Disusun Oleh:
Kelompok VI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup. Sumber air bisa
berasal dari air laut, air permukaan, dan air tanah.. Air sangat dibutuhkan disetiap sektor
industri termasuk pemanfaatan untuk kebutuhan energi dan pemanasan. Kebutuhan energi dan
pemanasan di industri umumnya dipenuhi dengan cara memanfaatkan steam yang dibangkitkan
pada suatu ketel (boiler). Pada umumnya air sungai banyak mengandung padatan tersuspensi
yang menyebabkan air terlihat keruh, sedangkan air tanah biasanya banyak mengandung logam
Fe dan Mn. Polutan yang mencemari suatu badan air bisa berasal dari limbah domestik atau
limbah industri
Agat dapat memenuhi baku mutu, indutri harus menetapkan prinsip pengendalian air
limbah secara cermat dan terpadu, baik dalam proses produksi (in pipe pollution prevention)
ataupun setelah proses produksi (end pipe pollution). Pengendalian dalam proses produksi
bertujuan untuk meminimalkan volume air limbah dan reduksi toksisitas kontaminan, sedangkan
pengendalian setela proses produksi bertujuan untuk menurunkan kadar bahan pencemar sehingga
memenuhi standar baku mutu.
Salah satu proses pengolahan air secara fisik adalah dengan reverse osmosis (RO), dimana
air dimurnikan dari pengotor-pengotornya menggunakan membrane semipermiabel. Dengan
adanya proses penyaringan bertekanan tinggi membran ini berfungsi untuk membuang berbagai
kotoran, partikel garam, bahan mikro, bakteri, virus dan sebagainya. Sehingga menjadikan sistem
Reverse Osmosis (RO) sebagai metode pengolahan air bersih yang paling efektif. Membran ini
sering disebut dengan nama membran RO.
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja membran ditentukan oleh fluks dan rejeksi. Fluks adalah laju volumetrik permeate
per satuan luas membrane (L/m2/hr) sedangkan rejeksi adalah kemampuan suatu membrane untuk
menahan suatu komponen tertentu. Kemampuan rejeksi membran reverse osmosis tergantung
kepada muatan ionik, berat molekul, derajat dissosiasi, percabangan rantai, derajat hidrasi, dan
polaritas. Parameter proses fluks permeat dan rejeksi membrane dipengaruhi oleh tekanan,
temperatur, recovery, konsentrasi solut, dan pH (Fritzmann et al, 2007; Greenlee et al, 2009)
Pada proses pemisahan menggunakan RO, membran akan mengalami perubahan karena
memampat dan menyumbat (fouling). Pemampatan atau fluks merosot itu serupa dengan
perayapan plastic atau logam ketika terkena beban tegangan kompresi. Makin besar tekanan dan
suhu biasanya membran makin mampat dan menjadi tidak reversible. Normalnya membran
bekerja pada suhu 21-35 derajat Celcius. Fouling membran dapat diakibatkan oleh zat-zat dalam
air baku seperti kerak, pengendapan koloid, oksida logam, bahan organik dan silika. Oleh sebab
itu cairan yang masuk ke proses reverse osmosis harus terbebas dari partikel-partikel besar agar
tidak merusak membran. Pada prakteknya, cairan sebelum masuk ke proses reverse osmosis
dilakukan serangkaian pengolahan terlebih dahulu, biasanya dilakukan pre-treatment dengan
koagulasi dan flokulasi yang dilanjutkan dengan adsorbsi karbon aktif dan mikrofiltrasi.
Proses RO dikenal juga sebagai proses hiperfiltrasi, sebab tekanan yang dibutuhkan untuk
melewatkan umpan lebih besar dari tekanan osmosis umpan sebelum umpan dilewatkan melalui
membran. Umumnya tekanan operasi yang diperlukan minimal tiga kali lipat dari tekanan
osmosis larutannya, yakni berkisar antara 10-100 bar dengan batasan fluks sebesar 0,05-1,4 L/m2
jam (Mulder, 1996 dalam Adha, 2014). Membran ini memiliki suatu lapisan tidak berpori yang
tidak terdeteksi oleh SEM. Dengan kata lain struktur model membran yang digunakan bersifat
dense skin layer.
Sistem RO umumnya terdiri dari 4 proses, yaitu :
1. Pengolahan Awal (pretreatment) Air umpan terlebih dahulu diolah agar sesuai dengan
kondisi membran dengan menghilangkan padatan tersuspensi, menyesuaikan pH operasi
dan menambahkan inhibitor untuk control scaling yang disebabkan konstituen-konstituen
seperti kalsium sulfat.
2. Pemberian Tekanan Air umpan yang sudah diolah dinaikkan tekanannya dengan pompa
sampai tekanan operasi yang diinginkan agar sesuai dengan membran dan kadar garam
air umpan.
3. Separasi Membran. Membran semipermeabel menghambat jalannya air umpan yang
melewatinya. Air hasil keluaran dari membran berupa air bersih yang disebut permeate,
dan yang tertahan pada membran disebut concentrate. Namun, karena tidak ada membran
yang dapat bekerja 100% sempurna, maka ada sebagian kecil garam yang masih dapat
melewati membran.
4. Stabilisasi Air hasil keluaran membran (air produk) biasanya disesuaikan pHnya terlebih
dahulu sebelum ditransfer ke sistem distribusi. (Maulana, dkk , 2009).
Dalam proses filtrasi dengan menggunakan membran reverse osmosis, terdapat beberapa
faktor-faktor yang saling berkaitan sehingga akan mempengaruhi pula kualitas air hasil filtrasi.
1) Tekanan
Menurut Heitmann (1990) dalam Yusuf,dkk (2009), tekanan mempengaruhi laju alir
bahan pelarut yang melalui membran itu. Laju alir meningkat dengan terus meningkatnya
tekanan, dan mutu air olahan (permeate) juga semakin meningkat. Tekanan memegang
peranan penting bagi laja permeate yang terjadi pada proses membran. Semakin tinggi
tekanan suatu membran, maka semakin besar pula fluks yang dihasilkan permeate (Nassa
dan Dewi, 2004).
2) Temperatur/suhu
Standar temperatur yang digunakan dari 70F (21C), tetapi umumnya yang digunakan
mulai dari 85F (29C) (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk, 2009).
3) Kepadatan/kerapatan membrane.
Semakin rapat membran, maka semakin baik air olahan yang dihasilkan (Eckenfelder,
2000 dalam Yusuf,dkk, 2009),
4) Flux (fluks)
5) Gerakan air yang terus menerus. Untuk menentukan fluks dapat diperoleh dengan
menghitung laju alir permeate per satuan luas membran (Nassa dan Dewi, 2004).
6) Ketahanan Membran
Membran hanya dapat bertahan sebentar (akan cepat rusak) apabila terlalu banyak
komponen – komponen yang tidak diinginkan ikut masuk di dalam air umpan, seperti
bakteri, jamur, phenol, dan bahkan nilai pH terlalu tinggi/rendah. Biasanya membran dapat
bertahan selama 2 tahun dengan perubahan pada efisiensinya (Eckenfelder, 2000 dalam
Yusuf, dkk, 2009).
7) pH
pH pada membran yang sering digunakan memiliki batasan operasi antara 6 – 7,7 9)
Kekeruhan (Turbidity) Reverse Osmosis digunakan untuk memindahkan/menyingkirkan
kekeruhan dari air umpan (air masuk). (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk, 2009).
𝑪𝒎−𝑪𝒑
%𝑹 = 𝒙𝟏𝟎𝟎% (Geankoplis, 1993)
𝑪𝒎
Dimana :
Cm = konsentrasi zat terlarut di aliran influen
Cp = konsentrasi zat terlarut di aliran effluent (permeat)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Alat
1. Alat reverse osmosis
2. Turbidity meter
3. DHL dan TDS meter
4. Gelas kimia
5. pH meter
6. Gelas ukur
3.1.2 Bahan
1. Air Keran