Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KOROSI

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2018/2019

Modul : Direct Current Voltage Gradient (DCVG)


dan Close Interrupted Potential Survey (CIPS).
Pembimbing : Ir. Yunus Tonapa S., MT

Tanggal Praktikum : 02 Mei 2019


Tanggal Penyerahan Laporan : 09 Mei 2019

Kelas 2A-D3 Teknik Kimia


Kelompok 5

Oleh:
1. Kismiazi NIM 171411018
2. Mar’atus Shaliha NIM 171411019
3. Mentari Salma F NIM 171411020
4. Nanda Liant K NIM 171411021

D-3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Melakukan uji karakteristik terhadap system alat ukur CIPS.
2. Mengaplikasikan system pengukuran untuk mendeteksi kerusakan coating pada
system perpipaan.
3. Melakukan pengukuran besar kerusakan pipa

II. DASAR TEORI


2.1 Metode Pengendalian Korosi dengan Coating
Coating merupakan 2elati proteksi logam terhadap korosi dengan cara
memberikan lapisan di permukaan logam untuk mencegah kontaklangsungatau
reaksi reduksi-oksidasi antara logam dengan lingkungan sekitar. Coating diberikan
untuk melindungi pipa dengan keadaan tanah.Tanah memiliki harga resistivitas
yang berbeda-beda, bergantung kepada keadaan geometris dan jenis tanah. Untuk
mengetahuitingkat korosifitas, digunakan alat resistivity meter. Beberapa harga
resistivitas dan tingkat korosifitas dari tanah terangkum dalam 2elat 2.1
Table 2.1 Derajat korosifitas tanah berdasarkan nilai resistivitasnya.

Soil resistivity (ohm.cm) Degree Of Corrosivity


0-500 Very corrosive
500-1000 Corrosive
1000-2000 Moderately corrosive
2000-10000 Mildly corrosive
Above 10000 Negligible

(Sumber: 2elativ-controlofpipelinecorrosion2001(NACECorrosionBasics).
Pada umumnya, coating dibagi menjadi dua macam, yaitu organic coating dan
Anorganic coating. Organic coating berbahan kimia biasanya menggunakan
senyawa polimer seperti HDPE( High Density Polyethylene). Sedangkan organic
coating yang umum digunakan dan murah adalah coaltar atau aspal. Anorganic
coating biasanya bekerja dengan pembentukan oksida dengan proses anodisasi dan
pembentukan senyawa anorganik di permukaan logam. Pelapisan dengan organic
coating biasanya menggunakan metode pengecatan. Sedangkan pelapisan
anorganic coating yang biasanya dilakukan adalah anodisasi aluminium,
kromatisasi dan fosfatisasi.

2.2 Metode Pendeteksi Kerusakan Coating


Pada penerapan di lapangan, kerusakan coating
dapat dideteksi dengan dua metode yangumum digunakan, yaitu metode
Direct Current Voltage Gradient (DCVG) dan Close Interrupted Potential Survey
(CIPS). Metode DCVG ditemukan oleh seorang insinyur telekomunikasi yang
berasal dari Australia, bernama John Mulvany pada awal 1980. Dikembangkan
bersama dengan Dr. John Leeds, seorang ahli korosi dari Inggris. Metode DCVG
biasanya hanya dikenal dikalangan 3elative3nal di bidang korosi. Dasarmetode
DCVG diatur dalam NACE International Testmethod TM-0109-2009. Referensi
dari kalangan inspeksi perpipaan diatur dalam API571 dan API RP 574. Metode
kerja dari DCVG dan CIPS adalah dengan memastikan system perpipaan
telahdiproteksi dengan arus paksa (ICCP). Adanya kerusakan coating akan
menyebabkan terjadinya peningkatan arus dalam jumlah yang besar di sekitar
kerusakan coating.
Metode DCVG merupakan pengembangan dari metode CIPS. Dengan
menggunakanmetode DCVG, tidak hanya posisi kerusakan dari coating yang dapat
diketahui, akan tetapi besarkerusakan atau derajat kerusakan coating. Apabila ada
kerusakan coating maka akan berdampak pada aliran arus listrik yang mengalir dari
tanah sekitar dan masuk menuju pipa. Aliran listrik iniakan menyebabkan adanya
gradient tegangan yang terjadi di tanah, yang dapat diukur denganmenggunakan
voltmeter. Dengan mengamati arah dari 3elative arus listrik tersebut, maka lokasi
coating yang rusak dapat diidentifikasi. Dengan memasukkan data dari arah
3elative tegangan yangterukur di sekitar lokasi coating yang rusak, maka jenis dan
karakteristik kerusakan coating dapat diketahui.
2.3 Metode Close Interval Potential Survey (CIPS)
Ada atau tidaknya kerusakan pada coating dalam suatu system perpipaan
yang ditanam di bawah tanah dapat dideteksi. Salah satu cara untuk mendeteksi
kerusakan coating tersebut adalah dengan menggunakan metode Close Interval
Potential Survey (CIPS). Close Interval Potensial Survey atau yang dikenal juga
dengan close interval survey (CIS) adalah sebuah
survey potensi yang dilakukan pada pipa logam yang terkubur atau terendam untuk
mendapatkan pengukuran potensial struktur DC ke elektrolit pada interval regular
(NACE SP0207, 2007). Metode Close Interval Potential Survey ditujukan
untuk mengetahui integritas dari jalur pipa khususnya berkaitan dengan efektifitas
kerja dari Sistem Proteksi Katodik. Prinsip dari CIPS ini adalah mengukur Potensial
Pipa dalam kondisi Sistem Proteksi Katodik berjalan,sehingga secara langsung akan
dapat diketahui pada lokasi mana saja dari jalur pipa yang tidakterlindungi oleh
Sistem Proteksi Katodik tersebut (Mukhandis, 2008). Pipa yang terproteksidengan
baik akan memenuhi kriteria proteksi sesuai dengan Standard NACE RP 0169-
2002.
Pengukuran potensial rangkaian tertutup secara interval (CIPS) ini menggunakan al
at yang dilengkapi dengan Data logger/Voltmeter dan juga elektroda reference
Cu/CuSO4 yang terkalibrasi. Peralatan ini merupakan alat yang dirancang dan
deprogram oleh para ahli korositerutama ahli proteksi katodik untuk pemeriksaan
kondisi kerusakan coating pada pipa bajadalam tanah (Nur Salam, 1999).
Menurut Nur Salam, teknik pengukuran dari Close Interval Potential
Survey (CIPS) ini dilakukan dengan cara berjalan tepat diatas jalur pipa, kontak
dengan tanah dilakukan secarakontinyu melalui elektroda reference Cu/CuSO4yang
digunakan secara parallel dengan metoda “tongkat berjalan”. Kabel survey
dihubungkan ke kabel pengetesan pipa (test box) denganmenggunakan terminal
sebagai penjepit. Kabel yang dirancang khusus dipasang pada alat
pengukur jarak yang menyatu pada alat data logger melalui sebuah interface flug.
Dengancara tersebut, kontak langsung antara pipa dengan data logger dapat terjadi
sehingga melengkapisikrit pengukuran dan sesuai dengan berpindahnya
pengukuran pada jalur pipa,kabel survey akanterukur dari 4elati dial indicator yang
dipasang pada alat data logger tersebut melalui alat putaryang telah terkalibrasi
sehingga diperoleh pulsa pulse) jarak dalam meter yang langsung terekam pada
data logger.
2.4 DCVG (Direct Current Voltage Gradient)
DCVG adalah metode yang paling akurat yang tersedia untuk mengukur dan
menemukan kerusakan lapisan pipa. Jika lapisan dibiarkan maka pipa bisa berisiko
korosi. Teknik ini didasarkan pada pengukuran 5elative voltase di tanah di atas pipa
yang dilindungi secara katodik. Begitu teknisi tersebut mencatat pengukuran
DCVG dan lokasi GPS, nilai% IR dihitung. Bergantung pada tingkat besarnya% IR,
penentuan dapat dilakukan jika pemeriksaan fisik dilakukan penilaian dan
perbaikan secara langsung.
Pada peletakan jaringan pipa baru, direkomendasikan untuk melakukan Survei
DCVG segera setelah pemasangan pipa sehingga kontraktor dapat memperbaiki
kemungkinan cacat lapisan yang masih dalam garansi. Metode DCVG juga cocok
untuk inspeksi pelapisan tangki penyimpanan bawah tanah. Survey DCVG
dilakukan untuk mendeteksi adanya cacat coating pada struktur pipa yang
terpendam. Seringkali survey ini digunakan juga untuk menentukan apakah suatu
area bersifat anodic atau katodik, tetapi tidak bisa digunakan untuk mengukur level
dari CP (Cathodic Protection). Metode ini cukup efektif untuk mendeteksi cacat
coating yang 5elative kecil dan tersembunyi sekalipun.
Survey DCVG dilakukan dengan mode On/Off dari arus yang keluar dari
rectifier. On/Off dari arus rectifier diatur siklusnya melalui current interrupter.
Dengan begitu, potensial soil to soil bisa diukur pada saat siklus On dan juga pada
saat siklus Off. Istilah potensial DCVG diartikan sebagai perbedaan/selisih antara
potensial soil to soil pada saat arus CP On dan potensial soil to soil pada saat arus
CP Off.
III. ALAT DAN BAHAN
Peralatan yang digunakan dalam praktikum yaitu:
1. Simulator Perpipaan
2. Pengukur DCVG
3. Elektroda standar Cu/CuSO4 (2 pasang)
4. Voltmeter digital
5. Transformator
6. Rectifier
7. Kabel
8. Peralatan safety untuk personil

IV. LANGKAH KERJA


4.1 CIPS
a. Prosedur Pengambilan Data

Survey CIPS dilakukan tepat di atas permukaan tanah dimana pipa terpendam.

Pengambilan data (data logging) dilakukan setiap interval jarak titik pengukuran
(meter) dari pergerakan alat CIPS.

Memastikan rangkaian peralatan tidak terputus selama pengambilan data.

4.2 DCVG
a. Pemasangan Alat Ukur DCVG

Menyiapkan dua buah halfcell dan satu buah voltmeter.

Menyambungkan kabel dari masing-masing halfcell kepada voltmeter.


b. Mencari Nilai Overline (OL/RE) dan Tititk Kerusakan Coating Pipa
Menelusuri daerah yang diduga terdapat kerusakan coating pada pipa dengan
melihat data pengukuran CIPS.

Menancapkan kedua buah halfcell diantara pipa sampai menemukan nilai 0 mV di


multimeter.

Titik kerusakan coating pipa terdapat ditengah jarak halfcell.

c. Mencari Nilai Remote Earth

Menancapkan satu halfcell pada titik kerusakan pipa.

Menancapkan satu halfcell lainnya tegak lurus dengan pipa.

Mencatat nilai yang terbaca oleh multimeter sampai terjadi perubahan


yang tidak signifikan.

V. DATA PENGAMATAN
5.1 CIPS
V1 : -6,27 V
V2 : -1,499 V
Jarak : 60 cm
Titik Potensial Sel
ke- (V)
1 -0,527
2 -0,522
3 -0,523
4 -0,516
5 -0,511
6 -0,519
7 -0,508
8 -0,506
9 -0,505
10 -0,507
11 -0,511
12 -0,532
13 -0,524
14 -0,521

*Daerah yang diberi warna merah diprediksi terjadi kebocoran pada pipa

Potensial Sel VS Titik ke-


0.54

0.53

0.52

0.51

0.5

0.49
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

5.2 DCVG
Jarak : 30 Cm
Titik Potensial Sel
ke - (V)
1 -0,0072
2 -0,00165
3 -0,00116
4 -0,0057
5 -0,0020
6 -0,00144
7 -0,00142

Potensial Sel VS Titik ke-


0.008
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
1 2 3 4 5 6 7

𝒅𝑿
P/RE = V1 – ( V1 – V2)
𝑿
16
= 6,27 – 20 ( 6,27 – 1,499)

= 6,27 – 3,8168
= 2,4532

𝑶𝑳/𝑹𝒆
%IR = x 100%
𝑷/𝑹𝒆
0,0397
= 2,4532 x 100%

= 1,62%
Kebocoran yang terjadi termasuk kebocoran ringan karena kurang dari 15%.
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran kebocoran pada pipa dengan
menggunakan metode CIPS (Closed Interval Potential Survey) dan DCVG (Direct
Current Voltage Gradient). Kedua metode tersebut dilakukan untuk memeriksa
apakah ada kerusakan atau kebocoran pada pipa dan tingkat kerusakaan atua
kebocoran pipa tersebut agar bisa ditentukan apakah pipa tersebut masih layak
digunakan atau tidak.
Metode CIPS dilakukan untuk mengetahui adanya kebocoran pada pipa dan
dimana letak kebocorannya. Proses dilakukan dengan kutub negative voltmeter
dipasang pada elektroda dan kutub positif dihubungkan dengan test box. Sehingga
akan terukur beda potensial antara elektroda dan pipa.
Sedangkan pada metode DCVG dilakukan untuk mengetahui tingkat
kerusakannya. Pengukuran dilakukan dengan jalur tegak lurus dengan interval 30 cm.
Pengukuran dilakukan sampai nilai potensial sel yang didapat mendekati stabil. Pada
percobaan, dilakukan 7 titik pengukuran. Semakin jauh jaraknya maka semakin
tinggi tingkat kerusakannya.
Data dari percobaan CIPS dibuat kurva potensial sel terhadap jarak (titik ke-).
Nilai yang paling melenceng diprediksi mengalami kebocoran pada titik itu.
Penyimpangan yang terjadi yaitu pada titik ke-9 yaitu jarak 540 cm. Dari titik yang
menyimpang tersebut dapat dilakukan metode DCVG. Dari hasil perhitungan didapat
%IR yaitu 1,62% yang berarti kebocoran yang terjadi termasuk kebocoran ringan.

VII. KESIMPULAN
 Metode CIPS dilakukan dengan kutub negative voltmeter dipasang pada
elektroda dan kutub positif dihubungkan dengan test box. Sehingga akan
terukur beda potensial antara elektroda dan pipa.
 Dari metode CIPS dapat diketahui pipa yang mengalami kebocoran yaitu
pada titik ke-9 atau jarak 540 cm.
 Dari metode DCVG tingkat kerusakan yang didapat sebesar 1,62 yang artinya
kerusakan yang terjadi termasuk kerusakan ringan
DAFTAR PUSTAKA
1. Jones, D.A. 1997. “Priciples and Prevention of Corrosion”. 2nd edition, Practice
Hall, Singapore.
2. Bariyyah, Mariana. 2012. “Analisa Risiko Pipa Transmisi gas Onshore di
Sumatera”. Universitas Indonesia. Depok.
3. Tim Dosen Politeknik Negeri Bandung. “Jobsheet Praktikum Pengendalian Korosi”
Hal V1-VI17. Politeknik Negeri Bandung. Bandung.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai