DAFTAR ISI
1. TUJUAN............................................................................................................................ 4
2. RUANG LINGK UP .............................................................................................................. 4
3. DEFINISl......................................................................................................................................4
4. KODE, STANDAR DAN REFERENSI ..................................................................................... 5
5. PIPA POLYETHYLENE (PE) ............................................................................................... 5
PEMBANGUNAN JARGAS RUMAH
TANGGA DI KOTA LANGSA,
KABUPATEN ACEH TAMIANG, DAN
KABUPATEN DELI SERDANG
(16.709SR)
Dokument No. Rev Page 4 of 10
JRG-LGS-LNA-QC-PRD-018 0
1. Tujuan
Memberikan pedoman untuk kegiatan commissioning konstruksi pipa PE pada
system jaringan pipa distribusi gas.
2. Ruang Lingkup
Prosedur untuk aktifitas commissioning ini disusun untuk digunakan sebagai acuan
dalam melaksanakan aktifitas commisioning pada proyek pembangunan fisik pipa PE
distribusi gas bumi.
3. Definisi
3.1 DITJEN MIGAS adalah Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia sebagai Regulator.
3.2 Migas adalah Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral Republik Indonesia sebagai Pemilik Proyek/Pemberi Kerja.
3.3 PPK adalah Pejabat Pembuat Komitmen, yaitu Pejabat yang ditunjuk
mewakili Migas dan bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan
Pekerjaan konstruksi.
3.4 Pekerjaan adalah Pembangunan Jaringan Gas Bumi untuk Rumah Tangga Skema
APBN.
3.5 Pengawas adalah Ketua Tim Pengawas (KTP), Construction Area Superintendent
(CAS), dan/atau konsultan pengawas / Project Management Consultant (PMC)
yang berkontrak dengan PPK untuk mengawasi pekerjaan.
3.6 Penyedia adalah Pihak yang bertanggung jawab menyediakan barang dan
jasa serta melakukan pemasangan beserta pengujiannya sesuai dengan
kontrak dengan PPK.
3.7 Manufaktur adalah pihak yang memproduksi barang tertentu dengan
pemrosesan material dasar, komponen-komponen atau perakitan beserta
pengujiannya sesuai dengan kontrak dengan Migas.
mendapatkan sistem atau sub-sistem untuk kesiapan operasi yang aman dan
stabil. Commissioning harus meliputi verifikasi kinerja untuk membuktikan
bahwa fasilitas memenuhi persyaratan desain.
3.9 Factory Acceptance Test adalah kegiatan kontrol kualitas yang dilakukan di
pabrik untuk masing-masing material / peralatan / sistem agar sesuai dengan
persyaratan, standar dan kode yang diberlakukan.
3.10 Site Acceptance Test adalah pengujian di lapangan untuk setiap peralatan
dan/atau sistem yang dipasang pada jaringan pipa dan fasilitasnya untuk
memastikan berfungsi dengan baik misalnya valve, cathodic protection,
insulating Joint.
3.11 Fasilitas Penunjang adalah semua peralatan dan instrumen selain jaringan pipa
penyalur yang merupakan kesatuan dari sistem pipa penyalur distribusi gas,
meliputi antara lain namun tidak terbatas pada: MR/S, RS, MS.
3.12 Personil Kunci adalah personil yang ditetapkan secara khusus oleh Penyedia yang
mempunyai tugas penuh selama kegiatan commissioning.
3. Prosedur tertulis yang telah disetujui Pemberi Kerja harus disiapkan sebelum
pelaksanaan pekerjaan.
5. Prosedur commissioning dan peralatan yang digunakan harus dipilih secara tepat
untuk meyakinkan bahwa tidak ada yang masuk ke dalam pipa yang tidak sesuai
dengan gas yang akan disalurkan atau dengan komponen material pipa.
6. Safety induction dan penggunaan alat pelindung diri (APD) minimum dalam
bekerja disampaikan sebelum pelasaknaan pekerjaan.
7. Job Safety Analysis (JSA) dan Permit to Work (PTW) yang sesuai dilengkapi
sebelum pekerjaan dimulai serat dikomunikasikan kepada pekerja pada saat
Toolbox Meeting.
8. Prosedur keslamatan dan kesehtan pada pekerjaan ini harus mengacu pada
Dokumen Sistem Manajeman Keselamatan dak Kesehatn Kerja serta Lingkungan
Pekerjaan Konstruksi, Dokumen No.JRG-LGS-PRD-HSE-041.
2. Semua peralatan, sistem komunikasi, material dan tenaga kerja harus disiapkan untuk
suksenya kegiatan commissioning jaringan pipa.
4. Selama operasi, sistem komunikasi yang memadai harus tersedia untuk semua
penanggung jawab kegiatan yang dapat mecakup semua area.
2. Lakukan penurunan tekanan nitrogendi pipa induk dari 2 bar ke 0,5 bar dengan
PEMBANGUNAN JARGAS RUMAH
TANGGA DI KOTA LANGSA,
KABUPATEN ACEH TAMIANG, DAN
KABUPATEN DELI SERDANG
(16.709SR)
Dokument No. Rev Page 7 of 10
JRG-LGS-LNA-QC-PRD-018 0
cara mengalirkan nitrogen ke jaringan pipa nomor sector 1 melalui RS-01 (acuan
dokumen nomor JRG-GEN-QC_PR-014 “Prosedur Pre-commisioning”). Apabila
tekanan di pipa induk masih lebih dari 0,5 lakukan pengaliran Nitrogen ke jaringan
pipa sektor 2.
3. Pastikan semua ball valve pada seluruh sistem (Sektor 1, 2, 3, dan 4) dalam
keadaan tertutup.
7. Buka temporary valve TBV 180/125 di future connection (FC) pipa induk 180
untuk mengeluarkan N2 dari pipa induk.
8. Lakukan pengukuran LEL di TBV 180/125, apabila telah mencapai 100% lakukan
penutupan BV 180-02 dan temporary valve.
B. Commisioning RS
d. Buka BV 3/4 RS 01-02 hingga kadar LEL 100% meggunakan gas detector.
e. Setelah kadar Lower explosive limit (LEL) 100% tutup BV 3/4 RS 01-02.
distribusi melalui Sambungan Rumah (SR) terujung dari tiap-tiap jalur pipa
distribusi (terlampir).
c. Buka BV 63-01.
d. Buka Ball Valve SR di point b hingga kadar LAL 100% menggunakan gas
detector.
e. Setelah mencapai LEL 100%, tutup Ball Valve SR.
f. Ulangi proses point d dan e di atas di masing-masing titik pembuangan (point
b).
g. Pastikan seluruh jalur distribusi telah terisi gas bumi.
a. Persiapan keselamatan.
b. Sertifikat penyelesaian / berita acara penyelesaian pekerjaan konstruksi.
c) Evakuasi.
d) Penanggung jawab.
i. Kriteria Penerimaan
1. Kadar maksimum oksigen di dalam pipa adalah 2%. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan gas detector.
2. Tekanan akhir (packing) nitrogen di dalam pipa minimal sebesar 6 Bar untuk
Pipa Induk, dan 3 Bar untuk Pipa distribusi, untuk pipa SK SR 1 Bar.
5.4 Rencana Darurat
1. Rencana darurat dimaksudkan untuk menindaklanjuti tindakan untuk
memecahkan masalah.
2. Rencana darurat harus didasarkan pada sedikitnya beberapa alasan yang tidak
direncanakan seperti berikut:
• Jika diidentifikasi terdapat pembekuan.
• Jika diidentifikasi ada kebocoran.
• Jika ada peralatan yang rusak.
• Keadaan kahar
3. Rencana darurat harus diserahkan ke Pemberi Kerja sebelum pelaksanaan
kegiatan tersebut