Anda di halaman 1dari 53

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Jl. Jendral Gatot Subroto No 31 Jakarta Pusat 10210 Tlp. 021-57.4395

HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
PENGELOLAAN DANA USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS)
TAHUN 2003, 2004 DAN 2005
PADA
DEPARTEMEN SOSIAL
DI
JAKARTA

RESUME HASIL PEMERIKSAAN

Berdasarkan Undang-Undang (UU) No.5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan RI dan
UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) telah melakukan pemeriksaan atas Pengelolaan Dana
Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) Tahun 2003, 2004 dan 2005 pada Departemen Sosial (Depsos) di
Jakarta. Pemeriksaan dilakukan dengan berpedoman pada Standar Audit Pemerintahan (SAP) BPK-RI
Tahun 1995.

Hasil pemeriksaaan yang dilakukan pada Pengelolaan Dana UKS Tahun 2003, 2004 dan 2005
menunjukkan bahwa Sistem Pengendalian Intern (SPI) telah dirancang untuk meningkatkan pengendalian
atas kegiatan-kegiatan, namun belum cukup memadai untuk mencegah terjadinya penyimpangan-
penyimpangan.

Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui dan menilai apakah informasi keuangan telah
disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, penerimaan Dana UKS telah dipungut sesuai
dengan ketentuan dan dipertanggungjawabkan secara tertib, Depsos telah melaksanakan tugas dan
wewenangnya dalam rangka optimalisasi penerimaan Dana UKS serta penggunaan/pemanfaatan Dana
UKS telah dilakukan sesuai dengan ketentuan dan standar yang berlaku, hemat serta berdayaguna sesuai
dengan tujuan pembentukannya.

Lingkup pemeriksaan diarahkan pada kegiatan utama pengelolaan Dana UKS Tahun 2003, 2004
dan 2005 (s.d. April 2005), yaitu penerimaan dana yang bersumber dari penyelenggaraan undian,
pengembangan dana yang didepositokan, hadiah yang tak tertebak, pengeluaran dana sesuai dengan

1
tujuan pembentukan Dana UKS serta laporan dan pertanggungjawaban penerimaan/pengeluaran Dana
UKS.
Realisasi penerimaan Dana UKS Tahun 2003 sebesar Rp128.239.581.674,00 sedangkan
pengeluaran sampai dengan 31 Desember 2003 sebesar Rp117.646.451.787,00 (terjadi pengeluaran lebih
besar dari penerimaan, disebabkan masih terdapat saldo awal kas Tahun 2003 sebesar
Rp32.274.174.786,00). Pemeriksaan mencakup realisasi penerimaan sebesar Rp60.797.199.455,00
(47,41%) dengan nilai temuan sebesar Rp18.430.012.954,00 atau 30,31 % dari realisasi penerimaan yang
diperiksa; sedangkan realisasi pengeluaran yang diperiksa sebesar Rp82.150.739.426,00 (69,89%)
dengan nilai temuan sebesar Rp16.998.941.621,00 atau 20,69 % dari realisasi pengeluaran yang diperiksa.
Realisasi penerimaan Dana UKS Tahun 2004 sebesar Rp108.852.687.331,00 sedangkan pengeluaran
sampai dengan 31 Desember 2004 sebesar Rp87.171.540.675,00. Pemeriksaan mencakup realisasi
penerimaan yang diperiksa sebesar Rp63.917.087.526,00 (58,72%) dengan nilai temuan sebesar
Rp9.765.809.351,00 atau 15,28 % dari realisasi penerimaan yang diperiksa, sedangkan realisasi
pengeluaran yang diperiksa sebesar Rp61.235.227.500,00 (70,25%) dengan nilai temuan sebesar
Rp25.620.953.302,00 atau 41,84 % dari realisasi pengeluaran yang diperiksa.
Realisasi penerimaan Dana UKS dalam Tahun 2005 sampai dengan 31 April 2005 sebesar
Rp57.025.305.363,00, sedangkan pengeluaran sampai dengan 31 April 2005 sebesar
Rp31.684.097.278,00. Pemeriksaan mencakup realisasi penerimaan yang diperiksa sebesar
Rp24.809.195.200,00 (43,21%) dengan nilai temuan sebesar Rp Rp17.738.951.112,00 atau 71,50 % dari
realisasi penerimaan yang diperiksa, sedangkan realisasi pengeluaran yang diperiksa sebesar
Rp22.410.327.350,00 (70,73 %) dengan nilai temuan sebesar Rp11.931.184.269,00 atau 53,24 % dari
realisasi pengeluaran yang diperiksa.

Temuan-temuan pemeriksaan dimaksud adalah sebagai berikut :


01. Kelemahan Yang Mengganggu Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan (01) :
(01.02) Penatausahaan keuangan Dana UKS belum sepenuhnya mengacu pada ketentuan
peraturan keuangan yang berlaku.
(01.03) Pengelolaan keuangan bantuan Dana UKS sebesar Rp25.208.458.137,00 belum sesuai
ketentuan.
(01.03) Biaya pelaksanaan kegiatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional dan Jambore Satuan
Tugas Penanggulangan Bencana Tingkat Nasional Tahun 2004 tidak
dipertanggungjawabkan sebesar Rp1.452.170.000,00 dan PPN serta PPh 22 kurang
disetor masing-masing sebesar Rp306.392.818,00 dan Rp45.958.922,00.
(01.05) Kebijakan pengelolaan piutang Dana UKS tidak mengacu pada ketentuan.
(01.06) PPh Pasal 21 atas jasa audit laporan keuangan Dana UKS oleh Kantor Akuntan Publik
belum dipungut dan disetor sebesar Rp8.625.000,00.

02. Penyimpangan Terhadap Kriteria/Peraturan Yang Telah Ditetapkan (02) :


(02.09) Dana UKS Tahun 2003, 2004 dan 2005 (s.d Maret 2005) seluruhnya sebesar
Rp36.661.725.168,00 dan Biaya Permohonan Izin Undian Gratis Berhadiah sebesar
Rp25.900.000,00 belum diterima.
(02.09) Pengurusan penerbitan izin Undian Gratis Berhadiah untuk Agency PT. Globe belum
sesuai ketentuan.

2
(02.15) Penggunaan Dana UKS untuk pembayaran honorarium dan transport Tim Ahli, Penasehat
dan Staf Khusus Menteri sebesar Rp840.000.000,00 tidak sesuai ketentuan.
(02.16) Terdapat pelaksanaan kegiatan di lingkungan Depsos dibiayai dari Dana UKS sebesar
Rp11.773.300.161,00
(02.16) Dana UKS digunakan untuk bantuan uang muka perumahan pegawai Depsos Tahun 2004
sebesar Rp3.500.000.000,00 tidak sesuai ketentuan
(02.19) Penggunaan Dana UKS minimal sebesar Rp2.001.558.302,00 dalam program
penempatan tenaga kerja Indonesia ke Malaysia tidak sesuai ketentuan
(02.19) Pengembalian Dana UKS dan jasa giro atas pengelolaan program penggemukan sapi
seluruhnya sebesar Rp233.402.736,00 belum diterima

Kelemahan tersebut secara umum antara lain terjadi karena Menteri Sosial, Direktur Jenderal
Pemberdayaan Sosial dan Tim Pertimbangan belum sepenuhnya mentaati ketentuan yang berlaku, atasan
langsung kurang efektif melaksanakan fungsi pengendalian dan pengawasan serta aparat pemeriksa intern
(Inspektorat Jenderal Depsos) tidak melaksanakan pengawasan sebagaimana mestinya.
Sehubungan dengan kelemahan itu BPK - RI menyarankan agar Menteri Sosial RI :
a. Menegur secara tertulis Tim Pertimbangan untuk bekerja secara optimal dalam mengelola keuangan
Dana UKS sesuai dengan ketentuan peraturan keuangan yang berlaku; dan mengevaluasi seluruh
bentuk kegiatan pengelolaan Dana UKS supaya dapat memenuhi setiap unsur pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara;
b. Menginstruksikan Panitia pelaksanaan kegiatan HKSN dan Jambore Tahun 2004 untuk melaporkan
seluruh realisasi biaya pada kegiatan dimaksud, dan segera memungut serta menyetorkan PPN/PPh ke
kas Negara.
c. Menegur secara tertulis Dirjen Dayasos dan pejabat di lingkungannya yang terkait dalam pelaksanaan
pemberian izin Undian Gratis Berhadiah (UGB) untuk mempertanggungjawabkan Dana UKS Tahun
2003, 2004 dan 2005 yang belum diterima dari hasil izin UGB dan Biaya Permohonan Izin (BPI)
masing-masing sebesar Rp36.661.725.168,00 dan Rp25.900.000,00 dan menginstruksikan agar
segera mempertanggungjawabkan piutang Dana UKS seluruhnya sebesar Rp9.413.130.116,00;
d. Menegur secara tertulis Tim Monitoring/Evaluasi Program Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke
Malaysia dan Tim Program Penggemukan Sapi serta mempertanggungjawabkan kerugian yang
ditimbulkan atas pelaksanaan program-program tersebut;
e. Memberikan sanksi terhadap para pelaksana dan penanggung jawab yang lalai dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta meningkatkan fungsi pengendalian dan
pengawasan.

Jakarta, Desember 2005


Penanggung Jawab,

Marlis Bustami, SH. MKn


NIP. 240000744

3
Bab I
PENDAHULUAN

1. Dasar Hukum Pemeriksaan


Undang-Undang (UU) No.5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
2. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui dan menilai apakah :
a. Informasi keuangan telah disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan;
b. Dana Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) telah dipungut sesuai dengan ketentuan dan
dipertanggungjawabkan secara tertib;
c. Depsos telah melaksanakan tugas dan wewenangnya dalam rangka optimalisasi penerimaan Dana
UKS;
d. Penggunaan/pemanfaatan Dana UKS telah dilakukan sesuai dengan ketentuan dan standar yang
berlaku, hemat serta berdayaguna sesuai dengan tujuan pembentukannya.
3. Lingkup Pemeriksaan
Pemeriksaan meliputi :
a. Penerimaan Dana UKS yang bersumber dari penyelenggaraan undian;
b. Pengembangan Dana UKS yang didepositokan;
c. Hadiah yang tak tertebak;
d. Pengeluaran Dana UKS sesuai dengan tujuan pembentukan Dana UKS;
e. Laporan dan pertanggungjawaban penerimaan/pengeluaran Dana UKS.
4. Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan dengan uji petik terhadap pertanggungjawaban kegiatan pengelolaan Dana
UKS dan melakukan cek fisik terutama untuk mengetahui kebenaran pelaksanaan pekerjaan. Selain itu
melakukan wawancara dan konfirmasi dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang memadai.
5. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan selama 30 hari mulai tanggal 16 Mei 2005 sampai dengan 18 Juli 2005
berdasarkan Surat Tugas Anggota/Pembina Utama Keuangan Negara III No. 19/ST/V-
XIII.2/05/2005 tanggal 10 Mei 2005.

4
6. Uraian Singkat Mengenai Obyek Yang Diperiksa
a. Penerimaan dan pengeluaran Dana UKS
Penerimaan dan pengeluaran Dana UKS Tahun 2003, 2004 dan 2005 (s.d April 2005) adalah
sebagai berikut :
Uraian Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005
Saldo Awal 32,274,174,786.00 10,593,129,887.00 21,681,146,656.00
Penerimaan 92,693,373,326.00 96,158,032,843.00 34,257,686,387.00
Jasa giro 416,585,814.00 586,239,659.00 321,261,928.00
Bunga Dep 981,831,277.00 0 0
PPN/PPH 1,873,616,471.00 1,515,284,942.00 765,210,392.00
Jumlah 128,239,581,674.00 108,852,687,331.00 57,025,305,363.00
Pengeluaran 115,772,835,316.00 85,656,255,733.00 30,918,886,886.00
PPN/PPH 1,873,616,471.00 1,515,284,942.00 765,210,392.00
Jumlah 117,646,451,787.00 87,171,540,675.00 31,684,097,278.00
Saldo Akhir 10,593,129,887.00 21,681,146,656.00 25,341,208,085.00
Deposito - - 3,500,000,000.00
Ket : Hasil rekapitulasi Lap. Keu bulanan Bendaharawan
b. Tujuan dan sasaran Dana UKS
Menurut Kepmensos No. 03/PEGHUK/2002 tanggal 15 Januari 2002, tentang Pengumpulan dan
Pengelolaan Dana UKS pada Pasal 2 menyebutkan maksud pengumpulan Dana UKS adalah untuk
mewujudkan tertib administrasi keuangan baik penerimaan dan penggunaannya yang disesuaikan
dengan peruntukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sesuai
dengan prinsip efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas. Sedangkan tujuan pembentukan
Dana UKS adalah untuk memudahkan pemerintah dhi. Depsos membantu menyelesaikan masalah-
masalah sosial secara cepat, tidak memerlukan proses/prosedur budget biasa, dan untuk
mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial.
Sasaran penggunaan Dana UKS meliputi antara lain :
1) Kegiatan utama dibidang UKS seperti pemberian bantuan bagi korban akibat bencana alam,
sosial, huru hara termasuk mereka yang mengungsi dan kegiatan peningkatan potensi
kesejahteraan sosial yang meliputi baik pelayanan dan pemberdayaan Potensi dan Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS) serta peningkatan kualitas manajemen dan profesionalisme
pelayanan sosial;
2) Kegiatan pendukung yang menunjang pelaksanaan dan pengembangan sistem pelayanan sosial
yang meliputi pengembangan SDM, penyelamatan dan pemulihan asset Depsos, kegiatan
keagamaan, keolahragaan, kesehatan, kesenian dan perjalanan dinas dalam rangka UKS di
dalam negeri maupun luar negeri;
3) Kegiatan administrasi yang mendukung kelancaran kegiatan utama dan kegiatan pendukung.

5
Bab II
URAIAN HASIL PEMERIKSAAN

A. Review atas Sistem Pengendalian Intern (SPI)


Penelaahan atas Sistem Pengendalian Intern (SPI) dilakukan terhadap delapan komponen, yaitu
organisasi, kebijakan, perencanaan, prosedur, pengamanan sumber daya, pencatatan, pelaporan serta
pengawasan dengan uraian sebagai berikut :

1. Organisasi
Dana UKS merupakan upaya program dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina,
memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial.
Dalam upaya tersebut dibentuk Dana UKS sesuai Surat Keputusan Menteri Sosial
No.03/PEGHUK/2002 tanggal 15 Januari 2002 tentang Pengumpulan dan Pengelolaan Dana
Kesejahteraan Sosial dengan mendasarkan kepada Undang-undang No. 22 Tahun 1954 tentang
Undian, yakni Dana yang diterima dari berbagai pihak/sumber yang diperuntukkan sebesar-besarnya
bagi kepentingan pelaksanaan kegiatan UKS baik secara langsung dari masyarakat yang peduli
terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) maupun tidak langsung melalui
pemberian izin penyelenggaraan undian.
Pengumpulan dan pengelolaan Dana UKS dimaksudkan untuk mewujudkan tertib administrasi
keuangan baik penerimaan dan penggunaannya yang disesuaikan dengan peruntukannya berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan prinsip efesiensi, efektifitas, transparansi
dan akuntabilitas.
Pembentukan Dana UKS diperoleh dari beberapa sumber penerimaan, yaitu :
a. Izin penyelenggaraan undian;
b. Pengembangan Dana yang didepositokan;
c. Hadiah yang tidak tertebak.
Sesuai dengan Keputusan Mensos No.06/HUK/2001 tanggal 26 Oktober 2001 tentang Organisasi dan
Tata kerja Departemen Sosial, penerimaan Dana UKS dikelola oleh Direktur Jenderal Pemberdayaan
Sosial dhi. Direktorat Pemberdayaan Sumber Dana Sosial. Sedangkan pengeluaran Dana UKS,
dibentuk Tim Pertimbagan Bantuan Mensos sesuai dengan Keputusan Mensos No.04/PEGHUK/2002
tanggal 15 Januari 2002 dan Sekretariat Tim Pertimbangan Bantuan Mensos sesuai dengan Keputusan
Mensos No.K.93/SJ/II/2002 tanggal 20 Pebruari 2002. Tim Pertimbangan bertugas memberikan
rekomendasi/saran kepada Menteri Sosial terhadap permohonan bantuan sosial dari masyarakat
berdasarkan garis kebijaksanaan yang telah ditentukan, melaksanakan tinjauan lapangan sebagai
upaya dalam memperoleh data yang akurat dan obyektif apabila diperlukan serta melaksanakan
monitoring dan evaluasi terhadap bantuan Mensos. Tim Pertimbangan dibantu oleh Sekretariat Tim
Pertimbangan yang antara lain bertugas melakukan pengumpulan bahan-bahan pendukung dari para
pemohon, memberikan saran kepada Tim Pertimbangan Bantuan Mensos berdasarkan hasil
kajian/telaahan bahan-bahan pendukung dari pemohon serta melakukan tugas kesekretariatan dalam
megelola Dana UKS dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.

6
Susunan Tim Pertimbangan Bantuan Mensos adalah sebagai berikut :
No Jabatan dalam Kedinasan Jabatan dalam Tim
1 Menteri Sosial Penanggungjawab
2 Sekretaris Jenderal Ketua
3 Sekretaris Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Anggota
Inspektur Jenderal
4 Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Anggota
5 Kepala Biro Keuangan Anggota

Susunan Sekretariat Tim Pertimbangan Bantuan Mensos adalah sebagai berikut :


No Jabatan dalam Kedinasan Jabatan dalam Tim
1 Sekretaris Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Ketua
2 Kepala Biro Perencanaan Anggota
3 Sekretaris Direktur Jenderal Pelayanan dan Kesejahteraan Sosial Anggota
4 Sekretaris Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial Anggota
5 Sekretaris Inspektorat Jenderal Anggota
6 Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial Anggota
7 Kepala Bagian Perbendaharaan Biro Keuangan Bendahara
8 Kepala Bagian Program dan Informasi Pemberdayaan Sosial Anggota
9 Kepala Sub Direktorat Pendayagunaan Sumber Dana Sosial Anggota
10 Staf khusus Sekretaris Jenderal Depsos pada Biro Kepegawaian dan Hukum Anggota
11 Kepala Sub Bagian TP/TGR pada Biro Keuangan Anggota
12 Staf Per bendaharaan pada Biro Keuangan Anggota
13 Kepala Sub Bagian Data dan Informasi pada Direktorat Jenderal Pemberdayaan Anggota
Sosial

Hasil penelaahan atas organisasi pengelolaan Dana UKS menunjukkan bahwa telah dibentuk suatu
organisasi tersendiri dalam pengelolaan Dana UKS (terpisah dari organisasi struktural Depsos).
Namun dalam pelaksanaannya masih ada kelemahan terhadap tugas dan fungsi dari Tim
Pertimbangan, yaitu masih dijumpai pengeluaran Dana UKS yang tidak melalui Tim Pertimbangan.
2. Kebijakan
Ketentuan/peraturan intern yang disusun untuk mendukung pengelolaan Dana UKS, diantaranya
adalah :
a. Kepmensos No. 21/HUK/1991 tanggal 22 Juni 1991, tentang Penetapan Sumber-sumber
Penerimaan Bukan Pajak di Lingkungan Departemen Sosial menetapkan bahwa pemohon
penyelenggara ijin undian untuk setiap tahap/periode penarikan diharuskan menyetor uang ke kas
negara sebesar Rp100.000,00 sebagai biaya administrasi.
b. Kepmensos No. 03/PUGHUK/2002 tanggal 15 Januari 2002 tentang Pengumpulan dan
Pengelolaan Dana UKS.
c. Keputusan Mensos No.04/PEGHUK/2002 tanggal 15 Januari 2002 tentang Tim Pertimbangan
Bantuan Mensos dan Keputusan Mensos No.K.93/SJ/II/2002 tentang Sekretariat Tim
Pertimbangan Bantuan Mensos.
d. Kepmensos No. 09/PEGHUK/2002 tanggal 1 Maret 2002, tentang Izin Undian.
e. Keputusan Menteri Sosial No.73/HUK/2002 tanggal 14 Oktober 2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan pemberian izin dan penyelenggaraan undian gratis.
Hasil penelaahan masih ditemukan kelemahan yang bersumber dari ketidaktaatan pada
ketentuan/peraturan, diantaranya :
a. Pengelolaan Dana UKS masih belum mengacu kepada peraturan perundangan tentang
Penerimaan Negara Bukan Pajak;
b. Prosedur penatausahaan keuangan belum sepenuhnya diikuti oleh Tim Pertimbangan, misalnya
pertanggungjawaban penggunaan Dana UKS belum seluruhnya sesuai ketentuan, kelalaian

7
Bendaharawan yang belum menyusun Laporan Keuangan sesuai ketentuan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, dan kelemahan pengawasan atasan langsung Bendaharawan atas pengerjaan BKU;
c. Penetapan penerima bantuan tidak seluruhnya dilaksanakan sesuai dengan prosedur penetapan
bantuan, seperti penetapan yang tidak didasarkan atas rekomendasi Tim Pertimbangan. Selain itu
belum ditetapkan standar penggunaan Dana UKS dan prioritas kegiatan kesejahteraan sosial
secara spesifik;
d. Ketidaktaatan pada ketentuan tentang izin undian dan petunjuk pelaksanaannya dalam
pelaksanaan penerbitan izin UGB;
e. Pengelolaan piutang tidak dibuat kebijakan sesuai dengan peraturan yang berlaku;
f. Penggunaan Dana UKS yang tidak sesuai dengan tujuan pembentukannya, seperti penggunaan
sebagian dana oleh unit kerja pada Depsos yang biaya kegiatannya telah dianggarkan dalam
APBN.
g. Berdasarkan Keputusan Presiden RI No.102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pasal 51 dan 52 yang pada intinya
menyebutkan bahwa Depsos merupakan unsur pelaksana Pemerintahan RI yang dipimpin oleh
Menteri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden RI dan berfungsi sebagai
penyelenggara sebagian tugas pemerintah di bidang sosial, yakni :
1) Pelaksana urusan pemerintahan di bidang sosial;
2) Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas serta pelayanan administrasi Departemen;
3) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan terapan, pendidikan dan pelatihan tertentu dalam
rangka mendukung kebijakan di bidang sosial;
4) Pelaksanaan pengawasan fungsional.
Salah satu fungsi dari Depsos adalah urusan pemerintah dibidang sosial, untuk itu Depsos
mengupayakan Dana UKS yaitu semua upaya program dan kegiatan yang ditujukan untuk
mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial.
Dari upaya program tersebut dibentuk Dana UKS sesuai Surat Keputusan Menteri Sosial
No.03/PEGHUK/2002 tanggal 15 Januari 2002 tentang Pengumpulan dan Pengelolaan Dana
Kesejahteraan Sosial dengan mendasarkan kepada Undang-undang No. 22 Tahun 1954 tentang
Undian, yakni merupakan Dana yang diterima dari berbagai pihak/sumber yang diperuntukkan
sebesar-besarnya bagi kepentingan pelaksanaan kegiatan UKS baik secara langsung dari
masyarakat yang peduli terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) maupun
tidak langsung melalui pemberian izin penyelenggaraan undian.
1). Pengumpulan dan pengelolaan Dana UKS dimaksudkan untuk mewujudkan tertib
administrasi keuangan baik penerimaan dan penggunaannya yang disesuaikan dengan
peruntukannya berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan
prinsip efesiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas. Sedangkan jenis kegiatan yang
dapat dibantu melalui Dana kesejahteraan sosial mencakup :
2). Kegiatan utama dibidang UKS seperti pemberian bantuan bagi korban akibat bencana alam,
sosial, huru hara termasuk mereka yang mengungsi dan kegiatan peningkatan potensi
kesejahteraan sosial yang meliputi baik pelayanan sosial PMKS maupun pemberdayaan
Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) serta peningkatan kualitas manajemen dan
profesionalisme pelayanan sosial;
3). Kegiatan pendukung yang menunjang pelaksanaan dan pengembangan sistem pelayanan
sosial yang meliputi pengembangan SDM, penyelamatan dan pemulihan aset Depsos,
kegiatan keagamaan, keolahragaan, kesehatan, kesenian dan perjalanan dinas dalam rangka
UKS di dalam negeri maupun luar negeri;
4). Kegiatan administrasi yang mendukung kelancaran kegiatan utama dan kegiatan pendukung.

8
Pembentukan Dana UKS diperoleh dari beberapa sumber penerimaan, yaitu :
Izin penyelenggaraan undian;
Pengembangan Dana yang didepositokan;
Hadiah yang tidak tertebak.
Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial No. 09/PEGHUK/2002 tanggal 1 Maret 2002, tentang
Izin Undian pada Bab II, menyebutkan :
Pasal 2 butir (1), bahwa Setiap penyelenggaraan undian harus mendapat izin dari Menteri Sosial.
Pasal 3, bahwa Izin penyelenggaraan undian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diberikan
kepada Badan yang mengajukan permohonan dan telah memenuhi persyaratan.
Kemudian pada Bab VI, yaitu Pasal 3 menyebutkan bahwa Penyelenggara undian berkewajiban
membantu usaha kesejahteraan sosial dengan menyetorkan sejumlah Dana ke rekening Dana
kesejahteraan Sosial Departemen Sosial yang besarnya sekurang-kurangnya 10 % dari jumlah
keseluruhan hadiah.
Namun bilamana dalam penyelenggaraan undian tersebut dilaksanakan dalam beberapa tahap atau
periode penarikan, maka sesuai dengan Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos)
No.21/HUK/1991 tanggal 22 Juni 1991, tentang Penetapan Sumber-Sumber Penerimaan Bukan
Pajak di Lingkungan Departemen Sosial, menetapkan bahwa pemohon penyelenggara izin undian
untuk setiap tahap/periode penarikan diharuskan menyetor uang ke kas negara sebesar
Rp100.000,00 sebagai biaya adminstrasi atau Biaya Permohonan Izin (BPI).
Realisasi Penerimaan dan Penggunaan Dana UKS Tahun 2003, 2004 dan 2005 (s.d April 2005)
Tahun Penerimaan Pengeluaran Penerimaan BPI Sisa Dana UKS
Dana UKS (Rp) Dana UKS (Rp) (Rp) (Rp)
2003 95.965.406.888,00 117.646.451.787,00 143.700.000,00 (21.681.044.899,00)
2004 98.259.557.444,00 87.171.540.675,00 219.950.000,00 11.088.016.769,00
2005 (s.d April) 35.344.158.707,00 31.684.097.278,00 82.500.000,00 3.660.061.429,00
JUMLAH 229.569.123.039,00 236.502.089.740,00 446.150.000,00 (6.932.966.701,00)
Keterangan :
a) Sumber data adalah laporan keuangan Dana UKS tidak termasuk jasa giro dan bunga
deposito;
b) Belum termasuk hadiah yang tak tertebak yakni berupa barang, karena perlu dilakukan
appraisal atas nilai barang (pencatatan tidak menunjukan nilai barang).
c) Saldo awal Tahun 2003 sebesar Rp32.274.174.786,00
d) Dalam saldo Dana UKS termasuk dalam bentuk Deposito pada Bank BNI sebesar
Rp3.500.000.000,00
Untuk melaksanakan pengelolaan Dana UKS, sesuai dengan Keputusan Mensos
No.04/PEGHUK/2002 tanggal 15 Januari 2002 tentang Tim Pertimbangan Bantuan Mensos dan
Keputusan Mensos No.K.93/SJ/II/2002 tentang Sekretariat Tim Pertimbangan Bantuan Mensos,
dibentuk suatu Tim Pertimbangan dalam memberikan rekomendasi/saran kepada Mensos
terhadap permohonan bantuan sosial yang diajukan, berdasarkan garis kebijaksanaan yang telah
ditentukan, melaksanakan tinjauan lapangan sebagai upaya dalam memperoleh data yang akurat
dan obyektif apabila diperlukan serta melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap bantuan
Mensos; Tim Pertimbangan dibantu oleh Sekretariat Tim Pertimbangan yang antara lain bertugas
melakukan pengumpulan bahan-bahan pendukung dari para pemohon, memberikan saran
pertimbangan kepada Tim Pertimbangan Bantuan Mensos berdasarkan hasil kajian/telaahan
bahan-bahan pendukung dari pemohon serta melakukan tugas kesekretariatan dalam mengelola
Dana UKS dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.
Adapun prosedur penerbitan Surat Keputusan Izin Undian Gratis Berhadiah (SK Izin UGB)
sampai dengan penyetoran penerimaan dari sumber izin penyelenggaraan undian, dapat
dijelaskan sebagai berikut, yaitu :

9
- Pemohon secara langsung maupun tidak langsung (melalui Agency) mengajukan permohonan
tertulis ditujukan kepada Menteri Sosial melalui Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial
(Dirjen Dayasos).
- Atas disposisi Dirjen Dayasos, Direktur PSDS mengadakan seleksi dan telaahan. Apabila
memenuhi syarat, diproses Surat Keputusan (SK) verbal oleh Direktorat PSDS. Verbal SK
oleh Direktorat PSDS disampaikan ke Biro Pegawai dan Hukum untuk diproses lebih lanjut.
- Verbal SK setelah mendapat paraf persetujuan dari Kepala Biro (Karo) Pegawai dan Hukum
disampaikan ke Dit. PSDS dan Dirjen Dayasos, serta Sekretaris Jenderal (Sekjen) untuk
dimintakan paraf persetujuan.
- Verbal SK kemudian diketik net oleh Kepala Biro (Karo) Pegawai dan Hukum, kemudian
diantarkan ke Ketua Koordinasi Tim Ahli untuk diparaf. Setelah diparaf, kemudian
disampaikan kepada Menteri Sosial untuk ditandatangani.
- Net SK yang telah ditandatangani Mensos, kemudian oleh Kepala Biro (Karo) Pegawai dan
Hukum diadministrasikan, kemudian SK asli disampaikan ke Dit. PSDS.
- SK asli oleh Dit. PSDS disampaikan kepada pemohon, bersamaan dengan itu pemohon
menyetorkan Dana undian sebesar 10 % dari jumlah keseluruhan hadiah melalui rekening
bank pemerintah atas nama Menteri Sosial, yaitu Bank Mandiri dengan rekening
No.006.00.9410700.4.
Sedangkan prosedur penyaluran/penggunaan bantuan Dana UKS, dapat dijelaskan sebagai
berikut :
- Pemohon mengajukan proposal bantuan Dana UKS yang mengatasnamakan dari Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), Yayasan atau Himpunan Mahasiswa, menjelaskan maksud dan
tujuan kegiatan sosial serta rencana pembiayaannya, disampaikan kepada Dirjen yang
membidangi kegiatan tersebut.
- Proposal tersebut dikaji dan ditelaah oleh Dirjen yang bersangkutan, apabila usulan tersebut
dianggap penting dalam kegiatan sosial, maka dibuatkan nota penyampaian.
- Nota penyampaian proposal didisposisikan kepada Sekretaris Tim Pertimbangan untuk
dikaji dan ditelaah sebagai pertimbangan besarnya bantuan Dana UKS akan diberikan.
- Nota penyampaian proposal setelah ditetapkan besarnya pemberian bantuan oleh Sekretaris
Tim Pertimbangan, maka disampaikan kepada Menteri Sosial.
- Menteri Sosial setelah memperhatikan dan menimbang kegiatan sosial tersebut, menyetujui
diberi bantuan, maka didisposisikan kepada Bendahara UKS.
- Bendahara UKS menelaah persetujuan Menteri, selanjutnya menulis cek yang nilainya telah
disetujui Menteri.
- Bendahara membuat tanda terima penyerahan cek, kemudian cek serta KTP penerima
bantuan tersebut di foto copy sebagai arsip.
Berdasarkan pemeriksaan atas mekanisme, prosedur dan dokumen pengelolaan Dana UKS
diketahui bahwa :
1) Penerimaan Dana UKS Tahun 2003, 2004 dan 2005 (s.d April) seluruhnya sebesar
Rp229.569.123.039,00 merupakan penerimaan yang berasal dari penyelengaraan undian
gratis berhadiah yang dipungut berdasarkan Keputusan Menteri Sosial No.
09/PEGHUK/2002 tanggal 1 Maret 2002, tentang Izin Undian yang disetor oleh pihak
penyelenggara sebesar 10% dari total hadiah dan dipergunakan oleh Depsos untuk
kepentingan kesejahteraan sosial.
Jadi apabila dilihat dari sumber penerimaan Dana UKS, maka sumber Dana UKS berasal
dari masyarakat luas (penyelenggaran undian) yang bersifat wajib untuk keperluan
negara/Depsos dalam melaksanakan kegiatan kesejahteraan social.
Dalam UUD 1945 Pasal 23 A menyatakan bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat
memaksa (segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat) untuk keperluan negara
diatur dengan Undang-Undang (UU). Hal ini menegaskan bahwa segala tindakan yang
menempatkan beban kepada rakyat seperti pajak dan lain-lainnya harus ditetapkan dengan
UU yaitu dengan persetujuan Presiden dan DPR RI. Demikian pula halnya masalah
penerimaan negara diluar penerimaan perpajakan yang menetapkan beban kepada rakyat

10
telah ditetapkan dan diatur dengan UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) dan tujuan perumusan UU ini antara lain adalah :
a). Menuju kemandirian bangsa dalam pembangunan negara dengan pembiayaan
pembangunan melalui optimalisasi sumber-sumber PNBP dan ketertiban administrasi
pengelolaan PNBP serta penyetoran ke Kas Negara.
b). Memberikan kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat berpartisipasi dalam
pembiayaan pembangunan sesuai dengan manfaat yang dinikmatinya dari kegiatan-
kegiatan yang menghasilkan PNBP.
c). Menunjang upaya terciptanya aparat pemerintah yang kuat, bersih dan berwibawa,
penyederhanaan prosedur dan pemenuhan kewajiban peningkatan tertib administrasi
keuangan dan anggaran negara serta peningkatan pengawasan.
Dari sudut penerimaannya, Dana UKS tergolong PNBP sebagaimana ditetapkan dalam UU
No. 20 Tahun 1997 Pasal 2 ayat (2) yang menyatakan bahwa jenis Penerimaan Bukan Pajak
yang belum tercakup dalam kelompok PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah (PP).
Menurut PP No. 22 Tahun 1997 tentang jenis dan penyetoran PNBP pada Departemen Sosial
ditentukan secara tegas antara lain yaitu :
a). Penerimaan dari izin pengumpulan uang dan barang;
b). Penerimaan dari izin penyelenggaraan undian.
c). Penerimaan hibah yang merupakan hak pemerintah.
Dan sebagai implementasi dari PP No.22 Tahun 1997 tersebut, Depsos (dhi. Mensos)
mengeluarkan Keputusan Mensos yakni :
a). Kepmensos No.21/HUK/1991 tanggal 22 Juni 1991 tentang penetapan sumber-sumber
penerimaan bukan pajak di lingkungan Depsos, antara lain menetapkan bahwa pemohon
penyelenggara izin undian untuk setiap tahap/periode penarikan diharuskan menyetor
uang ke kas negara sebesar Rp100.000,- sebagai biaya administrasi (BPI); (masuk dalam
kelompok PNBP)
b). Kepmensos No.09/PEGHUK/2002 tanggal 1 Maret 2002 tentang Izin Undian pada Pasal
19 Ayat 3 menyebutkan antara lain bahwa penyelenggara undian gratis berhadiah
berkewajiban membantu usaha kesejahteraan sosial dengan menyetorkan sejumlah Dana
ke rekening Dana kesejahteraan sosial Depsos yang besarnya minimal 10% dari jumlah
keseluruhan hadiah. (Non PNBP)
Dari kedua Kepmensos tersebut di atas terlihat bahwa terjadi inkonsistensi implementasi
kebijakan terhadap satu sumber penerimaan sesuai PP No.22 Tahun 1997.
Selain itu, Dana UKS merupakan bagian dari keuangan negara sebagaimana diatur dalam
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menetapkan bahwa Keuangan Negara
adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu
baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut, serta lingkup keuangan negara meliputi antara lain
kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum; selanjutnya sesuai dengan UU No.20 Tahun 1997
tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang pada intinya menyebutkan bahwa
PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan
perpajakan, dengan tetap memenuhi ketentuan UU, sebagian Dana dari PNBP yang
dipungut dapat digunakan untuk kegiatan tertentu yang berkaitan dengan jenis PNBP tersebut
oleh Instansi yang bersangkutan.
Jadi Dana UKS merupakan PNBP yang seharusnya disetorkan ke Kas Negara, dikelola
dengan menggunakan sistem APBN dan dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan yang
berlaku.
2) Depsos tidak membuat Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) Dana UKS sehingga sulit dalam
melakukan pengendalian manajemen.

11
3) Penerimaan Dana UKS atas penyelengaraan UGB belum optimal, hal ini terlihat dari
tunggakan penerimaan Tahun 2003, 2004 dan 2005 (s.d April ) seluruhnya sebesar
Rp36.661.725.168,00 dan penerimaan atas BPI seluruhnya sebesar Rp.28.300.000,00
4) Program pengelolaan Dana UKS mempunyai arti yang sangat penting dalam pengentasan
masalah-masalah sosial. Namun dalam pengelolaan Dana UKS tersebut berdasarkan SK
Mensos No.03/PEGHUK/2002 tentang pengumpulan dan pengelolaan Dana kesejahteraan
sosial tercermin dengan nyata bahwa lingkup kegiatan yang dapat dibantu dengan Dana UKS
sangat luas dan sebagian digunakan pula untuk pembiayaan tugas pokok dan fungsi Depsos
yang seluruhnya telah dibiayai dari APBN. Selain itu realisasi penggunaan Dana UKS dalam
Tahun 2003, 2004 dan 2005 (s.d April) tidak termasuk pengeluaran untuk pengembangan
dana (Deposito) seluruhnya sebesar Rp179.549.581.671,00. Rincian penggunaan Dana UKS
Tahun 2003, 2004 dan 2005 sebagai berikut :

No Uraian Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Jumlah Keterangan


(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 Bencana alam 1.656.919.000 2.370.357.000 3.087.000.000 7.114.276.000 Kesj. Sosial
2 Kerusuhan - 535.000.000 - 535.000.000 Kesj. Sosial
3 Bakti Sosial 8.727.932.000 3.397.700.000 7.106.285.000 19.231.917.000 Kesj. Sosial
4 Sarana sosial 8.412.390.624 6.890.724.000 1.841.715.000 17.144.829.624 Kesj. Sosial
5 Pendidikan 156.500.000 282.000.000 50.000.000 488.500.000 Kesj. Sosial
6 Kelembagaan&Orsos 2.082.050.000 1.629.000.000 275.000.000 3.986.050.000 Kesj. Sosial
7 Administrasi 3.955.057.000 2.383.547.000 374.200.000 6.712.804.000 Ops. Depsos
8 Perjalanan 2.833.119.000 2.901.842.000 1.733.714.000 7.468.675.000 Ops. Depsos
9 Kesehatan 87.750.000 618.500.000 15.000.000 721.250.000 Ops. Depsos
10 KUBE 1.019.063.000 530.866.000 160.000.000 1.709.929.000 Ops. Depsos
11 Lain-lain 27.615.245.466 33.556.209.356 5.466.889.000 66.638.343.822 Ops. Depsos
12 Piutang 30.014.257.000 12.143.750.225 5.640.000.000 47.798.007.225 Piutang
Jumlah 86.560.283.090 67.239.495.581 25.749.803.000 179.549.581.671

Dari Tabel di atas dapat disimpulkan kembali secara spesifik pos-pos realisasi penggunaan
menurut sifatnya yakni penggunaan yang memang secara langsung untuk kesejahteraan
sosial, operasional Depsos dan piutang dengan rincian sbb:
No Uraian Penggunaan (Rp) Persentase
1 Kesejahteraan sos. 48.500.572.624 27,01%
2 Ops Depsos 83.251.001.822 46,37%
3 Piutang 47.798.007.225 26,62%
Jumlah 179.549.581.671 100,00%
Dari data realisasi penggunaan di atas menunjukan bahwa penggunaan dana untuk kegiatan
utama kesejahteraan sosial (yang prioritas) dibidang UKS seperti bantuan bencana alam, huru
hara, pengungsi, bakti sosial, sarana sosial dan pendidikan orang yang tak mampu hanya
sebesar Rp 48.500.572.624,00 atau sebesar 27,01 % dari realisasi penggunaan Dana UKS,
sedangkan selebihnya merupakan kegiatan pendukung seperti pembangunan/renovasi
gedung, kunjungan kerja, honorarium tim, kesejahteraan pegawai Depsos sebesar Rp.
83.251.001.822,00 atau sebesar 46,37% dari realisasi penggunaan Dana UKS dan piutang
sebesar Rp47.798.007.225,00 atau sebesar 26,62% dari realisasi penggunaan Dana UKS.
5) Tidak ada standarisasi pembiayaan atas pengeluaran Dana UKS untuk keperluan sosial,
namun hanya berdasarkan pertimbangan kebijakan yang bersifat subyektif sehingga tidak ada
batasan/standar dalam setiap penetapan pengeluaran. Sesuai bukti pertanggungjawaban
penggunaan/penyaluran Dana UKS diketahui bahwa terdapat bantuan yang disalurkan tanpa
melalui usulan permohonan yang harus dikaji dan ditelaah oleh Sekretaris Tim Pertimbangan,
namun secara langsung ditetapkan oleh Menteri Sosial, adanya penyaluran bantuan diluar

12
kegiatan sosial, seperti bantuan dana pembelian sebidang tanah untuk pembangunan gedung
fitness di Jawa Tengah, bantuan dana penyelenggaraan Rakornis TNI AD, bantuan Dana
pembuatan sinetron , bantuan dana kunjunngan artis ke Spanyol dalam rangka
memperkenalkan budaya Indonesia, adanya bantuan dana untuk kegiatan pokok yang
seharusnya telah dianggarkan dalam DIK dan DIP, namun pembiayaannya menggunakan
Dana UKS, seperti perawatan kendaraan jemputan pegawai, bantuan pembelian satu unit
Kijang Krista Tahun 2003 untuk kendaraan dinas Biro Umum, penyelenggaraan Jambore
Penanggulangan Bencana di Cibubur, dan adanya penyaluran bantuan yang tidak jelas
kepada siapa diserahkan dan untuk apa bantuan Dana dipergunakan (tidak ada bukti
pertanggungjawaban) seperti Dana cadangan kunjungan kerja Mensos, serta adanya
pinjaman Dana UKS kepada pihak lain tanpa didukung dengan dokumen hutang piutang
sesuai ketentuan dan tidak ada kejelasan pengembaliannya.
Ketidaktaatan tersebut di atas mengakibatkan penyimpangan-penyimpangan yang berdampak pada
tertundanya penerimaan Dana UKS atas penyelenggaraan undian, penetapan bantuan yang tidak
proporsional, dan penyimpangan-penyimpangan lain seperti diuraikan dalam temuan pemeriksaan.
3. Perencanaan
Dalam pengelolaan Dana UKS tidak terdapat perencanaan kebutuhan dana yang disusun oleh Tim
Pertimbangan Bantuan Menteri Sosial, terbukti dalam realisasi pengeluaran Dana UKS hanya
berdasarkan pada permohonan bantuan yang disetujui oleh Tim Pertimbangan Bantuan Menteri
Sosial. Hal tersebut masih belum memadai dan belum sepenuhnya sesuai dengan tujuan pembentukan
Dana UKS.
4. Prosedur
Prosedur kerja pengelolaan Dana UKS yang disusun dan dilaksanakan sesuai dengan Surat Keputusan
Menteri Sosial No.03/PEGHUK/2002 tanggal 15 Januari 2002 tentang Pengumpulan dan Pengelolaan
Dana Kesejahteraan Sosial dengan mendasarkan kepada Undang-undang No. 22 Tahun 1954 tentang
Undian, serta ketentuan perundang-undangan lainnya yang relevan. Sedangkan peraturan intern yang
disusun untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pengelolaan Dana UKS, diantaranya:
a. Keputusan Menteri Sosial No.09/PEGHUK/2002 tanggal 14 Oktober 2002 tentang Izin Undian;
b. Keputusan Menteri Sosial No.73/HUK/2002 tanggal 14 Oktober 2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemberian Izin dan Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah.
Dalam pelaksanaan kegiatan pada sisi penerimaan yakni penerimaan atas penerbitan Surat Keputusan
Izin Undian Gratis Berhadiah (UGB), Direktorat Pemberdayaan Sumber Dana Sosial (PSDS)
merupakan pelaksana penyiapan kebijakan teknis dibidang bimbingan pengerahan dana dan
sumbangan sosial, administrasi perizinan sumber dana sosial, pendayagunaan dana dan sumbangan
sosial dan bimbingan penyidikan pendayagunaan sumber dana sosial yang juga merupakan sebagian
fungsi dari direktorat yang bersangkutan. Dengan demikian, pelaksanaan penerimaan Dana UKS oleh
Direktorat PSDS merupakan bagian tidak terpisahkan dari tugas pokok dan fungsi (tupoksi)
Direktorat.
Dalam pelaksanaan pada sisi pengeluaran yakni penggunaan/pemanfaatan Dana UKS dilaksanakan
oleh Tim Pertimbangan yang dibantu oleh Sekretariat Tim Pertimbangan.
Adapun prosedur penerbitan SK Izin UGB sampai dengan penyetoran penerimaan izin
penyelenggaraan undian, dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu :
Pemohon secara langsung maupun tidak langsung (melalui Agency) mengajukan permohonan tertulis
ditujukan kepada Menteri Sosial melalui Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial (Dirjen
Dayasos);
Atas disposisi Dirjen Dayasos, Direktur PSDS mengadakan seleksi dan telaahan. Apabila memenuhi
syarat, diproses Surat Keputusan (SK) verbal oleh Direktorat PSDS. Verbal SK oleh Direktorat

13
PSDS disampaikan ke Biro Pegawai dan Hukum untuk diproses lebih lanjut. Verbal SK setelah
mendapat paraf persetujuan dari Kepala Biro (Karo) Pegawai dan Hukum disampaikan ke
Direktorat PSDS dan Dirjen Dayasos, serta Sekretaris Jenderal (Sekjen Depsos) untuk dimintakan
paraf persetujuan;
Verbal SK kemudian diketik net oleh Karo Pegawai dan Hukum, kemudian diantarkan ke Ketua
Koordinasi Tim Ahli untuk diparaf;
Setelah diparaf, kemudian disampaikan kepada Menteri Sosial untuk ditandatangani;
Net SK yang telah ditandatangani Mensos, kemudian oleh Karo Pegawai dan Hukum
diadministrasikan, kemudian SK asli disampaikan ke Dit. PSDS;
SK asli oleh Dit. PSDS disampaikan kepada pemohon, bersamaan dengan itu pemohon menyetorkan
dana undian sebesar 10 % dari jumlah keseluruhan hadiah melalui rekening bank pemerintah atas
nama Menteri Sosial, yaitu Bank Mandiri dengan rekening No.006.00.9410700.4.
Sedangkan prosedur penyaluran bantuan Dana UKS, dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pemohon mengajukan proposal bantuan Dana UKS yang menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan
sosial serta rencana pembiayaannya, disampaikan kepada Dirjen yang membidangi kegiatan
tersebut;
Proposal tersebut dikaji dan ditelaah oleh Dirjen yang bersangkutan, apabila usulan tersebut
dianggap penting dalam kegiatan sosial, maka dibuatkan nota penyampaian;
Nota penyampaian proposal didisposisikan kepada Sekretaris Tim Pertimbangan untuk dikaji dan
ditelaah sebagai pertimbangan besarnya bantuan Dana UKS akan diberikan;
Nota penyampaian proposal setelah ditetapkan besarnya pemberian bantuan oleh Sekretaris Tim
Pertimbangan, maka disampaikan kepada Menteri Sosial;
Menteri Sosial setelah memperhatikan dan menimbang kegiatan sosial tersebut, menyetujui diberi
bantuan, maka didisposisikan kepada Bendahara UKS;
Bendahara UKS menelaah persetujuan Menteri, selanjutnya menulis cek yang nilainya telah disetujui
Menteri.
Hasil penelahaan menunjukkan bahwa peraturan intern yang disusun telah memadai untuk menjamin
ketertiban dan pencapaian tujuan pengelolaan Dana UKS. Namun demikian, kenyataannya masih
ditemukan adanya ketentuan-ketentuan yang belum dijalankan dengan baik.

5. Pengamanan sumber daya


Sistem pengendalian dalam rangka pengamanan sumber daya, terutama keuangan dan hasil
pekerjaan, pada umumnya telah disusun secara memadai.

6. Pencatatan
Pencatatan dan pelaporan Dana UKS dilakukan oleh Sekretariat Tim Pertimbangan Bantuan Mensos
sesuai dengan Keputusan Mensos No.K.93/SJ/II/2002 tanggal 15 Januari 2002 yang antara lain
bertugas melakukan pengumpulan bahan-bahan pendukung dari para pemohon, memberikan saran
pertimbangan kepada Tim Pertimbangan Bantuan Mensos berdasarkan hasil kajian/telaahan bahan-
bahan pendukung dari pemohon serta melakukan tugas kesekretariatan dalam megelola Dana UKS
dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.
Sekretariat Tim bertanggungjawab kepada Sekretaris Jenderal Depsos selaku Ketua Tim
Pertimbangan dengan meyampaikan laporan mengenai keadaan keuangan dan bantuan yang telah
disalurkan/disumbangkan/digunakan secara periodik. Pencatatan atas pengelolaan Dana UKS baik
penerimaan maupun pengeluaran dilaksanakan oleh Sekretariat Tim Pertimbangan yakni Bendahara
UKS dhi. Kepala Bagian Perbendaharaan pada Biro Keuangan Depsos dengan dibantu oleh staf
administrasi pengelola Dana UKS dhi. Staf perbendaharaan pada Biro Keuangan Depsos, atas
pelaksanaan kegiatan tersebut menggunakan tiga buah buku pencatatan yakni, Buku Kas Umum
(BKU) untuk mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan, Buku Bank untuk

14
mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran atas rekening Menteri Sosial pada Bank, dan Buku
Pajak untuk mencatat seluruh penerimaan serta penyetoran pajak ke Kas Negara selama satu tahun
anggaran.

7. Pelaporan
Hasil pencatatan pengelolaan Dana UKS disusun oleh Tim Pertimbangan dhi. Sekretariat Tim
Pertimbangan secara bulanan, dalam bentuk Laporan Keuangan Dana UKS yang menginformasikan
seluruh kegiatan pengelolaan Dana UKS baik penerimaan maupun pengeluaran/penggunaan dalam
satu bulan, yang kemudian dilaporkan kepada Mensos. Selanjutnya dilaporkan oleh Mensos kepada
Menteri Keuangan secara berkala per triwulan dalam bentuk Laporan Keuangan Dana UKS
Triwulanan yang hanya menginformasikan saldo rekening bank Dana UKS.
Selain itu, Laporan Keuangan Dana UKS secara triwulanan dan tahunan dilakukan pemeriksaan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP), namun sebelum dilakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan
tersebut, terlebih dahulu dilakukan reklasifikasi atas penerimaan dan pengeluaran yang ada pada
Laporan Keuangan Bendaharawan Dana UKS, sehingga diperoleh susunan Laporan Keuangan baru
menurut KAP yang terdiri dari Neraca dan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana, baru kemudian
dilakukan pemeriksaan. Dari keadaan tersebut menunjukan bahwa :
Reklasisfikasi tersebut menunjukan bahwa sistem dan prosedur pencatatan dalam penyusunan
laporan keuangan DUKS yang dilakukan oleh Tim Pertimbangan belum dapat dijadikan dasar
sebagai standar laporan keuangan untuk dilakukan audit atas laporan keuangan.
Tidak ada adjusment atas Laporan Keuangan Unaudited menjadi Laporan Keuangan audited;
Laporan Audited Tahunan merupakan hasil rekapitulasi Laporan Audited Triwulanan.
Sesuai dengan Surat Kantor Akuntan Sofyan Syafri & partner no.061/E-SP/VIII/02 tanggal 12
Agustus 2002 kepada Mensos perihal laporan penyusunan sistem dan prosedur manajemen
DUKS berdasarkan surat penugasan dari Sekjen Depsos No.K91/II/SJ/02 tanggal 15 Pebruari
20022 diketahui bahwa telah dilakukan penyusunan sistem dan prosedur pengelolaan DUKS yang
dilaksanakan oleh KAP dimaksud, namun sampai dengan saat pemeriksaan Tim BPK-RI Juli
2005 penerapan atas sistem dan prosedur tersebut belum dilaksanakan oleh pengelola DUKS.
Laporan Keuangan DUKS diaudit pertriwulanan atau empat kali dalam setahun, sedangkan menurut
ketentuan dalam Kepmensos No.3/PEGHUK/2002 pasal 11 dinyatakan bahwa pemeriksaan oleh
Akuntan Publik setiap tahun.Jadi audit atas Laporan Keuangan Dana UKS cukup dilakukan
setahun sekali.

8. Pengawasan
Pengawasan intern atas penerimaan dan penggunaan Dana UKS kurang memadai, yaitu tidak
dilakukannya pemeriksaan khusus pengelolaan Dana UKS secara keseluruhan oleh aparat
pemeriksaan intern (Inspektorat Jenderal Depsos). Selain itu pengawasan dan pengendalian oleh
atasan langsung bendaharawan terhadap pembukuan keuangan bendaharawan belum sepenuhnya
dijalankan yakni tidak melakukan kas opname secara periodik dan Bendaharawan penerima Dana
UKS dhi. Biro Keuangan dan Dit. PSDS tidak melakukan rekonsiliasi penerimaan Dana UKS secara
periodic. Rekonsiliasi sangat penting dilakukan karena Dana UKS disetorkan langsung oleh
pemohon UGB ke rekening Mensos pada bendaharawan penerima, sedangkan bukti setor Dana UKS
ada pada Direktorat PSDS. Kondisi tersebut mengakibatkan penyajian atas laporan kegiatan/keuangan
pengelola Dana UKS belum dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Selain itu Dalam
pelaksanaan pemantauan dan penyidikan atas penyelenggaraan undian telah dibentuk Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dengan Kepmensos No.38/HUK/1988 tentang PPNS, dan sesuai
dengan Surat Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial No.102/PS/VI/2004 tanggal 24 Juni 2004
tentang pemberdayaan PPNS kepada seluruh Dinas Sosial Propinsi, diantaranya disebutkan bahwa
PPNS agar melaksanakan tugas penyidikan terhadap tindak pelanggaran pidana undian yang terjadi
di wilayah kerja masing-masing sesuai dengan kewenangan dan prosedur yang telah ditetapkan dan

15
dapat segera melakukan koordinasi dengan penyidik Polri pada Kepolisian Daerah di Propinsi selaku
Koordinasi dan Pengawasan (Korwas) PPNS guna memperoleh bimbingan dan arahan berkaitan
dengan pelaksanaan tugas penyidikan kasus pelanggaran dibidang undian serta melaporkan hasil
kegiatannya secara tertulis kepada Kepala Dinas sosial bersangkutan dengan tembusan kepada Dirjen
Dayasos cq. Dit. PSDS. Jadi berdasarkan surat tersebut menunjukan bahwa PPNS baru bekerja
secara efektip pada bulan Juli 2004. Dari laporan PPNS dibeberapa propinsi pada Tahun 2004 masih
terdapat kegiatan penyelenggaraan undian yang tidak ada izin Mensos, dan baru dilakukan hanya
sebatas peneguran belum dilakukan tindakan konkrit secara hukum atas pelanggaran dimaksud.

Review atas SPI dan Laporan Keuangan pengelolaan Dana UKS Tahun 2003, 2004 dan 2005 masih
terdapat kelemahan-kelemahan antara lain pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan tidak tertib,
terdapat tunggakan penerimaan Dana UKS, sebagian Dana UKS digunakan tidak sesuai dengan tujuan
pembentukaannya dan terdapat piutang yang tidak jelas upaya penyelesaiannya.

16
Bab III
B. Temuan Pemeriksaan

01. Kelemahan Yang Mengganggu Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan :


1. (01.02) Penatausahaan keuangan Dana UKS belum sepenuhnya mengacu pada ketentuan
peraturan keuangan yang berlaku
Pencatatan dan pelaporan Dana UKS dilakukan oleh Sekretariat Tim Pertimbangan Bantuan Mensos
ditetapkan dengan Keputusan Mensos No.K.93/SJ/II/2002 tanggal 15 Januari 2002 yang antara lain
bertugas melakukan pengumpulan bahan-bahan pendukung dari para pemohon, memberikan saran
pertimbangan kepada Tim Pertimbangan Bantuan Mensos berdasarkan hasil kajian/telaahan bahan-
bahan pendukung dari pemohon serta melakukan tugas kesekretariatan dalam megelola Dana UKS
dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.
Sekretariat Tim bertanggungjawab kepada Sekretaris Jenderal Depsos selaku Ketua Tim
Pertimbangan dengan meyampaikan laporan mengenai keadaan keuangan dan bantuan yang telah
disalurkan/disumbangkan/digunakan secara periodik. Susunan Sekretariat Tim Pertimbangan Bantuan
Mensos adalah sebagai berikut :
No Jabatan dalam Kedinasan Jabatan dalam Tim
1 Sekretaris Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Ketua
2 Kepala Biro Perencanaan Anggota
3 Sekretaris Direktur Jenderal Pelayanan dan Kesejahteraan Sosial Anggota
4 Sekretaris Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial Anggota
5 Sekretaris Inspektorat Jenderal Anggota
6 Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial Anggota
7 Kepala Bagian Perbendaharaan Biro Keuangan Bendahara
8 Kepala Bagian Program dan Informasi Pemberdayaan Sosial Anggota
9 Kepala Sub Direktorat Pendayagunaan Sumber Dana Sosial Anggota
10 Staf khusus Sekretaris Jenderal Depsos pada Biro Kepegawaian dan Hukum Anggota
11 Kepala Sub Bagian TP/TGR pada Biro Keuangan Anggota
12 Staf Per bendaharaan pada Biro Keuangan Anggota
13 Kepala Sub Bagian Data dan Informasi pada Direktorat Jenderal Pemberdayaan Anggota
Sosial

Laporan Keuangan Dana UKS, selama ini hanya menyajikan laporan arus kas, tidak memberikan
informasi tentang posisi piutang dan aset yang dibeli dari Dana UKS. Dan pada pos penerimaan tidak
dirinci perjenis penerimaan, begitu pula pada pos pengeluaran tidak diklasifikasikan per jenis
pengeluaran namun hanya dikategorikan sebagai penggunaan Dana UKS.
Laporan Arus Kas Dana UKS Tahun 2003, 2004, dan 2005 (s.d April 2005) adalah sebagai berikut :

Uraian Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005


Saldo Awal 32.274.174.786,00 10.593.129.887,00 21.681.146.656,00
Penerimaan 92.693.373.326,00 96.158.032.843,00 34.257.686.387,00
Jasa giro 416.585.814,00 586.239.659,00 321.261.928,00
Bunga Dep 981.831.277,00 0,00 0,00
PPN/PPH 1.873.616.471,00 1.515.284.942,00 765.210.392,00
Jumlah 128.239.581.674,00 108.852.687.331,00 57.025.305.363,00
Pengeluaran 115.772.835.316,00 85.656.255.733,00 30.918.886.886,00
PPN/PPH 1.873.616.471,00 1.515.284.942,00 765.210.392,00
Jumlah 117.646.451.787,00 87.171.540.675,00 31.684.097.278,00
Saldo Akhir 10.593.129.887,00 21.681.146.656,00 25.341.208.085,00
Deposito - - 3.500.000.000,00

17
Ket : Hasil rekapitulasi Lap. Keu bulanan Bendaharawan
Setelah dilakukan reklasifikasi atas laporan keuangan di atas oleh KAP diperoleh laporan dalam
bentuk Laporan Sumber dan Penggunaan Dana yang terlihat sebagai berikut :
LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA UKS

TAHUN 2005 (s.d 31 Maret)


TAHUN 2003 TAHUN 2004

I Saldo Awal Rp 32.771.046.285,00 Rp 10.790.474.896,00 Rp 21.958.010.806,00


II Penerimaan bulan Desember 2003

A. Penerimaan Undian/Sales Promotion Rp 49.397.553.543.00 Rp 70.106.349.110,00 Rp 16.736.876.728,00


236.133.336,00
B. Bunga Deposito dan Jasa Giro Rp 1.439.390.383,00 Rp 679.768.849,00 Rp
6.620.147.109,00
D Penerimaan Piutang Rp 11.716.000.000,00 Rp 19.843.690.000,00 Rp
13.400.000,00
E Hadiah yang tidak tertebak Rp 280.050.000,00 Rp 473.243.655,00 Rp
19.758.400,00
F Lain-lain Rp 1.713.697.500,00 Rp 778.278.674 Rp

Jumlah Penerimaan Rp 64.546.691.427,00 Rp 91.881.330.287,00 Rp 23.626.315.573,00

Saldo Dana Rp 97.317.737.712,00 Rp 102.671.805.183,00 Rp 45.584.326.379,00


III Pengeluaran bulan Desember 2003
2.814.247.000,00
A. Bantuan Bakti Sosial Rp 16.541.437.000,00 Rp 11.001.015.856,00 Rp
5.371.452.000,00
B. Bantuan Bencana Alam Rp 1.656.919.000,00 Rp 4.256.186.000,00 Rp
1.786.915.000,00
C Bantuan Sarana Sosial Rp 6.283.838.298,00 Rp 14.296.649.021,00 Rp
1.323.930.000,00
D Bantuan Biaya Diklat Rp 8.356.561.000,00 Rp 13.589.438.000 Rp
295.000.000,00
E Bantuan Kelembagaan/Orsos Rp 2.519.550.000,00 Rp 3.753.225.000,00 Rp
1.832.217.000,00
F Biaya Administrasi DUKS Rp 8.534.490.918,00 Rp 11.963.032.500,00 Rp
-
G Bantuan Kerusuhan Soial Rp - Rp 535.000.000,00 Rp
937.719.000,00
H Biaya Perjalanan/pengawasan Rp 1.465.019.000,00 Rp 2.237.838.000,00 Rp
-
I Bantuan Renovasi Bangunan Depsos Rp 1.448.970.600,00 Rp 7.366.210.000,00 Rp
33.500.000,00
J Bantuan Kesehatan dan lain-lain Rp 221.500.000,00 Rp 820.200.000,00 Rp
575.000.000,00
K Piutang pihak III Rp 29.498.977.000,00 Rp 10.895.000.000,00 Rp
14.969.980.000,00
Jumlah Pengeluaran Rp 6.527.262.816,00 Rp 80.713.794.377,00 Rp
30.614.346.379,00
IV Saldo akhir Desember 2003 Rp 10.790.474.896,00 Rp 21.958.010.806,00 Rp

Berdasarkan pemeriksaan atas pelaporan dan laporan Dana UKS Tahun 2003, 2004 dan 2005 (s.d
April 2005) yang disusun oleh Sekretariat Tim Pertimbangan diketahui bahwa :
a. Pembukuan transaksi keuangan hanya menggunakan satu buah buku yakni Buku Kas Umum
(BKU) dengan sistem single entry, laporan arus kas disusun berdasarkan BKU dan disusun setiap
bulan.
b. Rekening bank yang dikelola pada Tahun 2003 sebanyak empat buah rekening atas nama
Mensos, yakni pada Bank Mandiri No.006.00.9410700-4, Bank Syariah Mandiri No.0090047567,
Bank BNI No.017.001283708.001 dan BRI No.033501000073303. Penggunaan masing-masing
rekening koran tidak jelas. Hal ini terlihat pada masing-masing rekening koran yang transaksinya
saling berkaitan. Begitu pula pada rekening khusus penampungan Dana UKS pada Bank Mandiri
No.006.00.9410700-4 tidak semua transaksi adalah hasil penyetoran dana UGB, namun juga ada
transaksi lainnya seperti pengembalian piutang dan hibah untuk bantuan bencana alam. Pada
Tahun 2005 terdapat penutupan rekening koran yakni pada Bank Syariah Mandiri dan BRI. Jadi
pengelolaan keuangan Dana UKS sampai dengan saat pemeriksaan hanya sebanyak dua rekening
yakni Bank Mandiri dan Bank BNI.
c. Bendahara Dana UKS tidak membuat buku pembantu selain Buku Kas Umum seperti Buku
Bank, Buku Pajak dan Buku Piutang. Hal ini sangat penting karena transaksi pada kedua pos-pos

18
tersebut sangat signifikan dalam pengelolaan Dana UKS, sehingga sulit bagi
manajemen/pimpinan dalam melakukan pengendalian dan pengawasan atas penerimaan dan
penggunaan keuangan Dana UKS.
d. Hadiah tak tertebak belum diungkap dalam laporan posisi keuangan;
Salah satu jenis penerimaan Dana UKS adalah dari hadiah tak tertebak. Penerimaan hadiah tak
tertebak seharusnya termasuk dalam laporan keuangan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Sosial No.09/PEGHUK/2002 Pasal 20 (2) dan Kepmensos No.73/HUK/2002 angka V butir 15,
yang menyatakan bahwa penyelenggara undian wajib menyerahkan hadiah undian yang tidak
diambil oleh pemenang/tidak tertebak kepada Depsos untuk keperluan UKS. Pencatatan pada Dit.
PSDS tidak mencantumkan nilai barang, hanya dicatat berdasarkan jenis dan jumlah barang. Hal
ini menyulitkan dalam melakukan penilaian atas barang tersebut.
Pengelolaan hadiah yang tak tertebak baik penerimaan maupun pengeluaran dilakukan pada
Dirjen Dayasos dhi. Dit PSDS. Prosedur pengeluaran tanpa ada persetujuan Mensos melalui Tim
Pertimbangan Dana UKS. Sesuai Berita Acara Serah Terima Uang No.495A/PSDS-K/XII/2004
tanggal 12 Nopember 2004 terdapat penjualan hadiah tak tertebak berupa emas seberat 1.209,51
gram seharga Rp.126.808.350,00 (dokumen penjualan seperti penilaian harga dan penawaran
belum diperoleh sampai dengan saat pemeriksaan). Realisasi pengeluaran hasil penjualan tersebut
per 30 April 2005 digunakan untuk kepentingan sosial dan kegiatan dilingkungan Dit. PSDS
sebesar Rp125.500.000,00 sehingga masih terdapat saldo sebesar Rp1.308.350,00
e. Terdapat kesalahan penjumlahan atas pos pengeluaran pada bulan April 2004 yakni dicatat
sebesar Rp5.104.121.000,00 seharusnya sebesar Rp5.366.114.305,00 dan pada bulan Juli 2004
kesalahan pencatatan pada beberapa pos yakni pos penerimaan dicatat sebesar
Rp6.423.779.334,00 seharusnya sebesar Rp6.998.347.548,00, pos penerimaan PPN/PPH dicatat
sebesar Rp.586.703.914,00 seharusnya sebesar Rp.12.135.700,00 dan pada pos pengeluaran
pemindahbukuan untuk APJATI sebesar Rp.574.568.214 seharusnya dicatat sebesar
Rp324.568.214,00 dan pada pos tolakan kliring sebesar Rp250.000.000,00.
Kesalahan penjumlahan dan posting tersebut di atas tidak mempengaruhi saldo buku, karena
hanya terjadi kesalahan entry angka pada masing-masing pos tersebut. Dalam menyusun laporan
arus kas, yang dilakukan pertama kali adalah memindahkan total penerimaan dan pengeluaran
sesuai BKU, baru kemudian entry masing-masing pos penerimaan/pengeluaran, sehingga saldo
buku tetap. Namun seharusnya perlu dilakukan koreksi (adjustmen) atas laporan posisi keuangan
Tahun 2004 bulan April dan Juli untuk pos pada masing-masing penerimaan dan pengeluaran.
Hasil kas opname yang dilakukan oleh tim, sesuai Berita Acara Pemeriksaan Kas (form 108)
tanggal 12 Mei 2005 menunjukan saldo Buku Kas Umum sebesar Rp21.874.480.707,00. Saldo
BKU telah sesuai dengan uang kas sebesar Rp128.097.000,00, setelah diperhitungkan dengan
jumlah Deposito sebesar Rp.3.500.000.000,00 dan uang di bank (sesuai bank statement) sebesar
Rp23.400.903.307,00 serta ceq yang masih beredar sebesar Rp.5.026.422.600,00.
Perhitungan: Rp21.874.480.707 = (Rp.3.500.000.000+ Rp23.400.903.307- Rp.5.026.422.600).
f. Laporan Keuangan tidak mengungkapkan pos piutang yang sesungguhnya mempunyai nilai
transaksi signifikan yakni pada Tahun 2003 sebesar Rp30.014.527.000,00, Tahun 2004 sebesar
Rp12.143.750.225,00 dan Tahun 2005 sebesar Rp5.640.000.000,00 sehingga tidak nampak saldo
piutang pada Laporan Keuangan. Selain itu pengelolaan atas piutang tidak mengacu pada
ketentuan yang berlaku, tidak ada dokumen perjanjian hutang piutang dengan pihak debitur dan
piutang tidak dibukukan tersendiri (tidak dibuat buku piutang dan umur piutang) sehingga
pengembalian piutang menjadi tertunda ataupun macet. Sampai dengan saat pemeriksaan per 31
April 2005 terdapat saldo piutang sebesar Rp9.563.130.116,00 pada beberapa debitur dan belum
ada upaya pihak pengelola dhi. Tim Pertimbangan/Sekretariat Tim Pertimbangan untuk
melakukan penagihan, bahkan ada yang dihapuskan sebesar Rp1.945.000.000,00.
g. Bunga Deposito untuk Tahun 2004 dan 2005 pada Laporan Keuangan tidak tampak, masih
ditelusuri dan dikonfirmasi kepada pihak PT BNI yang mengeluarkan sertifikat deposito.

19
h. Laporan Keuangan periodik yang disampaikan kepada Menteri Keuangan per triwulan hanya
melaporkan posisi saldo rekening bank Dana UKS;

Dari uraian atas, pos-pos laporan keuangan di atas menunjukan bahwa :


a. Laporan Keuangan yang disusun oleh Sekretariat Tim Pertimbangan (dhi. Bendaharawan Dana
UKS) belum informatif, belum menginformasikan-/mengungkapkan secara menyeluruh baik dari
segi penerimaan maupun pengeluaran. Seharusnya laporan keuangan yang baik dapat
menginformasikan/mengungkapkan kegiatan usaha/transaksi organisasi secara memadai,
misalnya dari sisi aktiva harus secara jelas menunjukan berapa saldo kas kecil, Saldo bank, saldo
piutang dan saldo investasi/Deposito maupun hadiah yang tak tertebak. Untuk itu harus terdapat
klasifikasi, susunan, serta istilah yang baku dalam laporan keuangan. Demikian pula, semua fakta
atau informasi keuangan yang dapat mempengaruhi perilaku dalam pengambilan keputusan harus
diungkap dengan jelas.
b. Terdapat kesalahan pencatatan dalam penyusunan Laporan Keuangan yang perlu dilakukan
koreksi..
c. Penerimaan barang hadiah tak tertebak seharusnya dilakukan pencatatan berikut nilai barang
sehingga dapat dibukukan dalam pos laporan keuangan, dan pengeluaran atas barang hadiah tak
tertebak seharusnya berdasarkan persetujuan Mensos sesuai rekomendasi Tim Pertimbangan.

Keadaan tersebut di atas tidak sesuai dengan :


a. Keputusan Menteri Sosial No.03/PEGHUK/2002 tanggal 15 Januari 2002 tentang Pengumpulan
dan Pengelolaan Dana Kesejahteraan Sosial menyebutkan bahwa :
Pasal 2, pengumpulan dan pengelolaan Dana UKS dimaksudkan untuk mewujudkan tertib
administrasi keuangan baik penerimaan dan penggunaannya yang disesuaikan dengan
peruntukannya berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan
prinsip efesiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas.
Pasal 10 menyatakan :
Angka (1) Pembinaan terhadap pengumpulan dan pengelolaan Dana UKS dilakukan oleh Tim
Pertimbangan Bantuan Menteri Sosial;
Angka (2) Pembinaan administrasi keuangan dilaksanakan oleh Kepala Biro Keuangan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang keuangan yang
berlaku.
b. Keputusan Mensos No.04/PEGHUK/2002 tanggal 15 Januari 2002 tentang Tim Pertimbangan
Bantuan Mensos dan Keputusan Mensos No.K.93/SJ/II/2002 tentang Sekretariat Tim
Pertimbangan Bantuan Mensos yang pada intinya menyebutkan bahwa Tim Pertimbangan
dibantu oleh Sekretariat Tim Pertimbangan yang antara lain bertugas melakukan pengumpulan
bahan-bahan pendukung dari para pemohon, memberikan saran pertimbangan kepada Tim
Pertimbangan Bantuan Mensos berdasarkan hasil kajian/telaahan bahan-bahan pendukung dari
pemohon serta melakukan tugas kesekretariatan dalam megelola Dana UKS dengan mengacu
pada ketentuan yang berlaku.

Hal tersebut mengakibatkan informasi Laporan Keuangan Dana UKS Tahun 2003, 2004 dan 2005
(s.d April 2005) belum dapat menyajikan informasi keuangan yang sesungguhnya dan belum dapat
dijadikan informasi dalam pengambilan keputusan. Selain itu penjualan atas hadiah tak tertebak
senilai Rp.126.808.350,00 diragukan kebenarannya.

Keadaan tersebut di atas disebabkan :


a. Departemen Sosial belum mempunyai sistem pembukuan dan pelaporan keuangan Dana UKS.
b. Juknis penanganan hadiah undian tidak diambil/tidak tertebak Tahun 2003 yang ditandatangani
oleh Direktur PSDS tidak mengatur tentang penyaluran/penggunaan hadiah tak tertebak.

20
c. Pengendalian dan pengawasan atasan langsung secara berjenjang dilakukan belum efektif.

Pihak Depsos menjelaskan bahwa untuk kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan akan
dilakukan koreksi, termasuk bunga deposito yang belum tercatat dalam laporan keuangan dan
penerimaan maupun pengeluaran hadiah yang tak tertebak telah disalurkan ke badan-badan sosial
seijin/sepengetahuan Dirjen Dayasos yang untuk selanjutnya akan dimintakan persetujuan dari
Mensos. Selain itu laporan keuangan Dana UKS sudah diberitahukan (bukan melaporkan) kepada
Menteri Keuangan secara periodik.

BPK-RI menyarankan agar Mensos :


a. Menyusun sistem pembukuan dan pelaporan keuangan Dana UKS dengan mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan.
b. Menegur secara tertulis kepada Ketua Tim Pertimbangan untuk menatausahakan dan melaporkan
pengelolaan keuangan Dana UKS secara tertib.
c. Menginstruksikan kepada Dirjen Dayasos untuk mempertanggungjawabkan penjualan atas hadiah
yang tak tertebak, dan untuk selanjutnya senantiasa melaporkan kepada Mensos untuk
mendapatkan persetujuan dalam melakukan penjualan maupun pengeluaran hadiah yang tak
tertebak. Selain itu juga menyampaikan laporan penerimaan dan pengeluaran dana hasil penjualan
hadiah tak tertebak kepada Sekretariat Tim Pertimbangan agar dapat dilaporkan dalam Laporan
Keuangan Dana UKS.
d. Menginstruksikan kepada pimpinan unit kerja terkait dalam pengelolaan Dana UKS untuk
melakukan pengawasan dan pengendalian secara lebih efektip.

2. (01.03) Pengelolaan keuangan bantuan Dana UKS sebesar Rp25.208.458.137,00 belum sesuai
ketentuan

Hasil pemeriksaan atas realisasi pengeluaran Dana UKS diketahui bahwa :


a. Terdapat pemberian bantuan Dana UKS tidak melalui kajian dan telaahan Tim Pertimbangan.
Bantuan yang diberikan kepada masyarakat seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
organisasi sosial, kepanitiaan dan lain sebagainya, tidak seluruhnya melalui pengkajian dan
rekomendasi dari Tim Pertimbangan sebelum disetujui Menteri Sosial, walaupun Menteri Sosial
dapat memberikan bantuan tanpa melalui Tim Pertimbangan.
Tim Pertimbangan dibentuk dengan SK Menkesos/Kepala Badan Kesejahteraan Sosial Nasional
No 31-A/SETMH/BKSN/2000 tanggal 29 Nopember 2000 dan diperbaharui dengan SK Mensos
No.04/PEGHUK/2002 tanggal 15 Januari 2002 , yang mempunyai tugas :
1) Memberikan saran pertimbangan/rekomendasi kepada Menteri Sosial terhadap permohonan
bantuan sosial yang diajukan, berdasarkan garis kebijaksanaan yang telah ditentukan.
2) Melaksanakan tinjauan lapangan sebagai upaya untuk memperoleh data yang akurat dan
obyektif apabila diperlukan.
3) Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap Bantuan Menteri Sosial yang disalurkan.
Dari pemeriksaan secara uji petik terhadap dokumen pertanggungjawaban Dana UKS, diketahui
pada Tahun 2003 dari sample sebanyak 200 bukti pemberian bantuan senilai
Rp10.087.689.137,00 terdapat 77 transaksi pemberian bantuan atau 38,5% senilai
Rp5.197.539.137,00 tidak melalui Tim Pertimbangan. Tahun 2004 dari sample sebanyak 200
bukti pemberian bantuan senilai Rp20.820.216.000,00 diantaranya terdapat 86 bukti pemeberian
bantuan atau 43% senilai Rp6.720.500.000,00 tidak melalui Tim Pertimbangan dan tahun 2005
(sampai dengan April 2005) dari sample 90 bukti pemberian bantuan senilai Rp4.535.004.000,00
terdapat 35 pemberian bantuan atau 38,89 % senilai Rp1.470.000.000,00 tidak melalui Tim
Pertimbangan. Jumlah pemberian bantuan selama 2003, 2004 dan 2005 (s.d bulan April 2005)
yang tidak melalui Tim Pertimbangan adalah sebesar Rp13.388.039.137,00.

21
Pemberian bantuan yang tidak melalui kajian dan telaahan Tim Pertimbangan, dengan rincian
dimuat dalam lampiran I .
b. Bukti pertanggungjawaban bantuan Dana UKS dari 33 penerima bantuan senilai
Rp10.850.419.000,00 untuk penanggulangan bencana alam tidak disampaikan kepada pengelola
Dana UKS.
Berdasarkan pemeriksaan terhadap bukti pertanggungjawaban Dana UKS diketahui bahwa
sebagian bantuan untuk penanggulangan bencana alam yang diberikan oleh Menteri Sosial, tidak
didukung laporan bukti penggunaan/pertanggungjawaban dari penerima bantuan.
Depsos selaku pengelola Dana UKS belum menyusun format pertanggungjawaban penggunaan
dana bantuan yang harus dilaporkan oleh penerima bantuan, namun kepada penerima bantuan
pihak Depsos telah berupaya mendapatkan laporan tersebut dengan cara menegur secara lisan atas
kelalaian penerima bantuan yang tidak menyampaikan laporan pertanggungjawabannya.
Pemeriksaan atas bukti pertanggungjawaban pemberian bantuan dilakukan dengan uji petik
dengan hasil sebanyak 10 bantuan senilai Rp2.629.919.000,00 Tahun 2003, Tahun 2004
sebanyak 14 bantuan senilai Rp4.380.500.000,00 dan Tahun 2005 sebanyak sembilan bantuan
senilai Rp3.840.000.000,00, atau seluruhnya senilai Rp10.850.419.000,00 dengan rincian dimuat
dalam Lampiran II.
Dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) bantuan untuk tiap-tiap bantuan ditetapkan bahwa
setelah menerima bantuan dari Departemen Sosial, pihak penerima bantuan berkewajiban
melaporkan pertanggungjawaban penggunaan bantuan tersebut kepada Departemen Sosial
selambat lambatnya 30 hari setelah bantuan diterima.
c. Pemberian bantuan Dana UKS tidak didukung dengan tanda terima dari penerima bantuan.
Hasil pemeriksaan terhadap bukti pertanggungjawaban Dana UKS menunjukkan pada Tahun
2003 sebanyak 10 penerima bantuan senilai Rp420.000.000,00 dan Tahun 2004 sebanyak dua
penerima bantuan senilai Rp550.000.000,00 atau seluruhnya Rp970.000.000,00 yang telah
disetujui dan dibayarkan oleh Menteri Sosial tidak ada tanda terima bantuan baik berupa Berita
Acara Serah Terima Bantuan (BAST) maupun kwitansi dari pihak pemohon/penerima bantuan,
yaitu sebagai berikut :
Tahun 2003
No Uraian Nilai Bantuan No Cek dan tgl cek Keterangan
(Rp)

1 Bantuan Karang Taruna Jambi 30.000.000,00 CU 208549 Tanda Terima Cek


18 Pebruari 2003 a.n. Bambang
2 Cadangan Mensos ke Medan 50.000.000,00 CU 210648 hanya ada foto copy cek
13 Maret 2003
3 Bantuan untuk Kegiatan di Aceh 15.000.000,00 CU 210652 hanya ada foto copy cek
14 Maret 2003
4 Bantuan untuk Kegiatan di Aceh 25.000.000,00 CU 210651 hanya ada foto copy cek
14 Maret 2003
5 Bantuan untuk Kegiatan di Aceh 25.000.000,00 CU 210654 hanya ada foto copy cek
14 Maret 2003
Jumlah dipindah 145.000.000,00
Jumlah pindahan 145.000.000,00
6 Bantuan untuk Kegiatan di Aceh 25.000.000,00 CU 210651 hanya ada foto copy cek
14 Maret 2003
7 Cadangan Mensos Kunker ke Poso 25.000.000,00 CT 621546 Tanda Terima cek
24 Maret 2003 a.n.Afrizon/Heri Kris
8 Bakti Sosial Univ Unsiah Aceh 25.000.000,00 CV 399277 Tanda Terima cek a.n.
19 Sept 2003 Bambang S
9 Bantuan Petani Garam Aceh 100.000.000,00 CV 399276 Tanda Terima cek a.n.
19 Sept 2003 Bambang S
10 Bantuan Universitas Serambi Mekah 100.000.000,00 CV 39274 Tanda Terima cek a.n.
19 Sept 2003 Bambang S
Jumlah 420.000.000,00

22
Tahun 2004
No Uraian Nilai Bantuan Keterangan
No Cek dan tgl cek
1 Cadangan Mensos Ke Aceh 50.000.000,00 CZ 684733 -
5 Januari 2004
CZ 684733 Tanda Terima cek an.
2 Cadangan Mensos ke Bali dan NTB 500.000.000,00 5 Januari 2004 Andy
Jumlah 550.000.000,00

Keadaan tersebut diatas tidak sesuai dengan :


a. Keputusan Menteri Sosial No 03/PENGHUK/2002 tanggal 15 Januari 2002 tentang Pengumpulan
dan Pengelolaan Dana Kesejahteraan Sosial Bab I pasal 2 menyebutkan bahwa pengumpulan dan
pengelolaan Dana Kesejahteraan Sosial dimaksudkan untuk mewujudkan tertib administrasi
keuangan baik penerimaan dan penggunaannya yang disesuaikan dengan peruntukannya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku sesuai prinsip efisiensi,
efektifitas, transparansi dan akuntabilitas.
b. Keputusan Menteri Sosial No.04/PEGHUK/2002 tanggal 15 Januari 2002 Tugas Tim
Pertimbangan antara lain memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri Sosial terhadap
setiap permohonan bantuan berdasarkan garis kebijaksanaan yang telah ditentukan.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Pemberian bantuan Dana UKS sebesar Rp13.388.039.137,00, tanpa melalui Tim Pertimbangan
diragukan efektifitasnya.
b. Pemberian bantuan Dana UKS yang tidak didukung dengan kelengkapan bukti-bukti
pertanggungjawaban dan tanda terima pemberi bantuan masing-masing sebesar
Rp10.850.419.000,00 dan Rp970.000.000,00 atau seluruhnya sebesar Rp11.820.419.000,00
diragukan kebenarannya.

Keadaan tersebut disebabkan :


a. Tidak ada ketentuan yang mengatur tentang penetapan standarisasi (batasan) besaran bantuan
dan siapa yang berwenang menetapkan;
b. Tidak ada ketentuan pelaksanaan atas kewajiban penerima bantuan untuk melaporkan
pertanggungjawaban atas realisasi bantuan yang diterimanya;
c. Pengendalian dan pengawasan atasan langsung belum efektip.

Pihak Depsos menjelaskan bahwa sesuai dengan Kepmensos No.3/PEGHUK/2002 Pasal 9


menyebutkan bahwa Mensos dapat saja memberikan bantuan tanpa melalui tim pertimbangan, dan
untuk pertanggungjawaban pemberian bantuan yang belum diterima akan dilakukan upaya untuk
melengkapinya, hal ini terjadi karena pada umumnya penerima bantuan kurang memahami
pertanggungjawaban secara administrasi atas dana bantuan yang mereka terima, namun untuk masa
mendatang akan menjadi perhatian.

BPK-RI menyarankan agar Mensos :


a. Membuat ketentuan yang mengatur tentang penetapan standarisasi (batasan) besaran bantuan dan
penerima bantuan diwajibkan menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Tim
Pertimbangan/Sekretariat Tim Pertimbangan
b. Menegur dan menginstruksikan secara tertulis kepada pengelola Dana UKS (dhi. Tim
Pertimbangan/Sekretariat Tim Pertimbangan) untuk mentaati pertanggungjawaban keuangan
sesuai ketentuan keuangan yang berlaku; Selain itu pengendalian dan pengawasan atasan
langsung dilakukan secara efektip.

23
3. ( 01.03) Biaya pelaksanaan kegiatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional dan Jambore
Satgas Penanggulangan Bencana Tingkat Nasional Tahun 2004 tidak
dipertanggungjawabkan sebesar Rp1.452.170.000,00 dan PPN serta PPh 22 kurang
disetor masing-masing sebesar Rp306.392.818,00 dan Rp45.958.922,73

Pada akhir Tahun 2004 Departemen Sosial telah menyelenggarakan Acara Puncak Peringatan Hari
Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) tingkat Nasional yang digabung dengan kegiatan Jambore
Satuan Petugas Penanggulangan Bencana (Satgas PB) di Bumi Perkemahan Cibubur Jakarta Timur,
kegiatan tersebut dibiayai dengan Dana UKS sebesar Rp3.631.373.000,00 namun tanpa melalui Tim
Pertimbangan Bantuan Menteri Sosial.
Dalam kegiatan tersebut, Biro Keuangan Sekretariat Jenderal (Sekjen) Departemen Sosial telah
menunjuk langsung tanpa melalui proses lelang PT. Kreasi Visi Media sebagai pelaksana (event
organisor) sesuai dengan perjanjian kontrak kerja No. 042/KVM-DEPSOS/XII/2004 tanggal 16
Desember 2004 dan Surat Perintah Mulai Kerja tanggal 20 Desember 2004 dengan harga pekerjaan
total sebesar Rp3.631.373.000,00. Pekerjaan dilaksanakan mulai tanggal 19 s.d 23 Desember 2004 di
Bumi Perkemahan Cibubur Jakarta. Penunjukan langsung PT.Kreasi Visi Media dilakukan tanpa
lelang, dengan pertimbangan bahwa pekerjaan tersebut merupakan tambahan pekerjaan sebelumnya
yang telah dilakukan sesuai dengan kontrak No.17b/SPB/BPPBA/BSKBA/IX/2004 tanggal 15
September 2004, yaitu penyelenggaraan Jambore Satgas Penanggulangan Bencana Tingkat Nasional.
Tugas dan macam pekerjaan meliputi :
a. Menyiapkan kebutuhan pertemuan Satgasos Penanggulangan Bencana (Jambore PB) tingkat
Nasional, berupa :
• Tempat kegiatan di Bumi Perkemahan Cibubur Jakarta Timur;
• Tenda dan penerangan untuk peserta dan panitia;
• Sound Sistem dan alat elektronik lainnya;
• Tempat dan tenaga Out Bound;
• Media Cetak dan Televisi;
• Obat-obatan dan tenaga medis;
• Dokumentasi penyelenggaraan secara lengkap dengan foto-foto;
b. Hak Peserta, Pengarah dan Panitia yang harus diberikan :
• Uang tiket dari Propinsi Jakarta - pulang pergi;
• Akomodasi dan konsumsi selama kegiatan Jambore PB
• ATK Peserta;
• Perlengkapan berupa tas dan lainnya;
• Materi pelatihan bagi peserta;
• Uang saku selama Jambore PB;
• Piagam bagi peserta + piala dan hadiah bagi pemenang lomba;
c. Menyiapkan kebutuhan Acara Puncak Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional 2004
berupa :
• Kelengkapan fisik;
• Kelengkapan administrasi panitia;
• Kelengkapan atribut
• Kehumasan;
• Pengerahan Massa;
• Pendukung Acara;
• Konsumsi;
• Jasa penyelenggaraan.
Kedua kegiatan tersebut telah dibayar 100% dari Dana UKS dengan menggunakan Cek Bank
Mandiri cabang Matraman Jakarta , yaitu :

24
- No.DF.392561 tanggal 10 Desember 2004 sebesar Rp1.131.373.000,00
- No.DF.392574 tanggal 17 Desember 2004 sebesar Rp2.500.000.000,00
Jumlah yang dibayarkan Rp3.631.373.000,00
Berdasarkan hasil pemeriksaan lebih lanjut diketahui hal sebagai berikut :
a. Kegiatan Jambore Satuan Petugas Penanggulangan Bencana, merupakan kegiatan Bagian Proyek
Penanggulangan Bencana Alam pada Direktorat Bantuan Sosial Korban Bencana Alam
(BSKBA) yang dibiayai sebesar Rp1.023.800.000,00 dari DIP No.002/XXVII/1/--/2004 tanggal
1 Januari 2004 TA 2004. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan oleh PT. Kreasi Visi Media
yang ditunjuk melalui proses lelang dan diikat dengan surat perjanjian No.17b/SPB/BPPBA-
/BSKBA/IX/2004 tanggal 15 September 2004. Surat Perintah Mulai Kerja
No.45a/SPMK/BPPBA/BSKBA/IX/2004 tanggal 15 September 2004, harga borongan sebesar
Rp1.023.500.000,00. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 75 hari kalender selambat-
lambatnya tanggal 29 Nopember 2004.
Namun atas arahan lisan Menteri Sosial, pelaksanaan Jambore Penanggulangan Bencana
sebaiknya digabung dengan penyelenggaraan acara puncak HKSN, maka kontrak tersebut di
addendum dengan surat perjanjian kerja No.45b/BPPBA/XI/2004 tanggal 25 Nopember 2004
tentang Pekerjaan Pertemuan Satgasos (Jambore Penanggulangan Bencana) Tingkat Nasional
yang telah disepakati terdapat perubahan waktu penyelesaian pekerjaan menjadi 100 hari
kalender selambat-lambatnya tanggal 24 Desember 2004 untuk lingkup pekerjaan tidak ada
perubahan, akan tetapi lingkup pekerjaan tersebut, sama dengan kegiatan yang dijadwalkan dan
dianggarkan dalam acara puncak Hari Kesetiakawanan Sosial Tingkat Nasional di atas.
Tetapi sampai dengan berakhirnya pemeriksaan tanggal 18 Juli 2005, kegiatan tersebut belum
dipertanggungjawabkan oleh panitia penyelenggara sebesar sebesar Rp1.023.500.000,00.
b. Hasil laporan pelaksanaan kegiatan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional dan
Jambore Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Tahun 2004 diketahui terdapat beberapa
komponen biaya kegiatan yang tidak dipertanggungjawabkan sebesar Rp428.670.000,00, dengan
rincian sebagai berikut :
No. Kegiatan Menurut Kontrak (Rp) Menurut Lap Pelak. Kegiatan (Rp) Selisih
Ukuran Jumlah Ukuran Jumlah (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 = (4 – 6)
1. Genset Cadangan 1 unit x 2.500.000 x 4 hr 10.000.000,00 Tidak diperlukan 0 10.000.000,00
2. Jalan RI 70 x 13 m x 36.000 x 2hr 65.520.000,00 2 x 350 m x 36.000 x 2hr 25.200.000,00 40.320.000,00
3. Maintenance &
Guarantee Buperta 65.000.000,00 Tidak diperlukan 0 65.000.000,00
4. Kelengkapan Atribut- 6.000 pcs x 30.000 180.000.000,00 300 pcs x 30.000 9.000.000,00 171.000.000,00
Peserta
5. Kelengkapan Atribut- 385 pcs x 30.000 11.550.000,00 140 pcs x 30.000 4.200.000,00 7.350.000,00
Panitia
6. Dokumentasi foto + 85.000.000,00 2 pkt kegiatan 20.000.000,00 65.000.000,00
Video
7. Hiburan Rakyat 1 pkt x 10.000.000 x 3 hr 30.000.000,00 1 pkt x 10.000.000 x 1 hr 10.000.000,00 20.000.000,00
8. Cadangan 50.000.000,00 Tidak perlu 0 50.000.000,00
JUMLAH 428.670.000,00
c. Surat Setoran Pajak (SSP) PPN No.CASH IDR.23.732.000.00 DR tanggal 28 Desember 2004
dibayar melalui Bank Mandiri Cab.Matraman untuk penyetoran PPN 10 % atas pekerjaan Acara
Puncak HKSN dan Jambore Satgas PB Tingkat Nasional Tahun 2004 sebesar Rp 23.732.000,00.
Berdasarkan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku seharusnya PPN dihitung :
Harga sebelum PPN : 100/110 x Rp3.631.373.000,00 = Rp3.301.248.182,00
PPN : 10 % x Rp3.301.248.182,00 = Rp330.124.818,00
Jadi kekurangan setor PPN sebesar Rp306.392.818,00 (Rp330.124.818,00-Rp23.732.000,00).
Dan bukti Surat Setoran Pajak (SSP) PPh No.CASH IDR.3.559.800.00.DR tanggal 28 Desember
2004 dibayar melalui Bank Mandiri Cab.Matraman Jakarta merupakan penyetoran PPh Pasal 22
(PPh Badan) 1,5 % atas pekerjaan Acara Puncak HKSN dan Jambore Satgas PB Tingkat Nasional
Tahun 2004 sebesar Rp 3.559.800,00. Menurut ketentuan seharusnya besarnya PPh 1,5 %
dihitung setelah PPN yakni :

25
1,5 % x Rp3.301.248.182,00= Rp49.518.723,00
Jadi kekurangan setor PPh Pasal 22 (PPh Badan) sebesar Rp 45.958.922,73 (Rp49.518.723,00-
Rp3.559.800,00).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat biaya pelaksanaan kegiatan HKSN dan Jambore
Satgas Penanggulangan Bencana Tahun 2004 sebesar Rp1.452.170.000,00 tidak dapat
dipertanggungjawabkan dan PPN sebesar Rp306.392.818,00 serta PPH sebesar Rp45.958.922,73
kurang dipungut dan disetor ke kas negara.

Hal tersebut tidak sesuai dengan :


a. Daftar Isian Proyek (DIP) Nomor SP-DIP : 002/XXVII/1/--/2004 tanggal 22 Oktober 2004
Revisi ke 2 Proyek Bantuan dan Jaminan Sosial Tahun Anggaran 2004.
b. Pedoman Perpajakan bagi Bendaharawan Pemerintah Pusat dan Daerah serta Rekanan
Pemerintah pada BAB III Bendaharawan sebagai pemungut PPH dan BAB V Bendaharawan
sebagai pemungut Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Tahun
2002.
c. Keputusan Menteri Keuangan No. 254/KMK.03/2001 Tahun 2001 Pasal 2 ayat (1) menyebutkan
Besarnya Pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 ditetapkan sebagai berikut pada huruf b, bahwa
atas pembelian barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 2, 3 dan 4 sebesar 1,5 % dari
harga pembelian.

Hal tersebut mengakibatkan :


a. Penggunaan Dana UKS untuk kegiatan Acara Puncak Peringatan HKSN dan Jambore Satgas
Penanggulangan Bencana sebesar Rp1.452.170.000,00 ( Rp1.023.500.000,00 +
Rp428.670.000,00) tidak dipertanggungjawabkan.
b. Kekurangan setoran PPN dan PPh 22 (Badan) masing-masing sebesar Rp306.392.818,00 dan
Rp45.958.922,73.

Hal tersebut disebabkan :


a. Panitia penyelenggara lalai dalam menyampaikan pertanggungjawaban penggunaan Dana UKS.
b. Bendaharawan UKS kurang cermat dalam memotong setoran pajak PPN dan PPH.
c. Pengawasan dan Pengendalian oleh atasan langsung belum efektif.

Pihak Depsos menjelaskan bahwa pelaksanaan kegiatan Jambore Satuan Tugas Penanggulangan
Bencana dibarengi dengan acara puncak HKSN yang ditutup oleh Presiden RI, dan komponen pajak
yang dihitung oleh pengelola Dana UKS hanya biaya untuk kelengkapan atribut jadi tidak terhadap
seluruh komponen biaya.
Tim BPK-RI berpendapat bahwa pengeluaran Dana UKS untuk kegiatan tersebut belum
dipertanggungjawabkan karena sampai dengan saat pemeriksaan berakhir tidak ada bukti
pertanggungjawaban atas pelaksanaannya, dan perhitungan untuk pembebenan PPN dan PPH dalam
kontrak terjadi kesalahan penetapannya, seharusnya PPN diperhitungkan atas seluruh nilai kontrak,
selanjutnya PPH dihitung atas nilai kontrak setelah dikurangi dengan PPN.

BPK-RI menyarankan agar Mensos :


a. Menegur dan menginstruksikan secara tertulis Panitia Penyelenggara kegiatan HKSN dan
Jambore Satgas Penanggulangan Bencana untuk segera mempertanggungjawabkan Dana UKS
sebesar Rp1.452.170.000,00; Selain itu pengawasan dan pengendalian secara berjenjang
dilakukan lebih efektip;
b. Memerintahkan kepada bendaharawan Dana UKS untuk memungut kembali PPN/PPH yang
kurang dan disetorkan ke Kas Negara.

26
4. (01.05) Kebijakan pengelolaan piutang Dana UKS tidak mengacu pada ketentuan.

Hasil pemeriksaan terhadap dokumen pertanggungjawaban Dana UKS Tahun 2003, 2004 dan 2005
(s.d April 2005) diketahui terdapat Piutang yang diberikan kepada pihak intern Depsos ataupun pihak
ekstern, baik untuk kegiatan sosial ataupun kegiatan operasional rutin masing-masing unit Eselon I
pada Depsos. Pinjaman tersebut terdiri dari Tahun 2003 sebanyak 13 peminjam sebesar
Rp30.014.527.000,00; Tahun 2004 sebanyak delapan peminjam sebesar Rp12.273.750.225,00 dan
Tahun 2005 sebanyak tiga peminjam sebesar Rp5.640.000.000,00 dengan rincian dimuat dalam
lampiran III.
Dari data piutang tersebut diketahui masih terdapat saldo piutang pada Tahun 2003 sebesar
Rp1.754.379.891,00; Tahun 2004 sebesar Rp2.018.750.225,00 dan Tahun 2005 (s.d 31 April) sebesar
Rp5.640.000.000,00 atau seluruhnya sebesar Rp9.413.130.116,00.
Pemeriksaan lebih lanjut atas pengelolaan piutang Dana UKS oleh Sekretariat Tim Pertimbangan
menunjukkan data sebagai berikut :
a. Dalam Tahun 2003 dan 2004 Bendaharawan tidak membuat buku piutang untuk mencatat mutasi
piutang, pada Tahun 2005 baru dibuat buku piutang dengan saldo piutang pada Tahun 2003
sebesar Rp1.372.977.000,00; Tahun 2004 sebesar Rp2.018.750.225,00 dan Tahun 2005 (s.d 31
April) sebesar Rp5.640.000.000,00 atau seluruhnya sebesar Rp9.031.727.225,00.
b. Tim Pertimbangan selaku pengelola Dana UKS tidak membuat kebijakan terhadap pengelolaan
piutang. Hal ini terlihat dari tidak dibukukannya piutang (tidak ada Daftar Piutang maupun Dafatr
Umur Piutang) dan dokumen piutang seperti Surat Perjanjian Hutang/Piutang sebagai dasar
hukum dalam transaksi hutang/piutang tidak dibuat sehingga menyulitkan bagi pengelola dalam
menyelesaikan piutang.
c. Terdapat penghapusan piutang atas pelaksanaan kegiatan beberapa unit eselon satu pada Depsos
(intern) dan pada beberapa pihak ketiga (ekstern) yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan
kedinasan Depsos. Piutang tersebut dihapuskan berdasarkan persetujuan Mensos dengan alasan
yang pada intinya menjelaskan bahwa kegiatan dimaksud adalah kegiatan yang dikelompokan
dalam jenis kegiatan sosial. Jumlah nilai penghapusan pada Tahun 2003 sebesar
Rp1.195.000.000,00 dan Tahun 2004 sebesar Rp750.000.000,00 atau seluruhnya sebesar
Rp1.945.000.000,00. Seharusnya untuk piutang yang berkaitan dengan kegiatan kedinasan
Depsos dikategorikan sebagai pengeluaran Dana UKS, namun untuk piutang pihak ekstern dapat
dihapuskan dengan mengikuti prosedur penghapusan piutang Negara setelah disetujui oleh
Menteri Keuangan sesuai ketentuan.
Keadaan tersebut di atas tidak sesuai dengan :
a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yakni, :
Bab V tentang Pengelolaan Piutang dan Utang;
Pasal 34 Ayat (1) Setiap pejabat yang diberik kuasa untuk mengelola pendapatan, belanja, dan
kekayaan negara/daerah wajib mengusahakan agar setiap piutang
negara/daerah diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu.
Ayat (2) Piutang negara/daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya dan tepat
waktu, diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 37 Ayat (1) Piutang negara/daerah dapat dihapuskan secara mutlak atau bersyarat dari
pembukuan, kecuali mengenai piutang negara/daerah yang cara
penyelesaiannya diatur tersendiri dalam undang-undang.
Ayat (2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (b) menyebutkan
bahwa sepanjang menyangkut piutang Pemerintah Pusat, ditetapkan oleh
Menteri Keuangan untuk jumlah sampai dengan Rp10.000.000.000,00

27
b. Keppres No.42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran dan Pendapatan Belanja
Negara Pasal 62 menyebutkan bahwa :
Ayat (1) Dalam rangka intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara,
departemen/lembaga wajib melakukan penatausahaan piutang negara yang menjadi
tanggungjawabnya;
Ayat (2) Tata cara pelaksanaan penatausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
Menkeu.

Hal tersebut di atas mengakibatkan saldo piutang Dana UKS seluruhnya sebesar Rp9.413.130.116,00
menjadi tidak jelas kepastian penyelesaiannya.

Hal tersebut disebabkan :


a. Kebijakan penggunaan Dana UKS terlalu longgar;
b. Menteri Sosial tidak menetapkan kebijakan pengelolaan piutang sesuai ketentuan yang berlaku;
c. Pengawasan dan pengendalian pengelolaan piutang Dana UKS belum efektif.

Pihak Depsos menjelaskan bahwa akan dilakukan pengkajian atas kebijakan pengelolaan piutang
yang kemudian akan diimplementasikan dalam suatu ketetapan, dan piutang yang telah dihapuskan
merupakan kebijaksanaan Mensos dengan pertimbangan dana yang digunakan untuk penanganan
masalah sosial serta tidak perlu izin dari Menkeu karena Dana UKS bukan merupakan Dana APBN.
Selain itu sisa piutang yang belum tertagih akan dilakukan secara intensif.

Meskipun Dana UKS bukan APBN, namun demikian tetap dalam koridor keuangan negara sehingga
tetap mengacu kepada aturan keuangan negara.

BPK-RI menyarankan agar Mensos :


a. Merumuskan kembali penetapan kebijakan penggunaan Dana UKS secara lebih spesifik dan
prioritas untuk menangani masalah kesejahteraan sosial;
b. Menetapkan kebijakan pengelolaan piutang sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
c. Menginstruksikan kepada pengelola Dana UKS untuk melakukan intensifikasi penagihan piutang
dan pengawasan serta pengendalian atasan langsung lebih efektip.

5. (01.06) PPh Pasal 21 atas jasa audit laporan keuangan Dana UKS oleh Kantor Akuntan
Publik belum dipungut dan disetor sebesar Rp8.625.000,00

Untuk menciptakan pengelolaan Dana UKS yang transparan dan akuntabel telah dilakukan audit atas
Laporan Keuangan Dana UKS Tahun 2003 dan 2004 (Tahun 2005 sedang dalam proses pemeriksaan
triwulan) oleh Kantor Akuntan Drs. Sofyan Syafri & Co, sesuai Surat Perjanjian Kerja Tanggal 15
Pebruari 2002. Hasil pemeriksaan Kantor Akuntan Drs. Sofyan Syafri & Co. Atas Dana UKS tahun
2003, 2004 berpendapat penyajian laporan keuangan Dana UKS disajikan secara wajar dalam semua
hal yang material sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Berdasarkan pemeriksaan terhadap dokumen kontrak jasa accounting service yang dilaksanakan
Kantor Akuntan Drs. Sofyan Syafri & Rekan atas laporan keuangan Dana UKS Depsos Tanggal 15
Pebruari 2002 untuk biaya audit seluruhnya sebesar Rp70.000.000,00 nett (tidak termasuk PPH)
dengan rincian :
- Laporan Auditor Independen tiga bulanan @Rp15.000.000 =Rp60.000.000,00
- Laporan Auditor Independen tahunan (gabungan) =Rp10.000.000,00
Jumlah =Rp70.000.000,00

28
Pemeriksaan lebih lanjut atas bukti pengeluaran kas Tahun 2003 dan 2004 untuk biaya audit Laporan
Keuangan Tahun 2003 dan 2004 telah dibayarkan masing-masing sebesar Rp70.000.000,00 dan
Rp45.000.000,00 atau seluruhnya sebesar Rp115.000.000,00
Sedangkan untuk PPH 21 sebesar Rp8.625.000,00 (15% x 50%x Rp115.000.000,-) belum
diperhitungkan/dipungut dan belum disetorkan ke kas negara oleh bendaharawan.
Dari keadaan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa PPH 21 sebesar Rp8.625.000,00 atas
pelaksanaan pekerjaan audit belum diperhitungkan/dipungut dan belum disetorkan ke kas negara.

Keadaan tersebut tidak sesuai dengan Undang-undang No.17 Tahun 2000 tanggal 20 Agustus 2000
tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang No 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Pasal 21
Ayat 1 menyebutkan pemotongan penyetoran dan pelaporan pajak atas penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau
diperoleh WP pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh bendaharawan pemerintah yang membayar
gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan jasa atau
kegiatan.

Hal tersebut di atas mengakibatkan penerimaan negara atas PPh 21 sebesar Rp8.625.000,00 belum
diterima.

Hal tersebut di atas disebabkan :


a. Bendaharawan belum mentaati ketentuan perpajakan yang berlaku;
b. Pengawasan dan pengendalian pengelolaan Dana UKS belum efektif.

Pihak Depsos menjelaskan bahwa PPh yang belum diperhitungkan akan secepatnya disetorkan ke Kas
Negara.

BPK RI menyarankan agar Mensos :


a. Menginstruksikan kepada Bendaharawan Dana UKS untuk memungut PPh Pasal 21 atas
pelaksanaan Audit dan segera menyetorkannya ke Kas Negara;
b. Pengawasan dan pengendalian pengelolaan piutang Dana UKS lebih diefektifkan.

02. Penyimpangan Terhadap Kriteria/Peraturan Yang Telah Ditetapkan :


6. (02.09) Dana UKS Tahun 2003, 2004 dan 2005 (s.d Maret 2005) seluruhnya sebesar
Rp36.661.725.168,00 dan Biaya Permohonan Izin Undian Gratis Berhadiah sebesar
Rp25.900.000,00 belum diterima.

Dalam Tahun 2003, 2004 dan 2005 (s.d Maret 2005) Departemen Sosial telah menerbitkan Surat
Keputusan (SK) Izin Undian Gratis Berhadiah (UGB) sebanyak 1.748 SK dengan nilai Dana UKS
yang akan diterima sebesar Rp162.082.565.906,00 dan BPI (Biaya Permohonan Izin) sebesar
Rp446.150.000,00 dengan rincian sbb.:

Tahun Banyak SK Dana UKS (Rp) BPI (Rp)

2003 696 60.737.679.455,00 143.700.000,00


2004 835 84.569.297.526,00 219.950.000,00
2005 (s.d Maret) 217 16.775.588.925,00 82.500.000,00
Jumlah 1.748 162.082.565.906,00 446.150.000,00

29
Hasil pemeriksaan atas pencatatan Surat Keputusan Izin UGB pada Buku Register SK, Buku Surat
Permohonan, bukti setor Dana UKS dan bukti setor BPI Tahun 2003, 2004, dan 2005 diketahui
bahwa terdapat sebanyak 239 SK ijin UGB dengan nilai Dana UKS sebesar Rp36.661.725.168,00
belum diselesaikan kewajibannya oleh pihak penyelenggara UGB yakni Tahun 2003 sebanyak 60 SK
senilai Rp. 18.419.812.954,00; Tahun 2004 sebanyak 90 SK senilai Rp9.753.909.351,00 dan Tahun
2005 (s.d Maret) sebanyak 89 SK senilai Rp.8.488.002.863,00, dengan rincian sebagai berikut :

a. Dana UKS yang belum diterima :

Tahun Banyak SK Dana UKS yg belum Dana UKS yg seharusnya % dari yg seharusnya
diterima (Rp) diterima (Rp) diterima
2003 60 18.419.812.954,00 60.737.679.455,00 30,33%
2004 90 9.753.909.351,00 84.569.297.526,00 11,53%
2005 89 8.488.002.863,00 16.775.588.925,00 50,60%
Jumlah 239 36.661.725.168,00 162.082.565.906,00 22,62%
b. Penerimaan atas BPI yang belum diterima :

Tahun BPI belum diterima (Rp) BPIyg seharusnya diterima (Rp) % dari realisasi
2003 10.200.000,00 143.700.000,00 7,10%
2004 11.900.000,00 219.950.000,00 5,41%
2005 3.800.000,00 82.500.000,00 4,61%
Jumlah 25.900.000,00 446.150.000,00 5,81%

Proses penerbitan SK izin UGB dilakukan oleh unit kerja Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial
(Dayasos) dhi. Direktorat Pendayagunaan Sumber Dana Sosial (Dit. PSDS) sesuai dengan
Keputusan Mensos No.06/HUK/2001 tanggal 26 Oktober 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Depsos.
Pembayaran BPI diterima oleh Subdit Administrasi Perizinan Sumber Dana Sosial (sebagian disetor
langsung ke kas negara oleh pihak penyelenggara) yang kemudian disetor oleh bendaharawan
penerima pada Ditjen Dayasos ke kas negara. Sedangkan Dana UKS diterima oleh Bendaharawan
Penerima pada Biro Keuangan (Sekretariat Jenderal) yang mengelola rekening penampungan Dana
UKS atas nama Mensos pada Bank Mandiri No.006.00.94107004. Bukti setor Dana UKS yang
dibayar oleh penyelenggara diterima pada Subdit Administrasi Perizinan.
Penelusuran lebih lanjut atas proses penerbitan SK UGB pada Dit. PSDS diketahui hal-hal sebagai
berikut :
a. Terdapat pembayaran Dana UKS oleh para pemohon dilakukan setelah SK UGB diterbitkan dan
diterima oleh pemohon, seharusnya pembayaran dilakukan sebelum diterimanya SK UGB dan
pemohon menyerahkan bukti setor pelunasan Dana UKS pada saat serah terima SK UGB.
b. Penerbitan SK UGB sejak dari diterima permohonan izin UGB oleh pemohon pada Dit.PSDS
lebih dari 14 hari kerja dan bahkan ada SK yang terbit setelah pelaksanaan undian dilakukan oleh
penyelenggara.
c. Terdapat penerbitan Surat Izin Sementara/Beriklan/Promosi yang dianggap merupakan SK Izin
UGB oleh pemohon, sehingga dengan adanya surat izin tersebut pemohon dapat
menyelenggarakan UGB sebelum SK Izin UGB terbit.
Penerbitan Surat Izin Sementara/Beriklan/Promosi ditandatangani oleh Direktur Jenderal
Pemberdayaan Sosial a.n Menteri Sosial, namun pada kenyataannya penandatanganan tersebut
tanpa adanya persetujuan Menteri Sosial namun hanya dilaporkan saja. Di dalam Keputusan
Menteri Sosial No. 09/PEGHUK/2002 tanggal 1 Maret 2002, tentang Izin Undian tidak dikenal

30
ataupun disebutkan bahwa UGB dapat dilakukan dengan diterbitkannya Surat Izin Sementara,
namun harus ada persetujuan Menteri Sosial yang dituangkan dalam SK Izin UGB sesuai
ketentuan.
Berdasarkan informasi dari Subdit perizinan dan redaksi pada Surat Izin Sementara menyatakan
bahwa izin sementara diterbitkan karena SK izin UGB masih dalam proses, sementara
penyelenggara akan segera menyelenggarakan UGB. Penelaahan lebih lanjut menunjukan bahwa
sesungguhnya, penerbitan izin sementara berkaitan dengan lamanya proses perizinan yang
dilakukan oleh Dit. PSDS tanpa adanya evaluasi dan tindakan konkrit atas lamanya proses SK
izin UGB terbit, yang pada akhirnya memberikan kompensasi kepada penyelenggara untuk tidak
secepatnya menyelesaikan pembayaran Dana UKS yang menjadi kewajiban penyelenggara.
d. Verifikasi atas persyaratan permohonan dilakukan belum cermat, sehingga masih ada
permohonan yang belum menyelesaikan pembayaran Dana UKS dan atau BPI namun tetap
dilakukan pemrosesan SK.

Keadaan tersebut di atas tidak sesuai dengan :


Undang-undang No.22 Tahun 1954 tentang Undian menyebutkan bahwa :
Pasal 1 ayat (1) Barang siapa mengadakan undian harus lebih dahulu mendapat izin dari yang
berwajib berdasarkan peraturan-peraturan dalam pasal-pasal berikut, kecuali
yang ditetapkan dalam Pasal 2;
Pasal 5 ayat (2) Izin untuk mengadakan Undian untuk segala rupa undian dengan jumlah harga
nominal Undian lebih dari Rp.10.000,-(sepuluh ribu rupiah) diberikan oleh
Menteri Sosial;
Pasal 7 ayat (1) Untuk kepentingan para peserta atau umum dalam Surat Keputusan Izin
Undian itu dapat dicantumkan berbagai-bagai syarat yang harus diindahkan
oleh penerima izin Undian; Jika syarat-syarat tersebut tidak diindahkan, maka
dengan sendirinya izin itu dianggap tidak berlaku lagi.
Bab V tentang perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum dan pengusutan perbuatan-perbuatan itu;
Pasal 12 ayat (1) dengan hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun atau hukuman denda
setinggi-tingginya sepuluh ribu rupiah dihukum barang siapa :
1) mengadakan undian dengan tidak mendapat izin lebih dahulu seperti dimaksud dalam Pasal 1
ayat (1);
2) mengadakan undian yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagai tercantum dalam keputusan
izin bersangkutan;
b. Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial No. 09/PEGHUK/2002 tanggal 1 Maret 2002, tentang Izin
Undian pada Bab II, yaitu :
Pasal 2 butir (1) menyebutkan bahwa setiap penyelenggaraan undian harus mendapat izin dari
Menteri Sosial.
Pasal 3 menyebutkan bahwa Izin penyelenggaraan undian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
diberikan kepada Badan yang mengajukan permohonan dan telah memenuhi persyaratan.
Kemudian pada Bab VI, yaitu Pasal 3 menyebutkan bahwa Penyelenggara undian berkewajiban
membantu usaha kesejahteraan sosial dengan menyetorkan sejumlah Dana ke rekening Dana
kesejahteraan Sosial Departemen Sosial yang besarnya sekurang-kurangnya 10 % dari jumlah
keseluruhan hadiah.
c. Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos) No.21/HUK/1991 tanggal 22 Juni 1991, tentang
Penetapan Sumber-Sumber Penerimaan Bukan Pajak di Lingkungan Departemen Sosial pada
lampiran menetapkan bahwa pemohon penyelenggara izin undian untuk setiap tahap/periode
penarikan diharuskan menyetor uang ke kas negara sebesar Rp100.000,00 sebagai biaya
adminstrasi.

31
d. Keputusan Menteri Sosial No.73/HUK/2002 tanggal 14 Oktober 2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan pemberian izin dan penyelenggaraan undian gratis pada lampiran menyatakan
bahwa :
Angka Romawi III Syarat-syarat dan tata cara permohonan izin
Huruf A; antara lain menyebutkan bahwa pemohon membayar biaya permohonan izin sesuai
dengan ketentuan yang berlaku per penarikan per periode; dan melaksanakan
kewajiban membantu usaha kesejahteraan sosial sebesar 10% dari jumlah total hadiah
sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Sosial tentang Izin
Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah, serta disetorkan langsung ke Departemen
Sosial.
Huruf B; antara lain menyebutkan bahwa pada saat permohonan izin diterima oleh pejabat yang
ditunjuk, pemohon izin berkewajiban membayar biaya permohonan izin yang besarnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Dan pada saat
pengambilan Surat Keputusan izin undian gratis, pemohon harus
memberikan/memperhatikan bukti penyetoran Dana kesejahteraan social, sebagai
kewajiban pemohon membantu usaha kesejahteraan sosial.
Angka IV Keputusan Pemberi Izin menyatakan bahwa Menteri Sosial RI selaku pejabat yang
berwenang memberi izin, dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja menetapkan
Keputusan.
Angka VII Pemantauan dan Pelaporan
Huruf c, Pemantauan iklan promosi berhadiah penyelenggaraan undian gratis pada media massa
dilakukan oleh petugas Depsos pada Pemerintah Propinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota, serta oleh PPNS dibidang undian.
Huruf d, Dalam hal ditemukan adanya penyimpangan terhadap penyelenggaraan undian atau
penyelenggaraan undian tanpa izin, maka dilakukan penindakan hukum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku oleh PPNS dibidang undian
berkoordinasi dengan Korwas Penyidik POLRI setempat untuk melakukan penyidikan.

Dari keadaan tersebut di atas mengakibatkan :


a. Penerimaan Dana UKS sebesar Rp36.661.725.168,00 belum diterima;
b. Penerimaan PNBP atas biaya izin undian sebesar Rp25.900.000,00 belum dipungut.

Hal tersebut di atas disebabkan oleh hal-hal berikut :


a. Pejabat Depsos yang berwenang dalam melakukan proses penerbitan SK yakni Dirjen Dayasos
belum sepenuhnya melaksanakan prosedur perizinan UGB sesuai dengan ketentuan;
b. Penanganan pelaksanaan penerbitan izin UGB oleh Direktorat PSDS belum dilakukan secara
optimal;
c. Koordinasi antara unit kerja yang terkait dalam pelaksanaan penerbitan UGB yakni Biro
Keuangan selaku Bendaharawan Penerima Dana UKS dan Direktorat PSDS selaku pelaksana
proses penerbitan SK (yang menerima bukti setor) belum dilakukan secara efektip;
d. Sosialisasi ketentuan penyelenggaraan undian gratis berhadiah kepada masyarakat luas dilakukan
Depsos belum efektip;
e. Pengawasan dan pengendalian atasan langsung pelaksanaan UGB belum efektip.

Pihak Depsos yang pada intinya menjelaskan bahwa penerimaan atas Dana UKS yang belum
terealisasi terjadi dikarenakan untuk memberikan pelayanan dalam rangka pengumpulan Dana UKS
sebanyak mungkin, Depsos tetap berpegang pada komitmen dengan landasan moral dan itikad baik
untuk senantiasa tidak melakukan penyimpangan melainkan berupaya agar tujuan terhimpunnya Dana
UKS sebesar-besarnya untuk kepentingan sosial dapat tercapai. Dan untuk masa mendatang dengan

32
memperhatikan temuan pemeriksaan BPK RI akan berupaya semaksimal mungkin dalam
melaksanakan tupoksi dengan lebih mengefektipkan koordinasi dengan unit kerja terkait.

BPK RI menyarankan agar Mensos menegur dan mengintruksikan kepada Dirjen Dayasos untuk :
a. Menagih kekurangan penerimaan Dana UKS dan BPI kepada para wajib bayar yang belum
melunasi pembayaran serta senantiasa melakukan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan;
b. Melakukan penanganan pelaksanaan penerbitan izin UGB secara optimal dan koordinasi dengan
unit kerja terkait lebih ditingkatkan;
c. Menerapkan metode sosialisasi UGB kepada masyarakat yang lebih efeketip;
d. Lebih meningkatkan pengendalian serta pengawasan di lingkungan Ditjen Dayasos.

7. (02.09) Pengurusan penerbitan izin Undian Gratis Berhadiah untuk Agency PT. Globe belum
sesuai ketentuan

Pemeriksaan atas pelaksanaan penerbitan Surat Keputusan Izin UGB pada Direktorat PSDS Tahun
2003, 2004 dan 2005 diketahui terdapat pelaksanaan permohonan izin penyelenggaraan UGB yang
dilakukan melalui Agency yakni PT Globe dan PT Media Selaras. Latar belakang sebagai agency
dikaitkan dengan Surat Keterangan Sekretaris Jenderal Depsos No.278/SJ/DAYASOS/V/2005
tanggal 31 Mei 2005 menerangkan bahwa Depsos merupakan institusi pemerintah yang mempunyai
kewenangan di dalam pemberian izin dan pembinaan setiap yayasan dan atau organisasi sosial
kemasyarakatan, maka dibentuklah Yayasan Dana Bhakti Kesejahteraan Sosial (YDBKS), yakni
yayasan yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial sebagai mitra Depsos yang turut serta
membantu Penanganan Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). YDBKS selaku penyelenggara
undian dengan nama Sumbangan Dana Sosial Berhadiah (SDSB), Depsos sesuai tugas pokok dan
fungsinya mempunyai kewenangan untuk memberikan izin undian dimaksud, guna memperlancar
operasional penerimaan dana dari izin undian maka ditunjuk PT Globe dan PT Media Selaras sebagai
Agency hingga sampai dengan saat ini. Realisasi penerimaan kedua Agency dimaksud pada Tahun
2003, 2004 dan 2005 seluruhnya masing-masing sebesar Rp49.699.204.381,00 dan
Rp4.131.807.353,00 dengan rincian sebagai berikut :
PT Globe PT Media Selaras
Tahun Permohonan DANA UKS (Rp) Permohonan DANA UKS (Rp)
2003 153 buah 17.677.025.495,00 70 buah 1.195.956.780,00
2004 165 buah 21.126.542.774,00 83 buah 2.651.358.603,00
2005(s.d Mei ) 69 buah 10.895.636.112,00 24 buah 284.491.970,00
Jumlah 387 buah 49.699.204.381,00 177 buah 4.131.807.353,00

Pemeriksaan lebih lanjut atas proses penerbitan SK izin UGB yang melalui agency tersebut diketahui
bahwa :
a. Prosedur permohonan yang dilakukan agency yakni dengan mengajukan permohonan izin UGB
kepada Mensos melalui Direktorat PSDS kemudian atas dasar permohonan tersebut dilakukan
proses penerbitan SK izin UGB oleh pihak Direktorat PSDS.
b. Penagihan pembayaran biaya izin dan Dana UKS kepada PT Globe dilakukan setelah SK terbit
dengan melalui surat penagihan. Hal ini bertentangan dengan ketentuan sesuai Keputusan
Menteri Sosial No.73/HUK/2002 tanggal 14 Oktober 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan
pemberian izin dan penyelenggaraan undian gratis yang pada intinya menyatakan bahwa sebelum
SK Izin diserahkan, pemohon harus menunjukan bukti setor Dana UKS. Sedangkan untuk PT
MISSI MEDIA SELARAS pembayaran biaya izin dan Dana UKS sama dengan pemohon yang

33
melakukan permohonan izin sendiri (tidak melalui agency). Dan sampai dengan Maret 2003
untuk PT MISSI MEDIA SELARAS tidak punya tunggakan.
Realisasi penagihan atas pembayaran Dana UKS dan biaya izin PT Globe, dengan rincian dimuat
dalam lampiran IV.
Dari data tersebut di atas menunjukan bahwa pembayaran yang dilakukan oleh PT Globe sesuai
dengan surat penagihan Direktorat PSDS terjadi keterlambatan dan atau kurang menyetor Dana UKS
pada setiap kali penagihan (Lapping) sehingga terjadi penunggakan pembayaran Dana UKS dan
Biaya Izin per 23 Mei 2005 masing-masing sebesar Rp8.078.186.275,00. dan Rp25.100.000,00.
Keadaan tersebut di atas tidak sesuai dengan :
a. Undang-undang No.22 Tahun 1954 tentang Undian menyebutkan bahwa :
Pasal 7 ayat (1) Untuk kepentingan para peserta atau umum dalam Surat Keputusan Izin
Undian itu dapat dicantumkan berbagai-bagai syarat yang harus diindahkan
oleh penerima izin Undian; Jika syarat-syarat tersebut tidak diindahkan, maka
dengan sendirinya izin itu dianggap tidak berlaku lagi.
Pasal 12 ayat (1) dengan hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun atau hukuman denda
setinggi-tingginya sepuluh ribu rupiah dihukum barang siapa :
1) mengadakan undian dengan tidak mendapat izin lebih dahulu seperti dimaksud dalam Pasal 1
ayat (1);
2) mengadakan undian yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagai tercantum dalam keputusan
izin bersangkutan;
b. Keputusan Menteri Sosial No. 09/PEGHUK/2002 tanggal 1 Maret 2002, tentang Izin Undian
pada Bab VI, Pasal 3 menyebutkan bahwa Penyelenggara undian berkewajiban membantu usaha
kesejahteraan sosial dengan menyetorkan sejumlah Dana ke rekening Dana kesejahteraan Sosial
Departemen Sosial yang besarnya sekurang-kurangnya 10 % dari jumlah keseluruhan hadiah.
c. Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos) No.21/HUK/1991 tanggal 22 Juni 1991, tentang
Penetapan Sumber-Sumber Penerimaan Bukan Pajak di Lingkungan Departemen Sosial pada
lampiran menetapkan bahwa, pemohon penyelenggara izin undian untuk setiap tahap/periode
penarikan diharuskan menyetor uang ke kas negara sebesar Rp100.000,00 sebagai biaya
administrasi.
d. Keputusan Menteri Sosial No.73/HUK/2002 tanggal 14 Oktober 2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan pemberian izin dan penyelenggaraan undian gratis menyatakan bahwa :
Angka Romawi III Syarat-syarat dan tata cara permohonan izin
Huruf a; antara lain menyebutkan bahwa pemohon membayar biaya permohonan izin sesuai
dengan ketentuan yang berlaku per penarikan per periode; dan melaksanakan
kewajiban membantu usaha kesejahteraan sosial sebesar 10% dari jumlah total hadiah
sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Sosial tentang Izin
Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah, serta disetorkan langsung ke Departemen
Sosial.
Huruf b; antara lain menyebutkan bahwa pada saat permohonan izin diterima oleh pejabat yang
ditunjuk, pemohon izin berkewajiban membayar biaya permohonan izin yang besarnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Dan pada saat
pengambilan Surat Keputusan izin undian gratis, pemohon harus
memberikan/memperhatikan bukti penyetoran Dana kesejahteraan social, sebagai
kewajiban pemohon membantu usaha kesejahteraan sosial.

Hal tersebut diatas mengakibatkan kekurangan penerimaan Dana UKS dan Biaya Permohonan Izin
dari PT Globe masing-masing sebesar Rp8.078.186.275,00 dan sebesar Rp25.100.000,00.

34
Keadaan tersebut disebabkan :
a. Prosedur penagihan yang dilakukan oleh Direktorat PSDS terhadap agency PT Globe tidak sesuai
ketentuan pada Keputusan Menteri Sosial No.73/HUK/2002 tanggal 14 Oktober 2002 tentang
petunjuk pelaksanaan pemberian izin dan penyelenggaraan undian gratis.
b. Pengawasan dan pengendalian atasan langsung belum efektif.

Pihak Depsos menjelaskan bahwa khusus untuk PT Globe diberikan waktu tertentu dan kewajiban
administrasi khususnya Dana UKS dan BPI tetap harus secepatnya dibayarkan serta tetap dilakukan
pengawasan dan ketertiban yakni dengan melakukan peneguran atas keterlambatan
pembayaran/kurang bayar kepada PT Globe.

BPK-RI menyarankan agar Mensos memberikan teguran dan menginstruksikan kepada Dirjen
Dayasos untuk :
a. Dalam pelaksanaan penerbitan izin UGB selalu mentaati ketentuan yang berlaku dan secepatnya
menyelesaikan keterlambatan/kekurangan pembayaran dari PT Globe;
b. Melakukan pengawasan dan pengendalian secara berjenjang atas pelaksanaan pemberian izin
UGB lebih efektip.

8. (02.15) Penggunaan Dana UKS untuk pembayaran honorarium dan transport Tim Ahli,
Penasehat dan Staf Khusus Menteri sebesar Rp840.000.000,00 tidak sesuai ketentuan
Berdasarkan pemeriksaan atas bukti pertanggungjawaban pengeluaran Dana UKS dalam Tahun
2003, 2004 dan 2005 (sampai bulan Mei) terdapat pengeluaran Dana UKS seluruhnya sebesar
Rp840.000.000,00 untuk pembayaran honorarium dan transport Tim Ahli, Penasehat dan Staf
Khusus Menteri Sosial yang ditetapkan di dalam Surat Keputusan Menteri Sosial.
Kepada Tim Ahli, Penasehat dan Staf Khusus Menteri Sosial diberikan honorarium sebesar
Rp4.000.000,00 dan transport Rp1.000.000,00 setiap bulannya. Semua pembiayaan tersebut
seluruhnya dibebankan kepada Dana UKS sebesar Rp840.000.000,00, yakni Tahun 2003 sebesar
Rp360.000.000,00, Tahun 2004 sebesar Rp330.000.000,00, dan Tahun 2005 (s.d Mei 2005) sebesar
Rp150.000.000,00
Dengan demikian semua pembiayaan yang berkaitan dengan pembayaran honorarium dan transport
kepada Tim Ahli, Penasehat, dan Staf Khusus selama Tahun 2003, 2004 dan 2005 (s.d bulan Mei
2005), seharusnya tidak perlu dibayar dari Dana UKS karena pembiayaan tersebut tidak sesuai
dengan tujuan penggunaannya untuk kepentingan pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin.
Kondisi tersebut di atas tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 42 Tahun 1981 tentang
Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Fakir Miskin, tercantum dalam Pasal 1 butir (3) yakni Dana
Kesejahteraan Sosial bagi Fakir Miskin adalah semua dana yang berwujud uang dan atau barang yang
berasal dari masyarakat dan sumber-sumber lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan digunakan untuk kepentingan pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin.
Hal tersebut mengakibatkan Dana UKS yang tersedia penggunaannya untuk membiayai kegiatan
dibidang sosial menjadi berkurang sebesar Rp840.000.000,00.
Hal tersebut disebabkan :
a. Kebijakan Mensos atas pembebanan biaya untuk Tim Ahli, Penasehat dan Staf Khusus Menteri
Sosial tidak sesuai dengan PP No.42 Tahun 1981;
b. Tim Pertimbangan tidak melaksanakan tugas dalam kajian dan telaahannya secara efektif.
c. Pengawasan dan Pengendalian oleh atasan langsung belum efektif.

35
Pihak Depsos menjelaskan bahwa Tim Ahli, Penasehat dan Staf Khusus Menteri diangkat oleh
Menteri Sosial berdasarkan keahlian dari anggota Tim, yang mempunyai tugas untuk memberikan
pertimbangan sesuai dengan keahliannya kepada Mensos baik diminta maupun tidak.

BPK RI menyarankan agar Mensos meninjau kembali pembebanan biaya honorarium dan transport
untuk Tim Ahli, Penasehat dan Staf Khusus Mensos yang dibebani dari Dana UKS.

9. (02.16) Terdapat pelaksanaan kegiatan di lingkungan Depsos dibiayai dari Dana UKS sebesar
Rp11.773.300.161,00
Hasil pemeriksaan atas bukti pertanggungjawaban pengeluaran Dana UKS dalam Tahun 2003, 2004
dan 2005 (s.d April 2005) diketahui bahwa pengelola Dana Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) telah
membiayai beberapa kegiatan unit kerja Eselon I di lingkungan Depsos dengan data sebagai berikut :
a. Sekretaris Jenderal
1) Pekerjaan pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan pada Biro Umum.
Pelaksanaan kegiatan pada Biro Umum atas usulan dan permohonan Sekretaris Jenderal
kepada Mensos, tanpa melalui evaluasi Tim Pertimbangan tetapi langsung dengan
persetujuan Mensos, selanjutnya bendaharawan pengelola Dana UKS mengeluarkan Dana
sebesar yang diusulkan. Kegiatan pendukung sosial tersebut telah dibayar melalui Bank
Mandiri seluruhnya sebesar Rp3.794.314.043,00, padahal untuk pelaksanaan kegiatan
tersebut telah disediakan Dana nya dari anggaran rutin/DIK Tahun 2004 dan 2005.
Pekerjaan tersebut meliputi :
Tahun 2003

No Kegiatan Pelaksana Harga (Rp) No dan tgl cek

1 Pengadaan kartu tanda pengenal dan PT. Jirvie Jaya 229.383.500,00 Bank Mandiri
mesin absensi Pratama CU208548
19 Pebruari 2003
2 Biaya Diklat Spamen 3 orang pejabat Kepala Biro 41.454.000,00 CU 208534
Depsos Kepeg dan Hukum 20 Pebruari 2003

3 Biaya perbaikan dan penggantian Biro 112.398.000,00 Bank Mandiri


komponen Computer Umum,/Sekjen CU 210667
21 Maret 2003
4 Pengadaan barang MIT 2000 Hight CV.Eka Satria 97.562.500,00 Bank Mandiri
Power sebanyak 175 unit Pertama CV 399328
11 April 2003

5 Biaya Perbaikan 2 unit kendaraan bus Bengkel Karya 79.035.000,00 CU 208536


operasional Depsos Indah 22 April 2003
6 Bantuan Operasional Pemeriksaan Inspektorat 81.000.000,00 CV 883893
Khusus oleh Itjen Jkt Jenderal 21 April 2003
7 Pengad. I unit Toyota Kijang /kendaraan PT.Astra 181.800.000,00 Bank Mandiri
Dinas Pejabat Eselon I Internasional CV 896541
30 Juli 2003
8 Biaya ongkos jahit seragam Depsos - 157.000.000,00 CV 896544
Pusat 31 Juli 2003
9 Bantuan Pengembangan Budaya Kepala Biro 199.026.000,00 CX 903327
Kerja/Data Ulang PNS 2003 Kepeg dan Hukum 1 Sept 2003

10 Bantuan Pemeliharaan Kendaraan Kepala Biro 105.918.000,00 Bank Mandiri


Jemputan Pusat Umum CX 904781
29 September 2003
11 Bantuan unt Kegiatan Sistem Akuntansi Sekjen 49.600.000,00 CV 896502
Wilayah Pusat 3 September 2003
Jumlah 1.334.177.000,00

36
Tahun 2004
No. Kegiatan Pelaksana Harga (Rp) No dan tgl cek
1. Bantuan seragam olah raga pegawai Korpri 300.000.000,00 Bank BNI
Depsos Pusat CX 735004
26 April 2004
2. Pembayaran perbaikan AC di Kantor PT. Puragabaya 48.000.000,00 Bank Mandiri
Pusat Putra Mandiri DD 803799
28 Mei 2004
3. Pengadaan Barang untuk Unit Sekjen 48.141.500,00 DB 331447
9 Agustus 2004
4. Perbaikan Rumah Dinas Menteri Jl 197.491.000,00 DC 732818
Widya Candra IV No 18 Jkt 31 Agustus 2004
5. Biaya Diklat Pimpinan Tk II di Jakarta Balarbangsos 86.950.000,00 Bank BNI
CX 735044
30 Sept 2004
6. Biaya Perbaikan Genset Gedung D Kepala Biro 49.830.000,00 Bank Mandiri
Kantor Pusat Depsos Umum DC 734655
30 Sept 2004
7. Pengadaab Buku Biografi SBY Sang PT.Darmapena 250.000.000,00 DF 390658
Demokrat th 2004 30 Sept 2004
8. Biaya Diklat Pim Tk I Angkatan VII th Sekjen 45.000.000,00 Bank Mandiri
2004 pejabat Depsos DF 390719
17 Des 2004
9. Pengadaan barang inventaris untuk PT. Duta Pasifik 98.892.000,00 Cek Bank Mandiri
Poliklinik Depsos Line No.DB.331447
9/8/2004

10. Konpensasi penghuni ru-mah negara 75.000.000,00 Cek Bank Mandiri


a/n.Ny-Manggiri Kamp.Ambon Jaktim No.DB.331444
16/8/2004
11. Konpensasi 2 bidang tanah 170.000.000,00 Cek Bank Mandiri
a/n.Dr.Susilo Supeno Kamp.kaupandak No.DB.331445
Ds.Karadenan Cibinong Bogor 16/8/2004
12. Pekerjaan perancangan Taman Halaman PT.Nimas 262.456.543,00 Cek Bank Mandiri
Depsos Multima No.DC.734661
12-11-2004
Jumlah Tahun 2004 1.631.761.043,00

Tahun 2005
No. Kegiatan Pelaksana Harga No dan tgl cek
(Rp)
1. Pengadaan Jaket pegawai Sekjen 245.000.000,00 Bank Mandiri
DF 392584
17 Januari 2005
2. Penerbitan Buku Daftar Alamat, Buku Biro Humas 60.000.000,00 Bank Mandiri
Kerja dan kalender Depsos DH 087633
21 Maret 2004
3. Pemeriksaan Psikologi 137 orang Sekjen 75.000.000,00 Bank Mandiri
Pegawai Depsos Gol IV b DH 087628
17 Maret 2005
4. Penggantian waterproofing Gedung A PT.Bintang Rejeki 405.650.000,00 Cek Bank Mandiri
Kantor Pusat Depsos Abadi Makmur No.DH.090781
07-04-2005
5. Perencanaan pek. Penggantian PT.Patroon 22.000.000,00 Cek Bank Mandiri
waterproofing Gedung A Kantor Pusat Arsindo No.DH.090781
Depsos 07-04-2005
6. Pengawasan pekerjaan Penggantian PT.Bumi Prasidi 20.726.000,00 Cek Bank Mandiri
waterproofing Gedung A Kantor Pusat BI-EFSI No.DH.090781
Depsos 07-04-2005
Jumlah Tahun 2005 828.376.000,00

2) Pelaksanaan pengadaan CPNS Tahun 2004 dan biaya tanda-tanda kehormatan bagi PNS dan
Purnakarya di lingkungan Depsos Tahun 2003 dan 2004.
a). Pengadaan CPNS Tahun Anggaran 2004
Hasil pemeriksaan dokumen pertanggungjawaban pelaksanaan pengadaan CPNS
diketahui realisasi biaya kegiatan tersebut seluruhnya sebesar Rp962.615.350,00 dengan
rincian sebagai berikut :

37
a. Anggaran Biaya Rutin (DIK) Rp 50.435.000,00
b. Dana UKS yang pertama Rp 258.917.000,00
c. Tunjangan Kesejahteraan Karyawan (TKK) Pusat Rp 59.155.500,00
d. Revisi Anggaran Pembangunan Rp 381.107.850,00
e. Dana UKS yang kedua Rp 213.000.000,00
Jumlah Rp 962.615.350,00
Pemeriksaan lebih lanjut atas pelaksanaan kegiatan dimaksud menunjukkan bahwa :
(1) Rencana pengadaan PNS diperlukan anggaran sejumlah Rp313.402.000,00.
(2) Alokasi anggaran yang tersedia dari anggaran rutin hanya sebesar Rp50.435.000,00
(DIK No 032/27/2004 tanggal 1 Januari 2004) yang dipergunakan untuk
melaksanakan tahapan penyusunan Juknis Pengadaan PNS dan Rapat koordinasi.
(3) Untuk kegiatan selanjutnya yaitu pelaksanaan seleksi administrasi, penggandaan
materi ujian, pelaksanaan ujian masuk PNS, pengolahan hasil ujian dan pengumuman
hasil ujian penerimaan PNS diupayakan akan merevisi Anggaran Pembangunan pada
Bagpro Pembinaan Hukum dan Kepegawaian yaitu DIP No 009/XXVII/I/--/2004
tanggal 1 Januari 2004.
(4) Batas akhir revisi yang ditetapkan oleh Ditjen Anggaran tanggal 29 Oktober 2004,
dilain pihak alokasi formasi 2004 harus dilaksanakan pada tahun anggaran berjalan
dan tidak diperkenankan untuk dilaksanakan pada TA 2005, sehingga atas
kekurangan anggaran tersebut dengan Surat Sekretaris Jenderal No
477/53/Ropeghuk/X/2004 tanggal 26 Oktober 2004 memohon bantuan dari Dana
UKS yang pertama dan telah dibayarkan sebesar Rp258.917.000,00 dengan Cek No
CY 680581 tanggal 5 Nopember 2004.
(5) Dengan surat Sekjen Nomor 479/SJ/PER/X/2004 Perihal Usulan Revisi DIP
diusulkan perubahan pada DIP Peningkatan Profesionalisme Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial Pusat Tahun 2004 Nomor SP. DIP : 009/XXVII/I/--/2004 tanggal
1 Januari 2004, khususnya pada Bagpro Pembinaan Hukum dan Kepegawaian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan disetujui Departemen Keuangan Nomor : S-
1689/AP/2004 tanggal 28 Desember 2004 dan untuk pengadaan CPNS mendapat
alokasi dari perubahan DIP tersebut sebesar Rp381.107.850,00.
(6) Surat BKN Nomor : K.26-25/V.104-5/99 tanggal 26 Nopember Perihal Anggaran
Penyelenggaraan pengadaan CPNS Tahun 2004 berkenaan dengan Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 0917/KM.3-43/SKOR/2004 tentang
otorisasi Anggaran Belanja Rutin Tahun 2004 bahwa untuk keperluan
penyelenggaraan pengadaan CPNS tahun 2004 di Depsos disediakan bantuan Dana
sebesar Rp59.156.750,00 yang digunakan antara lain untuk kegiatan pengumuman,
sewa tempat ujian, honor panitia, biaya pengamanan, biaya penggandaan soal dan
biaya lainnya yang mendukung pelaksanaan pengadaan CPNS Tahun 2004.
(7) Dalam pelaksanaan, kemudian masih terdapat kekurangan anggaran sebesar
Rp219.422.508,00, untuk menutupi kekurangan tersebut dimohonkan Dana UKS
yang kedua dengan Surat Sekjen No 92/SJ/Ropeghuk/II/2005 tanggal 23 Pebruari
2005 dan disetujui sebesar Rp 213.000.000,00 serta telah dibayar dengan Cek No DH
087632 tanggal 17 Maret 2005.
Jadi Dana UKS seluruhnya yang digunakan untuk pengadaan CPNS sebesar
Rp471.917.000,00. (Rp258.917.000,00 + Rp 213.000.000,00).
b). Panitia Tanda-Tanda Kehormatan Bagi Pegawai Negeri Sipil Dan Purnakarya Di
Lingkungan Departemen Sosial TA. 2003 Dan 2004
Departemen Sosial RI dalam TA 2003 dan 2004 telah memberikan Tanda Kehormatan
berupa Satyalancana Karya Satya (SLKS) kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) di

38
lingkungan Departemen Sosial dan Tanda Penghargaan bagi Purnakarya dengan tujuan
untuk meningkatkan pengabdian para PNS dan yang bersangkutan dapat menjadi contoh
bagi karyawan lainnya.
Hasil pemeriksaan atas bukti-bukti pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dimaksud
diketahui bahwa, Dana yang diperlukan untuk kegiatan tersebut seluruhnya sebesar
Rp1.135.298.000,00; sebesar Rp105.191.000,00 bersumber dari APBN, yakni DIK No
032/27/2003 tanggal 1 Januari 2003 sebesar Rp70.000.000,00 dan DIK No 032/27/2004
tanggal 1 Januari 2004 sebesar Rp35.191.000,00 serta berasal dari Dana UKS sebesar
Rp400.000.000,00 (cek No CV 884463 tanggal 12 Mei 2003), Rp93.837.000,00 (cek
No.CV 896550 tanggal 8 Agustus 2003), Rp286.270.000,00 (cek No.CZ 083979 tanggal
17 Desember 2003) dan Rp250.000.000,00 (cek No.CX 735024 tanggal 11 Agustus
2004) dengan rincian sebagai berikut :

No Kegiatan Penerima Sumber Biaya (Rp) Pertanggung- Selisih


(orang) DIK Dana UKS Jumlah Jawaban (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6=4+5 7 8=6-7
1 Donor Darah 500 0,00 400.000.000,00 400.000.000,00 399.900.000,00 100.000,00
2 HUT RI ke 58 291 70.000.000,00 93.837.000,00 163.837.000,00 163.837.500,00 (500,00)
3 HKSN 2003 369 35.191.000,00 286.270.000,00 321.461.000,00 286.270.000,00 35.191.000,00
4 HUT RI ke 59 dan HKSN 482 0,00 250.000.000,00 250.000.000,00 249.623.000,00 377.000,00
Jumlah 1.642 105.191.000,00 1.030.107.000,00 1.135.298.000,00 1.099.630.500,00 35.667.500,00

Dari table di atas menunjukan bahwa kegiatan pemberian tanda-tanda kehormatan bagi
PNS dan Purnakarya di lingkungan Depsos Tahun 2003 dan 2004 dilakukan dengan dua
sumber pendanaan yakni APBN dan Dana UKS, selain itu realisasi kegiatan tersebut
baru dipertanggungjawabkan sebesar Rp1.099.630.500,00 sehingga masih terdapat Dana
yang belum dipertanggungjawabkan (sisa Dana ) sebesar Rp35.667.500,00 dan belum
disetorkan ke Bendaharawan Dana UKS.
b. Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial
Departemen Sosial berfungsi sebagai pelaksana urusan bidang sosial, diantaranya berupa bantuan
sosial sebagai upaya untuk meringankan penderitaan, melindungi dan memulihkan kondisi
kehidupan, mental, psikologis, sosial dan ekonomi khususnya para pekerja migran yang
berpindah ke daerah lain, baik di dalam maupun ke Luar Negeri untuk bekerja dalam waktu
tertentu. Namun kegiatan tersebut bukan merupakan kegiatan utama dan pendukung bidang
Usaha Kesejahteraan Sosial, akan tetapi kegiatan tersebut masuk pada kegiatan Bagian Proyek
Bantuan Sosial Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran, anggarannya bersumber dari dana
DIP No. 009/XXVII/I/--/2003 tanggal 1 Januari 2003 dengan SKU
No.1434/WA.XI/PK.0321/2003 tanggal 14 Nopember 2003 Direktorat Jenderal Bantuan dan
Jaminan Sosial.
Direktur Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial Departemen Sosial mengajukan permohonan
bantuan dana sebesar Rp1.359.950.000,00 yang disampaikan kepada Menteri Sosial tanpa
terlebih dahulu melalui Tim Pertimbangan sebagai kajian dan telaahan dalam menetapkan layak
tidaknya permohonan tersebut direkomendasikan kepada Menteri untuk disetujui. Permohonan
tersebut, yaitu :

No. No. & Tgl Surat Permohonan Perihal


1. 920.A/BJS/XII/2003 Pemulangan Pekerja Migran terlantar
9 Desember 2003
2. 143/BJS/III/2004 Permohonan bantuan pemulangan pekerja
1 Maret 2004 migran bermasalah ex. Depaortasi Malaysia
untuk sebanyak 5.414 orang

39
Atas dasar permohonan tersebut pengelola Dana UKS mengeluarkan bantuan Dana untuk
membayar kekurangan biaya pekerjaan pemulangan pekerja migran terlantar Deportasi Malaysia
melalui transito Tanjung Uban (Propinsi Riau) sebanyak 5.414 orang ke propinsi asal yang
dikelola oleh Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara bekerjsama dengan PT.Ocean Damai Bahari
sebagai pelaksana dengan kesepakatan bersama No.465.1/561.a/2003 tanggal 16 Desember 2003.
Pembayaran menggunakan cek Bank mandiri cabang Matraman Jakarta, yakni :
No. No. & Tgl Cek Nilai (Rp)
1. CZ. 083988 17 Desember 2003 190.800.000,00
2. CW. 975547 8 Maret 2004 500.000.000,00
3. CX. 150214 15 April 2004 669.150.000,00
Jumlah 1.359.950.000,00
Berdasarkan kedua surat permohonan tersebut, diketahui hal-hal berikut :
1). Surat permohonan No.920 A/BJS/XII/2003 tanggal 9 Desember 2003 perihal pemulangan
pekerja migran terlantar, menjelaskan bahwa sehubungan dengan hasil rapat Direktur
Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial dengan PT.Ocean Damai Bahari pada tanggal 5
Desember 2003 tentang pemulangan pekerja migran terlantar dilaporkan kepada Menteri
Sosial, mengenai alokasi Dana yang tersedia dalam DIP Bantuan dan Jaminan Sosial Tahun
2003 dengan indeks sebesar Rp300.000,00/orang yang telah dikirim melalui SKU tanggal 14
Nopember 2003, PT.Ocean Damai Bahari mengusulkan biaya pemulangan pekerja migran
terlantar untuk 1.000 orang x Rp425.800,00 = Rp425.800.000,00 sedangkan Dana tersedia
pada APBN sebesar Rp235.000.000,00 dengan demikian kekurangan biaya pemulangan
sebesar Rp190.800.000,00.
2). Surat permohonan No.143/BJS/III/2004 tanggal 1 Maret 2004 perihal permohonan bantuan
pemulangan pekerja migran bermasalah ex.Deportasi Malaysia sebanyak 5.414 orang,
menjelaskan bahwa PT.Ocean Damai Bahari melaporkan telah menyelesaikan pemulangan
sebanyak 5.414 orang dengan biaya sebesar Rp2.979.043.000,00. Untuk biaya pemulangan
telah dibayar melalui Dana APBN tahun 2003 dan Dana UKS masing-masing sebesar
Rp1.619.093.000,00 + Rp190.800.000,00 = Rp1.809.893.000,00, sehingga masih
kekurangan sebesar Rp1.169.150.000,00 atau (Rp2.979.043.000,00 – Rp1.809.893.000,00).
Kekurangan pembayaran tersebut dibayar dari Dana UKS.
Hasil pemeriksaan atas dokumen kesepakatan bersama antara Dinas Sosial Propinsi Sumatera
Utara dengan PT.Ocean Damai Bahari diketahui bahwa pembiayaan kegiatan tersebut disediakan
dari Anggaran Pembangunan sesuai dengan Petunjuk Operasional (PO), yakni :
- Biaya pemulangan 5.397 orang x Rp250.000,00 = Rp1.349.250.000,00
- Biaya permakanan 5.397 orang x 5 hari x Rp10.000,00 = Rp 269.843.000,00
Jumlah Rp1.619.093.000,00
Atas dasar perhitungan tersebut maka disepakati oleh kedua belah pihak bahwa pemulangan
untuk sebanyak 5.397 orang migran dibiayai dari Anggaran DIP TA 2003.
Pemeriksaan lebih lanjut atas dokumen pembayaran pelaksanaan pemulangan migran ke daerah
asal diketahui bahwa, PT Ocean pada tanggal 6 Januari s.d 25 Pebruari 2004 telah melaksanakan
pemulangan dan permakanan Pekerja Migran Terlantar sebanyak 5.414 orang dengan biaya
sebesar Rp2.979.043.000,00 yang dibayarkan dengan SPM No.147/832 X/004/112 tanggal 31
Desember 2003 sebesar Rp1.619.093.000,00 dan dari Dana UKS sebesar Rp1.359.950.000,00.
c. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Pada Tahun 2003, dan 2004 pengelola Dana UKS telah membiayai beberapa kegiatan pekerjaan
renovasi dan pembangunan gedung pada Panti-Panti Sosial di lingkungan Direktorat Jenderal
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial (Dirjen Yanresos) Departemen Sosial. Atas permohonan
Dirjen Yanresos kepada Menteri Sosial (Mensos), tanpa melalui Tim Pertimbangan tetapi
langsung dengan persetujuan Mensos, memerintahkan bendaharawan mengeluarkan Dana UKS

40
sebesar Rp1.493.779.850,00 sesuai yang diusulkan untuk pembayaran pekerjaan pembangunan
melalui cek bank Mandiri dengan rincian sebagai berikut :

No. Kegiatan Pelaksana No & Tgl Harga Kontrak Keterangan


Kontrak/No.BKU (Rp)
Tahun 2003
Renovasi Pembangunan gedung CV.Cetra Jaya 09/PPJP-PSPP/2003 927.475.000,00 Bank Mandiri No.cek
Panti Sosial Parmadi Putra INSYAF Perkasa 25 April 2003 CV.896495
Medan 07-07-2003

Tahun 2004
1. Rehabilitasi rumah petugas Panti CV.Saputra 05/PSBRW/III/2004 74.000.000,00 Bank Mandiri No.Cek
Sosial Bina Runggu Wicara Melati Tonda 16 Maret 2004 DD.803720
Jaktim 07-06-2004
2. Pembangunan gedung Taman PT.Hosindo Indah 104/A/K/PSBR/BA/- 454.000.000,00 Bank Mandiri No. Cek
Kanak-kanak PSBR Bambu Apus Perkasa VI/2004 DC.732822
Jaktim 18 Juni 2004 24-09-2004
3. Perencanaan Pembangunn gedung PT. Bayu Berlian 081/A/K/PSBR/BA/- Bank Mandiri No. Cek
Taman Kanak-kanak PSBR Bambu Mandiri V/2004 DC.732864
Apus Jaktim 12 Mei 2004 20.304.850,00 21-09-2004
4. Pengawasan Pembangunn gedung PT. Bayu Berlian 102/A/K/PSBR/BA/- 18.000.000,00 Bank Mandiri No. Cek
Taman Kanak-kanak PSBR Bambu Mandiri VI/2004 DC.732865
Apus Jaktim 18 Juni 2004 21-09-2004
Total 1.493.779.850,00

d. Balai Pelatihan dan Pengembangan Sosial


Pada Tahun 2003, dan 2004 pengelola Dana UKS telah membiayai beberapa kegiatan pekerjaan
renovasi gedung pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Departemen Sosial dilingkungan
Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial (Balatbangsos) sebesar Rp3.623.232.268,00,
pengeluaran dana dilakukan atas permohonan Kepala Balatbangsos kepada Mensos, tanpa
melalui Tim Pertimbangan. Bendaharawan pengelola Dana UKS telah mengeluarkan Dana UKS
melalui cek bank Mandiri. Pekerjaan tersebut meliputi :

No. Kegiatan Pelaksana No & Tgl Harga Kontrak Keterangan


Kontrak/No.BKU (Rp)
I. Tahun 2003
1. Renovasi Asrama C Kantor CV.Hapela 10/PRO.REV/PP/VII/200 623.625.000,00 Bank Mandiri Cek
Pusdiklat Pegawai Depsos Indah 3 No.CZ 084029
Margaguna 22 Juli 2003 13 – 11 - 2003
2. Renovasi Asrama A Kantor PT.Lotma Sejati 12/PRO.REV/PP/XII/200 976.200.000,00 Bank Mandiri Cek
Pusdiklat Pegawai Depsos 3 No.DD 802589
Margaguna 10 Desember 2003 23-04-2004
Jumlah 1.599.825.000,00
II. Tahun 2004
1 Renovasi Asrama B Kantor PT. Pilarindo 05/PRO.REV/PP/VII/200 924.507.268,00 Bank Mandiri Cek
Pusdiklat Pegawai Depsos Jasatama 3 No.DF 390670
Margaguna Persada 30 Desember 2004 30 – 09 – 2004

2. Renovasi atap flapon, PT.Abutra B-70/BBPPKS/TU/04 21 1.098.900.000,00 Bank Mandiri Cek


pengecetan gedung asrama Perkasa April 2004 No.DC 732853
Putra/Putri, R.Makan.Aula 19- 10 - 2004
Utama dan R.Jabatan di
BBPPKS Jayapura
Jumlah II 2.023.407.268,00
Total I + II 3.623.232.268,00

Atas pelaksanaan pekerjaan tersebut seluruhnya telah dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan


sesuai dengan ketentuan dalam Keppres No.80 Tahun 2003 tentang pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Dan telah dilaporkan dalam Laporan Keuangan Departemen Sosial.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa :
a. Depsos telah menggunakan Dana UKS sebagai sarana pembiayaan dalam kegiatan
operasionalnya dalam Tahun 2003, 2004 dan 2005 sebesar Rp11.773.300.161,00 digunakan
membiayai pekerjaan rehab gedung/kantor, peningkatan sarana dan prasarana, sehingga
menambah nilai aset Depsos dan telah dilaporkan dalam Laporan Keuangan Depsos.

41
b. Dana UKS yang digunakan untuk kegiatan tersebut di atas bukan merupakan implementasi dari
Peraturan Pemerintah (PP) No. 42 Tahun 1981 Tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi
Fakir Miskin yang termaksud di dalam BAB IV Pasal 15 pada butir (1), menjelaskan bahwa
Untuk kepentingan pelaksanaan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin yang berasal dari
masyarakat dan dana-dana kesejahteraan sosial lainnya berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
c. Setiap penyaluran besarnya bantuan Dana UKS tidak diatur dengan batasan besarnya bantuan
yang jelas, aturan tersebut merupakan tugas Tim Pertimbangan Bantuan Mensos.

Kondisi tersebut di atas tidak sesuai dengan :


a. Keppres No. 42 Tahun 2002 Pasal 10, yang menyebutkan :
Ayat (1) Jumlah Dana yang dimuat dalam anggaran belanja negara merupakan batas tertinggi
untuk tiap-tiap pengeluaran.
Ayat (2) Pimpinan dan atau pejabat Departemen/ Lembaga Pemerintah Non Departemen tidak
diperkenankan melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
Anggaran Belanja Negara jika Dana untuk membiayai tindakan tersebut tidak
tersedia atau tidak cukup tersedia dalam Anggaran Belanja Negara.
b. Peraturan Pemerintah (PP) No. 42 Tahun 1981 Tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi
Fakir Miskin yang termaksud di dalam BAB IV Pasal 15 pada butir (1), menjelaskan bahwa
Untuk kepentingan pelaksanaan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin yang berasal dari
masyarakat dan dana-dana kesejahteraan sosial lainnya berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Keadaan tersebut mengakibatkan pemanfaatan Dana UKS untuk membiayai kegiatan kesejahteraan
sosial menjadi berkurang sebesar Rp11.773.300.161,00

Hal tersebut disebabkan :


a. Terlalu luasnya pengaturan dan kebijakan Kepmensos No.03/PEGHUK/2002 Tahun 2002 dalam
penggunaan Dana UKS.
b. Tidak berjalannya tugas, pokok dari Tim Pertimbangan dalam mengkaji dan menelaah setiap
permohonan permintaan bantuan sebagai rekomendasi/saran kepada Menteri.
c. Pengawasan dan pengendalian oleh atasan langsung secara berjenjang pada masing-masing unit
kerja pengguna Dana UKS belum efektif.

Pihak Depsos yang pada intinya menjelaskan bahwa kegiatan operasional Depsos juga merupakan
objek dalam pemberian bantuan Dana UKS dan hal tersebut terjadi karena perubahan kebijakan
esistensi institusi Depsos pada waktu lalu sehingga menjadi kacau dan tidak jelas statusnya baik
pegawai, sarana maupun prasrana, untuk menangani masalah tersebut dibutuhkan biaya cukup besar
yang tidak dapat dianggarkan dalam APBN

BPK RI menyarankan agar Mensos :


a. Melakukan upaya maksimal untuk memperoleh landasan hukum yang lebih kuat tentang
penggunaan langsung Dana UKS untuk membiayai kegiatan Depsos.
b. Melakukan koordinasi dengan Menteri Keuangan agar pembiayaan kegiatan Depsos dari Dana
UKS dapat terintegrasi dalam APBN dan dilaporkan dalam T1 Laporan Keuangan Depsos baik
realisasi pembiayaan maupun aset-asetnya.
c. Meninjau ulang Keputusan Menteri Sosial No.03/PEGHUK/2002 tanggal 15 Januari 2002
tentang Pengumpulan dan Pengelolaan Dana Kesejahteraan Sosial, untuk secara spesifik
menetapkan kegiatan Depsos yang dapat dibiayai Dana UKS;

42
d. Menegur secara tertulis kepada Tim Pertimbangan untuk bekerja lebih cermat dan teliti dalam
memberikan rekomendasi permohonan bantuan; dan melakukan pengawasan serta pengendalian
lebih efektip.

10. (02.16) Dana UKS digunakan untuk bantuan uang muka perumahan pegawai Depsos Tahun
2004 sebesar Rp3.500.000.000,00 tidak sesuai ketentuan
Dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan
Departemen Sosial khususnya dibidang pembangunan perumahan, Depsos melalui Panitia
Pengadaan Perumahan membuat Kesepakatan Kerjasama (MOU) dengan PT. Abutra Perkasa

Nomor : 43/HUK/2004 tanggal 9 September 2004 tentang penyediaan perumahan bagi


Nomor : 025/OU/ABT/IX/2004
Pegawai Negeri Sipil Depsos, yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal dan PT. Abutra Perkasa
Isi kesepakatan tersebut antara lain :
a. Tujuan dari kerjasama ini untuk menyediakan perumahan siap huni sebanyak 350 unit bagi PNS
Depsos RI;
b. Perumahan yang dimaksud adalah rumah yang dilengkapi dengan IMB, Sertifikat Hak Atas
Tanah, sarana air bersih, penerangan listrik serta Sarana/Fasilitas Umum/Sosial bagi lingkungan
pemukiman;
c. Pihak Depsos menyediakan subsidi kepada 350 orang PNS Depsos masing-masing sebesar
Rp10.000.000,00 atau seluruhnya sebesar Rp 3.500.000.000,00 sebagai uang muka;
d. Jangka waktu kesepakatan selama satu tahun sejak ditandatangani kesepakatan ini;
e. Persyaratan pegawai yang dapat memperoleh subsidi rumah dikelompokkan menjadi dua
kelompok:
1) Kelompok I bagi pegawai yang belum memiliki rumah dan belum mendapat fasilitas
perumahan;
2) Kelompok II bagi pegawai yang sudah memiliki rumah dan belum pernah mendapat fasilitas
perumahan.
Hasil pemeriksaan dokumen pertanggungjawaban, disimpulkan bahwa Dana UKS yang digunakan
untuk bantuan uang muka perumahan pegawai Depsos, tidak tepat karena tidak sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
Keadaan tersebut di atas tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 42 Tahun 1981 Tentang
Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Fakir Miskin yang termaksud di dalam BAB IV Pasal 15 pada
butir (1), menjelaskan bahwa untuk kepentingan pelaksanaan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin
yang berasal dari masyarakat dan dana-dana kesejahteraan sosial lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Hal tersebut mengakibatkan pemanfaatan Dana UKS untuk membiayai kegiatan kesejahteraan sosial
menjadi berkurang sebesar Rp3.500.000.000,00.
Hal tersebut disebabkan :
a. Terlalu luasnya pengaturan dan kebijakan Kepmensos No.03/PEGHUK/2002 Tahun 2002 dalam
penggunaan Dana UKS.
b. Tidak berjalannya tugas, pokok dari Tim Pertimbangan dalam mengkaji dan menelaah setiap
permohonan permintaan bantuan sebagai rekomendasi/saran kepada Menteri.
c. Pengawasan dan pengendalian oleh atasan langsung secara berjenjang pada masing-masing unit
kerja pengguna Dana UKS belum efektif.

43
Pihak Depsos menjelaskan bahwa pemberian bantuan uang muka kepada PNS Depsos merupakan
salah satu kebijakan pimpinan untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai sesuai dengan Kepmensos
No.03/PEGHUK/2002.

BPK RI menyarankan agar Mensos :


a. Meninjau ulang Keputusan Menteri Sosial No.03/PEGHUK/2002 tanggal 15 Januari 2002
tentang Pengumpulan dan Pengelolaan Dana Kesejahteraan Sosial, untuk secara specifik
menetapkan kegiatan Depsos yang dapat dibiayai Dana UKS;
b. Menginstruksikan kepada Sekjen untuk senantiasa melakukan pengawasan dan pengendalian
terhadap penyelesaian pelaksanaan pengadaan rumah tersebut.
11. (02.19) Penggunaan Dana UKS minimal sebesar Rp2.001.558.302,00 dalam program
penempatan tenaga kerja Indonesia ke Malaysia tidak sesuai ketentuan
Berdasarkan pemeriksaan atas laporan keuangan pengelolaan Dana UKS Tahun 2003 diketahui
bahwa terdapat pinjaman kepada lima Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) sebesar
Rp1.250.000.000,00 dengan ceq no.CT621543 tanggal 28 Maret 2003 untuk melaksanakan
penempatan pekerja asal Indonesia (TKI) ke Malaysia.
Penelusuran lebih lanjut terhadap dokumen pelaksanaan kegiatan penempatan TKI tersebut diketahui
hal-hal sebagai berikut :
a. Kegiatan penempatan TKI ke Malaysia dilakukan oleh lima PJTKI yakni PT. Kosindo Pradipta,
PT Ruyung Karya Mandiri, PT Amira Prima, PT Satria Parang Tritis dan PT Kurnia Bina Rizki
sesuai dengan Keputusan Mensos No.15/HUK/2003 tanggal 19 Maret 2003 tentang penunjukan
anggota PJTKI untuk menjadi perusahaan penempatan pekerja migran. Berdasarkan Perjanjian
Kerja Sama antara Depsos dengan masing-masing PJTKI dan PT BNI No.16 s.d 20/HUK/2003
tanggal 21 Maret 2003 dilaksanakan penempatan TKI ke Malaysia dengan ketentuan sebagai
berikut: Pendanaan kegiatan dilakukan dengan cara “Bridging Finance” yakni pihak Depsos
mendanai PJTKI sebesar 50% dari besar kredit per TKI untuk pembiayaan sejak rekrutmen
sampai dengan penempatan TKI di Malaysia sebelum kredit dari PT BNI cair dan
diselesaikan/dibayar setelah kredit cair, dalam hal ini pihak Depsos menjamin secara penuh
(100%) kredit dari PT BNI yang nantinya akan diberikan kepada masing-masing TKI sebesar
Rp5.000.000,- per orang. PJTKI berkewajiban untuk melakukan penempatan TKI dan sekaligus
bertanggungjawab dalam pelunasan kredit para TKI tersebut. Perjanjian kerjasama berakhir
sampai dengan 20 Maret 2004 (selama setahun).
b. Surat Sekretaris Jenderal No.176/Setjen/IPJTKI/III/2003 tanggal 21 Maret 2003 tentang
persetujuan permohonan Bridging Finance penempatan TKI formal ke Malaysia kepada APJATI
“serumpun” yang merupakan balasan Surat No.11/BO-MAL/III/2003 (dokumen belum
diketemukan) perihal permohonan pinjaman Dana untuk mengurus surat-surat kelengkapan
dokumen dan tiket keberangkatan TKI ke Malaysia.
c. Sesuai dengan Surat Sekretaris Jenderal No. 177/Setjen/PJTKI/III/2003 tanggal 21 Maret 2003
tentang permohonan Bridging Finance penempatan TKI formal ke Malaysia kepada PT BNI
menyebutkan terdapat permintaan dana pinjaman sementara dari rekening Depsos sebesar
Rp1.250.000.000,00 kepada lima PJTKI atau masing-masing PJTKI sebesar Rp250.000.000,00.
Untuk pengembaliannya, masing-masing PJTKI membuat surat kuasa kepada bank yang
disaksikan oleh pihak Depsos untuk memotong langsung dari dana kredit yang akan dicairkan
dari PT BNI tbk. serta mengembalikan langsung ke rekening Depsos.
d. Hasil rapat tim kerja sama antara Depsos dengan APJATI “Serumpun” dan PT BNI tbk. Tanggal
26 Maret 2003 memutuskan antara lain :

44
1) Ceq Dana bridging untuk PJTKI dibagi lima ceq dan masing-masing PJTKI membuat tanda
terima yang menjadi bukti pinjaman, bukti tanda terima dibuat oleh Karo Keuangan Depsos;
2) Pengambilan ceq diadakan pada tanggal 28 Maret 2003 di Kantor Depsos;
3) PT BNI akan mengadakan klarifikasi dengan perusahaan di Malaysia tentang job order dan
kesediaan untuk memotong gaji sebagai cicilan pinjaman serta akan berhubungan langsung
dengan pihak Asuransi “Takaful” sebagai jaminan pinjaman para TKI;
4) Untuk tertib administrasi, segala informasi dari PJTKI tentang kegiatan kerjasama ini harus
diinformasikan kepada Sekretaris dan selanjutnya melaporkan kepada Ketua Tim Monitoring;
5) Rencana pemberangkatan TKI dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2003 oleh PT Amira dan
PT Kosindo Pradipta.
e. Berita Acara Serah Terima Pinjaman masing-masing PJTKI pada tanggal 28 Maret 2003 yang
dilakukan oleh Sekretaris Jenderal Depsos selaku pihak yang meyerahkan kepada lima PJTKI
menyatakan bahwa Dana pinjaman sebesar Rp250.000.000,- setiap PJTKI atau seluruhnya
sebesar Rp1.250.000.000,00 dikembalikan pada bulan Juli 2004.
f. Tim Monitoring dan Evaluasi Program Penempatan Pekerja Migran dengan menggunakan
fasilitas kredit TKI dibentuk berdasarkan Keputusan Mensos No21/HUK/2003 tanggal 19 Maret
2003 dengan susunan tim sbb :

No Nama Jabatan dlm Instansi Jabatan dlm Kepanitiaan


1 Drs. H. Ruchadi Sekretaris Jenderal Ketua
2 Sigid Haryo W, SE Penasehat Mensos Ketua Harian
3 Drs. Robinson Saragih Staf Balatbangsos Sekretaris
4 Drs. Chazali H.S Setditjen Banjamsos Anggota
5 Dra. Sri Rahayu, S.H. Dir. Bansos KTK Anggota
6 Drs. Charles Talimbo Kapus peny. Social Anggota
7 Drs. Abdul Malik, SH Karo peg dan hukum Anggota

Tim bertanggungjawab kepada Mensos dan bertugas :


1) Memonitor dan membuat evaluasi pelaksanaan program kegiatan;
2) Memberikan saran-saran dan pertimbangan kepada Mensos dalam rangka pelaksanaan
program;
3) Apabila diperlukan dapat berkoordinasi dengan berbagai pihak termasuk lintas sector;
4) Membuat laporan baik secara tertulis maupun lisan kepada Mensos.
g. Sesuai bukti pengeluaran dan Surat Setjen No.209/SJ/Keu/III/2003 tanggal 3 Maret 2003 perihal
permohonan dana operasional Tim Monitoring, realisasi biaya operasional untuk Tim Monitoring
setiap bulan sebesar Rp4.000.000,00 atau seluruhnya s.d April 2005 sebesar Rp80.000.000,00 ;
h. Pelaksanaan penempatan TKI ke Malaysia sampai dengan saat pemeriksaan telah dihentikan
karena masa berlaku perjanjian telah berakhir sampai dengan 20 Maret 2004, dengan keadaan
sesuai Laporan Tim Monitoring per 25 Mei 2005 sbb:

No Nama Perusahaan TKI yg Tunggakan (Rp) Total


dikirim Kredit TKI Dana Bridging (Rp)
1 PT Amira Prima 144 681.018.828 97.000.000 778.018.828
2 PT Kosindo Pradipta 28 97.688.325 332.000.000 429.688.325
3 PT Kurnia Bina Rizki 57 254.551.149 79.500.000 334.051.149
4 PT Ruyung Karya Mandiri - - 222.000.000 222.000.000
5 PT Satria Parangtritis - - 192.000.000 192.000.000
229 1.033.258.302 922.500.000 1.955.758.302

Pengiriman TKI direncanakan sebanyak 500 orang atau masing-masing PJTKI sebanyak 100
orang namun realisasi hanya sebanyak 229 orang yakni PT Amira Prima sebanyak 144 orang, PT

45
Kosindo Pradipta sebanyak 28 orang, PT Kurnia Bina Rizki sebanyak 57 orang sedangkan PT
Ruyung Karya Mandiri dan PT Satria Parangtritis tidak mengirimkan TKI;
Tunggakan hutang PJTKI dan TKI seluruhya didanai dari Dana UKS masing-masing sebesar
Rp922.500.000,00 dan Rp1.033.258.302,00 atau seluruhnya sebesar Rp1.955.758.302,00

Pemeriksaan lebih lanjut atas pelaksanaan kerja sama dimaksud menunjukkan bahwa :
a. Penempatan TKI ke Malaysia yang dilakukan pihak Depsos tidak sesuai dengan Tupoksi Depsos,
seharusnya ada yang lebih kompeten dan berwenang untuk melaksanakan urusan penempatan
TKI yakni Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
b. Sekretaris Jenderal telah memberikan dana pinjaman kepada para PJTKI sebagai biaya untuk pra
pelaksanaan kerja sama masing-masing sebesar Rp250.000.000,00 atau seluruhnya sebesar
Rp1.250.000.000,00. Hal ini tidaklah wajar dimana PJTKI yang nota bene merupakan suatu
perusahaan yang memang bergerak dibidang ketenagakerjaan seharusnya telah
merencanakan/mempersiapkan modal awal dalam melaksanakan perjanjian kerjasama. Hal ini
terlihat dari pengiriman perdana TKI ke Malaysia pada tanggal 31 Maret 2003 yang hanya
berselisih 3 (tiga) hari dari penerimaan pinjaman yakni tanggal 28 Maret 2003. Selain itu sesuai
bukti pengeluaran kas pada tanggal 1 Agustus 2003 diberikan tambahan pinjaman kepada PT
Amira Prima sebesar Rp250.000.000,00 dan tanggal 17 Nopember 2003 direalisasikan pinjaman
kembali kepada PT Kosindo Pradipta sebesar Rp170.000.000,-. Jadi total pinjaman para PJTKI
seluruhnya sebesar Rp1.670.000.000,00 dengan rincian :
No Nama Perusahaan Pinjaman (Rp) Pengembalian (Rp) Saldo per Mei 05
1 PT Amira Prima 500.000.000 403.000.000 97.000.000
2 PT Kosindo Pradipta 420.000.000 88.000.000 332.000.000
3 PT Kurnia Bina Rizki 250.000.000 170.500.000 79.500.000
4 PT Ruyung Karya M 250.000.000 28.000.000 222.000.000
5 PT Satria Parangtritis 250.000.000 58.000.000 192.000.000
1.670.000.000 747.500.000 922.500.000

Peminjaman kepada pihak PJTKI tersebut diluar dari pada lingkup perjanjian kerja sama, dan
semata-mata hanyalah merupakan peminjaman modal awal yang seharusnya tidak perlu
dilakukan oleh pihak Depsos.
Sesuai Surat Edaran Dirjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Depnakertrans
No.B1744/D.P2TKLN/PP/X/2002 tanggal 24 Oktober 2002 kepada PJTKI seluruh Indonesia
tentang penempatan TKI ke Malaysia khusus sector konstruksi dan struktur biaya antara lain
menyebutkan bahwa struktur biaya penempatan TKI sector konstruksi sebesar Rp4.800.000,- per
TKI mulai dari biaya rekrut sampai dengan biaya pemberangkatan, termasuk didalamnya adalah
jasa perusahaan sebesar Rp1.250.000,- per TKI. Hal ini menunjukkan bahwa Depsos secara
langsung telah dirugikan atas kelebihan pencairan kredit dari sebesar Rp5.000.000,00 per TKI
seharusnya sebesar Rp4.800.000,00 sehingga terdapat kelebihan sebesar Rp200.000 per TKI yang
diperoleh para PJTKI seluruhnya sebesar Rp45.800.000,00 ( 229 orang x Rp200.000,00) dari
realisasi pencairan kredit terhadap sebanyak 229 orang TKI.
Selain itu tidak ada sanksi dalam klausula perjanjian kerjasama terhadap para PJTKI yang tidak
melaksanakan ketentuan sesuai dengan perjanjian.
c. Pelaksanaan kegiatan tidak didukung dengan jaminan asuransi baik asuransi jiwa maupun kredit,
sementara didalam perjanjian kerja sama pada Pasal 7 ayat 8 dan 9 terdapat klausul tentang
asuransi yang pada intinya menyebutkan bahwa atas kredit yang disalurkan kepada TKI akan
ditutup asuransi jiwa dan asuransi kredit oleh pihak PT BNI dan premi asuransi menjadi beban
pihak PJTKI.
d. Pembayaran tunggakan cicilan dan bunga TKI kepada PT BNI sampai dengan Mei 2005 dengan
menggunakan dana Depsos dhi. Dana UKS seluruhnya sebesar Rp1.033.258.302,00

46
e. Penyelesaian lebih lanjut atas kewajiban PJTKI sampai dengan saat pemeriksaan tanggal 13 Juni
2005 sebesar Rp922.500.000,00 belum terealisasi dan telah beberapa kali dilakukan usaha
penyelesaian oleh Sekjen Depsos selaku Ketua Tim Monitoring kepada seluruh PJTKI dimaksud
yakni dengan Surat No.199/Setjen/V/2004 tanggal 7 Mei 2004, Surat No.252/Setjen/VI/2004
tanggal 21 Juni 2004 yang intinya menyatakan bahwa kepada seluruh PJTKI harus dapat
melunasi kewajiban selambat-lambatnya tanggal 31 Juli 2004, terakhir dengan hasil rapat antara
Setjen Depsos dengan lima Direktur PJTKI yakni pengembalian pinjaman selambat-lambatnya
tanggal 31 Oktober 2005 dan apabila tidak terselesaikan maka proses selanjutnya diarahkan untuk
menjual agunan/jaminan yang telah diserahkan oleh lima PJTKI kepada Depsos yakni :
No Nama PJTKI Nilai pinjaman (Rp) Agunan
1 PT Amira Prima 97.000.000,00 Akte Jual Beli (AJB) tanah seluas 497 m2 di G. Putri
2 PT Kosindo P 332.000.000,00 AJB tanah seluas 1.500 m2 di Bojong Gede
3 PT Kurnia Bina R 79.500.000,00 Sertifikat Tanah seluas 5.000 m2 di Bogor
4 PT Ruyung Karya M 222.000.000,00 Sertifikat tanah seluas 5.000 di purwakarta
5 PT Satria Parang T 192.000.000,00 AJB tanah/Ruko di Pondok Gede
Jumlah 922.500.000,00
Ket: Posisi kewajiban per 25 Mei 2005

Sampai dengan saat pemeriksaan tanggal 8 Juni 2005, penggunaan dana UKS yang masih
nunggak untuk penempatan TKI ke Malaysia sebesar Rp1.955.758.302,00 (Rp1.033.258.302,00 +
Rp922.500.000,00).

Dari keadaan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa :


a. Sesuai Kepmensos No.06/HUK/2001 tanggal 26 Oktober 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Depsos menyebutkan tugas pokok dan fungsi Depsos yang tidak ada kaitannya dengan
Ketenagakerjaan, jadi Depsos bukan merupakan instansi yang berwenang dalam pembinaan
maupun penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri. Instansi yang berkompeten dan
berwenang mewujudkan hal tersebut yakni Depnakertrans. Sehingga dalam pelaksanaan
kerjasama dengan pihak PJTKI Depsos tidak mempunyai keahlian maupun pengalaman yang
memadai baik secara teknis maupun non teknis, hal ini terlihat dalam isi perjanjian kerjasama
yang pada intinya lebih mengedepankan kepentingan PJTKI dari pada pertimbangan prinsip
efesiensi dan efektifitas pemanfaatan dana bagi kepentingan Depsos secara institusi. Selain itu
program dimaksud belum dilakukan perencanaan dan pengkajian secara mendalam.
b. Di dalam Surat Perjanjian Kerjasama tidak dibuat klausul tentang sanksi bagi PJTKI apabila
terjadi wanprestasi. Selain itu Asuransi jiwa dan Asuransi kredit yang menjadi tanggungjawab
pihak PJTKI dan PT BNI tidak dilakukan dengan sesungguhnya. Hal ini menimbulkan kerugian
bagi Depsos atas beban tunggakan para TKI yang seharusnya menjadi beban PJTKI.
c. Penggunaan Dana UKS untuk pembiayaan program penempatan TKI ke Malaysia sebesar
Rp5.905.996.003,00 tidak bermanfaat ataupun berhasil guna bagi Depsos bahkan merugikan
Depsos. Dan apabila Dana tersebut diinvestasikan dalam bentuk Deposito akan memberikan
keuntungan minimal sebesar Rp531.539.640,00 (efektif rate 11,25% selama 365 hari, sejak Maret
2003 s.d Maret 2004 sesuai perjanjian kerjasama).
d. Terdapat kelebihan pencairan kredit sebesar Rp200.000,00 per TKI dengan jumlah seluruhnya
sebesar Rp45.800.000,00 merugikan Depsos.
e. Kewajiban PJTKI yang belum diselesaikan kepada Depsos sebesar Rp1.955.758.302,00
(Rp1.033.258.302,00 + Rp922.500.000,00 ).
f. Terhadap penyelesaian kewajiban PJTKI oleh Depsos tidak dilakukan upaya hukum, meskipun
telah diketahui bahwa PJTKI selalu mangkir dalam setiap kesepakatan penyelesaian
kewajibannya.

47
Keadaan tersebut di atas tidak sesuai dengan :
a. Keputusan Presiden RI No.102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen menyebutkan bahwa :
Pasal 51, Depsos mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas
pemerintah di bidang sosial;
Pasal 52, Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51, Depsos
menyelenggarakan fungsi :
1) Pelaksana urusan pemerintahan di bidang sosial;
2) Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas serta pelayanan administrasi Departemen;
3) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan terapan, pendidikan dan pelatihan tertentu dalam
rangka mendukung kebijakan di bidang sosial;
4) Pelaksanaan pengawasan fungsional.
b. Kepmensos No.06/HUK/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial menyebutkan
bahwa Depsos merupakan unsur pelaksana Pemerintahan RI yang dipimpin oleh Menteri yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden RI. Departemen Sosial berfungsi
sebagai pelaksana urusan bidang sosial, dalam pelaksanaan tugasnya menyelenggarakan fungsi :
1) Pelaksana urusan pemerintahan di bidang sosial;
2) Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas serta pelayanan administrasi Departemen;
3) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan terapan, pendidikan dan pelatihan tertentu dalam
rangka mendukung kebijakan di bidang sosial;
4) Pelaksanaan pengawasan fungsional.
c. Surat Edaran Dirjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Depnakertrans
No.B1744/D.P2TKLN/PP/X/2002 tanggal 24 Oktober 2002 kepada PJTKI seluruh Indonesia
tentang penempatan TKI ke Malaysia khusus sector konstruksi dan struktur biaya antara lain
menyebutkan bahwa struktur biaya penempatan TKI sector konstruksi sebesar Rp4.800.000,00
per TKI mulai dari biaya rekrut sampai dengan biaya pemberangkatan, termasuk didalamnya
adalah jasa perusahaan sebesar Rp1.250.000,- per TKI.
d. Surat Perjanjian Kerjasama antara Depsos dengan masing-masing PJTKI dan PT BNI No.16 s.d
20/HUK/2003 tanggal 21 Maret 2003 antara lain menyebutkan :
Pasal 7
Ayat 1 : Maksimum kredit yang dapat diberikan oleh PT BNI.tbk kepada TKI didsarkan pada
daftar standar untuk penempatan TKI sesuai dengan negara tujuan, dhi Malaysia, yang
dikeluarkan secara resmi oleh Depnakertrans, dengan ketentuan maksimum kredit
adalah sebesar Rp5.000.000,00 untuk setiap TKI.
Ayat 6 : Keterlambatan pembayaran angsuran hutang pokok dan/atau bunga kredit dikenakan
denda tunggakan sebesar 2,5% per bulan dihitung dari besarnya angsuran tertunggak,
dimana denda tunggakan tersebut menjadi beban TKI namun wajib dibayar oleh
PJTKI.
Ayat 8 dan 9 : TKI akan ditutup asuransi jiwa dan asuransi kredit oleh PT BNI.tbk untuk jangka
waktu yang sama dengan jangka waktu Perjanjian Kredit dan premi asuransi menjadi
beban PJTKI.
Pasal 9
Ayat 3 : Pencairan kredit hanya dapat dilakukan oleh PT BNI tbk. setelah syarat-syarat dibawah
ini dipenuhi yaitu antara lain TKI telah ditutup asuransi jiwa dan asuransi kredit
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7.

48
Keadaan tersebut mengakibatkan terjadi Potensi kerugian negara atas tunggakan PJTKI yang
belum diselesaikan minimal sebesar Rp2.001.558.302,00 ( Rp1.033.258.302,00 + Rp922.500.000,00
+ Rp45.800.000,00 ).

Hal tersebut disebabkan :


a. Mensos selaku penanggungjawab Dana UKS tidak fokus dan konsisten dalam penggunaan Dana
UKS;
b. Klausul dalam perjanjian kerjasama dibuat tanpa adanya sanksi bagi PJTKI dan jaminan asuransi
kredit yang seharusnya dibuat sesuai dengan Perjanjian Kerja sama Pasal 7 Ayat 8 dan 9, namun
tidak diindahkan oleh PJTKI dan PT BNI tbk;
c. Tim Monitoring dan Evaluasi Program Penempatan Pekerja Migran dengan menggunakan
fasilitas kredit TKI bekerja belum optimal dalam menangani pengelolaan dana yang telah
digunakan oleh PJTKI dan cenderung menguntungkan PJTKI dengan tidak segera menyelesaikan
kewajiban PJTKI;
d. Pengawasan oleh Inspektorat Jenderal Depsos terhadap pelaksanaan program dimaksud tidak
dilakukan.

Atas permasalahan tersebut Depsos menjelaskan bahwa pada dasarnya dana tersebut merupakan dana
untuk pengentasan masalah kesejahteraan sosial, namun demikian untuk masa mendatang Depsos
akan lebih selektif dalam mengkaji program-program sosial dan akan lebih intensif berkoordinasi
dengan instansi terkait yang kompeten agar pemanfaatan dana untuk pengentasan masalah
kesejahteraan sosial lebih efektif dan efesien.

BPK RI menyarankan agar Mensos :


a. Lebih selektif dan fokus dalam penggunaan Dana UKS untuk keperluan penanggulangan masalah
sosial yang menjadi tugas pokok Depsos;
b. Mempertanggungjawabkan kerugian atas pelaksanaan program penempatan TKI ke Malaysia
sebesar Rp2.001.558.302,00.

12. (02.19) Pengembalian Dana UKS dan jasa giro atas pengelolaan program penggemukan sapi
sebesar Rp233.402.736,00 belum diterima
Dalam rangka menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Program
Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004 yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat miskin dengan basis pengembangan ekonomi lokal melalui Pemberdayaan Kelompok
Usaha Bersama Fakir Miskin (KUBE FM) Menteri Sosial telah mengadakan perjanjian kerja sama
untuk pelaksanaan program penggemukan sapi dengan beberapa pihak, yakni :
a. Pada Tahun 2002 Menteri Sosial telah mengadakan perjanjian kerjasama dengan Pusat Inkubas
Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) No.82/HUK/2002 tanggal 19 Nopember 2002
No.188/PINDUK/PP/E/XI/2002
tentang Pendampingan Kelompok Usaha Bersama Fakir Miskin (KUBE FM) sampai mandiri
melalui usaha penggemukan sapi potong.

b. Menteri Sosial mengadakan perjanjian kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Lamongan,
Lampung Utara dan Kuningan, masing-masing dengan perjanjian kerjasama :

No. No & Tgl Perjanjian Pemerintah/ Kabupaten Tentang


1. 83/HUK/2002 Lamongan Pemberdayaan Kelompok Usaha Bersama
524/806/413.000/2002 Fakir Miskin (KUBE)
19 Nopember 2002

49
2. 84/HUK/2002 Lampung Utara Pemberdayaan KUBE
188/109/HK/LU/2002
19 Nopember 2002
3. 85/HUK/2002 Kuningan Pemberdayaan KUBE
04 Tahun 2002

Perjanjian kerja sama di maksud berisikan antara lain :


1). Pengadaan sapi secara kontinyu (6 kali tahapan) sampai ke lokasi KUBE FM mandiri untuk 3
Kabupaten dengan total pengiriman sebanyak 28.140 ekor sapi dengan persyaratan : sapi yang
berkualitas, berat badan sapi hidup + 280 – 340 kg per ekor, usia rata-rata 1-2 tahun, type sapi
Brahman cross, jenis sapi jantan dengan harga per ekor sapi telah disepakati ;
2). Pelatihan cara pemeliharaan sapi untuk anggota KUBE FM;
3). Kerugian atas pelaksanaan program ditanggung oleh kedua pihak dengan perbandingan
masing-masin oleh Depsos sebesar 40% dan Pemerintah Daerah sebesar 60%;
4). Pembayaran dibebankan kepada pihak pertama dhi. Mensos dengan sistem pembayaran Letter
of Credit (L/C) 6 bulan melalui Bank BNI. Untuk tahap pertama bulan Mei 2003 telah
ditranfer Dana UKS melalui Rekening Mensos ke Rekening Ketua Tim Pemberdayaan KUBE
FM sebesar Rp4.000.000.000,00. Tahap kedua bulan September 2003 Dana UKS pada
Rekening Mensos di Bank BNI Cabang Kramat sebesar Rp5.780.000.000,00 ditransfer ke
Rekening Tim Pemberdayaan KUBE FM sebagai jaminan pengadaan sapi di Kabupaten
Lamongan, Lampung Utara, dan Kuningan.
5). Untuk setiap kali putaran selesai dilaksanakan, pihak kedua melakukan pengembalian modal
awal sesuai transaksi pembelian sapi sebagaimana yang tertera dalam Berita Acara serah
terima karantina ke pihak kesatu melalui bank milik Pemerintah Daerah masing-masing.
c. Departemen Sosial mengadakan kerja sama dengan PT Bank Negara Indonesia
(PERSERO) Tbk No. 32/HUK/2003 Tanggal 19 Mei 2003
No. DIR/017
tentang Pelaksanaan Pembukaan L/C Impor untuk pembelian dan pengadaan Sapi dari Australia
dalam Rangka Program Pemberdayaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Fakir Miskin melalui
usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Lamongan.
d. Departemen Sosial dhi. Menteri Sosial mengadakan perjanjian kerjasama dengan PT. Adji Soko
Prima dengan No. 11/HUK/2003 tanggal 28 Pebruari 2003 tentang
No.0558/DIRUT/ASP/II/03
Pelaksanaan impor sapi dari Australia untuk Program Pemberdayaan Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) Fakir Miskin melalui usaha penggemukan sapi potong.

Dari kerja sama di atas telah selesai dilaksanakan program penggemukan sapi untuk tahap pertama,
dari nota debet bulan Mei 2003 telah ditransfer Dana UKS melalui Rekening Menteri Sosial Bank
BNI ke rekening Ketua Tim Pemberdayaan KUBE FM No. 017.001951563.001 sebesar
Rp4.000.000.000,00 sebagai pembukaan L/C.
Berdasarkan surat Direktur Bantuan Sosial Fakir Miskin (BSFM) No.217/BSFM/VI/2004 tanggal 16
Juni 2004 perihal pengembalian Uang Jaminan Pembelian Sapi, disampaikan bahwa :
a. Sesuai berita acara (tanpa pendukung) penjualan sapi hasil panen diperoleh penjualan bersih
sebesar Rp5.128.253.600,00.
b. Pembagian yang telah diberikan kepada masing-masing anggota KUBE atas kebijakan Pemda
setempat per ekor sebanyak 25 Kg, pendanaannya telah ditalangi oleh PT.Adji Soko Prima sebesar
Rp263.920.000,00.
c. Kerugian pelaksanaan program yang dilaksanakan oleh masing-masing KUBE setelah hasil
penjualan sebesar Rp372.667.000,00.

50
d. Bukti Nota Debet Bank BNI tangggal 12 Maret 2004 tentang pemindahbukuan L/C Kabupaten
Kuningan sebesar Rp4.000.000.000,00 ke rekening Menteri Sosial No.017.001283708.001
Seharusnya pemberitahuan tersebut dilaporkan oleh PT. Adji Soko Prima sebagai penanggungjawab
pelaksana impor sapi potong bukan oleh Direktur BSFM, khususnya untuk kerugian harus dilaporkan
secara jelas tentang sebab-sebab terjadinya kerugian, karena kerugian tersebut ditanggung oleh kedua
pihak, pihak Depsos sebesar 40 % dan Pemda Kuningan sebesar 60 %.
Berdasarkan Surat Mensos No.A/A-295/IX-2003/MS tanggal 01 September 2003 perihal transfer Dana
sebesar Rp5.780.000.000,00 dari Bank Mandiri Cabang Matraman ke BNI 46 Cabang Kramat dengan
Nomor Rekening 017 00195163.001 atas nama Ketua Tim Pemberdayaan KUBE FM yang
dipergunakan untuk jaminan program penggemukan sapi di Kabupaten Lampung Utara, atas Surat
pemberitahuan Bupati Lampung Utara No. 524/567/524-523/2003 tanggal 7 Agustus 2003 perihal
kedatangan sapi Australia di Kabupaten Lampung Utara.
Selanjutnya atas surat Tim Pemberdayaan KUBE FM No. 23/BSFM/I/2005 tanggal 25 Januari 2005
perihal pemindah bukuan, sehubungan telah selesainya Program Pemberdayaan KUBE FM, maka
dengan nota debet No.Dps/2005 tanggal 26 – 01 – 2005 telah memindahbukukan dari rekening Ketua
Tim Pemberdayaan KUBE No.10560028 dan No.10560039.003 senilai Rp5.670.147.109,00.
Hasil pengembalian tersebut masih terdapat selisih kurang sebesar Rp79.852.891,00
(Rp5.750.000.000,00 – Rp5.670.147.109,00) yang belum dipertanggungjawabkan.
Terdapat Jasa Giro setelah dipotong PPH dan biaya administarsi Bank dari pengelolaan Dana Tim
KUBE FM yang dijadikan jaminan L/C sebesar Rp5.750.000.000,00, terhitung mulai dari bulan
September 2003 sampai pengembalian tanggal 26 Januari 2005 belum masuk sebagai penerimaan
Dana UKS minimal sebesar Rp153.549.845,00, dapat dirinci sebagai berikut :
a. Rekening Giro No.017.001951563.001

No. Periode Penerimaan Jasa Giro (Rp) Potongan (Rp) Sisa (Rp)
PPH Biaya Bank
1 2 3 4 5 6 =( 3-4-5)
1. Tahun 2003
Mei 5.490,00 1.100,00 20.000,00 (15.610,00)
Juni 21.390,00 4.280,00 20.000,00 (2.890,00)
Juli 7.260,00 1.460,00 20.000,00 (14.200,00)
Agustus - - 20.000,00 (20.000,00)
September 5.304.960,00 1.061.000,00 20.000,00 4.223.960,00
Oktober 13.940,00 2.790,00 20.000,00 (8.850,00)
Nopember 8.720,00 1.750,00 20.000,00 (13.030,00)
Desember 6.811.280,00 1.362.260,00 20.000,00 5.429.020,00
Jumlah 12.173.040,00 2.434.640,00 160.000,00 9.578.400,00
Ket : Untuk bulan Januari s.d April 2003 belum ada kegiatan.

1 2 3 4 5 6 =( 3-4-5)
2. Tahun 2004
Januari 20.987.860,00 4.197.580,00 20.000,00 16.770.280,00
Pebruari 13.787.670,00 2.757.534,00 20.000,00 11.010.136,00
Maret 7.435.660,00 1.487.140,00 20.000,00 5.928.520,00
April 3.143.110,00 628.630,00 20.000,00 2.494.480,00
Mei 3.522.480,00 704.500,00 20.000,00 2.797.980,00
Juni 4.423.740,00 884.750,00 20.000,00 3.518.990,00
Juli 5.027.510,00 1.005.510,00 20.000,00 4.002.000,00
Agustus 5.039.410,00 1.007.890,00 20.000,00 4.011.520,00
September 4.888.390,00 977.680,00 20.000,00 3.890.710,00
Oktober 6.114.970,00 1.223.000,00 20.000,00 4.871.970,00
Nopember 6.430.830,00 1.286.170,00 20.000,00 5.124.660,00
Jumlah 80.801.630,00 16.160.384,00 220.000,00 64.421.246,00
Ket : Untuk bulan Desember 2004 tidak diketahui rekening korannya.

51
b. Rekening Giro No.017.001951563.003
No. Periode Penerimaan Jasa Giro (Rp) Potongan (Rp) Sisa (Rp)
PPH Biaya Bank
1 2 3 4 5 6 =( 3-4-5)
Tahun 2004
Maret 7.467.870,00 1.493.580,00 20.000,00 5.954.290,00
April 11.218.940,00 2.243.790,00 20.000,00 8.955.150,00
Mei 11.619.520,00 2.323.910,00 20.000,00 9.275.610,00
Juni 11.271.380,00 2.254.280,00 20.000,00 8.997.100,00
Juli 11.673.830,00 2.334.770,00 20.000,00 9.319.060,00
Agustus 11.701.530,00 2.340.310,00 20.000,00 9.341.220,00
September 11.350.930,00 2.270.190,00 20.000,00 9.060.740,00
Oktober 10.076.770,00 2.015.360,00 20.000,00 8.041.410,00
Nopember 9.771.540,00 1.954.310,00 20.000,00 7.797.230,00
Jumlah 96.152.310,00 19.230.380,00 180.000,00 76.741.930,00
Ket : Untuk bulan Januari, Pebruari, dan Desember tahun 2004 tidak diketahui rekening
koran gironya.
c. Rekening Giro No.010560028 pada bulan Januari tahun 2005 terdapat jasa giro sebesar
Rp2.808.269,00.
Dari tabel diatas diketahui terdapat jasa giro hasil pengelolaan dana Tim KUBE FM minimal sebesar
Rp153.549.845,00 belum diterima pada rekening penampungan Dana UKS Depsos.
Pemeriksaan lebih lanjut atas pelaksanaan program penggemukan sapi tersebut sampai saat
pemeriksaan tanggal 17 Juli 2005 belum diperoleh dokumen-dokumen pertanggungjawaban
pelaksanaan penggemukan sapi yang seharusnya telah disusun oleh Depsos dhi. TIM KUBE FM
sesuai dengan Perjanjian Kerjasama dengan Pemda yang melaksanakan penggemukan sapi yakni
Kabupaten Kuningan, Lamonga dan Lampung Utara, TIM KUBE FM sapi seharusnya melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan usaha penggemukan sapi.
Dengan demikian tim BPK tidak dapat melakukan pemeriksaan atas pelaksanaan usaha penggemukan
sapi yang dilakukan oleh TIM KUBE FM sapi.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :
a. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara, menyebutkan bahwa :
Pasal 24 ayat (1) Pemerintah Pusat/Daerah berhak memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas
Dana yang disimpan pada bank umum.
Pasal 25 ayat (1) Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah merupakan Pendapatan
Negara/Daerah.
b. Perjanjian Kerjasama antara Departemen Sosial dengan 3 (tiga) Kabupaten N0. 83, 84,
85/HUK/2002 BAB IV Tugas dan Tanggungjawab yang menyatakan :
Pasal 5
huruf g, Depsos bertugas dan bertanggungjawab melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
hasil pelaksanaan usaha penggemukan sapi;
Pasal 11, Pemda diwajibkan untuk melaporkan perkembangan usaha KUBE FM setiap bulan
kepada Depsos dengan tembusan Gubernur.
Hal tersebut mengakibatkan :
a. Pelaksanaan usaha penggemukan sapi oleh Tim KUBE FM sapi diragukan kebenarannya.
b. Sisa pengembalian Tim KUBE FM sebesar Rp79.852.891,00 tidak jelas penyelesaiannya;
b. Jasa Giro atas pengelolaan dana Tim KUBE FM minimal sebesar Rp153.549.845,00 belum
diterima pada rekening penampungan Dana UKS Depsos.

52
Hal tersebut disebabkan ;
a. Pengelolaan program penggemukan sapi oleh TIM KUBE FM Sapi tidak mematuhi ketentuan
sesuai dengan Perjanjian Kerjasama antara Depsos dengan Pemda.
b. Perencanaan atas Program Pemberdayaan penggemukan sapi potong tidak cermat;
c. Ketua Tim Pemberdayaan KUBE FM belum bekerja secara optimal dalam mengelola program
penggemukan sapi.
d. Pengawasan dan pengendalian atasan langsung belum efektif.
Atas permasalahan tersebut Depsos menjelaskan bahwa temuan BPK RI mengenai jasa giro sebesar
Rp153.549.845,00 yang belum disetor ke rekening Dana UKS, akan ditindaklanjuti dengan
mengklarifikasi hal tersebut kepada PT Adjie Soko Prima.

BPK RI menyarankan agar Mensos menegur dan menginstruksikan kepada TIM KUBE FM Program
Pemberdayaan Penggemukan Sapi untuk :
a. Mentaati semua ketentuan yang ada dalam perjanjian kerjasama antara Depsos dengan Pemda;
b. Membuat perencanaan penggemukan sapi secara cermat dan teliti;
c. Mempertanggungjawabkan penerimaan jasa giro atas pengelolaan rekening dan secepatnya
disetorkan ke dalam rekening Dana UKS;
d. Melakukan pengawasan dan pengendalian secara berjenjang lebih efektip.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

53

Anda mungkin juga menyukai