Anda di halaman 1dari 17

Sabun

Sabun
Nama kelompok:
1. Jesica Festa Thabita Aruan / 19 01 106
2. Kalia Patika Lourenza Damanik/ 19 01 111
3. Minia Atalina Br Milala / 19 01 116
4. Mhd Farhan Abdallah N / 19 01 117
5. Rheyna Friscilia L.G / 19 01 124
6. Ari Wijaya / 17 01 122
Sejarah Sabun
seni pembuatan sudah ada sejak zaman Babilonia sabun
sekitar 2.800 SM. Mereka membuat sabun dari lemak yang
direbus dengan abu. Sabun digunakan untuk membersihkan
wol dan kapas yang digunakan dalam pembuatan tekstil dan
digunakan sebagai pengobatan setidaknya selama 5000 tahun.
Dalam Papirus Eber, dokumen kesehatan Mesir Kuno
pada tahun 1.500 SM, menyabutkan jika orang-orang pada
zaman Mesir Kuno menggunakan kombinasi atara minyak
hewani atau nabati dengan garam alkali( yang disebut dengan
istilah saponifikasi) untuk menyembuhkan penyakit kulit dan
membersihkan badan yang kotor.
Istilah saponifikasi sendiri diambil dari bahasa latin “sapo”
yang berarti soap atau sabun.
Pada abad ke-1, bangsa Romawi Kuno melakukan proses
saponifikasi dengan cara mereaksikan ammonium karbonat
yang terdapat dalam urine dengan minyak tumbuhan dan
lemak hewan untuk nantinya dijadikan sabun. Tapi baru pada
abad ke-2 dokter Galen (130-200 SM) menyebutkan
penggunaan sabun untuk membersihkan tubuh yang kotor.
Pada abad pertengahan, orang-orang di Eropa Utara baru
mengenal sabun cair namun dengan aroma bau yang kurang
sedap. Ketika abad ke-13 jenis sabun keras mulai diekspor ke
Eropa.
Pembentukan Sabun
Dasar teori pembuatan sabun cair maupun sabun
padat adalah reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah
reaksi hidrolisis asam lemak/minyak oleh adanya
basa kuat (NaOH atau KOH) atau dikenal dengan
larutan alkali (lye) sehingga menghasilkan sabun
berupa garam natrium dari asam lemak/minyak.
Alkali (lye) yang digunakan untuk membuat sabun
cair maupun sabun padat (batang) pada dasarnya
sama, yang membedakan adalah jenis alkali yang
digunakan. KOH (potassium hidroksida) digunakan
untuk membuat sabun cair. NaOH (sodium
hidroksida) digunakan untuk membuat sabun padat.
Sabun mempunyai sifat membersihkan melalui
proses kimia koloid, karena sabun mempunyai gugus
polar dan non polar.
Perlakuan dalam pembuatan sabun
Pada proses pembuatan sabun mandi cair ini diberikan
imbangan aquadest : pasta sabun yang berbeda.
Perlakuan sabun mandi cair minyak kelapa murni dapat
diberikan sebagai berikut :
• Perlakuan A= Sabun mandi cair dengan imbangan
aquadest : pasta sabun (1 : 1),
• Perlakuan B= Sabun mandi cair dengan imbangan
aquadest : pasta sabun (2 : 1),Perlakuan C= Sabun
mandi cair dengan imbangan aquadest : pasta sabun
(3 : 1).
Bahan Mentah Untuk Proses Saponifikasi
Saponifikasidilakukan dengan mereaksikan minyak kelapa sawit (triglisrida)
dengan alkali (biasanya menggunakan NaOH atau KOH) sehingga menghasilkan
gliserol dan garam alkali Na (sabun). Saponifikasijuga dapat dilakukan dengan
mereaksikan asam lemak dengan alkali sehingga menghasilkan sabun dan air.
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk
utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping
juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam
lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut
dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang
tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil,
melainkan larut dalam bentuk ion.
Lemak dan Minyak
Lemak yang biasa digunakan dalam pembuatan sabun adalah coconut oil, palm kernel
oil (minyak inti sawit), tallow, palm stearine atau palm oil. Grade kedua yaitu sabun cuci,
dimana lemak atau minyak yang biasa digunakan yaitu acid oil, rosin, dan soft oil juga dapat
digunakan. mak mengandung asam laurat (lauric acid) dan asam miristat (myristic acid)
membuat sabun mempunyai sifat mudah larut dalam air dingin dan mempunyai sifat
pembusaan yang baik. Sabun yang terbuat dari lemak lunak (soft fats) dan yang
mengandung persentase tertinggi asam lemak tak jenuh membuat sabun menjadi sangat
larut dalam air. Sedangkan lemak seperti tallow dan palm stearine yang mengandung
persentase tertinggi asam lemak jenuh rantai panjang memberikan kekerasan sabun.
Ada berbagai macam jenis minyak yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat
sabun. Minyak yang berasal dari hewan biasa disebut minyak hewani. Sedangkan yang
berasal dari tumbuhan biasa disebut minyak nabati. Jenis minyak yang digunakan yaitu
minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak biji bunga matahari dan lain
lain.
Minyak dan lemak keduanya sama-sama mengandung komponen utama
berupa trigliserida, yaitu molekul yang terdiri atas 1 gliserol yang berikatan
ester dengan 3 asam lemak. Walaupun isinya sama-sama trigliserida,
ternyata bentuknya pada suhu kamar bisa berbeda. Minyak berbentuk cair
karena memiliki titik leleh yang lebih rendah dari suhu kamar, sedangkan
lemak berbentuk padat karena titik lelehnya lebih tinggi dari suhu kamar.
Perbedaan antara keduanya secara keseluruhan ditentukan oleh perbedaan
titik leleh berbagai jenis molekul asam lemak yang berikatan dalam struktur
trigliserida yang dikandung minyak/lemak tersebut. Secara umum, titik
leleh yang rendah dimiliki oleh asam-asam lemak yang berantai lebih
pendek dan bersifat lebih tidak jenuh.
Pembuatan sabun dalam industri
1. Saponifikasi
Proses reaksi saponifikasi adalah proses mereaksikan minyak dan
NaOH pada reaktor pada suhu ± 1250C dengan bantuan pemanas steam.
Komposisi antara minyak dan NaOH dengan perbandingan 3 : 1, jika tidak
maka akan didapati reaksi yang tidak setimbang sehingga akan didapat
sabun yang kurang sempurna. Reaksi dilakukan selama 10 menit dengan
bantuan agitator dan recycle pompa ke reaktor. Minyak dan NaOH yang
berada dalam storage tank (tangki penyimpanan) diumpankan ke reaktor
lalu diinjeksikan steam sebesar 2 bar. Selanjutnya ditambahkan larutan
garam NaCl (brine) 22%. Hal ini dilakukan guna memperkaya elektrolit
sehingga hasil reaksi antara minyak dan NaOH mudah dipisahkan pada
proses selanjutnya.
Setelah reaksi sempurna maka sabun dipompakan ke static separator untuk
memisahkan antara sabun dan gliserol. Gliserol yang didapat hasil proses
saponifikasi ini yang dijadikan sebagai bahan baku untuk proses pembuatan
gliserin yang disebut dengan spent lye dengan kemurnian gliserin 20-30%.
Dalam static separator ini sabun akan terpisah dengan spent lye dan
kemudian dilanjutkan atau dimasukkan ke washing column sambil
diumpankan fresh lye, untuk memisahkan sabun, half spent lye,
magnesium, dan logam-logam lain yang terkandung di dalamnya.
Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan
tidak mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan
sendirinya pada kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun
mempengaruhi proses emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu
percepatan pada kecepatan reaksi.
2. Netralisasi Neat Soap (Sabun Hasil Saponifikasi) 
Setelah sabun telah dipisahkan di washing column
selanjutnya dimasukkan ke Centrifuge (Cf). Didalam centrifuge
ini sabun ini juga dipisahkan antara lye dan neat soapnya.  
Lye yang telah dipisahkan dikembalikan lagi ke washing
coloumn sedangkan sabunnya dilanjutkan ke Neutralizer. Di
dalam neutralizer ini aditif yang dicampur adalah Palm Kernel Oil
(PKO) dan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate).
PKO ditambahkanbdengan tujuan untuk memastikan
kandungan kadar NaOH dalam neat soap sebesar 0,025% -
0,045%, selanjutnya di transfer ke Crutcher. Di dalam crutcher ini
neat soap masih dicampur aditif yaitu EDTA dan Turpinal,
kemudian diaduk agar homogen kemudian dilanjutkan ke Feed
Tank.
3. Pengeringan Sabun
Setelah feed tank telah terisi maka neat soap direcycle untuk tahap
pengeringan (drying) dan kemudian direcycle dengan cara dipanaskan melalui Heat
Exchanger (HE) dengan speed VLS 50% dan dengan speed feed tanknya 42% dengan
tekanan 1,5 bar.
Disetting secara perlahan-lahan. Setelah semuanya dalam kondisi yang telah
disetting maka saatnya diumpankan (feeding) ke atomizer dengan menjaga tekanan
dan temperatur agar jangan sampai drop.
Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang
vakum dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang
mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran yang kemudian disimpan
dalam suatu wadah penyimpanan soap noodle dikenal dengan nama Silo.
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yang
umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun
dikurangi dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran atau
lempengan.
4. Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan
dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalam mixer
(analgamator). Campuran sabun ini klemudian diteruskan untuk dimixing
untuk mengubah campuran tersebur menjadi suatu produk yang homogen.
Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah
alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi
potongan potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan
menjadi sabun batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan.
Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun batangan
merupakan tahap akhir.
Analisa Mutu Sabun
Kegunaan Sabun

Sabun berkemampuan untuk mengemulsi kotoran berminyak


sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini
disebabkan oleh dua sifat sabun :
1. Rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun bersifat nonpolar
sehingga larut dalam zat non polar, seperti tetesan-
tetesanminyak.
2. Ujung anion molekul sabun, yang tertarik dari air, ditolak oleh
ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari
tetesan minyak lain. Karena tolak menolak antara tetes sabun-
minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi
tersuspensi.
Sabun juga digunakan sebagai pembersih saat
mencuci atau saat mandi. Kotoran yang menempel
pada kulit umumnya adalah minyak, lemak dan
keringat. Zat-zat ini tidak dapat larut dalam air
karena sifatnya yang non polar. Sabun digunakan
untuk melarutkan kotoran-kotoran pada kulit
tersebut. Sabun memiliki gugus non polar yaitu
gugus (–R) yang akan mengikat kotoran, dan gugus
(–COONa) yang akan mengikat air karena sama-
sama gugus polar. Kotoran dapat lepas karena
terikat pada sabun dan sabun terikat pada air
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai