Bab I
Tabel 1.2.1.
Kriteria Desain Geometrik Jalan Tol – Jalur Utama
Standar
No Satua
Uraian Desain Referensi
. n
(2 @ 2 lajur)
1 Kecepatan rencana kpj 80 Ref 1
2 Potongan Melintang
● Lebar lajur lalu-lintas m 3,50 Ref 1
● Lebar bahu luar m 2,50 Ref 1
● Lebar bahu dalam m 0,50 Ref 1
● Lebar median (termasuk bahu dalam, m 3,00 Ref 1
pemisah-seperator)
● Kemiringan melintang normal jalan % 2 Ref 1
● Superelevasi maksimum % 8 Ref 1
● Kemiringan melintang normal bahu % 2 Ref 1
luar
● Tinggi ruang bebas vertikal minimum m 5,10 Ref 1
● Tinggi ruang bebas di atas jalan rel m 6,50 Ref 5
kereta api
● Tinggi ruang bebas vertikal
terhadap Saluran Udara
Tegangan Tinggi/Ekstra
Tinggi :
SUTT 66 kilovolt m 8,00 Ref 4
SUTT 150 kilovolt m 9,00 Ref 4
SUTET 500 kilovolt m 15,00 Ref 4
3 Jarak pandang henti minimum m 110 Ref 3
4 Parameter alinemen
horisontal
● Jari-jari tikungan minimum m 400 Ref 1
● Jari-jari tikungan minimum tanpa m 1.000 Ref 1
peralihan
● Jari-jari tikungan minimum m 3.500 Ref 1
kemiringan normal
● Panjang tikungan minimum m 1.000/θ atau Ref 1
140
● Panjang lengkung peralihan m 70 Ref 1
minimum
● Landai relatif maksimum m 1/200 Ref 1
● Lengkung vertikal
Jari-jari cembung minimum m 4.500 ? Ref 1
Jari-jari cekung minimum m 3.000 ? Ref 1
Panjang minimum m 70 Ref 1
CATATAN :
Ref 1 : Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Ditjen Bina Marga,
Dep. PU, Maret 1992
Ref 2 : Ketentuan Teknik, Tata Cara Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Tol:
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
353/KPTS/M/2001, 22 Juni 2001, Dep. Kompraswil.
Ref 3 : DOROKODAN (Standard Jepang)
Ref 4 : Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/14/MPE/1992 tentang
Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara
Tegangan Ekstra tinggi (SUTET) untuk penyaluran tenaga listrik
Ref 5 : Kepmen 53 Tahun 2000 tentang Perpotongan dan/atau Persinggungan
Antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lain
Ref 6 : Hasil Kajian Jasa Marga/Cipularang.
Tabel 1.2.2.
Kriteria Desain Geometrik untuk lokasi Ramp Terminal
Standard
No. Uraian Satuan Design
(2 @ 2 lajur)
Seluruh standar pada jalur utama tetap berlaku kecuali hal-hal
berikut ini :
1 Jari-jari tikungan minimum m 700
2 Jari-jari minimum lengkung m 6000
vertikal cembung
3 Jari-jari minimum lengkung m 4000
vertikal cekung
4 Panjang lajur perlambatan m 80
normal minimum (1 lajur)
5 Panjang lajur percepatan m 160
normal minimum (1 lajur)
6 Panjang Taper untuk 1 lajur m 50
CATATAN :
Sumber : DOROKODAN (Standard Jepang)
Tabel 1.2.3.
Kriteria Desain Geometrik Jalan Tol – Ramp
No Standar
Uraian Satuan
. Desain
CATATAN :
Sumber : - Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Ditjen Bina
Marga, Dep. PU, Maret 1992
- Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/14/MPE/1992
tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) untuk penyaluran tenaga listrik.
Tabel 1.2.4.
Kriteria Desain Geometrik Jalan Tol – Akses
Standar Desain
No. Uraian Satuan
(2 lajur 2 arah)
1 Kecepatan rencana kpj 40
2 Potongan Melintang
Tabel 1.2.5.
Kriteria Desain Geometrik Jalan Non Tol
CATATAN :
Sumber : - Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Ditjen Bina
Marga, Dep. PU, Maret 1992
- Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/14/MPE/1992
tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran
Udara Tegangan Ekstra tinggi (SUTET) untuk penyaluran tenaga listrik
Tabel 1.2.6.
Superelevasi Main Road dan Akses
Kemiringan Normal = 2 %
e max = 8 %
Tabel 1.2.7.
Superelevasi Ramp
Kemiringan Normal = 2 %
e max = 8 %
8 155≤R≤170 50≤R≤70
7 170≤R≤225 70≤R≤95
6 225≤R≤295 95≤R≤130
5 295≤R≤390 130≤R≤185
4 390≤R≤530 185≤R≤225
3 530≤R≤725 225≤R≤385
2 725≤R≤2000 385≤R≤800
Kemiringan normal = 2%
Kemiringan normal = 2%
Jari-jari Lengkungan (m)
Superelevasi (%)
40 kpj 20 kpj
6 60 ≤ R < 115 15 ≤ R < 30
5 115 ≤ R < 180 30 ≤ R < 50
4 180 ≤ R < 285 50 ≤ R < 75
3 285 ≤ R < 475 75 ≤ R < 125
2 475 ≤ R < 800 125 ≤ R < 200
Batas ruang bebas horisontal dan vertikal dari jalan tol dan jalan raya lainnya
dilukiskan dalam Gambar 1.3.1. Tinggi ruang bebas sebesar 5,10 m dipakai
untuk jalan tol, jalan arteri dan jalan kolektor. Untuk jalan lokal, ruang bebas
adalah 4,60 m (Jalan Tipe II Kelas IV).
Ruang bebas untuk SUTT atau SUTET disajikan seperti pada Gambar 1.3.2,
1.3.3, 1.3.4, dan 1.3.5.
Kasus 1 : Ruang bebas untuk jalur lalu lintas dengan bahu jalan
Kasus 2 : Ruang bebas jalur lalu lintas pada jembatan dengan bentang
50 m atau lebih, atau pada terowongan
Kasus 3 : Ruang bebas untuk jalur lalu lintas pada jalan tidak ada bahunya
Kasus 4 :
H = 5.10 m untuk tipe I, kelas I dan tipe II kelas I, kelas II dan kelas III.
Untuk jalan tipe II kelas III di mana bus tingkat tidak boleh lewat, H dapat
diperkecil menjadi 4,6 m
H = 4.6 m untuk jalan tipe II dan kelas IV
a = 1.0 m atau lebih kecil dari lebar bahu
b = 4.6, bila H 4.6 m makadapat diambil = 4.1 m.
d = 0.75 m untuk jalan-jalan tipe I
0.50 m untuk jalan-jalan tipe II.
Ruang Bebas (Clearance) untuk jalan tol, jalan Nasional, jalan Propinsi, Jalan
Kabupaten, Jalan Desa, serta untuk lintasan listrik yang berupa Saluran Udara
Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi (SUTT) dan SUTET) dapat dilihat pada
Gambar 1.3.2, 1.3.3 dan 1.3.4.
Keterangan :
C = Ruang bebas diukur dari elevasi tertinggi jalan tol sampai dengan elevasi terendah kabel
SUTT/SUTET
Tinggi ruang bebas vertikal terhadap SUTT/SUTET :
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 66 kilovolt = 8,00 meter.
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kilovolt = 9,00 meter.
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kilovolt = 15,00 meter.