Anda di halaman 1dari 56

Kolom Pendek dengan beban uniaksial

dengan/tanpa eksentrisitas
Kolom
• Merupakan salah satu komponen struktur vertikal yang
secara khusus difungsikan untuk memikul beban aksial
tekan ( dengan atau tanpa adanya momen lentur) dan
memiliki rasio tinggi/panjang terhadap dimensi terkecilnya
sebesar 3 atau lebih.

• Pada suatu struktur bangunan beton bertulang, sangat


jarang dijumpai elemen kolom yang murni memikul beban
aksial saja. Namun dapat saja diasumsikan bahwa beban
aksial bekerja dengan eksentrisitas, e, yang cukup kecil
sekitar 0,1ℎ atau kurang diukur dari pusat kolom
Klasifikasi elemen struktur kolom beton bertulang :

 Berdasarkan Beban yang Bekerja :


Kolom dengan beban aksial, eksentris dan biaxial
• Berdasarkan Panjangnya :
Kolom pendek dan kolom panjang
• Berdasarkan Bentuk Penampang
Bujur sangkar, persegi, lingkaran, L
• Berdasarkan Jenis Tulangan Sengkang
dengan sengkang persegi , sengkang spiral
Jenis kolom
Kolom dengan sengkang ikat ---- umum digunakan

- Memberi tumpuan lateral pada tulangan


longitudinal (mengurangi tekuk)
- Memberi kekangan terhadap inti beton
- Meningkatkan tahanan tulangan longitudinal
terhadap tekuk
- Memberi bentuk pada kolom dan
mempertahankan posisi tulangan-tulangan
longitudinal selama pengecoran
- Sebagai tulangan sengkang penahan geser
Kolom Spiral
Spasi min 25 mm hingga maks 75 mm

Fungsi spiral mirip dengan fungsi


sengkang ikat, namun sebagai
pengekang spiral lebih efektif
(membuat keruntuhan tekan
menjadi lebih daktail)

• Kolom spiral merupakan kolom dengan batang tulangan memanjang


dan dikurung dalam tulangan spiral yang dililit secara rapat dan
kontinyu. Kegunaannya adalah sebagai penahan lateral akibat efek
poisson dan menunda kegagalan beban aksial.
• Kolom spiral juga bisa disebut kolom yang diberi penguat dengan
tulangan spiral secara rapat dan jaraknya berseragam. Sebagian besar
kolom spiral menyediakan pendukung dalam arah melintang dan
mencegah kolom dari laras (barreling).
• Umumnya kolom ini terdiri dari 6 batang tulangan sebagai tulangan
memanjang.
• Kolom dengan sengkang persegi dan sengkang
spiral menunjukkan perilaku yang sedikit
berbeda pada saat keruntuhan.

• Pada kolom dengan sengkang persegi, pada saat


beban ultimit tercapai selimut beton akan pecah
dan mengelupas.

• Peristiwa ini akan segera diikuti dengan


tertekuknya tulangan memanjang ke arah luar
dari penampang kolom, apabila tidak disediakan
tulangan sengkang dalam jarak yang cukup
rapat.

• Gambar menunjukkan keruntuhan pada kolom


dengan sengkang persegi. Bagian beton pada inti
kolom hancur setelah beban ultimit tercapai.

• Keruntuhan ini bersifat getas dan terjadi secara


tiba-tiba, dan lebih sering terjadi pada struktur
yang menerima beban gempa, tanpa detailing
• Perilaku daktail akan ditunjukkan oleh kolom
yang diberi tulangan sengkang spiral.
• Pada saat beban ultimit tercapai, seperti halnya
pada sengkang persegi, maka selimut beton pun
akan terkelupas dan pecah, namun ini beton
akan tetap berdiri.

• Apabila jarak lilitan sengkang dibuat cukup


rapat, maka kolom ini masih akan mampu
memikul beban tambahan yang cukup besar
diatas beban yang menimbulkan pecah pada
selimut beton.

• Tulangan spiral dengan jarak yang cukup rapat,


bersama dengan tulangan memanjang akan
membentuk semacam sangkar yang cukup
efektif membungkus inti beton

• Pecahnya selimut beton pada kolom dengan


sengkang spiral ini dapat menjadi tanda awal
bahwa keruntuhan akan terjadi bila beban terus
ditingkatkan.
Persyaratan Peraturan ACI 318M-14 untuk kolom :
• Pasal 9.5 memberikan batasan untuk faktor reduksi kekuatan,
𝜙, yaitu sebesar 0,65 untuk sengkang persegi dan 𝜙= 0,75 untuk
sengkang spiral.
• Pasal 9.6, mensyaratkan bahwa persentase minimum tulangan
memanjang adalah 1%, dengan nilai maksimum 8% terhadap luas total
penampang kolom
• Pasal 9.7.2.1, menyatakan bahwa minimal harus dipasang empat buah
tulangan memanjang untuk kolom dengan sengkang persegi atau
lingkaran, minimal tiga buah untuk kolom berbentuk segitiga, serta
minimal enam buah untuk kolom dengan spiral.
• Pasal 9.7.2.2, Jarak antar tulangan memanjang tanpa kekangan lateral
maksimal adalah 150 mm, apabila lebih harus diberikan sengkang ikat
(tie), sehingga jarak antar tulangan memanjang yang tak terkekang lateral
tidak lebih dari 150 mm
Persyaratan Peraturan ACI 318M-14 untuk kolom :
 Pasal 9.7.3.2 , sengkang spiral harus memiliki diameter minimum 10 mm
dan jarak bersihnya antara 25mm-75 mm. Untuk penyambungan batang
spiral ulir tanpa lapisan dapat digunakan sambungan lewatan sepanjang
48𝑑𝑏 atau tidak kurang dari 300 mm. Sedangkan untuk batang spiral
polos diambil sepanjang 72𝑑𝑏 atau 300 mm.
 Tulangan sengkang harus memiliki diameter minimum 10 mm untuk
mengikat tulangan memanjang dengan diameter 32 mm atau kurang,
sedangkan untuk tulangan memanjang dengan diameter diatas 32 mm
harus diikat dengan sengkang berdiameter minimum 13 mm
 Jarak vertikal sengkang atau sengkang ikat tidak boleh melebihi 16 kali
diameter tulangan memanjang, 48 kali diameter sengkang/sengkang ikat,
atau dimensi terkecil dari penampang kolom.
Tulangan sengkang spiral
Pasal 25.7.3.3 disyaratkan :
1. Persamaan Desain Kolom dengan Beban Aksial

Kuat nominal untuk kolom yang dibebani oleh beban tekan aksial
adalah :
𝑃𝑜 = 0,85𝑓′𝑐 𝐴𝑔 + 𝐴𝑠𝑡 (𝑓𝑦 − 0,85𝑓′𝑐 )

Karena dalam praktek tidak dijumpai kolom yang sempurna dan


adanya eksentrisitas, maka 𝑃𝑜 harus direduksi, sehingga kuat aksial
desain menjadi :
Contoh 1 :
Tentukan kuat aksial tekan rencana, 𝑃𝑢 dari sebuah
penampang kolom bujur sangkar dengan sisi 300 mm, yang
memiliki tulangan memanjang 4D29 serta sengkang persegi
D10-300 mm. Gunakan 𝑓′𝑐 = 27,5 MPa dan 𝑓𝑦 = 400 MPa
Contoh 2 :
Rencanakan sebuah kolom dengan penampang bujur sangkar
untuk memikul beban aksial tekan sebesar 1.200 kN dan
beban hidup aksial tekan 800 kN. Gunakan 𝑓′𝑐 = 30 MPa dan
𝑓𝑦 = 400 MPa, serta rasio tulangan memanjang, 𝜌𝑔 = 2,5%.
Rencanakan juga tulangan sengkangnya!
2. Kolom dengan Kombinasi Beban Aksial dan Momen
Lentur

• Pada umumnya selain beban aksial tekan, kolom pada saat


yang bersamaan juga memikul momen lentur.
• Ketika sebuah elemen kolom diberi beban aksial, 𝑃, dan
momen lentur, 𝑀, maka biasanya dapat diekuivalenkan
dengan beban 𝑃 yang bekerja pada eksentrisitas, 𝑒 = 𝑀 𝑃
 Apabila 𝑃𝑛 bekerja pada sumbu y dengan eksentrisitas sebesar 𝑒𝑦
(Gambar a), akan menghasilkan momen terhadap sumbu x yang
besarnya adalah 𝑀𝑛𝑥 = 𝑃𝑛 . 𝑒𝑦
 atau 𝑃𝑛 dapat pula bekerja pada sumbu x dengan eksentrisitas 𝑒𝑥
(Gambar b), akan menghasilkan momen 𝑀𝑛𝑦 = 𝑃𝑛 . 𝑒𝑥
 Namun beban 𝑃𝑛 dapat juga bekerja pada suatu titik yang berjarak 𝑒𝑦
terhadap sumbu x dan berjarak 𝑒𝑥 terhadap sumbu y (Gambar c), yang
akan menghasilkan beban kombinasi antara 𝑃𝑛 , 𝑀𝑛𝑥 = 𝑃𝑛 . 𝑒𝑦 dan
𝑀𝑛𝑦 = 𝑃𝑛 . 𝑒𝑥 . Kolom pada kondisi ini dikatakan mengalami lentur dua
arah (biaxial bending).
Asumsi Desain dan Faktor Reduksi Kekuatan
• Regangan pada beton dan baja dianggap proporsional terhadap
jarak ke sumbu netral
• Kesetimbangan gaya dan kompatibilitas regangan harus dipenuhi
• Regangan tekan maksimum beton dibatasi 0,003
• Kekuatan beton di daerah tarik diabaikan
• Tegangan tulangan baja adalah 𝑓𝑠 = 𝜀. 𝐸𝑠 < 𝑓𝑦
• Blok tegangan beton dianggap berbentuk persegi sebesar 0,85𝑓′𝑐
yang terdistribusi merata dari serat tekan terluar hingga setinggi
𝑎=𝛽1 . 𝑐, dengan 𝑐 adalah jarak dari serat tekan terluar ke sumbu
netral penampang.
• Nilai 𝛽1 adalah 0,85, jika 𝑓′𝑐 < 30 MPa. Nilai 𝛽1 akan berkurang
0,05 setiap kenaikan 7 MPa, namun tidak boleh kurang dari 0,65
Faktor Reduksi Kekuatan, 𝜙
Keruntuhan pada penampang kolom
Penampang Kolom dengan Keruntuhan Seimbang
 Kondisi seimbang terjadi pada penampang kolom ketika
beban 𝑃𝑏 bekerja pada penampang akan menghasilkan
regangan sebesar 0,003 pada serat tekan beton, dan pada
saat yang bersamaan tulangan baja mengalami luluh, atau
regangannya mencapai 𝜺𝒚 = 𝒇𝒚 𝑬𝒔

 Apabila beban eksentris yang bekerja lebih besar dari 𝑃𝑏


maka kolom mengalami keruntuhan tekan.

 Sedangkan apabila beban eksentris yang bekerja lebih kecil


dari 𝑷𝒃 , kolom akan mengalami keruntuhan tarik.
Penampang Kolom dengan Keruntuhan Seimbang
Contoh 3 :
Tentukan gaya tekan pada kondisi seimbang, 𝑃𝑏 serta eksentrisitas
dan momen pada kondisi seimbang, 𝑒𝑏 dan 𝑀𝑏 untuk kolom
berikut ! Gunakan 𝑓′𝑐 = 27,5 MPa dan 𝑓𝑦 = 400 MPa.
1. Penampang pada kondisi seimbang, regangan pada beton
𝜀𝑐 = 0,003 dan regangan pada tulangan tarik adalah :
𝑓𝑦 400
𝜀𝑦 = = =0,002
𝐸𝑠 200.000
2. Lokasi sumbu netral :
600 600
𝑐𝑏 = 𝑑 = 485 = 291 𝑚𝑚
600:𝑓𝑦 600:400

𝑎𝑏 = 𝛽1 𝑐𝑏 = 0,85 291 = 247,35 𝑚𝑚


3. Periksa apakah tulangan tekan telah luluh dengan menggunakan
diagram regangan :
𝜀′𝑠 𝑐𝑏 ;𝑑′ 291;65
= = ---------- 𝜀′𝑠 = 0,00233 > 𝜀𝑦
0,003 𝑐𝑏 291
(tulangan tekan sudah leleh)
Atau dapat diperiksa menggunakan persamaan :
𝑐𝑏 − 𝑑′ 291 − 65
𝑓′𝑠 = 600 = 600 = 465,98 MPa > 400 MPa
𝑐𝑏 291
Sehingga 𝑓′𝑠 = 𝑓𝑦 = 400 MPa
4. Hitung gaya yang bekerja pada penampang kolom :
𝐶𝑐 = 0,85𝑓′𝑐 . 𝑎𝑏 . 𝑏 = 0,85 27,5 247,35 350 = 2.023.632,19 𝑁
𝑇 = 𝐴𝑠 𝑓𝑦 = 4 660 400 = 1.056.000 𝑁
𝐶𝑠 = 𝐴′𝑠 𝑓′𝑠 − 0,85𝑓′𝑐 = 4 660 400 − 0,85 27,5 = 994.290 𝑁

5. Hitung 𝑷𝒃 dan 𝒆𝒃
𝑃𝑏 = 𝐶𝑐 + 𝐶𝑠 − 𝑇 = 2.023.632,19 + 994.290 − 1.056.000
= 1.961.922,19 𝑁
𝑎
𝑀𝑏 = 0,85𝑓′𝑐 𝑎𝑏 𝑏 𝑑 − 2 − 𝑑′′ + 𝐴′𝑠 𝑓𝑦 − 0,85𝑓′𝑐 𝑑 − 𝑑 ′ − 𝑑′′ + 𝐴𝑠 𝑓𝑦 𝑑’’
247,35
𝑀𝑏 = 2.023.632,19 485 − − 210 + 994.290 485 − 65 − 210
2
+ 1.056.000 (210)
𝑀𝑏 = 736.787.041,15 𝑁. 𝑚𝑚 sehingga

𝑀𝑏 736.787.041,15
𝑒𝑏 = = = 375,54 𝑚𝑚
𝑃𝑏 1.961.922,19
Untuk kondisi seimbang, 𝜙 = 0,65 sehingga :

𝜙𝑃𝑏 = 1.275.249,42 𝑁 = 1.275,25 𝑘𝑁


𝜙𝑀𝑏 = 478.911.576,75 𝑁. 𝑚𝑚 = 478,91 𝑘𝑁. 𝑚
Penampang kolom dengan beban Eksentris
Keruntuhan Tarik
 Bila penampang kolom diberikan beban tekan eksentris
dengan eksentrisitas yang besar, maka akan terjadi
keruntuhan tarik.

 Kolom akan mengalami keruntuhan akibat luluhnya


tulangan baja dan hancurnya beton pada saat regangan
tulangan baja melampaui 𝜀𝑦 (= 𝑓𝑦 𝐸𝑠 )

 Dalam kasus ini kuat tekan nominal penampang, 𝑃𝑛 , akan


lebih kecil dari 𝑃𝑏 atau eksentrisitas , 𝑒 = 𝑀𝑛 𝑃𝑛 lebih
besar dari eksentrisitas pada kondisi seimbang, 𝑒𝑏
Prosedur Analisis Keruntuhan Tarik
Prosedur Analisis Keruntuhan Tarik
Contoh 4 :
Tentukan kuat tekan nominal, 𝑃𝑛 untuk penampang soal
nomor 3 jika 𝑒 = 500 𝑚𝑚
Penyelesaian :
1. Karena 𝑒 > 𝑒𝑏 (=375,54 mm) maka jenis keruntuhannya yang terjadi
adalah keruntuhan tarik. Regangan pada tulangan tarik akan
melampaui 𝜀𝑦 dan tegangan yang terjadi adalah 𝑓𝑦 . Asumsikan
tulangan tekan sudah luluh, 𝑓′𝑠 = 𝑓𝑦 . Hal ini akan diperiksa kembali
nantinya
2. Dari persamaan keseimbangan :
𝑃𝑛 = 𝐶𝑐 + 𝐶𝑠 − 𝑇
dengan :
𝐶𝑐 = 0,85𝑓′𝑐 𝑎. 𝑏 = 0,85 27,5 𝑎 350 = 8.181,25 𝑎
𝑇 = 𝐴𝑠 𝑓𝑦 = 4 660 400 = 1.056.000 𝑁
𝐶𝑠 = 𝐴′𝑠 𝑓′𝑠 − 0,85𝑓′𝑐 = 4 660 400 − 0,85 27,5 = 994.290 𝑁

𝑃𝑛 = 𝐶𝑐 + 𝐶𝑠 − 𝑇= 8.181,25 𝑎 + 994.290 - 1.056.000


= 8.181,25 𝑎 − 61.710
3. Ambil momen terhadap 𝐴𝑠
1 𝑎
𝑃𝑛 = 𝐶𝑐 𝑑 − − 𝐶𝑠 𝑑 − 𝑑′
𝑒′ 2
Karena penampang dan tulangan simetris, maka pusat berat plastis
terletak pada titik berat penampang, nilai 𝑑′′= 210 mm sehingga;
𝑒 ′ = 𝑒 + 𝑑 ′′ = 500 + 210 = 710 𝑚𝑚

1 𝑎
𝑃𝑛 = 8.181,25𝑎 485 − − 994.290 485 − 65
710 2
𝑃𝑛 = 5.588,6𝑎 − 5,7614𝑎2 + 588.171,55
4. Samakan 𝑃𝑛 dari langkah 2 dan 3
8.181,25 𝑎 − 61.710 = 5.588,6𝑎 − 5,7614𝑎2 + 588.171,55
𝑎2 + 450𝑎 − 112.799 = 0 ----- 𝑎 = 179,26 𝑚𝑚
Sehingga
𝑃𝑛 = 8.181,25 𝑎 − 61.710= 8.181,25 179,26 − 61.710
𝑃𝑛 = 1.404.860,88 N = 1.404,86 kN
𝑀𝑛 = 𝑃𝑛 . 𝑒 = 1.404.860,88 (500) = 702.430.440= 702,43 kN.m
6. Periksa apakah tulangan tekan sudah luluh :
𝑎 179,26 𝑓𝑦 400
𝑐= = = 210,89 mm 𝜀𝑦 = = = 0,002
0,85 0,85 𝐸𝑠 200.000
𝑐 − 𝑑′ 210,89 − 65
𝜀′𝑠 = 0,003 = 0,003 = 0,00207 > 𝜀𝑦
𝑐 210,89
Tulangan tekan sudah luluh, periksa juga regangan pada tulangan tarik :
𝑑−𝑐 485 − 210,89
𝜀𝑠 = 0,003 = 0,003 = 0,0039 > 𝜀𝑦
𝑐 210,89
Apabila tulangan tekan belum luluh maka 𝑓′𝑠 dihitu ng dengan persamaan
𝑓′𝑠 = 𝜀′𝑠 𝐸𝑠 dan ulangi kembali perhitungan

7. Karena nilai 𝜀𝑡 = 0,0039 maka penampang berada dalam daerah


transisi :
250
𝜙 = 0,65 + 𝜀𝑡 − 0,002 = 0,81
3

𝜙𝑃𝑛 = 0,81 1.404,86 = 𝟏. 𝟏𝟑𝟕, 𝟗𝟒 𝒌𝑵


𝜙𝑀𝑛 = 0,81 702,43 = 𝟓𝟔𝟖, 𝟗𝟕 𝒌𝑵. 𝒎
Keruntuhan Tekan
• Bila gaya tekan, 𝑃𝑛 melebihi gaya tekan dalam kondisi
seimbang, 𝑃𝑏 atau eksentrisitas, 𝑒 = 𝑀𝑛 𝑃𝑛 lebih kecil
daripada eksentrisitas pada kondisi seimbang, 𝑒𝑏 maka
penampang kolom akan mengalami keruntuhan tekan.

• Pada kasus ini regangan pada beton akan mencapai 0,003


sedangkan regangan pada baja tulangan akan kurang dari
𝜀𝑦 . Sebagian besar penampang beton akan berada dalam
keadaan tekan.

• Sumbu netral akan bergerak keatas mendekati tulangan


tarik, menambah luas daerah tekan beton sehingga jarak
sumbu netral; dari serat tekan beton akan melebihi
jaraknya pada kondisi seimbang (𝑐 > 𝑐𝑏 )
Prosedur Analisis Keruntuhan Tekan
Prosedur Analisis Keruntuhan Tekan
Contoh 5
Tentukan kuat tekan nominal, Pn, untuk penampang pada 3
jika e = 250 mm
Penyelesaian :
1. Karena 𝑒 < 𝑒𝑏 (=375,54 mm) maka jenis keruntuhannya yang terjadi
adalah keruntuhan tekan. Nilai 𝑐𝑏 dari perhitungan contoh 3 adalah
𝑐𝑏 =291 mm
2. Dari persamaan keseimbangan :
𝑃𝑛 = 𝐶𝑐 + 𝐶𝑠 − 𝑇
dengan :

𝐶𝑐 = 0,85𝑓′𝑐 𝑎. 𝑏 = 0,85 27,5 𝑎 350 = 8.181,25 𝑎


𝑇 = 𝐴𝑠 𝑓𝑦 = 4 660 (𝑓𝑠 )= 2.640 𝑓𝑠 (𝑓𝑠 < 𝑓𝑦 )
𝐶𝑠 = 𝐴′𝑠 𝑓′𝑠 − 0,85𝑓′𝑐 = 4 660 400 − 0,85 27,5 = 994.290 𝑁
(asumsikan tulangan tekan luluh)

𝑃𝑛 = 𝐶𝑐 + 𝐶𝑠 − 𝑇= 8.181,25 𝑎 + 994.290 - 2.640 𝑓𝑠 ---------(i)


3. Ambil jumlahan momen terhadap 𝐴𝑠
1 𝑎
𝑃𝑛 = 𝐶 𝑑− − 𝐶𝑠 𝑑 − 𝑑′
𝑒′ 𝑐 2
Karena penampang dan tulangan simetris, maka pusat berat plastis
terletak pada titik berat penampang, nilai 𝑑′′= 210 mm sehingga;
𝑒 ′ = 𝑒 + 𝑑 ′′ = 250 + 210 = 460 𝑚𝑚

1 𝑎
𝑃𝑛 = 8.181,25𝑎 485 − − 994.290 485 − 65
460 2
𝑃𝑛 = 8.625,88𝑎 − 8,8926𝑎2 + 907.830
4. Misal diasumsikan c= 338 mm, yang lebih besar daripada
𝑐𝑏 (=291 mm) maka 𝑎 = 0,85 338 = 287,3 𝑚𝑚
Sehingga
𝑃𝑛1 = 8.625,88(287,3) − 8,8926(287,3)2 +907.830
𝑃𝑛1 = 2.652.038,65 N = 2.652,04 kN
5. Hitung 𝑓𝑠 dari diagram regangan, dengan 𝑐 = 338 𝑚𝑚
485 − 338
𝑓𝑠 = 600 = 260,95 𝑀𝑃𝑎
338
𝜀𝑠 = 𝜀𝑡 = 𝑓𝑠 𝐸𝑠 = 0,0013
6. Substitusi 𝑎 = 287,3 mm dan 𝑓𝑠 =260,95 MPa ke persamaan (𝑖)
𝑃𝑛2 = 8.181,25 (287,3) + 994.290 - 2.640 260,95
= 2.655.855,13 N
Nilai ini cukup dekat 𝑃𝑛1 hanya selisih 0,14%. Pilih 𝑃𝑛 = 𝑃𝑛1 = 2.652 𝑘𝑁
𝑀𝑛 = 𝑃𝑛 . 𝑒 = 2.652 (250) = 663.000 kN.mm= 663 kN.m
7. Periksa apakah tulangan tekan benar sudah luluh, dengan
menggunakan diagram regangan
𝑐;𝑑′ 338;65
𝜀′𝑠 = 0,003 = 0,003 = 0,0024 > 𝜀𝑦 =0,002
𝑐 338
8. Tentukan nilai 𝜙, karena nilai 𝜀𝑡 = 0,0013 < 0,002 maka nilai 𝜙=0,65

𝜙𝑃𝑛 = 0,65 2.652 = 𝟏. 𝟕𝟐, 𝟖 𝒌𝑵


𝜙𝑀𝑛 = 0,65 663 = 𝟒𝟑𝟎, 𝟗𝟓 𝒌𝑵. 𝒎
Selain cara diatas, untuk menentukan kuat nominal tekan
untuk penampang kolom yang mengalami keruntuhan
tekan dapat menggunakan Persamaan Whitney sbb:

𝑏ℎ𝑓′𝑐 𝐴′𝑠 𝑓𝑦
𝑃𝑛 = + 𝑒
3ℎ𝑒
2 + 1,18 (𝑑 − 𝑑′ ) + 0,5
𝑑

Whitney memberikan rumus pendekatan guna


menentukan nilai 𝑃𝑛 untuk penampang kolom lingkaran
yang mengalami kondisi keruntuhan tekan :

𝐴𝑔 𝑓′𝑐 𝐴𝑠𝑡 𝑓𝑦
𝑃𝑛 = +
9,6ℎ𝑒 3𝑒
2 + 1,18 +1
0,8ℎ + 0,67𝐷𝑠 𝐷𝑠
Dengan :
𝐴𝑔 adalah luas penampang kolom lingkaran
ℎ adalah diameter penampang
𝐷𝑠 adalah diameter susunan tulangan memanjang yang diukur hingga
pusat lingkaran
𝐴𝑠𝑡 adalah luas total tulangan memanjang
𝑒 adalah eksterisitas terhadap pusat berat plastis

Bila contoh diatas dikerjakan dengan dengan Persamaan Whitney maka akan
diperoleh hasil :

𝑏𝑕𝑓′𝑐 𝐴′𝑠 𝑓𝑦 350𝑥550𝑥27,5 2.640𝑥400


𝑃𝑛 = 3ℎ𝑒 + 𝑒 = 3𝑥550𝑥250 + 259
:1,18 :0,5 :1,18 :0,5
𝑑2 (𝑑−𝑑′ ) 4852 420

𝑃𝑛 = 2.768.672,68 N = 2.768,67 kN

Nilai ini lebih tinggi dari nilai Pn yang diperoleh dari prinsip metode
keseimbangan
DIAGRAM INTERAKSI P-M
 Kapasitas suatu penampang kolom beton bertulang untuk
menahan kombinasi gaya aksial dan momen lentur dapat
dinyatakan dalam bentuk diagram interaksi P-M kolom

 Setiap titik dalam kurva tersebut menunjukkan kombinasi


kekuatan gaya nominal 𝑃𝑛 (atau 𝜙𝑃𝑛 ) dan momen nominal 𝑀𝑛
(atau 𝜙𝑀𝑛 ) yang sesuai dengan lokasi sumbu netralnya.

 Diagram interaksi ini dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu


daerah yang ditentukan oleh keruntuhan tarik dan daerah yang
ditentukan oleh keruntuhan tekan, dengan pembatasnya adalah
titik seimbang (balanced)
Diagram interaksi dapat dibuat dengan membuat kurva yang
memberikan hubungan antara 𝑃𝑛 dan 𝑀𝑛 untuk berbagai nilai
eksentrisitas, mulai dari 𝑒 = 0 (aksial murni, 𝑀𝑛 = 0) hingga
𝑒 = ∞ (lentur murni, 𝑃𝑛 = 0)
Dari contoh 3, 4, 5 telah diperoleh hasil :

Contoh e(mm) Pn (kN) Mn (kNm)


3 375,54 1.961,92 736,79
4 500 1.404,86 702,43
5 250 2.652,03 663,01
Untuk 𝑒 = 0 atau kasus aksial murni, maka nilai 𝑃𝑛 untuk kolom dengan
sengkang persegi adalah :
𝑃𝑛 = 0,8𝑃0 = 0,8[0,85𝑓′𝑐 𝐴𝑔 + 𝐴𝑠𝑡 𝑓𝑦 − 0,85𝑓′𝑐 ]
= 0,80[0,85(27,5)(350)(550)+8(660)(400-0,85(27,5)]
= 0,80(6.488.268)=5.190.614 N = 5.190,6 kN
Sedangkan untuk 𝑒 = ∞ atau kasus lentur murni (𝑃𝑛 = 0), lakukan analisis
untuk menentukan 𝑀𝑛 seperti halnya penampang balok dengan
mengabaikan tulangan tekan.
𝐴𝑠 𝑓𝑦 4𝑥660𝑥400
𝑎= = = 129,08 𝑚𝑚
0,85𝑓′𝑐 𝑏 0,85𝑥27,5𝑥350
𝑎 129,08
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 𝑓𝑦 𝑑 − = 4(660)(400)(485 − )= 444.005.760 kN.m
2 2
Dengan menambahkan beberapa nilai eksentrisitas lainnya,
maka nilai 𝑒, 𝑃𝑛 , 𝑀𝑛 dapat ditampilkan sbb :
PR

Anda mungkin juga menyukai