Kecepatan Rencana
Jalan Tol Cinere – Jagorawi ini merupakan jalan Tipe I Kelas I seperti
pada tabel 1.1. berikut :
Tabel 1.1. Kecepatan Rencana
Kecepatan Rencana
Tipe Kelas
(Km/Jam)
Kelas 1 100, 80
Tipe I
Kelas 2 80, 60*
Kelas 1 60
Kelas 2 60,50
Tipe II
Kelas 3 40,30
Kelas 4 30,20
Sumber : Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan, Maret 1992 Direktorat Jendral Bina Marga
hal-11 (standar Acuan no. 2)
Batas ruang bebas horisontal dan vertikal dari jalan tol dan jalan raya
lainnya dalam Gambar 1.1. Tinggi ruang bebas sebesar 5,10 m dipakai
untuk jalan tol, jalan arteri (non tol) dan jalan kolektor, untuk jalan lokal
adalah 4,60 m (Jalan Tipe II Kelas IV).
Kasus 2 : Ruang bebas jalur lalu lintas pada jembatan dengan bentang 50 m atau
lebih, atau pada terowongan
Kasus 3: Ruang bebas untuk jalur lalu lintas pada jalan tidak ada bahunya
Kasus 4:
H = 5.10 m untuk jalan tipe I, kelas I dan tipe II kelas I, kelas II dan kelas III.
Untuk jalan tipe II kelas III di mana bus tingkat tidak boleh lewat,
H dapat diperkecil menjadi 4,6 m
= 4.6 m untuk jalan tipe II dan kelas IV
a = 1.0 m atau lebih kecil dari lebar bahu
b = 4.6m, bila H 4.6 m maka dapat diambil = 4.1 m.
d = 0.75 m untuk jalan-jalan tipe I
= 0.50 m untuk jalan-jalan tipe II.
Ruang Bebas (Clearance) untuk jalan tol, jalan Nasional, jalan Propinsi, Jalan
Kabupaten, Jalan Desa, serta untuk lintasan listrik yang berupa Saluran
Udara Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi (SUTT) dan SUTET) dapat dilihat
pada Gambar 1.2 sampai dengan Gambar 1.4.
Gambar 1.2 Ruang Bebas SUTT 150 KV
Gambar 1.3 Ruang Bebas SUTT 500 KV Sirkuit Tunggal
Gambar 1.4 Ruang Bebas SUTT 500 KV Sirkuit Ganda
Usulan
No. Parameter Geometrik Satuan Kriteria Sumber/ Referensi
Desain
Panjang lajur percepatan dan perlambatan sesuai dengan Standar Acuan No. 2
halaman 53-54, tipe taper dipakai untuk Off Ramp dan semua Ramp 2 lajur atau
lebih, tipe sejajar dipakai hanya pada On Ramp yang 1 lajur.
Gambar 1.5 Tipikal Potongan Melintang Jalan Utama
o Kriteria Desain Ramp dan Interchange Jalan Tol
Ramp dan Interchange sebagai jalan penghubung didesain sedemikian
rupa, sehingga rencana jalan keluar/ masuk terkendali. Jalan keluar/
masuk ke jalan tol harus didesain dengan menggunakan lajur percepatan
untuk masuk jalur utama dan lajur perlambatan untuk keluar dari jalur
utama.
Ramp dan Interchange pada jalan tol Cinere - Jagorawi terdapat pada
level kedua dari jalan tol utama perlu mendapat perhatian kecepatannya,
karena dengan kondisi geometrik yang menikung perlu diturunkan
kecepatan menjadi 60 Km/jam sampai dengan 40 Km/jam. Elemen-
elemen geometrik yang lain akibat dipilihnya kecepatan rencana ini dapat
dilihat pada Tabel 1.4, dan Tabel 1.5 .
2. Parameter Potongan
Melintang
Lebar Lajur Lalu Lintas m 2 x 3.50 2 x 3.00 3.00 No. 2.
Lebar Bahu Luar m 2.00 1.00 1.00 No. 2.
Kemiringan Melintang % 2 2 2 No. 2.
Normal Jalur Lalulintas
Kemiringan Melintang % 4 4 4 No. 2.
Normal Bahu Luar
Superelavasi Maksimum % 8 10 10 No. 2.
Tinggi Ruang Bebas m 5.10 4.60 4.60 No. 2.
Vertikal Minimum
3. Jarak Pandang
Jarak Pandang Henti m 75 40 20 No. 2.
Minimum
Jarak Pandang Menyiap m 350 200 100 No. 2.
(undivided)
4. Parameter Alinemen
Horizontal
Jari-jari Tikungan m 135 45 15 No. 2.
Minimum
Jari-jari Tikungan m 2000 800 200 No. 2.
Minimum Dengan
Kemiringan Normal
Panjang Tikungan m 700/ a dan 500/ a dan 280/ a dan No. 2.
Minimum atau 100 atau 70 atau 40
Panjang Lengkung m 50 35 20 No. 2.
Peralihan Minimum
Jari-jari Tikungan Tanpa m 600 250 60 No. 2.
Lengkung Peralihan
Kemiringan Permukaan - 1/175 1/125 1/75 No. 2.
Relatif Maksimum
5. Parameter Alinemen Vertikal
Landai Maksimum % 5.00 7.00 9.00 No. 2.
Jari-jari Minimum
Lengkung Vertikal :
- Cembung m 2.000 700 200 No. 2.
- Cekung m 1.500 700 200 No. 2.
Panjang Minimum m 50 35 20 No. 2.
Lengkung Vertikal
Keterangan : = Sudut Perpotongan (Derajat)
*Sumber : Mengacu ke halaman I-1 Standar A
Gambar 1.9 Tipikal Potongan Melintang pada Jalan Lokal
Tabel 1.8. Superelevasi Jalur Utama dan Akses
Kemiringan Normal = 2 %
Besarnya radius didapat dari nilai tengah e (mis: radius untuk e 3% didapat dari e = 2.50% sampai
3.50%).
e maks = 8 %
Superelevasi Jari-jari Lengkungan (m)
(%) 100 kpj 80 kpj 60 kpj 40 kpj
415 <R 255 <R 135 <R 55 <R
8
R< 500 R< 325 R< 180 R< 80
500 <R 325 <R 180 <R 80 <R
7
R< 595 R< 405 R< 240 R< 105
595 <R 405 <R 240 <R 105 <R
6
R< 720 R< 500 R< 305 R< 145
720 <R 500 <R 305 <R 145 <R
5
R< 895 R< 635 R< 395 R< 190
895 <R 635 <R 395 <R 190 <R
4
R< 1170 R< 840 R< 535 R< 265
1170 <R 840 <R 535 <R 265 <R
3
R< 1665 R< 1210 R< 785 R< 390
1665 <R 1210 <R 785 <R 390 <R
2
R< 5000 R< 3500 R< 2000 R< 800
Penerapan Rumus-rumus Standar Acuan No. 2. hal I-1
e maks = 8 %
Superelevasi Jari-jari Lengkungan (m)
(%) 60 kpj 40 kpj
125 <R 50 <R
8
R< 170 R< 70
170 <R 70 <R
7
R< 225 R< 95
225 <R 95 <R
6
R< 295 R< 130
295 <R 130 <R
5
R< 390 R< 185
390 <R 185 <R
4
R< 530 R< 255
530 <R 255 <R
3
R< 725 R< 385
725 <R 385 <R
2
R< 2000 R< 800
Penerapan Rumus-rumus Standar Acuan No. 2. hal I-1
Superelevasi pada tikungan di daerah yang mantap
- Untuk jalan di daerah yang sudah mantap, pemakaian superelevasi yang
dijelaskan pada paragraf sebelumnya mungkin tidak dapat diterapkan oleh
karena keperluan untuk persimpangan dengan jalan-jalan yang lain, perawatan
saluran, dan jalan masuk ke tanah yang berbatasan.
Dalam hal demikian, harga-harga pengecualian yang dinyatakan dalam tabel
1.10 dapat dipakai.
- Untuk tikungan di mana jari-jari lebih besar daripada jari-jari yang sesuai
dengan superelevasi 2% atau 1.5% dalam tabel 1.10, perencanaan dengan
kemiringan normal dapat diterapkan atau dengan perkataan lain, tidak dapat
diperlukan superelevasi.
- Penerapan harga-harga pengecualian dalam merencana jalan-jalan perkotaan
konsistensi perencanaan alinyemen sebaiknya ditekankan pada keamanan.
Misalnya, jalan-jalan arteri dengan memakai standar normal. Sebaiknya tidak
dihubungkan begitu saja dengan jalan-jalan yang direncanakan memakai
harga-harga pengecualian ini.
Kemampuan untuk menampung volume lalu lintas yang tinggi secara aman dan
efisien melalui suatu simpang adalah sangat tergantung pada tipe pengaturan
simpang yang akan disediakan. Efisiensi, keamanan, dan kapasitas yang tinggi
akan diperoleh jika simpang dibangun tidak sebidang. Simpang susun adalah
suatu sistem yang menghubungkan jalan dengan satu atau lebih bidang
pemisah yang diperuntukkan bagi pergerakan lalu lintas antara dua jalan atau
lebih pada elevasi yang berbeda.
a. Pada suatu tempat dimana jalan tol memotong atau dekat jalan utama
eksisting, seperti jalan nasional dan jalan propinsi.