Anda di halaman 1dari 15

STRUKTUR BETON 2

REVIEW MATERI TENTANG KOLOM

Dosen Pengampu
Agyanata Tua Munthe.,ST,MT.

Disusun oleh :
Kelompok 4
Febrian Anugrah (41121010032)
Bagus Seysar Dwi Prakoso (41121010050)
Mohammad Rendy Alfaizi (41121010083)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MERCUBUANA

TAHUN 2023
Kampus Pejaten, Jl. Warung Buncit Raya No. 98, Jakarta Selatan 12750
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian kolom

Sebuah bangunan gedung akan aman dari kerusakan, baik yang disebabkan oleh
bencana alam maupun kegagalan struktur apabila jenis pondasi dan struktur penyusunnya
telah sesuai dengan standar perhitungan. Salah satu elemen dalam struktur bangunan yang
sangat penting adalah kolom, Keberadaan kolom atau yang kerap disebut pilar sangat
penting mengingat pembuatan kolom difungsikan sebagai rangka yang akan memastikan
bangunan tetap berdiri kokoh. Namun, sebelum membahas fungsi khusus kolom secara
detail, kami akan menjelaskan definisi dan jenis-jenis kolom yang biasa digunakan dalam
bangunan, sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung, adapun yang dimaksud kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian
tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), adapun yang dimaksud kolom adalah
tiang (pilar) penyangga yang biasanya terbuat dari beton yang bertulang besi. Sementara
menurut Sudarmoko (1996), kolom merupakan suatu struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya lantai dan runtuhnya bangunan secara
total. Struktur dalam kolom terbuat dari besi dan beton. Kedua bahan ini memiliki sifat
gabungan yang cukup baik di mana besi merupakan material yang tahan terhadap tarikan,
sedangkan beton merupakan material yang tahan tekanan.
BAB 2

ISI

2.1 Jenis kolom dalam bangunan

Jika dilihat berdasarkan bentuk dan susunan tulangnya, adapun jenis kolom terbagi menjadi
tiga kategori. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kolom segi empat atau bujur sangkar dengan tulangan memanjang dan menyengkang.
2. Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan menyengkang berbentuk spiral.
Adapun fungsi dari tulangan spiral ini adalah memberi kemampuan kolom untuk
menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh sehingga mampu mencegah
terjadinya kehancuran seluruh struktur bangunan sebelum proses redistribusi momen
dan tegangan terwujud.
3. Kolom komposit, yaitu gabungan antara beton dan profil baja sebagai pengganti
tulangan di dalamnya.
Dalam beberapa kasus, kolom bersengkang merupakan jenis kolom yang kerap
digunakan karena proses pengerjaannya yang relatif lebih mudah dan terjangkau dari
segi biaya. Meskipun demikian, jenis kolom segi empat dan kolom bundar juga kerap
digunakan terutama di daerah dengan tingkat potensi gempa yang berisiko tinggi.

Gambar di bawah ini akan menjelaskan perbedaan jenis kolom segi empat/bujur sangkar,
kolom bundar, dan kolom komposit.
2.2 Jenis kolom berdasarkan bentuknya

Selain tiga jenis kolom yang telah disebutkan di atas, terdapat dua jenis kolom yang
dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu kolom utama dan kolom praktis. Kolom utama
biasanya terpasang dalam jarak 3,5 meter agar dimensi balok untuk menopang lantai tidak
begitu besar. Kolom jenis ini memiliki peran yang cukup penting dalam menopang seluruh
bagian bangunan secara vertikal. Ukuran kolom utama umumnya lebih besar, panjang, serta
tersembunyi dalam dinding dan tidak terlihat dari luar Sementara pada kolom praktis,
biasanya jarak kolom ini berkisar antara 3 sampai 4 meter. Rangka struktur dari kolom jenis
ini biasanya berada dalam posisi vertikal untuk menopang beban balok. Fungsi kolom
praktis ini adalah untuk menahan dinding dari gaya melintang agar tidak roboh. Letak
kolom praktis juga tersembunyi di dalam dinding sehingga tidak terlihat dari luar.

2.3 Dasar-dasar perhitungan kolom

Menurut SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung, adapun dasar-dasar dalam melakukan perhitungan kolom pada bangunan adalah
sebagai berikut:

1. Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada
semua lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada
satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Adapun kombinasi
pembebanan yang menghasilkan rasio maksimum dari momen terhadap beban aksial
juga harus diperhitungkan secara baik.
2. Pada sistem konstruksi rangka atau struktur menerus, pengaruh dari adanya beban yang
tak seimbang pada lantai atau atap terhadap kolom luar ataupun dalam harus ikut
diperhitungkan. Demikian pula pengaruh beban eksentris (ganjil atau tidak wajar)
karena sebab lainnya juga harus diperhitungkan.
3. Selanjutnya, dalam menghitung momen yang diakibatkan beban gravitasi yang bekerja
pada kolom, ujung-ujung terjauh kolom dapat dianggap terjepit selama ujung-ujung
tersebut menyatu (monolit) terhadap komponen struktur lainnya.
4. Momen-monen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus didistribusikan
pada kolom di atas dan di bawah lantai berdasarkan pada kekakuan relatif kolom
dengan ikut memperhatikan kondisi kekangan pada ujung kolom.

Selain dasar perhitungan di atas, yang perlu diperhatikan dalam mendesain kolom adalah
penghitungan beban hidup kumulatif. Adapun rujukannya adalah Peraturan Pembebanan
Indonesia untuk Gedung 1983. Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat
penghunian atau penggunaan suatu bangunan gedung, termasuk juga beban-beban lantai yang
berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin, serta peralatan yang tidak dapat
terpisahkan dari gedung sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan
atap tersebut.

2.4 Struktur kolom bertulang

Tipikal kolom beton bertulang seperti pada Gambar. Tulanganpada kolom akan
terdistribusi bersama dengan bagian tepi keliling penampang kolom dan menerus sepanjang
tinggi kolom tersebut. Tulangan transversal kolom (begel) dapat berbentuk, empat persegi,
ties atau spiral. Dinding yang tinggi dan elemen ’core’ pada bangunan akan mempunyai
perilaku yang sama dengan kolom, sehingga prosedur desain dapat mengikuti aplikasi dari
kolom.
Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada
semua lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada satu
bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Kombinasi pembebanan
yangmenghasilkan rasio maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus
diperhitungkan.

Gambar tipikal kolom bertulang


Pada konstruksi rangka atau struktur menerus, pengaruh dari adanya beban yang tak
seimbang pada lantai atau atap terhadap kolom luar ataupun dalam harus diperhitungkan.
Demikian pula pengaruh dari beban eksentris karena sebab lainnya juga harus
diperhitungkan. Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada
kolom, ujung-ujung terjauh kolom dapat dianggap terjepit, selama ujungujung tersebut
menyatu (monolit) dengan komponen struktur lainnya.
Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus didistribusikan
pada kolom di atas dan di bawah lantai tersebut berdasarkan kekakuan relatif kolom dengan
juga memperhatikan kondisi kekangan pada ujung kolom. Selanjutnya analisis kolom dan
perencanaan kolom beton di sini ditekankan pada jenis kolom beton sederhana. Jenis kolom
yang dimaksud adalah kolom pendek dengan eksentrisitas kecil.

2.5 Kekuatan kolom eksentritas kecil

Hampir tidak pernah dijumpai kolom dengan beban aksial tekan secara konsentris.
Meskipun demikian pembahasan kolom dengan eksentrisitas kecil sangat penting sebagai
dasar pengertian perilaku kolom pada waktu menahan beban serta timbulnya momen pada
kolom.
Jika beban tekan P berimpit dengan sumbu memanjang kolom berarti tanpa
eksentrisitas, secara teoritis menghasilkan tegangan merata pada permukaan penampang
lintangnya. Sedangkan jika gaya tekan bekerja pada satu tempat berjarak e terhadap sumbu
memanjang, kolom akan melentur seiring dengan timbulnya momen M=P(e). Jarak e
disebut eksentrisitas gaya terhadap sumbu kolom.
Kekuatan beban aksial pada kondisi pembebanan tanpa eksentrisitas adalah:

PO = 0,85 fc’(Ag-Ast) + fyAst

dimana:
Ag = luas kotor penampang lintang kolom (mm2)
Ast = luas total penampang penulangan memanjang (mm2)
PO = kuat beban aksial tanpa eksentrisitas
Pn = kuat beban aksial dengan eksentrisitas tertentu
Pu = beban aksial terfaktor dengan eksentrisitas
Rasio penulangan adalah

Hubungan dasar antara beban dan kekuatan: Pu ≤ ø Pn ,

Ketentuan dalam SNI 03-2847-2002 selanjutnya:

− reduksi kekuatan untuk kolom dengan penulangan sengkang adalah 20%

− reduksi kekuatan untuk kolom dengan penulangan spiral adalah 15% Berdasarkan
reduksi kekuatan tersebut maka rumus kuat beban aksial maksimum adalah:

Untuk kolom dengan penulangan spiral

ø Pn(maks) = 0,85ø {0,85 fc’ (Ag-Ast) + fyAst}

Untuk kolom dengan penulangan sengkang

ø Pn(maks) = 0,80ø {0,85 fc’ (Ag-Ast) + fyAst}

Faktor reduksi ditentukan:

ø = 0.70 untuk penulangan spiral, dan


ø = 0,65 untuk penulangan dengan sengkang.

2.6 Persyaratan detail penulangan kolom

Jumlah luas penampang tulangan pokok memanjang dibatasi dengan rasio penulangan ρg
antara 0,01 dan 0,08. Secara umum luas penulangan yang digunakan antara 1,5% sampai 3 %
dari luas penampang, serta terkadang dapat mencapai 4% untuk struktur berlantai banyak,
namun disarankan tidak melebihi 4%. Sesuai SNI 03-2847-2002, penulangan pokok pada
kolom dengan pengikat spiral minimal 6 batang, sedangkan untuk sengkang segiempat adalah
4 batang, dan segitiga minimal adalah 3 batang. Beberapa susunan penulangan seperti pada
gambar.

Gambar detail penulangan tipikal


Jarak bersih antar batang tulangan pokok tidak boleh kurang dari 1,5 db atau 40 mm. Syarat-
syarat lain diantaranya:
− tebal minimum penutup beton ditetapkan tidak boleh kurang dari 40 mm
− batang tulangan pokok harus dilingkupi sengkang dengan kait pengikat lateral paling
sedikit dengan batang D10 untuk tulangan pokok D32 atau lebih kecil
− untuk tulangan pokok yang lebih besar menggunakan yang tidak kurang dari D12, tetapi
tidak lebih besar dari D16.
− jarak spasi tulangan sengkang tidak lebih dari 16 kali diameter tulangan pokok, atau 48 kali
diameter tulangan sengkang, dan dimensi lateral terkecil (lebar) kolom
− kait pengikat harus diatur sehingga sudut-sudutnya tidak dibengkokan dengan sudut lebih
besar dari 135º, seperti pada gambar.
Rasio penulangan untuk pengikat spiral tidak boleh kurang dari:

dimana:
ρs = volume tulangan spiral satu putaran
volume inti kolom setinggi s
s = jarak spasi tulangan spiral
Ag = luas kotor penampang lintang kolom (mm2)
Ac = luas penampang lintang inti kolom (tepi luar ke tepi luar spiral)
f'c = kuat tekan beton
f'y = tegangan luluh baja spiral, tidak lebih dari 400 Mpa

2.7 Pembebanan Kolom

Kolom juga harus ditinhau terhadap kemungkinan adanya beban eksentris.


Pembebanan pada kolom dibedakan menjadi dua kondisi yaitu beban terpusat dan beban
eksentris umumnya beban pada kolom termasuk beban eksentris dan sangat jarang bebab
kolom tepat terpusat. Pada beban eksentris pusat beban tidak berada tepat dipusat titik berat
penampang.
tetapi terdapat eksentrisitas jarak sebesar “e” dari pusat beban kepusat penampang.
Adanya eksentrisitas ini harus diperhitungkan karena menimbulkan momen.Untuk mencari
besarnya momen rencana kolom dapat dilihat dari besarnya momen hasil perhitungan
mekanika dengan program SAP2000 atau dari perhitungan momen actual balok.

2.8 Kekuatan Kolom Pendek Dengan Beban Sentris

Pada awalnya, beton maupun baja berperilaku elastis. Saat regangannya mencapai
sekitar 0,003, beton mencapai kekuatan maksimum f’c. Secara teoritis, beban maksimum
yang dapat dipikul oleh kolom adalah beban yang menyebabkan terjadinya tegangan f’c
pada beton. Penambahan beban lebih lanjut bisa saja terjadi apabila strain hardening pada
baja terjadi disekitar regangan 0,003. Kolom dapat diperoleh dengan menambahkan
kontribusi beton, yaitu (Ag – Ast) 0,85 f’c dan kontribusi baja, Astfy.
Ag adalah luas bruto total penampang beton, dan Ast adalah luas total tulangan baja =
As + A’s. Yang digunakan dalam perhitungan di sini adalah 0,85 f’c, bukan f’c. Hal ini
disebabkan oleh kekuatan maksimum yang dapat dipertahankan pada struktur actual
mendekati harga 0,85 f’c. Dengan demikian, kapasitas beban sentris maksimum adalah Po
yang dapat dinyatakan sebagai:
Po = 0,85 f ‘c (Ag – Ast) + Ast fy.
Untuk mengurangi perhitungan eksentrisitas minimum yang diperlukan dalam analisis
dan desain, perlu adanya reduksi beban aksial sebesar 20% untuk kolom bersengkang dan
15% untuk kolom berspiral. Pada “Kekuatan Kolom dengan Beban Eksentris: Aksial Dan
Lentur”, prinsip-prinsip pada balok mengenai distribusi tegangan segiempat ekuivalennya
dapat diterapkan juga pada kolom. Pada penampang melintang suatu kolom segi empat
tipikal dengan diagram distribusi regangan, tegangan dan gaya padanya.

2.9 Ragam kegagalan pada kolom

Berdasarkan besarnya regangan pada tulangan baja yang tertarik, penampang kolom
dapat dibagi menjadi tiga kondisi awal keruntuhan, yaitu:
1) Keruntuhan tarik, yang diawali dengan lelehnya tulangan yang tertarik.
2) Keruntuhan tekan, yang diawali dengan hancurnya beton yang tertekan.
3) Kondisi balanced terjadi apabila keruntuhan diawali dengan lelehnya tulangan yang
tertarik sekaligus juga hancurnya beton yang tertekan.

Apabila Pn adalah beban aksial dan Pnb adalah beban aksial pada kondisi balanced, maka:

Pn < Pnb keruntuhan tarik


Pn = Pnb keruntuhan balanced
Pn > Pnb keruntuhan tekan

2.10 Kuat geser kolom

Menurut SNI-1726-2002, gaya geser rencana Ve harus ditentukan dengan


memperhitungkan gaya-gaya maksimum yang dapat terjadi pada muka hubungan balok-
kolom pada setiap ujung komponen struktur. Gaya-gaya pada muka hubungan balok-kolom
tersebut harus ditentukan menggunakan kuat momen maksimum Mpr dari komponen
struktur tersebut yang terkait dengan rentang beban-beban aksial terfaktor yang bekerja.
Gaya geser rencana Ve pada kolom dapat dihitung berdasarkan persamaan sebagai
berikut ini.
Ve = Mpr1 + Mpr2 /H
dengan:
Ve = gaya geser rencana kolom
Mpr1 = kuat momen lentur 1
Mpr2 = kuat momen lentur 2
H = tinggi kolom
Momen-momen ujung Mpr untuk kolom tidak perlu lebih besar daripada momen yang
dihasilkan oleh Mpr untuk balok yang merangka pada hubungan balok-kolom. Ve tidak
boleh lebih kecil daripada nilai yang dibutuhkan berdasarkan hasil analisis struktur.
Pada daerah sepanjang sendi plastis (sepanjang λo), SNI-2847-2002 mensyaratkan untuk
tetap meninjau Vc selama gaya tekan aksial termasuk akibat pengaruh gempa melebihi
Ag.f’c/10. Dalam hal ini sangat jarang gaya aksial kolom kurang dari Ag.f’c/10. Sehingga
Vc pada daerah sendi plastis bisa tetap diabaikan (Vc = 0), hal ini karena meskipun
peningkatan gaya aksial meningkatkan nilai Vc tetapi juga meningkatkan penurunan
ketahanan geser.

2.11 Kolom pendek

Kolom pendek / short column yang kemampuannya dipengaruhi oleh kekuatan material
dan bentuk geometri dari potongan melintang dan tidak dipengaruhi oleh panjang kolom
karena defleksi lateral (lendutan ke samping) yang terjadi sangat kecil (tidak signifikan).

2.12 Kolom Langsing

Kolom langsing / slender column yaitu kolom yang kekuatannya akan terkurangi
dengan adanya defleksi lateral. Kolom langsing dapat menjadi kolom pendek bila
dipasangi lateral bracing ataupun dipasangi diafragma.

Dan kedua kategori kolom di atas maka masing-masing kategori dapat berupa:

1. Kolom dengan tulangan dua sisi


2. Kolom dengan tulangan terdistribusi

2.13 Kolom dengan tulangan dua sisi


Kolom menerima gaya aksial P dan momen M, dan gaya M ini dapat digantikan dengan
oleh gaya P tersebut yang bekerja pada eksentrisitas e = M/P. Bila nilai e ini relatif kecil
maka seluruh penampang akan berada pada daerah tekan dan dianggap tidak ada momen
yang bekerja.

Kolom dengan tulangan dua sisi

Tulangan tekan pada kolom beton yang dibebani eksentris pada tingkat beban ultimit
umumnya akan mencapai tegangan leleh, kecuali jika beban tersebut kecil, atau
menggunakan baja mutu tinggi atau dimensi kolomnya relatif kecil. Sehingga umumnya
diasumsikan bahwa baja tulangan tekan sudah leleh, kemudian baru regangan diperiksa
apakah memenuhi ketentuan ini.

2.14 Kolom dengan tulangan terdistribusi

Tulangan terdistribusi lebih banyak dipakai untuk struktur kolom daripada tulangan dua
sisi, meskipun begitu dalam perhitungannya memerlukan perhitungan yang banyak
sehingga lebih mudah menggunakan program komputer dalam perhitungan kolom dengan
tulangan terdistribusi.
Kolom dengan tulangan terdistribusi

2.15 Kolom Langsing / Slender Column

Suatu kolom yang tinggi dengan penampang kecil harus ditinjau terhadap pengaruh
kelangsingan. Pengaruh kelangsingan hanya terjadi pada kolom dengan beban aksial tekan,
karena kolom tarik tidak dipengaruhi oleh panjang kolom. Kolom langsing dapat
mempengaruhi kekuatan, karena akan terjadi tekuk pada kolom yang menambah momen
yang sudah ada. Momen ini disebut momen sekunder. Umumnya dalam perhitungan
analisis struktur dengan komputer (misal : SAP atau ETABS) kelangsingan suatu kolom
sudah dihitung otomatis sehingga tidak perlu dihitung lagi.
2.16 Contoh Soal
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara garis besar kolom di bedakan menjadi beberapa macam yaitu kolom
menggunakan pengikat sengkang spiral, kolom menggunakan pengikat spiral, dan
struktur kolom komposit. Kelangsingan kolom adalah pertimbangan penting dalam
perencanaan kolom karena semakin langsing atau semakin panjangnya suatu
kolom, kekuatan penampangnya akan berkurang bersamaan dengan timbulnya
masalah tekuk yang dihadapi. Keruntuhan kolom langsing lebih ditentukan oleh
kegagalan tekuk lateral dari pada kuat lentur penampangnya, Eksentris beban dapat
terjadi akibat timbulnya momen yang disebabkan oleh kekangan pada ujung-ujung
kolom yang dicetak monolit dengan komponen lain, pelaksanaan pemasangan yang
kurang sempurna, ataupun penggunaan mutu bahan yang tidak merata.
Daftar Pustaka

Andy, H. (2020). Definisi, Fungsi, Jenis, dan Perhitungan Kolom dalam Bangunan. Diakses
17 September 2023, dari https://eticon.co.id/kolom-dalam-bangunan/
Kusuma, A. (2023). Struktur Kolom Beton Bertulang. Diakses 17 September 2023, dari
https://www.jayasteel.com/2022/10/struktur-kolom-beton-bertulang.html?m=1
SITUS TEKNIK SIPIL: Kolom Beton Bertulang. (2023). Diakses 18 September 2023, dari
https://www.situstekniksipil.com/2017/02/pengertian-kolomjenis-jenis-
kolomfungsi.html?m=1
Budi, K., & Budi, K. (2013). Struktur Kolom. Diakses 18 September 2023, Dari
https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-beton/struktur-kolom

Anda mungkin juga menyukai