Anda di halaman 1dari 31

“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Dalam industri seringkali kita jumpai proses pemisahan larutan biner atau
dua komponen secara distilasi. Distilasi merupakan proses pemisahan secara fisik
yang berdasarkan atas perbedaan titik didih dan sedikitnya dibutuhkan dua
komponen proses pemisahan tidak dapat dilakukan apabila kedua komponen
memiliki titik didih yang sama. Height Equivalent of Theoritical Plate (HETP)
terdapat di dalam proses pemisahan, yang didefinisikan sebagai tinggi bahan isian
dalam suatu kolom yang memberikan perubahan komposisi yang dicapai oleh satu
plate teoritis. HETP merupakan daerah (stage) yang mana daerah tersebut terdapat
dua fase (uap dan cair) yang berada dalam keadaan kesetimbangan masing-masing
fase. Menurut definisi, pada satu plate ideal, uap dan cairan yang meninggalkan
plat ideal juga pada kesetimbangan fase atau kesetimbangan termodinamik.
Berarti satuan unit kolom tersebut ekivalen dengan satu plate ideal, inilah konsep
pada HETP. Tingkat akurasi pemisahan merupakan fungsi stage atau dapat
dikatakan semakin banyak stage maka pemisahan akan lebih sempurna.
Prosedur pada percobaan kolom berpacking adalah pertama kalibrasi
alkohol terlebih dahulu, kemudian mengisi labu leher tiga dengan larutan umpan,
kemudian dipanaskan dengan refluks total sampai terjadi boil up rate minimum
dan terbentuk distilat. Selanjutnya biarkan beberapa saat hingga keadaan steady.
Lalu amati suhu, volume distilat yang diperoleh dan timbang dengan piknometer.
Catat pressure drop dan ambil sampel dari atas dan bawah sebanyak 2-3 ml.
Kemudian menentukan kadar alkohol dengan tabel di perry, dan mencari nilai
HETP.
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan nilai HETP
(Height Equivalent of Theotitical Plate) atau dapat menentukan tinggi bahan isian

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 1


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

dalam suatu kolom distilasi. Kedua adalah untuk menghitung jumlah packed
colum aktual yang diterapkan pada perancangan alat pemisah. Serta yang
ketiga adalah untuk mengetahui perhitungan jumlah plate theoritis dengan
menggunakan metode McCabe-Thiele. Selain itu, praktikum ini juga bermanfaat
agar praktikan dapat mengetahui aplikasi HETP dalam dunia industri seperi pada
pengolahan minyak mentah.

I.2. Tujuan
1. Untuk menentukan nilai HETP atau tinggi bahan isian dalam suatu kolom
distilasi.
2. Untuk menghitung jumlah packed colum aktual yang diterapkan
pada perancangan alat pemisah.
3. Untuk mengetahui perhitungan jumlah plate theoritis dengan menggunakan
metode McCabe-Thiele.

I.3. Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui hubungan antara variasi konsentrasi
alcohol yang digunakan dengan banyak destilat yang diperoleh.
2. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
percobaan HETP.
3. Agar praktikan dapat mengetahui aplikasi HETP dalam dunia industri.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 2


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Secara Umum


II.1.1. Distilasi
Distilasi didefinisikan sebagai sebuah proses dimana campuran dua atau
lebih zat liquid atau vapor dipisahkan menjadi komponen fraksi yang murni,
dengan pengaplikasian dari perpindahan massa dan panas. Umumnya proses
distilasi dalam skala industri dilakukan dalam menara, oleh karena itu unit proses
dari distilasi ini sering disebut sebagai menara distilasi atau kolom distilasi.
Kolom distilasi biasanya berukuran 2-5 meter dalam diameter dan tinggi berkisar
antara 6-15 meter. Masukan dari Kolom Distilasi biasanya berupa cair jenuh
(cairan yang dengan berkurang tekanan sedikit saja sudah akan terbentuk uap) dan
memiliki dua arus keluaran, arus yang diatas adalah arus yang lebih volatil (lebih
ringan/mudah menguap) dan arus bawah yang terdiri dari komponen berat. Dalam
anatomi proses industri kimia, keberadaan Kolom Distilasi dalam tahapan
pemisahan atau pemurnian produk sudah sangat banyak diaplikasikan.
(Komariah, 2009)
Distilasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk memisahkan suatu
campuran liquid yang miscible dan volatile menjadi komponen masing-masing.
Syarat dasar dari pada proses distilasi ini adalah komposisi uapnya berbeda
komposisi liquidnya pada saat terjadi kesetimbangan. Proses distilasi secara
teoritis tidak akan menghasilkan produk dengan kemurnian 100 % karena semakin
mendekati kemurniaan maka kerja yang dilakukan alat akan semakin besar.
Operasi ini dipengaruhi oleh jumlah plate dalam kolom, harga relative volatility
serta kecepatan aliran fase liquid dan fase uapnya. Apabila perbedaan komposisi
uap jauh lebih besar dibandingkan komposisi liquid maka pemisahan komponen
akan lebih mudah dilakukan.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 3


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

(Geankoplis, 1993)
Distilasi mungkin dapat terjadi dengan prinsip dua metode. Metode pertama
adalah berdasarkan produksi dari uap saat pendidihan campuran cairan untuk
dipisahkan dan pendinginan uap tanpa mengizinkan cairan kembali ke penyuling.
Disini tidak terjadi reflux. Metode kedua adalah berdasarkan kembalinya sebagian
kondensat ke bawah penyuling seperti kondisi pengembalian cairan yang dibawa
kedalam pengontakkan dengan uap saat menuju kondensor. Salah satu metode ini
dapat dilakukan sebagai proses kontinyu atau sebagai proses batch.
(McCabe, 1993)
Banyak campuran liquid yang tidak dapat dipisahkan dengan proses
distilasi, hal ini dikarenakan titik didihnya saling berdekatan, relative
volativitynya mendekati 1 atau karena campuran membentuk azeotrop pada suhu
dan konsentrasi tertentu hingga tidak dapat dipisahkan lagi. Beberapa komponen
dapat dipisahkan dengan menambahkan komponen yang lain yang dapat
meningkatkan relative volativitas dari konstituen aslinya sehingga salah satu
komponen campuran binary mula-mula dapat dipisahkan. Distilasi yang diiringi
dengan penambahan komponen untuk meningkatkan relative volativitas disebut
dengan distilasi azeotrop, distilasi reaktif, distilasi ekstraktif, tergantung dari
bahan yang ditambahkan kedalamnya.
Larutan ethanol – air pada komposisi 95 % berat ethanol (fraksi mol 0.89)
tidak dapat ditingkatkan lagi melalui distilasi biasa. Karena ethanol – air
merupakan system yang membentuk azeotrop. Yaitu komposisi fase liquidnya
sama dengan komposisi fase uap, sehingga tidak lagi terjadi perubahan fase dari
ethanol. Untuk meningkatkan konsentrasi dan memperoleh ethanol anhydrous
maka ditambahkan komponen ketiga yang meningkatkan relative volativitas
system.
Untuk dua komponen yaitu ethanol – air dimana ethanol lebih volatile dari
pada air, ada empat variable yang berpengaruh dalam system kesetimbangannya

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 4


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

yaitu: tekanan (P), suhu (T), konsentrasi ethanol dalam fase liquid (X) dan
konsentrasi ethanol dalam fase uap (Y).
Salah satu proses pemisahan ethanol – air yang digunakan adalah dengan
proses distilasi ekstraktif dan salt effect yang dipanaskan sampai titik didih
ethanol. Komponen ketiga berupa solvent yang ditambahkan akan mempengaruhi
komposisi fase liquid dan fase uap sehingga relative volatility system akan
berubah. Penambahan garam pada distilasi ini juga memiliki efek langsung
terhadap relative volatility, karena pada dasarnya garam memiliki efek dehidrasi
yang dapat merubah komposisi fase uap dan fase liquid dari ethanol. Perubahan
relative volatility ini akan berpengaruh terhadap produk, sehingga kemurnian
ethanol dapat melampaui kondisi azeotropnya.
Parameter kualitas dari ethanol adalah angka asam. Angka asam adalah
banyaknya 5lcohol yang teroksidasi menjadi asam karboksilat selama proses
distilasi. Penambahan komponen ketiga yang memiliki sifat mengikat air akan
dapat mengurangi kontak lebih lama antara ethanol dengan air dan oksigen
sehingga semakin sedikit ethanol yang teroksidasi.
(Billah, 2009)

II.1.2. Macam-Macam Distilasi


Berdasarkan kegunaan dan ketelitian dalam pemisahan dua zat yang berbeda
distilasi dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
1. Distilasi sederhana
Biasanya distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan zat cair yang
titik didihnya rendah, atau memisahkan zat cair dengan zat padat atau minyak.
Proses ini dilakukan dengan mengalirkan uap zat cair tersebut melalui kondensor
lalu hasilnya ditampung dalam suatu wadah, namun hasilnya tidak benar-benar
murni atau biasa dikatakan tidak murni karena hanya bersifat memisahkan zat cair
yang titik didih rendah atau zat cair dengan zat padat atau minyak.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 5


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

2. Distilasi bertingkat (fraksionasi)


Proses ini digunakan untuk komponen yang memiliki titik didih yang
berdekatan. Pada dasarnya sama dengan distilasi sederhana, hanya saja memiliki
kondensor yang lebih banyak sehingga mampu memisahkan dua komponen yang
memliki perbedaan titik didih yang berdekatan. Pada proses ini akan didapatkan
senyawa kimia yang lebih murni, kerena melewati kondensor yang banyak.
3. Distilasi vakum (distilasi tekanan rendah)
Distilasi vakum adalah distilasi yang tekanan operasinya 0,4 atm (300
mmHg absolut). Distilasi yang dilakukan dalam tekanan operasi ini biasanya
karena beberapa alasan yaitu: Sifat penguapan relatif antarkomponen biasanya
meningkat seiring dengan menurunnya suhu didih. Distilasi pada tekanan rendah
dilakukan ketika mengolah produk yang sensitif terhadap variabel suhu. Proses
pemisahan dapat dilakukan terhadap komponen dengan tekanan uap yang sangat
rendah atau komponen dengan ikatan yang dapat terputus pada titik didihnya.
Reboiler dengan tekanan yang rendah yang menggunakan sumber energi dengan
harga yang lebih 1030 murah seperti steam dengan tekanan rendah atau air panas.
4. Refluks
Refluks sering dilakukan dalam distilasi walau pada prinsipnya agak
berbeda. Refluks dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi distilat dengan jalan
pengembalian sebagian produk distilat ke dalam kolom distilasi dan dipanaskan
ulang tanpa mengurangi jumlah zat yang ada.
5. Distilasi azeotrop
Digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop (campuran campuran dua
atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam
prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau
dengan menggunakan tekanan tinggi. Banyak metode yang dapat digunakan untuk
menghilangkan titik azeotrop pada campuran heterogen. Contoh campuran
heterogen yang mengandung titik azeotrop yang paling popular adalah campuran

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 6


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

ethanol-air, campuran ini dengan metode distilasi biasa tidak dapat menghasilkan
ethanol berkadar lebih dari 96%. Hal ini terjadi karena konsentrasi yang lebih
tinggi harus melewati terlebih dahulu titik azeotrop, dimana komposisi
kesetimbangan cair-gas ethanol-air saling bersilangan.
(Gusmawarmi, 2017)

II.1.3. High Equivalent of Theoritical Plate


High Equivalent of Theoretical Plate atau sering disebut HETP, banyak
terdapat dalam proses pemisahan seperti dalam menara distilasi, proses absorpsi,
dan proses adsorpsi . HETP adalah daerah (stage) yang mana daerah (stage)
tersebut terdapat dua fase (cair dan uap) yang berada dalam keadaan
kesetimbangan masing-masing fase. Atau juga bisa dikatakan HETP adalah
tempat kontak antara fase cair dan fase uap, sekaligus titik dimana terjadi
kesetimbangan antara fase uap dan fase cair.Tingkat akurasi pemisahan
merupakan fungsi (stage), atau dapat dikatakan semakin banyak stage maka
pemisahan akan lebih sempurna.
(Dwi, 2009)
Kapasitas kolom fraksi adalah ukuran jumlah uap dan cairan yang dapat
melewati kolom tersebut dengan cara aliran balik (counter current), yaitu uap ke
atas dan cairan ke bawah, tanpa menyebabkan kemacetan atau kebanjiran.
Efisiensi suatu kolom fraksi adalah daya pemisah suatu bagian kolom itu dengan
panjang tertentu. Efisiensi ini diukur dengan membandingkan kinerja kolom
tersebut dengan kinerja yang diperhitungkan untuk suatu plat kolom yang secara
teoretis sempurna. Suatu plat teoretis adalah sepotong kolom distilasi dengan
panjang tertentu sehingga fase uap berkesinambungan dengan fasa cair, artinya
uap yang meninggalkan “plat” itu komposisinya sama dengan uap yang masuk ke
dalamnya, dan uap yang naik dari “plat” itu seimbang dengan cairan yang turun
dari padanya.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 7


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

Efektifitas suatu kolom fraksi bergantung baik kepada tingginya maupun


kepada packing atau konstruksi dalamnya. Maka Efisiensi suatu kolom sering
dinyatakan dalam height equivalent per theoretical plate (HETP). HETP adalah
panjang kolom (yang diberi packing) yang sesuai dengan 1 theoretical plate.
Makin kacil harga HETP makin efektif kolom tersebut.

Harga HETP suatu kolom tergantung kepada beberapa faktor misalnya,


diameter dari kolom, kecepatan distilasi, B.J. dari packing. Jumlah theoretical
plate dari suatu kolom adalah panjang kolom dibagi dengan HETP.
(Lisa, 2011)

II.1.4. Penentuan Plate Distilasi


Dalam perhitungan theoritical stage ada beberapa tahap yang harus
dilakukan, yaitu :
1. Pembuatan kurva kesetimbangan uap cair (biasanya untuk senyawa atau
komponen yang lebih ringan).
2. Membuat garis operasi baik seksi rectifying (enriching) maupun stripping
3. Membuat garis umpan / feed (q-line), q- line ini akan menunjukkan kualitas
dari umpan itu sendiri, apakah dalam keadaan uap jenuh, liquid jenuh dan
lain – lain.
4. Membuat atau menarik garis stage yang memotong kurva kesetimbangan
yang memotong kurva kesetimbangan xy, garis operasi rectifying dan
stripping yang diawali dari XD dan berakhir pada XB.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 8


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

Gambar II.1. Kurva perhitungan theoretical stage


1. Membuat kurva Kesetimbangan
Dalam membuat kurva kesetimbangan xy, umumnya kurva dibuat untuk
komponen yang lebih ringan, misalkan pemisahan komponen benzene-toluene,
maka kurva yang dibuat kesetimbangan xy adalah untuk komponen benzene. Jika
dalam soal telah tersedia data kesetimbangan xy , maka data tersebut dapat
langsung digunakan , namun jika tidak data tersebut harus dibuat terlebih dahulu ,
terdapat beberapa cara dalam membuat kurva kesetimbangan ini :
a. Dengan menggunakan relative volatilitas
𝛼𝑥
𝐴
𝑦𝐴 = 1+(𝛼−1)𝑥 ……………………………................................................(1)
𝐴

b. Jika diketahui tekanan operasi kolom ( dan biasanya diasumsikan tidak


terjadi penurunan tekanan dalam kolom ) maka kurva kesetimbangan dapat
dibuat dengan rumusan
𝑃 𝑠𝑎𝑡
𝑦𝐴 = ( ) 𝑥𝐴 ..............................................................................................(2)
𝑃

c. Membuat Garis Opersi Rectifying


Garis operasi rectifying dapat dijabarkan dengan :
𝐿𝑛 𝐷
𝑦𝑛+1 = (𝑉 ) 𝑥𝑛 + (𝑉 ) 𝑥𝐷 .....................................................................(3)
𝑛+1 𝑛+1

d. Garis operasi stripping

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 9


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

Garis operasi stripping dapat di jabarkan dengan


𝐿𝑚 𝐵
𝑦𝑛+1 = (𝑉 ) 𝑥𝑚 + (𝑉 ) 𝑥𝐵 ...................................................................(4)
𝑚+1 𝑚+1

Dimana :
Lm = laju alir molar liquid stage ke m
Vm+1 = laju alir molar uap stage ke m+1
Xm = fraksi liquid ke n+1 komponen ringan
XB = fraksi bottom produk komponen ringan
B = laju alir molar bottom produk
2. Garis umpan (q line)
Feed yang masuk ke kolom distilasi dapat dalam berbagai kondisi antara
lain :
a. Feed pada kondisi dingin , q > 1
b. Feed pada kondisi titik gelembung, saturated liquid, q = 1
c. Feed pada kondisi campuran uap – cair 0 < q < 1
d. Feed pada kondisi titik embun, saturated vapour q = 0
e. Feed pada kondisi uap panas lanjut, saturated vapour q < 0
(Cahaya, 2010)
II.1.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Operasi Kolom Distilasi
Kinerja kolom distilasi ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Kondisi Feed (q)
Keadaan campuran dan komposisi feed (q) mempengaruhi garis operasi dan
jumlah stage dalam pemisahan. Itu juga mempengaruhi lokasi feed tray.
2. Kondisi Refluks
Pemisahan semakin baik jika sedikit tray yang digunakan untuk
mendapatkan tingkat pemisahan. Tray minimum dibutuhkan di bawah kondisi
total refluks, yakni tidak ada penarikan destilat. Sebaiknya refluks berkurang,
garis operasi untuk seksi rektifikasi bergerak terhadap garis kesetimbangan.
3. Kondisi Aliran Uap

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 10


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

Kondisi aliran uap yang merugikan dapat


menyebabkan :
a. Foaming
Mengacu pada ekspansi liquid melewati uap atau gas. Walaupun
menghasilkan kontak antar fase liquid-uap yang tinggi, foaming berlebihan
sering mengarah pada terbentuknya liquid pada tray.
b. Entrainment
Mengacu pada liquid yang terbawa uap menuju tray di atasnya dan
disebabkan laju alir uap yang tinggi menyebabkan efisiensi tray berkurang.
Bahan yang sukar menguap terbawa menuju plate yang menahan liquid
dengan bahan yang mudah menguap. Dapat mengganggu kemurnian
destilat. Enterainment berlebihan dapat menyebabkan flooding.
c. Weeping/Dumping
Fenomena ini disebabkan aliran uap yang rendah. Tekanan yang
dihasilkan uap tidak cukup untuk menahan liquid pada tray. Karena itu
liquid mulai merembes melalui perforasi.

d. Flooding
Terjadi karena aliran uap berlebih menyebabkan liquid terjebak pada
uap di atas kolom. Peningkatan tekanan dari uap berlebih menyebabkan
kenaikkan liquid yang tertahan pada plate di atasnya. Flooding ditandai
dengan adanya penurunan tekanan diferensial dalam kolom dan penurunan
yang signifikan pada efisiensi pemisahan. Jumlah tray aktual yang
diperlukan untuk pemisahan khusus ditentukan oleh efisiensi plate dan
packing. Semua faktor yang menyebabkan penurunan efisiensi tray juga
akan mengubah kinerja kolom. Effisiensi tray dipengaruhi oleh fooling,
korosi, dan laju dimana ini terjadi bergantung pada sifat liquid yang
diproses. Material yang sesuai harus dipakai dalam pembuatan tray.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 11


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

Kebanyakan kolom distilasi terbuka terhadap lingkungan atmosfer.


Walaupun banyak kolom diselubungi, perubahan kondisi cuaca tetap dapat
mempengaruhi operasi kolom. Reboiler harus diukur secara tetap untuk
memastikan bahwa dihasilkan uap yang cukup selama musim dingin dan
dapat dimatikan selama musim panas.
(Komariah, 2009)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 12


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

II.2. Sifat Bahan


1. Aquadest
A. Sifat Fisika
a. Densitas : 0,998 gr/cm3
b. Titik lebur : 0ᵒC
c. Titik didih : 100ᵒC
d. Fase : Cair
e. Warna : Tidak berwarna
B. Sifat Kimia
a. Berat molekul : 18,02 gr/mol
b. Rumus molekul : H2O
c. pH : netral
d. Korosifitas : tidak korosif
e. Kestabilan : stabil
(MSDS, 2013 ”Aquadest”)
C. Fungsi
Sebagai refinat proses distilasi dan pelarut alcohol

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 13


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

II.2.2 Ethyl Alcohol


A. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : CH3CH2OH
2. Berat Molekul : 46,07 gr/mol
3. Stabilitas : Stabil
4. Korosifitas : Korosif
5. Toxicitas : Beracun
B. Sifat Fisika
1. Fase : Cair
2. Warna : Tidak berwarna
3. Destitas : 0,789 gr/cm3
4. Titik didih : 78℃
5. Titik leleh : -112℃
(MSDS,2013 “Ethyl Alcohol”)
C. Fungsi
Sebagai destilat setelah proses distilasi.

II.3. Hipotesa
Semakin besar konsentrasi alkohol yang digunakan maka semakin kecil
jumlah plate ideal serta semakin besar nilai equivalen dari HETP.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 14


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

II.4. Diagram Alir

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 15


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1. Bahan
1. Air
2. Etanol

III.2. Alat
1. 1 Set alat HETP 9. Neraca Analitik
2. Adaptor 10. Packed kolom
3. Devider 11. Labu leher tiga
4. Erlenmeyer 12. Piknometer
5. Gelas ukur 13. Pipet tetes
6. Kompor listrik 14. Statif dan klem
7. Kondensor 15. Thermometer
8. Labu ukur 16. Corong Kaca

III.3. Gambar Alat

Adaptor Devider Erlenmeyer Gelas ukur Kompor listrik

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 16


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

Neraca
Kondensor Labu ukur analitik Packed kolom Labu leher tiga

Statif dan
Piknometer Pipet tetes klem Thermometer Corong kaca

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 17


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

III.4. Rangkaian Alat

5
E-4

9
7
8 2

3
6
4

Keterangan :
1 = Packed Column
2 = Termometer
3 = Labu Leher Tiga
4 = Kompor Listrik
5 = Statif dan Klem
6 = Erlenmeyer
7 = Kondensor
8 = Defider
9 = Adaptor

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 18


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

III.5. Prosedur
1. Kalibrasi
1. Ukur volume air sebesar 10 ml, kemudian masukkan dalam piknometer
2. Timbang piknometer yang sudah diisi dan catat beratnya
3. Ukur air sebesar 9 ml dan etanol 1 ml, lalu masukkan keduanya dalam
piknometer
4. Timbang piknometer yang sudah diisi dan catat beratnya
5. Lakukan prosedur no. 3 dan 4 dengan mengubah volume air menjadi 8
ml dan etanol 2 ml dan seterusnya hingga volume etanol 10 ml.
2. Distilasi
1. Lakukan pengenceran terhadap etanol 96 % menjadi etanol 50 % 500 ml
2. Masukkan etanol 50 % 500 ml ke dalam labu tiga leher
3. Rangkai alat distilasi yang sudah disiapkan kemudian panaskan hingga
terbentuk destilat
4. Ambil 10 cc distilat yang terbentuk dan 10 cc bottom. Masukkan ke
dalam piknometer kemudian ditimbang dan dicatat beratnya .Catat pula
suhu yang tertera pada kolom dan bottom dan waktu terbentuknya 10 cc
destilat.
5. Ulangi langkah ke 4 hingga 10 kali.
6. Kemudian menentukan kadar alkohol dengan tabel di Perry, dan mencari
nilai HETP.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 19


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Tabel Hasil Pengamatan


IV.1.1. Tabel Pengamatan Kalibrasi Etanol
Berat pikno kosong : 14,061 gram
Berat pikno + aquadest : 22,2484 gram
Berat air : 9,5713 gram
Densitas air : 0,998 gram/cm3
Tabel 1. Hasil Kalibrasi Etanol-Air
V air V etanol X etanol Berat ρ etanol X etanol
(mL) (mL) (v/v) (gr) (gr/mL) (mol/mol)
10 0 0 22.2484 0.998 0
9 1 0.1 22.238 0.9987 0.02
8 2 0.2 22.1242 0.9848 0.667
7 3 0.3 21.9802 0.9672 0.845
6 4 0.4 21.792 0.9442 0.909
5 5 0.5 21.6314 0.9246 0.947
4 6 0.6 21.2626 0.8795 0.9698
3 7 0.7 21.0902 0.8585 0.9826
2 8 0.8 21.037 0.852 0.9913
1 9 0.9 20.5919 0.7976 0.9993
0 10 1 20.4513 0.7804 1

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 20


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

IV.1.2. Tabel Pengamatan Destilasi


Berat pikno kosong : 12,1045 gram
Berat pikno isi etanol : 26,1645 gram
Tabel 2. Hasil Pengamatan dengan Destilasi
T packed
t T labu m pikno + m pikno + ρ destilat ρ bottom
column
(min) (°C) destilat (gr) bottom (gr) (gr/cm3) (gr/cm3)
(°C)
60 28 76 20.5004 20.6209 1.0234 1.0381
75 28 78 20.4165 20.6660 1.0132 1.0436
103 28 78 20.4120 20.6680 1.0126 1.0438
123 28 78 20.3951 20.7723 1.0106 1.0566
147 28 78 20.2914 20.7944 0.9979 1.0593
182 28.5 78 20.1863 20.8120 0.9851 1.0614
205 28.5 78 20.0833 20.8363 0.9726 1.0644
221 28.5 78 19.9605 20.8465 0.9576 1.0656
251 28.5 78 19.8539 21.0758 0.9446 1.0936
265 28.5 78 19.7481 21.1983 0.9317 1.1085

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 21


IV.2. Tabel Perhitungan
IV.2.1. Tabel Perhitungan Fraksi Mol
Tabel 3. Perhitungan Sistem Etanol-Air
T packed
t T labu m pikno + m pikno + ρ destilat ρ bottom X destilat X bottom
column Xf
(min) (°C) destilat (gr) bottom (gr) (gr/cm3) (gr/cm3) (Xd) (Xw)
(°C)
60 28 76 20.5004 20.6209 1.0234 1.0381 0.3556 0.3046 0.5

75 28 78 20.4165 20.6660 1.0132 1.0436 0.3912 0.2855 0.5

103 28 78 20.4120 20.6680 1.0126 1.0438 0.3931 0.2846 0.5

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


123 28 78 20.3951 20.7723 1.0106 1.0566 0.4002 0.2405 0.5

147 28 78 20.2914 20.7944 0.9979 1.0593 0.4442 0.2311 0.5

182 28.5 78 20.1863 20.8120 0.9851 1.0614 0.4887 0.2236 0.5

205 28.5 78 20.0833 20.8363 0.9726 1.0644 0.5323 0.2134 0.5

221 28.5 78 19.9605 20.8465 0.9576 1.0656 0.5843 0.2090 0.5

251 28.5 78 19.8539 21.0758 0.9446 1.0936 0.6295 0.1119 0.5

265 28.5 78 19.7481 21.1983 0.9317 1.1085 0.6743 0.0600 0.5


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

22
“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

IV.2.2. Tabel Perhitungan HETP


Tabel 4. Perhitungan HETP
Tinggi kolom
Jumlah plate HETP
(cm)

32 4 8

IV.3. Grafik
IV.3.1. Kalibrasi Densitas Etanol

ρ etanol vs X etanol
1.4
1.2
X etanol (mol/mol)

1
y = -3.4757x + 3.9125
0.8
0.6 Series1
0.4 Linear (Series1)
0.2
0
0.000 0.500 1.000
ρ etanol (gr/mL)

Grafik 1. Kalibrasi Densitas Etanol

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 23


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

IV.3.2. Grafik Kesetimbangaan xA terhadap yA

Grafik 2. Kurva Kesetimbangan Etanol dan Air

IV.4. Pembahasan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 24


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan :

V.2. Saran

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 25


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

DAFTAR PUSTAKA

Billah. Mu’tasim. dkk. 2009. “Produksi Alkohol Fuel Grade Dengan Proses
Distilasi Ekstraktif”. Surabaya : UPN “Veteran” Jawa Timur.
Cahaya. Wulan. 2010. “Perhitungan Theoritical Stage (McCabe-Thiele)”.
(http://lunarkara.blogspot.com/2010/11/perhitungan-theoritical-stage-
mccabe.html). Diakses pada 23 Oktober 2018 pukul 01.31 WIB.
Dwi. Ayu. 2009. “HETP Operasi Pemisahan Bertingkat”.
(http://ayudwi32952.blogspot.com/2009/04/hetp-high-equivalent-of-
theoretical.html). Diakses pada 22 Oktober 2018 pukul 01.34 WIB.
Geankoplis. C. J.. 1993. ”Transport Processes and Unit Operations Third Edition”.
New Jersey : Prentice-Hall International. Inc.
Gusmawarmi. Sri Rahayu. 2017. “Distilasi Crude Etanol Untuk Memperoleh
Bioetanol Fuel Grade”. Yogyakarta : Institut Sains & Teknologi
AKPRIND.
Komariyah. Leily Nurul. dkk. 2009. “Tinjauan Teoritis Perancangan Kolom
Distilasi Untuk Pra-Rencana Pabrik Skala Industri”. Palembang :
Universitas Sriwijaya.
Lisa. Randy Rolando. 2011. “Distilasi”.
(http://randychemistry07.blogspot.com/2011/10/distilasi.html). Diakses
pada 22 Oktober 2018 pukul 01.33 WIB.
McCabe. Warren L.. dkk. 1993. “Unit Operations Of Chemical Engineering Fifth
Edition”. New York: McGraw-Hill.
MSDS. 2013. “Aquadest”. (http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=
9927321). Diakses pada tanggal 23 Oktober 2018 pukul 06.36 WIB.
MSDS. 2013. “Ethyl Alcohol”. (http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=
9923955). Diakses pada tanggal 30 September 2018 pukul 06.36 WIB.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 26


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

APPENDIX

1. Data Literatur
a) Data kesetimbangan uap-cair yang diuji pada tekanan praktikum
T (˚C) xA yA
79,1 0,8 0,858
80,1 0,7 0,822
81 0,6 0,794
82 0,5 0,771
83,2 0,4 0,746
84,7 0,3 0,713
87,3 0,2 0,656
91,8 0,1 0,527
95,2 0,05 0,377
98,1 0,02 0,192
100 0 0
Sumber: Geankoplis, C.J, 1978, “Transport Process and Unit Operation”,
Second Edition, Allyn and Bacon Inc, Boston.

b) Densitas air pada berbagai temperatur


T (˚C) ρ air (gr/mL)
28 0,97727
Sumber: Perry, JM, Chemical Engineering HandBook, edisi 8, Mc. Graw Hill
Book Company Inc, New York, 1950.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 27


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

c) Sifat fisik etanol dan air


Komponen BM (gr/mol) Tdidih (˚C) Puap (mmHg)
Air 18 100 28,4521
Etanol 46 78,4 76,2812
Sumber: Perry, JM, Chemical Engineering HandBook, edisi 8, Mc. Graw Hill
Book Company Inc, New York, 1950.

2. Pembuatan Etanol 50% 500 mL


%1 𝑥𝑉1 = %2 𝑥𝑉2
96%𝑥𝑉1 = 50%𝑥500 𝑚𝑙
𝑉1 = 260.42 𝑚𝑙
Jadi, sebanyak 260.42 mL etanol diencerkan dengan aquadest hingga
volumenya 500 mL di dalam labu ukur.

3. Densitas Etanol
Berat pikno kosong = 14,062 gram
Berat pikno + aquadest = 22,2484 gram
Densitas etanol pada kalibrasi volume 9 mL air dan 1 mL etanol
massa etanol − massa pikno kosong
ρetanol = × ρ air
(Wpikno+aquadest ) − (Wpikno kosong )
22,2380−14,062
= 22,2484−14,062 × 0,998 = 0,9987 gr/cm3 = 998,7 kg/cm3

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 28


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

4. Fraksi Etanol
Fraksi etanol pada kalibrasi volume 9 mL air dan 1 mL etanol
% etanol × vol. etanol × ρ etanol
Xetanol = BM etanol
% etanol × vol. etanol × ρ etanol (1-% etanol) × vol. air vol. air × ρ air
+ ×
BM etanol BM air BM air
0,96 ×1 × 0,9987
46
Xetanol = 0,96 × 1 × 0,9987 (1 - 0,96) × 9 9 × 0,9987
+ ×
46 18 18

Xetanol = = 0,02 mol/mol

5. Densitas Bottom
Massa pikno kosong = 12.1045 gram
W pikno + air = 22,2484 gram
ρ air = 0,998 gr/cm3
Densitas bottom pada menit ke 60
(massa bottom) − (massa pikno kosong)
ρbottom = × ρ air
(Wpikno+air ) − (Wpikno kosong )
20.6209−12.1045
= × 0,998
22,2484−14,062

= 1.0381 gr/cm3

6. Densitas Destilat
Massa pikno kosong = 12.1045 gram
W pikno + air = 22,2484 gram
ρ air = 0,998 gr/cm3
Densitas destilat pada menit ke 60
(massa destilat) − (massa pikno kosong)
ρdestilat = × ρ air
(Wpikno+air ) − (Wpikno kosong )
20.5004−12.1045
= × 0,998 gr/cm3
22,2484−14,062

= 1,0234 gr/cm3

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 29


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

7. Menghitung Fraksi Mol pada Destilat


ρ destilat pada menit ke 60 = 1,0234 gr/cm3
x=ρ
y = -3,475x + 3,912
xdestilat = -3,4757 (1,0234) + 3,9125 = 0.3556

8. Menghitung Fraksi Mol pada Bottom


ρ bottom pada menit ke 60 = 1.0381
x=ρ
y = -3,475x + 3,912
xbottom = -3,4757 (1.0381) + 3,9125 = 0.3046

9. Menentukan Y operasi
Y min = 0,55
XD
Y min =
Rm + 1
0.6743
0,55 =
Rm + 1

Rm = 0.2260
Rop = 2 × Rm
= 2 × 0.2260
= 0.4520
XD
Yop =
Rop +1

0,5578
=
0.4520+1
= 0.4644

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 30


“HETP (HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE)”

10. Menghitung HETP (Height Equivalent of Theoritical Plate)


Tinggi kolom
HETP =
Jumlah tahap kesetimbangan
32
= cm
4
= 8 cm

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 31

Anda mungkin juga menyukai