Anda di halaman 1dari 16

Tumpuan adalah tempat bersandarnya konstruksi dan tempat

bekerjanya reaksi. Jenis tumpuan yang digunakan berpengaruh terhadap


jenis konstruksi. Jenis tumpuan yang sering digunakan dalam bangunan
adalah tumpuan sendi, rol, dan jepit.
Tumpuan Sendi
Tumpuan sendi dapat menerima gaya dari segala arah tetapi tidak
mampu menahan momen. Dengan demikian tumpuan sendi hanya
mempunyai dua gaya reaksi yaitu reaksi vertikal RV dan reaksi
horisontal RH.

Tumpuan Sendi
Tumpuan Rol
Tumpuan rol hanya dapat menerima gaya tegak lurus, dan tidak mampu
menahan momen. Dengan demikian tumpuan rol hanya dapat menahan
satu gaya reaksi yang tegak lurus dengan RV.
Tumpuan Rol
Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit dapat menahan gaya ke segala arah dan dapat menahan
momen. Dengan demikian jepit mempunyai tiga reaksi yaitu reaksi
vertikal RV, reaksi horisontal RH dan reaksi momen RM.

Tumpuan Jepit
Selanjutnya gaya dan beban apa saja yang mempengaruhi jenis tumpuan
diatas? Dalam perhitungan struktur kita mengenal beberapa jenis beban.
Beban pada struktur tersebut digunakan untuk menyederhanakan di
dalam perhitungan analisis dan desain struktur.
Dalam melakukan permodelan, analisis dan desain struktur, perlu ada
gambaran mengenai perilaku besar beban yang bekerja pada struktur
tersebut.
1. Gaya statis adalah gaya yang bekerja secara terus menerus pada
struktur dan mempunyai karakter steady states.
2. Gaya dinamis adalah gaya yang bekerja secara tiba-tiba pada struktur.

2.1 Pengertian Struktur Gedung Bagian Atas


Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di atas
muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat, balok,dinding geser dan
tangga, yang masing-masing mempunyai peran yang sangat penting.

2.2 Komponen-Komponen Struktur Gedung Bagian Atas

2.2.1. Kolom
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari
suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban
seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang
memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban
hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang
tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
paling tidak tiga kali dimensi lateral.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara
material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan
beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton
memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya
tekan dan gaya tarik pada bangunan.
2.2.1.1. Prinsip Desain Kolom
Elemen struktur kolom yang mempunyai nilai perbandingan antara panjang dan dimensi
penampang melintangnya relatif kecil disebut kolom pendek. Kapasitas pikul-beban kolom
pendek tidak tergantung pada panjang kolom dan bila mengalami beban berlebihan, maka kolom
pendek pada umumnya akan gagal karena hancurnya material. Dengan demikian, kapasitas
pikul-beban batas tergantung pada kekuatan material yang digunakan. Semakin panjang suatu
elemen tekan, proporsi relatif elemen akan berubah hingga mencapai keadaan yang disebut
elemen langsing. Perilaku elemen langsing sangat berbeda dengan elemen tekan pendek.
Perilaku elemen tekan panjang terhadap beban tekan adalah apabila bebannya kecil, elemen
masih dapat mempertahankan bentuk liniernya, begitu pula apabila bebannya bertambah. Pada
saat beban mencapai nilai tertentu, elemen tersebut tiba-tiba tidak stabil, dan berubah bentuk
menjadi seperti tergambar.
Hal inilah yang dibuat fenomena tekuk (buckling) apabila suatu elemen struktur (dalam
hal ini adalah kolom) telah menekuk, maka kolom tersebut tidak mempunyai kemampuan lagi
untuk menerima beban tambahan. Sedikit saja penambahan beban akan menyebabkan elemen
struktur tersebut runtuh. Dengan demikian, kapasitas pikul-beban untuk elemen struktur kolom
itu adalah besar beban yang menyebabkan kolom tersebut mengalami tekuk awal. Struktur yang
sudah mengalami tekuk tidak mempunyai kemampuan layan lagi. Fenomena tekuk adalah suatu
ragam kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan suatu elemen struktur yang dipengaruhi
oleh aksi beban. Kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan dapat terjadi pada berbagai
material. Pada saat tekuk terjadi, taraf gaya internal bisa sangat rendah. Fenomena tekuk
berkaitan dengan kekakuan elemen struktur. Suatu elemen yang mempunyai kekakukan kecil
lebih mudah mengalami tekuk dibandingkan dengan yang mempunyai kekakuan besar. Semakin
panjang suatu elemen struktur, semakin kecil kekakuannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi beban tekuk (Pcr) pada suatu elemen struktur tekan
panjang. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1 .Panjang Kolom
Pada umumnya, kapasitas pikul-beban kolom berbanding terbalik dengan kuadrat
panjang elemennya. Selain itu, faktor lain yang menentukan besar beban tekuk adalah yang
berhubungan dengan karakteristik kekakuan elemen struktur (jenis material, bentuk, dan ukuran
penampang).
2. Kekakuan
Kekakuan elemen struktur sangat dipengaruhi oleh banyaknya material dan distribusinya.
Pada elemen struktur persegi panjang, elemen struktur akan selalu menekuk pada arah seperti
yang diilustrasikan pada di bawah bagian (a). Namun bentuk berpenampang simetris (misalnya
bujursangkar atau lingkaran) tidak mempunyai arah tekuk khusus seperti penampang segiempat.
Ukuran distribusi material (bentuk dan ukuran penampang) dalam hal ini pada umumnya dapat
dinyatakan dengan momen inersia (I).
3. Kondisi ujung elemen struktur
Apabila ujung-ujung kolom bebas berotasi, kolom tersebut mempunyai kemampuan
pikul-beban lebih kecil dibandingkan dengan kolom sama yang ujung-ujungnya dijepit. Adanya
tahanan ujung menambah kekakuan sehingga juga meningkatkan kestabilan yang mencegah
tekuk. Mengekang (menggun akan bracing) suatu kolom pada suatu arah juga meningkatkan
kekakuan. Fenomena tekuk pada umumnya menyebabkan terjadinya pengurangan kapasitas
pikul-beban elemen tekan. Beban maksimum yang dapat dipikul kolom pendek ditentukan oleh
hancurnya material, bukan tekuk.
Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis yaitu kolom utama
dan kolom praktis.
a. Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah
beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah
3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitubesar, dan apabila jarak
antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan
dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20,
dengan tulangan pokok 8 d12 mm, danbegel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton
diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cmmaksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
b. Kolom Praktis
Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding
agardinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter,atau pada pertemuan pasangan bata,
(sudutsudut).Dimensi kolom praktis 15/15 dengantulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom beton
bertulang yaitu :

1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom brton yang ditulangi
dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat
sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap
kokoh pada tempatnya. Terlihat dalam gambar 1.

2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja sebagai
pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks
menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk
menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran
seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud. Seperti pada gambar 1.(b).

3. Struktur kolom komposit seperti tampak pada gambar 1. Merupakan komponen struktur tekan yang
diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang
tulangan pokok memanjang
2.2.2. Balok

Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan bagian
struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai
atas.Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan akan beban-beban.
Persyaratan balok menurut PBBI 1971.N.I – 2 hal. 91 sebagai berikut :
a. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih. Tinggi balok
harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar badan yang dipilih.
b. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang tulangan untuk balok
tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat mungkin harus dihindarkan pemasangan
tulangan balok dalam lebih dari 2 lapis, kecuali pada keadaan-keadaan khusus.
c. Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari penampang.
d. Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang sampingnya harus dipasang
tulangan samping dengan luas minimum 10% dari luas tulangan tarik pokok. Diameter batang
tulangan tersebut tidak boleh diambil kurang dari 8 mm pada jenis baja lunak dan 6 mm pada
jenis baja keras.
e. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh diambil lebih dari
30 cm, sedangkan dibagian balok sengkang-sengkang bekerja sebagai tulangan geser. Atau jarak
sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 dari tinggi balok. Diameter batang sengkang
tidak boleh diambil kurang dari 6 mm pada jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.

4. KOLOM
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari
balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting
dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis
yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,

1996).

SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur


bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian
tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah
bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan
dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban
hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban
sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang
diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan
tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila
besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun
harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima
beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat,
terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya
agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang
tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua
material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain
seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

Jenis-Jenis kolom Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom
ada tiga:
1.Kolom ikat (tie column)
2.Kolom spiral (spiral column)
3.Kolom komposit (composite column)
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom
beton bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton
yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi
tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk
memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya
saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan
keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral
adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum
runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum
proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.
3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada
arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang
tulangan pokok memanjang.
Kolom Utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama yang
berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m,
agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak
antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung.
Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya
dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12
maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel
diameter 8 dengan jarak 10 cm).
Kolom Praktis Adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga
sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau
pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan
tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.
Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai bawah sampai lantai atas,
artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan
menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan
denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke
atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke
atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar
pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama.
Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok portal merangkai kolom-
kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari plat lantai dan
meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit,
yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya
horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan
dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.

1. PONDASI BANGUNAN
Pondasi merupakan komponen/ struktur paling bawah dari sebuah bangunan,
meski tidak terlihat secara langsung saat bangunan sudah selesai, namun secara
fungsi struktur, keberadaan pondasi tidak boleh terabaikan. Perlu perencanaan yang
matang, karena salah satu faktor yang mempengaruhi keawetan atau keamanan
bangunan adalah pondasi.

Dalam menentukan jenis, ukuran, dan konstruksi pondasi harus memperhatikan


jenis bangunan, beban bangunan, kondisi tanah, dan faktor-faktor lain yang
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Karena fungsi pondasi
adalah sebagai perantara untuk meneruskan beban struktur yang ada di atas muka
tanah dan gaya-gaya lain yang bekerja ke tanah pendukung bangunan tersebut.Dengan
demikian, sebaiknya perlu perhitungan matang dan tidak hanya berdasar kebiasaan
setempat. Karena sering ditemui, banyak yang membuat rumah hanya didasari dari
kebiasaan masyarakat.

Sebagai contoh: Sebuah rumah sudah mengalami retak pada dindingnya,


padahal konstruksinya sudah sangat kuat, mulai dari sloof, kolom, dinding, semua
menggunakan konstruksi yang kuat. Tapi ada yang terlupakan, tanah yang
dipergunakan untuk membangun rumah saat ini adalah bekas sawah, sehingga kondisi
tanah belum stabil, sedangkan pondasi yang digunakan adalah pondasi yang biasa
digunakan diwilayah tersebut.

Pondasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu pondasi dangkal dan pondasi
dalam. Seperti sebagai berikut:

Pondasi dangkal
Jenis pondasi dangkal kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya
beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah
pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah,dibuat dari beton atau pasangan batu,
meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah keras. Berikut yang
termasuk pondasi dangkal diantaranya:
 Pondasi Umpak. Biasanya jenis pondasi ini digunakan pada rumah adat, rumah
kayu, atau rumah tradisional jaman dulu.
 Pondasi Batu Bata / rollag bata. Jenis pondasi yang dibuat dengan bahan dasar
batu bata. Dalam pemasangannya disusun sedemikian rupa sehingga dapat
menahan berat bangunan yang ada di atasnya dan meneruskanya ke
tanah. Pada awalnya pondasi rollagbata merupakan pondasi yang diaplikasikan
untuk menopang berat beban pada bangunan. Namun, pada saat ini pondasi
rollag bata telah lama ditinggalkan.Selain mahal, pemasangannya pun
membutuhkan waktu yang lama serta tidak memiliki kekuatan yang bisa
diandalkan. Akan tetapi, pondasi ini tetap digunakan untuk menahan beban
ringan, misalnya pada teras.
 Pondasi Batu Kali. Jenis pondasi yang bahan dasarnya batu kali. Pondasi batu
kali sering kita temuin pada bangunan – bangunan rumah tinggal.Pondasi ini
masih digunakan, karena selain kuat, pondasi ini pun masih termasuk
murah.Bentuknya yang trapesium dengan ukuran tinggi 60 – 80 Cm, lebar
pondasi bawah 60 – 80 Cm dan lebar pondasi atas 25 – 30 Cm. Bahan lain yang
murah sebagai alternatif pengganti pondasi batu kali adalah memanfaatkan
bongkaran bekas pondasi tiang pancang ( Bore Pile ) atau beton bongkaran
jalan. Bekas bongkaran tersebut cukup kuat digunakan untuk pondasi, sebab
mutu beton yang digunakan ialah K-250 s/d K-300.Permukaannya yang tajam
dan kasar mampu mengikat adukukan semen dan pasir.Bila dibandingkan
dengan pondasi rollag bata, tentu bongkaran bekas beton jauh lebih kuat.
Ukurannya rata – rata 30 x 30 cm.
 Pondasi bor mini (Strauss Pile). Pondasi bor mini atau strauss pile ini digunakan
pada kondisi tanah yang jelek, seperti bekas empang atau rawa yang lapisan
tanah kerasnya berada jauh dari permukaan tanah.Pondasi ini bisa digunakan
untuk rumah tinggal sederhna atau bangunan dua lantai. Kedalamannya 2 – 5
meter. Ukuran diameter pondasi mulai dari 20, 30 dan 40 Cm. Pengerjaannya
dengan mesin bor atau secara manual.Diatas pondasi bor mini ada blok beton (
pile cap ).Pile cap ini merupakan media untuk mengikat kolom dengan sloof.
 Pondasi Telapak/ Footplat
 Dll

2. PONDASI TIANG PANCANG


Jenis pondasi dalam digunakan untuk menyalurkan beban bangunan melewati
lapisan tanah yang lemah di bagian atas ke lapisan bawah yang lebih keras. Contohnya
antara lain tiang pancang, tiang bor, kaison, dan semacamnya. Penyebutannya dapat
berbeda-beda tergantung disiplin ilmu atau pasarannya. Sebagai bagian dari pondasi
dalam diantaranya:

 Pondasi tiang pancang (driven pile). Tiang pancang pada dasarnya sama
dengan bore pile, hanya sja yang membedakan bahan dasarnya.Tiang pancang
menggunakan beton jadi yang langsung ditancapkan langsung ketanah dengan
menggunakan mesin pemancang.Karena ujung tiang pancang lancip menyerupai
paku, oleh karena itu tiang pancang tidak memerlukan proses pengeboran.
 Pondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2
meter.Digunakan untuk pondasi bangunan – bangunan tinggi.Sebelum
memasang bore pile, permukaan tanah dibor terlebih dahulu dengan
menggunakan mesin bor. Hingga menemukan daya dukung tanah yang sangat
kuat untuk menopang pondasi.Setelah itu tulang besi dimasukan kedalam
permukaaan tanah yang telah dibor, kemudian dicor dengan beton.Pondasi ini
berdiameter 20 Cmkeatas.Dan biasanya pondasi ini terdiri dari 2 atau lebih yang
diatasnya terdapat pile cap.

Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan /


settlement tertentu oleh para Insinyur geoteknik dan struktur. Desain utamanya
mempertimbangkan penurunan dan daya dukung tanah, dalam beberapa kasus semisal
turap, defleksi / lendutan pondasi juga diikutkan dalam perteimbangan. Ketika berbicara
penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan total (keseluruhan bagian pondasi
turun bersama-sama) dan penurunan diferensial (sebagian pondasi saja yang turun /
miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi struktur yang didukungnya. Daya
dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah terhadap pondasi(
tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya,
dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu
sendiri. Dalamnya tanah serta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah
sulit dipastikan, oleh karena itu para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja
hanya boleh, biasanya, sepertiga dari kekuatan desainnya.
Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjad

 Beban horizontal/beban geser, contohnya beban akibat gaya tekan tanah,


transfer beban akibat gaya angin pada dinding.
 Beban vertikal/beban tekan dan beban tarik, contohnya:
 Beban mati, contoh berat sendiri bangunan
 Beban hidup, contoh beban penghuni, air hujan dan salju
 Gaya gempa
 Gaya angkat air
 Momen
 Torsi
 Pondasi
 Pengertian umum pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang terhubung
langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bwah permukaan tanah
yang berfungsi memikul beban bangunan yang ada diatas nya. Pondasi harus di
perhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beban bangunan itu
sendiri, beban-beban bangunan, gaya-gaya luar seperti tekanan angin gempa bumi, dan
lain-lain. Di samping itu, tidak boleh adanya penurunan level melebihi batas yang di
izinkan.
 Agar kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan harus diletakkan
pada tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung beban bangunan tanpa
menimbulkan penurunan yang berlebih. Pondasi merupakan struktur dari bangunan yang
sangat penting, karena fungsinya adalah menopang bangunan yang ada diatasnya.maka
proses pembangunan nya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
  Cukup kuat menahan muatan geser akibata muatan tegak kebawah.
  Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil.
  Tahan terhadap perubahan cuaca.
  Tahan terhadap pengaruh bahan kimia.
 Suatu sistim harus menjamin dan mampu mendukung bangunan yang ada diatasnya.
Untuk itu pondasi harus kuat, stabil, dan aman agar tidak mengalami penurunan, tidak
mengalami patah karena akan sulit untuk memperbaiki sistem pondasi. Pembuatan
pondasi harus berdasarkan beberapa hal berikut :
  Berat bangunan yang akan di pikul oleh pondasi.
  Jenis tanah dan dan daya dukung tanah.
  Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempet.
  Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
  Lokasi dan lingkungan pekerjaan.
  Waktu dan biaya pekerjaan.
 Hal yang penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut soil investigation,
atau penyelidikan tanah. Pondasi harus di letakkan pada tanah yang keras dan padat.
Untuk mengetahui letak/kedalaman tanah yang keras dan tgangan tanah/daya dukung
tanah, maka perlu diadakannya penyelidikan tanah, yaitu dengan cara :
  Pengeboran (Driling), dari lubang hasil pengeboran akan di ketahui contoh-contoh
tanah yang kemudian dikirim ke laboratorium mekanika tanah.
  Percobaan Penetrasi (Penetration Test), dengan cara menggunakan alat yang disebut
Sondir Statik Penetrometer. Ujungnya berupa conus yang ditekan masuk ke dalam tanah,
dan secaa otomatis akan dibaca hasil sondir tegangan tanah.

Anda mungkin juga menyukai