Disusun Oleh :
Kelompok V(A1)
Keterangan:
RH = rapat uap terhadap gas hidrogen
Agar kenaikan titik didih 1.000 g air sebesar tetepan kenaikan titik didih
yaitu 0,52℃ maka diperlukan zat pelarut :
4,5×0,52
=58,5 g .
0,04
Jumlah ini adalah 1 mol zat. Massa molekul zat tersebut adalah 58,5.
b. MMR dari penurunan titik beku Suatu zat sebanyak 1,2 g dilarutkan dalam
25 g benzen. Larutan beku pada temperatur 2,73℃. MMR ini dapat
dihitung:
Diketahui titik beku benzen : 5,4 ℃ dan tetapan titik beku 5,12 ℃ setiap
1.000 g pelarut. Perubahan titik beku : 5,4 – 2,73 = 2,67 ℃
Oleh karena 1,2 g dalam 25 g benzen menurunkan titik beku sebesar 2,67℃,
maka 1,2 g dalam 1.000 g benzen akan mengubah titik beku sebesar :
42,67 × 25
=0,067℃
1.000
Zat yang diperlukan untuk mengubah titik beku benzen sebesar 5,12℃
adalah :
1,2 × 5,12
=91,7 g
1.000
Jumlah ini adalah massa dari 1 mol zat. Jadi, MMR zat ini adalah 9,17.
c. MMR dari tekanan osmosis
Persamaan tekanan osmosis π V = n R T, menunjukkan bahwa 1 mol zat
terlarut dalam 22,4 L larutan akan menghasilkan tekanan 1 atm pada
temperatur 273 Kelvin
(Hiskia dan Baradja, 2014).
M = R T =∂ P ∅ R T ……..…………………………………………. (2.4)
Hukum Boyle hanya dapat diaplikasikan pada jumlah mol dan temperatur
konstan, sedangkan hukum Charles hanya pada jumlah mol dan tekanan konstan.
Dari kedua hukum ini tidak jelas bahwa kombinasi keduanya dapat diyakini
keberanannya. Ini adalah hubungan massa gas, volume yang fungsi dari tekanan
dan temperatur.
∂V ∂V
dV= [ ]T dP+ [ ]P dT ……………………………………………. (2.5)
∂P ∂T
(Rusman, 2009)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.2 Bahan-Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Air (H2O) secukupnya
2. Kloroform(CHCl3) 5 ml
4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum penentuan berat molekul suatu senyawa ini
dapat dilihat pada Tabel 4.1
5.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan beberapa kali penimbangan labu erlenmeyer
baik sebelum maupun sesudah diisi air dan kloroform. Hal ini bertujuan agar kita
dapat mendapatkan massa air dan kloroform. Percobaan ini digunakan senyawa
volatile. Senyawa volatile merupakan senyawa yang mudah menguap, terutama jika
dipanaskan pada suhu diatas titik didih. Percobaan ini dilakukan dengan
menggunakan cairan volatile yaitu kloroform. Penentuan berat molekul senyawa
pada percobaan ini menggunakan metode victor meyer.
Pertama-tama yang dilakukan adalah mengambil sebuah erlenmeyer
berleher kecil yang bersih dan kering, kemudian labu tersebut ditutup dengan
alumunium foil diikat dengan karet gelang. Setelah itu labu ditimbang dan diperoleh
data massa erlenmeyer + alumunium foil + karet gelang = 43, 156 gr, lalu
dimasukkan 5 ml kloroform kedalam labu erlenmeyer dan ditutup kembali. Bagian
atas dari alumunium foil diberi lubang kecil dengan menggunakan jarum agar uap
dapat keluar. Kemudian dipanaskan dipenangas air dalam beaker glass. Labu
erlenmeyer dibiarkan, setelah air didalam penangas hampir mendidih, labu
erlenmeyer dimasukkan ke penangas. Dibiarkan dipenangas sampai larutan
kloroform didalamnya menguap. Setelah itu, labu erlenmeyer diangkat, dan
dikeringkan bagian luarnya dan didinginkan dengan desikator hingga uap cairan
didalam labu elenmeyer kembali menjadi cairan. Kemudian erlenmeyer ditimbang
kembali. Massa erlenmeyer + alumunium foil = karet gelang + kloroform = 50, 007
gr. Sebuah cairan volatile akan menguap dan mendorong udara yang ada didalam
erlenmeyer sampai udara tersebut keluar dari erlenmeyer melalui lubang yang telah
dibuat dan akan berhenti jika kondisinya telah mencapai kesetimbangan yaitu
tekanan uap didalam erlenmeyer sama dengan diluar erlenmeyer. Sehingga tersisa
didalam erlenmeyer hanyalah uap cairan volatile yang memiliki tekanan sama
dengan titik didih air didalam labu erlenmeyer dan suhu hampir sama dengan suhu
penangas air. Setelah dilakukan pendinginan, cairan volatile akan mengembun dan
dapat ditimbang massanya (Sukarjo, 1989).
Tekanan udara pada saat perabaan dianggap dalam keadaan STP yaitu 1 atm
(760 mmHg). Penentuan volume cairan kloroform dapat ditentukan dengan
membandingkan nilai massa cairan yang telah ditimbang dengan massa jenis yang
telah ditentukan dengan ketentuan volume air yaitu 0,064 L. Kemudian penentuan
m
berat molekul dari kloroform dengan menggunakan persamaan : BM = ×
VMr x ρ
RT, sehingga diperoleh berat molekul kloroform 117,669 g/mol. Diketahui berat
molekul teoritis suatu kloroform 119 g/mol dan setelah dihitung didapat bahwa
persen kesalahannya sebesar 1,12%.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh hasil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Volume air yang didapat yaitu 0,064 L. volume air akan semakin besar
apabila massa sampel yang digunakan semakin berat.
2. Berat molekul kloroform yang didapat sebesar 117, 669 gr/mol, sedangkan
berat molekul teoritisnya sebesar 119 g/mol.
3. Jika berat molekul yang didapat tidak sesuai dengan berat molekul
teoritisnya maka masih terdapat cairan yang belum manguap atau masih
terisi didalam erlenmeyer. Hal ini menyebabkan adanya kesalahan
perhitungan massa jenis gas dan akhirnya berdampak pada kesalahan dalam
perhitungan berat molekul.
4. Massa cairan volatile akan sebanding dengan berat molekulnya. Artinya
semakin besar massanya, maka semakin besar berat molekulnya.
5.2 Saran
Untuk percobaan ini cairan volatilnya dapat menggunakan selain kloroform,
yaitu metana. Serta saat pendinginan pada desikator diharapkan lebih teliti agar
semua cairan menguap dan berat molekulnya yang didapat sesuai dengan berat
molekul teoritisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hiskia, Achmad dan Baradja, Lubna. 2014. Stoikiometri. Jakarta : Citra Aditya
Bakti.
Respati. 1992. Dasar - Dasar Ilmu Kimia untuk Universitas. Yogyakarta : PT.
Rineka Cipta.
Rusman. 2009. Kimia Fisik. Banda Aceh : Syiah Kuala University Press.