Anda di halaman 1dari 37

DASH BOARD

HSSE KSO PEP-ETT


Oleh : Mohammad Arif- Praktisi K3
KSO PEP-ETT, 26 Juni 2020

HEALTH SAFETY SECURITY & ENVIRONMENT


(HSSE)
AREA KERJA OPERASI

PANDAN – PETANANG FIELD


(MUARA ENIM & PRABUMULIH) TAPUS FIELD
(MUARA ENIM)
Short history
1. Jul 2013 KSO Contract Signed. Sep 2013 PEP to KSO-ETT Started
Operation until 2028
2. Reactivation Wells and Facility of Block Station, in 2013
a) Management of UKL-UPL documents and Environmental Permits (Izin
Lingkungan) and other related permits
b) Reactivation Wells and Facility of Block Station (High Risk Category)
c) Work Over Rig activity (High Risk Category)
d) Wire lines job (High Risk Category)
e) Inspection off all trunk line oil & gas and installation (Low/Medium/High
Risk Category)
f) Management of SKPP and SKPI / COI licenses
g) Upgrading Facility of Block Station (High Risk Category)
h) Increased human resources (training)
3. Returned to contribute to national crude oil production in 2014
4. Then in 2019 Oil and Gas production will begin
5. Continued improvement as per HSSE Compliance Pertamina EP
Landasan Hukum
1 Mijn Politie Reglement (MPR) tentang Peraturan Keselamatan Kerja Pertambangan LN No. 341 tahun 1930.
2 UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3 UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pembayaran Iuran Bagi Peserta
4
Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja
5 UU No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
6 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)
7 PP No. 50 Tahun 2012 Penerapan Standar Standar Manajemen Keselamatan
8 PP No. 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan
9 PP No. 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi
10 PP No 19 Tahun 1973 Tentang Pengaturan Dan Pengawasan Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan
11 PTK No. 041 SKK Migas Tentang Pemeliharaan Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja bidang
12
Pertambangan.
Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1974 Tentang Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi Dan Eksploitasi Minyak Dan
13
Gas Bumi Di Daerah Lepas Pantai'
Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2018 Pemeriksaan Keselamatan Instalasi Dan
14
Peralatan Pada Kegiatan Usaha Minyak Dan Gas Bumi
15 Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
16 Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengendalian Pencemaran Air
17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
18 Permen LH No.19 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Explorasi dan Produksi Migas
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun 2003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
19
Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Secara Biologis.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 129 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Emisi Usaha dan atau
20
Kegiatan Minyak dan Gas Bumi.
Landasan Hukum
21 Kepmentamben No. 300.K/38/M.pe/1997 Tentang Keselamatan Kerja Pipa Penyalur Minyak dan Gas Bumi
PTK. 007 Pengelolaan Rantai Suplai Buku Kedua Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Buku
22
Kedua Rev. 4
23 PTK-012-2007-Pengoperasian-dan-Pemeliharaan-Pipa-Penyalur-MIGAS.
24 PTK-013-2007-Pengoperasian-dan-Pemeliharaan-Tangki-Penyimpanan-Minyak-Bumi
25 PTK-016-2007-Sistem-Manajemen-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Kontraktor-KKS
26 PTK-046-2011-Penanggulangan-Tumpahan-Minyak-Rev-01
27 PTK-007-2012-Pengelolaan-Rantai-Suplai-KKKS-Buku-V-Pedoman-Peng-Proyek-Fasilitas-Produksi
28 PTK-048-2012-Manajemen-Krisis
PTK-005/SKKMA0000/2018/S0 Tentang Pengelolaan Kesehatan, Keselamatan Kerja Dan Lindungan Lingkungan
29
Di Kegiatan Usaha Hulu Migas
PTK 17--2005 Tentnag Pedoman Pemberian Keterangan Keadaan Darurat, Pedoman Pengembangan Masyarakat dan
30
Pedoman Kehumasan untuk Kontraktor Kontrak Kerjasama di lingkungan kegiatan Migas
31 PTK-049-2018Revisi Ke-01 Tentang Pengamanan Kegiatan Usaha Hulu Minyak Dan Gas Bumi
32 Kebijakan KSO PT. Pertamina EP - Energi Tanjung Tiga pada aspek Health, Safety & Environment
33 Pedoman Pengelolaan K3 dan LL Kontraktor BPMIGAS (PTK No. 013 Tahun 2006).
34 Pedoman SMK3 KKKS BPMIGAS (November 2006)
35 ISO-50001 Sistem Manajemen Energi
36 ISO-9001 Sistem Manajemen Mutu
37 ISO 14001, Sistem Manajemen Lingkungan
38 ISO 45001, standar internasional baru untuk manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3 / OH&S)
39 Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001
40 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001
41 ASME (American Society of Mechanical Engineer)
42 ASTM (American Society of Testing Material).
43 ANSI (American National Standard Institute).
44 API (American Petroleum Institute).
45 AWS (American Welding Society).
46 Peraturan Daerah terkait Otonomi Daerah tentang HSSE dan peraturan terkait lainnya
Landasan Hukum
47 UU Republik Indonesia No. 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan.
Keputusan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2020 tanggal 13 April 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Corona
48
Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional.
Surat Edaran Menteri BUMN RI Nomor: SE-1/MBU/03/2020 tanggal 3 Maret 2020 tentang Kewaspadaan Terhadap Penyebaran
49
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
Surat Edaran Kementerian ESDM RI Nomor: 4.E/70/SJN.P/2020 tanggal 15 Maret 2020 tentang Pelaksanaan Tugas Pegawai
50
Kementerian ESDM untuk Mencegah Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Surat Edaran Kementerian Ketenagakerjaan RI Nomor: M/3/HK.04/III/2020 tanggal 17 Maret 2020 tentang Perlindungan
51
Karyawan/Buruh dan Kelangsungan Usaha Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan COVID-19;
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 50 Tahun 2020 tanggal 20 April 2020
52 tentang Perubahan Kedua atas Surat Edaran Nomor 19 Tahun 2020 tanggal 16 Maret 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja
Aparatur Sipil Negara Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran COVID-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah;
Surat Edaran SKK Migas Nomor: EDR-0041/SKKMF0000/2020/S1 tanggal 03 Maret 2020 dan EDR-0049/SKKMF0000/2020/S1
53
tanggal 16 Maret 2020 tentang Himbauan Kewaspadaan Novel Coronavirus Disease (COVID-19);
Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13.A Tahun 2020 tanggal 29 Februari 2020 tentang
54
Perpanjangan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia;
Surat Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 No B-08/GUGAS/PD.01.02/03/2020 tanggal 28 Maret 2020 tentang
55
Rekomendasi dan Dukungan Operasional
56 Permenkes No. 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan COVID-19.
Kepmenkes RI No. HK.01.07/MENKES/239/2020 Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar di Wilayah Propinsi DKI
57
Jakarta Dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-19.
Surat Edaran dari SKKMIGAS kepada Bupati/Walikota, terkait dengan pengelolaan Objek Vital Nasional (OBVITNAS), No. SRT-
58 0281/SKKMI5000/2020/SO. tanggal 03 April 2020, Perihal Keperluan Akses Untuk Operasi Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagai
Objek Vital Nasional dalam Situasi Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus COVID-19
59 Inmen PUPR No. 2/2020 Protokol Pencegahan Penyebaran COVID-19 Dalam Penyelengaraan Jasa Kontruksi

Belum termasuk PerMEN dari sektor Perhubungan, Pariwisata, Perdagangan dan sektor lainnya
SMHSSE
(Standard Management Health Safety Security & Environment)

SMHSSE KSO PT. PERTAMINA EP - ENERGI TANJUNG TIGA


bersifat dinamis, sejalan dengan dinamika operasi perusahaan dan
perkembangan peraturan perundangan yang berlaku secara lokal,
nasional dan internasional.

Model SMHSSE KSO PT. PERTAMINA EP - ENERGI TANJUNG TIGA


digambarkan sebagai suatu proses peningkatan dan perbaikan yang
terus menerus (continuous improvement) dalam siklus
berkesinambungan dan fleksibel, sehingga dapat tercapai suatu
Kinerja HSSE yang diharapkan.

Siklus tersebut terdiri dari 5 (lima) tahapan yang dapat digambarkan


sebagai berikut :
VISI, MISI & TATA KEBIJAKAN HSSE
NILAI UNGGULAN
1. Komitmen Manajemen
2. Keteladanan
3. Peran dan Tanggung jawab

PERENCANAAN

1. Penilaian Awal
PERBAIKAN 2. Peraturan Perundangan, Pedoman
BERKELANJUTAN & Standar
3. Tujuan dan Sasaran
4. Program kerja

PENERAPAN

1. Implementasi 14 Elemen SMHSSE

PENELAAHAN PEMERIKSAAN &


MANAJEMEN TINDAKAN KOREKSI
1. Audit Internal dan Eksternal
2. Pelaporan
SMHSSE
(Standard Management Health Safety Security & Environment)

Sesuai dengan HSSE compliance Pertamina EP, setiap KSO


PEP wajib memiliki 14 element SMHSSE yang terdiri dari :

Element 1 Kepemimpinan dan Tanggung Jawab


Element 2 Manajemen Resiko
Element 3 Kepedulian, Pelatihan dan Kompetensi
Element 4 Menajemen Kontraktor/Mitra Kerja
Element 5 Desain, Kontruksi dan Komisioning
Element 6 Operasi dan Pasca Operasi
Element 7 Inpeksi dan Pemeliharaan Peralatan
Element 8 Keselamatan dan Bahan dan Produk
Element 9 Managemen Perubahan
Element 10 Komunikasi
Element 12 Manajemen Krisis dan Tanggap Darurat
Element 13 Dokumentasi
Element 14 Evaluasi dan Audit
Elemen 1 – Kepemimpinan dan Tanggung Jawab
Kepemimpinan dan tanggung jawab setiap individu dalam organisasi harus
selaras dengan kebijakan perusahaan. Kebijakan HSSE merupakan
landasan penting untuk keberhasilan pengelolaan HSSE dalam setiap Area
Operasi. Kebijakan dilandasi oleh komitmen kuat pimpinan tertinggi dalam
melaksanakan pengelolaan HSSE secara baik dan benar guna melindungi
pekerja, masyarakat sekitar Area Operasi dan lingkungan serta memberi nilai
tambah dan peningkatan kepercayaan stakeholder.

Elemen 2 – Manajemen Resiko


Manajemen resiko secara sistematis harus dilakukan untuk memastikan
bahwa setiap kegiatan operasi dapat dilaksanakan secara aman, handal,
sehat dan ramah lingkungan.

Elemen 3 – Kepedulian, Pelatihan dan Kompetensi


Keberhasilan penerapan SMHSSE sangat tergantung pada kepedulian dan
kompetensi SDM, sehingga diperlukan program pelatihan HSSE bagi SDM
HSSE dan non HSSE.
Elemen 4 - Manajemen Kontraktor/Mitra Kerja
Dalam usaha meningkatkan peran serta kontraktor/mitra kerja yang
berkerja di dalam lingkungan Area operasi terhadap aspek HSSE

Elemen 5 - HSSE dalam Disain, Konstruksi dan Komisioning


Setiap aktivitas pembangunan/pengembangan suatu unit kegiatan/usaha
dibagi dalam 3 (tiga) tahap utama yaitu disain konseptual (conceptual
design), disain rinci (detail design), konstruksi dan komisioning
(construction and commissioning).

Elemen 6 - HSSE Operasi dan Pasca Operasi


Guna menunjang kelancaran operasi diperlukan pengendalian operasi dari sisi
HSSE agar diperoleh kinerja yang aman, handal dan efisien.
1. Pengendalian Keselamatan Kerja
2. Pengendalian Kesehatan Kerja
3. Pengelolaan Lindungan Lingkungan
4. Persyaratan Perundangan, Standar, Prosedur
(STK/SOP/TKO/TKI/JSA/SIKA/PTW)
5. HSSE Pasca Operasi
Elemen 7 - Inspeksi dan Pemeliharaan Peralatan
Inspeksi dan pemeliharaan peralatan bertujuan untuk menjamin kelayakan
operasi melaluiberbagai analisateknis dan ekonomis berdasarkan
standard/kode nasional dan internasional serta peraturan perundangan
yang berlaku. Hasil-hasil serta rekomendasi inspeksi peralatan digunakan
sebagai salah satu dasaruntuk

Elemen 8 - Keselamatan Bahan dan Produk


Untuk menjamin bahwa bahan baku, bahan pembantu, produk dan hasil
buangan telah dikelola sesuai dengan persyaratan HSSE al :
1. Resiko bahan baku dan bahan pembantu dan produk serta hasil
buangan yang mempunyai resiko bahaya, prosedur penyimpanan,
penggunaan, pengangkutan, pemusnahan dan pembuangannya dan
dikomunikan dengan pihak-pihak dan instansi yang berkepentingan.
2. Lembar MSDS, menginformasikan kandungan unsur dalam produk serta
tindakan yang harus dilakukan bila terjadi kondisi darurat. Lembar data
ini harus diberikan kepada pengguna atau yang menangani produk.
3. Label, simbol dan tanda peringatan serta petunjuk bahaya dari produk
dan cara penanganannya, cara penggunaan serta masa kadaluwarsa.
Elemen 9 - Manajemen Perubahan
Setiap perubahan yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas di Area
Operasi Perusahaan dan harus dilaksanakan sesuai prosedur dan direncanakan
dengan baik, perubahan harus dilakukan sesuai ketentuan berikut :
1. Setiap perubahan sementara atau permanen menyangkut perubahan
organisasi, STK, peralatan/fasilitas, material dan SDM harus direncanakan
secara tepat dan teliti agar dampak negatif aspek HSSE dapat dihindari atau
kalaupun terjadi dampak negatif masih pada tingkat yang dapat diterima
2. Usulan perubahan harus didiskusikan pada tingkat kewenangan yang tepat
3. Hasil perubahan harus ditinjau dan dianalisa dari sisi teknis dan HSSE
4. Dokumen/gambar perubahan dibuat secara lengkap dan ditandatangani
serta didistribusikan ke fungsi terkait dilengkapi prosedur operasi,
pemeliharaan, informasi penanganan aspek HSSE serta pelatihannya akibat
adanya perubahan.

Elemen 10 - Komunikasi
Setiap Area Operasi di lingkungan perusahaan harus menjaga dan
mengembangkan komunikasi secara baik dengan berbagai pihak yang
berkepentingan (Stakeholder) yaitu para pekerja, Kontraktor/Mitra Kerja,
instansi/institusi terkait dan masyarakat sekitar. Untuk mendapatkan komunikasi
yang efektif dilakukan antara melalui :
1. Rapat manajemen dan rapat-rapat operasi secara periodik.
2. Safety Meeting/Tool Box Meeting/Talk Gate Meeting/JSA Meeting/Weekly
Meeting/Monthly meeting/MWT dll
3. Panel diskusi yang dihadiri tim manajemen dan pekerja menyangkut
permasalahan/kasus-kasus HSSE.
4. Pelatihan, seminar, workshop.
5. Media cetak, media elektronik.
6. Laporan periodik.

Elemen 11 - Manajemen Krisis dan Tanggap Darurat

Untuk mengantisipasi kejadian-kejadian darurat, diperlukan suatu sistem


untuk menangani, mengendalikan dan menanggulanginya. Area Operasi
harus melakukan identifikasi potensi bahaya yang dapat mengakibatkan
keadaan darurat, membuat dan mensosialisasikan prosedur tanggap
darurat, menguji prosedur tanggap darurat melalui latihan dan simulasi serta
mengkaji dan merevisi prosedur tanggap darurat secara berkala.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun system tanggap
darurat adalah sebagai berikut :
1. Tanggap Darurat disusun untuk menghadapi setiap keadaan/kejadian
darurat yang menimbulkan dampak negatif/kerugian sangat berarti bagi
personil, lingkungan maupun aset perusahaan. Kejadian/keadaan darurat
dimaksud antara lain semburan liar/blow out, gas beracun,
kebakaran/ledakan, kecelakaan kerja, tumpahan minyak/bahan kimia
berbahaya, kebocoran pipa gas/uap, bencana alam dan kerusuhan sosial
2. Penyusunan sistem tanggap darurat melibatkan fungsi-fungsi terkait,
dengan koordinasi pimpinan setempat.
3. Setiap keadaan darurat ditelaah oleh sebuah komite yang terdiri dari para
pimpinan fungsi terkait dan fungsi HSSE setempat dengan koordinasi
pimpinan setempat
4. Untuk membina kesiagaan, harus dilakukan latihan/simulasi keadaan
darurat secara periodik dibawah koordinasi fungsi HSSE setempat.
5. Manajemen dan pimpinan Area Operasi di lingkungan Perusahaan secara
berkala harus selalu mengkaji dan memperbaharui sistem tanggap darurat
sesuai kondisi dan situasi setempat.
6. Sistem darurat minimal harus mencakup perencanaan, operasional,
pengendalian, manajemen sumberdaya, prosedur evakuasi dan
pemulihan.
Elemen 12 - Penyelidikan Kejadian

1. Penyelidikan kejadian ditujukan untuk menjelaskan fakta dan keadaan yang


berkaitan dengan penyebab dasar dan penyebab langsung serta tindakan
perbaikan dan tindakan pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang
dikemudian hari.

2. PERUSAHAAN dan Mitra Kerja serta nya akan selalu melakukan


investigasi/penyelidikan atas setiap kejadian kecelakaan kerja, kebakaran,
pencemaran, kerusakan peralatan/aset dan “near miss” secara terencana
dan terorganisasi untuk memperoleh data obyektif sebab dan akibat
kejadian serta melaporkannya kepada instansi terkait sesuai tata cara dan
tata waktu yang telah ditetapkan.

3. Manajemen dan pimpinan Area Operasi membentuk tim untuk melakukan


penyelidikan (pelaporan, analisa kejadian dan penanggulangan yang
diperlukan)yang beranggotakan fungsi operasi, fungsi pendukung teknis
dan fungsi HSSE. Setiap petugas penyelidik harus terlatih, mampu dan
bertanggung jawab.
4. Penyelidikan kejadian yang komprehensip memuat prosedur tertulis tentang :
a) Jenis, waktu, tempat dan uraian kejadian.
b) Pelapor dan penerima laporan.
c) Metode penyelidikan.
d) Penyusunan laporan dan dokumentasi.
5. Pelaporan dan penyelidikan kejadian memberikan manfaat untuk :
a) Memastikan bahwa semua kejadian telah dilaporkan dan diselidiki.
b) Menemukan penyebab dasar dan penyebab langsung.
c) Mengidentifikasi pengendalian dan penanggulangan kejadian sebagai
acuan untuk penanganan kejadian-kejadian lain yang mungkin terjadi
dimasa mendatang.
d) Menyediakan informasi rinci untuk penyidikan bila diperlukan.
e) Bahan perhitungan/analisa biaya operasi maupun biaya penanggulangan
termasuk biaya rehabilitasi/pemulihan.
f) Mencerminkan adanya kepedulian manajemen.
6. Format laporan penyelidikan kejadian harus memuat hal-hal sebagai berikut :
a) Evaluasi potensi kerugian.
b) Evaluasi frekuensi kemungkinan terulangnya kejadian.
c) Gambaran/kronologis kejadian.
d) Penyebab kejadian.
e) Tindakan perbaikan/rehabilitasi.
f) Saran/rekomendasi.
Elemen 13 - Dokumentasi
Dokumentasi merupakan elemen penting dalam SMHSSE, sebagai
jaminan agar semua data dan informasi tersimpan secara baik untuk
berbagai keperluan diantaranya sebagai bahan evaluasi, maka :

1. Setiap langkah dalam implementasi sistem manajemen HSSE


harus didokumentasikan sebagai acuan dan data pendukungbagi
setiap pekerja atau pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Dokumentasi disimpan dalam bentuk media cetak atau elektronik.
3. Materi dan jenis dokumen yang perlu didokumentasikan antara lain
a) Kebijakan, sasaran dan program HSSE.
b) Informasi teknis operasi meliputi P & ID (Piping & Instrumentation
Diagram) dan PFD (Process Flow Diagram).
c) Data historis semua peralatan pemboran, fasilitas produksi,
transmisi dan peralatan-peralatan operasi lainnya sejak tahap
desain hingga kondisi paling akhir.
d) Standar/code, Tata Kerja Organisasi (TKO), Tata Kerja Individu
(TKI) dan Tata Kerja Pemeriksaan Alat (TKPA).
e) Peraturan Perundangan HSSE.
f) Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan (AMDAL,
RKL/RPL, UKL/UPL).
g) Material Safety Data Sheet (MSDS)
h) Laporan kejadian HSSE (kecelakaan kerja, kebakaran, ledakan,
penyakit akibat kerja, pencemaran dsb).
i) Semua dokumen dijamin kebenarannya, terdistribusikan kepada
pihak terkait, tersimpan dengan aman dan dimusnahkan setelah
masa kadaluarsa
j) Menjamin semua dokumen yangditerbitkan telah diperiksa
kebenaran materinya dan disahkan oleh pejabat yang berwenang.
k) Menjamin bahwa semua perubahan atas dokumen dilakukan oleh
pejabat berwenang.
Elemen 14 - Evaluasi dan Audit
Implementasi SMHSSE memerlukan verifikasi dan evaluasi melalui pelaksanaan
audit. Hasil audit SMHSSE ini akan memberikan gambaran lebih jelas tentang
pencapaian program yang telah dilaksanakan dan menganalisa berbagai
keadaan yang dihadapi.
1. Manajemen dan pimpinan Area Operasi di lingkungan Perusahaan membuat
dan selalu memutakhirkan program serta Tata Kerja Organisasi (TKO) Audit
SMHSSE. Hasil audit SMHSSE harus terdokumentasi dan dilaporkan kepada
pimpinan tertinggi setempat sebagai bahan pengkajian/penelaahan
manajemen. Pengukuran dan pemantauan kinerja K3 dilakukan secara
menyeluruh dengan menetapkan indikator kinerja yang bersifat usaha
(leading indicator) dan indikator negatif (lagging indicator). Audit dilakukan
secara berkala untuk menilai efektifitas pelaksanaan SMK3.
2. Program dan prosedur audit minimal mencakup :

a) Kriteria kegiatan dan lingkup yang perlu mendapatkan perhatian,


b) Frekuensi audit ,audit internal 3 (tiga) tahun sekali dan audit
eksternal 5 (lima) tahun sekali.
c) Metodologi audit .
d) Tanggung jawab pelaksanaan audit.
e) Komunikasi/sosialisasi hasil audit.
f) Rekomendasi penanganan dan pemantauan tindak lanjut hasil
temuan audit.

3. Sekali pelaksanaan audit internal diharuskan seluruh elemen


sudah terevaluasi secara benar.
HSSE GOLDEN RULES :
1. PATUH
2. INTERVENSI
3. PEDULI

ME
&
YOU
Implementasi K3LL/HSSE
HSSE– MS Elemen Work Program (HSE Plan)
1 – Policy & Leadership Management Comitment & Policy
2 – Env. & Risk Assessment a. RKL – RPL Semester I-2020
a. Studi HSSE Penempatan Gas Compressor
a. Haz Op, JSA, TKI, TKO
3 – Info, Doc, Legal Compl. Updating & Issue HSSE Documentation
4 - Design & MoC MoC Gas Compressor
5 - Ops Main & Cons. Permit to Work (SIKA), STOP Card (PEKA), Energy Isolation, Safety & Security System, PPE
Management, Entry Procedure, Waste Segregation, Lifting & Rigging, Greening

6 – Personal Competency -Training on Oil and Gas Mechanic Maintenance Certification


-Training on Oil and Gas Electrical Engineering Certification
-Training on Oil and Gas Production Certification
- OHS Certificate BNSP/Migas/Kemenaker (Contruction/Migas/BST)
7 – Comm & Promotion Tool Box Meeting & Lesson Learn, Safety Campaigns, Safety Signs etc.

8 – Proc. & Contractor Mgt CHSEMS, SMHSSE Certificate (CSMS)


9 – Emergency Preparadeness -Internal & external emergency drill (BST, BFA, BFF&AFF)
-Revised ERP Document and updating
10 – Incident Reporting & Investigation Reporting & investigation all accidents/incidents

11 – Monitoring & Eval. Environmental monitoring, Fire pump performance test, Medical Check up & Industrial
Hygiene Monitoring
12 – Mgt Review & Corrective Action Annual Management Meeting
HSSE Monthly Meeting
Weekly Meeting HSSE & Operations
Daily QHSSE Report & Operations
DOMAIN PRILAKU
Sumber :
WEBINAR 18 JULI 2020
Sumber :
WEBINAR 18 JULI 2020
CHALLENGE
SEKTOR KONSTRUKSI
MASIH PERLUKAH PENGEMBANGAN SDM
DI SUB SEKTOR KONTRUKSI ?
Undang-undang No 1/ 1970
KESELAMATAN KERJA

COVID-19 Dlm Penyelengaraan Jaskontr


Protokol Pencegahan Penyebaran
UU No.2 Tahun 2017
Tentang Jasa Konstruksi

Inmen PUPR No. 2/2020


Permenakertrans No. 1 Tahun

KOMPETENSI
1980 Ttg K3 pada
Konstruksi Bangunan

(SKKNI)
PP No. 50 Tahun 2012
Ttg Penerapan SMK3

PERMEN PUPR
NO : 05/PRT/M/2014 TTG
Pedoman SMK3 Konstruksi
Bidang PU

PERMEN PU No.
09/PER/M/2008
Ttg Pedoman SMK3 Kontruksi
Bidang Pekerjaan Umum
WFH
VS
WFF
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menegaskan jasa
konstruksi tetap berjalan di saat kondisi pandemi Covid-19.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pada kondisi pandemi


Covid-19, jasa konstruksi terus berjalan dengan mengacu pada Instruksi
Menteri PUPR Nomor 2/2020 yang telah diterbitkan pada 27 Maret 2020.

"Jasa konstruksi tetap berjalan. Saya selalu ditanya, kami sudah


mengeluarkan Inmen Nomor 2, yang tidak menghentikan. Penghentian
jasa konstruksi hanya dihentikan kalau ada permintaan dari pelaksana
sendiri kalau ada kejadian," jelas Basuki, saat Seremoni Virtual
Pengerjaan Tahap Akhir Pemasangan Balok Jembatan Jalan Tol Layang A.
P. Pettarani, Minggu (17/5/2020).

Inmen PUPR Nomor 2/2020, yang diterbitkan terkait pekerjaan konstruksi


juga harus mematuhi protokol yang telah ditetapkan oleh Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19.
Source : Bisnis.com, JAKARTA, 21 Mei 2020.
SUKA TIDAK SUKA
Langkah pencegahan COVID-19 telah dilaksanakan
Pemerintah melalui Kementerian PUPR salah satunya
dengan dikeluarkannya Instruksi Menteri (Inmen) No
02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan Penyebaran
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dalam
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang ditandatangani pada
27 Maret 2020.

Instruksi tersebut sebagai bagian dari tindaklanjut arahan


Presiden Joko Widodo pada 15 Maret 2020 terkait upaya
pencegahan COVID-19 dan adanya penetapan Kejadian Luar
Biasa (KLB) oleh Kementerian Kesehatan serta atas
pertimbangan perkembangan pandemi COVID-19.

Source : Bisnis.com, JAKARTA, 21 Mei 2020.


Inmen PUPR No. 2/2020
Inmen PUPR No. 2/2020
berpacu dalam KOMPETENSI

masa depan adalah milik mereka yang


menyiapkan hari ini
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai