PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
“ Teknik Pemisahan Bahan Padat-Cair (Kristalisasi)’’
B. Tujuan Percobaan
- Untuk mengetahui teknik pemisahan bahan padat-cair.
- Untuk mengetahui jumlah bahan padat dan cair yang terbentuk.
- Untuk mengkristalkan stearin dengan cara pendinginan.
C. Latar Belakang/Maksud
Metoda pemisahan adalah suatu cara yang digunakan untuk
memiahkan ataumemurnikan suatu senya wa atau kelompok
senyawa yang mempunyai susunan kimiayang berkaitan dari suatu
baha,baik dalam skala laboratorium maupun skala industri.Metode
pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa
zat murnidari suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian
dan juga untuk mengetahuikeberadaan suatu zat dalam suatu sampel .
proses kristalisasi dan pemisahan untuk mendapatkan komponen
padat (stearin) dan cair (olein). Proses pelelehan ulang dan pemisahan gum
(degumming) dapat menghilangkan zat sisa yang ada. Minyak ini kemudian
disaring dan diberi zat pemutih. Proses pemurnian fisik adalah untuk
menghilangkan bau dan warna dan menghasilkan Refined Bleached
Deodorized Palm Oil (RBDPO) dan asam lemak bebas yang digunakan
sebagai pembuatan sabun mandi, sabun cuci, dan produk kebersihan dan
perawatan diri lainnya.
Page | 47
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Page | 48
pembentukannya dipelajari dalam bidang tekik kimia. Metode untuk memperoleh
kinetik kristalisasi dan metode untuk pengaplikasiannya dari kinetik kristalisasi
telah dikembangkan untuk berbagai macam proses dalam dunia industri. Tipe
mekanisme dari kristalisasi adalah menyususn nukleasi dan pertumbuhan kristal
yang besar dengan
Page | 49
Gambar 1. Jenis Nukleasi
Gambar 2. Grafik hubungan Super saturasi metastabil dengan suhu pada beberapa
proses nukleasi
Page | 50
kristal mungkin dominan terhadap yang lainnya, dan hasilnya diperoleh kristal
dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Ketika keadaan saturasi habis,
maka sistem pada zat padat dan cairan telah mencapai kesetimbangan dan proses
kristalisasi telah selesai, kecuali kondisi yang kesetimbangannya telah
dimodifikasi sehingga larutan punya saturasi atau tingkat kejenuhan yang tinggi.
Banyak senyawa memiliki kemampuan untuk mengkristal dengan struktur kristal
yang berbeda. (Anonim, 2015) Pada proses kristalisasi, untuk mengkristalkan
suatu yang murni, senyawa padat, tambahkan suatu pelarut panas untuk benar-
benar melarutkan padatan tersebut. Labu, kemudian diisi dengan larutan panas,
dimana molekul zat terlarut baik senywa dan pengotor yang diinginkan bergerak
bebas diantara molekul-molekul pelarut panas tadi. Pada saat larutan mengalami
pendinginan, pelaarut tidak dapat lagi menahan semua molekul zat terlarut, dan
mereka mulai meninggalkan larutan dan membentuk suatu kristal padat. Selama
proses pendinginan, setiap molekyl zat terlarut pada saat mengalami penumbuhan
kristal akan diam pada permukaan kristal. Apabila geometri molekul sesuai
dengan
kristal, maka akan lebih mungkin tetap berada dalam kristal daripada
kembali kedalam larutan. Oleh karena itu, masing-masing kristal hanya terdiri dari
satu jenis molekul, zat terlarut. Setelah larutan telah berada pada suhu kamar,
larutan tersebut dengan hati-hati diletakkan dalam baskom es untuk
menyelesaikan proses kristalisasinya. Larutan yang telah dingin kemudian
disaring untuk mengisolasi kristal murni dan kristal tersebut dibilas dengan
pelarut dingin.
Pada gambar 4 berikut ini akan diperlihatkan bagaimana bila proses
kristalisasi dilakukan secara lambat
Page | 51
Gambar 4. Diagaram proses kristalisasi apabila dilakukan secara lambat
Pada gambar 4, terdapat 6 buah bagian diagram dari 1 hingga 6. Batang merah
pada bagian kanan diagaram menunjukkan termometer untuk mengukur suhu
pada proses kristalisasi yang dilakukan, segitiga kuning merupakan suatu zat
kotoran didalam larutan panas yang dilambangkan dengan heksagonal oranye.
Dapat dilihat bahwa larutan mengalami pendinginan secara lambat, kotoran dapat
menarik heksagonal oranye untuk menumbuhkan kisi kristal, akan tetapi kotoran
segera meninggalkan kisi tersebut dengan senyawa yang memilik bentuk geometri
yang lebih cocok untuk menggantikan tempat kotoran tadi. Pada saat
penumbuhan, bentuk heksagonal lebih tepat dalam proses pengembangan kristal,
dan pada akhirnya terbentuklah kristal murni yang tersusun atas bentuk
heksagonal oranye. Sementara, pada gambar 5 menunjukkan bagaimana proses
kristalisasi dilakukan larutan mendingin denga sangat cepat.
Page | 52
Gambar 5. Diagram proses kristalisasi apabila dilakukan pendinginan secara
cepat Pad gambar 5 ditunjukkan dengan 4 buah fase dari kristalisasi yang
dilakukan dengan melakukan pendinginan dengan sangat cepat. Kotoran dengan
lambang segitiga kuning terjebak didalam kristal yang dibentuk oleh heksagonal
oranye, kemudian, kristal tersebut mengisolasi kotoran. Pengkirstalan lambat
memberikan kristal yang lebih besar dibandingkan kristalisasi secara cepat.
Kristal yang kecil mempunyai permukaan yang lebar terhadap rasio volume dan
kotoran berlokasi pada permukaan kristal sebagaimana kotoran tersebut terjebak
dalam matriks (Anonim, 2015).
Page | 53
BAB III
A.Materi
Adapun alat dan bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah
sebagai berikut :
A. Alat
- Beaker glass
- Thermometer
- Neraca Teknis
- piknometer
- Erlenmeyer
- Timbangan
- Gelas Ukur
- Buret
B. Bahan
- Minyak Curah
- KOH 0,1 N
- Indikator pp
B.Metoda
I. Prosedur Penentuan Density
1. Piknometer kosong ditimbang pada neraca analitik dan dicatat beratnya
2. Sampel (minyak curah) dimasukkan kedalam piknometer
3. Piknometer dibersihkan bagian luarnya, lalu ditimbang pada neraca analitik,
hitung density
4. Prosedur diatas diulangi dengan sampel olein dan stearin
Page | 54
II. Prosedur Kristalisasi dengan Pemanasan dan Pendinginan
1. Sampel (minyak curah) ditimbang sebanyak 200 gr dalam beaker glass
2. Alat pemanas dinyalakan, lalu letakkan beaker glass yang berisi minyak
diatasnya, dipanaska hingga 65 oC
3. Es batu dipecahkan dan dimasukkan kedalam wadah pendingin
4. Beaker glass tadi dimasukkan kedalam wadah pendingin, dan dinginkan
hingga suhu 23 oC dan berbentuk 2 fase (padat-cair)
5. Setelah dingin, pisahkan fase padat dan fase cair dimana fase padat adalah
stearin dan fase cair adalah olein.
Page | 55
BAB IV
HASIL KERJA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Kerja Praktek
Tanggal praktkum : 16 April 2018
Berat sampel : 200 gram
Temperatur (0C)
Density Berat
No. Sampel Warna Vol KOH yang terpakai (ml)
Tangki (gr/ml) (gr)
Tangki Panas
Dingin
Minyak Merah
1 65 23 0,90728 2, 0283 0,18 ml
Curah jambu
Merah
2 Olein 65 23 0,91398 2,0196 0, 28 ml
jambu
Merah
3 Stearin 65 23 0,91512 2, 0645 0, 38 ml
jambu
Page | 77
B. Pembahasan
1. Perhitungan Density
a. Minyak Curah
(16,4794 11,9430) gr
mc
5ml
0,90728
b. Olein
(16,5129 11,9430) gr
mc
5ml
0,91398
c. Stearine
(16,5186 11,9430) gr
mc
5ml
0,91512
2. Menghitung % FFA
a. Minyak curah
VKOHxNKOHxBE
% FFA x100%
Wx1000mg / gr
0,18mlx0,1mek / mlx 256 gr / mek
x100
2,0283 grx1000mg / gr
0,2271%
b. Olein
VKOHxNKOHxBE
% FFA x100%
Wx1000mg / gr
10,3909%
c. Stearin
VKOHxNKOHxBE
% FFA x100%
Wx1000mg / gr
Page | 56
0,38mlx0,1mek / mlx 284 gr / mek
x100
2,0645 grx1000mg / gr
0,5527%
Page | 57
BAB VI
TABULASI DATA
Berat sampel : 200 gr
0
C
Temperatur Vol KOH
Density Berat % FFA
No. Sampel Warna yang
Tangki Tangki (gr/ml) (gr) (%)
terpakai (ml)
Panas Dingin
Minyak Merah
1 65 23 0,90728 2, 0283 0,18 ml 0,2271
Curah jambu
Merah
2 Olein 65 23 0,91398 2, 0196 0,28 ml 0, 3909
jambu
Merah
3 Stearin 65 23 0,91512 2, 0645 0, 38 ml 0, 5227
jambu
Page | 58
BAB VII
KESIMPULAN
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA
Ariana, D.P. dan Purboyo G., 2006. Karakteristik Proses Kristalisasi Minyak
Sawit Mentah. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. Volume 3(3):215-225.
Basuki, E. K dkk.2015. Perhitungan Neraca Massa Pada Proses Fraksinasi di PT
Wilmar Nabati Indonesia Gresik. FTI UPN.
Hutahean, Been Valdo. 2012. Membuat Minyak Goreng Kelapa Sawit.
Ketaren S. 2005. Minyak dan lemak Pangan. Jakarta. Universitas Indonesia Press.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Sawit. Edisi V. Penebar Swadya, Jakarta.
Page | 59
Page | 60