Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

“SAPONIFIKASI”
Jumat, 21 Februari 2020

MUHAMMAD ALFIAN PRATAMA


2282180017

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
SAPONIFIKASI
A. Tujuan Percobaan
- Untuk membuat sabun sederhana
- Untuk menguji sifat sabun
- Untuk mengetahui sifat kebasaan sabun
- Untuk mengetahui reaksi air sadah

B. Dasar Teori
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi saat minyak atau lemak dipadukan
dengan alkali yang dapat menghasilakn sabun dan gliserol. Prinsip pada
proses saponifikasi adalah lemak yang akan terhidrolisis oleh senyawa
basa, menghasilkan gliserol dan juga sabun. Proses mencampurkan
minyak dengan alkali lalu terbentuklah cairan yang mengental disebut
trace. Yang lalu ditambahkan dengan NaCl yang bertujuan untuk
memisahkan antara sabun yang terbentuk dan gliserol sehingga sabun
yang terbentuk akan menggumpal sebagai sabun (Gebelin,2005).

Sabun kalium atau yang bisa disebut juga sabun lunak dan biasa
digunakan sebagai sabun mandi dan juga cuci. Sedangkan sabun natrium
disebut pula sabun keras dan biasanya digunakan dalam berbagai
kebutuhan industri (Solomon, 2004).

Sabun dapat dibuat dari proses saponifikasi dari lemak hewan. Gugus
induk dari lemak disebut pula fatty acids yang tersusun dari rantai
hidrokarbon yang panjang C-12 sampai C-18, yang berikatan untuk
membentuk gugus karboksil. Reaksi dari saponifikasi adalah hidrolisis
basa dari suatu eter yang bereaksi dengan alkali bisa menggunakan
KOH/NaOH. Semua jenis minyak ataupun lemak dapat dibuat sebagai
bahan baku sabun. Lemak adalah campuran dari ester yang terbuat dari
alkohol dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam oleat
(Fessenden, 1982).

Sabun dapat dibuat dari garam natrium ataupun kalium dari asam lemak
berantai panjang yang memiliki 12 sampai dengan 18 atom karbon.
Bagian non polar terdapat pada ujung (hidrofob) molekul sabun berfungsi
sebagai pelarut kotoran yang berminyak, sedangkan ujung ionik atau
yang bersifat polar (hidrofil) molekul sabun dapat menarik molekul-
molekul air (Namirah, 2020).
Lemak maupun minyak yang biasa digunakan dalam proses pembuatan
sabun merupakan trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak
teratur dilakukan esterifikasi dengan gliserol. Campuran trigliserida
dibuat menjadi sabun dengan proses saponifikasi menggunakan larutan
NaOH (Basyinger, 2004).

C. Alat dan Bahan


Alat :
- Labu erlenmeyer 250Ml
- Pipet tetes
- Batang pengaduk
- Waterbath
- Gelas kimia 500Ml
- Tabung Reaksi
- Spatula
- Kaca Arloji
- Penjepit
- Neraca Analitik
Bahan :
- Minyak sayur
- Etanol
- NaoH 25%
- Aquades
- NaCl
- Air Es
- CaCl2 5%
- MgCl2 5%
- FeCl2 5%
- Kertas lakmus
- Indikator pH
- Kertas saring
- Kain kasa

D. Langkah Kerja
a. Pembuatan sabun
Minyak Sayur
- dimasukkan 25mL ke tabung erlenmeyer 250mL
- ditambahkan 20mL etanol dan 20mL NaOH 25% bersamaan dan
diaduk
- dipanaskan pada waterbath mendidih dengan gelas kimia 500mL
berisi 200mL air.
- dipanaskan selama 20 menit sampai bau alkohol hilang
- digunakan es selama proses pendinginan
- diendapkan dengan menambahkan 150mL larutan NaCl dalam
campuran sabun sambil diaduk
- disaring sabun yang mengendap dan dicuci dengan 10mL air dingin
- diamati warna, bau, berat, bentuk endapan sabun
Hasil

b. Uji sifat sabun

Sifat emulsier

Minyak
- dimasukkan pada masing-masing tabung 5 tetes minyak dan 3mL
air.
- ditambahkan sedikit butiran sabun pada salah satu tabung.
- digoyangkan keduanya dan didiamkan
- diamati emulsi yang terbentuk dari kedua tabung
- dibandingkan bentuk dan kestabilan relatif dari dua emulsi

Hasil

Reaksi air sadah

Sabun
- dibuat larutan sabun 15mL pada gelas kimia
- diambil 1/3 spatula sabun
- dicampurkan ke dalam 25mL air pada gelas kimia 50Ml
- dipanaskan untuk melarutkan sabun
- dimasukkan 5mL larutan sabun ke dalam 5 tabung reaksi
- Tabung 1 + 5mL CaCl2 5%, tabung 2 + 5 tetes larutan MgCl2 5%,
tabung 3 + 5 tetes FeCl3 5%, tabung 4 + aquades, tabung 5+ kertas
lakmus.

Hasil
E. Hasil dan Pembahasan
Pada percobaan kali ini adalah untuk membuat sabun dan menguji sifat sabun
tersebut. Pertama dilakukan pembuatan sabun dengan menggunakan minyak
25mL yang kemudian dimasukkan 2mL etanol dan juga NaOH 5%. Digunakan
etanol sebagai pelarut yang bersifat semi-polar, sisi polar etanol akan mengikat
NaOH sedangkan sisi non polar etanol mengikat minyak, sehingga dapat
mencampurkan antara minyak dengan NaOH, dengan reaksi :

Lemak yaitu trigliserida terhidrolisis oleh basa NaOH yang akan menghasilkan
gliserol dan sabun. Dipanaskan pada waterbath untuk mempercepat laju reaksi
sambil diaduk juga dapat mempercepat laju reaksi karena pengaruh dari faktor
tumbukan efektif yang menyebabkan partikel partikelnya saling bertumbukan
sehingga semakin besar pula energi kinetiknya sehingga reaksi semakin cepat.
proses pengadukan membuat partikel-partikelnya lebih sering bertumbukan.

Kemudian didinginkan larutan tersebut dengan menggunakan es batu untuk


mempercepat proses pendinginan, kemudian ditambahkan NaCl yang berfungsi
untuk memisahkan produk yang dihasilkan yaitu sabun dan gliserol, sehingga
sabun akan menggumpal menjadi sabun yang padat, kemudian di filtrasi agar
benar-benar terbentuk sabun yang utuh kemudian dibentuk, didapatkan sabun
dengan massa 1,984 gram

Kemudian dilakukan uji emulsifier sabun, yaitu uji untuk menguji kemampuan
sabun untuk mengikat lemak, dibuat dua tabung yang berisi minyak dan air.
Tabung pertama diberi perlakuan dengan ditambahkan sabun, tabung kedua
tidak ditambahkan butiran butiran sabun, ternyata setelah dikocok kedua
tabung, pada tabung pertama minyak dan air dapat bercampur sedangkan pada
tabung kedua minyak dan air terpisah.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa, air dan minyak memiliki massa jenis yang
berbeda, minyak memiliki massa jenis lebih kecil dibandingkan dengan air dan
juga minyak bersifat non polar sedangkan air bersifat pelarut polar. Dalam teori
Solve Dissolve like, dimana molekul yang bersifat polar akan larut pada pelarut
polar dan molekul yang bersifat non polar akan larut pada pelarut yang bersifat
non polar pula. Sehingga dalam hal ini minyak dan air tidak akan dapat bersatu.
Tetapi pada tabung 1 yang ditambahkan sabun, ternyata air dan minyak dapat
bersatu. Hal ini disebabkan oleh sifat sabun

sumber
thepannicchannel.com
Jika dilihat secara mikroskopik sabun memiliki dua bagian yaitu ekor dan kepala,
pada bagian kepala sabun bersifat hidrofilik yang berfungsi sebagai pengikat air
sedangkan pada sisi ekor yang bersifat hidrofobik yang berfungsi sebagai
pengikat minyak, sehingga terbukti bahwa sabun memiliki sifat emulsifier.
Selanjutnya dilakukan pengujian sabun dengan air sadah, air sadah adalah air
yang memiliki kandungan ion Ca2+ ataupun Mg2+
Disediakan larutan CaCl2, FeCl3, MgCl2, sebelumnya Ph sabun didapatkan 10.
Tabung 1 sabun + CaCl2, tabung 2 sabun + FeCl3, tabung 3 sabun + MgCl2,
tabung 4 sabun + aquades.
Didapatkan hasil dari tabung 1, dan tabung 3 sabun tidak menghasilkan busa
sedangkan pada tabung 2, dan tabung 4 sabun menghasilkan busa. Hal ini
membuktikan pada larutan CaCl2 dan MgCl2 terdapat ion Ca2+ dan ion Mg2+
yang tergolong ke dalam air sadah dengan persamaan reaksi :
Ca2+ (aq) + 2RCOONa (aq) –> Ca(RCOO)2 (s) + 2Na+ (aq)
Mg2+ (aq) + 2RCOONa (aq) –> Mg(RCOO)2 (s) + 2Na+ (aq)
Dengan terbentuknya endapan, maka fungsi sabun sebagai pengikat kotoran
menjadi kurang atau bahkan tidak efektif. Sabun akan berbuih kembali setelah
semua ion Ca2+ atau Mg2+ yang terdapat dalam air mengendap.
F. Kesimpulan
- Pembuatan sabun sederhana dapat dilakukan dengan mencampurkan asam
lemak beserta basa alkali (KOH/NaOH).
- Pengujian sifat sabun dapat dilakukan dengan uji kesadahan dan juga uji ph dan
sifat emulsiernya.
- Sifat kebasaan sabun dapat diketahui dengan dilakukan uji pH.
- Reaksi sabun dengan air sadah akan membentuk endapan yang membuat
sabun akan sulit berbuih karena adanya ion Ca2+ dan ion Mg2+
Ca2+ (aq) + 2RCOONa (aq) –> Ca(RCOO)2 (s) + 2Na+ (aq)
Mg2+ (aq) + 2RCOONa (aq) –> Mg(RCOO)2 (s) + 2Na+ (aq)

G. Daftar Pustaka
Busyinger, Grace. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. Jakarta :
Erlangga.
Fessenden.1982. Bilangan Saponifikasi. Jakarta : Gramedia.
Gebellin, Charles G., 2005, Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
Irah, Namirah. 2020. Penuntut Praktikum Kimia Organik II. Serang : Untirta.
Solomon, Graham, 1988, Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai