PENDAHULUAN
Minyak dan lemak adalah trigliserida yang merupakan bagian terbesar dari
kelompok lipida, yang merupakan senyawa hasil kondensasi molekul gliserol
dengan tiga molekul asam lemak. Minyak sawit sebagai minyak atau lemak yang
merupakan suatu trigliserida termasuk golongan minyak dengan rantai asam lemak
yang berupa asam oleat-linoleat. Pembentukan minyak dan lemak dalam buah
kelapa sawit mulai berlangsung beberapa minggu sebelum matang. Dalam
pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit, selalu menghasilkan
limbah cair yang biasanya mengandung minyak dan lemak. Limbah cair pabrik
kelapa sawit mengandung kadar minyak dan lemak 30 mg/l pada industri minyak
sawit dan 15 mg/l pada produk industri minyak nabati. Selain minyak dan lemak,
limbah cair pabrik kelapa sawit juga mengandung BOD, COD, Nitrogen total,
Phosfat, Ammonia total, dan lain-lain.
1
terikat dengan pengotor sedangkan ujung ion akan tercelup dalam air sehingga
kotoran diikat deterjen dan dibebaskan dari bendanya.
Tujuan dari praktikum penetapan kadar minyak, lemak, dan deterjen sebagai
MBAS adalah:
1. Mengukur kadar minyak dan lemak dalam sampel air Sungai Grogol di
depan Polsubsektor Citraland.
2. Mengukur kadar deterjen sebagai MBAS dalam sampel air Sungai Grogol
di depan Polsubsektor Citraland.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen lain di dalam air (Hefni Efffendi, 2003). Limbah adalah sampah cair dari
suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan
dengan hampir 0.1% dari padanya berupa benda-benda padat yang terdiri dari zat
organik dan bukan organik (Mahida, 1986). Limbah Industri adalah limbah yang
berasal dari rumah tangga, kantor, hotel, restoran, tempat ibadah, tempat hiburan,
pasar, pertokoan, pelabuhan, dan rumah sakit (MENKES NO.1973/MEN/1997
dalam Thoni Kurniawan, 2004). Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari
rumah tangga, kantor, hotel, restoran, tempat ibadah, tempat hiburan, pasar,
pertokoan, pelabuhan, dan rumah sakit (MENKES No. 1973/MEN/1997).
Pencemaran air adalah masuk dan dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air menurun
sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan tidak lagi berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya (Hefni Effendi, 2003). Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-
wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan
dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis luar
pengamannya (Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1991).
Minyak dan lemak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester
dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak nabati terdapat dalam buah-
buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, akar tanaman dan sayaur-sayuran. Dalam
jaringan hewan lemak terdapat di seluruh badan, tetapi jumlah terbanyak terdapat
dalam jaringan adipose dan tulang sumsum. Sebagian besar minyak nabati
berbentuk cair karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh, yaitu asam
oleat , linoleat, atau asam linolenat dengan titik cair yang rendah. Lemak hewani
pada umumnya berbentuk padat pada suhu kamar karena banyak mengandung asam
lemak jenuh, misalnya asam palmitat dan stearat yang mempunyai titik cair lebih
3
tinggi. (Ketaren, 1986) Semua lemak bahan makanan yang berasal dari hewan dan
sebagian besar minyak nabati mengandung asam lemak rantai panjang, minyak
kelapa sawit mengandung asam lemak rantai sedang, asam lemak rantai sangat
panjang terdapat dalam minyak ikan. Titik cair asam lemak meningkat dengan
bertambahnya rantai karbon. Asam lemak terdiri dari rantai karbon yang mengikat
semua hidrogen dinamakan asam lemak jenuh. (Almatsier, 2001).
Sumber utama dari pencemaran minyak dan lemak umumnya adalah rumah
tangga dan industri. Mikroorganisme merupakan organisme yang paling berperan
dalam dekomposisi minyak di laut. Setelah kira-kira tiga bulan, hanya tinggal 15%
dari volume minyak yang mencemari air masih tetap terdapat di dalam air. Jika
pencemaran minyak terjadi di pantai, penghilangan minyak mungkin lebih cepat
karena minyak akan melekat pada benda-benda padat seperti batu dan pasir yang
mengalami kontak dengan air yang tercemar tersebut.
Keberadaan minyak dan lemak terdapat dua macam emulsi yang terbentuk
antara minyak dengan air, yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam
minyak. Emulsi minyak dalam air terjadi jika droplet-droplet minyak terdispersi di
dalam air dan distabilkan dengan intraksi kimia dimana air menutupi permukaan
4
droplet-droplet tersebut. Hal ini terjadi terutama di dalam air yang berombak, dan
droplet-droplet minyak tersebut tidak terdispersi pada permukaan air, melainkan
menyebar di dalam air. Beberapa di antara droplet minyak, terutama yang terikat
dengan partikel mineral, akan menjadi lebih berat dan akhirnya mengendap ke
bawah. Emulsi air dalam minyak terbentuk jika droplet-droplet air ditutupi oleh
lapisan minyak. Emulsi ini distabilkan oleh interaksi di antara droplet-droplet air
yang tertutup. Emulsi semacam ini terlihat sebagai lapisan yang mengapung pada
permukaan air. Kadang-kadang kandungan air dalam droplet-droplet minyak cukup
tinggi, maka volume totalnya menjadi lebih besar dibandingkan dengan minyak
aslinya (Kristanto, 2002).
5
menimbulkan rasa pada air dan dapat menurunkan absorpsi oksigen di perairan
(Effendi, 2003). Pengaruh lingkungan yang paling jelas adalah adanya busa pada
aliran sungai. Hynes dan Roberts (1962), dalam studi aliran sungai di Inggris yang
menerima limbah air mengandung surfaktan (2-4 ppm) tidak dapat mendeteksi
perubahan apa pun dalam struktur komunitas biota air karena surfaktan (Connell,
1995). Deterjen keras berbahaya bagi ikan biarpun konsentrasinya kecil, misalnya
natrium dodesil benzene sulfonat dapat merusak insang ikan, biarpun hanya 5 ppm.
Tanaman air juga dapat menderita jika kadar deterjen tinggi. Kemampuan
fotosintetis dapat terhenti (Sastrawijaya, 1991). Permasalahan juga ditimbulkan
oleh deterjen yang mengandung banyak polifosfat yang merupakan penyusun
deterjen yang masuk ke badan air. Poliposfat dari deterjen ini diperkirakan
memberikan kontribusi sekitar 50 % dari seluruh fosfat yang terdapat diperairan.
Keberadaan fosfat yang berlebihan menstimulir terjadinya eutrofikasi
(pengkayaan) perairan (Effendi, 2003).
4.2 Perhitungan
Diketahui:
A = 106.217,4 mg
B = 105.671,6 mg
Vsampel = 100 ml
Jawab:
1000
Berat (mg/L) = (𝐴 − 𝐵) 𝑥 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1000
Berat (mg/L) = (106217,4 − 105671,6) 𝑥 = 5458 mg/l
100
6
4.2.2 Deterjen sebagai MBAS
Conc Abs
Sampel 1 0 0
Sampel 2 4 0,193
Sampel 3 12 0,464
Sampel 4 20 0,63
Sampel 5 28 0,786
Sampel 6 36 0,868
Sampel 7 44 0,971
Diketahui:
A (Int) = 0,1198
B (Slope) = 0,0213
r = 0,97
r2 = 0,946
Jawab:
𝑚𝑔 𝑎𝑏𝑠−𝑖𝑛𝑡
𝑋 ( )=
𝐿 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
𝑚𝑔 0,665−0,1198
𝑋 ( )= =22,596 mg/l
𝐿 0,0213
7
Grafik Deterjen sebagai MBAS
1.2
y = 0.0213x + 0.1198
1
0.8
Abs
0.6 Tabel
Sampel
0.4
Linear (Tabel)
0.2
0
0 10 20 30 40 50
mg/l
4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini melakukan percobaan isotherm adsorpsi dan jartest
dalam sampel air Sungai Grogol tepatnya di depan Polsubsektor Citraland, menurut
keputusan gubernur DKI Jakarta no 582 tahun 1995 masuk ke dalam golongan C
yang peruntukannnya untuk perikanan. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi
hari sekitar pukul 7.00 WIB dengan cuaca cerah. Air sungai berwarna hitam dengan
arus aliran yang tidak begitu deras. Terlihat banyak sampah yang terperangkap di
dalam badan sungai tersebut.
Pada praktikum ini dilakukan dua kali pengamatan yaitu pengamatan insitu
dan pengamatan eksitu. Pengamatan insitu terdiri dari pengukuran pH, suhu, dan
DO sementara pengamatan eksitu terdiri dari pengukuran kadar minyak, lemak, dan
deterjen sebagai MBAS. Pengukuran pH, suhu dan DO dilakukan di dalam
laboratorium lingkungan yang seharusnya diukur langsung setelah pengambilan
sampel, hal ini terjadi karena kurangnya alat pH meter, thermometer, dan DO meter
di laboratorium lingkungan, hasil pH nya adalah 7,02 yang menurut keputusan
gubernur DKI Jakarta no 582 tahun 1995 di depan Polsubsek Citraland masih sesuai
8
dengan peruntukannya. Pada parameter DO secara insitu didapatkan nilai 0,85 mg/l
sudah tidak sesuai dengan peruntukannya.
9
dengan kloroform, lalu pencucian dengan air, dan yang terakhir pengukuran warna
biru dalam kloroform dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm.
Alkil sulfonate linear merupakan surfaktan anionic yang umum digunakan sebagai
standar dalam metode MBAS. Surfaktan anionic bereaksi dengan biru metilen
membentuk pasangan ion berwarna biru yang larut dalam pelarut organik,
Intensistas pembentukkan warna biru dalam fase organic selanjutnya diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm sebagai MBAS. Serapan yang
diukur setara dengan kadar surfaktan anionik.
10
BAB V
KESIMPULAN
11