REVERSE OSMOSIS
Laporan ini dikumpulkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum
Pengolahan Limbah Industri
Disusun Oleh :
Taufik Fatur Rahman 201411028
Wahyudin RR 201411029
Yohana Tiosari BR S 201411030
Zidni Zakiyyah Ahmad 201411031
Proses Reverse Osmosis adalah proses perpindahan massa larutan (solution) melalui
pori dalam filter atau membran semipermeabel dengan menggunakan driving force
berupa perbedaan tekanan yang melebihi tekanan osmosisnya. Proses ini mensyaratkan
bahwa tekanan tinggi akan diberikan pada sisi konsentrasi tinggi membran, biasanya 2-
17 bar (30-250 psi) untuk air tawar dan payau, dan 40-82 bar (600-1200 psi) untuk air
laut, yang memiliki sekitar 27 bar (390 psi) tekanan osmotik alam yang harus diatasi.
1. Desalinasi (desalination) air payau (brackish) dan air laut (sea water)
2. Demineralisasi untuk air umpan boiler (Boiler Feed Water)
3. Pemisahan protein dari whey
4. Treatment khusus untuk industri kimia, makanan, tekstil dan kertas
Keterangan:
Cm = konsentrasi zat terlarut di aliran influen
Cp = konsentrasi zat terlarut di aliran permeat.
Semakin besar nilai R, maka proses pemisahan semakin baik, artinya permeat
semakin murni. Efisiensi penyisihan membran RO yang tinggi menyebabkan terjadinya
penyisihan mineral-mineral alami pada air baku.
1) Tekanan
Menurut Heitmann (1990) dalam Yusuf,dkk (2009), tekanan mempengaruhi
laju alir bahan pelarut yang melalui membran itu. Laju alir meningkat dengan terus
meningkatnya tekanan, dan mutu air olahan (permeate) juga semakin meningkat.
Tekanan memegang peranan penting bagi laju permeate yang terjadi pada proses
membran.
2) Temperatur/suhu
Standar temperatur yang digunakan dari 70 oF (21 oC), tetapi umumnya yang
digunakan mulai dari 85 oF (29 oC) (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk, 2009).
3) Kepadatan/kerapatan membrane
Semakin rapat membran, maka semakin baik air olahan yang dihasilkan
(Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf,dkk, 2009).
4) Flux (fluks)
Gerakan air yang terus menerus. Untuk menentukan fluks dapat diperoleh
dengan menghitung laju alir permeate per satuan luas membran (Nassa dan Dewi,
2004).
5) Salt Rejection (rejeksi garam-garaman)
Garam rejeksi tergantung dari tipe dan karakteristik pemilihan membran.
Namun juga sangat tergantung pada kondisi operasi, konsentrasi larutan umpan dan
debit aliran. Nilai rejeksi merupakan angka mutlak (Nassa dan Dewi, 2004).
Umumnya nilai rejeksi dari 85 – 99,5% dengan 95% yang lebih sering digunakan
(Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk, 2009).
6) Ketahanan Membran
Membran hanya dapat bertahan sebentar (akan cepat rusak) apabila terlalu
banyak komponen – komponen yang tidak diinginkan ikut masuk di dalam air umpan,
seperti bakteri, jamur, phenol, dan bahkan nilai pH terlalu tinggi/rendah. Biasanya
membran dapat bertahan selama 2 tahun dengan perubahan pada efisiensinya
(Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk, 2009).
7) pH
pH pada membran yang sering digunakan memiliki batasan operasi antara 6 –
7,7 (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk, 2009).
8) Kekeruhan (Turbidity)
Reverse Osmosis digunakan untuk memindahkan/menyingkirkan kekeruhan
dari air umpan (air masuk) (Eckenfelder, 2000 dalam Yusuf, dkk, 2009).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat yang digunakan
Berikut alat-alat yang digunakan pada percobaan Reverse Osmosis:
3. Botol Semprot
5. Stopwatch
Start
Membuka semua
valve di aliran
influent
Menyalakan alat
reverse osmosis
Mencatat
tekanan
Mengukur DHL
dan TDS di
aliran umpan
Selesai
Data Umpan
Waktu Laju Alir Konsentrasi Konsentrasi
(menit) (L/menit) TDS (mg/L) DHL (uS/cm)
10 0,503 183,1 202
60 0,544 176 254,9
120 0,557 180,4 235,2
Rata-rata 0,535 179,8 230,7
Tabel 4.1 Data Umpan
Laju alir umpan dihasilkan dari perhitungan neraca massa sederhana, dimana laju alir
permeat ditambah dengan laju alir konsentrat yang nilai lajunya berada pada tabel data hasil
pengamatan di bawah. Hal, ini dikarenakan laju alir umpan tidak dapat dihitung secara
langsung karena sudah tertanam pada kran keluaran air.
Data pengamatan yang didapatkan dari hasil praktikum reverse osmosis disajikan pada table
dibawah:
Konsentrasi di aliran
Permeat Konsentrat Laju alir Laju alir Teknan Tekanan
Waktu
Permeat Konsentrat gauge absolut
(menit) TDS DHL TDS DHL (L/menit) (L/menit) (mPa) (mPA)
(mg/L) (uS/cm) (mg/L) (uS/cm)
10 9,968 21,44 248,6 270 0,028 0,475 0,56 1,56
20 8,366 16,2 250,5 497,6 0,68 1,68
30 7,667 14,7 252,4 506,3 0,69 1,69
40 7,95 14,63 253,4 509,8 0,7 1,7
50 7,933 13,97 254,4 512,8 0,71 1,71
60 7,699 14,26 254,5 516,3 0,036 0,508 0,73 1,73
70 7,123 13,53 259,6 521,8 0,75 1,75
80 6,562 12,64 250,6 498,8 0,64 1,64
90 5,816 10,7 255,5 495,6 0,78 1,78
100 5,36 9,912 255,9 504,5 0,79 1,79
110 5,291 9,729 257,5 507,8 0,79 1,79
120 5,284 9,587 258,9 495,5 0,04 0,517 0,79 1,79
130 5,034 9,452 260,1 494,9 0,79 1,79
140 5,076 9,27 262,8 499,9 0,8 1,8
Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan
Laju alir permeat dan laju alir konsentrat hanya diambil di tiga titik saja. Pengukuran dilakukan
dengan mengambil volume air yang keluar setiap aliran dan membaginya terhadap waktu yang
sudah ditentukan.
BAB 5
PENGOLAHAN DATA
5.1 Efisien Pemisahan (%Reject)
𝐶𝑚−𝐶𝑝
%R = 𝑥 100%
𝐶𝑚
%R = 94,55%
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat dibuat tabel hasil perhitungan sebagai
berikut untuk nilai efisien pemisahan terhadap waktu
TDS (mg/L)
Waktu
Aliran Aliran %Reject
(menit)
Umpan/Influen Permeat
10 9,968 94,45
20 8,366 95,35
30 7,667 95,74
40 7,95 95,59
50 7,933 95,59
60 7,699 95,72
70 7,123 96,04
179,8
80 6,562 96,36
90 5,816 96,76
100 5,36 97,02
110 5,291 97,06
120 5,284 97,06
130 5,034 97,20
140 5,034 97,20
Rata-rata 96,22
Tabel 5.1. Hasil perhitungan nilai efisiensi pemisahan TDS di setiap waktu
DHL (μS/cm) Teknan
Waktu
Aliran Aliran %Reject absolute
(menit)
Umpan/Influen Permeat (mPa)
10 21,44 90,71 1,56
20 16,2 92,98 1,68
30 14,7 93,63 1,69
40 14,63 93,66 1,7
50 13,97 93,94 1,71
60 14,26 93,82 1,73
70 13,53 94,14 1,75
230,7
80 12,64 94,52 1,64
90 10,7 95,36 1,78
100 9,912 95,70 1,79
110 9,729 95,78 1,79
120 9,587 95,84 1,79
130 9,452 95,90 1,79
140 9,27 95,98 1,8
Rata-rata 94,43
Tabel 5.2. Hasil perhitungan nilai efisiensi pemisahan DHL di setiap waktu
5.2 % Recovery Air
𝐿
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑒𝑎𝑡 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
% 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑖 𝐴𝑖𝑟 = × 100%
𝐿
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
5.3 Grafik Hubungan Waktu Operasi terhadap Konsentrasi TDS di Aliran Permeat
dan Konsentrat
Aliran Permeat
12
10
8
TDS (mg/L)
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (menit)
Aliran Konsentrat
264
262
260
258
TDS (mg/L)
256
254
252
250
248
246
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (menit)
25 Aliran Permeat
20
DHL (uS/cm)
15
10
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (menit)
500
400
DHL (uS/cm)
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu (menit)
6.1 Hubungan Waktu Operasi terhadap Konsentrasi TDS di Aliran Permeat dan
Konsentrat
a. Hubungan Waktu Operasi terhadap Konsentrasi TDS di Aliran Permeat
Berdasarkan gambar 5.3 menunjukan bahwa semakin lama waktu operasi maka
kadar TDS akan semakin kecil. Hal ini disebabkan karena saat awal pengoperasian
masih merupakan tahap penyesuaian dan membrane yang masih baru memiliki
ukuran pori membran yang masih besar rmembuat zat padatan yang seharusnya
menempel dipermukaan membran lolos. Namun seiring dengan berjalannya waktu
operasi kondisi alat telah stabil dan air yang telah melewati membrane membentuk
suatu cake pada permukaan membran, sehingga apabila air yang mengandung zat
padat melewati pori membran akan tersangkut oleh cake tersebut dan hanya sedikit
zat terlarut yang dapat lolos mengikuti produk. Selain itu semakin lama waktu
operasi yang dibutuhkan oleh air untuk melewati rangkaian alat reverse osmosis
menyebabkan waktu kontak dengan media filter akan semakin lama dan produk yang
dihasilkan akan semakin baik. (Hermawan et al., n.d.)
b. Hubungan Waktu Operasi terhadap Konsentrasi TDS di Aliran Konsentrat
Berdasarkan gambar 5.4 menunjukan semakin lama proses reverse osmosis
mengakibatkan semakin meningkat nilai TDS pada aliran konsentrat. Hal tersebut
dikarenakan padatan terlarut yang tertahan pada aliran konsentrat tidak bisa
menembus membrane semipermeable. Namun terjadi penurunan pada saat waktu 80
menit hal tersebut dikarenakan terjadinya penurunan tekanan operasi pada waktu 70
menit sampai 80 menit yang menyebabkan konsentrasi TDS menurun di aliran
konsentrat.
6.4 Hubungan Waktu Operasi terhadap Konsentrasi DHL di Aliran Permeat dan
Konsentrat
Daya hantar listrik (DHL) atau konduktivitas adalah ukuran seberapa kuat suatu
larutan dapat menghantarkan listrik. Semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat
terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Besarnya nilai DHL bergantung kepada
kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total maupun relatifnya.
Dari gambar 5.5 dan gambar 5.6 menunjukan DHL pada aliran permeat semakin
menurun seiring dengan berjalannya waktu. Semakin lama proses osmosis
mengakibatkan DHL semakin menurun yang menandakan semakin kecil ion yang
terkandung dalam permeat. Sedangkan pada aliran konsentrat dapat dilihat dari kurva
bahwa semakin lama waktu proses reverse osmosis nilai DHL pada aliran konsentrat
semakin meningkat. Hal ini dikarenakan kandungan ion yang tertahan pada aliran
konsentrat tidak bisa menembus membrane semipermiabel yang banyak mengandung
ion/kation. Dari hasil percobaan terdapat beberapa titik yang mengalami fluktuasi yang
disebabkan tekanan operasi osmosis tidak stabil sehingga laju alir air umpan tidak
konstan. Ketika semakin besar tekanan yang diberikan maka konduktivitas umpan yang
melewati membran akan semakin berkurang, hal ini karena konsenterasi suatu zat terlarut
dipengaruhi oleh tekanan osmotiknya.
6.7 Komparasi Kondisi Akhir Operasi dengan Kondisi Standar Baku Mutu Air
Demineral Menurut SNI 01-3553-2006 dan SNI 01-6241-2000
• Parameter Kondisi Standar Baku Mutu Air Demineral
Standar
Parameter Sumber
Mutu
Maks. SNI 01-
TDS
10 mg/L 3553-2006
1,3 SNI 01-
DHL
mS/cm 6241-2000
Tabel 6.1 Parameter Kondisi Standar Baku Mutu Air Demineral
Ariyanti, D., & Widiasa, I. N. (2011). Aplikasi teknologi Reverse Osmosis untuk pemurnian
air skala rumah tangga. Teknik, 32(3), 193-197.
Chairunissa, A. A., Prasetyo, D., & Mulyadi, E. (2021). Pembuatan Air Demineral
Menggunakan Membran Reverse Osmosis (RO) dengan Pengaruh Debit dan
Tekanan. Jurnal Teknik Kimia, 15(2), 66-72.
D. Ariyanti, I N. Widiasa. 2011. APLIKASI TEKNOLOGI REVERSE OSMOSIS UNTUK
PEMURNIAN AIR SKALA RUMAH TANGGA. Jurusan Teknik Kimia: Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
Etikasari, Y., Tuhu Agung, R., & Rudy, L. W. (2010). PENGARUH TEKANAN REVERSE
OSMOSIS PADA PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR
BERSIH. Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 2(1), 78-87.
Hermawan, R., Qomariyah, S., & Dewati, R. (2020). DEMINERAL AIR SUMUR DENGAN
PROSES REVERSE OSMOSIS UNTUK AIR UMPAN BOILER.
Jane Kucera . 2015. Reverse Osmosis Design, Processes and Applications for Engineers.
Canada: Scrivener Publishing.
L.D.Naidu, S.Saravanan, M.Chidambaran, dkk. (2015). Nanofiltration in Transforming
Surface water into Healthy Water: Comparison with Reverse Osmosis. Journal of
Chemistry.
Santoso, S. (2010). Analisis Logam Kromium (Cr), Timbal (Pb), dan Selenium (Se) Air Minum
dalam Kemasan Merek A yang di Proses secara Reverse Osmosis.
Singh, R. 2006. Hybrid Membrane Systems for Water Purification: Technology Systems Design
and Operations. Elsevier Science & Technology Books, 1-3.
Vivi Sofiah, et al. (2016). Kajian TDS dan DHL untuk menentukan tingkat pencemaran air
tanah dangkal disekitar lokasi TPA Leuwigajah Kabupaten Bandung Provinsi
Jawa Barat. Volume 2, No.1, Tahun 2016.
Widiasa. I.N. Wenten I.G. 2008. Pengaruh Perlakuan pH Umpan dan Recovery Factor
Terhadap Fluks dan Karakteristik Permeat Reverse osmosis Air Tawar.
Yusuf, I. R., Nelson, Y., & Lundquist, T. (2009). Removal of Boron from Produced Water by
Co-Precipitation/Adsorption for Reverse Osmosis Concentrate.