DISUSUN OLEH :
Nama : Jan Rifaldi
Nim : 17 01 135
Group :C
MEDAN
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat rahmatnya dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan praktikum yang berjudul “Jartest & Penentuan Kadar Bahan Organik”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang turut membantu
di dalam menyelesaikan laporan praktikum ini yaitu kepada para asisten
Laboratorium Pengembangan.
Laporan ini dibuat sebagai hasil dari praktikum pada Mata Kuliah
Praktikum Pengolahan Air dan Limbah Industri. Penulis menyadari bahwa
laporan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik serta saran dari berbagai pihak sangat
saya harapkan untuk kesempurnaan laporan ini.
( Jan Rifaldi)
iii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL . ............................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1. Tujuan Pratikum.................................................................................1
1.2. Landasan Teori ..................................................................................1
1.2.1 Air .....................................................................................................1
1.2.2 Pengoolahan Air menjadi Air Minum ..........................................3
1.2.3 Analisa kadar Alkanility .................................................................4
1.2.4 Analisa Kadar Alkalinity, TDS, Dan Bahan Organik ..................5
1.2.5 Bahan Organik ................................................................................6
1.2.6 Faktor Yang Mempegaruhi Kadar Bahan Organik ....................7
1.2.7 Penentuan Kadar Bahan Organik .................................................8
BAB II METODOLOGI .....................................................................................11
2.1 Alat dan Bahan ..................................................................................11
2.2 Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan TSS. .13
iv
3.2.2 Persamaan Regresi Dan Korelasi Volume TVC Terhadap TDS .......21
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
dari materi dan dapat mengambil berbagai bentuk di bumi.
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan
oleh apapun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan
hidup. Air dibumi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada dibawah permukaan tanah, air tanah
dapat kita bagi menjadi dua yaitu air tanah preatis dan air tanah
artesis.
2. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang berada dipermukan tanah dan dapat
dengan mudah dilihat oleh mata kita.Air permukaan dapat dibdakan
atas dua macam yaitu perairan darat dan perairan laut. (Sihombing,
Juna. 2020)
Kondisi tanah dasar wadah, khususnya kolam dan tambak sangat
terkait dengan kualitas air diatasnya. Proses-proses fisiokimia dan
biologi pada tanah dasar pada gilirannya menentukan kondisi kualitas
air dalam wadah. Oleh karena itu, pengelolaan dasar pada kolam dan
tambak menjadi salah satu kunci bagi keberhasilan pengelolaan
kualitas air selanjutnya.
Pada kolam tambak yang beroperasi, terjadi penumpukan
bahan organik. Limbah bahan organik ini bila diiarkan akan
berdampak buruk terhadap kualitas air. Pada tambak, setelah
pencucian, pembilasan dan pengeringan untuk memperbaiki kondisi
dasar, diantaranya : (1) aerasi, (2) dekomposisi, (3)reduksi BOD, (4)
desinfeksi dari mikroorganisme patogen (jamur, bakteri, parasit,
dan virus) .
Beberapa metode pemurnian air dapat digunakan untuk
menghilangkan padatan, mikroorganisme serta material organik dan
inorganik. Pemilihan metode bergantung dari kualitas sumber air,
biaya proses, dan standar kualitas air yang dihasilkan. Adapun
pengolahan air dengan mengatur derajat keasaman/kebasaan (pH),
2
koagulasi dan flokulasi, sand filter, membran ultrafiltrasi, pertukaran
ion menggunakan resin atau zeolit, serta disinfektasi .
1.2.2. Pengolahan Air Menjadi Air Minum
Proses pengolahan air minum merupakan proses perubahan
fisik, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai air minum. Pada dasarnya, pengolahan air minum
dapat diawali dengan penjernihan air, pengurangan kadar bahan-bahan
kimia terlarut dalam air sampai batas yang dianjurkan, penghilangan
mikroba patogen, memperbaiki derajat keasaman (pH) serta
memisahkan gas-gas terlarut yang dapat mengganggu estetika dan
kesehatan.
Cara pembersihan air dengan sistem bak penampungan
sangat baik dilakukan untuk air baku yang berasal dari sumber mata
air atau dari sungai yang langsung dari hutan. Kalau berasal dari
danau, apalagi dari sungai yang keruh, sulit untuk dilakukan, dan
memerlukan cara lain untuk pembersihannya.
3
Dengan sistem penyaringan seperti itu, hasil airnya akan lebih
bersih dan jernih kalau dibandingkan dengan air baku. Bahkan, besar
kemungkinan jika ditinjau dari segi sanitasi dan kesehatan, air
tersebut jauh lebih memenuhi syarat kalau dibandingkan dengan air
baku yang belum diolah (Suriawiria, 2005)
4
seimbangnya antara kecepatan perubahan dari nitrit menjadi nitrat dan
dari ammonia menjadi nitrit (Ghufran, 2010).
1.2.4. Analisa Kadar Alkalinity, TDS, Dan Bahan Organik
Alkalinitas sering didefenisikan dengan kemampuan air untuk
menetralkan asam dan dinyatakan dengan satuan mg/l sebagai CaCO3,
sedangkan asiditas dinyatakan dalam jumlah equivalen yang
diperlukan untuk menetralkan air. Kemampuan menetralkan asam oleh
adanya alkalinitas ini sehubungan dengan kehadiran ion bikarbonat
(HCO3-), karbonat (CO3-), dan hidroksil (OH-) serta kadang-kadang
kehadiran ion borat, silikat, dan fosfat dalam air. Karena alkalinitas
yang terutama disebabkan oleh ion bikarbonat (HCO3-), karbonat
(CO3-), dan hidroksil (OH-), maka alkalinitas juga sering
dikelompokkan dalam tiga macam yaitu alkalinitas hidroksida (OH-
alkalinity), alkalinitas karbonat (CO3--alkalinity) dan alkalinitas
bikarbonat. Dengan adanya kation-kation penyebab kesadahan dan
logam berat tertentu, alkalinitas mempunyai andil dalam
pembentukkan kerak.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, secara teoritis, pH 7 disebut
oleh ahli kimia sebagai pH netral namun demikian, menurut ahli kimia
air, informasi pH 7 itu kurang berarti. Ahli kimia air harus mengetahui
beberapa alkalinitas total dan beberapa CO2 bebas, maupun terikat
yang berada dalam air. Oleh karena itu, ahli kimia air tidak membagi
titik antara kondisi asam dan basa pada pH 7 tetapi pada titik akhir
titrasi yaitu alkalinitas MO pada pH 4,4.
Ahli kimia air juga mempertimbangkan alkalinitas PP (alkalinitas
phenolphtalein) yang beruhubungan dengan warna indikator PP dari
tidak berwarna pada pH dibawah 8,2 menjadi berwarna merah pada
pH diatas 8,4. Pada umumnya, sumber-sumber air mempunyai pH
dibawah 8,2 sehingga tidak ada alkalinitas PP disamping itu, sumber-
sumber air juga sangat jarang yang mempunyai pH dibawah 5,
sehingga jarang ditemui asam mineral di dalam sumber air. Kisaran
pH antara 4,4-8,2 membatasi alkalinitas yang ada hanya sebagai
alkalinitas bikarbonat.
5
TDS adalah ukuran dari jumlah material yang dilarutkan
dalam air. Bahan ini dapat mencakup karbonat, bikarbonat, korida,
sulfat, nitrat, kalsium, magnesium, natrium, ion-ion organik dan ion-
ion lainnya.Tingkat tertentu dalam air ion ini diperlukan untuk
kehidupan akuatik. Perubahan dalam konsenterasi TDS dapat
berbahaya karena densitas air menentukan aliran air masuk dan keluar
dari sel-sel organisme.
Aplikasi utama TDS adalah dalam studi kualitas air untuk aliran,
sungai, dan danau, walaupun TDS umumnya dianggap bukan sebagai
polutan utama (misalnya tidak dianggap terkait dengan kesehatan),
tetapi digunakan sebagai indikasi karakteristik estetika air minum dan
sebagai indikator agregat kehadiran array yang luas dari kontaminasi
kimia.
Kandungan bahan organik yang tinggi dapat mempengaruhi
tingkat keseimbangan perairan. Tingginya kandungan bahan organik
akan mempengaruhi kelimpahan organisme. Dimana terdapat
organisme organisme tertentuyang tahan terhadap tingginya
kandungan bahan organik tersebut, sehingga dominasi oleh spesies
tertentu dapat terjadi.
Zat organik dalam air ditetapkan sebagai angka permanganat
melalui metode permanganometri. Angka permanganat didefenisikan
KMnO4 yang diperlukan untuk oksidasi sempurna seluruh zat organik
dalam 1 liter air (Juna Sihombing, 2020).
6
kadarnya tidak dijaga dalam air minum dan terus-menerus
dikomsumsi oleh manusia (Juna Sihombing. 2020).
Semua bahan organik mengandung karbon (C) berkombinasi
dengan satu atau lebih elemen lainnya. Bahan organik berasal dari tiga
sumber utama sebagai bérikut.
1. Alam, misalnya fiber, minyak nabati dan hewani, lemak hewani,
alkaloid, selulosa, kanji, gula, dan sebagainya.
2. Sintesis, yang meliputi semua bahan organik yang diproses oleh
manusia.
3. Fermentasi, misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotika, dan
asam; yang semuanya diperoleh melalui aktivitas mikroorganisme.
Bahan-bahan organik yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan kualitas air adalah sebagai berikut:
1. Karbohidrat (CHO). Bahan-bahan organik yang mengandung
karbon, hidrogen, dan oksigen misalnya glukosa (C6H12O6), kanji
(starch), dan selulosa.
2. Senyawa nitrogen (CHONS). Bahan organik yang mengandung
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan kadang-kadang sulfur
misalnya protein, asam amino, dan urea.
3. Lemak (lipids atau fats) (CHO), yakni bahan organik yang
mengandung karbon, hidrogen, dan sedikit oksigen. Lemak
memiliki sifat kelarutan yang buruk dalam air, akan tetapi larut
dalam pelarut organik (Hefni Effendi. 2003).
1.2.6. Faktor Yang Mempegaruhi Kadar Bahan Organik
Menurut Hanafiah sumber sekunder bahan organik berupa
kotoran dan sisa pakan. Semakin banyaknya bahan organik dan
didukung oleh faktor faktor lain seperti nisbah C/N, suhu, pH Tanah,
pH air, kedalaman, dan kecerahan maka dapat menambah bakteri dan
fitoplabkton untuk dapat mengoksidasi bahan organik, selama ada
bahan organik selama itupula proses dekomposisi berlangsung.
7
Menurut Indranada, Makin tinggi tingkat dekomposisinya maka
makin kecil nisbah C/N. Nisbah C/N merupakan salah satu indikator
yang menunjukkan tingkat dekomposisi dari bahan organik tanah.
Menurut Kartasapoetra dan Sutedja bahan organik tanah dengan
nisbah C/N yang rendah akan terlapuk dengan mudah dan cepat,
sehingga bahan organik sangat memungkinkan memiliki nilai yang
tinggi sehingga meningkatkan pula produktivitas perairan. Pernyataan
ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa semakin tingginya bahan
organik maka nisbah C/N akan rendah. Menurut Effendi, Bahan
organik yang tinggi akan menyebabkan eutrofikasi atau pengkayaan
nutrien/ unsur hara pada perairan, serta mengakibatkan terjadinya
peningkatan produktivitas perairan. Menurut Yuniasari, Nisbah C/N
sebagai pengontrol limbah budidaya, dalam hal ini berkaitan dengan
Keramba Jaring Apung. Menurut Effendi, selain nisbah C/N
banyaknya komposisi bahan organik juga dipengaruhi oleh suhu
tanah, pH tanah, DO dan jenis-jenis bahan organik (Hartati Dwi
Yuningsih. 2014).
1.2.7. Penentuan Kadar Bahan Organik
1. Suhu
Suhu air berbeda-beda sesuai dengan iklim dan musim,
suhu normal agak sedikit lebih tinggi dari pada suhu umum
persediacn air kota. Ukuran-ukuran suhu adalah bergura dalam
memperlihatkan kecenderungan aktivitas-aktivitas kimiawi dan
biologis, pengentalan, tekan- an uap, ketegangan permukaan
dan nilai-nilai penjenuhan dari pada benda-benda padat dan gas-
gas.
2. Pengeruhan
Pengeruhan terjadi disebabkan pada dasarnya oleh ada-
nya zat-zat kolloid yaitu zat yang terapung serta terurai secara
halus sekali. Hal itu disebabkan pula oleh kehadiran zat organik
yang terurai secara halus, jasad-jasad renik, lumpur, tanah liat
8
dan zat kolloid yang serupa atau benda terapung yang tidak
mengendap dengan segera. Pengeruhan atau tingkat kelainan
adalah sifat fisik yang lain dan unik dari pada limbah dan
meskipun penentuannya bukanlah merupakan ukuran mengenai
jumlah benda-benda yang terapung, sebagai aturan umum dapat
dipakai bahwa sema kin luar biasa kekeruhan semakin kuat
limbah itu. Sampah industri dapat menambah sejumlah besar
zat-zat organik dan anorganik yang menghasilkan kekeruhan.
3. Bau
Bau air limbah atau air selokan memberikan gambaran
yang sah mengenai keadaan. Bau dapat menunjukkan apakah
suatu air limbah masih baru atau' telah membusuk air limbah
domestik yang masih baru hampir-hampir tidak berbau. Bau-
bauan yang busuk, menyerupai bau hidrogen sulfida
menunjukkan adanya air limbah yang busuk.
4. Amoniak Bebas
Amoniak ini disebut juga nitrogen amoniak, dihasilkan
dari pembusukan secara bakterial zat-zat organik Air imbah
yang masih baru (segar) secara relatif berkada amoniak bebas
rendah dan berkadar nitrogen organik tinggi. Nitrogen amoniak
berkurang kadarnya ketika air limbah dibenahi sedangkan
keseimbangannya tercapai.
5. Warna
Warna pada air limbah menunjukkan kekuatannya air
limbah yang baru berwarna abu-abu. Air limbah yang sudah
basi atau busuk berwarna gelap.
6. Amoniak Albuminoida
Amoniak albuminoida dianggap sebagai suatu ukuran bagi
nitrogen organik yang mudah membusuk dan terdapat dalam air
limbah. la hanya mewakili sebagian dari pada seluruh nitrogen
organik pada zat dimana amoniak albuminoida itu mempunyai
9
hubungan-hubungan yang dapat berlain-lainan. Dalam air
limbah yang kasar, nitrogen albuminoida itu pada umumnya
berjumlah kira-kira setengah dari pada seluruh jumlah nitrogen
organik (Mahida. 1984).
10
BAB II
METODOLOGI
11
7. Pipet tetes : 1 buah
8. Corong kaca : 1 buah
9. Bola hisap : 2 buah
10. Statif dan klem : 1 buah
11. Buret 50 ml : 1 buah
12. Water Bath : 1 unit
2.1.3. Bahan Jar Test
1. Indikator MO : 5 Tetes
2. Indikator PP : 15 Tetes
3. H2SO4 0,02 N : 100 ml
4. Koagulan (TVC 100 ppm) : 100 ml
5. Aquadest : 1000 ml
6. Air sungai : 5000 ml
7. Air sungai setelah perlakuan
Jar Test : 1000 ml
8. Tissue : Secukupnya
2.1.4 Bahan Penentuan Kadar Bahan Organik
1. Larutan H2SO4 8 N : 50 ml
2. Larutan Asam Oksalat 0,01 N : 50 ml
3. Larutan KMnO4 0,01 N : 50 ml
4. Aquadest : 1000 ml
5. Air sungai : 5000 ml
6. Tissue : secukupnya
12
2.2. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan TSS
13
2.2.2. Prosedur Kerja pH
14
3. Sampel ditambahkan dengan H2SO4 8 N sebanyak 10 ml
dilakukan di ruang asam.
4. Kemudian ditambahkan dengan KMnO4 0,01 N sebanyak 10 ml.
5. Larutan dipanaskan dengan water bath selama 20 menit.
6. Setelah dipanaskan, larutan ditambahkan dengan asam oksalat
0,01 N sebanyak 10 ml.
7. Kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4 0,01 N sampai
perubahan dari larutan tidak berwarna menjadi larutan berwarna
merah muda/ lembayung.
15
BAB III
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
16
No Nama Volume Volume TDS Suhu pH
sampel sampel TVC 100
(ml) ppm (ml) (ppm) (˚C)
(ml) (ml)
1) P-Alkalinity
a. Air sungai sebelum penambahan TVC
Air sungai sebelum penambahan TVC + Indikator pp Larutan
tidak
berwarna
b. Air sungai penambahan 4 ml TVC 100 ppm
Air sungai penambahan 4 ml TVC 100 ppm+ Indikator pp Larutan
tidak
berwarna
17
Air sungai penambahan 6 ml TVC 100 ppm+ Indikator pp Larutan
tidak
berwarna
tidak
berwarna
tidak
berwarna
2) M-Alkalinity
a. Air sungai sebelum penambahan TVC
Air sungai sebelum penambahan TVC + Indikator MO Larutan kuning
Larutan kuning dititrasi Larutan orange
H2SO4 0,02 N
H2SO4 0,02 N
c. Air sungai penambahan 6 ml TVC 100 ppm
Air sungai penambahan 6 ml TVC 100 ppm+ Indikator MO Larutan
kuning
H2SO4 0,02 N
d. Air sungai penambahan 8 ml TVC 100 ppm
Air sungai penambahan 8 ml TVC 100 ppm+ Indikator MO Larutan
kuning
18
Larutan kuning dititrasi Larutan orange
H2SO4 0,02 N
e. Air sungai penambahan 10 ml TVC 100 ppm
Air sungai penambahan 10 ml TVC 100 ppm+ Indikator MO Larutan
kuning
H2SO4 0,02 N
3.1.2. Data Penentuan Kadar Bahan Organik
Tabel 3.2. Data Penentuan kadar bahan organik
No Nama Volume Volume Volume Volume Volume Volume
sampel sampel TVC H2SO4 KmnO4 As Titrasi
(ml) (ml) 8N 0,01 N oksalat KmnO4
(ml) (ml) 0,01N 0,01 N
(ml) (ml)
Menghitung Nilai b
19
(n)(ƩXY) − (ƩX)(ƩY)
b=
(n)(ƩX 2 ) − (ƩX)2
(5)(177,8) − (28)(177,8)
b=
(5)(216) − (28)2
b = −0,0615
Menghitung Nilai a
(ƩY)(ƩX 2 ) − (ƩX)(ƩXY)
a=
(n)(ƩX 2 ) − (ƩX)2
(32,4)(216)−(28)(177,8)
a= 2
(5)(216)−(28)
a = 6,824324
Persamaan regresi linier: y = a+ bx
= 6,824324 -0,0615x
= -0,0615x + 6,824324
Diagram Scatter
6.4 pH (y)
6.2
Linear (pH (y))
6
0 5 10 15
Volume TVC
20
Menghitung Nilai R
(n)(ƩXY) − (ƩX)(ƩY)
R =
√(nƩX 2 − (ƩX)2 ) (nƩY 2 − (ƩY)2 ))
(5)(177,8) − (28)(32,4)
R =
√((5)(216) − (28)2 )((5)(210,18) − (32,4)2 )
R = -0,9907
𝑅 2 = 0,9816
Berdasarkan analisis hubungan atau korelasi volume TVC terhadap
pH sangat kuat yaitu sebesar 0,9816.
3.2.2 Persamaan Regresi Dan Korelasi Volume TVC Terhadap TDS
a. Perhitungan Regresi Linier
No Volume TVC (X) TDS (Y) XY X2 Y2
1 0 100 0 0 10000
2 4 96 384 16 9216
3 6 75 450 36 5625
4 8 88 704 64 7744
5 10 90 900 100 8100
∑ 28 449 2438 216 40685
Menghitung Nilai b
(n)(ƩXY) − (ƩX)(ƩY)
b=
(n)(ƩX 2 ) − (ƩX)2
(5)(2438) − (28)(449)
b=
(5)(216) − (28)2
b = −1,2905
Menghitung Nilai a
(ƩY)(ƩX 2 ) − (ƩX)(ƩXY)
a=
(n)(ƩX 2 ) − (ƩX)2
(449)(216)−(28)(2438)
a= 2
(5)(216)−(28)
a = 97,027
Persamaan regresi linier: y = a+ bx
= 97,027-1,2905x
= 1,2905x + 97,027
21
Diagram Scatter
80
pH
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10 12
Volume TVC
(5)(2438) − (28)(449)
R =
√((5)(216) − (28)2 )((5)(40685) − (449)2 )
R = -0,519
𝑅 2 = 0,269
Berdasarkan analisis hubungan atau korelasi volume TVC terhadap
TDS lemah yaitu sebesar 0,269
3.2.3 Persamaan Regresi Dan Korelasi Volume TVC Terhadap P-
Alkalinity
P alkalinity = 0
22
3.2.4 Persamaan Regresi Dan Korelasi Volume TVC Terhadap M-
Alkalinity
V H2 SO4 x N H2 SO4 x BE CaCO3
M − 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑦 = 1000
Volume Sampel
𝑚𝑙 1,3 𝑚𝑙𝑋 0,02 𝑚𝑒𝑘/𝑚𝑙𝑋 50 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘
= 1000 ⁄𝐿 25 𝑚𝑙
= 60 mg/L
= 60 ppm
V H2 SO4 x N H2 SO4 x BE CaCO3
M − 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑦 = 1000
Volume Sampel
1,1 𝑚𝑙𝑋 0,02 𝑚𝑒𝑘/𝑚𝑙𝑋 50 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘
= 1000𝑚𝑙⁄𝐿 25 𝑚𝑙
= 44 mg/L
= 44 ppm
V H2 SO4 x N H2 SO4 x BE CaCO3
M − 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑦 = 1000
Volume Sampel
𝑚𝑙 0,9 𝑚𝑙𝑋 0,02 𝑚𝑒𝑘/𝑚𝑙𝑋 50 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘
= 1000 ⁄𝐿 25 𝑚𝑙
= 36 mg/L
= 36 ppm
V H2 SO4 x N H2 SO4 x BE CaCO3
M − 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑦 = 1000
Volume Sampel
0,8 𝑚𝑙𝑋 0,02 𝑚𝑒𝑘/𝑚𝑙𝑋 50 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘
= 1000𝑚𝑙⁄𝐿 25 𝑚𝑙
= 32 mg/L
= 32 ppm
V H2 SO4 x N H2 SO4 x BE CaCO3
M − 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑦 = 1000
Volume Sampel
𝑚𝑙 0,75 𝑚𝑙𝑋 0,02 𝑚𝑒𝑘/𝑚𝑙𝑋 50 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘
= 1000 ⁄𝐿 25 𝑚𝑙
= 30 mg/L
= 30 ppm
a. Perhitungan Regresi Linier
No Volume TVC (X) M-Alkalinity (Y) XY X2 Y2
1 0 60 0 0 3600
2 4 44 176 16 1936
3 6 36 216 36 1296
4 8 32 256 64 1024
5 10 30 300 100 900
∑ 28 202 948 216 8756
23
Menghitung Nilai b
(n)(ƩXY) − (ƩX)(ƩY)
b=
(n)(ƩX 2 ) − (ƩX)2
(5)(948) − (28)(202)
b=
(5)(216) − (28)2
b = −3,0946
Menghitung Nilai a
(ƩY)(ƩX 2 ) − (ƩX)(ƩXY)
a=
(n)(ƩX 2 ) − (ƩX)2
(202)(216)−(28)(948)
a= 2
(5)(216)−(28)
a = 57,73
Persamaan regresi linier: y = a+ bx
= 57,73 - 3,0946x
= 3,0946x + 57,73
Diagram Scatter
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10 12
Volume TVC
24
Menghitung Nilai R
(n)(ƩXY) − (ƩX)(ƩY)
R =
√(nƩX 2 − (ƩX)2 ) (nƩY 2 − (ƩY)2 ))
(5)(948) − (28)(202)
R =
√((5)(216) − (28)2 )((5)(8756) − (202)2 )
R = -0,975
𝑅 2 = 0,95
Berdasarkan analisis hubungan atau korelasi volume TVC terhadap
M alkalinity sangat kuat yaitu sebesar 0,95
3.2.5 Persamaan Regresi Dan Korelasi Volume TVC Terhadap Kadar
Bahan Organik
(10+a)b−(10xc) x BE KMnO4 x 1000 mL/L
Bahan Organik = d
mek mek mgr
(10+4,3 mL)0,01 −(10 x 0,01 )x 31,6 x 1000 mL/L
ml ml mek
= 25 ml
= 54,352 ppm
mL
(10+a)b−(10xc)x BE KMnO4 x 1000
L
Bahan Organik = d
mek mek mgr
(10+1,8 mL)0,01 −(10 x 0,01 )x 31,6 x 1000 mL/L
ml ml mek
= 25 ml
=22,752 ppm
(10+a)b−(10xc) x BE KMnO4 x 1000 mL/L
Bahan Organik = d
mek mek mgr
(10+0,4 mL)0,01 −(10 x 0,01 )x 31,6 x 1000 mL/L
ml ml mek
= 25 ml
= 5,056 ppm
(10+a)b−(10xc) x BE KMnO4 x 1000 mL/L
Bahan Organik = d
mek mek mgr
(10+1,2 mL)0,01 −(10 x 0,01 )x 31,6 x 1000 mL/L
ml ml mek
= 25 ml
= 15,168 ppm
25
(10+a)b−(10xc) x BE KMnO4 x 1000 mL/L
Bahan Organik = d
mek mek mgr
(10+1,7 mL)0,01 −(10 x 0,01 )x 31,6 x 1000 mL/L
ml ml mek
= 25 ml
= 21,488 ppm
a. Perhitungan Regresi Linier
No Volume Bahan XY X2 Y2
TVC (X) Organik (Y)
1 0 54,352 0 0 2954,14
2 4 22,752 91,008 16 517,6535
3 6 5,056 30,336 36 25,56314
4 8 15,168 121,344 64 230,0682
5 10 21,488 214,88 100 461,7341
∑ 28 118,816 457,568 216 4189,159
Menghitung Nilai b
(n)(ƩXY) − (ƩX)(ƩY)
b=
(n)(ƩX 2 ) − (ƩX)2
(5)(457,568) − (28)(118,816)
b=
(5)(216) − (28)2
b = −3,5102
Menghitung Nilai a
(ƩY)(ƩX 2 ) − (ƩX)(ƩXY)
a=
(n)(ƩX 2 ) − (ƩX)2
(118,816)(216)−(28)(4189,159)
a= 2
(5)(216)−(28)
a = 43,42
Persamaan regresi linier: y = a+ bx
= 43,42 – 3,5102x
= 3,5102x + 43,42
26
Diagram Scatter
20
0
0 2 4 6 8 10 12
Volume TVC
Menghitung Nilai R
(n)(ƩXY) − (ƩX)(ƩY)
R =
√(nƩX 2 − (ƩX)2 ) (nƩY 2 − (ƩY)2 ))
(5)(457,568) − (28)(118,816)
R =
√((5)(216) − (28)2 )((5)(4189,159) − (118,816)2 )
R = -0,7308
𝑅 2 = 0,53
Berdasarkan analisis hubungan atau korelasi volume TVC terhadap
bahan organik sedang yaitu sebesar 0,53.
3.2.6 Kondisi Optimum Proses Jartest
Penentuan kadar optimum proses jartest kondisi optimum
ditentukan dengan beberapa parameter antara lain pH ,TDS, Alkalinity
dengan menggunakan percobaan Jar Test dengan pengadukan 20 ppm
selama 2 menit dan 100 ppm selama 5 menit variasi yang dilakukan
adalah dosis koagulan TVC 10 ppm masing-masing yang digunakan
(0,4,6,8,10 ml). Jart Test merupakan proses untuk mengetahui kondisi
optimum dari proses koagulasi dari flokulasi.
27
3.3.1 Reaksi
A. Reaksi Jar Test
a. Dengan Indikator PP (C20H1404)
Tidak beraksi
(Phenolphtalein)
Tidak berwarn
b. Dengan Indikator MO
28
A. Reaksi Penentuan Kadar Bahan Organik
H2SO4+ KMnO4 + H2C2O4 CO2 + MnSO4 + K2SO4 + H2O
29
BAB IV
PEMBAHASAN
30
kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion
hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya
didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia
bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional. Zat organik dalam air ditetapkan
sebagai angka permanganat melalui metode permanganometri. Angka
permanganat didefenisikan Mg KMnO4 yang diperlukan untuk oksidasi
sempurna seluruh zat organik dalam 1 liter air. Pada percobaan kali ini
dilakukan beberapa uji kualitas air yang menggunakan air sungai sebagai
sampel. Sampel air sungai di bubuhi dengan PAC dengan volume 2, 4, 6, dan
8 ml lalu dilakukan agitasi terhadap sampel air sungai sampai terbentuk flok
pada air.Dalam hal ini dapat diketahui bahwa bagaimana pengaruh koagulan
PAC terhadap nilai alkalinity, pH, bahan organik, dan TDS dari sampel.
Nilai alkalinity yang didapat dari sampel yang diuji pada penambahan
TVC 0, 4, 6, 8, dan 10 secara berturut turut pada p-alkalinity yaitu 74, 99, 168,
237 dan 298 ppm sedangkan pada m-alkalinity seluruhnya 0 ppm. Nilai TDS
dari hasil percobaan yang didapat dari penambahan TVC 0, 4, 6, 8, dan 10
secara berturut turut yaitu 100, 96,75, 88, dan 90 ppm. pH yang didapat dari
penambahan TVC 0, 2, 6, 8 dan 10 secara berturut turut yaitu 6,8 ; 6,6; 6,5 ;
6,3 ; dan 6,2. Hasil uji selanjutnya ialah kadar bahan organik, kadar bahan
organic yang didapat dari hasil uji dengan hasil titrasi dengan KMnO4 0,01 N
yang telah dilakukan setelah penambahan TVC 0, 4, 6, 8, dan 10 secara
berturut turut yaitu 4,3 ; 1,8 ; 0,4 ; 1,2 ; dan 1,7 ml.
Dalam hal ini diketahui bahwa penambahan TVC yang bervarisasi pada
sampel menunjukkan hasil uji yang berbeda-beda, nilai yang dihasilkan dapat
menurunkan nilai p-alkalinity, m-alkalinity
4.2. Penentuan Kadar Bahan Organik
Zat organik dalam limbah yang secara umum mewakili bagian yang
mudah menguap dari seluruh benda padat terdiri dari bahan bersifat nitrogen,
karbohidrat, lemak-lemak dan minyak-minyak mineral, bentuk nya tidak tetap
dan membusuk sambil menghasilkan bau yang tidak sedap. Sebagian besar
31
dari unsur-unsur pokoknya berada dalam bentuk-bentuk yang sedemikian
rumitnya sehingga berbagai tahap harus dilampaui sebelum suuatu produk
yang tetap diperkembangkan.
Kandungan bahan organik yang tinggi akan begitu mempengaruhi tingkat
keseimbangan terutama didalan perairan. Tingginya kandungan bahan
organik didalam suatu tempat akan mempengaruhi kelimpahan organisme,
dimana terdapat organisme-organisme tertentu yang tahan terhadap tingginya
kandungan bahan organik tersebut, sehingga dominasi oleh spesies tertentu
dapat terjadi.
Bahan organik dapat menimbulkan terjadinya eutrofikasi yaitu proses
bertumbuh-kembangnya organisme perairan karena kesuburan yang
meningkat dan biasanya mempunyai dampak negatif terhadap biota.
Produktivitas perairan merupakan jumlah bahan organik yang dihasilkan oleh
organisme autotrof, yaitu organisme yang mampu menghasilkan bahan
organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi matahari, yang terutama
dilakukan oleh fitoplankton melalui proses fotosintesis. Besarnya
produktivitas suatu perairan mengindikasikan besarnya ketersediaan nutrien
terlarut. Terjadinya penurunan bahan organik dapat disebabkan oleh
teroksidasinya setiap bahan yang terdapat didalam kandungan air tersebut
yang dioksidasi secara biokimia oleh bakteri sehingga mengakibatkan kadar
organiknya turun.
Metode penentuan kadar bahan organik dilakukan dengan metode
permanganometri, Zat organik dalam air ditetapkan sebagai angka
permanganat. Angka permanganat didefinisikan sebagai KMnO4 yang
diperlukan untuk mengoksidasi sempurna seluruh zat organik didalam 1 L air.
1. Pada percobaan ini digunakan sampel air sungai, air sungai setelah
jar test dengan penambahan TVC (0 mL; 4 mL; 6 mL; 8 mL dan 10 mL) dan
dimasukkan kedalam erlenmeyer. Sampel ditambahkan dengan H2SO4 8 N
sebanyak 10 mL. Kemudian ditambahkan dengan KMnO4 0,01 N sebanyak
10 mL. Larutan dipanaskan dengan water bath selama 20 menit. Setelah
dipanaskan, larutan ditambahkan dengan asam oksalat 0,01 N sebanyak 10
32
mL. Kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4 0,01 N sampai perubahan dari
larutan tidak berwarna menjadi larutan berwarna merah muda. Dari analisa
dengan penambahan larutan, kadar bahan organic dari sampel berturut-turut
sebesar 54,32 ; 22,732 ; 5,065 ; 15,168 ; dan 21,448 ppm.
Kadar bahan organik menurut KEMENKES No. 416 Tahun 2010
mengenai standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan
air adalah sebesar 10 mg/L, membuktikan bahwa semua sampel yang
digunakan tidak cukup layak untuk digunakan karena melebihi standar
kualitas air bersih.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik yaitu bahan
organik dan didukung oleh factor-faktor lain seperti nisbah C/N, suhu, pH
tanah, pH air, kedalaman dan kecerahan maka dapat menambah bakteri
fitoplankton untuk dapat mengoksidasi bahan organic, selama ada bahan
organic selama itu pula proaes dekomposisi berlangsung.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan, analisa dan pembahasan dapat diambil
kesimpulan:
2. Jar Test yang dilakukan untuk mengolah air bersih menggunakan
koagulan TVC dipengaruhi oleh pH, alkalinitas air, TDS, dan juga bahan
organik dalam air.
3. Nilai alkalinity korelasi yang didapat dari sampel yang diuji pada
penambahan TVC 0, 4, 6, 8, dan 10 ml secara berturut turut pada p-
alkalinity yaitu seluruh nya 0 ppm sedangkan pada m-alkalinity yaitu
masing masing 60, 44, 36, 32, 30 ppm. Nilai pH yang didapat dari
penambahan TVC 0, 4, 6,8 , dan 10 secara berturut turut yaitu 6,8 ; 6,6;
6,5 ; 6,3 ; dan 6,2.
4. Koagulan berfungsi untuk menjernihkan air dimana koagulan akan
mengikat dan membentuk flok flok melalui agitasi dengan kecepatan
tertentu.
5. Dari analisa dengan penambahan larutan, kadar bahan organik pada
sampel air sungai, setelah penambahan TVC 0 4, 6, 8, dan 10 secara
berturut turut yaitu 54,32 ; 22,732 ; 5,065 ; 15,168 ; dan 21,448 ppm.
6. Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dipastikan bahwa semua
sampel yang digunakan tidak layak untuk digunakan karena melebihi
standar kualitas air menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 32 tahun 2017 mengenai standar baku mutu kesehatan
lingkungan dan persyaratan kesehatan air adalah sebesar 10 mg/L.
7. Metode analisis kadar bahan organik yang digunakan dalam air
ditetapkan sebagai angka permanganat, melalui metode permanganometri
dimana angka permanganat berfungsi untuk mengoksidasi sempurna
seluruh zat organik berdasarkan reaksi redoks yang dialami.
34
5.2 Saran
Sebaiknya sample yang di uji lebih variasi lagi seperti air RO yang
sering di komsumsi oleh mahasiswa PTKI sekitar nya, supaya mahasiwa
dapat mengetahui alayak atau tidak air yang ia komsumsi setiap hari.
35
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2014. Kimia Lingkungan. Jakarta : Penerbit Andi.
Ghufran, M.. dan Andi Baso. 2010. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budi Daya
Perairan. Jakarta : Rineka Cipta
Sihombing, Juna. 2020. Praktikum Pengolahan Air dan Limbah Industri. Medan
:PTKI.
Suriawiria, Unus.2005. Air Dalam Kehidupan Dan Lingkungan Yang
Sehat.Bandung : Penerbit PT Alumni.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: KANISIUS
Mahida, U. N. 1984. Pecemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta:
C.V. Rajawali
Yuningsih, Hartati Dwi. 2014. Hubungan Bahan Organik Dengan Produktivitas Perairan
Pada Kawasan Tutupan Eceng Gondok, Perairan Terbuka Dan Keramba
Jaring Apung Di Rawa Pening Kabupaten Semarang Jawa Tengah.
Diponegoro: Universitas Diponegoro.
36