TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN
ATAS PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pasal 2
Pemeriksa dan/atau pihak lain wajib menggunakan Juknis Pemeriksaan atas Pengendalian dan
Pengelolaan Limbah Industri sebagai pedoman dalam melaksanakan pemeriksaan dimaksud.
Pasal 3
Pasal 4
Hal-hal yang diatur dalam Juknis Pemeriksaan atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah
Industri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
Pasal 5
Juknis Pemeriksaan atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri merupakan perangkat
lunak pelengkap Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Panduan Manajemen Pemeriksaan, dan
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja.
Pasal 6
A. Ditetapkan di : Jaka
B. rta
C. Pada tanggal : 30
September 2009
202.000/2009
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Singkatan …………………………………………………………………………….. i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………. iii
Daftar Lampiran ……………………………………………………………………………... v
Daftar Gambar ……………………………………………………………………………….. vi
Daftar Tabel …………………………………………………………………………………... vii
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Konsep Dasar Pengendalian Limbah Industri ……………………..…. 14
Gambar 2.2 : Mekanisme Perizinan ………………………….…………………..….… 16
Gambar 2.3 : Mekanisme Pengawasan Perizinan Pengelolaan Limbah B3….….… 19
Gambar 2.4 : Mekanisme Pengawasan terhadap Penghasil Limbah ...................... 20
Gambar 2.5 : Mekanisme Pengawasan terhadap Pengelola Limbah ...................... 20
Gambar 2.6 : Konsep cradle to grave ……………………………………………….… 27
Gambar 2.7 : Konsep cradle to cradle ……………………………………………….… 29
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Dampak yang Ditimbulkan dari Limbah Industri………….…………… 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
01 Karakteristik pembangunan negara-negara berkembang Industrialisasi dan
dampaknya
menempatkan sektor industri sebagai salah satu acuan alternatif
dalam memajukan perekonomian negara. Peran sektor industri
dianggap sangat menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi
negara tersebut, terutama dalam perspektif pembangunan jangka
panjang. Akan tetapi, kalangan industri lebih mengedepankan
kegiatan usahanya untuk mengejar keuntungan daripada berupaya
maksimal mengendalikan limbah industrinya. Akibatnya, aspek
pengendalian limbah industri belum dianggap sebagai persoalan
penting dalam peta kebijakan industri (Syamsuharya Bethan, 2003).
Dengan demikian pembangunan perekonomian melalui industrialisasi
memberikan dampak terhadap lingkungan hidup melalui pencemaran
limbah yang dihasilkannya.
02 Industrialisasi yang terjadi biasanya terpusat di sepanjang Daerah DAS merupakan pusat
industrialisasi
Aliran Sungai (DAS) karena sungai merupakan sumber air bagi
pengoperasian industri dan sarana pembuangan limbah setelah
proses produksi berakhir. Data dalam buku laporan Status Lingkungan
Hidup Indonesia (SLHI) tahun 2006 yang diterbitkan oleh Kementerian
Negara Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa sebanyak 60 DAS di
seluruh Indonesia masuk kategori super prioritas atau dapat diartikan
memprihatinkan.
03 Buruknya kondisi air akibat pembuangan limbah hasil industri ke Dampak pencemaran
DAS
perairan juga berdampak terhadap kualitas dan kuantitas air tanah.
Hal ini berimbas pula pada penurunan kualitas kehidupan masyarakat
yang tinggal di sekitar DAS, yang pada akhirnya juga memberikan
kontribusi terhadap penurunan kualitas lingkungan di daerah pesisir
dimana DAS tersebut berakhir.
04 Selain itu, limbah yang dihasilkan oleh industri seringkali dibuang ke Pembuangan limbah
tanpa pengolahan
media lingkungan lain tanpa ada pengolahan yang tepat dan tidak
memperhatikan baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Sama halnya dengan limbah yang dibuang melalui perairan, limbah
yang langsung dilepas ke udara, misalnya asap dan debu pada
cerobong pabrik, akan mencemari udara yang tentu berdampak pada
kesehatan masyarakat sekitar. Limbah padat yang langsung dibuang
ke tempat pembuangan tanpa ada pemilahan terlebih dahulu juga
dapat membahayakan lingkungan.
05 Kurangnya penanganan terhadap limbah-limbah tersebut dapat Dampak limbah
mengakibatkan pencemaran baik di daratan, perairan, maupun udara.
Pencemaran tersebut membawa risiko kesehatan bagi para pekerja
industri yang bersangkutan maupun masyarakat sekitar.
06 Kondisi tersebut memang sangat ironis mengingat peran penting Penyelenggaraan
pemerintahan
industri dalam perekonomian suatu negara sangatlah besar. Di sisi
lain, pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan, khususnya
pembangunan perekonomian nasional, harus berdasarkan asas
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 1
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab I
C. Lingkup Pembahasan
12 Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Lingkup juknis
Limbah Industri ini digunakan untuk pemeriksaan atas kebijakan dan
program/kegiatan yang ditetapkan baik oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah terkait pengendalian dan pengelolaan limbah
industri serta implementasinya oleh pemerintah pusat, daerah
maupun oleh pihak manajemen industri. Jenis pemeriksaan yang
dilaksanakan dalam petunjuk teknis ini adalah pemeriksaan kinerja
dengan mengedepankan aspek tercapainya kinerja dalam
pengendalian dan pengelolaan lingkungan terkait penanganan limbah
industri dimana pemeriksaan yang dilakukan termasuk menguji
kepatuhan pengendalian dan pengelolaan limbah industri terhadap
ketentuan lingkungan yang berlaku.
D. Dasar Hukum
13 Dasar hukum penyusunan Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Dasar hukum
Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri ini adalah:
1. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4400);
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4654);
3. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4707);
4. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/I-
VIII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang Tata Cara
Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan Naskah Dinas Pada
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
5. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I-
VIII.3/7/2007 tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
6. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/8/2009
tanggal 26 Agustus 2009 tentang Perubahan atas Keputusan
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1/K/I-
XIII.2/2/2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan;
7. Keputusan BPK RI Nomor 09/K/I-XIII.2/7/2008 tanggal 31 Juli
2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Penyusunan atau
Penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan dan Non Pemeriksaan.
E. Sistematika Penulisan
14 Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Sistematika
Limbah Industri disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab II Gambaran Umum Pengendalian dan Pengelolaan Limbah
Industri
Bab III Petunjuk Pemeriksaan
Bab IV Pengendalian dan Keyakinan Mutu
Bab V Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan
Bab VI Penutup
Referensi
Lampiran
BAB II
GAMBARAN UMUM
PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI
D. Kerangka Hukum
01 Pengendalian dan
Pengendalian dan pengelolaan limbah industri, dilakukan berdasarkan pengelolaan limbah
peraturan sebagai berikut: industri dilakukan
berdasarkan peraturan
1. Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan perundang-undangan
yang terdiri atas
Pengelolaan Lingkungan Hidup; undang-undang,
peraturan pemerintah,
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; KEPMEN LH, Kep
Kepala Bappedal,, dan
3. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; peraturan-peraturan
pemerintah/ daerah
4. Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; terkait
5. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
6. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Air;
7. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
8. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
9. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Bahan
Berbahaya dan Beracun;
10. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
11. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2002 tentang Pengelolaan
Limbah Radioaktif;
12. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
13. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN);
14. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 42 Tahun 1994
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan;
15. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak;
16. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
51/MENLH/10/1995 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Industri;
17. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996
tentang Baku Tingkat Kebauan;
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 5
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II
E. Pengertian
02 Istilah-istilah yang biasa digunakan dalam kegiatan pengendalian dan Istilah-istilah terkait
pengendalian dan
pengelolaan limbah industri diantaranya adalah: pengelolaan limbah
industri
1. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan
mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang
memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha
perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari
industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga
dalam bentuk jasa.
2. Limbah adalah hasil buangan dari suatu kegiatan yang juga
merupakan suatu bentuk materi yang menurut jenis dan
kategorinya mempunyai manfaat atau daya perusak untuk
manusia dan lingkungannya.
3. Limbah cair industri adalah limbah dalam bentuk cair yang
dihasilkan oleh kegiatan kawasan industri yang dibuang ke
lingkungan hidup dan diduga dapat menurunkan kualitas
lingkungan hidup.
4. Limbah padat industri yaitu semua limbah yang berbentuk padat
sebagai akibat dari kegiatan industri.
5. Limbah gas industri yaitu semua limbah yang berbentuk gas yang
berasal dari kegiatan pembakaran di industri.
6. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup,
dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahkluk hidup lain.
7. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah instalasi pengolah
limbah cair sebelum disalurkan ke lingkungan bebas.
8. Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah prosedur kimia yang
dapat digunakan untuk mengukur seberapa cepat organisme-
organisme biologis menyerap oksigen di dalam air. BOD dapat
dijadikan alat ukur efektivitas pengolahan limbah cair. Semakin
tinggi nilai BOD mencerminkan tingkat pencemaran air yang tinggi.
9. LD50 adalah dosis atau konsentrasi suatu bahan uji yang
menimbulkan kematian 50% hewan uji.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 7
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II
F. Klasifikasi Industri
03 Klasifikasi industri berdasarkan industri yang dibina Deputi Klasifikasi industri
menurut Deputi
Pencemaran Kementerian Lingkungan Hidup: Pencemaran KLH
1. Industri Manufaktur, terdiri dari:
a. Industri kimia, contoh: pupuk, pestisida, polimer, cat, farmasi;
b. Industri logam, elektronika dan mesin, contoh: perakitan
kendaraan dan mesin, electroplating dan galvanis; dan
c. Aneka industri, contoh: kertas, penyamakan kulit, tekstil,
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 9
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab II
pengawetan kayu.
2. Industri Pertambangan, Energi dan Migas, terdiri dari:
a. Pertambangan mineral dan batubara, contoh: Tambang nikel,
tambang batubara;
b. Pembangkit tenaga listrik, panas bumi dan energi, contoh:
PLTA, PLTU; dan
c. Minyak dan gas, contoh: Kilang minyak dan gas bumi,
Petrokimia.
3. Agro industri, terdiri dari:
a. Peternakan;
b. Perikanan;
c. Perkebunan; dan
d. Holtikultura.
Selain klasifikasi di atas, masih terdapat pengklasifikasian industri
menurut SK Menteri Perindustrian No. 19/M/I/1986. Namun demikian,
juknis ini disusun dengan mengacu pada pengklasifikasian industri
menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
industri;
4. Izin Pengelolaan Limbah Cair (IPLC);
5. Kewajiban reklamasi;
6. Hal-hal lain yang diatur oleh Perda setempat.
Sebelum izin atas industri yang memiliki dampak penting diterbitkan,
entitas yang berwenang dalam mengeluarkan izin wajib menguji
apakah industri telah memiliki dokumen AMDAL atau belum.
Sedangkan bagi industri yang tidak memiliki dampak penting,
dokumen yang diuji adalah UKL dan UPL. Dokumen-dokumen
tersebut diperlukan untuk membantu proses pengambilan keputusan
tentang kelayakan lingkungan hidup dari suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan. Dokumen-dokumen tersebut juga memberikan
informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan.
Mekanisme perizinan secara lengkap dapat dilihat pada gambar
berikut.
Jenis-jenis pengawasan:
1. Pengawasan yang bersifat rutin.
Pengawasan rutin dilakukan oleh pelaku industri sendiri
(swapantau). Swapantau dilakukan untuk memenuhi persyaratan
izin atau peraturan yang ada. Pengawasan jenis ini membutuhkan
kejujuran dari pihak pelaku industri.
2. Pengawasan yang disebabkan karena adanya kasus lingkungan.
Pengawasan kasus lingkungan dilakukan oleh pihak pemerintah
dhi. KLH untuk skala nasional serta Bapedalda/Instansi pengelola
lingkungan hidup daerah untuk skala provinsi/kabupaten/kota
apabila terjadi suatu kasus pencemaran lingkungan yang
diketahui berdasarkan informasi dari masyarakat ataupun dari
hasil pengawasan baik dari pelaku industri maupun pemerintah.
3. Pengawasan tambahan untuk pengumpulan barang bukti.
Pengawasan tambahan untuk pengumpulan barang bukti
dilakukan apabila pemerintah memerlukan bukti-bukti lebih lanjut
tentang adanya pencemaran lingkungan. Pengawasan ini juga
menjadi tanggung jawab KLH untuk skala nasional serta
Bapedalda/Instansi pengelola lingkungan hidup daerah untuk
skala provinsi/kabupaten/kota.
Pengawasan-pengawasan tersebut di atas dilakukan dengan
melakukan verifikasi di lapangan, evaluasi laporan rutin, dan evaluasi
terhadap dokumen limbah (manifest).
Mekanisme pengawasan limbah dilakukan terhadap:
1. Industri penghasil limbah B3.
Industri penghasil limbah meliputi badan usaha yang
menghasilkan limbah B3 dan menyimpan sementara limbah
tersebut di dalam lokasi kegiatannya sebelum limbah tersebut
diserahkan kepada pengumpul atau pengolah limbah B3. Salah
satu contoh industri penghasil limbah adalah industri baja/logam
yang menghasilkan limbah cair berupa minyak pelumas dan
asam-asam yang berasal dari proses pickling untuk
membersihkan bahan plat.
2. Industri pengolah limbah B3.
Industri pengolah limbah meliputi badan usaha yang
mengoperasikan sarana pengolahan limbah B3 termasuk
penimbunan akhir hasil pengolahannya. Salah satu contoh
industri pengolah limbah adalah PT Prasadha Pamunah Limbah
industri (PPLi).
Khusus untuk limbah B3, pengawasan dilakukan pada seluruh lini
industri terkait dimulai dari pengawasan terhadap industri penghasil
limbah sampai dengan pengawasan terhadap industri pengolah
limbah.
Mekanisme pengawasan limbah industri secara lengkap dapat dilihat
pada gambar berikut.
BAB III
PETUNJUK PEMERIKSAAN
A. Petunjuk Umum
01 Pemeriksaan atas pengendalian dan pengelolaan limbah industri Dasar hukum
merupakan pemeriksaan kinerja dengan mengacu kepada: pemeriksaan
Gambar 3.1. Tahapan Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri
Langkah-langkah tersebut dijelaskan dalam petunjuk perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan dalam bab ini, sedangkan untuk
dokumentasi, supervisi, pengendalian, dan peyakinan mutu
pemeriksaan dijelaskan dalam bab berikutnya.
07 1. Pemahaman atas entitas yang diperiksa termasuk isu Pemahaman entitas dapat
masalah diperoleh dari survei
pendahuluan, informasi LHP
Pemahaman atas entitas termasuk isu masalah dapat diperoleh sebelumnya, KKP tahun
sebelumnya, hasil
dari survei pendahuluan atau informasi dalam laporan hasil komunikasi dengan
pemeriksaan sebelumnya, Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) pemeriksa tahun sebelumnya
dan database aplikasi dosir
tahun sebelumnya, hasil komunikasi dengan pemeriksa
sebelumnya, database yang ada pada unit kerja pemeriksaan,
diskusi dengan pihak yang kompeten, reviu peraturan, publikasi,
observasi, dan reviu dokumen.
Berdasarkan pemahaman ini, pemeriksa dapat memperoleh
pengetahuan mengenai kegiatan pokok, identitas, dan data
umum entitas, yang memungkinkan untuk merencanakan dan
melaksanakan pemeriksaan.
Pada tahap pemahaman atas entitas ini, pemeriksa dapat
melakukan dengan dua pendekatan yaitu:
1. Keuangan Negara yang berdampak pada lingkungan.
Pemahaman atas entitas meliputi pemahaman atas
organisasi, kegiatan utama entitas, lingkungan yang
mempengaruhi, pejabat terkait sampai dengan satuan kerja
dan kejadian-kejadian yang berpengaruh terhadap efisiensi
dan efektivitas kegiatan pengendalian dan pengelolaan
limbah industri.
2. Pengelolaan lingkungan yang dapat berdampak pada
pengelolaan Keuangan Negara.
Pemahaman dapat dilakukan pemeriksa melalui
pemahaman atas kegiatan pengendalian dan pengelolaan
limbah industri, organisasi atau entitas terkait, peran dan
hubungan masing-masing pihak.
Pemahaman tersebut harus didokumentasikan dalam KKP.
Contoh dokumentasi pemahaman pemeriksa atas entitas dan
identifikasi masalah dapat dilihat pada lampiran III.1.
Hasil pemahaman atas entitas bermanfaat untuk langkah
pemahaman atas sistem pengendalian intern dan penilaian
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 33
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab III
risiko.
Pemeriksa harus memantau tindak lanjut atas laporan hasil
pemeriksaan pengendalian dan pengelolaan limbah industri
yang dilaksanakan oleh BPK-RI tahun-tahun sebelumnya.
Pemantauan tersebut meliputi tindak lanjut rekomendasi yang
diberikan terkait dengan tindakan perbaikan atas kinerja
(ekonomi, efisiensi dan efektivitas) kegiatan pengendalian dan
pengelolaan limbah industri, efektivitas sistem pengendalian
intern, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan.
Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan
sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi temuan yang
secara signifikan berpengaruh terhadap tujuan pemeriksaan
yang sedang dilaksanakan sebagai bagian dari pemahaman
entitas. Pemeriksa harus memperoleh informasi dari entitas
yang diperiksa untuk mengidentifikasi pemeriksaan keuangan,
pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu
yang sebelumnya telah dilaksanakan dan berkaitan dengan
tujuan pemeriksaan yang sedang dilaksanakan. Hal ini
dilakukan untuk mengidentifikasi langkah koreksi yang berkaitan
dengan temuan dan rekomendasi signifikan.
Pemeriksa harus meneliti pengaruh tindak lanjut terhadap
pengendalian dan pengelolaan yang diperiksa. Hal ini terkait
dengan kemungkinan temuan-temuan pemeriksaan yang
berulang dan meyakinkan bahwa pekerjaan pemeriksaan telah
memberikan manfaat.
Pemahaman atas program tersebut meliputi pemahaman atas
peraturan perundang-undangan, maksud dan tujuan
dilaksanakannya program, input, operasi program yang
digunakan oleh entitas, output, outcome dan pengendalian
intern.
Contoh dokumentasi terkait pemantauan atas tindak lanjut hasil
pemeriksaan sebelumnya dapat dilihat dalam lampiran III.2.
08 2. Penentuan Area Kunci melalui Identifikasi Resiko, Identifikasi risiko dilakukan
untuk memahami risiko yang
Pemahaman, dan Pengujian SPI ditimbulkan dari aktivitas
pengelolaan limbah
Dalam menentukan area kunci, pemeriksa perlu melakukan
analisa risiko, signifikansi, dampak, dan auditabilitas. Cara
penentuan area kunci dijelaskan dalam juknis penentuan area
kunci.
Sub bab ini akan menjelaskan pemahaman dan penilaian risiko
sebagai bagian dari penentuan area kunci.
Pemahaman dan penilaian risiko dilakukan dengan
mengidentifikasi risiko yang ditimbulkan dari aktivitas
pengendalian dan pengelolaan limbah industri yang dipakai
sebagai pendekatan pengujian pengendalian. Area-area di
dalam pengendalian dan pengelolaan limbah industri yang
berpotensi memiliki risiko meliputi proses perencanaan dhi.
perizinan, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan,
pengolahan, pemanfaatan, dan penimbunan, serta pembinaan,
pemantauan, pengawasan, dan penegakan hukum. Risiko-risiko
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 34
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab III
lebih lanjut.
Pengujian pengendalian meliputi pengujian terhadap unsur-
unsur pengendalian pada entitas yang mengawasi kegiatan
pengelolaan limbah yang juga dikaitkan dengan pengendalian
entitas pengelola limbah secara keseluruhan. Contoh pengujian
pengendalian intern atas pengendalian dan pengelolaan limbah
industri dapat dilihat pada lampiran III.7.
09 3. Penentuan Tujuan, Sasaran dan Lingkup Pemeriksaan
Sesuai dengan area kunci yang telah ditentukan, maka
pemeriksa menentukan tujuan pemeriksaan atas pengendalian
dan pengelolaan limbah industri, misalnya untuk:
a. Menilai ekonomi, efisiensi dan efektivitas keberhasilan atau
pencapaian tujuan pengendalian dan pengelolaan limbah
industri sebagai berikut:
1) Tercapainya upaya pengendalian pencemaran melalui
upaya pengendalian terhadap kegiatan industri dan
pengelolaan limbahnya.
2) Terwujudnya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi
yang optimal dalam penyelenggaraan pengendalian
pencemaran.
b. Menilai kepatuhan entitas terkait terhadap peraturan
perundang-undangan dalam mengendalikan dan mengelola
limbah industri.
c. Menilai apakah pengendalian intern atas pengendalian dan
pengelolaan limbah industri telah didesain secara memadai
dan dapat diandalkan
Lingkup pemeriksaan merupakan batasan dari suatu
pemeriksaan. Lingkup pemeriksaan memberikan batasan
bidang atau kegiatan yang akan diperiksa, periode waktu yang
akan diperiksa, lokasi yang akan dikunjungi, dokumen yang
diuji, dan jenis kajian yang akan digunakan untuk menopang
kesimpulan, serta sampel yang akan diuji. Penentuan lingkup
pemeriksaan ditentukan dari keandalan sistem pengendalian
intern. Lingkup pemeriksaan disesuaikan dengan hasil telaah
atas langkah-langkah sebelumnya.
Contoh dokumentasi penetapan objek, tujuan, dan lingkup
pemeriksaan dapat dilihat dalam lampiran III.8.
Penentuan pengambilan sampel merupakan bagian dari
penentuan lingkup pemeriksaan atas pengendalian dan
pengelolaan limbah industri. Penentuan sampel ini dilakukan
untuk menguji apakah hasil pengelolaan limbah telah sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan terkait yang
menetapkan baku mutu parameter yang diuji.
Pengujian laboratorium yang akan dilakukan saat pelaksanaan
pemeriksaan, antara lain:
a. limbah B3;
b. limbah cair masukan (influent) pada inlet instalasi
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 36
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri Bab III
BAB IV
PENGENDALIAN DAN KEYAKINAN MUTU
01 SPKN dalam pernyataan standar umum keempat mensyaratkan bagi Pernyataan SPKN
tentang Sistem
setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan untuk Pengendalian Mutu
memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai, dan Sistem (SPM)
Pengendalian Mutu (SPM) tersebut harus direviu oleh pihak lain yang
kompeten.
02 Untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa SPM tersebut Sistem Pemerolehan
Keyakinan Mutu (SKM)
telah mengatur seluruh unsur pengendalian mutu yang diperlukan dan
telah dilaksanakan secara konsisten, BPK menetapkan dan
menyelenggarakan Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu (SPKM) atau
quality assurance system.
03 Terkait dengan hal tersebut, dalam rangka pemeriksaan atas Latar belakang SPM dan
SPKM
pengendalian dan pengelolaan limbah industri dibutuhkan adanya
suatu pengendalian dan keyakinan mutu sehingga diperoleh keyakinan
yang memadai bahwa pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan dan standar yang ditetapkan.
04 Petunjuk Teknis Pemeriksaan atas Pengendalian dan Pengelolaan Juklak SPKM
Limbah Industri ini tidak mengatur hal-hal teknis terkait pemerolehan
keyakinan mutu. Proses pelaksanaan pemerolehan keyakinan mutu
atas pemeriksaan pengendalian dan pengelolaan limbah industri dapat
merujuk kepada Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Sistem Pemerolehan
Keyakinan Mutu.
BAB V
PEMANTAUAN TINDAK LANJUT
HASIL PEMERIKSAAN
01 Tindak lanjut hasil pemeriksaan dilakukan oleh pimpinan entitas yang Tindak lanjut oleh
manajemen entitas yang
diperiksa dan/atau pihak lain yang kompeten untuk melaksanakan diperiksa
rekomendasi hasil pemeriksaan. Pimpinan entitas yang diperiksa
menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK atas pengendalian dan
pengelolaan limbah industri dan memberikan jawaban atau penjelasan
mengenai tindak lanjut tersebut paling lambat 60 (enam puluh) hari
sejak LHP tersebut diterima.
02 Pemeriksa memantau tindak lanjut hasil pemeriksaan. Pemantauan Pemeriksa memantau
tindak lanjut hasil
tersebut dilakukan setelah menerima jawaban atau penjelasan pemeriksaan
dimaksud atau pada saat pemeriksaan yang akan datang seperti
diungkapkan dalam petunjuk perencanaan pemeriksaan. Tidak ada
batasan tahun LHP yang ditindaklanjuti. Selama temuan belum
ditindaklanjuti, pemeriksa perlu terus memantau tindak lanjut. Hasil
pemantauan setelah menerima jawaban atau penjelasan tersebut
disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD. Hasil pemantauan dalam
pemeriksaan digunakan untuk pengembangan prosedur pemeriksaan
selanjutnya.
03 Pemantauan tindak lanjut tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan, Kegiatan pemantauan
tindak lanjut
antara lain: (1) memberitahukan secara tertulis kewajiban tindak lanjut
tersebut kepada manajemen entitas yang diperiksa, (2) mereviu atas
jawaban atau penjelasan dari manajemen entitas yang diperiksa, (3)
melaporkan pemantauan tindak lanjut, dan (4) melakukan pemantauan
tindak lanjut pada saat pemeriksaan.
04 Petunjuk teknis pemeriksaan ini tidak mengatur hal-hal teknis terkait Ketentuan PMP dan
juknis terkait mekanisme
pemantauan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan pengendalian dan pemantauan tindak
pengelolaan limbah industri. Mekanisme pelaksanaan pemantauan lanjut hasil pemeriksaan
tindak lanjut atas hasil pemeriksaan pengendalian dan pengelolaan
limbah industri dapat merujuk kepada ketentuan PMP mengenai
Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan serta Juknis
Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan.
BAB VI
PENUTUP
Tujuan dari kegiatan pada tahap ini adalah agar pemeriksa dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada
pada entitas sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan tahap perencanaan selanjutnya, dengan tetap
berpegang pada renstra BPK tentang pemeriksaan kinerja. Point-point yang ada dalam template KKP ini
dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan pemeriksa di lapangan.
2. Misi entitas
……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………
3. Tujuan entitas
……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………
10. Key Performance Indicator yang digunakan oleh entitas dalam menilai kinerja
……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………
11. Ringkasan hasil reviu atas peraturan perundang-undangan yang relevan dengan tupoksi
entitas
……………………………………………………..……………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………………………
1. Lembaga Pelaksana
a. Apakah ada instansi/lembaga terkait
pengendalian pencemaran.
b. Apakah kedudukan instansi/lembaga
terkait telah diperkuat dengan peraturan
perundang-undangan.
c. Apakah instansi/lembaga tersebut
berkedudukan di pemerintah
pusat/pemerintah daerah.
d. Apakah instansi/lembaga tersebut
memiliki wewenang atau bertanggung
jawab atas pengendalian pencemaran.
e. Apakah tugas, pokok, dan fungsi
instansi/lembaga tersebut telah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
f. Apakah tugas, pokok, dan fungsi
instansi/lembaga terkait telah mencakup
aspek pengendalian (pencegahan,
penanggulangan, dan pemulihan) atas
pencemaran.
g. Apakah instansi/lembaga terkait
menyerahkan pelaksanaan tugas
pengendalian pencemaran kepada
instansi/lembaga lain yang independen.
2. Penetapan Prioritas
a. Apakah instansi/lembaga telah
menetapkan prioritas kegiatan terkait
pengendalian pencemaran limbah.
b. Apakah instansi/lembaga memiliki
prosedur atau standar penetapan
prioritas.
CONTOH KERTAS KERJA PENENTUAN AREA KUNCI MENGGUNAKAN RISK ANALYSIS MATRIX (RAM)
Tujuan dari kegiatan pada tahap ini adalah agar pemeriksa dapat mengidentifikasi area-area yang berisiko tinggi yang akan dijadikan fokus pemeriksaan.
Point-point yang ada dalam template KKP ini dapat disesuaikan mengikuti kebutuhan pemeriksa.
C. Pemulihan
o Pemulihan
a.1. Perencanaan
pemulihan (reklamasi/
revegetasi/rehabilitasi
lingkungan)
a.2. …..
o Sanksi
b.1. Penentuan dan
penetapan sanksi untuk
memberikan efek jera
b.2. ……
B. Penyimpanan Sementara
o Pengemasan
a.1. Persyaratan pra
pengemasan
a.2. Persyaratan umum
kemasan
a.3. Prinsip pengemasan
a.4 Persyaratan
pengemasan
a.5 Persyaratan
pewadahan limbah B3
dalam tangki
a.6. …….
o Penyimpanan
b.1. Tata cara
penyimpanan kemasan
b.2. Tata cara penempatan
tangki
b.3. Persyaratan bangunan
penyimpanan kemasan
limbah B3
b.4. Persyaratan khusus
bangunan penyimpanan
limbah B3
b.5. Persyaratan lokasi
tempat penyimpanan
D. Pengangkutan
o Dokumen limbah B3
a.1. …….
E. Pengolahan
o Persyaratan lokasi
pengolahan
a.1. …….
o Persyaratan fasilitas
pengolahan
b.1. Sistem keamanan
fasilitas
b.2. Sistem pencegahan
terhadap kebakaran
b.3. Sistem pencegahan
tumpahan limbah
b.4. Sistem
penanggulangan keadaan
darurat
b.5. Sistem pengujian
peralatan
b.6. Pelatihan karyawan
o Persyaratan penanganan
limbah sebelum diolah
c.1. Persyaratan
penanganan limbah
sebelum diolah
o Persyaratan teknis
pengolahan limbah
d.1. Fisika dan kimia
F. Pemanfaatan
o Recovery
a.1. …….
o Reuse
b.1. …….
o Recycle
c.1. …….
G. Penimbunan
o Pemilihan lokasi landfill
a.1. Persyaratan lokasi
landfill
a.2. Persyaratan lokasi
bekas penimbunan limbah
B3
o Persyaratan fasilitas
landfill
b.1. Persyaratan rancang
bangun landfill
b.2. Persyaratan
konstruksi dan instalasi
komponen landfill
b.3. Persyaratan peralatan
dan perlengkapan fasilitas
landfill
o Persyaratan limbah yang
akan ditimbun
Tujuan kegiatan ini adalah menentukan urutan prioritas dari area kunci yang akan dipilih menjadi objek pemeriksaan
1 Pencegahan:
o ..............
o ..............
2 Penanggulangan:
o ..............
o ..............
Faktor Pemilihan
Urutan Kesimpulan
No. Area Kunci Dampak
Risiko Manajemen Signifikansi Auditabilitas Prioritas Dipilih/Tidak
Pemeriksaan
3 Pemulihan:
o ..............
o ..............
1 Reduksi:
o ..............
o ..............
2 Penyimpanan
Sementara:
o ..............
o ..............
3 Pengumpulan:
o ..............
o ..............
4 Pengangkutan:
o ..............
o ..............
5 Pengolahan:
o ..............
o ..............
6 Pemanfaatan:
o ..............
o ..............
7 Penimbunan:
o ..............
o ..............
2. …………………………………………..……………………………………………………
………………………………………..……………………………………………………
3. …………………………………..……………………………………………………………
………………………………..…………………………………………………………… dst
Petunjuk pengisian:
Hasil telaahan pemeriksa tentang pengaruh peraturan yang signifikan terhadap area kunci antara lain
dapat berisi:
a. Rincian Peraturan perundang-undangan yang secara signifikan mempengaruhi kegiatan operasional
area kunci
b. Pengaruh peraturan perundang-undangan di atas terhadap area kunci yang meliputi kewenangan,
maksud dan tujuan, struktur organisasi dan lain lain.
c. Ada/tidaknya peraturan yang bersifat “abu-abu”, yang menimbulkan interpretasi ganda, sehingga
membuka peluang terjadi penyalahgunaan kewenangan.
d. Peraturan perundang-undangan yang tidak dipatuhi oleh entitas (bila ada).
e. Sebab-sebab terjadinya ketidakpatuhan.
f. Akibat yang ditimbulkan oleh ketidakpatuhan tersebut pada area kunci.
g. Hal-hal penting lain yang dianggap pemeriksa dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
2. Kebijaksanaan
• Pelajari Rencana Strategi (Renstra) yang memuat Visi, Misi, khususnya tujuan, sasaran,
strategi atau cara mencapai tujuan, kegiatan, dan indikator yang berkaitan dengan
kesehatan lingkungan industri terutama pengelolaan limbah.
• Dapatkan Program dan Kegiatan Penyehatan Lingkungan yang disusun oleh industri
beserta rincian kegiatannya, antara lain : penyehatan bangunan dan ruangan;
penyehatan makanan dan minuman; penyehatan air termasuk kualitasnya; penyehatan
tempat pencucian linen; pengendalian serangga dan tikus; sterilisasi dan desinfeksi;
perlindungan radiasi; penyuluhan kesehatan lingkungan; dan penanganan limbah, dan
limbah cair.
• Pelajari dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang terdiri dari
Kerangka Acuan, Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang wajib dimiliki oleh
industri.
• Pelajari dokumen UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan UPL (Upaya Pemantauan
Lingkungan) yang wajib dimiliki oleh industri.
• Teliti sebab dan akibat jika industri tidak mempunyai AMDAL atau UKL-UPL, selanjutnya
rumuskan temuan dengan cara membandingkan kondisi dengan kriteria atau peraturan
perundang-undangan dari Kementerian Lingkungan Hidup, Bappedal dan/atau
Bappedalda.
• Teliti apakah kegiatan unit/tim pengelola limbah telah terinci dijabarkan dalam Standard
Operating Procedure (SOP) yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur.
3. Perencanaan
• Pelajari dokumen AMDAL, RKL dan RPL, serta menentukan apakah:
1. Terdapat resiko (dampak penting) terhadap lingkungan yang belum diperhitungkan
dalam AMDAL.
2. Terdapat resiko yang telah diperhitungkan dalam AMDAL, namun tidak
teridentifikasi dalam RKL-RPL.
• Pelajari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penyusunan rencana
anggaran dan kegiatan industri, seperti contoh: peraturan mengenai peraturan/juknis
mengenai Pengusulan, Penetapan, dan Tata Cara Pengelolaan Keuangan Unit
Swadana Daerah; Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
beserta perubahannya; dan Pedoman Pengelolaan Barang Daerah;
• Teliti hubungan kerja berkaitan dengan perencanaan, penyusunan dan penetapan
anggaran kegiatan dan pendapatan, antara unit/tim pengelola limbah dengan
unit/bagian yang menjalankan tupoksi Perencanaan dan Anggaran pada industri,
sebelum anggaran kegiatan tersebut ditetapkan menjadi RKA (Rencana Kegiatan
Anggaran), dibahas oleh Panitia Anggaran di Pemerintah Daerah, ditetapkan dengan
Peraturan Daerah dan Peraturan/Keputusan Kepala Daerah, serta dituangkan dalam
DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran).
• Teliti rencana anggaran belanja berkaitan dengan pemeliharaan, pengadaan barang
dan jasa yang berkaitan dengan sarana pengelolaan limbah industri.
• Teliti rencana anggaran pendapatan yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan
limbah yang berasal dari instansi/lembaga penghasil limbah di luar industri.
4. Prosedur
• Pelajari peraturan atau pedoman berkaitan dengan Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Industri, Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3), dan Pedoman Perizinan Sarana Pengelolaan Limbah.
• Teliti dokumen, gambar situs, dan manual yang memuat spesifikasi sarana
pengolahan limbah seperti Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), alat pembakar
sampah (incinerator), alat/bak penampungan sementara/kontrol, septic-tank, dan
saluran air hujan;
• Teliti apakah Standard Operating Procedures (SOP) pengelolaan limbah sesuai
dengan AMDAL yang terdiri dari Kerangka Acuan, ANDAL, RKL dan RPL serta UKL
dan UPL.
• Teliti SOP atau Prosedur Tetap (Protap) pengelolaan limbah yang menjadi tupoksi
unit/tim pengelola limbah dan telah ditetapkan oleh Direksi industri, seperti contoh
SOP atau Protap:
- Pemisahan jenis limbah;
- Penampungan sementara limbah;
- Penyimpanan limbah sebelum diangkut dan diolah;
- Pengangkutan limbah sampai ke tempat pengolahan dan/atau pemanfaatan
dan/atau penimbunan;
- Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL serta alat pembakar sampah
(Incinerator);
- Pembuangan limbah cair olahan;
- Penyimpanan atau pembuangan debu/dbu incinerator olahan;
- Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3);
- Penanganan keadaan darurat jika terjadi kebakaran, kebocoran, dan banjir;
- Penanganan debit air limbah berlebih (overflow atau debit air limbah lebih besar
dari kapasitas IPAL/septic-tank).
• Teliti dokumen perjanjian, SOP atau Protap pengelolaan limbah oleh/yang berasal dari
instansi/lembaga lain di luar industri seperti: Dinas Lingkungan Hidup, Puskesmas,
dan instansi/lembaga lainnya;
• Teliti sebab dan akibat industri tidak mempunyai Protap pengelolaan limbah atau jika
isi/uraian dalam Protap tersebut tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
selanjutnya rumuskan temuan pemeriksaannya.
5. Pencatatan
• Pelajari SOP atau Protap atas pendokumentasian kegiatan pengolahan limbah industri
setiap hari; dan pendokumentasian penerimaan atau pengiriman limbah dari/ke
instansi/lembaga di luar industri;
• Pelajari catatan atas notulen rapat Direksi, Kepala Bagian/Instalasi/Unit terkait dengan
pengelolaan limbah;
• Peroleh Neraca Limbah B3, dan teliti apakah:
1. Semua limbah B3 telah teridentifikasi dan tercatat;
2. Pencatatan telah dilakukan secara up-to-date;
3. Penyimpanan Limbah B3 tidak melebihi 90 hari.
• Teliti dokumen pencatatan atau Berita Acara kegiatan pengelolaan limbah dari
kegiatan Pemisahan Jenis Limbah; Penampungan Sementara Limbah; Pengangkutan
Limbah Padat ke Tempat Pembakaran (incinerator); sampai dengan Pengangkutan
Limbah Padat ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA);
• Teliti catatan berupa Berita Acara Pengambilan Sampel oleh tenaga ahli (pihak luar
industri) atau yang dilakukan sendiri oleh tenaga ahli yang dimiliki oleh unit/tim
pengelolaan limbah, untuk pengujian laboratorium atas;
- limbah cair masukan (influent) pada inlet IPAL;
- hasil olahan limbah cair (effluent) pada outlet IPAL;
- limbah olahan IPAL di lokasi saluran pembuangan setelah outlet;
- tingkat kebauan pada fasilitas industri yang paling dekat dengan IPAL;
- debu/abu hasil olahan incinerator;
- emisi cerobong incinerator;
- udara ambien pada fasilitas industri yang paling dekat dengan incinerator
dan/atau sesuai dengan observasi dan pertimbangan professional tenaga ahli;
- limbah cair sebelum disalurkan ke inlet IPAL pada bak penampungan sementara.
• Teliti catatan berupa Berita Acara Penyimpanan atau Pembuangan Hasil Olahan
Limbah yang masih mengandung B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun);
• Teliti catatan harian debit air limbah dan kuantitas limbah padat
• Teliti catatan berupa pernah terjadi keadaan darurat, banjir, kebakaran, kebocoran,
overflow, dan kebauan pada sarana atau instalasi pengelolaan limbah;
• Teliti catatan berupa Berita Acara Pemeliharaan, Perbaikan, Penggantian Komponen
atas Incinerator atau Instalasi atau Sarana Pengolahan Limbah Cair;
• Teliti catatan berupa dokumen pengadaan barang dan jasa berkaitan dengan sarana
pengelolaan limbah;
6. Personalia
• Pelajari Surat Keputusan berupa pengangkatan dan penetapan pejabat dan pegawai
untuk melaksanakan tupoksi pada unit/tim pengelola limbah; peraturan tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Industri yang mengatur kualifikasi pendidikan dan
pengalaman Sumber Daya Manusia yang ditugaskan pada unit/tim pengelola limbah;
serta Peraturan Daerah dan/atau Keputusan/Peraturan Kepala Daerah yang mengatur
Sumber Daya Manusia pada unit/tim pengelola limbah;
• Teliti kualifikasi pengalaman dan pendidikan pejabat yang memimpin unit/tim
pengelola limbah apakah sudah definitif, pelaksana harian/tugas, atau pejabat
sementara;
• Teliti kualifikasi pengalaman dan pendidikan staf/pegawai pada unit/tim pengelola
limbah;
• Analisa jumlah staf/pegawai pengelola limbah dengan beban kerja/kuantitas limbah
yang harus dikelola berdasarkan catatan harian debit air limbah dan kuantitas limbah
padat dan ;
• Analisa sebab dan akibat jika pejabat dan personil tidak memenuhi kualifikasi
pengalaman dan pendidikan serta kuantitas seperti ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan, selanjutnya rumuskan temuan pemeriksaannya;
7. Pelaporan
• Teliti laporan formal yang disampaikan oleh tenaga ahli laboratorium kepada industri
berkaitan dengan pengujian baku mutu atas:
- limbah cair masukan (influent) pada inlet IPAL;
- hasil olahan limbah cair (effluent) pada outlet IPAL;
- hasil olahan IPAL di lokasi saluran pembuangan;
- tingkat kebauan pada fasilitas industri yang paling dekat dengan IPAL;
- debu/abu hasil olahan incinerator;
- emisi cerobong incinerator;
- udara ambien pada fasilitas industri yang paling dekat dengan incinerator.
• Analisa hasil laporan formal dari uji laboratorium tersebut atas parameter-parameter
yang melebihi baku mutu dan rekomendasi dari tenaga ahli yang harus ditindak lanjuti
oleh industri atas penyimpangan baku yang terjadi;
• Teliti hasil laporan tindak lanjut pihak industri atas rekomendasi tenaga ahli
laboratorium;
• Teliti Laporan Bulanan, Triwulanan, Semesteran dan Tahunan Unit/Tim Pengelola
Limbah yang antara lain memuat:
- Laporan pelaksanaan AMDAL atau UKL dan UPL untuk industri;
- Kegiatan pengelolaan limbah;
- Laporan pemeliharaan dan perbaikan sarana/instalasi pengelola limbah;
- Laporan pengadaan barang dan jasa atas pengelolaan limbah;
- Laporan anggaran dan realisasi kegiatan serta pendapatan yang berkaitan
dengan pengelolaan limbah;
- Laporan kejadian darurat dan luar biasa;
- Laporan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
8. Pengawasan Intern
• Pelajari SOP atau Protap atas Pengawasan Intern terhadap pengelolaan limbah;
• Pelajari hasil pemeriksaan sebelumnya oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) atas pengelolaan limbah industri dan teliti hasil tindak lanjut atas rekomendasi
APIP;
• Analisa tupoksi Satuan Pengawas Intern (SPI) yang dimiliki oleh industri dan teliti
pengawasan intern yang telah dilakukan atas pengelolaan limbah;
• Teliti notulen rapat atau surat edaran dari Direksi industri atas program penyehatan
lingkungan terutama pengelolaan limbah.
• Analisa permasalahan dan kendala-kendala yang dihadapi oleh unit/tim pengelola
limbah dalam melaksanakan tupoksinya.
Dalam kaitannya dengan aspek LH, maka pengendalian tidak hanya dilaksanakan oleh Pemerintah,
melainkan juga oleh Pemrakarsa/Penanggung Jawab Kegiatan/Industri dalam hal penanganan terhadap
limbah yang dihasilkan atas kegiatan yang dijalankan. Dengan demikian, langkah pengujian atas SPI
terkait Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Industri dapat pula dilaksanakan baik terhadap
Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan penentu kebijakan terkait kegiatan yang menghasilkan limbah
industri maupun terhadap industri itu sendiri sebagai pihak yang mempertanggungjawabkan kegiatannya
yang menghasilkan limbah.
2. Penilaian Risiko
a. Penetapan Tujuan Umum Pengendalian Kegiatan Industri
dan Pengelolaan Limbah Industri
(1) Apakah pemerintah telah menetapkan tujuan
pengendalian kegiatan industri dan pengelolaan
limbah industri yang memuat pernyataan dan arahan
yang spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan
tepat waktu.
(2) Apakah tujuan tersebut dikomunikasikan kepada
pihak industri.
(3) Apakah pemerintah telah menetapkan strategi
operasional yang konsisten untuk mencapai tujuan
tersebut.
(4) Apakah pemerintah telah menetapkan strategi yang
terintegrasi dan rencana penilaian risiko.
(5) Apakah penentuan tujuan tersebut telah berpedoman
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Penetapan Tujuan pada Tingkat Kegiatan
Apakah penetapan tujuan kegiatan yang berhubungan
dengan pengendalian kegiatan industri dan pengelolaan
limbah industri telah:
(1) berasal dan/atau berhubungan dengan tujuan dan
rencana strategis pemerintah.
(2) Saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak
bertentangan satu dengan lainnya.
(3) Relevan dengan seluruh kegiatan utama
pengendalian kegiatan industri dan pengelolaan
limbah industri.
(4) Mengandung unsur kriteria pengukuran.
(5) Didukung sumber daya instansi pemerintah yang
cukup.
(6) Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses
penetapannya.
c. Identifikasi Risiko
Apakah identifikasi risiko telah dilaksanakan dengan:
(1) Menggunakan berbagai metodologi yang sesuai
3. Kegiatan Pengendalian
a. Apakah pemerintah telah melakukan reviu atas kinerja
pengendalian kegiatan industri dan pengelolaan limbah
industri.
b. Apakah pembinaan sumber daya manusia telah
diarahkan secara efektif untuk mencapai tujuan instansi
pemerintah dalam kegiatan pengendalian kegiatan
industri dan pengelolaan limbah industri.
c. Apakah pemerintah telah melakukan pengendalian
terhadap pengelolaan sistem informasi terhadap
pengendalian kegiatan industri dan pengelolaan limbah
industri, agar dapat memastikan akurasi dan kelengkapan
informasi.
d. Apakah pemerintah telah menetapkan dan mereviu
indikator dan ukuran kinerja kegiatan pengendalian
kegiatan industri dan pengelolaan limbah industri.
e. Apakah pemerintah telah menerapkan pemisahan tugas
atau fungsi dalam pengendalian kegiatan industri dan
pengelolaan limbah industri.
f. Apakah pelaksanaan kegiatan dan program telah
diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.
g. Apakah pemerintah telah dilakukan dokumentasi secara
akurat dan tepat waktu.
h. Apakah pemerintah telah menyelenggarakan
dokumentasi pengendalian pengendalian kegiatan
industri dan pengelolaan limbah industri secara tertib.
i. Apakah pemerintah telah melakukan pengawasan intern
atas kegiatan pengendalian kegiatan industri dan
pengelolaan limbah industri.
4. Informasi dan Komunikasi
a. Apakah pemerintah telah melakukan identifikasi,
mencatat, dan mengkomunikasikan informasi yang
berkaitan dengan pengendalian kegiatan industri dan
pengelolaan limbah industri, dalam bentuk dan waktu
yang tepat.
b. Apakah komunikasi atas informasi tersebut telah
diselenggarakan secara efektif, baik komunikasi intern
maupun dengan pihak luar.
c. Apakah pemerintah telah mengelola, mengembangkan,
dan memperbaharui sistem informasi agar kegunaan dan
5. Pemantauan
a. Apakah pemerintah telah melakukan pemantauan
terhadap kegiatan industri dan pengelolaan limbah
industri serta dampaknya bagi masyarakat.
b. Apakah pelaksanaan pemantauan tersebut di atas telah
dilaksanakan secara berkelanjutan, dan/atau melalui
evaluasi terpisah, dan/atau melalui penyelesaian tindak
lanjut.
KESIMPULAN:
*) COSO (Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission), merupakan organisasi swasta
sukarela yang didirikan pada tahun 1985 yang ditujukan untuk pengembangan kualitas laporan keuangan melalui
etika bisnis, pengendalian intern yang efektif serta penguasaan perusahaan.
Indeks No.
Indeks No.
Indeks No.
………………., …………..
Menyetujui,
Pemeriksa BPK Manajemen Entitas
Langkah pemeriksaan yang ada dalam template Pengujian Substantif ini dapat dikembangkan lagi sesuai kebutuhan pemeriksa di lapangan.
No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
A. PENCEGAHAN
I. Pertanyaan riset:
Apakah pelaksanaan perizinan terkait limbah industri sudah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan efektif mencegah
pencemaran lingkungan?
1. Sub Pertanyaan Riset:
Apakah pemberian izin terkait limbah industri telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan dan didukung dengan dokumen AMDAL?
a. Dapatkan dan pastikan bahwa industri telah memiliki dokumen AMDAL Dokumen AMDAL
sebelum memperoleh izin terkait limbah industri.
b. Pastikan bahwa proses penyusunan dokumen AMDAL telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 27
tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan.
c. Periksa kelengkapan dokumen AMDAL, meliputi TOR, dokumen ANDAL,
RKL, dan RPL.
d. Teliti apakah penilaian terhadap dokumen AMDAL telah dilakukan oleh SK Penetapan Komisi
Komisi AMDAL (dapatkan data mengenai anggota komisi AMDAL dan AMDAL
No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
pastikan bahwa anggota Komisis AMDAL dipilih sesuai ketentuan).
e. Periksa apakah AMDAL efektif memitigasi dampak penting yang
ditimbulkan oleh kegiatan industri.
No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
c. Pastikan bahwa izin terkait limbah industri yang telah diperoleh telah
sesuai dengan SK IUI yang ada.
No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
d. Teliti apakah pemerintah mempunyai informasi yang cukup dan
memadai terkait dengan data lingkungan, sosial dan ekonomi dalam
menyusun rencana kerja dan rencana strategis.
e. Dapatkan realisasi rencana kerja dan rencana strategis KLH/
Bapedalda/Instansi pengelola lingkungan hidup daerah. Secara uji petik,
lakukan pengujian apakah implementasinya sesuai dengan rencana dan
target yang diharapkan. Jika tidak diskusikan sebab dan akibat dari
kondisi tersebut.
No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
d. Dapatkan realisasi rencana kerja dan rencana strategis KLH/
Bapedalda/Instansi pengelola lingkungan hidup daerah. Lakukan
pengujian apakah implementasinya sesuai dengan rencana dan target
yang diharapkan. Jika tidak diskusikan sebab dan akibat dari kondisi
tersebut.
B. PENANGGULANGAN
Pertanyaan riset:
Apakah pelaksanaan penanggulangan terkait potensi pencemaran
limbah industri sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan
efektif mencegah terjadinya kerusakan atau pencemaran lingkungan?
1. Sub Pertanyaan Riset:
Apakah pelaksanaan penanggulangan terkait potensi pencemaran limbah
industri sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan
mempertimbangkan baku mutu yang telah ditetapkan.
a. Identifikasi kriteria/baku mutu (air, udara, kebisingan) untuk menilai Ketentuan baku mutu
kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup yang terkait dengan
kegiatan industri.
b. Susun daftar kewajiban industri untuk menanggulangi kerusakan Daftar kewajiban industri
lingkungan akibat limbah yang dihasilkan.
c. Analisis apakah limbah buangan industri tidak melampaui ketentuan
baku mutu yang telah ditetapkan.
No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
C. PEMULIHAN
I. Pertanyaan riset:
Apakah pelaksanaan pemulihan dari pencemaran limbah industri telah
dilakukan oleh industri tersebut sesuai dengan ketentuan?
1. Sub Pertanyaan Riset:
Apakah pelaksanaan perencanaan dan realisasi pemulihan atas
pencemaran limbah industri sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.
a. Teliti apakah perusahaan telah memiliki rencana pemulihan lingkungan Dokumen rencana
serta pelajari rencana pemulihan tersebut. reklamasi
b. Periksa apakah industri telah melaksanakan pemulihan lingkungan
tersebut sesuai dengan ketentuan.
c. Identifikasi peran masing-masing pihak dan sistem pengawasan untuk
memastikan kepatuhan pelaksanaan pemulihan lingkungan.
d. Identifikasikan sistem pelaporan atas pelaksanaan pemulihan
lingkungan, serta pihak-pihak yang memperoleh laporan tersebut.
e. Identifikasikan tindak lanjut atas laporan pelaksanaan pemulihan
lingkungan
No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
f. Identifikasi unit kerja yang terkait dengan pelaksanaan pemulihan
lingkungan, serta analisa visi, misi dan tujuannya. Peroleh rencana
tahunan pemulihan lingkungan, dan identifikasi wilayah, cakupan
kegiatan dan unsur pelaksananya.
g. Jika memungkinkan gunakan teknologi GIS untuk:
• menentukan sebaran dampak limbah buangan industri;
• menghitung luas areal sebaran limbah (contoh: analisis buffer zone,
daerah dengan radius tertentu, yang kemungkinan terkena asap dari
cerobong pabrik)
No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
pencemaran yang terjadi.
c. Identifikasi tindak lanjut yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun
industri atas pengenaan sanksi yang telah dijatuhkan.
Langkah pemeriksaan yang ada dalam template Pengujian Substantif ini dapat dikembangkan lagi sesuai kebutuhan pemeriksa di lapangan.
No. Langkah Pemeriksaan Instansi Terkait* Output* No. KKP Dilaksanakan oleh
1 2 3 4 5 6
A. REDUKSI
Pertanyaan riset:
Apakah industri telah melaksanakan proses reduksi terhadap limbah
yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan dan efektif mengurangi
jumlah dan kadar limbah buangan?
1. Sub Pertanyaan Riset:
Apakah pelaksanaan proses reduksi terhadap limbah yang dihasilkan
sudah efektif dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan?
a. Dapatkan aturan terkait atau best practice mengenai proses reduksi atas
limbah hasil kegiatan industri.
b. Teliti apakah industri memiliki program untuk mereduksi limbah yang
dihasilkan atas kegiatannya, meliputi proses house keeping, substitusi,
atau modifikasi proses.
c. Jika industri memiliki program mereduksi limbah buangannya, dapatkan
program tersebut dan analisis kesesuaian program tersebut dengan
ketentuan yang berlaku.
B. PENYIMPANAN SEMENTARA
Pertanyaan riset:
Apakah industri telah melaksanakan proses penyimpanan sementara
terhadap limbah yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan?
1. Sub Pertanyaan Riset:
Apakah pelaksanaan proses pengemasan terhadap limbah yang dihasilkan
sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan?
a. Dapatkan aturan terkait atau best practice mengenai proses
pengemasan atas limbah hasil kegiatan industri.
b. Analisis kesesuaian proses pengemasan dengan ketentuan yang
berlaku, meliputi persyaratan pra pengemasan, persyaratan umum
pengemasan, prnsip pengemasan, dan pewadahan limbah.
C. PENGUMPULAN
Pertanyaan riset:
Apakah industri telah melaksanakan proses pengumpulan terhadap
limbah yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan?
1. Sub Pertanyaan Riset:
Apakah persyaratan lokasi pengumpulan terhadap limbah yang dihasilkan
telah sesuai dengan ketentuan?
a. Dapatkan aturan terkait atau best practice mengenai persyaratan lokasi
pengumpulan atas limbah hasil kegiatan industri.
D. PENGANGKUTAN
Pertanyaan riset:
Apakah industri telah melaksanakan proses pengangkutan terhadap
limbah yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan?
a. Dapatkan aturan terkait atau best practice mengenai proses
pengangkutan atas limbah hasil kegiatan industri.
b. Secara sampling, lakukan cek fisik untuk menilai kondisi alat angkut
yang digunakan untuk proses pengangkutan limbah serta kelengkapan
simbol limbah yang diangkut yang tertera pada alat angkut tersebut.
(Kendala: jadwal pengangkutan)
E. PENGOLAHAN
Pertanyaan riset:
Apakah industri telah melaksanakan proses pengolahan terhadap
limbah yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan?
Sub Pertanyaan Riset:
F. PEMANFAATAN
Pertanyaan riset:
Apakah industri telah melaksanakan proses pemanfaatan terhadap
limbah yang dihasilkan secara efektif?
a. Dapatkan aturan terkait atau best practice mengenai persyaratan limbah
yang dapat dimanfaatkan.
b. Dapatkan data mengenai proses pemanfaatan limbah yang dihasilkan
oleh industri.
c. Analisis kesesuaian persyaratan limbah yang dapat dimanfaatkan serta
perlakuannya sebelum dimanfaatkan kembali.
d. Analisis efektivitas proses pemanfaatan limbah dengan membandingkan
antara sifat dan karakteristik limbah buangan sebelum pemanfaatan vs
hasil proses pemanfaatan.
G. PENIMBUNAN
Pertanyaan riset:
Apakah industri telah melaksanakan proses penimbunan terhadap
limbah yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan?
1. Sub Pertanyaan Riset:
Apakah persyaratan lokasi dan fasilitas penimbunan terhadap limbah yang
dihasilkan telah sesuai dengan ketentuan?
a. Dapatkan aturan terkait atau best practice mengenai persyaratan lokasi
dan fasilitas penimbunan atas limbah hasil kegiatan industri.
b. Analisis kesesuaian persyaratan lokasi dan fasilitas penimbunan dengan
ketentuan yang berlaku, meliputi persyaratan lokasi, rancang bangun, dll
Catatan:
* Diidentifikasi oleh pemeriksa
REFERENSI
1. Aguslin, Yuni Erni. 1998. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PPLIB3 -
PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri Cileungsi - Jawa Barat. Program Pascasarjana -
Program Studi Ilmu Lingkungan.
2. Bapedal Provinsi Kepulauan Riau. 2007. Prosiding Rapat Kerja Teknis Pengelolaan
Lingkungan Hidup Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007, Tema “Upaya Pengendalian
Kerusakan Lingkungan Hidup Di Provinsi Kepulauan Riau”. Bapedal Provinsi Kepulauan Riau,
Tahun Anggaran 2007.
3. Bapedal Provinsi Kepulauan Riau. 2007. Prosiding Rapat Kerja Teknis Pengelolaan
Lingkungan Hidup Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007, Tema “Pengelolaan Kualitas Udara
Di Provinsi Kepulauan Riau”. Bapedal Provinsi Kepulauan Riau, Tahun Anggaran 2007.
4. BPLHD Provinsi Jawa Barat. 2007. West Java Annual State Of The Environment Report 2007.
BPLHD Provinsi Jawa Barat.
5. BPLHD Provinsi Jawa Barat. Petunjuk Pelaksanaan Verifikasi Pengaduan Kasus Pencemaran
dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup. BPLHD Provinsi Jawa Barat.
6. Hamid, Hamrat dan Bambang Pramudyanto. 2007. Pengawasan Industri Dalam Pengendalian
Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Granit.
7. INTOSAI WGEA. Pemeriksaan Terhadap Pengolahan Limbah. 2004 (terjemahan).
8. KLH. 2004. Laporan Akhir: Panduan Evaluasi Teknis dan Format Pelaporan Pengelolaan
Limbah B3. Jakarta: KLH.
9. KLH. 2004. Laporan Akhir: Penyusunan Sistem Informasi Perizinan Pengelolaan Limbah B3
dari Kegiatan Manufaktur, Prasarana, dan Jasa. Jakarta: KLH.
10. KLH. 2007. “Hanya Limbah?” Vol.2/no.2/Juli 2007-Buletin Pengelolaan B3 dan Limbah.
Jakarta: KLH.
TIM PENYUSUN
Daeng M. Nazier
Gudono
Astilda Sinabutar
M. Hairil Anwar
Dwi Sabardiana
Dewi Sukmawati
Setyo Esti Agustini
Widi Prasojo
Rifki Gunawan
Andreas Gultom
Sanggul Hamonangan
Chandra Puspita
Oktarika Ayu Sandha
Hendra Sirait