PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Analisa Pengendapan
B. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari proses pemisahaan suatu partikel padat yang terdapat didalam
suatu fluida yang didasarkan atas besar kecilnya Diameter Partikel
(distribusi ukuran partikel) berdasarkan hukum stoke.
2. Untuk mengetahui konsentrasi partikel dan densitas partikel.
B. Latar Belakang
Endapan merupakan zat yang memisahkan diri dari larutan berfase
padat,terbentuk jika larutan lewat jenuh. Suatu akan zatyang mengendap jika hasil
kali kelarutan ion-ionnya lebih besar dari Ksp. Kelarutan (s) didefinisikan sebagai
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Pembentukan endapan adlah salah satu
teknik untuk memisahkan anlit dari zat lain ,dan endapan ditentukan dengan cara
di timbang dan dilakukan pehitungan stokiometri.
27
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Defenisi Percobaan
Endapan merupakan zat yang memisahkan diri dari larutan berfase
padat,terbentuk jika larutan lewat jenuh. Suatu akan zatyang mengendap jika hasil
kali kelarutan ion-ionnya lebih besar dari Ksp. Kelarutan (s) didefinisikan sebagai
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Pembentukan endapan adlah salah satu
teknik untuk memisahkan anlit dari zat lain ,dan endapan ditentukan dengan cara
di timbang dan dilakukan pehitungan stokiometri.
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur
atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri
meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera
diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.
Dengan :
A : Molekul zat analit A
R : Molekul analit R
AaRr = Zat yang mengendap
28
Zat yang ditimbang mempunyai susunan tertentu yang diketahui murni.
Jika suatu larutan telah lewat jenuh ,maka akan terbentuk larutan. Larutan
merupakan zatyang memisahkan diri atau terpisah dari suatu larutan yang
mempunyai fase padat. Suatu zat yang akan mengendap apabila hasil kali
kelarutan ion-ionnya lebih besar dari Ksp. Kelarutan nya mempunyai lambang “s”
dan didefinisikan sebagai konsentrasi molar dari Larutan jenuhnya.
Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian
keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit,
tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang
mudah diamati.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari
analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan
bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat
CrO42- dimana dengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan
berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain
yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorbsi.
29
Pengendapan dilakukan pada pH rendah, karena umumnya kelarutan zat
lebih mudah larut dalam kondisi asam → kecepatan pengendapan lambat dari
suatu larutan.
1. Ruang Pengendapan
Ruang pengendap (dengan atau tanpa pelat penghalang aliran) pada
prinsipnya adalah suatu saluran alir gas yang melebar. Ketika memasuki ruang
tersebut, kecepatan aliran menjadi lebih kecil sehingga tahanan partikel terhadap
30
aliran menurun. Oleh karenanya partikel–partikel tidak lagi terbawa oleh aliran
gas sehinga akan jatuh ke bawah dan dapat dipisahkan.
2. Bejana Pengendapan
Bejana pengendap yang bekerja secara kontinu dapat mempunyai berbagai
bentuk. Biasanya digunakan untuk pemisahan campuran cair-padat, cair-
cair. Ukuran dan bentuk harus dirancang sedemikian sehingga kecepatan aliran
yang melewatinya (kecepatan naik ke atas) lebih kecil dari pada kecepatan
turunnya fasa berat dari campuran. Artinya, semakin besar aliaran yang
masuk, semakin besar pula aliran bejana yang harus dibuat. Pada proses ini juga
harus diperhatikan agar aliran masuk tidak menimbulkan turbulensi di dalam
bejana.
Masalah lain yan harus diperhatikan adalah sistem pengeluaran fasa ringan
maupun berat secara kontinu. Cairan pada umumya lebih mudah dipisahkan dari
pada padatan (Lumpur). Bejana–bejana yang paling sering diguakan ialah kolam
penjernih dan decanter.Kolam penjernih terutama digunakan untuk membersihkan
air limbah rumah tangga dan air limbah industri serta juga untuk membuat air
minum dan air keperluan industri/pabrik.
Pada dasarnya terdapat dua bentuk kolam, yaitu kolam empat persegi
panjang. Suspensi yang akan dijernihkan mengalir masuk dari bagian atas. Cairan
yang telah dijernihkan melimpah keluar diujung lain dari kolam. Dengan sebuah
perkakas penyapu yang dilengkapi penggaruk–penggaruk, Lumpur didasar kolam
diangkut kedalam palung yang berada pada bagian masukan kolam. Kemudian
Lumpur dikeluarkan, misalnya dengan bantuan pompa.Pada kolam yang
berbentuk bulat, suspensi masuk dari atas di bagian pusat kolam. Cairan yang
31
telah dijernihkan mengalir keluar melalui sebuah saluran yang terdapat di
sekeliling kolam.
Hydrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis (atau
kepadatan relatif) dari suatu cairan, yaitu rasio kepadatan cairan dengan
densitas air. Hydrometer biasanya terbuat dari kaca dan terdiri dari sebuah
32
batang silinder dan bola pembobotan dengan merkuri (raksa) untuk membuatnya
mengapung tegak.
Cara kerja hydrometer didasarkan pada prinsip Archimedes dimana benda
padat yang tersuspensi pada fluida (dalam praktikum ini, benda padat yang
dimaksud adalah tanah) akan terkena gaya ke atas sebesar gaya berat fluida yang
dipindahkan. Dengan demikian, semakin rendah kerapatan zat tersebut,
semakin jauh hydrometer tenggelam. Seberapajauh hydrometer tersebut
teggelam dapat dilihat dari skala pembacaan yang terdapat dalam hydrometer itu
sendiri.
33
BAB III
MATERI DAN METODA
A. Materi
1. Alat
Silinder Andreason pipet, dengan beberapa buah pipet yang berbeda
ukurannya
Stopwatch
Neraca Analitik
Oven Pengering
Pipet Volume 10 ml
Corong
Beaker Glass
Thermometer
Gelas Ukur
2. Bahan
Bubuk batu bata
Aquadest
Batu batu yang telah dipecahkan.
Kertas Saring
B. Metoda
Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Kertas saring diberi no. 1-6 dan dimasukkan kedalam oben selama 5
menit.
3. Kertas saring ditimbang padda neraca analitik dan dicatat beratnya.
4. Bubuk batu bataa ditimbang pada neraca analitik sebanyak 25,0152 gram.
34
5. Aquadest sebanyak 250 ml dan bubuk baru bata yang telah ditimbang
dimasukkan kedalam tabung silinde Andreason.
6. Tabung silinder Andreason ditutup dan diaduk sampai bubuk bata
tercampur.
7. Silinder Andreason diletakkan pada posisi tegak.
8. 5 menit setelah pengadukan ambil sampel secara serentak dengan
menghisap melalui pipet volume 10 ml dengan ketinggian yang
berbeda,hasil hisapan dimasukkan kedalam kertas saring (1) dan (2),
setelah 10 menit hisap lagi sampel dan masukkan kedalam kertas saring
(3) dan (4), setelah 15 menit dihisap lagi sampel dan dimasukkan kedalam
kertas saring (5) dan (6) .
9. Sampel disaring agar endapan tinggal dalam kertas saring, kemudian
kertas saring yang berisi endapan dikeringkan di dalam oven.
10. Setelah kering, kertas saring beserta endapan di timbang kembali dan
dicatat beratnya.
11. Suhu dalam silinder Andreason diukur.
35
C. Gambar Rangkaian
36
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN
37
B. Pembahasan
1. Menghitung densitas partikel (gr/ml)
Dik : massa partikel = 4,6632 gr
V1 = 20 ml
V2 = 23 ml
Dit : ρpartikel = ......... ?
Jawab :
ρpartikel = m bongkahan
V2 – V1
ρpartikel = 4,6632 gram
(23-20)ml
ρpartikel = 1,5544 gr/ml
= 1,5544 gr/cm3
2. Menghitung konsentrasi (Co)
Dik : Berat serbuk bata bata = 25,0033 gr
Volume aquadest = 250 ml
Dit : Co = ......... ?
Jawab: Co = massa serbuk batu bata
Volume aquadest
= 25,0033 gr
250 ml
= 0,10001 gr/ml = 0,1001 gr/𝑐𝑚3
Menghitung diameter partikel ( dp )
a) Untuk h = 8,5 cm ; = 5 menit = 300 detik
Dik : ρpartikel = 1,5544 gr/cm3
ρair = 0,99533 gr/cm3
g = 980,70 cm/det2
= 0,7843 cP x 0,01 gr/cm.det
1 cP
= 0,007843 gr/cm.det
38
18 . h
dp = ( ρpartikel - ρair ) g
= 1,199979 cm
164483,9847
= 0,000007295 cm
= 0,002701 cm
18 . h
dp = ( ρpartikel - ρair ) g
= 0,776457 cm
164483,9847
= 0,000004720 cm
= 0,002172 cm
39
= 1,199979 cm
328967,9694
= 0,000003647 cm
= 0,001909 cm
18 . h
dp = ( ρpartikel - ρair ) g
= 0,776457 cm
328967,9694
= 0,000002360cm
= 0,001536 cm
18 . h
dp = ( ρpartikel - ρair ) g
= 1,199979 cm
493451,9541
= 0,000002431 cm
= 0,001559 cm
f) Untuk h = 5,5 cm ; = 15 menit = 900 detik
40
18 . h
dp = ( ρpartikel - ρair ) g
= 0,776457 cm
493451,9594
= 0,000001573 cm
= 0,001254 cm
3. Menghitung % berat
𝑚1
a. % Berat kertas saring 1 = × 100%
𝑚
0,0306
= 25,0033 × 100 %
= 0,1223 %
𝑚1
b. % Berat kertas saring 2 = × 100%
𝑚
0,025
= 25,0033 × 100 %
= 0,0999 %
𝑚1
c. %Berat kertas saring 3 = × 100%
𝑚
0,2908
= 25,0033 × 100 %
= 1,1630 %
𝑚1
d. % Berat kertas saring 4 = × 100%
𝑚
41
0,0131
= 25,0033 × 100 %
= 0,0523 %
𝑚1
e. % Berat kertas saring 5 = × 100%
𝑚
0,0912
= 25,0033 × 100 %
= 0,3647 %
𝑚1
f. %Berat kertas saring 6 = × 100%
𝑚
0,0169
= 25,0033 × 100 %
= 0,0675 %
𝑚1 (𝑔𝑟)
𝑅1 = 1 − 𝐶𝑜 ×10 𝑐𝑚3
0,0306 𝑔𝑟
= 1 − 0,100001𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×10 𝑐𝑚3
0,0306
= 1 − 1,00001
= 1- 0,0305
= 0,9695
𝑚1 (𝑔𝑟)
𝑅2 = 1 − 𝐶𝑜 ×10 𝑐𝑚3
0,025 𝑔𝑟
= 1 − 0,100001𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×10 𝑐𝑚3
0,025
= 1 − 1,00001
= 1- 0,0249
= 0,9751
𝑚1 (𝑔𝑟)
𝑅3 = 1 −
𝐶𝑜 ×10 𝑐𝑚3
42
0,2908 𝑔𝑟
= 1 − 0,100001 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×10 𝑐𝑚3
0,2908
= 1 − 1,00001
= 1- 0,2907
= 0,7093
𝑚1 (𝑔𝑟)
𝑅4 = 1 − 𝐶𝑜 ×10 𝑐𝑚3
0,0131 𝑔𝑟
= 1 − 0,100001 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×10 𝑐𝑚3
0,0131
= 1 − 1,00001
= 1- 0,0130
= 0,987
𝑚1 (𝑔𝑟)
𝑅5 = 1 − 𝐶𝑜 ×10 𝑐𝑚3
0,0912 𝑔𝑟
= 1 − 0,100001 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×10 𝑐𝑚3
0,0912
= 1 − 1,00001
= 1- 0,0911
= 0,9089
𝑚1 (𝑔𝑟)
𝑅6 = 1 − 𝐶𝑜 ×10 𝑐𝑚3
0,0169 𝑔𝑟
= 1 − 0,100001 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×10 𝑐𝑚3
0,0169
= 1 − 1,00001
= 1- 0,0168
= 0,9832
43
C. Grafik
44
45
D. Tabulasi Data
Such Time SEDIM SAMPEL Perhitungan
No Std Ope.O. Distance Dish Dish Total Net solid Diameter
%berat
H. H.M (cm) no weight t weight t weight partikel Bilangan Reynold
(%)
M (gr) (g) m’g (gr) (dp) cm
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Berat serbuk batu bata pada h1 lebih besar dibandingkan berat serbuk bata
pada h2. Hal ini dikarenakan pipet 1lebih panjang dan mencakup kebagian
dasar gelas ukur sehingga memungkinkan serbuk bata ikut terpipet.
2. Semakin berat serbuk bata yang telah mengalami penyaringan dan
pengovenan maka semakin tinggi pula nilai Dp dan % berat dari serbuk bata
tersebut
3. Semakin berat serbuk bata yang telah mengalami proses penyaringan dan
pengovenan maka semakin rendah nilai R dan sebaliknya semakin ringan
serbuk bata maka semakin tinggi nilai R.
B. SARAN
Untuk praktikum selanjutnya, diharapkan agar pada saat memipet larutan,
menggunakan bola karet dan tidak menggunakan mulut.
47
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Aria Febriantama. 2016. Analisis Pengaruh Penambahan Azt Additive ISS 2500
Terhadap Kuat Tekan Batu Bata Dengan dan Tanpa Proses Pembakaran.
Universitas Bandar Lampung.
Crristie, J. Geankoplis.(1997).“Transport Process and Unit Operation”.3rd Ed.,
Prentice-Hall Of India.
Kevin Alexander, dkk. 2015. Hydrometer. Jakarta : Universitas Indonesia.
Saebeni, Beni Ahmad. 2015. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Stanley, M. Walas.(1988).“ Chemical Process Equipment “. 10th Butterworth
Publisher USA.
Warren, L, Mc Cabe, Julian C. Smith, dan Peter harriot.(1999). ”Operasi Teknik
Kimia”.Jilid 1, Cetakan ke-4.Jakarta:PT. Erlangga.
48