Anda di halaman 1dari 14

Bab I

Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai – Benoa

Bab I

1.1. STANDARD ACUAN


1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
1.7.

Standar yang dipergunakan sebagai acuan desain geometrik adalah :

● Petunjuk Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar Kota, September 1997


● Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Ditjen Bina Marga,
Departemen Pekerjaan Umum, Maret 1992
● Ketentuan Teknik, Tata Cara Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Tol:
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
No. 353/KPTS/M/2001, 22 Juni 2001, Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah.
● A Policy on Geometric Design of Highway and Streets 2004, AASHTO
● Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 74 tahun 1990 tentang Angkutan
Peti Kemas di Jalan
● Kepmen 53 Tahun 2000 tentang Perpotongan dan/atau Persinggungan
Antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lain
● Standar Geometrik Jalan Tol yang diterbitkan NIHON DOROKODAN (Standar
Jepang)
● Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/14/MPE/1992 tentang
Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara
Tegangan Ekstra tinggi (SUTET) untuk penyaluran tenaga listrik
● Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
● Peraturan Pemerintah No. 15/2005 tentang Jalan Tol
● Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang jalan
● Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol

1.8. KRITERIA PERENCANAAN

Kriteria perencanaan geometrik terdiri dari :


● Kriteria Desain Geometrik Jalan Tol – Jalur Utama (lihat Tabel 1.2.1.)
● Kriteria Desain Geometrik untuk lokasi Ramp Terminal (lihat Tabel 1.2.2.)
● Kriteria Desain Geometrik Jalan Tol – Ramp (lihat Tabel 1.2.3.)
● Kriteria Desain Geometrik Jalan Tol – Akses (lihat Tabel 1.2.4.)
● Kriteria Desain Geometrik Jalan Non Tol (lihat Tabel(1.2.5.)
● Tabel Superelevasi Main Road, dan Akses (lihat Tabel 1.2.6.)
● Tabel Superelevasi Ramp (lihat Tabel 1.2.7.)
● Tabel Superelevasi Jalan Non Tol (lihat Tabel 1.2.8 dan 1.2.9)

Kriteria Desain; Geomterik Jalan I-1


Bab I
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai – Benoa

Tabel 1.2.1.
Kriteria Desain Geometrik Jalan Tol – Jalur Utama
Standar
No Satua
Uraian Desain Referensi
. n
(2 @ 2 lajur)
1 Kecepatan rencana kpj 80 Ref 1
2 Potongan Melintang      
● Lebar lajur lalu-lintas m 3,50 Ref 1
● Lebar bahu luar m 2,50 Ref 1
● Lebar bahu dalam m 0,50 Ref 1
● Lebar median (termasuk bahu dalam, m 3,00 Ref 1
pemisah-seperator)
● Kemiringan melintang normal jalan % 2 Ref 1
● Superelevasi maksimum % 8 Ref 1
● Kemiringan melintang normal bahu % 2 Ref 1
luar
● Tinggi ruang bebas vertikal minimum m 5,10 Ref 1
● Tinggi ruang bebas di atas jalan rel m 6,50 Ref 5
kereta api
● Tinggi ruang bebas vertikal      
terhadap Saluran Udara
Tegangan Tinggi/Ekstra
Tinggi :
 SUTT 66 kilovolt m 8,00 Ref 4
 SUTT 150 kilovolt m 9,00 Ref 4
 SUTET 500 kilovolt m 15,00 Ref 4
3 Jarak pandang henti minimum m 110 Ref 3
4 Parameter alinemen      
horisontal
● Jari-jari tikungan minimum m 400 Ref 1
● Jari-jari tikungan minimum tanpa m 1.000 Ref 1
peralihan
● Jari-jari tikungan minimum m 3.500 Ref 1
kemiringan normal
● Panjang tikungan minimum m 1.000/θ atau Ref 1
140
● Panjang lengkung peralihan m 70 Ref 1
minimum
● Landai relatif maksimum m 1/200 Ref 1

5 Parameter alinemen vertikal      


● Landai maksimum % 4 Ref 2

Kriteria Desain; Geomterik Jalan I-2


Bab I
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai – Benoa

● Lengkung vertikal      
  Jari-jari cembung minimum m 4.500 ? Ref 1
  Jari-jari cekung minimum m 3.000 ? Ref 1
  Panjang minimum m 70 Ref 1

CATATAN :
Ref 1 : Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Ditjen Bina Marga,
Dep. PU, Maret 1992
Ref 2 : Ketentuan Teknik, Tata Cara Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Tol:
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
353/KPTS/M/2001, 22 Juni 2001, Dep. Kompraswil.
Ref 3 : DOROKODAN (Standard Jepang)
Ref 4 : Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/14/MPE/1992 tentang
Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara
Tegangan Ekstra tinggi (SUTET) untuk penyaluran tenaga listrik
Ref 5 : Kepmen 53 Tahun 2000 tentang Perpotongan dan/atau Persinggungan
Antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lain
Ref 6 : Hasil Kajian Jasa Marga/Cipularang.

Tabel 1.2.2.
Kriteria Desain Geometrik untuk lokasi Ramp Terminal

Standard
No. Uraian Satuan Design
(2 @ 2 lajur)
Seluruh standar pada jalur utama tetap berlaku kecuali hal-hal
berikut ini :
1 Jari-jari tikungan minimum m 700
2 Jari-jari minimum lengkung m 6000
vertikal cembung
3 Jari-jari minimum lengkung m 4000
vertikal cekung
4 Panjang lajur perlambatan m 80
normal minimum (1 lajur)
5 Panjang lajur percepatan m 160
normal minimum (1 lajur)
6 Panjang Taper untuk 1 lajur m 50
CATATAN :
Sumber : DOROKODAN (Standard Jepang)

Tabel 1.2.3.
Kriteria Desain Geometrik Jalan Tol – Ramp

No Standar
Uraian Satuan
. Desain

Kriteria Desain; Geomterik Jalan I-3


Bab I
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai – Benoa

1 Kecepatan rencana kpj 40


2 Potongan Melintang    
   Lebar lajur lalu-lintas m 4,00
   Lebar bahu luar m 3,00
   Lebar bahu dalam m 1,00
   Lebar median (termasuk bahu dalam) m 2,80
   Kemiringan melintang normal jalan % 2
   Superelevasi maksimum % 8
   Kemiringan melintang normal bahu luar % 4
   Tinggi ruang bebas vertikal minimum m 5,10
 Tinggi ruang bebas minimum terhadap
     
SUTET-SUTT : sama dengan jalur utama
3 Jarak pandang henti minimum m 40
4 Parameter alinemen horisontal    
   Jari-jari tikungan minimum m 50
 Jari-jari tikungan minimum tanpa
  m 250
peralihan
 Jari-jari tikungan minimum kemiringan
  m 800
normal
 Panjang tikungan minimum 500/θ atau
  m
70
   Panjang lengkung peralihan minimum m 35
   Landai relatif maksimum m 1/125
5 Parameter alinemen vertikal    
   Landai maksimum % 6
   Lengkung vertikal    
    Jari-jari cembung minimum m 450
    Jari-jari cekung minimum m 450
    Panjang minimum m 35

CATATAN :
Sumber : - Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Ditjen Bina
Marga, Dep. PU, Maret 1992
- Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/14/MPE/1992
tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) untuk penyaluran tenaga listrik.

Tabel 1.2.4.
Kriteria Desain Geometrik Jalan Tol – Akses

Standar Desain
No. Uraian Satuan
(2 lajur 2 arah)
1 Kecepatan rencana kpj 40
2 Potongan Melintang    

Kriteria Desain; Geomterik Jalan I-4


Bab I
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai – Benoa

   Lebar lajur lalu-lintas m 2 x3,50


   Lebar bahu luar m 2,00
 Lebar median (termasuk bahu dalam,
  m 1,80
pemisah-seperator)
   Kemiringan melintang normal jalan % 2
   Superelevasi maksimum % 8
   Kemiringan melintang normal bahu luar % 4
   Tinggi ruang bebas vertikal minimum m 5,10
 Tinggi ruang bebas minimum terhadap
     
SUTET-SUTT: sama dengan jalur utama
3 Jarak pandang    
   Henti minimum m 40
   Menyiap minimum m 150
4 Parameter alinemen horisontal    
   Jari-jari tikungan minimum m 100
 Jari-jari tikungan minimum tanpa
  m 250
peralihan
 Jari-jari tikungan minimum kemiringan
  m 800
normal
 Panjang tikungan minimum 500/θ
  m
atau 70
   Panjang lengkung peralihan minimum m 35
   Landai relatif maksimum m 1/125
5 Parameter alinemen vertikal    
   Landai maksimum % 6
   Lengkung vertikal    
    Jari-jari cembung minimum m 700
    Jari-jari cekung minimum m 700
    Panjang minimum m 35
CATATAN :
Sumber : - Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Ditjen Bina
Marga, Dep. PU, Maret 1992
- Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/14/MPE/1992
tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran
Udara Tegangan Ekstra tinggi (SUTET) untuk penyaluran tenaga listrik

Tabel 1.2.5.
Kriteria Desain Geometrik Jalan Non Tol

No Standar Standar Standar


Uraian Satuan
. Desain Desain Desain
      Nasional Jalan Jalan Desa
/ Propinsi Kabupate / Lokal
n
1 Kecepatan rencana kpj 60 40 20
2 Potongan Melintang        

Kriteria Desain; Geomterik Jalan I-5


Bab I
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai – Benoa

   Lebar lajur lalu-lintas m 2 @ 3,5 2 @ 3,00 3,00/4,50


m m
   Lebar bahu luar m 1,00 1,00 1,00
   Kemiringan melintang % 2 2 2
normal jalan
   Superelevasi maksimum % 8 10 10
   Kemiringan melintang % 4 4 4
normal bahu luar
   Tinggi ruang bebas vertikal m 5,10 4,60 4,60
minimum
   Tinggi ruang bebas        
minimum terhadap SUTET-
SUTT: sama dengan jalur
utama
3 Jarak pandang henti minimum m 75 40 20
4 Jarak pandangan menyiap m 350 200 100
5 Parameter alinemen        
horisontal
   Jari-jari tikungan minimum m 135 45 15
   Jari-jari tikungan minimum m 600 250 60
tanpa peralihan
   Jari-jari tikungan minimum m 2 800 200
kemiringan normal
   Panjang tikungan minimum m 700/θ 500/θ 280/θ
atau 100 atau 70 atau 40
   Panjang lengkung peralihan m 50 35 20
minimum
   Landai relatif maksimum m 1/175 1/125 Jan-75
6 Parameter alinemen        
vertikal
   Landai maksimum % 6 8 10
   Lengkung vertikal        
    Jari-jari cembung minimum m 4.5 700 200
    Jari-jari cekung minimum m 3 700 200
    Panjang minimum m 50 35 20

CATATAN :
Sumber : - Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Ditjen Bina
Marga, Dep. PU, Maret 1992
- Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/14/MPE/1992
tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran
Udara Tegangan Ekstra tinggi (SUTET) untuk penyaluran tenaga listrik

Tabel 1.2.6.
Superelevasi Main Road dan Akses

Kriteria Desain; Geomterik Jalan I-6


Bab I
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai – Benoa

Kemiringan Normal = 2 %
e max = 8 %

Superelevas Jari-jari Lengkungan (m)


i (%) 100 kpj 80 kpj 60 kpj 40 kpj

8 415≤ R≤ 500 255≤ R≤325 135≤ R≤180 55≤ R≤80

7 500≤ R≤ 595 325≤ R≤ 405 180≤ R≤ 240 80≤ R≤ 105

6 595≤ R≤ 720 405≤ R≤500 240≤ R≤305 105≤ R≤145

5 720≤ R≤  895 500≤ R≤635 305≤ R≤395 145≤ R≤190

4 895≤ R≤ 1170 355≤ R≤840 395≤ R≤535 190≤ R≤265

3 1170≤ R≤1665 840≤ R≤1210 535≤ R≤785 265≤ R≤390

2 1665≤ R≤5000 1210≤ R≤3500 785≤ R≤2000 390≤ R≤800

Tabel 1.2.7.
Superelevasi Ramp

Kemiringan Normal = 2 %
e max = 8 %

Superelevas 60 kpj 40 kpj


i (%)

8 155≤R≤170 50≤R≤70

7 170≤R≤225 70≤R≤95

6 225≤R≤295 95≤R≤130

5 295≤R≤390 130≤R≤185

4 390≤R≤530 185≤R≤225

3 530≤R≤725 225≤R≤385

2 725≤R≤2000 385≤R≤800

Tabel 1.2.8. Superelevasi Jalan Non Tol (Jalan Propinsi/Kabupaten)

Kemiringan normal = 2%

Superelevasi Jari-jari Lengkungan (m)


(%) 60 kpj

Kriteria Desain; Geomterik Jalan I-7


Bab I
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai – Benoa

8 135 ≤ R < 210


7 210 ≤ R < 270
6 270 ≤ R < 345
5 345 ≤ R < 460
4 460 ≤ R < 640
3 640 ≤ R < 995
2 995 ≤ R < 2000

Tabel 1.2.9. Superelevasi Jalan Non Tol (Jalan Desa/ lokal)

Kemiringan normal = 2%
Jari-jari Lengkungan (m)
Superelevasi (%)
40 kpj 20 kpj
6 60 ≤ R < 115 15 ≤ R < 30
5 115 ≤ R < 180 30 ≤ R < 50
4 180 ≤ R < 285 50 ≤ R < 75
3 285 ≤ R < 475 75 ≤ R < 125
2 475 ≤ R < 800 125 ≤ R < 200

1.3. BATAS RUANG BEBAS

Batas ruang bebas horisontal dan vertikal dari jalan tol dan jalan raya lainnya
dilukiskan dalam Gambar 1.3.1. Tinggi ruang bebas sebesar 5,10 m dipakai
untuk jalan tol, jalan arteri dan jalan kolektor. Untuk jalan lokal, ruang bebas
adalah 4,60 m (Jalan Tipe II Kelas IV).

Kedalaman ruang bebas sekurang-kurangnya 1,50 m di bawah permukaan jalur


lalu lintas terendah.

Ruang bebas untuk SUTT atau SUTET disajikan seperti pada Gambar 1.3.2,
1.3.3, 1.3.4, dan 1.3.5.

Kasus 1 : Ruang bebas untuk jalur lalu lintas dengan bahu jalan

Kriteria Desain; Geomterik Jalan I-8


Bab I
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai – Benoa

Kasus 2 : Ruang bebas jalur lalu lintas pada jembatan dengan bentang
50 m atau lebih, atau pada terowongan

Kasus 3 : Ruang bebas untuk jalur lalu lintas pada jalan tidak ada bahunya

Kasus 4 :
H = 5.10 m untuk tipe I, kelas I dan tipe II kelas I, kelas II dan kelas III.
Untuk jalan tipe II kelas III di mana bus tingkat tidak boleh lewat, H dapat
diperkecil menjadi 4,6 m
H = 4.6 m untuk jalan tipe II dan kelas IV
a = 1.0 m atau lebih kecil dari lebar bahu
b = 4.6, bila H 4.6 m makadapat diambil = 4.1 m.
d = 0.75 m untuk jalan-jalan tipe I
0.50 m untuk jalan-jalan tipe II.

Kasus 5 : Ruang bebas untuk trotoar dan jalur sepeda

Kriteria Desain; Geomterik Jalan I-9


Bab I
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai – Benoa

Pengukuran garis bebas


- Tinggi ruang bebas diukur antara sejajar permukaan jalan dan permukaan
itu sendiri.
- Lebar ruang bebas diukur di antara garis tegak lurus permukaan
kemiringan normal jalan. Pada bagian dengan superelevasi, garis batas
vertikal harus tegak lurus terhadap permukaan jalur lalu lintas.

Gambar 1.3.1. Ruang Bebas Kendaraan


Sumber : Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan Tahun 1992,
hal. 19 – 21.

Ruang Bebas (Clearance) untuk jalan tol, jalan Nasional, jalan Propinsi, Jalan
Kabupaten, Jalan Desa, serta untuk lintasan listrik yang berupa Saluran Udara
Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi (SUTT) dan SUTET) dapat dilihat pada
Gambar 1.3.2, 1.3.3 dan 1.3.4.

Kriteria Desain; Geomterik Jalan I - 10


Bab I
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai – Benoa

Gambar 1.3.2 Ruang Bebas SUTT 150 KV

Kriteria Desain; Geomterik Jalan I - 11


Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai – BenoaBab I

Gambar 1.3.3. Ruang Bebas SUTT 500 KV Sirkit Tunggal

Keterangan :
C = Ruang bebas diukur dari elevasi tertinggi jalan tol sampai dengan elevasi terendah kabel
SUTT/SUTET
Tinggi ruang bebas vertikal terhadap SUTT/SUTET :
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 66 kilovolt = 8,00 meter.
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kilovolt = 9,00 meter.
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kilovolt = 15,00 meter.

Kriteria Desain; Geomterik Jalan I - 12


Bab I
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai – Benoa

Gambar 1.3.4. Ruang Bebas SUTT 500 KV Sirkit Ganda

1.4. TIPIKAL POTONGAN MELINTANG

Untuk lebih memudahkan standar Geometrik, khususnya dimensi jalan, tipikal


potongan melintang disajikan dalam Gambar 1.4.1, 1.4.2, 1.4.3 dan 1.4.4.

Kriteria Desain; Geomterik Jalan I - 13


Bab I
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai – Benoa

Gambar 1.4.1: Tipikal Jalan Utama

Gambar 1.4.3: Tipikal Jalan Akses

Gambar 1.4.3: Tipikal Jalan


sepeda Motor

Kriteria Desain; Geomterik Jalan I - 14

Anda mungkin juga menyukai