Anda di halaman 1dari 19

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

INSPEKTORAT
Jalan Jenderal Ahmad Yani Nomor 110 Kode Pos 78813
Telp. (0534) 32002 Faks : (0534) 32539

Nomor : 700/123/ITKAB-III/2018 Ketapang, 3 Agustus 2018


Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal : Laporan hasil audit kinerja Program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
sumber dana APBD pada RSUD Kepada :
Dr. Agoesdjam Ketapang Yth. Bupati Ketapang
di –
Ketapang

Dengan ini kami sampaikan hasil audit kinerja Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang bersumber dana APBD Kabupaten Ketapang Tahun
Anggaran 2017 pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) di
RSUD Dr. Agoesdjam Ketapang, dengan pokok-pokok hasil audit sebagai
berikut:

A. Dasar Audit
Audit Kinerja Program Jaminan Kesehatan Nasional (Sumber Dana APBD
Kabupaten Ketapang Tahun Anggaran 2017) didasarkan pada:
1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 150).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2017 tentang
Kebijakan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Tahun
2018.
4. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia nomor 08 Tahun 2012
tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber
Kesejahteraan Sosial

1
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 76/HUK/2017
tentang Penetapan Perubahan Data Peserta Penerima Bantuan Iuran
Jaminanan Kesehatan Tahun 2017.
8. Peraturan Bupati Ketapang nomor 27 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Minimal Badan Layanan Umum Rumah Sakit Umum
daerah Dokter Agoesdjam Kab. Ketapang.
9. Perjanjian Kerjasama antara BPJS Kesehatan Cab. Pontianak dengan
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang nomor 175/KTR/XIII-02/1216 dan
nomor 0841.A/BLU-RSUD/2016 tentang Pelayanan Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjutan bagi Pese rta Program Jaminan Kesehatan.
10. Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Ketapang
dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Cabang
Pontianak nomor 031/KTR/XIII-02/0317 dan nomor 440/0162/
Bappeda-C tentang Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional bagi masyarakat miskin yang didaftarkan oleh Pemerintah
Kabupaten Ketapang Tahun 2017.
11. SK Bupati Ketapang Nomor 72/ITKAB/2018 tentang PKPT Tahun
2018.
12. Surat Tugas Inspektur Ketapang Nomor 094/131/ITKAB-S.3 tanggal
29 Juni 2018.

B. Tujuan Audit
Tujuan Audit Kinerja Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-sumber
dana APBD pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL)
adalah untuk menilai efektivitas, efisiensi dan keekonomisan pelaksanaan
program JKN yang bersumber dari APBD Kabupaten Ketapang di FKRTL
dan memberikan rekomendasi jika dijumpai kelemahan dalam kaitannya
pelaksanaan program tersebut.

2
C. Sasaran, Sifat, dan Ruang Lingkup Audit
1. Sasaran Audit
a) Menilai keberhasilan pelaksanaan Program JKN yang diuraikan
dalam tiga aspek (perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan).
b) Mengidentifikasi hambatan pelaksanaan program (hambatan
pencapaian kinerja).
2. Sifat dan Ruang Lingkup Audit
Audit Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-sumber dana
APBD pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL)
Tahun Anggaran 2017 merupakan audit kinerja yang dilaksanakan
untuk menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan program.
Ruang lingkup audit kinerja meliputi seluruh aktivitas kegiatan layanan
kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL)
di RSUD Dr. Agoesdjam Ketapang yang berkaitan dengan
pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.
3. Periode yang Diaudit
Periode yang diaudit adalah 1 Januari 2017 sampai dengan 31
Desember 2017.

D. Tanggung Jawab Auditor


Tanggung jawab auditor adalah sebatas pada penilaian serta simpulan
hasil capaian kinerja yang diperoleh oleh pihak auditan.

E. Metodologi Audit
Audit ini dilakukan berdasarkan Standar Audit Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah dan prosedur lain yang dianggap perlu sesuai dengan
keadaan.
Simpulan hasil audit ini didasarkan atas pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)-sumber dana APBD Tahun Anggaran 2017
pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) di RSUD Dr.
Agoesdjam Ketapang
Simpulan mengenai predikat atas capaian kinerja Program JKN
menggunakan gradasi nilai sebagai berikut:

3
Gradasi / Interval Nilai Predikat / Sebutan
95,00 – 100,00 Sangat Berhasil
80,00 – 94,99 Berhasil
60,00 – 79,99 Cukup Berhasil
45,00 – 59,99 Kurang Berhasil
0,00 – 44,99 Tidak Berhasil

F. Obyek yang diaudit


Audti Kinerja ini melibatkan beberapa Instansi terkait pelaksanaan
program JKN meliputi : RSUD Dr. Agoesdjam Ketapang, Dinas Kesehatan
Kab. Ketapang, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab.
Ketapang dan Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak dan KB Kab. Ketapang.

G. Keuangan
Jumlah Penerima Iuran JKN yang bersumber APBD Kabupaten Ketapang
berdasarkan Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kab. Ketapang
dengan BPJS Cabang Pontianak nomor 031/KTR/XIII-02/0317 dan nomor
440/0162/BAPPEDA-C tanggal 1 Maret 2017 adalah sebanyak 13.200
orang, dengan nilai iuran yang telah dianggarkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Ketapang pada APBD murni tahun anggaran 2017 sebesar
Rp2.732.400,00 dan menjadi Rp4.336.871.200,00 pada APBD Perubahan
tahun anggaran 2017 dengan jumlah peserta PBI-D pada bulan
Desember 2017 menjadi sebanyak 15.902 orang.
Jumlah pembayaran PBI-D tahun anggaran 2017 sebesar
Rp3.913.910.000,00 dari total tagihan Iuran PBI-D tahun 2017 dari BPJS
sebesar Rp4.501.813.000,00, dengan demikian Pemerintah Daerah
mempunyai hutang kepada BPJS sebesar Rp165.002.000,00 atas tagihan
Iuran PBI-Daerah bulan Desember 2017 yang belum sepenuhnya dapat
dibayarkan karena ketidakcukupan anggaran.
Jumlah klaim yang dibayarkan oleh BPJS kepada RSUD dr. Agoesdjam
Ketapang adalah sebesar Rp29.755.172.450,00, Jumlah tersebut
merupakan 98,17% dari jumlah pengajuan klaim kepada BPJS tahun
2017 sebesar Rp30.309.396.600,00.

4
Terkait dengan anggaran bidang kesehatan, Pemerintah Kabupaten
Ketapang sudah menunjukkan komitmen terhadap pelaksanaan upaya-
upaya kesehatan di Kabupaten Ketapang. Hal ini ditunjukkan oleh capaian
indikator capaian kinerja alokasi anggaran untuk kepesertaan PBI-Daerah
tahun anggaran 2017.

H. Sistem Pengendalian Intern


Penilaian Sistem Pengendalian Intern mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah. Hasil penilaian menunjukan bahwa SPI Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)-sumber dana APBD tahun anggaran 2017
pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) mendapat nilai
Memadai dengan skor 3,325.
Rincian penilaian SPI sebagaimana terlampir.

I. Penilaian Kinerja
Kinerja Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-sumber dana APBD
Tahun Anggaran 2017 pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut
(FKRTL) berdasarkan capaian skor indikator capaian kinerja sebesar
74,93% dari skor maksimum 100 menunjukkan bahwa kinerja Program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-sumber dana APBD Tahun Anggaran
2017 pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) Dr.
Agoesdjam Ketapang adalah cukup berhasil.
Rincian capaian skor kinerja JKN Kabupaten Ketapang disajikan dalam
tabel berikut ini:
Target skor Capaian
No Aktivitas Utama Selisih
Kinerja Kinerja
1. Perencanaan 15,22 14,56 0,66
2. Pelaksanaan Program JKN 71,74 57,11 14,63
3. Pelaporan 13,04 3,26 9,78
SKOR 100,00 74,93 25,07
Kinerja Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-
sumber dana APBD Tahun Anggaran 2017 pada Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) di Kabupaten Ketapang diuraikan
sebagai berikut:

5
1. Perencanaan
Aspek Perencanaan memiliki bobot kinerja 15,22. Dengan capaian kinerja
maksimum 100%, maka maksimum skor yang diperoleh sebesar 15,22.
Berdasarkan hasil audit, capaian kinerja aspek perencanaan sebesar
10,74% yang diperoleh berdasarkan perhitungan capaian kinerja sub
aktivitas sebagai berikut:

a) Cakupan Pelayanan Masyarakat Miskin Penerima Bantuan Iuran


(PBI) Daerah.
Capaian nilai indikator (R.1) sebesar 8,28% atau sebesar 95% dari
target kinerja sebesar 8,7% menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan
sebagian besar sudah mencakup masyarakat miskin di Kabupaten
Ketapang.
Masyarakat miskin di Kabupaten Ketapang berdasarkan data Dinas
Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan KB
Kab. Ketapang tahun 2016 adalah sebanyak 151.883 orang,
sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Sosial nomor
76/HUK/2017 tentang Penetapan Perubahan Data Peserta Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Tahun 2017 sebanyak 141.342
orang sehingga terdapat kurang lebih 10.541 orang miskin yang belum
tercover pada PBI pada ABPB Kabupaten Ketapang tahun anggaran
2017.
Masyarakat miskin yang tercakup dalam PBI-Daerah sesuai dengan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) pada Dinas Kesehatan Kab.
Ketapang tahun anggaran 2017 sebanyak 13.200 orang dan menjadi
15.902 orang yang tercakup pada APBD Perubahan tahun anggaran
2017. Jumlah cakupan PBI-Daerah sebanyak 15.902 ini berdasarkan
hasil rekonsiliasi bersama antara Pemerintah Daerah dengan BPJS
berdasarkan data masterfile kepesertaan.
Jumlah masyarakat miskin yang tercover pada PBI-Daerah jumlahnya
terus mengalami kenaikan sebanyak 2.702 orang sepanjang tahun
2017. Jumlah masyarakat yang terverifikasi sebagai masyarakat
miskin yang terus mengalami kenaikan sehingga dapat berakibat pada
proses penganggaran dan pembayaran tagihan iuran PBI-Daerah dari

6
BPJS ke Pemerintah Daerah yang berpotensi menimbulkan hutang
yang berkelanjutan bagi Pemerintah Daerah.
Dari penilaian indikator diatas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan
program jaminan kesehatan nasional sudah efektif mencakup
masyarakat miskin di Ketapang.

b) Alokasi Anggaran
Capaian nilai indikator persentase anggaran (R.2) sebesar 6,28% atau
sebesar 95% dari target kinerja sebesar 6,52 menunjukkan anggaran
di Tahun 2017 di Kabupaten Ketapang sudah dalam mendukung
program jaminan kesehatan nasional.
Anggaran untuk PBI-Daerah tahun 2017 berdarkan DPA pada Dinas
Kesehatan Kab. Ketapang TA. 2017 telah dianggarkan sebesar
Rp2.732.400,00 dan menjadi menjadi Rp4.336.871.200,00 pada APBD
Perubahan tahun anggaran 2017. Realisasi anggaran yang
seharusnya diperlukan sepanjang tahun 2017 adalah sebesar
Rp4.501.813.000,00, sehingga untuk tahun anggaran 2017
Pemerintah Kabupaten Ketapang sesuai dengan tagihan iuran dari
BPJS berhutang sebesar Rp165.002.000,00.
Hal ini disebabkan disebabkan karena penganggaran PBI-Daerah
pada APBD Perubahan 2017 kurang memperhitungkan jumlah
penerima iuran PBI-daerah pada bulan Desember sebanyak 15.902
orang, tetapi hanya mencakup sebanyak 8.728 orang.
Dari penilaian indikator diatas, dapat disimpulkan bahwa anggaran
pemerintah Kabupaten Ketapang yang dialokasikan untuk peserta PBI-
D tahun anggaran 2017 sudah ekonomis mendukung pelaksanaan
program kesehatan masyarakat penerima iuran PBI-D tahun 2017 di
Ketapang.

2. Pelaksanaan
Aspek pelaksanaan memiliki bobot kinerja 71,74%. Dengan capaian
kinerja maksimum 100%, maka maksimum skor yang diperoleh sebesar
71,74%.

7
Berdasarkan hasil audit, capaian kinerja aspek pelaksanaan sebesar
54,96% yang diperoleh berdasarkan perhitungan capaian kinerja sub
aktivitas sebagai berikut:

a) Kecukupan Tempat Tidur


Capaian nilai indikator kecukupan tempat tidue (P.1) sebesar 6,52%
atau sebesar 100% dari target kinerja sebesar 6,52 menunjukkan
jumlah tempat tidur kelas III sudah mendukung pelayanan kesehatan
di FKRTL.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 56 tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit pasal 42 ayat (a)
menyebutkan bahwa jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling
sedikit 30% (tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah
Sakit milik Pemerintah.
Jumlah seluruh tempat tidur yang tersedia pada RSUD dr. Agoesdjam
Ketapang adalah sebanyak 124 tempat tidur. Jika dihitung
berdasarkan Permenkes diatas, minimal tempat tidur kelas III yang
harus ada untuk mendukung pelayanan kesehatan adalah sebanyak
37 tempat tidur, sedangkan tempat tidur kelas III yang tersedia
berjumlah 63 tempat tidur. Dengan demikian jumlah ini melebihi dari
minimal jumlah tempat tidur yang dipersyaratkan dalam peraturan
perundang-undangan.
Dari penilaian indikator diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah
tempat tidur kelas III pada RSUD dr. Agoesdjam Ketapang sudah
efektif mendukung pelaksanaan program kesehatan masyarakat
penerima iuran PBI-D tahun 2017 di Ketapang.

b) Peralatan pada FKRTL sesuai standar


Capaian nilai indikator fasilitas dan peralatan pelayanan kesehatan
yang dimiliki rumah sakit (P.2) sebesar 8,25% atau sebesar 75,86%
dari target capaian kinerja sebesar 10,87% menunjukkan bahwa
peralatan yang dimiliki FKRTL sudah sesuai standar sehingga dapat
mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit pasal 46 ayat (2) menyebutkan bahwa

8
peralatan rumah sakit umum kelas c paling sedikit terdiri dari
peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap,
rawat intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik,
pelayanan darah, rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar
jenazah.
Hasil penilaian terhadap fasilitas pelayanan dan peralatan yang
tersedia pada RSUD dr. Agoesdjam Ketapang mendapati sebanyak
44 fasilitas pelayanan telah tersedia dari total fasilitas pelayanan yang
seharusnya pada rumah sakit umum kelas c yaitu sebanyak 56
fasilitas pelayanan.
Dari penilaian indikator diatas, dapat disimpulkan bahwa fasilitas
pelayanan dan peralatan yang tersedia pada RSUD dr. Agoesdjam
Ketapang sudah efektif dalam hal mendukung pelayanan masyarakat
miskin penerima iuran PBI-D tahun 2017 di Ketapang.

c) SDM Kesehatan pada FKRTL sesuai standar


Capaian nilai indikator capaian kinerja SDM kesehatan (P.3) sebesar
8,83% atau sebesar 81,25% dari target kinerja sebesar 10,87
menunjukkan bahwa SDM kesehatan pada RSUD dr. Agoesdjam
Ketapang sudah sesuai standar sehingga dapat mendukung
pelayanan kesehatan.
Hasil penilaian terhadap SDM kesehatan yang ada di RSUD dr.
Agoesdjam Ketapang mendapati sebanyak 39 dari 48 jenis tenaga
kesehatan telah terpenuhi. Hasil penilaian menunjukkan bahwa tenag
medis (dokter, perawat dan bidan) pada rumah sakit tersedia dalam
jumlah yang cukup untuk melakukan pelayanan kesehatan.
Dari penilaian indikator diatas, dapat disimpulkan bahwa SDM
kesehatan yang tersedia pada RSUD dr. Agoesdjam Ketapang sudah
efektif dalam hal mendukung pelayanan masyarakat miskin penerima
iuran PBI-D tahun 2017 di Ketapang.

d) Stock-out Obat di FKRTL


Capaian nilai indikator capaian kinerja (P.4) sebesar 0% atau sebesar
0% dari target kinerja sebesar 4,35%. Indikator ini dilakukan untuk

9
mengukur ketersediaan obat dalam jumlah yang cukup dan
berkualitas.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Lampiran
Bab II Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Pakai Habis dinyatakan bahwa Rumah Sakit harus memiliki
mekanisme yang mencegah kekosongan stok obat yang secara
normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan Obat saat Instalasi
Farmasi tutup.
Penilaian indikator kinerja ini sebesar 0% dikarenakan tidak
ditemukan pencatatan secara manual (buku-buku dan kartu stock
obat) maupun pencatatan secara komputerisasi untuk persediaan
obat tahun 2017.
Hal ini disebabkan tidak adanya pencatatan manual pengadaan obat
dan aplikasi persediaan obat yang tidak dapat mencetak laporan
persediaan obat perbulan untuk persediaan obat tahun 2017.
Dari penilaian indikator diatas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan
obat pada RSUD dr. Agoesdjam Ketapang belum efisien dalam hal
menjamin ketersediaan obat dalam jumlah yang cukup dan
berkualitas guna mendukung pelayanan masyarakat miskin penerima
iuran PBI-D tahun 2017 di Ketapang.

e) Keberhasilan capaian SPM FKRTL


Capaian nilai indikator capaian kinerja standar pelayanan minimal
(P.5) sebesar 9,19% atau sebesar 85% dari target kinerja sebesar
10,87% menunjukkan RSDU dr. Agoesdjam Ketapang sudah
memenuhi SPM bidang kesehatan. Penilaian SPM ini berdasarkan
Peraturan Bupati nomor 27 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Minimal BLU Rumah Sakit Umum Daerah dr. Agoesdjam Ketapang
terdiri dari 21 jenis pelayanan yang dinilai dengan jumlah indikator
sebanyak 90 indikator.
Dari penilaian indikator diatas, dapat disimpulkan bahwa RSUD dr.
Agoesdjam Ketapang sudah efektif menerapkan standar pelayanan
minimal dalam hal pelayanan masyarakat miskin penerima iuran PBI-
D tahun 2017 di Ketapang.

10
f) Ketepatan Jumlah Pengajuan Klaim
Capaian nilai indikator capaian kinerja jumlah pengajuan klaim (P.6)
sebesar 10,87% atau sebesar 100% dari target kinerja sebesar
10,87% menunjukkan bahwa pengajuan klaim oleh RSUD dr.
Agoesdjam Ketapang sudah sesuai dengan layanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien BPJS PBI APBD.
Pengajuan klaim oleh pihak rumah sakit kepada pihak BPJS selama
tahun 2017 sebanyak 47.210 berkas pengajuan klaim. Dari hasil
sample tehadap berkas pengajuan klaim pasien PBI-Daerah untuk
setiap periode pengajuan diyakini pihak rumah sakit telah
melaksanakan pengajuan klaim kepada BPJS telah menggunakan
perhitungan klaim yang tepat.
Dari penilaian indikator diatas, dapat disimpulkan bahwa pengajuan
klaim oleh RSUD dr. Agoesdjam Ketapang kepada pihak BJS sudah
ekonomis mendukung pelaksanaan program pelayanan masyarakat
penerima iuran PBI-D tahun 2017 di Ketapang.

g) Ketepatan Jumlah Pembayaran Klaim


Capaian nilai indikator kinerja ketepatan jumlah pembayaran klaim
(P.7) sebesar 10,73% atau sebesar 98,72% dari target kinerja
sebesar 10,87% menunjukkan pembayaran klaim oleh BPJS sebagian
besar sudah sesuai dengan jumlah pengajuan oleh FKRTL RSUD dr.
Agoesdjam Ketapang.
Pengajuan klaim oleh pihak rumah sakit kepada pihak BPJS selama
tahun 2017 sebanyak 47.210 berkas pengajuan klaim dengan jumlah
berkas yang disetujui untuk dilakukan pembayaran oleh pihak BPJS
sepanjang tahun 2017 berjumlah 46.605 berkas pengajuan. Dengan
demikian terdapat sekitar 605 berkas pengajuan klaim yang belum
disepakati antara pihak rumah sakit dengan pihak BPJS untuk
dilakukan revisi atau ditelaah ulang oleh pihak rumah sakit. Hal ini
disebabkan oleh adanya ketidaksepakatan kodefikasi diagnosa antara
pihak BPJS dengan rumah sakit terkait dokumen pengajuan klaim
tersebut.
Dari penilaian indikator diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah
pembayaran klaim oleh pihak BPJS kepada RSUD dr. Agoesdjam

11
Ketapang sudah ekonomis mendukung pelaksanaan program
pelayanan penerima iuran PBI-D tahun 2017 di Ketapang.

h) Ketepatan Waktu Pembayaran Klaim


Capaian nilai indikator capaian kinerja waktu pembayaran klaim (P.8)
sebesar 2,72% atau hanya sebesar 42% dari target kinerja sebesar
6,52 menunjukkan bahwa masih terjadi keterlambatan pembayaran
klaim oleh BPJS kepada pihak rumah sakit.
Hasil pemeriksaan terhadap dokumen pembayaran klaim dari BPJS
ke rumah sakit menemukan bahwa sepanjang tahun 2017 dari 12
bulan pengajuan hanya 5 bulan pengajuan dimana pembayaran klaim
oleh pihak BPJS dilakukan tepat waktu atau sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Berdasarkan pasal 38 Perpres 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan BPJS wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan
yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari
sejak dokumen klaim diterima lengkap, yang diperkuat kembali
dengan Perjanjian Kerjasama antara BPJS Kesehatan Cab. Pontianak
dengan RSUD dr. Agoesdjam Ketapang nomor 175/KTR/XIII-02/1216
dan nomor 0841.A/BLU-RSUD/2016 tentang Pelayanan Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjutan bagi Peserta Program Jaminan Kesehatan
Pembayaran paling lambat 15 hari kerja sejak dokumen klaim diterima
lengkap dan benar di kantor cabang Kesehatan dan setelah terbitnya
berita acara (BA).
Keterlambatan pembayaran klaim dari pihak rumah sakit tersebut,
sesuai dengan perjanjian kerjasama di atas, pihak BPJS berkewajiban
membayar ganti rugi kepada pihak rumah sakit sebesar 1% (satu
persen) dari jumlah yang harus dibayarkan untuk setiap 1 (satu) bulan
keterlambatan. Atas keterlambatan tersebut pihak BPJS melalui surat
nomor 1173/XIII-02/0618 tanggal 4 Juni 2018, telah membayarkan
denda keterlambatan selama tahun 2017 sebesar Rp28.452.608,00
ke rekening rumah sakit.
Dari penilaian indikator diatas, dapat disimpulkan bahwa waktu
pembayaran klaim oleh pihak BPJS kepada RSUD dr. Agoesdjam
Ketapang kurang efisien dalam mendukung pelaksanaan program

12
pelayanan kesehatan masyarakat penerima iuran PBI-D tahun 2017 di
Ketapang.

3. Pelaporan
Aspek pelaporan memiliki bobot kinerja 13,04. Dengan capaian kinerja
maksimum 100%, maka maksimum skor yang diperoleh sebesar 13,04%.
Berdasarkan hasil audit, capaian kinerja aspek pelaporan sebesar 3,26%
yang diperoleh berdasarkan perhitungan capaian kinerja sub aktivitas
sebagai berikut:

a) Persentase Ketepatan Pelaporan


Capaian nilai IKU L.1 sebesar 3,26% atau sebesar 50% dari target
kinerja sebesar 6,52 menunjukkan pelaksanaan administrasi
pelaporan kepada BPJS pada tahun 2017 di Kabupaten Ketapang
masih terdapat kekurangan berupa pelaporan dokumen klaim yang
diterima lengkap oleh pihak BPJS sering mengalami keterlambatan.
Permenkes nomor 71 tahun 2013 menyatakan bahwa fasilitas
kesehatan wajib membuat laporan kegiatan pelayanan kesehatan
yang diberikan secara berkala setiap bulan kepada BPJS kesehatan.
BPJS kesehatan melaporkan hasil Utilization Review kepada Menteri
dan DJSN.
Pelaporan oleh pihak RSUD dr. Agoesdjam dalam bentuk pengajuan
klaim pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan kepada pihak
BPJS kesehatan dilakukan oleh setiap FKRTL secara kolektif setap
bulan atas pelayanan yang sudah diberikan kepada peserta Program
JKN.
Pelaporan pelaksanaan administrasi JKN dalam bentuk pengajuan
dokumen klaim dari rumah sakit ke BPJS telah dilaksanakan
sepanjang tahun 2017, namun pengajuan klaim dari bulan Januari s.d.
Oktober 2017 dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi Virtual -
Claim . Aplikasi ini tidak dapat menampilkan kembali tanggal
pengajuan klaim untuk periode tersebut, namun dari tanggal
persetujuan pembayaran dari BPJS diketahui untuk pengajuan klaim
setiap bulannya selalu mengalami keterlambatan. Sedangkan untuk
bulan November dan Desember, penyampaian klaim telah

13
menggunakan surat pengantar dari Kepala RSUD berbentuk Surat
Pernyataan dilampiri dengan berkas-berkas yang dipersyaratkan.
Dokumen klaim yang diterima lengkap adalah diterimanya berkas
pengajuan kalim termasuk berkas pendukung pelayanan secara
lengkap sesuai yang dipersyaratkan. Berdasarkan perjanjian
kerjasama antara pihak BPJS dengan pihak Rumah Sakit
menyebutkan bahwa kelengkapan dokumen pembayaran klaim terdiri
dari : berkas pendukung lengkap, lembar formulir pengajuan klaim
(FPK) yang disetujui dan ditanda tangani oleh manajemen FKRTL dan
kuitansi asli bermaterai cukup.
Keterlambatan dalam penyampaian laporan dari pihak rumah sakit ini
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya pengembalian berkas
status rekam medik dari ruangan pasien dirawat ke bagian rekam
medik terlambat sejak pasien pulang yang disebabkan oleh dokter
yang menangani pasien belum menandatangani berkas rekam medik
pasien yang bersangkutan. Selain itu ketidaklengkapan penunjang
diagnosa pasien yang masih harus diisi sehingga memerlukan waktu
lagi untuk melengkapinya.
Dari penilaian indikator diatas, dapat disimpulkan bahwa waktu
pelaporan dokumen klaim oleh pihak RSUD kepada pihak BPJS
kurang efisien dalam mendukung pelaksanaan program pelayanan
kesehatan masyarakat penerima iuran PBI-D tahun 2017 di Ketapang.

b) Persentase Ketepatan Pelaporan Capaian SPM Bidang Kesehatan


Capaian nilai indikator capaian kinerja pelaporan capaian SPM bidang
kesehatan (L.2) sebesar 0% atau sebesar 0% dari target kinerja
sebesar 6,52 menunjukkan administrasi penerapan SPM Tahun 2017
di Kabupaten Ketapang belum dilaksanakan sesuai ketentuan.
Untuk tersedianya pelayanan yang terjangkau dan
berkesinambungan, pelayanan yang bermutu dan sesuai standar,
meningkatkan dan melindungi kesehatan masyarakat dan melindungi
hak asasi masyarakat dibidang kesehatan, maka ditetapkan Peraturan
Bupati nomor 27 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal
BLU Rumah Sakit Umum Daerah dr. Agoesdjam Kab. Ketapang.

14
Pasal 12 Perbup 27 tahun 2016 mewajibkan kepala rumah sakit untuk
menyusun dan menyampaikan laporan pencapaian SPM kepada
Bupati Ketapang melalui Sekretaris Daerah setiap tahunnya. Untuk
melaksanakan amanah Perbup tersebut, kepala RSUD telah
membentuk Tim Evaluasi SPM melalui Keputusan Bupati nomor
049/BLU-RSUD/2016.
Hasil evaluasi terhadap penilaian SPM pada rumah sakit sepanjang
tahun 2017 telah dilaksanakan penilaian SPM sampai dengan bulan
desember 2017, namun belum pernah dilaporkan kepada Kepala
rumah sakit untuk selanjutnya dilaporkan kepada Bupati Ketapang
Hal ini disebabkan oleh kelalaian Tim Evaluasi SPM untuk
melaporkan kepada kepala rumah sakit.
Dari penilaian indikator diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan tidak
adanya pelaporan capaian SPM kepada kepala RSUD maupun
kepada Kepala Daerah sesuai dengan peraturan perundang
undangan, hal ini kurang efesien dalam mendukung pelaksanaan
program pelayanan kesehatan masyarakat penerima iuran PBI-D
tahun 2017 di Ketapang.

J. Temuan Hasil Audit


Dalam pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-sumber
dana APBD Tahun Anggaran 2017 pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjut (FKRTL) terdapat temuan/permasalahan sebanyak dua kejadian, yang
terdiri dari:

1) Aspek Pelaksanaan
Instalasi Farmasi pada RSUD dr. Agoedjam belum melaksanakan
pengendalian secara optimal terhadap jumlah dan jenis persediaan dan
penggunaan sediaan farmasi tahun 2017.
Hal ini belum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Lampiran Bab II Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Pakai Habis dinyatakan bahwa Rumah Sakit harus memiliki
mekanisme yang mencegah kekosongan stok obat yang secara normal

15
tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan Obat saat Instalasi Farmasi
tutup.
Adapun tujuan pengendalian terhadap jumlah dan jenis persediaan dan
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan Permenkes 72 Tahun 2016 untuk:
a) penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit.
b) penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; dan
c) memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan
dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan
kehilangan serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Hasil pemeriksaan pada Instalasi Farmasi mendapati laporan persediaan
obat tidak dapat memisahkan kondisi stock opname obat setiap bulan. Hal
ini perlu mendapat perhatian karena tidak dapat menggambarkan kondisi
penerimaa obat, penggunaan/pemakaian obat dan persediaan obat setiap
periode pelaporan, akibatnya berpotensi terjadi kesalahan dalam
penggunaan dan berpotensi terjadi kelebihan dan kekurangan
/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta
pengembalian pesanan sediaan farmasi.
Untuk itu direkomendasikan kepada Kepala RSUD untuk memperbaiki
kinerja pengeloaan obat pada Instalasi Farmasi dengan melakukan
optimalisasi pengendalian persediaan obat dengan cara:
a) melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving).
b) melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu
tiga bulan berturut-turut (death stock)
c) stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
Selain itu administrasi berupa pencatatan dan pelaporan harus dilakukan
secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran
kegiatan yang sudah berlaku.
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian,
pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

16
Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi
dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau
pertahun).

2) Aspek Pelaporan
Tim evaluasi SPM pada RSUD dr. Agoesdjam Ketapang telah membuat
dan melakukan penilaian SPM sesuai dengan target dan indikator
penilaian SPM berdasarkan Bupati nomor 27 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Minimal BLU Rumah Sakit Umum Daerah dr. Agoesdjam Kab.
Ketapang. Namun tim evaluasi tidak pernah menyampaikan laporan
pelaksanaan penilaian SPM kepada Kepal RSUD untuk selanjutnya
dilaporkan kepada Bupati Ketapang.
Hal ini tidak sesuai dengan Pasal 12 Perbup 27 tahun 2016 mewajibkan
kepala rumah sakit untuk menyusun dan menyampaikan laporan
pencapaian SPM kepada Bupati Ketapang melalui Sekretaris Daerah
setiap tahunnya. Untuk melaksanakan amanah Perbup tersebut, kepala
RSUD telah membentuk Tim Evaluasi SPM melalui Keputusan Bupati
nomor 049/BLU-RSUD/2016.
Kondisi ini disebabkan oleh kelalaian tim evaluasi yang tidak mematuhi
ketentuan pelaksanaan pelaporan.
Akibatnya Kepala RSUD tidak pernah melakukan evaluasi pelayanan
minimal yang telah diberikan oleh rumah sakit kepada masyarakat dan
belum adanya pelaporan pelaksanaan SPM dari Kepala RSUD secara
berkala kepada Bupati Ketapang.
Rekomendasi kepada Kepala RSUD dr. Agoesdjam Ketapang agar
memerintahkan kepada tim evalusai SPM untuk menyampaikan hasil
penilaian SPM kepada Kepala RSUD dr. Agoesdjam ketapang setiap 3
bulan sekali dan mematuhi ketentuan pelaporan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sebagai bahan tindak lanjut, surat perintah kepada tim evaluasi SPM
agara disampaikan kepada Inspektur Kabupaten Ketapang.

17
K. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Dalam hal mendukung optimalisasi pelayanan program jaminan kesehatan
nasional khususnya masyarakat penerima iuran PBI-Daerah, berikut beberapa
hal yang perlu mendapat perhatian:
1) Penetapan masyarakat miskin yang dijamin melalui program jaminan
kesehatan nasional khususnya penerima iuran PBI-Daerah pada
Kabupaten Ketapang hanya berdasarkan Perjanjian Kerjasama (PKS)
antara Pemerintah Kab. Ketapang dengan BPJS. Kedepannya supaya
dasar penganggaran pada APBD menjadi lebih jelas dan berkekuatan
dasar hukum tetap, maka disarankan agar penetapan masyarakat miskin
peserta PBI-Daerah ditetapkan melalui Keputusan Bupati Ketapang.
2) Jumlah peserta PBI-D diakhir tahun 2017 berdasarkan data rekonsiliasi
bersama antara Pemerintah Kab. Ketapang dengan Pihak BPJS
mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini tentunya berpotensi pada
terganggunya proses pembayaran iuran peserta kepada pihak BPJS oleh
Pemerintah Daerah karena kekurangan pagu anggaran APBD dan juga
berpotensi Pemerintah Daerah berhutang kepada pihak BPJS atas
pembayaran peserta PBI-D yang terus mengalami kenaikan.
Hal ini menunjukkan telah terjadi kelemahan dalam sistem verifikasi
masyarakat miskin, dimana tidak ada pedoman pelaksanaan yang jelas
mengenai kewenangan dan prosedur yang baku dalam penetapan
masyarakat msikin penerima bantuan iuran dari APBD Kab. Ketapang.
Kedepannya untuk mengeleminir potensi pembengkakan jumlah peserta
PBI-D dan program jaminan kesehatan nasional penerima PBD-D dapat
dilaksanakan tepat sasaran di Kabupaten Ketapang, beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian:
a) Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia nomor 08
Tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber
Kesejahteraan Sosial, pada Bab IV Pasal 9 ayat 1 (satu) menyatakan
bahwa pendataan dan pemutakhiran data Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi dan Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS) dilaksanakan oleh Instansi Sosial
Kabupaten/Kota

18
b) Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB
Kab. Ketapang perlu segera menyusun Pedoman Teknis dan SOP
tentang tata cara pendataan dan penetapan masyarakat miskin
sebagai masyarakat miskin peserta PBI-D.
c) Segera melakukan updating dan rekonsiliasi data peserta PBI antara
data peserta PBI-D dan peserta PBI-N. Hal ini perlu dilakukan agar
tidak terjadi duplikasi atau tumpang tindih pembayaran iuran oleh
pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
d) Secara berkala melakukan updating data kelayakan masyarakat
miskin yang berhak sebagai peserta PBI-D.

Pada dasarnya pemeriksaan ini telah berpedoman pada Norma Pemeriksaan


Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Demikian Laporan Hasil
Pemeriksaan ini disampaikan sebagai bahan perbaikan dan untuk ditindak
lanjuti

INSPEKTUR KAB. KETAPANG

DRS. P. DEVIE FRANTITO, MM


NIP.19700411 199003 1 004

Tembusan disampaikan kepada Yth:


1. Kepala RSUD Dr. Agoesdjam Ketapang
2. Kepala Bappeda Kabupaten Ketapang
3. Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan KB
Kab. Ketapang
4. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Ketapang

19

Anda mungkin juga menyukai