menggunakan
komputer
dengan
membandingkan
antara
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
1.2 Perumusan masalah
Perumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas besar ini antara lain:
a. Bagaimana membuat diagram interaksi dari suatu kolom dengan
bentuk penampang segiempat ?
b. Bagaimana perbandingan diagram
interksi
kolom
penampang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Prinsip dasar kolom
2
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural
yang memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi
atas ke elevasi lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi.
Karena kolom merupakan komponen tekan, maka keruntuhan pada satu
kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan collapse (runtuhnya)
lantai yang bersangkutan dan juga runtuh batas total (ultimate total collapse)
beserta seluruh strukturnya.
Keruntuhan kolom struktural merupakan hal yang sangat berarti
ditinjau dari segi ekonomis maupun segi manusiawi. Oleh karena itu, dalam
merencanakan kolom perlu lebih waspada yaitu dengan memberikan
kekuatan cadangan yang lebih tinggi daripada yang dilakukan pada balok dan
elemen struktural horisontal lainnya, terlebih lagi karena keruntuhan tekan
tidak memberikan peringatan awal yang cukup jelas.
Keserasian tegangan dan regangan yang digunakan dalam analisis
atau desain seperti pada balok juga dapat diterapkan pada kolom. Akan tetapi,
disini ada suatu faktor baru (selain momen lentur) yang ikut masuk dalam
perhitungan, yaitu adanya gaya tekan. Karena itu, perlu ada penyesuaian
dalam menyusun persamaan-persamaan keseimbangan penampang dengan
meninjau kombinasi gaya tekan dan momen lentur.
Banyaknya penulangan dalam hal balok telah dikontrol agar balok
dapat berperilaku daktail. Dalam hal kolom, beban aksial biasanya dominan
sehingga keruntuhan yang berupa keruntuhan tekan sulit dihindari.
Apabila beban pada kolom bertambah, maka retak akan banyak terjadi
di seluruh tinggi kolom pada lokasi-lokasi tulangan sengkang. Dalam keadaan
batas keruntuhan (limit state of failure), selimut beton di luar sengkang (pada
kolom bersengkang) atau di luar spiral (pada kolom berspiral) akan lepas
sehingga tulangan memanjangnya akan mulai kelihatan. Apabila bebannya
terus ditambah, maka terjadi keruntuhan dan tekuk lokal (local buckling)
tulangan memanjang. Dapat dikatakan bahwa dalam keadaan batas
keruntuhan, selimut beton lepas dahulu sebelum lekatan baja-beton hilang.
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Seperti halnya balok, kekuatan kolom dievaluasi berdasarkan prinsipprinsip dasar sebagai berikut :
a. Distribusi regangannya linier di seluruh tebal kolom.
b. Tidak ada gelincir antara beton dengan tulangan baja (ini berarti
regangan pada baja sama dengan regangan pada beton yang
mengelilinginya).
c. Regangan beton maksimum yang diizinkan pada keadaan gagal (untuk
perhitungan kekuatan) adalah 0,003.
d. Kekuatan tarik beton diabaikan dan tidak digunakan
2.2 Beban Aksial dan Lentur Pada Kolom
Kolom akan melentur akibat momen, dan momen tersebut akan
cenderung menimbulkan tekanan pada satu sisi kolom dan tarikan pada sisi
lainnya. Tergantung pada besar relatif momen dan beban aksial, banyak cara
yang dapat menyebabkan runtuhnya kolom. Gambar 2.1 memperlihatkan
kolom yang memikul beban Pn. Dalam beberapa bagian dari gambar, beban
ditempatkan pada eksentrisitas yang semakin besar (sehingga menghasilkan
momen yang semakin besar) sampai akhirnya seperti pada gambar 2.1 f
diperlihatkan kolom menerima momen lentur yang besar sehingga pengaruh
beban aksial diabaikan. Setiap kasus dari keenam kasus tersebut dibahas
singkat sebagai berikut :
a) Beban aksial besar dan momen diabaikan. Untuk kondisi ini, keruntuhan
akan terjadi oleh hancurnya beton, dengan semua tulangan dalam kolom
mencapai tegangan leleh dalam tekan.
b) Beban aksial besar dan momen kecil sehingga seluruh penampang
tertekan. Jika suatu kolom menerima momen lentur kecil (yaitu jika
eksentrisitas kecil), seluruh kolom akan tertekantetapi tekanan di satu sisi
akan lebih besar dari sisi lainnya. Tegangan tekan maksimum dalam
kolom akan sebesar 0,85c dan keruntuhan akan terjadi oleh runtuhnya
beton dan semua tulangan tertekan.
c) Eksentrisitas lebih besar dari kasus (b) sehingga tarik mulai terjadi pada
satu sisi kolom. Jika eksentrisitas ditingkatkan dari kasus sebelumnya,
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
gaya tarik akan mulai terjadi pada satu sisi kolom dan baja tulangan pada
sisi tersebut akan menerima gaya tarik yang lebih kecil dari tegangan
leleh. Pada sisi yang lain tulangan mendapat gaya tekan.
d) Kondisi beban berimbang. Saat eksentrisitas terus ditambah, akan dicapai
suatu kondisi dimana tulangan pada sisi tarik mencapai leleh dan pada
saat yang bersamaan, beton pada sisi lainnya mencapai tekan maksimum
0,85c. Kondisi ini disebut kondisi pada beban berimbang.
e) Momen besar, beban aksial relatif kecil. Jika eksentrisitas terus ditambah,
keruntuhan terjadi akibat tulangan meleleh sebelum hancurnya beton.
f) Momen lentur besar. Pada kondisi ini, keruntuhan terjadi seperti halnya
pada sebuah balok.
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
tipikal dengan diagram distribusi regangan, tegangan dan gaya padanya.
Persamaan keseimbangan gaya dan momen dari Gambar 2.2 untuk kolom
pendek dapatdinyatakan sebagai gaya tahan aksial nominal dalam keadaan
runtuh :
Pn=C c + Cs T s 2.1
M n=Pn e=C c y
Karena :
a
+C s ( y d ' ) +T s (d y )2.2
2
C c =0,85 f ' c ba
C s= A ' s f ' s
T s= A s f s
Persamaan (2.1) dan (2.2) dapat pula ditulis sebagai:
Pn=0,85 f ' c ba+ A ' s f ' s A s f s 2.3
a
+ A ' s f ' s ( y d ' ) + A s f s (d y ) 2.4
2
Untuk eksentrisitas kecil, kuat aksial beban diambil 80% dan 85% masingmasing untuk sengkang dan spiral. Rumusnya menjadi :
Untuk kolom berspiral
Pnmaks =0,85 [ 0,85 f ' c ( A g A st ) + Ast f y ] 2.5
Untuk kolom bersengkang
Pnmaks =0,80 [ 0,85 f ' c ( A g A st ) + A st f y ] 2.6
0,003(cd ' )
f ' s=E s ' s =Es
f y 2.7
c
'
0,003 (cd )
f ' s=E s s =Es
f y 2.8
c
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Regangan :
s=0,003
Tegangan:
dc
f =Es s f y C c =0,85 f ' c ba
c s
' s=0,003
cd '
f s =Es ' s f y C s= A ' s f ' s
c
T s= A s f s
Keterangan :
c = Jarak sumbu netral
y = Jarak pusat plastis
e = eksentrisitas beban ke pusat plastis
e= eksentrisitas beban ke tulangan tarik
d= selimut efektif tulangan
Gaya dalam :
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Gambar 2.2 Tegangan dan Gaya-gaya pada Kolom
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Dalam praktek biasanya digunakan penulangan yang simetris, yaitu
As = As, dengan maksud mencegah kekeliruan dalam penempatan
tulangan tarik dan tulangan tekan. Penulangan yang simetris juga
diperlukan apabila ada kemungkinan tegangan berbalik tanda, misalnya
karena arah angin atau gempa yang berbalik.
2.4.2 Keruntuhan balanced pada penampang kolom segi empat
Jika eksentrisitas semakin kecil, maka akan ada suatu transisi dari
keruntuhan tarik utama ke keruntuhan tekan utama. Kondisi keruntuhan
balanced tercapai apabila tulangan tarik mengalami regangan lelehnya
Ey dan pada saat itu pula beton mengalami regangan batasnya (0,003)
dan mulai hancur.
Dari segitiga yang sebangun dapat diperoleh persamaan tinggi
sumbu netral pada kondisi balanced cb yaitu
Cb
=
d
0,003
2.9
fy
0,003+
Es
600
2.10
600+ f y
ab = 1 C b= 1 d
600
2.11
600+f y
a
+ A' s f ' s ( y d ' )
2
ab
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
+ A s f s (d y ) 2.13
dimana
f ' s=0,003 E s
dan
c bd'
f y 2.14
cb
tingkat
daktilitas
dan
keandalan
yang
10
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
1. Kondisi Pure compression
a. Elemen struktur dengan tulangan spiral sesuai dengan pasal
12.3.2.2 = 0,70
b. Elemen struktur lainnya = 0,65
2. Kondisi Pure Tension
Pada kondisi ini nilai faktor reduksi yang digunakan adalah = 0,8. Nilai
faktor reduksi tersebut sama baik untuk elemen struktur dengan tulangan
spiral atau elemen struktur lainnya.
3. Kondisi General case
Pada kondisi ini nilai faktor reduksi yang digunakan berdasarkan nilai
regangan tulangan yang terjadi pada layer pertama penampang kolom.
Terdapat tiga batas kondisi yang terjadi antara lain :
1. st1 < y = 0,65
2. y <st1 < 0,005 = 0,65 + (st1 - y ) x 50 0,8
3. st1 < 0,005 = 0,8
2.6 Diagram Interaksi kolom Beton Bertulang
Hampir semua elemen struktur tekan pada struktur beton diperlakukan
untuk menerima momen sebagai tambahan terhadap beban aksial. Hal ini bisa
diakibatkan oleh beban yang tidak terletak pada tengah kolom seperti pada
gambar 2.5 (b) atau juga sebagai hasil penahan daripada keadaan tidak
seimbang momen pada ujung balok yang didukung oleh kolom.
11
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
interaksi
untuk
kolom
umumnya
dihitung
dengan
12
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Proses perhitungan ditunjukkan pada gambar 2.4 untuk satu regangan
tertentu. Potongan penampang digambarkan pada gambar 2.4 (a) dan satu
regangan distribusi diasumsikan seperti pada gambar 2.4 (b). Maksimum
regangan tekan beton diatur sebesar 0,003, bersesuaian dengan kegagalan
kolom. Lokasi garis netral dan regangan pada tiap tulangan dihitung dari
distribusi regangan. Hasilnya kemudian digunakan untuk menghitung
besarnya balok tekanan dan besarnya gaya yang bekerja pada tiap tulangan,
seperti pada gambar 2.4 (c). Gaya pada beton dan tulangan yang ditunjukkan
pada gambar 2.4 (d) dihitung dengan mengalikan gaya dengan luas dimana
gaya tersebut bekerja. Akhirnya, gaya aksial Pn dihitung dengan
menjumlahkan gaya gaya individual pada beton dan tulangan, dan momen
Mn dihitung dengan menjumlahkan gaya-gaya ini terhadap titik pusat
daripada potongan penampang. Nilai Pn dan Mn ini menggambarkan satu
titik di diagram interaksi.
Gambar 2.5 menggambarkan beberapa seri dari distribusi regangan dan
menghasilkan titik titik pada diagram interaksi. Distribusi regangan A dan
titik A menunjukkan keadaan murni aksial tekan. Titik B menunjukkan
hancurnya satu muka kolom dan gaya tarik sebesar nol pada muka lainnya.
Bila kuat tarik beton diabaikan pada proses perhitungan, hal ini menunjukkan
terjadinya retak pada bagian bawah muka penampang.
13
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
leleh daripada tulangan, pada tulangan tarik. Hal ini menunjukkan keruntuhan
balanced dengan terciptanya kehancuran pada beton dan melelehnya tulangan
tarik yang terjadi secara bersamaan. Titik C merupakan titik terjauh pada
diagram interaksi yang menunjukkan perubahan dari kegagalan tekan untuk
beban yang lebih tinggi dan kegagalan tarik untuk beban yang lebih kecil.
14
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
BAB III
METODOLOGI PERHITUNGAN DIAGRAM INTERAKSI
Diagram interaksi adalah diagram yang menunjukan hubungan Pn (aksial
nominal) dan Mn (lentur nominal) penampang kolom. Adapun langkah-langkah
perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Masukkan data kolom
a. Material
Kuat tekan beton fc (MPa)
Kuat leleh baja fy (MPa)
Regangan beton c
Regangan leleh baja y
Modulus Elastis Baja E (Mpa)
b. Penampang
Selimut Beton
Lebar penampang B
Tinggi Penampang H
Luas Penampang kolom total Ag (termasuk luas penampang
tulangan)
c. Tulangan
Tulangan longitudinal
o Jumlah Tulangan
o Diameter Tulangan D
o Luas Tulangan Ast
Tulangan sengkang
o penentuan diameter tulangan sengkang berdasarkan SNI
Pasal 9.10.5.1
d. Layer
15
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
P0=0,85 f ' c ( A g A st ) + f y A st
Pn = r Po
Pn = 0,65 * Pn
Dimana Ag adalah luas bruto penampang kolom dan Ast adalah luas total
tulangan baja pada kolom.
3. Hitung aksial Pnb dan lentur Mnb dalam keruntuhan seimbang
2.1 Hitung garis netral Cb
c=
0,003
d
( 0,003Z
. )
st
( cdc ) 0,003
1
16
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
untuk
sti y
f sti= sti y
untuk
sti y
f sti >0
f sti 0
untuk
f ' c 30
=0,850,005
5
Pn=C c + F st
i=1
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
5. y <st1 < 0,005 = 0,65 + (st1 - y ) x 50 0,8
6. st1 < 0,005 = 0,8
2.6 Menghitung kapasitas momen Mn
Untuk penampang simetris
M n=C c
h a
h
+ F sti di
2 2 i=1
2
a
+ F ( y d i )
2 i=1 sti
( )
M n=C c y
Dimana
tekan.
Sama halnya dengan kapasitas aksial nominal, kapasitas momen juga
harus dikalikan dengan faktor reduksi yang nilainya ditentukan
berdasarkan nilai regangan tulangan yaitu antar lain:
1. st1 < y = 0,65
2. y <st1 < 0,005 = 0,65 + (st1 - y ) x 50 0,8
3. st1 < 0,005 = 0,8
4. Hitung kapasitas aksial P pada saat tarik murni
Dengan aumsi beton telah hancur semua dan kekuatan kolom hanya
bergantung pada tarik murni baja tulangan, maka kuat murni baja tulangan
dihitung dengan persamaan :
n
Pnt = f y A st
i=1
Pnt = 0,8 * Pn
Dimana Ast adalah luas total tulangan baja pada kolom.
18
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
BAB IV
STUDI KASUS
4.1 Data Penampang
Diketahui suatu penampang kolom sebagai berikut :
19
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Material
fc'
= 35
Mpa
fy
= 400
Mpa
E
= 200000
Mpa
c
= 0,003
st = y
= 0,002
Penampang
Selimut beton
= 40
mm
lebar
= 600
mm
tinggi
= 800
mm
Ag
= 480000
mm
Tulangan
Tulangan Longitudinal
Jumlah tulangan
= 56
D
= 20
mm
Ast
= 314
mm
Ast total
= 17584
mm
Tulangan sengkang
SNI Pasal 9.10.5.1 untuk tulangan longitudinal < D-32
D
= 10
mm
Layer
Layer
d1
d2
d3
d4
d5
d6
d7
d8
4.2
Jarak
(mm)
740,5
643,2
545,9
448,6
351,4
254,1
157,8
59,5
t
8
2
2
2
2
2
2
8
Ast
(mm)
2268,2
567,1
567,1
567,1
567,1
567,1
567,1
2268,2
=
=
=
=
Pn
r Po
20
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
4.3
=
=
0,80 * 1755,285
1404,228 ton
Pn =
=
=
0,65 * Pn
0,65 * 1404,228
912,748
ton
Mn =
Mn
=
0
=
0
ton.m
0,65* Mn
ton.m
=
=
=
=
- Ast * fy
- 7938,805 * 400
-3175521,854 N
-323,703 ton
Pn =
=
=
0,8 * Tn
0,8 * -323,703
-258,962 ton
Mn =
Mn =
=
0 ton.m
0,80 * Mn
0 ton.m
4.4
4.4.1
Z =-3
a. Menghitung garis netral
c =
=
c =
(0,003/(0,003-(0,002*z)))*d1
(0,003/(0,003 ( 0,002 * -3 ))) * 740,5
246,83 mm
=
=
=
-0,006
-0,00482
-0,00364
21
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
st4
st5
st6
st7
st8
=
=
=
=
=
-0,00245
-0,00127
-0,00009
0,00109
0,00228
=
=
=
=
=
=
=
=
-400
-400
-400
-400
-254,08
-17,594
218,887
400
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
-907291,958
-226822,99
-226822,99
-226822,99
-144075,372
-9976,973
107251,466
839812,119
N
N
N
N
N
N
N
N
Fsti =
-79479,688
22
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
=
=
0,85 - 0,05*(fc'-30)/5
0,8
197,47
mm
=
=
=
(0,85 * fc' )* a * b
(0,85 * 35 )* 197,47 * 600
3524780
N
f. Menghitung Pn
Pn
Pn
=
=
=
Cc + Fsti
3524780 + (-794749,688)
278,291 ton
Fs1 *(h/2-d1)
Fs2 *(h/2-d2)
Fs3 *(h/2-d3)
Fs4 *(h/2-d4)
Fs5 *(h/2-d5)
Fs6 *(h/2-d6)
Fs7 *(h/2-d7)
Fs8 *(h/2-d8)
=
=
=
=
=
=
=
=
308932911,8
55166591,4
33099954,84
11033318,28
-7008237,761
-1455925,476
26085088,65
285956026,5
711809728,3
Mn
=
1773708449,59 N.mm
=
180,806 Ton.m
Jika st1< y = 0,65
Jika y < st1< 0,005 = 0,65 + ( st1 - y )*50 0,8
23
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Jika st1 > 0,005 = 0,8
Karena st1>0,005 = 0,8
Sehingga :
Mn =
0,8 * Mn
=
0,8 * 180,806
=
144,645 ton.m
4.4.2
=1
=
=
=
(0,003/(0,003-(0,002*z)))*d1
(0,003/(0,003-(0,002 * 1))) * 740,5
2221,5 mm
=
=
=
=
=
=
=
=
0,002
0,00213
0,00226
0,00239
0,00253
0,00266
0,00279
0,00292
=
=
=
=
=
=
=
=
400
400
400
400
400
400
400
400
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
24
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Jika fsti > 0 Fsti = (fsti - 0,85 fc')*Asti
Jika fsti 0 Fsti = fsti *Asti
sehingga :
Fst1 =
Fst2 =
Fst3 =
Fst4 =
Fst5 =
Fst6 =
Fst7 =
Fst8 =
839812,119
209953,0297
209953,0297
209953,0297
209953,0297
209953,0297
209953,0297
839812,119
N
N
N
N
N
N
N
N
Total =
2939342,416
=
=
0,85 - 0,05*(fc'-30)/5
0,8
1777,2 mm
=
=
=
(0,85 * fc' )* a * b
(0,85 * 35 )* 1777,2 * 600
14280000 N
f. Menghitung Pn
Pn
=
=
=
Cc + Fsti
14280000 + (2939342,416)
1755,285 ton
0,8 * Pn
25
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
=
=
0,8 * 1755,285
912,75 ton
g. Menghitung Mn
Mn = Cc * ( h/2 - a/2 ) + Fsti * ( h/2 - di )
Fs1 *(h/2-d1)
Fs2 *(h/2-d2)
Fs3 *(h/2-d3)
Fs4 *(h/2-d4)
Fs5 *(h/2-d5)
Fs6 *(h/2-d6)
Fs7 *(h/2-d7)
Fs8 *(h/2-d8)
=
=
=
=
=
=
=
=
=
-285956026,5
-51063576,16
-30638145,7
-10212715,23
10212715,23
30638145,7
51063576,16
285956026,5
Mn
=
0 N.mm
=
0 Ton.m
Jika st1< y = 0,65
Jika y < st1< 0,005 = 0,65 + ( st1 - y )*50 0,8
Jika st1 > 0,005 = 0,8
Karena st1< y = 0,65
Sehingga :
Mn =
0,65 * Mn
=
0,65 * 0
=
0 ton.m
Dalam pembuatan diagram interaksi pada studi tugas besar ini mengambil
nilai Z sebanyak seratus titik dengan -3 Z 1 sehingga interval nilai Z = 0,04.
Namun pada bab ini nilai Z yang diuraikan hanya sebanyak dua titik yaitu Z = -3
dan Z = 1. Untuk nilai Z yang lain dapat dilihat pada lampiran.
4.5 Diagram interaksi kolom terhadap momen arah sumbu x
4.5.1 Diagram interaksi kolom dengan menggunakan aplikasi microsoft excel
Berdasarkan hasil analisa perhitungan dari tiga kondisi yaitu
kondisi pure compression, pure tension dan general case diperoleh titiktitik koordinat hubungan Pn dan Mn.Titik-titik tersebut kemudian di
plotkan kedalam diagram cartesius sehingga membentuk diagram interaksi
kolom sebagai berikut :
26
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
4.5.1
Gambar 4.2 Diagram interaksi kolom dengan menggunakan aplikasi PCA Column
27
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Dalam pembuatan diagram interaksi kolom, diagram interaksi yang
dihasilkan dengan Microsoft excel sedikit berbeda hasilnya jika
menggunakan program PCA Col. Hal ini karena terdapat perbedaan
pembulatan angka di belakang koma dan dalam program PCA Col untuk
menentukan beberapa nilai dilakukan dengan cara pendekatan, terutama
dalam pemilihan diameter tulangan.
Dalam proses pembuatannya jika menggunakan Microsoft excel
membutuhkan waktu yang lama karena harus menggunakan rumus-rumus,
sedangkan jika menggunakan program PCA Col membutuhkan waktu
yang singkat, karena dalam program PCA Col terdapat parameterparameter yang dimasukkan nilainya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dalam membuat diagram
interaksi maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Membuat diagram interaksi P-M dengan bentuk penampang segi
empat akibat kombinasi momen lentur dan gaya aksial dapat dilakukan
dengan terlebih dahulu memnentukan titik-titk kooordinat hubungan
Pn dan Mn dalam tiga kondisi yaitu kondisi pure compression, general
case minimal 100 titik, dan pure tension.
2. Diagram interaksi yang dihasilkan dengan microsoft excel sedikit
berbeda dengan diagram interkasi yang dihasilkan dengan PCA
Column. Perbedaan ini disebabkan karena penggunaan satuan dan
pembulatan angka di belakang koma, serta terdapat beberapa nilai
yang dimasukan berdasarkan hasil pendekatan.
3. Dalam proses pembuatan diagram interkasi dengan microsoft excel
membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan menggunakan
28
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
aplikasi PCA Column. Hal ini disekabkan karena aplikasi PCA
Column memang didesain khusus untuk kolom dimana didalamnya
sudah tersedia menu-menu yang dibutuhkan untuk mendesain diagram
interaksi kolom sehingga pengguna hanya memasukkan data yang
dibutuhkan dan langsung mengrun sehingga hasilnya dapat langsung
di lihat. Berbeda dengan aplikasi microsoft excel dimana pengguna
harus memasukkan data dan menganalisa data tersebut satu per satu.
5.2 Saran
Setelah mendesain diagram interaksi kolom dengan menggunakan aplikasi
microsoft excel dan aplikasi PCA Column maka penulis memberikan beberapa
saran antara lain :
1. Pada bab studi kasus sebaiknya proses pembuatan diagram interaksi yang
ditampilkan tidak hanya proses dari aplikasi microsoft excel, tetapi
aplikasi PCA Column juga sebaiknya ditampilkan guna sebagai salah satu
literatur bagi mahasiswa.
2. Perlu dilakukan perluasan lagi terhadap batasan masalah seperti misalnya
bentuk penampang yang dianalisa bukan hanya segiempat, jumlah aplikasi
yang digunakan untuk perbandingan diagram interkasi yang dihasilkan
guna menambah pengetahuan mahasiswa.
29
TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
30