TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Saponifikasi
Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan
mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol
dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium) yang
mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Reaksi dibawah ini merupakan reaksi
saponifikasi tripalmitin / trigliserida.
Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty
Acid (FA), namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin (Glycerol),karena saat
proses pembuatan Fatty Acid ,glycerol sudah dipisahkan tersendiri
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur dengan
alkali yang menghasilkan sabun atau gliserol. Prinsip dalam proses saponifikasi, yaitu
lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Proses
pencampuran antara minyak dan alkali kemudian akan membentuk suatu cairan yang
mengental, yang disebut dengan trace. Pada campuran tersebut kemudian ditambahkan
garam NaCl. Garam NaCl ditambahkan untuk memisahkan antara produk sabun dan
gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol
(Gebelin, 1997).
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis antara basa-basa alkali dengan asam lemak yang
akan dihasilkan gliserol dan garam yang disebut sebgai sabun. Asam lemak yang
digunakan yaiut asam lemak tak jenuh, karena memiliki paling sedikit satu ikatan ganda
antara atom-atom carbon penyusunnya dan bersifat kurang stabil sehingga mudah bereaksi
dengan unsur lain. Basa alkali yang digunaka yaitu basa-basa yang menghasilka garam
basa lemah seprti NaOH, KOH, NH4OH, K2CO3 dan lainnya.
Ester karboksilat sederhana adalah senyawa netral. Molekulnya polar tapi tidak dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan sesamanya. Senyawa ini kurang larut dalam air dan
bertitik didih lebih rendah dibandingkan asam karboksilat asalnya. Ester dapat berikatan
hidrogen dengan air. Ester yang berbobot molekul rendah sedikit larut dalam air tetapi ester
yang terdiri dari empat atau lima karbon hampir tidak dapat larut dalam air. Ester dari asam
dan alkohol yang berbobot molekul rendah dan berbau enak. Senyawa ini mudah menguap
dari buah-buahan dan bebungaan, yang mencirikan rasa atau baunya (Wilbraham, 1992).
2.3 Sabun
Sifat yang dimiliki sabun disebabkan karena bergabungnya gugus karboksilat yang
polar dan rantai hidrokarbon tak polar di dalam molekul yang sama. Di dalam medium
berair, sejumlah besar molekul sabun berhimpun pada suatu struktur bola yang disebut
misel. Ujung karboksilat yang polar dari molekul terdapat pada tepi luar misel karena
dayanya untuk menarik air (hidrofil). Ujung hidrokarbon yang tak polar dari molekul
berkumpul menjadi satu di pusat misel sehingga memperkecil setiap hubungan dengan air
(hidrofob) (Pine, 1998).
Sabun adalah garam logam alkali ( biasanya garam natrium ) dari asam lemak. Sabun
mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat
dengan bobot atom lebih rendah. Sabun dihasilkan oleh proses safinifikasi. Yaitu hidrolisis
lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang
biasanya digunakan adalah NaOH dan KOH. Asam lemak yang berikatan dengan natrium
atau kalium inilah yang kemudian dinamakan sabun. Namun kadang juga menggunakan
NH4OH. Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan
dengan sabun yang dibuat menggunakan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH,
KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang dibuat dengan
alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ion. Bagian
hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non polar.
Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanyan rantai
hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah membentuk misel
(micelles), yakni segerombol (50-150) molekul air yang rantai hidrokarbonnya
mengelompok dengan ujung-ujung ionnnya yang menghadap ke air. (Ralph J. Fessenden,
1992)
Sabun adalah garam natrium atau kalium dari asam lemak berantai panjang. Asam lemak
biasanya terdiri dari 12 hingga 18 karbon. Sabun padat merupakan garam natrium dari
asam lemak sedangkan sabun cair merupakan garam kalium dari asam lemak.
Sabun terdiri dari ujung non polar (rantai hidrokarbon asam lemak) dan ujung polar
(ion karboksilat). Karena sifat like dissolves like, ujung nonpolar (hidrofobik atau tidak
suka air) dari molekul sabun dapat melarutkan kotoran minyak, dan bagian polar atau
ujung ionik (hidrofilik atau suka air) molekul ditarik molekul air. Sehingga kotoran pada
permukaan dapat dibersihkan dengan menarik dan mengendapkannya dalam air. Sabun
dapat berperan sebagai pengemulsi, zat yang digunakan untuk mendispersikan cairan
molekul minyak menjadi partikel yang tersuspensi dengan baik.
Gambar 2.4. Reaksi Pembentukan Sabun
Lemak atau minyak yang ditambahakan basa kuat seperti NaOH atau KOH dapat
menyebabkan terjadinya hidrolisis (saponifikasi) menghasilkan gliserol dan garam dari
asam lemak berantai panjang (sabun).
Sabun adalah garam dari basa kuat dan asam lemah, sehinggga dalam larutan bersifat
basa lemah. Sabun yang bebas alkali dapat menyebabkan kerusakan kulit, sutera atau wol.
Sehingga tes kebasaan sabun penting dilakukan.
Penggunaan sabun banyak digantikan dengan detergen sintetik selama dua dekade
terakhir. Hal ini disebabkan karena sifat sabun menjadi tidak efektif dalam air sadah, yang
mengandung ion Ca2+ atau Mg2+.
2C17H35COO-Na+ + M2+ (C17H35COO-)2M2+ + 2Na+
sabun buih
(M=Ca2+ atau Mg2+)
Selain itu dalam larutan asam, sabun diubah menjadi asam lemak bebas sehingga
menghilangkan kemampuannya sebagai pembersih.
C17H35COO-Na+ + H+ C17H35COOH + Na+
sabun asam lemak
2.7.2 Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,
KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines (sinonim: 2-Aminoethanol,
monoethanolamine, dengan rumus kimia C2H7NO, dan formulasi kimia
NH2CH2CH2OH). NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri
sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras.
KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah
larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah
dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida dari
minyak atau lemak (Ralph J. Fessenden, 1992).
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,
KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines (sinonim : 2-Aminoethanol,
monoethanolamine, dengan rumus kimia C2H7NO, dan formulasi kimia
NH2CH2CH2OH). NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri
sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras.
KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah
larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah
dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida
(minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut
dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat
mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun
yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa
tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen,
bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering
dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan
keunggulan tertentu.