Anda di halaman 1dari 35

DIREKTOHAT JENDERAL

STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN


KEiIEI{TERIAN PERDAGAI{GAN Jl. M.l. Ridwan Rais No. 5 Gedung I Lt. 6 Jakarta 101 10
REPUBLIK INDONESIA Telp. (021) 38409e6

KEPUTUS$I DIREK.IIJR JEIiIDERAL Sf,AI{DARDISASI DAIiI PERUDIDI]NGAI'I.KONSIJMEI{


NOMOR : eoslSpr /KEP/L2/20rr
TEI{TAI'IG

SYARAT TEI(NIS tJIIIRAffiiMC GAS FITIW METW,

DIRETffIJR JEDIDERAL STAI,{DARDISASI DAIiI PE,RLIIVDI.'NGAT{ KONST'MEN,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 Peraturan


Menteri Perdagangan Nomor 0B/M-DAG/PER/3l20l0
tentang Alat-a1at Ukur, Takar, Timbang, dan
Perlengkapannya (UT"|P) Yang Wajib Ditera dan Ditera
Ulang, periu mengatqr Syarat Teknis Utrasoruic Gas Flow
MeteC
b. bahwa penetapan Syarat Teknis Utrasonic Gas Flou Meter,
diperlukan untuk mewujudkan kepastian hukum dalam
pemeriksaan, pengujian, dan penggunaan Utrasonic Gas
Flow Meter sebagai upaya menjamin kebenaran pengukuran
volume;
C. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan
Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan
Konsumen tentang Syarat Teknis Utrasonic Gas Flou Mete4

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi


Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3193);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor a9L6);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib
dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta
Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan
Perlengkapannya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3283);
Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi
dan Perlindungan Konsumen
Nomor | 9O5/ SPK/KEP/12/20II

4. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1987 tentang


Satuan Turunan, Satuan Tambahan, dan Satuan Lain Yang
Berlaku (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun l9B7
Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3351);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2OO7 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
KabupatenfKota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2OO7 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor a737);
6. Keputusan Presiden Nomor B4lP Tahun 2OOg tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu Ii sebagaimana
teiah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 59lP
Tahun 2Oll;
7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2OO9 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2Oll;
B. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 20lO tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon i
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92
Tahun 2Oll
9. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
6l |MPP lKep l2l tees tentang Penyelenggaraan
Kemetrologian sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
2st IMPP/Kep l6lt9ee;
10. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
635/MPP lKep I l0l2OO4 tentang Tanda Tera;
1 1. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50/M-
DAG/PER/ 10l2OO9 tentang Unit Kerja dan Unit Pelaksana
Teknis Metrologi Legal;
12. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-
DAG/PER/ lOl2OO9 tentang Penilaian Terhadap Unit
Pelaksana Teknis dan Unit Pelaksana Teknis Daerah
Metrologi Legal;
13. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 0B/M-
DAGiPER|3l20l0 tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang,
dan Perlengkapannya (UTTP) Yang Wajib Ditera dan Ditera
Ulang;
Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi
dan Perlindungan Konsumen
Nomor : 905/SPr /KEP / 12 / 2Ol1

14. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-


DAG/PER lT l2OlO tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia;

MEMUTUSI(AN:

Menetapkan

KESATU Memberlakukan Syarat Teknis Utrasonic Gas Flow Meter yang


selanjutnya disebut ST Utrasonic Gas Flou Meter sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi
dan Perlindungan Konsumen ini.
KEDUA ST Utrasoruic Gas Flow Meter sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KESATU merupakan pedoman bagi petugas dalam
melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan
Utrasonic Gas Flow Meter.
KETIGA Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan
Konsumen ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 Desember 2Ol1
DIREKTUR JENDERAL STANDARDISASI
DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN,

YL,.*, [-L
NUS NUZULIA ISHAK
I.,AMPIRAN KEPUTUSAN DIREKIURJENDERAL STANDARDISASI DAN PERUNDLINGAN KONSUMEN
NOMOR : 9O5 / SPr(/KEP/ t2 / 2O1L
TANGGAL : L4 Desember 20II

DAMAR ISI
BAB I Pendahuluan
1. 1 Latar Belakang
L.2 Maksud dan T\rjuan
1.3 Pengertian
BAB II Persyaratan Administrasi
2.1 Lingkup
2.2 Penerapan
2.3 Identitas
2.4 Persyaratan Meter Gas Ultrasonik Multipath Sebelum Peneraan
BAB III Persyaratan Teknis dan Persyaratan Kemetrologian
3.1 Persyaratan Teknis
3.2 Persyaratan Kemetrologian
BAB IV Pemeriksaan dan Pengujian
4.1 Pemeriksaan
4.2 Pengujian Tera dan Tera Ulang
BAB V Pembubuhan Tanda Tera
5.1 Pembubuhan
5.2 Tempat Pembubuhan
BAB VI Penutup

DIREKTUR JENDERAL STANDARDISASI


DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN,

YL."l.L
NUS NUZULIA ISHAK
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
NOMOR :
TANGGAL :

DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Pengertian
BAB II Persyaratan Administrasi
2.1 Lingkup
2.2 Penerapan
2.3 Identitas
2.4 Persyaratan Takaran Sebelum Peneraan
BAB III Persyaratan Teknis dan Persyaratan Kemetrologian
3.1 Persyaratan Teknis
3.2 Persyaratan Kemetrologian
BAB IV Pemeriksaan dan Pengujian
4.1 Pemeriksaan
4.2 Pengujian Tera dan Tera Ulang
BAB V Pembubuhan Tanda Tera
5.1 Pembubuhan
5.2 Tempat Pembubuhan
BAB VI Penutup

DIREKTUR JENDERAL
STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN
KONSUMEN,

NUS NUZULIA ISHAK

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi
Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan
kebenaran pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam
pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan Alat-
alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP). Dalam ketentuan
Pasal 12 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal,
mengamanatkan pengaturan UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang,
dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duanya, serta syarat-
syarat yang harus dipenuhi.
Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk
Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar,
Timbang, dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera dan ditera
ulang adalah UTTP yang dipakai untuk keperluan menentukan hasil
pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk kepentingan umum,
usaha, menyerahkan atau menerima barang, menentukan pungutan atau
upah, menentukan produk akhir dalam perusahaan, dan melaksanakan
peraturan perundang-undangan.
Ultrasonic Gas Flow Meter adalah alat untuk mengukur laju alir gas dengan
metode ultrasonik yang dijadikan dasar untuk transaksi gas. Oleh karena itu,
Ultrasonic Gas Flow Meter yang digunakan harus dapat memenuhi kriteria
tertentu yang ditentukan oleh suatu peraturan perundang-undangan. Hal ini
dimaksudkan untuk menjamin kebenaran hasil pengukuran dan dalam
upaya menciptakan kepastian hukum.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun suatu syarat teknis
Ultrasonic Gas Flow Meter sebagai pedoman bagi petugas dalam
melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan Ultrasonic Gas
Flow Meter.

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan tera dan
tera ulang Ultrasonic Gas Flow Meter.

2. Tujuan
5
Tersedianya pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera
dan tera ulang serta pengawasan Ultrasonic Gas Flow Meter.

1.3 Pengertian
Dalam Syarat Teknis ini yang dimaksud dengan:
1. Ultrasonik adalah suara atau getaran yang mempunyai frekuensi di atas
jangkauan pendengaran manusia, sekitar 20.000 Hz.
2. Ultrasonic Gas Flow Meter yang selanjutnya disebut Meter Gas Ultrasonik
adalah alat ukur untuk mengukur laju alir gas dengan metode
ultrasonik.
3. Meter Gas Ultrasonik Multipath yang selanjutnya disingkat UM adalah
jenis Meter Gas Ultrasonik yang menghitung laju alir gas dengan cara
mengukur waktu transit dari pulsa suara frekuensi tinggi yang
mempunyai lintasan lebih dari satu.
4. Waktu transit adalah waktu yang diukur untuk pulsa-pulsa suara yang
melintasi pipa secara diagonal.
5. Unit Pemrosesan Sinyal (Signal Processing Unit/SPU) adalah bagian dari
UM yang tersusun dari sistem mikroprosesor elektronik.
6. Deviasi adalah selisih laju alir volume sebenarnya (misalnya laju alir
dalam satuan m3/h) yang terukur oleh UM yang diuji dengan laju alir
volume sebenarnya yang terukur oleh suatu standar.
7. Kesalahan adalah selisih pembacaan pada UM dibandingkan dengan
pembacaan pada Standar dalam persen dengan rumus:
Pembacaan UM – Pembacaan Standar
Kesalahan= ×100%
Pembacaan Standar
8. Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD) adalah kesalahan yang masih
berada dalam rentang operasional yang ditentukan pada UM.
9. Kesalahan Maksimum Puncak-ke-Puncak (Maximum Peak-to-Peak Error)
adalah selisih terbesar yang diijinkan antara titik kesalahan paling-atas
dengan titik kesalahan paling-bawah, berlaku untuk nilai-nilai
kesalahan dalam rentang laju-alir antara q i dan q maks .
10. Laju-alir gas maksimum (q maks ) adalah laju-alir gas terbesar yang melalui
UM yang masih berada di dalam rentang BKD.
11. Laju alir gas transisi (q t ) adalah laju alir gas yang nilainya lebih besar
dari q min dan lebih kecil atau sama dengan 0,1 q maks (q min < q t ≤ 0,1
q maks ).
12. Laju alir gas minimum (q min ) adalah laju-alir gas terkecil yang melalui
UM yang masih berada di dalam rentang BKD.
13. Laju alir gas sebenarnya (q i ) adalah laju alir gas yang terukur melalui
suatu UM di bawah kondisi uji dengan pengaturan tertentu.

6
14. Meter acuan adalah suatu meter atau piranti pengukuran yang dijadikan
standar dengan keakurasian pengukuran aliran yang telah diketahui
serta memiliki keakurasian yang lebih tinggi dari UM.
15. Ketidaktetapan (repeatability) adalah selisih terbesar penunjukan UM
dari pengukuran yang berurutan pada kondisi yang sama, harus
bersesuaian dengan 95% interval kepercayaan pada simpangan yang
berdasarkan asumsi distribusi normal.
16. Resolusi adalah perubahan terkecil pada kecepatan aliran yang dapat
ditunjukkan oleh UM.
17. Interval cuplik kecepatan adalah interval waktu antara dua pengukuran
kecepatan gas oleh seluruh transduser atau lintasan akustik, yang pada
umumnya antara 0,05 dan 0,5 sekon bergantung pada ukuran UM.
18. Pembacaan aliran nol adalah pembacaan kecepatan aliran maksimum
yang diijinkan ketika gas berada dalam keadaan diam, yaitu ketika
kedua komponen kecepatan aksial dan non-aksial secara esensial adalah
nol.
19. Static Pressure Transmitter adalah perlengkapan yang merupakan sensor
tekanan statis yang mengubah tekanan yang terjadi di dalam pipa meter
menjadi bentuk sinyal.
20. Temperature Transmitter adalah perlengkapan yang merupakan sensor
temperatur yang mengubah temperatur yang terjadi di dalam pipa meter
menjadi bentuk sinyal.
21. Flow Computer adalah perlengkapan untuk memantau laju aliran secara
komputerisasi yang berfungsi sebagai penerima (receiver) sinyal dari satu
atau beberapa alat pemancar (transmitter) yang terhubung dan dapat
mengkalkulasikan semua data menjadi suatu nilai tertentu.

7
BAB II
PERSYARATAN ADMINISTRASI

2.1 Lingkup
Syarat Teknis ini mengatur tentang persyaratan teknis dan persyaratan
kemetrologian untuk Meter Gas Ultrasonik jenis multipath, yang digunakan
untuk mengukur gas alam.

2.2 Penerapan
Syarat Teknis ini berlaku untuk Meter Gas Ultrasonik yang dilengkapi dengan
Static Pressure Transmitter, Temperature Transmitter dan Flow Computer
untuk mengukur laju alir Gas Bumi dan Fluida Hidrokarbon terkait lainnya.

UM mempunyai paling sedikit dua pasang transduser pengukuran yang


berdiri sendiri (lintasan akustik). Aplikasi khusus mencakup pengukuran
aliran volume gas dalam jumlah besar yang melalui fasilitas produksi, pipa
saluran transmisi, fasilitas penyimpanan, sistem distribusi dan sistem UM
pada pengguna akhir.

2.3 Identitas
1. UM harus dilengkapi pelat nama yang memuat tanda-tanda sebagai
berikut:
a. tanda pabrik atau merek;
b. model/tipe dan nomor seri;
c. bulan dan tahun pembuatan;
d. ukuran UM dan kelas flens;
e. diameter internal;
f. suhu maksimum dan minimum;
g. kode dan bahan desain badan serta kode dan bahan desain flens;
h. tekanan operasi maksimum dan minimum;
i. laju alir aktual maksimum dan minimum (pada kondisi aliran); dan
j. arah aliran positif atau arah maju.
2. Tiap-tiap port transduser harus ditandai secara permanen dengan
penandaan yang jelas. Jika penandaan dibubuhkan pada badan UM,
harus menggunakan penandaan yang bertekanan-rendah.

8
2.4 Persyaratan Meter Gas Ultrasonik Multipath Sebelum Peneraan
1. Persyaratan sebelum dilakukan tera
a. untuk UM asal impor harus memiliki:
1) surat Izin Tipe; dan
2) Label Tipe yang melekat pada UM.
b. untuk UM produksi dalam negeri harus memiliki:
1) surat Izin Tanda Pabrik; dan
2) label yang memuat merek pabrik dan nomor surat Izin Tanda
Pabrik.
2. Persyaratan sebelum dilakukan tera ulang
UM yang akan ditera ulang harus sudah ditera sebelumnya.

9
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN

3.1 Persyaratan Teknis


1. Kesesuaian Penggunaan
Badan UM dan semua bagian-bagian lainnya, termasuk struktur yang
mengandung tekanan dan komponen elektronik eksternal, harus
didesain dan dikonstruksi dari bahan yang sesuai untuk kondisi
penggunaan UM.

2. Konstruksi
a. Tekanan Operasi Maksimum
Badan UM, flens, koneksi transduser, pemasangan transduser harus
didesain untuk mampu dioperasikan pada tekanan maksimum.

b. Resistansi Korosi
1) Semua bagian-bagian UM yang dibasahi harus dibuat dari bahan-
bahan yang sesuai/cocok dengan gas alam dan fluida terkait
lainnya.
2) Semua bagian-bagian eksternal UM harus dibuat dari bahan non-
korosif atau diberi pelapisan anti-korosi yang dapat digunakan
dalam kondisi yang biasa dijumpai di industri gas alam.
c. Panjang dan Lubang Badan UM
Lubang UM dan pipa hulu yang berdampingan beserta flens harus
mempunyai diameter internal yang sama dengan selisih maksimal
sebesar 1%. Untuk aplikasi bidireksional, kedua ujung UM harus
dianggap sebagai “hulu”.

d. Bagian-bagian Transduser Ultrasonik


Karena gas alam dapat mengandung beberapa kotoran seperti
minyak ringan atau kondensat, maka port transduser harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga dapat mengurangi kemungkinan cairan
atau padatan terakumulasi dalam port transduser.
UM dapat dilengkapi dengan katup dan alat tambahan yang
diperlukan, dipasang pada port transduser agar dapat
memungkinkan untuk mengganti transduser ultrasonik tanpa
menghilangkan tekanan pada UM yang sedang bekerja. Dalam hal
ini, katup basah dapat dipakai sebagai katup isolasi untuk menjamin

10
bahwa tekanan berada di samping transduser sebelum melepaskan
mekanisme ekstraksi.

e. Tap Tekanan
Minimum satu buah tap tekanan harus disediakan untuk
pengukuran tekanan statis dalam UM. Tiap-tiap lubang tap tekanan
harus berada antara nominal diameter 3,175 mm dan 9,525 mm dan
panjang silindris paling sedikit 2,5 kali diameter tapping, diukur dari
dinding bagian dalam dan badan UM. Tepi lubang tap pada dinding
bagian dalam dari badan UM harus bebas cor dan tepi kawat serta
mempunyai pembulatan minimum. Untuk badan UM dengan
ketebalan minimum kurang dari 7,938 mm, lubang harus
mempunyai diameter nominal 3,175 mm.
Ulir pipa female harus disediakan pada tiap-tiap tap tekanan untuk
katup isolasi 6,35 mm NPT atau 6,35 mm NPT. Turning radius
clearance harus disediakan untuk memungkinkan badan katup
disekrup secara langsung ke dalam tap tekanan. Tap tekanan dapat
ditempatkan di atas, samping kiri, dan/atau samping kanan badan
UM. Tap tambahan dapat disediakan untuk mempermudah
penempatan transduser tekanan untuk akses pemeliharaan dan
pengurasan kondensat dari saluran gauge kembali ke dalam badan
UM.

f. Lain-lain
UM harus dibuat sedemikian rupa, sehingga badan UM tidak akan
menggelinding saat diuji pada permukaan halus dengan kemiringan
sampai dengan 10%. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
kerusakan pada transduser yang menonjol dan SPU ketika diset
sementara di atas tanah/lantai atau pekerjaan pemeliharaan.
UM harus didesain mudah dan aman untuk dibawa dalam
transportasi dan instalasi.

3. Transduser Ultrasonik
a. Spesifikasi
Pabrikan harus menyatakan spesifikasi umum transduser ultrasonik,
seperti dimensi kritis, tekanan operasi maksimum yang diizinkan,
rentang tekanan operasi, rentang suhu operasi dan pembatasan
komposisi gas.
Pabrikan harus menentukan tekanan operasi minimum berdasarkan
model transduser ultrasonik, ukuran UM dan kondisi operasi yang
11
diharapkan. Tekanan minimum ini harus ditandai atau diberi label
pada UM untuk mengisyaratkan personal lapangan operator bahwa
UM tidak boleh mencatat aliran pada tekanan pipa saluran yang
kurang dari tekanan minimum.
b. Laju Perubahan Tekanan
Penghilangan tekanan pada transduser ultrasonik dapat
menyebabkan kerusakan jika volume gas yang terjebak berekspansi
di dalam transduser bagian dalam. Instruksi yang jelas dapat
disediakan untuk penghilangan dan pemberian tekanan pada UM
serta transduser selama instalasi, start-up, pemeliharaan, dan
operasi.
c. Pertukaran
Penggantian atau pemindahan transduser harus dapat
dimungkinkan tanpa mengakibatkan perubahan yang signifikan pada
kinerja UM. Pertukaran transduser dan perubahan pada konstanta
perangkat-lunak SPU yang ditetapkan, tidak boleh menyebabkan
kinerja UM keluar dari batas-batas persyaratan kinerja yang
ditetapkan dalam sub bab 3.2 angka 2 dan 3.
Ketika transduser dilakukan pertukaran, maka harus dilakukan
pengukuran dan penjustiran secara elektrik, mekanik, atau lainnya.
d. Uji Transduser
Tiap-tiap transduser atau pasangan transduser harus dilakukan
pengujian dan hasilnya didokumentasikan sebagai bagian dari
program penjaminan kualitas UM. Tiap-tiap transduser harus
ditandai atau diberi label dengan suatu nomor seri permanen dan
dilengkapi data transduser umum sebagaimana dimaksud dalam sub
bab 3.1 angka 3 huruf a. Jika SPU memerlukan parameter
karakteristik transduser, maka tiap-tiap transduser atau pasangan
transduser harus pula disertai dengan dokumentasi uji yang berisi
data pengujian, metode pengujian yang digunakan dan parameter
karakterisasi.
4. Perangkat Elektronik
a. Persyaratan Umum
1) Perangkat elektronik pada UM meliputi catu daya,
mikrokomputer, komponen pemrosesan sinyal dan rangkaian
eksitasi transduser ultrasonik, dapat dikemas dalam satu atau
beberapa tutup (cover) yang dipasang pada UM atau di sebelah
UM dan dianggap sebagai suatu Unit Pemrosesan Sinyal (SPU).
12
2) SPU tersebut harus beroperasi pada kondisi lingkungan secara
keseluruhan dan persyaratan kinerja UM yang ditentukan
sebagaimana dimaksud dalam sub bab 3.2 angka 2 dan angka 3.
Penggantian keseluruhan SPU atau penggantian pada sembarang
modul harus dimungkinkan tanpa terjadi perubahan yang
signifikan dalam kinerja UM sebagaimana dimaksud dalam sub
bab 3.1 angka 3 huruf c.
3) Sistem harus mempunyai fungsi watch-dog-timer untuk menjamin
restart otomatis pada SPU apabila terjadi kesalahan program atau
penguncian (lock-up).
4) UM harus bekerja pada catu daya AC dengan nominal 120 V AC
atau 240 V AC pada frekuensi 50 atau 60 Hz atau catu daya
DC/baterai dengan nominal 12 V DC atau 24 V DC.
b. Spesifikasi Sinyal Keluaran
1) SPU harus dilengkapi dengan salah satu dari keluaran berikut:
a) antarmuka data serial; misalnya RS-232, RS-485 atau yang
sejenis; atau
b) frekuensi, yang menunjukkan laju alir pada kondisi saluran.
2) UM dapat pula dilengkapi dengan suatu keluaran analog (4-20
mA, DC) untuk laju alir pada kondisi saluran.
3) Sinyal laju-alir harus diberi skala sampai dengan 120% dari laju
alir maksimum, q maks .
4) Suatu fungsi cut-off harus disediakan untuk menyetel keluaran
laju-alir menjadi nol, ketika terindikasi laju alir di bawah nilai
minimum (tidak berlaku untuk keluaran data serial).
5) Dua keluaran laju-alir terpisah dan keluaran directional state
atau nilai-nilai data serial harus tersedia untuk aplikasi
bidirectional untuk memfasillitasi akumulasi volume yang
terpisah oleh flow computer dan sinyal keluaran directional state.
6) Semua keluaran-keluaran harus diisolasi dari ground dan
mempunyai proteksi tegangan yang penting.
c. Persyaratan Desain Keselamatan Elektrik
Jaket kabel, karet, plastik dan bagian-bagian terbuka lainnya harus
tahan terhadap sinar ultraviolet, api, minyak dan benda-benda berat.

13
5. Program Komputer
a. Firmware
1) Kode komputer yang berfungsi untuk kontrol dan operasi pada
UM harus disimpan dalam suatu memori nonvolatile. Semua
konstanta kalkulasi-aliran dan parameter-parameter yang
dimasukkan oleh operator juga harus disimpan dalam memori
nonvolatile.
2) Untuk keperluan audit, harus memungkinkan untuk memeriksa
semua konstanta kalkulasi-aliran dan parameter-parameter pada
saat UM beroperasi.
3) Apabila dilakukan revisi terhadap firmware, mencakup revisi
nomor seri, tanggal revisi, model UM yang dapat diterapkan dan
revisi papan sirkuit harus dilakukan pencatatan.
4) Nomor seri firmware, revisi tanggal, nomor seri dan/atau
pemeriksaan jumlah harus tersedia dengan cara visual melalui
firmware chip, display atau port komunikasi digital.
b. Alarm
Keluaran status alarm berikut harus aman dari kegagalan, kering,
berbentuk kontak penyambungan (relay contacts) atau saklar
elektronik bebas-tegangan yang terisolasi dari ground.
1) invalid: ketika laju alir yang ditunjukkan pada kondisi aliran
adalah invalid
2) masalah/trouble (tambahan): ketika terdapat parameter yang
termonitor berada di luar operasi normal pada suatu periode
waktu yang signifikan
3) kegagalan sebagian/parsial failure (tambahan): ketika terdapat
satu atau lebih hasil dari jalur ultrasonik tidak dapat digunakan
c. Pengukuran Diagnostik
Untuk keperluan pengukuran diagnostik melalui antarmuka data
serial, yakni RS-232, RS-485 atau yang sejenis, pabrikan harus
menyediakan hal-hal sebagai berikut:
1) kecepatan aliran aksial rata-rata melalui UM;
2) kecepatan aliran untuk tiap-tiap jalur akustik (atau setara untuk
evaluasi dari profil kecepatan aliran);
3) laju suara sepanjang tiap-tiap jalur akustik;
4) laju suara rata-rata;
5) interval pencuplikan kecepatan;
6) interval waktu rata-rata;
7) persentase dari pulsa yang diterima untuk tiap-tiap jalur akustik;
8) status dan indikator kualitas pengukuran; dan
9) alarm dan indikator kegagalan.
14
d. Satuan Pengukuran
Satuan-satuan berikut harus digunakan untuk berbagai nilai terkait
dengan UM.
Parameter Satuan S.I.
massa jenis kg/m3
energi J
massa kg
diameter pipa mm
tekanan bar atau Pa
suhu oC

kecepatan m/s
kekentalan, dinamik mutlak cP atau Pa·s
volume m3
laju alir volume (pada kondisi aliran) aktual m3/h
dan/atau satuan lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Besaran Pengaruh
a. Akurasi UM bergantung pada beberapa faktor, yaitu:
1) geometri presisi badan UM dan lokasi transduser ultrasonik
2) teknik integrasi yang melekat pada desain UM
3) kualitas profil aliran, tingkat pemulsaan (pulsation) yang ada
dalam aliran gas dan keseragaman gas
4) akurasi pengukuran waktu transit
b. Akurasi pengukuran waktu transit bergantung pada:
1) kestabilan clock elektronik
2) deteksi yang konsisten dari posisi referensi gelombang pulsa
suara
3) kompensasi yang tepat untuk penundaan sinyal pada komponen
dan transduser elektronik
c. Kondisi Operasi
1) Kualitas Gas
a) UM harus bekerja dengan sembarang “rentang normal”
campuran komposisi gas alam yang ditentukan dalam A.G.A.
Report No. 8. Hal ini mencakup kerapatan antara 0,554
(metana murni) dan 0,87.
b) Konsultasi harus dilakukan dengan pabrikan apabila terjadi
hal-hal berikut:
i) tingkat pelemahan karbon dioksida pada gelombang
akustik di atas 10%;
ii) operasi dekat dengan densitas kritis dari campuran gas
alam tersebut; atau
15
iii) tingkat sulfur total melebihi 320 PPM, mencakup
merkaptan, H 2 S dan gabungan-gabungan sulfur dasar.
c) Kondisi pipa-saluran gas normal harus bebas dari endapan
yakni kondensat atau traces dari campuran minyak dengan
skala-mill (0,0254 mm), kotoran atau pasir, karena dapat
berpengaruh terhadap akurasi UM dengan mengurangi bidang
tembus UM. Endapan dapat pula memperlemah atau
menghalangi gelombang suara ultrasonik yang dipancarkan
dari dan diterima oleh transduser ultrasonik, dan dalam
beberapa desain dipantulkan oleh dinding internal UM.
2) Tekanan
UM harus didesain pada tekanan minimum dan maksimum dan
dicantumkan pada pelat nama.
Transduser ultrasonik yang digunakan dalam UM memerlukan
suatu densitas gas minimum (suatu fungsi tekanan) untuk
menjamin kopling akustik pada pulsa-pulsa suara ke dan dari
gas.
3) Suhu, Gas dan Lingkungan
a) UM harus dapat bekerja sepanjang rentang suhu aliran gas
dari -25o sampai 55o C dan UM harus didesain pada rentang
suhu kerja.
b) Rentang suhu kerja harus berada pada -25o sampai 55o C.
Rentang suhu ini berlaku untuk badan UM dengan dan tanpa
aliran gas, field-mounted electronics, transduser ultrasonik,
pengkabelan, dan lain-lain.
4) Pengaruh Aliran Gas
a) Batas laju-alir dapat diukur dengan suatu UM yang
ditentukan oleh kecepatan aktual aliran gas. UM harus
didesain pada kecepatan alir q min , q t dan q maks dan akurasinya
masuk dalam persyaratan (lihat Bagian 1.3 untuk Pengertian).
Persyaratan akurasi untuk operasi dengan q min , q t dan q maks
dinyatakan dalam sub bab 3.2 angka 2 dan 3.
b) UM harus memiliki kemampuan pengukuran aliran yang
melekat dalam hal arah dengan akurasi yang sama; yakni
bidireksional. UM dapat didesain untuk pengukuran
bidireksional sehingga parameter SPU dapat dikonfigurasi
dengan baik.
5) Perpipaan Hulu dan Profil Aliran
16
Konfigurasi perpipaan hulu dapat mengakibatkan pengaruh yang
merugikan pada profil kecepatan gas yang memasuki suatu UM
terhadap suatu perluasan yang sedemikian rupa sehingga
kesalahan bisa terjadi. Besarnya kesalahan, jika ada, akan
menjadi suatu fungsi dari kemampuan yang dimiliki oleh UM
untuk mengkompensasi kondisi-kondisi yang demikian.
Rekomendasi lebih lanjut diberikan sebagaimana dimaksud
dalam Bab IV sub bab 4.2 angka 2.

3.2 Persyaratan Kemetrologian


1. Umum
Kinerja pengukuran aliran umum dari semua UM harus memenuhi
persyaratan berikut, sebelum dilakukan penjustiran faktor kalibrasi.

Ketidaktetapan : ± 0,2% untuk q t ≤ q i ≤ q maks


± 0,4% untuk q min ≤ q i < q t
Resolusi : 0,001 m/s
Interval Cuplik Kecepatan : ≤ 1 sekon
Kesalahan Puncak-ke-Puncak Maksimum : 0,7% untuk q t ≤ q i ≤ q maks
(sesuai Gambar 1)
Pembacaan Aliran-Nol : < 12 mm/s untuk tiap lintasan akustik

2. Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD)


Kesalahan Maksimum : ± 1,0% untuk q t ≤ q i ≤ q maks
(sesuai Gambar 1) ± 1,4% untuk q min ≤ q i ≤ q t

17
Pembacaan aliran-nol < 12 mm/s (untuk tiap lintasan)

Batas kesalahan perluasan +1,4% (qi < qt)


Ketidaktetapan
Batas Kesalahan yang
Diizinkan + 1,0%
Persen kesalahan

Kesalahan puncak-ke-puncak maksimum 0,7 % (qi ≥ qt)

Batas Kesalahan yang


Diizinkan – 1,0%
Ketidaktetapan
Batas kesalahan perluasan –1,4% (qi < qt)

Laju-alir (qi)

Gambar 1
Ringkasan Spesifikasi Kinerja

3. Pengaruh Tekanan, Suhu, dan Komposisi Gas


UM harus memenuhi persyaratan akurasi pengukuran aliran
sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan 3 sepanjang tekanan kerja
penuh, suhu dan rentang komposisi gas tanpa memerlukan penjustiran
manual. Jika UM memerlukan masukan manual untuk
mengkarakterisasi kondisi aliran gas (yakni massa jenis dan kekentalan
gas), maka operator harus memasukkan parameter-parameter ini,
sehingga UM dapat bekerja sesuai kondisi kerja.

18
BAB IV
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

4.1 Pemeriksaan
1. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa UM memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Syarat Teknis ini.
2. Pemeriksaan konstruksi dan perlengkapannya untuk UM yang baru,
dilakukan dengan membandingkannya terhadap gambar konstruksi.
3. Pemeriksaan terhadap UM baru harus telah memperoleh Izin Tipe
dan/atau Izin Tanda Pabrik.
4. Pemeriksaan kebocoran dilaksanakan dengan memperhatikan
sambungan-sambungan antara pipa instalasi dengan lubang masuk dan
lubang keluar dalam keadaan UM berisi media uji.
5. Pemeriksaan spesifikasi teknis dilakukan untuk memastikan bahwa UM
maupun komponen-komponennya telah sesuai, meliputi transduser
beserta bagian-bagiannya, flow computer, dan lain-lain.
6. Inspeksi dan Fungsi Audit
a. Harus memungkinkan bagi Pegawai Yang Berhak untuk dapat
melihat dan mencetak parameter konfigurasi pengukuran aliran yang
digunakan oleh SPU, yakni konstanta kalibrasi, dimensi UM, periode
waktu rata-rata dan kecepatan pencuplikan.
b. Ketentuan harus dibuat untuk mencegah suatu ketidaksengajaan
atau perubahan yang tak terdeteksi terhadap parameter-parameter
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang mempengaruhi kinerja
UM. Ketentuan yang baik mencakup penyegelan pada saklar atau
jumper, chip permanen PROM atau password dalam SPU.
c. Harus dapat memungkinkan bagi Pegawai Yang Berhak untuk
memeriksa semua algoritma, konstanta dan parameter konfigurasi
yang sedang digunakan.

4.2 Pengujian Tera dan Tera Ulang


1. Dry Calibration
Dry calibration (tanpa aliran fluida) meliputi pengukuran terhadap
dimensi dari spool piece, termasuk diameter (D) spool, serta dimensi L
dan X untuk tiap-tiap lintasan. Kesalahan dalam dimensi secara
langsung mempengaruhi akurasi pengukuran. Ketidakpastian yang
19
diharapkan dari suatu UM yang telah dilakukan dry calibration adalah 1
% atau yang lebih baik. Jika diperlukan akurasi yang lebih tinggi, maka
diperlukan wet calibration (kalibrasi aliran).
Selain pengukuran geometri spool-piece, diperlukan pengukuran waktu
tunda untuk perangkat elektronika dan transduser.
Metode pengukuran waktu tunda adalah dengan menempatkan dua
transduser dalam suatu cell uji bertekanan. Pemisahan transduser harus
diketahui dengan akurat. Ruang (chamber) diisi dengan suatu jenis gas
(biasanya nitrogen) yang kecepatan suaranya telah diketahui. Dalam cell
uji ini, terdapat kondisi aliran nol. Waktu transit aktual dari sinyal-sinyal
dalam fluida tersebut dapat dihitung dari rasio panjang lintasan dan laju
suara. Karena waktu transit untuk upstream dan downstream adalah
sama (aliran nol), maka t u (waktu tempuh upward) dan t D (waktu tempuh
downward) dapat dihitung. Sistem ultrasonik mengukur waktu yang
mencakup waktu tunda dalam perangkat elektronika, transduser, kabel,
dan lain-lain. Waktu tunda dihitung sebagai pengurangan terhadap nilai-
nilai yang dihitung dari nilai-nilai yang terukur. Dalam metode ini,
kecepatan suara pada cell uji harus diketahui. Kesalahan pada
kecepatan suara dalam cell uji mempengaruhi kinerja meter-arus, serupa
dengan kesalahan dalam L dan D. Hal ini menyebabkan pergeseran
sistematis dari kurva kinerja, karena kesalahan asumsi kecepatan suara
dari gas dalam cell uji menyebabkan offset sistematik pada waktu tunda
yang diterapkan. Metode yang sama dapat digunakan untuk pengujian
transduser individu dan dapat digunakan di lapangan pada saat
pemeriksaan untuk tera.
Metode lain yang tidak menggunakan kecepatan suara, dapat digunakan
untuk menentukan waktu tunda dalam kabel dan transduser elektronik.
Metode ini memerlukan pengaturan agar waktu transit dari pasangan
transduser dapat diukur pada dua panjang lintasan yang diketahui dan
berbeda pada kondisi aliran-nol. Pengukuran harus dilakukan dengan
kondisi gas yang sama untuk kedua panjang lintasan. Karena
pengukuran waktu-transit mencakup waktu tunda yang sama untuk
kedua panjang lintasan, sistem dari dua persamaan dengan dua hal yang
tidak diketahui (waktu tunda dan laju suara) dapat dilakukan dan
diselesaikan secara eksplisit.
Penghitungan distribusi kecepatan bergantung pada metode kalkulasi
yang digunakan, dengan asumsi sebagai berikut:
a. Asumsi tidak diperlukan untuk penghitungan distribusi kecepatan
b. Asumsi diperlukan untuk penghitungan distribusi kecepatan

20
Jika asumsi diperlukan, maka faktor-k untuk lintasan tertentu dapat
dihitung, berdasarkan bilangan Reynolds dan asumsi profil aliran (atau
sebelum pengujian aliran ekstensif). Namun demikian, kesalahan dalam
faktor-k tidak diperhitungkan dalam dry calibration. Dalam suatu
susunan UM, lintasan banyak, penempatan lintasan dan teknik
perhitungan dapat mengurangi ketidakpastian pengukuran dan
pengaruh profil kecepatan aliran yang tidak-ideal.

2. Wet Calibration (Uji Kalibrasi-Aliran)


a. UM harus dikalibrasi aliran dengan prosedur sebagaimana tercantum
dalam lampiran 2.
b. Penjustiran faktor kalibrasi
Jika suatu UM sudah dikalibrasi aliran, maka faktor-faktor kalibrasi
harus secara normal dapat diterapkan untuk menghilangkan setiap
kesalahan penyimpangan UM yang ditunjukkan. Metode yang dapat
digunakan untuk menerapkan faktor-faktor kalibrasi adalah:
1) Menggunakan kesalahan rata-rata bobot aliran (Flow-Weighted
Mean Error/FWME) sepanjang rentang aliran UM yang
diharapkan (perhitungan FWME ditunjukkan dalam Lampiran 5);
atau
2) Menggunakan suatu skema koreksi kesalahan (misalnya,
algoritma titik banyak atau polinom, metode interpolasi linier
piecewise, dan lain-lain) sepanjang rentang laju alir UM.
c. Laporan Pengujian
Hasil setiap pengujian harus didokumentasikan dalam suatu laporan
tertulis. Untuk tiap-tiap UM, laporan tersebut harus mencakup
sekurang-kurangnya:
1) nama dan alamat pabrik;
2) nama dan alamat laboratorium penguji;
3) model dan nomor seri;
4) nomor revisi firmware SPU;
5) tanggal pengujian;
6) nama penguji;
7) prosedur pengujian;
8) konfigurasi pemipaan hulu (upstream) dan hilir (downstream);
9) laporan diagnostik untuk parameter konfigurasi perangkat lunak;

21
10) semua data pengujian mencakup laju alir, tekanan, suhu,
komposisi gas dan ketidakpastian pengukuran pada fasilitas
pengujian; dan
11) variasi atau penyimpangan dari kondisi uji yang diperlukan.
3. Tera dan Tera Ulang
Pengujian dalam rangka tera dan tera ulang terhadap UM dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Dilakukan verifikasi antara data yang tersimpan pada UM dengan
data hasil dry calibration dan wet calibraton;
b. Dilakukan verifikasi antara parameter yang tersimpan pada UM
dengan parameter hasil dry calibration dan wet calibraton;
c. Dilakukan pengujian terhadap pressure transmitter dan temperature
transmitter;
d. Dilakukan verifikasi karakteristik gas yang tercatat pada UM dengan
gas yang diukur;
e. Dilakukan pengujian sistem secara dinamis dengan gas yang diukur
dan hasilnya dibandingkan dengan hasil perhitungan software
dengan hasil harus berada dalam BKD;
f. Apabila hasil sebagaimana pada huruf e, selanjutnya dilakukan
pembubuhan tanda tera.

22
BAB V
PEMBUBUHAN TANDA TERA

5.1 Pembubuhan
1. Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak dan Tanda Sah dibubuhkan
pada lemping tanda tera.
2. Tanda Jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian-bagian
tertentu dari UM yang sudah disahkan pada waktu ditera dan ditera
ulang untuk mencegah penukaran dan/atau perubahan.
3. Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5.2 Tempat Pembubuhan
1. Penempatan
Lemping tanda tera ditempatkan dan/atau dipasang pada bagian UM
yang mudah dilihat, tidak mudah lepas dan dapat menjamin keutuhan
(tahan lama) tanda-tanda tersebut.
2. Tera
a. Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6), Tanda Daerah ukuran 4 mm
(D4) dan Tanda Pegawai Yang Berhak (H) dibubuhkan pada lemping
aluminium atau logam dengan kualitas sejenis yang tahan karat.
Lemping tersebut dipasang atau dililitkan pada Meter Gas Ultrasonik
dengan kawat segel dan dibubuhi Tanda Jaminan Plombir ukuran 8
mm (JP8).
b. Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6) dibubuhkan pada flow
computer.
c. Tanda Jaminan ukuran 8 mm (JP8) dibubuhkan pada penutup
transmitter dan penutup field adjuster serta security lock pada posisi
on.
d. Tanda Jaminan Plombir ukuran 8 mm (JP8) dibubuhkan pada setiap
chord path.
e. Tanda Jaminan Plombir ukuran 8 mm (JP8) dibubuhkan pada tutup
bagian elektronik pada sensor.
f. Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6) dan Tanda Jaminan Plombir
ukuran 8 mm (JP8) dibubuhkan pada bagian kiri dan kanan penutup
junction box dengan posisi yang berlawanan antara Tanda Sah dan
Tanda Jaminan tersebut.
3. Tera Ulang
Pembubuhan tanda tera pada tera ulang sebagaimana dimaksud pada
angka 2 huruf b sampai dengan f.
23
BAB VI
PENUTUP

Syarat Teknis Meter Gas Ultrasonik merupakan pedoman bagi petugas dalam
melaksanakan tera dan tera ulang Meter Gas Ultrasonik serta pengawasan Meter
Gas Ultrasonik, guna meminimalisir penyimpangan penggunaan Meter Gas
Ultrasonik dalam transaksi serta upaya perwujudan tertib ukur sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.

24
Lampiran 1

PENGUJIAN METER GAS ULTRASONIK DRY CALIBRATION

1. Prosedur Pengujian
a. Lakukan pengukuran terhadap dimensi dari spool piece, termasuk diameter
(D) spool, serta dimensi L dan X untuk tiap-tiap lintasan.
b. Ketidakpastian hasil pengujian adalah 1 % atau yang lebih baik.
c. Lakukan pengukuran waktu tunda untuk perangkat elektronika dan
transduser.
d. Hitung waktu transit aktual dengan menggunakan rasio panjang lintasan
dan laju suara untuk memperoleh nilai t U dan t D .
e. Hitung waktu tunda dengan mengurangi nilai-nilai terukur oleh nilai-nilai
yang dihitung. Metode pengukuran waktu tunda dapat mempergunakan
kecepatan suara atau tidak.

2. Cerapan Pengujian

Panjang (mm)
Chord A B C D
Chord Path
“L”
Chord Path
“X”
Waktu tunda
rata-rata

25
Lampiran 2

PENGUJIAN METER GAS ULTRASONIK WET CALIBRATION

1. Prosedur Pengujian
a. UM harus dikalibrasi-aliran, dan diuji sekurang-kurangnya pada laju aliran
berikut: q min ; 0,10 q maks ; 0,25 q maks ; 0,40 q maks ; 0,70 q maks dan q maks serta
dapat pula dilakukan pengujian tambahan pada laju alir lainnya.
b. Uji kalibrasi aliran harus dilakukan pada suatu tekanan, suhu dan massa
jenis gas yang berdekatan dengan kondisi operasi rata-rata. Pengujian pada
tekanan, suhu dan rentang massa jenis gas tertentu lainnya dapat
dilakukan, jika diperlukan.
c. Jika tidak dimungkinkan untuk menguji UM sampai dengan kapasitas
maksimum disebabkan adanya keterbatasan pada fasilitas uji, maka
pengujian dapat dilakukan pada suatu laju alir yang lebih rendah dari
q maks .
d. Flensa hulu dan diameter perpipaan dalam harus sesuai dan dapat
disejajarkan dengan UM sebagaimana ditentukan dalam sub bab 4.2 angka
1 huruf d angka 2).
e. Semua uji pengukuran dilakukan dengan suatu fasilitas kalibrasi aliran
yang tertelusur dilengkapi dengan sertifikat kalibrasi yang masih berlaku.

2. Cerapan Pengujian
I.D.
UM
m

Kecepatan Kecepatan Kesalahan Kesalahan Kecepatan


Kecepatan Kecepatan Hasil
Alir Alir yang yang Verifikasi
Titik Faktor Verifikasi
m/s m/s ditemukan tertinggal
Data Kalibrasi m3/jam m3/jam m/s
vP vM %
Prover UM % % vP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

26
Lampiran 3

PROSEDUR PENGUJIAN
PERLENGKAPAN METER GAS ULTRASONIK

1. Pengujian Pressure Transmitter (PT)


a. Peralatan yang digunakan dalam pengujian Pressure Transmitter ini adalah:
1) Dead Weight Tester (DWT) atau yang sejenisnya dan sertifikatnya
2) Digital Multi Meter (DMM) dan sertifikatnya
3) Precision Resistor 50 ohm
4) Sumber tegangan yang sesuai.

b. Persiapan Pengujian
1) Pilihlah DWT yang sesuai dengan rentang ukur yang sesuai
2) Siapkan tahanan standar dengan hubungan seri dengan beban
indikatornya
3) Siapkan DMM dengan hubungan paralel dengan tahanan standar
4) Siapkan peralatan lainnya secara seksama

c. Pelaksanaan Pengujian
Dalam melakukan pengujian Pressure Transmitter, lakukan sesuai dengan
tahap sebagai berikut:
1) Lepaskan pipa saluran masuk dari Pressure Transmitter dari pressure
tap-nya
2) Hubungkan output DWT pada input Pressure Transmitter
3) Lepaskan hubungan dari keluaran Pressure Transmitter dan pasangkan
resistor standar dengan kelas 0,01 secara seri dengan beban
4) Pasangkan DMM pada posisi paralel dengan resistor tersebut
5) Berikan beban pada DWT sesuai dengan daerah ukur Pressure
Transmitter dengan titik pengujian 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% atau
titik lain sesuai dengan kemampuan standar.
6) Lakukan pembacaan DMM dan indikator pada Flow Computer di setiap
titik pembebanan DWT
7) Lakukan tahapan pengujian pada angka 5) s.d 6) pada posisi
pembebaban menaik dan menurun

27
d. Perhitungan
1) Nilai arus sebenarnya output Static Pressure Transmitter adalah I s
2) Pembacaan DMM pada output transmitter adalah Vt. Selanjutnya
dikombinasikan dengan nilai resistan Rs menjadi It (I t = V t : R s )
3) Pembacaan Static Pressure Indicator adalah P i
4) Tekanan standar adalah nilai suhu ekivalen tahanan masukan Static
Pressure Transmitter adalah P s
5) Kesalahan Penunjukan Static Pressure Transmitter adalah E t :
𝐼𝐼𝑡𝑡 − 𝐼𝐼𝑠𝑠
𝐸𝐸𝑡𝑡 = 𝑥𝑥 100%
𝐼𝐼𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 − 𝐼𝐼 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
6) Kesalahan Penunjukan Static Pressure Indicator adalah Ei :
𝑃𝑃𝑖𝑖 −𝑃𝑃𝑠𝑠
𝐸𝐸𝑖𝑖 = 𝑃𝑃 𝑥𝑥 100%
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 −𝑃𝑃 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

e. Notasi yang digunakan dalam instruksi kerja ini adalah :


DMM = Digital Multi Meter
PT = Static Pressure Transmitter
Et = Kesalahan Penunjukan Static Pressure Transmitter (%)
Ve = Tegangan keluaran Static Pressure Transmitter
(diubah menjadi) I t = V t : R s
Is = Arus sebenarnya
Pi = Pembacaan Static Pressure Indicator
Ps = Static Pressure ekuivalen tahanan masukan
P min = Static Pressure minimum dari rentang ukur Static Pressure
Transmitter
P maks = Tekanan maksimum rentang ukur Static Pressure Transmitter

2. Pengujian Temperatur Transmitter (TT)


a. Peralatan yang digunakan dalam pengujian Temperatur Transmitter ini
adalah:
1) Termometer standar dan sertifikatnya
2) Digital Multi Meter (DMM) dan sertifikatnya
3) Decade Resistance Box
4) Precision Resistor 50 ohm
5) Sumber tegangan yang sesuai
b. Persiapan Pengujian
1) Pilihlah decade resistance box standar dengan rentang ukur yang sesuai
2) Siapkan tahanan standar dengan hubungan seri dengan beban
3) Siapkan DMM dengan hubungan paralel dengan tahanan standar
4) Siapkan peralatan lainnya secara seksama

28
c. Pelaksanaan Pengujian
1) Atur posisi selector DMM pada satuan volt DC
2) Atur nilai tahanan suhu pada decade resistance box dengan urutan 0%,
25%, 75% dan 100% dari rentang ukur masukan Temperature
Transmitter
3) Sebagai standar keluaran dari Temperature Transmitter adalah hasil kali
antara nilai arusnya dengan tahanan standar
4) Pada setiap pembacaan DMM dilakukan pembacaan suhu pada
indikator temperatur (pada komputer)
5) Tentukan kesalahan penunjukan keluaran Temperature Transmitter
6) Tentukan kesalahan penunjukan temperature indicator
7) Lakukan lagi langkah sebagaimana butir 1) s.d 6) dengan titik-titik
tahanan ekuivalen suhu dari 100%, 75%, 25% dan 0% dari rentang
ukurnya.
d. Perhitungan:
1) Nilai arus sebenarnya output Temperature Transmitter adalah Is .
2) Pembacaan DMM pada keluaran transmitter adalah V t selanjutnya
dikombinasikan dengan nilai resistan Rs menjadi I t = V t : R s
3) Pembacaan Temperature Indicator adalah Ti
4) Suhu sebenarnya adalah nilai suhu ekuivalen tahanan input
Temperature Transmitter adalah Ts.
5) Kesalahan penunjukan Temperature Transmitter adalah E t :
𝐼𝐼𝑡𝑡 − 𝐼𝐼𝑠𝑠
𝐸𝐸𝑡𝑡 = 𝑥𝑥 100%
𝐼𝐼𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 − 𝐼𝐼 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
6) Kesalahan penunjukan Temperature Indicator adalah E i :
𝑇𝑇𝑖𝑖 − 𝑇𝑇𝑠𝑠
𝐸𝐸𝑖𝑖 = 𝑥𝑥 100%
𝑇𝑇𝑠𝑠
e. Notasi yang digunakan dalam instruksi kerja ini adalah :
DMM = Digital Multi Meter
TT = Temperature Transmitter
E = Kesalahan Penunjukan Temperature Transmitter (%)
Ve = Tegangan keluaran Temperature Transmitter
(diubah menjadi) I t =V t : R s
Is = Arus sebenarnya
Ti = Pembacaan Temperature Indicator
Ts = Temperatur ekuivalen tahanan masukan

29
T min = Temperatur minimum dari rentang ukur Temperature
Transmitter
T maks = Temperatur maksimum rentang ukur Temperatur Transmitter

3. Pengujian Sistem
a. Sebelum pengujian sistem dilakukan, Gas Chromatography (GC) harus
telah dikalibrasikan terhadap gas sampel standar;
b. Alirkan gas sesuai dengan kondisi saat pengujian;
c. Pengujian dilakukan pada beberapa kali;
d. Lakukan perhitungan dengan menggunakan formula:
𝑃𝑃𝑓𝑓 𝑇𝑇𝑏𝑏 𝑍𝑍𝑏𝑏
𝑞𝑞𝑏𝑏 = 𝑞𝑞𝑓𝑓 ∙ ∙ ∙
𝑃𝑃𝑏𝑏 𝑇𝑇𝑓𝑓 𝑍𝑍𝑓𝑓
e. Kesalahan penunjukan (error):
𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 − 𝑞𝑞𝑏𝑏
𝐸𝐸 = × 100%
𝑞𝑞𝑏𝑏
f. Kesalahan penunjukan |𝐸𝐸| ≤ 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵

𝑞𝑞 ≤ 0,1𝑞𝑞𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 |𝐸𝐸| ≤ 1,0 %


𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵: � 𝑖𝑖
𝑞𝑞𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 ≤ 𝑞𝑞𝑡𝑡 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 |𝐸𝐸| ≤ 1,4 %

30
PENGUJIAN PERLENGKAPAN METER GAS ULTRASONIK
GAS METERING ULTRASONIC CALIBRATION FORM
LOKASI Nama Tag
:
SITE Tag Name

Jenis Daerah Ukur


: :
Type Range

Merek Satuan
: :
Brand Unit

Model Input
: :
Model Input

No. Seri Output


: :
S/N Output

Catu Daya Kesalahan maks


: Allowable Max. :±
Power Supply Error
HASIL PENGUJIAN
CALIBRATION RESULT

Sebelum Pengujian Setelah Pengujian


Before Calibration After Calibration
Input Output Sebenarnya Error % Input Output Sebenarnya Error %
Ideal Ideal
% Up Down measurement Up Down % Up Down measurement Up Down

Peralatan standar yang


digunakan
Standard equipment used

1 Brand : S/N :

2 Brand : S/N :
:
3 Brand : S/N
Disaksikan oleh :
Witnessed by
…..., …………..

Perusahaan perwakilan Nama Diuji oleh:


No
Tanda tangan Calibrated by
Institution/Company repr. Name Signature Direktorat Metrologi
1
2

31
32
Lampiran 4

Prosedur Menentukan Speed Of Sound (S.O.S.)

1. Masukkan suhu operasi (T), tekanan operasi (P) dan analisis gas.
2. Hitung massa molar campuran (mixture).
3. Hitung kompresibilitas dan densitas fluida pada kondisi yang diinginkan.
4. Hitung kapasitas panas tekanan konstan gas ideal pada suhu operasi.
5. Hitung kapasitas panas volume konstan gas riil pada kondisi operasi.
6. Hitung kapasitas panas tekanan konstan gas riil pada kondisi operasi.
7. Hitung rasio kapasitas panas, cp/cv, pada kondisi operasi.
8. Hitung S.O.S berdasarkan hasil-hasil pada tahap sebelumnya.
9. Hitung eksponen isentropik, κ.
dengan
𝑀𝑀𝑟𝑟
𝜅𝜅 = 𝑊𝑊 2
𝑍𝑍𝑍𝑍𝑍𝑍
dan
𝑐𝑐𝑝𝑝 𝑅𝑅𝑅𝑅 𝜕𝜕𝜕𝜕 0,5
𝑊𝑊 = �� � � � �𝑍𝑍 + 𝜌𝜌 � ���
𝑐𝑐𝑣𝑣 𝑀𝑀𝑟𝑟 𝜕𝜕𝜕𝜕

33
Lampiran 5

Perhitungan FWME
Perhitungan FWME menggunakan rumus:
𝑞𝑞𝑖𝑖
∑𝑛𝑛𝑖𝑖=1
𝑞𝑞𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 × 𝐸𝐸𝑖𝑖
𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 = 𝑞𝑞𝑖𝑖
∑𝑛𝑛𝑖𝑖=1
𝑞𝑞𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
dengan
∑𝑛𝑛𝑖𝑖=1 adalah penjumlahan masing-masing suku yang mewakili tiap-tiap titik
alir-uji
q i /q maks adalah faktor pembobotan (wf i ) untuk tiap-tiap titik alir uji, dan
E i adalah kesalahan laju-alir yang ditunjukkan (dalam persen) pada laju alir
yang diuji, q i .

Laju alir aktual –


Ei wf i × E i
Meter Referensi wf i = q i /q maks
(%) (%)
(m3/h)

34

Anda mungkin juga menyukai