Anda di halaman 1dari 105

F

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8/K/I-XIII.2/9/2009

TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN
ATAS PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa tema pemeriksaan lingkungan tahun 2007-2012 diantaranya


pemeriksaan limbah dengan sub-tema pengelolaan limbah industri
dengan mempertimbangkan dampak negatif limbah terhadap masyarakat
dan lingkungan akibat tidak terkelolanya dengan baik;
b. bahwa untuk mengefektifkan pemeriksaan agar dicapai hasil
pemeriksaan yang sesuai dengan tujuan dan standar pemeriksaan, perlu
menetapkan Petunjuk Teknis Pemeriksaan atas Pengendalian dan
Pengelolaan Limbah Industri;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4400);
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4654);
3. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 4707);
4. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/I-
VIII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang Tata Cara Pembentukan
Peraturan, Keputusan, dan Naskah Dinas Pada Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia;
5. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007
tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
6. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/8/2009
tanggal 26 Agustus 2009 tentang Perubahan atas Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008
tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TENTANG PETUNJUK


TEKNIS PEMERIKSAAN ATAS PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN
LIMBAH INDUSTRI.

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:


a. Petunjuk Teknis Pemeriksaan atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri, yang
selanjutnya disebut Juknis Pemeriksaan atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri,
adalah petunjuk perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan hasil
pemeriksaan atas pengendalian dan pengelolaan limbah industri untuk memperoleh kesamaan
tindak dan hasil pemeriksaan yang optimal sesuai dengan standar pemeriksaan.
b. Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK.
c. Pihak lain adalah pihak yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara, untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf b Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara.

Pasal 2

Pemeriksa dan/atau pihak lain wajib menggunakan Juknis Pemeriksaan atas Pengendalian dan
Pengelolaan Limbah Industri sebagai pedoman dalam melaksanakan pemeriksaan dimaksud.

Pasal 3

Juknis Pemeriksaan atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri, memuat:


a. Perencanaan Pemeriksaan;
b. Pelaksanaan Pemeriksaan;
c. Pengendalian dan Keyakinan Mutu; dan
d. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah
Industri.

Pasal 4

Hal-hal yang diatur dalam Juknis Pemeriksaan atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah
Industri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

Pasal 5

Juknis Pemeriksaan atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri merupakan perangkat
lunak pelengkap Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Panduan Manajemen Pemeriksaan, dan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja.

Pasal 6

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

A. Ditetapkan di : Jaka
B. rta
C. Pada tanggal : 30
September 2009

Tembusan Keputusan ini disampaikan kepada :


1. Wakil Ketua;
2. Anggota I-VII;
3. Inspektur Utama;
4. Kaditama Revbang;
5. Kaditama Binbangkum;
6. Tortama KN I-VII.
LAMPIRAN : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : 8/K/I-XIII.2/9/2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

202.000/2009

PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN


A TA S
PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN
LIMBAH INDUSTRI

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
2009
LAMPIRAN : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : 8/K/I-XIII.2/9/2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

KEDUDUKAN PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN ATAS


PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI DALAM
KERANGKA PEDOMAN PEMERIKSAAN BPK
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Daftar Singkatan

DAFTAR SINGKATAN

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan Hidup
BAPEDALDA : Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun
BOD : Biochemical Oxygen Demand
Cd : Cadmium
CO : Carbon Monoksida
Cr : Chromium
Cu : Cuprum
DAS : Daerah Aliran Sungai
ESDM : Energi dan Sumber Daya Mineral
Hg : Mercury
H2S : Hidrogen Sulfida
INTOSAI : International Organization of Supreme Audit Institution
IPAL : Instalasi Pengolah Air Limbah
IPLC : Izin Pengelolaan Limbah Cair
KLH : Kementerian Lingkungan Hidup
LD : Lethal Dose
LHP : Laporan Hasil Pemeriksaan
LKPL : Lembar Kendali Penyelesaian Laporan
MoU : Memorandum of Understanding
Pb : Plumbum
PCB : Printed Circuit Board
PKP : Program Kerja Perorangan
PLTA : Pembangkit Listrik Tenaga Air
PLTU : Pembangkit Listrik Tenaga Uap
P2 : Program Pemeriksaan
PPLi : Prasadha Pamunah Limbah Industri
RAM : Risk Analysis Matrix
Renstra : Rencana Strategis
RKL : Rencana Pengelolaan Lingkungan
RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan
RTRWN : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
SDM : Sumber Daya Manusia
SKM : Sistem Keyakinan Mutu
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan i
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Daftar Singkatan

SPKN : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara


SPM : Sistem Pengendalian Mutu
SLHI : Status Lingkungan Hidup Indonesia
SNI : Standar Nasional Indonesia
SOP : Standard Operating and Procedure
Sr : Strontium
TP : Temuan Pemeriksaan
TPA : Tempat Penimbunan Akhir
UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan
UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan
WGEA : Working Group on Environmental Auditing
Zn : Zinc

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan ii


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Daftar Isi

DAFTAR ISI

Halaman
Daftar Singkatan …………………………………………………………………………….. i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………. iii
Daftar Lampiran ……………………………………………………………………………... v
Daftar Gambar ……………………………………………………………………………….. vi
Daftar Tabel …………………………………………………………………………………... vii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1


A. Latar Belakang ………………………………………………………………. 1
B. Maksud dan Tujuan …………………………………………………………. 2
C. Lingkup Pembahasan ………………………………………………………. 3
D. Dasar Hukum ………………………………………………………………... 3
E. Sistematika Penulisan ……………………………………………………… 4

BAB II GAMBARAN UMUM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH


INDUSTRI ...................................................................................................... 5
A. Kerangka Hukum ………………………………………………………….... 5
B. Pengertian …………………………………………………………………… 7
C. Klasifikasi Industri …………………………………………………………… 9
D. Klasifikasi Limbah Industri …………………………………………………. 10
E. Dampak Limbah Industri Terhadap Lingkungan ………………………… 13
F. Pengendalian Limbah Industri ……………………………………………... 14
G. Pengelolaan Limbah Industri ………………………………………………. 25

BAB III PETUNJUK PEMERIKSAAN ........................................................................ 31


A. Petunjuk Umum ……………………………………………………………... 31
B. Petunjuk Perencanaan Pemeriksaan …………………………………….. 33
C. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan ……………………………………… 38
D. Petunjuk Pelaporan Hasil Pemeriksaan ………………………………….. 40

BAB IV PENGENDALIAN DAN KEYAKINAN MUTU ............................................... 43

BAB V PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN ........................ 44

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan iii


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Daftar Isi

BAB VI PENUTUP ...................................................................................................... 45


A. Pemberlakuan Petunjuk Teknis ………………………………………….... 45
B. Perubahan Petunjuk Teknis ……………………………………………….. 45
C. Pemantauan Petunjuk Teknis………………………………………………. 45

LAMPIRAN

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan iv


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Daftar Lampiran

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran II.1 : Alur Penentuan Limbah B3

Lampiran III.1 : Pemahaman Entitas dan Identifikasi Masalah


Lampiran III.2 : Pemantauan Tindak Lanjut LHP Sebelumnya
Lampiran III.3 : Penentuan Area Kunci (RAM)
Lampiran III.4 : Pemilihan Area Kunci
Lampiran III.5 : Penilaian Pengaruh Peraturan Perundang-undangan
Lampiran III.6 : Pemahaman SPI
Lampiran III.7 : Pengujian SPI
Lampiran III.8 : Penetapan Objek, Tujuan, dan Lingkup
Lampiran III.9 : Penetapan Kriteria
Lampiran III.10 : Daftar Kriteria
Lampiran III.11 : Pengujian Terinci

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan v


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Daftar Gambar

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 : Konsep Dasar Pengendalian Limbah Industri ……………………..…. 14
Gambar 2.2 : Mekanisme Perizinan ………………………….…………………..….… 16
Gambar 2.3 : Mekanisme Pengawasan Perizinan Pengelolaan Limbah B3….….… 19
Gambar 2.4 : Mekanisme Pengawasan terhadap Penghasil Limbah ...................... 20
Gambar 2.5 : Mekanisme Pengawasan terhadap Pengelola Limbah ...................... 20
Gambar 2.6 : Konsep cradle to grave ……………………………………………….… 27
Gambar 2.7 : Konsep cradle to cradle ……………………………………………….… 29

Gambar 3.1 : Tahapan Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah


Industri ............................................................................................... 32

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan vi


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Daftar Tabel

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 : Dampak yang Ditimbulkan dari Limbah Industri………….…………… 13

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan vii


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
01 Karakteristik pembangunan negara-negara berkembang Industrialisasi dan
dampaknya
menempatkan sektor industri sebagai salah satu acuan alternatif
dalam memajukan perekonomian negara. Peran sektor industri
dianggap sangat menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi
negara tersebut, terutama dalam perspektif pembangunan jangka
panjang. Akan tetapi, kalangan industri lebih mengedepankan
kegiatan usahanya untuk mengejar keuntungan daripada berupaya
maksimal mengendalikan limbah industrinya. Akibatnya, aspek
pengendalian limbah industri belum dianggap sebagai persoalan
penting dalam peta kebijakan industri (Syamsuharya Bethan, 2003).
Dengan demikian pembangunan perekonomian melalui industrialisasi
memberikan dampak terhadap lingkungan hidup melalui pencemaran
limbah yang dihasilkannya.
02 Industrialisasi yang terjadi biasanya terpusat di sepanjang Daerah DAS merupakan pusat
industrialisasi
Aliran Sungai (DAS) karena sungai merupakan sumber air bagi
pengoperasian industri dan sarana pembuangan limbah setelah
proses produksi berakhir. Data dalam buku laporan Status Lingkungan
Hidup Indonesia (SLHI) tahun 2006 yang diterbitkan oleh Kementerian
Negara Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa sebanyak 60 DAS di
seluruh Indonesia masuk kategori super prioritas atau dapat diartikan
memprihatinkan.
03 Buruknya kondisi air akibat pembuangan limbah hasil industri ke Dampak pencemaran
DAS
perairan juga berdampak terhadap kualitas dan kuantitas air tanah.
Hal ini berimbas pula pada penurunan kualitas kehidupan masyarakat
yang tinggal di sekitar DAS, yang pada akhirnya juga memberikan
kontribusi terhadap penurunan kualitas lingkungan di daerah pesisir
dimana DAS tersebut berakhir.
04 Selain itu, limbah yang dihasilkan oleh industri seringkali dibuang ke Pembuangan limbah
tanpa pengolahan
media lingkungan lain tanpa ada pengolahan yang tepat dan tidak
memperhatikan baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Sama halnya dengan limbah yang dibuang melalui perairan, limbah
yang langsung dilepas ke udara, misalnya asap dan debu pada
cerobong pabrik, akan mencemari udara yang tentu berdampak pada
kesehatan masyarakat sekitar. Limbah padat yang langsung dibuang
ke tempat pembuangan tanpa ada pemilahan terlebih dahulu juga
dapat membahayakan lingkungan.
05 Kurangnya penanganan terhadap limbah-limbah tersebut dapat Dampak limbah
mengakibatkan pencemaran baik di daratan, perairan, maupun udara.
Pencemaran tersebut membawa risiko kesehatan bagi para pekerja
industri yang bersangkutan maupun masyarakat sekitar.
06 Kondisi tersebut memang sangat ironis mengingat peran penting Penyelenggaraan
pemerintahan
industri dalam perekonomian suatu negara sangatlah besar. Di sisi
lain, pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan, khususnya
pembangunan perekonomian nasional, harus berdasarkan asas
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 1
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab I

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Hak pemerintah untuk


melakukan pembangunan perekonomian antara lain melalui
industrialisasi menimbulkan kewajiban lingkungan. Penyelenggaraan
hak dan kewajiban tersebut diwujudkan dalam tanggung jawab dan
kewenangan pengelolaan keuangan negara.
07 Pelaksanaan pengelolaan keuangan negara tersebut harus dipantau. Peran BPK
Dalam kaitannya dengan tugas dan wewenang BPK-RI dalam
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara,
salah satu piranti efektif untuk mengendalikan pembangunan industri
agar memperhatikan aspek lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan adalah dengan melaksanakan pemeriksaan
berperspektif lingkungan dengan mengedepankan aspek kebijakan
dan proses implementasinya.
08 Untuk menjalankan peran penting terkait lingkungan hidup tersebut, Rencana strategik
pemeriksaan lingkungan
BPK telah menetapkan dalam rencana strategik untuk melakukan
pemeriksaan lingkungan yang mencakup kegiatan pemeriksaan yang
dapat memberikan penilaian terhadap program atau kegiatan yang
berperspektif lingkungan dengan terus mengembangkan metodologi
dan kerja sama dengan pihak terkait. Rencana strategik ini kemudian
dijabarkan lebih lanjut dalam tematik pemeriksaan lingkungan setiap
tahun.
09 Berkaitan dengan tematik pemeriksaan lingkungan, Petunjuk Teknis Latar belakang juknis
Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri
perlu disusun untuk mengakomodasi peran BPK terkait pemeriksaan
atas pengelolaan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.

B. Maksud dan Tujuan


10 Maksud Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Maksud juknis
Pengelolaan Limbah Industri ini adalah
1. Sebagai pedoman yang mutakhir bagi pemeriksa dalam menyusun
program pemeriksaan dan pelaksanaan pemeriksaan di lapangan
sehingga terdapat kesamaan tindakan.
2. Sebagai “menu” yang dapat dipilih sesuai kebutuhan pemeriksa
terkait pemeriksaan atas pengendalian dan pengelolaan limbah
industri.
11 Tujuan penyusunan petunjuk teknis tersebut adalah untuk: Tujuan juknis

1. menyamakan pemahaman atas pengendalian dan pengelolaan


limbah industri;
2. memberikan pedoman kepada pemeriksa sehingga perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan dapat selaras dan
mudah dikompilasi;
3. mengefektifkan pelaksanaan pemeriksaan agar mencapai hasil
pemeriksaan yang optimal sesuai dengan standar pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 2


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab I

C. Lingkup Pembahasan
12 Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Lingkup juknis
Limbah Industri ini digunakan untuk pemeriksaan atas kebijakan dan
program/kegiatan yang ditetapkan baik oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah terkait pengendalian dan pengelolaan limbah
industri serta implementasinya oleh pemerintah pusat, daerah
maupun oleh pihak manajemen industri. Jenis pemeriksaan yang
dilaksanakan dalam petunjuk teknis ini adalah pemeriksaan kinerja
dengan mengedepankan aspek tercapainya kinerja dalam
pengendalian dan pengelolaan lingkungan terkait penanganan limbah
industri dimana pemeriksaan yang dilakukan termasuk menguji
kepatuhan pengendalian dan pengelolaan limbah industri terhadap
ketentuan lingkungan yang berlaku.

D. Dasar Hukum
13 Dasar hukum penyusunan Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Dasar hukum
Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri ini adalah:
1. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4400);
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4654);
3. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4707);
4. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/I-
VIII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang Tata Cara
Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan Naskah Dinas Pada
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
5. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I-
VIII.3/7/2007 tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
6. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/8/2009
tanggal 26 Agustus 2009 tentang Perubahan atas Keputusan
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1/K/I-
XIII.2/2/2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan;
7. Keputusan BPK RI Nomor 09/K/I-XIII.2/7/2008 tanggal 31 Juli
2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Penyusunan atau
Penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan dan Non Pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 3


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab I

E. Sistematika Penulisan
14 Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Sistematika
Limbah Industri disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan
Bab II Gambaran Umum Pengendalian dan Pengelolaan Limbah
Industri
Bab III Petunjuk Pemeriksaan
Bab IV Pengendalian dan Keyakinan Mutu
Bab V Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan
Bab VI Penutup
Referensi
Lampiran

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 4


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

BAB II
GAMBARAN UMUM
PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

D. Kerangka Hukum
01 Pengendalian dan
Pengendalian dan pengelolaan limbah industri, dilakukan berdasarkan pengelolaan limbah
peraturan sebagai berikut: industri dilakukan
berdasarkan peraturan
1. Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan perundang-undangan
yang terdiri atas
Pengelolaan Lingkungan Hidup; undang-undang,
peraturan pemerintah,
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; KEPMEN LH, Kep
Kepala Bappedal,, dan
3. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; peraturan-peraturan
pemerintah/ daerah
4. Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; terkait
5. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
6. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Air;
7. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
8. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
9. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Bahan
Berbahaya dan Beracun;
10. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
11. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2002 tentang Pengelolaan
Limbah Radioaktif;
12. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
13. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN);
14. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 42 Tahun 1994
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan;
15. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak;
16. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
51/MENLH/10/1995 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Industri;
17. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996
tentang Baku Tingkat Kebauan;
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 5
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

18. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997


tentang Indeks Standar Pencemar Udara;
19. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
03/MENLH/1/1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kawasan
Industri;
20. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2000
tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi
Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
21. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun
2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
22. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002
tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup;
23. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 127 Tahun 2002
tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
24. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 tahun 2003
tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran
Air pada Sumber Air;
25. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan
Domestik;
26. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 122 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 51/MENLH/10/1995 Tahun 1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri;
27. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan AMDAL;
28. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 2007
tentang Fasilitas Pengumpulan dan Penyimpanan Limbah B3 di
Pelabuhan;
29. Keputusan Kepala Bappedal No. Kep-01/Bappedal/09/1995
tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan
Pengumpulan Limbah B3;
30. Keputusan Kepala Bappedal No. Kep-02/Bappedal/09/1995
tentang Dokumen Limbah B3;
31. Keputusan Kepala Bappedal No. Kep-03/Bappedal/09/1995
tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun;
32. Keputusan Kepala Bappedal No. Kep-04/Bappedal/09/1995
tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Limbah B3;
33. Keputusan Kepala Bappedal No. Kep-05/Bappedal/09/1995
tentang Simbol dan Label Limbah B3;
34. Keputusan Kepala Bappedal Nomor 113 tahun 2000 tentang

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 6


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

Pedoman Umum dan Pedoman Teknis Laboratorium Lingkungan;


35. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 725 tahun
2004 tentang Penyelenggaraan Pengangkutan B3 di Jalan;
36. Keputusan Bersama Kementerian Lingkungan Hidup, Kejaksaan,
Kepolisian No. 04/Menlh/04/2004, Kep 208/A/JA/04/2004, Kep
19/IV/2004 tentang Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Terpadu
(Satu Atap); dan
37. Peraturan–peraturan terkait lainnya.

E. Pengertian
02 Istilah-istilah yang biasa digunakan dalam kegiatan pengendalian dan Istilah-istilah terkait
pengendalian dan
pengelolaan limbah industri diantaranya adalah: pengelolaan limbah
industri
1. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan
mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang
memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha
perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari
industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga
dalam bentuk jasa.
2. Limbah adalah hasil buangan dari suatu kegiatan yang juga
merupakan suatu bentuk materi yang menurut jenis dan
kategorinya mempunyai manfaat atau daya perusak untuk
manusia dan lingkungannya.
3. Limbah cair industri adalah limbah dalam bentuk cair yang
dihasilkan oleh kegiatan kawasan industri yang dibuang ke
lingkungan hidup dan diduga dapat menurunkan kualitas
lingkungan hidup.
4. Limbah padat industri yaitu semua limbah yang berbentuk padat
sebagai akibat dari kegiatan industri.
5. Limbah gas industri yaitu semua limbah yang berbentuk gas yang
berasal dari kegiatan pembakaran di industri.
6. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup,
dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahkluk hidup lain.
7. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah instalasi pengolah
limbah cair sebelum disalurkan ke lingkungan bebas.
8. Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah prosedur kimia yang
dapat digunakan untuk mengukur seberapa cepat organisme-
organisme biologis menyerap oksigen di dalam air. BOD dapat
dijadikan alat ukur efektivitas pengolahan limbah cair. Semakin
tinggi nilai BOD mencerminkan tingkat pencemaran air yang tinggi.
9. LD50 adalah dosis atau konsentrasi suatu bahan uji yang
menimbulkan kematian 50% hewan uji.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 7
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

10. Udara ambien adalah udara bebas atau udara luar.


11. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)
merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Dokumen AMDAL terdiri dari dokumen Kerangka Acuan ANDAL,
ANDAL, RKL, dan RPL.
12. Kerangka Acuan ANDAL adalah suatu kerangka untuk
menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi
ANDAL (proses pelingkupan).
13. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) adalah telaahan
secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting
suatu rencana usaha dan atau kegiatan.
14. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) adalah upaya
penanganan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan atau
kegiatan.
15. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) adalah upaya
pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak
besar dan penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
16. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) adalah dokumen yang isi
pokoknya mengenai upaya penanganan dampak kegiatan di
bidang kesehatan terhadap lingkungan hidup yang tidak ada
dampak pentingnya dan/atau secara teknologi sudah dapat
dikelola dampak pentingnya.
17. Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) adalah dokumen yang isi
pokoknya mengenai upaya pemantauan dampak kegiatan di
bidang kesehatan terhadap lingkungan hidup yang tidak ada
dampak pentingnya dan/atau secara teknologi sudah dapat
dikelola dampak pentingnya.
18. Dampak besar dan penting adalah perubahan lingkungan hidup
yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha
dan/atau kegiatan.
19. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
20. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang
persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya
dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan
zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
21. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
22. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
23. Penghasil limbah B3 adalah setiap orang atau badan usaha yang
menghasilkan limbah B3 dan menyimpan sementara limbah
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 8
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

tersebut di dalam lokasi kegiatannya sebelum limbah B3 tersebut


diserahkan kepada pengumpul atau pengolah limbah B3.
24. Pengumpul limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pengumpulan dengan tujuan untuk mengumpulkan
limbah B3 sebelum dikirim ke tempat pengolahan dan/atau
pemanfaatan dan/atau penimbunan limbah B3.
25. Pengangkut limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pengangkutan limbah B3.
26. Pemanfaat limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pemanfaatan limbah B3.
27. Pengolah limbah B3 adalah badan usaha yang mengoperasikan
sarana pengolahan limbah B3.
28. Penimbun limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan penimbunan limbah B3.
29. Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk
mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3.
30. Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah
B3 dari penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan
sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat dan/atau
pengolah dan/atau penimbun limbah B3.
31. Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan
limbah B3 dari penghasil dan/atau dari pengumpul dan/atau dari
pemanfaat dan/atau dari pengolah ke pengumpul dan/atau ke
pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah
B3.
32. Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan perolehan kembali
(recovery) dan/atau penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur
ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi
suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga aman bagi
lingkungan dan kesehatan manusia.
33. Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah
karakteristik dan komposisi limbah B3 untuk menghilangkan
dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun.
34. Penimbunan limbah B3 adalah suatu kegiatan menempatkan
limbah B3 pada suatu fasilitas penimbunan dengan maksud tidak
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

F. Klasifikasi Industri
03 Klasifikasi industri berdasarkan industri yang dibina Deputi Klasifikasi industri
menurut Deputi
Pencemaran Kementerian Lingkungan Hidup: Pencemaran KLH
1. Industri Manufaktur, terdiri dari:
a. Industri kimia, contoh: pupuk, pestisida, polimer, cat, farmasi;
b. Industri logam, elektronika dan mesin, contoh: perakitan
kendaraan dan mesin, electroplating dan galvanis; dan
c. Aneka industri, contoh: kertas, penyamakan kulit, tekstil,
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 9
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

pengawetan kayu.
2. Industri Pertambangan, Energi dan Migas, terdiri dari:
a. Pertambangan mineral dan batubara, contoh: Tambang nikel,
tambang batubara;
b. Pembangkit tenaga listrik, panas bumi dan energi, contoh:
PLTA, PLTU; dan
c. Minyak dan gas, contoh: Kilang minyak dan gas bumi,
Petrokimia.
3. Agro industri, terdiri dari:
a. Peternakan;
b. Perikanan;
c. Perkebunan; dan
d. Holtikultura.
Selain klasifikasi di atas, masih terdapat pengklasifikasian industri
menurut SK Menteri Perindustrian No. 19/M/I/1986. Namun demikian,
juknis ini disusun dengan mengacu pada pengklasifikasian industri
menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

G. Klasifikasi Limbah Industri


04 Limbah industri terdiri dari sampah, limbah organik mudah urai, limbah Klasifikasi limbah
berdasarkan sifatnya
kimiawi, zat beracun dan zat-zat radioaktif. Berdasarkan sifatnya, jenis
limbah dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Limbah berbahaya (B3)
Limbah baik dalam bentuk bubuk, cairan, dan gas yang
digolongkan berbahaya berdasarkan bahan-bahan racun yang
mungkin terkandung di dalamnya, karena memerlukan
penanganan khusus untuk mencegah penyebaran yang tidak
dikehendaki. Sebagian besar limbah berbahaya berasal dari
proses produksi bidang perindustrian.
Limbah klinis/medis termasuk dalam limbah berbahaya dan
termasuk juga limbah dari pengobatan penyakit pada manusia
dan hewan. Limbah tipe ini biasanya terdiri dari obat-obatan,
benda-benda tajam, perban, darah dan potongan bagian tubuh.
Limbah jenis ini juga mengandung bakteri dan organisme lain
yang bisa menyebarkan penyakit yang berbahaya apabila tidak
ditangani dengan baik-baik.
Limbah elektronik dan yang berkaitan dengan listrik adalah jenis
limbah berbahaya lainnya. Bahan-bahan yang digunakan dalam
produk ini (PCB, timah, air raksa, kadmium dan bromida yang
tidak mudah terbakar) bisa menyebabkan kerusakan apabila tidak
ditangani dengan baik. Limbah jenis ini relatif baru dan meningkat
dengan cepat dalam penyebaran dan kuantitasnya. Kurangnya
penanganan pada limbah jenis ini akan menyebabkan
pencemaran tanah, air, dan udara serta merupakan resiko
kesehatan khusus bagi pekerja yang menangani limbah tersebut.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 10
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

2. Limbah tidak berbahaya.


Walaupun tidak berbahaya, limbah ini dapat menyebabkan
kerugian dan kerusakan serta bisa menyebabkan penyakit,
tercemarnya udara, dan tercemarnya sumber air bagi manusia
dan hewan.
3. Limbah radioaktif.
Radioaktif adalah bahan berbahaya karena memancarkan radiasi
yang bisa menyebabkan penyakit yang serius, bahkan
menimbulkan kematian. Secara umum, bahan-bahan radioaktif
hanya tersedia bagi ilmuwan, pembangkit tenaga nuklir, dan
pengguna lain yang mempunyai kepentingan khusus untuk
membutuhkan radiasi dalam pekerjaannya. Bagaimanapun,
pencurian atau penjualan nuklir/limbah radioaktif secara ilegal bisa
menjadi senjata yang berbahaya bila berada di tangan yang salah
dan membutuhkan kehati-hatian yang tinggi dalam
pengamanannya. Pengolahan limbah radioaktif secara signifikan
berbeda dengan pengolahan tidak berbahaya dan limbah
berbahaya lainnya.
(sumber: Pemeriksaan Terhadap Pengolahan Limbah – INTOSAI WGEA)
05 Dilihat dari wujudnya, limbah dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis, Klasifikasi limbah
berdasarkan wujudnya
yaitu:
1. Limbah cair, yaitu semua air buangan yang berasal dari proses
produksi, utilitas (boiler, cooling, genset, dsb), domestik (sanitasi,
kantin, laundry, dsb) dan lain-lain (bengkel, pool kendaraan, dsb).
Air limbah industri dapat mengandung air, pelarut organik,
minyak, padatan terlarut, dan senyawa kimia terlarut. Kandungan
kimia limbah dapat berupa organik atau anorganik, dari air kotor
yang tidak berbahaya hingga mengandung logam beracun dan
endapan organik. Pemantauan limbah industri dapat dilakukan
dengan mengukur BOD yang menunjukkan jumlah zat organik
yang terkandung dalam air. Air limbah yang memiliki BOD sangat
tinggi antara lain adalah limbah dari industri bubur kertas, pabrik
obat, karbonisasi batubara, dan pemintalan wol. Masing-masing
limbah mengandung zat kimia yang berpotensi menimbulkan
pencemaran.
Contoh kandungan limbah cair, yaitu:
a. Limbah kimia cair seperti minyak pelumas dan asam-asam
yang dihasilkan dari industri.
b. Air limbah yang mengandung mikroorganisme, senyawa
organik dan anorganik.
c. Air buangan yang mengandung sisa-sisa zat pewarna, BOD
tinggi, kadar minyak tinggi dan beracun (mengandung
limbah B3 yang tinggi), polutan seperti tanah, larutan
alkohol, panas dan insektisida.
Penggunaan air yang cukup besar pada suatu industri akan
banyak juga menghasilkan limbah, yang akhirnya akan
menimbulkan berbagai masalah pencemaran air, karena di dalam
limbah pada umumnya banyak mengandung zat padat, zat
organik dan anorganik, keasaman atau kebasaan, garam-garam
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 11
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

dan zat-zat beracun.


2. Limbah padat, yaitu semua limbah industri yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan industri baik dari proses produksi, pabrik
pendukung maupun kegiatan utilitas lainnya. Contoh: Bahan
buangan (limbah) padat seperti mesin bubut, cor logam,
onggokan hasil perasan, dan endapan CaSO4 (mengandung
limbah B3 yang tinggi).
3. Limbah gas, yaitu semua limbah yang berbentuk gas yang
berasal dari kegiatan pembakaran di industri baik dari proses
produksi, pabrik pendukung maupun kegiatan utilitas lainnya,
misalnya pembakaran insinerator, perlengkapan, dan generator.
06 Pemahaman atas jenis suatu limbah penting dilakukan, karena dengan Alur pikir penentuan
limbah B3
mengetahui jenis suatu limbah maka dapat diketahui pengelolaan
terhadap limbah tersebut agar tidak membahayakan kesehatan
manusia, makhluk hidup lainnya, dan lingkungan. Penentuan suatu
limbah sebagai limbah B3 adalah seperti dijelaskan berikut ini:
1. Evaluasi apakah limbah tersebut termasuk dalam daftar limbah 1,
2, atau 3 (Lampiran 1 Peraturan Pemerintah Nomor 85 tahun
1999).
a. Daftar limbah 1 adalah limbah B3 dari sumber tidak spesifik,
pada umumnya berasal bukan dari proses utama, tetapi
berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian,
pencegahan korosi (inhibator korosi), pelarutan kerak,
pengemasan, dan lain-lain.
b. Daftar limbah 2 adalah limbah B3 dari sumber spesifik yang
merupakan sisa proses suatu industri atau kegiatan yang
secara spesifik dapat ditentukan.
c. Daftar limbah 3 adalah limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa,
tumpahan, sisa kemasan, atau buangan produk yang tidak
memenuhi spesifikasi.
Limbah yang masuk ke dalam salah satu daftar di atas
dikategorikan sebagai Limbah B3.
2. Untuk limbah yang tidak termasuk dalam salah satu daftar yang
telah disebutkan tadi, maka harus dilakukan pengujian untuk
menentukan apakah limbah tersebut memiliki satu atau lebih
karakter berikut yaitu: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat
reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif.
Apabila limbah memiliki salah satu atau lebih karakter tersebut
maka digolongkan sebagai Limbah B3.
3. Untuk limbah B3 lainnya dapat diidentifikasi dengan menggunakan
tes toksikologi. Apabila berdasarkan uji tersebut didapat bahwa
kandungan LD50 di bawah nilai ambang batas yang telah
ditetapkan maka limbah tersebut dikategorikan sebagai limbah B3.
Alur penentuan limbah B3 dapat dilihat pada lampiran II.1.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 12


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

H. Dampak Limbah Industri Terhadap Lingkungan


07 Limbah industri jika tidak tertangani dengan baik akan berdampak Dampak yang
ditimbulkan oleh limbah
terhadap lingkungan dan mahluk hidup di sekitar lokasi industri, industri
khususnya manusia.
Tabel 1. Dampak yang Ditimbulkan dari Limbah Industri
No. Limbah Dampak
1 Panas Memusnahkan spesies tertentu, tetapi akan
memunculkan spesies baru yang dominan
2 Warna dan bau Menurunkan estetika lingkungan
3 Asam Korosi terhadap logam
4 Minyak (Pelumas) Apabila masuk ke dalam perairan akan
mengakibatkan gangguan estetika dan menghambat
proses oksidasi biologi dari sistem lingkungan
karena minyak bersifat karsinogen
5 Padatan mengapung Menurunkan kandungan O2 terlarut dan mematikan
tata kehidupan air
6 Zat Organik Pada umumnya zat organik di lingkungan lebih
berbahaya dibanding zat anorganik. Contoh zat-zat
organik ini adalah bahan bahan bernitrogen
(protein), karbohidrat, lemak, sabun. Senyawa-
senyawa ini akan mengurai di perairan yang
mengakibatkan bau yang tidak sedap
7 Zat Radioaktif Zat radioaktif di udara yang berasal dari berbagai
sumber, baik alamiah maupun dari hasil tingkah
polah manusia, akan masuk ke atmosfir, yang
kemudian turun bersama-sama air hujan (misalnya
90
Sr). Bila air ini diminum oleh masyarakat, akan
mengakibatkan kelumpuhan.
8 Zat KimiaToksik Zat kimia toksik dibagi dalam 4 kelompok besar
yaitu logam dan garam, pestisida, asam dan basa,
serta senyawa organik lainnya seperti PCB, fenol
dan sianida. Zat kimia toksik yang berasal dari
limbah industri diantaranya arsen, sianida, dan
logam berat seperti Cd, Cr, Cu, Hg, Pb dan Zn.
Zat kimia toksik tersebut dapat mengakibatkan
keracunan yang akut, yakni keracunan akibat
masuknya dosis tertentu kedalam tubuh melalui
mulut, kulit, pernafasan yang akibatnya dapat dilihat
dengan segera, misalnya keracunan H2S dan Co
dalam dosis tinggi. Keracunan akibat zat- zat
tersebut dapat menimbulkan lemas dan kematian.
Keracunan Fenol dapat menimbulkan sakit perut
dan sebagainya.Selain keracunan akut, dapat juga
terjadi keracunan kronis, sebagai akibat dari
masuknya zat-zat toksik kedalam tubuh dalam dosis
yang kecil tetapi terus menerus dan berakumulasi
dalam tubuh, sehingga efeknya baru terasa dalam
jangka panjang misalnya keracunan timbal, arsen,
raksa, asbes dan sebagainya. Efek zat kimia toksik
yang disebabkan oleh berbagai senyawa akan
menimbulkan perubahan fisiologi secara langsung
maupun secara kumulatif pada tumbuhan, hewan
dan manusia.
Secara umum dampak-dampak yang disebutkan pada tabel di atas
dapat menimbulkan gangguan ekologis.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 13


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

I. Pengendalian Limbah Industri


08 Pengendalian pencemaran terkait limbah industri harus datang dari Peran pemerintah dalam
pengendalian limbah
pemerintah, karena tidak ada industri yang mau dengan sukarela industri
membangun instalasi pengendalian pencemaran tanpa kewajiban dari
peraturan pemerintah. Pemerintah harus membuat rangkaian
peraturan lingkungan yang realistik dan akan menegakkannya.
09 Bagan berikut ini akan menjelaskan konsep dasar dari pengendalian Konsep dasar
pengendalian limbah
limbah industri: industri

Gambar 2.1. Konsep Dasar Pengendalian Limbah Industri


10 Pengendalian terhadap limbah industri terdiri dari tiga tahap, yaitu Tahapan dalam
pengendalian limbah
pencegahan (preventif), penanggulangan (represif), dan pemulihan industri
(konservasi). Tindakan pencegahan dilakukan sebelum terjadinya
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 14
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

kasus pencemaran lingkungan yang disebabkan karena kegagalan


dalam mengendalikan dan mengelola limbah industri. Tindakan
penanggulangan dilakukan apabila terjadi kasus pencemaran
lingkungan, dan tindakan pemulihan dilakukan untuk mengembalikan
kondisi lingkungan hidup ke kondisinya semula.
11 Tindakan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan dapat Pendekatan dalam
mengendalikan limbah
dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu command and control dan industri
pendekatan encouraging voluntary.
12 Pendekatan Command and Control Command and Control

Pendekatan ini berfokus pada upaya untuk mencegah timbulnya


masalah-masalah lingkungan dengan menspesifikasikan bagaimana
pelaku industri harus mengelola kegiatan mereka yang mungkin akan
mengakibatkan pencemaran. Pendekatan ini dilakukan dengan cara
menetapkan regulasi yang ketat di tahap pencegahan (perizinan,
pengawasan, dan tindak lanjut pengawasan), tahap penanggulangan
(audit lingkungan wajib), dan tahap pemulihan (reklamasi dan
penegakan hukum).
13 Perizinan Syarat perizinan

Untuk mendirikan industri/melaksanakan suatu kegiatan industri


dibutuhkan izin dari instansi terkait. Entitas berwenang, dalam
menerbitkan izin melakukan usaha dan atau kegiatan bagi industri,
wajib memperhatikan:
1. Kesesuaian dengan tata ruang.
Perizinan suatu industri harus sesuai dengan rencana tata ruang
dan ketentuan perizinan yang diatur oleh Pemerintah Pusat
menurut Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Pemerintah Daerah
menurut ketentuan daerah masing-masing.
2. Kewajiban membuat AMDAL.
Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang dapat menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib
memiliki AMDAL sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 27
Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan.
3. Kewajiban untuk memperhatikan pendapat masyarakat.
Perizinan berdirinya suatu industri baru harus mendapat
persetujuan masyarakat sekitar karena kehidupan mereka
berpotensi terancam oleh limbah yang akan dibuang industri
tersebut.
Hal-hal yang harus dimuat dalam perizinan adalah:
1. Kewajiban pengelolaan limbah;
2. Syarat mutu limbah yang boleh dibuang ke media lingkungan
hidup;
3. Kewajiban swapantau dan pelaporan, dimana pelaku industri
memiliki kewajiban untuk memantau secara mandiri masalah
pengendalian dan pengelolaan limbah industri mereka dan wajib
melaporkannya kepada pihak yang berwenang apabila ada
masalah terhadap lingkungan hidup yang disebabkan oleh limbah
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 15
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

industri;
4. Izin Pengelolaan Limbah Cair (IPLC);
5. Kewajiban reklamasi;
6. Hal-hal lain yang diatur oleh Perda setempat.
Sebelum izin atas industri yang memiliki dampak penting diterbitkan,
entitas yang berwenang dalam mengeluarkan izin wajib menguji
apakah industri telah memiliki dokumen AMDAL atau belum.
Sedangkan bagi industri yang tidak memiliki dampak penting,
dokumen yang diuji adalah UKL dan UPL. Dokumen-dokumen
tersebut diperlukan untuk membantu proses pengambilan keputusan
tentang kelayakan lingkungan hidup dari suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan. Dokumen-dokumen tersebut juga memberikan
informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan.
Mekanisme perizinan secara lengkap dapat dilihat pada gambar
berikut.

Gambar 2.2. Mekanisme Perizinan


Prosedur perizinan dimulai dengan penyampaian dokumen oleh
pemohon yang berisi informasi teknis dan administratif terkait kegiatan
industri yang akan dijalankan. Dokumen yang disampaikan berupa
antara lain dokumen AMDAL yang merupakan kajian atas dampak
besar dan penting dari pelaksanaan kegiatan industri tersebut
terhadap lingkungan sekitarnya.
Dokumen AMDAL disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa
dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL.
Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun
AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan
materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal
Nomor 09 tahun 2000.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 16
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL meliputi:


1. Komisi Penilai AMDAL, merupakan komisi yang bertugas menilai
dokumen AMDAL. Komisi ini diwakili oleh Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) di tingkat pusat, Bapedalda/Instansi
pengelola lingkungan hidup Provinsi/Kabupaten/Kota di tingkat
daerah, unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan serta
masyarakat yang terkena dampak.
2. Pemrakarsa, merupakan orang atau badan hukum yang
bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan
yang akan dilaksanakan.
3. Masyarakat yang berkepentingan, merupakan masyarakat yang
terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL.
Atas dokumen AMDAL dan data pendukung lain yang disampaikan
pemrakarsa, KLH mengevaluasi kelengkapan dokumen tersebut. KLH
dapat meminta tanggapan atas ketidaklengkapan dokumen serta hal
teknis lainnya yang perlu penjelasan lebih lanjut (proses, rancang
bangun, studi geohidrologis). KLH juga dapat meminta dilakukannya
presentasi dan uji coba untuk mengevaluasi secara teknis dan
membuktikan kinerja usulan yang diajukan pemrakarsa. Verifikasi di
lapangan juga dilakukan untuk memastikan kebenaran data yang
disampaikan pemrakarsa.
Keputusan pemberian izin/penolakan akan dikeluarkan apabila semua
data yang diperoleh telah diuji dimana keputusan tersebut dikeluarkan
dalam jangka waktu maksimum 45 hari.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, peran
institusi pemerintah terkait perizinan seputar limbah industri dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Departemen Perindustrian, menerbitkan Izin Usaha Industri (IUI)
bagi industri yang mengolah dan menghasilkan Bahan Beracun
Berbahaya (B3).
2. Departemen ESDM, menerbitkan izin usaha pertambangan
mineral dan batubara, panas bumi, pada wilayah lintas provinsi
dan di wilayah laut dan di luar 12 (dua belas) mil serta pemberian
izin usaha pertambangan mineral, dan batubara untuk operasi
produksi, yang berdampak lingkungan langsung lintas provinsi
dan/atau dalam wilayah laut dan di luar 12 (dua belas) mil laut.
3. KLH, mengeluarkan izin pengumpulan limbah B3 skala nasional,
izin pemanfaatan limbah B3, izin pengolahan limbah B3, izin
operasi peralatan pengolahan limbah B3, dan izin operasi
penimbunan limbah B3 skala nasional.
4. Bapedalda/Instansi pengelola lingkungan hidup daerah,
mengeluarkan izin pengumpulan limbah B3 skala
provinsi/kabupaten/kota.
14 Pengawasan Mekanisme
pengawasan dalam
Pengawasan terhadap pengendalian dan pengelolaan limbah industri pengendalian limbah
industri
dilakukan terhadap para pelaku industri yang menghasilkan limbah
serta para pemegang izin pengelolaan limbah.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 17


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

Jenis-jenis pengawasan:
1. Pengawasan yang bersifat rutin.
Pengawasan rutin dilakukan oleh pelaku industri sendiri
(swapantau). Swapantau dilakukan untuk memenuhi persyaratan
izin atau peraturan yang ada. Pengawasan jenis ini membutuhkan
kejujuran dari pihak pelaku industri.
2. Pengawasan yang disebabkan karena adanya kasus lingkungan.
Pengawasan kasus lingkungan dilakukan oleh pihak pemerintah
dhi. KLH untuk skala nasional serta Bapedalda/Instansi pengelola
lingkungan hidup daerah untuk skala provinsi/kabupaten/kota
apabila terjadi suatu kasus pencemaran lingkungan yang
diketahui berdasarkan informasi dari masyarakat ataupun dari
hasil pengawasan baik dari pelaku industri maupun pemerintah.
3. Pengawasan tambahan untuk pengumpulan barang bukti.
Pengawasan tambahan untuk pengumpulan barang bukti
dilakukan apabila pemerintah memerlukan bukti-bukti lebih lanjut
tentang adanya pencemaran lingkungan. Pengawasan ini juga
menjadi tanggung jawab KLH untuk skala nasional serta
Bapedalda/Instansi pengelola lingkungan hidup daerah untuk
skala provinsi/kabupaten/kota.
Pengawasan-pengawasan tersebut di atas dilakukan dengan
melakukan verifikasi di lapangan, evaluasi laporan rutin, dan evaluasi
terhadap dokumen limbah (manifest).
Mekanisme pengawasan limbah dilakukan terhadap:
1. Industri penghasil limbah B3.
Industri penghasil limbah meliputi badan usaha yang
menghasilkan limbah B3 dan menyimpan sementara limbah
tersebut di dalam lokasi kegiatannya sebelum limbah tersebut
diserahkan kepada pengumpul atau pengolah limbah B3. Salah
satu contoh industri penghasil limbah adalah industri baja/logam
yang menghasilkan limbah cair berupa minyak pelumas dan
asam-asam yang berasal dari proses pickling untuk
membersihkan bahan plat.
2. Industri pengolah limbah B3.
Industri pengolah limbah meliputi badan usaha yang
mengoperasikan sarana pengolahan limbah B3 termasuk
penimbunan akhir hasil pengolahannya. Salah satu contoh
industri pengolah limbah adalah PT Prasadha Pamunah Limbah
industri (PPLi).
Khusus untuk limbah B3, pengawasan dilakukan pada seluruh lini
industri terkait dimulai dari pengawasan terhadap industri penghasil
limbah sampai dengan pengawasan terhadap industri pengolah
limbah.
Mekanisme pengawasan limbah industri secara lengkap dapat dilihat
pada gambar berikut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 18


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

Gambar 2.3. Mekanisme Pengawasan Perizinan Pengelolaan Limbah B3


Secara umum, pengawasan terhadap perizinan pengelolaan limbah
dilakukan untuk memastikan bahwa industri yang berpotensi
menghasilkan limbah atas kegiatan yang dilakukannya telah
memperoleh izin atas usahanya dengan didasarkan atas dokumen
AMDAL yang dimiliki. Pengawasan tehadap perizinan ini dilakukan
oleh KLH untuk skala nasional dan Bapedalda/Instansi pengelola
lingkungan hidup daerah untuk skala provinsi/kabupaten/kota dengan
mengevaluasi laporan pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah yang
dilakukan industri termasuk manifest limbah yang dimiliki industri. Di
samping itu, pengawasan juga dilakukan dengan memantau secara
langsung pelaksanaan pengelolaan limbah yang dilakukan oleh
industri di lapangan. Hasil pengawasan digunakan sebagai bahan
pertimbangan apakah industri layak untuk tetap menjalankan
kegiatannya atau dicabut izinnya karena mencemari lingkungan
sekitar.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 19


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

Gambar 2.4. Mekanisme Pengawasan terhadap Penghasil Limbah

Gambar 2.5. Mekanisme Pengawasan terhadap Pengelola Limbah


Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, peran
institusi pemerintah terkait pengawasan seputar limbah industri dapat
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 20
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

diuraikan sebagai berikut:


1. KLH, melakukan pengawasan pelaksanaan pengelolaan limbah
B3, pengawasan pelaksanaan sistem tanggap darurat,
pengawasan penanggulangan kecelakaan pengelolaan limbah B3,
pengawasan pelaksanaan pemulihan akibat pencemaran limbah
B3.
2. Bapedalda/Instansi pengelola lingkungan hidup daerah, melakukan
pengawasan pelaksanaan pengelolaan limbah B3, pengawasan
pelaksanaan pemulihan akibat pencemaran limbah B3,
pengawasan pelaksanaan sistem tanggap darurat, pengawasan
penanggulangan kecelakaan pengelolaan limbah B3.
KLH melaksanakan kewenangan di bidang pengawasan seputar
limbah industri dalam skala nasional sedangkan Bapedalda/Instansi
pengelola lingkungan hidup lainnya melaksanakan kewenangan
pengawasan dalam skala provinsi/kabupaten/kota.
15 Monitoring pencemaran merupakan dasar dari pengawasan Monitoring sebagai
dasar pengawasan
pencemaran. Monitoring berarti pengukuran konsentrasi pencemaran pencemaran
secara berkala dan membandingkannya dengan standar baku yang
ditetapkan. Standar yang paling banyak digunakan adalah standar
emisi yang menentukan jumlah maksimal limbah yang boleh dibuang
ke lingkungan. Standar biologi menentukan tingkat konsentrasi
akumulatif yang diperbolehkan terkandung dalam biota, contohnya
kandungan merkuri dalam ikan. Monitoring dapat dilakukan oleh
pemerintah, industri, serta stasiun dan laboratorium penelitian
pemerintah.
16 Pemerintah harus menyediakan posko pemantauan dan pengaduan Pemantauan terhadap
industri dan limbah yang
yang bertugas menyebarluaskan informasi mengenai industri dan jenis dihasilkan
limbah yang dibuang kepada masyarakat, prosedur pengaduan
adanya pencemaran serta menampung dan menindaklanjuti
pengaduan masyarakat mengenai pencemaran di daerah masing-
masing. Untuk skala nasional, entitas yang bertanggung jawab
terhadap pemantauan dan pengaduan dari masyarakat terkait kasus
lingkungan adalah KLH sedangkan untuk skala provinsi/kabupaten/
kota yang bertanggung jawab adalah Bapedalda/Instansi pengelola
lingkungan hidup daerah.
17 Tindak Lanjut Pengawasan Tindak Lanjut
Pengawasan
Tindak lanjut pengawasan ini diberikan dalam bentuk pemberian
pembinaan secara teknis, bimbingan, asistensi, dan konsultasi agar
pelaku industri menyadari dampak kerusakan lingkungan yang mereka
sebabkan sehingga mendorong mereka untuk taat terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
18 Audit Lingkungan Wajib Audit Lingkungan Wajib
Menteri dhi. Menteri Lingkungan Hidup berwenang memerintahkan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan audit
lingkungan hidup wajib apabila yang bersangkutan menunjukkan
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang
lingkungan hidup, yang meliputi:
1. Ketentuan baku mutu;
2. Ketentuan baku kerusakan lingkungan hidup;
3. Ketentuan yang ada dalam peraturan perundang-undangan di
bidang pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilakukan.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 21
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen


Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL-RPL) sehingga dalam
operasionalnya menyalahi peraturan perundang-undangan di bidang
lingkungan hidup, maka terhadap kegiatan tersebut juga dikenakan
Audit Lingkungan Wajib sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit
Lingkungan yang Diwajibkan. Audit lingkungan wajib baru dilakukan
setelah ada peringatan dari Menteri/Gubernur/Bupati dan atau
Walikota sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali dalam jangka waktu
setahun terakhir dan atau patut diduga akan terjadi lagi di masa
mendatang.
19 Pengawasan terhadap pencemaran harus dalam kerangka undang- Pengawasan dalam
kerangka undang-
undang dan peraturan yang memberi sanksi berupa hukuman penjara undang dan peraturan
dan/atau denda bagi pihak yang yang terbukti mencemari lingkungan.
Undang-undang dan peraturan ini harus diterapkan dengan tegas
kepada setiap orang atau instansi tanpa terkecuali.
20 Pemulihan Lingkungan Kewajiban pemulihan
lingkungan
Tindakan pemulihan dilakukan apabila suatu kegiatan industri
mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan hidup. Penanggung
jawab usaha diwajibkan untuk memulihkan lingkungan yang tercemar
tersebut agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai
peruntukannya. Contoh tindakan pemulihan yang dapat dilakukan
adalah reklamasi, revegetasi, dan rehabilitasi lingkungan.
21 Penegakan Hukum Sanksi dalam
pengendalian dan
Penegakan hukum menjadi langkah terakhir apabila pelaku industri pengelolaan limbah
industri
tetap tidak menaati aturan-aturan yang berkaitan dengan
pengendalian dan pengelolaan lingkungan hidup, sehingga
mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan hidup. Penegakan
hukum dilakukan tidak hanya melalui proses di pengadilan tetapi juga
melalui pengenaan:
1. Sanksi Administrasi (termasuk paksaan pemerintah)
Sanksi administrasi meliputi teguran tertulis, penghentian
sementara, dan pencabutan izin melakukan usaha dan atau
kegiatan. Paksaan pemerintah adalah tindakan untuk mengakhiri
terjadinya pelanggaran, menanggulangi akibat yang ditimbulkan
oleh pelanggaran, melakukan tindakan penyelamatan,
penanggulangan dan atau pemulihan atas beban biaya
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang bersangkutan.
Atau tindakan tersebut di atas dapat diganti dengan uang paksa
(dwangsom).
2. Ganti Kerugian.
Ganti kerugian berupa sejumlah uang untuk melakukan kegiatan
tertentu, sesuai asas dalam hukum lingkungan hidup, yaitu
pencemar harus membayar.
3. Sanksi Pidana.
Sanksi pidana mengikuti ketentuan yang berlaku sesuai dengan
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 22


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

22 Lemahnya pengendalian (perizinan, pengawasan, dan pemberian Kelemahan


pengendalian
sanksi) pemerintah sering dikarenakan motif ekonomi dan minimnya
anggaran yang tersedia untuk melakukan pengendalian. Hal ini
membutuhkan lembaga pendanaan yang memadai sehingga mampu
membiayai staf yang kompeten dan memiliki kewenangan untuk
melaksanakan keputusannya dalam kerangka hukum yang ada.
23 Pendekatan Encouraging Voluntary Encouraging Voluntary

Tujuan utama dari pendekatan ini adalah mendorong kepatuhan dari


para pelaku industri untuk secara sukarela memenuhi apa-apa yang
dipersyaratkan dalam undang-undang. Pada dasarnya tujuan utama
dari penegakan hukum di bidang lingkungan adalah untuk
menciptakan encouraging voluntary dari para pelaku industri dalam
memelihara lingkungan. Pendekatan ini dilakukan tanpa
menggunakan campur tangan dari pihak yang berwenang dan tanpa
pemberian sanksi. Seperti halnya pendekatan command and control,
pendekatan ini dapat diterapkan dalam semua tahapan pengendalian
limbah industri yaitu mulai dari tahap pencegahan, penanggulangan,
dan pemulihan. Pendekatan encouraging voluntary dapat dilakukan
dalam bentuk pemberian penyuluhan dan kebijakan insentif maupun
disinsentif bagi para pelaku industri. Dua hal tersebut dilakukan untuk
meningkatkan ketaatan pelaku industri terhadap peraturan yang
berkaitan dengan pengendalian dan pengelolaan limbah.
24 Pemberian Penyuluhan Penyuluhan

Penyuluhan yang diberikan diantaranya sosialisasi peraturan


perundang-undangan serta pedoman teknis pengelolaan lingkungan
hidup, agar para pelaku industri mengetahui apa saja yang menjadi
kewajiban mereka terhadap lingkungan serta mengetahui bagaimana
cara untuk memelihara lingkungan. Akses informasi mengenai best
practices pengendalian limbah dari berbagai negara atau perusahaan-
perusahaan lain juga harus dipermudah sehingga para pelaku industri
yang menghasilkan dan mengelola limbah dapat mencontoh praktik-
praktik tersebut apabila sesuai.
25 Kebijakan Insentif dan Disinsentif Insentif dan Disinsentif

Selain penyuluhan, pemberian insentif dan disinsentif juga dapat


diterapkan untuk meningkatkan ketaatan dalam pengendalian dan
pengelolaan limbah industri. Bentuk kebijakan insentif misalnya:
1. Pengenaan biaya pembuangan air limbah yang lebih murah dari tarif
baku;
2. Pengurangan frekuensi swapantau;
3. Pemberian penghargaan;
4. Kemudahan akses panutan dalam bentuk informasi mengenai
pengendalian dan pengelolaan limbah dari perusahaan yang sudah
terbukti berhasil mengendalikan dan mengelola limbahnya;
5. Pemberian potongan pajak dan kemudahan kredit bank.
Kebijakan disinsentif misalnya:
1. Pengenaan biaya pembuangan air limbah yang lebih mahal dari tarif
baku;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 23


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

2. Penambahan frekuensi swapantau;


3. Pengumuman kepada masyarakat mengenai kinerja penataan
perusahaan.
Salah satu contoh program Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi Wayang Windu Magma
pemerintah yang mendorong Nusantara adalah satu-satunya
penaatan perusahaan dalam perusahaan yang mendapat
pengelolaan lingkungan melalui peringkat emas pada tahun 2008,
yang merupakan peringkat terbaik
instrumen insentif dan disinsentif dalam penilaian PROPER.
reputasi/citra adalah Program Perusahaan ini tidak hanya
menunjukkan ketaatan mereka
Penilaian Peringkat Kinerja dalam mengelola lingkungan,
Perusahaan (PROPER) yang namun juga telah mengimple-
dilakukan oleh KLH yang dituangkan mentasikan program corporate
social responsibility.
dalam Keputusan Menteri Negara Kriteria terbaik proper meliputi :
Lingkungan Hidup No. 127 Tahun 1. Penilaian absolut pada
2002 tentang Program Penilaian kualitas air, udara dan limbah
berbahaya beracun (B3), dan
Peringkat Kinerja Perusahaan 2. Penerapan upaya-upaya
(PROPER). Sistem peringkat kinerja kebijakan beyond compliance
pada pengelolaan lingkungan.
PROPER mencakup pemeringkatan Salah satu perhitungan
perusahaan dalam 5 (lima) peringkat beyond compliance adalah
warna yang mencerminkan kinerja kebijakan terus menerus
dalam melakukan
pengelolaan lingkungan secara penghematan energi.
keseluruhan, yaitu:
• Peringkat merah dan hitam untuk perusahaan yang belum taat;
• Peringkat biru untuk perusahaan yang taat;
• Peringkat hijau dan emas untuk perusahaan yang pengelolaan
lingkungannya lebih dari yang dipersyaratkan.
Dengan demikian, perusahaan yang berperingkat emas, hijau, dan biru
mendapat insentif reputasi sedangkan perusahaan yang berperingkat
merah dan hitam mendapat disinsentif reputasi.

26 Elemen Dasar Dalam Program Pengendalian Pencemaran Elemen dasar dalam


program pengendalian
1. Lembaga Pelaksana. pencemaran terkait
limbah industri
Sebuah lembaga yang bertanggung jawab dan berwenang dalam
pengendalian pencemaran harus dibentuk. Lembaga ini harus
diberi kewenangan untuk melaksanakan dan menegakkan
peraturan lingkungan. Di tingkat pemerintah pusat, lembaga
pelaksana ini adalah KLH dan di tingkat pemerintah daerah adalah
Bapedalda/Instansi pengelola lingkungan hidup daerah.
2. Penetapan Prioritas.
Identifikasi masalah yang ada berdasarkan tingkat kerusakan
lingkungan dan dampak kesehatan masyarakat akibat
pencemaran industri dan membuat tabel prioritas masalah yang
akan dipecahkan. Prioritas diperlukan karena keterbatasan dana
yang tersedia sehingga penyelesaian masalah didasarkan pada
masalah yang paling parah.
3. Tujuan dan Standar.
Sebaiknya menyelesaikan masalah pencemaran industri secara
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 24
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

kasus per kasus menggunakan data situasi daripada


menggunakan standar yang luas.
4. Metode Pembiayaan dan Sumbernya.
Biaya pengendalian pencemaran industri harus dibebankan
kepada industri yang mencemari. Hal ini akan menyebabkan
industri menjadi bangkrut atau pindah ke negara lain. Tetapi
peranan pemerintah juga harus menguatkan industri dan beberapa
bentuk subsidi dapat dipertimbangkan. Organisasi bantuan dunia
dan lembaga donor dapat menyediakan dana pinjaman lunak atau
hibah untuk melaksanakan tujuan ini.
5. Perubahan Proses/Perlakuan yang Dibutuhkan.
Peningkatan teknologi industri agar menggunakan teknologi yang
tidak mencemari.
6. Pelaksanaan dan Pelatihan.
Kebanyakan masalah yang dihadapi industri di negara
berkembang sehingga mengakibatkan pencemaran adalah
lemahnya pelaksanaan dan kurangnya pelatihan.
7. Monitoring dan Survei.
Tujuan dan standar yang ditetapkan harus disertai dengan
pemantauan program dan survei. Program ini harus memberi
wewenang kepada lembaga untuk memantau upaya pengendalian
pencemaran di industri.

J. Pengelolaan Limbah Industri


27 Seperti telah dijelaskan sebelumnya limbah industri berdasarkan
sifatnya terbagi dua yaitu limbah yang berbahaya dan limbah yang
tidak berbahaya. Juknis ini akan membahas secara komprehensif
mengenai pengelolaan limbah kategori berbahaya (B3) dengan
pertimbangan terhadap dampak besarnya bagi lingkungan dan
manusia.
1. Pengelolaan Limbah Tidak Berbahaya (Non B3)
28 Limbah tidak berbahaya (non B3) adalah limbah yang tidak Pengertian Limbah Non
B3
termasuk dalam salah satu daftar limbah B3, lolos uji karakteristik
limbah B3, lolos uji LD50, namun pengelolaannya tetap harus
memenuhi ketentuan.
29 Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Jenis-jenis sampah
Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah
menurut Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang ini terdiri dari sampah
rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah
spesifik. Sampah sejenis rumah tangga berasal dari kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial,
fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa limbah industri non-B3 bisa digolongkan
sebagai sampah sejenis rumah tangga.
30 Pengelolaan sampah terdiri dari dua kegiatan, yaitu pengurangan Pengelolaan Sampah

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 25


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi


kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah,
dan pemanfaatan kembali sampah. Kegiatan penanganan sampah
meliputi kegiatan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, dan
pengelolaan, dan pemrosesan akhir sampah.
2. Pengelolaan Limbah Berbahaya (B3)
31 Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah Limbah B3
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan
lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain.
32 Karakteristik limbah berbahaya dan beracun menurut Peraturan Karakteristik limbah B3
Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 adalah :
1. Mudah meledak;
2. Mudah terbakar;
3. Bersifat reaktif;
4. Beracun;
5. Menyebabkan infeksi;
6. Bersifat korosif.
33 Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup Pengelolaan limbah B3
reduksi, penyimpanan , pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
pemanfaatan, dan penimbunan limbah B3.
Perundang-undangan di Indonesia yang pertama kali mengatur
tentang pengelolaan limbah B3 adalah Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 1994, yang meletakkan dasar tentang kewajiban
para pelaku pengelolaan limbah B3 yang meliputi penghasil,
penyimpan, pengumpul, pengangkut, pengolah, pemanfaat, dan
penimbun. Pada peraturan ini pula diletakkan dasar tentang definisi,
identifikasi, dan persyaratan teknis pengelolaan limbah B3.
34 Kebijakan yang digariskan oleh pemerintah terkait dengan Kebijakan pemerintah
terkait pengelolaan
pengelolaan limbah adalah seluruh limbah yang dihasilkan dari limbah B3
suatu kegiatan atau usaha harus dikelola sehingga dapat
mengurangi/menghilangkan potensi bahaya bagi lingkungan
ataupun kesehatan manusia. Tingkat atau teknologi
pengelolaannya disesuaikan dengan sifat, karakteristik, jumlah, dan
tingkat bahaya dari suatu limbah.
35 Agar pengelolaan limbah B3 tersebut sesuai dengan ketentuan Pengelolaan limbah B3
berdasarkan sistem
peraturan perundang-undangan yang berlaku, para pelaku cradle to grave
pengelolaan limbah B3 yang terdiri dari penghasil, penyimpan,
pengumpul, pengangkut, pengolah, pemanfaat, dan penimbun
limbah B3 wajib memiliki izin dari instansi yang bertanggung jawab.
Dengan sistem cradle to grave pengolahan limbah industri akan
berakhir pada penimbunan limbah tersebut di dalam tanah. Hal ini
berarti menghasilkan bahan yang tidak terpakai.Pada masa
lampau, kebijakan pengelolaan limbah B3 mengacu pada sistem
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 26
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

cradle to grave sebagaimana diilustrasikan pada gambar di bawah


ini:

Gambar 2.6. Konsep Cradle to Grave

36 Penghasil limbah B3 pertama wajib mengurangi/mereduksi jumlah Kewajiban mereduksi


limbah B3
Limbah B3 yang dihasilkan.Apabila kegiatan reduksi tersebut masih
menghasilkan limbah B3, dan limbah tersebut masih dapat
dimanfaatkan, maka penghasil dapat memanfaatkannya sendiri
atau menyerahkannya kepada pihak pemanfaat limbah B3.
37 Penyimpanan limbah B3 adalah kegiatan menyimpan limbah B3 Penyimpanan
Sementara
yang dilakukan oleh penghasil dan/atau pengumpul dan/atau
pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3.
Penyimpanan dilakukan pada saat limbah tersebut belum dapat
diolah dan/atau dimanfaatkan kembali (reuse) dan/atau didaur
ulang (recycling) dan/atau ditimbun. Tempat penyimpanan limbah
tersebut merupakan tempat yang didesain secara khusus dengan
mempertimbangkan berbagai aspek terutama aspek keamanan
lingkungan. Kegiatan penyimpanan sementara limbah B3 dilakukan
dengan didasarkan pada Keputusan Kepala Bapedal Nomor 1
Tahun 1995 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
38 Penghasil limbah B3 wajib mengolah limbah B3 yang dihasilkannya. Kewajiban mengolah
limbah B3
Pengolahan tersebut dapat dilakukan sendiri atau diserahkan
kepada pihak pengelola limbah B3. Penyerahan limbah B3 kepada
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 27
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

pemanfaat seperti disebutkan pada paragraf 36 tidak mengurangi


kewajiban penghasil limbah B3 untuk mengolah limbah B3 yang
dihasilkannya.
39 Penghasil limbah dapat juga menyerahkan limbah B3 yang Penyerahan kepada
pengumpul limbah B3
dihasilkannya kepada pihak pengumpul limbah B3. Pengumpul
limbah B3 ini dilakukan oleh Badan Usaha yang melakukan
kegiatan pengumpulan limbah B3. Kegiatan pengumpulan limbah
B3 dilakukan dengan didasarkan pada Keputusan Kepala Bapedal
Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
40 Pengangkutan limbah B3 diperlukan jika penghasil limbah B3 tidak Pengangkutan limbah
B3
melakukan pengolahan limbah B3 yang dihasilkan sendiri, namun
diserahkan kepada pihak ketiga baik pengumpul, pemanfaat,
pengolah atau penimbun limbah B3. Pengangkutan Limbah B3
dapat dilakukan sendiri oleh penghasil limbah B3 atau diserahkan
kepada Badan Usaha lain yang melakukan kegiatan pengangkutan
limbah B3. Apabila penghasil limbah B3 bertindak sebagai
pengangkut limbah B3, maka wajib memenuhi ketentuan yang
berlaku bagi pengangkut limbah B3. Pengangkutan limbah B3
memerlukan sistem pengangkutan khusus yang dapat menjamin
keamanan pengangkutan limbah B3, oleh karena itu pengangkutan
limbah B3 harus memiliki sistem tanggap darurat yang handal dan
juga sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dalam
pengelolaan limbah B3. Selain itu, pengangkutan limbah B3 juga
harus dilengkapi dengan dokumen limbah B3 (manifest). Kegiatan
pengangkutan limbah B3 dilakukan dengan didasarkan pada
Keputusan Kepala Bapedal Nomor 2 Tahun 1995 Tentang
Dokumen Limbah B3.
41 Pengolahan limbah B3 dapat ditujukan sebagai upaya untuk Pengolahan limbah B3
mengubah bentuk, jumlah, dan karakteristik limbah B3 menjadi
suatu produk limbah yang aman bagi lingkungan. Kegiatan
pengolahan limbah B3 dilakukan dengan didasarkan pada
Keputusan Kepala Bapedal Nomor 3 Tahun 1995 Tentang
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3.
42 Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan yang mencakup Pemanfaatan limbah B3
kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau penggunaan
kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle). Pengelolaan dengan
cara ini lebih ditujukan untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu
produk yang dapat digunakan serta aman bagi lingkungan maupun
kesehatan manusia. Alternatif pemilihan cara pemanfaatan limbah
B3 didasarkan pada jenis dan karakteristik limbah B3 bersangkutan.
43 Penimbunan limbah B3 adalah suatu kegiatan menempatkan Penimbunan limbah B3
limbah B3 pada suatu fasilitas penimbunan dengan maksud tidak
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Penimbunan
limbah (landfilling) termasuk salah satu upaya pengelolaan limbah
dengan cara menampung dan mengisolasi limbah yang sudah tidak
dapat dimanfaatkan lagi. Penimbunan ditujukan untuk menjamin
perlindungan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dalam
jangka waktu yang panjang.
Tempat penimbunan limbah B3 harus berada pada lokasi yang
memenuhi persyaratan dan memiliki rancang bangun/desain yang
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 28
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

memenuhi persyaratan serta memiliki peralatan/perlengkapan yang


memadai. Di samping itu, lokasi bekas (pasca) penimbunan limbah
B3 harus terus ditangani secara baik dan dimonitoring secara
berkesinambungan (berkala), guna mencegah terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan yang dapat membahayakan kesehatan
manusia dan lingkungan. Kegiatan penimbunan limbah B3
dilakukan dengan didasarkan pada Keputusan Kepala Bapedal
Nomor 4 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan
Hasil Limbah B3.
44 Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin Pengelolaan limbah B3
berdasarkan sistem
beranekaragamnya jenis dan karakteristik limbah B3, produksi cradle to cradle
limbah B3 juga semakin bertambah banyak, bahkan melampaui
kemampuan dan kapasitas tempat-tempat penimbunan limbah B3.
Tuntutan terhadap pengelolaan limbah B3 yang ramah lingkungan
pun semakin mengemuka sehingga para pelaku pengelolaan
limbah B3 dituntut untuk dapat meminimisasi jumlah limbah B3
yang dihasilkan dan diamankan ke lingkungan. Oleh karena itu,
sistem cradle to grave telah beradaptasi menjadi sistem cradle to
cradle dimana keseluruhan limbah B3 yang dihasilkan diupayakan
untuk dapat diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh
para pelaku pengelolaan limbah B3. Sistem cradle to cradle
berangkat dari konsep “tidak ada tempat untuk limbah”. Dalam
konsep ini seluruh bahan industri baik input ataupun output
dianggap sebagai bahan yang bermanfaat, sehingga bahan-bahan
tersebut harus dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali.
Melalui sistem ini, diharapkan jumlah limbah B3 yang dibuang
(ditimbun) ke lingkungan dapat diminimisasi ataupun tidak ada lagi
limbah B3 yang dibuang (ditimbun) ke lingkungan karena limbah B3
tersebut telah diolah atau dimanfaatkan semaksimal mungkin
sehingga tidak menghasilkan residu sama sekali. Sistem cradle to
cradle sebagaimana diilustrasikan pada gambar berikut ini:

Gambar 2.7. Konsep Cradle to Cradle


Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 29
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa dengan sistem


cradle to cradle setelah diolah limbah B3 dapat dimanfaatkan
kembali sehingga tidak ada proses penimbunan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 30


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab III

BAB III
PETUNJUK PEMERIKSAAN

A. Petunjuk Umum
01 Pemeriksaan atas pengendalian dan pengelolaan limbah industri Dasar hukum
merupakan pemeriksaan kinerja dengan mengacu kepada: pemeriksaan

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara;
c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan;
e. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007
Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
f. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/8/2009
tanggal 26 Agustus tentang perubahan atas Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No.1/K/I-XIII.2/2/2008
tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan.
02 Standar pemeriksaan atas pengendalian dan pengelolaan limbah Standar Pemeriksaan
industri adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang
ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang mengatur Standar
Umum, Standar Pelaksanaan Pemeriksaan dan Standar Pelaporan
Pemeriksaan Kinerja.
03 Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) atas pengendalian dan Panduan Manajemen
pengelolaan limbah industri adalah PMP yang ditetapkan oleh Badan Pemeriksaan
Pemeriksa Keuangan yang mengatur Perencanaan Pemeriksaan,
Pelaksanaan Pemeriksaan, Pelaporan Pemeriksaan, Pemantauan
atas Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan dan Evaluasi Pemeriksaan.
04 Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pemeriksaan yang terkait Petunjuk pelaksanaan
dengan pemeriksaan atas pengendalian dan pengelolaan limbah dan petunjuk teknis
terkait
industri meliputi petunjuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja, petunjuk
pelaksanaan sistem peyakinan mutu, petunjuk pelaksanaan teknik dan
prosedur penyajian laporan pemeriksaan, petunjuk pelaksanaan
penyusunan kertas kerja pemeriksaan, manual pemeriksaan
berperspektif lingkungan, petunjuk teknis pengujian sistem
pengendalian intern dan petunjuk teknis penentuan area kunci.
05 Tahapan yang digunakan dalam pemeriksaan pengendalian dan Metodologi pemeriksaan
pengelolaan limbah industri secara ringkas meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan yang meliputi 12
langkah/kegiatan. Di dalam proses pemeriksaan tersebut, ukuran mutu
pemeriksaan yang digunakan adalah standar pemeriksaan, PMP serta
tujuan dan harapan penugasan. Di dalam proses tersebut,
dokumentasi pemeriksaan, supervisi serta pengendalian dan
peyakinan mutu pemeriksaan dilakukan di sepanjang proses tersebut.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 31
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab III

Secara ringkas, proses pemeriksaan kinerja atas pengendalian dan


pengelolaan limbah industri dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Tahapan Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri
Langkah-langkah tersebut dijelaskan dalam petunjuk perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan dalam bab ini, sedangkan untuk
dokumentasi, supervisi, pengendalian, dan peyakinan mutu
pemeriksaan dijelaskan dalam bab berikutnya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 32


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab III

B. Petunjuk Perencanaan Pemeriksaan


06 Perencanaan pemeriksaan atas pengendalian dan pengelolaan Perencanaan pemeriksaan
meliputi 5 tahapan sebagai
limbah industri meliputi 5 (lima) tahapan sebagai berikut: berikut.

1. Pemahaman atas entitas yang diperiksa termasuk isu masalah;


2. Penentuan area kunci melalui identifikasi resiko, pemahaman
dan pengujian sistem pengendalian intern;
3. Penentuan tujuan, sasaran, dan lingkup pemeriksaan;
4. Penentuan kriteria pemeriksaan; dan
5. Penyusunan program pemeriksaan dan program kerja
perorangan.

07 1. Pemahaman atas entitas yang diperiksa termasuk isu Pemahaman entitas dapat
masalah diperoleh dari survei
pendahuluan, informasi LHP
Pemahaman atas entitas termasuk isu masalah dapat diperoleh sebelumnya, KKP tahun
sebelumnya, hasil
dari survei pendahuluan atau informasi dalam laporan hasil komunikasi dengan
pemeriksaan sebelumnya, Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) pemeriksa tahun sebelumnya
dan database aplikasi dosir
tahun sebelumnya, hasil komunikasi dengan pemeriksa
sebelumnya, database yang ada pada unit kerja pemeriksaan,
diskusi dengan pihak yang kompeten, reviu peraturan, publikasi,
observasi, dan reviu dokumen.
Berdasarkan pemahaman ini, pemeriksa dapat memperoleh
pengetahuan mengenai kegiatan pokok, identitas, dan data
umum entitas, yang memungkinkan untuk merencanakan dan
melaksanakan pemeriksaan.
Pada tahap pemahaman atas entitas ini, pemeriksa dapat
melakukan dengan dua pendekatan yaitu:
1. Keuangan Negara yang berdampak pada lingkungan.
Pemahaman atas entitas meliputi pemahaman atas
organisasi, kegiatan utama entitas, lingkungan yang
mempengaruhi, pejabat terkait sampai dengan satuan kerja
dan kejadian-kejadian yang berpengaruh terhadap efisiensi
dan efektivitas kegiatan pengendalian dan pengelolaan
limbah industri.
2. Pengelolaan lingkungan yang dapat berdampak pada
pengelolaan Keuangan Negara.
Pemahaman dapat dilakukan pemeriksa melalui
pemahaman atas kegiatan pengendalian dan pengelolaan
limbah industri, organisasi atau entitas terkait, peran dan
hubungan masing-masing pihak.
Pemahaman tersebut harus didokumentasikan dalam KKP.
Contoh dokumentasi pemahaman pemeriksa atas entitas dan
identifikasi masalah dapat dilihat pada lampiran III.1.
Hasil pemahaman atas entitas bermanfaat untuk langkah
pemahaman atas sistem pengendalian intern dan penilaian
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 33
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab III

risiko.
Pemeriksa harus memantau tindak lanjut atas laporan hasil
pemeriksaan pengendalian dan pengelolaan limbah industri
yang dilaksanakan oleh BPK-RI tahun-tahun sebelumnya.
Pemantauan tersebut meliputi tindak lanjut rekomendasi yang
diberikan terkait dengan tindakan perbaikan atas kinerja
(ekonomi, efisiensi dan efektivitas) kegiatan pengendalian dan
pengelolaan limbah industri, efektivitas sistem pengendalian
intern, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan.
Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan
sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi temuan yang
secara signifikan berpengaruh terhadap tujuan pemeriksaan
yang sedang dilaksanakan sebagai bagian dari pemahaman
entitas. Pemeriksa harus memperoleh informasi dari entitas
yang diperiksa untuk mengidentifikasi pemeriksaan keuangan,
pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu
yang sebelumnya telah dilaksanakan dan berkaitan dengan
tujuan pemeriksaan yang sedang dilaksanakan. Hal ini
dilakukan untuk mengidentifikasi langkah koreksi yang berkaitan
dengan temuan dan rekomendasi signifikan.
Pemeriksa harus meneliti pengaruh tindak lanjut terhadap
pengendalian dan pengelolaan yang diperiksa. Hal ini terkait
dengan kemungkinan temuan-temuan pemeriksaan yang
berulang dan meyakinkan bahwa pekerjaan pemeriksaan telah
memberikan manfaat.
Pemahaman atas program tersebut meliputi pemahaman atas
peraturan perundang-undangan, maksud dan tujuan
dilaksanakannya program, input, operasi program yang
digunakan oleh entitas, output, outcome dan pengendalian
intern.
Contoh dokumentasi terkait pemantauan atas tindak lanjut hasil
pemeriksaan sebelumnya dapat dilihat dalam lampiran III.2.
08 2. Penentuan Area Kunci melalui Identifikasi Resiko, Identifikasi risiko dilakukan
untuk memahami risiko yang
Pemahaman, dan Pengujian SPI ditimbulkan dari aktivitas
pengelolaan limbah
Dalam menentukan area kunci, pemeriksa perlu melakukan
analisa risiko, signifikansi, dampak, dan auditabilitas. Cara
penentuan area kunci dijelaskan dalam juknis penentuan area
kunci.
Sub bab ini akan menjelaskan pemahaman dan penilaian risiko
sebagai bagian dari penentuan area kunci.
Pemahaman dan penilaian risiko dilakukan dengan
mengidentifikasi risiko yang ditimbulkan dari aktivitas
pengendalian dan pengelolaan limbah industri yang dipakai
sebagai pendekatan pengujian pengendalian. Area-area di
dalam pengendalian dan pengelolaan limbah industri yang
berpotensi memiliki risiko meliputi proses perencanaan dhi.
perizinan, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan,
pengolahan, pemanfaatan, dan penimbunan, serta pembinaan,
pemantauan, pengawasan, dan penegakan hukum. Risiko-risiko
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 34
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab III

yang teridentifikasi perlu dinilai sistem pengendalian internnya


untuk mengidentifikasi area kunci pemeriksaan.
Dalam mengidentifikasi area kunci, pemeriksa dapat Identifikasi area kunci dengan
menggunakan RAM
menentukan risiko manajemen yang mungkin terjadi dalam
pelaksanaan kegiatan Pengendalian dan Pengelolaan Limbah
Industri. Kelemahan yang telah teridentifikasi menjadi tujuan
dalam pengujian pengendalian agar lebih efektif. Contoh
penentuan area kunci menggunakan Risk Analysis Matrix
(RAM) dapat dilihat dalam lampiran III.3. Setelah risiko
manajemen teridentifikasi, pemeriksa masih perlu
mempertimbangkan aspek signifikansi, dampak pemeriksaan,
dan auditabilitas sebelum area kunci dipilih. Contoh pemilihan
area kunci pemeriksaan dapat dilihat dalam lampiran III.4.
Pemeriksa harus memahami sistem pengendalian intern yang Pemahaman atas sistem
pengendalian intern
didesain dan diselenggarakan oleh entitas. Pemahaman atas membantu pemeriksa untuk
desain pengendalian intern dilakukan dengan melihat peraturan (1) mengidentifikasi jenis
potensi kesalahan dan (2)
perundang-undangan dan kebijakan tertulis/formal menteri/ mendesain pengujian sistem
pimpinan lembaga terkait dan memahami proses kegiatan pengendalian intern
entitas. Selain itu pemeriksa juga perlu menilai pengaruh
peraturan perundang-undangan yang signifikan untuk
menganalisis kepatuhan entitas dalam menjalankan peraturan
tersebut dan mengidentifikasi sebab dan akibat apabila terjadi
ketidakpatuhan pelaksanaan peraturan. Contoh penilaian atas
pengaruh peraturan perundang-undangan yang signifikan dapat
dilihat dalam lampiran III.5. Pemahaman atas penyelenggaraan
pengendalian intern dilakukan dengan melihat praktik
pengendalian intern terkait pengendalian dan pengelolaan
limbah industri.
Pemahaman atas sistem pengendalian intern tersebut
membantu pemeriksa untuk (1) mengidentifikasi potensi
kesalahan dan (2) mendesain pengujian sistem pengendalian
intern.
Pemahaman sistem pengendalian intern meliputi pemahaman
atas komponen-komponen sistem pengendalian intern.
Pemahaman ini dilakukan terhadap pengendalian dan
pengelolaan limbah industri yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan, peraturan daerah, keputusan/peraturan
kepala daerah dan kebijakan tertulis. Contoh pemahaman
pengendalian intern atas pengendalian dan pengelolaan limbah
industri dapat dilihat pada lampiran III.6.
Dalam pengujian desain sistem pengendalian intern, pemeriksa Pengujian sistem
pengendalian intern
mengevaluasi apakah sistem pengendalian intern telah didesain dilakukan untuk memberikan
secara memadai dan dapat meminimisasi penyimpangan keyakinan yang memadai
bagi pemeriksa bahwa sistem
terhadap peraturan perundang-undangan. Sementara, pengendalian intern entitas
pengujian implementasi sistem pengendalian intern dilakukan telah didesian dan diterapkan
dengan melihat pelaksanaan pengendalian pada kegiatan secara andal
pengelolaan limbah oleh instalasi pengelola limbah.
Pengujian sistem pengendalian intern merupakan dasar
pengujian terinci selanjutnya. Hasil pengujian sistem
pengendalian intern mengidentifikasikan kelemahan-kelemahan
signifikan atau area-area kunci yang memerlukan pemeriksaan
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 35
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab III

lebih lanjut.
Pengujian pengendalian meliputi pengujian terhadap unsur-
unsur pengendalian pada entitas yang mengawasi kegiatan
pengelolaan limbah yang juga dikaitkan dengan pengendalian
entitas pengelola limbah secara keseluruhan. Contoh pengujian
pengendalian intern atas pengendalian dan pengelolaan limbah
industri dapat dilihat pada lampiran III.7.
09 3. Penentuan Tujuan, Sasaran dan Lingkup Pemeriksaan
Sesuai dengan area kunci yang telah ditentukan, maka
pemeriksa menentukan tujuan pemeriksaan atas pengendalian
dan pengelolaan limbah industri, misalnya untuk:
a. Menilai ekonomi, efisiensi dan efektivitas keberhasilan atau
pencapaian tujuan pengendalian dan pengelolaan limbah
industri sebagai berikut:
1) Tercapainya upaya pengendalian pencemaran melalui
upaya pengendalian terhadap kegiatan industri dan
pengelolaan limbahnya.
2) Terwujudnya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi
yang optimal dalam penyelenggaraan pengendalian
pencemaran.
b. Menilai kepatuhan entitas terkait terhadap peraturan
perundang-undangan dalam mengendalikan dan mengelola
limbah industri.
c. Menilai apakah pengendalian intern atas pengendalian dan
pengelolaan limbah industri telah didesain secara memadai
dan dapat diandalkan
Lingkup pemeriksaan merupakan batasan dari suatu
pemeriksaan. Lingkup pemeriksaan memberikan batasan
bidang atau kegiatan yang akan diperiksa, periode waktu yang
akan diperiksa, lokasi yang akan dikunjungi, dokumen yang
diuji, dan jenis kajian yang akan digunakan untuk menopang
kesimpulan, serta sampel yang akan diuji. Penentuan lingkup
pemeriksaan ditentukan dari keandalan sistem pengendalian
intern. Lingkup pemeriksaan disesuaikan dengan hasil telaah
atas langkah-langkah sebelumnya.
Contoh dokumentasi penetapan objek, tujuan, dan lingkup
pemeriksaan dapat dilihat dalam lampiran III.8.
Penentuan pengambilan sampel merupakan bagian dari
penentuan lingkup pemeriksaan atas pengendalian dan
pengelolaan limbah industri. Penentuan sampel ini dilakukan
untuk menguji apakah hasil pengelolaan limbah telah sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan terkait yang
menetapkan baku mutu parameter yang diuji.
Pengujian laboratorium yang akan dilakukan saat pelaksanaan
pemeriksaan, antara lain:
a. limbah B3;
b. limbah cair masukan (influent) pada inlet instalasi
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 36
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab III

pengolahan air limbah (IPAL);


c. hasil olahan limbah cair (effluent) pada outlet IPAL;
d. debu/abu hasil olahan insinerator;
e. emisi cerobong insinerator;
f. udara ambien pada fasilitas industri yang paling dekat
dengan insinerator atau berdasarkan hasil observasi dan
pertimbangan profesional pemeriksa;
Pemeriksa dapat mengusulkan pengujian laboratorium dengan
cara:
a. Menggunakan tenaga ahli yang independen untuk menguji
hasil pengolahan limbah dan/atau laboratorium di luar
entitas.
b. Menentukan waktu pengambilan sampel sampai dengan
diterimanya hasil laboratorium yang disesuaikan dengan
jangka waktu pemeriksaan.
c. Memperhitungkan anggaran biaya pengujian laboratorium.
Pengujian laboratorium yang dilaksanakan harus menggunakan
laboratorium yang telah terakreditasi untuk menjamin standar
dan kualitas hasil pengujian.
Pemeriksaan juga diharapkan sudah menggunakan alat bantu
teknologi informasi dalam pemeriksaan atas pengendalian dan
pengelolaan limbah industri. Teknologi GIS dapat digunakan
untuk menilai tingkat ketepatan perencanaan khususnya dalam
penentuan lokasi kegiatan industri yang berpotensi mencemari
lingkungan dan menilai luasan sebaran pencemaran limbah
industri melalui perubahan warna badan air sebelum dan
sesudah pelaksanaan kegiatan industri. GPS digunakan sebagai
alat bantu dalam pengujian di lokasi-lokasi terjadinya
pencemaran.
10 4. Penentuan Kriteria Pemeriksaan Penentuan Kriteria
Pemeriksaan
Kriteria merupakan ukuran yang akan dipergunakan untuk
menilai tingkat keberhasilan kinerja entitas yang diperiksa, baik
penilaian terhadap kehematan, efisiensi, maupun efektivitas.
Kriteria merupakan sarana komunikasi antara pemeriksa dan
auditee dalam melakukan penilaian atas kinerja entitas. Oleh
karena itu pemeriksa perlu memilih kriteria yang tepat untuk
menilai pekerjaan auditee sekaligus mengkomunikasikannya
dengan auditee. Kriteria yang dapat digunakan terkait dengan
pengendalian dan pengelolaan limbah industri adalah peraturan
perundang-undangan terkait lingkungan hidup yang membahas
mengenai limbah industri spesifik kepada limbah B3, meliputi
Undang-Undang Lingkungan Hidup, Keputusan Kepala
Bapedal, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup, dsb.
Contoh kriteria telah disajikan pada bab II poin A. Contoh
dokumentasi penentuan kriteria pemeriksaan dapat dilihat
dalam lampiran III.9. Sedangkan contoh dokumentasi daftar
kriteria yang digunakan dalam pemeriksaan dapat dilihat dalam
lampiran III.10.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 37
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab III

11 5. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kerja Program pemeriksaan atas


pengendalian dan
Perorangan pengelolaan limbah industri
dan program kerja
Berdasarkan persiapan pemeriksaan di atas, pemeriksa perorangan disusun
menyusun program pemeriksaan atas pengendalian dan berdasarkan persiapan
pemeriksaan
pengelolaan limbah industri. Hal-hal yang berkaitan dengan
Program Pemeriksaan dan Program Kerja Perorangan
mengacu pada PMP.
Berdasarkan program pemeriksaan yang ditetapkan oleh
Tortama/Kepala Perwakilan, ketua tim pemeriksa membuat
pembagian tugas dan anggota tim menyusun program kerja
perorangan dan disampaikan kepada ketua tim untuk
mendapatkan persetujuan.

C. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan


12 Pelaksanaan pemeriksaan atas pengendalian dan pengelolaan Pelaksanaan pemeriksaan
meliputi 4 kegiatan berikut:
limbah industri meliputi 4 (empat) tahapan, yaitu: (1) Pengumpulan
dan Pengujian Bukti Pemeriksaan, (2) Penyusunan Konsep
Temuan Pemeriksaan, (3) Pembahasan dengan Pejabat Entitas
yang Berwenang dan Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis,
(4) Penyampaian Temuan Pemeriksaan.
1. Pengumpulan dan Pengujian Bukti Pemeriksaan
Pengumpulan dan pengujian bukti pemeriksaan dilakukan
dengan pengujian terinci. Pengujian terinci meliputi pengujian
atas aktivitas pengendalian dan pengelolaan limbah,
penggunaan anggaran dan pendapatan untuk pengadaan dan
pemeliharaan sarana pengelolaan limbah, pelaporannya dalam
laporan unit pengelola limbah, serta pengawasan yang
dilakukan instansi terkait. Pengujian tersebut memperhatikan
efektivitas sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Pengujian terinci meliputi pengujian pada:
a. Kegiatan pengendalian limbah:
1) Pencegahan;
2) Penanggulangan;
3) Pemulihan.
b. Kegiatan pengelolaan limbah:
1) Perencanaan penanganan limbah oleh penghasil,
meliputi reduksi dan penyimpanan sementara;
2) Kegiatan pengumpulan limbah;
3) Kegiatan pengangkutan/pemindahan limbah;
4) Kegiatan pengolahan limbah;
5) Kegiatan pemanfaatan limbah;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 38


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab III

6) Kegiatan pembuangan limbah olahan (penimbunan);


7) Kegiatan pemeliharaan sarana pengelolaan limbah;
8) Kegiatan pengadaan barang dan jasa atas pengelolaan
limbah.
Rincian pengujian terinci dapat dilihat pada lampiran III.11.

13 2. Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan Konsep Temuan


Pemeriksaan meliputi
Konsep Temuan Pemeriksaan atas pengendalian dan ketidakefektivan SPI dan
kecurangan/penyimpangan
pengelolaan limbah merupakan permasalahan yang ditemukan serta ketidakpatuhan pada
oleh pemeriksa yang perlu dikomunikasikan kepada entitas. ketentuan perundang-
undangan
Permasalahan tersebut meliputi: (1) ketidakefektivan sistem
pengendalian intern dan (2) kecurangan dan penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan (3) pelaksanaan
program/kegiatan terkait pengendalian dan pengelolaan limbah
industri yang tidak ekonomis dan/atau efisien dan/atau efektif.
TP harus mengungkapkan permasalahan yang ditemui secara
jelas, ringkas, relevan dan mudah dipahami. TP meliputi Judul,
Kondisi, Kriteria, Akibat, dan Sebab:
a. Kondisi memberikan bukti mengenai hal-hal yang
ditemukan oleh pemeriksa di lapangan. Pelaporan lingkup
atau kedalaman dari kondisi dapat membantu pengguna
laporan dalam memperoleh perspektif yang wajar.
b. Kriteria memberikan informasi yang dapat digunakan oleh
pengguna laporan hasil pemeriksaan untuk menentukan
keadaan seperti apa yang diharapkan. Kriteria akan mudah
dipahami apabila dinyatakan secara wajar, eksplisit,
lengkap, dan sumber dari kriteria dinyatakan dalam laporan
hasil pemeriksaan.
c. Akibat memberikan hubungan yang jelas dan logis untuk
menjelaskan pengaruh dari perbedaan, antara apa yang
ditemukan oleh pemeriksa (kondisi) dan apa yang
seharusnya (kriteria). Akibat lebih mudah dipahami bila
dinyatakan secara jelas, terinci, dan apabila
memungkinkan, dinyatakan dalam angka. Signifikansi dari
akibat yang dilaporkan ditunjukkan oleh bukti yang
meyakinkan.
d. Sebab memberikan bukti yang meyakinkan mengenai faktor
yang menjadi sumber perbedaan antara kondisi dan kriteria.
Dalam melaporkan sebab, pemeriksa harus
mempertimbangkan apakah bukti yang ada dapat
memberikan argumen yang meyakinkan dan masuk akal
bahwa sebab yang diungkapkan merupakan faktor utama
terjadinya perbedaan.
Konsep Temuan Pemeriksaan tersebut disampaikan ketua tim
pemeriksa kepada pejabat entitas yang berwenang untuk
mendapatkan tanggapan tertulis dan resmi. Penyampaian
konsep temuan pemeriksaan ini hendaknya diberi ‘watermark’
dengan kata “KONSEP” untuk membedakan dengan hasil
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 39
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab III

temuan pemeriksaan akhir. Penyampaiannya kepada pejabat


entitas yang berwenang dapat dilakukan secara bertahap
ataupun sekaligus tergantung dari kebijakan dan pertimbangan
tim pemeriksa.
14 3. Pembahasan dengan Pejabat Entitas yang Berwenang dan Konsep TP dibahas dengan
pejabat entitas yang
Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis berwenang dan dimintakan
tanggapan resmi dan tertulis
Setelah Konsep TP disampaikan ketua tim pemeriksa kepada
entitas, tim pemeriksa membahas temuan tersebut dengan
pejabat entitas yang berwenang dalam kegiatan pengendalian
dan pengelolaan limbah industri. Tujuan dari pembahasan
adalah untuk melengkapi bukti pemeriksaan dan mendapatkan
klarifikasi dari pejabat entitas yang berwenang. Dalam
pembahasan tersebut sebaiknya dilibatkan semua pihak yang
terkait dengan TP. Hasil pembahasan tersebut akan dimintakan
tanggapan resmi dan tertulis dari pejabat entitas yang
berwenang.
Tanggapan tersebut akan diungkapkan dalam Temuan
Pemeriksaan atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah
Industri.
15 4. Penyampaian Temuan Pemeriksaan Temuan pemeriksaan atas
pengendalian dan
Pemeriksa dalam hal ini ketua tim menyampaikan TP kepada pengelolaan limbah industri
diserahkan oleh ketua tim
pimpinan entitas. TP tersebut telah disusun secara lengkap, kepada pejabat entitas
diberi halaman TP secara urut dan paraf Ketua Tim setiap terkait.
halamannya serta dilampiri dengan tanggapan auditee kepada
pejabat entitas yang berwenang, menggunakan surat pengantar
penyampaian TP yang ditandatangani oleh Ketua Tim, dan
dibubuhi dengan tanda tangan pejabat auditee sebagai tanda
terima TP dimaksud.
Penyampaian Temuan Pemeriksaan atas Pengendalian dan
pengelolaan limbah industri tersebut merupakan akhir dari
pekerjaan lapangan pemeriksaan pengendalian dan
pengelolaan limbah industri. Hal ini merupakan batas tanggung
jawab pemeriksa terhadap kondisi pengelolaan limbah yang
diperiksa. Pemeriksa tidak dibebani tanggung jawab atas suatu
kondisi yang terjadi setelah tanggal pekerjaan lapangan
tersebut.

D. Petunjuk Pelaporan Hasil Pemeriksaan


16 Pelaporan hasil pemeriksaan atas pengendalian dan pengelolaan
limbah industri meliputi 3 (tiga) tahapan, yaitu: (1) Penyusunan
Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan Pembahasan
Konsep LHP dengan Penanggung Jawab Pemeriksaan, (2)
Penyampaian dan Pembahasan Konsep LHP dengan Pejabat
Entitas yang Berwenang, dan (3) Penyusunan Konsep Akhir dan
Penyampaian LHP.
17 1. Penyusunan Konsep LHP dan Pembahasan Konsep LHP Pelaporan hasil pemeriksaan
meliputi 3 kegiatan sebagai
Dengan Penanggung Jawab Pemeriksaan berikut.
Konsep laporan hasil pemeriksaan disusun oleh ketua tim
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 40
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab III

pemeriksa dan disupervisi oleh pengendali teknis.


Laporan Hasil Pemeriksaan atas pengendalian dan pengelolaan
limbah industri menjelaskan bahwa pemeriksaan telah
dilaksanakan sesuai dengan SPKN dan PMP.
Laporan Hasil Pemeriksaan memuat antara lain:
a. Gambaran Umum Pemeriksaan.
b. Pengendalian dan pengelolaan limbah industri yang memuat
tentang (1) gambaran umum kegiatan, (2) jenis limbah yang
dihasilkan, (3) dampak limbah, (4) pengelolaan limbah yang
meliputi mekanisme pengelolaan per jenis limbah dan
sumber daya yang terkait dengan pengelolaan limbah, dan
(5) hasil penilaian terhadap sistem pengendalian intern
pengelolaan limbah yang meliputi organisasi, kebijaksanaan,
perencanaan, prosedur kerja, pencatatan, personalia/
sumber daya manusia, pelaporan, dan pengawasan intern.
c. Hasil Pemeriksaan atas pengendalian dan pengelolaan
limbah industri.
Mekanisme penyusunan dan pembahasan konsep LHP secara
internal mengacu pada PMP.
18 2. Penyampaian dan Pembahasan Konsep LHP dengan Konsep LHP disampaikan
dan dibahas dengan pejabat
Pejabat Entitas yang Berwenang entitas yang berwenang
Konsep LHP yang telah disetujui penanggung jawab
disampaikan untuk dibahas bersama dengan pejabat entitas.
Pembahasan konsep LHP dengan pejabat entitas yang
diperiksa diselenggarakan oleh penanggung jawab dan
dilakukan untuk (a) memperoleh tanggapan tertulis dan resmi
atas temuan, simpulan dan rekomendasi termasuk tindakan
perbaikan yang direncanakan oleh manajemen entitas yang
diperiksa serta (b) kemungkinan tindak lanjut yang akan
dilakukan. Hasil pembahasan tersebut dituangkan dalam
Risalah Pembahasan Konsep LHP yang mengacu pada Juknis
Pelaporan Hasil Pemeriksaan.
Mekanisme pembahasan konsep LHP dengan pejabat entitas
yang diperiksa mengacu pada PMP.
19 3. Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian LHP Hasil Pemeriksaan tersebut
disampaikan kepada (1)
Konsep LHP yang telah mendapatkan tanggapan dari entitas DPRD, (2) Kepala Daerah
dan (3) Pejabat entitas yang
yang diperiksa dibahas oleh penanggung jawab dengan berwenang.
pemberi tugas. Materi yang dibahas antara lain kesesuaian dan
kebenaran tanggapan dengan konsep LHP. Berdasarkan hasil
pembahasan tersebut disusun LHP final. LHP final
ditandatangani oleh penanggung jawab, sedangkan surat keluar
penyampaian LHP kepada (1) DPR/DPRD, (2) Entitas yang
diperiksa, dan (3) Pihak-pihak berkepentingan lainnya yang
diatur di dalam P2 ditandatangani oleh pemberi tugas.
Laporan tersebut disampaikan pula kepada (1)
Anggota/Pembina Keuangan Negara, (2) Auditor Utama
Keuangan Negara, (3) Kepala Direktorat Utama Rencana,
Evaluasi, Penelitian, dan Pengembangan, (4) Inspektur Utama,
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 41
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab III

dan (5) Kepala Biro Teknologi Informasi (soft copy) untuk


dimuat dalam website Badan Pemeriksa Keuangan dengan
menggunakan nota dinas.
Hasil Pemeriksaan pengendalian dan pengelolaan limbah
industri diberi tanggal sesuai dengan tanggal selesainya
penyusunan LHP.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 42


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab IV

BAB IV
PENGENDALIAN DAN KEYAKINAN MUTU

01 SPKN dalam pernyataan standar umum keempat mensyaratkan bagi Pernyataan SPKN
tentang Sistem
setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan untuk Pengendalian Mutu
memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai, dan Sistem (SPM)
Pengendalian Mutu (SPM) tersebut harus direviu oleh pihak lain yang
kompeten.
02 Untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa SPM tersebut Sistem Pemerolehan
Keyakinan Mutu (SKM)
telah mengatur seluruh unsur pengendalian mutu yang diperlukan dan
telah dilaksanakan secara konsisten, BPK menetapkan dan
menyelenggarakan Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu (SPKM) atau
quality assurance system.
03 Terkait dengan hal tersebut, dalam rangka pemeriksaan atas Latar belakang SPM dan
SPKM
pengendalian dan pengelolaan limbah industri dibutuhkan adanya
suatu pengendalian dan keyakinan mutu sehingga diperoleh keyakinan
yang memadai bahwa pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan dan standar yang ditetapkan.
04 Petunjuk Teknis Pemeriksaan atas Pengendalian dan Pengelolaan Juklak SPKM
Limbah Industri ini tidak mengatur hal-hal teknis terkait pemerolehan
keyakinan mutu. Proses pelaksanaan pemerolehan keyakinan mutu
atas pemeriksaan pengendalian dan pengelolaan limbah industri dapat
merujuk kepada Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Sistem Pemerolehan
Keyakinan Mutu.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 43


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab V

BAB V
PEMANTAUAN TINDAK LANJUT
HASIL PEMERIKSAAN

01 Tindak lanjut hasil pemeriksaan dilakukan oleh pimpinan entitas yang Tindak lanjut oleh
manajemen entitas yang
diperiksa dan/atau pihak lain yang kompeten untuk melaksanakan diperiksa
rekomendasi hasil pemeriksaan. Pimpinan entitas yang diperiksa
menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK atas pengendalian dan
pengelolaan limbah industri dan memberikan jawaban atau penjelasan
mengenai tindak lanjut tersebut paling lambat 60 (enam puluh) hari
sejak LHP tersebut diterima.
02 Pemeriksa memantau tindak lanjut hasil pemeriksaan. Pemantauan Pemeriksa memantau
tindak lanjut hasil
tersebut dilakukan setelah menerima jawaban atau penjelasan pemeriksaan
dimaksud atau pada saat pemeriksaan yang akan datang seperti
diungkapkan dalam petunjuk perencanaan pemeriksaan. Tidak ada
batasan tahun LHP yang ditindaklanjuti. Selama temuan belum
ditindaklanjuti, pemeriksa perlu terus memantau tindak lanjut. Hasil
pemantauan setelah menerima jawaban atau penjelasan tersebut
disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD. Hasil pemantauan dalam
pemeriksaan digunakan untuk pengembangan prosedur pemeriksaan
selanjutnya.
03 Pemantauan tindak lanjut tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan, Kegiatan pemantauan
tindak lanjut
antara lain: (1) memberitahukan secara tertulis kewajiban tindak lanjut
tersebut kepada manajemen entitas yang diperiksa, (2) mereviu atas
jawaban atau penjelasan dari manajemen entitas yang diperiksa, (3)
melaporkan pemantauan tindak lanjut, dan (4) melakukan pemantauan
tindak lanjut pada saat pemeriksaan.
04 Petunjuk teknis pemeriksaan ini tidak mengatur hal-hal teknis terkait Ketentuan PMP dan
juknis terkait mekanisme
pemantauan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan pengendalian dan pemantauan tindak
pengelolaan limbah industri. Mekanisme pelaksanaan pemantauan lanjut hasil pemeriksaan
tindak lanjut atas hasil pemeriksaan pengendalian dan pengelolaan
limbah industri dapat merujuk kepada ketentuan PMP mengenai
Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan serta Juknis
Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 44


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab VI

BAB VI
PENUTUP

A. Pemberlakuan Petunjuk Teknis


01 Petunjuk Teknis Pemeriksaan atas Pengendalian dan Pengelolaan Pemberlakuan juknis
Limbah Industri berlaku pada saat ditetapkannya Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia tentang Petunjuk Teknis
Pemeriksaan atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri.

B. Perubahan Petunjuk Teknis


02 Perubahan Petunjuk Teknis Pemeriksaan atas Pengendalian dan Perubahan juknis
Pengelolaan Limbah Industri akan dilakukan melalui Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia tentang Perubahan atas
Petunjuk Teknis dimaksud.

C. Pemantauan Petunjuk Teknis


03 Petunjuk teknis ini merupakan dokumen yang dapat berubah sesuai Pemantauan juknis
dengan perubahan peraturan perundang-undangan, standar
pemeriksaan, dan/atau kondisi lain. Oleh karena itu, pemantauan atas
petunjuk teknis ini akan dilakukan oleh Tim Pemantauan Petunjuk
Teknis Pemeriksaan atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah
Industri. Selain itu, masukan atau pertanyaan terkait dengan Petunjuk
Teknis ini dapat disampaikan kepada:
Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan, Pendidikan
dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan Negara
Lantai II Gedung Arsip, BPK-RI
Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Telp. (021)-5704395 pesawat 272/282
Email: litbang.pdtt@bpk.go.id.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 45


LAMPIRAN
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

LAMPIRAN I : KEPUTUSAN BPK RI


NOMOR : 8/K/I-XIII.2/9/2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

LAMPIRAN III.1 : KEPUTUSAN BPK RI


NOMOR : 8/K/I-XIII.2/9/2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat, 10210 Tel: (62-21) 5704395 Ext. 327 Fax: (62-21) 5705372

Indeks KKP No.

Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan


Limbah Industri
Dibuat oleh : (Nama ,paraf, dan tanggal pembuatan
KKP)
Periode Pemeriksaan: Direviu oleh : (Nama, paraf, dan tanggal reviu KKP)
Disetujui oleh : (Nama, paraf, dan tanggal persetujuan
KKP)

CONTOH KERTAS KERJA PEMAHAMAN ENTITAS DAN PENGIDENTIFIKASIAN MASALAH

Tujuan dari kegiatan pada tahap ini adalah agar pemeriksa dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada
pada entitas sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan tahap perencanaan selanjutnya, dengan tetap
berpegang pada renstra BPK tentang pemeriksaan kinerja. Point-point yang ada dalam template KKP ini
dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan pemeriksa di lapangan.

A. Hasil penelaahan dokumen dan wawancara dengan manajemen:

1. Perencanaan strategis BPK tentang pemeriksaan kinerja


……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………

2. Misi entitas
……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………

3. Tujuan entitas
……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………

4. Tugas pokok dan fungsi entitas


……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………
5. Dasar hukum dan peraturan yang mempengaruhi pelaksanaan program atau fungsi
pelayanan publik entitas
……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………

6. Sasaran dari kegiatan entitas


……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

7. Struktur organisasi entitas


……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………

8. Input, proses, output, dan outcome dari entitas yang diperiksa


……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………

9. Anggaran yang dikelola entitas


……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………

10. Key Performance Indicator yang digunakan oleh entitas dalam menilai kinerja
……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………
11. Ringkasan hasil reviu atas peraturan perundang-undangan yang relevan dengan tupoksi
entitas
……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………

12. Ringkasan program kegiatan yang ditetapkan dalam tahun berjalan


……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………

13. Permasalahan yang dihadapi entitas dalam pelaksanaan kegiatan


……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………

14. Keterkaitan dengan entitas lain dalam pelaksanaan kegiatan


……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………

15. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi kinerja entitas


……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………

16. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja entitas


……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………

17. Kesimpulan hasil wawancara


……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

18. Masalah yang teridentifikasi


……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………

B. Checklist Kelengkapan Elemen Dasar Pengendalian Pencemaran Akibat Limbah


Industri

No. Elemen Dasar Pengendalian Pencemaran Ya Tidak Catatan

1. Lembaga Pelaksana
a. Apakah ada instansi/lembaga terkait
pengendalian pencemaran.
b. Apakah kedudukan instansi/lembaga
terkait telah diperkuat dengan peraturan
perundang-undangan.
c. Apakah instansi/lembaga tersebut
berkedudukan di pemerintah
pusat/pemerintah daerah.
d. Apakah instansi/lembaga tersebut
memiliki wewenang atau bertanggung
jawab atas pengendalian pencemaran.
e. Apakah tugas, pokok, dan fungsi
instansi/lembaga tersebut telah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
f. Apakah tugas, pokok, dan fungsi
instansi/lembaga terkait telah mencakup
aspek pengendalian (pencegahan,
penanggulangan, dan pemulihan) atas
pencemaran.
g. Apakah instansi/lembaga terkait
menyerahkan pelaksanaan tugas
pengendalian pencemaran kepada
instansi/lembaga lain yang independen.

2. Penetapan Prioritas
a. Apakah instansi/lembaga telah
menetapkan prioritas kegiatan terkait
pengendalian pencemaran limbah.
b. Apakah instansi/lembaga memiliki
prosedur atau standar penetapan
prioritas.

3. Tujuan dan Standar


a. Apakah lembaga terkait telah
menetapkan tujuan untuk setiap
pelaksanaan kegiatan pengendalian
pencemaran.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

No. Elemen Dasar Pengendalian Pencemaran Ya Tidak Catatan


b. Apakah lembaga terkait memiliki standar
internal yang dijadikan acuan
pelaksanaan kegiatan pengendalian
masalah pencemaran.
c. Apakah terdapat acuan standar lainnya
(selain yang telah ditetapkan secara
internal) terkait pelaksanaan kegiatan
pengendalian pencemaran.

4. Metode Pembiayaan dan Sumbernya


a. Apakah pembiayaan pelaksanaan
kegiatan pengendalian pencemaran
bersumber dari APBN/APBD.
b. Apakah pembiayaan pelaksanaan
kegiatan pengendalian pencemaran
bersumber dari industri terkait.
c. Jika pelaksana kegiatan pengendalian
pencemaran adalah lembaga
independen, apakah pembiayaan
dibebankan kepada industri terkait.
d. Apakah pemerintah memiliki program
subsidi terkait pembiayaan pelaksanaan
kegiatan pengendalian pencemaran.
e. Apakah pembiayaan pelaksanaan
kegiatan pengendalian pencemaran
bersumber dari sumbangan
lembaga/negara pendonor.
f. Apakah instansi/lembaga memiliki
mekanisme atau SOP terkait tata cara
pembiayaan pelaksanaan kegiatan
pengendalian pencemaran.
g. Apakah instansi/lembaga memiliki MoU
dengan lembaga pendonor terkait
mekanisme atau SOP tata cara
pembiayaan dan penyaluran biaya
pelaksanaan kegiatan pengendalian
pencemaran.

5. Perubahan Proses/Perlakuan yang


Dibutuhkan
a. Apakah terdapat peraturan perundang-
undangan yang menetapkan standar
teknologi minimal yang harus dimiliki oleh
industri terkait pelaksanaan kegiatannya
dalam meminimasi pencemaran.
b. Apakah pemerintah memiliki program
yang mendorong industri melakukan
peningkatan teknologi agar
menggunakan teknologi yang tidak

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

No. Elemen Dasar Pengendalian Pencemaran Ya Tidak Catatan


mencemari.
6. Pelaksanaan dan Pelatihan
a. Apakah instansi/lembaga memiliki
program pelatihan bagi para pegawainya
terkait pelaksanaan kegiatan
pengendalian pencemaran.
b. Apakah instansi/lembaga melaksanakan
program pelatihan secara berkelanjutan.
c. Apakah instansi/lembaga mengadakan
kerjasama dengan pihak independen
lainnya dalam pelaksanaan kegiatan
pelatihan.

7. Monitoring dan Survei


a. Apakah instansi/lembaga memiliki fungsi
pemantauan secara rutin terhadap
pelaksanaan kegiatan pengendalian
pencemaran.
b. Apakah fungsi pemantauan yang dimiliki
instansi/lembaga telah diperkuat dengan
peraturan yang ada.
c. Apakah instansi/lembaga melakukan
kerjasama dengan pihak lain dalam
melaksanakan kegiatan pemantauan
terhadap pengendalian pencemaran.
d. Apakah ada pihak lainnya (independen)
yang melakukan pemantauan terhadap
pengendalian pencemaran.
e. Apakah instansi/lembaga telah
melakukan survei lapangan secara rutin
ke lokasi industri untuk melihat proses
pengendalian pencemaran yang
dilakukan oleh pihak industri.
f. Apakah instansi/lembaga telah
melakukan survei kepada masyarakat
sekitar industri mengenai dampak yang
ditimbulkan oleh kegiatan industri.
g. Apakah instansi/lembaga telah
melakukan survei kepada masyarakat
untuk menanyakan peran serta industri
dalam pengelolaan lingkungan hidup di
sekitar lokasi industri.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

LAMPIRAN III.2 : KEPUTUSAN BPK RI


NOMOR : 8/K/I-XIII.2/9/2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat, 10210 Tel: (62-21) 5704395 Ext. 327 Fax: (62-21) 5705372

Indeks KKP No.

Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri


Periode Pemeriksaan: Dibuat oleh : (Nama ,paraf, dan tanggal pembuatan
KKP)
Direviu oleh : (Nama, paraf, dan tanggal reviu KKP)

Disetujui oleh : (Nama, paraf, dan tgl persetujuan KKP)

CONTOH KERTAS KERJA PEMANTAUAN TINDAK LANJUT


LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS PENGENDALIAN
DAN PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI
Tujuan dari kegiatan ini adalah membantu pemeriksa dalam mengidentifikasi permasalahan yang belum ditindaklanjuti oleh auditee.

1. PEMERIKSAAN ATAS .... (Nama Penugasan)

Pemantauan Tindak Lanjut


Sudah
Rekomendasi Tindak Sudah
Ditindaklanjuti,
BPK- Lanjut Ditindaklanjuti
Temuan Kode Nilai Tetapi Belum
No. RI/Rencana Entitas Sesuai Kesimpulan Alasan
Pemeriksaan Temuan Temuan Sesuai Belum
Tindakan yang Rekomendasi/
Rekomendasi/ Ditindaklanjuti
Perbaikan Diperiksa Rencana
Rencana
Tindakan
Tindakan
Perbaikan
Perbaikan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

2. PEMERIKSAAN ATAS ... (Nama Penugasan)

Pemantauan Tindak Lanjut


Sudah
Rekomendasi Tindak Sudah
Ditindaklanjuti,
BPK- Lanjut Ditindaklanjuti
Temuan Kode Nilai Tetapi Belum
No. RI/Rencana Entitas Sesuai Kesimpulan Alasan
Pemeriksaan Temuan Temuan Sesuai Belum
Tindakan yang Rekomendasi/
Rekomendasi/ Ditindaklanjuti
Perbaikan Diperiksa Rencana
Rencana
Tindakan
Tindakan
Perbaikan
Perbaikan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

LAMPIRAN III.3 : KEPUTUSAN BPK RI


NOMOR : 8/K/I-XIII.2/9/2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat, 10210 Tel: (62-21) 5704395 Ext. 327 Fax: (62-21) 5705372

Indeks KKP No.

Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri


Periode Pemeriksaan: Dibuat oleh : (Nama ,paraf, dan tanggal pembuatan
KKP)
Direviu oleh : (Nama, paraf, dan tanggal reviu KKP)

Disetujui oleh : (Nama, paraf, dan tgl persetujuan KKP)

CONTOH KERTAS KERJA PENENTUAN AREA KUNCI MENGGUNAKAN RISK ANALYSIS MATRIX (RAM)
Tujuan dari kegiatan pada tahap ini adalah agar pemeriksa dapat mengidentifikasi area-area yang berisiko tinggi yang akan dijadikan fokus pemeriksaan.
Point-point yang ada dalam template KKP ini dapat disesuaikan mengikuti kebutuhan pemeriksa.

PENGENDALIAN LIMBAH INDUSTRI


Risiko SPI Efektivitas SPI/Risiko Mitigasi Prioritas
No. Aktivitas Kegiatan Area
Kepatuhan Ekonomi Efisiensi Efektivitas Peraturan SOP DLL Low Medium High
Kunci
A. Pencegahan
o Perizinan
a.1. Penentuan Komisi
Amdal
a.2. ……
o Sosialisasi
b.1. Penentuan target
sosialisasi
b.2. ……
o Pembagian wewenang
c.1. Penetapan kebijakan
pengelolaan limbah baik
di tingkat pusat maupun
daerah
c.2. ……

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

Risiko SPI Efektivitas SPI/Risiko Mitigasi Prioritas


No. Aktivitas Kegiatan Area
Kepatuhan Ekonomi Efisiensi Efektivitas Peraturan SOP DLL Low Medium High
Kunci
B. Penanggulangan
o Pengawasan
a.1. Verifikasi lapangan
a.2. Evaluasi pelaporan
rutin
a.3. Evaluasi dokumen
limbah
a.4. ….
o Baku mutu
b.1. ….
o Standarisasi
c.1. ….
o Audit lingkungan wajib
d.1. Identifikasi
perusahaan yang wajib
audit
d.2. ….

C. Pemulihan
o Pemulihan
a.1. Perencanaan
pemulihan (reklamasi/
revegetasi/rehabilitasi
lingkungan)
a.2. …..
o Sanksi
b.1. Penentuan dan
penetapan sanksi untuk
memberikan efek jera
b.2. ……

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI


Risiko SPI Efektivitas SPI/Risiko Mitigasi Prioritas
No. Aktivitas Kegiatan Area
Kepatuhan Ekonomi Efisiensi Efektivitas Peraturan SOP DLL Low Medium High
Kunci
A. Reduksi
o House keeping
a.1. ……
o Substitusi
b.1. ……
o Modifikasi proses
c.1. ……

B. Penyimpanan Sementara
o Pengemasan
a.1. Persyaratan pra
pengemasan
a.2. Persyaratan umum
kemasan
a.3. Prinsip pengemasan
a.4 Persyaratan
pengemasan
a.5 Persyaratan
pewadahan limbah B3
dalam tangki
a.6. …….
o Penyimpanan
b.1. Tata cara
penyimpanan kemasan
b.2. Tata cara penempatan
tangki
b.3. Persyaratan bangunan
penyimpanan kemasan
limbah B3
b.4. Persyaratan khusus
bangunan penyimpanan
limbah B3
b.5. Persyaratan lokasi
tempat penyimpanan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

Risiko SPI Efektivitas SPI/Risiko Mitigasi Prioritas


No. Aktivitas Kegiatan Area
Kepatuhan Ekonomi Efisiensi Efektivitas Peraturan SOP DLL Low Medium High
Kunci
limbah B3
C. Pengumpulan
o Persyaratan Lokasi
Pengumpulan
a.1. Luas tanah minimum ±
1 hektar
a.2. Area bebas banjir
a.3. Jarak lokasi
o Persyaratan Bangunan
Pengumpulan
b.1. Dilengkapi sarana
penunjang dan tata ruang
yang tepat
b.2. Khusus menyimpan 1
karakteristik limbah dan
dilengkapi bak penampung
tumpahan limbah
b.3. Dilengkapi peralatan
dan sistem damkar,
pembangkit listrik
cadangan, fasilitas
pertolongan pertama,
peralatan komunikasi,
gudang penyimpanan
peralatan dan
perlengkapan, serta pintu
darurat dan alarm
b.4. Persyaratan bangunan
penyimpanan limbah B3
mudah terbakar
b.5. Persyaratan bangunan
penyimpanan limbah B3
mudah meledak
b.6. Persyaratan bangunan
penyimpanan limbah B3
bersifat korosif atau reaktif
atau beracun
o Fasilitas Tambahan
c.1. Laboratorium
c.2. Fasilitas pencucian
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

Risiko SPI Efektivitas SPI/Risiko Mitigasi Prioritas


No. Aktivitas Kegiatan Area
Kepatuhan Ekonomi Efisiensi Efektivitas Peraturan SOP DLL Low Medium High
Kunci
c.3. Fasilitas untuk
bongkar-muat
c.4. Kolam penampungan
darurat
c.5. Peralatan penanganan
tumpahan

D. Pengangkutan
o Dokumen limbah B3
a.1. …….

E. Pengolahan
o Persyaratan lokasi
pengolahan
a.1. …….
o Persyaratan fasilitas
pengolahan
b.1. Sistem keamanan
fasilitas
b.2. Sistem pencegahan
terhadap kebakaran
b.3. Sistem pencegahan
tumpahan limbah
b.4. Sistem
penanggulangan keadaan
darurat
b.5. Sistem pengujian
peralatan
b.6. Pelatihan karyawan
o Persyaratan penanganan
limbah sebelum diolah
c.1. Persyaratan
penanganan limbah
sebelum diolah
o Persyaratan teknis
pengolahan limbah
d.1. Fisika dan kimia

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

Risiko SPI Efektivitas SPI/Risiko Mitigasi Prioritas


No. Aktivitas Kegiatan Area
Kepatuhan Ekonomi Efisiensi Efektivitas Peraturan SOP DLL Low Medium High
Kunci
d.2. Stabilisasi/solidifikasi
d.3. Insinerasi
o Persyaratan hasil
pengolahan limbah
e.1. …….
o Persyaratan lokasi bekas
pengolahan
f.1. …….

F. Pemanfaatan
o Recovery
a.1. …….
o Reuse
b.1. …….
o Recycle
c.1. …….

G. Penimbunan
o Pemilihan lokasi landfill
a.1. Persyaratan lokasi
landfill
a.2. Persyaratan lokasi
bekas penimbunan limbah
B3
o Persyaratan fasilitas
landfill
b.1. Persyaratan rancang
bangun landfill
b.2. Persyaratan
konstruksi dan instalasi
komponen landfill
b.3. Persyaratan peralatan
dan perlengkapan fasilitas
landfill
o Persyaratan limbah yang
akan ditimbun

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

Risiko SPI Efektivitas SPI/Risiko Mitigasi Prioritas


No. Aktivitas Kegiatan Area
Kepatuhan Ekonomi Efisiensi Efektivitas Peraturan SOP DLL Low Medium High
Kunci
c.1. Perlakuan limbah B3
sebelum ditimbun
c.2. Persyaratan limbah B3
yang dapat ditimbun di
landfill
c.3. Persyaratan untuk
sistem pengolahan lindi
c.4. Persyaratan untuk
sistem pemantauan air
tanah dan air permukaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

LAMPIRAN III.4 : KEPUTUSAN BPK RI


NOMOR : 8/K/I-XIII.2/9/2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat, 10210 Tel: (62-21) 5704395 Ext. 327 Fax: (62-21) 5705372

Indeks KKP No.

Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri


Dibuat oleh : (Nama ,paraf, dan tanggal pembuatan
KKP)
Periode Pemeriksaan: ................. Direviu oleh : (Nama, paraf, dan tanggal reviu KKP)
Disetujui oleh : (Nama, paraf, dan tgl persetujuan KKP)

CONTOH KERTAS KERJA PEMILIHAN AREA KUNCI

Tujuan kegiatan ini adalah menentukan urutan prioritas dari area kunci yang akan dipilih menjadi objek pemeriksaan

PENGENDALIAN LIMBAH INDUSTRI


Faktor Pemilihan
Urutan Kesimpulan
No. Area Kunci Dampak
Risiko Manajemen Signifikansi Auditabilitas Prioritas Dipilih/Tidak
Pemeriksaan

1 Pencegahan:
o ..............
o ..............
2 Penanggulangan:
o ..............
o ..............

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

Faktor Pemilihan
Urutan Kesimpulan
No. Area Kunci Dampak
Risiko Manajemen Signifikansi Auditabilitas Prioritas Dipilih/Tidak
Pemeriksaan

3 Pemulihan:
o ..............
o ..............

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI


Faktor Pemilihan
Urutan Kesimpulan
No. Area Kunci Dampak
Risiko Manajemen Signifikansi Auditabilitas Prioritas Dipilih/Tidak
Pemeriksaan

1 Reduksi:
o ..............
o ..............
2 Penyimpanan
Sementara:
o ..............
o ..............
3 Pengumpulan:
o ..............
o ..............
4 Pengangkutan:
o ..............
o ..............
5 Pengolahan:
o ..............
o ..............
6 Pemanfaatan:
o ..............
o ..............
7 Penimbunan:
o ..............
o ..............

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

LAMPIRAN III.5 : KEPUTUSAN BPK RI


NOMOR : 8/K/I-XIII.2/9/2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat, 10210 Tel: (62-21) 5704395 Ext. 327 Fax: (62-21) 5705372

Indeks KKP No.

Pemeriksaan Atas Pengendalian dan


Pengelolaan Limbah Industri
Dibuat oleh : (Nama ,paraf, dan tanggal pembuatan
KKP)
Periode Pemeriksaan: ............. Direviu oleh : (Nama, paraf, dan tanggal reviu KKP)
Disetujui oleh : (Nama, paraf, dan tgl persetujuan KKP)

CONTOH KERTAS KERJA PENILAIAN ATAS PENGARUH PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN YANG SIGNIFIKAN
Tujuan dari kegiatan pada tahap ini adalah agar pemeriksa dapat mengidentifikasi peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan dari area kunci. Selanjutnya pemeriksa dapat
menganalisis kepatuhan entitas dalam menjalankan peraturan tersebut dan mengidentifikasi sebab dan
akibat apabila terjadi ketidakpatuhan pelaksanaan peraturan.
Hasil penelahaan dokumen dan wawancara dengan manajemen antara lain adalah:
1. ……………………………………………..…………………………………………………
………………………………………..……………………………………………………

2. …………………………………………..……………………………………………………
………………………………………..……………………………………………………

3. …………………………………..……………………………………………………………
………………………………..…………………………………………………………… dst

Petunjuk pengisian:
Hasil telaahan pemeriksa tentang pengaruh peraturan yang signifikan terhadap area kunci antara lain
dapat berisi:
a. Rincian Peraturan perundang-undangan yang secara signifikan mempengaruhi kegiatan operasional
area kunci
b. Pengaruh peraturan perundang-undangan di atas terhadap area kunci yang meliputi kewenangan,
maksud dan tujuan, struktur organisasi dan lain lain.
c. Ada/tidaknya peraturan yang bersifat “abu-abu”, yang menimbulkan interpretasi ganda, sehingga
membuka peluang terjadi penyalahgunaan kewenangan.
d. Peraturan perundang-undangan yang tidak dipatuhi oleh entitas (bila ada).
e. Sebab-sebab terjadinya ketidakpatuhan.
f. Akibat yang ditimbulkan oleh ketidakpatuhan tersebut pada area kunci.
g. Hal-hal penting lain yang dianggap pemeriksa dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

LAMPIRAN III.6 : KEPUTUSAN BPK RI


NOMOR : 8/K/I-XIII.2/9/2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat, 10210 Tel: (62-21) 5704395 Ext. 327 Fax: (62-21) 5705372

CONTOH PEMAHAMAN PENGENDALIAN INTERN ATAS PENGENDALIAN DAN


PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI
Ikhtisar pengujian pengendalian intern atas pengendalian dan pengelolaan limbah industri adalah
sebagai berikut:
• Pemeriksa perlu memahami terlebih dahulu SPI dengan cara menelaah data dan informasi yang
telah diperoleh mengenai pengendalian intern meliputi lingkungan pengendalian, penilaian
risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan yang digunakan
oleh manajemen untuk memberikan jaminan bahwa tujuannya dapat dicapai.
• Selanjutnya, pemeriksa melakukan pengujian sistem pengendalian intern atas kegiatan
pengendalian yang dilakukan pemerintah terhadap industri yang menghasikan limbah, kegiatan
pengelolaan limbah yang dilakukan oleh industri penghasil limbah termasuk limbah B3, kebauan,
serta pemantauan lingkungan yang terkena dampak.
Pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan antara lain dengan prosedur
sebagai berikut:
1. Lingkungan Pengendalian
• Pelajari Peraturan-Peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Perindustrian yang
mengatur mengenai perizinan usaha bagi industri.
• Pelajari Peraturan-Peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
yang mengatur mengenai perizinan pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah industri.
• Pelajari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang mengatur tentang
limbah buangan hasil kegiatan industri.
• Pelajari Peraturan Daerah dan aturan yang dikeluarkan oleh Bapedalda/ Instansi
pengelola lingkungan hidup daerah terkait pengendalian dan pengelolaan limbah
industri.
• Pelajari struktur organisasi dan identifikasi keberadaan unit atau tim pengelola limbah di
dalam struktur organisasi industri tersebut.
• Teliti apakah unit/tim pengelola limbah tersebut telah ditetapkan dan diatur dalam
Peraturan Daerah serta diatur secara lebih rinci tentang tugas pokok dan fungsinya
(tupoksi) dalam Keputusan/Peraturan Kepala Daerah.
• Teliti apakah keberadaan unit/tim pengelola limbah yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah dan Keputusan/Peraturan Kepala Daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan atau juknis yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan.
• Pelajari hubungan organisasi antara unit/tim pengelola limbah dengan unit/instalasi lain
penghasil limbah di lingkungan industri.
• Teliti sebab dan akibat jika keberadaan/struktur organisasi unit/tim pengelola limbah
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang struktur
organisasi, dan rumuskan temuannya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

2. Kebijaksanaan
• Pelajari Rencana Strategi (Renstra) yang memuat Visi, Misi, khususnya tujuan, sasaran,
strategi atau cara mencapai tujuan, kegiatan, dan indikator yang berkaitan dengan
kesehatan lingkungan industri terutama pengelolaan limbah.
• Dapatkan Program dan Kegiatan Penyehatan Lingkungan yang disusun oleh industri
beserta rincian kegiatannya, antara lain : penyehatan bangunan dan ruangan;
penyehatan makanan dan minuman; penyehatan air termasuk kualitasnya; penyehatan
tempat pencucian linen; pengendalian serangga dan tikus; sterilisasi dan desinfeksi;
perlindungan radiasi; penyuluhan kesehatan lingkungan; dan penanganan limbah, dan
limbah cair.
• Pelajari dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang terdiri dari
Kerangka Acuan, Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang wajib dimiliki oleh
industri.
• Pelajari dokumen UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan UPL (Upaya Pemantauan
Lingkungan) yang wajib dimiliki oleh industri.
• Teliti sebab dan akibat jika industri tidak mempunyai AMDAL atau UKL-UPL, selanjutnya
rumuskan temuan dengan cara membandingkan kondisi dengan kriteria atau peraturan
perundang-undangan dari Kementerian Lingkungan Hidup, Bappedal dan/atau
Bappedalda.
• Teliti apakah kegiatan unit/tim pengelola limbah telah terinci dijabarkan dalam Standard
Operating Procedure (SOP) yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur.

3. Perencanaan
• Pelajari dokumen AMDAL, RKL dan RPL, serta menentukan apakah:
1. Terdapat resiko (dampak penting) terhadap lingkungan yang belum diperhitungkan
dalam AMDAL.
2. Terdapat resiko yang telah diperhitungkan dalam AMDAL, namun tidak
teridentifikasi dalam RKL-RPL.
• Pelajari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penyusunan rencana
anggaran dan kegiatan industri, seperti contoh: peraturan mengenai peraturan/juknis
mengenai Pengusulan, Penetapan, dan Tata Cara Pengelolaan Keuangan Unit
Swadana Daerah; Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
beserta perubahannya; dan Pedoman Pengelolaan Barang Daerah;
• Teliti hubungan kerja berkaitan dengan perencanaan, penyusunan dan penetapan
anggaran kegiatan dan pendapatan, antara unit/tim pengelola limbah dengan
unit/bagian yang menjalankan tupoksi Perencanaan dan Anggaran pada industri,
sebelum anggaran kegiatan tersebut ditetapkan menjadi RKA (Rencana Kegiatan
Anggaran), dibahas oleh Panitia Anggaran di Pemerintah Daerah, ditetapkan dengan
Peraturan Daerah dan Peraturan/Keputusan Kepala Daerah, serta dituangkan dalam
DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran).
• Teliti rencana anggaran belanja berkaitan dengan pemeliharaan, pengadaan barang
dan jasa yang berkaitan dengan sarana pengelolaan limbah industri.
• Teliti rencana anggaran pendapatan yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan
limbah yang berasal dari instansi/lembaga penghasil limbah di luar industri.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

4. Prosedur
• Pelajari peraturan atau pedoman berkaitan dengan Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Industri, Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3), dan Pedoman Perizinan Sarana Pengelolaan Limbah.
• Teliti dokumen, gambar situs, dan manual yang memuat spesifikasi sarana
pengolahan limbah seperti Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), alat pembakar
sampah (incinerator), alat/bak penampungan sementara/kontrol, septic-tank, dan
saluran air hujan;
• Teliti apakah Standard Operating Procedures (SOP) pengelolaan limbah sesuai
dengan AMDAL yang terdiri dari Kerangka Acuan, ANDAL, RKL dan RPL serta UKL
dan UPL.
• Teliti SOP atau Prosedur Tetap (Protap) pengelolaan limbah yang menjadi tupoksi
unit/tim pengelola limbah dan telah ditetapkan oleh Direksi industri, seperti contoh
SOP atau Protap:
- Pemisahan jenis limbah;
- Penampungan sementara limbah;
- Penyimpanan limbah sebelum diangkut dan diolah;
- Pengangkutan limbah sampai ke tempat pengolahan dan/atau pemanfaatan
dan/atau penimbunan;
- Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL serta alat pembakar sampah
(Incinerator);
- Pembuangan limbah cair olahan;
- Penyimpanan atau pembuangan debu/dbu incinerator olahan;
- Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3);
- Penanganan keadaan darurat jika terjadi kebakaran, kebocoran, dan banjir;
- Penanganan debit air limbah berlebih (overflow atau debit air limbah lebih besar
dari kapasitas IPAL/septic-tank).
• Teliti dokumen perjanjian, SOP atau Protap pengelolaan limbah oleh/yang berasal dari
instansi/lembaga lain di luar industri seperti: Dinas Lingkungan Hidup, Puskesmas,
dan instansi/lembaga lainnya;
• Teliti sebab dan akibat industri tidak mempunyai Protap pengelolaan limbah atau jika
isi/uraian dalam Protap tersebut tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
selanjutnya rumuskan temuan pemeriksaannya.
5. Pencatatan
• Pelajari SOP atau Protap atas pendokumentasian kegiatan pengolahan limbah industri
setiap hari; dan pendokumentasian penerimaan atau pengiriman limbah dari/ke
instansi/lembaga di luar industri;
• Pelajari catatan atas notulen rapat Direksi, Kepala Bagian/Instalasi/Unit terkait dengan
pengelolaan limbah;
• Peroleh Neraca Limbah B3, dan teliti apakah:
1. Semua limbah B3 telah teridentifikasi dan tercatat;
2. Pencatatan telah dilakukan secara up-to-date;
3. Penyimpanan Limbah B3 tidak melebihi 90 hari.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

• Teliti dokumen pencatatan atau Berita Acara kegiatan pengelolaan limbah dari
kegiatan Pemisahan Jenis Limbah; Penampungan Sementara Limbah; Pengangkutan
Limbah Padat ke Tempat Pembakaran (incinerator); sampai dengan Pengangkutan
Limbah Padat ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA);
• Teliti catatan berupa Berita Acara Pengambilan Sampel oleh tenaga ahli (pihak luar
industri) atau yang dilakukan sendiri oleh tenaga ahli yang dimiliki oleh unit/tim
pengelolaan limbah, untuk pengujian laboratorium atas;
- limbah cair masukan (influent) pada inlet IPAL;
- hasil olahan limbah cair (effluent) pada outlet IPAL;
- limbah olahan IPAL di lokasi saluran pembuangan setelah outlet;
- tingkat kebauan pada fasilitas industri yang paling dekat dengan IPAL;
- debu/abu hasil olahan incinerator;
- emisi cerobong incinerator;
- udara ambien pada fasilitas industri yang paling dekat dengan incinerator
dan/atau sesuai dengan observasi dan pertimbangan professional tenaga ahli;
- limbah cair sebelum disalurkan ke inlet IPAL pada bak penampungan sementara.
• Teliti catatan berupa Berita Acara Penyimpanan atau Pembuangan Hasil Olahan
Limbah yang masih mengandung B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun);
• Teliti catatan harian debit air limbah dan kuantitas limbah padat
• Teliti catatan berupa pernah terjadi keadaan darurat, banjir, kebakaran, kebocoran,
overflow, dan kebauan pada sarana atau instalasi pengelolaan limbah;
• Teliti catatan berupa Berita Acara Pemeliharaan, Perbaikan, Penggantian Komponen
atas Incinerator atau Instalasi atau Sarana Pengolahan Limbah Cair;
• Teliti catatan berupa dokumen pengadaan barang dan jasa berkaitan dengan sarana
pengelolaan limbah;

6. Personalia
• Pelajari Surat Keputusan berupa pengangkatan dan penetapan pejabat dan pegawai
untuk melaksanakan tupoksi pada unit/tim pengelola limbah; peraturan tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Industri yang mengatur kualifikasi pendidikan dan
pengalaman Sumber Daya Manusia yang ditugaskan pada unit/tim pengelola limbah;
serta Peraturan Daerah dan/atau Keputusan/Peraturan Kepala Daerah yang mengatur
Sumber Daya Manusia pada unit/tim pengelola limbah;
• Teliti kualifikasi pengalaman dan pendidikan pejabat yang memimpin unit/tim
pengelola limbah apakah sudah definitif, pelaksana harian/tugas, atau pejabat
sementara;
• Teliti kualifikasi pengalaman dan pendidikan staf/pegawai pada unit/tim pengelola
limbah;
• Analisa jumlah staf/pegawai pengelola limbah dengan beban kerja/kuantitas limbah
yang harus dikelola berdasarkan catatan harian debit air limbah dan kuantitas limbah
padat dan ;
• Analisa sebab dan akibat jika pejabat dan personil tidak memenuhi kualifikasi
pengalaman dan pendidikan serta kuantitas seperti ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan, selanjutnya rumuskan temuan pemeriksaannya;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

7. Pelaporan
• Teliti laporan formal yang disampaikan oleh tenaga ahli laboratorium kepada industri
berkaitan dengan pengujian baku mutu atas:
- limbah cair masukan (influent) pada inlet IPAL;
- hasil olahan limbah cair (effluent) pada outlet IPAL;
- hasil olahan IPAL di lokasi saluran pembuangan;
- tingkat kebauan pada fasilitas industri yang paling dekat dengan IPAL;
- debu/abu hasil olahan incinerator;
- emisi cerobong incinerator;
- udara ambien pada fasilitas industri yang paling dekat dengan incinerator.
• Analisa hasil laporan formal dari uji laboratorium tersebut atas parameter-parameter
yang melebihi baku mutu dan rekomendasi dari tenaga ahli yang harus ditindak lanjuti
oleh industri atas penyimpangan baku yang terjadi;
• Teliti hasil laporan tindak lanjut pihak industri atas rekomendasi tenaga ahli
laboratorium;
• Teliti Laporan Bulanan, Triwulanan, Semesteran dan Tahunan Unit/Tim Pengelola
Limbah yang antara lain memuat:
- Laporan pelaksanaan AMDAL atau UKL dan UPL untuk industri;
- Kegiatan pengelolaan limbah;
- Laporan pemeliharaan dan perbaikan sarana/instalasi pengelola limbah;
- Laporan pengadaan barang dan jasa atas pengelolaan limbah;
- Laporan anggaran dan realisasi kegiatan serta pendapatan yang berkaitan
dengan pengelolaan limbah;
- Laporan kejadian darurat dan luar biasa;
- Laporan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
8. Pengawasan Intern
• Pelajari SOP atau Protap atas Pengawasan Intern terhadap pengelolaan limbah;
• Pelajari hasil pemeriksaan sebelumnya oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) atas pengelolaan limbah industri dan teliti hasil tindak lanjut atas rekomendasi
APIP;
• Analisa tupoksi Satuan Pengawas Intern (SPI) yang dimiliki oleh industri dan teliti
pengawasan intern yang telah dilakukan atas pengelolaan limbah;
• Teliti notulen rapat atau surat edaran dari Direksi industri atas program penyehatan
lingkungan terutama pengelolaan limbah.
• Analisa permasalahan dan kendala-kendala yang dihadapi oleh unit/tim pengelola
limbah dalam melaksanakan tupoksinya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

LAMPIRAN III.7 : KEPUTUSAN BPK RI


NOMOR : 8/K/I-XIII.2/9/2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat, 10210 Tel: (62-21) 5704395 Ext. 327 Fax: (62-21) 5705372

Dalam kaitannya dengan aspek LH, maka pengendalian tidak hanya dilaksanakan oleh Pemerintah,
melainkan juga oleh Pemrakarsa/Penanggung Jawab Kegiatan/Industri dalam hal penanganan terhadap
limbah yang dihasilkan atas kegiatan yang dijalankan. Dengan demikian, langkah pengujian atas SPI
terkait Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri dapat pula dilaksanakan baik terhadap
Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan penentu kebijakan terkait kegiatan yang menghasilkan limbah
industri maupun terhadap industri itu sendiri sebagai pihak yang mempertanggungjawabkan kegiatannya
yang menghasilkan limbah.

CONTOH PENGUJIAN SPI DALAM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN


LIMBAH INDUSTRI OLEH PEMERINTAH (PUSAT DAN DAERAH)
(dengan pendekatan COSO*)

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


1. Lingkungan Pengendalian
a. Integritas dan Nilai Etika (Birokrat dan masyarakat).
(1) Apakah pemerintah telah menyusun dan
menerapkan aturan prilaku dalam pengendalian
kegiatan industri dan pengelolaan limbah industri.
(2) Apakah pemerintah telah memberikan keteladanan
atas pelaksanaan aturan prilaku tersebut di atas
kepada setiap tingkat pimpinan instansi pemerintah.
(3) Apakah pemerintah telah menegakkan tindakan
disiplin yang tepat, atas penyimpangan terhadap
kebijakan/prosedur, atau pelanggaran terhadap
aturan perilaku yang mengganggu efektivitas
pengendalian kegiatan industri dan pengelolaan
limbah industri.
(4) Apakah pemerintah telah menjelaskan dan
mempertanggungjawabkan atas adanya intervensi
atau pengabaian pengendalian intern yang
mengganggu efektivitas pengendalian kegiatan
industri dan pengelolaan limbah industri.
(5) Apakah pemerintah telah memberikan
peluang/godaan untuk berperilaku tidak etis.
b. Komitmen terhadap Kompetensi.
(1) Apakah pemerintah telah mengidentifikasi dan
mendefinisikan kegiatan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas dan fungsi pengendalian
kegiatan industri dan pengelolaan limbah industri.
(2) Apakah pemerintah telah menyusun standar
kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi
pengendalian kegiatan industri dan pengelolaan
limbah industri.
(3) Apakah pemerintah telah menyelenggarakan
pelatihan dan bimbingan terhadap pemeliharaan
atau peningkatan kompetensi dalam pengendalian
kegiatan industri dan pengelolaan limbah industri.
(4) Apakah pemerintah telah memilih jajaran pimpinan
unit yang memiliki kemampuan manajerial dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


pengalaman teknis yang luas dalam pengendalian
kegiatan industri dan pengelolaan limbah industri..
c. Kepemimpinan yang kondusif
(1) Apakah sikap (attitude) pemerintah telah
mempertimbangkan risiko dalam pengambilan
keputusan pengendalian kegiatan industri dan
pengelolaan limbah industri.
(2) Apakah pemerintah telah menerapkan pengendalian
berbasis kinerja dalam pengendalian kegiatan
industri dan pengelolaan limbah industri.
(3) Apakah sikap pemerintah telah bersikap positif dan
mendukung fungsi pengendalian kegiatan industri
dan pengelolaan limbah industri.
(4) Apakah pemerintah telah memperhatikan
perlindungan atas aset dan informasi yang dimiliki
terkait pengendalian kegiatan industri dan
pengelolaan limbah industri.
(5) Apakah pemerintah telah menerapkan interaksi yang
intensif dengan pihak industri.
(6) Apakah pemerintah telah bersikap positif dan
responsif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan
pelanggaran kegiatan industri dan pengelolaan
limbah industri.
d. Pembentukan Struktur Organisasi
(1) Apakah pemerintah telah menyesuaikan
organisasinya dengan kewenangannya dalam
pengendalian kegiatan industri dan pengelolaan
limbah industri.
(2) Apakah pemerintah telah menetapkan secara jelas
wewenang dan tanggung jawab dalam kegiatan
pengendalian kegiatan industri dan pengelolaan
limbah industri.
(3) Apakah pemerintah telah menetapakan secara jelas
hubungan dan jenjang pelaporan atas pengendalian
kegiatan industri dan pengelolaan limbah industri.
(4) Apakah pemerintah telah melaksanakan evaluasi
dan penyesuaian secara periodik terhadap
kebutuhan instansi sehubungan dengan perubahan
lingkungan stratejik.
(5) Apakah pemerintah telah menetapkan jumlah
pegawai yang dibutuhkan dalam pengendalian
kegiatan industri dan pengelolaan limbah industri..
e. Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab
(1) Apakah pemerintah telah mendelegasikan
wewenang kepada instansi/pejabat/pegawai dengan
tepat, sesuai dengan tanggung jawabnya.
(2) Apakah pejabat/pegawai yang ditunjuk, memahami
bahwa wewenang dan tanggung jawab yang
diberikan terkait dengan pihak lain.
(3) Apakah pejabat/pegawai yang ditunjuk, memahami
bahwa pelaksanaan tanggung jawab dan wewenang
terkait dengan penerapan sistem pengendalian
intern.
f. Penyusunan dan Penerapan Kebijakan Pembinaan
Sumber Daya Manusia
(1) Apakah pemerintah telah menetapkan kebijakan dan
prosedur penyediaan kebutuhan pegawai terkait
pengendalian kegiatan industri dan pengelolaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


limbah industri.
(2) Apakah pemerintah telah mempertimbangkan latar
belakang pegawai dalam penyediaan kebutuhan
pegawai untuk pengendalian kegiatan industri dan
pengelolaan limbah industri.
(3) Apakah pejabat pemerintah telah melakukan
supervisi secara periodik yang memadai terhadap
pegawai yang melakukan pengendalian kegiatan
industri dan pengelolaan limbah industri.
g. Pengawasan Intern Pemerintah
(1) Apakah pengawasan pemerintah telah dapat
memberikan keyakinan atas ketaatan dan efektivitas
pencapaian tujuan pengendalian kegiatan industri
dan pengelolaan limbah industri.
(2) Apakah pengawasan telah memberikan peringatan
dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko.
(3) Apakah pengawasan telah dapat memelihara dan
meningkatkan kualitas manajemen pengendalian
kegiatan industri dan pengelolaan limbah industri.

2. Penilaian Risiko
a. Penetapan Tujuan Umum Pengendalian Kegiatan Industri
dan Pengelolaan Limbah Industri
(1) Apakah pemerintah telah menetapkan tujuan
pengendalian kegiatan industri dan pengelolaan
limbah industri yang memuat pernyataan dan arahan
yang spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan
tepat waktu.
(2) Apakah tujuan tersebut dikomunikasikan kepada
pihak industri.
(3) Apakah pemerintah telah menetapkan strategi
operasional yang konsisten untuk mencapai tujuan
tersebut.
(4) Apakah pemerintah telah menetapkan strategi yang
terintegrasi dan rencana penilaian risiko.
(5) Apakah penentuan tujuan tersebut telah berpedoman
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Penetapan Tujuan pada Tingkat Kegiatan
Apakah penetapan tujuan kegiatan yang berhubungan
dengan pengendalian kegiatan industri dan pengelolaan
limbah industri telah:
(1) berasal dan/atau berhubungan dengan tujuan dan
rencana strategis pemerintah.
(2) Saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak
bertentangan satu dengan lainnya.
(3) Relevan dengan seluruh kegiatan utama
pengendalian kegiatan industri dan pengelolaan
limbah industri.
(4) Mengandung unsur kriteria pengukuran.
(5) Didukung sumber daya instansi pemerintah yang
cukup.
(6) Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses
penetapannya.
c. Identifikasi Risiko
Apakah identifikasi risiko telah dilaksanakan dengan:
(1) Menggunakan berbagai metodologi yang sesuai

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


dengan tujuan umum pengendalian kegiatan industri
dan pengelolaan limbah industri, dan tujuan pada
tingkat kegiatan secara komprehensif.
(2) Menggunakan mekanisme yang memadai untuk
mengendalikan risiko dari faktor eksternal dan
internal.
(3) Menilai faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan
risiko yang dihadapi oleh pemerintah.
d. Analisa Risiko
(1) Apakah pemerintah telah melakukan analisa risiko
yang berdampak pada pencapaian tujuan
pengendalian kegiatan industri dan pengelolaan
limbah industri.
(2) Apakah pemerintah telah menetapkan prinsip kehati-
hatian dalam menentukan tingkat risiko yang dapat
diterima.

3. Kegiatan Pengendalian
a. Apakah pemerintah telah melakukan reviu atas kinerja
pengendalian kegiatan industri dan pengelolaan limbah
industri.
b. Apakah pembinaan sumber daya manusia telah
diarahkan secara efektif untuk mencapai tujuan instansi
pemerintah dalam kegiatan pengendalian kegiatan
industri dan pengelolaan limbah industri.
c. Apakah pemerintah telah melakukan pengendalian
terhadap pengelolaan sistem informasi terhadap
pengendalian kegiatan industri dan pengelolaan limbah
industri, agar dapat memastikan akurasi dan kelengkapan
informasi.
d. Apakah pemerintah telah menetapkan dan mereviu
indikator dan ukuran kinerja kegiatan pengendalian
kegiatan industri dan pengelolaan limbah industri.
e. Apakah pemerintah telah menerapkan pemisahan tugas
atau fungsi dalam pengendalian kegiatan industri dan
pengelolaan limbah industri.
f. Apakah pelaksanaan kegiatan dan program telah
diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.
g. Apakah pemerintah telah dilakukan dokumentasi secara
akurat dan tepat waktu.
h. Apakah pemerintah telah menyelenggarakan
dokumentasi pengendalian pengendalian kegiatan
industri dan pengelolaan limbah industri secara tertib.
i. Apakah pemerintah telah melakukan pengawasan intern
atas kegiatan pengendalian kegiatan industri dan
pengelolaan limbah industri.
4. Informasi dan Komunikasi
a. Apakah pemerintah telah melakukan identifikasi,
mencatat, dan mengkomunikasikan informasi yang
berkaitan dengan pengendalian kegiatan industri dan
pengelolaan limbah industri, dalam bentuk dan waktu
yang tepat.
b. Apakah komunikasi atas informasi tersebut telah
diselenggarakan secara efektif, baik komunikasi intern
maupun dengan pihak luar.
c. Apakah pemerintah telah mengelola, mengembangkan,
dan memperbaharui sistem informasi agar kegunaan dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


keandalan informasi meningkat.
d. Apakah pemerintah telah menginformasikan kepada
industri mengenai peraturan dan mengkomunikasikan
pentingnya pengendalian kegiatan industri dan
pengelolaan limbah industri serta dampaknya bagi
masyarakat.

5. Pemantauan
a. Apakah pemerintah telah melakukan pemantauan
terhadap kegiatan industri dan pengelolaan limbah
industri serta dampaknya bagi masyarakat.
b. Apakah pelaksanaan pemantauan tersebut di atas telah
dilaksanakan secara berkelanjutan, dan/atau melalui
evaluasi terpisah, dan/atau melalui penyelesaian tindak
lanjut.

KESIMPULAN:

*) COSO (Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission), merupakan organisasi swasta
sukarela yang didirikan pada tahun 1985 yang ditujukan untuk pengembangan kualitas laporan keuangan melalui
etika bisnis, pengendalian intern yang efektif serta penguasaan perusahaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

LAMPIRAN III.8 : KEPUTUSAN BPK RI


NOMOR : 8/K/I-XIII.2/9/2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat, 10210 Tel: (62-21) 5704395 Ext. 327 Fax: (62-21) 5705372

Indeks No.

Pemeriksaan Atas Pengendalian dan


Pengelolaan Limbah Industri
Dibuat oleh : (Nama ,paraf, dan tanggal pembuatan
KKP)
Periode Pemeriksaan: ………… Direviu oleh : (Nama, paraf, dan tanggal reviu KKP)

Disetujui oleh : (Nama, paraf, dan tgl persetujuan KKP)

CONTOH KERTAS KERJA PENETAPAN OBYEK, TUJUAN DAN LINGKUP


PEMERIKSAAN
Tujuan dari kegiatan “Penetapan Obyek, Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan” adalah memberikan arah
yang jelas pada proses pelaksanaan pemeriksaan sehingga menghindari prosedur-prosedur yang tidak
perlu dan lebih fokus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam tujuan pemeriksaan yang telah
ditetapkan. Dengan demikian pemeriksa akan lebih mudah dalam mengambil keputusan di akhir
pemeriksaan. Point-point yang ada dalam template KKP ini dapat dikembangkan lagi sesuai kebutuhan
pemeriksa di lapangan

Hasil penelahaan dokumen dan wawancara dengan manajemen:

1. Obyek pemeriksaan yang dipilih:


…………………………………………………..…………………………………………………………
………………………………..……………………………………………………………………………
2. Tujuan pemeriksaan:
…………………………………………………..…………………………………………………………
………………………………..……………………………………………………………………………
3. Area kunci yang akan diperiksa:
…………………………………………………..…………………………………………………………
………………………………..……………………………………………………………………………
4. Periode waktu pemeriksaan:
…………………………………………………..…………………………………………………………
………………………………..……………………………………………………………………………
5. Aspek kinerja yang diperiksa:
…………………………………………………..…………………………………………………………
………………………………..……………………………………………………………………………

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

LAMPIRAN III.9 : KEPUTUSAN BPK RI


NOMOR : 8/K/I-XIII.2/9/2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat, 10210 Tel: (62-21) 5704395 Ext. 327 Fax: (62-21) 5705372

Indeks No.

Pemeriksaan Atas Pengendalian dan


Pengelolaan Limbah Industri
Dibuat oleh : (Nama ,paraf, dan tanggal pembuatan
KKP)
Periode Pemeriksaan: ……………. Direviu oleh : (Nama, paraf, dan tanggal reviu KKP)

Disetujui oleh : (Nama, paraf, dan tgl persetujuan KKP)

CONTOH KERTAS KERJA PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSAAN


Tujuan kegiatan pada tahap ”Penetapan Kriteria Pemeriksaan” adalah untuk mendapatkan kriteria
sebagai dasar pembanding apakah praktek-praktek yang dilaksanakan di lapangan (kondisi) telah
mencapai standar yang seharusnya. Point-point yang ada dalam template KKP ini dapat dikembangkan
lagi sesuai kebutuhan pemeriksa di lapangan.

1. Jenis dan sumber penetapan kriteria pemeriksaan :


…………………………………………………..…………………………………………………….……
……………………………………………..…………………………………………………….…………
………………………………………..…………………………………………………….………………
…………………………………..…………………………………………

2. Teknik yang digunakan dalam mengembangkan kriteria:


…………………………………………………..……………………………………………………...……
………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………..…………………………………………………….…………………
………………………………..…………………………………………

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

LAMPIRAN III.10 : KEPUTUSAN BPK RI


NOMOR : 8/K/I-XIII.2/9/2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat, 10210 Tel: (62-21) 5704395 Ext. 327 Fax: (62-21) 5705372

Indeks No.

Pemeriksaan Atas Pengendalian dan


Pengelolaan Limbah Industri
Dibuat oleh : (Nama ,paraf, dan tanggal pembuatan
KKP)
Periode Pemeriksaan: ………… Direviu oleh : (Nama, paraf, dan tanggal reviu KKP)

Disetujui oleh : (Nama, paraf, dan tgl persetujuan KKP)

CONTOH DAFTAR KRITERIA

Sumber Standar Ukuran Tanggapan


No Kelompok Jenis Penjelasan Satuan
Data Kinerja Entitas

………………., …………..

Menyetujui,
Pemeriksa BPK Manajemen Entitas

(Nama Pemeriksa) (Nama Pejabat Entitas)


Jabatan Jabatan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

LAMPIRAN III.11 : KEPUTUSAN BPK RI


NOMOR : 8/K/I-XIII.2/9/2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat, 10210 Tel: (62-21) 5704395 Ext. 327 Fax: (62-21) 5705372

PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS PENGENDALIAN LIMBAH INDUSTRI

Langkah pemeriksaan yang ada dalam template Pengujian Substantif ini dapat dikembangkan lagi sesuai kebutuhan pemeriksa di lapangan.

No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
A. PENCEGAHAN
I. Pertanyaan riset:
Apakah pelaksanaan perizinan terkait limbah industri sudah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan efektif mencegah
pencemaran lingkungan?
1. Sub Pertanyaan Riset:
Apakah pemberian izin terkait limbah industri telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan dan didukung dengan dokumen AMDAL?
a. Dapatkan dan pastikan bahwa industri telah memiliki dokumen AMDAL Dokumen AMDAL
sebelum memperoleh izin terkait limbah industri.
b. Pastikan bahwa proses penyusunan dokumen AMDAL telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 27
tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan.
c. Periksa kelengkapan dokumen AMDAL, meliputi TOR, dokumen ANDAL,
RKL, dan RPL.
d. Teliti apakah penilaian terhadap dokumen AMDAL telah dilakukan oleh SK Penetapan Komisi
Komisi AMDAL (dapatkan data mengenai anggota komisi AMDAL dan AMDAL

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
pastikan bahwa anggota Komisis AMDAL dipilih sesuai ketentuan).
e. Periksa apakah AMDAL efektif memitigasi dampak penting yang
ditimbulkan oleh kegiatan industri.

2. Sub Pertanyaan Riset:


Apakah pemberian izin terkait limbah industri telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan dengan mempertimbangkan rencana tata ruang
provinsi/kabupaten/kota?
a. Dapatkan dokumen rencana tata ruang wilayah provinsi/kabupaten/kota RTRW Prov/Kab/Kota
dimana industri berada. Jika memungkinkan, dapatkan peraturan zonasi. Peraturan zonasi
b. Lakukan wawancara kepada instansi berwenang terkait penerapan
rencana tata ruang wilayah provinsi/kabupaten/kota serta
dokumentasikan wawancara tersebut.
c. Periksa apakah terdapat ijin yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang.
d. Pastikan bahwa instansi berwenang dhi. Bapedalda/Instansi pengelola
lingkungan hidup daerah telah mengeluarkan izin terkait limbah industri
dengan didasarkan pada RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota.
e. Jika memungkinkan gunakan teknologi GIS untuk:
• menilai kesesuaian lokasi industri dengan tata ruang;
• menilai kesesuaian jarak antara areal industri dengan pemukiman
penduduk.

3. Sub Pertanyaan Riset:


Apakah pemberian izin terkait limbah industri telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan dengan memperhatikan kepemilikan Izin Usaha Industri
(IUI) yang dikeluarkan intansi terkait?
a. Dapatkan SK pemberian Izin Usaha Industri yang dikeluarkan oleh SK Izin Usaha Industri
instansi terkait.
b. Pastikan bahwa industri telah memiliki SK IUI sebelum memperoleh izin
terkait limbah industri.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
c. Pastikan bahwa izin terkait limbah industri yang telah diperoleh telah
sesuai dengan SK IUI yang ada.

4. Sub Pertanyaan Riset:


Apakah pemberian izin terkait limbah industri telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan dengan memperhatikan Izin HO/SITU?
a. Dapatkan SK pemberian Izin HO/SITU yang dikeluarkan oleh instansi SK HO/SITU
terkait.
b. Pastikan bahwa industri telah memiliki SK HO/SITU sebelum
memperoleh izin terkait limbah industri.

II. Pertanyaan riset:


Apakah pelaksanaan pengawasan serta tindak lanjut pengawasan
terkait pengendalian limbah industri sudah dilaksanakan secara efisien
dan ekonomis serta sesuai dengan ketentuan dan efektif mencegah
pencemaran lingkungan?
1. Sub Pertanyaan Riset:
Apakah pelaksanaan pengawasan terkait pengendalian limbah industri
telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan efektif mencegah
terjadinya kerusakan atau pencemaran lingkungan?
a. Dapatkan rencana kerja dan rencana strategis yang dimiliki oleh KLH di Renja dan Renstra
tingkat nasional atau Bapedalda/Instansi pengelola lingkungan hidup pengawasan
daerah di tingkat provinsi/kabupaten/ kota terkait pengawasan terhadap
pengendalian limbah industri.
b. Teliti apakah rencana kerja dan rencana strategis tersebut telah meliputi
pengawasan rutin yang dilakukan baik oleh KLH/Bapedalda/Instansi
pengelola lingkungan hidup daerah maupun pihak industri, pengawasan
karena adanya kasus lingkungan, serta pengawasan untuk
pengumpulan barang bukti.
c. Teliti apakah rencana kerja dan rencana strategis tersebut menetapkan
target atau indikator kinerja yang spesifik, dapat diukur, dapat dicapai,
relevan dan mempunyai batasan waktu yang jelas.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
d. Teliti apakah pemerintah mempunyai informasi yang cukup dan
memadai terkait dengan data lingkungan, sosial dan ekonomi dalam
menyusun rencana kerja dan rencana strategis.
e. Dapatkan realisasi rencana kerja dan rencana strategis KLH/
Bapedalda/Instansi pengelola lingkungan hidup daerah. Secara uji petik,
lakukan pengujian apakah implementasinya sesuai dengan rencana dan
target yang diharapkan. Jika tidak diskusikan sebab dan akibat dari
kondisi tersebut.

2. Sub Pertanyaan Riset:


Apakah pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan efisien dan
ekonomis?
a. Dapatkan Standar Anggaran Biaya (SAB) yang berlaku dan Harga SAB, HPS
Perkiraan Sendiri (HPS) terkait kegiatan pengawasan yang dilakukan.
b. Dapatkan dokumen anggaran terkait kegiatan pengawasan serta
bandingkan dokumen anggaran terkait dengan SAB dan HPS yang ada.
c. Analisa apakah pelaksanaan pengawasan telah dilakukan sesuai
dengan standar biaya yang ada.

3. Sub Pertanyaan Riset:


Apakah pelaksanaan tindak lanjut pengawasan terkait pengendalian
limbah industri telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan?
a. Dapatkan rencana kerja dan rencana strategis yang dimiliki oleh KLH di Renja dan Renstra
tingkat nasional atau Bapedalda/Instansi pengelola lingkungan hidup Tindak Lanjut
daerah di tingkat provinsi/kabupaten/ kota terkait tindak lanjut atas Pengawasan
pengawasan terhadap pengendalian limbah industri.
b. Teliti apakah rencana kerja dan rencana strategis tersebut telah meliputi
pembinaan secara teknis, bimbingan, asistensi, dan konsultasi yang
dilakukan baik oleh KLH/ Bapedalda/Instansi pengelola lingkungan hidup
daerah kepada pihak industri.
c. Teliti apakah rencana kerja dan rencana strategis tersebut menetapkan
target atau indikator kinerja yang spesifik, dapat diukur, dapat dicapai,
relevan dan mempunyai batasan waktu yang jelas.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
d. Dapatkan realisasi rencana kerja dan rencana strategis KLH/
Bapedalda/Instansi pengelola lingkungan hidup daerah. Lakukan
pengujian apakah implementasinya sesuai dengan rencana dan target
yang diharapkan. Jika tidak diskusikan sebab dan akibat dari kondisi
tersebut.

B. PENANGGULANGAN
Pertanyaan riset:
Apakah pelaksanaan penanggulangan terkait potensi pencemaran
limbah industri sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan
efektif mencegah terjadinya kerusakan atau pencemaran lingkungan?
1. Sub Pertanyaan Riset:
Apakah pelaksanaan penanggulangan terkait potensi pencemaran limbah
industri sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan
mempertimbangkan baku mutu yang telah ditetapkan.
a. Identifikasi kriteria/baku mutu (air, udara, kebisingan) untuk menilai Ketentuan baku mutu
kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup yang terkait dengan
kegiatan industri.
b. Susun daftar kewajiban industri untuk menanggulangi kerusakan Daftar kewajiban industri
lingkungan akibat limbah yang dihasilkan.
c. Analisis apakah limbah buangan industri tidak melampaui ketentuan
baku mutu yang telah ditetapkan.

2. Sub Pertanyaan Riset:


Apakah pelaksanaan penanggulangan terkait potensi pencemaran limbah
industri sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan
mempertimbangkan persyaratan standardisasi yang telah ditetapkan.
a. Identifikasi jenis-jenis sertifikat standardisasi yang telah diperoleh pihak Sertifikat SNI, ISO
industri terkait pelaksanaan kegiatannya. 14001, dll
b. Analisis apakah pelaksanaan kegiatan industri terkait limbah yang
dihasilkan telah sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan
berdasarkan SNI dan sertifikat standardisasi lain yang dimiliki.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6

3. Sub Pertanyaan Riset:


Apakah pelaksanaan penanggulangan terkait potensi pencemaran limbah
industri sudah dilaksanakan melalui audit lingkungan wajib yang telah
ditetapkan.
a. Identifikasi apakah KLH memiliki rencana kerja dan rencana strategis Renja dan Renstra audit
untuk melakukan audit lingkungan wajib seperti yang diamanatkan oleh lingkungan wajib
UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup.
b. Identifikasi apakah industri pernah melaksanakan audit lingkungan Daftar audit lingkungan
secara voluntary. voluntary
c. Analisa hasil audit lingkungan yang telah dilakukan baik secara voluntary Hasil audit terdahulu
maupun mandatory. Apakah hasil audit tersebut telah ditindaklanjuti oleh
industri dan temuan audit tidak berulang tahun?

C. PEMULIHAN
I. Pertanyaan riset:
Apakah pelaksanaan pemulihan dari pencemaran limbah industri telah
dilakukan oleh industri tersebut sesuai dengan ketentuan?
1. Sub Pertanyaan Riset:
Apakah pelaksanaan perencanaan dan realisasi pemulihan atas
pencemaran limbah industri sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.
a. Teliti apakah perusahaan telah memiliki rencana pemulihan lingkungan Dokumen rencana
serta pelajari rencana pemulihan tersebut. reklamasi
b. Periksa apakah industri telah melaksanakan pemulihan lingkungan
tersebut sesuai dengan ketentuan.
c. Identifikasi peran masing-masing pihak dan sistem pengawasan untuk
memastikan kepatuhan pelaksanaan pemulihan lingkungan.
d. Identifikasikan sistem pelaporan atas pelaksanaan pemulihan
lingkungan, serta pihak-pihak yang memperoleh laporan tersebut.
e. Identifikasikan tindak lanjut atas laporan pelaksanaan pemulihan
lingkungan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
f. Identifikasi unit kerja yang terkait dengan pelaksanaan pemulihan
lingkungan, serta analisa visi, misi dan tujuannya. Peroleh rencana
tahunan pemulihan lingkungan, dan identifikasi wilayah, cakupan
kegiatan dan unsur pelaksananya.
g. Jika memungkinkan gunakan teknologi GIS untuk:
• menentukan sebaran dampak limbah buangan industri;
• menghitung luas areal sebaran limbah (contoh: analisis buffer zone,
daerah dengan radius tertentu, yang kemungkinan terkena asap dari
cerobong pabrik)

2. Sub Pertanyaan Riset:


Apakah penyediaan dana jaminan pemulihan lingkungan dari pencemaran
limbah industri sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.
a. Identifikasi unit kerja di Pemda yang mengelola dana jaminan pemulihan
lingkungan, dan dalam bentuk apa dana jaminan pemulihan lingkungan
tersebut.
b. Teliti apakah seluruh industri telah memiliki jaminan pemulihan
lingkungan
c. Teliti apakah izin pelaksanaan kegiatan industri dikeluarkan tanpa
adanya jaminan pemulihan lingkungan

II. Pertanyaan riset:


Apakah pelaksanaan penegakan hukum terkait pencemaran limbah
industri yang terjadi telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan
efektif mengatasi kerusakan atau pencemaran lingkungan?
Sub Pertanyaan Riset:
Apakah pelaksanaan penegakan hukum terkait pencemaran limbah
industri telah mencakup pemberian sanksi administrasi, pengenaan ganti
rugi, dan pengenaan sanksi pidana?
a. Identifikasi daftar pelanggaran yang pernah dilakukan oleh industri Daftar pelanggaran
terkait pencemaran lingkungan atas limbah industri yang dihasilkan. pencemaran lingkungan
b. Identifikasi jenis sanksi yang pernah dikenakan terhadap industri terkait

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
pencemaran yang terjadi.
c. Identifikasi tindak lanjut yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun
industri atas pengenaan sanksi yang telah dijatuhkan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

Langkah pemeriksaan yang ada dalam template Pengujian Substantif ini dapat dikembangkan lagi sesuai kebutuhan pemeriksa di lapangan.

No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
A. REDUKSI
Pertanyaan riset:
Apakah industri telah melaksanakan proses reduksi terhadap limbah
yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan dan efektif mengurangi
jumlah dan kadar limbah buangan?
1. Sub Pertanyaan Riset:
Apakah pelaksanaan proses reduksi terhadap limbah yang dihasilkan
sudah efektif dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan?
a. Dapatkan aturan terkait atau best practice mengenai proses reduksi atas
limbah hasil kegiatan industri.
b. Teliti apakah industri memiliki program untuk mereduksi limbah yang
dihasilkan atas kegiatannya, meliputi proses house keeping, substitusi,
atau modifikasi proses.
c. Jika industri memiliki program mereduksi limbah buangannya, dapatkan
program tersebut dan analisis kesesuaian program tersebut dengan
ketentuan yang berlaku.

2. Sub Pertanyaan Riset:


Apakah pelaksanaan proses reduksi terhadap limbah yang dihasilkan
efektif mengurangi jumlah dan kadar limbah buangan?
a. Dapatkan data jumlah dan kadar limbah hasil proses industri sebelum
dan sesudah proses reduksi.
b. Analisis efektivitas proses reduksi dengan membandingkan antara
jumlah dan kadar limbah buangan sebelum vs sesudah proses reduksi.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

B. PENYIMPANAN SEMENTARA
Pertanyaan riset:
Apakah industri telah melaksanakan proses penyimpanan sementara
terhadap limbah yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan?
1. Sub Pertanyaan Riset:
Apakah pelaksanaan proses pengemasan terhadap limbah yang dihasilkan
sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan?
a. Dapatkan aturan terkait atau best practice mengenai proses
pengemasan atas limbah hasil kegiatan industri.
b. Analisis kesesuaian proses pengemasan dengan ketentuan yang
berlaku, meliputi persyaratan pra pengemasan, persyaratan umum
pengemasan, prnsip pengemasan, dan pewadahan limbah.

2. Sub Pertanyaan Riset:


Apakah pelaksanaan proses penyimpanan terhadap limbah yang
dihasilkan sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan?
a. Dapatkan aturan terkait atau best practice mengenai proses
penyimpanan atas limbah hasil kegiatan industri.
b. Analisis kesesuaian proses penyimpanan dengan ketentuan yang
berlaku, meliputi tata cara penyimpanan, persyaratan bangunan
penyimpanan, dan persyaratan lokasi tempat penyimpanan limbah.

C. PENGUMPULAN
Pertanyaan riset:
Apakah industri telah melaksanakan proses pengumpulan terhadap
limbah yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan?
1. Sub Pertanyaan Riset:
Apakah persyaratan lokasi pengumpulan terhadap limbah yang dihasilkan
telah sesuai dengan ketentuan?
a. Dapatkan aturan terkait atau best practice mengenai persyaratan lokasi
pengumpulan atas limbah hasil kegiatan industri.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

b. Jika memungkinkan gunakan teknologi GIS untuk menilai luasan areal,


jarak, dan kedekatan lokasi pengumpulan dengan pemukiman
penduduk.
c. Analisis hasil penggunaan teknologi GIS untuk menilai kesesuaian
persyaratan lokasi pengumpulan dengan ketentuan yang berlaku,
meliputi luasan areal, jarak dan kedekatan lokasi dengan pemukiman
masyarakat.

2. Sub Pertanyaan Riset:


Apakah persyaratan bangunan pengumpulan terhadap limbah yang
dihasilkan telah sesuai dengan ketentuan?
a. Dapatkan aturan terkait atau best practice mengenai persyaratan
bangunan pengumpulan dan fasilitas tambahan atas limbah hasil
kegiatan industri.
b. Analisis kesesuaian persyaratan bangunan pengumpulan dan fasilitas
tambahan dengan ketentuan yang berlaku dengan membandingkan sifat
dan komposisi limbah vs karakteristik bangunan.

D. PENGANGKUTAN
Pertanyaan riset:
Apakah industri telah melaksanakan proses pengangkutan terhadap
limbah yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan?
a. Dapatkan aturan terkait atau best practice mengenai proses
pengangkutan atas limbah hasil kegiatan industri.
b. Secara sampling, lakukan cek fisik untuk menilai kondisi alat angkut
yang digunakan untuk proses pengangkutan limbah serta kelengkapan
simbol limbah yang diangkut yang tertera pada alat angkut tersebut.
(Kendala: jadwal pengangkutan)

E. PENGOLAHAN
Pertanyaan riset:
Apakah industri telah melaksanakan proses pengolahan terhadap
limbah yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan?
Sub Pertanyaan Riset:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

Apakah persyaratan lokasi, fasilitas pengolahan, dan teknis pengolahan


terhadap limbah yang dihasilkan telah sesuai dengan ketentuan?
a. Dapatkan aturan terkait atau best practice mengenai persyaratan lokasi
dan fasilitas pengolahan atas limbah hasil kegiatan industri.
b. Dapatkan dokumen terkait karakteristik lokasi dan fasilitas pengolahan
serta analisis kelengkapan sistem keamanan, pencegahan kecelakaan,
penanggulangan keadaan darurat, dll.
c. Dapatkan data mengenai proses teknis pengolahan limbah yang
dilakukan oleh industri dan analisis kesesuaian proses tersebut dengan
ketentuan yang berlaku, meliputi proses fisika dan kimia,
stabilisasi/solidifikasi, insinerasi, dll.
d. Dapatkan laporan berkala atas kualitas limbah sebelum dan setelah
pengolahan dari industri terkait.
e. Lakukan pengujian atas sampel kualitas limbah sebelum dan setelah
pengolahan bersama dengan tenaga ahli independen dan berakreditasi.

F. PEMANFAATAN
Pertanyaan riset:
Apakah industri telah melaksanakan proses pemanfaatan terhadap
limbah yang dihasilkan secara efektif?
a. Dapatkan aturan terkait atau best practice mengenai persyaratan limbah
yang dapat dimanfaatkan.
b. Dapatkan data mengenai proses pemanfaatan limbah yang dihasilkan
oleh industri.
c. Analisis kesesuaian persyaratan limbah yang dapat dimanfaatkan serta
perlakuannya sebelum dimanfaatkan kembali.
d. Analisis efektivitas proses pemanfaatan limbah dengan membandingkan
antara sifat dan karakteristik limbah buangan sebelum pemanfaatan vs
hasil proses pemanfaatan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri

G. PENIMBUNAN
Pertanyaan riset:
Apakah industri telah melaksanakan proses penimbunan terhadap
limbah yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan?
1. Sub Pertanyaan Riset:
Apakah persyaratan lokasi dan fasilitas penimbunan terhadap limbah yang
dihasilkan telah sesuai dengan ketentuan?
a. Dapatkan aturan terkait atau best practice mengenai persyaratan lokasi
dan fasilitas penimbunan atas limbah hasil kegiatan industri.
b. Analisis kesesuaian persyaratan lokasi dan fasilitas penimbunan dengan
ketentuan yang berlaku, meliputi persyaratan lokasi, rancang bangun, dll

2. Sub Pertanyaan Riset:


Apakah persyaratan yang akan ditimbun telah sesuai dengan ketentuan?
a. Dapatkan aturan terkait atau best practice mengenai persyaratan limbah
industri yang dapat ditimbun di landfill.
b. Analisis kesesuaian persyaratan limbah industri yang dapat ditimbun di
landfill serta perlakuan limbah tersebut sebelum penimbunan dengan
ketentuan yang berlaku.

Catatan:
* Diidentifikasi oleh pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Referensi

REFERENSI

1. Aguslin, Yuni Erni. 1998. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PPLIB3 -
PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri Cileungsi - Jawa Barat. Program Pascasarjana -
Program Studi Ilmu Lingkungan.
2. Bapedal Provinsi Kepulauan Riau. 2007. Prosiding Rapat Kerja Teknis Pengelolaan
Lingkungan Hidup Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007, Tema “Upaya Pengendalian
Kerusakan Lingkungan Hidup Di Provinsi Kepulauan Riau”. Bapedal Provinsi Kepulauan Riau,
Tahun Anggaran 2007.
3. Bapedal Provinsi Kepulauan Riau. 2007. Prosiding Rapat Kerja Teknis Pengelolaan
Lingkungan Hidup Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007, Tema “Pengelolaan Kualitas Udara
Di Provinsi Kepulauan Riau”. Bapedal Provinsi Kepulauan Riau, Tahun Anggaran 2007.
4. BPLHD Provinsi Jawa Barat. 2007. West Java Annual State Of The Environment Report 2007.
BPLHD Provinsi Jawa Barat.
5. BPLHD Provinsi Jawa Barat. Petunjuk Pelaksanaan Verifikasi Pengaduan Kasus Pencemaran
dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup. BPLHD Provinsi Jawa Barat.
6. Hamid, Hamrat dan Bambang Pramudyanto. 2007. Pengawasan Industri Dalam Pengendalian
Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Granit.
7. INTOSAI WGEA. Pemeriksaan Terhadap Pengolahan Limbah. 2004 (terjemahan).
8. KLH. 2004. Laporan Akhir: Panduan Evaluasi Teknis dan Format Pelaporan Pengelolaan
Limbah B3. Jakarta: KLH.
9. KLH. 2004. Laporan Akhir: Penyusunan Sistem Informasi Perizinan Pengelolaan Limbah B3
dari Kegiatan Manufaktur, Prasarana, dan Jasa. Jakarta: KLH.
10. KLH. 2007. “Hanya Limbah?” Vol.2/no.2/Juli 2007-Buletin Pengelolaan B3 dan Limbah.
Jakarta: KLH.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Tim Penyusun

TIM PENYUSUN

Daeng M. Nazier
Gudono
Astilda Sinabutar
M. Hairil Anwar
Dwi Sabardiana
Dewi Sukmawati
Setyo Esti Agustini
Widi Prasojo
Rifki Gunawan
Andreas Gultom
Sanggul Hamonangan
Chandra Puspita
Oktarika Ayu Sandha
Hendra Sirait

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

Anda mungkin juga menyukai