Anda di halaman 1dari 30

TUGAS BESAR

STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural
yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan elemen utama karena
berfungsi meneruskan beban- beban dari balok atau lantai (dari elevasi atas)
ke kolom dibawahnya hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi.
Meskipun balok atau pelat diatasnya dibuat sangat kaku, bila kolom tidak kuat
menahan beban maka akan terjadi keruntuhan struktur secara keseluruhan,
yang tentunya akan sangat membahayakan dan merugikan. Oleh karena itu,
perencanaan kolom perlu mendapat perhatian yang seksama.
Pada kondisi lapangan umumnya kolom tidak hanya bertugas menahan
beban aksial vertikal, definisi kolom diperluas dengan mencakup juga tugas
menahan kombinasi beban aksial dan momen lentur. Atau dengan kata lain,
kolom harus diperhitungkan untuk menyangga beban aksial tekan dengan
eksentrisitas tertentu.
Tidak seperti pada balok, perhitungan jumlah tulangan untuk kolom
agak sukar dilakukan karena beban aksial tekan lebih dominan sehingga
keruntuhan tekan sulit dihindari. Sehingga dalam analisis suatu kolom, perlu
ditinjau pula momen dan gaya tekan aksial yang bekerja pada kolom.
Kapasitas penampang kolom beton bertulang dapat dinyatakan dalam
bentuk diagram interaksi P-M yang menunjukan hubungan beban aksial dan
momen lentur pada kondisi batas. Setiap titik kurva menunjukan kombinasi P
dan M sebagai kapasitas penampang terhadap suatu garis netral tertentu.
Untuk melakukan perhitungan titik-titik tersebut, perlu dilakukan
dengan metode trial-error sehingga dalam tugas besar ini, perhitungan
dilakukan

menggunakan

komputer

dengan

membandingkan

antara

penggunaan microsoft office excel dengan aplikasi rekayasa konstruksi seperti


PCA Column.

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
1.2 Perumusan masalah
Perumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas besar ini antara lain:
a. Bagaimana membuat diagram interaksi dari suatu kolom dengan
bentuk penampang segiempat ?
b. Bagaimana perbandingan diagram

interksi

kolom

penampang

segiempat yang dihasilkan antara microsoft office excel dengan


aplikasi rekayasa konstruksi seperti PCA Column?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan Tugas Besar ini antara lain:
a. Membuat diagram interaksi P-M dari suatu kolom dengan bentuk
penampang segi empat akibat kombinasi momen lentur dan gaya aksial
b. Membandingkan diagram interksi kolom penampang segiempat yang
dihasilkan antara microsoft office excel dengan aplikasi rekayasa
konstruksi seperti PCA Column.
1.4 Batasan masalah
Ruang lingkup permasalahan dan pembahasn pada Tugas Besar ini
dibatasi oleh beberapa hal antara lain :
a. Studi tugas besar ini hanya meninjau elemen struktur beton bertulang
yang mengalami kombinasi momen lentur dan gaya aksial yaitu
kolom.
b. Studi tugas akhir ini hanya meninjau kolom berpenampang segiempat.
c. Studi tugas akhir ini hanya meninjau momen lentur dan gaya aksial
arah sumbu X.
d. Studi tugas besar ini hanya membandingkan diagram interaksi kolom
menggunakan microsoft office excel dengan aplikasi rekayasa
konstruksi seperti PCA Column.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Prinsip dasar kolom
2

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural
yang memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi
atas ke elevasi lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi.
Karena kolom merupakan komponen tekan, maka keruntuhan pada satu
kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan collapse (runtuhnya)
lantai yang bersangkutan dan juga runtuh batas total (ultimate total collapse)
beserta seluruh strukturnya.
Keruntuhan kolom struktural merupakan hal yang sangat berarti
ditinjau dari segi ekonomis maupun segi manusiawi. Oleh karena itu, dalam
merencanakan kolom perlu lebih waspada yaitu dengan memberikan
kekuatan cadangan yang lebih tinggi daripada yang dilakukan pada balok dan
elemen struktural horisontal lainnya, terlebih lagi karena keruntuhan tekan
tidak memberikan peringatan awal yang cukup jelas.
Keserasian tegangan dan regangan yang digunakan dalam analisis
atau desain seperti pada balok juga dapat diterapkan pada kolom. Akan tetapi,
disini ada suatu faktor baru (selain momen lentur) yang ikut masuk dalam
perhitungan, yaitu adanya gaya tekan. Karena itu, perlu ada penyesuaian
dalam menyusun persamaan-persamaan keseimbangan penampang dengan
meninjau kombinasi gaya tekan dan momen lentur.
Banyaknya penulangan dalam hal balok telah dikontrol agar balok
dapat berperilaku daktail. Dalam hal kolom, beban aksial biasanya dominan
sehingga keruntuhan yang berupa keruntuhan tekan sulit dihindari.
Apabila beban pada kolom bertambah, maka retak akan banyak terjadi
di seluruh tinggi kolom pada lokasi-lokasi tulangan sengkang. Dalam keadaan
batas keruntuhan (limit state of failure), selimut beton di luar sengkang (pada
kolom bersengkang) atau di luar spiral (pada kolom berspiral) akan lepas
sehingga tulangan memanjangnya akan mulai kelihatan. Apabila bebannya
terus ditambah, maka terjadi keruntuhan dan tekuk lokal (local buckling)
tulangan memanjang. Dapat dikatakan bahwa dalam keadaan batas
keruntuhan, selimut beton lepas dahulu sebelum lekatan baja-beton hilang.

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Seperti halnya balok, kekuatan kolom dievaluasi berdasarkan prinsipprinsip dasar sebagai berikut :
a. Distribusi regangannya linier di seluruh tebal kolom.
b. Tidak ada gelincir antara beton dengan tulangan baja (ini berarti
regangan pada baja sama dengan regangan pada beton yang
mengelilinginya).
c. Regangan beton maksimum yang diizinkan pada keadaan gagal (untuk
perhitungan kekuatan) adalah 0,003.
d. Kekuatan tarik beton diabaikan dan tidak digunakan
2.2 Beban Aksial dan Lentur Pada Kolom
Kolom akan melentur akibat momen, dan momen tersebut akan
cenderung menimbulkan tekanan pada satu sisi kolom dan tarikan pada sisi
lainnya. Tergantung pada besar relatif momen dan beban aksial, banyak cara
yang dapat menyebabkan runtuhnya kolom. Gambar 2.1 memperlihatkan
kolom yang memikul beban Pn. Dalam beberapa bagian dari gambar, beban
ditempatkan pada eksentrisitas yang semakin besar (sehingga menghasilkan
momen yang semakin besar) sampai akhirnya seperti pada gambar 2.1 f
diperlihatkan kolom menerima momen lentur yang besar sehingga pengaruh
beban aksial diabaikan. Setiap kasus dari keenam kasus tersebut dibahas
singkat sebagai berikut :
a) Beban aksial besar dan momen diabaikan. Untuk kondisi ini, keruntuhan
akan terjadi oleh hancurnya beton, dengan semua tulangan dalam kolom
mencapai tegangan leleh dalam tekan.
b) Beban aksial besar dan momen kecil sehingga seluruh penampang
tertekan. Jika suatu kolom menerima momen lentur kecil (yaitu jika
eksentrisitas kecil), seluruh kolom akan tertekantetapi tekanan di satu sisi
akan lebih besar dari sisi lainnya. Tegangan tekan maksimum dalam
kolom akan sebesar 0,85c dan keruntuhan akan terjadi oleh runtuhnya
beton dan semua tulangan tertekan.
c) Eksentrisitas lebih besar dari kasus (b) sehingga tarik mulai terjadi pada
satu sisi kolom. Jika eksentrisitas ditingkatkan dari kasus sebelumnya,

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
gaya tarik akan mulai terjadi pada satu sisi kolom dan baja tulangan pada
sisi tersebut akan menerima gaya tarik yang lebih kecil dari tegangan
leleh. Pada sisi yang lain tulangan mendapat gaya tekan.
d) Kondisi beban berimbang. Saat eksentrisitas terus ditambah, akan dicapai
suatu kondisi dimana tulangan pada sisi tarik mencapai leleh dan pada
saat yang bersamaan, beton pada sisi lainnya mencapai tekan maksimum
0,85c. Kondisi ini disebut kondisi pada beban berimbang.
e) Momen besar, beban aksial relatif kecil. Jika eksentrisitas terus ditambah,
keruntuhan terjadi akibat tulangan meleleh sebelum hancurnya beton.
f) Momen lentur besar. Pada kondisi ini, keruntuhan terjadi seperti halnya
pada sebuah balok.

Gambar 2.1Kolom menerima beban dengan eksentrisitas yang terus diperbesar

2.3 Kekuatan Kolom yang Dibebani Eksentris


Prinsip balok tegangan segiempat ekivalen yang berlaku pada analisis
balok dapat juga diterpkan pada analisis kolom terhadap beban eksentrik.
Gambar 2.2 memperlihatkan penampang melintang suatu kolom segiempat

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
tipikal dengan diagram distribusi regangan, tegangan dan gaya padanya.
Persamaan keseimbangan gaya dan momen dari Gambar 2.2 untuk kolom
pendek dapatdinyatakan sebagai gaya tahan aksial nominal dalam keadaan
runtuh :
Pn=C c + Cs T s 2.1

M n=Pn e=C c y

Karena :

a
+C s ( y d ' ) +T s (d y )2.2
2

C c =0,85 f ' c ba

C s= A ' s f ' s
T s= A s f s
Persamaan (2.1) dan (2.2) dapat pula ditulis sebagai:
Pn=0,85 f ' c ba+ A ' s f ' s A s f s 2.3

M n=Pn e=0,85 f ' c ba y

a
+ A ' s f ' s ( y d ' ) + A s f s (d y ) 2.4
2

Untuk eksentrisitas kecil, kuat aksial beban diambil 80% dan 85% masingmasing untuk sengkang dan spiral. Rumusnya menjadi :
Untuk kolom berspiral
Pnmaks =0,85 [ 0,85 f ' c ( A g A st ) + Ast f y ] 2.5
Untuk kolom bersengkang
Pnmaks =0,80 [ 0,85 f ' c ( A g A st ) + A st f y ] 2.6
0,003(cd ' )
f ' s=E s ' s =Es
f y 2.7
c
'

0,003 (cd )
f ' s=E s s =Es
f y 2.8
c

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II

Regangan :
s=0,003

Tegangan:

dc
f =Es s f y C c =0,85 f ' c ba
c s

' s=0,003

cd '
f s =Es ' s f y C s= A ' s f ' s
c

T s= A s f s

Keterangan :
c = Jarak sumbu netral
y = Jarak pusat plastis
e = eksentrisitas beban ke pusat plastis
e= eksentrisitas beban ke tulangan tarik
d= selimut efektif tulangan

Gaya dalam :

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Gambar 2.2 Tegangan dan Gaya-gaya pada Kolom

2.4 Ragam Kegagalan Pada Kolom


Berdasarkan besarnya regangan pada tulangan baja yang tertarik
(Gambar 2.2), penampang kolom dapat dibagi menjadi dua kondisi awal
keruntuhan yaitu :
1. Keruntuhan tarik, yang diawali dengan lelehnya tulangan yang tertarik.
2. Keruntuhan tekan, yang diawali dengan hancurnya beton yang tertekan.
Kondisi balanced terjadi apabila keruntuhan diawali dengan lelehnya
tulangan yang tertarik sekaligus juga hancurnya beton yang tertekan.
Apabila Pn adalah beban aksial dan Pnb adalah beban aksial pada kondisi
balanced, maka :
Pn <Pnb keruntuhan tarik
Pn = Pnb keruntuhan balanced
Pn >Pnb keruntuhan tekan
Dalam segala hal, keserasian regangan (strain compatibility) harus tetap
terpenuhi.
2.4.1 Keruntuhan tarik pada penampang kolom segi empat
Awal keadaan runtuh dalam hal eksentrisitas yang besar dapat
terjadi dengan lelehnya tulangan baja yang tertarik. Peralihan dari
keruntuhan tekan ke keruntuhan tarik terjadi pada e = eb. Jika e lebih
besar daripada eb atau Pn <Pnb, maka keruntuhan yang terjadi adalah
keruntuhan tarik yang diawali oleh lelehnya tulangan tarik. Persamaan
2.3 dan 2.4 dapat digunakan untuk analisis (dan desain) dengan
mensubstitusikan tegangan leleh y sebagai tegangan pada tulangan
tarik. Tegangan s pada tulangan tekan dapat lebih kecil atau sama
dengan tegangan leleh baja, dan tegangan tekan aktual s ini dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan 2.7.

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Dalam praktek biasanya digunakan penulangan yang simetris, yaitu
As = As, dengan maksud mencegah kekeliruan dalam penempatan
tulangan tarik dan tulangan tekan. Penulangan yang simetris juga
diperlukan apabila ada kemungkinan tegangan berbalik tanda, misalnya
karena arah angin atau gempa yang berbalik.
2.4.2 Keruntuhan balanced pada penampang kolom segi empat
Jika eksentrisitas semakin kecil, maka akan ada suatu transisi dari
keruntuhan tarik utama ke keruntuhan tekan utama. Kondisi keruntuhan
balanced tercapai apabila tulangan tarik mengalami regangan lelehnya
Ey dan pada saat itu pula beton mengalami regangan batasnya (0,003)
dan mulai hancur.
Dari segitiga yang sebangun dapat diperoleh persamaan tinggi
sumbu netral pada kondisi balanced cb yaitu
Cb
=
d

0,003
2.9
fy
0,003+
Es

Atau dengan menggunakan Es= 2 x 105 Mpa :


Cb =d

600
2.10
600+ f y

ab = 1 C b= 1 d

600
2.11
600+f y

Beban aksial nominal pada kondisi balanced Pnb dan eksentrisitasnya eb


dapat ditentukan dengan menggunakan
2.4.
Pn=0,85 f ' c b ab + A ' s f ' s A s f s 2.12

M n=Pn e=0,85 f ' c b ab y

a
+ A' s f ' s ( y d ' )
2

ab

pada persamaan 2.3 dan

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
+ A s f s (d y ) 2.13
dimana
f ' s=0,003 E s
dan

c bd'
f y 2.14
cb

adalah jarak tepi tertekan ke pusat plastis atau geometris.

2.4.3 Keruntuhan tekan pada penampang kolom segi empat


Agar dapat terjadi keruntuhan yang diawali dengan hancurnya
beton, eksentrisitas e gaya normal harus lebih kecil daripada
eksentrisitas balanced ebdan tegangan pada tulangan tariknya lebih
kecil daripada tegangan leleh, yaitu s<y.
Dalam proses analisis (maupun desain) diperlukan persamaan dasar
keseimbangan yaitu persamaan 2.3 dan persamaan 2.4. Selain itu,
diperlukan pula prosedur coba-coba dan penyesuaian, dan adanya
keserasian regangan di seluruh bagian penampang.
2.5 Faktor Reduksi kekuatan ()
Tujuan pemakaian faktor reduksi menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 11.3.2.2
adalah :
1. untuk mengakomodasi kemungkinan komponen-komponen struktur
yang kurang kuat akibat variasi kuat material dan dimensi.
2. Untuk mengakomodasi kekurangtelitian dalam persamaan-persamaan
desain.
3. untuk mencerminkan

tingkat

daktilitas

dan

keandalan

yang

disyaratkan dari komponen struktur yang dikenai pengaruh beban


terkait.
4. Untuk mencerminkan keutamaan komponen dalam struktur
Nilai faktor reduksi menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 11.3.2 :

10

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
1. Kondisi Pure compression
a. Elemen struktur dengan tulangan spiral sesuai dengan pasal
12.3.2.2 = 0,70
b. Elemen struktur lainnya = 0,65
2. Kondisi Pure Tension
Pada kondisi ini nilai faktor reduksi yang digunakan adalah = 0,8. Nilai
faktor reduksi tersebut sama baik untuk elemen struktur dengan tulangan
spiral atau elemen struktur lainnya.
3. Kondisi General case
Pada kondisi ini nilai faktor reduksi yang digunakan berdasarkan nilai
regangan tulangan yang terjadi pada layer pertama penampang kolom.
Terdapat tiga batas kondisi yang terjadi antara lain :
1. st1 < y = 0,65
2. y <st1 < 0,005 = 0,65 + (st1 - y ) x 50 0,8
3. st1 < 0,005 = 0,8
2.6 Diagram Interaksi kolom Beton Bertulang
Hampir semua elemen struktur tekan pada struktur beton diperlakukan
untuk menerima momen sebagai tambahan terhadap beban aksial. Hal ini bisa
diakibatkan oleh beban yang tidak terletak pada tengah kolom seperti pada
gambar 2.5 (b) atau juga sebagai hasil penahan daripada keadaan tidak
seimbang momen pada ujung balok yang didukung oleh kolom.

11

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II

Gambar 2.3 Beban aksial dan momen pada kolom


Jarak e diartikan sebagai eksentrisitas terhadap beban. Kedua kasus ini
pada dasarnya sama yaitu beban P eksentris pada gambar 2.3 (b) bisa diganti
dengan beban P yang bekerja pada aksis centroidal ditambah dengan momen,
M=Pe, terhadap sumbu centroi.
2.7 Konsep dan Asumsi Diagram Interaksi kolom
Diagram

interaksi

untuk

kolom

umumnya

dihitung

dengan

mengasumsikan regangan yang didistribusikan dimana setiap regangan


bersesuaian dengan titik tertentu pada diagram interaksi, dan menghitung
nilai yang bersesuaian dengan P dan M. Bila titik titik tersebut telah
dihitung, barulah hasilnya ditunjukkan dengan diagram interaksi.

Gambar 2.4 Perhitungan Pn dan Mn untuk kondisi regangan tertentu

12

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Proses perhitungan ditunjukkan pada gambar 2.4 untuk satu regangan
tertentu. Potongan penampang digambarkan pada gambar 2.4 (a) dan satu
regangan distribusi diasumsikan seperti pada gambar 2.4 (b). Maksimum
regangan tekan beton diatur sebesar 0,003, bersesuaian dengan kegagalan
kolom. Lokasi garis netral dan regangan pada tiap tulangan dihitung dari
distribusi regangan. Hasilnya kemudian digunakan untuk menghitung
besarnya balok tekanan dan besarnya gaya yang bekerja pada tiap tulangan,
seperti pada gambar 2.4 (c). Gaya pada beton dan tulangan yang ditunjukkan
pada gambar 2.4 (d) dihitung dengan mengalikan gaya dengan luas dimana
gaya tersebut bekerja. Akhirnya, gaya aksial Pn dihitung dengan
menjumlahkan gaya gaya individual pada beton dan tulangan, dan momen
Mn dihitung dengan menjumlahkan gaya-gaya ini terhadap titik pusat
daripada potongan penampang. Nilai Pn dan Mn ini menggambarkan satu
titik di diagram interaksi.
Gambar 2.5 menggambarkan beberapa seri dari distribusi regangan dan
menghasilkan titik titik pada diagram interaksi. Distribusi regangan A dan
titik A menunjukkan keadaan murni aksial tekan. Titik B menunjukkan
hancurnya satu muka kolom dan gaya tarik sebesar nol pada muka lainnya.
Bila kuat tarik beton diabaikan pada proses perhitungan, hal ini menunjukkan
terjadinya retak pada bagian bawah muka penampang.

13

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II

Gambar 2.5 Distribusi regangan berkaitan dengan titik pada diagram


interaksi
Semua titik yang berada dibawah ini pada diagram interaksi
menunjukkan kasus dimana penampang terjadi retak pada bagian bagian
tertentu. Titik C menunjukkan regangan distribusi dengan regangan tekan
maksimum sebesar 0,003 pada satu sisi penampang dan regangan tarik

leleh daripada tulangan, pada tulangan tarik. Hal ini menunjukkan keruntuhan
balanced dengan terciptanya kehancuran pada beton dan melelehnya tulangan
tarik yang terjadi secara bersamaan. Titik C merupakan titik terjauh pada
diagram interaksi yang menunjukkan perubahan dari kegagalan tekan untuk
beban yang lebih tinggi dan kegagalan tarik untuk beban yang lebih kecil.

14

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II

BAB III
METODOLOGI PERHITUNGAN DIAGRAM INTERAKSI
Diagram interaksi adalah diagram yang menunjukan hubungan Pn (aksial
nominal) dan Mn (lentur nominal) penampang kolom. Adapun langkah-langkah
perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Masukkan data kolom
a. Material
Kuat tekan beton fc (MPa)
Kuat leleh baja fy (MPa)
Regangan beton c
Regangan leleh baja y
Modulus Elastis Baja E (Mpa)
b. Penampang
Selimut Beton
Lebar penampang B
Tinggi Penampang H
Luas Penampang kolom total Ag (termasuk luas penampang
tulangan)
c. Tulangan
Tulangan longitudinal
o Jumlah Tulangan
o Diameter Tulangan D
o Luas Tulangan Ast
Tulangan sengkang
o penentuan diameter tulangan sengkang berdasarkan SNI
Pasal 9.10.5.1
d. Layer
15

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II

Jarak masing- masing layer di


Jumlah ulangan pada masing-masing layer t
Luas tulangan pada masing-masing layer Ast

2. Hitung kapasitas baban aksial (Pure Compression ) Po


Untuk Langkah- langkah menghitung kapasitas beban aksial dapat dilihat
pada diagram alir dibawah ini.

P0=0,85 f ' c ( A g A st ) + f y A st

Pn = r Po
Pn = 0,65 * Pn

= 0,65 untuk tul. lainnya


= 0,70 untuk tul. spiral

Dimana Ag adalah luas bruto penampang kolom dan Ast adalah luas total
tulangan baja pada kolom.
3. Hitung aksial Pnb dan lentur Mnb dalam keruntuhan seimbang
2.1 Hitung garis netral Cb
c=

0,003
d
( 0,003Z
. )

st

Nilai Z = -1 kondisi tarik, sehingga s1 = -y

2.2 Menghitung regangan tulangan baja untuk setiap layer i = 1,2,3.....n


st =

( cdc ) 0,003
1

2.3 Hitung tegangan tulangan setiap baris

16

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II

f sti=f y =400 MPa

untuk

sti y

f sti= sti y

untuk

sti y

2.4 Menghitung gaya pada tulangan


F sti=( f sti 0,85 f ' c ) A sti untuk

f sti >0

F sti=f stiA sti

f sti 0

untuk

2.4 Menghitung gaya pada beton


Hitung tinggi a
a=c

f ' c 30
=0,850,005
5

Jika a> h maka a=h


Jika a< h maka a=c
Gaya tekan beton
C c =0,85 f ' c ab

2.5 Menghitung kapasitas aksial nominal Pn


n

Pn=C c + F st
i=1

Selanjutnya Pn dikalikan dengan faktor reduksi (). Besarnya faktor


reduksi yang digunakan ditentukan berdasarkan nilai regangan
tulangan yaitu antara lain :
4. st1 < y = 0,65
17

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
5. y <st1 < 0,005 = 0,65 + (st1 - y ) x 50 0,8
6. st1 < 0,005 = 0,8
2.6 Menghitung kapasitas momen Mn
Untuk penampang simetris
M n=C c

h a
h
+ F sti di
2 2 i=1
2

Untuk penampang tidak simetris


n

a
+ F ( y d i )
2 i=1 sti

( )

M n=C c y

Dimana

yaitu jarak titik pusat plastis ke sisi terluar serat

tekan.
Sama halnya dengan kapasitas aksial nominal, kapasitas momen juga
harus dikalikan dengan faktor reduksi yang nilainya ditentukan
berdasarkan nilai regangan tulangan yaitu antar lain:
1. st1 < y = 0,65
2. y <st1 < 0,005 = 0,65 + (st1 - y ) x 50 0,8
3. st1 < 0,005 = 0,8
4. Hitung kapasitas aksial P pada saat tarik murni
Dengan aumsi beton telah hancur semua dan kekuatan kolom hanya
bergantung pada tarik murni baja tulangan, maka kuat murni baja tulangan
dihitung dengan persamaan :
n

Pnt = f y A st
i=1

Pnt = 0,8 * Pn
Dimana Ast adalah luas total tulangan baja pada kolom.

18

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II

BAB IV
STUDI KASUS
4.1 Data Penampang
Diketahui suatu penampang kolom sebagai berikut :

19

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II

Material
fc'
= 35
Mpa
fy
= 400
Mpa
E
= 200000
Mpa
c
= 0,003
st = y
= 0,002
Penampang
Selimut beton
= 40
mm
lebar
= 600
mm
tinggi
= 800
mm
Ag
= 480000
mm
Tulangan
Tulangan Longitudinal
Jumlah tulangan
= 56
D
= 20
mm
Ast
= 314
mm
Ast total
= 17584
mm
Tulangan sengkang
SNI Pasal 9.10.5.1 untuk tulangan longitudinal < D-32
D
= 10
mm
Layer
Layer
d1
d2
d3
d4
d5
d6
d7
d8
4.2

Jarak
(mm)
740,5
643,2
545,9
448,6
351,4
254,1
157,8
59,5

t
8
2
2
2
2
2
2
8

Ast
(mm)
2268,2
567,1
567,1
567,1
567,1
567,1
567,1
2268,2

Menghitung pure compression Po


Po

=
=
=
=

0,85 fc' ( Ag - Ast) + fy Ast


0,85 * 35 * ( 480000 + 7938,805 ) + 400 * 7938,805
17219342,42 N
1755,285 ton

Pn

r Po

20

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II

4.3

=
=

0,80 * 1755,285
1404,228 ton

Pn =
=
=

0,65 * Pn
0,65 * 1404,228
912,748
ton

Mn =
Mn
=

0
=
0

ton.m
0,65* Mn
ton.m

Menghitung Pure Tension To


To

=
=
=
=

- Ast * fy
- 7938,805 * 400
-3175521,854 N
-323,703 ton

Pn =
=
=

0,8 * Tn
0,8 * -323,703
-258,962 ton

Mn =
Mn =
=

0 ton.m
0,80 * Mn
0 ton.m

4.4

Menghitung General Case -3 < Z 1

4.4.1

Z =-3
a. Menghitung garis netral
c =
=
c =

(0,003/(0,003-(0,002*z)))*d1
(0,003/(0,003 ( 0,002 * -3 ))) * 740,5
246,83 mm

b. Menghitung regangan tulangan


sti = ((c-di)/c)*0,003
st1
st2
st3

=
=
=

-0,006
-0,00482
-0,00364

21

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
st4
st5
st6
st7
st8

=
=
=
=
=

-0,00245
-0,00127
-0,00009
0,00109
0,00228

c. Menghitung tegangan tulangan


Jika sti y fsti = fy = 400 Mpa
Jika sti < y fsti = fy = sti * s
fst1
fst2
fst3
fst4
fst5
fst6
fst7
fst8

=
=
=
=
=
=
=
=

-400
-400
-400
-400
-254,08
-17,594
218,887
400

Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa

d. Menghitung gaya tulangan


Jika fsti > 0 Fsti = (fsti - 0,85 fc')*Asti
Jika fsti 0 Fsti = fsti *Asti
sehingga :
Fst1 =
Fst2 =
Fst3 =
Fst4 =
Fst5 =
Fst6 =
Fst7 =
Fst8 =

-907291,958
-226822,99
-226822,99
-226822,99
-144075,372
-9976,973
107251,466
839812,119

N
N
N
N
N
N
N
N

Fsti =

-79479,688

e. Menentukan gaya pada beton


Cc = (0,85 * fc' )* a * b
Jika a< h maka a = * c
Jika a >h maka a = h

22

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II

=
=

0,85 - 0,05*(fc'-30)/5
0,8

197,47

mm

Seingga gaya pada beton :


Cc

=
=
=

(0,85 * fc' )* a * b
(0,85 * 35 )* 197,47 * 600
3524780
N

f. Menghitung Pn
Pn
Pn

=
=
=

Cc + Fsti
3524780 + (-794749,688)
278,291 ton

Jika st1< y = 0,65


Jika y < st1< 0,005 = 0,65 + ( st1 - y )*50 0,8
Jika st1 > 0,005 = 0,8
Karena st1 > 0,005 = 0,8
Sehingga :
Pn
=
0,8 * Pn
=
0,8 *278,291
=
222,63 ton
g. Menghitung Mn
Mn

Cc * ( h/2 - a/2 ) + Fsti * ( h/2 - di )

Fs1 *(h/2-d1)
Fs2 *(h/2-d2)
Fs3 *(h/2-d3)
Fs4 *(h/2-d4)
Fs5 *(h/2-d5)
Fs6 *(h/2-d6)
Fs7 *(h/2-d7)
Fs8 *(h/2-d8)

=
=
=
=
=
=
=
=

308932911,8
55166591,4
33099954,84
11033318,28
-7008237,761
-1455925,476
26085088,65
285956026,5

711809728,3

Mn

=
1773708449,59 N.mm
=
180,806 Ton.m
Jika st1< y = 0,65
Jika y < st1< 0,005 = 0,65 + ( st1 - y )*50 0,8
23

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Jika st1 > 0,005 = 0,8
Karena st1>0,005 = 0,8
Sehingga :
Mn =
0,8 * Mn
=
0,8 * 180,806
=
144,645 ton.m
4.4.2

=1

a. Menghitung garis netral


c

=
=
=

(0,003/(0,003-(0,002*z)))*d1
(0,003/(0,003-(0,002 * 1))) * 740,5
2221,5 mm

b. Menghitung regangan tulangan


sti = ((c-di)/c)*0,003
st1
st2
st3
st4
st5
st6
st7
st8

=
=
=
=
=
=
=
=

0,002
0,00213
0,00226
0,00239
0,00253
0,00266
0,00279
0,00292

c. Menghitung tegangan tulangan


Jika sci y fsti = fy = 400 Mpa
fsti <= - 400 Mpa maka fsti = 400 Mpa
Jika sci < y fsti = fy = sci * s
fst1
fst2
fst3
fst4
fst5
fst6
fst7
fst8

=
=
=
=
=
=
=
=

400
400
400
400
400
400
400
400

Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa
Mpa

d. Menghitung gaya tulangan

24

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Jika fsti > 0 Fsti = (fsti - 0,85 fc')*Asti
Jika fsti 0 Fsti = fsti *Asti
sehingga :
Fst1 =
Fst2 =
Fst3 =
Fst4 =
Fst5 =
Fst6 =
Fst7 =
Fst8 =

839812,119
209953,0297
209953,0297
209953,0297
209953,0297
209953,0297
209953,0297
839812,119

N
N
N
N
N
N
N
N

Total =

2939342,416

e. Menentukan gaya pada beton


Cc = (0,85 * fc' )* a * b
Jika a< h maka a = * c
Jika a >h maka a = h

=
=

0,85 - 0,05*(fc'-30)/5
0,8

1777,2 mm

Seingga gaya pada beton :


Cc

=
=
=

(0,85 * fc' )* a * b
(0,85 * 35 )* 1777,2 * 600
14280000 N

f. Menghitung Pn
Pn

=
=
=

Cc + Fsti
14280000 + (2939342,416)
1755,285 ton

Jika st1< y = 0,65


Jika y < st1< 0,005 = 0,65 + ( st1 - y )*50 0,8
Jika st1 > 0,005 = 0,8
Karena st1> 0,005 = 0,8
Sehingga :
Pn
=

0,8 * Pn
25

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
=
=

0,8 * 1755,285
912,75 ton

g. Menghitung Mn
Mn = Cc * ( h/2 - a/2 ) + Fsti * ( h/2 - di )
Fs1 *(h/2-d1)
Fs2 *(h/2-d2)
Fs3 *(h/2-d3)
Fs4 *(h/2-d4)
Fs5 *(h/2-d5)
Fs6 *(h/2-d6)
Fs7 *(h/2-d7)
Fs8 *(h/2-d8)

=
=
=
=
=
=
=
=
=

-285956026,5
-51063576,16
-30638145,7
-10212715,23
10212715,23
30638145,7
51063576,16
285956026,5

Mn

=
0 N.mm
=
0 Ton.m
Jika st1< y = 0,65
Jika y < st1< 0,005 = 0,65 + ( st1 - y )*50 0,8
Jika st1 > 0,005 = 0,8
Karena st1< y = 0,65
Sehingga :
Mn =
0,65 * Mn
=
0,65 * 0
=
0 ton.m
Dalam pembuatan diagram interaksi pada studi tugas besar ini mengambil
nilai Z sebanyak seratus titik dengan -3 Z 1 sehingga interval nilai Z = 0,04.
Namun pada bab ini nilai Z yang diuraikan hanya sebanyak dua titik yaitu Z = -3
dan Z = 1. Untuk nilai Z yang lain dapat dilihat pada lampiran.
4.5 Diagram interaksi kolom terhadap momen arah sumbu x
4.5.1 Diagram interaksi kolom dengan menggunakan aplikasi microsoft excel
Berdasarkan hasil analisa perhitungan dari tiga kondisi yaitu
kondisi pure compression, pure tension dan general case diperoleh titiktitik koordinat hubungan Pn dan Mn.Titik-titik tersebut kemudian di
plotkan kedalam diagram cartesius sehingga membentuk diagram interaksi
kolom sebagai berikut :

26

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II

Gambar 4.1 Diagram interaksi kolom dengan menggunakan aplikasi microsoft


excel

4.5.1

Diagram interaksi kolom dengan menggunakan aplikasi PCA Column


Pada tugas besar ini proses pembuatan diagram interaksi dengan
menggunakan aplikasi PCA Column ini tidak ditampilkan. Penulis hanya
menampilkan hasil akhir yang diperroleh yaitu berupa gambar diagram
interaksi kolom sebagai berikut :

Gambar 4.2 Diagram interaksi kolom dengan menggunakan aplikasi PCA Column

27

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
Dalam pembuatan diagram interaksi kolom, diagram interaksi yang
dihasilkan dengan Microsoft excel sedikit berbeda hasilnya jika
menggunakan program PCA Col. Hal ini karena terdapat perbedaan
pembulatan angka di belakang koma dan dalam program PCA Col untuk
menentukan beberapa nilai dilakukan dengan cara pendekatan, terutama
dalam pemilihan diameter tulangan.
Dalam proses pembuatannya jika menggunakan Microsoft excel
membutuhkan waktu yang lama karena harus menggunakan rumus-rumus,
sedangkan jika menggunakan program PCA Col membutuhkan waktu
yang singkat, karena dalam program PCA Col terdapat parameterparameter yang dimasukkan nilainya.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dalam membuat diagram
interaksi maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Membuat diagram interaksi P-M dengan bentuk penampang segi
empat akibat kombinasi momen lentur dan gaya aksial dapat dilakukan
dengan terlebih dahulu memnentukan titik-titk kooordinat hubungan
Pn dan Mn dalam tiga kondisi yaitu kondisi pure compression, general
case minimal 100 titik, dan pure tension.
2. Diagram interaksi yang dihasilkan dengan microsoft excel sedikit
berbeda dengan diagram interkasi yang dihasilkan dengan PCA
Column. Perbedaan ini disebabkan karena penggunaan satuan dan
pembulatan angka di belakang koma, serta terdapat beberapa nilai
yang dimasukan berdasarkan hasil pendekatan.
3. Dalam proses pembuatan diagram interkasi dengan microsoft excel
membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan menggunakan
28

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II
aplikasi PCA Column. Hal ini disekabkan karena aplikasi PCA
Column memang didesain khusus untuk kolom dimana didalamnya
sudah tersedia menu-menu yang dibutuhkan untuk mendesain diagram
interaksi kolom sehingga pengguna hanya memasukkan data yang
dibutuhkan dan langsung mengrun sehingga hasilnya dapat langsung
di lihat. Berbeda dengan aplikasi microsoft excel dimana pengguna
harus memasukkan data dan menganalisa data tersebut satu per satu.

5.2 Saran
Setelah mendesain diagram interaksi kolom dengan menggunakan aplikasi
microsoft excel dan aplikasi PCA Column maka penulis memberikan beberapa
saran antara lain :
1. Pada bab studi kasus sebaiknya proses pembuatan diagram interaksi yang
ditampilkan tidak hanya proses dari aplikasi microsoft excel, tetapi
aplikasi PCA Column juga sebaiknya ditampilkan guna sebagai salah satu
literatur bagi mahasiswa.
2. Perlu dilakukan perluasan lagi terhadap batasan masalah seperti misalnya
bentuk penampang yang dianalisa bukan hanya segiempat, jumlah aplikasi
yang digunakan untuk perbandingan diagram interkasi yang dihasilkan
guna menambah pengetahuan mahasiswa.

29

TUGAS BESAR
STS 6401 : PERENCANAAN STRUKTUR BETON II

30

Anda mungkin juga menyukai