Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan
Analisa Pengendapan

B. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari proses pemisahaan suatu partikel padat yang terdapat didalam
suatu fluida yang didasarkan atas besar kecilnya Diameter Partikel
(distribusi ukuran partikel) berdasarkan hukum stoke.
2. Untuk mengetahui konsentrasi partikel dan densitas partikel.

B. Latar Belakang
Endapan merupakan zat yang memisahkan diri dari larutan berfase
padat,terbentuk jika larutan lewat jenuh. Suatu akan zatyang mengendap jika hasil
kali kelarutan ion-ionnya lebih besar dari Ksp. Kelarutan (s) didefinisikan sebagai
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Pembentukan endapan adlah salah satu
teknik untuk memisahkan anlit dari zat lain ,dan endapan ditentukan dengan cara
di timbang dan dilakukan pehitungan stokiometri.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendapan


Keberhasilan proses pengendapan sangat dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor diantaranya temperatur, sifat alami pelarut, pengaruh ion lain, pH,
hidrolisis,dan pembentukan kompleks.

Pembentukan endapan ini merupakan salah satu teknik yang digunakan


untuk memisahkan animalit dari gangguan zat-zat yang lain dan menentukan
konsentrsi analit dengan cara menimbang endapan tersebut .Kemudian dilakukan
perhitungan stokiometri.Cara memisahkan dengan pengendapan itu disebut
“Gravimetri”.

27
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Defenisi Percobaan
Endapan merupakan zat yang memisahkan diri dari larutan berfase
padat,terbentuk jika larutan lewat jenuh. Suatu akan zatyang mengendap jika hasil
kali kelarutan ion-ionnya lebih besar dari Ksp. Kelarutan (s) didefinisikan sebagai
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Pembentukan endapan adlah salah satu
teknik untuk memisahkan anlit dari zat lain ,dan endapan ditentukan dengan cara
di timbang dan dilakukan pehitungan stokiometri.
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur
atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri
meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera
diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.

Pada saat sedimen diendapkan, maka ia akan mengikuti hukum alam.


Contohnya, material yang berat akan terendapkan lebih dahulu dibanding yang
ringan.

Cara ini dikenal dengan nama Gravimetri.


aA + rR → AaRr

Dengan :
A : Molekul zat analit A
R : Molekul analit R
AaRr = Zat yang mengendap

Pereaksi R berlebih biasanya untuk menekan kelarutan endapan.


Keberhasilan analisa Gravimetri bergantung pada :
Kesempurnaan proses pemisahan hingga kuantitas yang tidak mengendap tak
ditemukan (biasanya 0,1 mg).

28
Zat yang ditimbang mempunyai susunan tertentu yang diketahui murni.
Jika suatu larutan telah lewat jenuh ,maka akan terbentuk larutan. Larutan
merupakan zatyang memisahkan diri atau terpisah dari suatu larutan yang
mempunyai fase padat. Suatu zat yang akan mengendap apabila hasil kali
kelarutan ion-ionnya lebih besar dari Ksp. Kelarutan nya mempunyai lambang “s”
dan didefinisikan sebagai konsentrasi molar dari Larutan jenuhnya.
Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian
keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit,
tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang
mudah diamati.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari
analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.

Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) -> AgCl(s) + NaNO3(aq)

Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan
bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat
CrO42- dimana dengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan
berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain
yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorbsi.

Cara untuk meminimalisasi kelewat jenuhan dan mendapatkan cristal


dalam jumlah besar dapat dilakukan dengan cara : .
 Pengendapan dilakukan dalam konsentrasi yang rendah/encer
Penambahan pereaksi perlahan-lahan dan pengadukan yang lambat.
Pengadukan dilakukan pada larutan panas sebab bila suhu dinaikan kelarutan
zat bertambah → nilai S bertambah

29
 Pengendapan dilakukan pada pH rendah, karena umumnya kelarutan zat
lebih mudah larut dalam kondisi asam → kecepatan pengendapan lambat dari
suatu larutan.

Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang


terbentuk dari reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang
kecil akan menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman
yang tinggi sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan
dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga
titik ekuivalen agak sulit ditentukan.
Reaksi pengendapan telah digunakan secara meluas dalam kimia analisis
dalam titrasi-titrasi, dalam penetapan gravimetri, dan dalam memisahkan suatu
sampel menjadi komponen-komponenny.Suatu senyawa dapat diuraikan menjadi
anion dan kation. Analisa anion dan kation bertujuan untuk menganalisa adanya
ion dalam sample.
Analisa Anion dominan menggunakan cara yang lebih mudah dibanding
analisa terhadap kation dan berlangsungnya juga sangat singkat sehingga kita
dapat secara cepat mendapatkan hasil percobaan.
Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan
pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit,tidak adanya
interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.

Alat – Alat Pengendapan Yang Paling Sering Digunakan


 Ruang Pengendap
 Bejana Pengendap

1. Ruang Pengendapan
Ruang pengendap (dengan atau tanpa pelat penghalang aliran) pada
prinsipnya adalah suatu saluran alir gas yang melebar. Ketika memasuki ruang
tersebut, kecepatan aliran menjadi lebih kecil sehingga tahanan partikel terhadap

30
aliran menurun. Oleh karenanya partikel–partikel tidak lagi terbawa oleh aliran
gas sehinga akan jatuh ke bawah dan dapat dipisahkan.

Ruang pengendap terutama digunakan untuk memisahkan partikel padat


atau partikel cairan yang relatif besar dan berat dari gas buang. Pembuatan alat ini
maupun cara kerjanya sederhana.

2. Bejana Pengendapan
Bejana pengendap yang bekerja secara kontinu dapat mempunyai berbagai
bentuk. Biasanya digunakan untuk pemisahan campuran cair-padat, cair-
cair. Ukuran dan bentuk harus dirancang sedemikian sehingga kecepatan aliran
yang melewatinya (kecepatan naik ke atas) lebih kecil dari pada kecepatan
turunnya fasa berat dari campuran. Artinya, semakin besar aliaran yang
masuk, semakin besar pula aliran bejana yang harus dibuat. Pada proses ini juga
harus diperhatikan agar aliran masuk tidak menimbulkan turbulensi di dalam
bejana.
Masalah lain yan harus diperhatikan adalah sistem pengeluaran fasa ringan
maupun berat secara kontinu. Cairan pada umumya lebih mudah dipisahkan dari
pada padatan (Lumpur). Bejana–bejana yang paling sering diguakan ialah kolam
penjernih dan decanter.Kolam penjernih terutama digunakan untuk membersihkan
air limbah rumah tangga dan air limbah industri serta juga untuk membuat air
minum dan air keperluan industri/pabrik.

Pada dasarnya terdapat dua bentuk kolam, yaitu kolam empat persegi
panjang. Suspensi yang akan dijernihkan mengalir masuk dari bagian atas. Cairan
yang telah dijernihkan melimpah keluar diujung lain dari kolam. Dengan sebuah
perkakas penyapu yang dilengkapi penggaruk–penggaruk, Lumpur didasar kolam
diangkut kedalam palung yang berada pada bagian masukan kolam. Kemudian
Lumpur dikeluarkan, misalnya dengan bantuan pompa.Pada kolam yang
berbentuk bulat, suspensi masuk dari atas di bagian pusat kolam. Cairan yang

31
telah dijernihkan mengalir keluar melalui sebuah saluran yang terdapat di
sekeliling kolam.

Saluran bergerak lambat untuk mengangkut secara kontinu bahan–bahan


padat yang mengendap di dasar kolam.Bahan padat ini masuk ke dalam tempat
pembuangan yan berbentuk kerucut, untuk kemudian disalurkan keluar sebagai
Lumpur dengan sebuah pompa.

Dekanter terutama digunakan untuk secara kontinu memisahkan cairan


yang tidak saling larut. Misalnya sebagai alat pemisah yang digunakan setelah
proses rektifikasi ekstraktif, destilasi uap dan ekstraksi.Alat ini biasanya terdiri
atas sebuah bejana berbentuk silinder yang relatif kecil, dengan sebuah pipa
masukan pada sumbunya. Pipa masukan menjorok ke dalam hingga setengah dari
tinggi alat. Berkaitan dengan ini, pemasukan bahan diusahakan hingga setinggi
permukaan antar fasa.Fasa yang lebih ringan akan keluar dari ujung atas bejana
melalui sebuah pipa limpah (over flow). Fasa yang lebih berat keluar dari bagian
bawah melalui pipa U.

Ketinggian pipa pembuangan ini dapat diatur berdasarkan perbedan


kerapatan antara cairan yang dipisahkan.Sebagai pengganti pipa U untuk
mengeluarkan fasa berat, juga dapat digunakan sebuah pengatur apung, yang
membuat ketinggian permukaan antar fasa tetap konstan.

Pemisahan suspensi atau emulsi dengan cara pengendapan dalam setiap


bejana. Untuk keperluan tersebut umumnya digunakan ketel reaksi,lebih baik lagi
ketel yang runcing yang dilengkapi dengan saluran keluaran di bagian bawah atau
perkakas pengisap.

Hydrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis (atau
kepadatan relatif) dari suatu cairan, yaitu rasio kepadatan cairan dengan
densitas air. Hydrometer biasanya terbuat dari kaca dan terdiri dari sebuah

32
batang silinder dan bola pembobotan dengan merkuri (raksa) untuk membuatnya
mengapung tegak.
Cara kerja hydrometer didasarkan pada prinsip Archimedes dimana benda
padat yang tersuspensi pada fluida (dalam praktikum ini, benda padat yang
dimaksud adalah tanah) akan terkena gaya ke atas sebesar gaya berat fluida yang
dipindahkan. Dengan demikian, semakin rendah kerapatan zat tersebut,
semakin jauh hydrometer tenggelam. Seberapajauh hydrometer tersebut
teggelam dapat dilihat dari skala pembacaan yang terdapat dalam hydrometer itu
sendiri.

Perkembangan Serta Penggunaan dalam Dunia Industri


Reaksi pengendapan telah digunakan secara meluas dalam kimia analisis
dalam titrasi-titrasi, dalam penetapan gravimetri, dan dalam memisahkan suatu
sampel menjadi komponen-komponenny.Suatu senyawa dapat diuraikan menjadi
anion dan kation.Analisa anion dan kation bertujuan untuk menganalisa adanya
ion dalam sample. Analisa Anion dominan menggunakan cara yang lebih mudah
dibanding analisa terhadap kation dan berlangsungnya juga sangat singkat
sehingga kita dapat secara cepat mendapatkan hasil percobaan.
Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian
keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit,
tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang
mudah diamati.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari
analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendapan


Keberhasilan proses pengendapan sangat dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor diantaranya temperatur, sifat alami pelarut, pengaruh ion lain, pH,
hidrolisis,dan pembentukan kompleks.

33
BAB III
MATERI DAN METODA

A. Materi
1. Alat
 Silinder Andreason pipet, dengan beberapa buah pipet yang berbeda
ukurannya
 Stopwatch
 Neraca Analitik
 Oven Pengering
 Pipet Volume 10 ml
 Corong
 Beaker Glass
 Thermometer
 Gelas Ukur

2. Bahan
 Bubuk batu bata
 Aquadest
 Batu batu yang telah dipecahkan.
 Kertas Saring

B. Metoda
 Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Kertas saring diberi no. 1-6 dan dimasukkan kedalam oben selama 5
menit.
3. Kertas saring ditimbang padda neraca analitik dan dicatat beratnya.
4. Bubuk batu bataa ditimbang pada neraca analitik sebanyak 25,0152 gram.

34
5. Aquadest sebanyak 250 ml dan bubuk baru bata yang telah ditimbang
dimasukkan kedalam tabung silinde Andreason.
6. Tabung silinder Andreason ditutup dan diaduk sampai bubuk bata
tercampur.
7. Silinder Andreason diletakkan pada posisi tegak.
8. 5 menit setelah pengadukan ambil sampel secara serentak dengan
menghisap melalui pipet volume 10 ml dengan ketinggian yang
berbeda,hasil hisapan dimasukkan kedalam kertas saring (1) dan (2),
setelah 10 menit hisap lagi sampel dan masukkan kedalam kertas saring
(3) dan (4), setelah 15 menit dihisap lagi sampel dan dimasukkan kedalam
kertas saring (5) dan (6) .
9. Sampel disaring agar endapan tinggal dalam kertas saring, kemudian
kertas saring yang berisi endapan dikeringkan di dalam oven.
10. Setelah kering, kertas saring beserta endapan di timbang kembali dan
dicatat beratnya.
11. Suhu dalam silinder Andreason diukur.

 Mencari Density Partikel


1. Gelas ukur diisi aquadest sebanyak 20 ml.
2. Bongkahan batu bata ditimbang dan dicatat beratnya.
3. Bongkahan batu dimasukkan kedalam gels ukur yang berisi 20 ml
aquadest.
4. Perubahan volume yang terjadi dilihat dan dicatat.
5. Suhu air yang berisi bongkahan di ukur untuk menentukan viskositas.

35
C. Gambar Rangkaian

Oven Neraca Analitik

36
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kerja Praktek

TIME SEDIM SAMPEL


No. Std Ope.O Distance, Dish Dish Total Net Solid
H.M. H.M. h No. Weight Weight Weight
(cm) (gr) (gr) m3/10cc

1. 5 h1 8,5 1 1,1429 1,1735 0,0306

2. 5 h2 5,5 2 1,1505 1,1755 0,025

3. 10 h1 8,5 3 1,1680 1,4588 0,2908

4. 10 h2 5,5 4 1,1635 1,1766 0,0131

5. 15 h1 8,5 5 1,1719 1,2631 0,0912

6. 15 h2 5,5 6 1,1795 1,1964 0,0169

Berat sampel batu bata : 25,0033 gr


Volume aquadest : 250 ml
Volume aquadest untuk ρ : 20 ml
Volume aquadest + sampel : 23 ml
Temperatur air : 31 oC
Viscositas air : 0,7843 cP
Berat sampel uji : 4,6632 gr
ρpartikel : 1,5544 gr/ml
Density air : 0,99533 gr/ml

37
B. Pembahasan
1. Menghitung densitas partikel (gr/ml)
Dik : massa partikel = 4,6632 gr
V1 = 20 ml
V2 = 23 ml
Dit : ρpartikel = ......... ?
Jawab :
ρpartikel = m bongkahan
V2 – V1
ρpartikel = 4,6632 gram
(23-20)ml
ρpartikel = 1,5544 gr/ml
= 1,5544 gr/cm3
2. Menghitung konsentrasi (Co)
Dik : Berat serbuk bata bata = 25,0033 gr
Volume aquadest = 250 ml
Dit : Co = ......... ?
Jawab: Co = massa serbuk batu bata
Volume aquadest
= 25,0033 gr
250 ml
= 0,10001 gr/ml = 0,1001 gr/𝑐𝑚3
Menghitung diameter partikel ( dp )
a) Untuk h = 8,5 cm ;  = 5 menit = 300 detik
Dik : ρpartikel = 1,5544 gr/cm3
ρair = 0,99533 gr/cm3
g = 980,70 cm/det2
 = 0,7843 cP x 0,01 gr/cm.det
1 cP
= 0,007843 gr/cm.det

38
18 .  h
dp = ( ρpartikel - ρair ) g 

18 (0,007843 gr/cm.det) 8,5 cm


dp = (1,5544 – 0,99533) gr/cm3 (980,70 cm/det2) 300 det

= 1,199979 cm
164483,9847
= 0,000007295 cm
= 0,002701 cm

b) Untuk h = 5,5 cm ;  = 5 menit = 300 detik

18 .  h
dp = ( ρpartikel - ρair ) g 

18 (0,007843 gr/cm.det) 5,5 cm


dp = (1,5544 – 0,99533) gr/cm3 (980,70 cm/det2) 300 det

= 0,776457 cm
164483,9847
= 0,000004720 cm
= 0,002172 cm

c) Untuk h = 8,5 cm ;  = 10menit = 600 detik


18 .  h
dp = ( ρpartikel - ρair ) g 

18 (0,007843 gr/cm.det) 8,5 cm


dp = (1,5544 – 0,99533) gr/cm3 (980,70 cm/det2) 600 det

39
= 1,199979 cm
328967,9694
= 0,000003647 cm
= 0,001909 cm

d) Untuk h = 5,5 cm ;  = 10 menit = 600 detik

18 .  h
dp = ( ρpartikel - ρair ) g 

18 (0,007843 gr/cm.det) 5,5 cm


dp = (1,5544 – 0,99533) gr/cm3 (980,70 cm/det2) 600 det

= 0,776457 cm
328967,9694
= 0,000002360cm
= 0,001536 cm

e) Untuk h = 8,5 cm ;  = 15 menit = 900 detik

18 .  h
dp = ( ρpartikel - ρair ) g 

18 (0,007843 gr/cm.det) 8,5 cm


dp = (1,5544 – 0,99533) gr/cm3 (980,70 cm/det) 900 det

= 1,199979 cm
493451,9541
= 0,000002431 cm
= 0,001559 cm
f) Untuk h = 5,5 cm ;  = 15 menit = 900 detik

40
18 .  h
dp = ( ρpartikel - ρair ) g 

18 (0,007843 gr/cm.det) 5,5 cm


dp = (1,5544 – 0,99533) gr/cm3 (980,70 cm/det) 900 det

= 0,776457 cm
493451,9594
= 0,000001573 cm
= 0,001254 cm

3. Menghitung % berat
𝑚1
a. % Berat kertas saring 1 = × 100%
𝑚
0,0306
= 25,0033 × 100 %

= 0,1223 %

𝑚1
b. % Berat kertas saring 2 = × 100%
𝑚
0,025
= 25,0033 × 100 %

= 0,0999 %

𝑚1
c. %Berat kertas saring 3 = × 100%
𝑚
0,2908
= 25,0033 × 100 %

= 1,1630 %

𝑚1
d. % Berat kertas saring 4 = × 100%
𝑚

41
0,0131
= 25,0033 × 100 %

= 0,0523 %
𝑚1
e. % Berat kertas saring 5 = × 100%
𝑚
0,0912
= 25,0033 × 100 %

= 0,3647 %
𝑚1
f. %Berat kertas saring 6 = × 100%
𝑚
0,0169
= 25,0033 × 100 %

= 0,0675 %

4. Menghitung Bilangan Reynold

𝑚1 (𝑔𝑟)
𝑅1 = 1 − 𝐶𝑜 ×10 𝑐𝑚3
0,0306 𝑔𝑟
= 1 − 0,100001𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×10 𝑐𝑚3
0,0306
= 1 − 1,00001

= 1- 0,0305
= 0,9695

𝑚1 (𝑔𝑟)
𝑅2 = 1 − 𝐶𝑜 ×10 𝑐𝑚3
0,025 𝑔𝑟
= 1 − 0,100001𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×10 𝑐𝑚3
0,025
= 1 − 1,00001

= 1- 0,0249
= 0,9751

𝑚1 (𝑔𝑟)
𝑅3 = 1 −
𝐶𝑜 ×10 𝑐𝑚3

42
0,2908 𝑔𝑟
= 1 − 0,100001 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×10 𝑐𝑚3
0,2908
= 1 − 1,00001

= 1- 0,2907
= 0,7093

𝑚1 (𝑔𝑟)
𝑅4 = 1 − 𝐶𝑜 ×10 𝑐𝑚3
0,0131 𝑔𝑟
= 1 − 0,100001 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×10 𝑐𝑚3
0,0131
= 1 − 1,00001

= 1- 0,0130
= 0,987
𝑚1 (𝑔𝑟)
𝑅5 = 1 − 𝐶𝑜 ×10 𝑐𝑚3
0,0912 𝑔𝑟
= 1 − 0,100001 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×10 𝑐𝑚3
0,0912
= 1 − 1,00001

= 1- 0,0911
= 0,9089
𝑚1 (𝑔𝑟)
𝑅6 = 1 − 𝐶𝑜 ×10 𝑐𝑚3
0,0169 𝑔𝑟
= 1 − 0,100001 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 ×10 𝑐𝑚3
0,0169
= 1 − 1,00001

= 1- 0,0168
= 0,9832

43
C. Grafik

44
45
D. Tabulasi Data
Such Time SEDIM SAMPEL Perhitungan
No Std Ope.O. Distance Dish Dish Total Net solid Diameter
%berat
H. H.M (cm) no weight t weight t weight partikel Bilangan Reynold
(%)
M (gr) (g) m’g (gr) (dp) cm

1. 5 h1 8,5 1 1,1429 1,1735 0,0306 0,002701 0,1223 % 0,9695


2. 5 h2 5,5 2 1,1505 1,1755 0,025 0,002172 0,0999 % 0,9751
3. 10 h1 8,5 3 1,1680 1,4588 0,2908 0,001909 1,1630 % 0,7093
4. 10 h2 5,5 4 1,1635 1,1766 0,0131 0,001536 0,0523 % 0,987
5. 15 h1 8,5 5 1,1719 1,2631 0,0912 0,001559 0,3647 % 0,9089
6. 15 h2 5,5 6 1,1795 1,1964 0,0169 0,001254 0,0675 % 0,9832

Berat sampel batu bata : 25,0033 gr


Volume aquadest : 250 ml
Volume aquadest untuk ρ : 20 ml
Volume aquadest + sampel : 23 ml
Temperatur air : 31 oC
Viscositas air : 0,7843 cP
Berat sampel uji : 4,6632 gr
ρpartikel : 1,5544 gr/ml
Density air : 0,99533 gr/ml

46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Berat serbuk batu bata pada h1 lebih besar dibandingkan berat serbuk bata
pada h2. Hal ini dikarenakan pipet 1lebih panjang dan mencakup kebagian
dasar gelas ukur sehingga memungkinkan serbuk bata ikut terpipet.
2. Semakin berat serbuk bata yang telah mengalami penyaringan dan
pengovenan maka semakin tinggi pula nilai Dp dan % berat dari serbuk bata
tersebut
3. Semakin berat serbuk bata yang telah mengalami proses penyaringan dan
pengovenan maka semakin rendah nilai R dan sebaliknya semakin ringan
serbuk bata maka semakin tinggi nilai R.

B. SARAN
Untuk praktikum selanjutnya, diharapkan agar pada saat memipet larutan,
menggunakan bola karet dan tidak menggunakan mulut.

47
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Aria Febriantama. 2016. Analisis Pengaruh Penambahan Azt Additive ISS 2500
Terhadap Kuat Tekan Batu Bata Dengan dan Tanpa Proses Pembakaran.
Universitas Bandar Lampung.
Crristie, J. Geankoplis.(1997).“Transport Process and Unit Operation”.3rd Ed.,
Prentice-Hall Of India.
Kevin Alexander, dkk. 2015. Hydrometer. Jakarta : Universitas Indonesia.
Saebeni, Beni Ahmad. 2015. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Stanley, M. Walas.(1988).“ Chemical Process Equipment “. 10th Butterworth
Publisher USA.
Warren, L, Mc Cabe, Julian C. Smith, dan Peter harriot.(1999). ”Operasi Teknik
Kimia”.Jilid 1, Cetakan ke-4.Jakarta:PT. Erlangga.

48

Anda mungkin juga menyukai