Oleh:
1. Kismiazi NIM 171411018
2. Mar’atus Shaliha NIM 171411019
3. Mentari Salma F NIM 171411020
4. Nanda Liant K NIM 171411021
(Sumber: 2elativ-controlofpipelinecorrosion2001(NACECorrosionBasics).
Pada umumnya, coating dibagi menjadi dua macam, yaitu organic coating dan
Anorganic coating. Organic coating berbahan kimia biasanya menggunakan
senyawa polimer seperti HDPE( High Density Polyethylene). Sedangkan organic
coating yang umum digunakan dan murah adalah coaltar atau aspal. Anorganic
coating biasanya bekerja dengan pembentukan oksida dengan proses anodisasi dan
pembentukan senyawa anorganik di permukaan logam. Pelapisan dengan organic
coating biasanya menggunakan metode pengecatan. Sedangkan pelapisan
anorganic coating yang biasanya dilakukan adalah anodisasi aluminium,
kromatisasi dan fosfatisasi.
Survey CIPS dilakukan tepat di atas permukaan tanah dimana pipa terpendam.
Pengambilan data (data logging) dilakukan setiap interval jarak titik pengukuran
(meter) dari pergerakan alat CIPS.
4.2 DCVG
a. Pemasangan Alat Ukur DCVG
V. DATA PENGAMATAN
5.1 CIPS
V1 : -6,27 V
V2 : -1,499 V
Jarak : 60 cm
Titik Potensial Sel
ke- (V)
1 -0,527
2 -0,522
3 -0,523
4 -0,516
5 -0,511
6 -0,519
7 -0,508
8 -0,506
9 -0,505
10 -0,507
11 -0,511
12 -0,532
13 -0,524
14 -0,521
*Daerah yang diberi warna merah diprediksi terjadi kebocoran pada pipa
0.53
0.52
0.51
0.5
0.49
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
5.2 DCVG
Jarak : 30 Cm
Titik Potensial Sel
ke - (V)
1 -0,0072
2 -0,00165
3 -0,00116
4 -0,0057
5 -0,0020
6 -0,00144
7 -0,00142
𝒅𝑿
P/RE = V1 – ( V1 – V2)
𝑿
16
= 6,27 – 20 ( 6,27 – 1,499)
= 6,27 – 3,8168
= 2,4532
𝑶𝑳/𝑹𝒆
%IR = x 100%
𝑷/𝑹𝒆
0,0397
= 2,4532 x 100%
= 1,62%
Kebocoran yang terjadi termasuk kebocoran ringan karena kurang dari 15%.
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran kebocoran pada pipa dengan
menggunakan metode CIPS (Closed Interval Potential Survey) dan DCVG (Direct
Current Voltage Gradient). Kedua metode tersebut dilakukan untuk memeriksa
apakah ada kerusakan atau kebocoran pada pipa dan tingkat kerusakaan atua
kebocoran pipa tersebut agar bisa ditentukan apakah pipa tersebut masih layak
digunakan atau tidak.
Metode CIPS dilakukan untuk mengetahui adanya kebocoran pada pipa dan
dimana letak kebocorannya. Proses dilakukan dengan kutub negative voltmeter
dipasang pada elektroda dan kutub positif dihubungkan dengan test box. Sehingga
akan terukur beda potensial antara elektroda dan pipa.
Sedangkan pada metode DCVG dilakukan untuk mengetahui tingkat
kerusakannya. Pengukuran dilakukan dengan jalur tegak lurus dengan interval 30 cm.
Pengukuran dilakukan sampai nilai potensial sel yang didapat mendekati stabil. Pada
percobaan, dilakukan 7 titik pengukuran. Semakin jauh jaraknya maka semakin
tinggi tingkat kerusakannya.
Data dari percobaan CIPS dibuat kurva potensial sel terhadap jarak (titik ke-).
Nilai yang paling melenceng diprediksi mengalami kebocoran pada titik itu.
Penyimpangan yang terjadi yaitu pada titik ke-9 yaitu jarak 540 cm. Dari titik yang
menyimpang tersebut dapat dilakukan metode DCVG. Dari hasil perhitungan didapat
%IR yaitu 1,62% yang berarti kebocoran yang terjadi termasuk kebocoran ringan.
VII. KESIMPULAN
Metode CIPS dilakukan dengan kutub negative voltmeter dipasang pada
elektroda dan kutub positif dihubungkan dengan test box. Sehingga akan
terukur beda potensial antara elektroda dan pipa.
Dari metode CIPS dapat diketahui pipa yang mengalami kebocoran yaitu
pada titik ke-9 atau jarak 540 cm.
Dari metode DCVG tingkat kerusakan yang didapat sebesar 1,62 yang artinya
kerusakan yang terjadi termasuk kerusakan ringan
DAFTAR PUSTAKA
1. Jones, D.A. 1997. “Priciples and Prevention of Corrosion”. 2nd edition, Practice
Hall, Singapore.
2. Bariyyah, Mariana. 2012. “Analisa Risiko Pipa Transmisi gas Onshore di
Sumatera”. Universitas Indonesia. Depok.
3. Tim Dosen Politeknik Negeri Bandung. “Jobsheet Praktikum Pengendalian Korosi”
Hal V1-VI17. Politeknik Negeri Bandung. Bandung.
LAMPIRAN