Oleh :
Kelompok : V (Lima)
Nama : 1. Kismiazi NIM 171411018
2. Mar’atus Sholikhah NIM 171411019
3. Mentari Salma F NIM 171411020
4. Nanda Liant NIM 171411021
Kelas : 3A – D3 Teknik Kimia
Pertukaran ion merupakan suatu metoda penghilangan mineral air yang ditujukan untuk
mengambil semua ion kation dan anion dalam air. Pertukaran ion melibatkan resin-resin baik
resin kation dan resin anion. Resin tersebut memiliki pori-pori kecil untuk menambah luas
permukaan kontak. Pada saat terjadi pertukaran ion maka ion yang terlarut dalam air akan
terserap ke dalam resin penukar ion dan resin akan melepaskan ion lainnya dalam kesetaraan
ekuivalen. Resin ada dua macam, yaitu :
Untuk tipe penukaran kation asam kuat, gugus H berupa gugus asam sulfonat, yang
bersifat asam kuat seperti asam sulfat, sehingga reaksinya.
Sedangkan untuk tipe penukaran kation asam lemah, gugus H berupa gugus fungsi
karboksilat yang hanya terionisasi sebagian dengan reaksinya
(Lestari, 2007)
Pertukaran ion bersifat stokiometri, yakni satu H+ diganti oleh suatu Na+. Pertukaran
ion adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap, namun tak peduli
sejauh mana proses itu terjadi, stokiometrinya bersifat eksak dalam arti satu muatan positif
meninggalkan resin untuk tiap satu muatan yang masuk. Ion dapat ditukar yakni ion yang
tidak terikat pada matriks polimer disebut ion lawan (Counterion) (Underwood, 2001).
Menurut Johan dkk (2012) operasi sistem pertukaran ion dilaksanakan dalam 4 tahap.
Yaitu :
Tahap Regenerasi
Proses pertukaran ion di dalam kolom bersifat reversible (dapat balik) sehingga
resin penukar ion dapat diregenerasi. Sebagai contoh untuk proses regenerasi material
penukar kation bentuk Na+ dapat diregenerasi dengan larutan NaCl pekat sedangkan
material penukar anionik bentuk OH− dapat diregenerasi dengan larutan NaOH.
Tahap regenerasi adalah operasi penggantian ion yang terserap dengan ion awal
yang semula berada dalam matriksa resin dan pengambilan kapasitas ke tingkat awal
atau ke tigkat yang diinginkan. Larutan regenerasi harus dapat menghasilkan titik
puncak (mengembalikan waktu regenerasi dan jumah larutan yang digunakan). Jika
semua sistem dapat dikembalikan ke kemampuan pertukaran awal, maka ekivalen ion
yang digantikan harus sama dengan ion yang dihilangkan selama tahap layanan. Jadi
secara teoritik, jumlah larutan regenerasi (dalam ekivalen) harus sama dengan jumlah
ion (dalam ekivalen) yang dihilanggkan (kebutuhan larutan regenerasi teoitik). Operasi
regenerasi agar resin mempunyai kapasitas seperti semula sangat mahal, oleh sebab itu
maka regenerasi hanya dilakukan untuk menghasilkan sebagian dari kemampuan
pertukaran awal. Efisiensi regenerasi resin penukar kation asam kuat yang diregenerasi
dengan H2 anion basa kuat yang diregenerasi dengan NaOH antara 20-50%, oleh sebab
itu pemakaian larutan regenerasi 2-5 kali lebih besar dari kebutuhan teoritik. Operasi
regenerasi dilakukan dengan mengalirkan laruan regenerasi dari atas, dengan
menginjeksikan regeneran untuk kation adalah NaCl dan untuk anion adalah NaOH.
Proses regenerasi :
Melakukan slow rinse, yaitu mengalirkan air pelan-pelan untuk menghasilkan
regeneran dalam resin.
Fast rinse yaitu membilas unit dengan laju yang lebih cepat untuk menghilangkan
regeneran sebelum operasi.
Tahap Pembilasan
Tahap pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa larutan regenerasi yang
terperangkap oleh resin, pembilasan dilakukan menggunakan air produk dengan aliran
down flow dan dilaksakan dalam 2 tingkat, yaitu:
1) Tingkat laju alir rendah untuk menghilangkan larutan regenerasi, dan
2) Tingkat laju alir tinggi untuk menghilangkan sisa ion.
Limbah pembilasan tingkat laju alir rendah digabungkan dengan larutan garam dan
dibuang, sedangkan limbah pembilasan tingkat laju alir tinggi disimpan dan digunakan
sebagai pelarut senyawa untuk regenerasi.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
2 Gelas Ukur 50 1
3 Pipet Ukur 5 1
4 Erlenmeyer 250 2
5 Bola Hisap - 1
6 Buret 25 1
7 Turbidimeter - 1
8 pH universal - 2
3.1.2 Bahan
Tabel 3.1.2 Bahan yang digunakan
No Nama Zat Kuantitas
2 Indikator EBT 1 gr
3 EDTA 50 ml
4 Larutan Buffer pH 10 40 ml
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Proses Backwash
Mengambil 50 ml sampel,
memasukkan ke dalam Erlenmeyer
0
0 2 4 6 8 10 12
Kation Anion
Grafik pH terhadap waktu pada proses Backwash
pH vs Waktu (menit)
8
0
0 2 4 6 8 10 12
Kation Anion
Kation Anion
1.5
0.5
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Total Hardness
Sampel 1
50 𝑚𝑙 100
Total Hardness : x 7,7 ml x 0,01 x = 1,925 mg/l CaCO
100 2
Sampel 2
50 𝑚𝑙 100
Total Hardness : x 2 ml x 0,01 x = 0,5 mg/l CaCO3
100 2
PEMBAHASAN
Kismiazi (171411018)
Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum pertukaran ion. Proses
pertukaran ion sendiri meliputi, backwash, in service, dan tahap regenerasi sedangkan
yang kami lakukan adalah proses backwash dan proses pertukaran ion. Pertukaran ion
merupakan suatu metoda penghilangan mineral air yang ditujukan untuk mengambil
semua ion kation dan anion dalam air. Proses pertukaran ion melibatkan proses adsorpsi.
Sebelum pertukaran ion dilaksanakan yang terlebih dulu dilaksanakan yaitu proses
backwash, karean tujuan dari proses backwash adalah menghilangkan partikulat yang
menyelimuti ion agar tidak menghalangi proses adsorpsi. Dari praktikum ini, data-data
yang akan dianalisis yaitu berupa pH, kekeruhan, total hardness, dan daya hantar listrik.
Hal yang pertama dilakukan adalah proses backwash. Backwash dilakukan
dengan mengaliri air dari aliran bawah kolom dan mengalir ke atas melewati partikel-
partikel resin sehingga partikel resin terfluidisasi dan mengalami perbedaan ketinggian
resin. Backwash dilakukan selama 10 menit disetiap kolom, baik di kolom resin anion
maupun kolom resin kation. Keduanya dilakukan bergantian dan dianalisis sampelnya
pada waktu 0, 5, dan 10 menit. Dalam proses backwash variabel bebas berupa laju alir
masuk sedangkan variabel kontrolnya berupa kekeruhan dari air keluaran (effluent)
kolom resin penukar ion. Air baku yang kami pakai adalah air keran. . Pada praktikum,
ekspansi resin yang terjadi yaitu sebesar 22,67% pada kolom kation dan 17,11% pada
kolom anion. Setelah proses backwash selama 10 menit secara kontinu, diperoleh nilai
kekeruhan pada resin penukar kation maupun anion cenderung turun terhadap lamanya
waktu proses backwash. Sedangkan pH yang diperoleh cenderung konstan yaitu 6.
Pada proses pertukaran ion, nilai laju alir akan mempengaruhi waktu kontak
antara resin dengan air sehingga berpengaruh juga terhadap nilai kesadahan dari air yang
dihasilkan. Pada proses pertukaran ion, ketinggian air (driving force) dalam kolom harus
stabil sehingga laju air pada resin akan konstan. Laju alir yang telah diukur pada resin
penukar kation adalah 0,053 gpm/ft2 dan laju alir pada resi penukar anion adalah 0,17
gpm/ft2.. Nilai laju alir terebut diukur pada saat operasi backwash dan pertukaran ion saat
t=0. Umpan sebelum masuk kedalam resin dianalisis terlebih dahulu nilai DHL, total
hardness, dan pH.
430
425
420
0 5 10 15 20 25 30 35
Kation Anion
Dari grafik diatas, seiring berjalannya waktu nilai DHL mengalami fluktuasi. Hal
tersebut menunjukan adanya pengurangan ion-ion didalam air baku tersebut. Adanya
fluktuasi kemungkinan disebabkan karena adanya ketidakstabilan laju alir disetiap
waktunya sehingga kontak antara resin dengan air tidak sama. Semakin tinggi laju air
umpan maka semakin tinggi nilai DHL pada air keluaran kolom resin. Hal tersebut terjadi
karena tidak semua kation dan anion pada air umpan mengalami pertukaran ion dengan
resin penukar kation maupun anion dikarenakan waktu kontak yang singkat antara air
umpan dengan resin.
Total Hardness
Pada grafik dapat dilihat bahwa nilai hardness pada air semakin turun terhadap
lamanya waktu proses. Hal ini dapat terjadi karena ion H yang ada pada resin telah
mengikat kation pada air umpan sehingga keluaran pada resin penukar kation mempunyai
nilai hardness yang lebih rendah daripada umpan yang dialirkan sebelum melewati resin
penukar kation. Sedangkan menurut teori, semakin lama kolom penukar ion di operasikan
maka kesadahan air keluar kolom akan semakin naik. Hal tersebut dikarenakan resin
sudah jenuh dan tidak mampu lagi menukarkan ion sehingga perlu di regenerasi. Namun
pada praktikum kali ini, resin yang dioperasikan belum mencapai jenuh di karenakan
waktu operasi yang pendek.
Indikator yang terakhir adalah indikator pH. Nilai pH pada keluaran resin penukar
kation maupun anion yang didapatkan cenderung konstan. Hal ini dapat terjadi oleh
bebrapa faktor seperti: laju alir umpan yang fluktuatif, waktu proses pertukaran ion pada
resin penukar kation yang relatif pendek (1 jam) dan ketelitian nilai pH karena
menggunakan indikator universal.
0 2,07 2,83
5 1,65 2,79
10 1,75 2,15
Pada proses pertukaran ion, nilai laju alir akan mempengaruhi waktu kontak
antara resin dengan air sehingga berpengaruh juga terhadap nilai kesadahan dari air yang
dihasilkan .Pada proses pertukaran ion, ketinggian air (driving force) dalam kolom harus
stabil sehingga laju air pada resin akan konstan. Laju alir yang telah diukur pada resin
penukar kation adalah 0,053 gpm/ft2 dan laju alir pada resi penukar anion adalah 0,17
gpm/ft2.. Nilai laju alir terebut diukur pada saat operasi backwash dan pertukaran ion saat
t=0. Umpan sebelum masuk kedalam resin dianalisis terlebih dahulu nilai DHL, total
hardness, dan pH. Sedangkan analisis pada saat operasi pertukaran ion dilakukan setelah
proses berjalan selama 30 menit dan diambul sebagai t0.
DHL
Daya hantar listrik (DHL) air umpan sebelum memasuki kolom sebesar 201,9 µS/m.
Setelah memasuki kolom resin penukar kation, dihaarapkan air umpan tersebur
mengalami penurunan DHL, artinya sebagian logam kation yang berada pada air baku
telah ditukar dengan kation dari resin sehingga kemapuan untuk menghantarkan listrik
hilang karena telah kehilangan logam kation.
DHL vs Waktu (menit)
434
432
430
428
426
424
422
0 5 10 15 20 25 30 35
Kation Anion
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa nilai DHL dari waktu bersifat fluktuatif. Hal
tersebut terjadi laju air umpan yang masuk ke kolom pertukaran ion bersifat fluktuatif.
Kenaikan niali DHL dapat terjadi karena laju alir yang masuk kedalam kolom cukup
tinggi sedangkan penurunan DHL karena laju alir nya yang masuk lebih rendah daripada
laju alir umpan yang mengalami kenaikan DHL. Sehingga semakin tinggi laju air umpan
maka semakin tinggi nilai DHL pada air keluaran kolom resin. Hal tersebut terjadi
karena tidak semua kation dan anion pada air umpan mengalami pertukaran ion dengan
resin penukar kation maupun anion dikarenakan waktu kontak yang singkat antara air
umpan dengan resin.
Total hardness
Menurut teori, semakin lama kolom penukar ion di operasikan maka kesadahan
air keluar kolom akan semakin naik. Hal tersebut dikarenakan resin sudah jenuh dan tidak
mampu lagi menukarkan ion sehingga perlu di regenerasi. Namun pada praktikum kali
ini, resin yang dioperasikan belum mencapai jenuh di karenakan waktu operasi yang
pendek (sekitar 3 jam ) karena untuk mencapai kejenuhan, resin memerlukan waktu yang
relatif lama serta kejenuhan resin juga tergantung banyaknya volume air umpan yang
diolah oleh resin itu sendiri. Sehingga diharapkan pada praktikum kali ini, nilai hardness
pada umpan akan turun setelah melewati resin penukar kation.
Total Hardness vs Waktu
2.5
1.5
0.5
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Total Hardness
Nilai kesadahan air tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrasi
dengan larutan standar EDTA. EDTA adalah kependekan dari ethylene diamin tetra
acetic yang merupakan suatu senyawa asam amino yang secara luas dipergunakan untuk
mengikat ion logam logam bervalensi dua dan tiga. EDTA mengikat logam melalui
empat karboksilat dan dua gugus amina (Anonim, 2008).
Indikator yang digunakan yaitu EBT cara kerja indikator EBT adalah ketika
ditambahkan ke dalam air yang mengandung ion logam, ia akan segera membentuk ion
kompleks. Akibatnya, larutan akan berubah warna sesuai dengan warna indikator tersebut
dalam bentuk ion kompleksnya. Pada saat EDTA ditambahkan ke dalam larutan, ia
pertama -tama akan bereaksi dengan kation logam yang masih berada dalam keadaan
bebas membentuk senyawa kompleks. Setelah seluruh kation logam yang ada dalam
larutan habis bereaksi dengan EDTA, EDTA yang ditambahkan akan mengambil kation
logam yang terikat pada indikator. Hal ini terjadi karena EDTA mengikat kation logam
dengan lebih kuat daripada indikator kompleksometri. Ketika indikator kehilangan kation
logamnya, larutan akan berubah warna sesuai dengan warna indikator tersebut dalam
keadaan bebas.
Pada grafik 2 dapat dilihat bahwa nilai hardness pada air semakin turun terhadap
lamanya waktu proses. Hal ini dapat terjadi karena ion H yang ada pada resin telah
mengikat kation pada air umpan sehingga keluaran pada resin penukar kation mempunyai
nilai hardness yang lebih rendah daripada umpan yang dialirkan sebelum melewati resin
penukar kation.
pH
Pada proses pertukaran kation akan menghasilkan garam - garam asam seperti CaSO4,
MgSO4 dan Na2SO4 dan garam tersebut akan larut pada air keluaran kolom. Akibatnya,
kondisi air tersebut akan menjadi asam. Sedangkan pada resin penukar anion akan
memiliki kondisi air yang cenderung netral karena ion-ion seperti Cl-, SO4 dan NO3 akan
terikat pada resin. Namun, pH yang dihasilkan pada keluaran resin penukar kation
maupun anion saat praktikum dilakukan adalah konstan (tabel 2). Hal ini dapat terjadi
oleh beberapa faktor seperti: laju alir umpan yang fluktuatif, waktu proses pertukaran ion
pada resin penukar kation yang relatif pendek (1 jam) dan ketelitian nilai pH kurang
akurat karena praktikan menggunakan indikator universal.
Waktu Ph
(menit)
Kation Anion
0 6 6
5 6 6
10 6 6
15 6 6
20 6 6
25 6 6
30 6 6
Pertukaran ion adalah sebuah proses fisika kimia. Prinsip pertukaran ion yaitu
menghilangkan mineral air yang ditujukan untuk mengambil semua ion kation dan anion
dalam air. Pada proses tersebut senyawa yang tidak larut, dalam hal ini resin, menerima ion
positif atau negatif tertentu dari larutan dan melepaskan ion lain kedalam larutan tersebut
dalam jumlah ekivalen yang sama. Jika ion yang dipertukarkan berupa kation, maka resin
tersebut dinamakan resin penukar kation, dan jika ion yang dipertukarkan berupa anion,
maka resin tersebut dinamakan resin penukar anion. Sebagai bahan penukar ion positif yang
umumnya digunakan adalan ion Natriun (Na+) dan ion hidrogen (H+), sedangkan bahan
penukar ion negatif umumnya yang digunakan adalah (OH-). Proses pertukaran ion pada
industri pengolahan air dan limbah cair banyak diterapkan untuk proses penghilangan
kesadahan dan demineralisasi air.
Terdapat 4 tahapan dari operasi pertukaran ion diantaranya tahap layanan (service); tahap
pencucian balik (backwash); tahap regenerasi; dan tahap pembilasan (rinse). Namun pada
praktikum kali ini hanya dilakukan 2 tahapan yaitu backwash dan service. Sebelum
dilakukan proses pertama yaitu backwash terlebih dahulu dilakukan kalibrasi laju alir dan
didapat laju alir untuk kolom kation yaitu 0,053 dan kolom anion 0,17 gpm/ft2. Air baku
yang digunakan merupakan air keran.
Setelelah proses kalibrasi selesai, dilakukan proses backwash. Tahap backwash ini
dilakukan jika kemampuan resin telah mencapai titik jenuh. Backwash dilakukan dengan
pengaliran air dari bawah ke atas (up flow). Tujuan dari tahap ini yaitu untuk membersihkan
partikel pengotor yang ada dalam kolom. Pada tahap ini terjadi pengembangan unggun antara
50 hingga 70% dari tinggi unggun awal. Namun pada praktikum ekspansi resin yang terjadi
yaitu sebesar 22,67% pada kolom kation dan 17,11% pada kolom anion. Hal itu
kemungkinan terjadi karena laju alir yang digunakan belum optimum. Setelah proses
backwash dimulai dilakukan analisa sampel selama 15 menit dengan selang waktu 5 menit.
Kemudian diperoleh grafik seperti dibawah ini:
Kekeruhan vs Waktu (menit)
3
0
0 2 4 6 8 10 12
Kation Anion
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa semakin lama proses berlangsung nilai
kekeruhan cenderung semakin menurun, hal itu menunjukan pengurangan padatan-
padatan terlarut seiring dengan berjalannya waktu.
Kemudian dilakukan tahap layanan (service) yaitu tahap dimana terjadi reaksi
pertukaran ion. Tahap layanan ditentukan oleh konsentrasi ion yang dihilangkan terhadap
waktu atau volume air produk yang dihasilkan. Sehingga besarnya laju alir akan
mempengaruhi waktu kontak antara resin dengan air sehingga berpengaruh juga terhadap
nilai kesadahan dari air lunak yang dihasilkan. Tahap layanan ini dilakukan dengan cara
mengalirkan air umpan dari atas. Sebelum proses dimulai, dilakukan analisa dahulu
terhadap air baku. Pada proses ini pengambilan sampel dilakukan 30 menit setelah proses
dimulai. Sampel diambil selama 30 menit dengan selang waktu 5 menit. Dari hasil
praktikum didapatkan :
430
425
420
0 10 20 30 40
Kation Anion
Total Hardness
Karakteristik air baku (air keran) yang digunakan adalah sebagai berikut:
DHL : 201,9 µs
pH :6
Total Hardness : 3,35 mg/L CaCO3
Hal pertama yang dapat dibahas adalah hasil pengamatan dari proses pencucian
balik (backwash). Proses backwash dilakukan pada kolom resin anion dan kolom resin
kation. Harapan dari proses backwash adalah kotoran-kotoran yang menempel pada resin
dapat hilang. Hasil yang didapat dari proses backwash adalah sebagai berikut:
Waktu Kation
(Menit)
pH NTU
0 6 2,07
5 6 1,65
10 6 1,75
Waktu Anion
(Menit)
pH Kekeruhan
0 6 2,83
5 6 2,79
10 6 2,15
Dari hasil diatas diapat nilai ekspansi resin ion yang terfluidisasi sebesar 17,10%,
nilai tersebut tidak sesuai dengan literature yang seharus 50-70% ekspansi. Sama halnya
dengan resin kation disebabkan karena laju alirnya yang lebih kecil dari yang dianjurkan.
Laju alir yang kami gunakan adalah 0,17 gpm/ft2 adapun laju alir kecil digunakan untuk
menjaga agar resin anion tidak keluar dari kolom resin karena tinggi kolom yang hanya
100 cm. Dari nilai kekeruhan setelah 10 menit terjadi penurunan menjadi 2,15 NTU. Nilai
kekeruhan pada proses backwash resin anion lebih besar menandakan masih banyak
terdapat kotoran yang menempel pada resin ion.
Selanjutya yang dibahas adalah hasil dari proses pelayanan atau pertukaran ion (in
service). Pada proses in service , dilakukan pembuatan air demineralisasi dengan
menggunakan kolom resin kation lalu dilanjutkan kolom resin anion. Prinsip proses
demineralisasi terjadi karena adanya pertukaran ion yang terjadi pada kolom resin kation
(siklus H+) sehingga menghasilkan ion H+ pada keluaran dari kolom resin ion lalu setelah
itu air keluaran dari kolom resin kation disalurkan menuju kolom resin anion (siklus OH-)
sehingga ion H+ yang dari keluaran pada kolom resin kation akan ternetralisasi oleh hasil
dari kolom resin anion yang berupa OH- .
Grafik hasil pengaruh laju alir terhadap nilai DHL effluent proses in service.
Waktu pelaksanaan akan berpengaruh terhadap nilai DHL effluent.
Kation Anion
Hasil praktikum menunjukkan adanya penurunan nilai DHL effluent akhir dari
nilai DHL effluent awal. Penurunan konduktivitas (DHL) ini disebabkan karena ion – ion
terlarut yang aktif (dapat menghantarkan listrik) telah ditukar dengan ion – ion anion dan
kation yang terdapat pada kolom resin anion dan kolom resin kation.
Pengaruh waktu terhadap total hardness
Total Hardness
Dari analisa praktikum yang didapat menunjukkan semakin lama waktu operasi
maka nilai total hardness akan semakin turun dan mendakti nol sehingga bisa digunakan
sebagai air umpan boiler. Menurut standar kualitas air demineralisasi batas maksimum
total hardness <500 mg/L CaCO3.
0 6 6
5 6 6
10 6 6
15 6 6
20 6 6
25 6 6
30 6 6
Dari hasil analisa praktikum nilai pH akhir effluent proses in servive masih aman
karena parameter nilai baku mutu air demineralisasi ialah pH 5-7.
BAB VI
KESIMPULAN