Anda di halaman 1dari 25

KRITERIA DESAIN GEOMETRIK

1.1 STANDAR ACUAN

Standar yang dipergunakan sebagai acuan desain geometrik adalah :

1. Spesifikasi Standar Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Direktorat


Jenderal Bina Marga, Desember 1990.

2. Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan, Maret 1992,


Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota.

3. Petunjuk Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar Kota, September 1997


Direktorat Jenderal Bina Marga.

4. Ketentuan Teknik, Tata Cara Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Tol :


Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
353/KPTS/M/2001, 22 Juni 2001, Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 16/PRT/M/2014 tanggal


17 Oktober 2014, tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM)
Jalan Tol.

6. A Policy on Geometric Design of Highway and Streets, AASHTO,


Tahun 2011.
7. Road Side Design Guide, AASHTO, 3rd edition, 2006.

8. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 74 tahun 1990 tentang Angkutan


Peti Kemas di Jalan.

9. Keputusan Menteri Perhubungan No.52 Tahun 2000 tentang Jalur Kereta


Api.

10. Keputusan Menteri Perhubungan No.53 Tahun 2000 tentang Perpotongan


dan/atau Persinggungan antara Jalan Kereta Api dengan Bagian Lain.

11. Perarturan Menteri Perhubungan No. 14/2006 tentang Manajemen dan


Rekayasa lalulintas di Jalan

12. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 01.P/47/MPE/1992,


tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) untuk penyaluran tenaga listrik.

13. Undang-undang No.38 Tahun 2004 tentang Jalan.


14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 tentang
Jalan Tol.

15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor: 19/PRT/M/2011


Tentang Persyaratan Teknis Jalan Dan Kriteria Perencanaan
Teknis Jalan, 2011.

16. Geometrik Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol, No.


007/BM/2009 Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal
Bina Marga.
17. Dorokodan, Japan.

1.2 KRITERIA DESAIN GEOMETRIK UNTUK JALAN TOL

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan secara singkat sebagai berikut :

 Kecepatan Rencana
Jalan Tol Cinere – Jagorawi ini merupakan jalan Tipe I Kelas I seperti
pada tabel 1.1. berikut :
Tabel 1.1. Kecepatan Rencana
Kecepatan Rencana
Tipe Kelas
(Km/Jam)
Kelas 1 100, 80
Tipe I
Kelas 2 80, 60*
Kelas 1 60
Kelas 2 60,50
Tipe II
Kelas 3 40,30
Kelas 4 30,20
Sumber : Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan, Maret 1992 Direktorat Jendral Bina Marga
hal-11 (standar Acuan no. 2)

Berdasarkan Standar Acuan no. 4 yaitu Ketentuan Teknik, Tata Cara


Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Tol Keputusan Menteri Permukiman
dan Prasarana Wilayah No. 353/KPTS/M/2001 Pasal 7, bahwa Kecepatan
Rencana Jalan Tol harus memenuhi kriteria:
a. Untuk daerah datar yang mempunyai lereng melintang rata-rata
antara 0% (nol persen) sampai dengan 2,9% (dua koma sembilan
persen) adalah 120 (seratus duapuluh) km/jam di luar kota, dan 80
(delapanpuluh) km/jam di dalam kota.
b. Untuk daerah perbukitan yang mempunyai lereng melintang rata-rata
antara 3% (tiga persen) sampai 24,9% (duapuluh empat koma
sembilan persen) adalah 100 (seratus) km/jam di luar kota, dan 80
(delapanpuluh) km/jam di dalam kota.
c. Untuk daerah pegunungan yang mempunyai lereng milintang rata-rata
25% (duapuluh lima persen) atau lebih adalah 80 (delapanpuluh)
km/jam diluar kota, dan 60 (enampuluh) km/jam di dalam kota.
Penetapan kecepatan rencana didasarkan pada standard acuan no. 2 dan
no. 4. Berdasarkan standar acuan no. 2, kecepatan rencana adalah 80
km/jam atau 100 km/jam dan berdasarkan standar acuan no. 4 rencana
jalan tol merupakan kategori jalan tol luar kota, kondisi medan / terrain
dengan lereng melintang antara 3- 24,9%, kecepatan rencananya adalah
100 km/jam. Maka kecepatan rencana yang didasarkan pada standar
acuan no. 2 dan no. 4 ditetapkan 100 km/jam.

 Batas Ruang Bebas

Batas ruang bebas horisontal dan vertikal dari jalan tol dan jalan raya
lainnya dalam Gambar 1.1. Tinggi ruang bebas sebesar 5,10 m dipakai
untuk jalan tol, jalan arteri (non tol) dan jalan kolektor, untuk jalan lokal
adalah 4,60 m (Jalan Tipe II Kelas IV).

Kriteria desain geometrik secara ringkas disajikan seperti pada :


Tabel 1.1 Kecepatan Rencana Jalan Tol
Tabel 1.2 Kriteria Desain Geometrik Jalur Utama-Jalan Tol
Tabel 1.3 Kriteria Desain Geometrik Jalan Akses
Tabel 1.4 Kriteria Desain Geometrik Ramp Simpang Susun
Tabel 1.5 Kriteria Desain Geometrik Interchange Untuk Ramp Terminal
Tabel 1.6 Kriteria Desain Geometrik Jalan Non Tol
Tabel 1.7 Superelevasi Jalur Utama dan Akses
Tabel 1.8 Superelevasi Ramp
Tabel 1.9 Superelevasi Jalan Non Tol (Kabupaten dan Desa)

 Dimensi Ruang Bebas


Kasus 1 : Ruang bebas untuk jalur lalu lintas dengan bahu jalan

Kasus 2 : Ruang bebas jalur lalu lintas pada jembatan dengan bentang 50 m atau
lebih, atau pada terowongan
Kasus 3: Ruang bebas untuk jalur lalu lintas pada jalan tidak ada bahunya

Kasus 4:
H = 5.10 m untuk jalan tipe I, kelas I dan tipe II kelas I, kelas II dan kelas III.
Untuk jalan tipe II kelas III di mana bus tingkat tidak boleh lewat,
H dapat diperkecil menjadi 4,6 m
= 4.6 m untuk jalan tipe II dan kelas IV
a = 1.0 m atau lebih kecil dari lebar bahu
b = 4.6m, bila H 4.6 m maka dapat diambil = 4.1 m.
d = 0.75 m untuk jalan-jalan tipe I
= 0.50 m untuk jalan-jalan tipe II.

Kasus 5 : Ruang bebas untuk trotoar dan jalur sepeda

 Pengukuran garis bebas


- Tinggi ruang bebas diukur antara garis sejajar permukaan jalan dan
permukaan itu sendiri.
- Lebar ruang bebas diukur di antara garis tegak lurus permukaan kemiringan
normal jalan. Pada bagian dengan superelevasi, garis batas vertikal harus
diukur tegak lurus terhadap permukaan jalur lalu lintas.

Gambar 1.1 Ruang Bebas Kendaraan


Sumber : Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan Tahun 1992, hal. 19-21

Ruang Bebas (Clearance) untuk jalan tol, jalan Nasional, jalan Propinsi, Jalan
Kabupaten, Jalan Desa, serta untuk lintasan listrik yang berupa Saluran
Udara Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi (SUTT) dan SUTET) dapat dilihat
pada Gambar 1.2 sampai dengan Gambar 1.4.
Gambar 1.2 Ruang Bebas SUTT 150 KV
Gambar 1.3 Ruang Bebas SUTT 500 KV Sirkuit Tunggal
Gambar 1.4 Ruang Bebas SUTT 500 KV Sirkuit Ganda
Usulan
No. Parameter Geometrik Satuan Kriteria Sumber/ Referensi
Desain

1. Kecepatan Rencana Km/jam 100 Standar Acuan No.2 & 4

2. Parameter Potongan Melintang


 Lebar Lajur Lalu Lintas m 3.60 Standar Acuan No. 4.
 Lebar Bahu Luar m 3.00 Standar Acuan No. 2 & 4
 Lebar Bahu Dalam m 1.50 Standar Acuan No. 4.
 Lebar Median (termasuk bahu dalam) m 5.50 Standar Acuan No. 4.
 Kemiringan Melintang Normal Jalur Lalu % 2.00 Standar Acuan No. 4.
lintas
% 4.00 Standar Acuan No. 4.
 Kemiringan Melintang Normal Bahu Luar
 Superelavasi Maksimum % 8.00* (4) Standar Acuan No. 6.
 Tinggi Ruang Bebas Vertikal Minimum m 5.10 Standar Acuan No. 2.
 Tinggi Ruang Bebas Vertikal Minimum pada m 9.00
Elevated
 Tinggi Ruang Bebas diatas Jalan Rel Kereta m 6.50 Standar Acuan No. 9.
Api
 Tinggi Ruang Bebas Vertikal Saluran Udara
Tegangan Tinggi/Extra Tinggi -PLN :
- SUTT 66 kV m 8.00 Standar Acuan No. 12.
- SUTT 150 kV m 9.00 Standar Acuan No. 12.
- SUTET 500 kV m 15.00 Standar Acuan No. 12.
3. Jarak Pandang
 Pandang Henti Minimum m 165 Standar Acuan No. 2.
4. Parameter Alinemen Horizontal
 Jari-jari Tikungan Minimum m 410 Standar Acuan No. 2.
 Jari-jari Tikungan Minimum Dengan m 5000 Standar Acuan No. 2.
Kemiringan Normal
 Panjang Minimum Lengkung m 1.200/ a dan Standar Acuan No. 2.
atau 170
 Panjang Lengkung Peralihan Minimum m 85 Standar Acuan No. 2.
 Jari-jari Tikungan Minimum Tanpa m 1.500 Standar Acuan No. 2.
Lengkung Peralihan
 Kemiringan Permukaan Relatif Maksimum - 1/225 Standar Acuan No. 2.

5. Parameter Alinemen Vertikal


 Landai Maksimum % 3.00 Standar Acuan No. 2.
 Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal :
- Cembung m 10.000 Standar Acuan No. 2.
- Cekung m 4.500 Standar Acuan No. 2.
 Panjang Minimum Lengkung Vertikal m 85 Standar Acuan No. 2.

Tabel 1.2 Kriteria Desain Geometrik Jalur Utama-Jalan Tol


* Superelevasi Maksimum Rencana 4 %

Panjang lajur percepatan dan perlambatan sesuai dengan Standar Acuan No. 2
halaman 53-54, tipe taper dipakai untuk Off Ramp dan semua Ramp 2 lajur atau
lebih, tipe sejajar dipakai hanya pada On Ramp yang 1 lajur.
Gambar 1.5 Tipikal Potongan Melintang Jalan Utama
o Kriteria Desain Ramp dan Interchange Jalan Tol
Ramp dan Interchange sebagai jalan penghubung didesain sedemikian
rupa, sehingga rencana jalan keluar/ masuk terkendali. Jalan keluar/
masuk ke jalan tol harus didesain dengan menggunakan lajur percepatan
untuk masuk jalur utama dan lajur perlambatan untuk keluar dari jalur
utama.

Ramp dan Interchange pada jalan tol Cinere - Jagorawi terdapat pada
level kedua dari jalan tol utama perlu mendapat perhatian kecepatannya,
karena dengan kondisi geometrik yang menikung perlu diturunkan
kecepatan menjadi 60 Km/jam sampai dengan 40 Km/jam. Elemen-
elemen geometrik yang lain akibat dipilihnya kecepatan rencana ini dapat
dilihat pada Tabel 1.4, dan Tabel 1.5 .

 Kriteria Desain Jalan Lain Yang Berhubungan Dengan Jalan Tol


Sebagai jalan penghubung antara jalan tol dengan jalan-jalan lain non tol,
jalan-jalan yang bersilangan dengan jalan tol didesain sedemikian rupa
sehingga jalan sekitarnya terkendali. Kriteria perencanaannya akan
disesuaikan dengan kelas jalan yang bersangkutan, untuk jalan arteri
primer kecepatan 60 Km/jam sedangkan pada jalan kolektor dan lokal
diusulkan dengan kecepatan 40 Km/jam.

Untuk menentukan elemen-elemen geometrik yang lain dapat disesuaikan


dengan kecepatan rencana yang dapat dilihat pada Tabel 1.6.
Tabel 1.3 Kriteria Desain Geometrik Jalan Akses

No. Parameter Geometrik Satuan Usulan Kriteria Desain

1. Kecepatan Rencana Km/jam 40 60

2. Parameter Potongan Melintang


 Lebar Lajur Lalu Lintas M 3.50 3.50
 Lebar Bahu Luar M 2.5 2.5
 Lebar Marka Pemisah Jalur M 0.45 0.45
 Kemiringan Melintang Normal % 2 2
Jalur Lalu lintas
 Kemiringan Melintang Normal % 4 4
Bahu Luar
 Superelavasi Maksimum % 8 8
 Tinggi Ruang Bebas Vertikal M 5.10 5.10
Minimum
3. Jarak Pandang
 Jarak Pandang Henti Minimum M 40 75
 Jarak Pandang Menyiap Minimum M 150 250
(undivided)
4. Parameter Alinemen Horizontal
 Jari-jari Tikungan Minimum m 100 200
 Jari-jari Tikungan Minimum m 800 2000
Dengan Kemiringan Normal
 Panjang Minimum Lengkung m 500/ a atau 70 700/ a atau 100
 Panjang Lengkung Peralihan m 35 50
Minimum
 Jari-jari Tikungan Minimum Tanpa m 250 600
Lengkung Peralihan
 Kemiringan Permukaan Relatif - 1/125 1/175
Maksimum
5. Parameter Alinemen Vertikal :
 Landai Maksimum % 7 5
 Jari-jari Minimum Lengkung
Vertikal :
- Cembung m 700 2000
- Cekung m 700 1500
 Panjang Minimum Lengkung m 35 50
Vertikal
Tabel 1.4. Kriteria Desain Geometrik Junction
No Sumber/ Referensi
Uraian Satuan Usulan Kriteria Desain
. (*)
40
1 Kecepatan Rencana Km/Jam (bila ada 60 Standar Acuan No. 2.
loop)**
2 Potongan Melintang :
 Lebar Lajur + Pelebaran L = n.(3,5 + L = n.(3,5 +
M Standar Acuan No. 2.
Tikungan 0,5) 0,5)
 Lebar Bahu Luar
1. 1 Lajur 1 arah M 2.50 2.50 Standar Acuan No. 2.
2. 2 Lajur 1 arah M 0.75 0.75 Standar Acuan No. 2.
 Lebar Bahu Dalam M
1. 1 Lajur 1 arah M 1 1 Standar Acuan No. 2.
2. 2 lajur 1 arah M 0.75 0,75 Standar Acuan No. 2.
 Kemiringan Melintang Jalur Lalu
% 2 2 Standar Acuan No. 2.
Lintas Normal
 Kemiringan Melintang Bahu
% 4 4 Standar Acuan No. 2.
Jalan Diperkeras
 Super Elevasi Maksimum % 8 8 Standar Acuan No. 2.
 Tinggi Ruang Bebas M 5.10 5,10 Standar Acuan No. 2.
 Kebebasan Samping pada
M 0,50 0,50 Standar Acuan No. 2.
Terowongan/Jembatan
3 Jarak Pandang Henti M 40 75 Standar Acuan No. 2.
4 Alinyemen Horisontal
 Jari-Jari Tikungan Minimum
M 50 140 Standar Acuan No. 2.
dengan Super Elevasi Maks.
 Jari-Jari Tikungan Minimum
untuk Bagian Jalan dengan m 800 2000 Standar Acuan No. 2.
Kemiringan Normal
 Jari-Jari Tikungan Minimum
m 250 600 Standar Acuan No. 2.
tanpa Lengkung Peralihan
 Panjang Minimum Bagian
m 35 50 Standar Acuan No. 2.
Peralihan
 Kemiringan Permukaan Relatif
m 1/125 1/175 Standar Acuan No. 2.
Relatif Maksimum
5 Alinyemen Vertikal
Standar Acuan No. 2
 Landai Maksimum % 5 5
&4
 Panjang Lengkung Vertikal m 35 50 Standar Acuan No. 2.
 Jari-Jari Lengkung Vertikal
m 450 1400 Standar Acuan No. 2.
Cembung
 Jari-Jari Lengkung Vertikal
m 450 1000 Standar Acuan No. 2.
Cekung

*Sumber : Mengacu ke halaman I-1 Standar Acuan


** kalau Junctionnya memakai R minimum 50 m maka Kecepatan rencana Junction V=40 km/jam
L= lebar lajur, n = Jumlah Lajur
Tabel 1.5. Kriteria Desain Geometrik Ramp Simpang Susun
Usulan Kriteria
No. Uraian Satuan Sumber/ Referensi (*)
Desain
1 Kecepatan Rencana Km/Jam 40 Standar Acuan No. 2.
2 Potongan Melintang :
 Lebar Lajur + Pelebaran
M L = n.(3,5 + 0,5) Standar Acuan No. 2.
Tikungan
 Lebar Bahu Luar
3. 1 Lajur 1 arah M 2.50 Standar Acuan No. 2.
4. 2 Lajur 1 arah M 0.75 Standar Acuan No. 2.
 Lebar Bahu Dalam M
1. 1 Lajur 1 arah M 1 Standar Acuan No. 2.
2. 2 lajur 1 arah M 0.75 Standar Acuan No. 2.
 Kemiringan Melintang Jalur
% 2 Standar Acuan No. 2.
Lalu Lintas Normal
 Kemiringan Melintang Bahu
% 4 Standar Acuan No. 2.
Jalan Diperkeras
 Super Elevasi Maksimum % 8 Standar Acuan No. 2.
 Tinggi Ruang Bebas M 5.10 Standar Acuan No. 2.
 Kebebasan Samping pada
M 0,50 Standar Acuan No. 2.
Terowongan/Jembatan
3 Jarak Pandang Henti M 40 Standar Acuan No. 2.
4 Alinyemen Horisontal
 Jari-Jari Tikungan Minimum
M 50 Standar Acuan No. 2.
dengan Super Elevasi Maks.
 Jari-Jari Tikungan Minimum
untuk Bagian Jalan dengan m 800 Standar Acuan No. 2.
Kemiringan Normal
 Jari-Jari Tikungan Minimum
m 250 Standar Acuan No. 2.
tanpa Lengkung Peralihan
 Panjang Minimum Bagian
m 35 Standar Acuan No. 2.
Peralihan
 Kemiringan Permukaan Relatif
m 1/125 Standar Acuan No. 2.
Relatif Maksimum
5 Alinyemen Vertikal
 Landai Maksimum % 5 Standar Acuan No. 2.
 Panjang Lengkung Vertikal m 35 Standar Acuan No. 2.
 Jari-Jari Lengkung Vertikal
m 450 Standar Acuan No. 2.
Cembung
 Jari-Jari Lengkung Vertikal
m 450 Standar Acuan No. 2.
Cekung

*Sumber : Mengacu ke halaman I-1 Standar Acuan


** kalau Junctionnya memakai R minimum 50 m maka Kecepatan rencana Junction V=40 km/jam
L= lebar lajur, n = Jumlah Lajur

Tabel 1.6. Kriteria Desain Geometrik Interchange Untuk Ramp Terminal


Usulan
Sumber/ Referensi
No. Uraian Satuan Kriteria
(*)
Desain
1. Kecepatan Rencana Jalan Tol km/jam 100 Standar Acuan No. 2

2. Ketentuan untuk Jalan Tol


 Jari-jari tikungan minimum m 1500/700 Standar Acuan No. 2.

 Jari-jari lengkung vertikal


minimum Standar/khusus
- Cembung (standar/khusus) m 12.000/6.000 Standar Acuan No. 15.

- Cekung m 8.000/4.000 Standar Acuan No. 15.


 Landai maksimum % 3.00 Standar Acuan No. 2.

3. Jalur Perlambatan, Normal


- Panjang Jalur Perlambatan m 90 Standar Acuan No. 2.
- Panjang Taper m 60 Standar Acuan No. 2.

4. Jalur Percepatan, Normal


- Panjang Jalur Percepatan m 180 Standar Acuan No. 2.

- Panjang Taper m 60 Standar Acuan No. 2.

*Sumber : Mengacu ke halaman I-1 Standar Acuan


Gambar 1.6 Gambar Tipikal Potongan Melintang Ramp 1 Lajur 1 arah
Gambar 1.7 Gambar Tipikal Potongan Melintang Ramp 2 Lajur 1 arah
Gambar 1.8 Gambar Tipikal Potongan Melintang Ramp 2 Lajur 2 arah
Tabel 1.7. Kriteria Desain Geometrik Jalan Non Tol
Jalan Jalan Jalan Sumber/
No. Parameter Geometrik Satuan
Arteri Kab. Desa Ref. (*)
1. Kecepatan Rencana Km/jam 60 40 20 No. 2.

2. Parameter Potongan
Melintang
 Lebar Lajur Lalu Lintas m 2 x 3.50 2 x 3.00 3.00 No. 2.
 Lebar Bahu Luar m 2.00 1.00 1.00 No. 2.
 Kemiringan Melintang % 2 2 2 No. 2.
Normal Jalur Lalulintas
 Kemiringan Melintang % 4 4 4 No. 2.
Normal Bahu Luar
 Superelavasi Maksimum % 8 10 10 No. 2.
 Tinggi Ruang Bebas m 5.10 4.60 4.60 No. 2.
Vertikal Minimum
3. Jarak Pandang
 Jarak Pandang Henti m 75 40 20 No. 2.
Minimum
 Jarak Pandang Menyiap m 350 200 100 No. 2.
(undivided)
4. Parameter Alinemen
Horizontal
 Jari-jari Tikungan m 135 45 15 No. 2.
Minimum
 Jari-jari Tikungan m 2000 800 200 No. 2.
Minimum Dengan
Kemiringan Normal
 Panjang Tikungan m 700/ a dan 500/ a dan 280/ a dan No. 2.
Minimum atau 100 atau 70 atau 40
 Panjang Lengkung m 50 35 20 No. 2.
Peralihan Minimum
 Jari-jari Tikungan Tanpa m 600 250 60 No. 2.
Lengkung Peralihan
 Kemiringan Permukaan - 1/175 1/125 1/75 No. 2.
Relatif Maksimum
5. Parameter Alinemen Vertikal
 Landai Maksimum % 5.00 7.00 9.00 No. 2.
 Jari-jari Minimum
Lengkung Vertikal :
- Cembung m 2.000 700 200 No. 2.
- Cekung m 1.500 700 200 No. 2.
 Panjang Minimum m 50 35 20 No. 2.
Lengkung Vertikal
Keterangan :  = Sudut Perpotongan (Derajat)
*Sumber : Mengacu ke halaman I-1 Standar A
Gambar 1.9 Tipikal Potongan Melintang pada Jalan Lokal
Tabel 1.8. Superelevasi Jalur Utama dan Akses

Kemiringan Normal = 2 %
Besarnya radius didapat dari nilai tengah e (mis: radius untuk e 3% didapat dari e = 2.50% sampai
3.50%).

e maks = 8 %
Superelevasi Jari-jari Lengkungan (m)
(%) 100 kpj 80 kpj 60 kpj 40 kpj
415 <R 255 <R 135 <R 55 <R
8
R< 500 R< 325 R< 180 R< 80
500 <R 325 <R 180 <R 80 <R
7
R< 595 R< 405 R< 240 R< 105
595 <R 405 <R 240 <R 105 <R
6
R< 720 R< 500 R< 305 R< 145
720 <R 500 <R 305 <R 145 <R
5
R< 895 R< 635 R< 395 R< 190
895 <R 635 <R 395 <R 190 <R
4
R< 1170 R< 840 R< 535 R< 265
1170 <R 840 <R 535 <R 265 <R
3
R< 1665 R< 1210 R< 785 R< 390
1665 <R 1210 <R 785 <R 390 <R
2
R< 5000 R< 3500 R< 2000 R< 800
Penerapan Rumus-rumus Standar Acuan No. 2. hal I-1

Tabel 1.9 Superelevasi Ramp

e maks = 8 %
Superelevasi Jari-jari Lengkungan (m)
(%) 60 kpj 40 kpj
125 <R 50 <R
8
R< 170 R< 70
170 <R 70 <R
7
R< 225 R< 95
225 <R 95 <R
6
R< 295 R< 130
295 <R 130 <R
5
R< 390 R< 185
390 <R 185 <R
4
R< 530 R< 255
530 <R 255 <R
3
R< 725 R< 385
725 <R 385 <R
2
R< 2000 R< 800
Penerapan Rumus-rumus Standar Acuan No. 2. hal I-1
Superelevasi pada tikungan di daerah yang mantap
- Untuk jalan di daerah yang sudah mantap, pemakaian superelevasi yang
dijelaskan pada paragraf sebelumnya mungkin tidak dapat diterapkan oleh
karena keperluan untuk persimpangan dengan jalan-jalan yang lain, perawatan
saluran, dan jalan masuk ke tanah yang berbatasan.
Dalam hal demikian, harga-harga pengecualian yang dinyatakan dalam tabel
1.10 dapat dipakai.
- Untuk tikungan di mana jari-jari lebih besar daripada jari-jari yang sesuai
dengan superelevasi 2% atau 1.5% dalam tabel 1.10, perencanaan dengan
kemiringan normal dapat diterapkan atau dengan perkataan lain, tidak dapat
diperlukan superelevasi.
- Penerapan harga-harga pengecualian dalam merencana jalan-jalan perkotaan
konsistensi perencanaan alinyemen sebaiknya ditekankan pada keamanan.
Misalnya, jalan-jalan arteri dengan memakai standar normal. Sebaiknya tidak
dihubungkan begitu saja dengan jalan-jalan yang direncanakan memakai
harga-harga pengecualian ini.

Tabel 1.10 Superelevasi Jalan Non Tol (Kabupaten dan Desa)


Pengecualian Superelevasi di dalam daerah mantap (kemiringan standar 2.0%)
Superelevasi Jari-jari lengkungan (m)
(%) 60 km/j 50 km/j 40 km/j 30 km/j 20 km/j
6 - - 60 <R< 30 <R< 15 <R<
63 35 16
5 - 100 <R< 63 35 16
105 65 37 17
4 150<R< 105 65 37 17
160 110 70 40 18
6 160 110 70 40 18
165 115 74 42 19
2 165 115 74 42 19
220 150 100 55 25
1.3 DESAIN SIMPANG SUSUN

Kemampuan untuk menampung volume lalu lintas yang tinggi secara aman dan
efisien melalui suatu simpang adalah sangat tergantung pada tipe pengaturan
simpang yang akan disediakan. Efisiensi, keamanan, dan kapasitas yang tinggi
akan diperoleh jika simpang dibangun tidak sebidang. Simpang susun adalah
suatu sistem yang menghubungkan jalan dengan satu atau lebih bidang
pemisah yang diperuntukkan bagi pergerakan lalu lintas antara dua jalan atau
lebih pada elevasi yang berbeda.

Tipe simpang susun, serta perencanaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor,


diantaranya adalah kebutuhan lahan, permintaan lalu-lintas, manajemen lalu
lintas, teknis dan ekonomis. Kondisi medan dan Rumija (ROW) adalah hal-hal
yang sangat penting dalam merencanakan berbagai simpang susun dengan
kapasitas yang cukup, untuk dapat mengakomodasi permintaan lalu lintas
secara umum.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan simpang susun, antara


lain sebagai berikut:

 Tipe dan kelas jalan


 Volume lalu lintas dan pola arus lalu lintas yang akan dilayani
 Jaringan jalan eksisting
 Kecepatan rencana
 Keadaan topografi
 Tata guna lahan dan pengembangannya
 Biaya dan administrasi pembangunannya
 Manfaat bagi pengguna jalan
 Jarak maksimum dan minimum antar simpang susun
Simpang susun harus ditempatkan pada lokasi-lokasi dimana jaringan jalan
eksisting, secara ideal dapat berperan sebagai jaringan jalan masuk dan keluar
terhadap pusat-pusat aktivitas lalu lintas, simpang susun juga harus
ditempatkan pada jarak yang cukup, yaitu dengan mengkombinasikan alasan-
alasan aksesbilitas dan kelayakan, baik terhadap aspek teknis maupun aspek
geografis. Pemilihan masing-masing lokasi simpang susun didasarkan pada
karakteristik dari lokasi tersebut. Secara umum pemilihan lokasi simpang susun
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Pada suatu tempat dimana jalan tol memotong atau dekat jalan utama
eksisting, seperti jalan nasional dan jalan propinsi.

b. Pada suatu wilayah dimana mempunyai populasi lebih dari 50.000


penduduk, pada daerah pengaruh simpang susun.

c. Pada suatu kawasan yang secara ekonomi dapat menunjukkan


pengembalian yang bisa diterima, berdasarkan hasil kajian terhadap
masing-masing simpang susun.

d. Memperhatikan antara tata guna lahan dan rencana pengembangan


kawasan dimasa yang akan datang, serta tingkat kesulitan pada saat
pembebasan lahan.

e. Jarak maksimum dan minimum antar simpang susun.

Anda mungkin juga menyukai