Anda di halaman 1dari 31

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

MODUL : Ion Exchange


PEMBIMBING : Irwan Hidayatullah, ST, MT

Praktikum : 10 September 2019


Penyerahan Laporan : 17 September 2019

Oleh :
Kelompok : V (Lima)
Nama : 1. Kismiazi NIM 171411018
2. Mar’atus Sholikhah NIM 171411019
3. Mentari Salma F NIM 171411020
4. Nanda Liant NIM 171411021
Kelas : 3A – D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan akan air sangat diperlukan baik yang mengandung mineral maupun yang
tidak mengandung mineral (pure water). Untuk kebutuhan mahkluk hidup air mineral
sangat diperlukan untuk dikomsumsi, sedangkan untuk keperluan proses di industri
khususnya industri kimia justru sebaliknya. Pengaruh mineral pada proses industri kimia
cukup komplek yaitu dari memyebabkan kerak pada proses pemanasan seperti boiler dan
heat exchanger, sampai turunnya yield dan selektivitas pada proses reaksi, dan masih
banyak lagi pengaruh lainnya. Untuk itu diperlukan suatu unit pengolahan air untuk
menghilangkan kandungan mineral sebelum air tersebut digunakan dalam suatu industri
khususnya industri kimia. Banyak metode yang dapat digunakan untuk penghilangan
mineral (penyisihan kesadahan) yang terkandung pada air diantaranya adalah dengan
mengunakan metode penukar ion (ion exchange). Pada metode penukar ion media yang
sering digunakan adalah berupa resin. Resin penukar ion merupakan suatu polimer yang
mempunyai gugus tertentu. Pada dasarnya resin penukar ion dibagi menjadi 2 jenis yaitu
kation dan anion, dimana kemampuan dalam proses penukaran ion dipengaruhi oleh
banyaknya bagian sisi aktif yang terkandung dalam resin dan kemampuan penukaran
ionnya.

1.2 Tujuan Praktikum


1.2.1 Melaksanakan operasi pertukaran ion dan backwash pada resin kation dan anion
1.2.2 Menganalisis nilai kekeruhan, DHL, pH, dan kesadahan.
BAB II
LANDASAN TEORI

Pertukaran ion merupakan suatu metoda penghilangan mineral air yang ditujukan untuk
mengambil semua ion kation dan anion dalam air. Pertukaran ion melibatkan resin-resin baik
resin kation dan resin anion. Resin tersebut memiliki pori-pori kecil untuk menambah luas
permukaan kontak. Pada saat terjadi pertukaran ion maka ion yang terlarut dalam air akan
terserap ke dalam resin penukar ion dan resin akan melepaskan ion lainnya dalam kesetaraan
ekuivalen. Resin ada dua macam, yaitu :

a. Resin penukan kation


Merupakan suatu kolom yang berisi asam/R-H berfungsi untuk menukar kation-kation
didalam air dengan ion H+ pada resin tersebut. Resin penukar kation terdiri dari resin
penukar kation asam kuat dan resin penukar kation asam lemah.

Untuk tipe penukaran kation asam kuat, gugus H berupa gugus asam sulfonat, yang
bersifat asam kuat seperti asam sulfat, sehingga reaksinya.

Sedangkan untuk tipe penukaran kation asam lemah, gugus H berupa gugus fungsi
karboksilat yang hanya terionisasi sebagian dengan reaksinya

(Lestari, 2007)

b. Resin penukar anion


Merupakan suatu kolom yang berisi basa /R-OH berfungsi untuk menukar anion-anion
dalam air dengan ion OH- Pada resin tersebut. Contoh reaksi seperti gambar di bawah :
(Lestari, 2007)
Resin penukar kation asam kuat siklus hidrogen akan mengubah garam-garam terlarut
menjadi asam dan resin penukar anion basa kuat akan menghilangkan asam-asam
tersebut, termasuk asam silikat dan asam karbonat. Resin penukar anion basa lemah
hanya dapat memisahkan asam kuat seperti HCl dan H2SO4 , tetapi tidak dapat
menghilangkan asam lemah seperti asam silikat dan asam karbonat, oleh sebab itu
resin penukar anion basa lemah acap kali disebut sebagai acid adsorbers (Lestari,
2007).

Pertukaran ion bersifat stokiometri, yakni satu H+ diganti oleh suatu Na+. Pertukaran
ion adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap, namun tak peduli
sejauh mana proses itu terjadi, stokiometrinya bersifat eksak dalam arti satu muatan positif
meninggalkan resin untuk tiap satu muatan yang masuk. Ion dapat ditukar yakni ion yang
tidak terikat pada matriks polimer disebut ion lawan (Counterion) (Underwood, 2001).

Menurut Johan dkk (2012) operasi sistem pertukaran ion dilaksanakan dalam 4 tahap.
Yaitu :

1. Tahap layanan (service)


2. Tahap pencucian balik (backwash)
3. Tahap regenerasi, dan
4. Tahap pembilasan
 Tahap Layanan (Service)
Tahap layanan (service) adalah tahap dimana terjadi reaksi pertukaran ion. Tahap
layanan ditentukan oleh konsentrasi ion yang dihilangkan terhadap waktu atau volume
air produk yang dihasilkan. Hal lain yang penting pada tahap layanan adalah kapasitas
(teoritik dan operasi) dan beban pertukaran ion (ion exchanger load). Kapasitas
pertukaran teoritik didefinisikan sebagai jumlah ion secara teoritik yang dipertukarkan
oleh resin per satuan massa atau volume resin.
Kapasitas pertukaran ion teoritik ditentukan oleh jumlah gugus fungsi yang dapat
diikat oleh matriks resin. Kapasitas operasi adalah kapasitas resin aktual yang
digunakan untuk reaksi pertukaran pada kondisi tertentu. Beban pertukaran ion adalah
berat ion yang dihilangkan selama tahap layanan dan diperoleh dari hasil kali antara
volume air yang diolah selama tahap layanan dengan konsentrasi ion yang dihilangkan.
Tahap layanan ini dilakukan dengan cara mengalirkan air umpan dari atas (down
flow).Dalam proses pertukaran ion apabila elektrolit terjadi kontak langsung dengan
resin penukar ion akan terjadi pertukaran secara stokiometri yaitu sejumlah ion – ion
yang dipertukarkan dengan ion – ion yang muatannya sama akan dipertukarkan dengan
ion–ion yang muatannya sama pula dengan jumlah yang sebanding.

Gambar 1. Proses Pertukaran Ion


 Tahap Pencucian Balik (Backwash)
Tahap pencucian balik dilakukan jika kemampuan resin telah mencapai titik
jenuh. Sebagai pencuci, digunakan air produk. Pencucian balik mempunyai sasaran
sebagai berikut:
1. Pemecahan resin yang tergumpal
2. Penghilangan partikel halus yang terperangkap dalam ruang antar resin
3. Penghilangan kantong-kantong gas dalam unggun, dan
4. Pembentukan ulang lapisan resin
Pencucian balik dilakukan dengan pengaliran air dari bawah ke atas (up flow). Pada
tahap ini terjadi pengembangan unggun antara 50 hingga 70% dari tinggi unggun
awal

 Tahap Regenerasi
Proses pertukaran ion di dalam kolom bersifat reversible (dapat balik) sehingga
resin penukar ion dapat diregenerasi. Sebagai contoh untuk proses regenerasi material
penukar kation bentuk Na+ dapat diregenerasi dengan larutan NaCl pekat sedangkan
material penukar anionik bentuk OH− dapat diregenerasi dengan larutan NaOH.
Tahap regenerasi adalah operasi penggantian ion yang terserap dengan ion awal
yang semula berada dalam matriksa resin dan pengambilan kapasitas ke tingkat awal
atau ke tigkat yang diinginkan. Larutan regenerasi harus dapat menghasilkan titik
puncak (mengembalikan waktu regenerasi dan jumah larutan yang digunakan). Jika
semua sistem dapat dikembalikan ke kemampuan pertukaran awal, maka ekivalen ion
yang digantikan harus sama dengan ion yang dihilangkan selama tahap layanan. Jadi
secara teoritik, jumlah larutan regenerasi (dalam ekivalen) harus sama dengan jumlah
ion (dalam ekivalen) yang dihilanggkan (kebutuhan larutan regenerasi teoitik). Operasi
regenerasi agar resin mempunyai kapasitas seperti semula sangat mahal, oleh sebab itu
maka regenerasi hanya dilakukan untuk menghasilkan sebagian dari kemampuan
pertukaran awal. Efisiensi regenerasi resin penukar kation asam kuat yang diregenerasi
dengan H2 anion basa kuat yang diregenerasi dengan NaOH antara 20-50%, oleh sebab
itu pemakaian larutan regenerasi 2-5 kali lebih besar dari kebutuhan teoritik. Operasi
regenerasi dilakukan dengan mengalirkan laruan regenerasi dari atas, dengan
menginjeksikan regeneran untuk kation adalah NaCl dan untuk anion adalah NaOH.
Proses regenerasi :
 Melakukan slow rinse, yaitu mengalirkan air pelan-pelan untuk menghasilkan
regeneran dalam resin.
 Fast rinse yaitu membilas unit dengan laju yang lebih cepat untuk menghilangkan
regeneran sebelum operasi.

 Tahap Pembilasan
Tahap pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa larutan regenerasi yang
terperangkap oleh resin, pembilasan dilakukan menggunakan air produk dengan aliran
down flow dan dilaksakan dalam 2 tingkat, yaitu:
1) Tingkat laju alir rendah untuk menghilangkan larutan regenerasi, dan
2) Tingkat laju alir tinggi untuk menghilangkan sisa ion.
Limbah pembilasan tingkat laju alir rendah digabungkan dengan larutan garam dan
dibuang, sedangkan limbah pembilasan tingkat laju alir tinggi disimpan dan digunakan
sebagai pelarut senyawa untuk regenerasi.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Tabel 3.1.1 Alat yang digunakan
No Nama Alat Volume (ml) Jumlah(buah)

1 Gelas Kimia 100 4

2 Gelas Ukur 50 1

3 Pipet Ukur 5 1

4 Erlenmeyer 250 2

5 Bola Hisap - 1

6 Buret 25 1

7 Turbidimeter - 1

8 pH universal - 2

9 Alat pertukaran ion - 1 Set

3.1.2 Bahan
Tabel 3.1.2 Bahan yang digunakan
No Nama Zat Kuantitas

1 Air Baku (Air Sadah)

2 Indikator EBT 1 gr

3 EDTA 50 ml

4 Larutan Buffer pH 10 40 ml
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Proses Backwash

Mengalirkan air lunak melalui bagian bawah kolom


penukar kation dengan mengatur bukaan valve sampai
unggun terfluidisasi 50 % dari tinggi resin awal

Mengambil cuplikan dari bagian atas


kolom kation setiap selang waktu 5 menit
selama 10 menit

Mengukur nilai DHL dan pH cuplikan setiap


selang waktu 5 menit selama 10 menit

3.2.1 Proses Pertukaran Ion

Mengalirkan air baku (air sadah) melalui bagian atas


kolom penukar kation dengan mengatur bukaan valve,
kemudian mencatat laju alirnya.

Membiarkannya selama 30 menit


kemudian mengambil cuplikan dari
keluaran kolom kation dan analisa total
hardness setiap 5 menit

Membuat kurva hubungan


antara total hardness terhadap
waktu
3.2.2 Prosedur Analisa Total Hardness

Mengambil 50 ml sampel,
memasukkan ke dalam Erlenmeyer

Menambahkan 2 ml larutan buffer pH


10

Menambahkan 1 mg indikator EBT

Menitrasi dengan larutan EDTA 0,01


N hingga cairan berubah warna
menjadi biru laut

Mencatat banyaknya volume EDTA


yang diperlukan untuk titrasi
BAB IV
DATA PENGAMATAN

4.1 Data Pengamatan BackWash

Kolom Kation Kolom Anion


2
Laju Alir (gpm/ft ) 0,053 0,17
Tinggi Awal Resin (cm) 75 76
Tinggi Akhir Resin (cm) 92 89
Ekspansi Resin (%) 22,67 17,11

Hubungan DHL terhadap waktu pada proses backwash

Waktu Kation Anion


(Menit)
pH Kekeruhan pH Kekeruhan
(NTU) (NTU)
0 6 2,07 6 2,83
5 6 1,65 6 2,79
10 6 1,75 6 2,15

Grafik kekeruhan terhadap waktu pada proses Backwash

Kekeruhan vs Waktu (menit)


3

0
0 2 4 6 8 10 12

Kation Anion
Grafik pH terhadap waktu pada proses Backwash

pH vs Waktu (menit)
8

0
0 2 4 6 8 10 12

Kation Anion

4.2 Data Pengamatan Proses Pertukaran Ion


Air Baku
 DHL : 201,9 µs
 pH :6
 Total Hardness : 3,35 mg/L CaCO3

Waktu DHL (µs) Ph Volume Volume Total


(menit) Kation Anion Kation Anion Sampel EDTA Hardness
(mL) untuk (mg/ L
titrasi CaCO3)
(mL)
0 433,2 429,9 6 6 50 7,7 1,925
5 429,9 428,7 6 6 50 2 0,5
10 425,7 423,5 6 6 50 1,6 0,4
15 425 427,6 6 6 50 1,5 0,375
20 428,2 427,9 6 6 50 1,5 0,375
25 428 427 6 6 50 1,5 0,375
30 428,6 427,6 6 6 50 1 0,25
Grafik hubungan antara DHL terhadap waktu pada proses pertukaran ion

DHL vs Waktu (menit)


434
432
430
428
426
424
422
0 5 10 15 20 25 30 35

Kation Anion

Grafik hubungan antara Total Hardness terhadap waktu

Total Hardness vs Waktu


2.5

1.5

0.5

0
0 5 10 15 20 25 30 35

Total Hardness

 Persentase Penurunan Total Hardness


Waktu Total Hardness Total Persentase penurunan
(menit) Air Baku Hardness Total Hardness (mg/L
(mg/L CaCO3) (mg/L CaCO3)
CaCO3)

0 3,35 1,925 42,54

5 3,35 0,5 85,07

10 3,35 0,4 88,06


15 3,35 0,375 88,81

20 3,35 0,375 88,81

25 3,35 0,375 88,81

30 3,35 0,25 92,54

 Perhitungan total Hardness


𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Total Hardness = x ml EDTA x N EDTA x Faktor CaCO3
100

Sampel 1
50 𝑚𝑙 100
Total Hardness : x 7,7 ml x 0,01 x = 1,925 mg/l CaCO
100 2

Sampel 2
50 𝑚𝑙 100
Total Hardness : x 2 ml x 0,01 x = 0,5 mg/l CaCO3
100 2

 Perhitungan persentase penurunan Total Hardness


𝑇𝐻 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 − 𝑇𝐻 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑘𝑒 𝑛
% 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑇𝐻 = × 100%
𝑇𝐻 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
Sampel 1
3,35 − 1,925
% 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑇𝐻 = 𝑥 100 % = 42,54 %
3,35
Sampel 2
3,35 − 0,5
% 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑇𝐻 = 𝑥 100 % = 85,07 %
3,35
BAB V

PEMBAHASAN

 Kismiazi (171411018)
Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum pertukaran ion. Proses
pertukaran ion sendiri meliputi, backwash, in service, dan tahap regenerasi sedangkan
yang kami lakukan adalah proses backwash dan proses pertukaran ion. Pertukaran ion
merupakan suatu metoda penghilangan mineral air yang ditujukan untuk mengambil
semua ion kation dan anion dalam air. Proses pertukaran ion melibatkan proses adsorpsi.
Sebelum pertukaran ion dilaksanakan yang terlebih dulu dilaksanakan yaitu proses
backwash, karean tujuan dari proses backwash adalah menghilangkan partikulat yang
menyelimuti ion agar tidak menghalangi proses adsorpsi. Dari praktikum ini, data-data
yang akan dianalisis yaitu berupa pH, kekeruhan, total hardness, dan daya hantar listrik.
Hal yang pertama dilakukan adalah proses backwash. Backwash dilakukan
dengan mengaliri air dari aliran bawah kolom dan mengalir ke atas melewati partikel-
partikel resin sehingga partikel resin terfluidisasi dan mengalami perbedaan ketinggian
resin. Backwash dilakukan selama 10 menit disetiap kolom, baik di kolom resin anion
maupun kolom resin kation. Keduanya dilakukan bergantian dan dianalisis sampelnya
pada waktu 0, 5, dan 10 menit. Dalam proses backwash variabel bebas berupa laju alir
masuk sedangkan variabel kontrolnya berupa kekeruhan dari air keluaran (effluent)
kolom resin penukar ion. Air baku yang kami pakai adalah air keran. . Pada praktikum,
ekspansi resin yang terjadi yaitu sebesar 22,67% pada kolom kation dan 17,11% pada
kolom anion. Setelah proses backwash selama 10 menit secara kontinu, diperoleh nilai
kekeruhan pada resin penukar kation maupun anion cenderung turun terhadap lamanya
waktu proses backwash. Sedangkan pH yang diperoleh cenderung konstan yaitu 6.
Pada proses pertukaran ion, nilai laju alir akan mempengaruhi waktu kontak
antara resin dengan air sehingga berpengaruh juga terhadap nilai kesadahan dari air yang
dihasilkan. Pada proses pertukaran ion, ketinggian air (driving force) dalam kolom harus
stabil sehingga laju air pada resin akan konstan. Laju alir yang telah diukur pada resin
penukar kation adalah 0,053 gpm/ft2 dan laju alir pada resi penukar anion adalah 0,17
gpm/ft2.. Nilai laju alir terebut diukur pada saat operasi backwash dan pertukaran ion saat
t=0. Umpan sebelum masuk kedalam resin dianalisis terlebih dahulu nilai DHL, total
hardness, dan pH.

DHL vs Waktu (menit)


435

430

425

420
0 5 10 15 20 25 30 35

Kation Anion

Dari grafik diatas, seiring berjalannya waktu nilai DHL mengalami fluktuasi. Hal
tersebut menunjukan adanya pengurangan ion-ion didalam air baku tersebut. Adanya
fluktuasi kemungkinan disebabkan karena adanya ketidakstabilan laju alir disetiap
waktunya sehingga kontak antara resin dengan air tidak sama. Semakin tinggi laju air
umpan maka semakin tinggi nilai DHL pada air keluaran kolom resin. Hal tersebut terjadi
karena tidak semua kation dan anion pada air umpan mengalami pertukaran ion dengan
resin penukar kation maupun anion dikarenakan waktu kontak yang singkat antara air
umpan dengan resin.

Total Hardness vs Waktu


2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 10 20 30 40

Total Hardness
Pada grafik dapat dilihat bahwa nilai hardness pada air semakin turun terhadap
lamanya waktu proses. Hal ini dapat terjadi karena ion H yang ada pada resin telah
mengikat kation pada air umpan sehingga keluaran pada resin penukar kation mempunyai
nilai hardness yang lebih rendah daripada umpan yang dialirkan sebelum melewati resin
penukar kation. Sedangkan menurut teori, semakin lama kolom penukar ion di operasikan
maka kesadahan air keluar kolom akan semakin naik. Hal tersebut dikarenakan resin
sudah jenuh dan tidak mampu lagi menukarkan ion sehingga perlu di regenerasi. Namun
pada praktikum kali ini, resin yang dioperasikan belum mencapai jenuh di karenakan
waktu operasi yang pendek.
Indikator yang terakhir adalah indikator pH. Nilai pH pada keluaran resin penukar
kation maupun anion yang didapatkan cenderung konstan. Hal ini dapat terjadi oleh
bebrapa faktor seperti: laju alir umpan yang fluktuatif, waktu proses pertukaran ion pada
resin penukar kation yang relatif pendek (1 jam) dan ketelitian nilai pH karena
menggunakan indikator universal.

 Mar’atus Sholikhah (171411019)


Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk mengoperasikan pertukaran ion
dan backwash serta menganalisis kondiisi air dengan mengukur kesadahan total, DHL,
nilai kekeruhan dan pH. Ion exchange atau pertukaran ion adalah metoda pengolahan air
untuk mengurangi kesadahan pada air atau menghilangkan mineral air. Umpan yang
digunakan adalah air keran yang dialirkan kedalam resin penukar kation dan resin
penukar anion.
Sebelum dilakukan operasi pertukaran ion, praktikan melakukan operasi
backwash pada resin penukar kation maupun resin penukar anion. Backwash dilakukan
dengan tujuan untuk menghilangkan mineral-mineral atau partikel pengotor yang
tertinggal didalam unggun resin. Air yang digunakan untuk operasi backwash berupa air
keran yang diumpankan dari bagian bawah kolom ke atas kolom agar unggun resin dalam
kolom terfluidisasi sehingga terjadi pengadukan dalam resin dan partikel pengotor
didalam resin dapat terbawa oleh aliran keluar. Proses backwash yang baik yaitu jika
resin terfluidisasi hingga 50% ketinggian resin awal sehingga resin di dalam kolom akan
terbilas dengan baik. Proses backwash dapat dianalisis dengan mengukur nilai kekeruhan
air yang keluar dari kolom resin. Setelah proses backwash selama 10 menit secara
kontinu, diperoleh nilai kekeruhan pada resin penukar kation maupun anion cenderung
turun terhadap lamanya waktu proses backwash. Sedangkan pH yang diperoleh
cenderung konstan yaitu 6.

Waktu Nilai kekeruhan Resin Kation Nilai kekeruhan Resin Anion


(Ntu) (Ntu)

0 2,07 2,83

5 1,65 2,79

10 1,75 2,15

Tabel 1. Nilai kekeruhan resin terhadap waktu

Pada proses pertukaran ion, nilai laju alir akan mempengaruhi waktu kontak
antara resin dengan air sehingga berpengaruh juga terhadap nilai kesadahan dari air yang
dihasilkan .Pada proses pertukaran ion, ketinggian air (driving force) dalam kolom harus
stabil sehingga laju air pada resin akan konstan. Laju alir yang telah diukur pada resin
penukar kation adalah 0,053 gpm/ft2 dan laju alir pada resi penukar anion adalah 0,17
gpm/ft2.. Nilai laju alir terebut diukur pada saat operasi backwash dan pertukaran ion saat
t=0. Umpan sebelum masuk kedalam resin dianalisis terlebih dahulu nilai DHL, total
hardness, dan pH. Sedangkan analisis pada saat operasi pertukaran ion dilakukan setelah
proses berjalan selama 30 menit dan diambul sebagai t0.

 DHL
Daya hantar listrik (DHL) air umpan sebelum memasuki kolom sebesar 201,9 µS/m.
Setelah memasuki kolom resin penukar kation, dihaarapkan air umpan tersebur
mengalami penurunan DHL, artinya sebagian logam kation yang berada pada air baku
telah ditukar dengan kation dari resin sehingga kemapuan untuk menghantarkan listrik
hilang karena telah kehilangan logam kation.
DHL vs Waktu (menit)
434
432
430
428
426
424
422
0 5 10 15 20 25 30 35

Kation Anion

Grafik 1. Grafik DHL vs Waktu (menit)

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa nilai DHL dari waktu bersifat fluktuatif. Hal
tersebut terjadi laju air umpan yang masuk ke kolom pertukaran ion bersifat fluktuatif.
Kenaikan niali DHL dapat terjadi karena laju alir yang masuk kedalam kolom cukup
tinggi sedangkan penurunan DHL karena laju alir nya yang masuk lebih rendah daripada
laju alir umpan yang mengalami kenaikan DHL. Sehingga semakin tinggi laju air umpan
maka semakin tinggi nilai DHL pada air keluaran kolom resin. Hal tersebut terjadi
karena tidak semua kation dan anion pada air umpan mengalami pertukaran ion dengan
resin penukar kation maupun anion dikarenakan waktu kontak yang singkat antara air
umpan dengan resin.

 Total hardness

Menurut teori, semakin lama kolom penukar ion di operasikan maka kesadahan
air keluar kolom akan semakin naik. Hal tersebut dikarenakan resin sudah jenuh dan tidak
mampu lagi menukarkan ion sehingga perlu di regenerasi. Namun pada praktikum kali
ini, resin yang dioperasikan belum mencapai jenuh di karenakan waktu operasi yang
pendek (sekitar 3 jam ) karena untuk mencapai kejenuhan, resin memerlukan waktu yang
relatif lama serta kejenuhan resin juga tergantung banyaknya volume air umpan yang
diolah oleh resin itu sendiri. Sehingga diharapkan pada praktikum kali ini, nilai hardness
pada umpan akan turun setelah melewati resin penukar kation.
Total Hardness vs Waktu
2.5

1.5

0.5

0
0 5 10 15 20 25 30 35

Total Hardness

Grafik 2. Total Hardness vs Waktu

Nilai kesadahan air tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrasi
dengan larutan standar EDTA. EDTA adalah kependekan dari ethylene diamin tetra
acetic yang merupakan suatu senyawa asam amino yang secara luas dipergunakan untuk
mengikat ion logam logam bervalensi dua dan tiga. EDTA mengikat logam melalui
empat karboksilat dan dua gugus amina (Anonim, 2008).

Indikator yang digunakan yaitu EBT cara kerja indikator EBT adalah ketika
ditambahkan ke dalam air yang mengandung ion logam, ia akan segera membentuk ion
kompleks. Akibatnya, larutan akan berubah warna sesuai dengan warna indikator tersebut
dalam bentuk ion kompleksnya. Pada saat EDTA ditambahkan ke dalam larutan, ia
pertama -tama akan bereaksi dengan kation logam yang masih berada dalam keadaan
bebas membentuk senyawa kompleks. Setelah seluruh kation logam yang ada dalam
larutan habis bereaksi dengan EDTA, EDTA yang ditambahkan akan mengambil kation
logam yang terikat pada indikator. Hal ini terjadi karena EDTA mengikat kation logam
dengan lebih kuat daripada indikator kompleksometri. Ketika indikator kehilangan kation
logamnya, larutan akan berubah warna sesuai dengan warna indikator tersebut dalam
keadaan bebas.
Pada grafik 2 dapat dilihat bahwa nilai hardness pada air semakin turun terhadap
lamanya waktu proses. Hal ini dapat terjadi karena ion H yang ada pada resin telah
mengikat kation pada air umpan sehingga keluaran pada resin penukar kation mempunyai
nilai hardness yang lebih rendah daripada umpan yang dialirkan sebelum melewati resin
penukar kation.
 pH
Pada proses pertukaran kation akan menghasilkan garam - garam asam seperti CaSO4,
MgSO4 dan Na2SO4 dan garam tersebut akan larut pada air keluaran kolom. Akibatnya,
kondisi air tersebut akan menjadi asam. Sedangkan pada resin penukar anion akan
memiliki kondisi air yang cenderung netral karena ion-ion seperti Cl-, SO4 dan NO3 akan
terikat pada resin. Namun, pH yang dihasilkan pada keluaran resin penukar kation
maupun anion saat praktikum dilakukan adalah konstan (tabel 2). Hal ini dapat terjadi
oleh beberapa faktor seperti: laju alir umpan yang fluktuatif, waktu proses pertukaran ion
pada resin penukar kation yang relatif pendek (1 jam) dan ketelitian nilai pH kurang
akurat karena praktikan menggunakan indikator universal.
Waktu Ph
(menit)
Kation Anion

0 6 6

5 6 6

10 6 6

15 6 6

20 6 6

25 6 6

30 6 6

Tabel 2. Tabel pH terhadap waktu

 Mentari Salma F (171411020)

Pertukaran ion adalah sebuah proses fisika kimia. Prinsip pertukaran ion yaitu
menghilangkan mineral air yang ditujukan untuk mengambil semua ion kation dan anion
dalam air. Pada proses tersebut senyawa yang tidak larut, dalam hal ini resin, menerima ion
positif atau negatif tertentu dari larutan dan melepaskan ion lain kedalam larutan tersebut
dalam jumlah ekivalen yang sama. Jika ion yang dipertukarkan berupa kation, maka resin
tersebut dinamakan resin penukar kation, dan jika ion yang dipertukarkan berupa anion,
maka resin tersebut dinamakan resin penukar anion. Sebagai bahan penukar ion positif yang
umumnya digunakan adalan ion Natriun (Na+) dan ion hidrogen (H+), sedangkan bahan
penukar ion negatif umumnya yang digunakan adalah (OH-). Proses pertukaran ion pada
industri pengolahan air dan limbah cair banyak diterapkan untuk proses penghilangan
kesadahan dan demineralisasi air.

Terdapat 4 tahapan dari operasi pertukaran ion diantaranya tahap layanan (service); tahap
pencucian balik (backwash); tahap regenerasi; dan tahap pembilasan (rinse). Namun pada
praktikum kali ini hanya dilakukan 2 tahapan yaitu backwash dan service. Sebelum
dilakukan proses pertama yaitu backwash terlebih dahulu dilakukan kalibrasi laju alir dan
didapat laju alir untuk kolom kation yaitu 0,053 dan kolom anion 0,17 gpm/ft2. Air baku
yang digunakan merupakan air keran.

Setelelah proses kalibrasi selesai, dilakukan proses backwash. Tahap backwash ini
dilakukan jika kemampuan resin telah mencapai titik jenuh. Backwash dilakukan dengan
pengaliran air dari bawah ke atas (up flow). Tujuan dari tahap ini yaitu untuk membersihkan
partikel pengotor yang ada dalam kolom. Pada tahap ini terjadi pengembangan unggun antara
50 hingga 70% dari tinggi unggun awal. Namun pada praktikum ekspansi resin yang terjadi
yaitu sebesar 22,67% pada kolom kation dan 17,11% pada kolom anion. Hal itu
kemungkinan terjadi karena laju alir yang digunakan belum optimum. Setelah proses
backwash dimulai dilakukan analisa sampel selama 15 menit dengan selang waktu 5 menit.
Kemudian diperoleh grafik seperti dibawah ini:
Kekeruhan vs Waktu (menit)
3

0
0 2 4 6 8 10 12

Kation Anion

Grafik 1. Hubungan kekeruhan terhadap waktu

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa semakin lama proses berlangsung nilai
kekeruhan cenderung semakin menurun, hal itu menunjukan pengurangan padatan-
padatan terlarut seiring dengan berjalannya waktu.
Kemudian dilakukan tahap layanan (service) yaitu tahap dimana terjadi reaksi
pertukaran ion. Tahap layanan ditentukan oleh konsentrasi ion yang dihilangkan terhadap
waktu atau volume air produk yang dihasilkan. Sehingga besarnya laju alir akan
mempengaruhi waktu kontak antara resin dengan air sehingga berpengaruh juga terhadap
nilai kesadahan dari air lunak yang dihasilkan. Tahap layanan ini dilakukan dengan cara
mengalirkan air umpan dari atas. Sebelum proses dimulai, dilakukan analisa dahulu
terhadap air baku. Pada proses ini pengambilan sampel dilakukan 30 menit setelah proses
dimulai. Sampel diambil selama 30 menit dengan selang waktu 5 menit. Dari hasil
praktikum didapatkan :

DHL vs Waktu (menit)


435

430

425

420
0 10 20 30 40

Kation Anion

Grafik 2. Hubungan DHL terhadap waktu 1


Dari grafik diatas, seiring berjalannya waktu nilai DHL menurun meskipun
mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukan adanya pengurangan ion-ion didalam air
baku tersebut. Adanya fluktuasi kemungkinan disebabkan karena adanya ketidakstabilan
laju alir disetiap waktunya sehingga kontak antara resin dengan air tidak sama. Selain
nilai DHL, didapat juga nilai total hardness dari perhitungan. Nilai total hardness
ditunjukkan oleh grafik sebagai berikut:

Total Hardness vs Waktu


2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 10 20 30 40

Total Hardness

Grafik 3. Hubungan nilai total hardness terhadap waktu

Grafik tersebut menunjukan bahwa terjadinya penurunan nilai kesadahan seiring


berjalannya waktu. Namun selama proses berlangsung pH dari air tidak mengalami
perubahan yaitu 6. Hal ini menandakan bahwa air cenderung asam. Berdasarkan
literature seharusnya terjadi perubahan pH menjadi netral. pH yang tidak netral dapat
disebabkan karena resin sudah jenuh dan tidak dapat menampung lagi ion-ion
menyebabkan ion pada air baku belum berkurang sehingga perlu dilakukan regenerasi
setelah proses pertukaran ion.

 Nanda Liant K (171411021)


Pertukaran ion (ion exchange) bertujuan untuk menghasilkan air demineralisasi.
Air demineralisasi merupakan proses penghilangan kandungan mineral seperti Na+ , Ca2+,
Mg2+, K+ , Fe+3, Cl- , SO4-2 , dan CO3-2 (Lee, C.C., 2005). Dalam industri air
demineralisasi digunakan untuk air umpan boiler. Karena umpan boiler harus bebas dari
kesadahan agar tidak menimbulkan kerak, korosi hingga carry over, hal ini sangat
berbahaya dapat menyebabkan akumulasi panas pada boiler sehingga terjadi ledakan.
Salah satu teknologi pengolahan air yang digunakan adalah teknologi penukar ion (kolom
resin kation dan kolom resin anion). Pada praktikum kali ini, hanya dilakukan pencucian
balik (backwah) dan proses pelayanan (in service). Air baku yang digunakan pada
praktikum kali ini berasal dari air keran.

Karakteristik air baku (air keran) yang digunakan adalah sebagai berikut:

 DHL : 201,9 µs
 pH :6
 Total Hardness : 3,35 mg/L CaCO3

Pengaruh backwash terhadap nilai NTU

Hal pertama yang dapat dibahas adalah hasil pengamatan dari proses pencucian
balik (backwash). Proses backwash dilakukan pada kolom resin anion dan kolom resin
kation. Harapan dari proses backwash adalah kotoran-kotoran yang menempel pada resin
dapat hilang. Hasil yang didapat dari proses backwash adalah sebagai berikut:

A. Proses backwash resin kation:


1. Tinggi awal resin : 75 cm.
2. Tinggi akhir resin : 92 cm.
3. Laju alir : 0,053 GPM/ft2.
4. Ekspansi : 22,67 %.
5. Hubungan Kekeruhan dan pH terhadap waktu

Waktu Kation
(Menit)
pH NTU

0 6 2,07

5 6 1,65

10 6 1,75

Tabel 1. Tabel waktu, pH dan nilai kekeruhan effluent backwash


Dari hasil yang didapat ekspansi resin kation saat terfluidisasi adalah 22,67%.
Nilai tersebut belum sesuai literature (50-70%). Hal ini dikarenakan tinggi kolom hanya
sampai 100 cm, jika ekspansi melebihi batas kolom maka resin akan ikut terbawa air
keluar. Selain itu penggunaan laju alir yang kecil juga mempengaruhi besarnya ekspansi
resin. Pada literature laju alir yang dianjurkan adalah 4-8 gpm/ft2 untuk menghasilkan
ekspansi 50-70%. Ekspansi sebesar 50-70% diharapkan memberi peluang untuk
mengangkat kotoran pada resin sehingga terbawa aliran keluar. Pada praktiknya laju alir
yang digunakan adalah 0,053 gpm/ft2 dan ekspansi 22,67% jadi kemungkinan masih
terdapat kotoran yang masih menempel. Hal tersebut juga dapat dilihat dari nilai
kekruhan pada effluent backwash meskipun nilainya cenderung turun tetapi pada menit
ke 10 nilai kekruhannya kembali naik menjadi 1,75 NTU.

B. Proses backwash pada resin anion:


1. Tinggi awal resin : 76 cm.
2. Tinggi akhir resin : 89 cm.
3. Laju alir : 0,17 GPM/ft2.
4. Ekspansi : 17,10%.
5. Hubungan Kekeruhan dan pH terhadap waktu

Waktu Anion
(Menit)
pH Kekeruhan

0 6 2,83

5 6 2,79

10 6 2,15

Tabel 2. Tabel waktu , pH dan nilai kekeruhan effluent backwash

Dari hasil diatas diapat nilai ekspansi resin ion yang terfluidisasi sebesar 17,10%,
nilai tersebut tidak sesuai dengan literature yang seharus 50-70% ekspansi. Sama halnya
dengan resin kation disebabkan karena laju alirnya yang lebih kecil dari yang dianjurkan.
Laju alir yang kami gunakan adalah 0,17 gpm/ft2 adapun laju alir kecil digunakan untuk
menjaga agar resin anion tidak keluar dari kolom resin karena tinggi kolom yang hanya
100 cm. Dari nilai kekeruhan setelah 10 menit terjadi penurunan menjadi 2,15 NTU. Nilai
kekeruhan pada proses backwash resin anion lebih besar menandakan masih banyak
terdapat kotoran yang menempel pada resin ion.

Selanjutya yang dibahas adalah hasil dari proses pelayanan atau pertukaran ion (in
service). Pada proses in service , dilakukan pembuatan air demineralisasi dengan
menggunakan kolom resin kation lalu dilanjutkan kolom resin anion. Prinsip proses
demineralisasi terjadi karena adanya pertukaran ion yang terjadi pada kolom resin kation
(siklus H+) sehingga menghasilkan ion H+ pada keluaran dari kolom resin ion lalu setelah
itu air keluaran dari kolom resin kation disalurkan menuju kolom resin anion (siklus OH-)
sehingga ion H+ yang dari keluaran pada kolom resin kation akan ternetralisasi oleh hasil
dari kolom resin anion yang berupa OH- .

Pengaruh laju alir terhadap nilai konduktivtas (DHL)

Grafik hasil pengaruh laju alir terhadap nilai DHL effluent proses in service.
Waktu pelaksanaan akan berpengaruh terhadap nilai DHL effluent.

DHL vs Waktu (menit)


434
432
430
428
426
424
422
0 5 10 15 20 25 30 35

Kation Anion

Gambar 1. Grafik hubungan waktu dengan nilai DHL

Hasil praktikum menunjukkan adanya penurunan nilai DHL effluent akhir dari
nilai DHL effluent awal. Penurunan konduktivitas (DHL) ini disebabkan karena ion – ion
terlarut yang aktif (dapat menghantarkan listrik) telah ditukar dengan ion – ion anion dan
kation yang terdapat pada kolom resin anion dan kolom resin kation.
Pengaruh waktu terhadap total hardness

Penurunan kesadahan total pada air umpan dengan menggunakan teknologi


pertukaran ion (ion exchange) dipengaruhi oleh waktu operasi dan laju alir. Pada data
hasil pengolahan air umpan , kesadahan total pada air sudah bisa diturukan dengan
presentase mencapai 92,54% dari 1,925 mg/L CaCO3 menjadi 0,92 mg/L CaCO3 pada
waktu operasi 30 menit.

Total Hardness vs Waktu


2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 5 10 15 20 25 30 35

Total Hardness

Gambar 2. Grafik hubungan waktu terhadap total hardness

Dari analisa praktikum yang didapat menunjukkan semakin lama waktu operasi
maka nilai total hardness akan semakin turun dan mendakti nol sehingga bisa digunakan
sebagai air umpan boiler. Menurut standar kualitas air demineralisasi batas maksimum
total hardness <500 mg/L CaCO3.

Pengaruh waktu operasi terhadap nilai DHL dan Ph

Waktu operasi berpengaruh terhadap penurunan nilai DHL tetapi tidak


mempengaruhi nilai pH awal air umpan. pH awal air umpan ialah 6 hingga akhir waktu
opeasi selama 30 menit pH akhir effluent tetap 6.
Waktu Ph
(menit)
Kation Anion

0 6 6

5 6 6

10 6 6

15 6 6

20 6 6

25 6 6

30 6 6

Tabel 3. Tabel waktu dan pH effluent backwash

Dari hasil analisa praktikum nilai pH akhir effluent proses in servive masih aman
karena parameter nilai baku mutu air demineralisasi ialah pH 5-7.
BAB VI

KESIMPULAN

 Tahap pencucian balik (backwash) dilakukan untuk membersihkan partikel pengotor


yang ada dalam kolom dengan cara mengalirkan air dari bawah kolom ke atas (up flow)
melewati unggun resin. Sedangkan tahap layanan (service) adalah tahap dimana terjadi
reaksi pertukaran ion. Tahap layanan ini dilakukan dengan cara mengalirkan air umpan
dari atas kolom ke bawah kolom (down flow).
 Setelah proses backwash diperoleh nilai kekeruhan yaitu :
Resin penukar kation : 1,75 NTU
Resin penukar anion : 2,15 NTU
 Setelah proses pertukaran ion didapat nilai :
1. Resin penukar kation
Total Hardness : 0,25 (mg/ L CaCO3)
DHL : 428,6 µs
pH :6
2. Resin penukar anion
DHL : 427,6 µs
pH :6
DAFTAR PUSTAKA
Baso, F. (2017). Kompleksometri. Pp.1-4. https://www.academia.edu/7838831/kompleksometri
(16 september 2019)
Kusumawati, Endang,dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Pengolahan Limbah Industri. Bandung:
Politeknik Negeri Bandung
Desmiarti, R., Martynis, M., Novita, J., & Saputra, N. (2017). Kombinasi Proses Filtrasi dan Ion
Exchange Secara Kontinu pada Pembuatan Aquadm (Demineralized Water). Chemica
Volume 4, 27-31.

Anda mungkin juga menyukai