Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

REVERSE OSMOSIS
Laporan ini dikumpulkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum
Pengolahan Limbah Industri

Disusun Oleh :
Taufik Fatur Rahman 201411028
Wahyudin RR 201411029
Yohana Tiosari BR S 201411030
Zidni Zakiyyah Ahmad 201411031

Dosen Pengampu : Iwan Ridwan, S.T., M.T., Dr.Eng.


Tanggal Pelaksanaan Praktikum : Senin, 29 Agustus 2022
Kelompok/Kelas : 8/3A D3 - Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1. Memahami proses pemisahan kation dan mineral lainnya dalam air baku dengan sistem
reverse osmosis
2. Membuat kurva hubungan antara waktu terhadap kadar zat terlarut (solute) di aliran
permeat dan konsentrat
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Reverse Osmosis
Reverse Osmosis (RO) adalah suatu metode penyaringan yang dapat menyaring
berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada
larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring).
Proses tersebut menjadikan zat terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga
zat pelarut murni bisa mengalir ke lapisan berikutnya. Membran seleksi itu harus bersifat
selektif atau bisa memilah yang artinya bisa dilewati zat pelarutnya (atau bagian lebih
kecil dari larutan) tapi tidak bisa dilewati zat terlarut seperti molekul berukuran besar dan
ion-ion. Besarnya pori dari membran RO mencapai 0.0001 Mikron (ukuran bakteria 0.2
sampai 1 Mikron, dan virus antara 0.02 sampai 0,4 Mikron). Unit RO mampu untuk
menyingkirkan sebagian besar bahan kimia non organik seperti garam, metal, dan
mineral. RO efektif untuk menyingkirkan kontaminan yang menyangkut kesehatan
seperti arsenic, asbestos, atrazine (herbisida/pesticida), fluoride, lead, mercury, nitrate,
dan radium, dll.

Proses Reverse Osmosis adalah proses perpindahan massa larutan (solution) melalui
pori dalam filter atau membran semipermeabel dengan menggunakan driving force
berupa perbedaan tekanan yang melebihi tekanan osmosisnya. Proses ini mensyaratkan
bahwa tekanan tinggi akan diberikan pada sisi konsentrasi tinggi membran, biasanya 2-
17 bar (30-250 psi) untuk air tawar dan payau, dan 40-82 bar (600-1200 psi) untuk air
laut, yang memiliki sekitar 27 bar (390 psi) tekanan osmotik alam yang harus diatasi.

2.2 Prinsip Kerja Reverse Osmosis


Prinsip dasar reverse osmosis adalah memberi tekanan hidrostatik yang melebihi
tekanan osmosis larutan sehingga pelarut dalam hal ini air dapat berpindah dari larutan
yang memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi ke larutan yang memiliki konsentrasi zat
terlarut rendah.
Gambar 2.1 Proses Reverse Osmosis (Santoso, 2009)
Proses Reverse Osmosis menggerakkan air dari konsentrasi kontaminan yang
tinggi (sebagai air baku) menuju penampungan air yang memiliki konsentrasi
kontaminan sangat rendah. Dengan menggunakan air bertekanan tinggi di sisi air baku,
sehingga dapat menciptakan proses yang berlawanan (reverse) dari proses alamiah
osmosis. Dengan tetap menggunakan membran semi-permeable maka hanya akan
mengijinkan molekul air yang melaluinya dan membuang bermacam-macam kontaminan
yang terlarut. Proses spesifik yang terjadi dinamakan ion eksklusi, dimana sejumlah ion
pada permukaan membran sebagai sebuah pembatas mengizinkan molekul-molekul air
untuk melaluinya seiring melepas substansi-substansi lain.

Gambar 2.2 Modul membran spiral wound (Ariyanti,2011)


Pada aplikasi reverse osmosis, konfigurasi modul membran yang digunakan
yaitu spiral wound. Pada konfigurasi spiral wound dua buah lembaran membran
dipisahkan oleh saluran kolektor permeat dan membentuk daun (leaf). Beberapa
lembaran leaf kemudian digulung mengelilingi tabung permeat plastik. Tabung ini
merupakan tabung berlubang yang berfungsi untuk mengumpulkan permeat dari leaf. Air
umpan/ brine mengalir pada elemen secara aksial masuk melalui feed spacer lalu keluar
melalui keluaran brine secara paralel menuju permukaan membran.
2.3 Penerapan dan Aplikasi Reverse Osmosis di Industri
Berikut merupakan beberapa aplikasi penggunaan Reverse Osmosis di industry:

1. Desalinasi (desalination) air payau (brackish) dan air laut (sea water)
2. Demineralisasi untuk air umpan boiler (Boiler Feed Water)
3. Pemisahan protein dari whey
4. Treatment khusus untuk industri kimia, makanan, tekstil dan kertas

2.4 Analisis Koefisien Rejection R)


Untuk menentukan keberhasilan proses pemisahan dengan cara tersebut, maka
dapat dilakukan dengan cara menentukan koefisien rejection (R) yang menyatakan
hubungan antara konsentrasi atau kadar garam di aliran influent dan di aliran effluent
(permeat) yang ditulis sebagai berikut:

Keterangan:
Cm = konsentrasi zat terlarut di aliran influen
Cp = konsentrasi zat terlarut di aliran permeat.
Semakin besar nilai R, maka proses pemisahan semakin baik, artinya permeat
semakin murni. Efisiensi penyisihan membran RO yang tinggi menyebabkan terjadinya
penyisihan mineral-mineral alami pada air baku.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Reverse Osmosis


Proses reverse osmosis memerlukan beberapa parameter agar filtrasi berjalan dengan
baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses filtrasi diantaranya sebagai berikut:

1) Tekanan
Menurut Heitmann (1990) dalam Yusuf,dkk (2009), tekanan mempengaruhi
laju alir bahan pelarut yang melalui membran itu. Laju alir meningkat dengan terus
meningkatnya tekanan, dan mutu air olahan (permeate) juga semakin meningkat.
Tekanan memegang peranan penting bagi laju permeate yang terjadi pada proses
membran.
2) Temperatur/suhu
Standar temperatur yang digunakan dari 70 oF (21 oC), tetapi umumnya yang
digunakan mulai dari 85 oF (29 oC) (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk, 2009).
3) Kepadatan/kerapatan membrane
Semakin rapat membran, maka semakin baik air olahan yang dihasilkan
(Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf,dkk, 2009).
4) Flux (fluks)
Gerakan air yang terus menerus. Untuk menentukan fluks dapat diperoleh
dengan menghitung laju alir permeate per satuan luas membran (Nassa dan Dewi,
2004).
5) Salt Rejection (rejeksi garam-garaman)
Garam rejeksi tergantung dari tipe dan karakteristik pemilihan membran.
Namun juga sangat tergantung pada kondisi operasi, konsentrasi larutan umpan dan
debit aliran. Nilai rejeksi merupakan angka mutlak (Nassa dan Dewi, 2004).
Umumnya nilai rejeksi dari 85 – 99,5% dengan 95% yang lebih sering digunakan
(Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk, 2009).
6) Ketahanan Membran
Membran hanya dapat bertahan sebentar (akan cepat rusak) apabila terlalu
banyak komponen – komponen yang tidak diinginkan ikut masuk di dalam air umpan,
seperti bakteri, jamur, phenol, dan bahkan nilai pH terlalu tinggi/rendah. Biasanya
membran dapat bertahan selama 2 tahun dengan perubahan pada efisiensinya
(Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk, 2009).
7) pH
pH pada membran yang sering digunakan memiliki batasan operasi antara 6 –
7,7 (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk, 2009).
8) Kekeruhan (Turbidity)
Reverse Osmosis digunakan untuk memindahkan/menyingkirkan kekeruhan
dari air umpan (air masuk) (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk, 2009).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat yang digunakan
Berikut alat-alat yang digunakan pada percobaan Reverse Osmosis:

No. Nama Alat Gambar


1. Serangkaian alat reverse
osmosis

2. Gelas ukur 50 mL, 100 mL,


dan 400 mL

3. Botol Semprot

4. Konduktometer dan TDS


Meter

5. Stopwatch

Tabel 3.1 Alat percobaan Reverse Osmosis


3.1.2 Bahan yang diperlukan
Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah:
1. Air
3.2 Prosedur Percobaan
Berikut adalah flowchart prosedur percobaan pada praktikum reverse osmosis:

Start

Mempelajari alat reverse


osmosis dan memeriksa
semua aliran (influen,
permeat, dan konsentrat)

Membuka semua
valve di aliran
influent

Menyalakan alat
reverse osmosis

Mencatat
tekanan

Mengukur DHL
dan TDS di
aliran umpan

Setelah aliran berjalan normal,


ukur DHL dan TDS pada aliran
permeat dan konsentrat dengan
selang periode 10 menit

Mengukur laju alir


permeat, konsentrat,
dan laju alir umpan

Hasil aliran permeat


ditampung sedangkan
aliran konsentrat di buang

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Percobaan Reverse Osmosis


BAB 4
DATA PENGAMATAN
Berikut disajikan tebel data umpan pada praktikum reverse osmosis:

Data Umpan
Waktu Laju Alir Konsentrasi Konsentrasi
(menit) (L/menit) TDS (mg/L) DHL (uS/cm)
10 0,503 183,1 202
60 0,544 176 254,9
120 0,557 180,4 235,2
Rata-rata 0,535 179,8 230,7
Tabel 4.1 Data Umpan
Laju alir umpan dihasilkan dari perhitungan neraca massa sederhana, dimana laju alir
permeat ditambah dengan laju alir konsentrat yang nilai lajunya berada pada tabel data hasil
pengamatan di bawah. Hal, ini dikarenakan laju alir umpan tidak dapat dihitung secara
langsung karena sudah tertanam pada kran keluaran air.
Data pengamatan yang didapatkan dari hasil praktikum reverse osmosis disajikan pada table
dibawah:
Konsentrasi di aliran
Permeat Konsentrat Laju alir Laju alir Teknan Tekanan
Waktu
Permeat Konsentrat gauge absolut
(menit) TDS DHL TDS DHL (L/menit) (L/menit) (mPa) (mPA)
(mg/L) (uS/cm) (mg/L) (uS/cm)
10 9,968 21,44 248,6 270 0,028 0,475 0,56 1,56
20 8,366 16,2 250,5 497,6 0,68 1,68
30 7,667 14,7 252,4 506,3 0,69 1,69
40 7,95 14,63 253,4 509,8 0,7 1,7
50 7,933 13,97 254,4 512,8 0,71 1,71
60 7,699 14,26 254,5 516,3 0,036 0,508 0,73 1,73
70 7,123 13,53 259,6 521,8 0,75 1,75
80 6,562 12,64 250,6 498,8 0,64 1,64
90 5,816 10,7 255,5 495,6 0,78 1,78
100 5,36 9,912 255,9 504,5 0,79 1,79
110 5,291 9,729 257,5 507,8 0,79 1,79
120 5,284 9,587 258,9 495,5 0,04 0,517 0,79 1,79
130 5,034 9,452 260,1 494,9 0,79 1,79
140 5,076 9,27 262,8 499,9 0,8 1,8
Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan
Laju alir permeat dan laju alir konsentrat hanya diambil di tiga titik saja. Pengukuran dilakukan
dengan mengambil volume air yang keluar setiap aliran dan membaginya terhadap waktu yang
sudah ditentukan.
BAB 5
PENGOLAHAN DATA
5.1 Efisien Pemisahan (%Reject)
𝐶𝑚−𝐶𝑝
%R = 𝑥 100%
𝐶𝑚

%R pada 10 menit pertama


𝐶𝑚−𝐶𝑝
%R = 𝑥 100%
𝐶𝑚
179,8− 9,968
%R = 𝑥 100%
179,8

%R = 94,55%
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat dibuat tabel hasil perhitungan sebagai
berikut untuk nilai efisien pemisahan terhadap waktu
TDS (mg/L)
Waktu
Aliran Aliran %Reject
(menit)
Umpan/Influen Permeat
10 9,968 94,45
20 8,366 95,35
30 7,667 95,74
40 7,95 95,59
50 7,933 95,59
60 7,699 95,72
70 7,123 96,04
179,8
80 6,562 96,36
90 5,816 96,76
100 5,36 97,02
110 5,291 97,06
120 5,284 97,06
130 5,034 97,20
140 5,034 97,20
Rata-rata 96,22

Tabel 5.1. Hasil perhitungan nilai efisiensi pemisahan TDS di setiap waktu
DHL (μS/cm) Teknan
Waktu
Aliran Aliran %Reject absolute
(menit)
Umpan/Influen Permeat (mPa)
10 21,44 90,71 1,56
20 16,2 92,98 1,68
30 14,7 93,63 1,69
40 14,63 93,66 1,7
50 13,97 93,94 1,71
60 14,26 93,82 1,73
70 13,53 94,14 1,75
230,7
80 12,64 94,52 1,64
90 10,7 95,36 1,78
100 9,912 95,70 1,79
110 9,729 95,78 1,79
120 9,587 95,84 1,79
130 9,452 95,90 1,79
140 9,27 95,98 1,8
Rata-rata 94,43

Tabel 5.2. Hasil perhitungan nilai efisiensi pemisahan DHL di setiap waktu
5.2 % Recovery Air
𝐿
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑒𝑎𝑡 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
% 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑖 𝐴𝑖𝑟 = × 100%
𝐿
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

Berdasarkan persamaan diatas maka diperoleh hitungan nilai recovery air


sebagai berikut:

Laju alir Laju alir


Waktu %Recovery
umpan permeat
(menit) air
(L/menit) (L/menit)
10
20
30 0,503 0,028 5,57
40
50
60
70
80
0,544 0,036 6,62
90
100
110
120
130 0,557 0,04 7,18
140
Rata-Rata 6,46

Tabel 5.3. Hasil Persen Rata-Rata Recovery Air

5.3 Grafik Hubungan Waktu Operasi terhadap Konsentrasi TDS di Aliran Permeat
dan Konsentrat

Aliran Permeat

12

10

8
TDS (mg/L)

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (menit)

Gambar 5.3. Hubungan Waktu Operasi terhadap TDS aliran permeat

Aliran Konsentrat

264
262
260
258
TDS (mg/L)

256
254
252
250
248
246
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (menit)

Gambar 5.4. Hubungan Waktu Operasi terhadap TDS aliran konsentrat


5.4 Grafik Hubungan Waktu Operasi terhadap Konsentrasi DHL di Aliran Permeat
dan Konsentrat

25 Aliran Permeat

20
DHL (uS/cm)

15

10

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (menit)

Gambar 5.5. Hubungan Waktu Operasi terhadap DHL aliran permeat

600 Aliran Konsentrat

500

400
DHL (uS/cm)

300

200

100

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (menit)

Gambar 5.6. Hubungan Waktu Operasi terhadap DHL aliran konsentrat


BAB 6
PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang sudah dilaksanakan, Reverse Osmosis merupakan salah
satu metode pengolahan air limbah di tahapan terakhir karena menggunakan membrane semi
permeable ataupun selektif dengan ukuran yang sangat kecil sekitar 0,0001 mikron dan
penambahan tekanan sebagai driving force, sehingga dapat memisahkan air dari komponen
yang tidak diinginkan dan akan dihasilkan air dengan kemurnian yang tinggi. Kompenen yang
tidak diinginkan akan tertahan disisi lain membrane. Untuk mendapatkan kemurnian air yang
tinggi dan untuk menjaga performa alat reverse osmosis, umpan yang masuk ke dalam alat
tersebut harus dilakukan pre-treatment terlebih dahulu untuk menyaring partikel yang cukup
besar dan pada RO yang digunakan saat praktikum, terdapat tiga tabung pre-treatment yang
sudah cukup untuk menyaring partikel yang cukup besar tersebut.
Air umpan yang di treatment menggunakan reverse osmosis memiliki kadar TDS 179,8
mg/L dan DHL 230,7μS/cm. Hasil uji tersebut menunjukan bahwa kandungan TDS dan DHL
air umpan belum memenuhi standar air aquades. Standar mutu untuk TDS air aquades
maksimal 10 mg/L dan DHL maksimal 1,3 mS/cm. Praktikum ini menggunakan variasi waktu
10 sampai 140 menit. Produk air umpan yang telah melalui proses reverse osmosis dievaluasi
tentang pengaruh tekanan dan waktu operasi terhadap tingkat penurunan konsentrasi TDS dan
DHL.

6.1 Hubungan Waktu Operasi terhadap Konsentrasi TDS di Aliran Permeat dan
Konsentrat
a. Hubungan Waktu Operasi terhadap Konsentrasi TDS di Aliran Permeat
Berdasarkan gambar 5.3 menunjukan bahwa semakin lama waktu operasi maka
kadar TDS akan semakin kecil. Hal ini disebabkan karena saat awal pengoperasian
masih merupakan tahap penyesuaian dan membrane yang masih baru memiliki
ukuran pori membran yang masih besar rmembuat zat padatan yang seharusnya
menempel dipermukaan membran lolos. Namun seiring dengan berjalannya waktu
operasi kondisi alat telah stabil dan air yang telah melewati membrane membentuk
suatu cake pada permukaan membran, sehingga apabila air yang mengandung zat
padat melewati pori membran akan tersangkut oleh cake tersebut dan hanya sedikit
zat terlarut yang dapat lolos mengikuti produk. Selain itu semakin lama waktu
operasi yang dibutuhkan oleh air untuk melewati rangkaian alat reverse osmosis
menyebabkan waktu kontak dengan media filter akan semakin lama dan produk yang
dihasilkan akan semakin baik. (Hermawan et al., n.d.)
b. Hubungan Waktu Operasi terhadap Konsentrasi TDS di Aliran Konsentrat
Berdasarkan gambar 5.4 menunjukan semakin lama proses reverse osmosis
mengakibatkan semakin meningkat nilai TDS pada aliran konsentrat. Hal tersebut
dikarenakan padatan terlarut yang tertahan pada aliran konsentrat tidak bisa
menembus membrane semipermeable. Namun terjadi penurunan pada saat waktu 80
menit hal tersebut dikarenakan terjadinya penurunan tekanan operasi pada waktu 70
menit sampai 80 menit yang menyebabkan konsentrasi TDS menurun di aliran
konsentrat.

6.2 Hubungan Tekanan terhadap Konsentrasi TDS dan DHL


Pada hasil percobaan yang kami lakukan, pada saat 10 menit pertama hingga titik
ke 70 menit, tekanan operasi terus meningkat (1,56-1,75 mpa), tetapi saat waktu ke 80
menit tekanan operasi alat tiba-tiba turun ke 1,64 mpa serta tidak stabil dan berlansung
selama kurang lebih dua menit, dan kembali naik secara perlahan hingga kembali pada
tekanan saat menit ke 70 dan terus naik hingga menit ke 140 (1,78-1,8 mpa). Meskipun
terjadi penurunan tekanan yang tiba-tiba tetapi nilai konsentrasi TDS di aliran permeat
relatif menurun pada grafik, sehingga hal ini sesuai dengan hasil percobaan yang sudah
dilakukan oleh Hermawan,dkk dan chairunissa, dkk. Disisi lain, konsentrasi TDS pada
aliran konsentrat relatif naik karena molekul atau spesi tertentu tertahan disisi membrane
dan teralirkan ke aliran konsentrat, tetapi saat tekanan turun(menit ke 80), nilai TDS nya
pun turun dari nilai TDS sebelumnya artinya ada padatan yang kembali lolos dari
membrane, namun saat waktu itu pula nilai konsentrasi TDS di aliran permeat tetap turun,
seharusnya konsentrasinya naik. Hal ini dapat disebabkan pengukuran nilai TDS aliran
permeat yang kurang teliti dan tidak dilakukan secara duplo.
Untuk konsentrasi DHL di aliran permeat dapat ditujukan pad grafik relatif
mengalami penurunan, dan konsentrasi DHL di aliran konsetrat pun relatif mengalami
kenaikan tetapi mengalamin penurunan dan kenaikan setelah adanya penurunan tekanan
yang secara tiba-tiba. Nilai DHL (Daya Hantar Listrik) harusya berbanding lurus dengan
nilai TDS karena padatan yang terkandung pada hasil RO merupakan ion ion positif dan
juga negative dari molekul yang terionisasi yang mana jika semakin banyak terkandung
maka kemampuan dalam menghantrakan listriknya semakin tinggi.
6.3 Hubungan Tekanan terhadap Laju Alir Permeat dan Konsentrat
Laju alir permeat mengalami kenaikan yang cukup kecil tetapi laju alir konsetrat
nya mengalami kenaikan. Berdasarkan hasil penelitian dari Naidu, dkk (2015), Dari
grafik hubungan antara tekanan terhadap laju alir permeat dan konsetrat, ketika tekanan
semakin besar maka laju alir permeat akan semakin naik walaupun tidak terlalu
signifikan dan laju alir konsentrat akan semkin turun cukup signifikan. Hal ini
disimpulkan oleh Naidu bahwa performa dari membrane adalah baik. Hail percobaan
tidak sesuai dengan penelitian tesebut sehingga membrane yang digunakan sudah kurang
baik sehingga perlu diganti.

6.4 Hubungan Waktu Operasi terhadap Konsentrasi DHL di Aliran Permeat dan
Konsentrat
Daya hantar listrik (DHL) atau konduktivitas adalah ukuran seberapa kuat suatu
larutan dapat menghantarkan listrik. Semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat
terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Besarnya nilai DHL bergantung kepada
kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total maupun relatifnya.

Dari gambar 5.5 dan gambar 5.6 menunjukan DHL pada aliran permeat semakin
menurun seiring dengan berjalannya waktu. Semakin lama proses osmosis
mengakibatkan DHL semakin menurun yang menandakan semakin kecil ion yang
terkandung dalam permeat. Sedangkan pada aliran konsentrat dapat dilihat dari kurva
bahwa semakin lama waktu proses reverse osmosis nilai DHL pada aliran konsentrat
semakin meningkat. Hal ini dikarenakan kandungan ion yang tertahan pada aliran
konsentrat tidak bisa menembus membrane semipermiabel yang banyak mengandung
ion/kation. Dari hasil percobaan terdapat beberapa titik yang mengalami fluktuasi yang
disebabkan tekanan operasi osmosis tidak stabil sehingga laju alir air umpan tidak
konstan. Ketika semakin besar tekanan yang diberikan maka konduktivitas umpan yang
melewati membran akan semakin berkurang, hal ini karena konsenterasi suatu zat terlarut
dipengaruhi oleh tekanan osmotiknya.

6.5 Nilai %Rejection sebagai parameter tingkat penolakan garam


Persen rejection menyatakan hubungan antara konsentrasi atau kadar garam
dialiran influen dan efluen. Tingkat penolakan garam (% reject) dapat menentukan
seberapa besar persentasi garam terlarut yang dapat melewati membran reverse osmosis.
Perhitungan ini berdasarkan perbandingan jumlah kontaminan garam dalam air umpan
(feed water) dengan jumlah kontaminan garam didalam air produk (permeate) pada
sistem membrane RO. Standar industry untuk % rejection adalah >70%. Nilai rata-rata
%rejection rate untuk TDS didapatkan nilai sebesar 96,22% dan untuk DHL sebesar
94,43%. Hal ini mengindikasikan bahwa efisiensi alat reverse osmosis masih dalam
keadaan sangat baik.

6.6 Persen Recovery Air ditinjau dari aliran permeat


Persen Recovery merupakan perbandingan antara laju alir permeat terhadap laju
alir umpan. Nilai recovery air menunjukan presentase jumlah air yang menjadi hasil. Dari
percobaan, nilai rata-rata % recovery air yang didapat sebesar 6,45% dan sisanya menjadi
air buangan. Nilai ini tergolong kecil sehingga dapat dikatakan kurang efisien.

6.7 Komparasi Kondisi Akhir Operasi dengan Kondisi Standar Baku Mutu Air
Demineral Menurut SNI 01-3553-2006 dan SNI 01-6241-2000
• Parameter Kondisi Standar Baku Mutu Air Demineral
Standar
Parameter Sumber
Mutu
Maks. SNI 01-
TDS
10 mg/L 3553-2006
1,3 SNI 01-
DHL
mS/cm 6241-2000
Tabel 6.1 Parameter Kondisi Standar Baku Mutu Air Demineral

• Kondisi Air di Akhir Operasi pada alat Reverse Osmosis


Parameter Nilai Rata-Rata
TDS 6,792 mg/L
DHL 0,012858 mS/cm
Tabel 6.2 Kondisi Air di Akhir Operasi pada Reverse Osmosis
Dari 2 parameter diatas, didapat konklusi bahwa kondisi akhir yang
diharapkan sesuai dengan standar baku mutu air hasil proses. Proses reverse osmosis
yang telah dilakukan juga dapat dikatakan memenuhi kriteria baku mutu.
BAB 7
KESIMPULAN
1. Konsep pemisahan kation dan mineral lainnya pada reverse osmosis yaitu melewatkan
air umpan pada membrane dan memberikan tekanan sehingga padadatan terlarut akan
tersaring pada salah satu sisi membrane dan sisi lainnya tempat keluarnya permeat
dimana aliran permeat memiliki konsentrasi padatan terlarut lebih kecil dibandingkan
aliran konsentrat.
2. Di aliran konsentrat, konsentrasi TDS dan DHL cenderung meningkat seiring
berjalannya waktu yang ditunjukkan dengan peningkatan tren pada grafik. Hal ini
menunjukkan padatan terlarut dan mineral telah terpisahkan dari air umpan dan
terakumulasi di aliran konsentrat.
3. Di aliran permeat, konsentrasi TDS dan DHL cenderung menurun seiring berjalannya
waktu. Hal ini menandakan bahwa proses reverse osmosis berjalan dengan baik
sehingga dihasilkan air dengan kemurnian yang semakin tinggi setelah melalui proses.
4. Nilai rata-rata %rejection rate untuk TDS didapatkan nilai sebesar 96,22% dan untuk
DHL sebesar 94,43%. Hal ini mengindikasikan bahwa proses reverse osmosis berjalan
dengan baik dan efisiensi alat reverse osmosis masih dalam keadaan sangat baik
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, D., & Widiasa, I. N. (2011). Aplikasi teknologi Reverse Osmosis untuk pemurnian
air skala rumah tangga. Teknik, 32(3), 193-197.
Chairunissa, A. A., Prasetyo, D., & Mulyadi, E. (2021). Pembuatan Air Demineral
Menggunakan Membran Reverse Osmosis (RO) dengan Pengaruh Debit dan
Tekanan. Jurnal Teknik Kimia, 15(2), 66-72.
D. Ariyanti, I N. Widiasa. 2011. APLIKASI TEKNOLOGI REVERSE OSMOSIS UNTUK
PEMURNIAN AIR SKALA RUMAH TANGGA. Jurusan Teknik Kimia: Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
Etikasari, Y., Tuhu Agung, R., & Rudy, L. W. (2010). PENGARUH TEKANAN REVERSE
OSMOSIS PADA PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR
BERSIH. Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 2(1), 78-87.
Hermawan, R., Qomariyah, S., & Dewati, R. (2020). DEMINERAL AIR SUMUR DENGAN
PROSES REVERSE OSMOSIS UNTUK AIR UMPAN BOILER.
Jane Kucera . 2015. Reverse Osmosis Design, Processes and Applications for Engineers.
Canada: Scrivener Publishing.
L.D.Naidu, S.Saravanan, M.Chidambaran, dkk. (2015). Nanofiltration in Transforming
Surface water into Healthy Water: Comparison with Reverse Osmosis. Journal of
Chemistry.
Santoso, S. (2010). Analisis Logam Kromium (Cr), Timbal (Pb), dan Selenium (Se) Air Minum
dalam Kemasan Merek A yang di Proses secara Reverse Osmosis.
Singh, R. 2006. Hybrid Membrane Systems for Water Purification: Technology Systems Design
and Operations. Elsevier Science & Technology Books, 1-3.
Vivi Sofiah, et al. (2016). Kajian TDS dan DHL untuk menentukan tingkat pencemaran air
tanah dangkal disekitar lokasi TPA Leuwigajah Kabupaten Bandung Provinsi
Jawa Barat. Volume 2, No.1, Tahun 2016.
Widiasa. I.N. Wenten I.G. 2008. Pengaruh Perlakuan pH Umpan dan Recovery Factor
Terhadap Fluks dan Karakteristik Permeat Reverse osmosis Air Tawar.
Yusuf, I. R., Nelson, Y., & Lundquist, T. (2009). Removal of Boron from Produced Water by
Co-Precipitation/Adsorption for Reverse Osmosis Concentrate.

Anda mungkin juga menyukai