Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan
Kehilangan Tekanan Akibat Gesekan (friction loss)

B. Tujuan Percobaan
 Mempelajari dasar-dasar dinamika fluida
 Mempelajari sifat fluida Inkompressible dalam jaringan pipa,
khususnya kehilangan tekanan akibat gesekan fluida
 Memberikan motif untuk penghematan energi dalam operasi pabrik.

C. Latar Belakang
Dinamika fluida merupakan cabang disiplin ilmu dari mekanika fluida.
Dinamikafluidaadalahsalahsatudisiplinilmuyangmengkajiperilaku dari zatcair
dan gasdalam keadaan diam ataupun bergerak dan interaksinya dengan
bendapadat..Ia hanya membahas tentang gerak aliran fluida. Aliran ini terbagi
menjadi 2 tipe, antaranya :
1. Aliran lurus (laminer)
2. Aliran Bergolak (turbulen)
Aliran laminer terjadi apabila aliran lancer, sehingga aliran fluida –
fluida yang saling mengalir dengan lancar. Sedang aliran turbulen terjadi jika
diatas kecepatan tertentu, dimana tergantung pada sejumlah faktor, maka
aliran akan bergolak.
Solusi untuk masalah dinamika fluida biasanya melibatkan perhitungan
berbagai property dari fluida seperti :
- Kecepatan
- Tekanan
- Densitas, dan
- Suhu, sebagai fungsi ruang dan waktu.

102
BAB II
LANDASAN TEORITIS

Sistem Perpipaan Sistem instalasi perpipaan adalah suatu sistem untuk


mengalirkan fluida dalam hal ini adalah fluida gas dari suatu tempat ke tempat
yang lain yang dikehendaki dengan menggunakan pipa untuk mendapatkan
kebutuhan yang diinginkan. Pipa adalah material baja berbentuk lingkaran
panjang (silinder/tabung) yang dirangkai menjadi satu kesatuan yang disebut
instalasi perpipaan untuk mengalirkan fluida cair maupun gas.
Support adalah alat yang digunakan untuk menahan atau menumpu sistem
perpipaan. Support dirancang untuk dapat menahan berbagai macam bentuk
pembebanan baik karena desain dan berat pipa (Sustain Load) serta karena
Temperatur (Thermal Load). Akibat adanya pembebanan tersebut maka akan
menimbulkan tegangan yang akan ditahan oleh Pipe Support tersebut.
Penempatan support harus memperhatikan dari pergerakan sistem perpipaan
terhadap profil pembebanan yang mungkin terjadi pada berbagai kondisi.
Beban pada Sistem Perpipaan Pada suatu sistem perpipaan pipa akan
menerima beban beban yang bersumber dari berat pipa, berat fluida, tekanan
dalam , temperature , berat fitting, berat insulasi, tekanan luar, angin, gempa dan
lain lain. Beban yang diterima akan ditahan oleh pipa sesuai kemampuan pipa
yang tergantung pada material pipa. Beban pipa bisa dikategorikan menjadi dua
macam yaitu statik dan dinamik.
Pipa adalah sebuah selongsong bundar yang membentuk saluran tertutup
digunakan sebagai sarana pengaliran energi atau transportasi fluida. Sejarah
produksi pipa di awali dari keinginan manusia ingin mengaliri air tanpa
menggunakan bantuan usaha manusia, pipa besi mulai umum digunakan pada
abad ke – 19 untuk mengalirkan minyak bumi dan gas.[1] Elbow merupakan salah
satu fitting (sambungan pipa) yang berfungsi sebagai penyambung antar pipa atau
merubah arah pipa.

103
PENGERTIAN KEHILANGAN TEKANAN
Bentuk-bentuk kerugian energi pada aliran fluida antara lain dijumpai pada
alirandalam pipa.Kerugian-kerugian tersebut diakibatkan oleh adanya gesekan
dengan dinding, perubahan luas penampang, sambungan, katup-katup, belokan
pipa dan kerugian-kerugian khusus lainnya. Pada belokan pipa atau lengkungan,
kerugian energi aliran yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan pipa lurus.
Dengan mengetahui kehilangan atau kerugian energi dalam suatu sistem
atau instalasi perpipaan yang memanfaatkan fluida mengalir sebagai media,
efisiensi penggunaan energi dapat ditingkatkan sehingga diperoleh keuntungan
yang maksimal. Salah satu bagian dari instalasi perpipaan yang dapat
menyebabkan kerugian-kerugian adalah belokan pipa dengansudut-sudut tertentu
misalnya sudut 450, sudut 900dan sudut 1800.
Pada perubahan bentuk penampang baik itu perluasan ataupun
penyempitan jarang kita lihat pada suatu instalasi pipap ada suatu belokan dalam
dunia industri ataupun rumah tangga.
Sistem jaringan pipa merupakan komponen utama dari sistem distribusi air
bersih atau air minum suatu perkotaan. Dalam perkembanganya sistem instalasi
pipa memerlukan pengawasan dan perawatan yang kontinyu, hal ini untuk
mengurangi kerugian-kerugian akibat kondisi instalasi yang salah satunya
dipengaruhi umur pipa. Permasalahan-permasalahan yang sering timbul akibat
kurangnya perawatan dan umur pipa antara lain : a) kebocoran, b) lebih sering
terjadi kerusakan pipa atau komponen lainnya, c) besarnya tinggi energi yang
hilang dan d) penurunan tingkat layanan penyediaan air bersih untuk konsumen
(Kodoatie, 2002: 262). Permasalahan-permasalahan di atas diperparah lagi dengan
meningkatnya sambungan-sambungan baru di daerah permukiman maupun
industri dengan tanpa memperhatikan kemampuan ketersediaan air dan
kemampuan sistem jaringan air minum tersebut.
Jaringan pipa air bersih atau instalasi air bersih adalah suatu jaringan pipa
yang digunakan untuk mengalirkan atau mendistribusikan air ke masyarakat.
Aliran terjadi karena adanya perbedaan tinggi tekanan dikedua tempat, tekanan

104
terjadi karena adanya perbedaan elevasi muka air atau karena digunakannya
pompa yang lebih sering untuk mengalirkan air dari tempat yang rendah ketempat
yang lebih tinggi. Penggunaan pompa dapat pula bertujuan untuk mengurangi
adanya faktor gesekan antara aliran air dengan dinding basah pipa yang timbul di
sepanjang saluran pipa sebagai akibat adanya viskositas cairan.
Salah satu gangguan atau hambatan yang sering terjadi dan tidak dapat
diabaikan pada aliran air yang menggunakan pipa adalah kehilangan energi akibat
gesekan dan perubahan penampang atau pada tikungan serta gangguan–gangguan
lain yang mengganggu aliran normal. Hal ini menyebabkan aliran air semakin
lemah dan mengecil.
Perencanaan sistem distribusi air didasarkan pada 2 (dua) faktor utama
yaitu kebutuhan air dan tekanan (Brebbia & Ferrante, 1983 dalam Triatmojo 1996
: 58). Kebutuhan air yang harus dipenuhi akan menentukan ukuran dan tipe sistem
distribusi yang di inginkan misalnya dipakai kebutuhan 125 liter / orang untuk
suatu jaringan, maka kita harus merencanakan debit dan tekanan yang akan
diberikan. Sedangkan tekanan menjadi penting karena tekanan rendah akan
mengakibatkan masalah dalam distribusi jaringan pipa, namun bila tekanan besar
akan memperbesar kehilangan energi. (Triatmojo 1996 : 58).
Kehilangan energi adalah besar tingkat kehilangan energi yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kecepatan aliran air dalam saluran. Secara umum
kehilangan energi dikelompokan menjadi 2 (dua) :
1. Kehilangan energi akibat gesekan.
Kehilangan energi akibat gesekan disebut juga kehilangan energi primer
(Triatmojo, 1996 : 58) atau major loss (Kodoatie 2002 : 245). Terjadi pada pipa
lurus berdiameter konstan.
2. Kehilangan energi akibat perubahan penampang dan aksesoris lainnya.
Kehilangan energi akibat perubahan penampang dan aksesoris lainnya
disebut juga kehilangan energi skunder (Triatmojo 1996 : 58) atau minor loss
(Kodoatie 2002 : 245). Misalnya terjadi pada pembesaran tampang (expansion),
pengecilan penampang (contraction), belokan atau tikungan.

105
Pemakaian jaringan pipa dalam bidang teknik sipil terdapat pada sistem
distribusi jaringan air minum. Sistem jaringan ini merupakan bagian yang paling
mahal dari suatu perusahaan air minum. Oleh karena itu harus dibuat perencanaan
yang teliti untuk mendapatkan sistem distribusi yang efisien. Jumlah atau debit air
yang disediakan tergantung pada jumlah penduduk dan industri yang dilayani,
serta perlu diperhitungkan pertumbuhannya dimasa yang akan datang.
Dalam perencanaan jaringan pipa air bersih di tentukan oleh kebutuhan air
dan tekanan aliran yang diperlukan. Tekanan akan menimbulkan energi aliran,
tekanan kecil akan mengakibatkan masalah dalam distribusi, sedang bila tekanan
besar akan mempertinggi kehilangan energi.
Perlunya penelitian mengenai kehilangan energi pada pipa lurus maupun
adanya perubahan penampang terutama pada pipa jenis polivinil chlorida (PVC)
berdiameter ½ “dan ¾”, hal ini mengingat pipa jenis ini masih banyak
dipergunakan pada pemukiman penduduk maupun industri. Selain itu pipa jenis
PVC sangatlah berbeda dengan pipa jenis lainya sehingga sangat dibutuhkan
informasi tentang berapa besar kehilangan energi pada pipa jenis ini.

A. Fluida
Fluida adalah zat cair yang bisa mengalir menempati ruangan, mempunyai
partikel yang mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Secara
khusus, fluida didefinisikan sebagai zat yang berdeformasi terus-menerus selama
dipengaruhi suatu tegangan geser [5-6]. Fluida dibagi menjadi 2 (dua) macam
yaitu zat cair dan gas. Zat cair terlihat memiliki volume tertentu, dan dapat
berubah bentuk mengikuti ruangan yang ditempatinya.

B. Rugi Aliran(Head Losses)


Zat cair/fluida yang ada di alam mempunyai kekentalan, meskipun
demikian dalam berbagai perhitungan mekanika fluida ada yang dikenal atau
dianggap sebagai fluida ideal. Rugi aliran (Head Losses) merupakan pengurangan
energi per satuan berat fluida pada aliran cairan pada sistem perpipaan. Head loss

106
terdiri dari major head loss (hf), minor head loss (hm), dan total head loss (htot)
(Fauzi Susanto, 2006:18).

C. Pesamaan Bernouli
Hukum Bernouli menjelaskan tentang konsep dasar aliran fluida (zat cair
dan gas) bahwa peningkatan kecepatan pada suatu aliran zat cair atau gas, akan
mengakibatkan penurunan tekanan pada zat cair atau gas tersebut. Artinya, akan
terdapat penurunan energi potensial pada aliran fluida tersebut. Konsep dasar ini
berlaku pada fluida aliran termampatkan (compressible flow), juga pada fluida
dengan aliran tak termampatkan (incompressible flow). Hukum Bernouli
sebetulnya dapat dikatakan sebagai bentuk khusus dari konsep dalam mekanika
fluida secara umum, yang dikenal dengan persamaan Bernouli. Secara matematis
persamaan Bernouli sebagai berikut:

(Dimana: p1.2 = tekanan di penampang 1 dan 2 (N/m²)


v1.2 = kecepatan di penampang 1 dan 2 (m/s)
z1.2 = tinggipada permukaan 1 dan 2 (m)
ɣ1.2 = berat jenis 1 dan 2 (N/m³)
g = gravitasi bumi (9,81 m/s²)

D. Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas menyatakan hubungan antara kecepatan fluida yang
masuk pada suatu pipa terhadap kecepatan fluida yang keluar. Hubungan tersebut
dinyatakan dengan:
Q = A1v1 = A2v2
Dimana: A1 = luas penampang 1 (m²)
A2 = luas penampang 2 (m²)
v1 = keceptan fluida pada pipa 1 (m/s)
v2 = kecepatan fluida pada pipa 2 (m/s)

107
E. Rugi Aliran akibat Gesekan (Major Loss)
Rugi Aliran akibat gesekan disebut juga kehilangan energi Major Loss
(Kodoatie, 2002:245). Mayor lose tejadi karena adanya kekentalan zat cair dan
turbulensi karena adanya kekerasan dinding batas pipa yang akan menimbulkan
gaya gesek yang akan menyebabkan rugi aliran di sepajang pipa dengan kecepatan
konstan pada aliran seragam. Rugi aliran sepanjang satu satuan panjang akan
konstan selama kekerasan dan diameter tidak berubah.Rumus untuk major loss
adalah:
𝐿
h𝑓 = 𝑓. 𝑑

Dimana: hf = major loss (m)


f = faktor gesek
L = panjang pipa (m)
V = kecepatan fluida dalam pipa (m/s)
d = diameter dalam pipa (m)
g = gravitasi (m/s2 )

Nilai faktor gesek (f) dapat digambarkan dalam diagram Moody. Diagram
tersebut merupakan fungsi dari Bilangan Raynold (Raynold’s number) dan
kekasaran relatif (relative roughness-ɛ/D).Kekerasan relatif pipa yang merupakan
fungsi dari nominal diameter pipa dan kekerasan permukaan dalam pipa (ɛ), yang
tergantung jenis material pada pipa.

F. Rugi Aliran Akibat Perubahan Penampang (Minor Loss)


Rugi aliran akibat perubahan penampang disebut juga kehilangan energi
Minor loss (Kodoatie, 2002:245). Minor loss terjadi pada perubahan arah seperti
pembelokan (elbow), bengkokan (bends), pembesaran penampang (expansion),
dan pengecilan penampang (contracsion). Rugialiranminor lossakan
mengakibatkan adanya tumbukan antara partikel zat cair dan meningkatnya
gesekan karena turbulensi, tidak seragamnya distribusi kecepatan pada suatu
penampang pipa. Adanya lapisan batas terpisah dari dinding pipa maka akan
terjadi pusaran air. Adanya pusaran air akan menggangu pola aliran laminer

108
sehingga akan menaikkan tingkat turbulensi. Unttuk minor loss dapat dihitung
denga menggunakan rumus:
hm = kv2 /g
Dimana:
hm =minor loss
k = koefisien rugialiran
v = kecepatanaliran (m/s)
g = gravitasi (9,81 m/s2)
Total head loss merupakan jumlah dari major loss dan minor loss.

Bilangan Raynold merupakan:


Re =Vd/ v
Dimana:
Re = bilangan Reynold
V = kecepatan aliran (m/s)
d = diameter dalam pipa (m)
v = viskositas kinematik (m²/s)
Untuk aliran laminer bilangan Reynold adalah Re < 2100

G. Pipa Halus
Koefisien gesekan pipa tergantung pada para meter aliran, apabila pipa
adalah hidrolis halus parameter tersebut ialah kecepatan aliran diameter pipa dan
kekentalan zat cair dalam bentuk angka Reynolds. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Blasius, mengemukan bahwa rumus gesekan f untuk pipa halus adalah:
f = 0.316/Re025
berlaku untuk 4000<Re<105
Dari persamaan empiris koefisien gesek tersebut diatas dapat dihitung kehilangan
energi disepanjang pipa berdasarkan persamaan Darcy-Weibach. Sedangkan
percobaan Nikuradse memberikan persamaan yang agak berbeda dengan
persamaan Blasius, yaitu:

109
𝑅
= 2 log 2 .............

H. Pipa Kasar
Tahanan pada pipa kasar lebih besar pada pipa halus, untuk pipa halus
nilai f hanya bergantung pada angka reynolds. Untuk pipa kasar nulai f tidak
hanya tergantung angka reynolds, tetapi pada sifat-sifat dinding pipa yaitu
kekasaran relatif k/D, atau f = (Re.k/D) dengan k = kekasaran dinding pipa, dan D
= diameter pipa.

I. Pipa Berubah Arah


Perubahan arah pada pipa (belokan dan bengkokan) dapat
menimbulkanrugialiran dari perubahan tersebut, besarnya rugialiran tergantung
sudut perubahan arah pipa. Rugialiran yang diakibatkan adanya perubahan arah
adalah diakibatkan benturan air pada dinding. Kecepatan air awal (V1) berubah
menjadi kecepatan aliran air setelah mengalami belokan (V2), dimana (V1) lebih
besar dibandingkan (V2). Ada perbedaan rugialiran akibat gesekan dan akibat
perubahan arah. Pengaruh dari gesekan ataupun benturan air dinding pada
keseluruhan hambatan dinyatakan sama dengan pipa-pipa lurus dengan nilai f dan
dengan arah pangjang l dari belokan, dimana diukur dari sumbu garis bengkokan.

J. Pipa bengkok (Bends)


Sudut dengan perubahan arah yang terkesan berangsur-angsur (Bends),
rugialiran tergantung pada perbandingan antara jari-jari belokan dan diameter
pipa. Perubahan arah secara berangsur-angsur (bends).

.
Gambar Pipa bengkok (Bends).

110
K. Pipa berbelok (Elbow) dan Siku.
Persamaan pada pipa untuk perubahan arah yang terjadi secara tiba-tiba
(elbow) dan siku hampir sama dengan persamaan pada pipa bengkok (bends).
Gambar pipa berbelok (elbow) dan siku dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pipa Belok (Elbow) 45°
Persamaan untuk rugi aliran akibat belokan (elbow)padapipa lebih sederhana,
yaitu:
hm = k
atau
hb = Kb. a
Dimana:
hb = rugialiran (m)
Kb = koefisien rugialiran pada belokan
(elbow) dapat dilihat pada tabel 2.5
a = sudut elbow (m)
V = kecepatan aliran fluida (m/s)

Pada pipa licin dan pipa kasar koefisien Kb dapat digunakan angka-angka pada
pada Tabel 1.

Sumber : Angka Hambatan Pipa Licin dan Kasar (Fauzi Susanto, 2006:30)

111
BAB III
MATERI DAN METODE

A. Materi
 Alat
1. Pipa Orifice 6. Rotameter
2. Pipa Nozzle 7. Katup
3. Pipa Venturi 8. Vent Valve
4. Thermometer 9. Drain Valve
5. Manometer U Terbalik 10. Pompa
 Bahan
1. Air

B. Metode
 Prosedur Kerja
1. semua keran dipastikan dalam keadaan tertutup
2. Katub by pass dibuka setengah dan ditutup setengah
3. Power supply dihubungkan ke sumber arus kemudian dihidupkan
pompa sirkulasi
4. Laju arus diatur dengan katub pengendali aliran
5. Beda tegangan tekanan diukur dengan manometer U terbalik, dengan
laju arus aktual diukur dengan rotamerer
6. Tekanan keluar dan laju arus diubah, kemudian dicatat hasil
pengamatan
7. Udara dipurging melalui vent valve
8. Setelah percobaan selesai matikan pompa sirkulasi, power supply
diputuskan dari sumber arus.

112
C. Gambar Rangkaian

113
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kerja Praktek


1. TABEL 1 ( PIPA )

PERBEDAAN TEKANAN
LAJU ARUS TEMPERATUR
PERCOBAAN
Q (m3/jam) Pipa ½” Pipa ¾ “ Pipa 1” ℃
(25 – 26) (23 – 24) (21 – 22)
1 0,8 110 85 105 31

2 1,0 115 95 105 31

3 1,2 105 80 85 31

4 1,4 80 90 90 31

114
2. TABEL 2 ( SAMBUNGAN )

PERBEDAAN TEKANAN
Laju Arus TEMPERATUR
PERCOBAAN Tiba” Tiba”
Q (m3/jam) ℃ Elbow Reducer Reducer Gate Globe V cock V Elbow
1-2 3-4 5-6 7-8 9-10 11-12 27-28 29-30 31-32
1 0,8 31 185 190 185 160 190 195 135 125 130

2 1,0 31 180 195 55 145 160 170 95 95 95

3 1,2 31 165 155 170 170 155 155 75 95 75

4 1,4 31 155 145 120 120 145 150 55 55 60

115
3. TABEL 3 ( KATUB )

PERBEDAAN TEKANAN (mmHg)


LAJU ARUS TEMPERATUR
PERCOBAAN
Q (m3/jam) ℃ Orifice Venturi Nozzle
17 - 18 15 - 16 13 - 14
1 0,8 31 165 170 140

2 1,0 31 130 140 115

3 1,2 31 125 145 115

4 1,4 31 115 120 105

d1/2 = 0,0161 m
d3/4 = 0,0216 m
d1 = 0,0296 m
d11/2 = 0,0416 m
do = 0,0147 m
dv = 0,0119 m
dn = 0,0131 m
L = 2m

116
B.PEMBAHASAN
1.Mengubah laju arus aktual Q (m3 /dtk)

Q1 = 0,8 m3 x 1 Jam = 2,2 x 10-4 m3/dtk


Jam 3600dtk

2. Mencari kecepatan air ( m/ detik )

V½ = Q1
π/4(d½) 2

= 2,2 x 10-4 m3/dtk = 2,2 x 10-4 m3/dtk = 1,10 m/dtk


3,14/4 (0,0161m) 2 2 x 10-4 m2

V¾ = Q1
π/4(d¾) 2

= 2,2 x 10-4 m3/dtk = 2,2 x 10-4 m3/dtk = 0,61 m/dtk


3,14/4 (0,02616m) 2 3,6 x 10-4 m2

V1 = Q1
π/4(d1) 2

= 2,2 x 10-4 m3/dtk = 2,2 x 10-4 m3/dtk = 0,32 m/dtk


3,14/4 (0,0296m) 2 6,8 x 10-4 m2
V1½ = Q1½
π/4(d1½) 2

= 2,2 x 10-4 m3/dtk = 2,2 x 10-4 m3/dtk = 0,17 m/dtk


3,14/4 (0,0416m) 2 1,3 x 10-3 m2

117
3. Mencari factor Gesekan
 h ½ = 110 mmHg x 13,6 mmH2O x 0,001 mH20 = 1,496 mH20
1 mmHg 1mmH2O
 h ¾ = 85 mmHg x 13,6 mmH2O x 0,001 mH20 = 1,156 mH20
1 mmHg 1mmH2O
 h 1 = 105 mmHg x 13,6 mmH2O x 0,001 mH20 = 1,428 mH20
1 mmHg 1mmH2O

 ½ = 2.g.h½.d ½ = 2(9,8 m/dtk)( 1,496 mH20).( 0,0161m)


( V ½ )2 .L ( 1,10 m/dtk )2 .( 2m )
= 0,1950

 ¾ = 2.g.h¾.d ¾ = 2(9,8 m/dtk)( 1,156 mH20).( 0,0216m)


( V ¾ )2 .L ( 0,61 m/dtk )2 .( 2m )
= 0,6576

 1 = 2.g.h1.d1 = 2(9,8 m/dtk)( 1,428 mH20).( 0,0296m)


( V1 )2 .L (0,32 m/dtk )2 .( 2m )
= 4,0449

4. Mencari Bilangan Reynold.


 X – X1 = Y - Y1
X2 – X1 Y2-Y1
31-30 = Y – 0,00796
35-30 0,00724 – 0,00796
1 = Y - 0,00796
5 - 0,0072
5Y-0,0398 = - 0,0072
5Y = -0,0072 + 0,0398
Y = 0,0326
5

118
Y = 0,00652

Maka U 31 oC = 0,00652 x10-4 m2/dtk


 Red ½ = d ½ . V ½
U
= 0,0161m . 1,1 m/dtk = 27162,5
0,00652 x10-4 m2/dtk

 Red ¾ = d¾ .V¾
U
= 0,0216m . 0,61 m/dtk = 20208,5
0,00652 x10-4 m2/dtk

 Red 1 = d1.V1
U
= 0,0296 m . 0,32 m/dtk = 14527,6
0,00652 x10-4 m2/dtk

5. Menghitung laju arus teoritis untuk orifice, nozzle, dan venturi

Orifice (ho) = 169 mmhg x 0,0136 mH2O = 2,2984 mH2O


1 mmhg

QO = π/4 x do2 2 x g x ho

= 3,14/4 x (0,0147m)2 x 2 x(9,8m/dtk) x 2,2984 mH2O

= 0,0001073888 m3/dtk

venturi (hv) = 170mmhg x 0,0136 mH2O = 2,312 mH2O


1 mmhg

119
Qv = π/4 x dv2 2 x g x hv

= 3,14/4 x (0,0119m)2 x 2 x(9,8m/dtk) x 2,312 mH2O

= 0,000740476 m3/dtk

Nozzle (hn) = 140 mmhg x 0,0136 mH2O = 1,904 mH2O


1 mmhg

Qn = π/4 x dn2 2 x g x hn

= 3,14/4 x (0,0131m)2 x 2 x(9,8m/dtk) x 2,312 mH2O

= 0,000794144 m3/dtk

6. Menghitung koefisien arus dari orifice, nozzle dan venturi


 Orifice = Co = Q1
Qo
= 2,2 x 10-4 m3/dtk = 0,2048
0,000107388 m3/dtk

 Venturi = Cv = Q1
Qv
= 2,2 x 10-4 m3/dtk = 0,2971
0,000740476 m3/dtk

 Nozzle = Cn = Q1
Qn
= 2,2 x 10-4 m3/dtk = 0,2770
0,000794144 m3/dtk

120
7. Menghitung koefisien of head loss across
Elbow h1-2
 h1-2 = 185 mmHg x 13,6 mmH2O x 0,001 mH20 = 2,516 mH20
1 mmHg 1mmH2O

 E1-2 = h1-2 = 2,516 mH20


(V1)22.g (0,32 m/dtk)2.2.(9,8 m/dtk)
= 483,0769

Reducer h3-4
 h3-4 = 190 mmHg x 13,6 mmH2O x 0,001 mH20 = 2,584 mH20
1 mmHg 1mmH2O

 E3-4 = h3-4 = 2,584 mH20


(V1½-V½ ) 2/2.g (0,17 m/dtk-0,32 m/dtk) 2/2.(9,8 m/dtk)
= 2349,0909

 H5-6 = 185 mmhg x 0,0136mH2O


1 mmhg
= 2,516 mH2O
 E5-6 = h5-6 = 2,516 mH20
(V1) 2/2.g (0,32 m/dtk) 2/2.(9,8 m/dtk)
= 483,8461

Gate h7-9
 h7-9 = 160 mmHg x 13,6 mmH2O x 0,001 mH20 = 2,176 mH20
1 mmHg 1mmH2O

 E7-9 = h7-9 = 2,176 mH20


(V1)2/2.g (0,32 m/dtk)2/2.(9,8 m/dtk)
= 418,4615

121
Globe 9-10
 h9-10 = 190 mmHg x 13,6 mmH2O x 0,001 mH20 = 2,584 mH20
1 mmHg 1mmH2O

 E9-10 = h9-10 = 2,584 mH20


(V1)2/2.g (0,32 m/dtk)2/2.(9,8 m/dtk)
= 496,9230

Vcock11-12
 h11-12 = 195 mmHg x 13,6 mmH2O x 0,001 mH20 = 2,652 mH20
1 mmHg 1 mmH2O

 E11-12 = h11-12 = 2,652 mH20


(V1)22.g (0,32 m/dtk)2.2.(9,8 m/dtk)
= 510

Elbow 27-30
 h27-30 = 135 mmHg x 13,6 mmH2O x 0,001 mH20 = 1,836 mH20
1 mmHg 1mmH2O

 E27-28 = h27-28 = 1,836 mH20


(V1)22.g (0,32 m/dtk)2.2.(9,8 m/dtk)
= 353,0769

Tiba-tiba h29-30
 h29-30 = 125 mmHg x 13,6 mmH2O x 0,001 mH20 = 1,7 mH20
1 mmHg 1mmH2O

 E29-30 = h29-30 = 1,7 mH20


(V1)22.g (0,32 m/dtk)2.2.(9,8 m/dtk)
= 326,9230

122
Tiba-tiba h31-32
 H31-32 = 130 mmHg x 13,6 mmH2O x 0,001 mH20 = 1,768 mH20
1 mmHg 1mmH2O

 E31-32 = h31-32 = 1,768 mH20


(V1)22.g (0,32 m/dtk)2.2.(9,8 m/dtk)
= 340

123
C. Grafik

124
D. Tabulasi Data
1. TABEL 1 (PIPA)

PERBEDAAN TEKANAN
LAJU ARUS TEMPERATUR
PERCOBAAN Pipa ½” Pipa ¾ “ Pipa 1”
Q (m3/jam) 0C
(25 – 26) (23 – 24) (21 – 22)
1 0,8 110 85 105 31

2 1,0 115 95 105 31

3 1,2 80 90 90 31

4 1,4 80 90 90 31
Lanjutan tabel 1
KECEPATAN AIR DALAM PIPA
FAKTOR GESEKAN BILANGAN REYNOLD
(m/dtk)
Red Red Red
Pipa ½ Pipa ¾ Pipa 1 λ½ λ¾ λ1
½ (104) ¾ (104) 1 (104)
1,10 0,61 0,32 0,1950 0,6576 4,0449 27162,5 20208,5 14527,6

1,3657 0,7586 0,4039 0,1322 0,4751 2,5335 28019,4 20854,6 15225,1

1,6380 0,9201 0,4846 0,2359 1,3024 1,3024 3304 2549 18380

1,8719 1,0555 0,5294 0,0917 0,2487 0,6816 38558,8 29169,3 20048,9

125
TABEL 2 (SAMBUNGAN)
Laju PERBEDAAN TEKANAN
Arus TEMPERATUR
PERCOBAAN Elbow Reducer Reducer Gate Globe V cock V
Q ℃ Elbow Tiba’’ Tiba”
(m3/jam) 1-2 3-4 5-6 7-8 9-10 11-12

1 0,8 31 185 190 185 160 190 195 135 125 130

2 1,0 31 180 195 55 145 160 170 85 95 95

3 1,2 31 165 144 170 170 155 155 75 95 75

4 1,4 31 155 145 120 120 145 150 55 55 60


Lanjutan tabel 2

COEFFICIENT OF HEAD LOSS


Elbow Reducer Reducer Gate Globe V cock V Elbow Tiba” Tiba”
3-4 5-6

483,0769 2349,0909 483,8461 418,4615 496,4615 510 353,0769 326,3270 340

279,1716 0,1226 85,3024 224,8882 248,1525 263,6620 147,2405 146,345 147,2405

204,01 175,96 187,31 192,99 175,96 175,96 86,09 108,95 86,01

148,450 21,4464 21,4464 114,9295 148,4307 143,6619 100,5633 52,6705 57,4647

126
2. TABEL 3 (KATUB)

PERBEDAAN TEKANAN (mmHg) LAJU ARUS TEORITIS (m3/detik)


LAJU ARUS TEMPERATUR
PERCOBAAN Orifice Venturi Nozzle
Q (m3/jam) ℃ Orifice Venturi Nozzle
17 - 18 15 - 16 13 - 14
1 0,8 31 165 170 140 10,7338x10-4 7,4047x10-4 7,9414x10-4

2 1,0 31 130 140 115 9,5854x10-4 6,7907x10-4 7,485x10-4

3 1,2 31 125 135 115 9,7955x10-4 3,6768x10-4 2,8186x10-4

4 1,4 31 115 120 105 9,39x10-4 6,28x10-4 7,12x10-4

Lanjutan tabel 3

KOEFISIEN ARUS (-) d1/2 = 0,0161 m


Co Cv Cn d3/4 = 0,0216 m
0,2048 0,2971 0,2770 d1 = 0,0296 m

0,2782 0,4090 0,3724 d11/2 = 0,0416 m


do = 0,0147 m
0,3730 1,1825 0,9064
dv = 0,0119 m
0,4046 0,60509 0,5337 dn = 0,0131 m
L = 2m

127
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan yaitu :
1. Perbedaan tegangan yang terjadi akibat penyempitan luas penampang pipa
yang berbeda sehingga besar tekanan yang diberikan pada laju arus
menjadi hilang diakibatkan karena factor gesekan.
2. Perubahan tekanan yang semakin kecil akibat besar tegangan tekanan
fitting atau penyambungan pipa yang berbeda jenis sehingga
mengakibatkan tekanan menjadi terabaikan dengan aliran air memiliki laju
arus yang berbeda.
3. Kehilangan tekanan yang sangat signifikan akibat tekanan yang terjadi
pada pipa yaitu pada fitting pipa orifice, venture, dan nozzle sehingga laju
arus semakin kecil pada setiap pipa.

B. SARAN
Adapun saran yang perlu diperhatikan dalam melakukan percobaan yaitu :
1. Perhatikan kondisi air pada bak tangki air harus terisi penuh apabila tidak
terisi penuh udara akan masuk melalui pipa dan data akan menjadi salah.
2. Pastikan laju air pada pipa tidak mengalami tekanan dari luar.
3. Periksa apakah semua valve sudah tertutup saat alat dijalankan.

128
DAFTAR PUSTAKA

Bintang Nurcahyo,dkk. 2017. Analisa Kekuatan Belokan Pipa (Elbow Pipe)


Dengan Variasi Sudut Akibat Beban Momen Bending. Semarang :
Universitas Diponegoro.

Ismet Eka Putra,dkk. 2017. Analisa Rugi Aliran (Head Losses) pada Belokan Pipa
PVC. Padang : Institut Teknologi Padang.

Jack B. Evett, Cheng Liu. (1987). Fundamentals of Fluids Mechanics. McGraw


Hill, New York.

Muhammad Bakhtiar,dkk.2017. Analisa Tegangan Sistem Perpipaan Filling Shed


Pada Terminal LPG Opsico-Pertamina Semarang Berdasarkan Jarak
Support Akibat Beban Lingkungan Dengan Metode Elemen Hingga.
Semarang : Universitas Diponegoro.

Rahmat Sugi dan Adhe Irawan. 2010. Analisa Kerugian Head Akibat Perluasan
dan Penyempitan pada Penampang 900 . Makassar : Universitas
Hasanuddin.

Stanley, M. Walas.(1988).“ Chemical Process Equipment “. 10th Butterworth


Publisher USA.

Warren, L, Mc Cabe, Julian C. Smith, dan Peter harriot.(1999). ”Operasi Teknik


Kimia”.Jilid 1, Cetakan ke-4.Jakarta:PT. Erlangga.

129

Anda mungkin juga menyukai