mereka


mempunyai perlawanan yang sangat kecil kepada perubahan bentuk geser)
mereka dapat mengambil tindakan seperti peniti dihubungkan dengan mata
rantai antara batuan dan bingkai (Lihat gambar 3.9.5)

Gambar 3.9.5 Resolution of Forces at Over Break Blocking Points


(Steel
Supports) (After Proctor & White 18)

Ditaksir pada vertikal W pada setiap titik blok dipecah menjadi 2 komponen,
gaya beban radial F dan gaya komponen Ft bekerja pada sudut kemiringan
dari tangen (seperti batuan tidak dapat mensuplai gaya garis dari
tenaga yang terletak diluar batuan, sudut dibatasi hingga 250 terhadap
horisontal)

Ft menyebabkan sama dan gaya lawan / sebaliknya. Fp pada batuan untuk


keseimbangan dan diabaikan gaya bingkai Fr, mendesak melalui blok.
Didalam menghitung gaya yang bekerja pada bingkai ditaksir bahwa bingkai
terdiri dari pin (join) yang menghubungkan bagian 2 bingkai dan
bending momen pada titik blok adalah nol.

Setiap titik blok harus netral oleh karena itu bekerja pada gaya
S.

Gaya beban normal F datang dari batuan melalui blok dan dua gaya tolak +
datang dari titik-titik blok yang berdekatan sepanjang arah dari
tali penghubung, titik blok arsir netral (lihat gambar 3.9.6)

Gambar 3.9.6 Action of Forces at Blocking Points 3 (Steel


Support).

Untuk keseimbangan resultan dari gaya tolak antara lain gaya desak
oleh bingkai Fr harus sama dan berlawanan kepada F.

Bila F tidak cukup untuk memelihara keseimbangan, tambahan


tertindih batuan gaya pasif oleh perubahan arah dan besarnya Fp
sehingga resultan Fp dan W sama dengan Fr.

Seperti peraturan umum pada setiap beban bingkai pada rangkaian


titik blok, gaya tolak maksimum akan disebabkan oleh gaya beban F
pada beberapa titik dan bingkai akan didesain untuk mensimpilkan ini.

1. Penyelesaian
Analisis.

Untuk lengkungan bingkai busur bulat dan seragam dan blok


simetris tentang axcis vertikal, penyelesaian analisis adalah mudah :
R adalah radius dari bingkai sepanjang axcis netral
H adalah tinggi dari beban batuan
Wr adalah berat jenis batuan dan
S adalah jarak antara bingkai-bingkai jarak blok.
  sudut dekat puncak dan lainnya  adalah sudut jarak
blok. (Lihat gambar 3.9.5)

Gambar 3.9.5 Resolution of Forces at Over Break Blocking


Points
(Steel Supports) (After Proctor & White 18)

a. Mengingat titik blok 3 dan menggunakan s = s + r, kita


mempunyai beban batuan vertikal W3

W3 = 1
2 
Wr .SH R sin      R sin     
3

W3 = Wr.SHR sin  x cos

Memecahkan tekanan tangensial pada titik blok 3 (T dan T’ adalah


gaya tolak dari kedua sisi). Kita mempunyai :

T cos / 2  W 3sin   T cos2


1
atau

T 1  T  W 3sin  / cos / (karena ituT  T "


2,

Memecahkan tekanan radial, kita mempunyai

W3 cos  = T sin   T sin 


1
2 2

= sin  [(T  T  W 3sin  ) /(cos.  2 )]


2

2T sin  2 cos 2  W 3(cos x.cos 2  sin x.sin 


2 )

T  W 3cos(   2) / sin   Wr.SHR.cos(   ).cos(   2 )

Rumus ini akan maksimum untuk  = 0 (blok pada puncak)


Tmak (titik blok 3) = Wr . SHR . cos. cos./2 (A)
b. Mengingat titik blok 4 kita mempunyai beban batuan vertikal = W4

W4 = Wr . SH [Rsin( ) – ½. (Rsin ( + ) + Rsin ( )]


= ½. Wr.SHR.(sin ( + ) + sin ( )
= Wr.SHR.sin {( + ()} .cos

() Memecahkan tekanan Tangensial

T’cos.  + W4 sin  = T cos /2


T’ = T (cos./2) / cos cos (/2)
T > T’

Memecahkan tekanan radial.

W4 cos  = T’sin  + T sin /2

T cos  2 sin  W 4 sin


=   T sin  2
²
cos cos
T (cos 2 sin   sin  2 cos )
=
cos  W 4 sin ² / cos

Tsin ( + /2) = W4 (cos² + sin²


)

= Wr. SHR.sin( -/2) .

cos(/2) Tmak (titik blok 4) = Wr. SHR. Cos /2

Rumus (B) menjadi lebih besar dari pada Rumus


(A)

Gaya tolak maksimum terjadi dari pada titik blok dekat


puncak tidak tergantung dari  (antara O dan /2), dan
mempunyai harga maksimum.

Tmak = Wr. SHR. cos /2

Untuk penyangga menerus (=0)

Tmak = Wr. SHR

Maksimum. BM = 0,86 .
Th

Dimana : h = peningkatan maksimum dari busur berdekatan


titik blok dan adalah = R (1 – cos /2)

2. Penyelesaian dengan grafik


Bila blok tidak seragam atau lingkungan lain dari pada busur bulat,
cara grafik dapat dipakai :
A. Diagram pembebanan disiapkan pertama (lihat gambar 3.9.5)
dan kemudian poligon gaya panggilan apapun perlawanan.
Pasif dibutuhkan pada setiap titik blok untuk menentukan
keseimbangan dan menutup poligon.

Tekanan Fv akan lebih kecil dari beban vertikal Total Rvt pada 1
½ dari lengkungan seperti hanya komponen dari beban vertikal
dibawa atau lengkungan.

Seperti hanya yang pasti tidak diketahui poligon coba-coba adalah


yang pertama diambil Fv = 0,8 Rvt. Poligon f2, f3 dan
seterusnya pada poligon, kemudian dibandingkan dengan f2, f3 dan
seterusnya pada diagram beban.

Semua gaya F yang keluar sesuai dengan poligon coba-coba gaya f


diteruskan ke poligon dan poligon baru disiapkan yang sesuai
poligon gaya yang sebenarnya.

Bingkai didesain untuk harga maksimum dari gaya tolak T. seperti


dibentuk terdahulu bending momen M = 0,86 . Th

Peningkatan busur antara titik blok h diambil untuk titik bending


momen maksimum (yang diambil Fc terjadi pada titik blok
yang pertama jarak dari blok sambungan puncak ditetapkan jarak
antara titik-titik blok disamping itu maksimum) antara lain titik 5
pada gambar 3.9.7.
Gambar 3.9.7 Steel Support Design (Grafical
Method)

B. Kaki lurus pada bingkai menerus mewakili tiang kolom ramping


bekerja pada gaya radial axcial vertikal sama dengan gaya
tolak pada lengkungan dan oleh bending momen disebabkan
kontinuitas antara kaki dan lengkungan.

Seperti peraturan yang umum profil yang cocok untuk


lengkungan akan memuaskan untuk kaki tekanan dinding
ringan kaki haris dikunci dan penopang terbalik disiapkan.

Tetapi bila tekanan dinding berat bingkai bulat penuh harus


digunakan.

Lentur dingin dari peningkatan bingkai hingga batas elastis dari baja
structure biasa dan titik hasil adalah praktek yang terbatas.

Setelah bekerja dingin batas elastis bervariasi dengan jumlah


perubahan bentuk plastis dialami selama proses lentur.

Untuk bingkai bulat dengan pembengkokan dingin dari awal hingga


akhir tekanan serat yang diijinkan dapat ditingkatkan.
Untuk bingkai bulat yang dikerjakan dengan cara dingin dari
baja yang mempunyai tegangan yang diijinkan batas akhir 4200
kg/cm² (60.000 Psi), tegangan yang diijinkan 1690 kg/cm²
(24.000 Psi), dapat dengan layak diijinkan lebar flen dan balok baja
I yang disukai adalah boleh baja I dengan flen lebar 3 (Practor dan
White) dapat digunakan untuk lengkung sesuai bulat.

Tabel balok baja I tersebut memberikan beban vertikal yang


diijinkan dalam Lbs/ft dari bingkai diperhitungkan arah
horisontal bila diterapkan kepada bingkai pada jarak blok seperti
yang dinyatakan. Jarak bingkai jarak melebihi 4 feets (120 cm)

Bila penggalian dengan cara terbuka penuh tidak mungkin dilakukan


dengan dilas kebingkai bulat dan dinding balok baja I
disiapkan seperti terlihat pada gambar 3.9.10.a.

Gambar 3.9.10.a Moll’s Benths (After Szhechy


12)

4. Lipatan.

Jumlah lipatan pada bingkai harus dipertahankan minimum, tergantung dari


cara penggalian, kapasitas perlakuan, dibuang dalam pembuatan lipatan
biasanya lebih suka menyambung lipatan pada pekerjaan
terowongan sebab :

a. Waktu mendirikan dan biaya hanya sedikit dibutuhkan


untuk menyambung lipatan.
b. Tidak ada pengurangan kapasitas bingkai yang disebabkan
lobang-
lobang.
c. Efektif penuh bila dibuat dimana seperti menyambung lipatan
tergelincir efektif.

Selama penggalian terowongan, bingkai baja bekerja seperti penyangga


untuk atap terowongan dan dinding terowongan.
Bending momen tidak banyak potongan penuh tekanan dan gaya ialah
diteruskan dari satu sisi lipatan kelainnya melalui ujung plat. Tambahan pula
gaya tolak ada geser radial dan baut harus dicoba untuk kesamaan.

F adalah gaya radial pada lokasi lipatan dan n adalah jumlah baut
setiap
baut mempunyai luas dukung
a”.
F
Tegangan geser setiap baut =
na
Ini harus lebih kecil dari tegangan geser yang aman pada
baut.

Penjelasan antara ujung plat dan bingkai potongan adalah juga didasarkan
pada gaya geser diatas bagian dan harus dicek untuk hal tersebut.

Ukuran ujung pelat ditentukan oleh potongan bingkai dan baut


jarak ruangan.

Ketebalannya harus aman dalam ketahanannya dan patokan untuk


gaya geser pada baut. Bekerja cepat membuat jalur baut mungkin dipilih
waktu yang aman dalam mendirikan bingkai bila bingkai digunakan beton
batterey, lipatan dilas dengan final dengan pelat sambungan dan didesain
sehingga sekuat pada bingkai (Gambar 3.9.8).
Gambar 3.9.8 Circular Steel Support Joints
Details
Tipe lain dari lipatan yang dapat disiapkan menggunakan bingkai
seperti beton bertulang.

a. Tegangan tarik dengan baut baja disiapkan mengambil


tegangan, jumlah baut dan ukuran dari ujung pelat diuraikan.

Mungkin perlu tegangan yang diijinkan ujung pelat.

Penjelasan antara bingkai dan ujung pelat harus didesain


sehingga seperti efektif seperti baut dan tegangan.

b. Ujung pelat dilas dengan menyiapkan satu ujung pelat dari


ukuran besar.

Pada kesiapan ini juga penjelasan antara bingkai dan ujung pelat
harus didesain untuk tegangan tarik penuh.

5. Logging (Papan Penyangga)

Dengan logging dimaksudkan untuk mengatasi ruang atau jarak antara


bingkai penyangga utama yang satu dengan lainnya.

Dalam hal tidak disiapkan logging batuan antara bingkai dapat runtuh
dan membentuk lengkungan rongga kecil, logging tersebut diperlukan
hanya untuk mendukung beban batuan dari lengkungan dan bersandarnya
beban batuan akan diteruskan langsung ke bingkai pada titik blok.

Beban dianggap berbentuk segitiga dan logging didesain untuk beban masa
batuan dibatasi sampai segitiga sama sisi dengan jarak bingkai sebagai
dasar dan jarak logging seperti lebarnya logging disiapkan untuk mencegah
dari jatuhnya batuan, logging menerima beban dan meneruskan beban ke
bingkai penyangga dan menyiapkan sebaik-baiknya pada blok.

Logging dapat dibuat dari kayu atau baja. Logging dari kayu terdiri
dari papan kayu keras dengan ukuran tebal (3-4) inch atau (7,5-10) cm dan
lebar (6-10) inch atau (15-25)cm.

Logging dari baja canal [ atau I dengan flens


kecil.

Logging diletakkan diluar flen dari bingkai penyangga dan biasanya


pelaksanaanya bersama-sama dengan pemasangan blok.

Kebutuhan minimum logging harus dipasang semua blok, cribbing dan


logging harus diletakkan atau dipasang dan tidak boleh menempati
lebih dari 1/3 dari luas geser break dan sisanya 2/3 disediakan untuk beton.
Lihat gambar 3.9.9.
Gambar 3.9.9 Tie Road, Collar Brace & Lagging
Details

Dalam mengisi logging kokoh dasar dari plat mistar


disiapkan.

Plat dipasang antara jaringan bingkai untuk membuat erat logging atau
mungkin dibaut bersama-sama diluar bingkai untuk membuat kulit baja
menerus disangga oleh bingkai melalui jaringan.

Ruang antara batuan dan logging kokoh biasanya diisi dengan


pecahan koral melalui lubang injeksi untuk menyiapkan lapisan.

Beton pembungkus digunakan dalam meratakan dasar dan memberikan


kekuatan dan kekakuan kepada bingkai penyangga.

6. Balok dan bingka penunjang

Alat penguat / bingkai penunjang yang membujur disiapkan untuk


mengecek teknik bingkai tentang axis kecil / besar.

Mereka juga menjaga bingkai pada posisi yang benar dan mencegah
perpindahan tempatnya yang disebabkan peledakan.

Type yang umum dipakai dari alat penguat adalah (tierods dan coller
biaces) yang terlihat pada gambar 3.9.9.

Gambar 3.9.9 Tie Road, Collar Brace & Lagging


Details
Panjang alat penguat / bingkai penunjang kayu sama dengan jarak bingkai
dikurangi ketebalan jaringan mereka diletakkan diantara bingkai tierods
diletakkan dan diikat erat dengan mur.

Bingkai penunjang kayu (collar braces) mengecek pergerakan kedalam dari


bingkai penyangga dan batang pengikat (tie-rods) mencegah pergerakan
keluar, jadi terlebih dahulu bekerja dengan gaya tekan dan kemudian
dengan gaya tarik bingkai penunjang kayu harus dipindahkan sebelum
pembetonan, sedangkan batang pengikat dibiarkan pada posisinya dan
ditimbun dengan beton batang pengikat biasanya 16 mm, batang disisipkan
pada setiap ujung dan dilengkapi dengan mur panjangnya kira-kira 100 mm,
lebih panjang dari jarak bingkai penyangga.

Batang pengikat adalah biasanya adalah batang pengikat dekat akhir


dari setiap anggota dari pengikat dekat akhir dari setiap anggota dari
perangkat dan batang pengikat selanjutnya berjarak 1,2 - 1,5 meter setiap
pasang.

Lubang untuk batang pengikat dilubangin sepanjang 75 mm - 100


mm setiap pasang satu batang pengikat dibaut pada satu sisi dari bingkai
dari lubang ini.

Beban batuan disangga oleh plat mistar baja dibaut melalui jaringan
dari bingkai / penyangga dimana dibutuhkan bingkai penunjang.

3.9.3 Penyangga Baja yang Yeilding (Penyesuaian)

Penyangga baja penyesuaian banyak digunakan di Eropa.

Penyangga ini mempunyai keuntungan dapat menyetel sendiri


dengan mengangkat beban yang meningkat.

Penyangga ini dapat dibagi menjadi 3 tipe dasar seperti berikut ini :

1. Penyangga gesek luncur yang menopang sesuai bentuknya selama


mendapatkan yang terpendek dengan meluncurkan penyangga, sehingga
menghasilkan penyangga beban yang tinggi melawan bending momen dan
relatif rendah melawan gaya aksial.

2. Penyangga disambung atau diengsel yang tidak memelihara bentuknya,


bebannya meningkat jadi sumbangan relatif rendah melawan
bending momen (pengaruh peraturan) dan gaya aksial yang tinggi.

3. Penyangga kombinasi adalah gabungan ciri-ciri dan karakteristik.


Penyangga menggeser bila beban aksial melebihi batas tertentu dan
membelok bila bending momen melebihi harga yang diberikan
penyangga tipe ini sangat membutuhkan pastisipasi dengan batuan
didekatnya.

Penyangga Ponssaint Heinzmann (gambar 3.9.10) adalah penyangga


tipe gesek luncurs dengan potongan berikat pinggang. Potongan
digabungkan dengan dijepit baut gesek.

Hubungan permukaannya dapat digeser pada masing-masing penyangga


dibawah beban yang meningkatkan, melebihi beban secara proposional dan
pemindahan ini dapat diatur dengan mengencangkan atau melonggarkan
baut penjepit.

Pengertian bingkai penyangga harus efektif sebelum timbul beban


batuan yang berlebihan sehingga menghilangkan perubahan bentuk
plastis dari bingkai penyangga.

Tipe penyangga tersambung diwakili oleh bingkai penyangga Moll


digunakan terutama pada batuan padat.

Bingkai ini terdiri dari Rel dan atau pipa tua dengan bentuk cambung
menunjang sepatu dilas keujungnya (gambar 3.9.11).

Gambar 3.9.11 Admissible Loads On Bolts As A Function of Rock


Quality
(After Rabcewice).

Sambungkan struktur didapat dengan menempatkan balok kayu antara


sepatu pada sambungan pada batuan plastis putaran dan tekukan
pada bingkai penyangga hampir tidak dapat dihindarkan.
Penyangga konstruksi dua tipe adalah bingkai LORENZ penyangga ini
dapat dengan mudah dirubah menjadi baja kaku, elemen tulangan
pada lining terowongan permanen.

3.9.4 Pengikat Batu (Rock Bolting).

1. Tujuan

Tujuan pengikat batu tergantung dari tipe batuan, pengikat batuan dapat
dikerjakan dalam dua cara yang berbeda :

a. Pencegahan lokal dengan pengikatan Batu yang lepas diikat


dengan baut dan atau mur dikencangkan terhadap masa batuan
b. Sistem angker, menyediakan angker radial pada jarak tertentu
dari
batuan yang terganggu terutama pada bagian atas.

2. Keuntungan

Keuntungan berikut ini mungkin melengkapi pengikatan bagian atas


:

a. Menyebabkan tidak ada gangguan pada pembukaan terowongan dan


mengurangi penggunaan balok kayu
b. Memperpanjang masa penggunaan terowongan permukaan
terbuka
penuh pada batuan dengan tegangan yang diijinkan lebih rendah
c. Dapat dipasang dengan cepat dalam periode kegiatan mempertemukan
pada hampir semua batuan.
d. Baut dapat dipasang dekat permukaan yang ada sedikit
bekerja
kerusakan oleh peledakan atau operasi tambang lainnya.
e. Ekonomis dalam pemasangan dan murah dalam
pemeliharaan f. Keadaan tekanan pada batuan baik disebabkan
pratekan.
g. Cocok untuk hampir semua batuan (bila perlu penghubung
diberi shotcrete) kecuali desakan itu sangat tinggi tekanan tanah
hampir segera.

3. Tipe Baut Pengikat Batuan (Rock Bolts)

Mengikat batuan dengan baut dapat dilakukan dengan menarik


baut didalam batuan keras dengan bahan kimia atau dengan angker
yang ditanam dalam campuran semen didalam batuan lunak.

Mereka semua mempunyai elemen sebagai berikut : batang baja,


angker, plat penghubung dan peralatan untuk memasang baut dalam
keadaan tarik.
Bermacam-macam tipe baut ditarik yang umum digunakan lihat pada
gambar 3.9.14 (a,b,c) dan mungkin salah satu dari tipe lubang dan baji
/ pasak atau tipe selongsong memanjang atau tipe baji / pasak gesek.

Gambar 3.9.14.(a,b,c) Types of Rock


Bolts.

Lubang dan baut baji adalah baut yang paling umum diusulkan, karena
sederhana, murah kuat dan yang paling kurang tergelincir.

Baut selongsong memanjang, khususnya baik dipakai secara rutin


pada baut pengikat batuan dipertimbangkan. Walupun kurang kuat dan
angker lebih mudah tergelincir dari pada tipe lubang dan baut baji.

Umumnya campuran semen ditimbun pada baut ini disebut


perfobolt
(gambar 3.9.14. d)
Gambar 3.9.14.d Perfo Bolt
Installation

Sistem perfo terdiri dari baji berlubang setengah lengan diisi dengan
campuran semen, kemudian dikencangkan bersama-sama dan
dimasukkan campuran semen kedalam lubang yang dibor.

Batang baji yang mungkin dari batang tulangan beton, batang kadus atau
batang bergalur atau berukir kemudian ditarik melalui lengan, menekan
campuran semen melalui lubang-lubang kecil pengisian penyesuaian
keseluruh lubang-lubang yang dibor.

Sistem perfo menyediakan angker dibagi bagikan keseluruh panjang lubang


dengan membuat memungkinkan memperoleh angker dibatuan lunak.

Prosedur ini akan mengadakan pemasangan tanpa ditarik, bila pemasukan


baut dibutuhkan batang berukir dapat ditarik untuk lengan yang pendek dari
lengan perfo diletakkan dibelakang lubang yang dibor atau disepanjang
keseluruhannya.

Baut ditarik setelah campuran semen mengeras. Lengan perfo


mempunyai
2 ukuran 1 ¼ inchi dan 1 1/6

inchi. I D dan panjang sampai 20

kaki.
Tabel dibawah ini memberikan kombinasi ukuran lengan, diameter
batang dan lubang.
Tabel 3.9.1. Daftar kombinasi diameter batang, lengan lubang

Diameter
Lubang Bor Lengan Perfo
Batang
(Inchi) (Inchi)
(Inchi)
3/4 1 1/4 1 1/6
7/8 1 3/8 1 1/16
1 1 1/2 1 1/4

Sistem perfo cocok untuk pemasangan yang jangka panjang terutama pada
batuan lunak yang tidak menyediakan angker normal untuk baut yang biasa
atau lebih keras tetapi batuan lipatan atau retak dimana angker panjangnya
melebihi dari lubang yang diinginkan baut injeksi semen dapat dilihat pada
gambar 3.9.14.e

Gambar 3.9.14.e Williams Groutable Rock


Bolt

Baut pengikat batuan dipasang dan sebelah kiri tidak dilindungi untuk
berhenti panjang harus efektif penuh dengan mengurangi penampak
efektifnya yang disebabkan berkarat dan dengan kehilangan tegangan tarik
yang disebabkan hasil.

Pada penampang yang tidak diling baut pengikat batuan harus diinjeksi
semen permanen.
Walaupun terowongan shotcrete atau lining beton dimana baut pengikat
batuan diperlukan sisa efektif penuh walaupun setelah pembetonan dan
penginjeksian baut mungkin dibutuhkan.

4. Angker dan Tekanan Yang Diijinkan

Panjang dari angker didalam masa batuan yang kompak ditentukan


oleh keperluan angker mesin atau tegangan ikatan antara injeksi
semen dan batuan dan dapat ditetapkan oleh kekakuan percobaan tarikan

Dalam hubungan ini hasil berikut dari EMPA (Swiss Federal Laboratori
for the testing of Material)

Laporan percobaan No. 70632 tanggal 7 maret 1961 untuk ikatan


antara tipe dari batuan injeksi semen akan mendapat perhatian.

Tabel 3.9.2. Kekuatan Ikatan


Batuan

No. Bahan Alam Kekuatan


(Batuan) Ikatan
1. Slight wathered mainly testing kg/cm²
6,50
sand stone
2. Fine grained, slightly weathe red, 11,20
testing sand stone
3. Fine grained, testing sand stone 41,90
4. Testing limestone 28,30
5. Chalky sand stone 28,90
6. Granity guiness with biotite 24,80

Hasil pengikatan batuan dengan waktu proses ini agak cepat pada awalnya
dan termin menjadi pelan secara berangsur-angsur.

Awalnya kehilangan tekanan dapat dikoreksi dengan penarikan


kembali.

Peningkatan keringanan tekanan dari baut tergantung dari kualitas dari


batuan menjadi lebih besar untuk batuan yang lebih lunak akan muncul dari
gambar 3.9.11 yang memeperlihatkan hasil percobaan dilakukan oleh
Robcewics, pada diameter 22 cm angker baut baja tegangan tarik
yang tinggi dengan perluasan kulit.
Gambar 3.9.11 Admissible Loads On Bolts As A Function of Rock
Quality
(After Rabcewice)

Tarik yang diijinkan pada baut biasanya diambil sekitar 50% - 75% dari
hasil tegangannya tergantung dari percobaan tarik dan elastisitas dan
mac am / jenis tegangan dari batuan.

5. Pengikatan penjagaan lokal

Peningkatan penjagaan setempat mungkin dibutuhkan untuk mengecek


kegagalan sepanjang retakan atau bidang lain dari kelemahan, dimana
tegangan timbul bidang retakan melampui gaya geser pasif.

Itu juga dibutuhkan mengencangkan masa batuan lokal (cenderung


bergerak) ke badan batuan.

Tergantung dari susunan dari bidang kelemahan dan bentuk lipatan, baut
didesain untuk pengaruh penggantungan (beban berat mati) atau untuk
kekakuannya pengaruh gantungan dan gesekan.

Pengaruh gesekan pada batuan retakan dan lipatan bertambah


besar.

Untuk mendapatkan keuntungan dari pengaruh gesekan baut harus


ditarik pada waktu pemasangan dan sedekat mungkin kepekerjaan
permukaan.

Tahapan desain menyebabkan penentuan dari besarnya dasar arah


dari gaya dinetralkan gaya angker dibutuhkan dan hampir semuanya
cocok arahnya dari permintaan dan ukuran dan jarak dari baut.
Bagian yang kompleks dari tegangan dan kekurangan kesamaan
dalam
batuan retakan dan lipatan seperti membuat kesulitan dalam menganalisis
matematik setepat tepatnya.
Baut lokal semat-mata didesain untuk beban berat mati.

Pengikatan mencegah kegagalan sepanjang bidang kelemahan


didesain untuk pengaruh gesekan dan gantungan.

W adalah berat masa batuan longsor dan  kemiringan permukaan


longsor terhadap horisontal.
T = Gaya tekan total, baut dapat mengamankan pengambilan
 = sudut peletakan relatif kepermulaan longsor
 = sudut geser kedalam (tangen  = koefisien geser)
dan c = perlawanan kohesi

hubungan ke gambar-gambar 3.9.12

Gambar 3.9.12 Stability By Rock

Bolt gaya longsor = W sin . 


gaya perlawanan = tan  . (Wcos  + Tsin ) + Tcos 

Ambil F sebagai faktor keamanan dan c dihilangkan,


kemudian

F W sin   W tan . (9.3)


cos 
T
tan  sin   cos

Faktor keamanan F = 1,25 biasanya mendapatkan hasil yang cukup


baik.

Yang akan muncul dari rumus 9.3 dengan harga T akan maksimum
bila
 =900 tetapi kemudian panjang baut menjadi minimum seperti 
dikurangi, T menurun tetapi panjang dari baut meningkat.

Harga yang optimal dari sudut bervariasi tetapi biasanya disekitar


600.
Mengetahui tegangan setiap baut banyaknya dan arahnya dapat ditentukan.
Analisis ini dapat juga dikerjakan dengan mempertimbangkan tekanan pada
masa batuan.
Mengerjakan komponennya sepanjang dan normal ke bidang
kelemahan dan menyiapkan keperluan penyangga untuk mencegah
kegagalan.

6. Sistem Angker

Prinsip dan prosedur desain berikut ini adalah dari Talbore.

a. Luas dan dimensi dari pengikatan atap tergantung dari kebiasaan dari
batuan pengikatan atap pada pembentukan batuan yang kurang
harus berjarak lebih dekat dan harus juga lebih panjang
Tanah yang plastis secara keseluruhan tidak cocok untuk
pengikatan.

b. Ketebalan dari beban hubungan lengkung (W) dibentuk harus ada


lawan dan membawa beban yang diharapkan (lihat gambar 3.9.13.a)

Gambar 3.9.13.a Natural Rock Arch Produced By Roof Bolts

c. Panjang dari baut (L) harus paling sedikit sama dengan tebal ketebalan
lengkung batuan yang dibutuhkan ditambah jarak rata-rata antara
baut yang berdekatan (menurut Rebeewics, panjangnya harus tidak
kurang dari pada duakali dalamnya daerah yang terganggu).

d. Jarak dari baut pengikat batuan harus sebentuk mungkin. Biasanya


panjang baut untuk penyangga terowongan bervariasi dari 2 m - 3
m dan jaraknya biasanya sama dengan setengah panjang baut.
Batuan yang lebih jelek baut lebih panjang dan jarak lebih kecil.

Dari lengkung karakteristik batuan (Mohr’s Amplolope) bila garis melintang


penyangga tekanan dibutuhkan untuk O - T untuk tidak terjadi kegagalan
A A
pi ( pi dapat ditentukan kurang lebih dari rumus (9.1) kemudian :

A A.Fs
pi  (9.4)
.t
Rumus (9.4) memberikan penampang melintang luas baut (A) jarak 
xt
dan tegangan tarik Fs (Talborre menganjurkan Fs = ½ batas elastis atau
kurang untuk batuan yang lebih buruk) yang lain dibutuhkan.

Rabeewiez menganjurkan penggunaan baut perfo ditarik diinjeksi


seluruh panjangnya untuk sistem angker.

Dalam hal baut membawa pengaruh hasil utama dari ikatan antara
injeksi dan batuan.

Ikatan terdiri dari hampir semua gesekan disebabkan oleh


tekanan tangensial pada sekitar batuan disamping beberapa adheksi.

Tekanan tarik pada baut naik dari nol pada akhir sampai maksimum
pada pelat dan setiap tekanan batas radial 0 - 1/t, mungkin sisanya
ditambahkan dibawa kebaut oleh pelat. Pergerakan batuan masa lubang
merintangi dan pengaruh lengkungan ditimbulkan pada batuan antara
baut (lihat gambar
3.9.15).

Gambar 3.9.15 Mode of Action of Fully Grouted


Anchors

Membawa kapasitas pi A memberikan kira-kira dengan rumus berikutnya :

A m 1
pi   .Ld.(C  tg..   B   (9.4.a)
Ats
t R
dimana :
d = diameter lubang
c = adehesi antara injeksi dan batuan
 = sudut geser antara injeksi dan batuan
m
.  rata
2x
tekanan tan gensial diatas panjang  dari
baut t
B = Luas efektif dari pelat (yang dapat mempunyai harga s/d  x t)
Dalam praktek bagaimana pun membawa kapasitas dihitung dengan
percobaan tarik.

Walaupun demikian membawa kapasitas dari baut perpanjang dan


baut perfo sama dan dibatasi oleh tegangan tarik baja.

Pengaruh stabilitas dari baut perfo adalah lebih besar.

Pengikatan atap dapat juga dapat dikerjakan dengan baik pada atap
terowongan rata.

Dalam hal ini komposisi kegunaan dari lapisan batuan masing-masing


dijamin hanya dengan hubungan gesekan besarnya dapat sungguh-
sungguh dinaikkan oleh besarnya atap bila diterapkan seperti yang terlihat
pada gambar 3.9.13.b.

Gambar 3.9.13.b. Natural Rock Arch Produced By Roof Bolts


.

Bila mereka akan melawan dengan efektif tekanan tarik secara prinsip
disebabkan oleh tegangan geser sama dengan bengkoknya batang
tulangan pada balok beton.

3.9.5 Linning Tanpa Tulangan (Shotcrete Lining)

1. Gambaran Pengalaman.

Campuran yang banyak untuk shotcrete adalah cara yang terbaik


untuk usaha menyangga bagian atas terowongan yang membuat
menjadi ekonomis cepat dan efektif untuk menyangga terowongan
gambaran khususnya adalah :

a. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penyemprotan campuran


semen pasir pada permukaan terowongan pada jarak yang dekat.

Setelah peledakan atau sebelum batuan tersebut rusak dengan


membebaskan (½ jam atau kurang ½ jam setelah peledakan) dan
diteruskan dan memasang penyangga pada tempat-tempat
yang
penting, lapisan concrete biasanya setempat secepat mungkin
diselesaikan dengan melengkapi pipa dan cam puran semen.
b. Pertambahan tegangan dengan cepat dan pencampuran tegangan
regang/ tarik - lentur yang tinggi dari 20% - 30% dari tegangan
tekan dalam waktu 12 sampai 48 jam.
Sementara pertambahan tegangan yang diijinkan
menunjukkan
bergerak tinggi disebabkan adanya perubahan bentuk tanpa disebabkan
tegangan momen.
Harganya bergerak menurun dengan waktu dan tegangan yang dijinkan
meningkat kontinu setelah hasil batuan dihentikan ini dikontrol dari hasil
informasi, daerah yang dilindungi (lengkungan bawah tanah).
Untuk kebutuhan penyangga
kecil.
c. Pameran ikatan erat dengan batuan disebabkan tabrakan ketat
penempatan, memasukkan sambungan/ retakan, belahan dan
sebagainya, Jadi mencegah pelepasan/ pelonggaran dari batuan
yang lebih berat walaupun oleh pelaksanaan.
Tindakan menghasilkan bahan campuran dengan batasan
dan
menggerakkan tegangannya.
Jadi mencegah perkembangan keadaan tegangan unidetail dan
memperkenalkan sejumlah pratekan.
d. Mencegah keteledoran udara dan batuan dan rembesan dari bahan
pengisian pada retakan yang mempunyai bocoran air.
e. Cocok untuk menggunakan hubungan air dan batuan
f. Bergunanya untuk keadaan batuan bila digabungkan dengan
kegiatan pengikatan batuan untuk batuan mendesak bawah
permukaan yang berat/ tekanan membengkak/ besar.
g. Pada prakteknya mencegah pelonggaran batas penggalian profil akan
mengurangi biaya penggalian.
h. Kulit dilaksanakan tipis mencegah terjadinya momen dan bila perlu,
tulangan dengan baja ringan, lubang kawat dan pengikat batuan
i. Mudah memperbaiki dan memperkuat seperti dapat diterapkan
pada bagian dan pada lapisan yang ada serangan pada daerah galian.
j. Tidak bertindak hanya seperti penyangga sementara tetapi dapat
digunakan seperti lining yang sudah final (selesai) dengan melengkapi
tambahan pipa dari beton atau beton dengan ketebalan minimum/
praktis setelah perubahan bentuk pada praktinya dihentikan untuk
keperluan hidrolik dan struktur dan meningkatkan faktor kebocoran.
2. Prinsip dan Prosedur Desain

Menurut penyelidikan / penelitian dari Rabcewicy dan


perhitungan matematika yang dibuat oleh Sattler, lapisan shctcrete
yang tipis (disepanjang keliling batu luar) menganut bahwa batuan dapat
rusak hanya oleh gaya geser dan tidak oleh momen.

Kegagalan terjadi pada sepanjang permukaan pada sudut yang kecil


(20 0-
300) terhadap garis vertikal dari
lining

Disebabkan oleh beban vertikal yang dominan bagian atas dan


invlet approach mau tidak mau saling menguncikan dan dimensinya
bagian dinding ditekan oleh batuan.

Momen dibentuk pada batuan dikedua sisi dari ruang tegak lurus
terhadap arah utama dari arah tujuan dan setelah mempunyai

Lining dapat dengan mudah didesain dari rumus berikut yang


dikeluarkan oleh suttler dengan perhitungan yang sederhana dimana
beban menyebabkan timbul gaya gesek.

Bila pi adalah tekan radial yang bekerja pada


lining

c adalah tegangan geser pada shotcrete

d tebal dari lining

 = sudut bidang pecah terhadap garis sumbu vertikal


dan

b = tinggi pipa geser

b d
pi.  ds.c .
sin  c

2 d.c
Oleh karena itu pi = (9.5)
sin  b 2

c dapat diambil 0,23 kali tegangan tekan kubus (28) seperti
yang disarankan oleh Graph. Tegangan tekan kubus dari beton (Shotcrete)
(dilapangan) lebih kurang 300 kg/cm². d/(sin), biasanya lebih besar
dari
2.5.d dan  < 2306’. Untuk kapasitas keliling b/2 = r cos pi
ditentukan
dengan pengukuran.

Untuk pendekatan perhitungan rumus (9.1) dapat digunakan


setelah
2 sin 
menghilangkan c. Bila berkurang bentuk simpel berikut ini :
1  sin

pi  po1  sin  . 2 sin
 npo
R x

1  sin

Gambar 3.9.18 memberikan harga n untuk 


yang berbeda dari harga  R
R

dapat dihitung dengan pengukuran kecepatan suara dilubang bor.

Gambar 3.9.18 Lining Resistance Pi As Function of y and r/R (After

Muller). Bila kawat nt atau perkuatan/ tulangan digunakan dengan beton

(shotcrete).

Tegangan gesernya dapat digunakan hanya dampak sebagian dari


tekan yang cocok dengan perubahan bentuk pada momen kegagalan dari
beton :

c.Es
s   k.c
Ec
k = ratio modulus

Meningkatnya tekanan radial yang dapat dipikul oleh tulangan baja

As.k  1.c As
pi 
s
k  (9.6)
sin  b 2
 1.c
sin  b 2  

Rumus atau persamaan 9.5 akan memberikan pic . Tekanan radial


yang dipikul oleh beton / lining.

Penyangga beton total menjadi :


Pic = pic + pis

Bila angker (batuan atau lubang baut) juga digunakan (3.9.19) tekanan
radial piA dipikul oleh angker dapat dihitung dengan rumus

(9.4) Tekanan lateral total r adalah : pi  r  pi  pi  pi


e s

A
Untuk tekanan menahan radial ini (tekanan lateral) r, tekanan normal n
dapat diketahui dari lengkung karakteristik (Mohr’s Envelope) dari batuan
(gambar 3.9.19)

Gambar 3.9.19 Stabilishing Effect of Anchoring and Shotering


(After
Rabcewiez 40).

Seperti juga hanya yang cocok dari tegangan geser dari batuan r
dan sudut geser  ’ didapat mendapatkan kapasitas dari batuan
langsing
adalah :

R S. R .Cos  S n
pi   (9.7)
Sin
b/2 b/2

Dimana S adalah panjang bidang geser

 = sudut kombinasi rata-rata dan

n = Tekanan momen pada gedang geser 

Daya tekan dari angker melawan gerakan geseran maju kapasitas


batuan adalah :
A' a.A. fscos 
pi  (9.8)
c.t.(b / 2)
Dimana :
A = Luas dari baut
 = Sudut inklinasi rata-rata
fs = Tegangan tarik yang diijinkan pada baut.

Kapasitas yang dipikul total dari lengkungan adalah


:
W L R A'
pi  pi  pi  pi  pi (9.9)
min
3. NATM juga disebut cara pembuatan terowongan Austria baru (New Austria
Tunneling Method) tidak hanya ekonomis terhadap pembetonan
dan penggalian tetapi juga berbagai hal.

Hal tersebut dapat digunakan dengan pembuatan terowongan dan


pelaksanaan perubahan profil dan cabang.

Dengan cara ini dalam pengerjaan pada batuan dengan kesetabilan rendah,
mempunyai keuntungan lebih cepat.

Setelah pencegahan bagian luar (menstabilkan) lingkaran telah selesai dan


keadaan stabil telah diperbaiki dan bagian dalam lengkungan beton semprot
atau beton tanpa tulangan biasanya disiapkan untuk meningkatkan
faktor keamanan dan atau dari pertimbangan Hidrolik kelengkungan /
kebiasaan dari penyangga pencegahan dan perawatan batuan, proses
memperkirakan kembali dibutuhkan.

Dikontrol dengan program peralatan yang berpengalaman untuk


mengukur perubahan bentuk dan tekanan radial dan tekanan tangensial.

Sistem penyangga adalah ketegangan atau membuat pengangkutan seperti


yang dicantumkan.

Pada pekerjaan yang lalu dalam keadaan batuan yang sama ini juga
diijinkan memperkuat dari penyangga yang ada sebelum terjadi
kegagalan pengukuran penampang dipilih dari keadaan geologi dan
pertimbangan kerusakan batuan lain perubahan bentuk dengan waktu,
diukur dengan pertolongan ertentiometer dan dengan memonitor titik
pengukuran atap dan lantai.

Untuk mengukur tegangan sepanjang pertemuan daerah dari batu dan


shotcrete dan pada batuan bingkai penyangga dipasang alat, stress meters
dan load sells.

Bila pekerjaan dihambat peralatan dikerjakan pada lokasi yang cocok arah
sepanjang jalur terowongan.

Penampang shotcrete selesai untuk jaringan tenaga listrik Yamuna tahap II


yang dianjurkan oleh Dr. Leopold Muller diperlihatkan pada gambar
3.9.20 yang tidak dapat dipakai untuk keinginan dari ahli pengetahuan teknik
dari penyelesaian shotcrete yang licin / lancar.
Gambar 3.9.20 Proposed Shotcrete Lining for Yamuna State II Part
1
Project (After Muller).

Walupun 3 inchi (7,5 cm) shotcrete pada bagian separah atas dari
terowongan (dengan pembuatan lubang dari baut penyikat batuan
dimana diperlukan). Telah digunakan penyangga selama konstruksi
(setelah beberapa bulan) dengan lapisan beton tanpa tulangan oleh ahli
pengetahuan teknik terowongan hidrolik, dapat diselesaikan
dengan shotcrete dengan derajat kehalusan yang sama seperti lapisan
beton yang ditutup dengan baja.

NATM sangat populer di Eropa dan hal tersebut juga digunakan di USA
dan di negara lain sedang meningkat.

4. Pelaksanaan Dengan Beton Semprot (Shotcrete).

Dua proses digunakan pada saat sekarang, proses basah dan proses
kering.

Syarat proses basah digunakan bila semua material dicampur dengan


air Hidrasi sesuai kebutuhan. Sebelum udara atau pompa dikirim ke titik
penerapan.
Campuran ini yang telah dimasukkan sebanyak 2 slump kemudian
ditiup kesatu tempat dengan tekanan udara melalui Nozzle.

Proses kering terdiri dari mencampur semua material termasuk percepatan


pada tahap pelembaban sebelum dengan tekanan udara dikirim ketitik
penerapan.

Penambahan air ditambahkan pada


penyemprot.

Proses kering biasa digunakan campuran / agregrat dibuat kira-kira


satu bagian semen dari 2 bagian setiap pasir dan agregrat.
Pasir dan agregrat standar untuk penempatan angin dengan
tekanan.

Agregrat kerikil digunakan ukuran 20 mm, Proposi campuran ini


dilaboratorium, menghasilkan untuk bentuk kubus tegangannya lebih besar
dari 400 kg/cm².

Penerapan yang sangat sukses dari schotcrete tergantung dari


observasinya sangat teliti dari peraturan-peraturan yang pasti.
Permukaan batuan harus sepenuhnya dibersihkan dari semua bahan yang
lepas, debu dsb, dan permulaan dipertahankan selalu lembab (tidak basah)
seterusnya hingga shotcrete diterapkan/ dilakukan.

Jarak antara Nozzle (mata penyemprot) dan titik penerapan shotcrete


biasanya kritis antara 0,9-1,2 m tetapi bila permukaan batuan basah
dikurangi hingga 0,6 m.

Shotcrete menabrak dengan kecepatan 100-150 m/det. Didalam menjamin


pantulan, batas yang diperkenankan sekitar 15% sebaiknya
dipertahankan sudut pantulan normal ke permukaan.

Ketebalan shotcrete 7,5 cm biasanya didapat dalam 3 lapisan yang dapat


diikuti dalam waktu dekat untuk setiap lapisan.

Drainase dari tekanan air batuan dibutuhkan untuk peningkatan ikatan


batuan dan shotcrete dan kesetabilan dari terowongan yang sudah selesai/
komplit.

Daerah yang paling umum dilubangi/ dibor pada rata 2 dugaan air yang
paling berat dan dimasukkan pipa plastik pada sabuk dari lubang
pengeboran yang memproduksi banyak air.

Pelaksanaan shotcrete kemudian dapat dilakukan disekeliling pipa drainase


plastik.
Uraian dari daerah drainase diperlihatkan pada gambar 3.9.21

Gambar 3.9.21 Swedish Method for Drainage of Shotcrete Rock


(After Sandel)

3.9.6 Dasar Penerapan Sistem Penyangga

Kebaikan dan kejelekan serta kecocokan yang umum dari bermacam


-macam sistem penyangga pada keadaan batuan yang berbeda telah
didiskusikan.

Tabel 4. Rekombinasi diberikan oleh Lauffer berkenaan dengan dicocokkannya


sistem penyangga modern untuk klasifikasi batuan yang berbeda berdasarkan
waktu berdirinya (gambar 3.9.3).
Gambar 3.9.3 Rock Classification Based on Stand up time (After
Loffer).
3.10 Desain Terowongan Lining

3.10.1 Kebutuhan Untuk Lining

Setelah terowongan digali dan disangga, lining mungkin dibutuhkan untuk


memenuhi satu atau lebih fungsi berikut, tergantung dari keadaan
kebutuhan yang diinginkan.

1) Memperbaiki stabilitas masa


batuan
2) Pencegahan pengikisan batuan oleh cuaca atau kecepatan aliran
pada terowongan pengelak atau terowongan spillway.
3) Menyediakan keadaan hidrolik yang memuaskan untuk kecepatan
aliran yang tinggi (terowongan spillway).
4) Pengamanan terowongan dengan tekanan tinggi untuk melawan
tekanana kedalam bila penutup/ selimut batuan cukup tinggi.
5) Untuk menghindari ketidak stabilan dari tebing oleh bocoran / sumber
air
melalui retakan dri terowongan hidrolis terutama sedang ada
tekanan.
6) Pengurangan kehilangan air akibat bocoran dan kehilangan tekanan
/ tinggi tekan akibat gesekan yang berlebihan di terowongan hidrolis
dan pertimbangan ekonomis.
7) Pertimbangan keamanan khusus seperti menyetop butir batuan kecil
yang akan menggesek atau merusak mesin.

Mengecek bahaya rembesan atau kehilangan tegangan batuan pada


drainasi dan injeksi semen/ grouting terowongan pada pondasi
bendungan atau tumpuan, penyimpanan kabel bebas dari kelembaban dan
sebagainya.

Dari pertimbangan keamanan bila selimut cukup tinggi dan batuan baik
serta ada sedikit resiko dari jatuhnya batuan, walaupun setelah batuan
terbuka dari air dan udara terowongan dapat tidak dilining, termasuk
terowongan yang bertekanan walaupun mencapai 175 m tinggi tekan pada
batuan yang baik (biasanya granite atau gneiss).

Dimana batuan tersebut retak-retak berat atau berlapis-lapis atau dimana


batuan tersebut menyerupai/ seperti mempburuk pada keadaan terbulasi
dari air dan udara terowongan harus dilining secara permanen.

Dalam hal terowogan pembantu pembuatan lining akan tergantung dari


tujuan terowongan pembantu tersebut dan resiko yang berbelit-belit.
Terowongan gabungan telah diperkanankan dimana hanya bagian atas/
atap ujung dilining untuk alasam struktur.
Dimana lining dibutuhkan untuk alasan ekonomi dan hidrolis, biaya dari lining
diberikan alasan dalam hal harga/ nilai dari pengaman air dari kehilangan
karena bocoran atau melakukan usaha penghematan biaya akibat menurunnya
potongan bor yang dibutuhkan.

Untuk kehilangan tekanan akibat gesekan atau penghematan nilai dari


kehilangan energi akibat gesekan.

Pada sistem terowongan yang panjang dengan mendapatkan titik


perantara, mungkin mendapatkan mengambilkan standar penyebaran struktur
lining yang cocok pada batuan yang baik, dalam rangka mempermudah
penggalian terowongan yang tepat.

Kemudian meningkatkan kapasitas debit dengan mencapai terowongan


yang lebih rendah dengan meningkatkan kembali lining secara proposional.

Banyak yang harus dibicarakan untuk lining paling sedikit dasar dari
terowongan, seperti fasilitas inspeksi yang banyak dan pergerakan alamiah dan
buatan dari jatuhnya sedikit runtuhan lining.

Pada terowongan spillway dan terowongan pengelak mempunyai


kecepatan aliran yang tinggi, lining membutuhkan keadaan hidrolis yang cukup
baik.
Hampir semua terowongan bertekanan dan banyak terowongan aliran
bebas dilining.

Bagaimanapun kecenderungan modern tidak pada bentuk terowongan pada


batuan keras.

Teknik ini digunakan tersebar luas diswedia untuk terowongan trailrace


pada batuan granit dan sekarang digunakan untuk terowongan aliran bebas dan
terowongan pembawa bertekanan.

Terowongan bertekanan kemano dicanada hampir semua tidak dilining,


tetapi terjadi jatuhnya batuan dan pada bulan juni 1961. Rencana alumunium
telah ditutup. Biaya perbaikan diperlukan $ 2 juta

3.10.2 Tipe Lining

Tipe lining yang biasa digunakan adalah


:

1. Lining Pasangan (batu / bata)

Biasanya dipakai batu sebagai pasangan. Ini biasa digunakan untuk


terowongan aliran bebas dan non hidrolik pada batuan yang cukup
baik, tetapi sekarang jarang digunakan
2. Lining Beton

Lining beton tanpa tulangan, biasanya cukup untuk s emua terowongan


non hidrolik dan aliran bebas kecuali pada keadaan batu khusus yang
sangat jelek atau selimut batuan (tinggi batuan diatas terowongan)
yang tidak cukup tinggi, hal ini diperlunakan lining beton dengan tulangan.

Lining beton tanpa tulangan juga dipergunakan untuk terowongan


dengan tekanan rendah dan tinggi yang mempunyai selimut batuan
yang cukup tinggi.

Penggunaan tulangan tergantung dari kualits


batuan.

Tekanan harus ditahan dan aliran terowongan bila selimut batuan tidak
cukup lining beton dengan tulangan hanya dapat digunakan dan juga untuk
tinggi tekan yang rendah.

3. Lining shotcrete tanpa tulangan atau dengan tulangan seperti untuk (2)
diatas tetapi hanya untuk keadaan selimut batuan yang
cukup.

Lining shotcrete digunakan untuk terowongan hidrolik membutuhkan


permukaan yang halus dibatasi dengan segera tetapi meningkat cepat.

Lining shotcrete cocok untuk kecepatan aliran yang sangat tinggi


seperti pada terowongan, spillway dan untuk terowongan pengelak.

4. Plat baja dibelakang beton digunakan bila terowongan harus dilining.

(2) dan (3) tidak mempertimbangkan keamanan atau tidak


mempertimbangkan segi ekonomis yang disebabkan tinggi tekanan dari
dalam yang sangat besar, keadaan batuan yang buruk atau tidak
cukup selimut batuan (tebal batuan diatas terowongan kecil). Juga
menyediakan terowongan lining yang kedap air adalah pertimbangan
bentang.

5. Lining beton pratekan dari elemen precast.

Kadang-kadang digunakan untuk tinggi tekanan yang tinggi dimana


kedapa air menjadi pertimbangan penting.

3.10.3 Pendekatan Desain

Ada dua pendekatan untuk mendesain lining :

1. Memperbaiki lining sebagai satu kesatuan struktur yang berdiri sendiri/


bebas terhadap beban kedalam dan keluar.
2. Mengambil batuan semaksimal mungkin dari sekeliling masa batuan
dengan perbaikan dan lining sebagai bagian dari anggota struktur
tebal dan menyatu (setelah menyiapkan perbaikan yang cocok dan
diperlukan menjamin kebiasaan bergabung) dan dengan mobilisasi yang
menyeluruh kapasitas sebagai beban batuan untuk keadaan tekanan dari
dalam dengan peningkatan batuan dengan injeksi tekanan tinggi.

Pendekatan kedua bila diterima meloncat keperanan penting dari pertimbangan


ekonomi, pendekatan ini sangat dianjurkan oleh banyak orang terkenal dibenua
(terutama eropa) ahli terowongan seperti Rabcewiez Sattlerm Muller dan
lainnya.

Untuk alasan berikut (berdasarkan pada observasi mereka dilapangan, uji


model dan analisis matematika).

1. Dengan cara terowongan modern selalu ada ikatan yang sangat dekat
antara batuan dan beton baik dengan pemasangan langsung
beton shotcrete pada permukaan terowongan secara lain dari biasa atau
bila menggunakan elemen beton precast atau lining beton inplace
cast (pembalut permukaan) dengan injeksi campuran semen antara
beton dan batuan.

Gaya tangensial bekerja pada permukaan antara beton dan batuan dicegah
agar tidak berubah masing-masing berdiri sendiri.

Kelakuan mereka adalah seperti strutur yang


menyatu.

2. Untuk struktur gabungan perpanjangan lining keliling seluruh lubang


terowongan. Cara kritis dari kegagalan pada keadaan beban dari luar bukan
hydrostatis bukan oleh tekuk tetapi oleh geser sepanjang bidang
Mohr’s pada sudut kecil dari 200 – 300 terhadap vertikal aksis dari lining.

Retak tekuk walaupun mereka muncul tidak mempengaruhi kapasitas


beban dari luar.

Rangkaian / sesi dari patah tekuk sekeliling lining sama dengan


struktur lengkungan engsel lipat yang mengatur sendiri memainkan gaya
aktif dan gaya pasif pada proses perencanaan kembali menentukan
kegagalan dengan hanya terjadinya geser pada beban yang sangat tinggi
adalah kebebasan yang bertentangan dari titik dimana patah tekuk
dibentuk.
3. Tekanan radial pada lining yang disebabkan beban batuan adalah
fungsi dari kekokohan dari lining yang mengecil untuk lining fleksibel
yang lebih tipis.
Dengan tipe lining kokoh tidak diperlukan tekanan radial yang tinggi
sebab
retakan tarik walaupun dengan beban yang relatif kecil. Sejak bagian sisa
dibawa dari penampang, berkurang dalam cara ini ke pecahan
dari ketebalan aslinya struktur permanen masih cukup stabil.

Ketebalan rata-rata lining hanya pemborosan radial dan


konsekuensinya tidak ekonomis sama sekali.

4. Pada lining shotcrete yang tipis perpanjangan disekitar lingkaran tidak


ada olah tarik yang disebabkan beban batuan telah diberitahukan dimana-
mana.

5. Pada terowongan bentuk tapal kuda ketik lining telah diketahui berhubungan
dengan batuan tidak perlu untuk meningkatkan ketebalan lining
pada dinding maupun dasar terowongan.

Pendekatan kedua ini mendapatkan peningkatkan hal yang dapat


diterima diantara ahli terowongan untuk terowongan pada batuan dan akan
diambil.

3.10.4 Beban-beban Desain

Tergantung dari keadaan geologi dan gempa dari keadaan lokasi dan
layanan, satu atau lebih dari beban berikut dapat terjadi pada lining :

1. Tekanan batuan
2. Tekanan air
keluar
3. Tekanan injeksi /
grout.
4. Beban bergerak dan tambahan
Ini dapat terjadi disebabkan beban struktur ke permukaan batuan
terlalu membebani atau operasi peralatan bila selimut batuan tidak cukup
tinggi
5. Tekanan air kedalam
6. Berat air dan lining.
Ini biasanya dihilangkan karena
kecil.
7. Tekanan gempa pengaruh dari
gempa
Pada bangunan dibawah tanah yang rendah tidak signifikan. Jadi beban gempa
biasanya diabaikan kecuali bila jalur terowongan melintasi daerah patahan aktif
tidak dapat diabaikan.

Yang paling bahaya adalah seperti kombinasi dari beban-beban pada


keadaan operasi yang berbeda harus dipertimbangkan (Maksimum
operasi, norml
operasi, dalam keadaan kosong dan sebagainya) setelah keadaan
tersebut. Lining selalu dikontrol / dicek.

3.10.5 Ketebalan dan Kualitas Beton untuk lining

Ketebalan lining tergantung dari pertimbangan beban diatas dan ukuran


dan bentuk terowongan peraturan yang benar untuk tebal lining beton,
digunakan untuk waktu yang lama ialah inchi per foot dari parameter
terowongan setelah atau dengan USBR, Prachice (pada 234 Design of
small Dam) telah di tebal lining ¾” - 1” per-kaki pada tanah yang cukup
stabil (ketebalan ini dimana perangkat baja digunakan penyangga diukur
dari bagian dalam fleno atau 2” sebelah dalamnya).

Praktek tua ini sekarang dengan cepat dari lining tipis yang
fleksibel.

Ketebalan lining beton penutup minimum ditentukan dengan praktis


pertimbangan dari pembetonan.

Hal ini jarang diambil kurang dari 6 inchi dan biasa diperkenankan minimum 8
inchi. Untuk lining beton dengan tulangan dengan 2 lapis dari ketebalan
minimum beton bertulang 12” mungkin diinginkan.

Ketebalan minimum dari lining shotcrete permanen biasanya disetujui 20 cm.


Tabel 5 memperlihatkan ketebalan lining beton diberikan pada
beberapa terowongan tenaga air yang besar. Dengan jelas menunjukkan
masa ini memilih lining yang lebih tipis.

Beton yang digunakan pada lining terowongan hidrolis harus dari kualitas yang
baik. Harus cukup luas dan padat untuk melawan serangan kimia dan
kikisan mekanika dan pada terowongan bertekanan mencegah kehilangan air
dengan meresapkan air kesekitar batuan.

Kecepatan yang tinggi dan aliran terbuka mengakibatkan keausan atau


kikisan dari lining dan pengaruhi mempertinggi kotoran dengan hadirnya
benda padat dalam penyekoresan dalam air. Keadaan luar biasa air kotor atau
air yang mengandung mineral kotoran biasanya akan berpengaruh
menghancurkan pada kulit beton, peningkatan hal tersebut, kemungkinan
membuat pengikisan yang sering dan konsekuensinya meningkatnya koefisien
kekasaran.

Tindakan pencegahan yang plaing baik untuk melawan kesusahan adalah


menjamin tidak hanya beton diaduk dengan baik dan cukup lama. Tetapi juga
pemadatan dengan sepenuhnya pada posisi dan keadaan permulaan yang
keras dan halus.
Tindakan pencegahan ini mungkin tidak cukup efektif untuk melawan
kegiatan kimia dan ini kadang-kadang sebaiknya masih mempertimbangkan
perlindungan lebih lanjut dengan mengecat permukaan dengan cat batu
bata yang harus hanya diterapkan pada permukaan sepenuhnya kering.

Pada terowongan Ramganga dan Yamuna beton grade M-250 (beton


harus dilapangan selama 28 hari mempunyai tegangan 250 kg/cm²).

Ukuran agregrat maksimum 1 ½ ” dipadatkan sepenuhnya pada tempat


yang
telah digunakan.

Pembetonan dari lapisan biasanya dikerjakan pada monolit sekitar 12 meter.


Beberapa kali kembali juga ditempatkan terpisah. Pelaksanaan
sambungan harus diberihkan dan dibuat kasar dengan hati-hati.

Tidak biasa mengambil pengukuran khusus melawan penciutan/


penyempitan.

Keadaan udara yang lembab dan temperatur yang biasa dalam


perawatan dengan pengeringan alamiah dan meminimumkan pencintaan dan
penyusutan.

Pembersihan permukaan secara kasar melawan penempatan beton juga


mengontrol pengembangan celah sambungan.

Walaupun begitu diperlukan pertimbangan penyediaan tebal 3/16”, lebar 8” plat


baja untuk kedap air pada sambungan dalam pelaksanaan pembetonan dan
hubungan antara lengkungan dan dasar terowongan.

Penyetop rembesan air disatukan dalam bentuk diaprahma kedap air yang
menerus.

Penyetop rembesan air yang setengah terbuka harus ditanam berikutnya dicat
dengan cat aspal sebelum pembetonan, hanya dalam hal sambungan garis
melintang. Disebabkan batuan yang jelek dan disekitar bendungan
dilengkapi dengan penyetop rembesan air pada terowongan bertekanan proyek
tenaga air tahap II tidak memakai penyetop remesan air.

3.10.6 Tekanan Batuan

Biasanya mengerjakan injeksi semen dibelakang lining untuk menutup


semua penyusunan celah dan menjamin ikatan yang tepat antara batuan dan
beton.

Bila perangkat baja digunakan penyangga dalam waktu yang cukup (satu tahun
atau lebih) selalu lewat antara penggalian dan pembetonan untuk mendapatkan
kestabilan tegangan di batuan.
Dalam hal PAC (Peneumatically Apllied Concrete) dan penyangga
pengikatan batuan, pengembangan lebih Lanjut dari beban batuan dicek
dengan memuaskan.

Oleh karena itu taksiran natural bahwa lining tidak akan dibutuhkan untuk
mengambil beban batuan.

Walaupun begitu didalam pemanfaatan dan peregangan batuan tersebut.


Perubahan bentuk mungkin berjalan terus sepanjang jangka waktu yang
ditaksir dengan pengeplotan lengkung waktu dan perubahan bentuk dilapangan
dan tambahan tekanan batuan diantisipasi dihitung untuk mendesain lining.

Tambahan tekanan batuan seperti mengembangkan berikut melaksanakan


terowongan disebabkan oleh penyebab lain juga perlu dipertimbangkan.

3.10.7 Tekanan Air Dari Luar

Tekanan air dari luar mungkin mendesak lining disebabkan muka air
tanah alam, disebabkan kedap air dari batuan diperkirakan tampungan air
atau tambahan dari muka air batuan oleh bocoran melalui retakan lining beton
pada terowongan bertekanan.

Jarang terjadi kegagalan lining akibat tekanan air dari


luar

Tidak ada celah yang kontinu antara batuan dan lining pada saat
disalurkan injeksi semen.

Konsekuensinya tekanan air bekerja hanya pada sebagian


lingkaran, tergantung dari derajat pemisahan dari sistem sambungan.

Pada terowongan bertekanan dimana masa batuan tekanan, tekanan air tanah
mungkin hampir semua bekerja dibelakang masa batuan yang diinjeksi.

Terowongan dengan aliran bebas dilengkapi dengan drainasi dan


kemudian tidak ada tekanan air dari luar biasanya dipakai dalam
perencanaan teknis lining.

Dalam hal terowongan pengeluaran pada tumpuan bendungan (USBR para


234
Design of Small Dam), ditaksir / dianggap tekanan air dari luar bekerja arah
jari- jari berubah-ubah dari tinggi air waduk penuh pada bagian hulu dari
terowongan sampai nol pada titik dimana berubah menjadi terowongan dengan
aliran bebas dan dilengkapi lubang drainase.

Lubang drainase biasanya dibedakan pada jarak 20 feet (6


m).
Pada terowongan bertekanan pada batuan yang cukup baik dengan
lingkaran masa batuan yang diinjeksi, tekanan air dari luar biasanya
diabaikan dan drainase disiapkan dimana menghadapi tekanan air tanah tinggi.
Pada pertemuan ini kutipan berikut dari Show Montetain Hydro Electric
And
Thority Tehnical Memo CD 206 (Kriteria Desain Terowongan) mengenai kriteria
untuk tekanan air dari luar akan diperhatikan.

Lining tidak dibutuhkan untuk mengambil tekanan air dari


luar.

Didaerah dimana fakta-fakta dari air mengalir bebas diselidiki selama konstruksi
(walaupun bila sesuatu aliran pada selang waktu yang pendek) lubang
drainase air tanah harus disediakan. Mereka harus terdiri dari bagian
pengeboran setiap
10” (300 cm) dimeter lubang 1 ½ ” dan panjang 10 foot = 300 cm setiap
jarak
10” (300 cm) dari garis sumber.

Didalam penambahan yang telah dijelaskan diatas lubang drainase air


tanah, lubang tetesan harus disiapkan pada dasar terowongan tanpa
memperhatikan masuknya aliran air.

Mereka harus dibor kurang lebih 6 feet (1,8 m) dari garis tengah
terowongan melalui lining beton sampai bahan bebas pengeringan.

Jarak yang dibutuhkan kurang lebih 20 ft (6 m) dan mereka harus


diatur
memberikan jarak memanjang efektif kurang lebih 18” (3
m).

Pada semua penampang penyangga dengan bingkai baja penyangga,


lubang drainase air tanah harus dibor tanpa memperhatikan masuknya
aliran air selama konstruksi.

Mereka harus dibor sepanjang garis sumber pada jarak interval kurang lebih
10”
(3 m) dan umumnya tidak melebihi panjang 5 ft (1,5
m)

Kriteria diambil untuk terowongan bertekanan jaringan tenaga listrik


Yamma tahap II didesain ketebalan lining beton tanpa tulangan untuk
tekanan air dari luar sama dengan tekanan air dari dalam bekerja arah jari-
jari pada seluruh lingkaran diambil 33% lebih tinggi dari tegangan tekan
yang diijinkan normal pada beton.
Hanya dimana tekanan air dari luar kelebihan dari tekanan air dari dalam
dikwatirkan (diukur dengan batuan alat ukur manometer pada lubang
drainasi dibor pada batuan selama konstruksi).

Lubang drainase dibor kedalam batuan (melebihi daerah injeksi) pada diameter
horisontal dipaskan dengan dasar pintu valve harus disediakan pada lining.
3.10.8 Injeksi Semen (Grouting)

Tujuan Injeksi Semen adalah :

a. Menutup celah antara beton dan batuan dan retak-retak yang ada
pada batuan dilekatkan dengan tujuan jaminan pengiriman gaya antara
beton dan batuan dan menciptakan sistem campuran
b. Penggabungan dari batuan dengan tujuan mendapatkan pengambilan oleh
bagian cukup dari tekanan dari dalam pada
terowongan.

c. Pengenalan derajat tertentu dari pratekan pada lining sebaik pada sistem
campuran dari beton dan batuan menghilangkan atau paling tidak
mengurangi tegangan tarik pada beton

d. Mengurangi kesulitan pengeringan air selama penggalian terowongan


dan penempatan beton.

1. Injeksi pengisian kembali (hubungan antara beton dan batuan)

Pengisian kembali dibutuhkan sebab celah antara beton dan batuan seperti
ada retak-retak pada batuan itu sendiri terbuka oleh penyusutan dari beton,
oleh pada celah dan sambungan.

Injeksi hubungan beton dan batuan dapat dibatasi kebagian atas dari
penampang melintang, pada bagian bawah hubungan antara beton dan
batuan cukup memuaskan.

Bila lining PAG diterapkan tidak ada celah dibagian antara beton dan batuan
sebab hubungan yang sangat mendalam, sepenuhnya beberapa
retakan dapat terbuka dibelakang baris pertama dari elemen batuan
memerlukan injeksi semen.

Biasanya injeksi dikerjakan dengan mengebor lubang sekitar dalam 1


kaki (30 cm) kedalam batuan, satu setiap sisi dari lengkung puncak 20 feet
(6 m) setiap bagian diatur bergiliran pada rencana ada lubang setiap
10 feet (3 m).

Tekanan injeksi yang digunakan antara 30 - 60 psi (2 - 4 kg/cm²). Tekanan


injeksi pengisian kembali menjadi rendah biasanya dihilangkan dalam
desain lining.

2. Injeksi gabungan

Injeksi gabungan dari biasa batuan disekitar terowongan bertekanan adalah


sangat penting.
Hal tersebut mengurangi perubahan bentuk yang tidak bisa diubah dan
meningkatkan modulus elastisitas seperti tegangan dari masa batuan
dimungkinkan pembagian beban lebih besar. Oleh batuan penutup
retak- retak dan mengurangi resapan pada sekeliling batuan menyetop atau
mengurangi bocoran air secara efektif dari terowongan bertekanan
kebatuan dan perembesan air dalam keadaan bertekanan pada batuan
ke terowongan terutama sekali bila itu dikosongkan, mengurangi
kebutuhan selimut batuan dan ketebalan lining untuk kemanan melawan
tekanan air dari luar.

Memperkenalkan pratekan (tekanan) pada lining beton dan sekeliling masa


batuan yang membantu mengurangi tekanan tarik disebabkan oleh
tekanan air didalam dan retak-retak pada beton dan sekeliling masa batuan.

Tekanan injeksi p’ pada pokoknya lebih dari tekanan dinamis dari dalam p
adalah kebutuhan untuk menghilangkan retak-retak.

Walaupun begitu hal tersebut tidak harus begitu besar seperti disebabkan
penghancuran beton atau mengangkat batuan.

Untuk tekanan air p lebih tinggi dari 150 m (15 kg/cm² atau 310 lbs/sqm).
Ketebalan lining beton dibutuhkan untuk mempertahankan batas
tekanan injeksi pratekan, kecuali kalau beton kuat khusus
digunakan, ada kecenderungan mengambil p’ = 2 p.

Tekanan injeksi yang harus digunakan adalah dipastikan menurut


tujuan yang akan dicapai.

Untuk dua terowongan Manvoisin di Switzerland, tekanan injeksi


sangat tinggi digunakan digunakan 40 atmospir (p = 20.4 atmospir) tanpa
ada kerusakan kelining beton, sekalipun lebih dulu tegangan tekan pada
beton mungkin kelebihan setengah tegangan penghancuran beton.

Keamanan melawan uplift dapat dihitung dengan menggunakan rumus 4.18


atau 4.20 sub bab 3.4.6, ditaksir untuk jari-jari terowongan ditambah
kedalaman lubang bor.

Injeksi dengan bertahap mengatur dengan pantas sebaiknya tekanan injeksi


kedalam lubang bor.

Kedalaman lubang injeksi diambil dari 3 - 8 m tergantung dari tekanan dari


dalam, tipe dari batuan dan tekanan injeksi.
Jumlah lubang disekeliling terowongan 4 - 6 tergantung dari ukuran
terowongan dan antara lingkaran satu dan lingkaran lainnya berjarak 6
m lubang pada lingkaran pengganti diatur bergiliran.

3.10.9 Terowongan Aliran Bebas dab Non Hidrolik

Desain lining dikerjakan sesuai dengan prinsip secara garis besar


diatas.

Lining beton biasanya tanpa dilengkapi dengan tulangan bila selimut


batuan tidak cukup tinggi (kurang dari 1,5 kali dari kombinasi antara tinggi dan
lebar terowongan) terutama dekat portal atau pemasukkan/ pengeluaran harus
dilengkapi dengan tulangan.

Beton bertulang biasanya dibuat pada batuan yang


jelek.

Ketebalan lining harus ditentukan dengan kebutuhan minimum praktis,


kebutuhan tebal untuk keadaan pembebanan dari luar dan keputus annya.

Dalam keadaan batuan normal untuk mencapai selimut batuan yang


cukup, tidak ada pengembangan bahan/ material selanjutnya beban batuan
dapat diharapkan seperti lining biasanya dikerjakan dengan cukup panjang
setelah penggalian bila keadaan stabil telah telah dipulihkan.

Tekanan air dari dalam (disebabkan ketetapan untuk pengeringan) dan tekanan
injeksi (lemah) juga tidak untuk dipenuhi.

Lining beton tanpa tulangan ketebalan minimum dalam praktek (sekitar 20


cm)
oleh karena itu biasanya
ditetapkan.

Ketebalan mungkin harus dinaikkan pada keadaan aliran kecepatan


tinggi.

Bila sistem penyangga adalah dari shotcrete, lapisan lain shotcrete


dipasang untuk meningkatkan faktor keamanan atau ditutup lining beton dari
ketebalan minimum dalam praktek, disediakan dari hidrolik atau pertimbangan
lain.

Didalam pemampatan dan peregangan batuan atau pada keadaan batuan yang
sangat buruk dimana pengembangan batuan atau pada keadaan batuan yang
sangat buruk dimana pengembangan tekanan batuan berjalan terus sepanjang
jangka waktu, lining didesain untuk tambahan tekanan diharapkan.

Pada keadaan batuan seperti itu penampang terowongan akan normal tekanan
keliling dan dari luar lebih atau kurang hidrostatis.

Ketebalan lining yang dibutuhkan dapat dengan mudah dihitung dengan


mempertimbangkan hal tersebut, seperti tebal dinding pipa dan
penggunaan
rumus (tekanan maksimum yang diharapkan terjadi pada permukaan bagian
dalam)

2 2
c.(b  a
)
p 2
2.b

dimana : p = Tekanan Hidrostatis


c = Tegangan yang diijinkan beton (tekanan langsung)
a = Jari-jar idari dalam
b = Jari-jar idari luar

Terowongan drainasi terowongan kabel dan seterusnya juga didesain serupa.

Biasanya mereka diberi bentuk D dan tebal lining 20 cm dari beton


tanpa tulangan.

Detail terowongan drainase pada bendungan Ramganga pada batuan


lunak diperlihatkan pada gambar 3.10.1

Gambar 3.10.1 Typical Section of Drainage Tunnel Ramganga Dam

3.10.10 Terowongan Bertekanan

Lining terowongan dan injeksi semen pada masa batuan adalah


mungkin seperti hal pelaksanaan campuran yang menyerap tekanan air
dari dalam atau dari luar melebihi tekanan air batuan.

Untuk desain ekonomis kegiatan penyangga batuan harus digunakan luas


maksimum.
Tahapan desain sederhana berikut ini untuk pekerjaan tersebut diatas
setelah
Laupper dan Sceber.

Pembagian tekanan dari dalam p pada biasa batuan dan lining


didasarkan pada keadaan batas bahwa lining dan masa batuan harus
mempunyai perubahan bentuk jari-jari yang sama pada permukaan
hubungan mereka (lining dan batuan).

Dianggap masa batuan isotropis homogen dan kelakuan elastis penuh


dari biasa batuan dan lining, kemudian dari rumus 4.13 (sub bab 3.4.4)
perubahan
bentuk relatif u/a dari hubungan permukaan diberikan oleh
:

u
r  . (10-2)
Er.mr
a mr  1

dimana : pr dan pc = bagian tekanan dari dalam diambil oleh


berturut- turut batuan dan lining
Er dan Ec = Modulus elastistas dari batuan dan lining
mr dan mc = Poisson’s Number dari batuan dan lining
a = Jari-jari bagian dalam terowongan

Lining pokok ke tekanan p dari bagian dalam dan reaksi batuan pr dari
bagian luar. Untuk lining elastis dinding tipis u/a hanya tergantung dari
tegangan t
dan diberikan oleh rumus :

t
/a  (10.3)
mc²
Ec.
mc²  1

Sejak perubahan bentuk relatif dari batuan dan lining harus sama :

Er mr
Er.
r  t 1 (10.4)
mc²
Ec.
mc²  1

Oleh karena itu pada lining dinding tipis bagian dari tekanan dari dalam
pr dibagi oleh masa batuan hanya tergantung pada tekanan lingkaran
pada lining dari rasio modul tetapi tidak tergantung pada diameter (jadi
hubungan antara pr dan u/a untuk percobaan terowongan ukuran kecil dapat
digunakan tidak dirubah untuk prototipe).
Dengan mengambil t sama dengan tegangan tarik yang diijinkan untuk
bahan dari lining, rumus 10.4 akan memberikan sisa maksimum
diberikan oleh masa batuan.

Dalam hal lining beton dinding tebal, itu harus dipertimbangkan


bahwa tekanan lingkaran yang nyata sepanjang tepi bagian dalam lebih
tinggi pada
rasio.
2.b²
(b²  a²)
(b²  a²) 
mc
Sehingga st pada rumus (10.4) telah diturunkan dengan ketentuan bila b
jari- jari bagian luar dari lining beton, rumus (10.4) menjadi :
mr
Er.
pr  t. mr  1 x (b²  a²)  (b²  a²) / (10.5)
mc
mc² 2.b²
Ec.
mc²  1
Tekanan dari dalam harus ditahan oleh lining pc akan terjadi :
Pc = p – pr (10.6)
Kemudian lining dapat didesain dengan rumus :

t.t  Untuk lining silinder tipis (10.7)


pc  a

t.(b²  a²)  Untuk lining silinder tebal (10.8)


pc  (b²  a²)

Dengan menaksir harga t tegangan taril beton yang


diijinkan.
Kapasitas sisa dibawah tekanan dari dalam hanya meningkat sedikit dengan
tulangan baja ekonomis tegangan tarik beton yang diijinkan dihitung
diambil oleh tulangan :

1 t  (m  (10.9)
t  t. 1).Ast t
dimana :
t = tebal beton dalam cm
m = Poisson’s number
Es/Ec = modulus ratio baja / modulus ratio beton
Ast = Luas penam[ang baja (cm²/cm atau m²/m)
t’ = Tegangan tarik yang diijinkan (kg/cm²)
Ast 
pc x a
st
dimana : st = tegangan tarik baja yang diijinkan
(kg/cm²)

Dalam hal beton tulangan gelinding minimum dari batang biasa untuk struktur
pemakaian air (IS.3370 part II – 1965) harus 0,3% dari luas beton untuk
tebal
10 cm penampang linier dikurangi 0,2% untuk semua ketebalan
melebihi
45 cm.

Dengan batang yang berubah bentuk/ cacat dapat dikurangi 20%,


penampang memanjang beton bertulang harus diambil sama seperti
beton bertulang gelinding minimum yang tercantum diatas.

Batuan normal adalah batuan homogen bahan pula


isotropic.

Bagian dari ini batuan disekitar terowongan selama penggalian telah


diganggu.

Rumus diatas kemudian dapat digunakan untuk menghitung kegiatan


penyangga dari batuan hanya bila En diambil seperti modulus dilapangan dari
perubahan bentuk batuan (V2) cocok ke modulus elastisitas dari batuan
elastis ideal yang diberikan keadaan beban, memberi perubahan bentuk total
serupa seperti masa batuan dilapangan.

Lauffer menyarankan penggunaan tiwag radial press untuk menentukan Er.


Kapasitas perlawanan beban dari lining beton normal untuk tekanan
dari dalam sangat terbatas, dalam penghitung ductility rendah dari beton.

Anggapan penurunan temperatur dari beton kira-kira (100 – 150 C), kapasitas
perlawanan prakteknya menurun hingga nol, sebab hasil pendinginan
tegangan tarik sama dengan tegangan tarik yang diijinkan beton.

Tekanan injeksi pada masa batuan yang bervariasi dikerjakan pada


terowongan bertekanan dan terowongan pemindaian menyebabkan tegangan
tekan pada lining beton dan batuan yang lebih dari menetralkan
tegangan tarik, temperatur dan tekanan penyusutan yang dapat dihilangkan
kecuali pratekan yang disebabkan injeksi kalau tidak diharapkan
diperhitungkan dalam desain normalnya setelah injeksi dengan tekanan tinggi
pada rata-rata batuan dengan selimut batuan yang cukup, lining beton
dengan tulangan akan didapat cukup.

Ketebalan lining akan ditentukan dengan ketebalan minimum yang dibutuhkan


dari pertimbangan praktek dan kebutuhan untuk hidrostatis dari luar
atau tekanan injeksi sangat mengurangi tekanan air dari luar sangat
mengurangi tekanan air dari luar dan seperti pada lokasi yang bertekanan
tinggi air batuan
harus disiapkan lubang drainasi dan seperti pratekan yang disebabkan
oleh injeksi tidak lebih dari ½ atau 1/3 dari tekanan injeksi, tekanan air dan
tekanan injeksi tidak akan dipertimbangkan terhadap tindakan secara
serempak.

Untuk mengecek perlawanan tekanan air dari luar yang 0% sampai 50% lebih
tinggi, tekanan yang melebihi tegangan tekan yang diijinkan normal tekanan
langsung biasanya dibolehkan.

Untuk pengecekan tekanan injeksi 50% dari tegangan kubus penghabisan


biasanya diijinkan ketebalan juga harus cukup untuk tekanan air dari
dalam diambil oleh lining tanpa penyebab retakan berlebihan menjamin ini
tekanan tarik yang diijinkan dari beton biasanya terbatas antara (1/4 –
1/3) dari tekanan tekan langsung yang diijinkan normal.

Lauffer menyarankan 10 – 20 kg/cm² untuk lining beton dengan tidak ada


sambungan pada penampang memanjang, batas maksimum dapat
dipakai untuk lining beton dengan tulangan rasio prisma untuk batuan
bervariasi antara 0,10 – 0,30 dan harga umum rata-ratanya adalah 0,20.

Hal tersebut telah didapat bervariasi antara 0,15 – 0,24 untuk granite, 0,16

0,23 untuk limestone 0,08 – 0,20 untuk schist 0,25 – 0,30 untuk
murble sandstone (Yamma tahap II part II) 0,11 – 0,19, sandrock
(Ramganga Dam)
0,15 – 0,24.

Modulus elastisitas untuk beberapa bentuk batuan diberikan dibawah ini

: Tabel 3.10.1 Modulus Elastisitas Batuan

Granite (0,8  8,3) x 106 psi


Quarnite (5,7  8,3) x 106 psi
Sand Stone (0,8  3,2) x 106 psi
Limestone (1,0  5,5) x 106 psi
Marble (7,1  11,0) x 106 psi
Schist (0,27  2,8) x 106 psi

Harga dilapangan dapat direndahkan tergantung dari kualitas batuan.

Rasio poisson’s untuk beton bervariasi antara 0,11 - 0,21 (biasanya 0,15 -
0,20) dengan mengukur ketegangan harga dengan cara dinamis lebih
tinggi memberikan harga rata-rata 0,24.
Tidak ada data direndahkan tersedia menurut bervariasinya dengan
tegangan tetapi itu dipercaya lebih rendah untuk tegangan yanglebih tinggi.
Modulus elastisitas untuk beton meningkat kira-kira dengan akar kuadrat
dari tegangannya.

Harga untuk tegangan beton yang berbeda diberikan dibawah ini :

Tabel 3.10.2 Daftar Tegangan Kubus Rata-rata dan Modulus Elastisitas

Tegangan kubus Modulus


rata-rata Elastisitas
(lbs/in²) (lb/in²)
4000 4,0 x 106
5000 4,5 x 106
6000 5,0 x 106
8000 6,0 x 106

Bilamana selimut batuan tidak cukup atau batuan berkualitas jelek, akan
diperlukan tulangan pada lining.

Bila selimut batuan cukup, bersama-sama menanggung tekanan dari


dalam oleh batuan diperhitungkan dan tulangan baja disediakan sesuai
dengan kode normal dari praktek untuk struktur beton untuk lebih tinggi
tegangan tarik pada lining beton dengan tulangan bila dibandingkan dengan
lining tanpa tulangan mungkin diijinkan sebab dalam menghitung pengaruh
pembagian tulangan, tekanan dari dalam menyebabkan banyak retak rambut
halus, malahan retak lebih lebar dan memuncak, yang seperti tertutup oleh
bahan lumpur atau oleh perbaikan (Lauffer).

Bila batuan sangat jelek dan disiapkan penyangga yang kecil mungkin
dihilangkan dan kemudian sampai 80% dari hasil tekanan keadaan
normal berhenti sementara dan sampai 100% hasil tekanan dalam keadaan
ekstrim berhenti mungkin diijinkan oleh baja.

Dimana selimut tidak cukup, penyangga batuan mungkin dihilangkan dan


normal tekanan yang diperkenankan diijinkan dalam keadaan berhenti
dan
33% lebih tinggi tekanan pada baja dalam keadaan ekstrim
berhenti.

Batuan yang sangat jelek keadaannya atau selimut yang ekstrim rendah
mungkin diperlukan ketentuan mistar baja.

Ketebalan lining akan perlu dicek untuk keadaan terowongan kosong


untuk pembebanan dari luar yang disebabkan beban batuan (bila ada)
tekanan air
dari luar dan tekanan injeksi untuk terowongan bulat dengan beban hidrostatis
rumus untuk tebal dinding pipa dari sub bab 3.10.9 dapat digunakan.

Transisi dari terowongan bertekanan sampai terowongan aliran bebas harus


disediakan tulangan khusus untuk menjaga retak-retak yang berlebihan yang
akan mengijinkan bocoran dari tekanan bagian terowongan masuk
ke belakang lining dari bagian aliran bebas.

Beton bertulangan untuk bagian tekanan untuk jarak hulu dari


persimpangan sama ke. 5 kali diameter dari terowongan harus
berdasarkan pada tinggi hidrostatis dari dalam penuh dengan tidak
diberikan untuk pengendalian dari sekitar batuan.

Bagian aliran bebas dari terowongan harus tulangan untuk jarak hilir
dari persimpangan sama dengan 2 kali diameter terowongan, penaksiran
tinggi hidrostatis sama dengan tinggi tekan dari dalam dekat persimpangan
sebelah hulu.

Kriteria desain untuk desain terowongan diambil untuk Proyek Ramganga,


jaringan listrik tenaga air Yamma tahap II dari proyek Beas Suttlei link
diberikan pada lampiran B, C, D berturut-turut.

3.11 Bangunan Pelengkap

3.11.1 Portals (Pemasukan/ Pengeluaran)

Biasanya dibutuhkan sebagian penggalian untuk membuat penampakan


permukaan batuan dengan membuang penutup batuan (diameter portal
sebaiknya lebih dari 1,5 kali diameter terowongan)

Bangungan pemasukan/ pengeluaran (portals) dibutuhkan untuk


menyediakan tempat yang stabil/ aman untuk penggalian permukaan
batuan untuk terowongan.

Bila batuannya baik, mungkin dengan pengikatan batuan dan penumpukan


karung pasir dibagian luar, sudah cukup untuk membuat stabil permukaan.

Bila batuannya jelek mungkin dibutuhkan dinding buttres dari beton bagian hulu
terowongan pada saat penyelesaian pekerjaan terowongan diperlukan
penutup terowongan berupa balok sekat dari beton yang cocok/ cukup kuat, alur
tempat meletakan balok sekat tadi dan tempat untuk bekerjanya mobile
crane untuk mengangkat/ memasang balok sekat tadi pada saat penutupan
terowongan.
Tempat bekerjanya mobile crane berupa platform harus ditempatkan pada
lokasi yang cocok dan kuat menahan beban mobile crane serta balok
sekat yang diangkat.

3.11.2 Plug (Penutup Terowongan)

Plug dibutuhkan untuk menutup terowongan pengelak bila terowongan tersebut


tidak digunakan lagi sebagai pengelak.

Bila terowongan tersebut setelah itu digunakan untuk tenaga listrik irigasi
atau spillway, plug diletakkan diujung hulu terowongan, sedangkan untuk
mengalirkan air ke terowongan diperlukan terowongan penghubung.

Plug pada terowongan didesain dengan tinggi energi/ tekan yang


tertinggi.
Pada batuan yang jelek biasanya dilengkapi denganplug yang lebih baik
yaitu yang disebut Wedge Shaped Keys .

Panjang dari plug ditentukan oleh besarnya tegangan geser yang aman pada
sekeliling bidang kontak batuan antara plug dan lining.

Disebabkan pembagian beban segitiga ketidak sempurnaan injeksi semen


(grouting) dan sebagainya, harga rendah, dan tegangan geser rata rata
diperkenankan dapat diambil 1,4 kg/cm² untuk beton dan batuan.

Beton pada terowongan yang dilining menyumbangkan jaminan ikatan


yang pantas antara beton yang tua / lama dan yang baru.

Kedalaman kunci pada batuan den beton ditentukan dengan


memperkirakan tegangan tekan rata rata pada daerah proyek dan kunci
(diambil 10 kg/cm 2 untuk batuan dan 20 kg/cm 2 untuk beton).
Untuk injeksi semen (grouting) pada bidang kontak antara beton plug dan
lining
terowongan bertujuan untuk melekatkan dapat pula dilengkapi pada lining
terowongan atau pada beton plug sebaik mungkin.

Pipa baja berdiameter (12''-18'') ditanam pada beton plug untuk


mengalirkan bocoran dari portal atau balok sekat beton selama pembetonan.

Setelah penempatan pipa kemudian ditimbun dengan beton. Untuk


membuat plug kedap air digunakan beton yang didinginkan atau beton
didinginkan setelah penempatan menggunakan gulungan pengikat.

Injeksi semen secara konstan biasanya dilakukan sampai tekanan 100


psi.
Batuan disekitar plug diinjeksi semen dengan tekanan sampai kedalaman
sekitar 50 feet atau 15 meter setelah selesai injeksi semen pada bidang
kontak.
Detail plug yang dibuat untuk intake bendungan Ram ganga dapat dilihat
pada gambar 3.11.1.

Gambar 3.11.1 Ramganga Project Intake Plug Details

3.12 Saluran Pembawa (Irigasi)

A. Data yang dibutuhkan :


1. Peta topografi skala 1 : 5000 beserta hasil lay out peta petak (lengkap)
2. Peta topografi skala 1 : 25.000 beserta hasil lay out peta petak
3. Skema irigasi dan pembuang
4. Data sawah tertinggi dan terjauh terhadap intake, serta perkiraaan elevasi
muka air pada intake dan bangunan bagi sadap.
5. Peta trase saluran skala 1 : 2000
6. Potongan memanjang dan melintang
7. Hasil perhitungan luas petak dan debit setiap ruas saluran irigasi
8. Hasil penyelidikan geoteknik
9. Hasil penyelidikan sedimen
Penggunaan peta foto udara dan foto yang dilengkapi dengan garis ketinggian
(ortofoto) akan sangat besar artinya untuk perencanaan tata letak dan trase
saluran pembawa.

Data-data pengukuran topografi dan saluran yang disebutkan di atas


merupakan data akhir untuk perencanaan detail saluran. Letak trase saluran sering
baru dapat ditetapkan setelah membanding-bandingkan berbagai alternatif,
informasi yang diperoleh dari pengukuran trase saluran dapat dipakai untuk
peninjauan trase pendahuluan, misalnya pemindahan as saluran atau perubahan
tikungan saluran.

Letak as saluran pada silangan dengan saluran pembuang (alamiah) sering


sulit ditentukan secara tepat dengan menggunakan peta topografi, sebelum
diadakan pengukuran saluran. Letak akhir bangunan utama dan bangunan
silang tersebut hanya dapat ditentukan berdasarkan survai lapangan (dengan
skala 1 : 200 atau 1 :
500)

Lokasi trase saluran garis tinggi akan lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan
topografi setempat daripada saluran yang mengikuti punggung medan.

Saluran-saluran sekunder sering mengikuti punggung medan. Pengukuran trase


untuk saluran tipe ini dapat dibatasi sampai pada lebar 75 m yang memungkinkan
penempatan as saluran dan perencanaan potongan melintang dengan baik. Untuk
saluran garis tinggi, lebar profil yang serupa cukup untuk memberikan
perencanaan detail. Akan tetapi, karena menentukan as saluran dari sebuah
peta topografi sebelum pengukuran saluran lebih sulit, pengukuran peta
trase umumnya ditentukan dengan as saluran yang ditentukan di lapangan.

Data geoteknik diperlukan untuk perencanaan saluran pembawa (irigasi). Hal


utama yang harus diperhatikan dalam perencanaan saluran adalah
stabilitas tanggul, kemiringan talud galian serta rembesan ke dan dari saluran.
Data tanah yang diperoleh dari hasil penyelidikan tanah pertanian akan memberikan
pertunjuk umum mengenai sifat-sifat tanah di daerah trase saluran yang
direncanakan.

Perhatian khusus harus diberikan kepada daerah-daerah yang


mengandung:
- Batu singkapan
- Lempung tak stabil yang plastisitasnya
tinggi
- Tanah gambut dan bahan-bahan organik
- Pasir dan kerikil
- Bahan (tanah) timbunan yang cocok
- Muka air
tanah
Pengujian gradasi dan batas cair terhadap bahan-bahan sampel pada
umumnya akan menghasilkan klasifikasi yang memadai untuk perencanaan talud
galian dan timbunan. Untuk talud yang tinggi (lebih dari 5 m) diperlukan
analisis yang mendetail mengenai sifat-sifat tanah. Klasifikasi menurut Unified Soil
Classification USBR akan memberikan data-data yang diperlukan untuk
perencanaan saluran.

Sumuran uji untuk pengambilkan sample dengan bor tangan, yang digali sampai
kedalaman tertentu di bawah ketinggian dasar saluran, harus dibuat dengan
interval 1 km. Interval ini harus dikurangi jika tanah pada trase itu sangat bervariasi.
Pemeriksaan visual dan tes kelulusan juga harus dilakukan, jika memang
perlu. Persyaratan teknis untuk penyelidikan Geoteknik (PT-03) memberikan uraian
yang lebih terinci tentang hal ini, dan harus dipakai untuk menentukan data
yang akan dikumpulkan di lapangan.

Pengujian tanah di lokasi bangunan saluran pada umumnya akan menambah


informasi mengenai sifat-sifat tanah di dalam trase saluran

Data sedimen terutama diperlukan untuk perencanaan jaringan pengambilan di


sungai dan kantong lumpur. Bangunan pengambilan dan kantong lumpur akan
direncanakan agar mampu mencegah masuknya sediment kasar (> 0,06 - 0,07
cm) ke dalam jaringan saluran.

Untuk perencanaan saluran irigasi yang mantap kita harus mengetahui konsentrasi
sedimen dan pembagian (distribusi) ukuran butirnya. Data-data ini
akan menentukan faktor-faktor untuk perencanaan kemiringan saluran dan
potongan melintang yang mantap, dimana sedimentasi dan erosi harus tetap
berimbang dan terbatas.

Faktor yang menyulitkan adalah keanekaragaman dalam hal waktu dan jumlah
di sungai. Selama aliran rendah konsentrasi kecil, dan selama debit
puncak konsentrasi meninggi. Perubahan-perubahan ini tidak dihubungkan
dengan variasi dalam kebutuhan air irigasi. Pola yang dominan tidak dapat
diramalkan.

Lebih-lebih lagi, data sedimen untuk kebanyakan sungai hampir tidak tersedia, atau
hanya meliputi data-data hasil pengamatan yang diadakan secara insidentil.
Selanjutnya pemilihan kondisi rencana hanya merupakan taksiran dari kondisi yang
sebenarnya.
B. Debit rencana

Debit rencana sebuah saluran dihitung dengan rumus umum berikut :


c NFR A
Q
e
dimana :
Q = debit rencana, l/dt
c = koefesien pengurangan karena adanya system golongan (lihat point
E) NFR = kebutuhan bersih (netto) air sawah, m.l/det.ha
A = luas daerah yang diairi, ha
e = efisiensi irigasi secara
keseluruhan

Jika air yang dialirkan oleh jaringan saluran juga untuk keperluan selain
irigasi, maka debit rencana harus ditambah dengan jumlah yang
dibutuhkan untuk keperluan itu, dengan memperhitungkan efisiensi pengaliran.

“Lengkung Kapasitas Tegal“ yang dipakai sejak tahun 1891, tidak lagi
digunakan
untuk perencanaan kapasitas saluran irigasi. Alasannya adalah
:

- Sekarang telah ada metode perhitungan kebutuhan air di sawah yang


secara lebih tepat memberikan kapasitas bangunan sadap tersier, jika
dipakai bersama-sama dengan angka-angka efisiensi di tingkat tersier.
- Pengurangan kapasitas saluran yang harus mengairi areal seluas lebih dari
142
ha, sekarang digabungkan dalam efisiensi pengaliran. Pengurangan
kapasitas yang diasumsikan oleh Lengkung Tegal adalah 20% untuk areal yang
ditanami tebu dan 5% untuk daerah yang tidak ditanami tebu. Persentase
pengurangan ini dapat dicapai jika saluran mengairi daerah seluas 710 ha
atau lebih. Untuk areal seluas antara 710 ha dan 142 ha keofesien
pengurangan akan turun secara linier sampai 0.

C. Kebutuhan air di sawah

Kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut


:
a. Cara penyiapan lahan
b. Kebutuhan air untuk tanaman
c. Perkolasi dan rembesan
d. Pergantian lapisan air, dan
e. Curah hujan efektif
Kebutuhan total air di sawah (GFR) mencakup faktor a sampai d. kebutuhan
bersih
(netto) air di sawah (NFR) juga memperhitungkan curah hujan
efektif.
Besarnya kebutuhan air di sawah bervariasi menurut tahap pertumbuhan tanaman
dan bergantung kepada cara pengolahan lahan. Besarnya kebutuhan air di sawah
dinyatakan dalam mm/hari.

Besarnya kebutuhan air di sawah untuk tanaman ladang dihitung seperti pada
perhitungan kebutuhan air untuk padi. Ada berbagai harga yang dapat
diterapkan untuk kelima faktor di atas.

D. Efisiensi

Untuk tujuan-tujuan perencanaan, dianggap bahwa seperempat sampai


sepertiga dari jumlah air yang diambil akan hilang sebelum air sampai di sawah.
Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi dan perembesan.
Kehilangan akibat evaporasi dan perembesan umumnya kecil saja jika
dibandingkan dengan jumlah kehilangan akibat kegiatan eksploitasi. Penghitungan
rembesan hanya dilakukan apabila kelulusan tanah cukup tinggi.

Pada umumnya kehilangan air di jaringan irigasi dapat dibagi-bagi sebagai berikut
:
 15 – 22,5 % di petak tersier, antara bangunan sadap tersier dan
sawah
 7,5 – 12,5 % di saluran sekunder
 7,5 – 12,5 % di saluran utama

Efisiensi secara keseluruhan (total) dihitung sebagai berikut


:

Efisiensi jaringan tersier (et ) x efisiensi jaringan sekunder (es ) x efisiensi jaringan
primer (ep), dan antara 0,59 - 0,73. oleh karena itu, kebutuhan bersih air
sawah (NFR) harus dibagi e untuk memperoleh jumlah air yang dibutuhkan di
bangunan pengambilan dari sungai. Faktor-faktor efisiensi yang diterapkan untuk
perhitungan saluran disajikan pada tabel 3.12.1.

Tabel 3.12.1 Sistem Kebutuhan Air

Tingkat Kebutuhan Air Satuan


Sawah Petak NFR (kebutuhan bersih air di sawah) (l/dt/ha)
tersier TOR (kebutuhan air di bangunan sadap tersier)
1
(NFR x luas daerah) x (l/dt)
et
Petak sekunder SOR (kebutuhan air di bangunan sadap
sekunder)
1 (l/dt atau 3/dt)
 TOR x
es
Petak primer MOR (kebutuhan air di bangunan sadap primer)
1
 TORmc1)) x (l/dt atau m 3/dt)
ep
Bendung DR (kebutuhan
diversi) MOR sisi kiri
dan
MOR sisi kanan (m 3/dt)

Keterangan :
TOR-mc : kebutuhan air di bangunan sadap tersier untuk petak-petak tersier di
sepanjang saluran primer.

Kehilangan yang sebenarnya di dalam jaringan bisa jauh lebih tinggi, dan efisiensi
yang sebenarnya yang berkisar antara 30 sampai 40% kadang-kadang
lebih realistis, apalagi pada waktu-waktu kebutuhan air rendah. Walaupun
demikian, tidak disarankan untuk merencanakan jaringan saluran dengan
efisiensi yang rendah itu. Setelah beberapa tahun diharapkan efisiensi akan dapat
dicapai.

Keseluruhan efisiensi irigasi yang disebutkan di atas, dapat dipakai pada


proyek- proyek irigasi yang sumber airnya terbatas dengan luas daerah yang
diairi sampai
10.000 ha. Harga-harga efisiensi yang lebih tinggi (sampai maksimum 75%) dapat
diambil untuk proyek-proyek irigasi yang sangat kecil atau proyek irigasi yang
airnya diambil dari waduk yang dikelola dengan baik.

Di daerah yang baru dikembangkan, yang sebelumnya tidak ditanami padi, dalam
tempo 3 - 4 tahun pertama kebutuhan air di sawah akan lebih tinggi
daripada kebutuhan air di masa-masa sesudah itu. Kebutuhan air di sawah bisa
menjadi 3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada yang direncana. Ini untuk
menstabilkan keadaan tanah itu.

Dalam hal-hal seperti ini, kapasitas rencana saluran harus didasarkan


pada kebutuhan air maksimum dan pelaksanaan proyek itu harus dilakukan secara
bertahap.

Oleh sebab itu, luas daerah irigasi harus didasarkan pada kapasitas jaringan
saluran dan akan diperluas setelah kebutuhan air di sawah berkurang.

Untuk daerah irigasi yang besar, kehilangan-kehilangan air akibat perembesan dan
evaporasi sebaiknya dihitung secara terpisah dan kehilangan-kehilangan lain harus
diperkirakan.

E. Rotasi Teknis (Sistem golongan)

Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari sistem golongan teknis adalah


:
 berkurangnya kebutuhan pengambilan puncak (koefesien pengurangan
rotasi)
 kebutuhan pengambilan bertambah secara berangsur-angsur pada awal
waktu pemberian air irigasi (pada periode penyiapan lahan), sering dengan
makin bertambahnya debit sungai; kebutuhan pengambilan puncak dapat
ditunda.

Sedangkan hal-hal yang tidak menguntungkan adalah


:
 timbulnya komplikasi
sosial
 eksploitasi lebih rumit
 kehilangan air akibat eksploitasi sedikit lebih tinggi,
dan
 jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibat lebih
sedikit waktu tersedia untuk tanaman kedua.

Agar kebutuhan pengambilan puncak dapat dikurangi, maka areal irigasi


harus dibagi-bagi menjadi sekurang-kurangnya tiga atau empat golongan dan
tidak lebih dari 5 atau 6 golongan. Dengan sendirinya hal ini agak mempersulit
eksploitasi jaringan irigasi. Lagi pula usaha pengurangan debit puncak
mengharuskan diperkenalkannya sistem rotasi.

Karena alasan-alasan di atas, biasanya untuk proyek irigasi tertentu


yang mencakup daerah yang bisa diairi seluas 10.000 ha dan mengambil air
langsung dari sungai, tidak ada pengurangan debit rencana (koefesien
pengurangan c = 1). Pada jaringan yang telah ada, faktor pengurangan c < 1
mungkin dipakai sesuai dengan pengalaman E & P.

F. Saluran tanah tanpa pasangan

1. Perencanaan saluran yang stabil

Untuk pengaliran air irigasi, saluran berpenampang trapesium tanpa pasangan


adalag bangunan pembawa yang paling umum dipakai dan ekonomis.

Perencanaan saluran harus memberikan penyelesaian biaya pelaksanaan


dan pemeliharaan yang paling rendah. Erosi dan sedimentasi di setiap
potongan melintang harus minimal dan berimbang sepanjang tahun. Ruas
-ruas saluran harus mantap.

Sedimentasi (pengendapan) di dalam saluran dapat terjadi apabila kapasitas


angkut sedimennya berkurang. Dengan menurunnya kapasitas debit bagian hilir
dari jaringan saluran, adalah penting untuk menjaga agar kapasitas angkutan
sedimen per satuan debit (kapasitas angkutan sedimen relatif) tetap sama atau
sedikit lebih besar.
Sedimen yang memasuki jaringan saluran biasanya hanya
mengandung partikel-partikel lempung dan lanau melayang saja (lempung dan
lanau dengan
d < 0,06 – 0,07 mm). Partikel-partikel yang lebih besar, kalau terdapat di
dalam air irigasi, akan tertangkap di kantong lumpur di bangunan utama.

Kantong lumpur harus dibuat jika jumlah sedimen yang masuk ke dalam
jaringan saluran dalam setahun yang tidak terangkut ke sawah (partikel
yang lebih besar dari 0,06 - 0,07 mm), lebih dari 5% dari kedalaman air di
seluruh jaringan saluran. Jadi, volume sedimen adalah 5% dari kedalaman air
kali lebar dasar saluran kali panjang total saluran.

Gaya erosi diukur dengan gaya geser yang ditimbulkan oleh air di dasar
dan lereng saluran. Untuk mencegah terjadinya erosi pada potongan
melintang gaya geser ini harus tetap di bawah batas kritis. Dalam Kriteria
Perencanaan ini, dipakai kecepatan aliran dengan harga-harga maksimum
yang diizinkan, bukan gaya geser, sebagai parameter untuk gaya erosi.
Untuk perencanaan hidrolis sebuah saluran, ada dua parameter pokok
yang harus ditentukan apabila kapasitas rencana yang diperlukan sudah
diketahui, yaitu :

▪ Perbandingan kedalaman air dengan lebar dasar


▪ Kemiringan memanjang

Rumus aliran hidrolis menentukan hubungan antara potongan melintang dan


kemiringan memanjang. Sebagai tambahan, perencanaan harus
mengikuti kriteria angkutan sedimen dan erosi. Persyaratan untuk angkutan
sedimen dan air membatasi kebebasan untuk memilih parameter-parameter di
atas.

Ruas saluran di dekat bangunan utama menentukan persyaratan pengangkutan


sedimen ruas-ruas saluran lebih jauh ke hilir pada jaringan itu. Untuk
mencegah sedimentasi, ruas saluran hilir harus direncana dengan kapasitas
angkutan sedimen relatif yang, paling tidak, sama dengan ruas hulu. Di lain
pihak gaya erosi harus tetap di bawah batas kritis untuk semua ruas
saluran di jaringan tersebut.

Untuk perencanaan saluran, ada tiga keadaan yang harus dibedakan


sehubungan dengan terdapatnya sedimen dalam air irigasi dan bahan tanggul.

a. Air irigasi tanpa sedimen di saluran


tanah

Keadaan ini akan terjadi bila air diambil dari waduk secara langsung.
Perencanaan saluran sekarang banyak dipengaruhi oleh kriteria erosi
dan dengan demikian oleh kecepatan maksimum aliran yang
diizinkan. Besarnya kecepatan ini bergantung kepada bahan permukaan
saluran.
b. Air irigasi bersedimen di saluran pasangan
Perencanaan saluran dipengaruhi oleh persyaratan pengangkutan sedimen
melalui jaringan dan dengan demikian kriteria angkutan sedimen
mempengaruhi perencanaan.

c. Air irigasi bersedimen di saluran tanah


Masalah sedimen dan saluran tanah adalah situasi yang paling umum
dijumpai pelaksanaan irigasi di Indonesia. Kini perencanaan irigasi
sangat dipengaruhi oleh kriteria erosi dan angkutan sedimen. Biasanya
sedimentasi memainkan peranan penting dalam perencanaan saluran
primer. Saluran ini sering direncana sebagai saluran garis tinggi dengan
kemiringan dasar yang terbatas. Saluran sekunder yang dicabangkan dari
saluran primer dan mengikuti punggung sering mempunyai kemiringan
dasar sedang dan dengan demikian kapasitas angkutan sedimen relatif
lebih tinggi, sehingga kriteria erosi bisa menjadi faktor pembatas.

2. Rumus dan kriteria hidrolis

a. Rumus aliran

Untuk perencanaan ruas, aliran saluran dianggap sebagai aliran tetap, dan
untuk itu diterapkan rumus Strickler.

V = k R2/3 I1/2
A
R 
P

A = (b + mh) h

P  b  2h m2  1 Q  VA ; b  nh

dimana :
Q = debit saluran, m 3.dt
v = kecepatan aliran, m/dt
A = potongan melintang aliran, m 2
R = jari-jari hidrolis,m
P = keliling basah,m
b = lebar dasar, m
h = tinggi air, m
I = kemiringan energi (kemiringan
saluran)
k =
koefesien kekasaran Strickler, m 1/3/dt
m = kemiringan talud (1 vert : m hor)
Gambar 3.12.1 Parameter potongan melintang

Rumus aliran di atas juga dikenal sebagai rumus manning,


koefesien
kekasaran Manning (“n“) mempunyai harga bilangan 1 dibagi dengan

k. b. Koefesien kekasaran Strickler

Koefesien kekasaran bergantung kepada faktor-faktor berikut


:
➢ Kekasaran permukaan
saluran
➢ Ketidakteraturan permukaan
saluran
➢ Trase saluran
(tikungan)
➢ Vegetasi (tumbuhan),
dan
➢ Sedimen

Bentuk dan besar/ kecilnya partikel di permukaan saluran merupakan


ukuran kekasaran. Akan tetapi, untuk saluran tanah hanya merupakan
bagian kecil saja dari kekasaran total.

Pada saluran irigasi, ketidak teraturan permukaan yang menyebabkan


perubahan dalam keliling basah dan potongan melintang
mempunyai pengaruh yang lebih penting pada koefesien kekasaran
saluran daripada kekasaran permukaan.

Perubahan-perubahan mendadak pada permukaan saluran akan


memperbesar keofesien kekasaran. Perubahan-perubahan ini dapat
disebabkan oleh penyelesaian konstruksi saluran yang jelek atau
karena erosi pada talud saluran. Terjadinya riak-riak di dasar saluran
akibat interaksi aliran di perbatasannya juga berpengaruh terhadap
kekasaran saluran.

Pengaruh vegetasi terhadap resistensi sudah jelas; panjang dankerapatan


vegetasi adalah faktor-faktor yang menentukan. Akan tetapi tinggi air
dan kecepatan aliran sangat membatasi pertumbuhan vegetasi. Vegetasi
diandaikan minimal untuk harga-harga k yang dipilih dan dipakai dalam
perencanaan saluran.
Pengaruh trase saluran terhadap koefesien kekasaran dapat diabaikan,
karena dalam perencanaan saluran tanpa pasangan akan dipakai
tikungan berjari-jari besar.

Pengaruh faktor-faktor di atas terhadap koefesien kekasaran saluran


akan bervariasi menurut ukuran saluran. Ketidakteraturan pada permukaan
akan menyebabkan perubahan kecil di daerah potongan melintang di
saluran yang besar ketimbang di saluran kecil.

Koefesien-koefesien kekasaran untuk perencanaan saluran irigasi


disajikan pada tabel 3.4.

Apakah harga-harga itu akan merupakan harga-harga fisik yang sebenarnya


selama kegiatan eksploitasi, hal ini sangat tergantung pada kondisi
pemeliharaan saluran. Penghalusan permukaan saluran dan menjaga agar
saluran bebas dari vegetasi lewat pemeliharaan rutin akan sangat
berpengaruh pada koefesien kekasaran dan kapasitas debit saluran.

Tabel 3.12.2 Harga-harga kekasaran koefesien Strickler (k) untuk


saluran- saluran irigasi tanah

Debit rencana (m3/dt) k (m1/3/dt)


Q > 10 45
5 < Q < 10 42,5
1< Q < 5 40
Q < 1 dan saluran tersier 35

c. Sedimentasi

Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan terendah yang tidak


akan menyebabkan pengendapan partikel dengan diameter
maksimum yang diizinkan (0,06 – 0,07 mm)

Tetapi secara kuantitas baru sedikit yang diketahui mengenai


hubungan antara karakteristik aliran dan sedimen yang ada. Untuk
perencanaan saluran irigasi yang mengangkut sedimen, aturan perencanaan
yang terbaik adalah menjaga agar kapasitas angkutan sedimen per satuan
debit masing ruas saluran di sebelah hilir setidak-tidaknya konstan. Dengan
menunjukkan pada rumus angkutan sedimen Einstein-Brown dan Englund-
Hansen, maka kriteria ini akan mengacu kepada I√h yang konstan.
Karena rumus-rumus ini dihubungkan dengan saluran yang relatif lebar
dianjurkan agar harga I√h bertambah besar ke arah hilir guna
mengkompensasi pengaruh yang ditimbulkan oleh kemiringan talud
saluran. Ini menghasilkan kriteria bahwa I√R adalah konstan atau makin
besar ke arah hilir.

Profil saluran yang didasarkan pada rumus Haringhuizen (yang disadur


dari
teori regim sungai) kurang lebih mengikuti kriteria I√R
konstan.

Jika diikuti kriteria I√R konstan, sedimentasi terutama akan terjadi pada
ruas hulu jaringan saluran. Biasanya jaringan saluran akan direncana
dengan kantong lumpur di dekat bangunan pengambilan di sungai. Jika
semua persyaratan dipenuhi, bangunan ini akan memberikan harga I√R
untuk jaringan saluran hilir.

d. Erosi

Kecepatan maksimum yang diizinkan adalah kecepatan aliran (rata-rata)


maksimum yang tidak akan menyebabkan erosi di permukaan saluran.
Konsep itu didasarkan pada hasil riset yang diadakan oleh US Soil
Conservation Service (USDA - SCS, Design of Open Channels, 1977) dan
hanya memerlukan sedikit saja data lapangan seperti klasifikasi tanah
(Unified System), indeks plastisitas dan angka pori.

Kecepatan maksimum yang diizinkan ditentukan dalam dua langkah


:

➢ Penetapan kecepatan dasar (vb) untuk saluran lurus dengan


ketinggian air 1 m seperti pada gambar 3.12.2; vb adalah 0,6 m/dt
untuk harga- harga PI yang lebih rendah dari 10
➢ Penentuan faktor koreksi pada vb untuk lengkung saluran,
berbagai
ketinggian air dan angka pori seperti tampak pada gambar
3.12.3. vmaks = vb x A x B x C

dimana :
vmaks = kecepatan maksimum yang diizinkan, m/dt
vb = kecepatan dasar, m/dt
A = faktor koreksi untuk angka pori permukaan
B = saluran faktor koreksi untuk kedalaman air
C = faktor koreksi untuk lengkung
dan kecepatan dasar yang diijinkan vba = vb x A
Kecepatan dasar dipengaruhi oleh konsentrasi bahan layang di
dalam air.

Pada gambar 3.12.2 dibedakan adanya dua keadaan :

Gambar 3.12.2 Kecepatan-kecepatan dasar untuk tanah koheren (SCS)

➢ Air bebas sedimen dengan konsentrasi kurang dari 1.000 ppm


sedimen layang. Konsentrasi bahan-bahan yang melayang dianggap
sangat rendah sehingga tidak berpengaruh terhadap stabilitas
saluran.
➢ Air bersedimen dengan konsentrasi lebih dari 20.000 ppm sedimen
layang. Konsentrasi yang tinggi ini akan menambah
kemantapan batas akibat tergantinya bahan yang terkikis
atau tertutupnya saluran.

Harga-harga vb diperlihatkan pada gambar 3.12.2 untuk


bahan- bahan tanah yang diklasifikasi oleh “Unified Soil
Classification System“.
Kecepatan dasar untuk muatan sedimen antara 1000 dan
20.000 ppm dapat diketemukan dengan interpolasi dari gambar
3.12.2. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa pada umumnya air
irigasi digolongkan dalam “aliran bebas sedimen“ dalam klasifikasi
yang dipakai di sini.

Faktor-faktor koreksi saluran adalah :

Gambar 3.12.3 Faktor-faktor koreksi terhadap kecepatan dasar (SCS)

➢ Faktor koreksi tinggi air B pada gambar 3.12.3 yang menunjukkan


bahwa saluran yang lebih dalam menyebabkan kecepatan yang
relatif lebih rendah di sepanjang batas saluran.
➢ Faktor koreksi lengkung C pada gambar 3.12.3 yang merupakan
kompensasi untuk gaya erosi aliran melingkar (spiral flow) yang
disebabkan oleh lengkung-lengkung pada alur. Untuk saluran
dengan lengkung-lengkung yang tajam, pemberian pasangan pada
tanggul luar bisa lebih ekonomis daripada menurunkan
kecepatan rata-rata.

3. Potongan melintang saluran

a. Geometri

Untuk mengalirkan air dengan penampang basah sekecil mungkin,


potongan melintang yang berbentuk setengah lingkaran adalah
yang terbaik.
Usaha untuk mendapatkan bentuk yang ideal dari segi hidrolis dengan
saluran tanah berbentuk trapesium, akan cenderung menghasilkan
potongan melintang yang terlalu dalam atau sempit. Hanya pada
saluran dengan debit rencana sampai dengan 0,5 m 3/dt saja yang
potongan melintangnya dapat mendekati bentuk setengah lingkaran.
Saluran dengan debit rencana yang tinggi pada umumnya lebar dan
dangkal dengan perbandingan b/h (n) sampai 10 atau lebih.

Harga n yang tinggi untuk debit-debit yang lebih besar adalah perlu,
sebab jika tidak, kecepatan rencana akan melebihi batas kecepatan
maksimum yang diizinkan. Lebih-lebih lagi, saluran yang lebih lebar
mempunyai variasi muka air sedikit saja dengan debit yang
berubah-ubah, dan ini mempermudah pembagian air. Pada saluran
yang lebar, efek eros i atau pengikisan talud saluran tidak terlalu
berakibat serius terhadap kapasitas debit. Dan karena ketinggian air
yang terbatas, kestabilan talud dapat diperoleh tanpa memerlukan bahu
(berm) tambahan.

Kerugian utama dari saluran yang lebar dan dangkal adalah


persyaratan pembebasan tanah dan penggaliannya lebih tinggi, dan
dengan demikian biaya pelaksanaannya secara umum lebih mahal.

b. Kemiringan saluran

Untuk menekan biaya pembebasan tanah dan penggalian, talud saluran


direncana securam mungkin. Bahan tanah, kedalaman saluran dan
terjadinya rembesan akan menentukan kemiringan maksimum untuk
talud yang stabil.

Kemiringan galian minimum untuk berbagai bahan tanah disajikan


pada tabel 3.12.3.

Harga-harga kemiringan minimum untuk saluran tanah yang dibuat dengan


bahan-bahan kohesif yang dipadatkan dengan baik diberikan pada
tabel
3.12.4 dan gambar 3.12.2.
Gambar 3.12.2 Kecepatan-kecepatan dasar untuk tanah koheren (SCS)

Tabel 3.12.3 Kemiringan minimum talud untuk berbagai bahan tanah

Bahan Tanah Simbol Kisaran kemiringan


Batu < 0,25
Gambut kenyal Pt 1–2
Lempung kenyal, geluh *),
Tanah luas CL, CH, MH 1–2
Lempung pasiran, tanah pasiran
Kohesif SC, SM 1,5 – 2,5
Pasir lanauan SM 2–3
Gambut lunak Pt 3–4

*) Geluh : (loam) adalah campuran pasir, lempung dan lumpur yang kira-
kira sama banyaknya
Tabel 3.12.4 Kemiringan talud minimum untuk saluran timbunan yang
dipadatkan dengan baik
Kedalaman air + tinggi jagaan D (m) Kemiringan minimum talud
D  1,0 1:1
1,0 < D  2,0 1 : 1,5
D > 2,0 1:2

Talud yang lebih landai daripada yang telah disebutkan dalam tabel di atas
harus dipakai apabila diperkirakan akan terjadi rembesan ke dalam saluran.
Untuk tanggul yang tingginya lebih dari 3 m lebar bahu (berm) tanggul harus
dibuat sekurang-kurangnya 1 m (setiap 3 m). Bahu tanggul harus
dibuat setinggi muka air rencana di saluran. Untuk kemiringan luar, bahu
tanggul (jika perlu) harus terletak di tengah-tengah antara bagian atas dan
pangkal tanggul.

c. Lengkung saluran

Lengkung yang diizinkan untuk saluran tanah bergantung kepada


:
➢ Ukuran dan kapasitas
saluran
➢ Jenis tanah
➢ Kecepatan aliran

Jari-jari minimum lengkung seperti yang diukur pada as harus diambil


sekurang-kurangnya 8 kali lebar atas pada lebar permukaan air rencana.

Jika lengkung saluran diberi pasangan, maka jari-jari minimumnya dapat


dikurangi. Pasangan semacam ini sebaiknya dipertimbangkan apabila
jari- jari lengkung saluran tanpa pasangan terlalu besar untuk keadaan
topografi setempat. Panjang pasangan harus dibuat paling sedikit 4 kali
kedalaman air pada tikungan saluran.

Jari-jari minimum untuk lengkung saluran yang diberi pasangan harus


seperti berikut :
➢ 3 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran kecil (< 0,6 m 3/dt),
dan sampai dengan
➢ 7 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran yang besar (> 10
m 3/dt)

d. Tinggi jagaan

Tinggi jagaan berguna untuk :


➢ Menaikkan muka air di atas tinggi muka air
maksimum
➢ Mencegah kerusakan tanggul
saluran
Meningginya muka air sampai di atas tinggi yang telah direncana bisa
disebabkan olah penutupan pintu secara tiba-tiba di sebelah hilir, variasi ini
akan bertambah dengan membesarnya debit. Meningginya muka air
dapat pula diakibatkan oleh pengaliran air buangan ke dalam saluran.

Tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan sekunder
dikaitkan dengan debit rencana saluran seperti yang diperlihatkan
dalam tabel 3.7 dan gambar 3.12.4.

Tabel 3.12.5 Tinggi jagaan minimum untuk saluran


tanah

Q (m3/dt) Tinggi Jagaan (m)


< 0,5 0,40
0,5 – 1,5 0,50
1,5 – 5,0 0,60
5,0 – 10,0 0,75
10,0 – 15,0 0,85
> 15,0 1,00

e. Lebar tanggul

Untuk tujuan-tujuan eksploitasi, pemeliharaan dan inspeksi akan diperlukan


tanggul di sepanjang saluran dengan lebar minimum seperti yang disajikan
pada tabel 3.8. contoh-contoh potongan melintang diberikan pada
gambar
3.12.4.
Gambar 3.12.4 Tipe-tipe potongan melintang saluran irigasi

Tabel 3.12.6 Lebar minimum tanggul

Debit rencana Tanpa jalan inspeksi Dengan jalan


(m3/dt) (m) inspeksi (m)
Q  1,0 1,00 3,00
1<Q<5 1,50 5,00
5 < Q  10 2,00 5,00

10 < Q  15 3,50 5,00

Q > 15 3,50  5,00


Jalan inspeksi terletak di tepi saluran di sisi yang diairi agar
bangunan sadap dapat dicapai secara langsung dan usaha penyadapan
liar makin sulit dilakukan. Lebar jalan inspeksi dengan perkerasan adalah
5,0 m atau lebih, dengan lebar perkerasan sekurang-kurangnya 3,0 meter.
Untuk pertimbangan stabilitas tanggul, lebar tanggul yang diberikan
pada tabel 3.8 dan atau talud luar dapat ditambah.

f. Batas pembebasan tanah (right of way)

Selain tanah yang disebarkan untuk pembuatan saluran dan tanah yang
terletak di dalam batas-batas pembebasan tanah (BPT) seperti ditunjukkan
pada gambar 3.12.4 adalah penting untuk melarang didirikannya bangunan
atau dilakukannya penggalian dalam jarak 3 m dari BPT. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga keamanan dan stabilitas saluran.

Gambar 3.12.4 Tipe-tipe potongan melintang saluran


irigasi
4. Potongan memanjang

a. Muka air yang diperlukan

Tinggi muka air yang diinginkan dalam jaringan utama didasarkan pada
tinggi muka air yang diperlukan di sawah-sawah yang diairi.
Prosedurnya adalah pertama-tama menghitung tinggi muka air yang
diperlukan di bangunan sadap tersier. Lalu seluruh kehilangan di
saluran kuarter dan tersier serta bangunan dijumlahkan menjadi tinggi
muka air di sawah yang diperlukan dalam petak tersier. Ketinggian ini
ditambah lagi dengan kehilangan tinggi energi di bangunan sadap
tersier dan longgaran (persediaan) untuk variasi muka air akibat
eksploitasi jaringan utama pada tinggi muka air parsial (sebagian).

Gambar 3.12.5 berikut memberikan ilustrasi mengenai cara


perhitungannya. Selanjutnya untuk kehilangan tinggi energi standar yang
dipilih, lihat bagian KP – 05 Petak Tersier.

Gambar 3.12.5 Tinggi bangunan sadap tersier yang diperlukan

P = A + a + b + c + d + e + f + g + h + Z

dimana :

P = muka air di saluran sekunder


A = elevasi tertinggi di sawah
a = lapisan air di sawah, 10 cm
b = kehilangan tinggi energi di saluran kuarter ke sawah  5 cm
c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter  5 cm/boks
d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi, I x
L
e =
kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier,  10 cm
f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong,  5 cm
g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier
 h = variasi tinggi muka air, 0,18 h100 (h100 = kedalaman air pada muka
air normal 100%)
Z = kehilangan tinggi energi di bangunan-bangunan tersier yang
lain

Apabila prosedur ini menyebabkan muka air jaringan utama naik di


atas muka tanah, maka pengurangan tinggi muka air tersier dapat
dipertimbangkan. Situasi demikian dapat terjadi pada topografi yang sangat
datar dimana kehilangan tinggi energi yang terjadi pada
bangunan- bangunan di petak tersier dapat menambah tinggi muka air
yang diperlukan di jaringan utama jauh di atas muka tanah. Dalam hal-hal
seperti itu jaringan tersier harus dibenahi kembali dan kalau mungkin
kehilangan tinggi energi harus diperkecil; sebagian daerah mungkin
terpaksa tidak diairi.

Eksploitasi muka air parsial sangat umum terjadi di jaringan irigasi di


Indonesia. Kebutuhan air irigasi pada debit rencana berlangsung
sebentar saja di musim tanam pada harga rencana maksimum. Di
samping itu, tersedianya air di sungai tidak akan selamanya cukup
untuk mengeksploitasi jaringan pada debit rencana.

Longgaran untuk variasi muaka air h ditetapkan: 0,18 h100 (0,18


x kedalaman air rencana); 0,82 h100 adalah kedalaman air perkiraan pada
70 persen dari Qrencana.

b. Kemiringan memanjang

Kemiringan memanjang ditentukan terutama oleh keadaan topografi,


kemiringan saluran akan sebanyak mungkin mengikuti garis muka
tanah pada trase yang dipilih. Kemiringan memanjang saluran mempunyai
harga maksimum dan minimum. Usaha pencegahan terjadinya sedimentasi
memerlukan kemiringan memanjang yang minimum. Untuk mencegah
terjadinya erosi, kecepatan maksimum aliran harus dibatasi.

1). Kemiringan minimum

Sebagaimana telah dibicarakan dalam bagian F.2.c. tentang


Sedimentasi, untuk mencegah sedimentasi harga I√R hendaknya
ke arah hilir. Dalam praktek perencanaan kriteria ini tidak sulit untuk
diikuti. Pada umumnya kemiringan tanah bertambah besar ke
arah hilir,
demikian pula harga I√R; bahkan apabila harga √R berkurang
pada
waktu saluran mengecil.

2). Kemiringan maksimum

Bilamana kondisi bahkan tanah pada trase sudah diketahui, maka


kecepatan dasar yang diijinkan vba untuk mencegah erosi
dapat ditentukan bagi ruas saluran, sebagaimana telah dibicarakan
pada bagian F.2.d tentang Erosi. Perlu dicatat bahwa kecepatan
rencana yang biasanya diambil untuk tanah-tanah kohesif, pada
umumnya lebih rendah daripada kecepatan maksimum yang diizinkan
untuk tanah ini. Erosi pada saluran irigasi jarang sekali.

3). Perencanaan kemiringan saluran

Untuk perencanaan kemiringan saluran, akan dipakai gambar


3.6. Dalam grafik ini tiap titik dengan debit rencana Q dan
kemiringan saluran I merupakan potongan melintang saluran dengan
v, h, b, R, m dan k. Untuk tiap titik, akan dihitung harga I√R dan
kecepatan dasar rencana vbd (kecepatan rencana yang sesungguhnya
dikonversi menjadi kecepatan untuk saluran yang dalamnya 1 m dengan
gambar 3.3.b).

Selanjutnya garis-garis I√R konstan dan kecepatan dasar rencana


vbd diplot pada grafik. Harga-harga m, n dan k untuk potongan
melintang diambil dari bagian F.2 tentang rumus empirik dan kriteria
hidrolis dan F.3 tentang potongan melintang saluran perencanaan ini.

Dalam perencanaan saluran, sebaiknya diikuti langkah-langkah


berikut:

a. Tentukan debit rencana serta kemiringan yang terbaik untuk


tiap ruas saluran berdasarkan kemiringan medan yang ada dan
elevasi bangunan sadap tersier yang diperlukan.
b. Plotlah data-data Q – I untuk masing-masing ruas saluran
berikutnya
mulai dari bangunan utama hingga ujung saluran sekunder
c. Tentukan harga kecepatan dasar yang diijinkan vba bagi setiap ruas
saluran berdasarkan kondisi tanah dengan gambar 3.12.2
dan
3.12.3.
d. Cek apakah garis I√R semakin bertambah besar ke arah
hilir
e. Cek apakah kecepatan dasar rencana bv d tidak
melampaui kecepatan dasar yang diijinkan vba.
f. Jika pada langkah d dan e tidak dijumpai masalah apa pun,
maka perencanaan saluran akan diselesaikan dengan harga-harga
kemiringan yang dipilih dari langkah a.

Gambar 3.12.6 Grafik perencanaan saluran (dengan garis -garis A dan B)

Dalam prosedur perencanaan saluran dapat timbul kesulitan-

kesulitan
berikut :

➢ Kemiringan medan yang curam


Kecepatan dasar rencana vbd dengan kemiringan medan yang ada
mungkin melampaui batas kecepatan dasar yang diizinkan vba.
Guna mengurangi kecepatan rencana, kemiringan saluran akan
diambil lebih landai daripada kemiringan tanah. Kehilangan tinggi
energi akan diperhitungkan pada bangunan terjun. Gambar 3.12.6
akan digunakan untuk memilih kemiringan rencana saluran.

➢ Kemiringan minimum saluran primer garis tinggi


Kemiringan dasar minimum yang benar-benar tepat untuk
jaringan irigasi yang mengangkut sedimen, sulit ditentukan. Jumlah
data mengenai angkutan sedimen halus, sangat sedikit. Di samping
itu, data-data statistik tentang sedimen sering kurang memadai.
Harga I√R yang dipakai untuk saluran primer harus lebih besar
dari
harga I√R kantong lumpur dalam keadaan
penuh.

➢ Saluran sekunder dengan kemiringan medan kecil


Untuk saluran sekunder demiikian, harga I√R sebaiknya paling tidak
sama dengan harga I√R ruas saluran sebeleh hulu. Hal ini
mengacu
pada dibuatnya bagian hulu sekunder dalam timbunan
agar kemiringan bertambah.

G. Saluran pasangan

1. Kegunaan Saluran Pasangan

Saluran pasangan (lining) dimaksudkan untuk


:

➢ Mencegah kehilangan air akibat


rembesan
➢ Mencegah gerusan dan
erosi
➢ Mencegah merajalelanya tumbuhan
air
➢ Mengurangi biaya
pemeliharaan
➢ Memberi kelonggaran untuk lengkung yang lebih
besar
➢ Tanah yang dibebaskan lebih
kecil

Tanda-tanda adanya kemungkinan terjadinya perembesan dalam jumlah besar


dapat dilihat dari peta tanah. Penyelidikan tanah dengan cara pemboran
dan penggalian sumuran uji di alur saluran akan lebih banyak memberikan
informasi mengenai kemungkinan terjadinya rembesan. Pasangan mungkin
hanya diperlukan untuk ruas-ruas saluran yang panjangnya terbatas.

Besarnya rembesan dapat dihitung dengan rumus Moritz


(USBR)

S  0,035 C Q / v

dimana :

S = kehilangan akibat rembesan, m 3/dt per km panjang


saluran 3
Q = debit, m /dt
v = kecepatan, m/dt
C = koefesien tanah rembesan, m/dt
0,035 = faktor konstanta, m/km
Harga-harga C dapat diambil seperti pada tabel 3.9

Tabel 3.12.7 Harga-harga koefesien tanah rembesan C

Jenis tanah Harga C (m/hari)


kerikil sementasi dan lapisan penahan (hardpan)
dengan geluh pasiran 0,10
lempung dan geluh lempungan 0,12
geluh pasiran 0,20
abu volkanik 0,21
pasir dan abu volkanik atau lempung 0,37
lempung pasiran dengan batu 0,51
batu pasiran dan kerikilan 0,67

Kemiringan medan mungkin sedemikian sehingga kecepatan aliran yang


dihasilkan melebihi kecepatan maksimum yang diizinkan untuk bahan
tanah. Biaya pembuatan pasangan saluran hendaknya diusahakan murah. Jika
hal ini tidak mungkin, maka lebih baik talud saluran dibuat lebih landai dan
dilengkapi dengan bangunan terjun.

2. Jenis-jenis pasangan

Banyaknya bahan yang dapat dipakai untuk pasangan saluran (lihat FAO
Kraatz, 1977). Tetapi pada prakteknya di Indonesia hanya ada tiga bahan yang
dianjurkan pemakaiannya :
- Pasangan batu
- Beton, dan
- Tanah

Pembuatan pasangan dari bahan-bahan lain tidak dianjurkan, dengan


alasan sulitnya memperoleh persediaan bahan, teknik pelaksanaan yang
lebih rumit dan kelemahan-kelemahan bahan itu sendiri.

Pasangan batu dan beton lebih cocok untuk semua keperluan, kecuali
untuk perbaikan stabilitas tanggul. Pasangan tanah hanya cocok untuk
pengendalian rembesan dan perbaikan stabilitas tanggul.

Tersedianya bahan di dekat tempat pelaksanaan konstruksi merupakan


faktor yang penting dalam pemilihan jenis pasangan. Jika bahan batu tersedia,
maka pada umumnya dianjurkan pemakaian pasangan batu. Pasangan dari
bata merah mungkin bisa juga dipakai.

Aliran yang masuk ke dalam retak pasangan dengan kecepatan tinggi


dapat mengeluarkan bahan-bahan pasangan tersebut. Kecepatan maksimum
dibatasi dan berat pasangan harus memadai untuk mengimbangi gaya tekan ke
atas

Tebal minimum untuk pasangan batu diambil 30 cm. Untuk beton tumbuk
tebalnya paling tidak 8 cm, untuk saluran kecil yang dikonstruksi dengan baik
(sampai dengan 6 m 3/dt), dan 10 cm untuk saluran yang lebih besar. Tebal
minimum pasangan beton bertulang adalah 7 cm. Untuk pasangan
semen tanah atau semen tanah yang dipadatkan, tebal minimum diambil 10
cm untuk saluran kecil dan 15 cm untuk saluran yang lebih besar.
Tebal pasangan tanah diambil 60 cm untuk dasar saluran dan 75 cm
untuk talud saluran.

Stabilitas pasangan permukaaan keras hendaknya dicek untuk mengetahui


tekanan air tanah di balik pasangan. Jika stabilitas pasangan terganggu
(pembuang), maka sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat konstruksi
pembebas tekanan (lubang pembuang).

Pasangan campuran (kombinasi) seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.12.7


dapat dipakai juga. Pemilihan jenis pasangan akan bergantung kepada
kondisi dan bahan yang tersedia. Detail konstruksi pasangan diperlihatkan
dalam Gambar Perencanaan Standar.

Gambar 3.12.7 Tipe-tipe pasangan saluran


3. Perencanaan hidrolis

a. Kecepatan maksimum

Kecepatan-kecepatan maksimum untuk aliran subkritis berikut ini dianjurkan


pemakaiannya :

- Pasangan batu : 2 m/dt


- Pasangan beton : 3 m/dt
- Pasangan tanah : kecepatan maksimum yang
diizinkan

Kecepatan maksimum yang diizinkan juga akan menentukan kecepatan


rencana untuk dasar saluran tanah dengan pasangan campuran. Prosedur
perencanaan saluran untuk saluran dengan pasangan tanah adalah sama
dengan prosedur perencanaan saluran tanah.

Penghitungan bilangan Froude adalah penting apabila dipertimbangkan


pemakaian kecepatan aliran dan kemiringan saluran yang tinggi. Untuk
aliran yang stabil, bilangan Froude harus kurang dari 0,55 untuk aliran
subkritis, atau lebih dari 1,4 untuk aliran superkritis.

Saluran dengan Froude antara 0,55 dan 1,4 dapat memiliki pola
aliran dengan gelombang tegak (muka air bergelombang, yang akan
merusak kemiringan talud). Harga-harga k untuk saluran ini dapat
menyimpang sampai 20 % dari harga anggapan yang menyebabkan
bilangan Froude mendekati satu. Oleh karena itu kisaran 0,55 – 1,4 adalah
relatif lebar.

Untuk perencanaan saluran dengan kemiringan medan yang


teratur, bilangan Froude akan kurang dari 0,3 dan dengan demikain di
bawah 0,55.

Apabila terjadi aliran superkritis, bangunan diperhitungkan sebagai


got miring.

Bilangan Froude untuk saluran ditentukan sebagai


:
1/ 2
 mn 
F = v .......  v gh 
 2m  n 

dimana :

F = bilangan Froude
v = kecepatan aliran, m/dt
w = lebar pada permukaan air, m
A = luas potongan melintang basah, m 2
g = percepatan gravitasi, m/dt ( 9,8)
m = kemiringan talud saluran, 1 vert ; m
hor
n = perbandingan lebar dasar/ kedalaman air

b. Koefesien kekasaran

Koefesien kekasaran Strickler k (m 1/3/dt) yang dianjurkan pemakaiannya


adalah :

- Pasangan batu : 60
- Pasangan beton : 70
- Pasangan tanah : 35 – 45

Harga-harga untuk pasangan keras hanya akan dicapai jika pasangan


itu dikonstruksi dengan baik.

Harga-harga untuk pasangan tanah mirip harga-harga untuk saluran


tanah dengan variasi-variasi seperti yang dibicarakan dalam bagian F.2
tentang rumus dan kriteria hidrolis.

Untuk potongan melintang dengan kombinasi berbagai macam bahan


pasangan, kekasaran masing-masing permukaan akan berbeda-beda
(bervariasi). Koefesien kekasaran campuran dihitung dengan
rumus
berikut :

 n
Pi 
2 / 3

 
 1k 1,5 
2/3
kP
 i 
dimana :
k = koefesien kekasaran Strickler untuk potongan melintang, m
1/3
/dt
P = keliling basah, m
Pi = keliling basah bagian i dari potongan melintang, m
ki = koefesien kekasaran bagian i dari potongan melintang, m 1/3/dt

c. Perencanaan untuk aliran subkritis

Perencanaan hidrolis mengikuti prosedur yang sama seperti pada


perencanaan saluran tanpa pasangan. Saluran pasangan batu dan
beton mempunyai koefesien Strickler yang lebih tinggi. Akibatnya
potongan melintang untuk saluran-saluran tanpa pasangan ini akan
lebih kecil daripada potongan melintang untuk saluran tanah dengan
kapasitas debit yang sama.
Ruas saluran pasangan direncana menurut kriteria angkutan sedimen, dan
dengan demikian mengikuti I√R konstan, kedalaman air untuk
saluran
pasangan sama dengan kedalaman air saluran tanpa pasangan. Lebar
dasar lebih kecil daripada lebar dasar untuk saluran tanpa pasangan,
karena harga koefesien Strickler yang lebih tinggi pada saluran pasangan.

Untuk saluran pasangan, kemiringan talud bisa dibuat lebih curam.


Untuk saluran yang lebih kecil (h < 0,40 m) kemiringan talud dibuat vertikal.
Saluran-saluran besar mungkin juga mempunyai kemiringan talud
yang
tegak dan direncanakan sebagai flum.

Untuk saluran yang lebih besar, kemiringan samping minimum 1 : 1 untuk


h sampai dengan 0,75 m. untuk saluran yang lebih besar, harga-harga
kemiringan talud pada tabel 3.10 dianjurkan pemakaiannya.

Tabel 3.12.8 Harga-harga kemiringan talud untuk saluran


pasangan

Jenis tanah h < 0,75 m 0,75 m < h < 1,5 m


Lempung pasiran,
tanah pasiran kohesif 1 1
tanah pasiran lepas 1 1,25
geluh pasiran, lempung berpori 1 1,5
tanah gambut lunak 1,25 1,5

Khususnya saluran-saluran yang lebih besar, stabilitas talud yang diberi


pasangan harus diperiksa agar tidak terjadi gelincir dan sebagainya.
Tekanan air dari belakang pasangan merupakan faktor penting dalam
keseimbangan ini.

d. Lengkung saluran

Jari-jari minimum lengkung untuk saluran pasangan diambil tiga kali lebar
permukaan air. Jika dibutuhkan tikungan yang lebih tajam, maka
mungkin diperlukan kincir pengarah (guide vane) agar sebaran aliran
di ujung tikungan itu lebih merata. Kehilangan tinggi energi tambahan
juga harus diperhitungkan.

e. Tinggi jagaan

Harga-harga minimum untuk tinggi jagaan adalah seperti yang


disajikan pada tabel 3.11 harga-harga tersebut diambil dari USBR.
Tabel ini juga menunjukkan tinggi jagaan tanggul tanah yang sama
dengan tanggul saluran tanah tanpa pasangan.
Tabel 3.12.9 Tinggi jagaan untuk saluran pasangan

Debit Tanggul (F) Pasangan (FI)


m3/dt m m
< 0,5 0,40 0,20
0,5 – 1,5 0,50 0,20
1,5 – 5,0 0,60 0,25
5,0 – 10,0 0,75 0,30
10 – 15,0 0,85 0,40
> 15,0 1,00 0,50

3.13 Kolam Olak

1. Umum

Tipe kolam olak yang akan direncanakan di sebelah hilir bangunan


bergantung pada energi air yang masuk, yang dinyatakan dengan bilangan Froude,
dan pada bahan konstruksi kolam olak.

Berdasarkan bilangan Froude, dapat dibuat pengelompokan-


pengelompokan berikut dalam perencanaan kolam:

a). Untuk Fru  1,7 tidak diperlukan kolam olak; pada saluran tanah, bagian
hilir harus dilindungi dari bahaya erosi; saluran pasangan batu atau beton
tidak memerlukan lindungan khusus.
b). Bila 1,7 < Fru < 2,5 maka kolam olak diperlukan untuk meredam
energi secara efektif. Pada umumnya kolam olak dengan ambang ujung
mampu bekerja dengan baik. Untuk penurunan muka air Z < 1,5 m dapat
dipakai bangunan terjun tegak.
c). Jika 2,5 < Fru  4,5 maka akan timbul situasi yang paling sulit dalam memilih
kolam olak yang tepat. Loncatan air tidak terbentuk dengan baik dan
menimbulkan gelombang sampai jarak yang jauh di saluran.
Cara mengatasinya adalah mengusahakan agar kolam olak untuk bilangan
Froude ini mampu menimbulkan olakan (turbulensi) yang tinggi
dengan balok halangnya atau menambah intensitas pusaran dengan
pemasangan blok depan kolam. Blok ini harus berukuran besar (USBR tipe
IV).
Tetapi pada prakteknya akan lebih baik untuk tidak merencanakan kolam
olak jika 2,5 < Fru < 4,5. Sebaiknya geometrinya diubah untuk memperbesar
atau memperkecil bilangan Froude dan memakai kolam dari kategori lain.
d). Kalau Fru  4,5 ini akan merupakan kolam yang paling ekonomis,
karena kolam ini pendek. Tipe ini termasuk kolam olak USBR tipe III yang
dilengkapi dengan blok depan dan blok halang. Kolam loncat air yang
sama dengan tangga di bagian ujungnya akan jauh lebih panjang dan
mungkin harus digunakan dengan pasangan batu.
Gambar 3.13.1 menyajikan diagram untuk pemilihan bangunan
peredam energi di saluran.

Gambar 3.13.1 Diagram untuk memperkirakan tipe bangunan yang akan digunakan
untuk perencanaan detail (disadur dari Bos, Replogle
and Clemmens, 1984).

2. Kolam loncat air

Panjang kolam loncat air di sebelah hilir potongan U (gambar 3.13.3 dan
3.13.4) kurang dari panjang loncatan tersebut akibat pemakaian ambang ujung
(end sill). Ambang pemantap aliran ini ditempatkan pada jarak :

Lj = 5 (n + y2)

Di sebelah hilir potongan U. tinggi yang diperlukan untuk ambang ujung ini sebagai
fungsi bilangan Froude (Fru), kedalaman air masuk (yu), dan fungsi kedalaman
air hilir, dapat ditentukan dari gambar 3.13.2.
Gambar 3.13.2 Hubungan percobaan antara Fru, y2/y1, dan n/y1 dan n/yu
untuk ambang pendek (menurut Foster dan Skrinde, 1950)

Pada waktu mengukur kolam, adalah penting untuk menyadari bahwa


kedalaman air hilir, y2, disebabkan bukannya oleh bangunan terjun, tetapi oleh
karakteristik aliran saluran hilir. Apabila karakteristik ini sedemikian sehingga
dihasilkan y2 yang diperlukan, maka akan terjadi loncatan di dalam kolam jika
tidak langkah-langkah tambahan, seperti misalnya menurunkan lantai kolam dan
meninggikan ambang ujung, harus diambil untuk menjamin peredaman energi
secara memadai.

3. Kolam olak untuk bilangan Froude antara 2,5 dan 4,5

Pendekatan yang dianjurkan dalam merencanakan kolam olak untuk


besaran bilangan Froude di atas adalah menambah atau mengurangi (tetapi lebih
baik menambah) bilangan Froude hingga melebihi besarnya besaran tersebut.
Dari rumusnya, bilangan Froude dapat ditambah dengan cara sebagai berikut
:
v q
Fr   3
gy gy

Dengan menambah kecepatan v atau mengurangi kedalaman air, y.


Keduanya dihubungkan lewat debit per satuan lebar q, yang bisa ditambah
dengan cara mengurangi lebar bangunan (q = Q/B).

Bila pendekatan di atas tidak mungkin, maka ada dua tipe kolam olak yang dapat
dipakai, yaitu :

a). Bila kolam olak USBR tipe IV, dilengkapi dengan blok muka yang besar
yang membantu memperkuat pusaran. Tipe kolam ini bersama-sama dengan
dimensinya ditunjukkan pada gambar 3.13.3.
Panjang kolam, L, dapat diketemukan dari :

L  2 v u 1  8 Fr  1
 2 u 

Kedalaman minimum air hilir adalah 1,1 kali yd :y2 + n  1,1 yd menurut
ISBR,
1973.

Gambar 3.13.3 Dimensi Kolam Olak Tipe IV (USBR, 1973)

b). Kolam olak tipe-blok-halang (baffle-block-type basin (Donnelly and Blaisdell,


1954), yang ukurannya ditunjukkan pada gambar 3.13.4. Kelemahan besar
kolam ini adalah bahwa pada bangunan ini semua benda yang mengapung dan
melayang dapat tersangkut. Hal ini menyebabkan meluapnya kolam
dan rusaknya blok-blok halang. Juga, pembuatan blok halang memerlukan
beton tulangan.
Gambar 3.13.4 Dimensi kolam olak tipe-blok-
halang
(Bos, Replogle and Clemmens, 1984)

4. Kolam olak untuk bilangan Froude > 4,5

Untuk bilangan-bilangan Froude di atas 4,5 loncatan airnya bisa mantap dan
peredaman energi dapat dicapai dengan baik. Kolam olak USBR tipe III
khusus dikembangkan untuk bilangan-bilangan itu. Pada gambar 3.13.5
ditunjukkan dimensi-dimensi dasar kolam olak USBR tipe III.

Apabila penggunaan blok halang dan blok muka tidak layak (karena bangunan
itu dibuat dari pasangan batu) kolam harus direncana sebagai kolam loncat air
dengan ambang ujung. Kolam ini akan menjadi panjang tetapi dangkal.

Gambar 3.13.5 Karakteristik kolam olak untuk dipakai dengan bilangan


Froude di atas 4,5; kolam USBR tipe III (Bradley dan Peterka,
1957)
5. Kolam Vlugter

Kolam olak pada gambar 3.13.6 khusus dikembangkan untuk bangunan terjun
di saluran irigasi. Batas-batas yang diberikan untuk z/hc 0,5; 0,2 dan
15,0 dihubungkan dengan bilangan Froude 1,0; 2,8 dan 12,8. Bilangan-bilangan
Froude itu diambil pada kedalaman z di bawah tinggi energi hulu, bukan pada lantai
kolam seperti untuk kolam loncat air.

Gambar 3.13.6 memberikan data-data perencanaan yang diperlukan untuk


kolam
Vlugter.

Kolam Vlugter bisa dipakai sampai beda tinggi energi z tidak lebih dari 4,50
m

Gambar 3.13.6 Kolam olak menurut Vlugter

6. Lindungan dari pasangan batu kosong

Untuk mencegah terjadinya penggerusan saluran di sebelah hilir


bangunan peredam energi, saluran sebaiknya dilindungi dengan pasangan batu
kosong atau lining. Panjang lindungan harus dibuat sebagai berikut :
a). Tidak kurang dari 4 kali kedalaman normal maksimum di saluran hilir,
b). Tidak lebih pendek dari peralihan tanah yang terletak antara bangunan
dan saluran
c). Tidak kurang dari 1,50 m

Jika dipakai pasangan batu kosong, maka diameter batu yang akan dipakai untuk
pasangan ini dapat ditentukan dengan menggunakan gambar 3.13.7 gambar ini
dapat dimasukkan dengan kecepatan rata-rata di atas ambang kolam. Jika
kolam olak tidak diperlukan karena Fru  1,7, maka gambar 3.13.7 harus
menggunakan
kecepatan benturan (impact velocity) vu
:
v u  2g  Z
Gambar 3.13.7 memberikan ukuran d40 campuran pasangan batu kosong.
Ini berarti bahwa 60% dari pasangan batu tersebut harus terdiri campuran dari
batu-
batu yang berukuran sama, atau lebih besar.

Gambar 3.13.7 Hubungan antara kecepatan rata-rata di atas ambang


ujung bangunan dan ukuran butir yang stabil (Bos, 1978)

a). Perencanaan filter

Semua pasangan batu kosong harus ditempatkan pada filter untuk mencegah
hilangnya bahan dasar yang halus. Filter terdiri dari lapisan-lapisan bahan
khusus seperti ditunjukkan pada gambar 3.13.8, atau dapat juga dibuat dari ijuk
atau kain sintetis.

Gambar 3.13.8 Contoh filter diantara pasangan batu kosong


dan bahan asli (tanah dasar)
Lapisan-lapisan filter sebaiknya direncana menurut aturan-aturan berikut :

1). Permeabilitas (USBR, 1973)

d15 lapisan d lapisan 2 d15 lapisan 1


dan 15 dan = 5 sampai 40
3 d15 lapisan1 d15 tan ah dasar
d15 lapisan 2

Nilai banding 5-40 dapat dirinci lagi menjadi (Bendegom, 1969):

 Butir bulat homogen (kerikil) 5 – 10


 Butir bersudut runcing (pecahan kerikil, batu) 6 – 20
 Butir halus 12 – 40
Untuk mencegah tersumbatnya saringan, d5  0,75 mm

2). Kemantapan/ stabilitas, nilai banding d15/ d85 (Bertram, 1940)

d15 lapisan d15 lapisan 2 d15 lapisan1


dan dan 5
3 d 85 lapisan1 d 85 tan ah dasar
d 85 lapisan
2

Kemantapan, nilai banding d50/d50 (US Army Corps of Engineers, 1955)

d 50 lapisan d 50 lapisan d 50 lapisan1


dan dan = 5 sampai 10
3 2 d 50 tan ah
d 50 lapisan d 50 lapisan1 dasar
2

dengan

 Butir bulat homogen (kerikil) 5 – 10


 Butir bersudut runcing homogen
(pecahan kerikil, batu) 10 – 30
 Butir halus 12 – 60
Untuk mencegah agar filter tidak tersumbat, d5  0,75 mm untuk
semua lapisan filter.

Ketebalan-ketebalan berikut harus dianggap minimum untuk


sebuah konstruksi filter yang dibuat pada kondisi kering :

 Pasir, kerikil halus 0,05 sampai 0,10 m


 Kerikil 0,10 sampai 0,20 m
 Batu 1,5 sampai 2 kali
diameter batu yang besar.
Lampiran 1.

Kriteria Desain Untuk Terowongan Pengelak Proyek Ramganga

1. Tata letak
Pada tumpuan sebelah kanan bendungan dibawah saluran miring
pelimpah.
Diameter selesai 31 feet. Awalnya digunakan untuk pengelak sungai akhirnya
terowongan no. 1 (dekat bendungan) digunakan sebagai terowongan tenaga dan
no.2 sebagai pembantu pengecoran selimut batuan tidak cukup untuk
terowongan tinggi tekan dari dalam (lihat gambar)

2. Tipe Batuan
Tipe batuan terdiri dari peta pengganti dari batuan pasir dan serpihan tanah liat
termasuk Siwales sedang (lihat gambar B-2) batuan pasir lembek hampir semua
masih atau lipatan kasar dan jenuh dengan air, serpihan tanah liat adalah
juga lembek tetapi kebanyakan kering dan tidak mengembang.

3. Penyangga cukup besar kejenuhan


Seperangkat baja bulat berukuran (300 mm x 140 mm) berat 44,2
kg/m. Didesain untuk beban batuan berikut :
Serpihan tanah liat – 0,7 . B (B = kaliber
penggalian) Batuan pasir – 1,0 . B

4. Lining Beton
Tebal lining 30” diukur dari luar (sisi batuan) penyangga baja flen. Beton mempunyai
tegangan tekan silinder 3000 psi atau tegangan tekan kubus 3750 psi (klas
beton secara kasar 155 M250)

A. Terowongan No. 1

i. Daerah hulu dan intake / pemasukan permanen.


Seperangkat penyangga baja bulat dari baja dibutuhkan pada jarak 2 - 4
feet
(0,60 – 1,20 m)
Lining tidak dibutuhkan tulangan retak pada beton tidak akan mempengaruhi
keamanan terowongan

ii. Daerah antara pemasukan dan 50 hulu as bendungan


Seperangkat penyangga bulat dari baja pada jarak 2 feet (0,60 m), disiapkan
baja gelinding hanya untuk petunjuk statis ketidak seimbangan dari
dalam, diijinkan 80% dari hasil tekanan pada baja.
Memanjang baja 0,5% dari luas beton dibagikan kedua
permukaan I-1
iii. Daerah hitungan permulaan dari penstok baja – 50 hulu as bendungan dan
20 hilir as bendungan.
Seperangkat baja bulat pada jarak 1 ft (30 cm) dibagian hilir as
bendungan.
Disiapkan baja gelinding untuk tekanan dari dalam penuh dengan tekanan
normal pada baja. Kontrol untuk tinggi hidrostatis dari luar penuh 35%
lebih tinggi tekanan pada beton.

iv. Daerah hilir dari daerah diatas


iii.
Seperangkat baja bulat pada jarak 2 ft (60 cm) lining tanpa tulangan disiapkan
penstok baja dibawah as bendungan ;
Pembatalan jarak antara penstok dan lining harus diisi dengan
beton
Penstok harus didesain untuk tekanan dari dalam penuh tanpa
penyangga dari beton dan batuan.

B. Terowongan No.2

Seperangkat baja bulat pada jarak (2 – 4) ft seperti yang


dibutuhkan.
Pada daerah 3D hulu dan 3D hilir dari garis pusat dari penutup
terowongan
(plug), perangkat mungkin pada 2 ft dari
pusat.
Lining harus tanpa tulangan kecuali dekat pengeluaran dan bila selimut
batuan tidak cukup.

Bila digunakan tulangan akan terdiri dari sati cincin dari batang gelinding 1 ½

pada permukaan bagian dalam pada 12” dari
pusat.
Tulangan memanjang mungkin 0,5% dari luas beton dibagi sama pada
kedua permukaan dibuat penutup terowongan (plug) harus didesain seperti
daerah iii untuk terowongan No.1.

C. Tekanan injeksi tidak diperlukan dipertimbangkan pada desain

D. Seperangkat baja bulat digunakan seperti tulangan sambungan baja penyangga


harus dilas untuk memberikan tegangan penuh dari penampang efisiensi
sambungan diambil 80%

5. Injeksi dan Drainase

Harus dikerjakan seperti terlihat pada gambar B-3.


LAMPIRAN 2.

Kriteria desain untuk Terowongan Bertekanan dari Proyek Beas sutley Link

1. Ciri – ciri penting :

Terowongan Terowongan
Pandoh Baggi Suder Nagar
Sutlej
Debit 9000 m 3/det 7500 m 3/det
Diameter selesai 25 Feet (7,5 m) 25 Feet (7,5 m)
Kemiringan dasar 0,0015 0,005
Tinggi tekan maksimum 180 Feet 283 Feet
(Normal) (54 m) (84,9 m)
Panjang 8,18 mill 7,6 mill
Kecepatan maksimum 18,3 Ft/Sec 12,2 Ft/Sec
Rencana tenaga 4 x 165 MW

2. Tipe Batuan

Terdiri dari phylites, quartzites, granites dan sebagainya. Memerlukan penyangga


atap hampir disetiap tempat.

3. Ketebalan Linning

Linning dibuat dari beton tanpa tilangan dimana selimut batuan cukup. Ketebalan
lining tidak kurang dari 10˝diukur disebelah luar sistem penyangga. Linning dilengkapi
dengan tulangan pada tempat dimana selimut batuan tidak cukup bila 2 baris batang
tulangan dipasang ketebalan linning meningkat menjadi 15˝.

4. Desain Linning

Linning akan didesain untuk beban seperti berikut


:

i) Beban Batuan :

Beban batuan akan dianggap ditahan oleh system penyangga dan tidak oleh
linning kecuali dekat portal (pemasukan dan pengeluaran) dan daerah khusus
lainnya.

ii) Tekanan Lir ke luar

Linning harus dicek untuk :

a. Keadaan terowongan kos ong – tinggi tekan air dari luar sama dengan
perbedaan elevasi antara hidrolik gradient dan perbedaan elebasi dasar
II - 1
terowongan ( sama dengan tekanan air normal dari dalam).

II - 2
b. Keadaan Operas i – Pertimbangan keadaan normal dan keadaan berhenti
sebentar (beban meningkat dari 80 % ke 100 % dari kapasitas pembangkit)
dan keadaan berhenti sebentar yang ekstrim( berjalan pada beban
penuh). Mengambil tekanan ke luar sama dengan perbedaan elevasi antara
hidro statio gradiant dan sentakan bawah maksimum.

Ketebalan linning didesain dengan mengambil tegangan tekan pada beton


yang diijinkan berikut ini.

Terowongan kosong 0,45 Fe΄


Berhenti normal 0,225 Fe΄
Berhenti ekstrim 0,35 Fe΄
Fe΄ = Tegangan pada 28 hari ultimate

iii) Tekanan Air ke dalam

Tidak ada beton bertulang pada linning dimana selimut batuan cukup (I. H
untuk arah vertikal dan 2 H untuk arah Horisontal, dimana H = tinggi tekan air
maksimum kedalam, pada keadaan normal)

Bila batuan jelek sekali, desain linning untuk tekanan ke dalam penuh dengan
tidak ada tahanan batuan. Tegangan yang diijinkan pada baja 90% dari hasil.
Bila selimut batuan tidak cukup Linning harus diberi tulangan dan didesain
untuk keadaan normal, keadaan berhenti sebentar normal dan keadaan berhenti
sebentar ekstrim.

Tegangan pada baja berikut ini diijinkan dan tahanan batuan dihilangkan (lalu
gambar C – 2)

Selimut arah vertikal dalam Tegangan yang diijinkan baja


Hubungan Tinggi tekan kedalam (H) (tegangan yang bekerja normal =
(Selimut arah Horisontal diambil 20.000 Psi)
setengah dari arah vertikal)

Kurang dari 0,1 H 12.000 Psi


0,1 H – 0,3 H 12.000 – 15.000 Psi
(Peningkatan serupa)

0,3 H – 0,5 H 15.000 – 20.000 Psi


0,5 H – 0,75 H 20.000 – 34.000 Psi
0,75 H – 1 H Pengulangan Tulangan Beton
Seragam hingga 0,005 dari
penampang beton dan tulangan
nominal menerus untuk panjang 3 D -
lebih

5. Injeksi Semen

Injeksi untuk pengisian rongga antara beton dan batuan harus dikerjakan pada
tekanan
30 Psi. Tekanan tinggi untuk injeksi penggabungan juga harus dikerjakan pada seluruh
panjang. Tekanan injeksi harus konsisten dengan tegangan linning, keamanan melawan
pukulan keluar dan kehilangan injeksi ke permukaan.

6. Drainasi

Menyiapkan dua. 1 ½ ˝ diameter lubang drainasi , dalam 10 – 15 feet pada setiap


jarak
10 feet. Dimana aliran air tanah besar
dihadapi.
Lampiran 3.

Kriteria desain untuk terowongan Bertekanan dari Jaringan listrik tenaga air yamuna tahap II.

1. Ciri – ciri Penting

Bagian I Bagian II
Terowongan Bertekanan 7,0 m 7,5 m
Diameter 6,2 m 5,9 km
Panjang 235 m3/dt 235 m3/dt
Debit maksimum 6,1 m/dt 5,3 m/dt
Kelas 1 dalam 150 1 dalam 600
(perkiraan) (perkiraan)
Rumah tenaga Bawah tanah Batas Tanah
(Power House)
Tinggi Tekan 110 m 56 m
Kapasitas 4 x 60 MW 4 x 30 MW
Instalasi
2. Tipe Batuan dan Penyangga

Proyek terletak didaerah himalaya ,keadaan geologi banyak terganggu, tipe


batuan umumnya ditemui quartzitie slates, limestone, sandstone dan claystone.

Bagian I terowongan dipotong oleh patahan dan

Bagian II memotong daerah pegunungan hancur keras berdasarkan.

Batuan dilipatan dan diperlukan penyangga hampir sepanjang

terowongan Penampang geologi sepanjang jalur terowongan terlihat pada

gambar

Penyangga misalkan menggunakan shotcrete dan perfobols (baut dengan semen)


bila mungkin dan penyangga baja pada daerah yang jelek.

Bila batuan hancur dan terjepit ditemui pada sekeliling terowongan harus digunakan
penyangga baja. Baja penyangga dapat berupa penampang I 250 x 125 mm atau
penampang H 152 x 152 mm.

3. Ketebalan lining

Beton harus sesuai dengan ISS kelas M-250.

Lining harus dengan tulangan (beton bertulang) dimana selimut batuan cukup.

III - 1
Tergantung dari tekanan air keluar tebalanya beton (diukur dari permukaan batuan
ke penyangga) harus 20 cm, 30 cm, atau 40 cm (60 cm pada daerah dimana
batuan hancur).

Tetapi ketebalan diukur dari permukaan dalam dari penyangga tidak kurang dari 20 cm.
Lining harus dengan tulangan bila selimut batuan tidak cukup (kurang dari H untuk
arah vertikal dan kurang dari 2 H untuk arah horisontal, dimana H = tinggi tekan air
kedalam atau batuan sangat jelek).

4. Desain Lining.

Lining harus didesain untuk beban berikut :

i. Beban Batuan

Umumnya tidak ada beban batuan yang harus dipertimbangkan untuk desain
lining pada batuan yang sangat jelek lengkung perubahan bentuk dan waktu harus
diplat dan beban batuan yang diijinkan bila perlu.

ii. Tekanan air keluar

Tekanan air keluar akan diambil sama dengan tekanan air kedalam. Drainase akan
disediakan bila muka air batuan lebih tinggi dari terowongan dan tambahan ketebalan
dari injeksi semen bertekanan harus disiapkan lining akan dicek untuk keadaan
operasi normal dan keadaan terowongan kosong, ambil tegangan tekan
yang
diijinkan pada beton berikut
:

Keadaan Tegangan
Keadaan operasi Tegangan yang diijinkan
normal atau keadaan normal pada tekanan
diam langsung fc = 60 kg/cm²
Keadaan terowongan 1,33 x fc
kosong

iii. Tekanan air kedalam

Lining akan didesain untuk keadaan operasi berikut :

a. Keadaan diam atau operasi normal


b. Keadaan berhenti sebentar normal (generator bekerja dengan beban penuh
tiba- tiba salah satu generator berhenti)
c. Keadaan terhenti sebentar ekstrim (keadaan yang paling buruk) keadaan
operasi penuh secara bersama-sama berhenti.
Pembagian beban oleh batuan harus diperhitungkan untuk cara
Lauffer’s.

Tidak ada tulangan akan disediakan pada daerah lain dari terowongan tidak
mempunyai selimut yang cukup atau batuan yang sangat jelek.

Dalam hal daerah khusus batuan yang menahan akan dihilangkan dan tulangan
akan disediakan, ambil hanya tegangan yang diijinkan berikut ini :
• Tegangan tarik yang diijinkan pada beton 18 kg/cm
²
• Tulangan baja
Keadaan berhenti sebentar normal. 80% x hasil
Keadaan berhenti sebentar ekstrem. 100% x hasil

Bingkai keliling penuh akan dipertimbangkan sebagai tulangan

beton. Pembagian tulangan beton harus sekitar 0,2% dari luas

beton.

5. Injeksi.

Injeksi semen untuk pengisian harus dikerjakan pada seluruh panjang terowongan
pada tekanan yang tidak lebih dari 4 kg/cm² (56 Psi).

Injeksi semen untuk penghubung harus dilakukan pada seluruh daerah pada
tekanan sama dengan 2p.

Akan ada empat lubang dengan kedalaman 3 m pada setiap lingkaran, jarak
lingkaran dengan lingkaran berikutnya 3 m.

Lubang pada lingkaran harus berselang seling pada daerah dimana tekanan air
keluar melebihi tekanan air kedalam akan dilakukan tambahan injeksi dengan
tekanan 3 p sampai 4 p dan kedalaman 2 m diluar lingkaran.

Lining akan diuji untuk tekanan injeksi (tekanan air keluar titik akan diambil
tindakan dengan pengujian)

Ambil tegangan pada beton berikut


:

50% tekana injeksi - 1,33


fc

tekanan injeksi penuh – f’c 250 kg/cm² (tegangan 28 hari


ultimate)

6. Drainasi

Lubang drainasi dengan penutup valve diberikan diluar daerah batuan yang
diinjeksi akan disiapkan didaerah dimana tekanan air keluar melebihi tekanan air kedalam
lubang- lubang akan diperluas diluar daerah batuan yang diinjeksi.
Lampiran 4.

1-1
Lampiran 5.
Lampiran 6.
La Pe
m lat
ih
pi an
TABEL .1 ra Ah
KELEBIHAN GALIAN PADA BEBERAPA TEROWONGAN n li
7. D
GUTRIEL BROWN es
ai
n
TEORI KENYATAA KELEBIHAN GALIAN MURNING'S Te
N ro
NO NAMA TEROWONGAN TIPE BATUAN RICKS JARI-JARI LUAS JARI-JARI %
w
At HIDROLIK A1L HIDROLIK AL / At VOLUM n* on
(m2) Rt (m) (m2) Rc (m) E ga
n
ALPTA Granite - Gnetos 30 1.46 33.8 1.54 1.128 12.7 0.0354 *
1 Jarpstiommen Upper silurian slate horisontal stiafiield 105 2.74 114.3 2.88 1.088 8.9 0.0292 *
2 Krangede I Granit - Syienite With Diabase Veinus 116 2.81 138 3.12 1.19 19 0 *
3 NISSASTRON Granite - Gneis 30 1.47 36.6 1.63 1.22 22 0 *
4 POR / US I Granite - Gneis 50 1.85 57.4 2.09 1.15 14.8 0.0343 *
5 POR / US II Granite - Gneis 50 1.85 61.5 2.16 1.23 23 0.03 *
6 Seisfors Black Slate With Granite Intiusions 70 2.24 80.5 2.42 1.15 15.1 0.0437 *
7 Silitre Vein - Gneis 5 0.59 6.6 0.71 1.32 32 0.0339 *
8 Summerstaholan Granite - Gneis 30 1.45 35.9 1.62 1.2 19.6 0.0384 *
9 Torpshammer Gerliss - granite with some diabose 60 2 64 0 1.07 6.6 0.207 *
Dihitung dari penyelidikan panjang terowongan, luas efektif and radius Hidrolik dan tinggi gesekan 28.7 1.85 34.9 1.64 1.21 0 0.038 *
10 APA LACHIA Arkose Sanostone 38.4 1.68 40.1 1.74 1.13 0 0.038 **
Kri
Dihitung dari panjang terowongan dari luas nyata dari terowongan dan radius Hidrolik
ter
ia
D
es
ai
n
Te
VII ro
-1 w
on
ga
Lampiran 8.
TABEL 2.
BEBAN BATUAN YANG DIAMBIL DALAM MENDESAIN PENYANGGA BAJA

Beban batuan Hp dalam Feet dari batuan diatap dari penyangga terowongan dengan lebar B (H)
dan tinggi Ht (ft) pada kedalaman lebih dari pada 1,5 (B + Ht)
(Terzaghi)

Beban Batuan
No Keadaan Batuan Keterangan
Hp (ft)
1 Keras dan utuh 0 Lining ringan dibutuhkan tanpa bila terjadi spalling
aliran popping

2 Keras, bertingkat atau schiltore (0 - 0,5) . B Penyangga ringan


3 Menyatu secara besar, lipatan sedang (0 - 0.25) . B Beban mungkin lembab
4 Berblok-blok dan buruk. 0.25B --> 0 Tidak ada tekanan sisi/ dinding
Blocky & Seemy sedang 0.35 (B + Ht)
5 Sangat : 0.35-->1.10 x Tidak ada/ sedikit tekan sisi
Blocky & Seemy sedang (B + Ht)
Berblok-blok dan buruk.
6 Pecah menyeluruh : 1.10 x (B + Ht) Tekanan dinding (sisi) banyak sekali rembesan
kebawah kecil dari kebutuhan terowongan
Tetapi secara semua utuh
Maupun penyangga menerus untuk penyangga
paling bawah dari penyangga bulat

7 Batuan tertekan kedalaman sedang 1.10 - 2.10 (B+Ht) Tekanan dinding yang berat dibutuhan topangan
terbalik penyangga bulat disarankan

8 Batuan tertekan sangat dalam 1.10 - 4.50 (B+Ht) -


9 Batuan Bongkah Hingga 250 H Dibutuhkan penyangga bulat. Dalam hal khusus
dengan digunakan penyangga Yielding
mengabaikan harga
(B+Ht)

Catatan :
1 Atap dari terowongan dianggap / ditaksir terletak dibawah air
Bila hal tersebut terletak permanen diatas muka air, harga yang diberikan pada tipe no.4 dan 6 dapat dikurangi 50%

2 Beberapa dari terowongan batuan yang umum terdiri dari lapis dari serpih
Pada bagian yang tidak keras, serpih yang nyata tidak lebih bentuk dari batuan bertingkat lain.
Walaupun demikian bentuk serpih sering diterapkan pada pemadatan sedimen tanah liat, dengan sungguh-
sungguh yang belum dibentukkan sifat-sifat batuan.
Disebut serpih mungkin diterowongan

3 Bila bentuk / formasi batuan terdiri dari rangkaian lapisan horisontal dari batuan pasir atau batuan kapur dan
serpih belum matang. Penggalian terowongan biasanya yang meningkat secara teratur dari batuan pada kedua
Melibatkan gerakan menurun dan perbatasan antara serpih dan batuan sepertinya kapasitasnya sangat menurun
dari batuan yang terletak diatas atap kedua penyangga seperti formasi batuan tekanan atap mungkin seberat

VIII - 1
Lampiran 9.
TABEL 2.A
Beban batuan pada penyangga
Menurut Protodyakonon (IS 4860). 1971
Menurut cara praktis dari rusia, beban batuan tergantung dari derajat pembentukan batuan beban batuan diambil
seperti untuk luas batuan tertutup dengan parabola mulai dari titik persinmpangan dari bidang perpecahan dengan
panjang horisontal berakhir dipuncak potongan terowongan.
B
h = B/2.f
f = Faktor tegangan h
 = Sudut repoce

b
Catatan : Beban batuan untuk desain ditaksir / dianggap sam dengan pembagian beban yang merata diatas lebar
terowongan.
Dianggap beban batuan pada lubang = 0

Kategori Derajat Tegangan Catatan batuan Berat jenis Tegangan pecah Faktor tegangan

(Tanah) (kg/m3) (kg/m2) (f)


I Paling tinggi 2800 2000 20
tertinggi Kokoh padat, quartisete Basalt 3000
dan batuan kokoh lainnya yang
tegangan sangat tinggi

II Sangat tinggi granite kokoh, quartz porphyer 2600 1500 15


silida shake sands stone & 2700
limes perperekonomian dengan
tinggi

III Tinggi granite kokoh, quartz porphyer 2500 1000 15


silida shake sands stone & 2600
limes perperekonomian dengan

IV Agak kuat Batuan pasir manual sand 2400 600 6


stone normal

IV.a Agak kuat Serpih-serpih batuan pasir 2300 500 5

V Sedang Serpih-serpih lempung, batuan 2400 - 2600 400 4


pasir dan lempungan
konglomeratyang lebih kecil

V.a Sedang Bermacam-macam serpih dan 2400 - 2600 300 3


slates mark padat

VI Agak Lepas 2200 - 2600 200 - 150 2


Shale lepas dari limestone yang
sangat lepas, gypsum frozen
ground common mark blocky
sandstone comented gravel
dan boulders hancy ground

VI.a Agak Lepas gravelly ground blocky and 2200 - 2400 - 1.5
tissuried shale, compressed
boulders and gravel hard clay

Dense Clay, Chohesive ballast


VII Lepas 2000 - 2200 - 1
clayey ground

VII.a Lepas Loose loan, loose gravel 1800 - 2000 - 0.8

VIII Tanah Vegetation sail with peat 1600 - 1800 - 0.6

IX Granular sails Sand fine gravel up fiel 1400 - 1600 - 0.5


(Tanah Berbutir)

X Plastic sands Silty gravel, modified loeeses 0 - 0.3


and other, soil, air liqmit
condition

IX - 1
TABEL 3. PENYANGGA La Pe
MENERUS m lat
ih
pi an
BALOK / TIANG BAJA LEBAR TEROWONGAN SAMPAI LUAR RENCANA LINING BETON
ra Ah
Berat
Minimal Dalam
per
14' 16' 18' 20' 22' 24' 26' 28' 30' 32' 34' n li
flens lebar & type
(kg) 40'' 42'' 44'' 46'' 48'' 50'' 52'' 54'' 56'' 58'' 60'' 62'' 64'' 66'' 68'' 70'' 10 D
es
4" I 7.7 2750 2470
4"x4" H 13.0 4780 4310 3910 3570
ai
5" I 10.0 4030 3620 3280 2990 n
5" x 5" Stanchion 16.0 6920 6220 5630 5130 Te
5" x 5" H 18.9 7860 7060 6390 5820 ro
6" I 12.5 5590 5030 4540 4130 3790 w
6" I 17.3 7100 6380 5770 5260 4830 4450 on
6" x 4" Light beam 12.0 5510 4940 4460 4060 3730 ga
6" x 4" Light beam 16.0 7540 6760 6110 5510 5100 4710
n
6" x 6" Stanchion 15.5 7450 6670 6030 5490 5030 4650
6" x 6" H 20.0 9550 8560 7740 7050 6460 5960 5530 5140
6" x 6" H 25.0 11800 10570 2570 2710 7980 7360 6830 6850 5930
7" I 15.3 5990 5450 4990 4610
8" I 18.4 7640 6950 6370 5880
8" I 23.0 9100 8290 7600 7010 6500 6040 5640 5280 4960 4570
8" x 4" Light beam 15.0 6320 5750 5270 4860
8" x 8" H 34.3 14950 13610 12460 11500 10570 9920 9250 8670 8150 7680 7270 6880 6530 6210
1/4
8" x 5 " WF 17.0 7310 6630 6120 5650 5240
1/4
8" x 5 " WF 20.0 8730 7950 7250 6710 6230 5780 5400
1/2
8" x 8 " WF 24.0 10600 9650 8830 8150 7560 7020 6560 6150 5770 5640 5150 4880
1/2
8" x 8 " WF 28.0 12450 11260 10310 9520 8830 8200 7650 7170 6740 6360 6020 5700
8" x 8" WF 31.0 13820 12590 11530 10640 9860 9160 8560 8020 7530 7100 6720 6360 6040 5750
8" x 8" WF 35.0 15640 14250 13110 12040 11160 10370 9690 9070 8530 8040 7600 7200 6830 6500
8" x 8" WF 40.0 17870 16270 14890 13750 12740 11840 11050 10360 9740 9180 8680 8220 7800 74200
8" x 8" WF 48.0 19640 17990 16600 15390 14290 13360 12510 11760 11090 10390 9840 9340 8890
8" x 8" WF 58.0 21700 20030 18560 17240 16110 15110 14210 13400 12660 12000 11390 10830
8" x 8" WT 67.0 25100 23190 21500 19970 18650 17470 16420 15480 14650 13880 13160 12540
10" I 25.0 9610 8860 8210 7630 7130 6680 6280 5920 5600 5340 3040 4800 Kri
10" I 35.0 12520 11540 10740 9940 9290 8700 8170 7710 7290 6900 6550 6230 ter
3/4
10" x 5 " WT 21.0 8220 7580 7020 6520 6090 5710 5370 5060 4790 4530 4310 4100 ia
3/4
10" x 5 " WT 25.0 9870 9120 8450 7860 7340 6880 6470 6100 5790 5490 5210 4960 D
10" x 8" WT 33.0 13130 12080 11210 10430 9740 9130 8580 8090 7650 7250 6890 6560
es
10" x 8" WT 39.0 15630 14420 13360 12410 11590 10870 10210 9640 9120 8640 8210 7810
10" x 8" WT 45.0 18100 18290 15450 14370 13420 12580 11830 11160 10550 10000 9500 9040
ai
10" x 10" WT 49.0 20200 16970 15770 14730 13820 12990 12250 11580 10980 10430 9930 n
10" x 10" WT 54.0 24950 18750 17410 16270 15260 14340 13530 12790 12130 11520 10960 Te
10" x 10" WT 66.0 22900 21280 19870 18630 17520 16520 15620 14810 14070 13390 ro
X 12" x 8" WT 45.0 14170 13280 12490 11790 11150 10570 10050 9560 w
-1 12" x 10" WT 53.0 16870 15820 14880 14040 13280 12600 11960 11400 on
12" x 12" WT 65.0 20780 19500 18330 17290 16370 15530 14750 14050 ga
Lampiran 11.
TABEL 4
PENERAPAN LAPANGAN SISTEM PENYANGGA MODERN
(LAUFFER)

Kelas tanah & kelas Waktu Penyangga baja


Shot Crete (Beton Rock balting (Pengikat
penyangga yang biasa bridging dan ditanam didalam lining
Semprot) batuan)
diterapkan jarak galian permanen

A Tetap 20 tahun Tidak diperlukan Tidak diperlukan Tidak diperlukan


4.0 m
B Lepas setiap waktu 6 bulan 2 - 3 cm hanya pada tidak ekonomis
Setiap jarak 1.5 - 2 m dan
(perlindungan bagian 4.0 m bagian lengkungan
menggunakan karbon tetapi
atas)
hanya pada bagian lingkungan

C Sedikit fiaxible 1 minggu Setiap jarak 1.0 - 1.5 m hany tidak ekonomis
3 - 5 cm hanya pada
(Penyangga atap) 3.0 m diterapkan pada bagian
bagian lengkungan
lengkungan dan menggunakan
kawat berikut shot crete tebal 2
cm

D Fiable / daya lepas 5 jam 5 - 7 cm disemprotkan Kadang-kadang dengan


Setiap jarak 0.7 - 1.0 m
(seperangkat penyangga 1.5 m pada kawat cara yang sama seperti
terutama pada bagian
berat) diutamakan dibagian pada E dibawah ini
lengkungan dengan kawat dan
lengkungan
shot crete tebal 3 cm

E Amat fiable 20 menit


7 - 15 cm Rangkaian batuan setiap jarak lengkungan baja dengan
(seperangkat penyangga 0.8 m
disemprotkan pada 0.5 - 1.5 m berikut shotcrete balok kayu
berat)
kawat berlubang tebal 3 -5 cm

F Segera mendesak 2 menit 15 -20 cm, Tidak sesuai / cocok


Seperangkat penopang
tekanan tanah 0.4 m disemprotkan pada
baja dengan balok kayu
(penyelidikan kedepan kawat, disangga
keluar shotcrete
tanpa menggunakan dengan lengkungan
penyangga permukaan) baja
G Segera mendesak 10 detik tidak cocok Tidak sesuai / cocok
Seperangkat penopang
tekanan tanah berat 0.15 m
baja dengan balok kayu
(penyelidikan kedepan
dan segera dishotcrete
dan permukaan
disangga)

111 -
1
Lampiran 12.
TABEL 5
BEBERAPA TEROWONGAN TENAGA AIR BESAR DENGAN LINING
BETON

TAHUN DIAMETER TEBAL LINING


NO NAMA TEROWONGAN LOKASI PANJANG KETERANGAN
KONSTRUKSI SELESAI BETON
(km) (m) (cm)

1 Ala Itali 1953 9.2 8.2 30 - 60


2 Glenn shira Skotlandia 1953 5.9 3 20.3
3 Quorich LP Skotlandia 1958 3.9 3.5 25
4 Long sloy Skotlandia 1950 3 4.7 12.7
5 Gavrison dam USA 1950 7.9 - 8.8 83 - 90
6 Oche dam USA 1962 7.25 75
7 Trinity dam USA 1962 7.5 75
8 Navagio dam USA 1962 5.7 52
9 Saslhatechwan dam Canada 1965 6 75
10 Oroville dam USA 1968 10.7 60
11 Beas dam Itali Under konstruksi 9 75
12 Ramgangga dam Itali Under konstruksi 0.54 9.3 75
Ketebalan minimum
13 Beas suttley lark Itali Under konstruksi 25.3 7.6 - 8.5 25
diukur diluar
(Un-Reinforced)
Penyangga baja / kira-kira
38
15 cm
(Reinforced)
Ketebalan minimum
14 Ismuna state II Itali Under konstruksi 12.1 7.0 - 7.5 20 - 40
diukur diluar
60 Penyangga baja 20 cm
(Reinforced)
20
25
(Reinforced)
2 x 25
(Reinforced with
salty layer)
Lamp Pe
iran lat
ih
13. an
LOCA GEOMECHANIC CLASSIFICATION (BERNAWSIC 1973) NO CLASSIFICATION : Q SYSTEM (BARTON 1974) FOR CLASSIFICATION : Q SYSTEM (BARTON 1974) Ah
LITY TABE li
CLASS SUPPORT CLASS SUPPORT CLASS SUPPORT
I
L 6. D
H5 VERY GOOD ROCK OCCASIONAL SPOT BOLTING GOOD ROCK SPOT BOLTING ONLY RSR = 56 BOLT 25 MM DIA. AT 2 M HUBU es
AMA = 83 Q = 33,0 (LENGTH NOT GIVEN) NGAN ai
II LOCALLY GROUTED BOLTS (20 MM DIA.) n
H4 VERY GOOD ROCK SPACED 2 - 2,5 M, LENGTH 2,5 M PLUG GOOD ROCK SYSTEMATIC GROUTED BOLTS (20 MM DIA.) RSR = 50 BOLTS SPACED 1,4 M SHOTCRETE
ANTA Te
AMA = 83 MESH SHOTCRETE 50 MM THICK IF PEG. Q = 12,5 SPACED 1 M - 2 M ; AND MESH 35 - 45 OR MEDIUM RIBS AT 2 M RA ro
III SYSTEMATIC GROUTED BOLT SPACED PEMA w
H2 FAIR ROCK 1,5 - 2 M, LENGTH 3 M PULG MESH AND FAIR ROCK SYSTEMATIC GROUTED BOLTS SPACED RSR = 57 BOLTS SPACED 1,2 M AND 50 MM
KAIA on
AMA = 52 1,00 MM THCIK SHOTCRETE Q = 8,6 1,6 M ; LENGTH 2,8 ; AND MESH SHOTCRETE OR RIBS 5 - 20 AT 1,7 M ga
IV FOOR SYSTEMATIC GROUTED BOLT SPACED SHOTCRETE ONLY 25 - 75 MM THICK OR N n
H3 ROCK 1,5 - 2 M, LENGTH 3 M MESH PULG FOOR ROCK BOLTS AT 1 M, 20 - 30 MM SHOTCRETE AND RSR = 52 BOLTS SPACED 1 M AND 75 MM
AMA = 29 1,50 MM SHOTCRETE (RBS AT 1,5 M) Q = 1,5 MESH SHOTCRETE OR RIBS 5 - 20 AT 1,2 M
V FOOR SYSTEMATIC GROUTED BOLT SPACED EXIPETELY SHOTCRETE ONLY 75 - 100 MM THICK OR
ROCK AMA = 0,7 - 1M, LENGTH 3,5 M 150 - 200 MM POOR TENSIONED BOLTS AT 1 M PLUGS 50 -75 MM RSR = 52 N/A
H5
15 SHOTCRETE AND MESH PLUG MEDIUM ROCK SHOTCRETE AND MESH
STEEL RIBS AT 0,7 M CLOSED INVERT Q = 0,08

ROD CLASSIFICATION (DEER 1908) AUSTRIAN, RABCEWITZPACKER 1974 FRENCH CLASSIFICATION (LOUS 1974)

EXCELLENT I BOLTS 26 MM DIA, 1,5 M LONG SPACED 50 MM SHOTCRETE OR 3 M P


H5 ROD > 90 ACCASIONAL BOLTS ONLY STABLE 1,5 M IN ROOF PLUG WIRE MESH A LONG BOLTS AT 3,1 M
E
GOOD BOLTS 2 M - 3 M LONG AT 0,9 - 1 M PLUG II BOLTS 2-3 M LONG SPACED 2-2,5 M, 100 MM SHOTCRETE WITH MESH N
H4 ROD : 75 - 80 MESH OR 50 - 100 MM SHOTCRETE OVER SHOTCRETE 80 - 100 MM WITH MESH B AND 3 M BOLTS AT 2,8 Y
OR LIGHT ; MEDIUM RBS AT 1,5 M BREAKING A
FAIR TO GOOD BOLTS 2 M - 3 M LONG AT 0,6 - 1,2 M III PERFO BOLTS 25 MM DIA., 3-4 M LONG
ROD : 60 - 80 PLUG MESH OR 50 - 100 MM SHOTCRETE FACTURED SPACED 2 M PLUG 150 MM SHOTCRETE 150 MM SHOTCRETE WITH MESH
N
H2
OR LIGHT ; MEDIUM RBS AT 1,5 M TO VERY PLUG WIRE MESH AND STEEL ARCHES
C
AND 3 M BOLTS AT 2,5 M G
FACTURED THIS SPACED 1,5 M G Kri
POOR BOLTS 2 M - 3 M LONG AT 0,6 - 1,2 M IV PERFO BOLTS 4 M LONG, SPACED 1 M 210 MM SHOTCRETE WITH MESH
A ter
ROD : 25 - 60 WITH MESH OR 150 MM SHOTCRETE STRESSED BY 2 M PLUG 200 MM SHOTCRETE PLUG AND 3 M BOLTS AT 2 M AND ia
H3 D D
WITH BOLTS AT 1,5 M OR MEDIUM TO ROCK MESH PLUG STEEL ARCHES THIS SPACED 1 M STEEL RIBS D
HEAVY RIBS CONCRETE LINING 300 MM E es
150 MM SHOTCRETE ALL AROUND PLUG V VERY PERFO BOLTS 4 M LONG, SPACED 1 M 240 MM SHOTCRETE WITH MESH N ai
VERY POOR MEDIUM TO HEAVY CIRCULAR RIBS AT STRESSED PLUG 250 MM SHOTCRETE PLUG MESH AND 3 M BOLTS AT 1,7 M STEEL
H5
ROD <: 25 0,6 M CENTRES WITH LAGGING ROCK AND STEEL ARCHES THIS SPACED 0,75 M
E
RIBS AT 1,2 M
G n
A Te
OLD SET INVERT CONCRETE LINING 500 M CLOSED INVERT
XII ro
I -
N w
1 K on
E ga
L
Lampiran 14.

PEMILIHAN BENTUK TEROWONGAN

BENTUK TEROWONGAN KETERANGAN

- Baik untuk terowongan


bertekanan tinggi
- Tekanan hidrolis kedalam
membuat kondisi lebih baik
BENTUK BULAT
- Sulit dalam pelaksanaan
(terutama ukuran kecil)
- Cocok untuk beban batuan
yang cenderung bergerak.
- Cocok untuk dasar yang
lebar
- Penggalian terowongan
BENTUK D
mudah dilakukan
- Biasanya dipakai untuk
terowongan berukuran kecil

- Pelaksanaan lebih mudah


dibandingkan bentuk bulat
TAPAL KUDA D D - Sering digunakan untuk aliran
STANDAR bebas
D D

Faktor yang menentukan bentuk terowongan disamping pertimbangan geologi dan


struktur yaitu pertimbangan hidrolis, kebutuhan praktis dam mudah dilaksanakan.

Bentuk terowongan yang umum digunakan adalah bentuk tapal kuda dan bentuk bulat.

XIV - 1
LAMPIRAN C
Kriteria desain untuk Terowongan Bertekanan dari Proyek Beas sutley Link
1. Ciri – ciri penting :

Terowongan Terowongan
Pandoh Baggi Suder Nagar
Sutlej
Debit 9000 m 3/det 7500 m 3/det
Diameter selesai 25 Feet (7,5 m) 25 Feet (7,5
Kemiringan dasar 0,0015 m)
Tinggi tekan maksimum 180 Feet 0,005
(Normal) (54 m) 283 Feet
Panjang 8,18 mill (84,9 m)
Kecepatan maksimum 18,3 Ft/Sec 7,6 mill
Rencana tenaga 4 x 165 MW 12,2 Ft/Sec

2. Tipe Batuan
Terdiri dari phylites, quartzites, granites dan sebagainya. Memerlukan
penyangga atap hampir disetiap tempat.

3. Ketebalan Linning
Linning dibuat dari beton tanpa tilangan dimana selimut batuan cukup.
Ketebalan lining tidak kurang dari 10˝diukur disebelah luar sistem
penyangga. Linning dilengkapi dengan tulangan pada tempat dimana selimut
batuan tidak cukup bila 2 baris batang tulangan dipasang ketebalan linning
meningkat menjadi 15˝.

4. De sain Linning
Linning akan didesain untuk beban seperti berikut
:
i) Beban Batuan :
Beban batuan akan dianggap ditahan oleh system penyangga dan tidak oleh
linning kecuali dekat portal (pemasukan dan pengeluaran) dan daerah khusus
lainnya.
ii) Tekanan Lir ke
luar
Linning harus dicek untuk :
a. Keadaan terowongan kos ong – tinggi tekan air dari luar sama dengan
perbedaan elevasi antara hidrolik gradient dan perbedaan elebasi dasar
terowongan ( sama dengan tekanan air normal dari dalam).
b. Keadaan Operasi – Pertimbangan keadaan normal dan keadaan
berhenti
sebentar (beban meningkat dari 80 % ke 100 % dari kapasitas
pembangkit) dan keadaan berhenti sebentar yang ekstrim( berjalan pada
beban penuh). Mengambil tekanan ke luar sama dengan perbedaan elevasi
antara hidro statio gradiant dan sentakan bawah maksimum.
Ketebalan linning didesain dengan mengambil tegangan tekan pada
beton yang diijinkan berikut ini.
Terowongan kosong 0,45
Fe΄ Berhenti normal 0,225
Fe΄ Berhenti ekstrim 0,35 Fe΄
Fe΄ = Tegangan pada 28 hari ultimate
iii) Tekanan Air ke dalam
Tidak ada beton bertulang pada linning dimana selimut batuan cukup (I.
H untuk arah vertikal dan 2 H untuk arah Horisontal, dimana H = tinggi tekan
air maksimum kedalam, pada keadaan normal)
Bila batuan jelek sekali, desain linning untuk tekanan ke dalam penuh dengan
tidak ada tahanan batuan. Tegangan yang diijinkan pada baja 90% dari
hasil. Bila selimut batuan tidak cukup Linning harus diberi tulangan dan
didesain untuk keadaan normal, keadaan berhenti sebentar normal dan
keadaan berhenti sebentar ekstrim.
Tegangan pada baja berikut ini diijinkan dan tahanan batuan dihilangkan (lalu
gambar C – 2)

Selimut arah vertikal dalam Tegangan yang diijinkan baja


Hubungan Tinggi tekan kedalam (H) (tegangan yang bekerja normal =
(Selimut arah Horisontal diambil 20.000 Psi)
setengah dari arah vertikal)

Kurang dari 0,1 H 12.000 Psi


0,1 H – 0,3 H 12.000 – 15.000 Psi
(Peningkatan serupa)

0,3 H – 0,5 H 15.000 – 20.000 Psi


0,5 H – 0,75 H 20.000 – 34.000 Psi
0,75 H – 1 H Pengulangan Tulangan Beton

Seragam hingga 0,005 dari


penampang beton dan tulangan
nominal menerus untuk panjang 3 D -
lebih

5. Injeksi Semen
Injeksi utnuk pengisian rongga antara beton dan batuan harus dikerjakan pada
tekanan 30 Psi. Tekanan tinggi untuk injeksi penggabungan juga harus
dikerjakan pada seluruh panjang. Tekanan injeksi harus konsisten dengan
tegangan linning, keamanan melawan pukulan keluar dan kehilangan injeksi ke
perm ukaan.

6. Drainasi
Menyiapkan dua. 1 ½ ˝ diameter lubang drainasi , dalam 10 – 15 feet pada
setiap jarak 10 feet. Dimana aliran air tanah besar dihadapi.
Lampiran D

Kriteria desain untuk terowongan Bertekanan dari Jaringan listrik tenaga air
yamuna tahap II.
1. Ciri – ciri Penting
Bagian I Bagian II
Terowongan Bertekanan 7,0 m 7,5 m
Diameter 6,2 m 5,9 km
Panjang 235 m3/dt 235 m3/dt
Debit maksimum 6,1 m/dt 5,3 m/dt
Kelas 1 dalam 150 1 dalam 600
(perkiraan) (perkiraan)
Rumah tenaga Bawah tanah Batas Tanah
(Power House)
Tinggi Tekan 110 m 56 m
Kapasitas 4 x 60 MW 4 x 30 MW
Instalasi
2. Tipe Batuan dan Penyangga
Proyek terletak didaerah himalaya ,keadaan geologi banyak terganggu, tipe
batuan umumnya ditemui quartzitie slates, limestone, sandstone dan claystone.
Bagian I terowongan dipotong oleh patahan dan
Bagian II memotong daerah pegunungan hancur keras berdasarkan.
Batuan dilipatan dan diperlukan penyangga hampir sepanjang
terowongan Penampang geologi sepanjang jalur terowongan terlihat pada
gambar
Penyangga misalkan menggunakan shotcrete dan perfobols (baut dengan semen)
bila mungkin dan penyangga baja pada daerah yang jelek.
Bila batuan hancur dan terjepit ditemui pada sekeliling terowongan harus digunakan
penyangga baja. Baja penyangga dapat berupa penampang I 250 x 125 mm atau
penampang H 152 x 152 mm.

3. Ketebalan lining
Beton harus sesuai dengan ISS kelas M-250.
Lining harus dengan tulangan (beton bertulang) dimana selimut batuan cukup.
Tergantung dari tekanan air keluar tebalanya beton (diukur dari permukaan
batuan ke penyangga) harus 20 cm, 30 cm, atau 40 cm (60 cm pada daerah
dimana batuan hancur).
Tetapi ketebalan diukur dari permukaan dalam dari penyangga tidak kurang dari
20
cm.
Lining harus dengan tulangan bila selimut batuan tidak cukup (kurang dari H
untuk arah vertikal dan kurang dari 2 H untuk arah horisontal, dimana H = tinggi
tekan air kedalam atau batuan sangat jelek).

4. Desain Lining.
Lining harus didesain untuk beban berikut
:
i. Beban Batuan
Umumnya tidak ada beban batuan yang harus dipertimbangkan untuk
desain lining pada batuan yang sangat jelek lengkung perubahan bentuk
dan waktu harus diplat dan beban batuan yang diijinkan bila perlu.
ii. Tekanan air
keluar
Tekanan air keluar akan diambil sama dengan tekanan air kedalam.
Drainase akan disediakan bila muka air batuan lebih tinggi dari terowongan dan
tambahan ketebalan dari injeksi semen bertekanan harus disiapkan lining akan
dicek untuk keadaan operasi normal dan keadaan terowongan kosong, ambil
tegangan tekan
yang diijinkan pada beton berikut
:
Keadaan Tegangan
Keadaan operasi Tegangan yang diijinkan
normal atau keadaan normal pada tekanan
diam langsung fc = 60 kg/cm²
Keadaan terowongan 1,33 x fc
kosong

iii. Tekanan air kedalam


Lining akan didesain untuk keadaan operasi berikut :
a. Keadaan diam atau operasi normal
b. Keadaan berhenti sebentar normal (generator bekerja dengan beban
penuh tiba-tiba salah satu generator berhenti)
c. Keadaan terhenti sebentar ekstrim (keadaan yang paling buruk)
keadaan operasi penuh secara bersama-sama berhenti.
Pembagian beban oleh batuan harus diperhitungkan untuk cara
Lauffer’s.
Tidak ada tulangan akan disediakan pada daerah lain dari terowongan
tidak mempunyai selimut yang cukup atau batuan yang sangat jelek.
Dalam hal daerah khusus batuan yang menahan akan dihilangkan dan
tulangan akan disediakan, ambil hanya tegangan yang diijinkan berikut ini :
• Tegangan tarik yang diijinkan pada beton 18 kg/cm
²
• Tulangan baja
Keadaan berhenti sebentar normal. 80% x hasil
Keadaan berhenti sebentar ekstrem. 100% x hasil
Bingkai keliling penuh akan dipertimbangkan sebagai tulangan
beton. Pembagian tulangan beton harus sekitar 0,2% dari luas
beton.
5. Injeksi.
Injeksi semen untuk pengisian harus dikerjakan pada seluruh panjang terow
ongan pada tekanan yang tidak lebih dari 4 kg/cm² (56 Psi).
Injeksi semen untuk penghubung harus dilakukan pada seluruh daerah
pada tekanan sama dengan 2p.
Akan ada empat lubang dengan kedalaman 3 m pada setiap lingkaran,
jarak lingkaran dengan lingkaran berikutnya 3 m.
Lubang pada lingkaran harus berselang seling pada daerah dimana tekanan
air
keluar melebihi tekanan air kedalam akan dilakukan tambahan injeksi
dengan tekanan 3 p sampai 4 p dan kedalaman 2 m diluar lingkaran.
Lining akan diuji untuk tekanan injeksi (tekanan air keluar titik akan diambil
tindakan
dengan pengujian)
Ambil tegangan pada beton berikut
:
50% tekana injeksi - 1,33
fc
tekanan injeksi penuh – f’c 250 kg/cm² (tegangan 28 hari
ultimate)
6. Drainasi
Lubang drainasi dengan penutup valve diberikan diluar daerah batuan yang diinjeksi
akan disiapkan didaerah dimana tekanan air keluar melebihi tekanan air
kedalam lubang-lubang akan diperluas diluar daerah batuan yang diinjeksi.
Pelatihan Ahli Des ain Terowongan Kriteria Des ain
SDA Terowongan

DAFTAR PUSTAKA

1. Sub Dit Perencanaan Teknis, Direktorat Irigasi I, Direktorat Jenderal


Pengairan
Departemen Pekerjaan Umum dibantu oleh DHV.
Consulting Engineering bekerja sama dengan PT. Indah Karya, Standar Perencanaan
Irigasi, CV. Galang Persada Bandung 1986.

2. Prahlad Das (Profesor Design Civil), Design of Tunnels For Water


Resources
Development (WRDTC) 1975.
RANGKUMAN

MODUL : KRITERIA DESAIN TEROWONGAN

BAB I. - Untuk memberikan gambaran urutan pengembangan proyek /


pekerjaan perencanaan terowongan secara sistematis dan mencoba
memberikan prosedur (tahapan) secara berurutan kegiatan atau pekerjaan
apa yang perlu atau harus dilakukan sebelum kegiatan lain.

- Kriteria desain terowongan dalam hal ini dimaksudkan sebagai pedoman


atau penyeragaman bagi ahli desain terowongan dalam mendesain
terowongan.

BAB II. - Untuk penanganan proyek terowongan secara sistematis perlu dibuat
prosedur atau tahapan secara urutan kegiatan atau pekerjaan apa yang perlu
atau harus dilakukan sebelum kegiatan lainnya.

- Tahapan proyek SIDLACOM (Survey, Investigation, Design, Land


Acquisition, Construction, Operation, Maintenance).

- SID dibagi 2 tahap :


1. Tahap Studi (studi awal, identifikasi, pengenalan dan kelayakan)
2. Tahap Perencanaan (Perencanaan pendahuluan dan perencanaan detail).

- Perencanaan terowongan ada 3 tahapan (Penentuan lokasi


rencana terowongan, pra desain terowongan dan final desain terowongan).
- Terowongan adalah bangunan dibawah permukaan tanah yang
dibangun dengan cara penggalian lubang dengan cara khusus tanpa
mengganggu permukaan tanah.
- Fungsi terowongan untuk lalu lintas, pengangkut air dan penampungan.

BAB III. - Makro geologi yaitu membahas masalah data-data tektonik yang terjadi
yang berhubungan dengan patahan, retakan / pecahan dan lipatan,
pertambahan dan penyebaran retakan dan belahan.
- Mikro geologi yaitu membahas masalah kepadatan batuan,
perembesan, kekuatan terhadap tekan geser dan tarik serta modulus
elastisitas.
- Klasifikasi batuan berdasarkan sifat elastis ada 3 (batuan keras dan kompak,
batuan kompak terbelah dan batuan lunak atau plastis)
- Tegangan vertikal (v) = berat jenis batuan (Wr) x Tinggi selimut batuan
pada terowongan (H).

Tegangan horisontal (h) = koefisien (k) x tegangan vertikal (v).


- Tujuan penggunaan peralatan mekanika batuan adalah untuk
menyediakan data dasar untuk desain, menyediakan data kontrol
keamanan untuk pelaksanaan.

- Sebelum ditentukan tata letak dan jalur terowongan diperlukan


penyelidikan geologi dan geoteknik yang lebih mendalam serta pengukuran
dan pemetaan sesuai petunjuk ahli geologi serta profil geologi sepanjang jalur
terowongan.

- Kemiringan terowongan pada aliran bebas harus cukup untuk


mengalirkan debit, tanpa menyebabkan kecepatan yang berlebihan atau
kehilangan energi yang berlebihan atau tanpa menambah tekanan pada
terowongan.

- Faktor yang menentukan bentuk potongan melintang terowongan


disamping pertimbangan geologi dan struktur, juga pertimbangan hidrolis dan
kebutuhan praktis dan mudah dilaksanakan.

- Jarak antara dua terowongan bertekanan yang sejajar lebih besar dua
kali diameter terbesar / lebar terbesar.

- Lengkungan sebaiknya dihindari, bila terpaksa jari-jari lengkungan harus


lebih besar dari lima kali lebar terowongan.

- Faktor-faktor yang berhubungan dalam perhitungan hidrolik adalah


kemiringan, ukuran, bentuk, panjang dan kekasaran permukaan terowongan
serta bentuk dan tinggi pemasukkan dan pengeluaran.

- Untuk memperkecil kehilangan tinggi tekan dan mencegah terjadinya


gravitasi, transisi harus didesain menurut standar kriteria (Design of Small Dam
Bab IX).

Untuk bangunan yang besar transisi harus dimodel uji.

1
Rumus Manning : Kecepatan V  . R 2/3. I 1/2
n

f .t V 2
Rumus Darcy – Weisbach hf  x
D 2.g

Rumus Russel : (Faktor f  p .C . Re ( a12)


Gesekan)

- Adanya udara didalam terowongan bertekanan dapat menimbulkan :


kehilangan tekanan, pengurangan debit, pukulan air, getaran pada Nozel
Pelton, hilangnya cat dasar pada pompa.
- Masuknya udara dengan cara : selama mengisi udara dapat
terperangkap, adanya perubahan ukuran terowongan, adanya pusaran air,
loncatan air, kecepatan yang berlebihan, udara yang larut dalam air.

- Cara mencegah masuknya udara : pusaran sebelum masuk dipecahkan


dulu, permukaan yang menghasilkan loncatan dihilangkan, cara mengisi
terowongan perlahan-lahan, permukaan yang menimbulkan tekanan negatif
diuji lebih dulu, dibuat kolam penenang sebelum masuk terowongan.

- Ukuran terowongan yang ekonomis dapat dicari dengan analisis dan


grafis dengan variabel : diameter terowongan dan tinggi cofferdam (untuk
pengelak), diameter terowongan dan tinggi bendungan (untuk terowongan
penghubung), diameter terowongan dan pengeluaran tahunan (untuk
terowongan tenaga listrik).
Rumus perhitungan diameter ekonomis untuk terowonganPLTA :
16 / 3
f (D)  A.(1  c).(1  s).(P  n)  A.(1  c).(1  s).(0)  100.e.n 2 .Q 3 .T .U .D

- Tipe beban batuan adalah tekanan berat masa batuan dan


tekanan mengembang

- Teori umum mekanika batuan : bila lubang digali batuan sekitar


terowongan cenderung bergerak maju pada daerah yang lemah. Beban
tadi bergerak perlahan-lahan semakin membesar oleh karena itu
secepatnya setelah penggalian langsung dipasang penyangga besi (bila batuan
jelek) dan shotcrete (untuk batuan yang baik atau keras).

- Beban batuan pada terowongan bila tidak cepat disangga dengan penyangga
semakin lama semakin berat, karena batuan yang tadinya
dimampatkan sekarang tidak, sehingga batuan mengembang ditambah adanya
gravitasi.

- Untuk pembebanan batuan pada terowongan dengan selimut batuan


kurang dari 2,5 kali lebar dan tinggi lubang, tanah diatasnya harus
diperhitungkan.

- Bila selimut batuan lebih dari 2,5 kali lebar dan tinggi lubang beban
batuan dihitung dengan cara Terzaghi atau Protodyakonov.

- Beban batuan diteruskan kebingkai penyangga melalui titik balok pengganjal.

- Pengikat batuan mempunyai keuntungan : mengurangi penggunaan balok


kayu, memperpanjang waktu permukaan terbuka, dapat dipasang secara cepat,
baut dapat dipasang dekat permukaan, ekonomis dalam pemasangan, murah
dalam pemeliharaan, cocok untuk semua batuan.
- Prinsip dan prosedur desain angker terowongan, luas dan dimensi
dari pengikatan atap tergantung dari kelakuan batuan, pengikatan tanah
yang plastis tidak cocok untuk pengikatan, ketebalan dari beban yang
diikat (W) harus ada yang menahan, panjang dari baut (L) harus paling
sedikit sama dengan ketebalan lengkung batuan yang dibutuhkan (L > 2 x
dalam daerah terganggu). Jarak pengikatan harus sebentuk (Panjang bervariasi
2 m – 3 m). Jarak = setengah panjang baut.

- Shotcrete adalah hasil penyemprotan campuran semen kebagian atas


dan dinding terowongan pada jarak dekat, disemprotkan < ½ jamsetelah
peledakan, diteruskan dengan penyanggaan dan pembetonan, dapat
menambah tegangan tarik dan lentur (20% - 30%) dalam waktu 12 – 24 jam,
membuat ikatan erat batuan yang telah retak / pecah, cocok untuk
terowongan yang berhubungan dengan air, berguna bagi batuan yang diikat,
mudah diperbaiki, tidak hanya sebagai penyangga tapi juga sebagai beton
yang sudah selesai.

- Prinsip dan prosedur desain shotcrete : batuan akan rusak terhadap gaya geser
(bukan oleh momen).

Dasar perhitungan dimana beban batuan menimbulkan gaya geser.

d.
Pi 
c
sin . .2 b


Pi  Po. 1  sin . R
2. sin 


1sin 
x1,3

. 
Pi = Gaya tekan radial
c = Tegangan geser pada shotcrete = 0,23 x 300 kg/cm²
(  23 6 )
0 1
 = Sudut bidang pecah terhadap garis sumbu
vertikal d = tebal lining
b = tinggi pipa geser
Po = W. H
 = 300
/ R = 1/3

Gaya yang dapat ditahan oleh lining =


L c s
Pi  Pi  Pi Pi
L

Gaya yang dapat ditahan oleh beton


c d.
Pi  c
sin  b / 2 
Gaya yang dapat ditahan oleh tulangan

s As.(k  1).c
Pi 
sin  b / 2 

Gaya yang dapat ditahan oleh batuan

R S  R cos S n sin 
Pi  
b/2 b/2

Gaya yang dapat ditahan oleh angker


A a.A. f s.cos 
Pi 
et.(b / 2)

Gaya tolak yang dapat ditahan oleh bagian atas terowongan


W L R A
Pi  Pi  Pi  Pi

- Setelah terowongan digali dan disangga, lining diperlukan untuk memenuhi


satu atau lebih fungsi dibawah ini : memperbaiki stabilitas lining, pencegahan
pengikisan batuan oleh cuaca atau kecepatan aliran, menyediakan keadaan
Hidrolik yang memuaskan, penggunaan terowongan dari tekanan yang
tinggi, menghindari ketidakstabilan oleh bocoran, mengurangi kehilangan tinggi
tekan / energi yang berlebihan akibat gesekan, pertimbangan keamanan
khusus.

- Tipe lining : pasangan batu / bata, beton tanpa tulangan beton


dengan tulangan, shotcrete, plat baja, beton pratekan.

- Tebal beton tanpa tulangan minimum 20 cm.


Tebal beton bertulang minimum 30 cm.
Beton yang biasa dipakai K-250 tegangan yang diijinkan 250 kg/cm².

- Bila digunakan penyangga baja untuk mendapatkan kestabilan


tegangan batuan biasanya diperlukan waktu yang cukup (lebih dari satu
tahun), antara penggalian dan pembetonan dalam hal ini dianggap
bahwa lining tidak menerima beban batuan jadi cukup dengan shotcrete
(PAC) tanpa tulangan.
- Tujuan injeksi semen (grouting) : menutup celah beton, celah batuan dan retak-
retak batuan, penggabungan beton dan batuan, pengenalan derajat
tertentu dari pratekan pada lining, mengurangi kesulitan pengeringan.
- Bangunan pelengkap pada bangunan terowongan biasanya terdiri dari portal
pemasukan / pengeluaran dan bangunan penutup (Plugs).
- Masalah utama yang harus diperhatikan dalam perencanaan saluran
selain dimensi saluran yaitu stabilitas tanggul kemiringan talud galian serta
rembesan disaluran.

Anda mungkin juga menyukai