Anda di halaman 1dari 42

.*-^.

I//z
vtN
KEMENTEBIAN PERDAGANGAN
DIREKTORAT JENDERAL
STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
Jl. M.l. Ridwan Rais No. 5 Gedung I Lt. 6 Jakarta 101 10
Telp. (021) 3840986
REPUBLIK INDONESIA

XEPUTUSAI{ DIREKTT'RJEI{DERAL Sf,AI{DARDISASI DAN PERLINDIJNGAIY KONSTJMEN


NOMOR z eo6/sPr/xuP /12/ 20tt
TENTANG

SYARAT TEI{NIS METER GA,S ORIFICE

DIRETMT'R JEIIDERAL StrAIiIDARDISASI DAI{ PERLIIYDT]NGATiI KONST'MEI{,

Menimbang . cL. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 Peraturan


Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/3l2Ol0
tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan
Perlengkapannya (UT:|P) Yang Wajib Ditera dan Ditera
Ulang, perlu mengatur Syarat Teknis Meter Gas Orifice;
b. bahwa penetapan Syarat Teknis Meter Gas Orifice,
diperlukan untuk mewujudkan kepastian hukum dalam
pemeriksaan, pengujian, dan penggunaan Meter Gas Orifice
sebagai upaya menjamin kebenaran pengukuran volume;
C. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan
Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan
Konsumen tentang Syarat Teknis Meter Gas Orifice;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 198i tentang Metrologi
Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3193);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor a9ft);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib
dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta
Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan
Perlengkapannya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3283);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1987 tentang
Satuan Turunan, Satuan Tambahan, dan Satuan Lain Yang
Berlaku (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987
Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3351);
Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi
dan Perlindungan Kor.lsumen
Nomor :906 /SPK/KEP/ L2 /2011

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2OO7 tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
KabupatenlKota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2OO7 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor a737);
6. Keputusan Presiden Nomor 84lP Tahun 2OOg tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 59lP
Tahun 2Otl;
7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2OO9 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2Oll;
8. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2070 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92
Tahun 2OIl;
9. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
6tlMPPlKepl2liee8 tentang Penyelenggaraan
Kemetrologian sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
2s1IMPP lKepl6lteee;
10. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
635 IMPP/ Kep I lO l2OO4 tentang Tanda Tera;
1 1. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50/M-
DAG/PERllOl2OO9 tentang Unit Kerja dan Unit Pelaksana
Teknis Metrologi Legal;
12. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-
DAG/PER I lO l2OO9 tentang Penilaian Terhadap Unit
Pelaksana Teknis dan Unit Pelaksana Teknis Daerah
Metrologi Legal;
13. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 0B/M-
DAG/PERl3l2O10 tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang,
dan Perlengkapannya (UTTP) Yang Wajib Ditera dan Ditera
Ulang;
14. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-
DAG/PER l7.l20LO tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia;
Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi
dan Perlindungan Konsumen
Nomor : 906 / SPK/KEP/ 12 / 2011

MEMUTUSI(AN:

Menetapkan

KESATU Memberlakukan Syarat Teknis Meter Gas arifice yang


selanjutnya disebut ST Meter Gas Orifice sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi
dan Perlindungan Konsumen ini.
KEDUA ST Meter Gas Orifice sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESATU merupakan pedoman bagi petugas dalam
melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan
Meter Gas Orifice.
KETIGA Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan
Konsumen ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal L4 Desember z}tl
DIREKTUR JENDERAL STANDARDISASI
DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN,

YL,^,[-L
NUS NUZULIA ISHAK
I,AMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTURJENDERAL STANDARDISASI DAN PERUNDUNGAN KONSUMEN
NOMOR : 906/sPr/rnP/12/2otl
TANGGAL : L4 Desember z}tl

DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Pengertian
BAB II Persyaratan Administrasi
2.L Lingkup
2.2 Penerapan
2.3 Identitas
2.4 Persyaratan Meter Gas Orifice Sebelum Peneraan
BAB III Persyaratan Teknis dan Persyaratan Kemetrologian
3.1 Persyaratan Teknis
3.2 Persyaratan Kemetrologian
BAB IV Pemeriksaan dan Pengujian
4.7 Pemeriksaan
4.2 Pengujian Tera dan Tera Ulang

BAB V Pembubuhan Tanda Tera


5.1 Pembubuhan
5.2 Tempat Pembubuhan
BAB VI Penutup

DIREKTUR JENDERAL STANDARDISASI


DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN,

ll,._1, L
NUS NUZULIA ISHAK
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi
Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan
kebenaran pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam
pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan Alat-
alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP). Dalam ketentuan
Pasal 12 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal,
mengamanatkan pengaturan UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang,
dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duanya, serta syarat-
syarat yang harus dipenuhi.
Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk
Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur,
Takar, Timbang, dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera dan
ditera ulang adalah UTTP yang dipakai untuk keperluan menentukan hasil
pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk kepentingan umum,
usaha, menyerahkan atau menerima barang, menentukan pungutan atau
upah, menentukan produk akhir dalam perusahaan, dan melaksanakan
peraturan perundang-undangan.
Meter Gas Orifice adalah jenis meter diferensial, yang mengukur laju aliran
gas bumi dan fluida hidrokarbon terkait lainnya berdasarkan tekanan
diferensial suatu aliran pada pipa terpasang, tekanan statis, densitas,
viskositas, dan suhu. Transaksi gas bumi dan fluida hidrokarbon terkait
lainnya dilakukan berdasarkan pengukuran volume. Oleh karena itu, Meter
Gas Orifice yang digunakan harus dapat memenuhi kriteria tertentu yang
ditentukan oleh suatu peraturan perundang-undangan. Hal ini
dimaksudkan untuk menjamin kebenaran hasil pengukuran dan dalam
upaya menciptakan kepastian hukum.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun syarat teknis UTTP yang
wajib ditera dan ditera ulang yang merupakan pedoman bagi petugas dalam
melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan UTTP.

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan tera dan
tera ulang Meter Gas Orifice.
2. Tujuan
Tersedianya pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera
dan tera ulang serta pengawasan Meter Gas Orifice.

5
1.3 Pengertian
Dalam syarat teknis ini yang dimaksud dengan:
1. Meter Gas Orifice (Meter Gas Orifis) adalah alat pengukur aliran gas
bumi dan fluida hidrokarbon terkait lainnya yang menghasilkan
perbedaan tekanan untuk menentukan laju alir.
2. Fluida adalah gas bumi dan fluida hidrokarbon terkait lainnya
3. Elemen Primer adalah elemen dari Meter Gas Orifis yang berhubungan
langsung dengan aliran fluida.
4. Elemen Sekunder adalah elemen dari Meter Gas Orifis yang
menterjemahkan interaksi antara aliran dengan elemen primer dalam
bentuk sinyal yang dikonversikan dalam volume, berat atau kecepatan
alir melalui penunjukan atau hasil pencatatan.
5. Pelat Orifis adalah bagian dari elemen primer berupa pelat tipis yang
dilubangi berbentuk bulat konsentris yang dikerjakan dengan mesin.
6. Diameter lubang pelat orifis kalkulasi (d) adalah diameter internal dari
lubang pengukur pelat orifis yang dihitung pada temperatur mengalir
(Tf) dan digunakan dalam persamaan alir untuk penentuan laju alir.
7. Diameter lubang pelat orifis terukur (d m ) adalah diameter internal dari
lubang pengukur pelat orifis pada temperatur pelat orifis (T m ) yang
diukur pada waktu pengukuran diameter lubang.
8. Diameter lubang pelat orifis referensi (d r ) adalah diameter internal dari
lubang pengukur pelat orifis pada temperatur referensi (T r ) yang
disertifikasi.
9. Pemegang pelat orifis (orifice fitting) adalah suatu elemen perpipaan yang
bertekanan, digunakan untuk memuat dan mendudukkan pelat orifis
dalam sistem perpipaan.
10. Tube meter adalah instalasi dari Meter Gas Orifis yang terdiri dari pipa
lurus di bagian hulu dan hilir, termasuk semua peralatan yang menyatu
dengan pemegang pelat orifis dan pelurus aliran (straightening vanes)
jika digunakan.
11. Diameter internal tube meter kalkulasi (D) adalah diameter internal dari
bagian hulu tube meter yang dihitung pada temperatur mengalir (Tf ).
12. Diameter internal tube meter terukur (D m ) adalah diameter internal dari
bagian hulu tube meter pada temperatur dari tube meter (T m ) pada waktu
pengukuran diameter internal.
13. Diameter internal tube meter referensi (D r ) adalah diameter internal dari
bagian hulu tube meter yang dikalkulasi pada temperatur referensi (T r )
yang disertifikasi.
14. Rasio diameter (β) adalah rasio dari diameter lubang pelat orifis terhadap
diameter internal tube meter dikalkulasi pada kondisi mengalir.
15. Lubang tap adalah sebuah lubang untuk menentukan perbedaan
tekanan sebelum dan sesudah melewati pelat orifis.
16. Tap flensa (flange taps) adalah sepasang lubang tap untuk menentukan
perbedaan tekanan dengan jarak masing – masing 25,4 mm sebelum
dan sesudah melewati pelat orifis (perbedaan tekanan di posisi tap hulu
dan tap hilir).

6
17. Pipe taps adalah sepasang lubang tap untuk menentukan perbedaan
tekanan dengan jarak masing – masing 2,5 kali besar diameter pipa
aliran yang digunakan dari sisi hulu dan 8 kali besar diameter pipa
aliran yang digunakan dari sisi hilir.
18. Tekanan statis absolut (Pf) adalah tekanan absolut dari fluida mengalir
yang diukur pada salah satu lubang tap flensa secara langsung atau
melalui penambahan tekanan barometris lokal dan tekanan terukur.
19. Tekanan diferensial (∆P) adalah perbedaan tekanan statis yang diukur
antara bagian hulu dan hilir.
20. Temperatur mengalir (Tf) adalah temperatur fluida mengalir yang diukur
pada lokasi hulu dan hilir.
21. Laju alir orifis adalah aliran massa atau volume fluida melalui meter
orifis per satuan waktu.
22. Koefisien discharge pelat orifis (C d ) adalah rasio dari aliran yang
sesungguhnya terhadap aliran teoritis dan diaplikasikan ke dalam
persamaan alir teoritis untuk mendapatkan aliran aktual
(sesungguhnya/nyata).
23. Faktor pendekatan velositas (Ev) adalah suatu persamaan matematis
yang menghubungkan velositas fluida yang mengalir di dalam tube meter
hulu dengan velositas fluida dalam lubang pelat orifis.
24. Faktor ekspansi (Y) adalah suatu persamaan empiris yang digunakan
untuk mengkoreksi laju alir guna mereduksi densitas fluida
sebagaimana pada fluida kompresibel bila melalui lubang pelat orifis.
25. Bilangan Reynold pipa (R ED ) adalah rasio tanpa dimensi dari daya yang
digunakan untuk korelasi variasi dalam koefisien discharge pelat orifis
(C d ) dengan perubahan sifat fluida, laju alir dan geometri meter orifis.
26. Peralatan sekunder adalah transduser elektro mekanik yang merespon
input dari tekanan, temperatur, beda tekanan, frekuensi densitas relatif
(specific gravity) atau variabel lainnya.
27. Static Pressure Transmitter adalah perlengkapan yang merupakan sensor
tekanan statis yang mengubah tekanan yang terjadi di dalam pipa meter
menjadi bentuk sinyal.
28. Temperatur Transmitter adalah perlengkapan yang merupakan sensor
temperatur yang mengubah temperatur yang terjadi di dalam pipa meter
menjadi bentuk sinyal.
29. Differential Pressure Transmitter adalah jenis perlengkapan yang
merupakan sensor yang mengukur perbedaan tekanan antara 2 (dua)
titik pengukuran (down stream dan up stream) yang berfungsi untuk
mengirimkan data yang diukur ke unit penerima (flow computer).
30. Flow computer adalah perlengkapan untuk memantau laju aliran secara
komputerisasi yang berfungsi sebagai penerima (receiver) sinyal dari satu
atau beberapa alat pemancar (transmitter) yang terhubung dan dapat
mengkalkulasikan semua data menjadi suatu nilai tertentu.
31. Three Pen Recorder adalah peralatan untuk mencatat tekanan statis,
tekanan diferensial dan temperatur secara bersamaan.
32. Two Pen Recorder adalah peralatan untuk mencatat tekanan statis dan
tekanan diferensial secara bersamaan.

7
33. Pressure Recorder adalah perlengkapan Meter Gas Orifis yang
menggunakan sistem mekanik untuk mencatat tekanan statis yang
terjadi di dalam pipa meter.
34. Differential Pressure Recorder adalah perlengkapan Meter Gas Orifis yang
menggunakan sistem mekanik untuk mencatat tekanan diferensial
(Differensial Pressure) yang terjadi di dalam pipa meter.
35. Temperature Recorder adalah perlengkapan Meter Gas Orifis yang
menggunakan sistem mekanik untuk mencatat temperatur yang terjadi
di dalam pipa meter.
36. Pemroses sinyal adalah pemroses sinyal elektronik yang berasal dari
peralatan sekunder yang mengirimkan informasi ke flow computer.
37. Densitas fluida mengalir (ρt,p) adalah massa per satuan volume dari
fluida yang sedang diukur pada kondisi mengalir (Tf, Pf ).
38. Densitas fluida dasar (ρb) adalah massa per satuan volume dari fluida
yang sedang diukur pada kondisi tekanan dasar dan kondisi temperatur
dasar.
39. Viskositas absolut (µ) adalah ukuran dari suatu resistansi daya kohesif
intermolekul fluida untuk bergeser per satuan waktu yang digunakan
untuk menghitung bilangan Reynolds pipa.
40. Kompresibilitas (Z) adalah suatu faktor penyesuaian yang digunakan
untuk menghitung deviasi dari hukum gas ideal.
41. Eksponen isentropik (k) adalah suatu sifat keadaan termodinamis yang
membuat hubungan antara tekanan fluida yang mengembang dan
densitas sewaktu fluida mengalir melalui lubang pelat orifis.
42. Kondisi tekanan dasar (Pb) dan kondisi temperatur dasar (Tb) adalah
kondisi dasar yang dipergunakan sebagai referensi untuk proses
perhitungan laju alir.
43. Fluida Newtonian adalah semua gas, cairan dan fluida padat (dense
phase fluids) yang digunakan dalam industri minyak bumi, petrokimia
serta gas bumi.
44. Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD) adalah kesalahan yang masih
berada dalam rentang operasional yang ditentukan pada Meter Gas
Orifis.

8
BAB II
PERSYARATAN ADMINISTRASI

2.1 Lingkup
Syarat Teknis ini mengatur tentang persyaratan teknis dan persyaratan
kemetrologian untuk Meter Gas Orifis untuk pengukuran gas bumi dan
fluida hidrokarbon terkait lainnya.

2.2 Penerapan
a. Syarat Teknis ini berlaku untuk Meter Gas Orifis yang terdiri dari
elemen primer dan elemen sekunder untuk mengukur laju alir fluida.
b. Syarat teknis ini berlaku untuk fluida pada kondisi aliran massa
steady-state dan dalam kondisi bersih, fase tunggal, homogen dan
termasuk fluida Newtonian dengan pipa yang mempunyai bilangan
Reynolds 4000 atau lebih besar.
c. Dalam syarat teknis ini disyaratkan untuk menggunakan temperatur
aliran dalam derajat Celcius. Meskipun demikian, apabila temperatur
aliran digunakan dalam persamaan untuk menentukan densitas dari
fluida yang mengalir, maka nilai dalam derajat Celcius tersebut
dikonversikan ke nilai temperatur absolut dalam derajat Kelvin melalui
persamaan sebagai berikut :
°K = °C + 273,15
°C = °K – 273,15
d. Persamaan koefisien discharge untuk meter gas orifis tap flensa yang
konsentris dan bertepi persegi 𝐶𝐶𝑑𝑑 (FT) dapat diterapkan untuk ukuran
pipa nominal yang sama dengan atau lebih besar dari 50 mm serta
rasio diameter (𝛽𝛽) 0,1-0,75, dengan diameter lubang orifis yang
diberikan (d r ) lebih besar dari 11,4 mm dan bilangan Reynold pipa (R eD )
lebih besar dari atau sama dengan 4000.
e. Untuk menjamin keakurasian dalam ketidakpastian yang ditetapkan,
batasan kondisi aliran tertentu harus memenuhi hal-hal sebagai
berikut:
1) Aliran harus mendekati kondisi stabil, kondisi aliran massa steady
state untuk fluida yang dinilai bersih, fase tunggal, homogen dan
fluida Newtonian.
2) Fluida harus tidak mengalami perubahan fase apapun pada saat
melewati orifis.
3) Aliran harus subsonik melewati orifis dan tube meter.
4) Bilangan Reynolds harus dalam batas yang ditetapkan dari
koefisien empiris.

9
2.3 Identitas
1. Meter Gas Orifis pada bagian orifice fitting harus dilengkapi dengan pelat
identitas yang memuat keterangan sebagai berikut:
a. Merek pabrik;
b. Model / tipe;
c. Nomor seri;
d. diameter pipa nominal;
e. line bore size; dan
f. fluida yang diukur.
2. Keterangan sebagaimana pada angka 1 harus mudah dilihat, mudah
dibaca dan tidak mudah terhapus pada kondisi pemakaian Meter Gas
Orifis secara normal.
3. Meter Gas Orifis harus dilengkapi dengan tempat-tempat untuk
pembubuhan tanda tera.

2.4 Persyaratan Meter Gas Orifis Sebelum Peneraan


1. Persyaratan sebelum dilakukan tera
a. Untuk Meter Gas Orifis asal impor harus memiliki:
1) Surat Izin Tipe; dan
2) Label Tipe yang melekat pada Meter Gas Orifis.
b. Untuk Meter Gas Orifis produksi dalam negeri harus memiliki:
1) Surat Izin Tanda Pabrik; dan
2) Label yang memuat merek pabrik dan nomor surat izin tanda
pabrik.
2. Persyaratan sebelum dilakukan tera ulang
Meter Gas Orifis yang akan ditera ulang harus sudah ditera sebelumnya.

10
BAB III

PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN

3.1 Persyaratan Teknis


1. Konstruksi
Berdasarkan prinsip kerjanya Meter Gas Orifis terdiri dari :
a. Meter Gas Orifis yang menggunakan Sistem Elektronik
Peralatannya terdiri dari:
1) Static Pressure Transmitter
2) Temperatur Transmitter
3) Differential Pressure Transmitter
4) Flow Computer
b. Meter Gas Orifis yang menggunakan Sistem Mekanik
Peralatannya terdiri dari:
1) Pressure Recorder
2) Differential Pressure Recorder
3) Temperature Recorder

Meter Gas Orifis terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut:


a. Elemen Primer
1) Pelat Orifis
Pelat orifis digambarkan sebagai suatu pelat tipis tajam, tepi
persegi karena ketebalan material pelat kecil (tipis) dibandingkan
dengan diameter internal lubang pengukur pelat orifis, dan
karena tepi hulu dari lubang pengukur tajam dan persegi.
Pelat orifis harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Ketebalan minimum lubang pelat orifis yang diizinkan (e)
didefinisikan sebagai e≥ 0,254 d m atau e> 0,127 mm (dipilih
yang lebih besar).
b) Nilai maksimum yang diizinkan untuk ketebalan lubang pelat
orifis (e) didefinisikan sebagai e ≤ 0,508 mm D m atau e ≤
3,75mm d m (dipilih yang lebih kecil), tetapi e harus tidak lebih
besar dari ketebalan pelat orifis (E).
c) Ketebalan pelat orifis (E)
Nilai minimum, maksimum dan yang direkomendasikan dari
ketebalan pelat orifis (E) untuk pelat orifis baja stainless type
304 dan 316 dapat dilihat pada tabel 3.1.

11
Tabel 3.1 Dimensi Pelat Orifis

Diameter Dalam Nominal (mm)

2 3 4 6 8 10 12 16 20 24 30

42,850 0,000 66,650 80,061 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 242,875 0,000 0.000 0,000 0,000 477,825 0,000 0,000 0,000 0,000
diameter
dalam 49,251 0,000 73,660 112,725 0,000 124,384 146,329 0,000 202,717 254,508 303,225 0,000 0,000 381,000 482,600 0,000 584,200 0,000 736,600
publikasi
52,502 58,420 77,927 97,180 102,260 131,750 154,051 193,675 205,003 257,454 307,086 373,075 373,075 387,350 488,950 574,650 590,550 730,250 742,950

Tebal Pelat Orifis, E (mm)


Minimum 2,921 2,921 2,921 2,921 2,921 2,921 2,921 2,921 2,921 4,445 4,445 4,445 4,445 4,445 6,096 6,096 6,096 9,398

Maksimum 3,302 3,302 3,302 3,302 3,302 4,140 4,877 6,452 8,103 8,103 9,627 10,109 12,446 12,70 12,827 12,827 14,275 14,275

Rekomendasi 3,175 3,175 3,175 3,175 3,175 3,175 3,175 3,175 3,175 6,350 6,350 6,350 9,525 9,525 9,525 9,525 9,525 12,700

12
Ketebalan maksimum tepi pelat orifis (e) dapat dilihat pada
lampiran 4.
d) Tirus (Bevel) Pelat Orifis (𝜃𝜃)
Sudut tirus pelat (𝜃𝜃) didefinisikan sebagai sudut antara tirus
dan muka hilir pelat. Nilai yang diizinkan untuk sudut tirus
pelat (𝜃𝜃) adalah 45 ° ± 15 °. Jika tirus disyaratkan (lihat tabel
3.1), dimensi minimumnya yang diukur sepanjang sumbu
lubang harus tidak boleh lebih kecil dari 1/40,64 mm atau
1,59 mm.
2) Pemegang Pelat Orifis (Orifice Fitting)
Pemegang pelat orifis terdiri dari satu set flensa orifis yang
dilengkapi dengan tap pengindera tekanan diferensial
yang terkait.
a) Flensa orifis untuk instalasi tube meter orifis harus
dikonstruksi dan dipasang pada pipa, sehingga semua
spesifikasi mekaniknya memenuhi persyaratan.
b) Pemegang Pelat Orifis
Bila Pemegang Pelat Orifis flensa hulu digunakan, diameter
dalam rata-rata tube meter yang dikoneksi ke bagian inlet
harus cocok dengan diameter internal rata-rata fitting dengan
toleransi yang diberikan, sebagaimana dimaksud pada angka
3) huruf c), d) dan e).
Beberapa tipe pemegang pelat orifis sebagai berikut:
• Senior orifice fitting merupakan tempat dudukan pelat orifis
yang cara penggantian pelat orifisnya dapat dilakukan tanpa
menghentikan aliran.
• Junior orifice fitting mirip dengan tipe senior, tetapi tidak
memiliki katup geser dan ruang bagian atas.
• Simplex orifice plate merupakan tempat dudukan pelat orifis
yang telah dikembangkan khusus untuk kebutuhan yang
lebih ekonomis, pemindahannya akurat dan digunakan untuk
pelat orifis tipe konvensional yang frekuensi penggantiannya
jarang dilakukan.
c) Tap Flensa
Tube meter yang menggunakan tap flensa harus mempunyai
pusat lubang tap tekan hulu yang ditempatkan 25,4 mm dari
muka hulu pelat orifis. Pusat lubang tap tekanan hilir harus
berjarak 25,4 mm dari muka hilir pelat orifis. Penempatan tap
flensa dapat dilihat pada gambar 3.1.

13
Gambar 3.1 Penempatan Tap Flensa
1) Pusat tap hulu ditempatkan sejauh 25,4 milimeter di hulu
dari muka pelat yang terdekat.
2) Pusat tap hilir ditempatkan sejauh 25,4 milimeter di hilir
dari muka pelat yang terdekat.
d) Pipe Taps
Tap ini letaknya 2,5 kali diameter pipa di bagian hulu dan
8 kali diameter pipa di bagian hilir pelat orifis.
Penempatan Pipe Taps dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Penempatan Pipe Taps


1) Pusat tap hulu ditempatkan sejauh 2,5 kali diameter pipa di
bagian hulu pelat orifis.
2) Pusat tap hilir ditempatkan sejauh 8 kali diameter pipa di
bagian hilir pelat orifis.
e) Rasio diameter (β) adalah diameter lubang pelat orifis kalkulasi
(d) dibagi dengan diameter internal tube meter kalkulasi (D).
Direkomendasikan rasio diameter (β) yang digunakan dalam
desain instalasi baru adalah 0,75.
f) Lubang tap tekan harus dibor dengan arah radial terhadap
tube meter, yaitu garis tengah lubang tap harus memotong dan
membentuk sudut 90° terhadap sumbu tube meter, tepi
dalamnya bersih tanpa ada kotoran bekas pengeboran.
g) Diameter lubang tap tekan pada bagian permukaan dalam tube
meter dan sepanjang lubang pengeboran harus 9,5 mm ± 0,4
mm untuk pipa dengan diameter nominal 50 mm atau 80 mm
14
dan harus 12,7 mm ± 0,4 mm untuk pipa dengan diameter
nominal 100 mm atau lebih besar.
h) Tepi lubang tap tekan pada permukaan dalam tube meter
harus bebas dari tonjolan dan boleh sedikit bundar.
i) Ketegaklurusan
Pemegang pelat orifis harus mempertahankan posisi pelat orifis
tegak lurus pada sudut 90° terhadap sumbu tube meter.
3) Tube meter
Spesifikasi tube meter (dengan atau tanpa pengkondisian aliran)
sebagai berikut:
a) Kekasaran permukaan internal tube meter harus diukur
mendekati lokasi aksial yang sama.
b) Rata-rata kekasaran permukaan internal tube meter tidak
boleh melampaui :
• Ra = 762 nm (nano meter), jika rasio diameter (βr) kurang
dari 0,6
• Ra = 635 nm (nano meter), jika rasio diameter (βr) lebih
besar atau sama dengan 0,6
c) Nilai absolut perbedaan presentase antara diameter internal
tube meter yang diukur, D m dan setiap pengukuran diameter
individual dengan jarak satu diameter tube meter, D m pada sisi
hulu pelat orifis tidak boleh melebihi 0,25 persen D m .

Suatu dari sembarang Diameter Dm-Dm


� X 100� ≤ 0,25%
Dm

Contoh situasi ini diberikan dalam tabel 3.2, semua


pengukuran dalam satu diameter tube meter bagian hulu
permukaan pelat orifis adalah antara 0,25 persen dari rata-
rata 2,0695.

Tabel 3.2 Contoh Toleransi kebundaran diameter internal


Tube meter : Diameter tube meter dalam
Mean pertama Hulu dari pelat orifis.

Pengukuran Diameter Internal Tube Meter (mm)


Rata-
Posisi A B C D
rata,D m
I - mm pelat
52,568 52,563 52,563 52,568 52,565
Hulu
Dalam satu
52,578 52,517 52,504 52,464
Dm

d) Perbedaan presentase antara pengukuran diameter internal


Individual Terukur maksimum dan diameter internal individu
terukur minimum pada semua pengukuran diameter internal
individual tube meter hulu, mencakup diameter tube meter
pertama hulu dari tube pelat orifis tersebut, tidak lebih dari 0,5
persen dari D m .

15
Diameter Maksimum-Diameter Minimum
X 100 ≤ 0,5%
Dm

Contoh situasi ini diberikan dalam Tabel 3.3, kalkulasi untuk


memverifikasi bahwa pengukuran memenuhi kriteria toleransi
sebagai berikut:
525,780 − 525,170
× 100 ≤ 0,48%=0,116≤ 0,48%
525,653
Tabel 3.3 Contoh Toleransi Kebundaran Diameter Internal
Tube meter : Semua Pengukuran Diameter Internal Individual
Tube Meter Hulu

Pengukuran Diameter Internal Tube Meter (mm)


Rata-
Posisi A B C D
rata,D m
I - mm Pelat Hulu 52,568 52,563 52,563 52,568 52,565
Dalam satu D m 52,578 52,517 52,504 52,464
Pemeriksaan dan
52,377 52,375 52,357 52,327
Pengukuran Hulu

e) Toleransi Kebundaran Internal Tube Meter Hilir


Nilai absolut perbedaan presentase antara ukuran diameter
tube meter, D m dan diameter internal individual yang manapun
pada sisi hilir tidak boleh melebihi 0,5 persen dari D m

𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 − 𝐷𝐷𝐷𝐷


� × 100� ≤ 0,5 %
𝐷𝐷𝐷𝐷

b. Elemen Sekunder
Elemen Sekunder berfungsi untuk melakukan:
1) Pengukuran tekanan statis;
2) Pengukuran tekanan diferensial;
3) Pengukuran temperatur;
4) Perhitungan aliran.
c. Peralatan Sekunder
Transmitter didesain untuk mempertinggi sirkuit transmisi informasi
dari lokasi yang satu ke lokasi yang lain dengan penambahan sirkuit
elektronik yang mengubah output transduser ke sinyal standar.
Transduser berfungsi mengubah respon parameter pengukuran ke
dalam nilai – nilai besaran listrik. Transmitter yang digunakan untuk
pengiriman nilai yang diperlukan untuk penghitungan volume gas
meliputi:
a. Static Pressure Transmitter
b. Temperatur Transmitter
c. Differensial Pressure Transmitter

16
2. Densitas
Densitas yang digunakan pada kondisi mengalir (atau kondisi dasar):
a. lebih besar dari 0,30 gram/cm3 (mengacu pada API Manual of
Petroleum Measurement Standard Chapter 14.6 untuk instalasi,
operasi dan kalibrasi peralatan ini).
b. Kurang dari 0,30 gram/cm3 (mengacu pada rekomendasi
manufaktur untuk instalasi, operasi, kalibrasi peralatan ini).

3. Rumus dasar laju alir meter gas orifis


𝑞𝑞𝑚𝑚 = 𝐶𝐶 𝜋𝜋
� 4 �𝑑𝑑 2 �2𝑔𝑔𝑐𝑐 𝜌𝜌 𝑡𝑡,𝑝𝑝 ∆𝑃𝑃
𝑑𝑑 𝐸𝐸𝑣𝑣 𝑌𝑌

Keterangan:
𝐶𝐶𝑑𝑑 = Koefisien discharge pelat orifis
d = Diameter lubang pelat orifis dihitung pada suhu mengalir
∆𝑃𝑃 = Tekanan diferensial orifis
𝐸𝐸𝑣𝑣 = Faktor pendekatan pada kecepatan
𝑔𝑔𝑐𝑐 = Konstanta konversi dimensi
𝜋𝜋 = Konstanta universal (3,14159)
𝑞𝑞𝑚𝑚 = Laju alir massa
𝜌𝜌𝑡𝑡,𝑝𝑝 = Densitas fluida pada kondisi mengalir
𝑌𝑌 = Faktor ekspansi

a. Laju alir volumetris pada kondisi dasar /standar (Qv) dapat


dikalkulasi menggunakan rumus :

𝑞𝑞𝑚𝑚
𝑄𝑄𝑄𝑄 =
𝜌𝜌𝑏𝑏
Keterangan:
𝑞𝑞𝑚𝑚 = laju alir massa
𝜌𝜌𝑏𝑏 = densitas fluida pada kondisi dasar

Laju alir massa (𝑞𝑞𝑚𝑚 ) dapat dikonversi ke laju alir volumetrik pada
kondisi dasar (standar) (𝑄𝑄𝑄𝑄) apabila densitas fluida pada kondisi
dasar (𝜌𝜌𝑏𝑏 ) dapat ditentukan.

b. Laju alir volumetris pada kondisi mengalir / kondisi aktual


𝑞𝑞𝑚𝑚
𝑞𝑞𝑞𝑞 =
𝜌𝜌𝜌𝜌𝑝𝑝
Keterangan:
𝑞𝑞𝑚𝑚 = laju alir massa
ρt p = densitas fluida pada kondisi mengalir

17
4. Eksentrisitas (𝜀𝜀) pelat orifis
Lubang pelat orifis harus konsentris dengan dinding internal pemegang
pelat orifis, baik bagian hulu maupun hilir. Eksentrisitas lubang pelat
orifis yang diukur paralel dengan sumbu tap tekan harus kurang atau
sama dengan toleransi yang didefinisikan oleh persamaan berikut :
0,0025𝐷𝐷
𝜀𝜀 ≤
0,1 + 2,3 𝛽𝛽𝑚𝑚4

Keterangan :
𝜀𝜀 = eksentrisitas lubang pelat orifis

Tabel 3.4 Toleransi Eksentrisitas Maksimum Lubang Pelat Orifis (mm)


Diameter Dalam Tube meter (mm)
βm 52,5018 77,9272 102,2604 154,0510 202,7174 254,5080 2.06
5,0800 1,2700 1,8796 2,4638 3,7084 4,8768 6,1468 0.200 0.0
6,3500 1,1938 1,7780 2,3368 3,5306 4,6482 5,8420 0.250 0.04
7,6200 1,1176 1,6510 2,1590 3,2512 4,2672 5,3594 0.300 0.04
8,8900 0,9652 1,7018 1,9050 2,8702 3,7592 4,7244 0.350 0.03
10,1600 0,8382 1,2192 1,6002 2,4130 3,2004 4,0132 0.400 0.03
11,4300 0,6858 0,9906 1,3208 1,9812 2,6162 3,2766 0.450 0.02
12,7000 0,5334 0,8128 1,0414 1,5748 2,0828 2,6162 0.500 0.02
13,9700 0,4318 *) 0,6350 0,8128 1,2446 1,6256 2,0574 0.550 0.01
15,2400 0,3302 *) 0,4826 *) 0,6350 0,8382 1,2700 1,6002 0.600 0.01
16,5100 0,2540 *) 0,3810 *) 0,5080 0,7620 0,9906 1,2446 0.650 0.0
17,7800 0,2032 *) 0,3048 *) 0,3810 *) 0,5842 0,7620 0,9652 0.700 0.00

*)Untuk harga-harga tersebut, nilai eksentrisitas minimal pada 508


mm dianggap praktis. Nilai ini bisa memperbesar ketidakpastian
koefisien discharge pelat orifis (C d ) dengan penambahan sebesar
0,0 – 0,5 persen.

Gambar 3.2 Pengukuran Eksentrisitas

18
5. Kekasaran pelat orifis
Kekasaran rata – rata (Ra) yang digunakan mengacu pada American
National Standards Institute (ANSI) B46.1 dan merupakan “rata-rata
aritmatika nilai absolut dari deviasi tinggi profil terukur yang diambil
dari bagian panjang sampel dan diukur dari garis pusat grafik”.
Kekasaran permukaan muka hulu dan hilir pelat orifis harus bersih dari
abrasi dan goresan yang terlihat dengan kasat mata harus kurang dari
127 nm Ra (kekasaran rata-rata). Kekasaran permukaan boleh diuji
dengan menggunakan suatu alat kekasaran permukaan tipe electronic
averaging dengan nilai pemutusan tidak kurang dari 0,762 mm.
6. Kerataan (flatness) pelat orifis
Muka hulu dan hilir pelat orifis harus rata sebagaimana dapat dilihat
pada gambar 3.3. Deviasi kerataan pada pelat orifis lebih kecil atau
sama dengan 1 persen dari tinggi dam (yaitu, 0,254 mm per mm dari
tinggi dam). Tinggi dam dapat dikalkukasi dengan rumus (D m – d m )/2.
Kriteria kerataan ini digunakan pada setiap dua titik pada pelat orifis
yang berada dalam dimensi diameter internal pipa. Penyimpangan
kerataan pelat orifis digambarkan pada gambar 3.4 dan ditentukan
sebagaimana terdapat pada tabel 3.5.

Gambar 3.3 Dimensi pelat orifis

Gambar 3.4 Penyimpangan kerataan pelat orifis

19
Tabel 3.5 Toleransi kerataan pelat orifis (diukur pada tepi lubang orifis
dan dalam batas diameter internal pipa)
Penyimpangan Maksimal Dari kerataan (mm) untuk Ukuran Tube Meter Nominal (mm)

Diameter
Lubang
orifis,dm (mm) 5.080 7.620 10.160 15.24 20.32 25.40 30.48 40.64 50.80 60.96 76.20

3.175 *) 0.229

6.35 *) 0.229

9.525 *) 0.203

12.7 0.203 0.330

15.87 0.178 0.305 0.432

19.05 0.178 0.305 0.406 0.686

22.22 0.152 0.279 0.406 0.660 0.914

25.4 0.127 0.254 0.381 0.635 0.889 1.143

31.75 0.102 0.229 0.356 0.610 0.864 1.118 1.372

38.1 0.076 0.203 0.330 0.584 0.838 1.092 1.346 1.702

44.45 0.178 0.279 0.559 0.813 1.067 1.321 1.676

50.8 0.127 0.254 0.508 0.762 1.041 1.270 1.651 2.159

57.15 0.102 0.229 0.483 0.737 0.991 1.245 1.600 2.108

63.5 0.203 0.457 0.711 0.965 1.219 1.575 2.083 2.591

69.85 0.152 0.432 0.686 0.940 1.194 1.549 2.057 2.565

76.2 0.127 0.381 0.635 0.914 1.143 1.524 2.032 2.540 3.302

82.55 0.356 0.610 0.889 1.118 1.473 1.981 2.489 3.251

88.9 0.330 0.584 0.864 1.092 1.448 1.956 2.464 3.226

95.25 0.305 0.559 0.838 1.067 1.422 1.930 2.438 3.200

101.6 0.254 0.508 0.813 1.016 1.397 1.905 2.438 3.175

114.3 0.203 0.457 0.787 0.965 1.321 1.829 2.337 3.099

127 0.381 0.711 0.889 1.270 1.778 2.286 3.048

139.7 0.330 0.660 0.838 1.194 1.702 2.210 2.972

152.4 0.254 0.584 0.762 1.143 1.651 2.159 2.921

165.1 0.533 0.711 1.067 1.575 2.083 2.845

177.8 0.457 0.635 1.016 1.524 2.032 2.794

190.5 0.406 0.584 0.940 1.448 1.956 2.718

203.2 0.330 0.508 0.889 1.397 1.905 2.667

215.9 0.457 0.813 1.321 1.829 2.591

228.6 **) 0.381 0.762 1.270 1.778 2.540

*)Menggunakan diameter ini tidak dilarang tetapi bisa menghasilkan


ketidakpastian yang lebih besar
**)Untuk ukuran yang lebih besar, penyimpangan maksimal dari
kerataan sama dengan 0,005 (D m – d m )
7. Tepi hulu lubang pelat orifis harus persegi dan tajam. Tepi hulu dan hilir
lubang pelat orifis harus bebas dari cacat yang bisa dilihat dengan kasat
mata, seperti bintik rata, tekstur berserabut, kasar, burrs, tonjolan dan
takik.

20
8. Permukaan internal lubang pelat orifis harus dalam bentuk silinder
berdiameter konstan dan tidak memiliki cacat, seperti lekuk, tonjolan,
lubang atau gumpalan yang dapat dilihat dengan kasat mata.

3.2 Persyaratan Kemetrologian


1. Satuan yang dipergunakan harus dalam Satuan Internasional (SI).
Satuan selain SI dalam ketentuan ini harus dikonversikan ke dalam
satuan SI.
2. Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD)
BKD harus berada dalam nilai-nilai yang berlaku sebagaimana tercantum
dalam Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD)
No Perlengkapan UTTP BKD
1. Static Pressure Transmitter ±0,25 % FS
2. Temperatur Transmitter ±0,25 % FS
3. Differential Pressure Transmitter ±0,25 % FS
4. Pengujian Sistem ±2% FS
5. Temperature Recorder ± 1 % FS
6. Differential Pressure Recorder ±0,5% FS
7. Static Pressure Recorder ±0,5% FS
Keterangan:
FS : Full Scale
3. BKD untuk pengujian sistem adalah 3 (tiga) kali nilai ketidakpastian.
Berdasarkan referensi American Gas Association (AGA) Report No.3 – 1992
untuk nilai ketidakpastian kalkulasi aliran fluida sebesar 0,6700,
sehingga diperoleh BKD pengujian sistem untuk tera dan tera ulang
sebesar ± 2% FS.

21
BAB IV
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

4.1 Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Meter Gas Orifis dilakukan untuk memastikan bahwa Meter
Gas Orifis memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam syarat teknis
ini.
2. Pemeriksaan konstruksi dan perlengkapan Meter Gas Orifis yang baru
dilakukan dengan membandingkan dengan gambar konstruksi.
3. Pemeriksaan Meter Gas Orifis baru dilakukan setelah memperoleh izin
tipe atau izin tanda pabrik.
4. Pemeriksaan dilaksanakan dengan memperhatikan sambungan antara
pipa instalasi dengan lubang masuk dan lubang keluar dalam keadaan
Meter Gas Orifis berisi media uji berupa fluida.
5. Pemeriksaan spesifikasi teknis dilakukan untuk memastikan Meter Gas
Orifis maupun komponennya telah sesuai persyaratan yang meliputi pelat
orifis, Orifice Fitting, tranduser beserta bagian-bagiannya, transmitter
serta flow computer.

4.2 Pengujian Tera dan Tera Ulang


1. Pengujian dilaksanakan di tempat Meter Gas Orifis terpasang tetap,
sesuai dengan maksud penggunaannya.
2. Pengujian Meter Gas Orifis dilakukan dengan pengujian fungsi komponen
secara terpisah dan dilanjutkan dengan pengujian komponen yang
terintegrasi. Pengujian yang dilakukan harus sesuai persyaratan dengan
cara membandingkan nilai yang diukur unit elektronik Meter Gas Orifis
(nilai digital yang diperlukan flow computer) dari masing–masing variabel
nilai terhadap reference standard.
3. Pengoperasian Meter Gas Orifis yang berfungsi mengukur aliran fluida
yang menghasilkan perbedaan tekanan untuk menentukan laju alir
dilakukan sesuai Syarat Teknis ini dan hasilnya dicatat pada cerapan
sebagaimana tercantum dalam lampiran 2 pengujian syarat teknis ini.
4. Rumus perhitungan kalkulasi dapat mengacu pada referensi berikut:
a. American Gas Association (AGA) Report No.3 – 1985;
b. American Gas Association (AGA) Report No.3 – 1992; atau
c. ISO 5167, First edition 1980-02-01 Measurement of fluid flow by means
of orifice plates, nozzles and venturi tubes inserted in circular cross-
section conduits running full.

22
BAB V
PEMBUBUHAN TANDA TERA

5.1 Pembubuhan
Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak dan Tanda Sah, dibubuhkan
pada lemping tanda tera.
Tanda Jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian tertentu dari
Meter Gas Orifis yang sudah disahkan pada waktu ditera dan ditera ulang
untuk mencegah penukaran dan/atau perubahan.
Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

5.2 Tempat Pembubuhan


1. Penempatan
Lemping tanda tera ditempatkan dan/atau dipasang pada bagian Meter
Gas Orifis yang mudah dilihat, tidak mudah lepas dan dapat menjamin
keutuhan (tahan lama) tanda-tanda tersebut.
2. Tera
a. Tanda Daerah ukuran 4 mm, Tanda Pegawai Yang Berhak (H) dan Tanda
Sah Logam ukuran 6 mm (SL6) dibubuhkan pada lemping aluminium
atau logam dengan kualitas sejenis yang tahan karat. Lemping tersebut
dipasang atau dililitkan pada orifice fitting dengan kawat segel dan
dibubuhi Tanda Jaminan Plombir ukuran 8 mm (JP8).
b. Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6) dibubuhkan pada penutup flow
computer.
c. Tanda Jaminan Plombir ukuran 8 mm (JP8) dibubuhkan pada penutup
transmitter dan penutup field adjuster. Security lock harus pada posisi
on.
d. Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6) dan Tanda Jaminan Plombir
ukuran 8 mm (JP8) dibubuhkan pada bagian kiri dan kanan penutup
box recorder dengan posisi yang berlawanan antara Tanda Sah dan
Tanda Jaminan tersebut.
3. Tera Ulang
Pembubuhan tanda tera pada tera ulang sama dengan pembubuhan tanda
tera pada tera. Pada saat tera ulang lemping tanda tera pada Orifice Fitting
tidak diganti selama tidak mengalami kerusakan.

23
BAB VI
PENUTUP

Syarat teknis Meter Gas Orifis merupakan pedoman bagi petugas dalam
melaksanakan tera dan tera ulang Meter Gas Orifis serta pengawasan Meter Gas
Orifis, guna meminimalisir penyimpangan penggunaan Meter Gas Orifis dalam
transaksi serta upaya perwujudan tertib ukur sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.

24
Lampiran 1
PROSEDUR TERA DAN TERA ULANG METER GAS ORIFIS
1. Pelat Orifis
Pengukuran dalam rangka pengujian pelat orifis meliputi pengukuran
terhadap komponen:
a. Diameter luar pelat orifis/orifice plate outside diameter (D);
b. Diameter internal pelat orifis/orifice plate bore diameter (d);
c. Ketebalan pelat orifis/orifice plate thickness (E);
d. Ketebalan lubang pelat orifis/orifice plate bore thickness (e); dan
e. Sudut bevel/bevel angle (α).

Prosedur pengujian
a. Persiapan
1) Peralatan uji yang diperlukan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian pelat orifis adalah:
a) Coordinat Measuring Machine (CMM) dan sertifikatnya;
b) Cerapan.
2) Pastikan bahwa pelat orifis yang akan diuji dalam keadaan bersih dan
bebas kotoran.
3) Pastikan pula meja datar (berupa meja granit) yang akan digunakan
sebagai meja kerja dalam keadaan bersih dan bebas kotoran.
4) Lakukan kalibrasi probe terhadap master ball.
b. Pelaksanaan Pengujian
1) Pengujian Visual
a) Pelat orifis harus datar tidak boleh cembung/cekung, dapat dilihat
secara visual.
b) Pelat orifis harus memiliki permukaan yang halus, tidak ada goresan
yang parah dan goresan yang terlihat kasat mata.
c) Permukaan internal lubang/diameter internal (d) harus berupa
silinder yang konstan, tidak ada cacat, seperti lekukan, tonjolan,
lubang maupun gumpalan. Pengujian dapat dilakukan dengan
meraba bagian internal diameter (d) dengan menggunakan jari.
2) Pengujian menggunakan kalibrator
a) Ukur diameter luar pelat orifis (D) menggunakan standar yang
tersertifikasi.
b) Ukur diameter internal pelat orifis (d) menggunakan standar yang
tersertifikasi.
c) Ukur ketebalan luar atau thickness plate (E) menggunakan standar
yang tersertifikasi.
d) Ukur ketebalan lubang atau bore thickness (e) menggunakan standar
yang tersertifikasi.
e) Ukur sudut tirus atau bevel angle (α) menggunakan standar yang
tersertifikasi.
f) Ukur kekasaran atau roughness pelat menggunakan standar yang
tersertifikasi.
25
g) Ukur eksentrisitas pelat menggunakan standar yang tersertifikasi.
h) Ukur kerataan atau flatness dari pelat menggunakan standar yang
tersertifikasi.
3) Hasil Pengujian
Hasil pengujian didapatkan dari rata-rata hasil perhitungan dari
masing – masing item perhitungan.

2. Pengujian Meter Gas Orifis


a. Meter Gas Orifis yang menggunakan sistem elektronik :
1) Pengujian Differential Pressure Transmitter (DPT)
a) Peralatan uji yang diperlukan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian differential pressure
transmitter ini adalah:
c) Pneumatic calibrator dan sertifikatnya;
d) Digital Multi Meter (DMM) dan sertifikatnya;
e) Tahanan Standar;
f) Cerapan.
b) Persiapan Pengujian
i. Pilihlah pneumatic calibrator yang sesuai dengan rentang ukur
yang sesuai.
ii. Siapkan tahanan standar dengan hubungan seri dengan beban
indikatornya.
iii. Siapkan DMM dengan hubungan paralel dengan tahanan standar.
iv. Siapkan peralatan lainnya secara seksama.
v. Catat semua identitas peralatan yang akan diuji
c) Pelaksanaan Pengujian
Dalam melakukan pengujian differential pressure transmitter
dilakukan tahapan sebagai berikut:
i. Lepaskan saluran pipa (tubing) masuk dari differential pressure
transmitter dari pressure tap dan saluran yang lain dihubungkan
pada atmosfir/udara luar;
ii. Hubungkan keluaran dari pneumatic calibrator dengan masukan
dari differential pressure transmitter;
iii. Lepaskan hubungan dari keluaran differential pressure transmitter
dan pasangkan resistor standar dengan kelas 0,01 secara seri
dengan beban;
iv. Sebagai standar keluaran dari differential pressure transmitter
adalah hasil kali dari nilai arusnya dengan tahanan standar;
v. Pasang DMM pada posisi paralel tekanan standar;
vi. Sesuaikan posisi DMM untuk kondisi pencatatan besaran volt
atau mA;
vii. Berikan beban pada pneumatic calibrator sesuai dengan daerah
ukur differential pressure transmitter dengan titik pengujian 0%,
25%, 50%, 75% dan 100% atau titik lain sesuai dengan
kemampuan standar;

26
viii. Lakukan pembacaan DMM dan indikator pada flow computer di
setiap titik pembebanan pneumatic calibrator;
ix. Pengujian v s.d vi pada posisi pembebanan menaik dan menurun.
d) Perhitungan
- Nilai arus sebenarnya output DPT adalah I s
- Pembacaan DMM pada output transmitter adalah Vt.
- Selanjutnya dikombinasikan dengan nilai resistan Rs menjadi I t
(I t =V T :R s ). Pembacaan differential pressure indicator adalah DP i
- Beda Tekanan Standar adalah nilai beda tekanan masukan DPT
adalah DP s
- Kesalahan Penunjukan differential pressure transmitter adalah E t :

𝑉𝑉𝑡𝑡 − 𝑉𝑉𝑠𝑠
𝐸𝐸𝑡𝑡 = 𝑥𝑥 100%
𝑉𝑉𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 − 𝑉𝑉𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
Atau
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑡𝑡 − 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑠𝑠
𝐸𝐸𝑡𝑡 =
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 − 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
Kesalahan Penunjukan differential pressure indicator adalah E i :
𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑖𝑖 −𝐷𝐷𝐷𝐷𝑠𝑠
𝐸𝐸𝑖𝑖 = 𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑥𝑥 100%
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 −𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

Notasi yang digunakan dalam instruksi kerja ini adalah :


DMM = Digital Multi Meter
DPT = Differential Pressure Transmitter
E = Kesalahan Penunjukan differential transmitter (%)
Vt = Tegangan keluaran differential pressure transmitter
(diubah menjadi) I t =V t : R s
Vt = Tegangan keluaran differential pressure transmitter
(diubah menjadi) I t =V t : R s
Vs = Tegangan keluaran Standar
Is = Arus sebenarnya
DP i = Pembacaan differential pressure indicator
DP s = Tekanan sebagai tekanan masukan
mA t = Arus keluaran differential pressure transmitter
mA s = Arus Standar (seharusnya)

2) Pengujian Static Pressure Transmitter (PT)


a) Peralatan uji yang diperlukan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian static pressure transmitter
ini adalah:
i. Dead Weight Tester (atau yang sejenis) dan sertifikatnya;
ii. Digital Multimeter dan sertifikatnya;
iii. Precision Resistor 50 ohm;
iv. Sumber tegangan yang sesuai;
v. Cerapan.

27
b) Persiapan Pengujian
i. Pilihlah dead weight tester (DWT) yang sesuai dengan rentang
ukur yang sesuai.
ii. Siapkan tahanan standar dengan hubungan seri dengan beban
indikatornya.
iii. Siapkan DMM dengan hubungan paralel dengan tahanan standar.
iv. Siapkan peralatan lainnya secara seksama.
v. Catat semua identitas peralatan yang akan diuji.
c) Pelaksanaan Pengujian
Dalam melakukan pengujian static pressure transmitter, dilakukan
tahapan sebagai berikut:
i. Lepaskan pipa saluran (tubing) masuk dari static pressure
transmitter dari pressure tapnya;
ii. Hubungkan keluaran dead weight tester pada input pressure
transmitter;
iii. Lepaskan hubungan dari keluaran static pressure transmitter dan
pasangkan resistor standar dengan kelas 0,01 secara seri dengan
beban;
iv. Pasangkan DMM pada posisi paralel dengan resistor tersebut;
v. Berikan beban pada DWT sesuai dengan daerah ukur static
pressure transmitter dengan titik pengujian 0%, 25%, 50%, 75%
dan 100% atau titik lain sesuai dengan kemampuan standar;
vi. Lakukan pembacaan DMM dan indicator pada flow computer di
setiap titik pembebanan DWT;
vii. Lakukan setiap pengujian v s.d vi pada posisi pembebaban menaik
dan menurun.
d) Perhitungan
- Nilai arus sebenarnya output static pressure transmitter adalah I s
- Pembacaan DMM pada output transmitter adalah Vt.
- Selanjutnya dikombinasikan dengan nilai resistan Rs menjadi It (It =
Vt : Rs).
- Pembacaan static pressure indicator adalah Pi.
- Tekanan standar adalah nilai suhu ekivalen tahanan masukan static
pressure transmitter adalah Ps.

Kesalahan Penunjukan static pressure transmitter adalah Et :


𝐼𝐼𝑡𝑡 − 𝐼𝐼𝑠𝑠
𝐸𝐸𝑡𝑡 = 𝑥𝑥 100%
𝐼𝐼𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 − 𝐼𝐼 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
Kesalahan Penunjukan static pressure indicator adalah Ei :
𝑃𝑃𝑖𝑖 −𝑃𝑃𝑠𝑠
𝐸𝐸𝑖𝑖 = 𝑃𝑃 𝑥𝑥 100%
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 −𝑃𝑃 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

Notasi yang digunakan dalam instruksi kerja ini adalah :

28
DMM = Digital Multi Meter
PT = Static Pressure Transmitter
E = Kesalahan Penunjukan static pressure transmitter (%)
Ve = Tegangan keluaran static pressure transmitter (diubah
menjadi) I t =V t : R s
Is = Arus sebenarnya
Pi = Pembacaan static pressure indicator
Ps = Static pressure ekuivalen tahanan masukan
P min = Static pressure minimum dari rentang ukur static
pressure transmitter
P maks = Tekanan maksimum dari rentang ukur static pressure
transmitter

3) Pengujian Temperature Transmitter (TT)


a) Peralatan uji yang diperlukan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian temperature transmitter
adalah :
i. Termometer standar dan sertifikatnya;
ii. Digital Multi Meter dan sertifikatnya;
iii. Decade Resistance Box;
iv. Precision Resistor 50 ohm;
v. Sumber tegangan yang sesuai;
vi. Cerapan.
b) Persiapan Pengujian
i. Pilihlah decade resistance box standar dengan rentang ukur yang
sesuai.
ii. Siapkan tahanan standar dengan hubungan seri dengan beban.
iii. Siapkan DMM dengan hubungan paralel dengan tahanan standar.
iv. Siapkan peralatan lainnya secara seksama.
v. Catat semua identitas peralatan yang akan diuji.
c) Pelaksanaan Pengujian
i. Atur posisi selector DMM pada satuan volt DC.
ii. Atur nilai tahanan suhu pada decade resistor box dengan urutan
0%, 25% 75% dan 100% dari rentang ukur masukan temperature
transmitter.
iii. Sebagai standar keluaran dari temperature transmitter adalah hasil
kali antara nilai arusnya dengan tahanan standar.
iv. Pada setiap pembacaan DMM dilakukan pembacaan suhu pada
indicator temperatur (pada komputer).
v. Tentukan kesalahan penunjukan keluaran temperature
transmitter.
vi. Tentukan kesalahan penunjukan temperatur indicator.
vii. Lakukan lagi langkah sebagaimana butir i s.d vi dengan titik-titik
tahanan.
viii. ekuivalen suhu dari 100%, 75%, 25% dan 0% dari rentang
ukurnya.
29
d) Perhitungan
- Nilai arus sebenarnya output temperature transmitter adalah Is
- Pembacaan DMM pada output transmitter adalah Vt
- Selanjutnya dikombinasikan dengan nilai resistan Rs menjadi It=Vt :
Rs
- Pembacaan temperature indicator adalah Ti
- Suhu sebenarnya adalah nilai suhu ekuivalen tahanan input
temperature transmitter adalah Ts
Kesalahan penunjukan temperature transmitter adalah Et :
𝐼𝐼𝑡𝑡 −𝐼𝐼𝑠𝑠
𝐸𝐸𝑡𝑡 = 𝑥𝑥 100%
𝐼𝐼 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 −𝐼𝐼 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

Kesalahan penunjukan temperature indicator adalah Ei :

𝑇𝑇𝑖𝑖 − 𝑇𝑇𝑠𝑠
𝐸𝐸𝑖𝑖 = 𝑥𝑥 100%
𝑇𝑇𝑠𝑠
Notasi yang digunakan dalam instruksi kerja ini adalah :
DMM = Digital Multi Meter
TT = Temperature Transmitter
E = Kesalahan Penunjukan temperature transmitter (%)
Ve = Tegangan keluaran temperature transmitter (diubah
menjadi) I t =V t : R s
Is = Arus sebenarnya
Ti = Pembacaan temperature indicator
Ts = Temperatur ekuivalen tahanan masukan
T min = Temperatur minimum dari rentang ukur temperature
transmitter
T maks = Temperatur maksimum rentang ukur temperature
transmitter

4) Pengujian Temperature Element (Sensor)


a) Tahapan pengujian temperature element (sensor) adalah sebagai
berikut :
i. Lepaskan temperature element (sensor) dari thermo well;
ii. Celupkan temperature element dalam dry block/ thermobath;
iii. Lepaskan hubungan dari keluaran temperature element
(sensor) dari temperature transmitter;
iv. Pasangkan DMM pada posisi pencatatan besaran Ohm;
v. Berikan input temperatur sesuai dengan daerah ukur
temperature element dengan titik pengujian 0 %, 25 %, 50 %,
75 % dan 100 % atau titik lain sesuai dengan kemampuan
standar;
vi. Lakukan pembacaan DMM dan sesuaikan dengan tabel
kesetaraan suhu dan tahanan;
vii. Lakukan pengujian v s.d vii pada posisi pembebanan menaik
dan menurun.
b) Pengujian yang dilakukan di pabrik umumnya menggunakan rumus
di bawah ini. Pengujian sensor temperatur disarankan dilakukan di
30
laboratorium. Perolehan nilai konstanta dapat dihitung pada tiap
derajat.
i. Lepaskan temperature element (sensor) dari thermowell dan
transmitternya.
ii. Celupkan temperature element dalam dry block/ thermobath.
iii. Lepaskan hubungan dari keluaran temperature element
(sensor).
iv. Pasangkan DMM pada posisi pencatatan besaran tahanan.
v. Berikan input temperatur pada suhu nol ( 0oC ), suhu t 1 dan
suhu t 2 sebaiknya pada suhu maksimum.
vi. Lakukan pembacaan tahanannya menggunakan DMM di
setiap titik pembebanan.
vii. Berdasarkan ketiga data tersebut tentukan nilai A, B dan C
atau α, β dan δ dengan menggunakan:

Calendar – Van Dusen Method of Temperature Interpolation


t t t t
Rt = Ro {1 + α [ t – δ ( ------ ) ( ------ - 1) – β ( ------ - 1 ) ( ------ )2 ] }
100 100 100 100

atau cara lain :

Rt = Ro [ 1 + At + Bt2 + Ct2 ( t - 100 )

Dengan catatan :
Rt = tahanan pada suhu t oC ( ohm )
Ro = tahanan pada suhu 0 oC ( ohm )
α, β dan δ = konstanta kalibrasi
β = 0 untuk t > 0oC
A, B dan C = konstanta kalibrasi
C = 0 untuk t > 0oC

5) Pengujian Flow Computer


a) Pengujian pada flow computer dilakukan untuk membandingkan
dengan hasil keluaran pada transmitter.
b) Pengujian dilakukan dengan cara memberikan beban arus
(4mA-20mA) seperti yang dilakukan pada transmitter.
c) Akurasi perhitungan besarnya aliran gas untuk meter gas orifis
berdasarkan referensi:
i. American Gas Association (AGA) Report No.3 – 1985;
ii. American Gas Association (AGA) Report No.3 – 1992; atau
iii. ISO 5167, First edition 1980-02-01 Measurement of fluid flow by
means of orifice plates, nozzles and venturi tubes inserted in circular
cross-section conduits running full.
d) Untuk hasil keluaran dari flow computer harus diverifikasi dengan
menggunakan referensi kalkulasi manual.

31
b. Meter Gas Orifis yang menggunakan Sistem Mekanik :
Pelaksanaan pengujian Meter Gas Orifis yang menggunakan sistem
mekanik (Three Pen Recorder) dilakukan dengan cara melakukan pengujian
masing-masing secara terpisah terhadap:
i. Temperature recorder
ii. Differential Pressure recorder
iii. Static pressure recorder
Standar pengujian yang digunakan adalah:
i. Dead Weight Tester untuk static pressure recorder
ii. Pneumatic calibrator atau sejenisnya untuk differential pressure recorder
iii. Dry block/thermobath atau sejenisnya untuk temperature recorder
Sedangkan pembacaannya dapat digunakan chart masing-masing dengan
skala linier/standard chart plate. Beban pengujian dilakukan pada 0%,
25%, 50%, 75% dan 100% dengan beban naik dan turun atau titik lain
sesuai dengan kemampuan standar.

32
Lampiran 2 Cerapan Pengujian Meter Gas Orifis

PENGUJIAN PERLENGKAPAN METER GAS ORIFIS


ORIFICE GAS METER EQUIPMENTS CALIBRATION
Pemakai : Nomor Tag :
User Tag No.

Alat Ukur : Differential Pressure Transmitter Daerah Ukur :


Measuring Range
instrument
Merek : Satuan :
Trade Mark Unit
Tipe : Masukan :
Type Input
Nomor Seri : Keluaran :
Serial Output
Number
Catu Daya : Kesalahan Maks. : ± 0,25 % FS
Power Supply Max. Permissible
Error

HASIL PENGUJIAN
CALIBRATION RESULT
Sebelum Pengujian Sesudah Pengujian
Before Calibration After Calibration
Input Output Error (%) Input Output Error (%)
Actual Actual
% Up Down Up Down % Up Down Up Down
0 0
25 25
50 50
75 75
100 100

Peralatan Standar yang digunakan:


Standard equipment used
Nama Standar Merek Tipe Nomor Seri
No
Standard Name Trade Mark Type Serial Number
1
2

Tempat,Tanggal
Disaksikan oleh: Diuji oleh:
Witnessed by Calibrated by
Tanda
Institusi Terkait Nama
Tangan
Direktorat Metrologi,
No
Related Institution Name Signature
Tanda
Nama
1 No Tangan
Name Signature

2 1

3 2

33
PENGUJIAN PERLENGKAPAN METER GAS ORIFIS
ORIFICE GAS METER EQUIPMENTS CALIBRATION
Pemakai : Nomor Tag :
User Tag No.

Alat Ukur : Pressure Transmitter Daerah Ukur :


Measuring Range
Instrument
Merek : Satuan :
Trade Mark Unit
Tipe : Masukan :
Type Input
Nomor Seri : Keluaran :
Serial Number Output
Catu Daya : Kesalahan Maks. : ± 0,25 % FS
Power Supply Max. Permissible
Error

HASIL PENGUJIAN
CALIBRATION RESULT
Sebelum Pengujian Sesudah Pengujian
Before Calibration After Calibration
Input Output Error (%) Input Output Error (%)
Actual Actual
% Up Down Up Down % Up Down Up Down
0 0
25 25
50 50
75 75
100 100

Peralatan Standar yang digunakan:


Standard equipment used
Nama Standar Merek Tipe Nomor Seri
No
Standard Name Trade Mark Type Serial Number
1
2

Tempat,Tanggal
Disaksikan oleh: Diuji oleh:
Witnessed by Calibrated by
Tanda
Institusi Terkait Nama
Tangan
Direktorat Metrologi,
No
Related Institution Name Signature
Tanda
Nama
1 No Tangan
Name Signature

2 1

3 2

34
PENGUJIAN PERLENGKAPAN METER GAS ORIFIS
ORIFICE GAS METER EQUIPMENTS CALIBRATION
Pemakai : Nomor Tag :
User Tag No.

Alat Ukur : Temperature Transmitter Daerah Ukur :


Measuring Range
Instrument
Merek : Satuan :
Trade Mark Unit
Tipe : Masukan :
Type Input
Nomor Seri : Keluaran :
Serial Number Output
Catu Daya : Kesalahan Maks. : ± 0,25 % FS
Power Supply Max. Permissible
Error

HASIL PENGUJIAN
CALIBRATION RESULT
Sebelum Pengujian Sesudah Pengujian
Before Calibration After Calibration
Input Output Error (%) Input Output Error (%)
Actual Actual
% Up Down Up Down % Up Down Up Down
0 0
25 25
50 50
75 75
100 100

Peralatan Standar yang digunakan:


Standard equipment used
Nama Standar Merek Tipe Nomor Seri
No
Standard Name Trade Mark Type Serial Number
1
2
Tempat,Tanggal
Disaksikan oleh: Diuji oleh:
Witnessed by Calibrated by
Tanda
Institusi Terkait Nama
Tangan Direktorat Metrologi,
No
Related Institution Name Signature
Tanda
Nama
1 No Tangan
Name Signature

2 1

3 2

35
PENGUJIAN PERLENGKAPAN METER GAS ORIFIS
ORIFICE GAS METER EQUIPMENTS CALIBRATION
Pemakai : Nomor Tag :
User Tag No.

Alat Ukur : Differential Pressure Recorder Daerah Ukur :


Measuring Range
Instrument
Merek : Satuan :
Trade Mark Unit
Tipe : Masukan :
Type Input
Nomor Seri : Keluaran :
Serial Output
Number
Catu Daya : Kesalahan Maks. : ± 0,5 % FS
Power Max. Permissible
Supply Error

HASIL PENGUJIAN
CALIBRATION RESULT
Sebelum Pengujian Sesudah Pengujian
Before Calibration After Calibration
Input Output Error (%) Input Output Error (%)
Actual Actual
% Up Down Up Down % Up Down Up Down
0 0
25 25
50 50
75 75
100 100

Peralatan Standar yang digunakan:


Standard equipment used
Nama Standar Merek Tipe Nomor Seri
No
Standard Name Trade Mark Type Serial Number
1
2
Tempat,Tanggal
Disaksikan oleh: Diuji oleh:
Witnessed
Calibrated by
by
Tanda
Institusi Terkait Nama
Tangan Direktorat Metrologi,
No
Related Institution Name Signature
Tanda
Nama
1 No Tangan
Name Signature

2 1

3 2

36
PENGUJIAN PERLENGKAPAN METER GAS ORIFIS
ORIFICE GAS METER EQUIPMENTS CALIBRATION
Pemakai : Nomor Tag :
User Tag No.

Alat Ukur : Pressure Recorder Daerah Ukur :


Measuring Range
Instrument
Merek : Satuan :
Trade Mark Unit
Tipe : Masukan :
Type Input
Nomor Seri : Keluaran :
Serial Number Output
Catu Daya : Kesalahan Maks. : ± 0,5 % FS
Power Supply Max. Permissible
Error

HASIL PENGUJIAN
CALIBRATION RESULT
Sebelum Pengujian Sesudah Pengujian
Before Calibration After Calibration
Input Output Error (%) Input Output Error (%)
Actual Actual
% Up Down Up Down % Up Down Up Down
0 0
25 25
50 50
75 75
100 100

Peralatan Standar yang digunakan:


Standard equipment used
Nama Standar Merek Tipe Nomor Seri
No
Standard Name Trade Mark Type Serial Number
1
2
Tempat,Tanggal
Disaksikan oleh: Diuji oleh:
Witnessed by Calibrated by
Tanda
Institusi Terkait Nama
Tangan Direktorat Metrologi,
No
Related Institution Name Signature
Tanda
Nama
1 No Tangan
Name Signature

2 1

3 2

37
PENGUJIAN PERLENGKAPAN METER GAS ORIFIS
ORIFICE GAS METER EQUIPMENTS CALIBRATION
Pemakai : Nomor Tag :
User Tag No.

Alat Ukur : Temperature Recorder Daerah Ukur :


Measuring Range
Instrument
Merek : Satuan :
Trade Mark Unit
Tipe : Masukan :
Type Input
Nomor Seri : Keluaran :
Serial Number Output
Catu Daya : Kesalahan Maks. : ± 1 % FS
Power Supply Max. Permissible
Error

HASIL PENGUJIAN
CALIBRATION RESULT
Sebelum Pengujian Sesudah Pengujian
Before Calibration After Calibration
Input Output Error (%) Input Output Error (%)
Actual Actual
% Up Down Up Down % Up Down Up Down
0 0
25 25
50 50
75 75
100 100

Peralatan Standar yang digunakan:


Standard equipment used
Nama Standar Merek Tipe Nomor Seri
No
Standard Name Trade Mark Type Serial Number
1
2
Tempat,Tanggal
Disaksikan oleh: Diuji oleh:
Witnessed by Calibrated by
Tanda
Institusi Terkait Nama
Tangan Direktorat Metrologi,
No
Related Institution Name Signature
Tanda
Nama
1 No Tangan
Name Signature

2 1

3 2

38
HASIL PENGUJIAN SISTEM METER GAS ORIFIS
(Dinamis)

Lokasi : Tanggal Flowcom Data


Site Date Brand :
Type :
Nama Tag Stream : SN :
Stream Tag Name

Transmitter Reading Calculation Orifice Fitting Data


Time Pembacaan Transmitter Perhitungan Brand :
No Error
DPT PT TT *) Flowcom Type :
(Hour : min) (inH20) (Psig) (°C) (MMSCFD) (MMSCFD) % SN :
1 Line Bore : mm
2
3 Plate Orifice Data
4 Brand :
*)Pilih salah satu referensi yang menjadi acuan Rata-Rata Type :
SN :
Diameter (d) : mm
1. DIT. TEKNIK DAN LINGK. MIGAS, DIT. METROLOGI,

2.

3.

4.

39
Lampiran 3 Cerapan Pelat Orifis

CERAPAN PENGUJIAN NOMOR ORDER


PELAT ORIFIS
DIREKTORAT METROLOGI
(C- ) Jl. Pasteur No. 27 Bandung 40171 Telp. 022-4203597 Fax. 022-4207035
Pemakai : Lokasi :
Alamat :

Spesifikasi Alat Data Kalibrasi


Merek / buatan : Tanggal :
Model / tipe : Berlaku sampai :
No. seri : Lokasi : Lab. Panjang
Kapasitas/daya baca : Suhu ruangan : ( 20 ± 5 ) oC
Kelembaban : ( 60 ± 10 ) %

Nomor d D e E a
o
Urut ( mm ) ( mm ) ( mm ) ( mm ) ' "
1
2
3
4
5
6
Rata-
rata
Hasil

PERHITUNGAN KETIDAKPASTIAN
Sumber Ketidakpastian akibat Ketidakpastian Derajat Kebebasan
Koreksi Pengukuran Standar Gabungan Effektif Faktor Ketidakpastian
Besaran Standar Berulang neff = Cakupan yg.diperluas
Yang Uc = U 4 (c). (k)= U95 =
Diuji U(R) = S n -1 ( R )  U 4 (ls ) U 4 (Pm) U 4 (R )  t95(neff).Uc
 
U(ls)=
U sert
n
U 2 (ls ) + U 2 (Pm) + U 2 (R)
 ν (ls ) + ν (Pm) + ν (R )  t95(neff)
 
k
( mm ) ( mm ) ( mm ) #REF! #NUM! ( mm )
( mm )
( mm )
( mm )
( mm )
o
### " ' #REF! #DIV/0! #VALUE!
ni = 50 5
Metoda, Standar & Telusuran
Metoda :

ISO (1993) “Guide to the expression of uncertainty in measurement”


Standar : Gauge Block
Telusuran : KIM-LIPI

PETUGAS KETERANGAN
Tanggal
Tenaga Berhak
Kepala Divisi

40
41
Keterangan :

1. Ketebalan sisi maksimum didefinisikan dengan e < 0,02 D m atau e< 0,125 d m , yang mana yang lebih kecil.
2. Ketebalan tepi orifis yang ditandai dengan tanda x adalah harga maksimum untuk diameter tube meter khusus
dan dapat digunakan pada semua diameter orifis yang lebih besar untuk diameter tube meter tersebut.
3. Diameter orifis yang lebih kecil dari pada yang ditandai dengan x didefinisikan dengan e< 0,125 d m.
4. Pelat orifis yang ketebalan tepinya memenuhi nilai yang didefinisikan dengan 0,033D m tidak memerlukan tirus
ulang, kecuali kalau rekondisi disyaratkan untuk alasan lain.
5. Aliran dua arah melalui meter gas orifis mensyaratkan tube meter yang dikonfigurasikan khusus dan
penggunaan pelat orifis tanpa tirus. Penggunaan pelat orifis tanpa tirus dengan ketebalan lubang e, yang
melampaui batas spesifikasi dalam tabel ini adalah di luar ruang lingkup Syarat Teknis ini.
6. Jika suatu tirus disyaratkan, dimensi minimum diukur sepanjang sumbu lubang tidak kurang dari 1,6 mm.
7. Untuk mencegah defleksi pelat direkomendasikan ketebalan pelat orifis (E) 200 mm mensyaratkan bahwa
tekanan diferensial dibatasi hingga 381 mmH 2 O.

42

Anda mungkin juga menyukai