Hendro Tjahjono
ABSTRAK
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan analisis tegangan sistem perpipaan AP600 di PPTKR Serpong telah dilakukan
dari tahun 1993 s/d 1997 dalam rangka kerja sama Batan Westinghouse. Kegiatan ini meliputi
analisis tegangan sistem perpipaan dan disain penyangga, baik untuk sistem primer dan
pendukungnya (kelas keselamatan 1, 2 dan 3) maupun untuk sistem sekunder termasuk sistem
bantu (non safety class). Lebih dari 250 paket kegiatan analisis tegangan telah selesai dikerjakan
oleh personil Batan. Perangkat lunak yang digunakan dalam analisis ini adalah PSCAEPIPE mitik
Westinghouse Corporation yang harus dioperasikan dalam suatu mainframe UNIX. Dalam disain
penyangga juga digunakan paket program PIPSAN yang juga milik Westinghouse.
Dengan posisi hanya sebagai pengguna paket program, tanpa mengetahui bagaimana program
tersebut disusun, tentunya daya serap personil Batan terhadap teknologi tersebut sangatlah
terbatas. Dalam penggunaannyapun banyak ditemui kendala-kendala teknis yang dilatarbelakangi
ketidaktahuan akan isi program. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, secara paralel juga
dilakukan kegiatan litbang, atau febih tepatnya kegiatan studi yang bertujuan untuk memperoleh
pemahaman menye:uruh terhadap teknologi analisis tegangan sistem perpipaan. Lingkup studi ini
meliputi kegiatan kajian pustaka untuk mempelajari teori-teori dasar analisis tegangan serta
teknik-teknik perhitungan yang digunakan, baik yang melalui pendekatan analitik maupun
numerik serta kemudian mencoba mengembangkan paket program perhitungan sendiri,
walaupun masih dalam taraf yang sederhana. Hasil kegiatan paralel tersebut belum terformulasi
dengan baik sehingga belum bisa ditampilkan pada makalah ini. Disamping itu, juga digunakan
sebuah paket program analisis tegangan CAEPIPE versi PC sebagai alat analisis praktis yang
membantu mempercepat pemahaman metode analisis. Dengan program ini dapat dilakukan
perubahan-perubahan konfigurasi pipa maupun datadata masukan dengan cepat sehingga bisa
dipelajari segera pengaruh berbagai parameter yang terkait.
Tujuan dari analisis tegangan sistem perpipaan sangat erat kaitannya dengan
keselamatan instalasi keseluruhan, yaitu untuk menjaga integritas sistem perpîpaan terhadap
pembebanan yang dialami maupun yang dipostulasikan terjadi selama pengoperasian instalasi.
Dalam analisis tegangan sistem perpipaan dilakukan verifikasi melalui perhitungan terhadap
tegangan pipa, pergeseran dan beban gaya pada komponen, untuk kemudian menemukan
2
solusi yang optimal agar ketiga parameter tersebut tidak melebihi batasan yang diijinkan.
Solusi tersebut antara lain berupa pemasangan penyangga pada pipa, memodifıkasi konfigurasi
pipa, atau dengan cara meningkatkan kemampuan pipa/komponen yang mengalami
pembebanan lebih. Semua itü dikerjakan oleh analis tegangan dengan berkonsultasi, jika
diperlukan, dengan pendisain sistem perpipaan dan pendisain penyangga. Konsultasi dengan
pendesain sistem perpipaan diperiukan jika konfigurasi pipa terpaksa harus dimodifikasi,
sedangkan dengan pendisain penyangga diperlukan untuk menentukan penempatan
penyangga yang paling optimal ditinjau dari kemudahan pemasangan.
Pembebanan pada sistem perpipaan bisa dikelompokkan dalam pembebanan
Statis dan pembebanan dinamis. Yang termasuk pembebanan Statis adalah: beban gravitasi,
tekanan internal/eksterna!, beban akibat ekspansi termal dan beban yang timbul akibat
pergeseran angkor atau terminal. Sedangkan yang termasuk pembebanan dinamis adalah:
gaya hantam dari aliran (water hammer), angin, gempa, vibrasi akibat aliran dan gaya yang
timbul akibat peristiwa discharge (misalkan pembukaan katup). Dalam makalah ini, analisis
dibatasi pada sistem perpipaan yang hanya mengalami pembebanan statis, yaitu gravitasiı
tekanan, ekspansi termal dan pergeseran angkor. Batasan jnj berlaku untuk sebagjan beşar
sistem sekunder AP600 dan sistem bantunya (auxiliary system) yang dikategorikan sebagai non
safety Class sehingga cukup digunakan code ANSI / ASME B31.1 sebagai standar yang diacu
(diterapkan untuk non nuc/ear piping).
3
Sistem perpipaan adalah suatu sistem yang digunakan untuk transportasi fluida antar
peralatan (equipment) dari suatu tempat ke tempat yang lain sehingga proses produksi dapat
berlangsung.
Komponen sistem perpipaan secara umum terdiri dari :
1. Pipa
3. Instrumentasi (peralatan untuk mengukur dan mengendalikan parameter aliran fluida, seperti
temperatur, tekanan, laju aliran massa, level ketinggian, dll).
4. Peralatan atau equipment (penukar kalor, bejana tekan, pompa compressor, dll).
Pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai analisis pada jalur pipa discharge feed
water pada Takuma boiler milik PT Suparma. Boiler secara umum dalam teori sistem perpipaan
adalah bejana bertekanan dengan bentuk dan ukuran yang didesain untuk menghasilkan uap panas.
Uap panas dengan tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses.
Boiler Feed Water Pump merupakan salah satu aplikasi penggunaan pompa sentrifugal berukuran
besar pada industri pembangkit listrik tenaga uap. Pompa ini berfungsi untuk mengontrol dan
memberikan air pada jumlah tertentu yang berasal dari tanki air (Feed Water Tank) menuju boiler
dengan spesifikasi tekanan tertentu. Air tersebut sebelum masuk ke boiler biasanya mengalami
pemanasan awal (pre-heating). Sehingga air yang dipompa oleh BFWP juga memiliki temperatur
tertentu yang cukup panas. Istilah Feedwater disini adalah air yang dimasukan ke dalam boiler
untuk dipanaskan dan diubah menjadi uap. Feedwater yang digunakan dalam boiler adalah alat
untuk mentransfer energi panas dari bahan bakar yang dibakar menjadi energi mekanis putaran
turbin uap.
4
tersebut terkait dengan perubahan sifat logam dari sifat elastis ke sifat plastis. Semakin tinggi
suhu, semakin rendah batasan tersebut. Dalam analisis tegangan, kriteria/batasan tegangan yang
aman dari suatu Pipa juga dibedakan sesuai dengan kelas keselamatannya. Kondisi operasi yang
diterapkan, yaitu kondisi normal, anomali, darurat dan kecelakaan, juga memberikan perbedaan
pada batasan aman suatu pipa. Biasanya, semakin menyimpang dari kondisi normal, semakin
tinggi pula batasan aman yang diterapkan mengingat semakin tinggi penyimpangan, semakin kecil
kemungkinan terjadinya.
Untuk sistem perpipaan dalam kategori ASME B31.1 (power piping), perhitungan tegangan
didasarkan formulasi berikut:
Tegangan akibat tekanan (P) : Sp = p.Dd4t
Tegangan akibat gaya berat (DW): SDw=O.75 iMDWZ
Tegangan akibat termal (TH):
Dimana, P = tekanan (PSD Do=diameter luar Pipa (ins) t = tebal Pipa (in) i = Stress Intensification
Factor (SIF, dijelaskan dalam 4) MDw= momen akibat gaya berat. (ib.in) MTF momen akibat
ekspansi termal (Ib.in)
Z= modulus penampang (in3)
Sehingga, untuk sustained load (P+DW), tegangan dihitung sebagai
(l) dan untuk tegangan keseluruhan
STOTAL—— SL + STH
(2) Batasan tegangan didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
SL < SH
(3) dan STH < SA + f (SSL) atau cukup STH < SA saja mengingat SL tidak bisa langsung dihitung serta
untuk pertimbangan lebih konservatif. Jika yang terakhir ini tidak dipenuhi, bisa digunakan
kriteria
STOTAL < SH + SA
(4) dimana, SH = tegangan dasar yang diijinkan pada temperatur disain (psi).
5
Beban Gaya (Loads)
Seperti telah dije!askan dalam bab terdahulu, bahwa sistem perpipaan terdiri dari
pipa dan komponen yang tergabung di dalamnya, seperti katupt nozzle, pompa, flens, dsb. Jika
untuk pipa, yang dievaluasi dan dibatasi adalah tegangannya, maka untuk komponen-
komponen tersebut, yang perlu dibatasi adalah beban gaya yang ditanggungnya (dalam N, lbs).
Misalkan, pada flens perlu diketahui gaya yang bekerja untuk bisa mengevaluasi kemampuan
baut-baut untuk menanggungnya.
Pergeseran (Displacements)
Selain tegangan dan beban gaya, pergeseran pipa merupakan salah satu
parameter yang harus dievaluasi da!am analisis tegangan sistem perpipaan. Hal ini dilakukan
karena disamping pergeseran tersebut erat kaitannya dengan defleksi pipa yang langsung
mempengaruhi tegangannya, juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya interaksi yang
merugikan dengan benda lain yang ada di sekitarnya. Untuk reaktor daya AP600, batasan
pergeseran pipa ditetapkan maksimum 01125" pada beban gravitasi dan maksimum 2,5" pada
beban keseluruhan (ekspansi gravitasi, pergeseran angkor, dsb.).
6
dibutuhkan untuk mencapai pergeseran tertentu. Hubungan antara gaya dan pergeseran ini
dirumuskan sebagai [F] = [KJ. [x], dimana [F] adalah matriks gaya, [K] adalah matrik kekakuan dan
[x] adalah defleksi.
Penyangga Rigid, yang berfungsi untuk menahan gerakan pipa dalam arah tertentu, yaitu untuk 1
dimensi (X atau Y atau Z), 2 dimensi (XY, XZ, YZ, atau penyangga arah lateral), 3 dimensi (XYZ), 6
dimensi (XYZ dan 3 arah rotasi, berlaku untuk angkor).
3.1. Pipa
Pipa adalah suatu komponen berbentuk silindris yang digunakan untuk memindahkan fluida
bertekanan yang didesain sedemikian rupa sesuai dengan spesifikasi material tertentu. Pada bab
ini akan membahas untuk pipa baja dan pipa besi, karena kedua jenis pipa ini yang paling banyak
digunakan terutama pada industri-industri perminyakan. Secara umum pipa dapat diklasifikasikan
menjadi dua golongan, yaitu pipa tanpa sambungan (seamless) dan pipa dengan sambungan las
(welded).
Pipa seamless terbuat dari bahan berbentuk silindris pejal, yang kemudian dibor pada bagian
tengahnya, sedangkan bagian luarnya dilakukan pengerolan.
Pipa welded terbuat dari bahan plat yang di roll dan kemudian dilakukan pengelasan pada kedua
ujungnya. Proses pengelasan ini dapat dibedakan menjadi :
7
Electric Resistance Welding (ERW), berdasarkan tahanan listrik (elektroda lelah).
Electric Fusion Welding (EFW), dengan pemanas filter metal oleh gas.
Meskipun pipa Seamless dan Welded keduanya dipakai dalam industri perpipaan, namun
seamless pipe umumnya dipakai pada tekanan yang tinggi. Jika pipa welded dipakai pada
tekanan tinggi, maka harus dilakukan perhitungan terhadap ketebalan dengan
memperhitungkan efisiensi pengelasan (relatif terhadap pipa seamless). Mengenai efisiensi
sambungan las pada Welded Steel Pipe ini diatur dalam Code (misal pada ANSI B31.1 untuk
Power Piping).
Material-material pipa secara umum adalah carbon steel, carbon moly, galvanees, ferro nikel,
stainless steel, PVC (paralon), chrome moly, viber glass, aluminum (aluminium), wrought iron
(besi tanpa tempa), copper (tembaga), red brass (kuningan merah), nickel copper=monel (timah
tembaga), nickel chrom iron= inconel (besi timah chrom).
Dalam industri, material pipa yang paling umum digunakan adalah carbon steel. Carbon steel
(baja karbon) adalah material logam yang terbentuk dari unsur utama Fe dan unsur kedua yang
berpengaruh pada sifat sifatnya adalah karbon, maksimum kandungan karbon pada baja karbon
kurang lebih sebesar 17%. Sedangkan unsur lain yang berpangaruh menurut prosentasenya.
Kandungan minimum pada baja karbon adalah chrom (Cr), nikel (Ni), molybdenum (Mo) dimana
unsur ini akan menambah kekuatan, kekakuan, dan ketahanan terhadap korosi.
Secara umum sifat baja ditentukan oleh kandungan C (carbon) berdasarkan kandungan C
(carbon) dan unsur-unsur lainnya, maka dikenal :
Baja karbon rendah adalah baja yang mengandung karbon kurang dari 0,3% C. Baja karbon
rendah mudah di-machining dan dilas, keuletan dan ketangguhannya sangat tinggi tetapi
keuletannya sangat rendah dan aus
8
2. High carbon steel
Baja karbon tinggi adalah baja yang mengandung kandungan karbon 0,6% C-1,7% C dan
memiliki tahan panas yang tinggi, kekerasan tinggi namun keuletannya rendah. Baja karbon
tinggi mempunyai kuat tarik paling tinggi dan banyak digunakan untuk material tools.
3. Alloy steel
Baja paduan di definisikan sebagai suatu baja yang dicampur satu atau lebih unsur
campuran seperti nikel, mangan, molybdenum, chromium, vanadium, dan wolfram yang
berguna untuk memperoleh sifat-sifat baja yang dikehendaki seperti sifat kekuatan, kekerasan
dan keuletannya.
Baja ini digunakan untuk pemakaian temperatur tinggi, dispesifikasikan oleh ANSI B31.1 dengan
kandungan logam utamanya adalah chrom (Cr) dan molybdenum (Mo).
Baja Austenite stainless steel adalah baja yang mempunyai kandungan nikel (Ni) dan baja ini
tahan terhadap korosi serta temperature tinggi.
Ukuran, berat, diameter, schedule, ketebalan, dan toleransi telah distandarkan dari berbagai
tipe dan material pipa. Beberapa organisasi dan lembaga telah mengembangkan standar
tersebut, misalnya American Society Of Mechanical Engineer (ASME/ANSI), American
Petroleum Institute (API), American Society of Testing Materials (ASTM), Japanese Industrial
Standard (JIS) dan sebagainya.
Menurut Santoso (2007) standard dimensi pipa, dimensi dan material pipa diatur menurut
standard code tertentu, antara lain :
1. ANSI B36.10 mengatur tentang welded dan seamless wrought steel pipa.
9
3. ANSI A21.50 dan A21.51 mengatur tentang ductile iron pipe.
Semua material yang digunakan dalam industri (misal : pembangkit listrik power piping,
ANSI B31.1) didefinisikan oleh ASTM (American Society for Testing and Material) dan ASME
(American Society of Mechanical Engineer).
Ketentuan yang diatur oleh ASTM (American Society for Testing and Material) meliputi:
komposisi kimia, sifat mekanik, finishing, dan test yang diperlukan terhadap material.
Spesifikasi yang diatur oleh ASME adalah identik dengan ASTM, tetapi ASME lebih ketat
karena untuk pemakaian yang kritis dan biasanya diperlukan
Penyangga Pegas, terbagi dalam Penjangga Pegas Variabel dan Penjangga Konstan,
digunakan biasanya untuk beban-beban yang memberikan pergeseran tinggi, misalkan pada pipa
dengan suhu operasi tinggi. Pada penjangga pegas variabel, defleksi pegas akan memberikan
tambahan beban pada pipa, sedangkan pada penjangga konstant, beban pada pipa tidak
dipengaruhi oleh pergeseran pegasnya (cocok untuk pipa dengan kondisi pembebanan yang
kritis).
Dokumen Input sistem perpipaan (Piping input package), yaitu dokumen yang disusun oleh
pendisain sistem perpipaan yang berisi data kondisi operasi pipa, beban-beban yang
diberlakukan, persyaratan yang diinginkan, dsb.
Gambar-gambar rancangan sistem pipa, meliputj gambar isometri, diagram Proses
dan Instrumentasi (P&ID), gambar situasi (terutama untuk disain penjangga).
10
Katalog-katalog yang terkait dengan spesifikasi pipa dan komponen-komponen yang
terkandung datam sistem perpipaan (katup, flens, reducer, dsb.)
Tabel sifat-sifat material, termasuk data tegangan yang diijinkan sebagai fungsi suhu,
sifat ekspansi material, dsb.
Perangkat lunak analisis tegangan (jika analisis dilakukan secara numerik dengan
komputer), atau formulasi-formulasi dan tabel-tabel korelasi jika analisis dilakukan
dengan pendekatan analitik. Cara terakhir ini hanya mungkin dilakukan jika
konfigurasi sistem relatif sederhana dan ketelitian yang diharapkan relatif rendah.
Menyusun data masukan (input file), antara lain terdiri dari: koordinat simpul, data
material, data sifat fisis, data komponen, data kondisi operasi/desain, dsb.
Menjalankan program analisis tegangan, dalam hal ini jika tidak ada persyaratan
khusus dari pendisain sistem perpipaan tentang penempatan penyangga, sebaiknya
analisis dimulai dari kondisi sistem perpipaan tanpa penyangga karena ini yang
paling ekonomis. Jika kemudian dengan analisis ini ketiga persyaratan (tegangan,
beban gaya, pergeseran) tidak dipenuhi barulah dilakukan optimalisasi dengan
pemasangan penyangga. Penyangga yang paling sederhana dan murah adalah tipe
rigid, oleh karena itu untuk alasan ekonomis, pemilihan penjangga dimulai dari
11
penyangga tipe ini sebelum menggunakan tipe lain. Untuk pipa-pipa besar (>8”) yang
beroperasi dengan suhu relatif tinggi, penggunaan penjangga rigid biasanya
cenderung memberikan tegangan reaksi terhadap ekspansi yang tinggi sehingga
untuk itu disarankan menggunakan tipe pegas.
Setelah seluruh persyaratan analisis dipenuhi, dilakukan perancangan penyangga
yang dikerjakan secara terpisah oteh pendesain penyangga. Bila ditemui alternatif
yang lebih baik sehubungan dengan teknis penempatannya, bisa diinformasikan
kembali ke penganalis tegangan untuk direevaluasi.
12
Data karakteristik dari ketiga sistem perpipaan tersebut diberikan pada Tabel 1.
Disamping itu juga diberikan beberapa kriteria batasan beban gaya dan momen pada
angkor untuk sistem perpipaan HDS-310 dan CDS-210.
Posisi ketiga sistem perpipaan tersebut terhadap gedung reaktor diperlihatkan pada
Gambar 1.
13
Konfigurasi dari ketiga sistem perpipaan tersebut diberikan masing-masing pada Gambar 2a,
2b dan 2c.
14
Gambar 2c. Sistem perpipaan VYS-210
Dari analisis tegangan tanpa menggunakan penjanggat diperoleh data tegangan dan
pergeseran maksimum yang bisa djlihat pada Tabel 2. Untuk tegangan juga diberikan hasil
perbandingan dengan harga yang diijinkan (ratio) pada kondisi pembebanan termal.
Sedangkan untuk pergeseran, mengingat adanya kriteria berbeda antara pembebanan
gravitasi+tekanan dan beban totaf, maka kedua harga tersebut ditampilkan.
15
Dari hasil analisis tegangan tanpa penyangga tersebut, disimpulkan bahwa untuk
sistem perpipaan CDS-080 telah memenuhi persyaratan yang diminta sehingga tidak memerlukan
tambahan penyangga. Untuk sistem HDS-310 dan WS-210, dilakukan analisis uEang dengan
menempatkan penyangga sesuai dengan permasalahan yang ditemukan pada analisis tanpa
penyangga. Posisi penyangga juga disesuai dengan bagian sistem yang membutuhkan. Disamping
aspek keselamatan, aspek ekonomis juga harus diperhatikan, sehingga periu optimalisasi dalam
pemilihan dan pemasangan penyangga ini. Pemahaman masalah dan pengalaman sangat
menentukan dalam optimalisasi pemasangan penyangga ini. Konfigurasi final ketiga sistem
perpipaan setelah disajikan pada Gambar 3al 3b dan 3c. Hasil analisis tegangan yang dianggap
telah cukup optimal disajikan pada Tabel 3.
16
110
17
PPTKR BA
Fitting jenis sambungan ujung socked-welded mempunyai rating tekanan : 3000, 6000, dan
9000. Sedangkan fitting dengan jenis sambungan ujung berulir (threaded/screwed)
mempunyai kelas atau rating tekanan : 2000, 3000, dan 6000.
18
Menurut Santoso (2007) terdapat hubungan praktis antara schedule pipa dengan rating atau
kelas untuk fitting berjenis sambungan ujung diulir (threaded/screwed) dan jenis sambungan
ujung socked welded, yaitu sebagai berikut :
2. BW Reducer berfungsi untuk pengecilan dan pembesaran jalur pipa. Berdasarkan garis
sumbunya sebagaimana ditunjukan pada gambar 3.2. reducer dibedakan menjadi reducer
jenis:
- Concentric (sesumbu)
19
- Reducing Tee dimana ukuran pipa tidak sama dengan ukuran pipa header. Misal : Red Tee
6×6×4
Gambar 3.3. Jenis-jenis Tee. Ammu (2015) 47
20
4. Flange digunakan untuk menyambung pipa dengan pipa , pipa dangan katup, pipa dengan
fitting (misal : elbow dengan jenis sambungan ujung butt-welding).
Karakteristik tipe sambungan dengan WN Flange sebagaimana ditunjukan pada gambar 3.4.
adalah sebagai berikut :
- ketahanan sambungan terhadap kejutan dan getaran pipa (akibat laju aliran fluida yang
besar dalam pipa) tinggi
- relatif mahal
- terdapat jenis Expander WN Flange (WN Flange dengan perbesaran diameter), biasanya
digunakan untuk penyambungan ke : katup, nosel dari kompresor dan pompa
21
b. Slip On Flange
Karakteristik dan fungsi tipe sambungan dengan SO Flange sebagaimana ditunjukan pada
gambar 3.5. adalah sebagai berikut:
- ketahanan sambungan terhadap kejutan dan getaran pipa rendah.
- relatif lebih murah daripada WN Flange.
- digunakan untuk sambungan antar pipa.
- dapat digunakan dengan LR elbow, Reducer, dan swage.
- mudah dalam instalasi.
- terdapat jenis reducer SO Flange (dengan pengecilan diameter).
- Langkah 3 : tentukan rating flange dari table 2-1.1 (rating for grup 1.1 Material), dengan
suhu dan tekanan operasi sebagai data masukan.
Misalkan pada suhu operasi 600o F dan tekanan operasi 150 Psig, maka rating flange
tersebut adalah 300#, tekanan operasi maksimum yang diizinkan sampai 550 oF. pada rating
150#, tekanan operasi maksimum yang diizinkan hanya sampai 140 Psig < tekanan operasi
dalam jalur tersebut.
3.3. Washer
22
Washer yaitu ring plate digunakan untuk memberikan pre-tension pada baut dan nut,
sehingga sambungan flange tersebut tidak lepas dan tetap aman terhadap beban dinamik yang
terjadi.
3.4. Gasket
Gasket digunakan bersamaan dengan flange, baut, dan mur berfungsi untuk mencegah
kebocoran fluida. Gasket diletakkan pada permukaan flange.
23
Keterangan :
1. Yoke Bushing Nut
2. Identification Plate
3. Handwheel
4. Yoke Bushing
5. Yoke Cap Bolt&Nut
6. Yoke Cap
7. Stem
8. Yoke
9. Gland Eye Bolt Nut
10. Gland Flange
11. Gland
12. Gland Eye Bolt
13. Gland Lug Bolt&Nut
14. Packing
15. Bonnet Bushing
16. Bonnet
17. Bonnet Bolt&Nut
18. Bonnet Gasket
19. Stem Ring
20. Wedge Pin
21. Wedge Face Ring
22. Solid Wedge
23. Seat Ring
24. Body
24
DAFTAR PUSTAKA
1 . PAUL R. SMITH, P. E. & THOMAS J. VAN LAAN, P. E., "Piping and Pipe Support Systems.
Design and Engineering". McGraw-Hill Book Company.
2. MOHINDER L. NAYYAR, P. Piping Handbook", sixth edition. McGraw-Hill, Inc.,1992.
3. RICHARD G. BUDYNAS, I' Advanced Strength and Applied Stress Analysis". International
Student Edition. McGraw-Hill Kogakusha, Ltd., 1977.
4. SAM KANNAPPAN, P.E., "Introduction to Pipe Stress Analysis", A WileyInterscience
Publication, 1986.
5. ANSI ASME 831.1 Power Piping, 1989.
25
KESIMPULAN
Dari kegiatan analisis tegangan sistem perpipaan sekunder AP600 ini dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
Dalam analisis tegangan sistem perpipaan yang bertujuan untuk menjaga keselamatan sistem
tersebutl hasil yang diharapkan adalah sistem perpipaan yang telah memenuhi standart keselamatan
yang ditentukan, yang diperoleh baik dengan cara menambahkan penyangga, memodifikasi
konfigurasi pipa maupun meningkatkan kualitas pipa. Untuk itu, kerja sama antara penganalis
tegangan dan pendesain sistem sangat diperlukan.
Dari 3 sistem perpipaan yang dianalis dengan paket program CAEPIPE, yaitu HDS-310, CDS-080
dan WS-210, yang terdiri dari pipa-pipa berukuran 1", 8", 10" dan 16" dengan tekanan dan
temperatur desain mencapai 550 psi dan 3200 F, telah dicapai hasil yang memenuhi persyaratan
yang ditentukan dengan menambahkan 3 penyangga rigid untuk WS-210 dan 1 penyangga
variabel untuk HDS-310. Tegangan maksimum pada ketiga sistem adalah sebesar 6533 psi dan
pergeseran maksimum sebesar 0,635 inci.
26
Penguasaan teknologi analisis tegangan sistem perpipaan belum cukup memadai dengan hanya
bertindak sebagai pengguna paket program. Untuk itu, selain dengan mendalami penggunaan paket
program yang ada, juga perlu
27