ORGANIK II
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
A. Judul
Sabun dan Deterjen
B. Tujuan
1. Melakukan dan mengamati penyabunan pada trigliserida
2. Membuat sabun dan mempelajari sifat-sifatnya
3. Mengisolasi campuran asam lemak yang diperoleh dengan mengasamkan
larutan sabun dan menentukan kadarnya
4. Memahami aksi pembersih sabun dalam air, lemak dan air sadah
5. Menentukan fosfat dalam deterjen
C. Dasar Teori
Semakin meningkatnya perkembangan teknologi, maka dewasa ini banyak terdapat
produk-produk dari suatu pabrik yang bermacam-macam bentuknya di pasaran guna
memenuhi kebutuhan konsumen. Sebagai contoh adalah banyaknya produk-produk sabun
yang muncul. Oleh karena itu sebagai alternative baru limbah padat industri kulit untuk
bahan dasar pembuatan sabun bisa digunakan. Pada prinsipnya sabun dihasilkan dari
proses saponifikasi antara minyak atau lemak dengan basa (biasanya KOH atau NaOH)
(Perwitasari, 2011).
Sabun adalah garam alkali dari asam lemak dan dihasilkan menurut reaksi asam
lemak. Basa alkali yang umum digunakan untuk membuat sabun adalah natrium (NaOH)
dan amonia (NH4OH) sehingga rumus molekul selalu dinyatakan sebagai RCOONa,
RCOOK atau RCOONH4 (Sukeksi dkk, 2017).
Dipabrik-pabrik, gliserida (lemak) dididihkan dalam larutan NaOH. Setelah sabun
terbentuk, NaCl ditambahkan ke dalam campuran agar sabun mengendap dan dapat
dipisahkan dengan cara penyaringan. Adapun gliserol dipindahkan dengan cara destilasi.
Kemudian sabun yang kotor dimurnikan dengan cara mengendapakan beberapa kali
(represipitasi). Akhirnya ditambahkan parfum supaya sabun memiliki bau yang
dikehendaki (Sari dkk, 2010).
Sabun adalah satu macam surfaktan (bahan surface active), senyawa yang
menurunkan tegangan permukaan air. Sifat ini menyebabkan larutan sabun dapat
memasuki serat, Menghilangkan dan mengusir kotoran dan minyak. Setelah kotoran dan
minyak dari permukaan serat, sabun menolong mencucinya karena struktur kimianya.
Bagian akhir dari rantai (ionnya) yang bersifat hidrofil (senang air) sedangkan rantai
karbonnya bersifat hidrofobik (benci air). Rantai hidrokarbon larut dalam partikel minyak
yang tidak larut dalam air. Ionnya terdispersi atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci
(Sari dkk, 2010).
Kegunaan sabun adalah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga
dapat dibuang dengan dengan pembilasan. Kemmapuan ini disebabkan oleh dua sifat
sabun, yaitu:
1. Rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat non-polar, seperti
tetesan-tetesan minyak.
2. Ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion
molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena
tolak-menolak antara tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling
bergabung tetapi tetap tersuspensi ( Fessenden, 1992).
Sabun digunakan juga sebagai bahan pembersih kotoran, terutama kotoran yang
bersifat sebagai lemak atau minyak karena sabun dapat mengemulsikan lemak atau
minyak. Jadi sabun dapat bersifat sebagai emulgator (Poedjiadi, 2004).
Proses pembuatan sabun dikenal dengan istilah saponifikasi. Saponifikasi adalah
reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah/kuat. Saponifikasi adalah reaksi yang
terjadi ketika minyak atau lemak dicampur dengan alkali yang menghasilkan sabun dan
gliserol. Berikut merupakan reksi saponifikasi (Sukeksi dkk, 2017):
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion.
bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non-polar,
sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai
hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam
air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni
segerombol (50-150) molekul sabun yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan
ujung-ujung ionnya menghadap ke air (Austin, 1984).
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak
alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian
ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya
lemak) dari badan atau pakaian. Lemak atau minyak yang digunakan dapat berupa lemak
hewani ataupun nabati, lilin, maupun minyak ikan laut. Pada saat ini teknologi sabun telah
berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan
mudah dipasaran seperti sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk
perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam industry (Sukeksi dkk, 2017).
Menurut Ralph J. Fessenden (1992) minyak atau lemak dapat digunakan untuk
membuat sabun. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam
memilih bahan mentah untuk membuat sabun. Beberapa bahan yang dapat digunakan
dalam pembuatan sabun antara lain
1. Minyak atau Lemak
Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur
berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau
lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan
antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang.
Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak
akan berwujud padat
2. Tallow ( Lemak Sapi )
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri
pengolahan daging sebagai hasil samping. Tallow dengan kualitas baik
biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas
rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam
lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow
berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer point pada tallow umumnya di atas 40°C.
Tallow dengan titer point di bawah 40°C dikenal dengan nama grease.
Kandungan utama dari tallow yaitu : asam oleat 40-45%, asam palmitat 24-
37%, asam stearat 14-19%, asam miristat 2-8%, asam linoleat 3-4%, dan asam
laurat 0,2%.
3. Lard ( Lemak Babi )
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak
tak jenuh seperti asam oleat (60-65%) dan asam lemak jenuh seperti asam
stearat (35-40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus
dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya.
Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.
𝑘=𝐴𝑒−𝐸𝑅𝑇
Kata deterjen berasal dari bahasa latin "detere" yang berarti membersihkan.
Deterjen sendiri diartikan sebagai bahan pencuci, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari
yang dimaksudkan dengan deterjen adalah deterjen sintetis, selain sabun. Deterjen di-buat
dari bahan petrokimia, dengan rumus kimia hampir menyerupai rumus kimia sa-bun,
+
dimana gugus —COO pada sabun diganti dengan gugus —SO3, yaitu R—SO3Na ,
sedangkan R adalah gugus alkil benzen yang dibuat dari propilen dan benzen, yang me-
rupakan hasil buangan produk petrokimia. Senyawa deterjen lebih mudah larut di da-lam
air jika dibandingkan dengan sabun dan tidak mengendap dalam air sadah. Disam-ping
kelebihan deterjen dibandingkan de-ngan sabun, ada kekurangannya yaitu gugus R-SO3 ini
2. Bahan
Sabun yang tertinggal dalam kain penyaring dipindahkan ke dalam gelas piala kecil
(cetakan) dan ditimbang. Kira-kira 1 gr sabun yang baru dibuat tadi dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian dilarutkan dengan 10 ml air panas, dan mengaduk sampai
homogen. Selanjutnya larutan sabun tersebut dibagi menjadi dua.
2. Sifat-sifat sabun
Menimbang kira-kira ± 0,5 gram sabun yang telah dipotong kecil, larutkan dalam
400 ml air suling, menambahkan 1-3 tetes fenoftalein, memanaskan hingga mendidih,
kemudian dinginkan, encerkan menjadi 500 ml labu takar, ambil 20 ml larutkan sabun
dengan pipet, masukkan kedalam corong pemisah, tambahkan 10 ml NaCl jenuh, lalu
dikocok lagi selama 10-15 menit dan dibiarkan beberapa menit. Lapisan potreleum eter
dipisahkan. Pekerjaan ekstraksi dilakukan 3 kali.
Diagram alir
10 gr minyak/lemak
Filtrat Residu
- Memindahkan kedalam
gelas piala kecil
- Menimbang
- Memasukkan kedalam
tabung reaksi
- Melarutkan dengan 10 ml
air panas
- Mengaduk sampai
homogen
- Membagi dua larutan
-
2. Sifat-sifat sabun
Volume NaOH
Lapisan eter
2. - Sifat-sifat sabun
Tabung reaksi pertama
- Menambahkan 5 ml HCl - Endapan menjadi
1N berbentuk bulat dan
larutan bening
- Memanaskan dan - Endapan larut, warna
mengamati perubahan larutan menjadi keruh
yang terjadi dan pada bagian atas
terbentuk lapisan kuning
H. JAWABAN PERTANYAAN
1. Gambarlah Molekul lemak padat dan persamaan penyabunannya menjadi sabun natrium
natrium
2. Gambarlah struktur lengkap yang menunjukkan ikatan asam stearat dan natrium stearate
Jika lemak diolah dengan larutan natrium hidroksida pekat akan dihasilkan gliserol dan
garam dari asam lemak atau sabun. Proses ini dinamakan safonifikasi atau penyabunan.
Sabun biasanya garam natrium stearat atau natrium palmitat. Rumus umum sabun adalah
R–COONa, dengan R adalah alkil dari hidrokarbon. Sabun yang dibuat dari garam
natrium stearat, memiliki rumus:
Jika sabun dari garam stearat dilarutkan dalam air maka akan terionisasi sebagai berikut.
Ion stearat terdiri atas dua gugus, yaitu kepala ( –COO– ) bersifat ionik dan hidrofil, serta
ekor (C17- H35 –) bersifat hidrofob
4. Gambarlah struktur ion karboksilat, ion alkali sulfat, dan ion alkil benzene sulfonat !
Detergen tergolong bahan yang digunakan sebagai pencuci. Detergen dibagi dalam dua
jenis yaitu detergen alam dan detergen sintetik. Detergen alam dibuat dari minyak hewan
atau minyak sayuran seperti sabun mandi. Detergen sintetik biasanya dibuat dari minyak
bumi. Detergen agak berbeda dari sabun. Sabun adalah garam natrium dari asam
karboksilat, sedangkan detergen adalah garam natrium dari asam sulfonat, seperti natrium
alkil sulfat dan natrium alkilbenzen sulfonat.
Sabun dan detergen memiliki gugus fungsi berbeda. Sabun memiliki gugus fungsi ion
karboksilat (COO–), sedangkan detergen memiliki gugus fungsi ion sulfonat (SO3–) atau
ion sulfat (O–SO3–).
5. Tulislah struktur kalsium stearate, apakah garam ini larut dalam air ?
Kalsium stearate merupakan garam larut kalsium , asam stearate dan asam palmatic . di air
keras , ketika sabun ion kalsium di campur , hasil yang terbentuk adalah kalsium stearat .
kalsium stearat adalah non beracun dan memiliki banyak aplikasi sebagai stabilizer dan
pelumas . jadi garam tidak larut dalam air, eter, kloroform , aseton , alcohol dingin.
namun, sedikit larut dalam alcohol panas.
I. KESIMPULAN
Daftar Pustaka
Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. McGra- Hill Book
Co: Singapura.
Bialangi, Nurhayati, M. Adam, Salimi Y., Widiantoro A., & Situmeang B. 2018.
Isolation of Steroid Compounds from Suruhan (Peperomia
pellucida L. Kunth) and Their Antimalarial Activity.Asian Journal of Chemistry.
30(8): 1751-1754.
Bialangi, Nurhayati, M. Adam, Salimi Y., & Widiantoro A. 2017. Senyawa Steroid dari
Tumbuhan Peperomia pellucidadan Uji Aktivitas Fraksi terhadap
Plasmodiumfalciparum. Jurnal ITEKIMA. 2(1): 27-35.
Bialangi, N., Mustapa, M. A., Salimi, Y. K., Widiantoro, A., &Situmeang, B. 2016.
Antimalarial activity and phitochemical analysis from Suruhan (Peperomia
pellucida) extract. JURNAL PENDIDIKAN KIMIA, 8(3), 33-37.
Bialangi, N. (2006). Identifikasi Zat Pewarna Pada Saos Tomat Dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal Entropi, 1(02).
Fessenden, dan Fessenden. 1992. Kimia Organik Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Gafur, M. A., Isa, I., & Bialangi, N. (2013). Isolasi dan identifikasi Senyawa Flavonoid
dari daun Jamblang (Syzygium cumini). Naskah Skripsi S, 1.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/198307302008122004/pengabdian/plthn-
penggunaan-alat-lab.pdf.
https://www.scribd.com/document/247241276/JENIS-DAN-FUNGSI-PERALATAN-
GELAS-pdf.
https://www.scribd.com/doc/238714559/Sifat-Fisik-dan-Kimia-Senyawa-
Hidrokarbon-pdf.
https://www.scribd.com/doc/211038514/BAHAN-KIMIA-MSDS-docx.
Manik, J.M, dkk. 1987. Sifat-Sifat Deterjen Dan Dampaknya Terhadap Perairan.
Oseana. Vol.12. (1).
Perwitasari, Dyah Suci. 2011. Pemanfaatan Limbah Industri Sebagai Bahan Dasar
Pembuatan Sabun. Jurnal teknik Kimia. Vol.6. (3).
Poedjiadi, A. 2004. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Razak, A., Djamal, A., & Revilla, G. (2013). Uji Daya Hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia s.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus Aureus
secara in vitro. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(1), 05-08.
Retnowati, Y., Bialangi, N., & Posangi, N. W. (2011). Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus pada media yang diekspos dengan infus daun sambiloto
(Andrographis paniculata). Sainstek, 6(2).
Samin, A. A., Bialangi, N., & Salimi, Y. K. (2014). Penentuan kandungan fenolik
total dan aktivitas antioksidan dari rambut jagung (Zea mays L.) yang tumbuh di
daerah gorontalo. Jurnal Teknologi Pangan, 5(1), 312-323.
Sari, Tuti Indah, dkk. 2010. Pembuatan Sabun Padat Dan Sabun Cair Dari Minyak
Jarak. Jurnal teknik Kimia. Vol.17. (1).
Schleheck , Dong .K. Dnger, E. Heinzle , and AM Cook,.An a-Proteobacterium
Converts Linear Alkylbenzene Sulfonate Surfactant into Sulfophenylcarboxylates
andlinear Alkyldiphenyletherdisulfonate Surfactants into Sulfodipheny
lethercarboxylates. Applied. And Env. Microb. 2000.Vol 66. (5): 1911-16.
Sukeksi, Lilis, dkk. 2017. Pembuatan Sabun Dengan Menggunakan Kulit Buah Kapuk
Sebagai Sumber Alkali. Jurnal Teknik Kimia. Vol.6. (3).
Tengo, N. A., Bialangi, N., & Suleman, N. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa
Alkaloid dari Daun Alpukat (Persea americana Mill). Sainstek, 7(01).