Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN I

PENENTUAN MINYAK DAN LEMAK, DAN PENETAPAN DETERGEN


SEBAGAI MBAS

8 Mei 2018

Oleh :
Kelompok 15
1. Mayang Nuur Ervani (082001600035)
2. Nada Noer Halimah (082001600044)

Asisten Laboratorium :
Renata Perwita sari

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS ARSITEKTUR LANSEKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber daya air selain merupakan sumber daya alam juga merupakan
komponen ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan air
cenderung semakin meningkat dari waktu ke waktu, baik untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia seperti untuk air minum, air bersih dan sanitasi maupun sebagai
sumber daya yang diperlukan bagi pembangunan ekonomi seperti untuk pertanian,
industri, pembangkit tenaga listrik dan pariwisata. Air yang digunakan untuk berbagai
kebutuhan dan keperluan hingga saat ini dan untuk kurun waktu mendatang masih
mengandalkan pada sumber air permukaan, khususnya air sungai. Ketersediaan
sumber daya air sungai cenderung menurun karena penurunan kualitas dan kuantitas
yang tersedia juga karena kualitas yang ada menjadi tidak dapat dimanfaatkan karena
adanya pencemaran.
Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah
cair yang berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan
dampak yang luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan
sumber daya air di masa mendatang dan bencana alam semisal erosi, banjir, dan
kepunahan ekosistem perairan tidak lagi dapat terjadi apabila kita kaum akademisi
tidak peduli terhadap permasalahan tersebut.
Sungai merupakan salah satu sumber air yang banyak dimanfaatkan. Hal ini
tentu berbeda lagi apabila sungai telah menjadi tercemar. Bagi beberapa anggota
masyarakat yang mengabaikan bahaya limbah, air sungai masih dimanfaatkan untuk
mencuci, mandi, bahkan memasak. Ikan–ikan yang hidup dalam sungai tersebut juga
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan protein mereka. Padahal jika sungai
tersebut mengandung limbah,
ikan yang mereka konsumsi juga akan menimbulkan penyakit. Apalagi di
daerah perkotaan, limbah memang menjadi masalah yang serius. Selain limbah
industri yang semakin besar, aktivitas masyarakat setiap hari juga menimbulkan
limbah rumah tangga yang sangat besar.
1.1.1 Minyak dan Lemak
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan
lipid yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organik nonpolar,misalnya dietil eter (C2H5OC2H5),
Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut
dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas
yang sama dengan pelaut tersebut. Bahan-bahan dan senyawa kimia akan mudah larut
dalam pelarut yang sama polaritasnya dengan zat terlarut . Tetapi polaritas bahan
dapat berubah karena adanya proses kimiawi. Misalnya asam lemak dalam larutan
KOH berada dalam keadaan terionisasi dan menjadi lebih polar dari aslinya sehingga
mudah larut serta dapat diekstraksi dengan air. Ekstraksi asam lemak yang terionisasi
ini dapat dinetralkan kembali dengan menambahkan asam sulfat encer sehingga
kembali menjadi tidak terionisasi dan kembali mudah diekstraksi dengan pelarut non-
polar. Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang
berarti “triester dari gliserol”. Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan
ester. Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam
karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang
panjang dan tidak bercabangcabang. Minyak dan lemak dalam contoh uji air di
ektraksi dengan pelarut organik dalam corong pisah dan untuk menghilangkan air
yang masih tersisa digunakan Na2SO4 anhidrat. Ekstrak minyak dan lemak
dipisahkan dari pelarut organik secara destilasi. Residu yang tertinggal pada labu
destilasi ditimbang sebagai minyak dan lemak. (Lindu, dkk; 2017)
1.1.2 Deterjen sebagai MBAS
Deterjen merupakan salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan karena
peranannyasebagai produk pembersih serba guna yang dapat digunakan untuk
membersihkan bahan kain, alat dapur dari bahan kaca, keramik, metal bahkan lantai.
Deterjen adalah senyawa dengan ujung hidrokarbon hidrofobik dan ujung ion sulfat
atau sulfonat. Sifat dari deterjen adalah memperkecil tegangan permukaan dan
menjaga agar kotoran teremulsi dalam pelarut air. Ujung hidrofobik deterjen terikat
dengan pengotor sedangkan ujung ion akan tercelup dalam air sehingga kotoran diikat
deterjen dan dibebaskan dari bendanya.
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk maka pemakaian detergen-pun
semakin bertambah dan pemakaian deterjen dalam Rumah Tangga semakin meluas.
Sehingga terjadi persaingan bisnis penjualan detergen di kalangan produsen,
Produsen memberi bahan tambahan pada deterjen seperti pewangi, pemutih, zat aditif
maupun pelicin pakaian sehingga produsen dapat meningkatkan daya jual produk
deterjen baik secara kualitas maupun kuantitas. Namun ada pula para produsen
berusaha menekan harga jual serendah mungkin dengan cara mengurangi biaya
produksi sehingga mengakibatkan kualitas terabaikan. Sedangkan konsumen biasanya
hanya tertarik pada bentuk, warna dan aroma yang ditampilkan oleh produsen
detergen tersebut serta harganya yang murah, sedangkan kualitas dan keamanan
pemakaiannya hampir terabaikan.
Peningkatan kualitas deterjen tersebut tidak diimbangi dengan penanganan
limbah deterjen dalam lingkungan. (Azwar, Azrul; 1995). Kelebihan jumlah kadar
alkali dari batasan tersebut dapat menimbulkan kerugian konsumen, berupa
kerusakan kulit dan iritasi kulit lainnya.
Kelebihan alkali dapat dapat disebabkan karena penambahan alkali yang
berlebih pada proses pembuatan detergen Detergen sulit diuraikan oleh organisme
sehingga kandungan senyawa yang terlalu banyak dalam detergen dapat mengganggu
ekosistem makhluk hidup disekitarnya dengan pencemaran lingkungan oleh limbah
sisa detergen.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan “Penentuan Minyak dan Lemak” serta “Penetapan
Detergen sebagai MBAS” adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kadar minyak dan lemak dalam perairan dengan metode partisi
gravimetri.
2. Untuk mengukur kadar surfaktan anionic dalam air alamiah dan air limbah
dengan penetapan detergen sebagai MBAS.
3. Untuk mengetahui cara perhitungan dan penentuan detergen sebagai MBAS
dengan metode spektrofotometri.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak dan Lemak


Minyak merupakan semua senyawa organik yang tidak larut dan tidak
bercampur dengan air dikarenakan perbedaan massa jenisnya (Anonymous B, 2009).
Lemak atau lipid merupakan suatu senyawa organik yang terdapat pada alam yang
tidak larut di dalam air, akan tetapi akan larut dalam pelarut organik non- polar.
Berdasarkan komponen dasarnya, lemak atau lipid terbagi dalam: Lipid Sederhana;
Lipid Majemuk; Lipid Turunan.
Perbedaan minyak dan lemak adalah dalam hal wujudnya pada suhu kamar. Pada
suhu kamar, lemak berwujud padat sedangkan minyak berwujud cair. Oleh karena itu
dikenal lemak hewani (lemak sapi) dan minyak nabati / minyak jagung (Anonymous
A, 2009).
Lemak dan minyak merupakan dua zat yang tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut nonpolar. Pada suhu kamar, lemak berwujud padat sedangkan minyak
berwujud cair. Hal ini disebabkan kandungan asam lemak jenuh dalam lemak lebih
tinggi, sedangkan minyak mengamdung asam lemak tak jenuh yang lebih tinggi.
Kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi pada minyak menyebabkan minyak
mudah teroksidasi. Minyak yang teroksidasi biasanya berbau tengik. Titik lebur
lemak dan minyak dipengaruhi oleh asam lemak pembentukannya.Untuk asam lemak
jenuh, titik lebur biasanya semakin tinggi dengan bertambahnya rantai C, sedangkan
untuk asam lemak tak jenuh, titik lebur semakin rendah dengan bertambahnya jumlah
ikatan rangkap. Asam lemak jenuh memiliki titik lebur lebih tinggi dibandingkan
asam lemak tak jenuh dengan jumlah atom C yang sama (anonymous C, 2009).
Untuk pengujian kemurnian minyak lemak dilakukan pengukuran indeks bias.
Semakin panjang rantai C, semakin banyak ikatan rangkap dan semakin tinggi suhu
dan berbanding lurus dengan besarnya indeks bias. Pengukuranindeks bias minyak
dilakukan pada suhu 25oC dan lemak pada suhu 40oC. Alat yang digunakan untuk
mengukur indeks bias dinamakan refractometer. (Anonymous A, 2009).
2.1.1. Metode Partisi – Gravimetri
Metode ini adalah metode yang digunakan dalam penentuan minyak dan
lemak. Metode ini adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat
konstan). Dalam metode ini, unsur atau senyawa yang dianalisis dipisahkan dari
sejumlah bahan yang dianalisis. Tahap pengukuran dalam metode Gravimetri adalah
penimbangan. Analisnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari
sampel itu maupun pelarutnya.
Pada metode ini dilakukan juga ekstraksi adalah proses pemisahan zat
berdasarkan perbedaan kelarutan terhadap dua cairan yang saling tidak terlarut; dan
distilasi adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya berdasarkan perbedaan titik
didih atau berdasarkankemampuan zat untuk menguap.
2.2. Deterjen sebagai MBAS
Salah satu contoh air limbah adalah deterjen. Deterjen adalah senyawa dengan
ujung hidrokarbon hidrofobik dan ujung ion sulfat atau sulfonat. Sifat dari deterjen
adalah memperkecil tegangan permukaan dan menjaga agar kotoran teremulsi dalam
pelarut air. Deterjen merupakan bahan pembersih yang umum digunakan oleh usaha
industri ataupun rumah tangga. Produksi deterjen terus meningkat setiap tahunnya
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan pembersih (Connel dan Miller,
1995).
Deterjen merupakan gabungan dari berbagai senyawa dimana komponen utama
dari gabungan tersebut adalah surface active agents atau surfaktan. Surfaktan
merupakan bahan organik yang berperan sebagai bahan aktif pada deterjen, sabun dan
shampoo. Surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga
memungkinkan partikel-partikel yang menempel pada bahan-bahan yang dicuci
terlepas dan mengapung atau terlarut dalam air (Effendi, 2003). Surfaktan
dikelompokkan menjadi empat, yaitu surfaktan anion, surfaktan kationik, surfaktan
nonionik dan surfaktan amphoteric (zwitterionic. Surfaktan deterjen yang paling
sering digunakan adalah LAS atau Linier Alkilbenzen Sulfonat (Supriyono dkk.,
1998). LAS adalah sebuah alkil aril sulfonat yang mempunyai struktur rantai lurus
tanpa cabang, sebuah cincin benzen dan sebuah sulfonat. LAS merupakan konversi
dari Aliklbenzen sulfonat atau ABS, dimana LAS lebih mudah terdegradasi dalam air
dan merupakan deterjen ’lunak’. Limbah deterjen merupakan salah satu pencemar
yang bisa membahayakan kehidupan organisme di perairan karena menyebabkan
suplai oksigen dari udara sangat lambat akibat busanya yang menutupi permukaan air
(Connel dan Miller, 1995). Pengaruh deterjen terhadap lingkungan dapat diketahui
dengan menganalisis kadar surfaktan anion atau deterjen pada sampel beberapa
limbah dengan metode MBAS (Methylen Blue Active Surfactant) yakni
menambahkan zat metilen biru yang akan berikatan dengan surfaktan dan dianalisis
dengan spektrofotometer UV-Vis. Konsentrasi yang terbaca adalah kadar surfaktan
anion pada sampel limbah yang berikatan dengan metilen biru.
Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel
pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang
menyebabkan infeksi. Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen
dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan.
Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders,
diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia
dan lingkungannya (Admin, 2010).
Kadar surfaktan 1 mg/liter dapat mengakibatkan terbentuknya busa diperairan.
Meskipun tidak bersifat toksik, keberadaan surfaktan dapat menimbulkan rasa pada
air dan dapat menurunkan absorpsi oksigen di perairan (Effendi, 2003).
Pengaruh lingkungan yang paling jelas adalah adanya busa pada aliran sungai.
Dalam studi aliran sungai di Inggris yang menerima limbah air mengandung
surfaktan (2-4 ppm) tidak dapat mendeteksi perubahan apa pun dalam struktur
komunitas biota air karena surfaktan (Connell, 1995).

2.2.1 Metode Spektrofotometri


Metode ini adalah metode yang digunakan dalam penetapan detergensebagai
Mbas. Spektrometri merupakan metode pengukuran yang didasarkan pada interaksi
radiasi elektromagnetik dengan partikel, dan akibat dari interaksi tersebut
menyebabkan energi diserap atau dipancarkan oleh partikel dan dihubungkan pada
konsentrasi analit dalam larutan. Prinsip dasar dari spektrofotometri UV-Vis adalah
ketika molekul mengabsorbsi radiasi UV atau visible dengan panjang gelombang
tertentu, elektron dalam molekul akan mengalami transisi atau pengeksitasian dari
tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi dan sifatnya
karakteristik pada tiap senyawa. Penyerapan cahaya dari sumber radiasi oleh molekul
dapat terjadi apabila energi radiasi yang dipancarkan pada atom analit besarnya tepat
sama dengan perbedaan tingkat energi transisi elektronnya (Rudi, 2004).
Metilen biru digunakan untuk uji coba bahan pewarna organik. Bahan pewarna
organik yang berwarna biru tua ini, akan menjadi tidak berwarna apabila oksigen
pada sampel (air yang tercemar yang sedang dianalisis) telah habis dipergunakan.
Surfaktan anion bereaksi dengan warna biru metilen membentuk pasangan ion baru
yang terlarut dalam pelarut organik, intensitas warna biru yang terbentuk diukur
dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm. Serapan yang diukur
setara dengan kadar surfaktan anion.
BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kualitas air sungai yang
berada pada Jalan Kali Sekertariat Utara. Metode yang digunakan pada praktikum
ini adalah metode survey, yaitu dengan cara mengunjungi langsung lokasi
pengambilan sampel. Penelitian yang dilakukan ada dua jenis yaitu penelitian ex-situ
di laboratorium dan penelitian in-situ. Adapun teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah metode grab sampling, yaitu dengan menggunakan alat
sampling, water sampler.
Dari hasil yang diambil kemudian akan diteliti di laboratorium. Setelah
memperoleh hasil pengamatannya kemudian akan dibandingkan dengan baku mutu
yang tertera pada PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, dan PERMENKES No. 492 Tahun 2010 Adapun
tempat dan waktu pelaksanaan adalah sebagai berikut :

3.1 Waktu dan Tempat


Lokasi : Jalan Kali Sekertariat Utara, Kec Grogol
Hari, Tanggal : Selasa, 05 Juni 2018
Waktu : 07.00-07.20
Cuaca : Cerah
Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel Air

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Pengambilan Sampel
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Pengambilan Sampel
No. Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Jerigen - 1 Air Sampel - 1L
2. Water Sampler - 1 - - -
3. Meteran - 1 - - -
4. Stopwatch - 1 - - -

3.2.2 Penetapan Detergen sebagai MBAS


Tabel 3.2 Alat dan Bahan Penetapan Detergen sebagai MBAS
No Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah
1 Spektrofotometer - 1 Sampel air - 25 ml
2 Corong Pisah 500mL 1 Indikator - 3-5 tetes
pp
3 Pipet Volumetri 25 ml 1 NaOH 1N secukupnya
4 Labu ukur 50 ml, 1 H2SO4 1N
100 ml
5 Stopwatch - 1 Larutan - -
biru
metilen
6 - - - Kloroform - -
7 - - - Isopropil - -
alkohol
3.2.3 Penentuan Minyak dan Lemak
Tabel 3.3 Alat dan Bahan Penentuan Minyak dan Lemak
No Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah
1 Corong pisah 500mL 1 Asam - 1:1
Klorida
(HCL)
2 Soxhlet - 1 Pelarut - 60 ml
organik (n-
heksana)
3 Penangas air - 1 Na2SO4 - 1 gr
anhidrat
4 Timbangan - 1 Sampel air - 100 ml
5 Gelas piala 250mL 1 Kertas - 1
saring
whatman
6 pH meter - 1 - - -
7. Desikator - 1 - - -
8. Oven - 1 - - -
9. Stopwatch - 1 - - -
10. Labu - 1 - - -
Destilasi
11. Gelas Ukur - 1 - - -
12. Klem - 1 - - -
13. Statif - 1 - - -
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pengambilan Sampel
Tabel 3.4 Cara Kerja Pengambilan Sampel
No. Cara Kerja Gambar
1. Siapkan alat sampling vertikal. Celupkan alat
sampling ke dalam sungai sedalam ½ sampai
dengan 2/3 kedalaman.

2. Tarik kembali alat sampling yang telah terisi


penuh oleh sampel air sungai. Pindahkan sampel
air kedalam dirigen sampai penuh.

3.3.2 Penentapan Detergen sebagai MBAS


Tabel 3.5 Penetapan Detergen sebagai MBAS
No. Cara Kerja Gambar
1 Siapkan sampel air sebanyak 25 ml kedalam gelas
beker
No. Cara Kerja Gambar
2 Teteskan phenolftalein (PP) sebanyak dua tetes

3 Teteskan NaOH 1 N saampai dengan mms

4 Teteskan H2SO4 sampai warnanya hilang

5 Masukan larutan tadi kedalam corong pisah


kemudian tambahkan 6,3 metilen biru

6 Tambahkan 2,5 ml kloroform


No. Cara Kerja Gambar
7 Homogenkan corong pisah sebanyak tiga kali
selama 30 detik, dengan membuka sesekali corong
pisahnya untuk membuang gas yang ada didalam.

8 Diamkan beberapa saat sampai terbentuk dua fasa

9 Buka keran pada corong pisah kemudian tampung


minyak yaitu fasa yang ada dibawah keluar
kedalam
labu ukur

10 Ekstraksi kembali fasa air dalam corong pisah


dengan mengulangi penambahan 2,5 ml kloroform
dan 6,3 ml biru metilen sebanyak tiga kali
No. Cara Kerja Gambar
11 Setelah semua fasa terkumpul didalam labu ukur
pindahkan kedalam kuvet kemudian ukur dengan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 652
nm

3.3.3 Cara Kerja Penentuan Minyak dan Lemak


Tabel 3.6 Cara Kerja Penentuan Minyak dan Lemak
No. Cara Kerja Gambar
1 Masukan sampel air sebanyak 100 ml kedalam
gelas beker

2 Tambahkan HCl 1:1 sampai pH pada larutan


mencapai angka 2

3 Masukan larutan kedalam corong pisah kemudian


tambahkan 30 ml larutan heksan
No. Cara Kerja Gambar
4 Homogenkan corong pisah sebanyak tiga kali
selama 30 detik, dengan membuka sesekali corong
pisahnya untuk membuang gas yang ada didalam.

5 Keluarkan fasa dibawah yang ada didalam corong


pisah dengan membuka keran kemudian tampung.

6 Ekstraksi kembali dengan menambahkan 30 ml


larutan heksan , homogenkan sampai terbentuk
dua fasa

4 Ambil semua lapisan organik yang terkumpul


kedalam labu destilasi yang sudah ditimbang dan
dimasukan kedalam oven sebelumnya
No. Cara Kerja Gambar
5 Destilasikan hasil ekstraksi sampai larutan
didalamnya kering

6 Masukan labu destilasi kedalam oven selama 15


menit

7 Setelah itu masukan labu destilasi kedalam


desikator selama 30 menit

8 Timbang labu destilasi dan catat hasil yang ada


BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 In-situ
Kondisi Sungai: - Memiliki warna air abu-abu kehitaman
- Aliran air berjalan lancar
- Berbau
Ukuran sungai :
a) Lebar : 35,5 meter
b) Panjang : 3 meter
c) Kedalaman : 1,8 meter
d) Waktu : 120 detik
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan In situ
No. Keterangan
1. pH = 7,21
2. DO = 0,82 mg/L
3. Suhu = 27,1oC
4.1.2 Ex-Situ
4.1.2.1 Penetapan Detergen sebagai MBAS
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Penetapan Detergen sebagai MBAS
No. Gambar Keterangan
1
Conc : 31,457 mg/l
WL : 0,791

4.1.2.2 Penentuan Minyak dan Lemak


Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Penentuan Minyak dan Lemak
No. Gambar Keterangan
1
Berat sebelum : 197,09 g
Berat sesudah : 197,89 g

4.2 Perhitungan
4.2.1 Debit Sungai
Diketahui :
Lebar : 35,5 meter
Panjang : 3 meter
Kedalaman : 1,8 meter
Waktu : 120 detik
Ditanyakan : Q?
Jawab :
Luas : Jarak × Lebar = 3 meter × 35,5 meter = 106,5 m²
Aliran Kecepatan Sungai :
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘
𝑉 =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
3𝑚
𝑉 =
120 𝑑𝑡𝑘
= 0,025 𝑚 ⁄𝑑𝑡𝑘
Debit Sungai :
𝑄 =𝐴𝑋𝑉
𝑚
= 106,5 𝑚2 𝑋 0,025 = 2,6625 𝑚3/𝑑𝑡𝑘
𝑑𝑡𝑘

4.2.2 Penentuan Minyak dan Lemak


Diketahui :
A (berat labu didih sesudah) : 197,89 g = 197890 mg
B (berat labu didih sebelum) : 197,09 g = 197090 mg
jumlah sampel : 100 mL

Ditanyakan : Berat (mg/L) ?


Jawab :
mg 1000
Berat ( ) = (A − B)x
L mL Sampel
mg 1000
Berat ( ) = (197890 mg − 197090 mg)x
L 100 mL
mg
Berat ( ) = 8000 mg/L
L
4.2.3 Penetapan Detergen sebagai MBAS
Diketahui :
Mg/L Abs
Conc : 31,457 mg/L
0 0
WL : 0,791
4 0,193
12 0,464
A : 0,1197
20 0,630
B : 0,0213
28 0,786
r : 0,9725
36 0,868
r2 : 0,9495
44 0,971

Ditanyakan : C?
Jawab :
y = a+bx
0,791= 0,1 + 00,0213x
x = 31,5164

mg Abs − Int
C =
L Slope
mg 0,791 − 0,1197 mg
C = = 31,5164 ⁄L
L 0,0213
Gambar 2. Grafik penetapan detergen sebagai Mbas

4.3.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini digunakan sampel yang diambil pada pagi hari pukul
07.00 WIB keadaan cuaca cerah dengan suhu 27oC. Lokasi pengambilan sampel
berada di jalan secretariat utara tepat nya dibelakang indosiar. pengambilan sampel
menggunakan alat yang sudah disiapkan oleh laboran pada laboratorium lingkungan.
Sampel di ambil tepat pada 2/3 dari permukaan sungai. Keadaan fisik sungai terlihat
berwarna keruh dan menghasilkan bau tak sedap. Kecepatan arus dihitung dengan
menggunakan sehelai daun dengan pengukuran dengan menggunakan jarak 3 m dan
dicatat waktunya selama 2 menit menghasilkan debit sebesar 2,6625 m3/s. Pada
percobaan ex situ yang dilakukan di laboratorium untuk mengukur Suhu, pH, dan
DO. Suhu air sampel sebesar 27,1°C, Suhu air yang tinggi disebabkan oleh intensitas
sinar matahari yang masuk ke badan air cukup tinggi karena lokasi pengukuran
sampel merupakan daerah terbuka yang terkena sinar matahari secara langsung
Intensitas paparan radiasi sinar matahari yang masuk ke badan air serta kerapatan
vegetasi di sekitar bantaran sungai juga mempengaruhi suhu air sungai. Semakin
banyak intensitas radiasi sinar matahari yang mengenai badan air maka akan
membuat suhu air sungai akan semakin tinggi. Nilai pH air sampel yaitu sebesar 7,21
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MenKes/Per/IV/2010, kadar pH
yang diperbolehkan sebesar 6,5 – 9,0 maka air sampel dikategorikan sebagai pH
normal, Sebagian besar biota akuatik dapat hidup dengan baik pada kondisi pH ini.
Lalu dicari kandungan DO (dissolved oxygen) didapatkan sebesar 0,82 mg/L jika
dibandingkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Th. 2001 angka baku
mutunya sebesar 3 mg/L pada kelas III ini adalah baku mutu minimal sehingga untuk
sungai ini baku mutu masih belum tercapai DO sungai tersebut masih dikatakan
sangat rendah.
4.3.1 Penentuan Minyak dan Lemak
Pada praktikum ini dilakukan percobaan penentuan minyak dan lemak dan
percobaan penetapan detergen sebagai MBAS. Percobaan pertama yaitu percobaan
penentuan minyak dan lemak, Minyak dan lemak yang mencemari air, sering
dimasukkan dalam kelompok padatan karena mengapung di atas permukaan air.
Minyak dan lemak tidak dapat larut dalam air. Oleh karena itu diperlukan
penganalisaan limbah yang disebabkan karena adanya minyak dan lemak didalam air,
sebelum dibuang langsung ke lingkungan. Adapun tujuan dari penganalisaan tersebut
adalah untuk mengetahui kadar minyak dan lemak dalam air atau limbah cair,
sehingga dapat diketahui layak atau tidak layaknya limbah tersebut dibuang langsung
ke sungai .Penetapan minyak dan lemak ada berbagai macam, namun pada percobaan
praktikum ini digunakan metode penetapan menggunakan metode Partisi-Gravimetri
yang didasarkan pada ekstraksi minyak dan lemak yang larut dalam air menggunakan
pelarut organik seperti freon, eter atau n-heksana. Dalam percobaan ini air sampel
pHnya diturunkan harus sama dengan 2, tujuan dari penurunan pH ini agar sampel
pada suasana asam lemak dan minyak dapat larut pada pelarutnya. proses pemisahan
lemak dan minyak dilakukan pada corong pisah. penambahan n-heksana berfungsi
sebagai pengekstraksi atau melarutkan minyak dan lemak yang terdapat pada sampel
air karena n-heksana merupakan pelarut non polar, sehingga dapat melarutkan
senyawa yang akan diisolasi, lalu selanjutnya zat minyak dan lemak ditetapkan
berdasarkan penimbangan sebelum dan sesudah zat minyak dan lemak melalui suatu
pemisahan. Adanya kandungan lemak dan minyak selain dilihat dari hasil akhir
konsentrasi dapat dilihat pula secara fisik pada saat analisa di laboratorium yaitu
timbulnya lapisan minyak. Namun metode ini memiliki kelemahan yaitu
kemampuannya yang tidak spesifik melarutkan minyak dan lemak, namun juga zat
organik lain yang terkandung di dalam air. Selain itu pada tahap penguapan pelarut,
dikhawatirkan ada senyawa hidrokarbon rantai pendek dan hidrokarbon aromatis
sederhana yang ikut menguap, hal tersebut dapat mengurangi keakuratan nilai
konsentrasi minyak dan lemak dalam sampel air ysng digunakan.
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, Sungai Grogol di Jalan kali
sekretariat utara mempunyai kadar minyak dan lemak sebesar 8000 mg/L. Menurut,
Peraturan Pemerintah No. 82 Th. 2001 kadar minyak dan lemak untuk air sungai
yaitu 1000 ug/L yaitu sama dengan 1 mg/L. Sedangkan, menurut Peraturan Gubernur
No.122 Th.2005 baku mutu limbah cair domestik secara komunal adalah 20 mg/L.
Jadi kandungan minyak dan lemak di Sungai Grogol di Jalan kali sekretariat utara
sudah melebihi ambang batas yang ditentukan untuk sungai. Adanya lapisan minyak
pada permukaan air menyebabkan penetrasi cahaya matahari dan oksigen ke dalam
air menjadi berkurang. Minyak dan lemak yang jenuh akan sulit diuraikan oleh
mikroorganisme, sehingga kualitas air Sungai Grogol di Jalan kali sekretariat utara
menurun. Sumber pencemar yang ada pada sungai tersebut berasal dari rumah tangga
dan industri seperti pabrik dan bengkel dan tempat makan yang berada di sekitar
Sungai Grogol di Jalan kali sekretariat utara.
4.3.2 Penetapan Detergen Sebagai MBAS
Pada praktikum Penetapan Detergen Sebagai MBAS digunakan untuk
mengukur kadar surfaktan anionik dalam air alamiah dan limbah. Metode ini terdiri
dari tiga tahapan, yaitu ekstrasi larutan asam berair mengandung biru metilen berlebih
dengan kloroform, lalu pencucian dengan air, dan yang terakhir pengukuran warna
biru dalam kloroform dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm.
Alkil sulfonat linear merupakan surfaktan anionik yang umum digunakan sebagai
standar dalam metode MBAS. Surfaktan anionik bereaksi dengan biru metilen
membentuk pasangan ion berwarna biru yang larut dalam pelarut organik, Intensistas
pembentukkan warna biru dalam fase organik selanjutnya diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm sebagai MBAS. Serapan yang
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, Sungai Grogol di Jalan kali
sekretariat utara mempunyai kadar surfaktan sebesar 31,5164 mg/L. Menurut,
Peraturan Pemerintah No. 82 Th. 2001 kadar detergen sebagai MBAS untuk air
sungai yaitu 200 ug/L sama dengan 0,2 mg/L. Sedangkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492/MenKes/Per/IV/2010 pada daftar syarat kualitas air bersih
kadar maksimum detergen yang diperbolehkan adalah 0,5 mg/L. Jadi kandungan
detergen pada Sungai Grogol di Jalan kali sekretariat utara sudah melebihi ambang
batas yang ditentukan untuk sungai. Meskipun tidak bersifat toksik, keberadaan
surfaktan dapat menimbulkan rasa pada air dan dapat menurunkan absorpsi oksigen
di perairan, dengan demikian akan menyebabkan kematian biota air. Kemampuan
fotosintetis dapat terhenti. Permasalahan juga ditimbulkan oleh deterjen yang
mengandung banyak polifosfat. Keberadaan fosfat yang berlebihan menstimulir
terjadinya eutrofikasi di dalam perairan.
BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan Penentuan minyak dan lemak, dan Penetapan deterjen


sebagai MBAS dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan parameter pH, Sungai Grogol di jalan kali sekretariat utara masih
dalam peruntukannya.
2. Berdasarkan parameter DO, Sungai Grogol di jalan kali sekretariat utara
sudah tidak sesuai dalam peruntukannya.
3. Berdasarkan parameter minyak dan lemak, Sungai Grogol di jalan kali
sekretariat utara sudah tidak sesuai dalam peruntukannya.
4. Berdasarkan parameter surfaktan, Sungai Grogol di Sungai Grogol di jalan
kali sekretariat utara sudah tidak sesuai dalam peruntukannya.
DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2010, Pencemaran Limbah Detergent, Dampak dan Penanganan Limbah


Detergent, platika.blogspot (diakses pada 2 Juni 2017)

Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Imu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Mutiara Sumber
Widya Anonymous A. 2009. Minyak dan Lemak. URL:
(http://smk3ae.wordpress.com/2008/07/17/minyak-dan-lemak/, diakses pada 2
Juni 2017).

Anonymous B. 2009. Minyak. URL: (http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak/, diakses


pada 2 Juni 2017).

Connel, D.W.; miller, G.J., 1995, Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran, UIPress:
Jakarta Effendi, H, 2003, Telaah kualitas Air Bagi pengelolaan Sumber Daya
dan Lingkungan Perairan, Jurusan MSP Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan IPB, Bogor

M.Lindu, Diana Hendrawan, dan Pramiati Purwaningrum. 2017. Penuntun Praktikum


Laboratorium Lingkungan 1. Jakarta: Universitas Trisakti Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010. Persyaratan Kualitas Air Minum

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.582 Tahun 1995
tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air serta
Baku Limbah Cair di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Rudi, La, Suratno, W., dan Paundanan, J., 2004, Perbandingan Penentuan Surfaktan
Anionik Dengan Spektrofotometer UV-ST Menggunakan Pengompleks
Malasit hijau Dan Metilen biru, Jurnal Kimia Lingkungan, Vol. 6 No. 1,
Surabaya: Universitas Airlangga

Supriyono, E.; Takashima, F.; Strussman, C.A., 1998, Toxicity of LAS to Juvenile
Kuruma Shrimp, Penaeus japonicus : A Histopathological Study On Acute
and Subchronic Levels, Journal of Tokyo University of Fisheries, Japan, Vol.
85- 1-1

Anda mungkin juga menyukai