Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PENENTUAN BERAT MOLEKUL SUATU SENYAWA


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Fisika

Disusun Oleh :
Kelompok V(A1)

Syarifah Siti Humairah NIM. 200140004


Hannisyah Firda NIM. 200140008
Muhammad Iqbal NIM. 200140012
Suci Elviana NIM. 200140017
Siti Widya Safriani NIM. 200140028
Nafizah Khoriah Harahap NIM. 200140032

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
ABSTRAK
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan berat molekul senyawa volatile.
Senyawa volatile yang digunakan adalah kloroform (CHCl3). Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk menentukan berat molekul CHCl3 berdasarkan
pengukuran massa jenis gas dan menerapkan pemakaian persamaan gas ideal. Pada
percobaan ini yang dilakukan terlebih dahulu adalah menimbang erlenmeyer
kosong yang ditutup aluminium foil dan diikat karet gelang. Erlenmeyer yang telah
berisi CHCl3 dimasukkan kedalam beaker glass yang berisi air mendidih sampai
semua cairan menguap. Setelah semua menguap erlenmeyer dimasukkan kedalam
desikator dan ditunggu sampai semua cairan mengembun kembali. Massa
erlenmeyer setelah desikator diperoleh sebesar 42,712 gr dan diperoleh massa
kloroformnya yaitu sebesar 0,242 gr. Volume air ditentukan dengan menggunakan
persamaan gas ideal dengan massa air sebesar 64,82 gr sehingga diperoleh volume
air sebesar 0,065015 L dan diperoleh hasil berat molekul CHCl3 adalah 113,89
gram/mol. Hasil yang diperoleh berbeda dengan berat molekul CHCl3 teoritis yaitu
119,38 gram/mol. Persen kesalahan yang terjadi pada praktikum ini adalah sebesar
4,598%. Hal ini dipengaruhi oleh tekanan, volume air dan massa kloroform pada
waktu praktikum.

Kata Kunci: Berat Molekul, Densitas,Erlenmeyer, Kloroform, dan Volatile


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Penentuan Berat Molekul Suatu Senyawa


1.2 Tanggal Praktikum : 8 November 2021
1.3 PelaksanaPraktikum : Kelompok V (A1)
1. Syarifah Siti Humairah NIM. 200140004
2. Hannisyah Firda NIM. 200140008
3. Muhammad Iqbal NIM. 200140012
4. Suci Elviana NIM. 200140017
5. Siti Widya Safriani NIM. 200140028
6. Nafizah Khoriah Harahap NIM. 200140032
1.4 Tujuan Praktikum : Untuk menentukan berat molekul senyawa
volatile berdasarkan massa jenis dan
menerapkan pemakaian persamaan gas ideal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan.


Apabila zat terlarut banyak sedangkan pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan
larutan itu encer atau konsentrasinya sangat rendah. Banyak cara untuk memeriksa
konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam
kuantitas pelarut (larutan) (Petrucci, 1987).
2.1 Senyawa
Senyawa yaitu zat tunggal yang terbentuk dari beberapa unsur dengan
perbandingan massa yang tetap. Sifat senyawa berbeda dengan unsur-unsur
penyusunnya. Bagian terkecil dari senyawa adalah molekul. Berikut adalah sifat-
sifat dari senyawa :
1. Sifat-sifat senyawa ion.
a. Mempunyai titik didih dan titik lebur yang relatif tinggi.
b. Pada suhu kamar umumnya berbentuk padat (kristal).
c. Bersifat sebagai isolator jika berbentuk padat (kristal).
d. Bersifat sebagai konduktor jika berbentuk lelehan.
e. Dapat larut dalam pelarut polar, misalnya air.
f. Kurang larut dalam pelarut organik, misalnya alkohol dan eter.
2. Sifat-sifat senyawa kovalen.
a. Mempunyai titik didih dan titik lebur yang relatif kecil.
b. Pada suhu kamar berbentuk gas atau cair.
c. Senyawa kovalen kurang larut dalam pelarut polar tetapi dapat larut dalam
pelarut non polar atau pelarut organik.
d. Cenderung akan mudah terbakar
(Antasari, 2012).
Senyawa volatile adalah senyawa yang mudah menguap. Salah satu contoh
senyawa volatil adalah etanol. Etanol adalah senyawa yang memiliki titik didih
yaitu 78,37℃, oleh karenanya pemanasan harus dijaga konstan. Volatile Organic
Compound (VOC) adalah senyawa yang mengandung karbon yang menguap pada
tekanan dan temperatur tertentu atau memiliki tekanan uap yang tinggi pada
temperatur ruang.VOC yang paling umum dikenal sebagai pelarut (solvent) dan
VOC jenis lainnya seperti manomer dan pewangi (fragnance).

2.2 Berat Jenis


Berat jenis biasanya dianggap sebagai rasio tanpa dimensi. Sebenarnya
berat jenis haruslah dipikirkan sebagai rasa dari dua densitas-densitas zat yang
diinginkan A terhadap densitas zat seperti yang masing-masing memiliki satuan
yang berhubungan. Dengan simbol :
lb/ft³ gr/cm³ kg/m³
Sp gr (berat jenis)= = = …………….…………… (2.1)
lb/ft³ gr/cm³ kg/m³
Zat referensi untuk zat cair dan padat biasanya adalah air, jadi berat molekul
adalah rasio densitas yang ditanyakan terhadap densitas air. Berat jenis gas sering
kali diserahkan pada udara, tetapi mungkin juga mengarah pada gas lain. Agar anda
tepat ketika menunjukkan berat jenis maka nyatakan pada suhu berapa setiap
densitas ditetapkan (Sukardjo, 1989).
Tabel 2.1 Densitas Air pada Beberapa Temperatur
Temperatur 0(°C) 2(°C) 4(°C) 6(°C) 8(°C)
(°C)
10 0,9997 0,9995 0,9982 0,9990 0,9966
20 0,9982 0,9978 0,9973 0,9968 0,9963
30 0,9957 0,9951 0,9944 0,9937 0,9930
40 0,9923 0,9915 0,9906 0,9898 0,9889
50 0,9880 0,9870 0,9861 0,9852 0,9842
60 0,9831 0,9821 0,9810 0,9799 0,9788
(Sumber: Smith, 1975)

2.3 Penentuan Massa Molekul Relatif (Mr-MMR)


Metode penentuan MMR suatu zat bergantung pada apakah zat itu gas, zat
yang cair yang dapat menguap, zat padat atau zat terlarut tidak dapat menguap
dalam suatu pelarut. Pada dasarnya untuk menentukan massa molekul relatif gas
atau uap diperlukan data rapat uap (rapat uap relatif). Dari hukum Avogadro dapat
diturunkan:
MMR=RH×2 ………………………………….……....................... (2.2)

Keterangan:
RH = rapat uap terhadap gas hidrogen

Penemuan masa molekul relatif gas dapat dilakukan dengan metode


Regnault, Siring dan metode Difusi Graham dengan membandingkan laju gas yang
massa molekul relatifnya diketahui (Hiskia dan Baradja, 2014).

2.3.1 Metode Regnault


Pada metode ini dilakukan dengan cara menimbang langsung dengan cara
menggunakan dua tabung yang sama (volume 0,5-2 L). Salah satu tabung diisi
dengan udara dan tabung lainnya dengan gas yang akan ditentukan rapat uapnya.
Data eksperimen berdasarkan metode Regnault sebagai berikut :
1. Berat sebuah tabung setelah divakumkan 50,883 g. Setelah diisi dengan gas
pada tekanan 1 atm dan temperatur 20℃, massa molekul relatif dapat
dihitung.
2. Berat gas pada tekanan 1 atm dan temperatur 20℃ = [52,080 g – 50,883 g]
= 1,197 g.
3. Volume 1,197 g gas pada STP
273 760 273.000
1.000× × = =931,7 mL
293 760 293
4. Pada STP berat 22,4 L gas
22.400
1,197× = 28,87 g
931,7
Maka massa molekul relatif gas adalag 28,8 g.
Metode Regnault ini digunakan untuk menentukan berat molekul zat pada
suhu kamar yang berbentuk gas (Hiskia dan Baradja, 2014).
2.3.2 Metode Dumas
Metode Dumas digunakan untuk zat cair dengan titik didih rendah, seperti
triklorometana dan sulfur diklorida oksida. Data eksperimen berdasarkan metode
Dumas sebagai berikut :
1. Massa tabung gas dan udara pada temperatur adalah 37,475 g.
2. Massa tabung gas setelah diisi uap dizealed pada 100℃ = 37,635 g.
3. Massa tabung gas berisi air pada temperatur kamar adalah 578,9 g.
4. Tekanan atmosfer adalah 1,015 atm.
5. Kerapatan udara pada suasana laboratorium adalah 1,29 g L -1 .
6. Kerapatan air pada suasana laboratorium 999 g L -1 .
7. Kerapatab gas (g L -1 ) dan massa molekul uap dapat dihitung :
Diketahui : R = 0,0821 L atm mol-1K -1
Misalkan volume tabung V L
1,20 V + Massa tabung = 37,475 g 999
V + Massa tabung = 578,9 g
999,71 V = 541,425
V = 0,5427 L
Massa uap = 37,685 – (37,475 – 1,29 L)
= 37,685 – (37,475 – 1,29 . 0,5427)
= 0,8600 L
Volume uap pada 100℃ = 0,5427 L
273 1,015
Volume uap pada STP = 0,5427 × × = 0,4032 L
373 1
0,8600
Rapat uap = = 2, 1329 gl-1
0,4032
22,4
Massa molekul uap = × 0,8600 = 47,78
0,4032
Dumas menggunakan balon kaca yang tidak terlalu tebal dengan leher yang
runcing sehingga ujungnya muda menutup, lalu dibenamkan dipenangas air. Cairan
akan mendidih dan mengusir udara didalam balon kaca.
2.3.3 Metode Victor Meyer
Metode Victor Meyer digunakan jika cuplikan sangat sedikit dan pada
suasana eksperimen temperatur sangat tinggi. Data suatu eksperimen berdasarkan
metode Victor Meyer sebagai berikut :
1. Suatu cairan sebanyak 0,2 g mendesak 85,0 g mL udara diukur pada suhu
17℃ dan tekanan 750 mmHg. Tekanan uap air pada temperatur 17℃ yaitu
15 mmHg. Massa molekul relatif dihitung :
Volume (V1 ) = 85,0 mL
Temperatur (T1 ) = 17℃ = 290 K
Tekanan = 750 mmHg
Tekanan uap air = 15 mmHg
Tekanan udara lembab = 750 mmHg
Tekanan udara kering (P1 ) = (750-15)mmHg = 735 mmHg
Volume uap STP = P1V1/T1 × T P
735 273
= ×85,0× = 77,39 L
290 760
22.400
Berat 22,4 L uap = × 0,2 g = 57,9 g
77,39
Massa molekul relatof adalah 57,9 g.

2.3.4 Metode Siring (Syringe Method)


Pada metode ini udara kering dalam siring dengan volume tertentu
ditimbang dan dibandingkan berat gas dengan volume yang sama. Dari dua data
suatu eksperimen massa molekul suatu gas dapat ditentukan :
1. Massa siring + udara kering + pipa karet + klip = W1 gram
2. Massa siring + gas kering + pipa karet + klip = W2 gram
3. Volume udara kering atau gas = V1 mL (V1 , 50 mL
atau 100 Ml)
4. Temperatur laboratorium = T1℃
5. Tekanan atmosfer = P1 mmHg
Diketahui kerapatan udara 1,293 g L -1
Pada STP volume udara kering dan gas kering :
P1 735
V0 = × ×V1(mL) ……………………………………. (2.3)
760 (273+T1)
Massa udara kering = V0×10-3×1,293 g Massa gas
= (W2-W1 ) + V0 × 10-3 × 1,293 g
22.400
Massa 1 mol gas = ×W2-W1
V0
=V0×10-3 ×1,293 g
Massa molekul relatif gas =X

2.3.5 Penentuan MMR dengan Menggunakan Sifat Kolegatif Larutan


Diantara keempat sifat koligatif yaitu penurunan uap, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku dan tekanan osmosis maka tekanan uap tidak digunakan dalam
menentukan MMR karena sukar mengukur perubahan tekanan uap
a. MMR dari kenaikan titik didih
Suatu senyawa 4,5 g yang dapat menaikkan titik didih 56 g air sebanyak
0,71℃, massa molekul relatifnya dapat dihitung :
Diketahui : tetapan kenaikan titik didih 0,52℃ per 1.000 g. Pelarut 4,5 g
dalam 56 g menaikkan titik didih sebesar 0,71℃ .
Jadi, 4,5 g dalam 1.000 g air akan menaikkan titik didih sebesar :
0,71×56
=0,04℃
1.000

Agar kenaikan titik didih 1.000 g air sebesar tetepan kenaikan titik didih
yaitu 0,52℃ maka diperlukan zat pelarut :
4,5×0,52
=58,5 g .
0,04

Jumlah ini adalah 1 mol zat. Massa molekul zat tersebut adalah 58,5.
b. MMR dari penurunan titik beku Suatu zat sebanyak 1,2 g dilarutkan dalam
25 g benzen. Larutan beku pada temperatur 2,73℃. MMR ini dapat
dihitung:
Diketahui titik beku benzen : 5,4 ℃ dan tetapan titik beku 5,12 ℃ setiap
1.000 g pelarut. Perubahan titik beku : 5,4 – 2,73 = 2,67 ℃
Oleh karena 1,2 g dalam 25 g benzen menurunkan titik beku sebesar 2,67℃,
maka 1,2 g dalam 1.000 g benzen akan mengubah titik beku sebesar :
42,67 × 25
=0,067℃
1.000

Zat yang diperlukan untuk mengubah titik beku benzen sebesar 5,12℃
adalah :
1,2 × 5,12
=91,7 g
1.000

Jumlah ini adalah massa dari 1 mol zat. Jadi, MMR zat ini adalah 9,17.
c. MMR dari tekanan osmosis
Persamaan tekanan osmosis π V = n R T, menunjukkan bahwa 1 mol zat
terlarut dalam 22,4 L larutan akan menghasilkan tekanan 1 atm pada
temperatur 273 Kelvin
(Hiskia dan Baradja, 2014).

2.4 Hukum Gas Ideal


Bila gas ideal sifat-sifatnya dapat dinyatakan dengan persamaan yang
sederhana adalah PV = nRT, maka sifat-sifat gas sejati hanya dapat dinyatakan
dalam persamaan yang lebih kompleks lebih-lebih pada tekanan yang tinggi dan
temperatur yang rendah. Untuk suatu berat tertentu bila tekanan berkurang, volume
bertambah dan berat perliter berkurang (Respati, 1992).
Densitas yang didefinisikan dengan m/V berkurang tetapi perbandingan
densitas dan tekanan m/pV akan tetap, sebab berat total m tetap dan bila gas ideal
PV sebagai berikut :
P V = n R T ………………………...……………………....………. (2.3)

M = R T =∂ P ∅ R T ……..…………………………………………. (2.4)

Hukum Boyle hanya dapat diaplikasikan pada jumlah mol dan temperatur
konstan, sedangkan hukum Charles hanya pada jumlah mol dan tekanan konstan.
Dari kedua hukum ini tidak jelas bahwa kombinasi keduanya dapat diyakini
keberanannya. Ini adalah hubungan massa gas, volume yang fungsi dari tekanan
dan temperatur.
∂V ∂V
dV= [ ]T dP+ [ ]P dT ……………………………………………. (2.5)
∂P ∂T
(Rusman, 2009)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan pada praktikum Penentuan Berat Molekul Suatu
Senyawa sebagai berikut :
3.1.1 Alat-Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Alumunium foil secukupnya
2. Beaker gelas 1000 mL 1 unit
3. Bola penghisap 1 unit
4. Desikator 1 unit
5. Erlenmeyer 5 mL 1 unit
6. Jarum 1 unit
7. Karet gelang 1 unit
8. Neraca digital 1 unit
9. Penangas air 1 unit
10. Pipet volume 1 unit
11. Termometer 1 unit

3.1.2 Bahan-Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Air (H2O) secukupnya
2. Kloroform(CHCl3) 5 ml

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah :
1. Ditimbang sebuah erlenmeyer 100mL yang bersih dan kering, yang ditutup
dengan aluminium foil yang diikat dengan karet gelang.
2. Kemudian ke dalam erlenmeyer tersebut dimasukkan 5 mL kloroform dan
ditutup rapat sehingga kedap gas, timbang kembali alat tersebut , lalu dibuat
lubang kecil pada tutupnya dengan jarum.
3. Erlenmeyer tersebut dimasukkan kedalam beaker glass yang berisi air
mendidih bersuhu 100°C sampai semua cairan menguap, dicatat suhu
penangas air tersebut.
4. Erlenmeyer diangkat dari beaker glass, dikeringkan bagian luarnya lalu
didinginkan ke dalam desikator. Udara akan masuk kedalam erlenmeyer
melalui lubang dan uap cairan masuk mengembun kembali menjadi cairan.
5. Ditimbang kembali erlenmeyer 100 mL bersama tutupnya.
6. Ditentukan volume erlenmeyer dengan jalan mengisi labu erlenmeyer
dengan air sampai penuh dan mengukur massa air yang terdapat dalam labu
erlenmeyer tersebut. Diukur suhu air yang terdapat dalam labu erlenmeyer.
Volume air bias diketahui, bila massa jenis air pada suhu air dalam labu
erlenmeyer diketahu dengan menggunakan rumus: ρ = m/V.
7. Dihitung berat molekul senyawa kloroform atau CHCl3 dengan
menggunakan rumus PV = nRT.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum penentuan berat molekul suatu senyawa ini
dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Praktikum Penentuan Berat Molekul Suatu Senyawa


No. Hasil Pengamatan Jumlah
1. Massa labu Erlenmeyer 48,74 gr
2. Massa erlenmeyer, alumunium foil, karet gelang 43,156 gr
3. Massa erlenmeyer, alumunium foil, karet gelang, 50,007 gr
kloroform
4. Massa erlenmeyer, alumunium foil, karet gelang, 43,33 gr
kloroform sesudah desikator
5. Massa labu erlenmeyer + air 106,998 gr
6. Massa kloroform 0,174 gr
7. Suhu air 90°C
8. Suhu yang terdapat pada erlenmeyer 29°C
9. Massa air 64,225 gr
10. Tekanan atmosfir 1 atm
11. Volume air 0,064 L
12. Densitas air pada T 363 K
13. BM teoritis 149g/mol
14. BM yang didapat 147,669 g/mol
15. Persen kesalahan 1,12 %
(Sumber : Praktikum Kimia Fisika, 2021)

5.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan beberapa kali penimbangan labu erlenmeyer
baik sebelum maupun sesudah diisi air dan kloroform. Hal ini bertujuan agar kita
dapat mendapatkan massa air dan kloroform. Percobaan ini digunakan senyawa
volatile. Senyawa volatile merupakan senyawa yang mudah menguap, terutama jika
dipanaskan pada suhu diatas titik didih. Percobaan ini dilakukan dengan
menggunakan cairan volatile yaitu kloroform. Penentuan berat molekul senyawa
pada percobaan ini menggunakan metode victor meyer.
Pertama-tama yang dilakukan adalah mengambil sebuah erlenmeyer
berleher kecil yang bersih dan kering, kemudian labu tersebut ditutup dengan
alumunium foil diikat dengan karet gelang. Setelah itu labu ditimbang dan diperoleh
data massa erlenmeyer + alumunium foil + karet gelang = 43, 156 gr, lalu
dimasukkan 5 ml kloroform kedalam labu erlenmeyer dan ditutup kembali. Bagian
atas dari alumunium foil diberi lubang kecil dengan menggunakan jarum agar uap
dapat keluar. Kemudian dipanaskan dipenangas air dalam beaker glass. Labu
erlenmeyer dibiarkan, setelah air didalam penangas hampir mendidih, labu
erlenmeyer dimasukkan ke penangas. Dibiarkan dipenangas sampai larutan
kloroform didalamnya menguap. Setelah itu, labu erlenmeyer diangkat, dan
dikeringkan bagian luarnya dan didinginkan dengan desikator hingga uap cairan
didalam labu elenmeyer kembali menjadi cairan. Kemudian erlenmeyer ditimbang
kembali. Massa erlenmeyer + alumunium foil = karet gelang + kloroform = 50, 007
gr. Sebuah cairan volatile akan menguap dan mendorong udara yang ada didalam
erlenmeyer sampai udara tersebut keluar dari erlenmeyer melalui lubang yang telah
dibuat dan akan berhenti jika kondisinya telah mencapai kesetimbangan yaitu
tekanan uap didalam erlenmeyer sama dengan diluar erlenmeyer. Sehingga tersisa
didalam erlenmeyer hanyalah uap cairan volatile yang memiliki tekanan sama
dengan titik didih air didalam labu erlenmeyer dan suhu hampir sama dengan suhu
penangas air. Setelah dilakukan pendinginan, cairan volatile akan mengembun dan
dapat ditimbang massanya (Sukarjo, 1989).
Tekanan udara pada saat perabaan dianggap dalam keadaan STP yaitu 1 atm
(760 mmHg). Penentuan volume cairan kloroform dapat ditentukan dengan
membandingkan nilai massa cairan yang telah ditimbang dengan massa jenis yang
telah ditentukan dengan ketentuan volume air yaitu 0,064 L. Kemudian penentuan
m
berat molekul dari kloroform dengan menggunakan persamaan : BM = ×
VMr x ρ
RT, sehingga diperoleh berat molekul kloroform 117,669 g/mol. Diketahui berat
molekul teoritis suatu kloroform 119 g/mol dan setelah dihitung didapat bahwa
persen kesalahannya sebesar 1,12%.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh hasil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Volume air yang didapat yaitu 0,064 L. volume air akan semakin besar
apabila massa sampel yang digunakan semakin berat.
2. Berat molekul kloroform yang didapat sebesar 117, 669 gr/mol, sedangkan
berat molekul teoritisnya sebesar 119 g/mol.
3. Jika berat molekul yang didapat tidak sesuai dengan berat molekul
teoritisnya maka masih terdapat cairan yang belum manguap atau masih
terisi didalam erlenmeyer. Hal ini menyebabkan adanya kesalahan
perhitungan massa jenis gas dan akhirnya berdampak pada kesalahan dalam
perhitungan berat molekul.
4. Massa cairan volatile akan sebanding dengan berat molekulnya. Artinya
semakin besar massanya, maka semakin besar berat molekulnya.

5.2 Saran
Untuk percobaan ini cairan volatilnya dapat menggunakan selain kloroform,
yaitu metana. Serta saat pendinginan pada desikator diharapkan lebih teliti agar
semua cairan menguap dan berat molekulnya yang didapat sesuai dengan berat
molekul teoritisnya.
DAFTAR PUSTAKA

Antasari, Ina. 2012. Metode Juara Kimia. Yogyakarta : Easymedia.

Hiskia, Achmad dan Baradja, Lubna. 2014. Stoikiometri. Jakarta : Citra Aditya
Bakti.

Respati. 1992. Dasar - Dasar Ilmu Kimia untuk Universitas. Yogyakarta : PT.
Rineka Cipta.

Rusman. 2009. Kimia Fisik. Banda Aceh : Syiah Kuala University Press.

Smith, J. M. 1975. Chemical Engineering Thermodynamics.Singapore : Mc Graw


Hill.

Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Yogyakarta : PT. Rineka Cipta.


LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Menghitung massa air


Diketahui : massa air + erlenmeyer = 106, 998
massa erlenmeyer =42, 743
Ditanya : (massa erlenmeyer + air) – (massa erlenmeyer)
= 106,998 - 42,743
= 64, 225
2. Volume air
Diketahui : Mair = 64, 225 gr
ρair = 0,996 gr/cm3
Ditanya : volume air
Mair Mair 64, 225 gr
ρair = = Vair = = gr
Vair ρair 0,996 3
cm

= 64, 483 cm³ = 0,064 L


3. BM
Diketahui : ρair = 0,996 gr/cm³
K = 0,082 L atm 1 mol k
P = 1 atm
T = 90°C → 363 K
Ditanya : BM…..?
M MRT
P (BM) = RT BM =
V PV
atm
0,253 gr x 0,082 Lmol k x 363
=
1 ATM x 0,064 L
7,531
=
0,064
= 117, 669 gr/mol
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Apakah yang menjadi sumber kesalahan utama dalam percobaan ini ?


Jawab :
a. Massa suatu senyawa dalam etanol, karena apabila massa nya berubah nilai
volume yang dihasilkan juga berubah dan nilai mol yang didapat jauh
berbeda, sehingga berpengaruh terhadap nilai berat molekul suatu senyawa.
b. Pada pengamatan suhu dalam menentukan berapa ℃ suhu air dalam tabung
erlenmeyer sebagai dasar penentuan nilai masa jenis air tersebut.
2. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa unsur tersebut mengandung :
Karbon = 10 %
Klor = 89,0 %
Hidrogen = 1,0 %
Tentukan rumus molekul senyawa ini
Jawab :
C = 10 %
Cl = 89,0%
H = 1,0 %
10 89,0 1
C : Cl : H = : :
12 35,5 1
33,2 : 10 : 1
0,83 :2,5 : 1
RE CHCl3 RM ( CHCl3)n
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

No. Nama alat dan gambar Fungsi


1. Alimunim foil Untuk menutup erlenmeyer agar
cairan volatile tidak menguap.

2. Beaker glass Sebagai wadah untuk menampung,


mengaduk larutan kimia.

3. Bola penghisap Untuk menghisap larutan didalam


wadah.

4. Desikator Untuk tempat mendinginkan larutan.


5. Erlenmeyer Untuk menampung dan mencampur
cairan kimia.

6. Jarum Untuk melubangi alumunium foil.

7. Karet gelang Untuk mngikat alumunium foil agar


tertutup rapat.

8. Penangas air Untuk memanaskan larutan atau


sampel.
9. Pipet volume Untuk mengambil sampul dari wadah.

10. Termometer Untuk mengukur suhu larutan.

11. Neraca digital Untuk mengukur massa suatu sampel.

Anda mungkin juga menyukai