Anda di halaman 1dari 9

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011

ISSN : 1858-3695

ANALISIS KOLOM BETON BERTULANG DENGAN VARIASI POSISI


TULANGAN DAN PENAMPANG MENGGUNAKAN DIAGRAM
INTERAKSI
Oleh
Oni Guspari

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang


Kampus Limau Manis Padang
ABSTRAK
Kolom merupakan elemen struktur yang sangat vital dalam suatu bangunan gedung, karena kolom merupakan
penahan hampir seluruh beban upper structure. Karenanya kajian tentang elemen kolom merupakan kajian yang
sangat menarik dan terus berkembang. Pada tulisan ini akan dianalisis pengaruh variasi posisi tulangan serta
bentuk penampang kolom terhadap kapasitas aksial dan kapasitas momen penampang kolom dengan
menggunakan diagram interaksi kolom, kapasitas yang ditinjau difokuskan pada kondisi seimbang (balance
failure) dengan asumsi momen satu arah ke sisi pendek. Penampang yang ditinjau adalah 4 buah kolom dengan
dimensi 400 mm x 600 mm dua buah dan 490 mm x 490 mm dua buah. Karakteristik kolom diuat sama dengan
fc=25 MPa dan fy = 300 MPa. Hasil kajian menunjukkan bahwa kolom dengan penampang empat persegi
panjang memberikan kapasitas kolom yang lebih baik diandingkan penampang persegi, sedangkan jika dimensi
penampang kolomnya sama, maka penempatan posisi tulangan pada dua sisi akan lebih memberikan kapasitas
lebih baik dibandingkan dengan posisi tulangan pada empat sisi
Kata kunci : diagram interaksi,balance failure

PENDAHULUAN

dahulu adalah balok. Karena itu perencanaan

Kolom adalah sebuah elemen struktur

kolom selalu dilakukan secara hati-hati serta

vertikal yang menerima beban aksial tekan

dengan memberikan kekuatan cadangan yang

dengan atau tanpa momen, secara umum

lebih besar bila dibandingkan dengan elemen

kolom akan menerima beban dari balok dan

struktur lainnya, terlebih lagi keruntuhan tekan

memindahkannya ke pondasi. Keruntuhan yang

pada kolom tidak memberikan peringatan awal

terjadi pada kolom rata rata adalah keruntuhan

yang cukup jelas. Hal ini dapat dilihat dengan

tekan.

besarnya reduksi kekuatan yang disyaratkan

Dari segi ekonomis dan dari segi

manusiawinya, keruntuhan pada kolom adalah

SNI

keruntuhan yang sangat perlu untuk dicermati,

dibandingkan

dimana

misalnya.

apabila

terjadi

keruntuhan

akan

03-2847-2002

untuk

dengan

elemen

reduksi

pada

tekan
balok

menyebabkan runtuhnya satu sistem balok dan


lantai yang bersangkutan yang tentunya akan
diikuti oleh runtuhnya seluruh system.
Dalam

didasarkan

pada

kemampuannya

memikul

sangat

kombinasi beban axial (Pu) dan Momen (Mu)

dikenal istilah Strong Column Weak Beam yang

secara bersamaan. Sehingga perencanaan

berarti bahwa suatu sruktur di disain dengan

kolom suatu struktur bangunan didasarkan

kekuatan

kolom

melebihi

kekuatan

balok

pada kekuatan dan kekakuan penampang

sehingga

apabila

terjadi

kegagalan

pada

lintangnya terhadap aksi beban aksial dan

struktur,

disain struktur gedung,

Kekuatan kolom dalam memikul beban

yang

diharapkan

hancur

terlebih

momen lentur.

90

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011


Disamping itu, kekuatan kolom juga sangat
dipengaruhi

oleh

bentuk

penampang

ISSN : 1858-3695
pada

penampangnya

(tanpa

eksentrisitas).

dan

Pada kondisi ini gaya luar akan ditahan oleh

penempatan posisi tulangan yang terdapat

penampang kolom yang secara matematis

pada kolom, dan erat juga kaitannya dengan

dirumuskan dalam persamaan:

penempatan posisi kolom terhadap lay out


bangunan itu sendiri, sebab hal ini akan

Po = { 0,85. fc. (Ag Ast) + Ast.fy }

mempengaruhi juga terhadap arah momen

dimana:

yang dominan bekerja pada system bangunan

fc = Kuat tekan beton yang disyaratkan (MPa),

tersebut.

Ag = Luas penampang kolom,

Dengan banyaknya kemungkinan posisi

Ast = Luas tulangan total

tulangan dan atau penampang kolom, maka

fy = Kuat tarik tulangan baja yang diijinkan

perlu adanya kajian terhadap pengaruh variasi

(MPa).

posisi tulangan serta bentuk penampang kolom


terhadap

kapasitas

aksial

dan

kapasitas

Namun kekuatan yang dihitung dengan rumus

momen penampang kolom. Kajian kapasitas

diatas jarang sekali bisa diperoleh pada suatu

difokuskan pada kondisi regangan seimbang

kolom karena normalnya selalu ada momen

(balance strain) dengan asumsi momen yang

pada kolom yang akan mereduksi kapasitas

dominan adalah ke arah tegak lurus terhadap

aksial kolom. Momen tersebut bisa saja terjadi

sisi pendek kolom

akibat:

Untuk mempermudah mengetahui kekuatan

penampang kolom biasanya dibuat diagram

Tidak konsentrisnya as kolom dari satu


lantai terhadap lantai berikutnya

interaksi, yaitu suatu grafik daerah batas yang

Mengimbangi momen pada balok

menunjukkan ragam kombinasi beban aksial

Penulangan

yang

dan momen yang dapat ditahan oleh kolom

mengakibatkan

secara aman (Wahyudi, 1997).

berat

tidak

tidak

geometrinya

sentries yang

berhimpitnya
dengan

titik

titik
berat

penampang
Tujuan Penelitian
Adapun target akhir dari kajian ini adalah

Untuk memperhitungkan efek dari momen yang

untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh

tidak diharapkan tersebut, maka kapasitas

posisi tulangan terhadap kapasitas kolom serta

aksial kolom harus dikalikan dengan 0,85 untuk

pengaruh bentuk penampang kolom terhadap

kolom dengan spiral dan 0,8 untuk kolom

kapasitas kolom

dengan sengkang, sehingga:

Po = 0,85 * Po ( kolom dengan spiral)


TINJAUAN PUSTAKA

Po = 0,80 * Po ( kolom dengan sengkang)

Kapasitas Kolom

Secara umum, kolom akan menerima beban

Kapasitas suatu kolom yang mengalami

seperti yang disajikan dalam gambar berikut:

beban aksial murni (Axial Load only) terjadi


apabila kolom hanya menahan beban sentris

91

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011

ISSN : 1858-3695
dengan dimensi dan bentuk yang sama. Untuk

Pu

e Pu

menghindari

desain yang berulang

ulang,

cukup didesain satu buah kolom struktur


dengan beban maksimum dan tipikal dengan
kolom

lainnya,

kemudian

dibuat

diagram

interaksinya. Selanjutnya, untuk kolom kolom


yang lain, cukup dengan menginteraksikan
gaya gaya dalam dibagi dengan faktor reduksi
pada diagram yang telah dibuat. Jika titik
tersebut

berada

didalam

diagram,

maka

penampang yang sama dapat digunakan,


sebaliknya, jika titiknya berada diluar diagram
berarti penampang tidak cukup kuat. Untuk itu
dilakukan

disain

tersendiri

untuk

kolom

tersebut.
Regangan (+)

Gambaran diagram interaksi kolom secara


umum dapat dilihat dari gambar 2, sumbu
vertikal menunjukkan beban aksial yang dapat

Regangan ()

Regangan (-)

ditahan

Gambar 1. Kolom konsentris dan eksentris

kolom

menunjukkan

sedang

beban

sumbu

momen

horizontal

yang

dapat

ditahan oleh kolom.


Apabila beban P bergeser dari sumbu kolom,
maka

timbul

eksentrisitas

beban

pada

Pn A
D

penampang kolom, sehingga kolom harus


Compression Failure

memikul kombinasi pembebanan aksial dan

momen.
Tension Failure
Diagram Interaksi Kolom

Mn

Diagram interaksi kolom adalah deskripsi


kekuatan nominal suatu penampang kolom

Gambar 2. Tipikal Diagram Interaksi Kolom

pada saat beban konsentris dan eksentris yang


dijabarkan secara grafis. Diagram interaksi

Pada kolom yang mengalami beban eksentris,

dapat dibuat dalam dua tipe, yaitu:

apabila besarnya beban aksial dan momen

Diagram interaksi M P

yang ditahan oleh kolom diplotkan dalam

Diagram interaksi e P

gambar diagram interaksi kekuatan penampang


kolom, maka akan terdapat 3 jenis kondisi

Kegunaan diagram interaksi terutama adalah

keruntuhan

penampang

untuk desain kolom-kolom pada lantai yang

kondisi keruntuhan kolom tersebut adalah :

sama. Biasanya kolom-kolom pada lantai yang

kondisi

keruntuhan

kolom.

tekan

Jenis-jenis

(A),

kondisi

sama pada sebuah struktur gedung didesain

92

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011

ISSN : 1858-3695

keruntuhan setimbang (C), kondisi keruntuhan

Jarak garis netral penampang kolom dalam

tarik (B).

kondisi

Kondisi keruntuhan tekan (Compression failure)

anggapan nilai c = 0,003 dan Es = 200.000

terjadi apabila beban P bergeser sedikit dari

MPa dapat diperoleh dengan persamaan:

setimbang

(c

balance)

dengan

sumbu penampang kolom, sehingga sebagian


kecil

penampang

kondisi

tarik,

kolom
namun

akan

mengalami

sebagian

besar

penampang kolom akan mengalami kondisi


tekan. Kondisi ini mengakibatkan jarak garis

Kondisi keruntuhan tarik (Tension failure) di

netral penampang kolom lebih besar dari nilai c

dalam

balance, yaitu jarak garis netral kolom pada

eksentrisitas beban P bergeser sedikit lagi dari

keadaan

keruntuhan

kondisi setimbang, maka luas penampang

setimbang (balance failure) terjadi apabila

kolom yang mengalami kondisi tarik semakin

eksentrisitas beban P bergeser lebih besar dari

besar

kondisi keruntuhan tekan, maka akan tercapai

mengalami kondisi tekan semakin kecil. Apabila

tegangan tarik tulangan mencapai leleh (fs = fy)

penampang kolom hanya menerima beban

dan bersamaan itu regangan tekan beton

momen saja (pure bending) maka perhitungan

mencapai maksimal (c = 0,003).

penampang

setimbang.

Kondisi

diagram

dan

interaksi

terjadi

luas penampang

kolom

apabila

kolom

dilakukan

yang

seperti

perhitungan balok biasa.

Untuk kolom dengan tulangan pada dua sisi


seperti yang ditunjukkan gambar 3, formula
selengkapnya untuk membuat diagram interaksi
adalah sebagai berikut:

As

As

Koordinat titik A ( Tekan )

s'

Pn

= 0,85fc.Ag+Ast.fy

Mn

=0

Koordinat titik B ( Kondisi Tarik )

cb
c'

Konsentris

s = y

Pn

= - Ast.fy

Mn

=0

Eksentris
Koordinat titik C ( Balance )

Gambar 3. Diagram regangan kolom pada


keadaan setimbang (Asroni, 2001)

93

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011

ISSN : 1858-3695
Untuk semua formula berlaku arti simbol
sebagai berikut:
Pn = Kapasitas Aksial kolom (kN)
Mn = Kapasitas Momen kolom (kNm)
cb =jarak garis netral kondisi balance (mm)
c

= regangan beton

= regangan tulangan

Pn= As'*fs'+0,85f c'*b*cb*1-As*fy

= regangan leleh

Mn=As*f s(h-d')+As'*fs'*(h-d')

= tinggi efektif (mm)

= jarak tulangan tekan dari luar (mm)

Sehingga dapat dihitung:

+0,85f c'*b*cb*1*(h - cb*1)

Es = Modukus elastisitas tulangan


Koordinat titik D ( Tekan )

As = Luas tulangan tarik (mm 2)


As = Luas tulangan tarik (mm 2)
fc

= kuat tekan beton ( MPa)

fy

= kuat tarik tulangan (MPa)

Untuk kondisi kolom dengan posisi tulangan


yang berbeda, formulanya dapat menyesuaikan
dan identik dengan analisis diatas
Metode Analisis
Sehingga dapat dihitung:
Pn= As'*fs'+0,85f c'*b*c*1-As*fs
Mn=As*f s(h-d')+As'*fs'*(h-d')
+0,85f c'*b*c*1*(h - c*1)

Untuk

pengaruh

posisi

tulangan dan penampang dalam kolom beton


bertulang

terhadap

kekuatannya

dalam

memikul beban dilakukan analisis terhadap


model

Koordinat titik E ( Tarik )

mengetahui

penampang kolom.

Dalam

hal ini

dibatasi bahwa arah momen yang terjadi hanya


satu arah, yaitu kearah horizontal (sumbu x)
pada gambar penampang yang ditampilkan.
Pembahasan

dilakukan

terhadap

buah

penampang kolom dengan luas tulangan dan


luas beton yang sama, yaitu jumlah tulangan
pokok 12 16 dan luas penampang beton Ag
=240000 mm2 yang terdiri dari penampang
Sehingga dapat dihitung:

kolom persegi panjang 400 mm x 600 mm

Pn = As'*fs'+0,85fc'*b*c*1-As*f s

sebanyak 2 buah, satu penampang dengan

Mn =As*fs(h-d')+As'*fs'*(h-d')

sebaran tulangan dua sisi dan satunya lagi

+0,85f c'*b*c*1*(h - c*1)

sebaran

tulangannya

pada

empat

sisi.

Penampang kolom persegi 490 mm x 490 mm


sebanyak 2 buah, satu penampang dengan

94

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011

ISSN : 1858-3695

sebaran tulangan dua sisi dan satunya lagi

interaksi penampang kolom dengan dimensi

sebaran tulangannya pada empat sisi. Semua

400x 600 dengan sebaran tulangan pada dua

tulangan dan beton mempunyai karakteristik

sisi, seperti pada gambar 4a. Selanjutnya

berturut turut adalah fy = 300 MPa dan f c = 25

ditinjau seberapa jauh penurunan/kenaikan

MPa, selengkapnya ditunjukkan pada gambar

kekuatan memikul beban pada kolom dengan

dan gambar berikut:

posisi tulangan dan atau penampang kolom


lainnya (gambar 4b, 4c dan 4d) dengan catatan
luas tulangan dan luas kolom tetap sama..

12 16

12 16

b=400

Analisis

kekuatan

penampang

kolom

menggunakan diagram interaksi kolom, yang


h=600
(a: K nol)

berfungsi membuat desain dan pemeriksaan

h=600
(b: K satu)

kekuatan penampang kolom beton bertulang.


Sehingga dapat diperoleh kesimpulan pengaruh
penempatan tulangan dan penampang kolom

12 16

yang mempunyai luas tulangan, luas kolom

12 16

b=490

yang sama serta dengan material properties


tertentu
h=490
(c: K dua)

h=490
(d: K tiga)

terhadap

kekuatan

kolom

dalam

memikul beban. Dengan diperolehnya diagram


interaksi masing-masing penampang kolom,
maka dapat dibandingkan pengaruh posisi

Gambar 4. Penampang kolom yang ditinjau

serta bentuk kolom terhadap momen kapasitas


berdasarkan beban aksial (Pu) yang bekerja.

Tabel 1. Rincian Model Kolom yang di gunakan


HASIL DAN PEMBAHASAN

No

Kolom

K Nol

K Satu

K Dua

K Tiga

400x6

400x6

490x4

490x4

00 =

00 =

90 =

90 =

sebelumnya maka didapatkan koordinat titik A,

24000

24000

24010

24010

B, C, D dan E dimana koordinat A menunjukkan

kapasitas kolom dalam memikul beban aksial

Dimensi
Kolom /
Luas

Tulanga
n / Luas

Posisi

0 mm

0 mm

0 mm

0 mm

Dengan

memakai

formula

formula

1216

1216

1216

1216

tekan murni / tanpa momen, koordinat B

= 2414

= 2414

= 2414

= 2414

menunjukkan kapasitas memikul beban aksial

mm2

mm2

mm2

mm2

Gamb

Gamb

Gamb

Gamb

menunjukkan kapasitas kolom dalam kondisi

ar 3a

ar 3b

ar 3c

ar 3d

setimbang, sedangkan koordinat D dan E

tarik

murni/tanpa

momen,

koordinat

Keterng

fc = 25 MPa

adalah kapasitas kolom memikul beban momen

an

fy = 300 MPa

dan aksial atau dengan kata lain beban kolom


mempunyai

eksentrisitas

tertentu.

Hasil

Pembahasan kekuatan kolom dalam memikul

perhitungan tersebut ditunjukkkan dalam tabel

beban mula-mula dilakukan terhadap diagram

2 berikut:

95

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011


Tabel 2. Kapasitas Momen dan Aksial K nol
Titik

Mn (kNm)

Pn (kN)

ISSN : 1858-3695
Tabel 6. Perbandingan Kapasitas Momen dan
Aksial dalam kondisi setimbang

5824.114

493.6483

3302.229

556.1344

2601

5824

5824

5826

5826

543.3375

2080.8

494

3302

480

2997

403

3304

395

3061

-724.114

556

2601

516

2347

454

2602

428

2400

543

2081

491

1877

444

2082

410

1920

-724

-724

-724

-724

Knol
Mn

Pn

K Satu
Mn

Pn

K Dua
Mn

Pn

K Tiga
Mn

Pn

Tabel 3. Kapasitas Momen dan Aksial K satu


Titik

Mn (kNm)

Pn (kN)

5824.114

480.003

2997.045

515.6225

2346.68

491.4385

1877.344

-724.114

Diagram interaksi kolom dari masing masing


kondisi tersebut dapat dilihat dalam gambar 5
sampai gambar 8 berikut:

Tabel 4. Kapasitas Momen dan Aksial K dua


Titik

Mn (kNm)

Pn (kN)

5826.239

403.2697

3303.529

454.3066

2602.084

443.8514

2081.667

-724.114

Gambar 5. Diagram Interaksi K Nol

Tabel 5. Kapasitas Momen dan Aksial K tiga


Titik

Mn (kNm)

Pn (kN)

5826.239

395.1378

3060.668

428.4943

2399.699

410.4567

1919.76

-724.114

Perbandingan

kapasitas

keempat

kolom

difokuskan pada kondisi setimbang (koordinat

Gambar 6. Diagram Interaksi K Satu

C) dalam bentuk tabel 6 berikut:

96

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011

ISSN : 1858-3695
Pengamatan diagram interaksi difokuskan pada
koordinat titik C ( balance failure ). Besarnya
beban aksial ( Pbalance ) dan
momen ( Mbalance )

kapasitas

dapat ditabulasikan

sebagai berikut:

Tabel 7. Kapasitas beban aksial dan momen


dalam kondisi balance
Gambar 7. Diagram Interaksi K Dua

Kapasitas Aksial

Kapasitas Momen

Benda

Uji

balance

Pengaruh

balance

Pengaruh

K Nol

2601.0

0.0

556.1

0.0

K Satu

2346.7

-9.8

515.6

-7.3

K Dua

2602.1

0.0

454.3

-18.3

K Tiga

2399.7

-7.7

428.5

-23.0

Dari hasil analisis terhadap diagram interaksi


Gambar 8. Diagram Interaksi K Tiga

dan tabel diatas diperoleh:


1. Ketika penampang kolom dibuat sama
dengan

Sedangkan perbandingan diagram interaksi


masing masing kolom adalah disajikan dalam

kondisi

(K

Satu) tetapi

penyebaran tulangan didiatribusikan pada


ke empat sisi kolom,maka kapasitas aksial
penampang

gambar 9 berikut:

awal

tururn

9,8%

sedangkan

kapasitas momennya turun 7,3 %


2. Ketika penampang kolom dibuat sama sisi
(K Dua) dan penyebaran tulangan di buat
sama dengan kondisi awal, maka kapasitas
aksial penampang relatif tetap sedangkan
kapasitas

momennya

bertambah

turun

menjadi 18,3 %
3. Ketika penampang kolom dibuat sama sisi
(K Tiga) dan penyebaran tulangan di
didistribusikan merata ke semua sisi, maka
kapasitas aksial penampang turun 7,7%
Gambar 9: Perbandingan Diagram Interaksi
Kolom

sedangkan

kapasitas momennya

turun

lebih tajam menjadi 23,0 %

97

Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011

ISSN : 1858-3695

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Beberapa kesimpulan yang dapat disampaikan

Asroni, Ali, 2001. Struktur Beton II, Jurusan

dari kajian dan analisis penampang kolom yang

Teknik

ditinjau adalah:

Surakarta.

1. Perubahan posisi tulangan dari dua sisi

James G MacGregor, Reinforced Concrete,

Sipil

Universitas

Muhammadiyah

tetap

Mechanics and Design,Department of Civil

mempertahankan bentuk penampang akan

Engineering University of Alberta, United States

mengurangi kapasitas penampang, baik

of America

kapasitas aksial maupun kapasitas momen

Oni

menjadi

empat

sisi

dengan

2. Perubahan bentuk penampang dari empat

Guspari,

2007.

Penerapan

Metode

Bisection dan Metode Secant Dalam Rekayasa

persegi panjang ke bentuk persegi dengan

Sipil

(Studi

Kasus

posisi tulangan tetap akan mengurangi

Interaksi Kolom Beton Bertulang), REKAYASA

kapasitas penampang yang lebih signifikan

SIPIL.

terhadap kapasitas momen, sedangkan

Park, R. and Pauley, T., 1974. Reinforced

terhadap kapasitas aksial tidak mengalami

Concrete

perubahan yang berati

Engineering University of Canterbury New

Structure,

Pembuatan

Department

Diagram

of

Civil

Zealand, John Willey & Sons, New York.


Saran-saran yang dapat disampaikan untuk

Purwono, Rahmat, dkk., 2005. Perencanaan

penelitian ini adalah perlunya memperhatikan

Struktur

situasi dan tata letak bangunan, sehingga dapat

Renaningsih, 2006. Analisis Penampang Kolom

menetapkan

Beton Bertulang Berlubang Menggunakan PCA

posisi

tulangan

dan

bentuk

penampang kolom yang dapat memberikan

COL, dinamika TEKNIK SIPIL

peningkatan kapasitas kolom, baik terhadap

Vis, W.C. dan Kusuma, G.H., 1993, Dasar-

gaya

Dasar Perencanaan Beton Bertulang, Penerbit

aksial

maupun

terhadap

momen.

Disamping itu, kajian ini merupakan kajian

Erlangga, Jakarta

awal,

Wahyudi, L. dan Rahim, Syahril A., 1997.

olehkarenanya

perlu

pengembangan

kajian dalam bentuk lain, misalnya dalam

Struktur

Beton

Bertulang,

bentuk dan ukuran kolom yang berbeda dari

Pustaka Utama, Jakarta.

PT

Gramedia

kondisi diatas

98

Anda mungkin juga menyukai