Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transportasi merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan
perekonomian masyarakat,maka dari itu, kebutuhan akan prasarana jalan yang
baik merupakan faktor penunjang lancarnya transportasi dan pertumbuhan
perekonomian. Dengan demikian perlu dipikirkan pembangunan jalan yang
berguna untuk memudahkan akses bagi suatu daerah atau wilayah, yang
menhubungkan jarak dari suatu tempat ke tempat lainnya, bahkan membuka
daerah tertinggal menjadi berkembang.
Pemerintah Kabupaten Bengkalis berupaya membangun jalan – jalan yang
menghubungkan antar wilayahnya, dikarenakan letak geografis Kabupaten
Bengkalis yang tersebar ke dalam beberapa wilayah dapat menyebabkan masalah,
contohnya adalah akses jalan dari pusat pemerintahan Kabupaten Bengkalis
menuju wilayah Duri yang harus melewati Kota Dumai sehingga memakan
banyak biaya, waktu, dan tenaga. Dengan kondisi yang ada, Pemerintah
Kabupaten Bengkalis perlu membangun akses yang lebih dekat agar dapat
meningkatkan sarana penunjang dalam pembangunan Provinsi Riau yang sedang
berkembang dan sangat potensial dengan kekayaan sumber daya alam, industri,
perkebunan dan minyak bumi
Pembuatan Jalan yang menghubungkan wilayah Duri dan Sungai Pakning
diharapkan dapat memperlancar arus transportasi, meningkatkan taraf hidup
masyarakat, baik perekonomian maupun pembangunan di daerah sekitarnya,
menghilangkan adanya kesenjangan. Pembangunan Jalan Duri – Pakning harus
memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintasnya, untuk itu harus
dibuat perencanaan geometrik terlebih dahulu. Perencanaan pembangunan jalan
dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memberikan rasa

1
aman dan nyaman. pengguna jalan dapat merasa aman dan nyaman bila jalan
mempunyai ruang, bentuk dan ukuran jalan yang disyaratkan.

1.2 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah


Pada bagian ini, Perencana akan menjelaskan tentang ruang lingkup dan batasan
masalah. Adapun ruang lingkup dan batasan masalah ini adalah sebagai berikut :
1.2.1 Ruang lingkup
Adapun Ruang lingkup yang terdapat pada perencanaan ini terdiri dari beberapa
poin, yaitu:
1. Wilayah Studi yang direncanakan adalah jalan Lintas Duri menuju Sungai
Pakning sepanjang 68,50 km.
2. Data dasar yang diperlukan adalah titik koordinat dan Key Plan rencana.
1.2.2 Batasan masalah
Adapun batasan masalah sesuai dengan lingkup masalah diatas adalah sebagai
berikut :
1. Tidak merencanakan sistem drainase dikarenakan pada lokasi masih dalam
tahap penimbunan
2. Tidak merencanakan kelandaian medan dan alinemen vertikal
3. Tidak merencanakan galian dan timbunan
4. Tidak merencanakan potongan melintang

1.3 Tujuan Perencanaan


Adapun tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah Merencanakan geometrik
jalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang telah ditetapkan pada “Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.38/T/BM/1997”.

1.4 Manfaat Perencanaan


Adapun manfaat dari perencanaan ini yaitu dapat mengetahui cara membuat
perencanaan geometrik jalan sesuai dengan kondisi Key Plan yang telah ada.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Geometrik Jalan Raya


Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang
Jalan, Perencanaan geometrik jalan adalah berkaitan dengan perencanaan dimensi-
dimensi jalan agar tetap terlihat. Tujuan utama dari perencanaan geometrik jalan
adalah untuk menjamin keamanan, efisiensi dan efektivitas pergerakan lalu lintas.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan adalah sifat gerakan, dimensi
kendaraan, sifat pengemudi,dan karakteristik arus lalu lintas.

2.2 Klasifikasi Jalan


Klasifikasi jalan terdiri dari 4 jenis klasifikasi yaitu :
2.2.1 Klasifikasi menurut fungsi jalan
Dijelaskan dalam “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
No.38/T/BM/1997”, klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas tiga jenis yaitu:
a. Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri – ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata – rata tinggi, dan jumlah masuk
dibatasi secara efisien.
b. Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi
dengan ciri – ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata – rata tinggi, dan
jumlah masuk dibatasi
c. Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi

3
2.2.2 Klasifikasi menurut kelas jalan
Tabel 2.1 Klasifikasi jalan secara umum menurut kelas, fungsi, dimensi
kendaraan maksimum dan muatan sumbu terberat ( MST )
Kelas Dimensi kendaraan maksimum Muatan sumbu
Fungsi Jalan
Jalan panjang (m) Lebar (m) terberat (Ton)
I 18 2,5 >10
II Arteri 18 2,5 10
IIIA 18 2,5 8
IIIA 18 2,5 8
Kolektor
IIIB 12 2,5 8
IIIC Lokal 9 2,1 8
Sumber : Pasal 11, PP. No.43/1993

2.2.3 Klasifikasi menurut medan jalan


Tabel 2.2 Klasifikasi Medan dan Besarnya Kemiringan Lereng Melintang

Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan


(%)
Datar D <3
Perbukitan B 3 s/d 25
Pegunungan G > 25
Sumber : “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.38/T/BM/1997”

2.2.4 Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan


Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya adalah jalan Nasional, jalan,
Propinsi, jalan Kabupaten/Kotamadya, jalan Desa dan jalan Khusus

2.3 Volume Lalu Lintas Rencana


Volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi suatu titik
pengamatan dalam satuan waktu (hari, jam, menit), yang terdiri atas :
1. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Jumla h lalulintas selama pengamatan
LHR= ..............................(2.1)
Lamanya pengamatan

2. Volume Jam Rencanaan (VJR), Yaitu volume kendaraan dalam satu jam
(saat arus lalu lintas berada dalam volume maksimal)digunakan untuk

4
menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lainnya yang dipersiapkan,
dengan rumus :
VJR = VLHR X K/F………………………….....................................(2.2)
Dimana :
K = Faktor volume lalu lintas jam sibuk
F = Faktor variasi tingkat lalu lintas per sepermpat jam dalam 1 jam
Tabel 2.3. Penentuan faktor K dan F berdasarkan Volume Lalu Lintas Harian
VLHR FAKTOR-K (%) FAKTOR-F (%)
> 50.000 4 s/d 6 0,9 – 1
30.000 - 50.000 6 s/d 8 0,8 – 1
10.000 - 30.000 6 s/d 8 0,8 – 1
5.000 - 10.000 8 s/d 10 0,6 - 0,8
1.000 - 5.000 10 s/d 12 0,6 - 0,8
< 1.000 12 s/d 16 < 0,6
Sumber : “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.38/T/BM/1997”

2.4 Kecepatan Rencana


VR, adalah kecepatan rencana pada suatu ruas jalan yang dipilih sebagai suatu
dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-kendaraan
bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu-lintas
yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.
Tabel 2.4 Kecepatan Rencana (Vr) sesuai klasifikasi medan jalan
Kecepatan Rencana, Vr (Km/jam)
Fungsi
Datar Bukit Pegunungan
Arteri 70-120 60-80 40-70
Kolektor 60-90 50-60 30-50
Lokal 40-70 30-50 20-30
Sumber : “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.38/T/BM/1997”

2.5 Jarak Pandang


Menurut “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.38/T/BM/1997”
Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh orang pengemudi pada

5
saat mengemudi sedemikian rupa, sehingga jika pengemudi melihat suatu
halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu (antisipasi)
untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman. Dibedakan 2 jarak pandang,
yaitu Jarak Pandang Henti (Jh) dan Jarak Pandang Mendahului (Jd)
2.5.1 Jarak Pandang Henti (Jh)
Jarak pandang henti terdiri atas dua elemen jarak, yaitu :
1. jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak
pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti
sampai saat pengemudi menginjak rem
2. jarak pengereman (Jhp,) adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan
kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti.
Rumus yang digunakan menurut (TPGJAK; 1997)
( Vr ) 2
VR 3,6
Jh = T+ .............................................................................(2.3)
3,6 3,6
2gf
Dimana :
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
f = Koefisien gesek memanjang perkerasan aspal, ditetapkan 0,35-0,55
Tabel 2.5 Jarak Pandang Henti minimum
VR, km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20
12
Jh minimum (m) 250 175 0 75 55 40 27 16
Sumber : “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.38/T/BM/1997”

2.5.2 Jarak Pandang Mendahului (Jd)


Adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain di
depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula.

6
Gambar 2.1 Jarak Pandang Mendahului
Sumber : “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.38/T/BM/1997”

Rumus yang digunakan menurut (TPGJAK; 1997)


Jd = dl+d2+d3+d4................................................................................................................................................... (2.4)
Dimana :
dl = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
d2 = jarak ditempuh selama mendahului sampai kembali ke lajur semula (m)
d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang
dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m)
d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah
berlawanan
Tabel 2.6 Panjang Jarak Pandang Mendahului
VR, km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20
Jd (m) 800 670 550 350 250 200 15 100
Sumber : “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.38/T/BM/1997”

2.6 Alinemen Horizontal


Menurut Widyastuti (2010) alinemen horizontal adalah proyeksi sumbu
jalan pada bidang horizontal dikenal juga dengan sebutan "situasi jalan".
Alinemen horizontal terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan dengan garis-
garis lengkung. Garis-garis lengkung tersebut terdiri dari busur lingkaran
ditambah busur peralihan, busur peralihan saja, ataupun busur lingkaran saja

7
Untuk membuat trase jalanyang baik dan ideal, maka harus memperhatikan
syarat teknis, Tujuannya adalah untuk mendapatkan jalan yang memberikan rasa
keamanan dan kenyamanan bagi pemakai jalan tersebut.
2.6.1 Panjang Bagian Lurus
Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan pemakai jalan, ditinjau dari segi
kelelahan pengemudi, maka panjang maksimum bagian jalan yang lurus harus
ditempuh dalam waktu tidak lebih dari 2,5 menit (sesuai VR).
Tabel 2.7 Panjang Bagian Lurus Maksimum

Fungsi jalan Panjang Bagian Lurus Maksimum (m)


Datar Bukit Gunung
Arteri 3000 2500 2000
Kolektor 2000 1750 1500
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antarkota, Ditjen Bina Marga 1997

Bagian yang sangat kritis pada alinemen horizontal adalah bagian tikungan,
dimana terdapat gaya sentrifugal yang menyebabkan kendaraan tidak stabil dan
dapat menyebabkan kendaraan terpental keluar jalur. Atas dasar ini perlu
dipertimbangkan beberapa hal untuk memberi keamanan dan kenyamanan :
1. Jari-jari lengkung minimum
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, maka untuk kecepatan tertentu
ditentukan jari-jari minimum untuk superlevasi maksimum 10%.
Tabel 2.8 Panjang Jari-jari Minimum untuk emaks = 10%
V (Km/Jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jari-jari Minimum (m) 600 370 210 110 80 50 30 15

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antarkota, Ditjen Bina Marga 1997

2. Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan di antara bagian lurus jalan
dan bagian lengkung jalan berjari-jari tetap R. Lengkung peralihan berfungsi
untuk mengantisipasi perubahan alinemen jalan dari bentuk lurus (R tak
terhingga) sampai bagian lengkung jalan berjari-jari tetap R sehingga gaya
sentrifugal yang bekerja pada kendaraan saat berjalan di tikungan berangsur-

8
angsur baik, ketika kendaraan mendekati maupun meninggalkan tikungan.
Panjang lengkung peralihan (L) ditetapkan atas pertimbangan bahwa :

a. Lama waktu perjalanan dilengkung peralihan perlu dibatasi untuk


menghindarkan kesan perubahan alinemen yang mendadak, ditetapkan 3
detik.
b. Gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan dapat diantisipasi berangsur-
angsur pada lengkung peralihan dengan aman.
c. Tingkat perubahan kelandaian melintang jalan (re) dari bentuk kelandaian
normal ke kelandaian superelevasipenuh tidak boleh melampaui re-max
yang ditetapkan sebagai berikut :
Untuk VR ≤ 70 km/jam, re-max = 0,035 m/m/detik
Untuk VR ≤ 80 km/jam, re-max = 0,025 m/m/detik
2.6.2 Tikungan Full Circle
Tikungan Full Circle adalah suatu perencanaan garis lengkung maka perlu
diketahui hubungan kecepatan rencana dengan kemiringan melintang jalan
(superlevasi). Bentuk tikungan Full Circle ini digunakan pada tikungan yang
mempunyai jari-jari besar dan sudut tangent yang relatif kecil, oleh karena itu
tikungan ini dapat memberi kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan raya,
dalam merencanakan tikungan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Lengkung peralihan
2. Kemiringan melintang (superlevasi)
3. Pelebaran perkerasan jalan
4. Kebebasan samping
Jenis tikungan Full Circle ini merupakan jenis tikungan yang paling ideal
ditinjau dari segi keamanan dan kenyamanan pengguna jalan, tetapi untuk
penggnaan lahan dan biaya pembangunannya yang relatif terbatas. Adapun
batasan yang memperbolehkan menggunakan Full Circle
Tabel 2.9 Jari-jari Minimum Yang Tidak Memerlukan Lengkung Peralihan
V (Km/Jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jari-jari minimum (m) 2500 1500 900 500 350 250 130 60
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antarkota, Ditjen Bina Marga 1997

9
Rumus-rumus yang digunakan pada tikungan Full Circle, yaitu :
TC = R x ta n1 2∆ ................................................................................(2.5)

LC = . π. R=0,01745 ∆ R ............................................................. (2.6)
180

E = T . tan ..................................................................................(2.7)
4
Keterangan :
 = Sudut Tikungan (⸰)
O = Titik pusat lingkaran
R = Jari-jari tikungan (m)
T = Jarak TC-PI atau PI-CT
E = Jarak PI ke puncak busur lingkaran (m)
L = Panjang lengkung (CT - TC), (m)
PI= Titik potong antara 2 garis tangen

Gambar 2.2 Komponen FC


Sumber : “RSNI T – 14 – 2004”

2.6.3 Tikungan Spiral – Circle – Spiral. (S-C-S)


Bentuk tikungan ini merupakan peralihan dari bagian lurus ke bagian circle
(transition curve) yang panjangnya diperhitungkan dengan mempertimbangkan
bahwa perubahan gaya sentrifugal yang timbul pada waktu kendaraan memasuki
atau meninggalkan tikungan dapat terjadi secara berangsur-angsur. Agar tidak

10
mengakibatkan adanya kemiringan yang melebihi harga maksimum yang telah
ditentukan, yaitu :
1. Kemiringan maksimum antar jalan kota : 0,10
2. Kemiringan maksimum jalan dalam kota : 0,08
Rumus-rumus yang digunakan pada tikungan Spiral-Circle-Spiral, yaitu :
ls3
Xs = Ls- 2 ................................................................................... (2.8)
40R
ls2
Ys = ............................................................................................(2.9)
6. R
Ls
Ɵs = x 360 ....................................................................................(2.10)
2. R
P = Ys−R 1−cos s .............................................................................(2.11)
K = Xs−R .sin s .................................................................................(2.12)
Besaran-besaran yang harus dihitung yaitu :
(−2. s)
Lc = . . R ..................................................................................(2.13)
180
Ɵc = −2. s ............................................................................................(2.14)
Ltotal= Lc+2. ls ......................................................................................(2.15)
Ts = ( R + P ) x ta n 1/2 ∆+K .............................................................(2.16)
R+ P
−R
Es = 1 ...................................................................................(2.17)
cos .
2

11
Gambar 2.3 Komponen S - C – S
Sumber : “RSNI T – 14 – 2004”

Dimana :
PI : Point of Intersection
TS : Tangent Spiral (Titik perubahan dari tangent ke spiral)
SC : Spiral Circle (Titik perubahan dari spiral ke circle)
CS : Circle Spiral (Titik perubahan dari circle ke spiral)
ST : Spiral Tangent (Titik perubahan dari spiral ke tangent)
Ls : Panjang lengkung spiral
Lc : Panjang lengkung circle
Et : Jarak PI ke luar busur lingkaran.

2.6.4 Tikungan Spiral – Spiral


Tikungan Spiral-Spiral terdiri dari bagian spiral saja.Jenis tikungan ini adalah
tikugan yang tajam, dengan sudut Δ relatif besar dan jari-jari yang relatif kecil.
2R
Ls = . 2 s ..................................................................................(2.18)
360
Ts = R+P . tg 1 2 +k ...........................................................................(2.19)
R+ P
−R
Es = 1 ....................................................................................(2.20)
cos
2
Ɵs = 1/2. ............................................................................................(2.21)

12
Gambar 2.4 Komponen S-S
Sumber : “RSNI T – 14 – 2004”

2.6.5 Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang berfungsi
mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima pada saat berjalan melalui tikungan
pada Superelevasi dicapai secara bertahap normal pada bagian jalan yang lurus
(superelevasi) pada bagian lengkung.
Penggambaran superelevasi dilakukan untuk mengetahui kemiringan-
kemiringan jalan pada bagian tertentu, yang berfungsi untuk mempermudah dalam
pekerjaan atau pelaksanaan di lapangan.
1. Pencapaian Superelevasi
a.Pada tikungan Spiral-Circle-Spiral, Superelevasi dilakukan secara linier
diawali bentuk normal sampai lengkung peralihan (TS) yang berbentuk
pada bagian lurus jalan dan sampai Superelevasi penuh pada akhir bagian
lengkung peralihan.
b.Pada tikungan Full Circle pencapaian Superelevasi dilakukan secara linier,
diawali dari bagian lurus sepanjang 2/3 Ls sampai dengan bagian
lingkaran 1/3 Ls.
c.Pada tikungan Spiral-Spiral pencapaian Superelevasi seluruhnya dilakukan
pada bagian spiral.

13
Gambar 2.5 Perubahan Kemiringan melintang pada tikungan
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antarkota, Ditjen Bina Marga 1997

2.6.6 Diagram Superelevasi


a) Tikungan Full Circle

Gambar 2.6 Metoda pencapaian superelevasi FC


Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antarkota, Ditjen Bina Marga 1997

b) Tikungan Spiral Circle Spiral

14
Gambar 2.7 Metoda pencapaian superelevasi SCS
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antarkota, Ditjen Bina Marga 1997

c) Tikungan Spiral Spiral

Gambar 2.8 Metoda pencapaian superelevasi SS


Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antarkota, Ditjen Bina Marga 1997

2.6.7 Pelebaran Perkerasan pada Tikungan

15
Pelebaran perkerasan dilakukan pada tikungan-tikungan yang tajam, agar
kendaraan tetap dapat mempertahankan lintasannya pada jalur yang telah
disediakan
Pelebaran perkerasan pada tikungan sangat bergantung pada jari-jari
tikungan (R), sudut tikungan (∆), dan kecepatan rencana (Vp). Dalam “Peraturan
Perencanaan Geometrik Jalan Raya” mengenai hal ini dirumuskan :
B = n (b’ + c) + (n – 1) .Td +Z...............................................................(2.22)
Bila 1000/R > 6, tidak ada dalam grafik maka :
Td = √ Ŕd² + A(2.p + A) – Rd.................................................................(2.23)
0,105. v
Z = ..................................................................................(2.24)
√R
2 2
b” = Ŕd – √Ŕd - p ................................................................................(2.25)
Dimana :
B = Lebar perkerasan pada tikungan
n = Jumlah jalur lalu lintas
b’’ = Lebar lintasan truk pada tikungan
Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan
Z = Lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi
c = Kebebasan samping (0,8 m)
R = Jari-jari rencana
A = Jarak tonjolan kendaraan rencana
p = jarak antar As kendaraan rencana

2.7 Kebebasan Samping Pada Tikungan


Menurut Departemen Pekerjaan Umum melalui “TPGJAK No.038/TBM/1997”,ada
beberapa pengertian dari kebebasan samping pada tikungan,salah satunya adalah
daerah bebas samping dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pandangan
ditikungan dengan membebaskan objek-objek penghalang sejauh E (m), diukur
dari garis tengah lajur dalam sampai objek penghalang pandangan sehingga
persyaratan Jh dipenuhi. Daerah bebas samping di tikungan berdasarkan rumus-
rumus sebagai berikut:

16
Jika Jh < Lt :
90˚.Jh
E = R [ 1 – Cos ]..........................................................................(2.26)
phi.R
Jika Jh > Lt :
90˚.Jh 1 90˚.Jh
E = R [ 1 – Cos ]+ ( Jh-Lt ) Sin [ ] ...........................(2.27)
phi.R 2 phi.R
Dimana:
R = Jari – jari tikungan (m)
Jh = Jarak pandang henti (m)
Lt = Panjang Tikungan (m)
E = Jarak pandangan bebas (m)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian


Obyek yang diambil pada Penelitian Tugas Akhir ini adalah Jalan Duri ke Sungai
Pakning sepanjang ± 68,50 km.

Gambar 3.1 Kondisi Jalan Rencana Duri - Sungai Pakning


Sumber : “Dokumentasi Lapangan”

17
3.2 Data Yang Dibutuhkan
Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian tugas akhir ini dapat dilihat pada
Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Data yang dibuthkan
Nama Data Sumber
Key Plan jalan rencana Kontraktor
Spesifikasi jalan rencana Survei lapangan dan perencanaan
Titik Koordinat Kontraktor dan Google Earth
Sumber : Survei lapangan, Perusahaan Terkait, dan Google Earth

3.3 Bagan Alir Metode Perencanaan Tugas Akhir


Pada metode perencanaan jalan Duri – Sungai Pakning ada beberapa urutan proses
perencanaan seperti yang disajikan pada Gambar 3.2 :

18
Mulai

Gambar Trase Jalan

Penentuan Koordinat PI

Kumpulkan Data :
Fungsi & Kelas Jalan
Lebar Jalan
Jari-jari rencana
Kecepatan Rencana
Sudut Luar Tikungan

Perencanaan Alinemen Horizontal

Dicoba Tikungan F-C

Ya
Rd > Rmin Pakai Tikungan F-C
P < 0,25 m

Tidak
Tidak

Lc > 25 m Ya Pakai Tikungan S-C-S


P > 0,25 m

Tidak

Ya
Lc > 25 m Pakai Tikungan S-S
P < 0,25 m

Perencanaan Superelevasi
Gambar Jenis Tikungan Perencanaan Kebebasan Samping
Pelebaran Perkerasan pada Tikungan

Selesai

Gambar 3.2 bagan alir perencanaan Alinemen Horizontal

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kriteria desain dan standar perancangan geometrik jalan


Penentuan kriteria desain dan standar perancangan geometrik jalan dilakukan
dengan mengkaji spesifikasi jalan rencana pada acuan dan ketentuan yang
berlaku. Adapun spesifikasi umum jalan yang akan direncanakan adalah :
Tabel 4.1 Spesifikasi umum jalan rencana
Kelas jalan IIIA
Fungsi dan Sistem jalan Kolektor primer
Status jalan Jalan Kabupaten
Tipe jalan 2/2 UD

4.2 Penentuan koordinat patok


Berdasarkan trase yang telah dibuat dalam Key Plan milik kontraktor dan
penyesuaian koordinat menggunakan bantuan Google Earth, dapat dibuat
koordinat antar patoknya :

Gambar 4.1 Gambar trase jalan


Gambar trase jalan lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran.

Tabel 4.2 Rekapitulasi koordinat - koordinat

20
KOORDINAT
PI / TITIK
(X) (Y)
A 830171,758 162485,958
PI1 829809,070 162321,075
PI2 828511,912 163283,525
PI3 827307,520 162984,329
PI4 825941,718 163710,198
PI5 824796,244 163623,597
PI6 823531,054 164958,424
PI7 820940,511 164624,727
PI8 817562,445 167682,526
PI9 788060,000 167132,000
PI10 780978,000 161263,000
PI11 780795,000 158622,000
PI12 776673,000 155170,000
PI13 772193,000 156397,000
B 770486,000 156423,000
Sumber : Data olahan (2018)

4.3 Perhitungan Sudut Tikungan PI


Untuk perhitungan sudut tikungan, dapat dilihat berdasarkan koordinat pada tabel
4.2 , berikut ini dicoba mencari ΔPI 1 :

 A – PI 1 = ArcTg ( YX PIPI 1-1-YA


XA )
162321,075 - 162485,958
ArcTg (
829809,070 - 830171,758 )
=

=24,45

 PI 1 – PI 2 = ArcTg ( YXPIPI 2-2 -YXPIPI 11 )


163283,525- 162321,075
ArcTg (
828511,912 - 829809,070 )
=

= -36,57

PI1 = ( A -  PI 1) – ( PI 1 -  PI 2)
= 24 ,45 . - (-36,57)
= 61,02

21
Dengan menambahkan fungsi absolut pada rumus Δ, perhitungan selanjutnya
disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 4.3 Perhitungan Δ berdasarkan koordinat
KOORDINAT α Δ
PI / TITIK
(X) (Y) ( ) ( )
A 830171,758 162485,958 24,45
PI1 829809,070 162321,075 -36,57 61,02
PI2 828511,912 163283,525 13,95 50,53
PI3 827307,520 162984,329 -27,99 41,94
PI4 825941,718 163710,198 4,32 32,31
PI5 824796,244 163623,597 -46,53 50,86
PI6 823531,054 164958,424 7,34 53,87
PI7 820940,511 164624,727 -42,15 49,49
PI8 817562,445 167682,526 1,07 43,22
PI9 788060,000 167132,000 39,65 38,58
PI10 780978,000 161263,000 86,04 46,39
PI11 780795,000 158622,000 39,94 46,09
PI12 776673,000 155170,000 -15,32 55,26
PI13 772193,000 156397,000 -0,87 14,44
B 770486,000 156423,000
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)
Tanda positif dan negatif pada α dipengaruhi oleh daerah kuadran, yang mana
pada PI 1, PI 3, PI 5, PI 7, PI 12, dan PI 13 terletak pada kuadran ke II,maka tan
bernilai negatif.

Gambar 4.2 Perletakan Δ

22
4.4 Perhitungan Jarak Antar PI
Adapun perhitungan jarak menggunakan rumus phytagoras sebagai berikut :
d A-PI 1 = √( XPI 1 - X A )2 + ( YPI 1 - Y A )2

dA - PI 1 = √( 829809,07−830171,758)2 + ( 162321,075 - 162485,958 ) 2


dA - PI 1 =398,41 m
Untuk perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel
Tabel 4.4 Perhitungan panjang trase
TRASE PANJANG TRASE
NO
(d) (m)
1 A - PI 1 398,41
2 PI 1 - PI 2 1615,22
3 PI 2 - PI 3 1241,00
4 PI 3 - PI 4 1546,71
5 PI 4 - PI 5 1148,74
6 PI 5 - PI 6 1839,15
7 PI 6 - PI 7 2611,95
8 PI 7 - PI 8 4556,48
9 PI8 - PI9 29507,58
10 PI9 - PI10 9197,82
11 PI10 - PI11 2647,33
12 PI11 - PI12 5376,54
13 PI12 - PI13 4644,99
14 PI13 - B 1707,20
͓͓͓Σd 68039,11
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)

4.5 Perhitungan Alinemen Horizontal


Dalam merencanakan alinemen horizontal ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan yaitu :
4.5.1 Perhitungan Derajat Lengkung Maksimal Pada Tikungan
Parameter yang digunakan dalam menentukan superelevasi adalah :
Tabel 4.5 Parameter untuk menghitung fmax, Rmin, dan Dmax
Parameter Desain Kriteria Sumber
Kecepatan Rencana (Vr) 60 km/jam Tabel II.6 TPGJAK 1997
Parameter Desain Kriteria Sumber
Superelevasi Max (Emax) 10 % TPGJAK 1997

23
Untuk menghitung Koefisien Gesek Maksimum (fmax), ada dua rumus yang
dapat dipilih untuk digunakan yaitu :
fmax = 0,00065 × Vr + 0,192 , jika Vr < 80 km/jam...................(4.1)
fmax = 0,00065 × Vr + 0,240 , jika Vr > 80 km/jam..................(4.2)

Karena Vr < 80 km/jam maka digunakan persamaan (4.2)


fmax = 0,00065 × 60 + 0,192 = 0,153

Menentukan nilai jari – jari minimum :


2
60
Rmin = = 112,041 m
127 (0,1+0,153)

Menentukan nilai derajat lengkung maksimum :


181913,53 x (0,1+0,153)
Dmax = = 12,784
602

Untuk nilai fmax, Rmin, dan Dmax yang digunakan pada semua tikungan bernilai
sama karena parameter penghitung yang digunakan pada setiap tikungan seragam.
Tabel 4.6 Nilai fmax, Rmin, dan Dmax
tikunga Fmaks Dmax Rmin
n
PI1 0,153 12,784 (m)
112,041
PI2 0,153 12,784 112,041
PI3 0,153 12,784 112,041
PI4 0,153 12,784 112,041
PI5 0,153 12,784 112,041
PI6 0,153 12,784 112,041
PI7 0,153 12,784 112,041
PI8 0,153 12,784 112,041
PI9 0,153 12,784 112,041
PI10 0,153 12,784 112,041
PI11 0,153 12,784 112,041

tikungan Fmaks Dmax Rmin


PI12 0,153 12,784 (m)
112,041

24
PI13 0,153 12,784 112,041
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)

4.5.2 Penentuan Jenis Tikungan


Untuk menentukan nilai P dan Lc, harus diketahui terlebih dahulu nilai
superelevasi desain, panjang lengkung peralihan (Ls), sudut spiral (Ɵs), dan sudut
circle (Ɵc), dicoba penentuan jenis tikungan pada PI 1 dengan parameter yan
digunakan yaitu :
Tabel 4.7 Parameter untuk menghitung superelevasi desain, Ls, Ɵs dan Ɵc
Parameter Desain Kriteria Sumber
Kecepatan Rencana (Vr) 60 km/jam Tabel II.6 TPGJAK 1997
Superelevasi Max (Emax) 10 % TPGJAK 1997
Sudut Tikungan () 61,02 Perhitungan sudut
Jari – jari desain (Rdesain) 130 m Perencanaan
Lengkung Peralihan desain 70 m Perencanaan
(Ls desain)
Kemiringan melintang 2 % TPGJAK 1997
normal (En)
Lebar lajur lalu lintas (w) 2 x 3,5 m Pasal 10 ayat 3 UU No.38
Tahun 2004

Untuk menentukan Superelevasi desain :


1432,4
DDesain = = 11,01 8
130
Kontrol D :
DDesain < Dmax = 11,018 < 12,784 ............................................(OK)

- 0,10 x 11,01 8 2 2 x 0,10 x 11,01 8


edesain = +
12,784 2 12,784
= 0,098 = 9,8 %
Kontrol e :
edesain < emax = 9,8 % < 10 %......................................................................(OK)

Menentukan lengkung peralihan (Ls) :

25
Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik) untuk melintasi lengkungan
peralihan (Tabel II.8 TPGJAK 1997) :
60
Ls = x 3 = 50 m
3,6

Berdasarkan rumus modifikasi Shortt (Tabel II.9 TPGJAK 1997), dengan nilai
perubahan kecepatan (C) diambil antara 0,3 s/d 0,9 m/detik3 :
603 60 x 0,09 8
Ls = 0,022 x - 2,727 =5 1, 26 m
130 x 0,4 0,4

Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian (Tabel II.10 TPGJAK


1997), Dimana re = Tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan,
untuk Vr ≤ 70 km/jam, re max = 0,035 m/m/detik.
( 0,1- 0,02)
Ls = x 60 = 38 ,095 m
3,6 x 0,035

Berdasarkan landai relatif maksimum rumus dari Bina Marga, dimana landai
relatif maksimum empiris (m) untuk Vr = 60 km/jam sebesar 125.
3,5x2
Ls = x 125 x (0,02+ 0,0 98 ) = 51,665 m
2
Diambil yang terbesar dari keempat rumus diatas,maka Lsmin = 51,665 m
Ls desain > Ls ; 70 m > 51,665 m …………………………………………
(OK)
Untuk nilai Superelevasi desain yang digunakan pada semua tikungan bernilai
sama karena parameter penghitung yang digunakan pada setiap tikungan seragam.
Tabel 4.8 Superelevasi Desain
Ls
Ls
desain
tikunga e
Ddesain II.8
n desain II.9 II.10 LRM
TPGJA
TPGJAK TPGJAK E
K
PI1 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70

tikunga D e Ls Ls

26
II.9
II.8 II.10 LRM
n desain desain TPGJA desain
TPGJAK TPGJAK E
K
PI2 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI3 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI4 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI5 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI6 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI7 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI8 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI9 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI10 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI11 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI12 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
PI13 11,018 0,098 50 51,260 38,095 51,665 70
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)

Karena nilai Ls telah didapatkan, maka untuk perhitungan p, Ɵs, Ɵc dan Lc dapat
dilakukan.
Menghitung panjang P :
P = 70/(24 x 130) = 1,571 m

Menghitung besaran sudut Ɵs :


70 x 360
Ɵs = = 15,426
4 x 3,14 x 130

Menghitung besaran sudut Ɵc :


Ɵc = 61,02 - (2 x 1 5,426 ) = 30,169 

Menghitung panjang Lc :
30,169
Lc = x 3,14 x 130 = 68,450 m
180
Karena nilai R desain, Rmin, P dan Lc telah diketahui, maka dapat dilakukan
penentuan jenis tikungan yang akan digunakan untuk PI 1:

Check untuk Tikungan Full Circle :

27
R desain > Rmin = 130 m > 112,041 m...................................................(OK)
P < 0,25 m = 1,571 m > 0,25 m........................................(TIDAK OK)
Syarat tikungan Full Circle untuk PI 1 tidak terpenuhi.

Check untuk Tikungan Spiral Circle Spiral :


Lc > 25 m = 68,450 m > 25 m.......................................................(OK)
P > 0,25 m = 1,571 m > 0,25 m......................................................(OK)
Syarat tikungan Spiral Circle Spiral untuk PI 1 terpenuhi.

Jadi, Jenis tikungan yang akan dibuat untuk PI 1 adalah tikungan jenis Spiral
Circle Spiral, Untuk penentuan tikungan pada PI selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel :
Tabel 4.9 Penentuan Jenis tikungan yang digunakan untuk setiap PI
tikunga Δ P Ɵs Ɵc Lc Jenis
n
PI1 61,02 1,571 15,426 30,169 68,450 Tikungan
S-C-S
PI2 50,53 1,571 15,426 19,674 44,638 S-C-S
PI3 41,94 1,571 15,426 11,088 25,159 S-C-S
PI4 32,31 1,571 15,426 1,461 3,314 S-S
PI5 50,86 1,571 15,426 20,006 45,392 S-C-S
PI6 53,87 1,571 15,426 23,023 52,237 S-C-S
PI7 49,49 1,571 15,426 18,640 42,292 S-C-S
PI8 43,22 1,571 15,426 12,369 28,063 S-C-S
PI9 38,58 1,571 15,426 7,729 17,536 S-S
PI10 46,39 1,571 15,426 15,535 35,249 S-C-S
PI11 46,09 1,571 15,426 15,240 34,578 S-C-S
PI12 55,26 1,571 15,426 24,410 55,384 S-C-S
PI13 14,44 1,571 15,426 -16,407 -37,227 S-S
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)

4.5.3 Perhitungan Besaran Tikungan


Dari perhitungan penentuan tikungan pada PI 1 hingga PI 13 terdapat dua jenis
tikungan yang akan digunakan yaitu tipe S-C-S dan tipe S-S, maka dari itu perlu
dihitung besaran - besaran tikungannya.
4.5.3.1 Perhitungan Besaran - besaran Tikungan Spiral Circle Spiral

28
Berikut ini dilakukan perhitungan besaran - besaran tikungan pada PI 1 yang
didapat dari tabel 4.9 bertipe S-C-S dengan parameter yang diperlukan yaitu :
Tabel 4.10 Parameter untuk menghitung Besaran S-C-S
Parameter Desain Kriteria Sumber
Sudut Tikungan () 61,02 Perhitungan sudut
Jari – jari desain (Rdesain) 130 m Perencanaan
Lengkung Circle (Lc) 68,450 m Tabel 4.11
Sudut Spiral (Ɵs) 15,426˚ Tabel 4.11
Lengkung Peralihan desain 70 m Perencanaan dan Buku
(Ls desain) Teknik Sipil Ir.Sunggono
KH

Menghitung panjang Xs dan Ys :


702
Xs = 70 1-( 40 x 1302 ) = 69,493 m

Ls2 702
Ys = = = 6,282 m
6 x Rd 6 x 130

Menghitung P, K, ES dan TS :
702
P = - 130 (1 - cos 1 5,426 ) = 1,599 m
6 x 130
703
K = 70 - - 130 x sin15,426 = 34,914 m
40 x 1302
1
Es = [ ( 130+1,599 ) x (Sec( x 61,02 )]- 130 = 22,748 m
2
1
Ts = ( 130 + 1,559 ) x Tan 61,02 +34,914 m = 1 12, 463 m
2
Karena nilai Lc dan Ls telah diketahui,maka dapat dilakukan kontrol untuk
tikungan S-C-S pada PI 1 :
Ltotal = Lc + (2 x Ls)
= 68,450 m + ( 2 x 70 ) = 20 8 , 450 m
Kontrol Perhitungan :
2 x Ts > L Total = 2 x 112,463 m > 208,450 m
= 224,926 m > 208,450 m............................................(OK)

29
Jadi, penggunaan tikungan S-C-S pada PI 1 telah memenuhi syarat, untuk
perhitungan Besaran tikungan S-C-S pada PI lainnya dapat dilihat pada tabel 4.11
Tabel 4.11 Besaran – Besaran Pada Tikungan S-C-S
Tikungan P (m) K (m) ES (m) TS (m)
PI1 1,599 34,914 22,748 112,463
PI2 1,599 34,914 15,516 97,015
PI3 1,599 34,914 10,933 85,351
PI5 1,599 34,914 15,716 97,483
PI6 1,599 34,914 17,614 101,785
PI7 1,599 34,914 14,905 95,570
PI8 1,599 34,914 11,548 87,044
PI10 1,599 34,914 13,170 91,300
PI11 1,599 34,914 13,012 90,898
PI12 1,599 34,914 18,539 103,802
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)

Untuk Perhitungan Kontrol lainnya dapat dilihat pada tabel 4.12 :


Tabel 4.12 Kontrol Pada Tikungan S-C-S
Tikungan 2 x TS >/< L Total Kontrol
PI1 224,926 > 208,450 OK
PI2 194,031 > 184,638 OK
PI3 170,702 > 165,159 OK
PI5 194,966 > 185,392 OK
PI6 203,570 > 192,237 OK
PI7 191,139 > 182,292 OK
PI8 174,089 > 168,063 OK
PI10 182,599 > 175,249 OK
PI11 181,797 > 174,578 OK
PI12 207,604 > 195,384 OK
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)
Dari tabel 4.12 semua tikungan S-C-S yang direncanakan telah memenuhi
persyaratan yang diperlukan yaitu 2 x Ts > L Total, jadi tikungan S-C-S dapat
digunakan

4.5.3.2 Perhitungan Besaran - besaran Tikungan Spiral Spiral


Berikut ini dilakukan perhitungan besaran - besaran tikungan pada PI 4 yang
didapat pada tabel 4.9 bertipe S-S dengan parameter yang diperlukan yaitu :

30
Tabel 4.13 Parameter untuk menghitung Besaran S-S
Parameter Desain Kriteria Sumber
Sudut Tikungan () 32,31 Perhitungan sudut
Jari – jari desain (Rdesain) 130 m Perencanaan
Tidak seperti tipe S-C-S, untuk nilai Ɵs tidak seperti pada tabel 4.9 dan nilai Ls
tidak sama dengan Ls rencana sehingga perlu dicari ulang.
Menghitung Ɵs dan Ls :
1
Ɵs = x 32,31 = 16,156
2
16,156 x 3,14 x 130
Ls = = 73,314 m
90
Karena besaran Ɵs dan Ls telah didapat,makan dapat dilakukan perhitungan
besaran – besaran untuk tikungan S-S pada PI 4 :
Menghitung Xs, Ys, P, K,ES dan TS :
73,314 2
Xs = 73,314 1 - ( 40 x 130 2 ) = 72,731 m

73,3142
Ys = = 6 ,8 91 m
6 x 130
2
73,314
P = - 130 (1 - cos 16,156 ) = 1,757 m
6 x 250
73,314 2
K = 73,314 1 - ( 40 x 130 2 ) - 130 x sin 16,156 ) = 36,558 m

1
ES = [ ( 130+1,757 ) x (Sec( x 32,31 )] - 130 = 7,17 m
2
1
TS = ( 130 + 1 ,75 7 ) x Tan 32,31 + 3 6 ,558 m = 74,728 m
2
Karena nilai Ts dan Ls telah diketahui, maka dapat dilakukan kontrol untuk
tikungan S-S pada PI 4 :
Kontrol Perhitungan :
Ts > Ls = 74,728 m > 73,314 m
= 224,926 m > 208,450 m.....................................................(OK)
Jadi, penggunaan tikungan S-S pada PI 4 telah memenuhi syarat, untuk
perhitungan Besaran tikungan S-S pada PI lainnya dapat dilihat pada tabel 4.14

31
Tabel 4.14 Besaran – Besaran Pada Tikungan S-S beserta kontrol syarat
tikunga kontrol
ES Ɵs Ls Xs Ys P K TS
n Ts>Ls
PI4 7,17 16,16 73,31 72,73 6,89 1,76 36,56 74,73 OK
PI9 10,41 19,29 87,54 86,54 9,82 2,53 43,60 89,98 OK
PI13 1,39 7,22 32,77 32,72 1,38 0,35 16,38 32,90 OK
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)

4.5.4 Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan


Jalan yang direncanakan ialah jalan kolektor primer yang mana diatur menurut
tabel II.1 TPGJAK 1997, muatan sumbu terberatnya adalah 8 ton sehingga
direncanakan kendaraan terberat yang melintas adalah kendaraan sedang,
sehingga didapatkan parameter berikut :
Tabel 4.15 Parameter untuk menghitung Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan
Parameter Desain Kriteria Sumber
Kecepatan Rencana (Vr) 60 km/jam Tabel II.6 TPGJAK 1997
Jumlah Jalur Lintasan (n) 2 Perencanaan
Kebebasan Samping (c) 0,8 TPGJAK 1997
Jari – jari desain (Rdesain) 130 m Perencanaan
Jumlah lajur 2 Perencanaan
Lebar lintasan kendaraaan 2,6 m Tabel II.3 TPGJAK 1997
sedang pada jalan lurus (b)
Jarak antara as roda depan 7,6 m Gambar II.5 TPGJAK 1997
dan belakang kendaraan
sedang (p)
Tonjolan depan sampai 2,1 m Tabel II.3 TPGJAK 1997
bemper kendaraan sedang
(A)
Berikut ini dicoba perhitungan pada PI 1, dengan menggunakan persamaan (2.22),
harus dicari terlebih dahulu nilai lebar lintasan pada tikungan (b’), lebar melintang
akibat tonjolan depan (Td), dan lebar tambahan akibat kelalaian dalam
mengemudi (Z). Maka dilakukan perhitungan :
b” = 130 - √1302 - 7,62 = 0,222 m
b’ = b + b
= 2,6 + 0,222 = 2,822 m

32
Td = √ 1302 + 2,1 ( 2 x 7,6 + 2,1 ) – 130 = 0,140 m
60
Z = 0,105 x = 0,553 m
√ 130
Karena besaran - besaran untuk persamaan (2.22) telah dicari, maka dapat
dihitung :
B = 2 (2, 822 + 0,8 ) + ( 2 - 1 ) 0, 140 + 0,553 m = 7,937 m
Lebar perkerasan pada jalur lurus 2 x 3,5 = 7 m , ternyata B > 7 m = 7,937 m > 7
m, karena B > W, maka diperlukan pelebaran perkerasan sebesar 0,937 m

Karena parameter perhitungan yang digunakan sama, maka lebar perkerasan pada
tikungan lainnya sama.
Tabel 4.16 Pelebaran perkerasan pada tikungan
Lebar
B (m) Perkerasan
Tikungan Parameter penghitung B (m)
b" b' Td Z
(m) (m) (m) (m)
PI1 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI2 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI3 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI4 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI5 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI6 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI7 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI8 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI9 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI10 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI11 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI12 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
PI13 0,222 2,822 0,140 0,553 7,937 0,937
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)

4.5.5 Perhitungan kebebasan samping pada tikungan


Berikut ini dilakukan perhitungan kebebasan samping pada PI 1, parameter –
parameter yang diperlukan yaitu :

33
Tabel 4.17 Parameter untuk menghitung kebebasan samping pada tikungan
Parameter Desain Kriteria Sumber
Kecepatan Rencana (Vr) 60 km/jam Tabel II.6 TPGJAK 1997
Lengkung Peralihan desain 70 m Perencanaan
(Ls desain)
Lebar lajur lalu lintas (w) 2 x 3,5 m Pasal 10 ayat 3 UU No.38
Tahun 2004
Jari – jari desain (Rdesain) 130 m Perencanaan
Lebar pengawasan 30 m TPGJAK 1997
minimal
Jarak pandang henti 75 m Tabel II.10 TPGJAK 1997
minimum (Jh)
Jarak pandang mendahului 350 m Tabel II.11 TPGJAK 1997
(Jd)

Perhitungan jarak pandang henti berdasarkan rumus :


Jh = 0,694 Vr + 0,004 (Vr 2 /0,35 )
= 0,694 60 + 0,004 (60 2 /0,35 ) = 82,78 m

Perhitungan Jarak pandang menyiap berdasarkan rumus :


d1 = 0,278 x (2,12 + 0,026 x 60) x (60 – 10 + (2,052 + 0,0036 x 60)/2)
= 62,10 m
d2 = 0,278 x 60 x (6,56 + 0,048 x 60) = 157,46 m
d3 = 30 s/d 100 m = 30 m
d4 = 2/3 x 157,46 = 104,97
maka :
Jd = 62,10 + 157,46 + 30 + 104,97 = 354,54 m

Jadi,digunakan Jh = 82,78 m ; Jd = 354,54 m

R’ = 130 - 1/2 7 = 126,50 m


Ltot = 2 x 70 = 140 m
Menghitung Kebebasan samping yang tersedia :

34
mo = ½ (Lebar pengawasan minimal – w)
= ½ (30 - 7) = 11,50 m

Secara analitis :
Jh = 82,78 m
Ltot = 1 40 m
Karena Jh < Lt, maka rumus yang digunakan untuk menghitung E henti :
( 28,65+Jh )
E
'
(
= R x 1- cos x
R' )
( 28,65 + 82,78 )
= (
126,5 x 1 - cos x
126,5 ) = 0,0149 m

Jd = 354,54 m
Ltot = 1 40 m
Karena Jd > Lt, rumus yang digunakan untuk menghitung E menyiap :
28,65 x Jd ) ( Jd-Lt ) ( 28,65 x Jd )
E =
'
R x (1- cos x
((R
' ) +
2 (
x Sin '
R )
= 126,5 x

( 28,65 x 354,54 )
(1 - cos x (126,5 ) + 2( 354,54 - 140 ) x Sin (126,5
( 28,85 x 354,54 )
)
= 316,994 m
Kesimpulan :
 Kebebasan samping henti = 0,0149 m
 Kebebasan samping menyiap = 3 16 ,3 m
 Kebebasan samping tersedia = 11,5 m
 Kebebasan samping berdasarkan jarak pandang henti 0,0149 m < 11,5 m
sehingga aman
 Kebebasan samping berdasarkan jarak pandang menyiap 316,994 m > 11,5
m sehingga sebelum memasuki tikungan PI 1 perlu dipasang rambu
dilarang menyiap dan marka menerus (tidak terputus).

35
Untuk perhitungan kebebasan samping pada PI lainnya bernilai sama karena
parameter penghitung yang digunakan sama.

36
Tabel 4.18 Kebebasan Samping
Tabel Menggunakan rumus Jh dan Jd yang Daerah kebebasan
Tikungan TPGJAK Jd digunakan Ltot R' samping (E)
Jh
Jh Jd d1 d2 d3 d4 Jd Jh Jd Mo E jh E Jd
PI1 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI2 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI3 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI4 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI5 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI6 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI7 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI8 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI9 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI10 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI11 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI12 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
PI13 75 350 82,78 62,10 157,46 30 104,97 354,54 82,78 354,54 140,00 126,50 11,50 0,0149 316,994
Sumber : Hasil Perhitungan (2018)

36
4.6 Rekapitulasi Tikungan
1. Tikungan PI1 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 1 = 61,02
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 68,45 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 112,463 m
ES = 22,748 m

Gambar 4.3 Lengkungan Spiral – Circle – Spiral Pada PI 1

37
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 1 yaitu :

Gambar 4.4 Diagram Superelvasi pada PI 1

Tikungan PI 1 yang telah direncanakan dapat di plotkan kedalam Google Earth :

Gambar 4.5 Lengkungan PI 1 dalam Google Earth (Skala 1 : 3.095)

38
2. Tikungan PI2 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 2 = 50,53
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 44,638 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 97,015 m
ES = 15,516 m

Gambar 4.6 Lengkungan Spiral – Circle – Spiral Pada PI 2

39
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 2 yaitu :

Gambar 4.7 Diagram Superelvasi pada PI 2

Tikungan PI 2 yang telah direncanakan dapat di plotkan kedalam Google Earth :

Gambar 4.8 Lengkungan PI 2 dalam Google Earth (Skala 1 : 3.023)

40
3. Tikungan PI3 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 3 = 41,94
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 25,159 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 85,351 m
ES = 10,933 m

Gambar 4.9 Lengkungan Spiral – Circle – Spiral Pada PI 3

41
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 3 yaitu :

Gambar 4.10 Diagram Superelvasi pada PI 3

Tikungan PI 3 yang telah direncanakan dapat di plotkan kedalam Google Earth :

Gambar 4.11 Lengkungan PI 3 dalam Google Earth (Skala 1 : 3.250)

42
4. Tikungan PI4 menggunakan tipe S-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 4 = 32,31
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Ls = 73,31 m
s = 16,16
Xs = 72,73 m
Ys = 6,89 m
P = 1,76 m
K = 36,56 m
TS = 74,73 m
ES = 7,17 m

Gambar 4.12 Lengkungan Spiral – Spiral Pada PI 4

43
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 4 yaitu :

Gambar 4.13 Diagram Superelvasi pada PI 4

Tikungan PI 4 yang telah direncanakan dapat di plotkan kedalam Google Earth :

Gambar 4.14 Lengkungan PI 4 dalam Google Earth (Skala 1 : 3.250)

44
5. Tikungan PI5 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 5 = 50,86
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 45,392 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 97,483 m
ES = 15,716 m

Gambar 4.15 Lengkungan Spiral – Circle – Spiral Pada PI 5

45
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 5 yaitu :

Gambar 4.16 Diagram Superelvasi pada PI 5

Tikungan PI 5 yang telah direncanakan dapat di plotkan kedalam Google Earth :

Gambar 4.17 Lengkungan PI 5 dalam Google Earth (Skala 1 : 3.513)

46
6. Tikungan PI6 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 6 = 53,87
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 52,237 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 101,785 m
ES = 17,614 m

Gambar 4.18 Lengkungan Spiral – Circle – Spiral Pada PI 6

47
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 6 yaitu :

Gambar 4.19 Diagram Superelvasi pada PI 6

Tikungan PI 6 yang telah direncanakan dapat di plotkan kedalam Google Earth :

Gambar 4.20 Lengkungan PI 6 dalam Google Earth (Skala 1 : 3.023)

48
7. Tikungan PI7 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 7 = 49,49
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 42,292 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 95,570 m
ES = 14,905 m

Gambar 4.21 Lengkungan Spiral – Circle – Spiral Pada PI 7

49
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 7 yaitu :

Gambar 4.22 Diagram Superelvasi pada PI 7

Tikungan PI 7 yang telah direncanakan dapat di plotkan kedalam Google Earth :

Gambar 4.23 Lengkungan PI 7 dalam Google Earth (Skala 1 : 3.250)

50
8. Tikungan PI8 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 8 = 43,22
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 28,063 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 87,044 m
ES = 11,548 m

Gambar 4.24 Lengkungan Spiral – Circle – Spiral Pada PI 8

51
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 8 yaitu :

Gambar 4.25 Diagram Superelvasi pada PI 8

Tikungan PI 8 yang telah direncanakan dapat di plotkan kedalam Google Earth :

Gambar 4.26 Lengkungan PI 8 dalam Google Earth (Skala 1 : 3.095)

52
9. Tikungan PI9 menggunakan tipe S-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 9 = 38,58
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Ls = 87,54 m
s = 19,29
Xs = 86,54 m
Ys = 9,82 m
P = 2,53 m
K = 43,60 m
TS = 89,98 m
ES = 10,41 m

Gambar 4.27 Lengkungan Spiral – Spiral Pada PI 9

53
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 9 yaitu :

Gambar 4.28 Diagram Superelvasi pada PI 9

Tikungan PI 9 yang telah direncanakan dapat di plotkan kedalam Google Earth :

Gambar 4.29 Lengkungan PI 9 dalam Google Earth (Skala 1 : 1.970)

54
10. Tikungan PI10 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 10 = 46,39
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 35,249 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 91,3 m
ES = 13,170 m

Gambar 4.30 Lengkungan Spiral – Circle – Spiral Pada PI 10

55
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 10 yaitu :

Gambar 4.31 Diagram Superelvasi pada PI 10

Tikungan PI 10 yang telah direncanakan dapat di plotkan kedalam Google Earth :

Gambar 4.32 Lengkungan PI 10 dalam Google Earth (Skala 1 : 2.549)

56
11. Tikungan PI11 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 11 = 46,09
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 34,578 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 90,898 m
ES = 13,012 m

Gambar 4.33 Lengkungan Spiral – Circle – Spiral Pada PI 11

57
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 11 yaitu :

Gambar 4.34 Diagram Superelvasi pada PI 11

Tikungan PI 11 yang telah direncanakan dapat di plotkan kedalam Google Earth :

Gambar 4.35 Lengkungan PI 11 dalam Google Earth (Skala 1 : 4.062)

58
12. Tikungan PI12 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 12 = 55,26
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Lsdesain = 70 m
s = 15,426
Lc = 55,384 m
Xs = 69,493 m
Ys = 6,28 m
P = 1,599 m
K = 34,914 m
TS = 103,802 m
ES = 18,539 m

Gambar 4.36 Lengkungan Spiral – Circle – Spiral Pada PI 12

59
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 12 yaitu :

Gambar 4.37 Diagram Superelvasi pada PI 12

Tikungan PI 12 yang telah direncanakan dapat di plotkan kedalam Google Earth :

Gambar 4.38 Lengkungan PI 12 dalam Google Earth (Skala 1 : 3.023)

60
13. Tikungan PI3 menggunakan tipe S-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
PI 13 = 14,44
Rdesain = 130 m
e max = 10 %
en =2%
e desain = 0,098 = 9,8 %
Ls = 32,77 m
s = 7,22
Xs = 32,72 m
Ys = 1,38 m
P = 0,35 m
K = 16,38 m
TS = 32,90 m
ES = 1,39 m

Gambar 4.39 Lengkungan Spiral – Spiral Pada PI 13

61
Gambar Diagram Superelevasi pada PI 13 yaitu :

Gambar 4.40 Diagram Superelvasi pada PI 13

Tikungan PI 13 yang telah direncanakan dapat di plotkan kedalam Google Earth :

Gambar 4.41 Lengkungan PI 13 dalam Google Earth (Skala 1 : 3.714)

62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari perencanaan geometrik jalan studi kasus Jalan Duri – Sungai Pakning ini,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada jalan ini terdapat 13 tikungan diantaranya 10 tikungan menggunakan
jenis Spiral – Circle – Spiral dan 3 tikungan menggunakan jenis Spiral –
Spiral
2. Pada semua tikungan yang direncanakan perlu diberikan pelebaran
perkerasan sebesar 0,937 m
3. Pada semua tikungan perlu dipasang rambu dilarang mendahului dan marka
menerus (tidak terputus) karena Kebebasan samping berdasarkan jarak
pandang menyiap lebih besar daripada Kebebasan samping yang tersedia

5.2 Saran
Dari perencanaan yang dibuat, saran yang akan disampaikan adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan ini dapat diperbaharui apabila nantinya terdapat pedoman
baru untuk jalan antar kota, karena untuk saat ini hanya “Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.38/T/BM/1997” yang
digunakan untuk perencanaan jalan antar kota di Indonesia.
2. Diharapkan pada perencanaan selanjutnya dapat dilakukan hingga
perhitungan galian dan timbunan, serta Alinemen Vertikal.

63
DAFTAR PUSTAKA

Amir, A. 2017. Geometrik Jalan Raya. Tugas Besar. Program Studi Teknik Sipil.
Universitas Muslim Indonesia. Makassar
Badan Standardisasi Nasional. 2004. Standar Geometri Jalan Perkotaan.
Yayasan Badan Penerbit PU. Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan
Antar Kota). Yayasan Badan Penerbit PU. Jakarta.
Fakarnita, M. 2016. Perencanaan Geometrik Dan Tebal Perkerasan Lentur Jalan
Lingkar Luar Barat Banyuasin – Jakabaring STA 23+050 – STA 29+435
Palembang. Laporan Akhir. Jurusan Teknik Sipil. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang.
Hidayat, N. 2012. Exercises Horizontal Alignment. Jurusan Teknik Sipil.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
KH, Sunggono. 1984. Buku Teknik Sipil. Penerbit “NOVA”. Jakarta
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004
Tentang Jalan, Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Jakarta.
Widyastuti, S. 2010. Perencanaan Geometrik, Tebal Perkerasan dan Rencana
anggaran Biaya (Ruas Jalan Blumbung Kidul – Bulakrejo). Laporan Tugas
Akhir. Jurusan Teknik Sipil. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

64
65

Anda mungkin juga menyukai