DASAR TEORI
dan nyaman serta selama umur rencana tidak terjadi kerusakan yang berarti.
lingkungan.
Perkerasan beton semen adalah struktur yang terdiri atas pelat beton
semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau
menerus dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah
dasar, tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal. Struktur perkerasan beton
6
Gambar 2.1. Tipikal Struktur Perkerasan Beton Semen
diperoleh dari pelat beton. Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar
dan perubahan kadar air selama masa pelayanan. Lapis pondasi bawah pada
tepi pelat.
Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat
menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang
7
Bila diperlukan tingkat kenyaman yang tinggi, permukaan perkerasan
beton semen dapat dilapisi dengan lapis campuran beraspal setebal 5 cm.
1) Jalan Arteri
2) Jalan Kolektor
3) Jalan Lokal
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara efisien,
ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan
masuk dibatasi,
8
Jalan Lokal: Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
dengan kasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel II.1
MST (Ton)
Arteri I >10
II 10
IIIA 8
Kolektor IIIA 8
IIIB
dari TPGJAK
(%)
1. Datar D <3
2. Perbukitan B 3 – 25
3. Pegunungan G >25
dari TPGJAK
jalan,
10
b) Tinggi 5 meter di atas permukaan perkerasan pada sumbu jalan, dan
Gambar 2.2. Damaja, Damija, dan Dawasja di lingkungan jalan antar kota.
Ruang Daerah Milik Jalan (Damija) dibatasi oleh lebar yang sama
jalan di luar Damaja yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur
11
2) Untuk keselamatan pemakai jalan, Dawasja di daerah tikungan
Data lalu – lintas adalah data utama yang diperlukan untuk perencanaan
teknik jalan, karena kapasitas jalan yang akan direncanakan tergantung dari
komposisi lalu – lintas yang akan menggunakan jalan pada suatu segmen
jumlah dan lebar lajur pada satu jalur jalan dalam penentuan karakteristik
geometri, sedangkan jenis kendaraan akan menentukan kelas beban atau MST
konstruksi perkerasan.
Unsur lalu – lintas adalah benda atau pejalan kaki sebagai bagian dari
lalu lintas, sedangkan unsur lalu – lintas di atas roda disebut kendaraan
volume lalu – lintas dan kecepatan. Pada volume lalu – lintas yang tetap,
tidak macet.
12
kemacetan menyebabkan bertambahnya emisi gas buangan dan kebisingan
anggapan dalam perhitungan biaya yang digunakan, antara lain adalah umur
rencana, laju pertumbuhan lalu lintas dan tujuan dari pembina jalan. Semua
1. Pengendalian biaya
persyaratan ekonomis.
2. Pengendalian mutu
13
Pengendalian mutu dimaksudkan agar pekerjaan yang
belum.
3. Pengendalian waktu
proyek.
14
kerja juga harus dikendalikan untuk menghindari terjadinya
perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis
pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar.
secara ideal antara lain lapis tanah dasar (subgrade), lapisan pondasi
bawah (subbase course), lapisan pondasi atas (base course), dan lapisan
15
2.3.3. Gabungan Rigid dan Flexible Pavement ( Composite Pavement )
memikul beban lalu lintas. Untuk ini maka perlu ada persyaratan
pavement) ini mengacu pada standar yang sudah biasa digunakan untuk
16
semen pra-tegang tidak termasuk di dalam buku ini. Prosedur ini tidak
2.5.Metode Perhitungan
dari :
17
Sebelum melakukan perhitungan struktur perkerasan, terlebih dahulu
harus menghitung beban – beban yang bekerja pada elemen struktur antara
lain :
1. Beban Mati
Muatan mati adalah semua muatan yang berasal dari berat sendiri pelat
2. Beban Hidup
Beban hidup berasal dari berat kendaraan lalu lintas dan berat orang
18
BAB III
TEKNIK PERENCANAAN
adalah ;
lokasi pekerjaan.
Survei lalu lintas, untuk mengetahui beban lalu lintas kendaraan dan
jalan tersebut.
3.1.4
f) Pengamatan kondisi.
1. Foto asli, perlu dilakukan sebagai bukti nyata kondisi lokasi jalan
Peta ini menunjukkan jaringan jalan yang sudah ada dalam satu
21
dapat juga digunakan peta hujan sebagai pendekatan. Data curah
daerah.
b) Informasi
Informasi tentang :
22
BAB IV
sebagai jalan yang rusak sedang hingga rusak berat. Hal ini terlihat
berlubang.
14,75 KM.
dasar, penentuan CBR desain, dan grafik CBR 90% pada lokasi
23
setempat dapat dilihat masing – masing pada Tabel 4.1., Tabel 4.2.,
STA
72+000 72+200 72+400 72+600 72+800
(SMG)
CBR (%) 4 4 4 3 3
STA
73+000 73+200 73+400 73+600 73+800
(SMG)
CBR (%) 5 4 4 3 4
STA
74+000 74+200 74+400 74+600 74+800
(SMG)
CBR (%) 4 5 5 4 4
STA
75+000 75+200 75+400 75+600 75+800
(SMG)
CBR (%) 5 5 6 5 4
STA
76+000 76+200 76+400 76+600 76+800
(SMG)
CBR (%) 4 5 5 5 4
STA
77+000 77+200 77+400 77+600 77+800
(SMG)
CBR (%) 4 4 3 3 4
24
(SMG)
CBR (%) 3 3 3 4 4
STA
79+000 79+200 79+400 79+600 79+800
(SMG)
CBR (%) 4 4 3 3 5
STA
80+000 80+200 80+400 80+600 80+800
(SMG)
CBR (%) 7 6 5 5 5
STA
81+000 81+200 81+400 81+600 81+800
(SMG)
CBR (%)
3 4 4 5 4
STA
82+000 82+200 82+400 82+600 82+800
(SMG)
CBR (%) 5 4 5 4 3
STA
83+000 83+200 83+400 83+600 83+800
(SMG)
CBR (%) 4 4 4 3 3
STA
84+000 84+200 84+400 84+600 84+800
(SMG)
CBR (%) 3 4 4 4 5
25
(SMG)
CBR (%) 5 4 4 5 5
STA
86+000 86+200 86+400 86+600 86+800
(SMG)
CBR (%) 5 5 5 5 5
3 75 75 / 75 x 100% = 100 %
4 60 60 / 75 x 100% = 80%
5 28 28 / 75 x 100% = 37,33%
6 3 3 / 75 x 100% = 4%
7 1 1 / 75 x 100 % = 1,33%
26
Persentase Sama/Lebih Besar Grafik Penentuan CBR
Desain 90%
data lalu lintas kendaraan pada tahun 2013 ruas jalan Purwodadi –
Kudus. Adapun data survey dapat dilihat sesuai dengan Tabel 4.3.
dibawah ini.
27
Tabel 4.3. Data Lalu Lintas Kendaraan Tahun 2012 Dalam Mobil Bus Truk
NO 1 2 3 4 5 6 7
Sumber : Survey
Keterangan :
Purwodadi – Kudus dari tahun 2007 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikit ini
28
Tahun Jumlah Peningkatan Peningkatan
2006 128541
10648 8,28
2007 139189
0 0
2008 139189
34450 24,75
2009 173639
0 0
2010 173639
perbukitan berada pada ketinggian antara 50-100 meter di atas permukaan air
Secara sosial, pada tiga kecamatan yang dilalui oleh Ruas Jalan
29
Tabel 4.5. Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju Pertambahan
Kecamatan
Penduduk (%)
Klambu 0,97
Brati 0,70
Grobogan 0,37
2012
daerah Pantai Utara bagian timur dan daerah Bengawan Solo Hulu
mempunyai tipe iklim D yang bersifat 1-6 bulan kering dan 1-6 bulan
basah dengan suhu minimum 26ºC. Pada tiga kecamatan yang di lalui ruas
jalan Purwodadi – Kudus jumlah hari hujan dan curah hujan tahunan dan
• Ruji (dowel) = Ya
31
Direncanakan perkerasan beton semen untuk jalan 2 lajur 2 arah
MPV, 795
sedan,jeep,
pick up
- Mini 547 1094 547 547
bus, truck
kecil
Bus, truck 2As, 486 972 486 486
mobil tanki
Truck 3As, 204
Trailer
Total 2270 1084 1033
32
Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana (10
tahun).
R = ( 1 + 0,0825)^10-1
0,0825
R = 14,66
= 12.146.281
= 1,2 x 107
= 6.073.141
=6 x 106
33
Tabel 4.8. Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan dan koefisien distribusi (C)
Lp < 5,5 M 1 1 1
m 3 0,50 0,475
beton semen adalah jenis sumbu dan distribusi beban serta jumlah
34
• Beban sumbu 6 ton = (jumlah sumbu beban
= (51/1084) x 100%
= 5%
= (486/1084) x 100%
= 45%
= (547/1084) x 100%
= 50%
= (486/1033) x 100%
= 47%
= (547/1033) x 100%
= 53%
35
Proporsi beban jenis sumbu STdRG :
= (51/51) x 100%
= 100%
Proporsi sumbu :
= (1084/2270) x 100%
= 48%
= (1033/2270) x 100%
= 46%
36
Tabel 4.9. Perhitungan repetisi sumbu rencana
BEBAN
REPETISI
SU
JENIS JUMLAH PROPORSI PROPORSI LALIN YAN
MB
G
U
JUMLAH 51 100%
KOMULATIF 5.800.250
37
• Umur rencana : 10 tahun
• JSK : 6 x 106
Jalan bebas hambatan utama (major freeway) dan jalan berlajur banyak,
yang aliran lalu – lintasnya tidak terhambat serta volume kendaraan
niaga yang tinggi.
Jalan bebas hambatan (freeway) dan jalan arteri dengan volume kendaraan
niaga menengah
• CBR efektif : 15 %
38
Penentuan tebal pondasi bawah, CBR efektif, dan taksiran tebal
berdasarkan jumlah repetisi sumbu dan CBR tanah dasar rencana seperti
Gambar 4.2. Tebal pondasi bawah minimum untuk perkerasan beton semen
Penentuan CBR efektif didasarkan pada CBR tanah dasar dan tebal
39
semen
Gambar 4.3. CBR tanah dasar efektif dan tebal pondasi bawah
40
Gambar 4.4. Contoh Grafik Perencanaan, fcf = 4,25 Mpa, Lalu – Lintas Dalam
Kota, Dengan Ruji, FKB = 1,1
peraturan yang sudah ada. Adapun cara untuk menentukan faktor tegangan
dan erosi didasarkan pada CBR efektif dan perkiraan tebal perkerasan yang
41
Dengan menentukan tegangan ekivalen (TE) dan faktor erosi (FE),
maka dapat ditentukan faktor rasio tegangan (FRT) untuk masing – masing
42
FRT = TE / fcf
sumbu ton (KN) per roda (KN) yg terjadi Repetisi ijin persen rusak Repetisi ijin persen rusak
FE = 2,88
FRT = 0,3725 0
FE = 2,98 0
Karena % rusak fatik (telah) lebih kecil 100% maka tebal pelat diambil 19 cm.
Repetisi ijin untuk analisa fatik dan analisa erosi dari masing – masing
jenis sumbu kendaraan, dapat ditentukan melalui diagram Gambar 4.4. – Gambar
43
Gambar 4.4. Analisa fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan rasio tegangan, tanpa
44
Gambar 4.5. Analisa fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan rasio tegangan, tanpa
45
Gambar 4.6. Analisa fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan rasio tegangan, tanpa
46
Gambar 4.7. Analisa fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan rasio tegangan, tanpa
47
Gambar 4.8. Analisa fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan rasio tegangan, tanpa
48
Gambar 4.9. Analisa fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan rasio tegangan, tanpa
49
Gambar 4.10. Analisa erosi dan jumlah repetisi beban ijin, berdasarkan faktor erosi,
50
Gambar 4.11. Analisa erosi dan jumlah repetisi beban ijin, berdasarkan faktor erosi,
51
Gambar 4.12. Analisa erosi dan jumlah repetisi beban ijin, berdasarkan faktor erosi,
52
Gambar 4.13. Analisa erosi dan jumlah repetisi beban ijin, berdasarkan faktor erosi,
53
Gambar 4.14. Analisa erosi dan jumlah repetisi beban ijin, berdasarkan faktor erosi,
54
Gambar 4.15. Analisa erosi dan jumlah repetisi beban ijin, berdasarkan faktor erosi,
55
4.3. PERHITUNGAN TULANGAN
As =
As =
As = 629,06625 mm2/m’
56
4.3.2. Tulangan Melintang
As =
As =
As = 314,533125 mm2/m’
pada sambungan pelat beton, dapat dilihat dari Tabel 4.13 berikut ini :
Tabel 4.13 Ukuran dan jarak batang dowel (ruji) yang disarankan
57
11 275 1,25 32 18 450 12 300
sebagai berikut :
• Diameter : 25 mm
• Panjang : 450 mm
• Jarak : 300 mm
• Diameter : 16 mm
• Panjang : 600 mm
Lihat lampiran
58
BAB V
untuk bahan dan upah, serta biaya - biaya yang lain yang berhubungan
1. Bestek
2. Gambar Bestek
volume pekerjaan.
Didapat dari harga satuan bahan dan harga satuan upah berdasarkan
Lihat Lampiran
60
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
tebal perkerasan.
dengan ketebalan 10 cm
jalan.
300 mm
61
Tie bar : D-16 mm, panjang 600 mm, jarak
disisi jalan.
untuk oprit.
6.2. Saran
Dari perencanaan yang kami buat, saran yang dapat kami berikan adalah
sebagai berikut :
jalan raya.
kegagalan teknis.
62
DAFTAR PUSTAKA
Wiayah.
! "
" " "" ! "
# $ ! ! !
%& ! ! " " !
! " ! ""
" "
%
!
NETWORK PLANING PEKERJAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) JALAN PURWODADI – KUDUS RUAS 198