Anda di halaman 1dari 5

TEORI KESALAHAN

Kesalahan yang mungkin terjadi pada pengukuran dan pemetaan adalah sebagai berikut:

1. Kesalahan Sistematis (Systhematical Error)

Kesalahan Sistematis adalah kesalahan yang mungkin terjadi akibat adanya

kesalahan pada suatu system. Kesalahan system dapat diakibatkan oleh peralatan

dan kondisi alam.

Peralatan yang dibuat manusia walaupun dibuat dengan canggihnya, akan

tetapi masih diperlukan suatu prosedur guna mengetahui kemungkinan munculnya

kesalahan pada pengukuran baik alat, maupun data.

a. Sistem Alat

Misalnya kesalahan karena alat ukut theodolit yang sangat peka terhadap

goncangan dan tekanan maka seharusnya alat ukur ditempatkan pada kotak yang

sedemiklan rupa. Karena sering berpindah- pindah maka theodoit juga, akan

terguncang-guncang bahkan terbanting dan akan mengalami perubahan misalnya

nivo tidak bisa ditengah waktu distel, centring akan berubah jika dilihat disisi

lain, pembacaan biasa dan luar biasa pada pembacaan sudut horizontal dan

vertikal akan mengamlami selisih yang besar, maka alat tersebut harus

dikalibrasi. Kesalahan juga bisa karena rambu ukur misalnya pada waktu

memegang rambu letakkya tidak vertikal, bagian bawah rambu sudah rusak,

rambu terbenam dilumpur sambungan rambu yang tidak tepat, rambu sudah

rusak sehingga tulisannya tidak jelas yang menyulitkan surveyor untuk-

membacanya.

b. Sistem di Alam

Ilmu Ukur Tanah


Dalam hal ini kesalahan disebabkan karena keadaan bumi yang sebenarnya

melengkung atau berbentuk bola tapi kita menggapnya lurus. Hal ini bisa terjadi

karena jarak yang diukur tidak terlalu jauh sekitar 50 m sampai 80 m. Tapi

karena jarak yang diukur tersebut berulang kali maka dari jarak yang pendek-

pendek tersebut digabung yang akan menjadi panjang dengan sendirinya

kelengkungan bumi akan berpengaruh terhadap ketelitian pengukuran. Tapi

kesalahan karena alam tidak terlalu berpengaruh terhadap penngukuran progress

karena dalam pengukuran progress jarak yang diambil tidak telalu jauh

maksimal ± 70m sampai dengan ±100m. Jadi dalam hal ini faktor alam bisa

diabaikan. Faktor alam juga bisa disebabkan sinar matahari dimana pada bagian

nivo yang mudah mengembang jika terkena panas matahari. Maka dalam

pekerjaansurvey harus memaki payung jika cuaca dalam keadaan panas.

Cara elimnasi kesalahn sistematis adalah dengan cara membuat suatu prosedur

pengukuran atau mengkondisikan suatu keadaan.

Cara mengeliminasi kesalahan sistematis karena sistem alat:

1. Sipat Datar KDV

Melakukan pengukuran kesalahan garis bidik dengan pembacaan rambu

ukur belakang dan muka pada 2 kali akar berdiri (2 satnd)

2. Poligon KDH

Melakukan pengukuran sudut pada posisi teropong biasa dan luar biasa.

3. Tachymetri

Tidak diharuskan.

Cara mengeliminasi kesalahan sistematis karena sistem alam:

1. Sipat Dataar KDV

Ilmu Ukur Tanah


 Jarak belakang dibuat hamper sama dengan jarak muka.

 Jumlah slag dibuat genap

 Bacaan rambu antara 0.3 m sampai dengan 2.75 m (rambu ukur 3 m)

2. Poligon KDH

 Membuka kunci Bonsoulle (To Wild) agar pengaruh magnet dapat

diminimalisir

 Melakukan pengukuran astronomi (pengamatan matahari, bintang dan

benda-benda langit lainnya)

3. Tachymetri

 Membuka kunci Bonsoulle (To Wild)

 Melakukan pengukuran astronomi.

2. Kesalahan Acak (Random Error)

Kesalahan Acak adalah kesalahan yang disebabkan oleh keterbatasan panca

indera manusia. Keterbatasan tersebut dapat berupa kekeliruan, kurang hati-hati,

kelalaian, ketidakmengertian pada instrument, atau belum terlatihnya petugas yang

bersangkutan. Untuk menanggulanginya diperlukan koreksi-koreksi dengan

pendekatan ilmu-ilmu statistik, pada fenomena pengukuran dan pemetaan suatu

syarat geometrik menjadi kontrol dan penyikat data yang tercakup pada titik-titik

kontrol pengukuran. Cara yang digunakan untuk mengeliminasi/mengurangi

kesalahan secara acak adalah dengan cara menggunakan ilmu statistika atau ditung

peralatan (adjusment)

Cara mengeliminasi kesalahan acak :

1. Sipat Dasar KDV

Hy – BTb(i) – BTm(j) BT – BA + BB ≤ 0,001 m


2

Ilmu Ukur Tanah


db(1) dan dm(1) KqB = (BTb1 – BTm1) – (BTbII - BTmII)
(db1 + dm1) – (dbII - dmII)
H = - K H
BTb = BTB – Kqb  db
Hij = Hij – K H  dij
d
BTm = BTm – Kqb  dm

2. Poligon KDH

Syarat Sudut = akhir - awal  =  - (n – 1)  180o + f

Syarat Absis = xakhir - xawal =  d sin  + f

Syarat Oordinat = yakhir - yawal =  d cos  + fg

Metode Koreksi:

 Bowditch = xj = xi + dij sin  ij + fx  dij


d
ij = yi + dij  cos  ij + fy  dij
d
 Metode Transit = xj = xi + dij  sin ij + fx dij  sin  ij
 d cos  
yi = yi + dij cos ij + fg dij  cos dij
 d cos  
3. Kesalahan Besar (Blunder)

Kesalahan besar dapat terjadi apabila oprator atau surveyor melakukan kesalahan

yang seharusnya tidak terjadi akibat kesalahan pembacaan dan penulisan nilai yang

diambil dari data pengukuran. Dengan demikian, jika terjadi kesalahan besar maka

pengukuran harus diulang atau data tersebut harus diulang dengan rute yang berbeda

Kesalahan kerangka dasar vertikal

Ilmu Ukur Tanah


Kesalahan dapat terjadi akibat tidak berhimpitnya sumbu vertikal theodolite dengan

arah garis vertikal. Karena kesalahan sumbu vertikal tak dapat dihilangkan dengan

merata-ratakan dari observasi dengan teleskopdalam posisi normal dan dalam posisi

kebalikan, maka pengukuran haruslah dilaksanakan dengan hati-hati, terutama pada

saat pengukuran untuk sasaran dengan elevasi yang besar.

Kesalahan kerangka dasar horizontal

Kesalahan ini dapat terjadi akibat sumbu horizontal tidak tegak lurus terhadap

sumbu vertikal. Untuk mengoreksi kesalahan pada pengukuran kerangka dasar

horizontal dapat dilakukan koreksi secara sistematis pada pembacaan sudut

horizontal. Kontrol koordinat dilakukan melalui empat atau dua buah titik ikat

bergantung pada kontrol sempurna atau sebagian saja.

Jarak datar dan sudut poligon setiap titik poligon merupakan variable yang

menentukan untuk memperoleh koordinat definif tersebut. Syarat yang ditetapkan

dan harus dipenuhi terlebih dahulu adalah syarat sudut baru kemudian syarat absis

dan ordinat. Bobot koreksi sudut tidak diperhitungkan atau dilakukan secara sama

rata tanpa memperhatikan faktor –faktor lain, sedangkan bobot koreksi absis dan

ordinat diperhitungkan melalui dua metode, yaitu :

1. Metode Bowditch

Metode ini bobot koreksinya dihitung berdasarkan jarak datar langsung.

2. Metode Transit

Metode ini bobot koreksinya dihitung berdasarkan proyeksi jarak langsung

terhadap sumbu x (untuk absi ) dan terhadap y (untuk ordinat). Semakin besar

jarak datar langsung koreksi bobot absis dan ordinat maka semakin besar,

demikian pula sebaliknya.

Ilmu Ukur Tanah

Anda mungkin juga menyukai