PADA
Nomor
Tanggal :: 01/XII/02/2006
06 Februari 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 1/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 8
3. Sasaran Pemeriksaan 8
4. Metodologi Pemeriksaan 8
5. Jangka Waktu Pemeriksaan 9
6. Obyek Pemeriksaan 9
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 2/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Halaman
LAMPIRAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 3/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
ATAS
PADA
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum sistem pengendalian
intern (SPI) pada 14 BDL tidak dapat diandalkan, karena beberapa hal. Pertama, lingkungan
pengendalian yang ada tidak dapat berjalan secara memadai. Di antaranya posisi pemegang
saham utama yang sekaligus juga debitur utama menyulitkan pengelola yaitu Tim Likuidasi
(TL) melakukan tugasnya. Kedua, tidak ada pihak yang secara efektif menjadi pengawas
dan regulator bagi BDL dalam melaksanakan fungsinya, baik itu Bank Indonesia (BI)
maupun Departemen Keuangan. Terakhir, tidak ada pengawasan yang memadai terhadap
akuntabilitas dan kinerja TL selama periode kerjanya. Sesuai dengan PP No. 25 Tahun 1999
masa kerja TL telah berakhir pada tahun 2003 namun sampai dengan saat ini belum ada
kejelasan mengenai status TL mengingat proses likuidasi belum selesai.
Pemeriksaan BPK-RI atas BDL di tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga
tidak ada rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti.
Namun demikian, ada perkembangan yang terjadi pada PT Sejahtera Bank Umum (DL)
dan PT Bank Jakarta (DL) yang berkaitan dengan hasil pemeriksaan terdahulu.
Permasalahan pada PT Sejahtera Bank Umum (DL) yang berkaitan dengan penyaluran dan
penggunaan BLBI telah ditindaklanjuti oleh Kejaksaan. Jaksa Agung Muda telah
mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan yang menyatakan bahwa perbuatan
yang dilakukan oleh TL PT Sejahtera Bank Umum (DL) bukan merupakan tindak pidana.
Sementara itu permasalahan pada PT Bank Jakarta (DL) yang berkaitan dengan dana
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 4/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
talangan dari Bank Indonesia yang disalahgunakan oleh TL PT Bank Jakarta (DL) telah
selesai dan menurut Surat Kejaksaan Agung perbuatan tersebut menjadi masalah perdata.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Pemeriksaan BPK-RI meliputi pemeriksaan atas realisasi pencairan aset, baik berupa
penagihan kredit maupun penjualan aset, pembayaran kewajiban (termasuk biaya
operasional), sisa aset dan indikasi tindak pidana korupsi (TPK) serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan BDL.
a. Realisasi Pencairan Aset
Dari jumlah aset 14 BDL per tanggal 31 Oktober 1997 sebesar Rp8.470.324,37 juta
telah direalisasikan pencairan aset oleh TL 14 BDL sampai dengan tanggal 30 April
2005 sebesar Rp4.114.009,56 juta, yang terdiri atas hasil penagihan kredit sebesar
Rp3.548.920,45 juta (Rp3.428.885,20 juta dan USD 12,635.29 ribu/ekuivalen sebesar
Rp120.035,26 juta dengan kurs rata-rata sebesar Rp9.500,00/1 USD) serta penjualan
aset sebesar Rp565.089,11 juta.
Temuan-temuan pemeriksaan yang berkaitan dengan pencairan aset adalah sebagai
berikut:
1) Pemberian discount /penghapusan piutang sebesar Rp151.430,78 juta (antara 27%
sampai dengan 100% dari pokok pinjaman) kepada debitur-debitur pada PT Bank
Pacific (DL), PT Bank Harapan Santosa (DL), PT Bank Industri (DL), PT Bank
SEAB (DL), PT Bank Dwipa Semesta (DL) dan PT Bank Mataram Dhanarta (DL)
melebihi ketentuannya (25%);
2) Aset jaminan debitur pada PT Bank Jakarta (DL), PT Bank Pinaesaan (DL) dan PT
Bank Kosagrha Semesta (DL) dijual di bawah Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP),
sehingga hasil penjualan kurang sebesar Rp3.121,30 juta dari yang diharapkan;
3) Penjualan aset jaminan debitur pada PT Bank Jakarta (DL) dan PT Bank Kosagrha
Semesta (DL) dilakukan di bawah nilai appraisal, sehingga hasil penjualan kurang
sebesar Rp900,00 juta dari yang diharapkan;
4) Penyelesaian kredit pada PT Bank Pinaesaan (DL) sebesar Rp3.303,61 juta dengan
cara kompensasi (set off) tidak didukung dengan dokumen yang lengkap sehingga
cara penyelesaian kredit tersebut dilakukan secara tidak benar;
5) Penjualan aset berupa kendaraan, tanah dan bangunan seluruhnya senilai
Rp18.461,82 juta pada PT Bank Jakarta (DL), PT Bank Citrahasta
Dhanamanunggal (DL) dan PT Bank Anrico (DL) tidak dilakukan melalui lelang,
dan tanpa appraisal ;
6) Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan PPh atas transaksi
jual beli tanah, rumah dan ruko pada PT Bank Pinaesaan (DL) dan PT Bank Jakarta
(DL) kurang disetor ke kas negara sebesar Rp100,00 juta;
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 5/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
7) Pembayaran hasil penjualan jaminan Grup PT Amcol Bumi Wisata pada PT Bank
Kosagrha Semesta (DL) dilakukan dengan bilyet giro (cheque) mundur sebesar
Rp988,76 juta sampai dengan tanggal 30 April 2005 masih belum dapat dicairkan;
8) Penjualan tanah jaminan kredit dilakukan oleh PT Bank Anrico (DL) bukan pada
penawar yang mengajukan harga tertinggi sehingga penerimaan TL berkurang
sebesar Rp863,38 juta;
9) Pihak terkait PT Bank Anrico (DL) tidak kooperatif dalam proses penjualan
jaminan kredit berupa delapan ruko sehingga hasil penjualan belum dapat
direalisasikan sebesar Rp897,85 juta;
10) Tanah dan bangunan senilai Rp1.400,00 juta atas jaminan kredit PT Nurina
Nusantara Holyday T & T pada PT Bank Mataram Dhanarta (DL) dijual di bawah
harga pasar dan tidak transparan;
11) Terdapat pembayaran success fee sebesar Rp791,11 juta atau 22% sampai dengan
30% dari jumlah yang dibayarkan debitur kepada pengacara oleh PT Bank Industri
(DL) yang melebihi ketentuan sebesar 20%;
12) Terdapat penghapusan pinjaman eks Direksi PT Bank Industri (DL) sebesar
Rp1.006,00 juta;
13) Terdapat pemberian bagi hasil penjualan aset sebesar Rp1.392,26 juta kepada pihak
terkait (grup) yang tidak mempunyai dasar hukum yang jelas;
14) Cara penyelesaian surat berharga (obligasi) senilai Rp5.000,00 juta pada PT Bank
Harapan Santosa (DL) tidak dilakukan dengan hati-hati.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 6/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Jumlah realisasi biaya operasional 14 BDL dari tanggal 1 November 1997 sampai
dengan tanggal 30 April 2005 adalah sebesar Rp1.042.540,39 juta. BDL yang realisasi
biaya operasionalnya terbesar adalah PT Bank Harapan Santosa (DL), PT Bank Pacific
(DL) dan PT Sejahtera Bank Umum (DL), yaitu masing-masing sebesar 35%, 23% dan
12% dari jumlah realisasi biaya operasional 14 BDL, sedangkan 11 BDL lainnya hanya
antara 1% sampai dengan 5%.
Temuan-temuan pemeriksaan yang berkaitan dengan realisasi biaya operasional adalah
sebagai berikut:
1) Pembayaran jasa konsultan hukum (lawyer ) pada PT Bank Pinaesaan (DL) belum
dipungut PPN 10% dan PPh Pasal 23 7,5% sebesar Rp1.288,08 juta;
2) Pengeluaran biaya pegawai untuk THR dan biaya kesejahteraan karyawan sebesar
Rp2.309,35 juta pada PT Bank Pinaesaan (DL) tidak sesuai dengan ketentuan;
3) Pembayaran jasa konsultan pada PT Bank Jakarta (DL) belum dipungut/disetor PPh
dan PPN sebesar Rp213,55 juta;
4) TL PT Bank Kosagrha (DL) telah melakukan pembayaran kepada konsultan pajak
(Sdr. M. Husnaini Iskandar) sebesar Rp1.412,02 juta tetapi konsultan pajak tersebut
belum menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan perjanjian;
5) Tambahan biaya operasional (operational cost ) dengan nilai sebesar Rp2.392,33
juta dalam penanganan perkara di PT Bank Kosagrha Semesta (DL) belum dapat
diyakini kewajarannya;
6) Dasar pembayaran honor TL PT Bank Industri (DL) yang ditetapkan oleh RUPS
untuk periode Desember 1997 sampai dengan April 2005 melebihi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
d. Sisa Aset
Jumlah sisa aset 13 BDL (tidak termasuk PT Bank Anrico yang belum menyusun
laporan keuangannya) per tanggal 30 April 2005 adalah sebesar Rp4.236.226,39 juta.
Jumlah aset tersebut seharusnya menjadi bagian Pemerintah.
Temuan-temuan pemeriksaan yang berkaitan dengan sisa aset adalah sebagai berikut:
1) Deposito di Bank Bukopin senilai Rp9.000,00 juta (pokok) tidak dapat dicairkan
oleh PT Bank Pinaesaan (DL) meskipun telah ada keputusan Mahkamah Agung;
2) Terdapat beberapa permasalahan dalam sisa aset eks jaminan dan jaminan yang
diterima dari nasabah pada PT Bank Pinaesaan (DL) sebagai berikut:
a) Tanah dan Bangunan di Jl. Mayjen Sungkono, Darmo Park I/15 Surabaya milik
PT Bank Pinaesaan (DL) tidak dapat dijual karena atas nama pemegang saham
(Sdr. Herman Rattu);
b) Jaminan berupa sebuah Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) pada
Kantor Cabang Jakarta diambil debitur dan hutangnya belum dibayar lunas;
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 7/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
c) Sebidang tanah di Sudimara Barat, Cileduk SHM Nomor 2619 dibangun
sekolah dan sulit dijual;
d) Tanah di Sudimara RT 01/03 Ciledug Tangerang SHM No.187 a.n. Landy
Wanget dijual oleh eks karyawan PT Bank Pinaesaan (DL) dalam sengketa di
pengadilan;
e) Tanah kosong di Balimester Jatinegara dengan nilai buku sebesar Rp56,50 juta
sulit dijual dan telah dihapusbuku (write off );
3) Penyerahan kembali jaminan kredit berupa tanah seluas 46.917 m2 sebesar
Rp7.884,33 juta dikembalikan kepada debitur oleh pemegang saham PT Bank
Jakarta (DL) adalah tindakan tidak wajar;
4) Terdapat aset berupa tanah seluas 1.910,96 ha untuk jaminan kredit sebesar
Rp30.816,26 juta yang dipinjam Pemegang Saham PT Bank Jakarta (DL) yang
tidak jelas kelanjutannya;
5) Aset berupa tanah seluas 39.763 m2 untuk jaminan kredit sebesar Rp8.000,00 juta
diambil alih oleh Pemegang Saham PT Bank Jakarta (DL) tanpa persetujuan dari
Tim Likuidasi (TL);
6) Hutang PT Intercon Kebon Jeruk pada PT Bank Jakarta (DL) senilai Rp4.110,56
juta tidak didukung jaminan dan tidak jelas cara penyelesaiannya;
7) Sertifikat dan bukti kepemilikan tanah dan rumah sebagai jaminan kredit sebesar
Rp18.933,13 pada PT Bank Jakarta (DL) dikuasai oleh pihak lain;
8) Jaminan kredit yang belum terjual berupa tanah dan bangunan pada PT Bank
Anrico (DL) tidak terawat dan dihuni oleh penghuni liar;
9) TL PT Bank Anrico (DL) dan TL Bank Mataram Dhanarta (DL) tidak menguasai
bukti-bukti kepemilikan aset berupa tanah dan/atau bangunan yang
dikuasajualkan/jaminan kredit;
10) Kredit pihak terkait senilai Rp52.433,00 juta pada PT Bank Guna Internasional
(DL) tidak terjamin dan tidak jelas penyelesaiannya.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 8/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
3) Kebijakan TL PT Bank Pacific (DL) dalam penerapan kurs untuk pelunasan kredit
oleh Debitur, PT Citra Flour Mils Persada (PT CFMP), tidak sesuai dengan
ketentuan dan merugikan PT Bank Pacific (DL) sebesar Rp24.857,97 juta;
4) Tagihan kepada pihak terkait PT Bank Pacific (DL) sebesar Rp1.377.096,00 juta
tidak didukung dengan jaminan yang memadai dan pihak terkait tidak kooperatif
untuk menyelesaikan kewajibannya;
5) PT Sadean Intra Mitra Corporation (SIMC) Group sebagai pihak terkait PT Bank
Mataram Dhanarta (DL) tidak kooperatif dan tidak beritikad baik untuk segera
melunasi kreditnya sebesar Rp183.061,99 juta;
6) Pembayaran success fee jasa pengacara yang dilakukan sebelum pencairan aset dan
pembayaran operational cost berdasarkan persentase diragukan kewajarannya dan
berpotensi merugikan PT Bank Pinaesaan (DL) sebesar Rp5.850,00 juta;
7) Grup UDATIMEX sebagai pihak terkait PT Bank Pinaesaan (DL) tidak beritikad
baik untuk melunasi kreditnya sebesar Rp408.462,90 juta.
4. Saran BPK-RI
Haryanto Suwondo
NIP 240000361
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 9/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB I
PENDAHULUAN
2. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada 15 BDL adalah untuk memastikan dan
mengetahui:
a. Pencairan aset melalui penagihan dan penjualan aset telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
b. Dana dari pencairan aset telah digunakan untuk pembayaran kewajiban-kewajiban
termasuk pembayaran BLBI serta biaya operasional BDL sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
c. Sisa aset yang akan diserahkan kepada Pemerintah setelah berakhirnya proses likuidasi;
d. Apakah terdapat indikasi penyimpangan dalam pencairan aset melalui penagihan dan
penjualan serta pembayaran kewajiban BDL.
3. Sasaran Pemeriksaan
4. Metodologi Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 10/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
d. Melakukan analisis terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam pengelolaan
aset dan pembayaran kewajiban;
e. Melakukan konfirmasi, observasi fisik, diskusi dan wawancara dengan instansi atau
pejabat yang berkompeten.
Pemeriksaan pada 15 BDL dilakukan sejak tanggal 8 Juni sampai dengan tanggal 19 Juli
2005.
6. Obyek Pemeriksaan
Obyek pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada 15 BDL adalah sebagai berikut:
a. PT Bank Pacific (DL);
b. PT Sejahtera Bank Umum (DL);
c. PT Bank Harapan Santosa (DL);
d. PT Bank Guna Internasional (DL);
e. PT Bank Industri (DL);
f. PT Bank Anrico (DL);
g. PT Bank Jakarta (DL);
h. PT Bank SEAB (DL);
i. PT Bank Pinaesaan (DL);
j. PT Bank Dwipa Semesta (DL);
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 11/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB II
GAMBARAN UMUM
Penetapan status bank untuk dilikuidasi/dicabut ijin usahanya adalah berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan. Pencabutan ijin usaha tersebut dilakukan berdasarkan usulan
BI.
Surat-Surat Keputusan Menteri Keuangan dimaksud untuk 14 bank adalah sebagai berikut:
2003 namun sampai dengan saat ini belum ada kejelasan mengenai status TL. Dilain pihak
proses likuidasi belum selesai, karena belum seluruh aset dapat dicairkan dan seluruh
kewajiban belum dapat dilunasi.
Susunan TL sejak didirikan sampai dengan saat ini untuk 14 BDL dapat dilihat pada
Lampiran I.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 12/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Berdasarkan hasil pemeriksaan, jumlah BLBI yang diterima oleh 14 BDL adalah sebesar
Rp11.880.383,98 juta, yang dapat dirinci sebagai berikut:
dalam juta rupiah
Dana Talangan %
1 2 3 4 5 6 7
17,96
1. PT Bank Pacific 1.843.343,36 145.202,00 144.821,08 2.133.366,44
14,20
2. PT Sejahtera Bank Umum 203.731,89 1.297.121,00 186.496,63 1.687.349,52
32,54
3. PT Bank Harapan Santosa 1.570.044,26 2.234.524,00 61.614,05 3.866.182,31
2,11
4. PT Bank Guna International 0,01 251.055,00 - 251.055,01
1,77
6. PT Bank Anrico 9.803,73 200.277,00 - 210.080,73
1,78
7. PT Bank Jakarta - 210.994,00 - 210.994,00
7,57
8. PT Bank SEAB 733.317,02 166.082,00 - 899.399,02
5,73
9. PT Bank Pinaesaan 411.118,49 269.966,00 - 681.084,49
0,93
10. PT Bank Dwipa Semesta 103.135,86 6.970,13 - 110.105,99
4,87
11. PT Bank Astria Raya 456.969,26 121.949,00 - 578.918,26
1,70
12. PT Bank Kosagrha Semesta 154.940,41 46.872,20 - 201.812,61
1,70
14. PT Bank Citrahasta Dh. 158.404,17 43.398,00 - 201.802,17
100,00
Total 6.160.419,90 5.327.032,33 392.931,76 11.880.383,99
Keterangan:
- DTV PT Bank Pacific = USD16,108.66 ribu ekuivalen Rp144.821,08 juta.
- DTV PT Sejahtera Bank Umum = USD20,837.61 ribu ekuivalen Rp186.496,63 juta.
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa BDL penerima BLBI terbesar adalah PT Bank
Harapan Sentosa, PT Bank Pacific dan PT Sejahtera Bank Umum, yaitu masing-masing
sebesar 32,54%, 17,96% dan 14,20% dari jumlah BLBI yang diberikan kepada 14 BDL,
sedangkan 11 BDL yang lainnya menerima BLBI antara 1% sampai dengan 8% .
BLBI yang diberikan kepada bank-bank di atas telah dialihkan kepada Pemerintah sesuai
dengan kesepakatan bersama antara Menteri Keuangan dan Gubernur BI tanggal 6 Februari
1999 dan Akta Cessie yang dibuat di hadapan Notaris antara Direksi BI dan Ketua Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Dengan pengalihan tersebut, maka BLBI yang
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 13/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
diberikan oleh BI beralih menjadi hutang Pemerintah kepada BI dan sekaligus menjadi
piutang Pemerintah cq. BPPN kepada bank-bank.
Pada umumnya tidak ada akta pengikatan yang dilakukan bank-bank dengan Bank
Indonesia dan tidak ada jaminan yang diberikan bank-bank kepada BI, baik yang bersumber
dari Saldo Debet maupun dari DTR dan DTV.
Akta pengikatan diadakan hanya untuk DTV, yaitu sebagai berikut:
Nomor/Tanggal
No. Notaris Bank
Akta
1. No. 22/30 Juni 1998 Martin Roestam, SH PT Bank Pacific (DL)
2. No. 23/30 Juni 1998 Martin Roestam, SH PT Bank Pacific (DL)
3. No. 164/27 Juni 1998 Teddy Anwar, SH PT Sejahtera Bank Umum (DL)
Koesbrono Samarhadi,
4. No. 62/30 Juni 1998 PT Bank Harapan Santosa (DL)
SH. MH.
BLBI yang diberikan kepada bank-bank telah dialihkan kepada Pemerintah sesuai dengan
kesepakatan bersama antara Menteri Keuangan dan Gubernur BI tanggal 6 Februari 1999
dan akta cessie yang dibuat di hadapan Notaris antara Direksi BI dan Ketua Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Dengan pengalihan tersebut, maka BLBI yang
diberikan oleh BI beralih menjadi hutang Pemerintah kepada BI dan sekaligus menjadi
piutang pemerintah cq. BPPN kepada bank-bank.
Jumlah BLBI yang dialihkan tersebut adalah sebesar Rp11.880,383,98 juta, dengan rincian
sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 14/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Jumlah 11.880.383,98
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa semua BLBI sebesar Rp 11.880.383,98 juta telah
dialihkan menjadi kewajiban Pemerintah atau sebesar 100 %.
Jumlah BLBI tersebut di atas telah dibayar kembali oleh 14 BDL sebesar Rp2.590.065,23
juta, sehingga saldo BLBI per tanggal 30 April 2005 adalah sebesar Rp9.290.318,76 juta,
dengan rincian sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 15/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Keterangan:
- PT Sejahtera Bank Umum sebesar USD 20,837.61 ribu ekuivalen Rp186.496,63 juta;
USD12,601.00 ribu ekuivalen Rp112.778,95 juta dan USD 8,236.61 ribu ekuivalen Rp73.717,68
juta;
- Selain pembayaran kembali dari PT Bank Pacific dengan nilai total sebesar Rp315.023,08 juta,
terdapat juga setoran Rp238.000 juta yang dialihkan untuk pembayaran pajak. Atas hal ini, TL
Bank Pacific sedang melakukan banding;
- Pembayaran kembali dari PT Bank Harapan Sentosa Rp538.228,06 juta belum termasuk setoran
yang dialihkan dalam rangka pembayaran pajak senilai Rp16.869,95 juta;
- Pembayaran kembali dari PT Bank Jakarta sebesar Rp100.959,95 juta telah mencakup deposito
pemilik lama PT Bank Jakarta (DL) yaitu Probosutedjo senilai 99,98 juta yang diperlakukan oleh
BI sebagai setoran pengembalian BLBI.
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa pengembalian BLBI yang telah dilakukan oleh 14
BDL selama lebih dari lima tahun yang lalu secara keseluruhan hanya sebesar 21,80% dari
jumlah BLBI.
Posisi keuangan Bank-Bank Dalam Likuidasi per tanggal penutupan berdasarkan Laporan
Kantor Akuntan Publik adalah sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 16/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pada saat tanggal penutupan 14 BDL ternyata jumlah aktivanya hanya sebesar
Rp8.470.324,37 juta, sedangkan jumlah kewajibannya sebesar Rp14.322.215,08 juta,
sehingga ekuitasnya menjadi minus sebesar Rp5.851.890,71 juta.
8. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal Likuidasi (Neraca Akhir Likuidasi/NAL)
Posisi keuangan Bank-Bank Dalam Likuidasi per tanggal likuidasi berdasarkan Laporan
Akuntan Publik, adalah sebagai berikut:
dalam juta rupiah
Jumlah Posisi
Jumlah
No BDL Kewajiban Per
Aktiva Kewajiban Ekuitas
& Ekuitas Tanggal
1. PT Bank Pacific
Nilai Buku 1.915.243,06 2.431.910,70 (516.667,64) 1.915.243,06 23-5-03
Nilai Realisasi 890.530,10 2.431.910,70 (1.541.380,60) 890.530,10
2. PT Sejahtera Bank
Umum
Nilai Buku 1.016.165,32 2.121.673,87 (1.105.508,55) 1.016.165,32 24-5-03
Nilai Realisasi 396.243,08 2.121.673,87 (1.725.430,79) 396.243,08
3. PT Bank Harapan
Santosa
Nilai Buku 174.374,01 3.658.987,83 (3.484.613,82) 174.374,01 30-6-03
Nilai Realisasi 123.580,24 3.658.987,83 (3.535.407,59) 123.580,24
4. PT Bank Guna
Internasional
Nilai Buku 137.068,50 107.293,11 29.775,39 137.068,50 24-6-03
Nilai Realisasi 68.131,54 107.033,65 (38.902,11) 68.131,54
5. PT Bank Industri
Nilai Buku 122.715,58 568.806,40 (446.090,82) 122.715,58 24-5-03
Nilai Realisasi 111.710,52 568.806,40 (457.095,88) 111.710,52
6. PT Bank Anrico
Nilai Buku 36.030,02 205.396,09 (169.366,07) 36.030,02 24-6-03
Nilai Realisasi 29.374,88 205.396,09 (176.021,21) 29.374,88
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 17/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa pada umumnya nilai realisasi aktiva 14 BDL per
tanggal likuidasi berada jauh di bawah nilai buku dan kewajibannya. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan BDL untuk memenuhi kewajiban semakin sulit.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 18/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Posisi keuangan BDL per tanggal 30 April 2005 berdasarkan Laporan Audit Kantor
Akuntan Publik dan Laporan Keuangan Intern BDL adalah sebagai berikut:
dalam juta rupiah
Jumlah
Jumlah
No BDL Kewajiban Ket.
Aktiva Kewajiban Ekuitas
& Ekuitas
1. PT Bank Pacific
Nilai Buku 1.646.496,59 2.176.946,65 (530.450,06) 1.646.496,59 LK
Nilai Realisasi 621.222,35 2.176.946,65 (1.555.724,30) 621.222,35 Intern
2. PT Sejahtera Bank
Umum
Nilai Buku 1.164.833,47 2.224.552,27 (1.059.718,80) 1.164.833,47 LK
Nilai Realisasi 319.203,54 2.224.552,27 (1.905.348,73) 319.203,54 Intern
3. PT Bank Harapan
Santosa
Nilai Buku 167.218,38 3.622.109,56 (3.454.891,18) 167.218,38 KAP
Nilai Realisasi 102.401,50 3.622.109,56 (3.519.708,06) 102.401,50
4. PT Bank Guna
Internasional
Nilai Buku 134.761,40 106.794,72 27.966,68 134.761,40 KAP
Nilai Realisasi 74.821,25 106.535,22 (31.713,97) 74.821,25
5. PT Bank Industri
Nilai Buku 117.260,42 569.725,49 (452.465,07) 117.260,42 LK
Nilai Realisasi 113.797,44 569.725,49 (455.928,05) 113.797,44 Intern
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 19/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
12 PT Bank Kosagrha
S.
13 PT Bank Mataram
Dh.
Jumlah aktiva BDL baik nilai buku maupun nilai realisasinya pada umumnya lebih kecil
dari kewajibannya, seperti halnya pada tanggal likuidasi.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 20/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Sementara itu, dalam tabel berikut ini menunjukkan beberapa TL telah efisien dan
efektif dalam upaya meminimalkan kerugian negara.
1 PT Sejahtera Bank
Umum 13% 10% 78% 53%
2 PT Bank
Guna Internasional 29% 19% 64% 62%
3 PT Bank Industri 17% 23% 137% 55%
4 PT Bank Jakarta 17% 17% 105% 48%
Rata-rata 38% 26% 68% 23%
Secara lengkap analisis 14 BDL tersebut dapat dilihat pada Lampiran II.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 21/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 22/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
Dari pemeriksaan atas sistem pengendalian intern yang meliputi lingkungan pengendalian
dan pengendalian pengamanan termasuk monitoring pada 14 BDL pada umumnya
menunjukkan masih adanya kelemahan dalam sistem pengendalian intern. Hal ini nampak
dalam uraian berikut:
a. Lingkungan Pengendalian
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum lingkungan
pengendalian pada 14 BDL tidak dapat diandalkan, karena setiap unsur manajemen
tidak dapat melakukan fungsinya secara memadai. Sesuai dengan ketentuan yang ada,
pada akhir masa tugasnya TL bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Akan tetapi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, TL juga harus
menyelesaikan tagihan kepada debitur utamanya, yang pada umumnya terkait dengan
pemegang saham utama, antara lain dengan meminta tambahan jaminan terhadap
hutang-hutang mereka kepada bank yang telah berkategori macet.
Selain itu, secara substansi tidak jelas siapa pemilik utama harta yang masih ada di 14
BDL, mengingat pada umumnya nilai kewajiban 14 BDL kepada Pemerintah berupa
saldo debet dan dana talangan rupiah lebih besar dari harta yang ada. Di samping itu,
saat ini 14 BDL juga sedang menghadapi tuntutan dari kreditur yang merasa memiliki
piutang pada BDL, tetapi atas simpanan tersebut tidak tercatat dalam Laporan
Keuangan Penutupan BDL.
Dari sisi ketentuan perusahaan, harta tersebut adalah milik pemegang saham, tetapi
dengan besarnya kewajiban kepada Pemerintah, maka Pemerintah merupakan pihak
yang lebih berhak terhadap harta yang masih ada. Dengan kondisi ini, TL kurang
memahami bahwa harta yang masih ada seharusnya sudah menjadi bagian keuangan
negara sehingga seluruh kegiatan TL seharusnya lebih diarahkan terhadap kepentingan
negara. Dalam kenyataannya pemegang saham utama masih besar pengaruhnya
terhadap pelaksanaan tugas TL sehari-hari yang dapat mengakibatkan tidak
maksimalnya pengembalian harta BDL kepada Negara.
Tidak ada pihak yang secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi 14 BDL, baik
itu BI maupun Departemen Keuangan. Selama ini pihak BI hanya memantau posisi aset
dan kewajiban serta setoran kepada Negara dari BDL. Ketidakjelasan ini
mengakibatkan tidak adanya ketentuan dan/atau prosedur yang memadai dan secara
tegas mengatur pelaksanaan tugas TL terutama dalam melakukan pencairan aset dan
pembayaran kewajiban kepada Pemerintah.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 23/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Untuk kegiatan pencairan aset di 14 BDL selain kegiatan pencairan aset bank dan
jaminan yang diambil alih, juga terdapat pencairan aset milik pemegang saham, baik
yang diserahkan oleh pihak terkait dengan pemegang saham maupun aset yang berhasil
disita dari pemegang saham. Atas aset tersebut oleh TL dilakukan penyitaan dan
dilakukan penjualan proses lelang pengadilan. Pengurusan aset milik pemegang saham
yang diambil alih tersebut dilakukan dengan menggunakaan jasa konsultan hukum.
Selain ketidakjelasan tentang pihak yang menjadi pengawas BDL, juga terdapat
ketidakjelasan mengenai masa kerja TL BDL. Sesuai dengan ketentuan yang ada masa
kerja TL BDL pada umumnya adalah selama lima tahun sejak terbentuknya TL
ditambah dengan enam bulan. Pada akhir masa tugasnya TL harus menyusun NAL yang
akan dimintakan persetujan ke BI sebagai dasar RUPS dalam rangka pembubaran TL.
Tetapi sampai dengan lima tahun masa kerja TL dan telah disusun NAL ternyata belum
ada persetujuan dari BI mengenai pelaksanaan RUPS dan sampai dengan akhir
pemeriksaan belum ada kejelasan mengenai status TL walaupun masa kerja TL sudah
berakhir.
Berdasarkan monitoring atas pelaksanaan pemeriksaan pada BDL diketahui bahwa
selama ini pemeriksaan yang dilakukan oleh KAP adalah untuk menentukan posisi aset
dan kewajiban. Tidak ada audit yang ditujukan untuk menilai kinerja TL dan/atau
memberikan opini terhadap laporan keuangan BDL.
Pemeriksaan BPK-RI atas BDL di tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga
tidak ada rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti.
Namun demikian, dari pemeriksaan ternyata terdapat perkembangan yang berkaitan dengan
pemeriksaan, yaitu pada PT Sejahtera Bank Umum (DL) dan PT Bank Jakarta (DL) sebagai
berikut:
a. PT Sejahtera Bank Umum (DL)
Hasil audit investigasi atas penyaluran dan penggunaan BLBI pada PT Sejahtera Bank
Umum (DL) yang dimuat dalam Laporan Audit Investigasi Nomor 06/48/Auditama
II/AI/VII/2000 tanggal 31 Juli 2000 menyebutkan beberapa masalah yang ditemukan
dalam penyaluran dan penggunaan BLBI. Permasalahan tersebut telah ditindaklanjuti
oleh Kejaksaan Agung dengan memanggil dan meminta keterangan kepada Ketua dan
Wakil Ketua Tim Likuidasi PT Sejahtera Bank Umum (DL). Setelah melakukan
penyidikan, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus mengeluarkan Surat Perintah
Penghentian Penyidikan Nomor Prin-01/F/F2.1/01/2003 tanggal 2 Januari 2003, yang
menyatakan bahwa perbuatan yang dilakukan Ketua dan Wakil Ketua Tim Likuidasi PT
Sejahtera Bank Umum (DL) bukan merupakan tindak pidana.
b. PT Bank Jakarta (DL)
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 24/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Pemeriksaan BPK-RI meliputi pemeriksaan atas realisasi pencairan aset, baik berupa
penagihan kredit maupun penjualan aset, pembayaran kewajiban (termasuk biaya
operasional), sisa aset dan indikasi tindak pidana korupsi (TPK) serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan BDL. Hasil pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut di bawah ini.
Pencairan aset dilakukan baik melalui penagihan kredit maupun penjualan aktiva tetap
dan inventaris kantor.
Jumlah realisasi pencairan aset 14 BDL dari tanggal 1 November 1997 sampai dengan -
tanggal 30 April 2005 adalah sebesar Rp4.114.009,56 juta. Jumlah ini terdiri atas hasil
penagihan kredit sebesar Rp3.548.920,45 juta (Rp3.428.885,20 juta dan USD12,635.29
ribu/ekuivalen sebesar Rp120.035,26 juta dengan kurs rata-rata sebesar Rp9.500,00/1
USD) serta penjualan aset berupa tanah, bangunan dan kendaraan bermotor sebesar
Rp565.089,11 juta, yang secara rinci adalah sebagai berikut:
dalam juta rupiah
No. BDL Penagihan Penjualan Jumlah
Kredit Aset Pencairan
Aset
1. PT Bank Pacific 762,431,43 35.404,93 797.836,36
2. PT Sejahtera Bank U. 1.188.128,68 36.444,82 1.224.573,50
3. PT Bank Harapan S. 509.215,90 244.049,99 753.265,89
4. PT Bank Guna Int. 163.269,00 78.961,00 242.230,00
5. PT Bank Industri 289.539,70 28.796,76 318.336,46
6. PT Bank Anrico 18.299,20 4.145,07 22.444,27
7. PT Bank Jakarta 94.429,20 2.023,05 96.452,25
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 25/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 26/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
f) Pemilik PT Dwi Kencana Ganda, salah satu debitur PT Bank SEAB (DL)
meninggal dunia, sedangkan jaminan hutangnya tidak ada, dan pembayaran
sebagian hutangnya dilakukan oleh kakak kandungnya, sehingga sisa pinjaman
(hutangnya) dihapus;
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 27/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
g) Jaminan atas nama salah satu debitur PT Bank SEAB (DL), yaitu Sdr. Mukmin
Saudjana sudah diambil alih oleh PT Bank SEAB (DL), tetapi karena kondisi
barang jaminan tersebut kurang baik, maka hasil penjualannya di bawah jumlah
hutangnya.
2) Temuan - Aset jaminan debitur pada PT Bank Jakarta (DL), PT Bank Pinaesaan
(DL) dan PT Bank Kosagrha Semesta (DL) dijual di bawah Nilai Jual Obyek
Pajak (NJOP) sehingga hasil penjualan kurang sebesar Rp3.121,30 juta dari
yang diharapkan
Dari pemeriksaan diketahui bahwa dalam tahun 1999 sampai dengan 2000 terdapat
aset-aset jaminan debitur berupa tanah dan bangunan pada PT Bank Jakarta (DL),
PT Bank Pinaesaan (DL) dan PT Bank Kosagrha Semesta (DL) yang dijual oleh TL
di bawah NJOP, seperti nampak sebagai berikut:
dalam juta rupiah
No. Aset/BDL Harga Jual NJOP Selisih
Kurang
1. Enam Ruko dan dua rumah di 3.475,00 3.773,74 298,74
Jakarta Barat /PT Bank Jakarta
2. Tanah & Bangunan di Bogor, 10.423,00 11.175,58 752,58
Cianjur,Cipanas, Cipendawa dan
Surabaya / PT Bank Pinaesaan
3. Tiga Tanah di Surabaya/PT Bank 5.642,80 7.712,78 2.069,98
Kosagrha Semesta
Jumlah 19.540,80 22.662,10 3.121,30
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 28/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
b) Pedoman Audit BDL yang diterbitkan oleh IAI pada bulan Oktober 2003 yang
menyebutkan bahwa nilai realisasi tanah dan bangunan dinilai berdasarkan hasil
penilaian pihak penilai independen atau sebesar NJOP apabila tanah dan
bangunan tersebut belum dinilai oleh penilai independen. Selain itu, penjualan
aset harus melebihi atau minimal seharga NJOP.
Sehubungan dengan adanya aset yang dijual di bawah NJOP pada tiga BDL
tersebut mengakibatkan berkurangnya hasil penjualan sebesar Rp3.121,30 juta dan
akan mengurangi potensi pengembalian BLBI kepada Negara.
Hal tersebut terjadi karena TL pada tiga BDL tersebut tidak menaati ketentuan yang
berlaku dalam penjualan aset dan tidak mempertimbangkan NJOP dalam penjualan
aset tersebut.
Atas temuan-temuan pemeriksaan itu, TL pada tiga BDL tersebut memberikan
tanggapan antara lain sebagai berikut:
a) TL PT Bank Jakarta (DL) menyatakan bahwa:
(1) Kondisi bangunan yang dijual telah rusak sehingga tidak mungkin
penjualannya mencapai NJOP;
(2) Penilaian aset oleh penilai independen akan memakan waktu dan biaya;
(3) Pelelangan kurang menguntungkan karena hanya ada satu bangunan yang
akan dijual;
(4) Untuk setiap penjualan TL membuat catatan yang diperlukan sebagai legal
opinion;
b) TL PT Bank Pinaesaan (DL) menyatakan bahwa sebagian besar penjualan aset-
aset ada PPh final sebesar 5% yang seharusnya menjadi kewajiban pihak
penjual diputuskan menjadi beban pembeli;
3) Temuan -Penjualan aset jaminan debitur pada PT Bank Jakarta (DL) dan PT
Bank Kosagrha Semesta (DL) dilakukan di bawah nilai appraisal, sehingga hasil
penjualan kurang sebesar Rp900,00 juta dari yang diharapkan
Dari pemeriksaan pada PT Bank Jakarta (DL) dan PT Bank Kosagrha Semesta (DL)
diketahui hal-hal sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 29/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
a) Pada tanggal 20 Desember 2002, TL PT Bank Kosagrha Semesta (DL) telah
melakukan penjualan salah satu aset jaminan PT Persada Kalpataru Tama
(PT PKT) berupa tanah seluas 4.000 m2 di Desa Karah Surabaya melalui agen
yaitu Sdr. Ziadatul Choiroh, yang juga menjabat sebagai Direktur PT PKT.
Hasil penjualan (kotor) aset tersebut adalah sebesar Rp200,00 juta, sedangkan
nilai appraisal -nya, menurut penilai independen (PT BCG) pada tanggal 2
November 1999 adalah sebesar Rp600,00 juta.
b) Pada tanggal 7 Desember 2004 TL PT Bank Jakarta (DL) telah melakukan
penjualan ruko seluas 900 m2 (di atas tanah seluas 300 m2) di Komplek Pasar
Induk Caringin, Bandung seharga Rp1.300,00 juta, sedangkan nilai appraisal-
nya adalah sebesar Rp1.800,00 juta.
Dengan demikian, harga penjualan (kotor) aset-aset tersebut adalah sebesar
Rp200,00 juta + Rp1.300,00 juta = Rp1.500,00 juta. Seharusnya harga penjualan
aset-aset tersebut minimal sebesar nilai appraisal-nya yaitu sebesar Rp600,00 juta
+ Rp1.800,00 juta = Rp2.400,00 juta.
Adanya penjualan aset jaminan debitur yang dilakukan di bawah nilai appraisal
tersebut tidak sesuai dengan Hasil Risalah Rapat Tim Kerja BDL tanggal 8
Agustus 2000 yang menyebutkan antara lain bahwa untuk harga jual aset harus
diusahakan agar dapat mencapai harga setinggi-tingginya, dengan patokan minimal
senilai harga likuidasi ( forced sale value) yang dinilai oleh perusahaan penilai
(berdasarkan appraisal report ). Apabila penawaran lebih rendah, maka agar
penjualan dapat dipertanggungjawabkan diperlukan legal opinion sebagai
pertanggungjawaban atas terjadinya penjualan aset dimaksud.
Sehubungan dengan penjualan aset di bawah nilai menurut appraisal
mengakibatkan berkurangnya hasil penjualan sebesar Rp900,00 juta (Rp400,00 juta
+ Rp500,00 juta), yang pada akhirnya akan mengurangi kemampuan TL dalam
membayar kewajibannya (BLBI) kepada Negara.
Hal tersebut terjadi karena TL kedua BDL tersebut kurang mempertimbangkan dan
kurang memahami ketentuan penjualan aset BDL.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, TL PT Bank Jakarta (DL) menanggapi
antara lain bahwa TL telah membuat catatan yang diperlukan sebagai legal opinion
sebagai pertanggungjawaban atas terjadinya penjualan aset tersebut. Sementara itu
TL PT Bank Kosagrha Semesta (DL) menanggapi bahwa pembeli aset BDL ini
bersedia membeli aset dengan harga di bawah harga pasar dengan syarat TL
bersedia memberi kuasa kepadanya untuk mengajukan gugatan ke pengadilan
karena aset yang akan dibelinya itu sedang diserobot orang. Pada perkembangannya
kemudian, pembeli aset itu telah mengeluarkan biaya pembebasan yang cukup besar
karena seluruh lahan tersebut sudah penuh dengan bangunan rumah termasuk
masjid di dalamnya.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 30/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
4) Temuan - Penyelesaian kredit pada PT Bank Pinaesaan (DL) sebesar Rp3.303,61
juta dengan cara kompensasi (set off) tidak didukung dengan dokumen yang
lengkap, sehingga cara penyelesaian kredit tersebut dilakukan secara tidak
benar
Dari pemeriksaan atas penyelesaian kredit dengan cara kompensasi ( set off )
diketahui bahwa dalam tahun 1999 sampai dengan April 2005 terdapat set off
kredit dengan deposito para debitur sebesar Rp3.303,61 juta yang tidak didukung
dengan dokumen yang memadai. Para debitur yang dimaksud adalah PT Pan
Gasindo Buncit pada Cabang Jakarta sebesar Rp454,03 juta dan 26 debitur pada
Cabang Surabaya sebesar Rp2.849,58 juta.
Seharusnya set off kredit dengan deposito didukung dengan dokumen pendukung
yang memadai seperti permohonan pembayaran dengan set off dari debitur, tanda
terima pembayaran, tanda bukti pembayaran pinjaman (back to back loan)
persetujuan TL PT Bank Pinaesaan (DL) dan bilyet deposito nasabah.
Ketidaklengkapan dokumen pendukung set off di atas mengakibatkan tidak dapat
5) Temuan - Penjualan aset berupa kendaraan, tanah dan bangunan senilai
Rp18.461,82 juta pada PT Bank Jakarta (DL), PT Bank Citrahasta
Dhanamanunggal (DL) dan PT Bank Anrico (DL) tidak dilakukan melalui
lelang dan tanpa appraisal
Dalam rangka menyelesaikan outstanding kredit yang ada, PT Bank Jakarta (DL),
PT Bank Citrahasta Dhanamanunggal (DL) dan PT Bank Anrico (DL) telah
melakukan penjualan aset agunan berupa kendaraan bermotor, tanah dan bangunan
dalam tahun 2003 senilai Rp18.461,82 juta tanpa melalui lelang, tetapi melalui
penjualan langsung dan tanpa melalui appraisal. Penjualan yang dimaksud nampak
sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 31/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Realisasi penjualan aset tersebut tidak sesuai dengan ketentuan dalam Surat Deputi
Gubernur Senior BI Nomor 1/4/DGS/DPIP/Rahasia tanggal 2 November 1999 yang
menyatakan bahwa nilai harta tetap dan inventaris (HTI) dan agunan atau yang
sejenisnya yang akan dijual harus dilakukan appraisal oleh perusahaan penilai
independen, dan penjualan aset dilakukan secara terbuka serta lelang dengan
mengacu pada harga pasar. Selain itu, dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Pencabutan Ijin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank disebutkan antara lain
bahwa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, anggota TL dilarang
memperoleh keuntungan untuk diri sendiri.
Kondisi tersebut di atas mengakibatkan hasil penjualan tidak optimal.
Hal tersebut disebabkan kurangnya pemahaman TL terhadap peraturan yang
berlaku dalam penjualan aset BDL dan adanya anggapan dari TL bahwa lelang
dilakukan setelah melampaui periode lima tahun.
menyulitkan
calon pembeliTL PTberminat
yang Bank Citrahasta Dhana Manunggal
atas aset angunan tersebut; (DL) untuk mencari
c) Terhadap jaminan kredit yang telah diikat dengan hak tanggungan ataupun
hipotik, TL PT Bank Anrico (DL) mengajukan permohonan lelang setelah
melampaui masa 5 tahun sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 12 Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 25 tahun 1999 jo Pasal 22 ayat (4) dan (5) Surat
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 32/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
6) Temuan - Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan PPh
atas transaksi jual beli tanah, rumah dan ruko pada PT Bank Pinaesaan (DL)
dan PT Bank Jakarta (DL), kurang disetor ke kas negara sebesar Rp100,00 juta
Dari pemeriksaan diketahui bahwa dalam tahun 2000 sampai dengan 2003 telah
terjadi transaksi-transaksi penjualan aset berupa tanah, rumah dan ruko pada PT
Bank Pinaesaan (DL) dan PT Bank Jakarta (DL) yang belum atau kurang disetor ke
kas negara sebesar Rp100,00 juta, dengan rincian sebagai berikut:
Dalam transaksi jual beli aset pada PT Bank Pinaesaan (DL), TL telah menyetujui
BPHTB sebesar 5% dan PPh final sebesar 5% menjadi tanggungan pembeli, tetapi
ternyata sampai dengan tanggal 14 Juli 2005 bukti setor pembayaran BPHTB dan
PPh final yang menjadi tanggung jawab pembeli tidak diperoleh. Sementara itu
dalam transaksi jual beli aset pada PT Bank Jakarta (DL), pengenaan BPHTB dan
PPh final pada umumnya adalah dari NJOP bukan dari nilai penjualan, padahal nilai
penjualan lebih tinggi dari NJOP.
Menurut UU Pajak Penghasilan Nomor 17 tahun 2000 Pasal 4 ayat 2 dan PP Nomor
48 tahun 1994 juncto PP Nomor 27 tahun 1996 juncto PP Nomor 79 tahun 1999,
dasar pengenaan PPh final dan BPHTB adalah dari harga penjualan bruto mana
yang tertinggi, NJOP atau harga jual.
Dengan demikian, maka TL PT Bank Jakarta (DL) masih kurang membebankan
BPHTB dan PPh sebesar Rp87,18 juta dan pembeli aset pada PT Bank Pinaesaan
(DL) belum menyetor BPHTB dan PPh sebesar Rp12,82 juta, sehingga jumlah
keseluruhannya yang kurang/belum disetor ke kas negara adalah sebesar Rp100,00
juta.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 33/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
7) Temuan – Pembayaran hasil penjualan jaminan Grup PT Amcol Bumi Wisata
pada PT Bank Kosagrha Semesta (DL) dilakukan dengan bilyet giro (cheque)
mundur sebesar Rp988,76 juta sampai dengan tanggal 30 April 2005 masih
belum dapat dicairkan
Posisi hutang (pokok) Grup Amcol pada PT Bank Kosagrha Semesta (DL) per
tanggal 31 Oktober 1997 adalah sebesar Rp6.558,43 juta, yang terdiri atas hutang
pokok sebesar Rp5.825,72 juta dan bunga sebesar Rp732,71 juta.
Grup Amcol adalah gabungan dari tiga debitur PT Bank Kosagrha Semesta yaitu
PT Amcol Bumi Wisata (PT ABW), Sdr. Buyung Suryadja (BS) dan Sdri. Thien
Kie Fong (TFK). Pada saat pemeriksaan BPK, PT ABW telah berganti nama
menjadi PT Ekasurya Bumiwisata.
Untuk penyelesaian hutangnya, PT ABW telah menyerahkan lima buah vila di Desa
Cipendawa, Pacet, Cianjur, Bogor dengan Akta Penyerahan Jaminan Nomor 35 dari
Notaris Ny. Rodiah Yahya, SH tanggal 13 Mei 2002. Berdasarkan akta tersebut,
sisa pokok pinjaman pihak pertama kepada pihak kedua menjadi sebesar
Rp1.688,97 juta. Selain itu, PT ABW juga telah menandatangani Akta Kuasa Untuk
Menjual pada tanggal 13 Mei 2002 kepada PT Bank Kosagrha Semesta (DL).
Dengan adanya akta penyerahan jaminan tersebut, maka hutang Grup Amcol
sebesar Rp1.688,97 juta dinyatakan selesai dengan penyerahan aset.
Terhadap kelima vila tersebut, TL telah mencoba untuk menjualnya melalui Kantor
Piutang dan Lelang Negara Bogor, namun menurut Risalah Lelang Nomor 96/2003
tanggal 24 April 2003, tidak ada pembeli yang mengajukan penawaran. Oleh karena
itu, TL menyerahkan kembali agunan dan kuasa menjualnya kepada PT ABW
untuk menjualnya sendiri. Pada tanggal 30 Mei 2005, PT ABW melaporkan bahwa
empat buah vila telah laku dijual kepada Sdr. Djumir Rimin (selaku kuasa dari
pemilik PT ABW yaitu Sdr. BS dan Sdr. TFK atau dengan kata lain pemilik sendiri
yang membeli vila tersebut) dengan harga masing-masing vila sebesar Rp275,00
juta atau seluruhnya sebesar Rp1.100,00 juta.
Atas penjualan tersebut, TL menyetujui untuk menerima pembayaran dalam bentuk
bilyet giro (cek) mundur yang cair sebulan sekali hingga Juli 2006 dengan total
penerimaan apabila telah dicairkan seluruhnya adalah sebesar Rp1.197,01 juta.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 34/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Sampai dengan tanggal 30 April 2005 bilyet giro yang telah cair adalah sebesar
Rp358,25 juta, sehingga masih terdapat bilyet giro yang belum cair sebesar
Rp838,76 juta dan satu buah vila lagi yang belum terjual yang nilainya diperkirakan
sebesar Rp150,00 juta.
Sementara itu, total baki debet Grup Amcol per tanggal 30 April 2005, setelah
dikurangi pembayaran giro tersebut adalah sebesar Rp1.430,64 juta. Apabila
seluruh giro tersebut telah cair ditambah dengan hasil penjualan satu vila jika
terjual, maka TL masih akan menerima tunai sebesar Rp988,76 juta (Rp838,76 juta
+ Rp150,00 juta) dan masih mempunyai sisa pinjaman (outstanding hutang Amcol
Grup) sebesar Rp441,88 juta (Rp1.430,64 juta – Rp988,76 juta).
Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa pihak PT ABW sering kali
menunda pencairan bilyet giro tersebut (cek ditolak). Selain itu, jangka waktu
pencairan juga terlalu lama hingga melewati masa kerja TL yang berdasarkan PP
Nomor 25 tahun 1999, berakhir pada tahun 2003.
Kondisi di atas mengakibatkan terjadinya inefisiensi secara langsung pada PT Bank
Kosagrha Semesta (DL) dan secara tidak langsung pada negara terutama di dalam
pengembalian BLBI kepada Pemerintah.
Hal tersebut terjadi karena TL kurang tegas dalam mengambil kebijakan terhadap
debitur dan memberikan kelonggaran bayar kepada debitur, khususnya Grup
Amcol.
Atas temuan tersebut, TL memberikan tanggapan bahwa untuk menjual vila
tersebut, TL telah mengupayakan berbagai cara, baik melalui lelang terbuka
maupun dengan memasang spanduk, bahkan menunggu pembeli setiap akhir
minggu. Terdapat kesan dari calon pembeli bahwa barang-barang sitaan seperti itu
akan membawa masalah di kemudian hari. Oleh karena itu, TL kembali meminta
bantuan PT ABW untuk menjualnya. Bahwa pendapat pemeriksa yang menyatakan
bahwa keempat vila tersebut dibeli oleh PT ABW tidaklah sepenuhnya benar,
karena transaksi tersebut merupakan trade-off antara PT ABW dengan para pemilik
vila lama yang ingin menukarkan vila yang telah dibelinya dengan vila yang lebih
besar, namun pembayarannya ada yang secara tunai dan sebagian besar dicicil ke
PT ABW. Kelima sertifikat vila masih disimpan sebagai jaminan, yang baru akan
diserahkan apabila pembayaran atas masing-masing vila telah selesai. Kerjasama
penyelesaian ini ditempuh pada dasarnya karena selama ini debitur menunjukkan
itikad baik, namun cash flow usahanya agak tersendat.
8) Temuan - Penjualan tanah jaminan kredit dilakukan oleh PT Bank Anrico (DL)
bukan pada penawar yang mengajukan harga tertinggi, sehingga penerimaan TL
berkurang sebesar Rp863,38 juta
Penjualan tanah tersebut (seluas 34.747 m 2) dilakukan oleh TL PT Bank Anrico
(DL) dengan harga sebesar Rp3.480,00 juta pada tanggal 13 April 2000.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 35/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Sebelumnya, tanah tersebut telah ditawarkan oleh TL melalui surat kabar dan
hasilnya terdapat tiga penawar yang mengajukan surat penawarannya, yaitu sebagai
berikut:
dalam rupiah
2
No. Nama Penawar Tanggal Harga/m Nilai
Penawaran
1. Zulnaidi 28-03-2000 125.000,00 4.343.375.000,00
2. Bunyamin 05-04-2000 105.000,00 3.648.435.000,00
3. Drs. H. Aznur 05-04-2000 96.411,20 3.350.000.000,00
Affandi, MBA
9) Temuan – Pihak terkait PT Bank Anrico (DL) tidak kooperatif dalam proses
penjualan jaminan kredit berupa delapan ruko sehingga hasil penjualan belum
dapat direalisasikan sebesar Rp897,85 juta
Delapan Ruko tersebut adalah sebagian dari jaminan kredit sebanyak 103 Ruko
yang diberikan oleh PT Bunga Setangkai kepada PT Bank Anrico (DL). PT Bunga
Setangkai merupakan pemegang saham sebesar 99% pada PT Bank Anrico dan
memperoleh kredit dari PT Bank Anrico (DL) dengan baki debet per tanggal 31
Oktober 1997 sebesar Rp170.261,44 juta (90% dari total kredit yang dikucurkan
oleh PT Bank Anrico).
Dari sebanyak 103 ruko yang dijaminkan, sebanyak 35 ruko telah dijual pada saat
PT Bank Anrico masih beroperasi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 18 ruko dibayar
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 36/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dengan cara tunai, sedangkan 17 ruko lainnya dengan cara kredit. Setelah likuidasi,
TL melanjutkan penagihan kredit tersebut kepada para debitur PT Bunga Setangkai.
Dari 17 ruko yang dijual secara kredit, sebanyak sembilan ruko telah lunas dibayar
oleh debitur. Namun demikian, dari sembilan ruko yang telah lunas tersebut
terdapat empat debitur yang belum dibuatkan akta jual belinya karena Pemegang
Saham dan Direktur Utama PT Bunga Setangkai sebagai pemilik ruko tidak
bersedia menandatangani akta jual beli ruko tersebut. Dengan adanya hal itu, maka
delapan debitur yang belum melunasi cicilannya tidak bersedia melunasinya dan
tagihan menjadi macet.
Jumlah baki debet atas delapan ruko yang macet tersebut adalah sebesar Rp1.119,85
juta, sedangkan penerimaan tunai oleh TL PT Bank Anrico (DL) dari pembayaran
cicilan hanya sebesar Rp222,00 juta.
Keadaan tersebut mengakibatkan berkurangnya penerimaan TL PT Bank Anrico
(DL) dari hasil penjualan sebesar kredit yang macet tersebut, yaitu sebesar
Rp897,85 juta (Rp1.119,85 juta – Rp222,00 juta).
Hal ini terjadi karena tidak adanya itikad yang baik dari pemegang saham PT Bunga
Setangkai, yang juga pemegang saham mayoritas PT Bank Anrico (DL) untuk
menyelesaikan kewajiban BLBI.
Mengenai hal ini, TL PT Bank Anrico (DL) menanggapi bahwa terhadap empat
debitur yang telah melunasi kredit kepemilikan ruko tetapi belum dibuatkan akta
jual beli, TL telah berupaya meminta kepada Sdr. H. Anwar Syukur dengan
mengirimkan surat sebanyak tiga kali, yaitu tanggal 12 Mei 2000, 29 September
2000 dan 26 Oktober 2000, tetapi tidak ditanggapi oleh yang bersangkutan.
10) Temuan - Tanah dan Bangunan senilai Rp1.400,00 juta atas jaminan kredit PT
Nurina Nusantara Holyday T & T pada PT Bank Mataram Dhanarta (DL) dijual
di bawah harga pasar dan tidak transparan
Tanah dan bangunan seluas 1.435 m2 yang terletak di Komplek BPPB Selakopi,
Ciomas Bogor adalah merupakan jaminan kredit senilai Rp1.400,00 juta dari
debitur PT Nurina Nusantara Holyday T & T dengan baki debet per tanggal 31
Oktober 1997 sebesar Rp1.304,10 juta.
Menurut appraisal independen terakhir, PT Amandamai Arthamitra Jasa Penilai,
nilai/harga pasar tanah dan bangunan tersebut per tanggal 21 Juni 2002 adalah
sebesar Rp1.078,20 juta. Penetapan nilai pasar oleh appraisal independen tersebut
dilakukan lebih dari enam bulan yang lalu sehingga tidak menggambarkan nilai
pasar terkini.
Dalam tahun 1999 sampai dengan 2003, atas aset tersebut telah empat kali
dilakukan lelang oleh Balai Lelang tiga PT yaitu PT Jasa Artha Gemilang satu kali,
PT Pacific Property Citra dua kali dan terakhir oleh PT Batavia satu kali.
Berdasarkan risalah lelang terakhir, dinyatakan bahwa aset tidak terjual karena tidak
ada yang berminat.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 37/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
kondisi yang baik sesuai dengan gambar yang ada dalam appraisal independen
terakhir yang dilakukan pada tanggal 21 Juni 2002.
Pembeli dari aset tersebut belum diketahui karena pihak TL hanya berhubungan
dengan pengacara dan akta jual beli berada di pengacara.
Realisasi penjualan aset tersebut tidak sesuai dengan:
a) Ketentuan dalam Surat Keputusan Direksi BI Nomor 3/KEP/DIR tanggal 14
Mei 1999 yang antara lain menyebutkan bahwa sejak terbentuknya TL,
tanggung jawab pengelolaan bank beralih dari pengurus bank kepada TL.
Selain itu, TL wajib melaksanakan tugasnya secara efisien dan efektif sehingga
dapat menyelesaikan likuidasi bank dalam waktu singkat;
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 38/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
sudah rusak. Sebelum pelaksanaan lelang yang keempat, Balai Lelang PT Batavia
melakukan on the spot ke lokasi untuk memperkirakan harga jual obyek lelang yang
dimaksud sebesar Rp350,00 juta dan nilai likuidasi sebesar Rp250,00 juta.
11) Temuan - Terdapat pembayaran success fee sebesar Rp791,11 juta atau 22%
sampai dengan 30% dari jumlah yang dibayarkan debitur kepada pengacara
oleh PT Bank Industri (DL) yang melebihi ketentuan sebesar 20%
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 39/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari pemeriksaan diketahui bahwa jumlah penghapusan atas pinjaman eks. Direksi,
Kepala Divisi dan Kepala Cabang pada PT Bank Industri (DL) dari tanggal 1
November 2005 sampai dengan tanggal 30 April 2005 adalah sebesar Rp1.356,65
juta. Diantara jumlah tersebut terdapat pinjaman eks Direksi sebesar Rp1.006,00
juta.
Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman Pelaksanaan Kerja Tim
Likuidasi yang ditandatangani pada tanggal 8 Agustus 2000 oleh semua Tim
Likuidasi. Pada butir 3 Pedoman tersebut antara lain dinyatakan bahwa atas kredit
yang diberikan kepada pihak yang terkait yang turut serta menjadi penyebab
ambruknya bank, tidak dapat diberikan discount . Selain itu dalam Surat Edaran BI
Nomor 32/9/UPPB tanggal 14 Mei 1999 disebutkan bahwa pengurus bank adalah
direksi dan dewan komisaris bagi bank yang berbentuk hukum perseroan terbatas
atau yang dipersamakan dengan itu bagi bank yang berbentuk hukum koperasi atau
perusahaan daerah, atau pimpinan kantor cabang dari bank yang berkedudukan di
luar negeri, sehingga direksi merupakan pihak yang terkait dengan bank.
Adanya penghapusan pinjaman eks direksi tersebut mengakibatkan berkurangnya
potensi penerimaan negara sebesar Rp1,006,00 juta.
Mengenai hal ini, TL PT Bank Industri (DL) memberikan tanggapan sebagai
berikut:
Pada saat dilakukan verifikasi secara administrasi sebenarnya pinjaman karyawan
sudah di write off namun pada pelaksanaan TL PT Bank Industri (DL) tetap
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Setelah penutupan bank, TL menagih atau membuat somasi baik kepada
karyawan maupun direksi dan komisaris;
b) Kepada direksi/dewan komisaris tidak diberikan surat lunas, kecuali bagi
mereka yang melakukan pembayaran penuh.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 40/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dalam rangka penagihan kredit pihak terkait (grup) TL PT Bank Guna Internasional
(DL) melakukan pengambilalihan gedung bekas Cabang PT Bank Guna
Internasional (DL) serta kendaraan bermotor kantor yang status kepemilikannya
masih atas nama pihak terkait (grup).
Berdasarkan negosiasi TL dengan grup terkait diperoleh kesepakatan bagi hasil
penjualan aset dan kendaraan milik grup yang dikuasai oleh TL, yaitu sebesar 60%
untuk TL dan sebesar 40% untuk Manajemen Grup.
Dalam pelaksanaannya proporsi tersebut berubah menjadi sebesar 55% untuk TL
dan 45% untuk Manajemen Grup, namun tidak ada dokumentasi yang diperoleh
Tim BPK-RI yang menegaskan pembagian ini.
Hasil penjualan aset (gedung dan kendaraan bermotor) milik Grup yang dikuasai
TL PT Bank Guna Internasional (DL) sampai dengan April 2005 adalah nilai jual
sebesar Rp3.093,90 juta dengan pembagian sebesar Rp1.701,64 juta (55%) untuk
TL dan sebesar Rp1.392,26 juta (45%) untuk pihak terkait (grup).
Tim BPK-RI berpendapat bahwa berdasarkan Surat Edaran BI Nomor SE 32/9/UPB
tanggal 14 Mei 1999 tentang Tatacara Pencabutan Ijin Usaha, Pembubaran dan
Likuidasi bank Umum, TL tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan
pembagian proporsi tersebut. Pihak terkait seharusnya melunasi seluruh
kewajibannya kepada bank-bank antara lain melalui penjualan aset miliknya tanpa
harus meminta bagi hasil.
Dengan tidak adanya kesepakatan tertulis yang sah menurut hukum (legal)
mengakibatkan pembayaran hasil penjualan tersebut tidak mempunyai dasar yang
jelas.
Pembagian proporsi tersebut mengakibatkan hak negara yaitu pembayaran dana
talangan senilai Rp1.377,44 juta yang seharusnya bisa diambil dari dana tersebut
menjadi tidak bisa direalisasikan.
Hal ini disebabkan TL dalam mengupayakan penarikan dana yang berasal dari
pihak terkait kurang memperhatikan aspek-aspek kewenangannya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, TL memberikan tanggapan antara lain
sebagai berikut:
a) TL hanya menguasai aset secara fisik tetapi surat-surat bukti kepemilikannya
ada pada Grup. Mengingat kondisi tersebut, TL berpendapat bahwa aset-aset
yang dikuasai TL tidak dapat dijual dan dimanafaatkan untuk pembayaran
kepada TL kecuali dengan adanya kerjasama Grup;
b) TL tidak mempunyai kesepakatan tertulis dengan Grup mengenai pembagian
hasil penjualan aset Grup tersebut, namun demikian bila dirasa perlu oleh BPK,
TL akan meminta pernyataan tertulis dari Grup mengenai pembagian hasil
penjualan aset Grup;
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 41/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
c) Perlu ditambahkan bahwa pembagian hasil penjualan aset Grup tersebut bukan
merupakan kompensasi antara jumlah kewajiban dan jumlah tagihan dari
debitur, tetapi merupakan tambahan aset dari Grup tanpa disertai surat-surat
bukti kepemilikannya.
Obligasi PT Sinar Mas Multi Finance (PT SMM) sebesar Rp5.000,00 juta telah
dilakukan penyisihan sebesar 50% dengan alasan PT SMM belum bisa membayar
pokok obligasi yang jatuh tempo tanggal 11 April 2002 dan gagal membayar pokok
dan bunga yang seharusnya dibayar setiap empat bulanan selama sembilan kali
berturut-turut.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 42/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
adalah apartemen tersebut. Jika persetujuan bilateral tidak segera dilakukan maka
aset PT SMM sudah diambil alih pemegang obligasi yang lain dan TL PT Bank
Harapan Santosa (DL) akan menderita kerugian yang lebih besar lagi.
1) Temuan - TL PT Bank Dwipa Semesta (DL) kurang memotong dan menyetorkan
PPh Pasal 23 dari tahun 1998 sampai dengan 2004 sebesar Rp661,65 juta
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa selama tahun 1998 sampai dengan 2004,
TL telah membayar fee/jasa pengacara (konsultan hukum) sebesar Rp11.949,24
juta. Jumlah tersebut belum dipungut/diperhitungkan PPh Pasal 23 sebesar 7,5%
yaitu sebesar Rp896,19 juta.
Selama periode tahun 1998-2004 telah disetor ke kas negara PPH Pasal 23 sebesar
Rp234,54 juta, sehingga masih harus disetor sebesar Rp661,65 juta (Rp896,19 juta
dikurangi Rp234,54 juta).
Dalam Surat Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Peraturan Perpajakan Nomor S-
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 43/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Mengenai hal ini TL memberikan tanggapan bahwa selama tahun 1998 s.d 2004,
TL memang tidak melakukan pemotongan dan penyetoran atas kewajiban PPh
Pasal 23 atas fee yang dibayarkan kepada pengacara karena keraguan TL atas status
BDL setelah likuidasi dilakukan. Namun setelah menerima surat dari Direktorat
Jenderal Pajak yang menyatakan bahwa status BDL tetap sebagai bank sampai
proses likuidasi selesai, TL telah melakukan pemotongan dan penyetoran atas PPh
Pasal 23 yang dibayarkan kepada pihak ketiga yaitu terhitung sejak tahun 2005.
Selanjutnya TL akan membayar kewajiban pajak selama tahun 1998 sampai dengan
2004 sebagaimana dimaksud dengan perhitungan pemeriksa di atas.
2) Temuan - PT Bank Dwipa Semesta (DL) masih mempunyai kewajiban tidak
tercatat sebesar Rp110.894,71 juta
Dari hasil pemeriksaan atas kewajiban PT Bank Dwipa Semesta (DL) diketahui
bahwa sampai dengan tanggal 30 April 2005 PT Bank Dwipa Semesta (DL) masih
mempunyai kewajiban yang tidak tercatat dalam Laporan Keuangan Penutupan
maupun verifikasi sebesar Rp110.894,71 juta, yang terdiri atas Deposito Berjangka
NCD milik 12 nasabah sebesar Rp98.527,00 juta, Bank Garansi milik satu nasabah
sebesar Rp2.223,71 juta (USD787,00 ribu) dan Commercial Paper yang diaval
sebesar Rp10.144,00 juta.
Atas adanya deposito yang tidak tercatat (unrecorded ) tersebut dapat dikemukakan
hal-hal sebagai berikut:
a) Sampai dengan tanggal 1 Juli 2005 atas deposito unrecorded belum dibayar
oleh TL. Karena sengketa deposito unrecorded tidak dapat terselesaikan sesuai
keinginan, para pemegang deposito mengajukan gugatan ke Menteri Keuangan,
BI dan PT Bank Dwipa Semesta (DL) selaku para tergugat, melalui Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat yang terdaftar dengan Nomor Perkara 76/Pdt.G/1999/PN
Jakarta Pusat;
b) Terhadap gugatan para penggugat tersebut telah terbit berturut-turut putusan
sebagai berikut:
(1) Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 7 Oktober 1999 Nomor
76/Pdt.G/1999/PN Jakarta Pusat yang amar putusannya antara lain
menyatakan bahwa deposito para penggugat adalah tercatat dengan segala
akibat hukumnya dan menghukum para tergugat untuk melakukan
pembayaran/pencairan deposito dan bunganya;
(2) Putusan Pengadilan Tinggi DKI tanggal 25 Juli 2000 No.354/Pdt/2000/PT
DKI yang amar putusannya antara lain membatalkan putusan Pengadilan
Negeri Jakarta
penggungat Pusat
untuk yang dimohonkan banding dan menolak gugatan para
seluruhnya;
(3) Putusan Mahkamah Agung (MA) RI tanggal 28 Juni 2001 Nomor
1629K/Pdt/2001 yang amar putusannya antara lain membatalkan putusan
Pengadilan Tinggi DKI tanggal 25 Juli 2001 Nomor 354/Pdt/2000/PT DKI;
mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian; menyatakan sah dan surat
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 44/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 45/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pada bulan Desember 1997 Pemerintah telah mengeluarkan dana talangan untuk
membayar seluruh uang nasabah penyimpan dana. Dengan demikian, Pemerintah
berdasarkan Pasal 17 ayat (3) PP Nomor 25 Tahun 1999 menggantikan kedudukan
nasabah penyimpan dana.
Kondisi tersebut di atas terjadi karena TL PT Bank Harapan Santosa (DL) tidak
memperhatikan ketentuan di atas dalam menyelesaikan kewajibannya.
Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya pembayaran yang seharusnya dilakukan
TL PT Bank Harapan Santosa (DL) kepada Pemerintah sebesar Rp69.681,59 juta.
Menanggapi masalah tersebut, TL PT Bank Harapan Santosa (DL) menyatakan
bahwa apabila PT Bank Harapan Santosa (DL) tidak melakukan pembayaran
kewajiban kepada BPD-BPD, maka perusahaan negara tersebut terancam bangkrut,
sedangkan pembayaran kepada Bank Aken dan Bank Tata dilakukan atas
permintaan BPPN dan jumlahnya relatif kecil.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 46/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pada tanggal 15 Agustus 1997 PT Bank Harapan Santosa (DL) dengan PT TS telah
menandatangani Perjanjian Pembelian dan Penjualan Kembali Obligasi. Isi
perjanjian tersebut menyatakan antara lain bahwa:
a) PT TS membeli obligasi PT Pudjiadi Prestige Ltd dengan harga/nilai sebesar
Rp7.200,00 juta (nilai nominal obligasi sebesar Rp8.000,00 juta) pada tanggal
15 Agustus 1997;
b) PT Bank Harapan Santosa (DL) wajib membeli kembali obligasi tersebut dari
PT TS dengan nilai pelunasan sebesar Rp7.700,00 juta pada tanggal 18
Desember 1997.
Di lain pihak, PT Bank Harapan Santosa (DL) menempatkan dana sebesar
Rp5.000,00 juta dalam bentuk penyertaan pada Reksa Dana Megah Pendapatan
Tetap, yang harus dikembalikan PT TS selambat-lambatnya tanggal 6 Maret 1998.
Dalam suratnya kepada Ketua Tim Caretaker PT Bank Harapan Santosa (DL)
tanggal 24 November 1997, PT TS memberikan alternatif penyelesaian dengan
cara:
a) Memberi ijin kepada PT TS untuk menggunakan dana penyertaaan reksadana
milik PT Bank Harapan Santosa (DL) sebesar harga pasar sekarang yaitu
Rp4.000,00 juta untuk menyelesaikan kewajiban PT TS ke Bank DKI yang
jatuh tempo 18 Desember 1997;
b) Memberikan ijin kepada PT TS untuk menjual obligasi senilai nominal
Rp8.000,00 tersebut menurut harga pasar dan di bawah pengawasan Tim
Caretaker , agar dapat menutup kekurangan sebesar Rp3.700,00 juta, sedangkan
sisa harga jual akan dikembalikan kepada PT Bank Harapan Santosa (DL).
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 47/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dengan demikian total write off yang dilakukan oleh TL terhadap aktiva yang
diserahkan yaitu Reksa Dana Megah dan Obligasi PT Pudjiadi adalah sebesar
Rp2.560,64 juta + Rp1.362,78 juta + Rp5.600,00 juta= Rp9.523,42 juta .
Seharusnya dalam melakukan pencairan aset, TL selalu memaksimalkan
penerimaan hasil untuk membayar kewajiban BLBI.
Hal ini mengakibatkan PT Bank Harapan Santosa (DL) kehilangan kesempatan
untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pencairan aktiva dan penyelesaian
kewajiban sebesar Rp9.523,42 juta.
Hal tersebut terjadi karena TL tidak memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam
menyelesaikan hutang piutang dimaksud .
Terhadap permasalahan ini TL memberi tanggapan bahwa sepanjang mengenai nilai
Reksa Dana Megah dan Obligasi PT Pudjiadi, nilai yang disepakati sudah sesuai
dengan harga pasar pada waktu itu, di mana seluruh pasar saham dan obligasi
berada pada level terendah akibat krisis moneter 1998.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 48/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dalam rupiah
Jumlah Realisasi Biaya %
No. BDL
Operasional dari Total
1. PT Bank Pacific 235.466,85 22,59
2. PT Sejahtera Bank Umum 127.649,77 12,24
3. PT Bank Harapan Santosa 361.477,96 34,67
4. PT Bank Guna Internasional 46.005,31 4,41
5. PT Bank Industri 48.480,62 4,65
6. PT Bank Anrico 12.348,09 1,18
7. PT Bank Jakarta 16.754,35 1,61
8. PT Bank SEAB 21.652,55 2,08
9. PT Bank Pinaesaan 36.953,11 3,54
10. PT Bank Dwipa Semesta 44.088,66 4,23
11 PT Bank Astria Raya 44.515,72 4,27
12. PT Bank Kosagrha Semesta 24.139,08 2,32
13. PT Bank Mataram Dhanarta 12.476,10 1,20
14. PT Bank Citrahasta Dh. 10.532,22 1,01
Total 1.042.540,39 100
Dari data tersebut di atas nampak bahwa BDL yang realisasi biaya operasionalnya
terbesar adalah PT Bank Harapan Santosa, PT Bank Pacific dan PT Sejahtera Bank
Umum, yaitu masing-masing sebesar 34,67%, 22,59% dan 12,24% dari jumlah realisasi
biaya operasional 14 BDL, sedangkan 11 BDL lainnya hanya berkisar 1 – 5%.
Apabila dilihat dari jenis biaya operasional, maka jumlah realisasi biaya operasional 14
BDL dari tanggal 1 November 1997 sampai dengan tanggal 30 April 2005 adalah
sebagai berikut:
dalam juta rupiah
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa komponen biaya operasional 14 BDL yang
terbesar adalah biaya honor dan gaji, biaya administrasi & umum dan pajak-pajak, yaitu
masing-masing sebesar 37,34%, 28,17% dan 18,52% dari total biaya operasional untuk
14 BDL. Dari biaya pajak-pajak sebesar Rp193.089,74 juta terdapat sebesar
Rp182.864.14 juta (95%) yang dikeluarkan oleh PT Bank Harapan Santosa (DL).
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 49/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
1) Temuan - Pembayaran jasa konsultan hukum (lawyer) pada PT Bank Pinaesaan
(DL) belum dipungut PPN 10% dan PPh Pasal 23 7,5% sebesar Rp1.288,08 juta
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas biaya konsultan hukum diketahui bahwa dalam
menangani kasus-kasus di PT Bank Pinaesaan (DL), TL menggunakan jasa
pengacara.
Sampai dengan Mei 2005, TL telah mengeluarkan biaya untuk beberapa pengacara
sebesar Rp7.936,92 juta.
Atas pengeluaran biaya/pembayaran kepada pengacara tersebut, TL belum
memungut dan membayar PPN 10% dan PPh Pasal 23 konsultan 7,5%.
Seharusnya PPN yang dipungut adalah sebesar Rp693,19 juta dan PPh Pasal 23
sebesar Rp594,89 juta atau total sebesar Rp1.288,08 juta.
Berdasarkan UU PPN dan UU PPh, TL adalah badan hukum wajib pungut yang
harus memungut PPN dan PPh dari para konsultan.
Belum dipungutnya pajak tersebut mengakibatkan penerimaan Negara dari sektor
pajak sebesar Rp1.288,08 juta belum dapat direalisasikan.
Terhadap hal tersebut di atas, TL menanggapi bahwa semua pajak-pajak yang
menjadi kewajiban PT Bank Pinaesaan (DL) akan segera dibayarkan oleh TL.
2) Temuan - Pengeluaran biaya pegawai untuk THR dan biaya kesejahteraan
karyawan sebesar Rp2.309,35 juta pada PT Bank Pinaesaan (DL) tidak sesuai
dengan ketentuan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 50/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
2004 masing-masing sebesar 10 kali gaji/honor atau total pembayaran THR dan
biaya kesejahteraan karyawan tahun 2004 adalah sebesar 30 kali gaji.
Pengeluaran tersebut tidak sesuai dengan Surat Edaran BI Nomor 32/9/UPPB
tanggal 14 Mei 1999, yang antara lain menyatakan bahwa TL wajib memperhatikan
efisiensi dalam pelaksanaan likuidasi dan kemampuan keuangan BDL untuk
membayar honor, karena sampai dengan tanggal 12 Juli 2005, PT Bank Pinaesaan
(DL) baru melakukan pembayaran kepada negara sebesar Rp1.000,00 juta yang
berasal dari hasil pencairan aset di luar pengembalian dana talangan.
Pembayaran THR dan biaya kesejahteraan pegawai dari tahun 2001 sampai dengan
Mei 2004 seharusnya sebesar Rp549,13 juta.
Dengan adanya pembayaran sebesar Rp2.858,48 juta, maka mengakibatkan
terjadinya pemborosan keuangan pada PT Bank Pinaesaan (DL) sebesar Rp2.309,35
juta (Rp2.858,48 juta – Rp549,13 juta).
Hal tersebut terjadi karena kebijakan keputusan TL dalam melakukan pengeluaran
yang tidak memperhatikan kondisi keuangan dan kewajiban PT Bank Pinaesaan
(DL) kepada Negara yang belum dibayar atau dilunasi.
Atas permasalahan tersebut, TL menanggapi antara lain bahwa dalam
keputusannya, TL memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Di dalam honor yang dibayarkan oleh TL tidak ada tunjangan tetap seperti
tunjangan kesehatan, perumahan, transportasi, makan dan lain-lain;
b) Bertugas pada PT Bank Pinaesaan (DL) bersifat temporer dan tidak mempunyai
masa depan/karir;
c) Besarnya honor yang dibayarkan nominalnya relatif kecil;
d) Berdasarkan kenyataan kebutuhan biaya hidup sehari-hari dari tenaga yang
3) Temuan - Pembayaran jasa konsultan pada PT Bank Jakarta (DL) belum
dipungut/disetor PPh dan PPN sebesar Rp213,55 juta
Selama proses likuidasi TL hanya menggunakan dua jenis jasa konsultan, yaitu
konsultan hukum (lawyer ) dan Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk memudahkan
TL melaksanakan tugasnya.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 51/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari hasil pemeriksaan ternyata bahwa dalam pembayaran jasa konsultan dari tahun
1996 sampai dengan tanggal 30 April 2005 belum dipungut PPh dan PPN sebesar
Rp213,55 juta, dengan rincian sebagai berikut:
dalam juta rupiah
No. Nama Law yer / Perjanjian/Penanganan Jumlah PPh & PPN
KAP Kasus yg belum dipungut
1. Sdr. Yusuf dan Sdr. Perjanjian tgl. 6 Juli 1999 109,78
Fichar Perkara permohonan pailit PT
Intercon Kebon jeruk
2. Sdr. Djoko dan Perjanjian belum diperlihatkan 2,62
Sdr. Thamrin Perkara tagihan kepada Sdr.
D.Sutrisno
3. Sdr. RA Harini Perjanjian belum diperlihatkan 61,16
Perkara sembilan debitur
4. Sdr. Dahlan Perjanjian tanggal 23 18,11
September 1996
5. KAP Tjahjo, Machdjud Perjanjian tanggal 12 Agustus 21,88
Modo Puro dan Rekan 2003
(TMM) Pembuatan NAL
Jumlah 213,55
Sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, seluruh jasa konsultan yang
dibayarkan kepada konsultan hukum dan KAP harus dipungut PPN dan PPh sebesar
10% dan 7,5%.
Sehubungan dengan belum dipungut/disetor PPN dan PPh tersebut mengakibatkan
berkurangnya penerimaan negara sektor pajak minimal sebesar pajak yang belum
disetor yaitu sebesar Rp213,55 juta.
menyetor PPh dan PPN untuk pengeluaran biaya pengacara tersebut. Untuk biaya
pemeriksaan akuntan, TL belum memotong PPh dan PPN, namun pajak tersebut
telah dibayar oleh akuntan.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 52/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Perjanjian kerjasama antara TL (yang diwakili oleh Sdr. Santo Silaban dan Sdri.
Asrianty Purwantini) dengan Konsultan Pajak (Sdr.M.Husnaini Iskandar (MHI)
ditandatangani pada tanggal 7 April 2005.
Perjanjian kerjasama ini meliputi jasa pengurusan perpajakan terhadap kewajiban
perpajakan PT Bank Kosagrha Semesta (DL) untuk tahun pajak 1994 sampai
dengan 2004 untuk segala jenis pajak yang terkait. Jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan adalah terhitung mulai tanggal 1 April sampai dengan tanggal 5 Juni
2005.
Sebagai hasil dari pelaksanaan pekerjaan, TL akan menerima Surat Ketetapan Pajak
(SKP) dan/atau surat bebas dari tagihan pajak apapun (tax clearance) dari instansi
pajak untuk masing-masing tahun pajak mulai tahun 1994 sampai dengan 2004.
Biaya pelaksanaan pekerjaan dan imbal jasa yang disepakati terbagi dalam dua
kelompok, yaitu:
a) Untuk tahun pajak 1994 sampai dengan 1998 adalah sebesar Rp725,96 juta all-
inclusive, yang meliputi di dalamnya fee jasa pengurusan, pembayaran pajak
terhutang mulai tahun 1994 sampai dengan 1998, biaya transportasi, dan biaya
operasional lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut;
b) Untuk tahun pajak 1999 sampai dengan 2004 adalah sebesar Rp686,07 juta all-
inclusive, yang meliputi di dalamnya fee jasa pengurusan, pembayaran pajak
terhutang mulai tahun 1999 sampai dengan 2004, biaya transportasi, dan biaya
operasional lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut.
Jumlah tersebut di atas belum termasuk pajak penghasilan yang masih harus
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 53/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
(3) Bukti kuitansi dan cek Bank Mandiri tanggal 4 Mei 2005 sebesar Rp930,23
juta.
d) Dalam perjanjian kerjasama tersebut tidak di-cover dengan jaminan yang
memadai yang diberikan oleh konsultan pajak untuk mengantisipasi apabila
konsultan pajak tidak dapat memberikan hasil seperti yang disebutkan di dalam
perjanjian kerjasama.
Kondisi tersebut di atas tidak sesuai dengan SK DIR BI Nomor 32/53/KEP/DIR
tentang Tata Cara Pencabutan Ijin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Umum, Pasal
45 yang antara lain menyatakan bahwa dalam rangka melaksanakan wewenang
untuk meminta bantuan konsultan dalam pelaksanaan likuidasi bank sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf f, TL wajib memperhatikan hal-hal, antara
lain: a) efisiensi dalam pelaksanaan likuidasi; b) keahlian tenaga konsultan; dan c)
kemampuan keuangan BDL untuk membayar jasa konsultan.
Hal tersebut di atas mengakibatkan terjadinya ketidakhematan di dalam perjanjian
kerjasama, dengan nilai sebesar Rp1.412,02 juta yang dilakukan oleh TL karena
5) Temuan - Tambahan biaya operasional (operational cost) dengan nilai sebesar
Rp2.392,33 juta dalam penanganan perkara di PT Bank Kosagrha Semesta (DL)
belum dapat diyakini kewajarannya
Dalam rangka melaksanakan penyelesaian sebagian besar penagihan kredit kepada
para debitur, TL menggunakan jasa konsultan hukum.
Di dalam kontrak kerjasama yang dibuat dengan para konsultan hukum, biaya yang
harus dikeluarkan oleh TL adalah terdiri atas:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 54/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
a) Profesional fee, yang dilakukan dalam dua kali pembayaran, yaitu pertama
dilakukan pada saat perjanjian kerjasama ditandatangani dan kedua dilakukan
setelah gugatan disidangkan untuk pertamakalinya di pengadilan negeri yang
berwenang.
b) Operational fee, yang pembayarannya dilakukan pada saat biaya tersebut
dibutuhkan untuk membiayai kasus dan pembayaran pertama dilakukan pada
saat perjanjian ditandatangani sebesar 10%.
Di dalam perjanjian kerja sama tersebut terdapat dua jenis pembebanan
operational fee, yaitu yang mencantumkan nilai perkiraan operational fee dan
yang tidak mencantumkan nilai perkiraan operational fee (akan diajukan sesuai
dengan kebutuhan dan akan dimintakan persetujuan terlebih dahulu dengan
TL).
c) Success fee sebesar 5% sampai dengan 10% dari hasil yang diperoleh setelah
penanganan kasus tersebut berhasil ditangani oleh konsultan hukum. Selain itu
ada juga yang mempergunakan sistem lumpsum tanpa success fee.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 55/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
6) Temuan – Dasar pembayaran honor TL PT Bank Industri (DL) yang ditetapkan
oleh RUPS untuk periode Desember 1997 sampai dengan April 2005 melebihi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
Hal ini terjadi karena TL kurang memahami ketentuan yang berlaku mengenai
honor TL.
Sehubungan dengan hal tersebut, TL menanggapi bahwa mengacu pada Pasal 22
dan 23 SK BI Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999, yang menyatakan masa
kerja TL berakhir sampai dengan November 2002, tetapi berdasarkan Surat BI
Nomor 1/4/DGS/DPIP/Rahasia tanggal 2 November 1999 penggajian masih
diberlakukan sampai November 2003. Sejak berakhir masa kerja TL (5 tahun 6
bulan), TL memberlakukan penggajian berdasarkan RUPS tanggal 24 November
1997.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 56/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari data tersebut di atas ternyata bahwa jumlah sisa aset 13 BDL (nilai buku) per
tanggal 30 April 2005 adalah sebesar Rp4.236.226,39 juta, namun pada umumnya nilai
realisasinya jauh di bawah nilai bukunya. Dibandingkan dengan sisa kewajibannya
sebesar Rp11.612.518,48 juta, maka jumlah sisa aset tersebut hanya dapat menutup
kewajibannya sebesar 36%-nya. Apabila jumlah sisa aset tersebut dibandingkan dengan
sisa kewajiban BLBI sebesar Rp9.256.548,67 juta, maka hanya dapat menutup sebesar
46%. Hal ini berarti bahwa seluruh sisa aset (harta) 14 BDL seharusnya sudah menjadi
hak Pemerintah.
Temuan-temuan pemeriksaan yang berkaitan dengan sisa aset adalah sebagai berikut:
1) Temuan - Deposito di Bank Bukopin senilai Rp9.000,00 juta (pokok) tidak dapat
dicairkan oleh PT Bank Pinaesaan (DL) meskipun telah ada keputusan
Mahkamah Agung
Pada tanggal 30 Oktober 2002, melalui keputusan Mahkamah Agung (MA) Nomor
680K/Pdt/2002, telah diputuskan agar Bank Bukopin mengembalikan deposito PT
Bank Pinaesaan (DL) sebesar Rp9.000,00 juta dan bunganya sebesar 16,5% per
tahun terhitung sejak tanggal 16 Juli 1997. Berdasarkan perhitungan TL, pokok dan
bunga deposito tersebut hingga tanggal 16 Januari 2004 telah mencapai sebesar
Rp26.112,60 juta.
Kasus ini ditangani oleh Pengacara Sidartha Pratidina Law Firm.
Bank Bukopin mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) dan berkeras
belum mengembalikan dana tersebut. Berdasarkan Surat MA–RI Nomor
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 57/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
2) Temuan - Terdapat beberapa permasalahan dalam sisa aset eks jaminan dan
jaminan yang diterima dari nasabah pada PT Bank Pinaesaan (DL) sebagai
berikut:
a) Tanah dan Bangunan di Jl. Mayjen Sungkono, Darmo Park I/15 Surabaya milik
PT Bank Pinaesaan (DL) tidak dapat dijual karena atas nama pemegang saham
(Sdr. Herman Rattu);
b) Jaminan berupa Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) pada Kantor
Cabang Jakarta diambil debitur dan hutang belum dibayar lunas;
c) Sebidang tanah di Sudimara Barat, Cileduk SHM Nomor 2619 dibangun
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 58/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
c) pihak
TL menghadapi berbagai
lain dan masih kendala
dalam proses seperti aset sedang digunakan/diduduki oleh
di pengadilan.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 59/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
b) Jaminan berupa BPKB diberikan oleh Koordinator Jakarta kepada debitur tanpa
sepengetahuan TL, namun oleh yang bersangkutan BPKB tidak dikembalikan;
c) Dengan kondisi tanah di Sudimara seperti itu, TL berada dalam posisi yang
sulit, karena TL tetap harus mempertimbangkan kondisi harta eks jaminan
tersebut yang digunakan untuk sekolah masyarakat sekitar. Sampai saat ini, TL
belum mendapatkan jalan ke luar terbaik bagi permasalahan ini;
d) Tanah kosong di Balimester Jatinegara akan digunakan oleh Pemda DKI
Jakarta sebagai areal parkir, namun sampai saat ini belum ada realisasinya.
3) Temuan – Penyerahan kembali jaminan kredit berupa tanah seluas 46.917 m
2
sebesar Rp7.884,33 juta dikembalikan kepada debitur oleh pemegang saham PT
Bank Jakarta (DL) adalah tindakan tidak wajar
Debitur H. Ali Marzuki dan H. Abdul Azis berhutang kepada PT Bank Jakarta (DL)
sebesar Rp7.884,33 juta dan menyerahkan jaminan berupa lima sertifikat hak milik
tanah seluas 46.917 m2.
Keseluruhan jaminan tersebut dipinjam oleh pemegang saham dan disetujui oleh TL
pada tanggal 3 Janauari 2003.
Kemudian pada tanggal yang sama Sdr. H. Probosutedjo menyerahkan sertifikat
tersebut kepada Sdr. H. Abdul Azis. Atas penyerahan jaminan tersebut Sdr. H.
Probosutedjo mendapatkan penggantian dari Sdr. H. Abdul Azis berupa hak jual
atas tanah lain yang dimiliki debitur sesuai dengan Akta Notaris Eny Haryanti, SH.
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa di dalam Akta Notaris tersebut dinyatakan
bahwa kuasa menjual ini diberikan kepada Sdr. H. Probosutedjo atas nama pribadi
bukan atas Ketua TL dan tidak ada pernyataan bahwa pemberian kuasa kepada
Sdr. H. Probosutedjo tersebut karena adanya pengembalian jaminan kredit
Sdr. H. Ali Marzuki dan Sdr. H. Abdul Azis di PT Bank Jakarta (DL). Kejadian
tersebut mengakibatkan PT Bank Jakarta (DL) kehilangan hak atas jaminan
pinjamannya.
Seharusnya, apabila jaminan sertifikat itu ditukar dengan sertifikat lain, surat
kuasanya diberikan kepada PT Bank Jakarta (DL) bukan kepada pemegang saham.
Hal tersebut di atas mengakibatkan pinjaman pada Sdr. H. Ali Marzuki dan
Sdr. H. Abdul Azis tidak memiliki jaminan sama sekali.
Kondisi tersebut di atas terjadi karena Ketua TL adalah pemegang saham utama PT
Bank Jakarta (DL) sehingga tidak ada pemisahan kewenangan yang jelas antara
kedua jabatan/status tersebut.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 60/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
4) Temuan - Terdapat aset berupa tanah seluas 1.910,96 Ha untuk jaminan kredit
sebesar Rp30.816,26 juta yang dipinjam Pemegang Saham PT Bank Jakarta
(DL) yang tidak jelas kelanjutannya
Pihak terkait dengan pemegang saham PT Bank Jakarta yaitu Grup Mercu Buana
(PT Mercu Buana Contractor, PT Yudistiria Utama, PT Buana Estate, PT Garmak
Motor dan PT Sagitarius Sari) mempunyai hutang per tanggal 30 Oktober 1997
sebesar Rp30.816,26 juta dengan jaminan tanah seluas 1.226.920 m2 di Mega
Mendung, Jawa Barat dan tanah seluas 1.788,27 ha di Langkat, Sumatera Utara.
Berdasarkan Tanda Terima Peminjaman oleh Sdr. I Wayan Danada dari Grup
Mercu Buana pada tanggal 1 Juni 2000, diketahui bahwa Sertifikat Hak Guna
Usaha (SHGU) tanah di Mega Mendung dipinjam untuk pengurusan perpanjangan
masa berlakunya. Namun hingga saat pemeriksaan tanggal 4 Juli 2005 atau telah
berselang lima tahun setelah tanggal peminjaman tersebut ijin HGU belum selesai
diperpanjang dan belum dikembalikan kepada PT Bank Jakarta (DL) oleh
pemegang saham.
Berdasarkan hasil pengamatan fisik secara langsung ke lokasi dan hasil wawancara
dengan Kepala Seksi Pertanahan BPN Kota Bogor (Sdr. Husaini) diperoleh
keterangan antara lain bahwa tanah di Mega Mendung sulit untuk diperpanjang ijin
HGU-nya karena tanah berupa perkebunan itu berada pada Level IV atau tidak
terurus oleh Dinas Perkebunan setempat, dan tidak ada upaya perbaikan yang
signifikan dari PT Mercu Buana. SHGU yang telah habis masa berlakunya otomatis
kehilangan hak tanggungan sesuai dengan UU Pertanahan Nomor 4 tahun 1996.
SHGU di Mega Mendung tersebut sudah tidak bisa dijadikan jaminan atas hutang
bank kepada Pemerintah.
Pada tanggal 14 Desember 2004, pemegang saham PT Bank Jakarta, Sdr. H.
Probosutedjo telah meminjam SHGU tanah perkebunan di Langkat, Sumatera Utara
untuk perpanjangan usaha perkebunan Buana Estate.
Dalam tanda terima tanggal 27 Januari 2005 dijelaskan bahwa SHGU tersebut akan
diganti dengan sertifikat lain. Selain itu, dalam Surat BPN Kabupaten Langkat
Nomor 600/648/2005 tanggal 16 Juni 2005 dijelaskan bahwa SHGU tersebut masih
dalam proses pendaftaran hak. Jaminan yang dipinjam seharusnya diganti dengan
jaminan lain yang senilai sehingga ada kepastian hukum atas jaminan kredit.
Hal tersebut mengakibatkan tagihan PT Bank Jakarta (DL) kepada Grup Mercu
Buana tidak didukung dengan jaminan yang memadai.
Keadaan tersebut di atas terjadi karena Ketua TL adalah Pemegang Saham PT Bank
Jakarta (DL) sehingga independensi TL menjadi lemah.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 61/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Atas masalah ini, TL menanggapi antara lain bahwa sampai saat ini perpanjangan
masa waktu SHGU tersebut belum selesai. SHGU akan dikembalikan kepada PT
Bank Jakarta (DL) apabila perpanjangan telah selesai.
2
5) Temuan - Aset berupa tanah seluas 39.763 m untuk jaminan kredit sebesar
Rp8.000,00 juta dikembalikan kepada pemiliknya oleh Pemegang Saham PT
Bank Jakarta (DL) tanpa persetujuan dari Tim Likuidasi (TL)
Baki debet PT Panca Bhakti Nusanatara (PBN) per tanggal 30 April 2005 adalah
sebesar Rp8.000,00 juta. Semula kredit ini dijamin dengan aktiva tetap berupa tanah
seluas 39.763 m2 yang terletak di Palembang a.n Sdr. Hedrik Lunardi. Kemudian,
berdasarkan surat tertanggal 5 Mei 1998, Sdr. H. Probosutedjo selaku Ketua TL
kepada Sdr. Waldjimin SW selaku Anggota TL menginstruksikan agar jaminan
tersebut dikembalikan kepada pemiliknya dan mengambil alih semua kewajiban
yang terkait dengan jaminan tersebut menjadi tanggung jawab pribadinya ( personal
guarantee) .
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 62/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
6) Temuan - Hutang PT Intercon Kebon Jeruk pada PT Bank Jakarta (DL) senilai
Rp4.110,56 juta tidak didukung jaminan dan tidak jelas cara penyelesaiannya
Berdasarkan data pembukuan PT Bank Jakarta (DL) per tanggal 31 Oktober 1997
(unaudited ) dapat diketahui bahwa outstanding hutang lima debitur adalah sebesar
Rp83.947,00 juta.
Pada tanggal 28 Maret 2001 kelima debitur itu membuat kesepakatan yang tertuang
di dalam Akta Nomor 51 tentang Perjanjian Pengalihan Hutang dan Perubahan
Pengakuan Hutang di depan Notaris H. Azhar Alia, SH yang berisi pengalihan
hutang dari kelima debitur tersebut kepada PT Intercon Interprises (kemudian
berganti nama menjadi PT Intercon Kebon Jeruk) sebanyak hutang mereka yang
belum lunas per tanggal 31 Oktober 1997.
Meskipun telah ada perjanjian pengalihan hutang senilai Rp102.000,00 juta, PT
Bank Jakarta (DL) tetap mencatat hutang PT Intercon Kebon Jeruk dalam
pembukuan internalnya sebesar Rp83.947,00 juta.
Sampai dengan tanggal 18 September 2003 PT Intercon Kebon Jeruk telah
membayar cicilan sebesar Rp21.836.00 juta, sehingga baki debet PT Intercon
Kebon Jeruk per 18 September 2003 adalah sebesar Rp62.111,00 juta.
Kemudian pihak PT Bank Jakarta (DL) dengan persetujuan debitur berinisiatif
untuk menjual seluruh aset jaminan berupa tanah secara borongan kepada PT
Taman Kebon Jeruk Indah seharga Rp79.000,00 juta. Sehubungan dengan hal itu,
pada tanggal 16 September 2003 seluruh jaminan sertifikat tanah tersebut telah
diserahkan kepada Notaris Sutjipto, SH dan terkait dengan itu, PT Bank Jakarta
(DL) mendapatkan hak pembayaran atas piutangnya terhadap PT Intercon Kebon
Jeruk sebesar Rp49.243,44 juta.
PT Intercon Kebon Jeruk menyerahkan Bilyet Deposito Berjangka dari Bank Lippo
Nomor BD 1088523 sebesar Rp49.243,44 juta atas nama PT Taman Kebon Jeruk
kepada PT Bank Jakarta (DL). Bilyet deposito tersebut baru dapat dicairkan apabila
seluruh proses pemindahan kepemilikan dari para debitur ke PT Taman Kebon
Jeruk Indah telah sah dan selesai secara hukum. Surat kuasa pencairan deposito
telah diberikan kepada PT Bank Jakarta (DL) pada tanggal 28 Juni 2004.
Pada tanggal 5 Oktober 2004 telah diterima pembayaran dari PT Intercon Kebon
Jeruk sebesar Rp8.757,00 juta.
Dengan adanya pembayaran tersebut, maka baki debet PT Intercon Kebon Jeruk per
tanggal 30 April 2005 adalah sebesar Rp62.111,00 juta – Rp8.757,00 juta =
Rp53.354,00 juta.
Apabila diperhitungkan dengan hasil penjualan aset jaminan sebesar Rp49.243,44
juta, maka seharusnya sisa kredit PT Interkon adalah sebesar Rp53.354,00 juta –
Rp49.243,44 juta=Rp4.110,56 juta.
Dengan adanya penjualan jaminan kredit tersebut, mengakibatkan hutang PT
Intercon Kebon Jeruk sebesar Rp4.110,56 juta belum terjamin.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 63/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Seharusnya besar deposito yang diserahkan kepada PT Bank Jakarta (DL) sejumlah
sisa hutang yang masih outstanding di catatan pembukuan PT Bank Jakarta (DL).
Hal ini terjadi karena Ketua TL PT Bank Jakarta (DL) adalah Pemegang Saham
Utama PT Bank Jakarta, sehingga tidak ada pemisahan kewenangan yang jelas
antara kedua jabatan (status) tersebut.
Sehubungan dengan temuan hasil pemeriksaan BPK tersebut di atas, TL PT Bank
Jakarta (DL) menanggapi antara lain bahwa seolah-olah ada kerugian/penghapusan
kredit sebesar Rp4.110,56 juta. Sebenarnya tidak demikian, karena setelah jaminan
dijual, masih ada 14 lembar SPP seluas 9.568 m 2 sebagai jaminan yang akan diganti
dengan SHGB oleh Sdr. Eddy Yuwono, sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris
H. Azhar Alia, SH Nomor 51. Namun mengingat Sdr. Eddy Yuwono pada saat ini
ditahan oleh pihak yang berwajib karena masalah lain, maka proses penggantian
SPP dengan SHGB oleh Sdr. Eddy Yuwono masih tertangguh. Dengan demikian,
maka kerugian/penghapusan tersebut belum terjadi dan mungkin dapat dihindarkan.
7) Temuan - Sertifikat dan bukti kepemilikan tanah dan rumah sebagai jaminan
kredit sebesar Rp18.933,13 juta pada PT Bank Jakarta (DL) dikuasai pihak lain
Jumlah baki debet tujuh debitur eks Kantor Cabang Medan per tanggal 30 April
2005 adalah sebesar Rp18.933,13 juta. Kredit tersebut dijamin dengan aset berupa
tanah, rumah dan personal guarantie senilai Rp20.099,32 juta. Aset jaminan
tersebut saat ini masih dipegang dan dikuasai oleh pihak ketiga (karyawan PT
Mercu Buana Medan) atas kuasa dari TL PT Bank Jakarta (DL).
Dari hasil pemeriksaan diketahui hal-hal sebagai berikut:
a) TL PT Bank Jakarta (DL) telah secara resmi memberi kuasa kepada Pemimpin
PT Mercu Buana Cabang Medan untuk menyimpan dan menguasai aset-aset
tersebut melalui surat Nomor 76/TBBJ/III/03 tanggal 26 Maret 2003 dan Berita
Acara Serah Terima tertanggal 31 Maret 2003;
b) Berdasarkan hasil wawancara dengan Sdr. Edwin ternyata bahwa pemberian
kuasa ini karena masa kerja Satuan Tugas Pemberesan Bank Jakarta eks
Cabang Medan telah berakhir sehingga untuk memudahkan proses
pengembalian kredit dokumen-dokumen terkait dengan aset-aset tersebut tetap
disimpan di Medan.
Hal tersebut mengakibatkan kredit-kredit yang diberikan kepada tujuh debitur
tersebut tidak didukung dengan jaminan yang memadai.
Keadaan ini terjadi karena Ketua TL PT Bank Jakarta (DL) adalah Komisaris
Utama PT Mercu Buana sehingga independensinya menjadi lemah.
TL PT Bank Jakarta (DL) menanggapi bahwa penyerahan sertifikat dan bukti
kepemilikan kepada Pimpinan PT Mercu Buana adalah sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 64/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
a) Untuk menghemat biaya penagihan atas hutang tersebut karena jarak yang
harus ditempuh cukup jauh (Medan) dan memerlukan biaya transportasi
perjalanan yang cukup besar;
b) Pimpinan PT Mercu Buana Cabang Medan (Sdr. Subagio) adalah merupakan
adik dari Sdr. H. Probosutedjo;
c) PT Mercu Buana adalah merupakan grup perusahaan dari pemilik PT Bank
Jakarta (DL)/Ketua TL;
d) TL telah menempatkan seorang eks karyawan TL PT Bank Jakarta (DL)
sebagai petugas untuk menagih hutang-hutang tersebut dan menyampaikan
kepada TL.
8) Temuan - Jaminan kredit yang belum terjual berupa tanah dan bangunan pada
PT Bank Anrico (DL) tidak terawat dan dihuni oleh penghuni liar
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa jaminan kredit berupa tanah dan bangunan
yang belum terjual pada PT Bank Anrico (DL) ternyata tidak terawat dan dihuni
oleh penghuni liar. Tanah dan bangunan yang dimaksud adalah tanah dan bangunan
di Komplek Cut Meutia Bekasi Timur dan tanah di Cipondoh, Cileduk, Tangerang.
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh Tim BPK pada tanggal 4 Juli
2005 di Komplek Cut Meutia Bekasi Timur, diketahui hal-hal sebagai berikut:
a) Bangunan ruko sebanyak 67 ruko yang belum terjual, sebagian besar dalam
keadaan rusak, tidak ada listrik, air ataupun jaringan telepon;
b) Terdapat delapan ruko yang belum terjual dihuni oleh pihak-pihak yang
menyewa ruko tersebut secara langsung kepada PT Bunga Setangkai.
TL tidak mengetahui permasalahan ini sehingga sewa ruko tersebut diterima
oleh PT Bunga Setangkai;
c) Sebanyak 26 ruko beserta tanah kosong yang belum dibangun dalam proses
kasasi di Mahkamah Agung atas tuntutan pembatalan Akta Kuasa Jual Nomor
31, dengan penggugat Sdr. Anwar Syukur dan Sdr. Reno Anwar Syukur selaku
Pemegang Saham 99% PT Bank Anrico (DL);
d) Di depan ruko-ruko yang menghadap ke terminal terdapat pedagang kaki lima
yang menempati tanah yang dijaminkan tersebut. Sesuai dengan kesepakatan
antara PT Bunga Setangkai dengan Pemda setempat, PT Bunga Setangkai harus
membebaskan tanah di lokasi lain sebagai pengganti lokasi yang ditempati oleh
pedagang kaki lima tersebut.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 65/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Lokasi tanah cukup strategis karena letaknya berbatasan dengan perumahan dan
dekat dengan jalan raya. Namun demikian, tanah tersebut tidak laku dijual karena
telah terjadi penggalian tanah secara liar di lokasi itu oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab, sehingga kondisi tanah menjadi rendah dan tidak beraturan.
Hal ini tidak sesuai dengan Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/53/KEP/DIR
tanggal 14 Mei 1999 Pasal 20 yang menyebutkan bahwa sejak terbentuknya TL,
tanggung jawab pengelolaan bank beralih dari pengurus bank kepada TL. Selain itu,
pada Pasal 22 ayat (1) disebutkan bahwa TL wajib melaksanakan tugasnya secara
efisien dan efektif sehingga dapat menyelesaikan likuidasi bank dalam waktu
singkat.
Kondisi ini mengakibatkan aset jaminan tersebut sulit untuk dijual, sehingga
mempengaruhi kelancaran pengembalian BLBI.
Hal ini terjadi karena tidak tersedianya biaya operasional yang dimiliki oleh TL
untuk mengamankan lokasi tersebut.
Mengenai hal tersebut, TL memberikan tanggapan sebagai berikut:
a) TL telah berupaya maksimal dengan meminta kepada pihak PT Bunga
Setangkai terhadap perawatan dan pemeliharaan kawasan Komplek Ruko Cut
Meutia Plaza, Bekasi Timur namun tidak pernah ditanggapi oleh pihak PT
Bunga Setangkai;
b) TL juga menyampaikan bahwa Sertifikat Hak Milik yang dijadikan jaminan
kredit oleh Debitur PT Bunga Setangkai, tidak diikat secara notarial sejak PT
Bank Anrico (DL) masih beroperasi (hipotik/hak tanggungan) sehingga
keberadaan jaminan secara fisik maupun hak pengelolaannya masih melekat
pada Debitur PT Bunga Setangkai. Demikian juga dengan Sertifikat Hak Milik
atas tanah-tanah yang berada di Cipondoh, Tangerang yang dijaminkan oleh PT
Pangkalan Menanti Film juga tidak diikat dengan akta notaris sehingga
keberadaan secara fisik maupun pengelolaannya masih melekat pada debitur PT
Pangkalan Menanti Film.
9) Temuan - TL PT Bank Anrico (DL) dan TL Bank Mataram Dhanarta (DL) tidak
menguasai bukti-bukti kepemilikan aset berupa tanah dan/atau bangunan yang
dikuasa jualkan/jaminan kredit.
Dari pemeriksaan atas sisa aset ternyata terdapat aset pemegang saham yang
dikuasajualkan PT Bunga Setangkai (pihak terkait) kepada TL PT Bank Anrico
(DL) dan aset jaminan kredit PT Kapitaguna yang dikelola oleh TL PT Bank
Mataram Dhanarta (DL), tidak didukung oleh bukti kepemilikan dan belum
dilakukan proses pensertifikatan, sehingga kedua TL tersebut tidak menguasai
bukti-bukti kepemilikan aset-aset jaminan tersebut.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 66/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 67/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Lelang Ray White pada tahun 2000, namun setelah ditawarkan tidak ada
pembelinya. Selanjutnya menyerahkan kepada Kantor Pengacara Sonie
untuk dilakukan penjualan melalui eksekusi Pengadilan Negeri Cibinong,
Bogor, dan telah didaftarkan sita jaminan pada Pengadilan Negeri Cibinong
namun belum laku dijual.
(3) Tanah di Cikarang seluas 23.073 m 2 ternyata telah ditempati oleh penghuni
liar.
10) Temuan - Kredit pihak terkait senilai Rp52.433,00 juta pada PT Bank Guna
Internasional (DL) tidak terjamin dan tidak jelas penyelesaiannya
Dari pemeriksaan diketahui bahwa dari jumlah saldo kredit kepada pihak terkait
dengan nilai buku sebesar Rp70.821,00 juta, terdapat kredit kepada pihak terkait
dengan nilai buku sebesar Rp52.433,00 juta yang tidak terjamin, yang rinciannya
sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 68/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa hanya PT Aneka Jaya yang mempunyai
jaminan sedangkan kredit lainnya tidak didukung dengan jaminan yang memadai.
BPK-RI telah melakukan konfirmasi dengan pihak yang mewakili ketiga
perusahaan tersebut pada tanggal 5 Juli 2005 dan mendapatkan komitmen dari
mereka untuk memberikan jaminan tambahan berupa tanah di Bumi Indah yang
nilainya cukup memadai untuk menjamin kreditnya
BPK-RI juga telah melakukan peninjauan terhadap aset yang direncanakan akan
diserahkan pada tanggal 8 sampai dengan tanggal 10 Juli 2005. Aset yang
direncanakan untuk diserahkan adalah tanah pada Proyek Bumi Indah seluas
33,6 ha. Nilai NJOP atas tanah tersebut bervariasi antara Rp82.000,00 sampai
dengan Rp285.000,00 per m2.
Hal ini tidak sesuai dengan Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/53/KEP/DIR
tanggal 14 Mei 1999 Pasal 20 yang menyebutkan bahwa sejak terbentuknya TL,
tanggung jawab pengelolaan bank beralih dari pengurus bank kepada TL. Selain itu,
pada Pasal 22 ayat (1) disebutkan bahwa TL wajib melaksanakan tugasnya secara
efisien dan efektif sehingga dapat menyelesaikan likuidasi bank dalam waktu
singkat.
Hal tersebut dapat mengakibatkan kerugian negara karena kewajiban PT Bank
Guna Internasional (DL) kepada Pemerintah per tanggal 30 April 2005 adalah
sebesar Rp95.000,00 juta tidak dapat dilunasi mengingat salah satu sumber
pembayarannya berasal dari pelunasan kredit pihak terkait tersebut
Kondisi tersebut di atas terjadi karena tidak adanya niat baik dari pihak terkait
untuk melunasi hutangnya dan TL tidak segera menindaklanjuti rencana
penambahan jaminan yang dijanjikan pihak terkait.
TL menanggapi bahwa TL telah melakukan upaya agar kredit tersebut dapat
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 69/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Berikut ini adalah temuan pemeriksaan yang menurut auditor berindikasi tindak pidana
korupsi (TPK) yang masih dalam proses telaahan hukum oleh Tim Bantuan Hukum
Pusat BPK-RI:
PT. Wicaksana Overseas International, Tbk. (PT WOI) melakukan gugatan perkara
terhadap PT Pacific International Finance (PT PIF) dan PT Bank Pacific karena
adanya kasus Commercial Paper (CP) yang dikeluarkan oleh PT PIF pihak terkait
PT Bank Pacific. Dalam hal ini PT Bank Pacific bertindak sebagai penjamin
(avalis).
Proses perkara dimulai pada tahun 1996 di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,
Banding di Pengadilan Tinggi Jakarta, dan terakhir adalah Kasasi di Mahkamah
Agung yang putusannya diterima pada tahun 2000. Seluruh keputusan pengadilan
tersebut pada intinya memenangkan PT WOI dan menyarankan agar dilakukan
pembayaran kepada PT WOI.
Sesuai dengan Amar Putusan Mahkamah Agung – RI Nomor 3678/Pdt/1998
tanggal 28 Juni 2000 antara lain dinyatakan bahwa PT PIF dan PT Bank Pacific
dihukum secara tanggung renteng untuk membayar kembali kepada PT WOI
jumlah pokok dua buah CP sebesar USD5,000.00 ribu ditambah bunga sebesar 6%
per tahun dihitung sejak tanggal 16 April 1996 sampai dengan jumlah pokok/nilai
pokok dibayar lunas.
Di samping itu dinyatakan pula, bahwa dengan kondisi ekonomi sekarang di mana
nilai tukar mata uang rupiah melemah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat,
maka putusan tersebut sangat memberatkan sehingga adalah patut dan adil apabila
tidak ditetapkan pembayaran bunga yang demikian itu.
Berdasarkan permohonan PT WOI, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menerbitkan
penetapan Draft Nomor135/2001 tanggal 30 Maret 2004 tentang penyitaan
eksekusi/pemblokiran terhadap harta kekayaan PT Bank Pacific (DL) yang berada
pada PT Bank BNI sejumlah Rp75.000,00 juta yang terdiri atas sertifikat deposito
dengan rincian sebagai berikut:
dalam juta rupiah
No. Bilyet Nominal
1 AA 433330 15.000,00
2 AA 433331 20.000,00
3 AA 433405 35.000,00
4 AA 433917 5.000,00
Jumlah 75.000,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 70/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Deposito PT Bank Pacific (DL) sebesar Rp75.000,00 juta merupakan uang hasil
pencairan aset dalam rangka pelaksanaan likuidasi yang disimpan di PT Bank BNI
sebelum disetor kepada Negara dalam rangka pelunasan BLBI. Sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 50,
deposito ini merupakan hak negara dan tidak dapat disita oleh pihak manapun.
Selanjutnya sesuai dengan penetapan Draft Nomor135/2001 Eks tanggal 16 April
2004, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat melakukan eksekusi pencairan atas bilyet
deposito sebesar Rp64.010,00 juta ekuivalen USD7,400.00 ribu, terdiri atas pokok
sebesar USD5,000.00 ribu dan bunga sebesar USD2,400.00 ribu (delapan tahun)
yang ditransfer ke rekening Pengadilan Negeri Jakpus. Sedangkan sisa deposito
sebesar Rp10.990,00 ribu dikembalikan dan dititipkan oleh pengadilan di PT Bank
BNI, yang kemudian telah dibuka blokir dan dipindahkan ke rekening Tim
Likuidasi.
Sehubungan dengan hal ini Tim Likuidasi telah melakukan upaya-upaya untuk
mempertahankan agar deposito tidak dicairkan, di antaranya melalui permintaan
kepada PT Bank BNI agar tidak mencairkan deposito tanpa persetujuan Tim
Likuidasi PT Bank Pacific (DL), pengajuan surat keberatan kepada pengadilan, dan
melaporkan pelaksaanaan sita jaminan dan sita eksekusi kepada Direktorat Perijinan
dan Informasi Perbankan, Bank Indonesia (DPIP-BI). Perkembangan terakhir, Tim
Likuidasi telah melakukan upaya penyampaian memori banding atas tidak
diterimanya gugatan terhadap PT WOI dan PT Bank BNI yang telah melaksanakan
eksekusi Deposito milik PT Bank Pacific (DL).
Pencairan deposito terjadi karena adanya kerjasama antara PT WOI, Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat dan Pemimpin Cabang Kantor PT Bank BNI Jakarta Pusat,
yang memungkinkan sita jaminan dan sita eksekusi atas Deposito PT Bank Pacific
(DL) dapat terlaksana, sebagai berikut:
a) PT WOI meminta Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk melakukan sita
jaminan dan eksekusi atas deposito milik PT Bank Pacific (DL);
b) Pengadilan Negeri Jakarta Pusat melakukan sita jaminan dan sita eksekusi atas
deposito milik PT Bank Pacific (DL);
c) Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak memperhatikan seluruh amar putusan
Mahkamah Agung, yang menyatakan bahwa yang duhukum adalah PT Bank
Pacific bukan PT Bank Pacific (DL) serta kepatutan untuk tidak membebankan
bunga karena krisis ekonomi;
d) Pemimpin Kantor Cabang PT Bank BNI Jakarta Pusat, memberikan
kesempatan pengadilan untuk melaksanakan perintah pengadilan tanpa
mendapatkan kepastian atas kesesuaian antara Penetapan Sita dengan Amar
Putusan Pengadilan/Mahkamah Agung;
e) Pemimpin Kantor Cabang PT Bank BNI Jakarta Pusat tidak memberikan
perlindungan yang memadai atas dana nasabah yang disimpan di PT Bank BNI.
Seluruh proses yang dilakukan oleh PT Bank BNI sebelumnya tidak diberitahukan
dan disetujui oleh Bank Indonesia/Menteri Keuangan.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 71/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
(1) Uang atau surat berharga milik negara/daerah baik yang berada pada
instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga;
(2) Uang yang harus disetor oleh pihak ketiga kepada negara/daerah;
b) Undang-undang perbankan yang antara lain menyatakan bahwa bank harus
menjaga kerahasiaan data keuangan penyimpan dana. Rahasia bank dapat
dibuka hanya atas permintaan dari Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan
dengan atas persetujan Menteri Keuangan/Bank Indonesia;
c) PP Nomor 25 Tahun 1999 Pasal 16, yang antara lain menyatakan bahwa
likuidasi bank dilakukan dengan cara pencairan harta dan/atau penagihan
piutang kepada para debitur, diikuti dengan pembayaran kewajiban bank
kepada para kreditur dari hasil pencairan dan/atau penagihan tersebut;
d) Kep DIR BI Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 Pasal 30 yang antara
lain menyatakan, hasil pencairan harta kekayaan BDL disetorkan kepada bank
yang telah ditunjuk oleh TL pada rekening deposito dan/atau tabungan.
Pencairan rekening tersebut hanya dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan Bank Indonesia;
e) Amar Putusan Mahkamah Agung – RI Nomor 3678/Pdt/1998 tanggal 28 Juni
2000.
Pelaksanaan sita eksekusi Deposito PT Bank Pacific (DL) di PT Bank BNI yang
menyimpang dari ketentuan ini mengakibatkan kerugian negara sebesar
Rp64.010,00 juta ekuivalen USD7,400.00 ribu.
2) Temuan - Pemblokiran, penyitaan dan pengalihan deposito dan giro di PT Bank
BNI hasil pencairan aset PT Sejahtera Bank Umum (DL) senilai Rp29.215,00
juta tidak sesuai dengan ketentuan yang ada dan berpotensi mengurangi potensi
pengembalian kewajiban kepada Negara.
Dalam rekening PT Sejahtera Bank Umum Dalam Likuidasi (SBU DL) per tanggal
1 November 1997, tercatat kewajiban PT SBU (DL) kepada Grup BCA yang terdiri
atas Deposito Rupiah sebesar Rp57.500,00 juta dan Deposito Valas sebesar
USD3,000.00 ribu.
Melalui Perjanjian Pengalihan Piutang, pada tanggal 30 Desember 1997, piutang
Grup BCA ini kemudian dialihkan kepada PT Bumi Indira Wisesa (PT BIW)
dengan nilai pengalihan sebesar Rp69.245,20 juta. Kemudian pada tanggal yang
sama PT BIW kemudian menjual/mengalihkan piutang tersebut kepada PT Asmawi
Agung Corporation (PT ASCO) berdasarkan perjanjian Jual Beli Piutang tanggal 30
Desember 1997 antara PT BIW dengan PT ASCO. PT ASCO sendiri merupakan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 72/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
pihak terkait PT SBU (DL), karena pemegang saham utama di PT SBU (DL)
merupakan juga pemegang saham dan komisaris di PT ASCO.
Pada tanggal 29 Juni 1999, PT ASCO mengirim surat Nomor 024/VI/Dirut/99
kepada TL PT SBU (DL), yang berisi permintaan untuk melakukan kompensasi
antara piutang PT ASCO tersebut di atas sebesar Rp69.245,03 juta dengan utang
Grup PT ASCO di PT SBU (DL) sebesar Rp49.256,22 juta.
Permintaan tersebut dijawab oleh TL PT SBU (DL) dengan surat Nomor
894/TL/SBU-DL/VII/99 tanggal 6 Juli 1999 yang antara lain menyatakan bahwa
kompensasi piutang dengan utang PT ASCO tidak dapat dilakukan karena PT
ASCO merupakan Pihak Terkait. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia Nomor 32/53/Kep.DIR tanggal 14 Mei 1999 pada Pasal 39.
Berdasarkan tuntutan PT Bank Astria (DL), pada tanggal 25 Februari 2000, PT
ASCO dinyatakan pailit berdasarkan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat Nomor 05/PAILIT/2000/PN.NIAGA/ JKT.PST dan menunjuk
I Nyoman Putra, SH (INP) sebagai Hakim Pengawas serta mengangkat Hendra
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 73/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari hasil diskusi dengan pejabat PT BNI (Persero) Tbk Kantor Cabang Utama
Gambir tanggal 6 Juli 2005, diperoleh penjelasan bahwa pengisian nomor rekening
dan nilainya dalam Berita Acara Pemblokiran dilakukan pada saat pemblokiran
berdasarkan data yang diberikan oleh PT BNI (Persero) Tbk Kantor Cabang Utama
Gambir dan ditulis tangan pada berita acara tersebut.
PT BNI (Persero) Tbk Kantor Cabang Utama Gambir dengan surat Nomor
Gambir/178/R tanggal 4 Februari 2005 memberitahukan kepada TL PT SBU, akan
menyerahkan atau melakukan transfer boedel pailit PT ASCO berupa dana yang
terdapat pada rekening TL PT SBU pada tanggal 4 Februari 2004 yang
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 74/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 75/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Rekening-rekening tersebut berisi hasil pencairan asset PT SBU (DL) yang untuk
sementara ditampung sebelum disetorkan ke Pemerintah sebagai pengganti Dana
Talangan yang telah diterima PT SBU, yaitu:
a) Giro BNI Nomor 089.000393453.001 menampung dana hasil penagihan kredit
dalam mata uang Rupiah;
b) Giro BNI Nomor 089.000393453.002 menampung dana hasil penagihan kredit
dalam mata uang USD;
c) Giro BNI Nomor 089.000393453.006 menampung dana hasil penagihan kredit
dalam mata uang JPY;
d) Giro BNI Nomor 089.000409555.002 menampung dana hasil penjualan asset
berupa Harta Tetap dan Inventaris;
e) Deposito-deposito merupakan penempatan dana hasil pencairan asset dalam
bentuk deposito;
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 76/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
f) Giro BNI Nomor 089.000409555.001 menampung hasil penempatan dana yang
digunakan sebagai biaya operasional TL;
g) Giro BNI Nomor 089.000409555.003 menampung hasil penempatan dana yang
digunakan sebagai biaya operasional TL;
PT Citra Flour Mils Persada (PT CFMP), perusahaan yang bergerak dibidang
industri tepung terigu memperoleh fasilitas kredit dari PT Bank Pacific sebesar
USD4,116.92 ribu yang merupakan kredit sindikasi dari tujuh bank yang dipimpin
oleh Hongkong Shanghai Bank Corp. dengan total kredit sebesar USD31,498.98
ribu. Kredit tersebut dijamin secara paripasu dengan peserta sindikasi lainnya,
yaitu:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 77/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 78/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Rp3.500,00 juta, angsuran II pada Juli 1998 sebesar Rp3.500,00 juta, dan
angsuran III pada bulan Januari 1999 sebesar Rp3.000,00 juta;
c) Kepala Cabang juga memberikan pendapat bahwa penyelesaian kredit yang
lebih cepat akan menghilangkan risiko kredit tidak tertagih. Hal ini mengingat
pendapatan debitur dalam bentuk Rupiah sedangkan kewajibannya dalam
bentuk USD, maka pelunasannya akan berisiko karena kenaikan nilai kurs
Rupiah terhadap Dolar.
Atas surat dari Pimpinan Cabang tesebut Tim TL memberikan tanggapan bahwa:
a) Apabila hal tersebut memaksa maka TL meminta pembayaran sekaligus dan
tidak diangsur sebesar Rp10 milyar;
b) Meminta cabang mempelajari hal tersebut karena akan adanya penghapusan
yang cukup besar (+/- Rp5,2 milyar);
c) Pelunasan paling lambat bulan Februari 1998.
Selanjutnya pada tanggal 27 Maret 1998 terbit Nota Kredit Pemindahbukuan dari
Bank Arta Niaga Kencana atas nama PT Citra Flour Mils Persada kepada PT Bank
Pacific (DL) sebesar Rp483,95 juta. Pada tanggal 30 Maret 1998 terbit nota serupa
sebesar Rp10.000,00 juta.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dikemukakan beberapa hal sebagai
berikut:
a) Cara pelunasan dengan menggunakan kurs Rupiah adalah merupakan usulan
dari Kepala Cabang Mangga Dua yang disetujui oleh Tim Likuidasi;
b) Dilihat dari usaha debitur yang masih berjalan dengan baik, dan jaminan yang
sangat memadai, maka seharusnya debitur dapat melunasi kewajibannya sesuai
dengan perjanjian. Selanjutnya apabila mengacu pada jangka waktu pelunasan
kredit, yaitu terakhir pada bulan Januari 2002, berarti jangka waktu pelunasan
tersebut masih dalam masa kerja Tim Likudasi. Dengan demikian, kondisi
debitur dan keterbatasan waktu tidak dapat dijadikan alasan yang tepat;
c) Dengan diterimanya pelunasan pokok piutang sebesar Rp10.000,00 juta berarti
PT Bank Pacific (DL) telah memberlakukan kurs transaksi untuk pelunasan
tersebut sebesar Rp2.429,00 per 1 USD, padahal kurs transaksi yang berlaku
pada tanggal 30 Maret 1998 adalah sebesar Rp8.467,00 per 1 USD. Dengan
demikian kebijakan TL tersebut telah merugikan PT Bank Pacific (DL) sebesar
Rp24.857,97 juta dengan perhitungan sebagai berikut:
(1) Pelunasan berdasarkan kurs Rp2.429,00/1 USD = Rp10.000,00 juta
(2) Pelunasan seharusnya berdasarkan kurs transaksi
Rp8.467,00/USD x USD4,116,921.00 = Rp34.857,97 juta
Kerugian ... .......................................................... = Rp24.857,97 juta
Adanya pelunasan kredit valas yang tidak menggunakan kurs transaksi
mengakibatkan penerimaan TL dari hasil pencairan kredit menjadi berkurang yang
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 79/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Sesuai dengan Laporan Keuangan PT Bank Pacific (DL) per tanggal 30 April 2005
terdapat outstanding tagihan kepada pihak terkait sebesar Rp1.377.096,00 juta yaitu
PT Pacific International Finance (PIF), PT Indopac Perdana Finance (IPF) dan
PT Adhitya Putra Pratama (APP), yang terdiri atas Tagihan Surat Berharga
Rp594.123,00 juta, Dokumen dan Fasilitas Lainnya Rp198.269,00 juta dan Kredit
yang diberikan sebesar Rp584.704,00 juta.
Hasil audit investigasi penyaluran dan penggunaan BLBI oleh BPK-RI sebelumnya
pada tahun 2000 menyatakan bahwa penerbitan surat berharga, dokumen fasilitas
lainnya, serta penyaluran kredit kepada pihak terkait tersebut menyimpang dari
sistem dan prosedur serta peraturan perundangan yang berlaku.
Tagihan-tagihan surat berharga dan dokumen serta fasilitas lainnya ini tidak
didukung jaminan yang memadai, sedangkan untuk kredit yang diberikan didukung
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 80/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
wajib dipenuhi oleh anggota direksi dan anggota dewan komisaris serta pemegang
saham yang turut serta menjadi penyebab kesulitan keuangan yang dihadapi oleh
bank atau menjadi penyebab kegagalan bank.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 81/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
b) Operational cost sebesar Rp2.250,00 juta yaitu 12,5% dari Rp18.000,00 juta.
Keseluruhan tagihan tersebut telah dibayarkan kepada Sidartha Pratidina Law
Firms secara tunai.
Kondisi di atas yaitu isi kontrak perjanjian berikut pembayaran kepada kantor
konsultan hukum tidak sesuai dengan:
a) Risalah Rapat Tim Kerja Forum Komunikasi Bank Likuidasi tanggal 8 Agustus
2000 dan arahan Bank Indonesia Nomor 2169/DPIP/IDPiP tanggal 20 Juni
2000 yang menyebutkan bahwa tarif success fee yang berlaku umum untuk
lawyer setinggi-tingginya 20% dari hasil yang tertagih. Sementara itu realisasi
pembayaran dilakukan terhadap 20% dari perkiraan tagihan yang akan
diperoleh, karena sampai dengan pemeriksaan lapangan di PT Bank Pinaesaan
(DL) berakhir tanggal 21 Juli 2005, belum ada dana yang tertagih sesuai
putusan MA;
b) Pembayaran operational cost berdasarkan kesepakatan atau perjanjian tanggal 1
November 2002 adalah sesuai kebutuhan dan persetujuan TL PT Bank
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 82/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 83/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Berdasarkan daftar rincian kredit pihak terkait per tanggal 30 April 2005 dapat
diketahui bahwa total kredit yang diberikan (outstanding ) per tanggal 30 April 2005
adalah Rp557.744,36 juta (nilai sebelum penyisihan penghapusan aktiva produktif).
Dari total kredit tersebut, sebesar 73,23%-nya atau Rp408.462,90 juta adalah kredit
kepada pihak yang terkait pemegang saham PT Bank Pinaesaan yaitu Grup
Udatimex yang dipimpin oleh Sdr. Frits Eman dengan rincian sebagai berikut:
dalam juta rupiah
No. Debitur Kewajiban
1. PT INDAUDA 203.563,31
2. PT UDATIMEX 203.541,87
3. BPR PINANGSUKULAN 300,00
4. FEMMY EMAN LESAR 75, 74
5. HERMAN RATTU 100,72
Atas kredit pihak terkait tersebut, jaminan yang diberikan hanya sebatas Personal
Guarantee (PC) dan Corporate Guarantee (CG) PT Inauda dan PT Udatimex.
Jaminan tersebut tidak ada nilainya dan tidak dapat dipakai untuk melunasi kredit.
Sejak PT Bank Pinaesaan dilikuidasi pada tanggal 31 Oktober 1997 hingga saat
pemeriksaan tanggal 18 Juli 2005, Grup Udatimex dalam hal ini Sdr. Frits Eman
belum pernah melakukan pembayaran untuk melunasi hutang-hutangnya. Alasan
yang disampaikan kepada BPK-RI adalah yang bersangkutan masih mau
menghitung kembali kebenaran jumlah hutangnya kepada PT Bank Pinaesaan (DL).
Kondisi ini menunjukkan tidak adanya itikad yang maksimal dari Udatimex Group
untuk melunasi hutang-hutangnya kepada PT Bank Pinaesaan (DL) sejak tanggal 31
Oktober 1997.
TL PT Bank Pinaesaan (DL) hingga saat pemeriksaan juga belum pernah
melakukan usaha penagihan dan permintaan jaminan kredit kepada Grup Udatimex.
Selain itu TL PT Bank Pinaesaan (DL) belum melakukan tuntutan atau gugatan
hukum kepada pemegang saham untuk melunasi hutang-hutangnya sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1999.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 84/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
4. Saran BPK-RI
a. Pemerintah dan BI segera mengambil langkah-langkah konkrit mengenai penyelesaian
tugas TL BDL termasuk kemungkinan mengambil alih aset yang masih tersisa di BDL
untuk menyelesaikan kewajiban bank dalam rangka meminimalkan kerugian negara;
b. Pihak penegak hukum menindaklanjuti beberapa permasalahan yang berindikasi TPK;
c. TL mempertanggungjawabkan kepada RUPS atas pelaksanaan tugasnya yang tidak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
d. TL meminta pertanggungjawaban pihak-pihak terkait sehubungan dengan kewajiban
pihak terkait pada BDL dan apabila diperlukan agar dilakukan melalui jalur hukum.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 85/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 86/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Masa kerja TL telah berakhir tanggal 24 November 2002 dan dapat diperpanjang sampai dengan tanggal 24 Mei 2003
6 PT Bank Anrico
Surat BI No.30/67/DIR/UPB2/Rahasia tanggal - Surat BI No.3/7/DPIP/DIPIR tanggal 24 Januari 2001
Ketua : Sjahrial Hamid Ketua : T Djuharman
Waka : T Djuharman Anggota : Refry Anwar Syukur
Indriyanto Seno Adji
Masa kerja TL PT Bank Anrico (DL) telah berakhir tanggal 24 Desember 2002 dan dapat diperpanjang sampai dengan tanggal 24 Juni 200
7 PT Bank Jakarta
Surat BI No.30/176/DIR/UHA
Tanggal 12 Maret 1998
Ketua : H. Probosutedjo
Anggota : Dudung Hamidi
Drs. H. Triwidodo
Drs. Waldjimin
Muh. Amin, SE
H. Amidhan
Bambang Suroso
Jumlah Pendukung Tim Likuidasi sebanyak tujuh orang per 31 Mei 2005
Masa kerja TP/TL sudah berakhir pada tanggal 18 Desember 2003
8 PT Bank SEAB
Surat BI No. - Tanggal 1 April 1997 Surat BI No. - Tanggal 1 April 1999
Ketua : Suhaimi Saleh Ketua : Zulkarnaen Z, A, SH
Waka : Arifin Gunawan Rosali Anggota : Arifin Gunawan Rosali
Anggota : Linda Trisno Tri Harijanto, SH
Atmajaya Salim, SH
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 87/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
11 PT Bank
Surat Astria
BI No. - Raya Surat BI No.31/1655/UPPB/Ad.P tanggal 19 Maret 1999
Ketua : Drs. Ady Soenaryo Ketua : Drs. Ady Soenaryo
Anggota : Adventus Hermawan Wibowo Anggota : Soetaris Natakusumah
Prof. Dr. Erman Radjagukguk Saleh Udin
Youdy Lao Tambuwun
Masa kerja TL PT Bank Mataram Dhanarta (DL) telah berakhir tanggal 23 Desember 2002 dan dapat diperpanjang sampai dengan tangga
14 PT Bank Citrahasta Dhanamanunggal
Surat BI No. - Surat BI No.32/9/UPPB tanggal 14 Mei 1999 Surat BI No. -
Ketua : Alus Karo Sekali Ketua : Alus Karo Sekali Anggota : F
Waka : Nasrul Husin Waka : Nasrul Husin H
Anggota : Ferdinand Nurfian Pandji Anggota : Ferdinand Nurfian Pandji
Herman Hofferia Herman Hofferia
Masa kerja TL telah berakhir tanggal 8 Desember 2002 dan diperpanjang sampai dengan tanggal 30 Juni 2003
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 88/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Biaya Operasional
Pembayaran
Jumlah Realisasi dibanding O
No. Nama BDL Jumlah BLBI Kewajiban ke Pencairan Aset
Biaya Operasional Pembayaran ke
Pemerintah Pemerintah Pe
1 2 3 4 5 6 7=6:4
1. PT Bank Pacific 2.133.366,44 315.023,08 797.836,36 235.466,85 75%
2. PT Sejahtera Bank Umum 1.687.349,52 851.308,14 1.224.573,50 127.649,77 15%
3. PT Bank Harapan Santosa 3.866.182,31 538.228,20 753.265,89 361.477,96 67%
4. PT Bank Guna Internasional 251.055,01 156.054,31 242.230,00 46.005,31 29%
5. PT Bank Industri 511.470,23 279.124,00 318.336,46 48.480,62 17%
6. PT Bank Anrico 210.080,73 9.532,96 22.444,27 12.348,09 130%
7. PT Bank Jakarta 210.994,00 100.959,95 96.452,25 16.754,35 17%
8. PT Bank SEAB 899.399,02 99.302,72 99.482,66 21.652,55 22%
9. PT Bank Pinaesaan 681.084,49 10.456,68 117.550,33 36.953,11 353%
10. PT Bank Dwipa Semesta 110.105,99 6.970,13 73.250,44 44.088,66 633%
11. PT Bank Astria Raya 578.918,26 121.949,00 228.020,29 44.515,72 37%
12. PT Bank Kosgrha Semesta 201.812,61 46.872,20 83.487,74 24.139,08 51%
13. PT Bank Mataram Dhana Artha 336.763,21 31.186,00 25.636,22 12.476,10 40%
14. PT Bank Citrahasta Danamanunggal 201.802,17 23.485,83 31.443,15 10.532,22 45%
11.880.383,99 2.590.453,20 4.114.009,56 1.042.540,39 40%
Keterangan :
: Kinerja Baik
: Kinerja Buruk
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 89/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR SINGKATAN
BI : Bank Indonesia
CG : Corporate Guarantee
CP : Commercial Paper
DL : Dalam Likuidasi
DPIP : Direktorat Perijinan dan Informasi Perbankan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 90/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
LK : Laporan Keuangan
MA : Mahkamah Agung
PK : Peninjauan Kembali
PN : Pengadilan Negeri
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 91/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
SE : Surat Edaran
SK : Surat Keputusan
TL : Tim Likuidasi
TP : Tim Pemberesan
TPK : Tindak Pidana Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 92/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PADA
PT BANK PACIFIC
(DALAM LIKUIDASI)
Nomor : 01.A/XII/02/2006
Tanggal : 06 Februari 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 93/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 4
3. Sasaran Pemeriksaan 4
4. Metodologi Pemeriksaan 4
5. Jangka Waktu Pemeriksaan 5
6. Obyek Pemeriksaan 5
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 94/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Halaman
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan 13
a. Realisasi Pencairan Aset 13
b. Pembayaran Kewajiban 33
c. Biaya Operasional 40
d. Sisa Aset 41
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 95/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dengan status Bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum sistem pengendalian
intern (SPI) pada PT Bank Pacific (DL) tidak dapat diandalkan karena beberapa hal. Pertama,
lingkungan pengendalian yang ada tidak dapat berjalan secara memadai. Diantaranya posisi
pemegang saham utama yang sekaligus juga debitur utama menyulitkan pengelola yaitu Tim
Likuidasi (TL) melakukan tugasnya. Kedua, tidak ada pihak yang secara efektif menjadi
pengawas dan regulator bagi bank dalam likuidasi (BDL) dalam melaksanakan fungsinya,
baik itu Bank Indonesia (BI) maupun Departemen Keuangan. Terakhir, tidak ada pengawasan
yang memadai terhadap akuntabilitas dan kinerja TL selama periode kerjanya.
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Terdahulu
Pemeriksaan BPK-RI ditahun 2000 adalah Pemeriksaan Investigasi sehingga tidak ada
rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Pemeriksaan BPK-RI meliputi pemeriksaan atas realisasi pencairan aset, baik berupa
penagihan kredit maupun penjualan aset, pembayaran kewajiban (termasuk biaya
operasional), sisa aset dan indikasi tindak pidana korupsi (TPK) serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan Bank Dalam Likuidasi (BDL).
Dari hasil pemeriksaan tersebut, dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :
a. Realisasi Pencairan Aset
Nilai buku aset berdasarkan neraca likuidasi per 1 November 1997 adalah sebesar
Rp2.406.204.032.000,00 telah direalisasikan sebesar Rp797.836.368.454,00, yaitu
penagihan kredit sebesar Rp762.431.434.000,00 dan penjualan aset sebesar
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 96/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Rp35.404.934.454,00. Terkait hal ini, kami menemukan adanya pemberian diskon untuk
pencairan kredit yang tidak sesuai dengan ketentuan sebesar Rp90.884.771.921,16 dan
adanya kebijakan pemberian keringanan kurs pelunasan kredit kepada PT Citra Flour
Mils Persada (CFMP) merugikan PT Bank Pacific (DL) sebesar Rp24.857.968.998,00.
b. Pembayaran Kewajiban
Realisasi biaya operasional sampai dengan tanggal 30 Oktober 2005 adalah sebesar
Rp235.466.852.881,00. Terkait hal ini, kami menemukan adanya pembayaran honor
bulanan kepada pengacara yang tidak didukung dengan kontrak senilai
Rp912.000.000,00.
d. Sisa Aset
Nilai tercatat sisa aset per tanggal 30 April 2005 sesuai dengan adalah sebesar
Rp1.646.496.592.114,00, sedangkan nilai realisasinya adalah sebesar
Rp621.222.351.020,00. Dari nilai realisasi tersebut diantaranya sebesar
Rp350.000.000.000,00 menjadi hak tanggungan kredit likuiditas darurat (KLD) PT Bank
Pacific (DL) kepada BI. Sementara itu, sisa kewajiban kepada Pemerintah adalah sebesar
Rp1.818.343.358.572,00 sehingga sisa aset tersebut lebih kecil dari sisa kewajiban.
Terkait hal ini, kami menemukan adanya tagihan kepada pihak terkait yang tercatat
sebesar Rp1.377.095.530.113,00 yang penyalurannya dilakukan secara tidak wajar, dan
saat ini yang bersangkutan tidak kooperatif untuk menyelesaikan kewajibannya.
4. Saran BPK-RI
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 97/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 98/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Pacific (DL) adalah untuk
mengetahui dan memastikan :
a. Pencairan aset melalui penagihan dan penjualan telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
b. Dana realisasi pencairan aset telah digunakan untuk pembayaran kewajiban-kewajiban
termasuk pembayaran BLBI serta biaya operasional BDL sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
c. Sisa asset yang akan diserahkan kepadan pemerintah setelah berakhirnya proses likuidasi;
d. Apakah terdapat indikasi penyimpangan dalam pencairan aset melalui penagihan dan
penjualan, serta pembayaran kewajiban.
3. Sasaran Pemeriksaan
Sasaran pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Pacific (DL) adalah :
a. Proses pencairan aset melaui penjualan dan/atau penagihan piutang kepada para debitur;
b. Proses pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan aset,
termasuk pengembalian BLBI kepada Pemerintah
4. Metodologi Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 99/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
e. Melakukan konfirmasi, observasi fisik, diskusi dan wawancara dengan instansi dan atau
pejabat yang berkompeten.
5. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan atas PT Bank Pacific (DL) dilakukan sejak tanggal 8 Juni sampai dengan 19 Juli
2005.
6. Obyek Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 100/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB II
GAMBARAN UMUM
Berdasarkan Keputusan Rapat PT Bank Pacific yang dimuat dalan Akta Nomor 9 Tanggal 5
Desember 1997 Notaris P. Sutrisno A. Tampubolon, S.H, pemegang saham PT Bank Pacific
(DL) antara lain menyetujui:
a. Me-nonaktifkan seluruh anggota direksi dan komisaris Bank Pacific (DL);
b. Membubarkan badan hukum perseroan, serta mengubah menjadi PT Bank Pacific (DL)
c. Membentuk TL dengan sususan sebagai berikut :
Ketua : Mohammad Ma’ruf Saleh, S.H
Wakil Ketua : Drs. Ali Sanusi Lubis
Anggota : Sutomo Sunatadirdja
Yasin Rodiaz
Zulkarnain Z. A.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 1999 dan surat Direksi BI
Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 , masa kerja TL telah berakhir per tanggal
5 Desember 2002 dan dapat diperpanjang sampai dengan 5 Juni 2003. Namun mengingat
proses likuidasi (pencairan aset dan pembayaran kewajiban) belum dapat diselesaikan
seluruhnya, maka TL belum membuat pertanggungjawaban sehingga rapat umum
pemegang saham (RUPS) belum melakukan pembubaran terhadap TL Bank Pacific (DL).
Dengan demikian keberadaan TL PT Bank Pacific (DL) setelah tanggal 5 Juni 2003 tidak
sesuai dengan ketentuan.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 101/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Jumlah BLBI yang diterima adalah sebesar Rp2.133.366.434.840,00 dengan rincian sebagai
berikut:
dalam rupiah
Bank Pacific tidak menyerahkan jaminan-jaminan terhadap fasilitas BLBI yang diterima dari
BI.
5. Pengalihan BLBI Menjadi Kewajiban Pemerintah
BLBI yang diberikan kepada Bank Pacific telah dialihkan sesuai dengan kesepakatan
bersama antara Menteri Keuangan dan Gubernur BI tanggal 6 Februari 1999 dan Akta Cessie
antara Direksi BI dan Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) Nomor 46
tanggal 22 Februari 1999 sesuai dengan Akta cessie yang dibuat dihadapan Notaris Mudofir
Hadi, SH. Jumlah BLBI yang dialihkan tersebut adalah posisi tanggal 29 Januari 1999
sebesar Rp2.133.366.434.840,00.
Dengan pengalihan tersebut, BLBI yang diberikan oleh BI beralih menjadi hutang pemerintah
kepada BI dan sekaligus menjadi piutang pemerintah kepada PT Bank Pacific (DL) sebesar
Rp2.133.366.434.840.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 102/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Jumlah BLBI yang telah dibayar kembali oleh bank sampai dengan 31 April 2005, adalah
sebagai berikut:
dalam rupiah
Posisi Keuangan PT Bank Pacific (DL) per 31 Oktober 1997 sesuai dengan Laporan Akuntan
Independen Arthur Andersen/Prasetio, Utomo & Co atas Penerapan Prosedur yang Disepakati
Nomor 30505 tanggal 28 Februari 1998, adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
AKTIVA
Kas 3.891.985.000 0 3.891.985.000
Giro Pada Bank Indonesia 10.953.087.000 (1.871.018.000) 9.082.069.000
Giro Pada bank Lain 13.886.624.000 665.574.000.000 14.552.198.000
Penempatan Pada Bank Lain 61.220.574.000 (665.574.000.000) 60.555.000.000
PPAT (19.021.000.000) 0 (19.021.000.000)
Surat-Surat Berharga 701.075.884.000 (386.264.209.000) 314.811.675.000
PPAT (156.362.457.000) 156.362.457.000 0
Dokumen dan Fasilitas Lain 255.510.543.000 (242.234.209.000) 13.276.334.000
PPAT (97.534.533.000) 97.534.533.000 0
Kredit Yang Diberikan 1.652.619.245.000 (307.203.292.000) 1.345.415.953.000
PPAT (94.946.569.000) 94.946.569.000 0
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 103/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
8. Posisi Keuangan Bank per Tanggal Likuidasi (Neraca Akhir Likuidasi)
Posisi NAL PT Bank Pacific (DL) per 23 Mei 2003 sesuai dengan Laporan Akuntan
Independen atas Penerapan Prosedur yang Disepakati, Ernst&Young/Prasetio, Sarwoko &
Sandjaja Nomor RPC-306 tanggal 30 April 2004 adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Rekening Audited 22 Mei 2003 Penyesuaian Nilai Realisasi
AKTIVA
Kas 56.358.887 0 56.358.887
Giro Pada bank Lain 17.357.698.386 566.868.664 17.924.567.050
Penempatan Pada Bank Lain 344.355.000.000 (23.855.000.000) 320.500.000.000
PPAT (8.725.000.000) 8.725.000.000 0
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 104/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
MODAL
Modal Dasar 60.000.000.000 0 60,000,000,000
Modal Disetor Lainnya 40.000.000.000 0 40,000,000,000
Defisit (616.667.647.607) (1.024.712.956.480) (1.641.380.604.087)
Thn Lalu 0
Thn Berjalan (616.667.647.607) (1.024.712.956.480) (1.641.380.604.087)
Jumlah Defisiasi Modal (516.667.647.607) (1.541.380.604.087)
TOTAL PASIVA 1.915.243.055.273 890.530.098.793
Surat DPIP-BI Nomor 7/209/DPIP/IAdmP tanggal 27 Mei 2005 antara lain menyatakan
bahwa sesuai dengan penelitian BI dapat dikemukakan bahwa NAL tersebut dapat
dipergunakan sebagai bahan RUPS. Namun mengingat upaya penyelesaian sisa aset dan
kewajiban BDL masih dalam proses pembahasan dengan Pemerintah selaku kreditur
mayoritas, RUPS akan dilaksanakan setelah adanya pemberitahuan dari BI.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 105/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
AKTIVA
Kas 46.185.569 0 46.185.569
Giro Pada Bank Indonesia 0 0
Giro Pada bank Lain 11.824.272.111 0 11.829.856.161
Penempatan Pada Bank Lain 70.855.000.000 (23.855.000.000) 47.000.000.000
PPAT (8.725.000.000) 8.725.000.000 0
Surat-Surat Berharga 762.629.908.255 (698.619.908.255) 64.010.000.000
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 106/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Angka-angka dalam laporan tersebut merupakan angka intern PT Bank Pacific (DL) dan
belum diaudit (Unaudited ).
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 107/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
Dari pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang meliputi lingkungan
pengendalian dan pengendalian pengamanan (termasuk monitoring ) menunjukkan masih
adanya kelemahan pada sistem pengendalian intern. Hal ini dapat dilihat pada uraian berikut:
a. Lingkungan Pengendalian
Dengan status Bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum lingkungan
pengendalian pada PT Bank Pacific (DL) tidak dapat diandalkan, karena setiap unsur
manajemen tidak dapat melakukan fungsinya secara memadai.
Sesuai dengan ketentuan yang ada, pada akhir masa tugasnya, TL bertanggung jawab
kepada RUPS. Akan tetapi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, TL juga harus
menyelesaikan tagihan kepada debitur utamanya, yang pada umumnya terkait dengan
pemegang saham utama, antara lain dengan meminta tambahan jaminan terhadap hutang-
hutang mereka kepada bank yang telah berkategori macet.
Selain itu, secara substansi tidak jelas siapa pemilik utama harta yang masih ada di BDL,
mengingat sebagian besar BDL, nilai kewajibannya kepada Pemerintah (Saldo Debet,
DTR, dan DTV) lebih besar dari harta yang ada. Dari sisi ketentuan perusahaan, harta
tersebut adalah milik pemegang saham, tetapi dengan besarnya kewajiban kepada
Pemerintah, maka Pemerintah merupakan pihak yang lebih berhak terhadap harta yang
ada.
Dengan kondisi ini, harta yang masih ada seharusnya sudah menjadi bagian keuangan
negara sehingga seluruh kegiatan TL harus lebih diarahkan terhadap kepentingan negara.
Dalam kenyataannya pemegang saham utama masih besar pengaruhnya terhadap
pelaksanaan tugas TL sehari-hari yang dapat mengakibatkan tidak maksimalnya
pengembalian harta PT Bank Pacific (DL) kepada Negara.
b. Pengendalian Pengamanan
Tidak ada pihak yang secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi BDL, baik itu
BI maupun Departemen Keuangan. Selama pihak BI hanya memantau posisi aset dan
kewajiban serta setoran kepada Negara dari BDL. Ketidakjelasan ini mengakibatkan
tidak adanya ketentuan dan atau prosedur yang memadai dan secara tegas mengatur
pelaksanaan tugas TL terutama dalam melakukan pencairan aset dan pembayaran
kewajiban kepada Pemerintah.
Selain ketidakjelasan tentang pihak yang menjadi pengawas BDL, juga terdapat
ketidakjelasan mengenai masa kerja TL. Sesuai dengan ketentuan yang ada, masa kerja
TL adalah selama lima tahun sejak terbentuknya TL ditambah enam bulan. Pada akhir
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 108/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pemeriksaan BPK-RI ditahun 2000 adalah Pemeriksaan Investigasi sehingga tidak ada
rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Penagihan Kredit
Aset PT Bank Pacific (DL) dalam bentuk tagihan terdiri atas surat-surat berharga,
dokumen dan fasilitas lainnya, serta kredit yang diberikan. Realisasi pencairan dari
tagihan tersebut sampai dengan 30 April 2005 dapat dilihat pada tabel berikut berikut:
Uraian Pihak Terkait Pihak Ke II TOTAL
Surat Surat Berharga
Posisi 31 Okt 1997 699.832.675.339 1.243.209.000 701.075.884.339
Cash In (1.196.225.000) (1.192.952.000) ( 2,389,177,000)
Set Off (66.797.000) (66.797.000)
Hapus Buku - - -
Tambahan *)1 64.010.000.000 64.010.000.000
Posisi 30 April 2005 762.579.653.339 50.257.000 762.629.910.339
Dokumen dan Fasilitas
Lainnya
Posisi 31 Okt 1997 206.234.542.873 49.276.000.000 255.510.542.873
Tambahan *)2 59.688.875.000 59.688.875.000
Cash In (38.067.486.000) (38.067.486.000)
Set Off (118.018.156) (20.126.857.000) (20.244.875.156)
Hapus Buku *)3 (7.847.808.000) (11.130.390.000) (18.978.198.000)
Posisi 30 April 2005 198.268.716.717 39.640.142.000 237.908.858.717
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 109/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Tambahan*)
1. Tambahan Tagihan kepada PT PIF ( terkait) atas kasus PT Wicksana Overseas Int.
2. Tambahan dari rekening Administratif.
3. Hapus Buku pada Pihak Terkait Sebesar Rp7.847.808.000 berasal dari tagihan Pihak Terkait atas Biaya
Provisi dan Denda dari perpanjangan kredit yang diberikan kepada pihak terkait.
4. Tambahan Kredit PT PIF berasal dari reklasifikasi / pemindahbukuan dari penempatan dana PT Bank
Pacific (DL) pada Bank Jabar untuk menyelesaikan kewajiban PT PIF pada Bank Jabar
Dari data tersebut terlihat bahwa pencairan kredit melalui Cash In, Set Off , Hapus Buku
dan Settlement Agunan adalah sebesar Rp761.932.591.567,00 selain itu terdapat
penerimaan bunga sebesar Rp498.842.433,00, sehingga penerimaan penagihan kredit
menurut laporan bagian kredit PT Bank Pacific (DL) adalah sebesar
Rp762.431.434.000,00.
Porsi terbesar dari tagihan PT Bank Pacific (DL) adalah tagihan kepada pihak terkait,
namun reasliasi pencairan untuk tagihan kepada pihak terkait masih sangat rendah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas pencairan tagihan tersebut ditemukan beberapa hal
sebagai berikut :
1) Temuan - Terdapat Penyelesaian Kredit yang Dilakukan dengan Pemberian
Potongan Di Atas 25% dari Pokok Pinjaman
Pencairan kredit PT Bank Pacific (DL) dilakukan dengan pembayaran kas, set-off
kewajiban, dan/atau pencairan agunan. Selain itu, TL juga memberikan potongan
kepada para debitur atas pelunasan kreditnya yang dicatat sebagai penghapus bukuan.
Pedoman Pelaksanaan Kerja Tim Likuidasi antara lain mengatur bahwa penghapusan
untuk pokok pinjaman harus dilihat kasus per kasus, dengan jumlah maksimum
sebesar 25%.
Dari hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap pelunasan kredit khususnya tehadap
pihak tidak terkait, ditemukan adanya penghapusbukuan (pemberian diskon) yang
melebihi 25% seperti terlihat pada daftar berikut :
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 110/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Keterangan: Total pinjaman dalam valas dihitung dengan kurs konversi saat
pelunasan.
Dari data tersebut terlihat bahwa dari nilai kredit yang dicairkan sebesar
Rp180.589.832.039,95 TL memberikan diskon sebesar Rp133.786.229.931,05 atau
74,08%. Sesuai dengan ketentuan, diskon yang dapat diberikan maksimal adalah
sebesar 25% atau Rp45.147.458.009,89 sehingga terjadi kelebihan pemberian diskon
sebesar Rp90.884.771.921,16.
Atas pemberian diskon (hapus buku) tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Jumlah kredit yang diberikan kepada Coni Suki adalah sebesar USD285,000.00
equivalen Rp2.531.085.000,00 (USD1=Rp8.881). Sejak tahun 1996, kredit ini
dikategorikan macet setelah usaha Coni Suki tidak berjalan karena kebakaran.
Pada tanggal 17 Februari 2003, Coni Suki mengajukan permohonan pelunasan
hutang sebesar Rp500.000.000,00 yang berasal dari penjualan jaminan berupa
tanah sertifikat HGB No. 186 atas bangunan Ruko Komplek Kapitol Plaza Blok
C-6 Jl Sudirman 91 Bandung. Nilai taksiran jaminan menurut apraissal tanggal
28 November 1995 adalah sebesar Rp400.000.000,00.
Pada tanggal 21 Februari 2003, TL menyetujui pelunasan sebesar
Rp500.000.000,00 dengan pertimbangan sebagai berikut:
(1) Aktifitas usaha debitur telah berhenti sejak terjadinya kebakaran.
(2) Pinjaman yang bersangkutan telah lama macet.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 111/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 112/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
(2) Apabila mengeksekusi jaminan maka akan memakan waktu yang lama biaya
tinggi, penyelesaian buruh pabrik yang rumit apabila mesin-mesin disita dan
pabrik berhenti beroperasi dan nilainya kemungkinan kecil.
Setelah membayar angsuran sebesar Rp280.000.000,00 dari sisa pokok kredit
Rp2.760.000.000,00, pada tanggal 4 April 2003 debitur dengan surat
No.054/FPJ/IV/03 kembali memohon keringanan pembayaram atas sisa
pinjamannya dan hanya membayar sebesar Rp1.200.000.000,00. Mengingat
waktu yang lama untuk melelang jaminan dibutuhkan, TL menyetujui
permohonan debitur sesuai dengan catatan yang ditandatangani seluruh TL pada
surat Nomor 003/Shd-Bdl/IV/2003 tanggal 8 April 2003. Dengan demikian PT
FPJ hanya melakukan pembayaran sebesar Rp2.520.000.000,00 dari dari pokok
hutangnya sebesar Rp3.800.000.000,00.
Dengan berlandaskan pada jaminan yang bernilai 133% dari plafon kredit dan
kesepakatan awal antara TL dan debitur untuk melunasi hutang pokok dan
bunganya dengan secara angsuran, menurut pendapat kami kredit tersebut
seharusnya dapat dikembalikan oleh debitur tanpa harus diberikan diskon.
Sementara kebijakan TL untuk memberikan potongan terhadap pokok dan bunga
tidak mempunyai dasar yang kuat.
c) PT Megarimba Karyatatama (PT MK)
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 113/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BPPN sebagai agen sindikasi telah menjual porsi kepemilikannya dengan harga
18,7%.
Dari proses yang telah dilakukan oleh TL tidak terlihat adanya usaha maksimal
dari TL untuk mengoptimalkan penerimaan dari pencairan kredit PT MK. Dalam
hal ini, TL hanya mendasarkan pada perbandingan hasil penjualan aset kredit
BPPN. Dengan demikian kebijakan penghapusbukuan kredit atas nama PT MK
senilai Rp13.734.958.281,00 tidak didukung dengan dasar yang memadai.
d) PT Niagatama Arsaraya (PT NA)
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 114/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PT SLI mendapat Fasilitas pinjaman club deal dari Bank Pacific dan Bank
Uppindo. Porsi kredit Bank Pacific adalah sebesar Rp1.719.000.000,00 atau
5,48% dari total kredit sebesar Rp31.744.000.000,00. Keseluruhan kredit tersebut
dijamin dengan agunan Tanah SHGB dan SHM senilai Rp11.500.000.000,00.
Jaminan tersebut merupakan agunan paripasu untuk menjamin kredit dari Bank
Uppindo (BBKU) yang saat itu telah dikuasai oleh BPPN.
Sebagai pemenang tender program PPAK BPPN untuk kredit atas nama PT SLI,
PT Harumdana Sekuritas (PT HS) melalui suratnya tertanggal 11 Februari 2003
mengajukan penawaran pembelian kredit dari PT Bank Pacific (DL) kepada PT
SLI senilai 10% dari pokok kreditnya atau Rp172.000.000,00.
Dari negosiasi atas penawaran akhir PT HS tertanggal 1 Mei 2003, TL dan PT
HS menyepakati harga pembelian kredit a.n PT SLI sebesar Rp456.000.000,00
atau diberikan diskon sebesar Rp1.199.000.000,00 atau 69,75%.
Dari proses di atas, TL belum berupaya maksimal untuk mengoptimalkan
penerimaan dari pencairan kredit PT SLI. Dalam hal ini, TL hanya mendasarkan
pada perbandingan hasil penjualan aset kredit BPPN. Hal ini menunjukkan
bahwa kebijakan pemberian potongan oleh TL sebesar 69,75% dari pokok kredit
atau senilai Rp1.199.000.000,00 tidak didukung dengan dasar yang memadai.
g) PT Prabu Budi Mulya (PT PBM)
PT PBM memperoleh kredit sindikasi dari Bank Pacific, Bank BNI dan Bank
Bapindo dengan total kredit sebesar USD 60,383,514.11 dan porsi Bank Pacific
dalam sindikasi ini adalah USD10,882,724.00.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 115/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PT PBM yang bergerak di bidang perhotelan sejak Oktober 1995 tidak dapat lagi
melakukan pembayaran kewajiban bunga. Porsi Bank BNI dan Bank Bappindo
telah dikuasai BPPN, dan per tanggal 30 November 2000 PT PBM masih
menunggu hasil restrukturisasi oleh konsultan penilai Jones Lang LaSalle Hotel
dimana kemungkinannya akan dilakukan Debt To Equity Swap atau Debt To
Bond dan setelah direstrukturisasi akan dilakukan penjualan oleh BPPN atau
likuidasi.
TL PT Bank Pacific (DL) telah mengajukan eksekusi atas jaminan PT PBM dan
PN Jakarta Selatan telah menyutujui permohonan atas sita jaminan tersebut per
tanggal 2 Desember 1998, namun karena ada bantahan, PN Jakarta Selatan
mencabut putusan eksekusi dan keputusan tersebut diperkuat oleh PN Jaksel pada
saat banding.
Kami belum memperoleh dokumen berkaitan dengan hapus buku kredit kepada
PT ET sebesar Rp371.000.000,00 atau 31,68%, sehingga kami belum dapat
menilai kewajaran penghapusan tersebut.
i) PT Pong Ill Jaya (PIJ)
PT PIJ yang bergerak dalam industri garmen memperoleh kredit dari PT Bank
Pacific (DL) sebesar USD1,588,828.34 yang dijamin dengan tanah dan bangunan
pabrik sebesar Rp1.920.640.000 dan Rp303.264.000, personal guarante, mesin-
mesin senilai ± Rp300.000.000 dan hipotek atas jaminan tanah dan bangunan
Rp1.250.000.000
Menurut penjelasan dari TL, kredit tersebut diragukan kolektibilitasnya sejak
Agustus 1995 karena usahanya bangkrut dan pemiliknya, seorang warga negara
Korea, melarikan diri.
Direksi PT PIJ, Sdr. Moh. Nur Adib dan Lutfi Hamid tanggal 4 Desember 1999
menawarkan pelunasan kewajibannya sebesar Rp1.000.000.000,00, yang
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 116/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 117/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Piutang kepada karyawan Bank Pacific menurut buku per 31 Oktober 1997
sebesar Rp5.401.000.000,00 merupakan piutang konsolidasi 19 kantor Bank
Pacific (DL).
Hapus buku piutang ini sebesar 55,16% atau sebesar Rp2.979.000.000,00
merupakan ungkapan rasa terima kasih PT Bank Pacific (DL) kepada eks
pegawainya, namun masih ada beberapa eks karyawan yang melakukan
pembayaran angsuran.
Pemberian diskon di atas 25% kepada 14 debitur tersebut tidak sesuai dengan
Pedoman Pelaksanaan Kerja TL antara lain mengatur bahwa penghapusan untuk
pokok pinjaman harus dilihat kasus per kasus, dengan jumlah maksimum sebesar
25%.
Adanya penghapusbukuan yang tidak dapat diyakini kewajarannya dan atau melebihi
ketentuan yang diatur dalam Pedoman Pelaksanaan Kerja Tim Likuidasi
mengakibatkan penerimaan dari pencarian kredit menjadi berkurang minimal sebesar
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 118/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PT Citra Flour Mils Persada (PT CFMP) perusahaan yang bergerak di bidang industri
tepung terigu memperoleh fasilitas kredit dari PT Bank Pacific (DL) sebesar
USD4,116,921.00 semula pinjaman tersebut diikat dengan perjanjian kredit no. 159
tanggal 19 Desember 2004, namun tanggal 17 Oktober 2004 pinjaman tersebut
dikonversi ke USD Pinjaman tersebut merupakan pinjaman sindikasi dari tujuh bank
yang dipimpin oleh Hongkong Shanghai Bank Corp (HSBC) dengan total kredit
sebesar USD31,498,976.25. Kredit tersebut dijamin secara paripasu dengan peserta
sindikasi lainnya, yaitu :
a) Hipotek senilai USD 35 Juta;
b) Cessie atas seluruh tagihan / income yang disetor ke dalam Escrow Account;
c) Gadai saham seluruh pemegang saham;
d) Pengalihan hak / assignment atas hak PT CFMP atas proyek:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 119/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pada tanggal 14 Januari 1998, Kepala Cabang Bank Pacific – Mangga Dua
mengirimkan surat kepada TL PT Bank Pacific (DL) yang merupakan surat balasan
atas permintaan TL tentang Relaas PT CFMP dan riwayat kreditnya, yang antara lain
memuat hal-hal sebagai berikut :
a) PT CFMP bermaksud menyelesaikan fasilitas kredit sindikasi yang merupakan
porsi PT Bank Pacific (DL) sebesar USD4,116,921 akan tetapi dalam bentuk
mata uang Rupiah dengan kurs USD1.00=Rp2.400,00 dan jangka waktu
pelunasan 2 tahun dengan kurs tetap.
b) Kepala cabang mengusulkan agar pelunasan dengan kurs USD1.00=Rp.2.420,00
yang merupakan rate pada saat pinjaman dikonversi ke USD. Pelunasan diangsur
tiga kali yaitu angsuran I pada bulan Feb ’98 sebesar Rp3.500.000.000, angsuran
II pada Juli 1998 sebesar Rp3.500.000.000,00 dan angsuran III pada bulan
Januari 1999 sebesar Rp3.000.000.000,00.
c) Kepala Cabang juga memberikan pendapat bahwa pelesaian kredit yang lebih
cepat akan menghilangkan resiko kredit tidak tertagih. Mengingat pendapatan
debitur dalam bentuk Rupiah sedangkan kewajibannya dalam bentuk USD maka
pelunasannya akan berisiko karena kenaikan nilai kurs Rupiah terhadap Dollar.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 120/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Atas surat dari Pimpinan Cabang tesebut Tim TL dalam catatan yang ditanda tangani
oleh seluruh TL tanggal 19 Januari 1998 memberikan tanggapan bahwa :
a) Apabila hal tersebut memaksa maka TL meminta pembayaran sekaligus dan
tidak diangsur sebesar Rp10 Milyar
b) Meminta cabang mempelajari hal tersebut karena akan adanya penghapusan yang
cukup besar (+/- Rp5,2 Milyar)
c) Pelunasan paling lambat bulan Februari 1998.
Selanjutnya pada tanggal 27 Maret 1998 terbit Nota Kredit pemindahbukuan dari
Bank Arta Niaga Kencana atas nama PT CFMP kepada PT Bank Pacific (DL)
sebesar Rp483.952.650. Dan pada tanggal 30 Maret 1998 terbit nota serupa sebesar
Rp10.000.001.109,00.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :
a) Cara pelunasan dengan menggunakan kurs Rp2.420,00 adalah merupakan usulan
dari Kepala Cabang Mangga Dua yang disetujui oleh TL.
b) Dilihat dari usaha debitur yang masih berjalan dengan baik, dan jaminan yang
sangat memadai, maka seharusnya debitur dapat melunasi kewajibannya sesuai
dengan perjanjian. Selanjutnya apabila mengacu pada jangka waktu pelunasan
kredit, yaitu terakhir pada bulan Januari 2002, berarti jangka waktu pelunasan
tersebut masih dalam masa kerja Tim Likudasi. Dengan demikian menurut
pendapat kami, kondisi debitur dan keterbatasan waktu tidak dapat dijadikan
alasan yang tepat
c) Dengan diterimanya pelunasan pokok piutang sebesasr Rp10.000.001.109,00
berarti PT Bank Pacific (DL) telah memberlakukan kurs transaksi untuk
pelunasan tersebut sebesar Rp2.429,00 per 1 USD, padahal kurs transaksi yang
berlaku pada tanggal 30 Maret 1998 adalah sebesar Rp8.467,00 per 1 USD.
Dengan demikian kebijakan TL tersebut telah merugikan PT Bank Pacific (DL)
sebesar Rp24.857.968.998,00 dengan perhitungan sebagai berikut :
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 121/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Penjualan Aset
Dari saldo aktiva tetap berdasarkan nilai buku per 31 Oktober 1997 adalah sebesar
Rp35.429.617.000,00, diantaranya senilai Rp35.404.934.454 telah terjual sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 122/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Saldo Penjualan
Saldo
Uraian Per 31 Oktober s.d. 30 April
Per 30 Mei 2005
1997 2005
Dari hasil pemeriksaan atas penjualan aset khususnya terhadap tanah dan bangunan
ditemukan adaanya hal-hal yag tidak sesuai dengan ketentuan, yaitu :
Realisasi penjualan aktiva tetap tanah dan bangunan s.d. April 2005 sebesar nilai buku
Rp13.253.749.914,00 dan Rp17.225.072.100,00 atau seluruhnya sebesar
Rp30,478,822,014,00 yang merupakan 86,09% dari seluruh nilai buku aset terjual sebesar
Rp35.404.934.494,00.
Terhadap aset yang akan dijaul, TL telah melakukan penilaian atas aset (appraisal) pada
bulan Februari 1998, sementara itu realisasi penjualan sebagian besar dilakukan setelah
lebih 6 bulan dari tanggal laporan appraisal.
Dalam pelaksanaan penjualan ditemuakan adanya penjualan aset di bawah nilai nilai jual
likuidasi, yaitu seperti pada daftar berikut :
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 123/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Th Nilai Harga
No Lokalisasi Selisih
Penjualan Likuidasi Penjualan
GEDUNG, Jl A.Muis 70
1 Nov 2001 4,526,140,000 3,800,540,000 -725,600,000
Jakarta
Gedung JL Pecenongan Raya
2 Mar 99 1,132,000,000 699,200,000 -432,800,000
No.43 Jaksel.
Penjualan Langsung
Proses penjualan tanah dan bangunan tersebut dapat dijelaskan beberapa hal sebagai
berikut :
1) Penilaian Aset
Penilaian atas aset dilakukan pada bulan Pebruari 1998 dimana kondisi
perekonomian tahun 1998 sedang mengalami krisis dan daya beli masyarakat sedang
turun. Sementara sebagian besar penjualan aset dilakukan setelah lebih 6 bulan dari
tanggal laporan appraisal . Sebagai pembanding, Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. 333/ KMK.01/2000 tentang Pengurusan Piutang Negara,
pada pasal 26 ayat 1 menyatakan bahwa masa berlaku hasil penilaian selambat-
lambatnya 6 bulan. Dengan demikian harga berdasarkan nilai appraisal Tahun 1998
tidak dapat sepenuhnya dipakai sebagai acuan dalam menentukan harga jual.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 124/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Lelang Gedung di Jl. Abdul Muis dilakukan oleh Balai Lelang Royal sedangkan
gedung di Jl. Pecenongan dilakukan oleh Balai Lelang Indonesia. Pelaksanaan proses
lelang dilakukan oleh masing-masing balai lelang, namun sebelum keputusan diambil
pihak balai lelang meminta persetujuan dari TL terhadap harga yang terjadi.
Beberapa pertimbangan TL menyetujui harga penjualan dibawah nilai likuidasi
adalah :
a) Tanah di Jl. Pecenongan akan terkena pelebaran jalan dan masa berlaku sertifikat
HGB No. 1579 hanya sampai 31 Juli 2000. Sedangan realisasi penjualan terjadi
tanggal 03 Maret 1999, sehingga sisa waktu pemanfaatan tanah -/+ hanya 1
tahun 4 bulan. Selain itu tanah tersebut lama terlantar (kosong) sehingga sering
dimanfaatkan Pihak Ke III secara Ilegal.
b) Menurut penjelasan petugas Tata Kota Jakarta Pusat, Tanah dan Gedung Jl.
Abdul Muis No. 70 A penggunaannya adalah untuk Perkantoran Pemerintah. Hal
ini terlihat pula dalam pendirian bangunan maupun bangunann yang telah ada
disekitarnya , sebagian telah diundur sejauh 10 M.
Dengan demikian, meskipun harga jual yang terjadi masih lebih rendah dari taksiran
nilai likuidasi, namun karena telah melalui proses lelang, maka hal tersebut telah
menunjukkan adanya transparansi dan upaya dari TL untuk memaksimalkan harga
jual.
3) Penjualan langsung
Untuk penjualan secara langsung, TL tidak mempunyai prosedur baku yang mengatur
mekanisme penjualan yang dapat digunakan sebagai acuan. Harga yang terbentuk
pada umumnya diawali dengan surat-surat penawaran dari calon pembeli yang
berminat. Dalam hal TL tidak melakukan perbandingan harga dari penawar lainnya.
Keputusan mengenai harga jual sepenuhnya berdasarkan pertimbangan TL melalui
negosiasi dengan calon pembeli. TL juga tidak melakukan penilaian ulang untuk
mengetahui harga wajar atau harga likuidasi terhadap aset yang akan dijual, padahal
penilaian yang dilakukan terdahulu sudah melebihi satu tahun. Terhadap penjualan
tanah dan bangunan dengan harga yang lebih rendah dari nilai likuidasi tahun 1998,
TL tidak melakukan upaya legal opinion, akan tetapi membuat catatan mengenai
pertimbangan terbentuknya harga yang disetujui oleh seluruh anggota TL. Dengan
kondisi tersebut di atas, maka harga penjualan yang terjadi tidak dapat dinilai
kewajarannya.
Hal tersebut mengakibatkan penerimaan hasil penjualan tanah dan bangunan tidak
maksimal, sehingga mengurangi kemampuan TL untuk melunasi kewajibannya kepada
Negara sebesar Rp7.250.087.347,00.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Kerja Tim Likuidasi yang antara
lain menyatakan bahwa:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 125/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
1) Untuk menentukan harga jual aset perlu dilakukan penilaian (appraisal) oleh
perusahaan appraisal independen.
2) Harga jual aset harus diusahakan agar dapat mencapai harga setinggi-tingginya
dengan patokan minimal seharga likuidasi (forced sale value) yang dinilai oleh
appraisal.
3) Apabila harga penawaran lebih rendah dari harga likuidasi. agar penjualan dapat
lebih dipertanggungjawabkan maka diperlukan legal opinion atau catatan dari TL.
Tanggapan TL - Atas permasalahan tersebut TL memberikan tanggapan sebagai berikut:
1) Bangunan di Duta Permai Blok B/I No. 8-9 Kali Malang, kondisi bangunan rusak
parah akibat dibakar dan dijarah pada waktu kerusuhan.
2) Bangunan di Jl. Boulevard Barat Kelapa Gading, aset bukan atas nama PT Bank
Pacific akan tetapi atas nama pihak lain (PT. Pura Citra Lestari).
3) Wisma Eka Jiwa Mangga Dua, kondisi bangunannya rusak parah (dibakar dan
dijarah pada waktu kerusuhan)
4) Jl. Kali Besar Timur No 21 A Jakarta Barat, masuk dalam wilayah Cagar Budaya
(hiburan malam) dan Proyek Peremajaan Lingkungan sehingga tidak diperkenankan
mendirikan bangunan baru (kecuali renovasi. akan tetapi tidak boleh merubah bentuk
bangunan). Selain itu, Jl. Kali Besar Timur lokasinya berada diarea yang ditetapkan
oleh PEMDA untuk gedung bersejarah dan tidak cocok untuk gedung perkantoran
dan Bank.
5) Jl. Tamblong
sebagian besarNo. 12-Bandung.
kaca Kondisi
kaca jendela pecahphisik
karenabangunan
lemparansudah
batu kurang baiksepak
Supporter (tua)bola
dan
dari Jakarta.
Saran – BPK-RI menyarankan agar TL mempertanggungjawabkan terjadinya penjualan
aset dengan harga di bawah nilai jual likuidasi tersebut kepada RUPS.
Realisasi pembayaran kewajiban sejak 1 November 1997 s/d 30 April 2005 baik kepada
pemerintah maupun kepada pihak III lainnya, sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 126/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Sampai dengan tanggal 30 April 2005 PT Bank Pacific (DL) telah melakukan
pembayaran saldo debet ke BI sebesar Rp263.000.000.000,00 dan pembayaran tanggal 2
Juni 2005 sebesar Rp17.000.000.000,00. Dari jumlah tersebut telah dikoreksi sebesar
Rp238.000.000.000,00 untuk pembayaran pajak terhutang. Sehingga jumlah yang
diperhitungkan sebagai pelunasan Saldo Debet per 31 April 2005 adalah sebesar
Rp42.000.000.000,00. TL sedang melakukan peninjauan kembali terhadap keputusan
pembayaran pajak terhutang tersebut.
Dari hasil pemeriksaan atas pembayaran kewajiban, ditemukan beberapa hal yang tidak
sesuai dengan ketentuan, yaitu :
PT Pacific Indonesia Finance (PT PIF), pihak terkait PT Bank Pacific (DL), menerbitkan
Commercial Paper (CP) yang dibeli oleh PT Wicaksana Overseas International, Tbk. (PT
WOI) senilai USD USD 3,000,000.00 dan USD2,000,000.00 yang jatuh tempo tgl 30
November 1995 dan 1 Desember 2005. Dalam penerbitan CP tersebut Bank Pacific
bertindak sebagai penjamin (Avalis). Pada saat jatuh tempo PT PIF tidak dapat
membayar kewajibannya, sehingga PT WOI menggugat PT PIF dan PT Bank Pacific
(DL) untuk membayar CP tersebut. Proses hukum dari permasalahan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :
1) Pada tanggal 16 april 1996 PT WOI mengugat PT PIF dan PT Bank Pacific ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, untuk membayar CP senilai USD 3 juta dan 2 juta
yang jatuh tempo masing-masing tanggal 30 November 1995 dan 1 Desember 1995
ditambah bunga 11,5% disertai permohonan sita seluruh harta benda milik Bank
Pacific.
2) Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sesuai dengan keputusannya tanggal 28 November
1996, mengabulkan sebagian gugatan PT WOI, yaitu menghukum PT PIF dan PT
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 127/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Bank Pacific (DL) untuk membayar CP sebesar USD 5,000,000.00 beserta bunga
6%. Atas keputusan tersebut PT Bank Pacific (DL) mengajukan banding.
3) Pengadilan Tinggi Jakarta dengan keputusan tanggal 2 Juli 1997 menguatkan
keputusan Pengadilan Negeri tanggal 28 November 1996. Selanjutnya pihak PT Bank
Pacific mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung.
4) Kemudian, dengan keputusan tanggal 28 Juni 2000 Mahkamah Agung menolak
kasasi yang diajukan PT Bank Pacific. Atas keputusan tersebut selanjutnya PT Bank
Pacific mengajukan peninjauan kembali (PK), namun sampai saat ini belum ada
keputusan atas PK tersebut.
Berdasarkan Amar Putusan Mahkamah Agung – RI Nomor 3678/Pdt/1998 tanggal 28
Juni 2000 antara lain dinyatakan bahwa PT PIF dan PT Bank Pacific dihukum secara
tanggung renteng untuk membayar kembali kepada PT WOI jumlah pokok 2 buah CP
sebesar USD5,000,000.00 ditambah bunga sebesar 6% per tahun dihitung sejak tanggal
16 April 1996 sampai dengan jumlah pokok/nilai pokok dibayar lunas. Selain itu dalam
putusan itu dinyatakan pula bahwa PT Bank Pacific dan PT Pacific International Finance
sebagai pemohon kasasi menyatakan merasa keberatan atas penetapan pembayaran bunga
tersebut mengingat dengan kondisi ekonomi sekarang dimana nilai tukar mata uang
rupiah melemah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat. Namun Mahkamah Agung
menolak keberatan tersebut dan berpendapat bahwa Judec Facti tidak salah dalam
menerapkan hukum.
Selanjutnya berdasarkan keputusan Mahkamah Agung tersebut, telah dilakukan beberapa
tindakan hukum dalam pelaksanaan keputusan tersbut, yaitu sebagai berikut :
1) Pada tanggal 11 Februari 2002, TL Bank Pacicik (DL) menerima surat panggilan
teguran (Aanmaning), untuk menghadap Ketua PN Jakarta Pusat yang meminta agar
PT Bank Pacific (DL) melaksanakan keputusan PN, PT dan MA tersebut. PT Bank
Pacific (DL) mengajukan keberatan atas aanmaning tersebut.
2) Pada tanggal 27 Juni 2002, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengeluarkan
penenetapan sita jaminan dan memerintahkan Panitera Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat atau Wakilnya guna melakukan penyitaan eksekusi terhadap :
Satu buah gedung perkantoran di Jl. Sudirman Kav 7-8
Satu rumah tinggal di Jl. Tanjung No. 12 Jak Pus
Rekening PT Bank Pacific (DL) di BI dalam mata uang USD No.02184238 dan
mata uang rupiah.
Eksekusi tanggal 30 Juli 2002 gagal dilaksanakan karena Gedung Kantor dan Rumah
tinggal bukan milik PT Bank Pacific dan Gubernur BI belum menentukan sikap.
3) Atas permintaaan PT WOI, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menerbitkan penetapan
Daft No.135/2001 tanggal 30 Maret 2004 tentang pensitaan eksekusi/pemblokiran
terhadap harta kekayaan PT Bank Pacific (DL) yang berada pada PT BNI sejumlah
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 128/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Rp75.000.000.000 yang terdiri empat bilyet sertifikat deposito dengan rincian Bilyet
senilai masing-masing Rp15.000.000.000,00, Rp20.000.000.000,00,
Rp5.000.000.000,00, dan Rp35.000.000.000,00.
Sehubungan dengan penetapan tersebut pada tanggal 30 Maret 2004 Bank BNI
menyampaikan pemblokiran tersebut kepada TL Bank Pacific. Selanjutnya TL Bank
Pacific mengajukan keberatan kepada Pengadilan Jakarta Pusat dan melakukan
perlawanan terhadap eksekusi.
4) Atas Perintah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pada tanggal 16 April 2004, Panitera
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat melakukan eksekusi pencairan atas bilyet deposito
sebesar Rp64.010.000.000,00 ekuivalen USD7,400,000.00 terdiri atas pokok
USD5,000,000.00 dan bunga sebesar USD2,400,000.00 (8 tahun) yang ditransfer ke
rekening Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Sedangkan sisa Deposito sebesar
Rp10.990.000.000,00 dikembalikan dan dititipkan oleh pengadilan di BNI yang
selanjutnya akan dipindahkan ke rekening TL.
Berdasarkan hasil penelahaan atas pelaksanaan eksekusi terebut, terdapat hal-hal yang
tidak sejalan dengan ketentuan, yaitu :
a) Bank Pacific menghadapi tuntutan PT WOI untuk mebayar dua buah CP, yang telah
jatuh tempo sejak Tahun 1995. Pada tingkat Pengadilan Negeri, PT WOI
dimenangkan sekaligus dikabulkan permohonannya sebagian dan menghukum PT
PIF dan PT Bank Pacific (DL) untuk membayar CP sebesar USD 5 juta beserta
bunga 6%. Pengadilan Negeri dalam amar putusannya juga menyatakan menolak
tuntutan PT WOI untuk melakukan sita jaminan atas harta milik PT PIF dan PT Bank
Pacific (DL) karena saham-saham BP sebagian dimiliki BI yang berarti pemerintah
memiliki saham dari PT Bank Pacific (DL). Selanjutnya dalam tingkat banding,
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 129/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
rekening TL di BNI tidak sejalan dengan amar keputusan Pengadilan Negeri, karena
dalam keputusan tersebut tidak dibenarkan melakukan sita jaminan atau menyebut
deposito PT Bank Pacific (DL) di Bank BNI adalah aset yang disita.
b) Seperti diuraikan di atas, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menerbitkan penetapan
Daft No.135/2001 tanggal 30 Maret 2004 untuk menyita kekayaan PT Bank Pacific
(DL) yang berada pada PT BNI, disertai rincian rincian No. rekening dan nominal
sejumlah Rp75.000.000.000,00. Terhadap penyitaan deposito tersebut, seharusnya
dilakukan usaha penolakan oleh BNI, karena :
Nomor rekening deposito nasabah adalah merupakan salah satu rahasia bank yang
hanya dapat diungkapkan dapat dibuka atas permintaan dari Kepolisian, kejaksaan
dan pengadilan dengan persetujuan dari Menteri Keuangan/BI. Walaupun belum
diketahui pihak yang memberikan data mengenai rincian deposito TL Bank Pacific
(DL) kepada Panitera Pengadilan Negeri, namun pencantuman nomor rekening TL
Bank Pacific (DL) tanpa sepengetahuan TL Bank Pacific (DL) dan adanya izin dari
Menteri Keuangan/BI, telah mengindikasikan adanya tindak pidana pembocoran
rahasia Bank.
c) Deposito yang disita dan dicarikan tersebut diatas merupakan hasil pencairan aset PT
Bank Pacific (DL) yang seharusnya atau akan disetorkan kepada Negara untuk
melunasi utang PT Bank Pacific (DL) kepada Negara berupa BLBI yang diterima
Bank Paficik. Pasal 50 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
menyakatan bahwa pihak manapun dilarang melakukan penyitaan terhadap : (a) uang
atau surat berharga milik negara/daerah baik yang berada pada instansi pemerintah
maupun pihak ketiga; (b) Uang yang harus disetor oleh pihak ketiga kepada
negara/daerah. Selain itu dalam Kep DIR BI Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei
1999 pasal 30 rekening Deposito dan atau tabungan TL yang berasal dari pencairan
aset, hanya dapat dicairkan setelah mendapat persetujuan BI.
b) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. yang antara
lain menyatakan bahwa pihak manapun dilarang melakukan penyitaan terhadap :
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 130/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
(1) Uang atau surat berharga milik negara/daerah baik yang berada pada instansi
Pemerintah maupun pada pihak ketiga
(2) Uang yang harus disetor oleh pihak ketiga kepada negara/daerah.
c) Undang-undang perbankan yang antara lain menyatakan bahwa bank harus menjaga
kerahasiaan data keuangan penyimpan dana. Rahasia bank dapat dibuka hanya atas
permintaan dari Kepolisian. Kejaksaan dan Pengadilan dengan atas persetujan
Menteri Keuangan/BI.
d) Kep DIR BI Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 pasal 30 antara lain
menyatakan. Hasil pencairan harta kekayaan BDL disetorkan kepada Bank yang telah
ditunjuk oleh TL pada rekening Deposito dan atau tabungan. Pencairan rekening
tersebut hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan BI.
Adanya penyitaan dan pencairan deposito milik TL yang tidak sesuai dengan amar
keputusan Mahkamah Agung dan tidak sesuai kaidah perbankan mengakibatkan terjadi
kerugian negara sebesar Rp64.010.000.000,00, mengingat deposito tersebut merupakan
dana milik TL yang akan disetorkan kepa Negara untuk pelunasan BLBI.
(1) Pada saat pencairan deposito tersebut. PT Bank Pacific (DL) melalui kuasa
hukumnya langsung menyatakan keberatan terhadap pelaksanaan pencairannya
kepada
membawaBNIAsli
danPenetapan
Jurusita PN Jakarta dari
Pencairan PusatKetua
dengan
PNalasan.
serta Jurusita Pengadilan
perkaranya tidak
masih dalam
proses Peninjauan Kembali di Mahkamah Agung namun pelaksanaan sita/pencairan
deposito tetap dilaksakan.
(2) Atas pencairan deposito tersebut PT Bank Pacific (DL) telah mengajukan keberatan
dan protes keras kepada Komisaris Utama Bank BNI vide Surat
No.020/UH/Eks/V/2004 tgl 31 Mei 2004 dan kepada BNI Kantor Cabang Jakarta
Pusat vide Surat No.025/UH/Eks/VII/2004 tanggal 16 Juli 2004 dengan tembusan
Direksi dan Divisi Hukum.
(3) Dalam surat protes tersebut pada pokoknya PT Bank Pacific (DL) mengancam akan
(4) PT Bank Pacific (DL) meminta Perlindungan Hukum Atas Eksekusi Separatis Harta
Kekayaan PT Bank Pacific (DL) kepada Ketua Mahkamah Agung vide Surat
No.971/YP/BPDL/IV/2004 tgl 21 April 2004. serta mengajukan Permohonan
Penundaan Pelaksanaan Penetapan Penyitaan Pencairan pada PN Jakarta Pusat vide
Surat No.358/YP/BPDL/IV/200a tgl 26 April 2004. Namun kedua upaya hukum
tersebut tidak mendapat tanggapan baik dari Ketua Mahkamah Agung maupun PN.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 131/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Realisasi
April 2005biaya operasional
adalah yang dikeluarkan oleh
sebesar Rp235.466.852.881,00 TLterinci
yang sejak sebagai
1 November
berikut1997
: s/d 30
dalam rupiah
1 Nop 97 s/d 1 Jan 03 s/d
No. Keterangan Total
31 Des 02 30 Apr 05
1 Biaya Tenaga Kerja 62.243.752.859 3.959.368.178 66.203.121.037
Penurunan Nilai Surat
2 Berharga 15.206.790 15.206.790
3 Barang dan Jasa 22.366.548.861 22.366.548.861
Biaya Penyusutan &
4 Penghapusan 17.110.106.386 17.110.106.386
5 Asuransi 271.078.866 271.078.866
6 Pajak-Pajak 686.666.247 686.666.247
7 Promosi 139.079.455 139.079.455
8 Sewa 13.978.826.423 13.978.826.423
9 Pendidikan & Pelatihan 17.095.039 17.095.039
Pemeliharaan dan
10 perbaikan 5.599.570.007 5.599.570.007
11 Kerugian Trans.Valas 11.258.557.769 11.258.557.769
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 132/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Data berasal dari laporan keuangan intern PT Bank Pacific (DL) yang belum diaudit
(unaudited ).
Dari hasil pemeriksaan berdasarkan dokumen yang diterima, kami tidak menemukan
adanya permasalahan terkait biaya operasional.
Daftar sisa aset yang tersedia untuk menutup sisa kewajiban berdasarkan NAL PT Bank
Pacific (DL) per 30 April 2003, sebagai berikut :
Daftar Sisa Aset PT Bank Pacific
Per 30 April 2005
dalam rupiah
NILAI NILAI
JENIS ASET PENYESUAIAN
TERCATAT REALISASI
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 133/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari data tersebut di atas, terlihat bahwa nilai tercatat aset PT Bank Pacific (DL) adalah
sebesar Rp1.915.243.055.273,00 sedangkan nilai realisasinya adalah sebesar
Rp890.530.098.793,00. Sementara itu PT Bank Pacific (DL) masih mempunyai
kewajiban BLBI kepada pemerintah sebesar Rp1.801.343.358.572 dan kewajiban kepada
BI berupa kredit likuiditas darurat (KLD) sebesar Rp350.000.0000.000,00. Dengan
demikian sisat aset PT Bank Pacific (DL) tidak dapat menutupi sisa kewajibannya
kepada Negara berupa kewajiban BLBI kepada pemerintah dan KLD kepada BI.
Dari hasil penelaahan atas sisa aset ditemukan adanya permasalahan sebagai berikut :
Sesuai dengan laporan keuangan PT Bank Pacific (DL) diketahui bahwa Out
standing tagihan kepada pihak terkait PT Pacific International Finance (PIF), PT
Indopac Perdana Finance (IPF) dan PT Adhitiya Putra Pratama (APP) per 30 April
2005 adalah sebesar Rp1.377.162.327.113,00 dengan rincian sebagai berikut :
dalam rupiah
Keterangan PT PIF PT IPF PT APP Jumlah
Tagihan tersebut sebagian dalam mata uang rupiah dan sebagian dalam valuta asing.
Untuk tagihan dalam valuta asing nilai tercatat masih menggunakan kurs pada
tanggal 31 Oktober 1998, pada saat bank dilikuidasi. Apabila tagihan dalam valas
tersebut dijabarkan dalam dengan menggunakan kurs tengah BI tanggal 30 April
2005 (USD=Rp10.070), maka jumlah tagihan kepada pihak terkait menjadi sebagai
berikut :
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 134/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Keterangan PT PIF PT IPF PT APP Jumlah
Tagihan PT Bank Pacific (DL) kepada pihak terkait umumnya terjadi pada saat
Presiden Direktur PT Bank Pacific dijabat oleh Sdri. Endang Utari Mokodompit
(Sdri. EUM). Adapun pihak-pihak terkait tersebut adalah :
PT PIF adalalah perusahaan yang bergerak di bidang multi finance yang
sahamnya dimiliki oleh PT AA. Dalam perusahaan tersebut Sdri. EUM
berkedudukan sebagai Komisaris Utama dan Adrian Herling Woworuntu (Sdr.
AHW) sebagai Wakil Komisaris Utama. Berdasarkan Keputusan Mahkamah
Agung No.05K/N/1998 tanggal 13 Januari 1999, PT PIF telah dipailitkan oleh
Bank Mandiri (dahulu PT Bank Ekspor Impor Indonesia);
PT Indopac Perdana Finance adalah perusaahaan yang bergerak dalam bidang
multi finance yang dimiliki oleh PT AA. Dalam perusahaan tersebut Sdri. EUM
menjabat sebagai Komisaris Utama dan Sdr. AHW sebagai Wakil Komisaris
Utama;
PT APPF adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang multi finance yang
sahamnya dimiliki oleh dimiliki oleh PT AL. Dalam perusahaan tersebut (Sdri.
EUM) menjabat sebagai Komisaris Utama dan Sdr. AHW sebagai Wakil
Komisaris Utama.
Berkatian dengan pemberian kredit kepada pihak-pihak terkait tersebut, dapat
dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:
a) Surat-surat berharga
Surat berharga, terdiri atas Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dan call money
dapat dirinci sebaga berikut :
dalam rupiah
Keterangan SBPU Call Money Jumlah
PT PIF 87.781.687.982 291.786.775.872 379.568.463.854
PT IPF 14.440.199.112 - 14.440.199.112
PT APP 8.000.000.000 129.367.500.000 137.367.500.000
Jumlah 110.221.887.094 421.154.275.872 531.376.162.966
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 135/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Nomor Tgl
No Nilai
dan Tanggal Perjanjian Jt tempo
No. 001B/PK/K/Kng/95/MM 8 November
1 Rp30.000.000.000,00
6 Januari 1995 1995
089B/PK/Kng/94/MM 8 November
2 Rp8.000.000.000,00
28 Desember 1994 1995
075/PK/Kng/94/MM 8 November
3 Rp27.000.000.000,00
8 November 2004 1995
0077A/PK/Kng/94/MM 8 November
4 Rp35.700.000.000,00
8 November 2004 1995
0703B/PK/Kng/94/MM 8 November
5 UD $ 40,000,000.00
8 November 2004 1995
076/PK/Kng/94/MM 8 November
6 UD $ 27,500,000.00
8 November 2004 1995
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 136/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 137/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Penyerahan hak atas tagihan-tagihan PT Batu Panorama berkedudukan di
Malang terhadap pihak ketiga;
Saham-saham milik Pertiwi Adya Sentosa dan PT Surya Pembangunan
Utama dalam PT Suryamas Duta Makmur di Jakarta.
Sehubungan dengan pemberian kredit kepada PIF, dapat dikemukakan antara
lain:
Terkait dengan jaminan/agunan atas nama PT Pengembangan Agrowisata
Prima, telah dilakukan pengikatan dengan SHT sebesar
Rp500.000.000.000,00. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp350.000.000.000,00
diantaranya merupakan merupakan hak tanggungan untuk kepentingan BI
sebagai jaminan atas pemberian Kredit Likuiditas Darurat oleh BI kepada PT
Bank Pacific (DL). Dengan demikian sisa hak tanggungan kepada PT Bank
Pacific (DL) hanya sebesar Rp150.000.000,00.
Pemasangan hak tanggungan untuk kepentingan BI sebesar
Rp100.000.000.000,00 telah dilakukan pada tahun 1995 saat pemberian
Kredit Likuiditas Darurat kepada Bank Pacific dan sejumlah
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 138/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 139/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 140/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 141/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PT PS : Pluit Sakti
PT SLI : Sinar Lawang Indah
PT TU : Tiga Utama
PT WOI : Wicaksana Overseas Internasional
RUPS : Rapat Umum Pemegang Saham
SEAB : South East Asia Bank
SHGB : Sertifikat Hak Guna Bangunan
SHM : Sertifikat Hak Milik
SPBU : Surat Berharga Pasar Uang
SPI : Sistem Pengendalian Intern
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 142/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PADA
Nomor : 01.B/XII/02/2006
Tanggal : 06 Februari 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 143/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 4
3. Sasaran Pemeriksaan 4
4. Metodologi Pemeriksaan 4
5. Jangka Waktu Pemeriksaan 5
6. Obyek Pemeriksaan 5
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 144/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Halaman
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan 13
a. Realisasi Pencairan Aset 14
b. Pembayaran Kewajiban 15
c. Biaya Operasional 16
d. Sisa Aset 16
DAFTAR SINGKATAN
LAMPIRAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 145/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
ATAS
PADA
PT SEJAHTERA BANK UMUM (DALAM LIKUIDASI)
Berdasarkan
Keuangan Undang-Undang
dan Undang-Undang Nomor 15 Nomor
Tahun5 1994
Tahun 1973Pemeriksaan
tentang tentang Badan Pemeriksa
Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK-RI telah melaksanakan pemeriksaan atas
pengembalian dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pada PT Sejahtera Bank Umum
(Dalam Likuidasi)/PT SBU (DL).
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, kami berkesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem Pengendalian Intern
Dengan status Bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum sistem pengendalian
intern (SPI) pada PT SBU (DL) tidak dapat diandalkan karena beberapa hal. Pertama,
lingkungan pengendalian yang ada tidak dapat berjalan secara memadai, di antaranya posisi
pemegang saham utama menyulitkan pengelola yaitu Tim Likuidasi (TL) dalam melakukan
tugasnya. Kedua, tidak ada pihak yang secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi
Bank Dalam Likuidasi (BDL) dalam melaksanakan fungsinya, baik itu Bank Indonesia (BI)
maupun Departemen Keuangan. Terakhir, tidak ada pengawasan yang memadai terhadap
akuntabilitas dan kinerja TL selama periode kerjanya.
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Terdahulu
Pemeriksaan BPK-RI atas PT SBU (DL) di tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi
sehingga tidak ada rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk
ditindaklanjuti. Namun demikian, terdapat perkembangan yang terjadi sehubungan dengan
hasil pemeriksaan terdahulu, yaitu permasalahan yang berkaitan dengan penyaluran dan
penggunaan BLBI pada PT SBU (DL) telah ditindaklanjuti oleh Kejaksaan Agung. Setelah
dilakukan penyidikan, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus mengeluarkan Surat
Perintah Penghentian Penyidikan yang menyatakan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh
Tim Likuidasi PT SBU (DL) bukan merupakan tindak pidana.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 146/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pemeriksaan BPK-RI meliputi pemeriksaan atas realisasi pencairan aset, baik berupa
penagihan kredit maupun penjualan aset, pembayaran kewajiban (termasuk biaya
operasional), sisa aset dan indikasi tindak pidana korupsi (TPK) serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan Bank Dalam Likuidasi (BDL).
Dari hasil pemeriksaan tersebut, dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :
a. Realisasi Pencairan Aset
Nilai buku aset berdasarkan neraca likuidasi per tanggal 31 Oktober 1997 sebesar
Rp2.261.667.985.449,00, telah direalisasikan sebesar Rp1.104.538.242.286,23 dan
USD12,635,287.65
Terkait dengan hal ini, kami tidak menemukan permasalahan yang material.
Realisasi biaya operasional sampai dengan tanggal 30 April 2005 adalah sebesar
Rp127.649.766.037,24.
Terkait dengan hal ini, kami tidak menemukan permasalahan yang cukup material.
d. Sisa Aset
Nilai buku sisa aset per tanggal 30 April 2005 sesuai dengan Laporan Keuangan
(Unaudited ) PT SBU (DL) adalah sebesar Rp1.164.833.466.429,00 dengan nilai
realisasi sebesar Rp319.203.543.785,00.
Sementara itu, sisa kewajiban BLBI kepada Pemerintah adalah sebesar Rp
762.323.695.609,88 dan USD8,238,611.86 ekuivalen Rp73.717,68 sehingga nilai realisasi
sisa aset tersebut lebih kecil daripada sisa kewajiban.
Terkait dengan hal ini, kami menemukan masalah sebagai berikut:
Pemblokiran, penyitaan dan pemindahbukuan deposito dan giro hasil pencairan aset PT
SBU (DL) senilai Rp29.011.409.596,60 tidak sesuai dengan ketentuan yang ada dan
mengurangi kemampuan PT SBU (DL) untuk melunasi kewajiban kepada Negara.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 147/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
REPUBLIK
Penanggung INDONESIA
Jawab Audit
Haryanto Suwondo
NIP. 240000361
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 148/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT SBU (DL) adalah untuk memastikan
dan mengetahui bahwa:
a. Pencairan aset melalui penagihan dan penjualan telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
b. Dana dari pencairan aset telah digunakan untuk pembayaran kewajiban-kewajiban
termasuk pembayaran BLBI serta biaya operasional PT SBU (DL) sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku;
c. Sisa aset yang akan diserahkan kepada Pemerintah setelah berakhirnya proses likuidasi;
d. Apakah terdapat indikasi penyimpangan dalam pencairan aset melalui penagihan dan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 149/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
d. Melakukan analisis terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam pengelolaan
aset dan pembayaran kewajiban;
e. Melakukan konfirmasi, observasi fisik, diskusi dan wawancara dengan instansi dan atau
pejabat yang berkompeten.
5. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan pada PT SBU (DL) dilakukan sejak tanggal 8 Juni 2005 sampai dengan
tanggal 19 Juli 2005.
6. Obyek Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 150/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB II
GAMBARAN UMUM
Sejak pencabutan ijin usaha PT SBU (DL), kepengurusan PT SBU (DL) diambil alih oleh
Tim Caretaker yang ditunjuk oleh Bank Indonesia berdasarkan Surat Bank Indonesia
Nomor 30/346/UPB2/AdB2/Rahasia yang bertugas melakukan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) guna Pembentukan Tim Likuidasi serta melaporkan hasil RUPS tersebut ke
Bank Indonesia.
Susunan Tim Caretaker tersebut yaitu :
Ketua : Siswanto Djojodisastro
Wakil Ketua : Max Dharmawan Setijadi
Anggota : Soewarso
Lukman Hakim
Tony Suherman
Dasa Eka Widagdo
Prasasto Sudjatmiko, SH
Rapat Umum Pemegang Saham PT SBU (DL) dilaksanakan pada tanggal 24 November
1997, yang Risalah Rapatnya dibuat oleh dengan Akta Nomor 16 tanggal 24 November
1997 Notaris Ny. Hartati Marsono, SH. RUPS tersebut antara lain memutuskan
pembentukan dan penetapan Tim Likuidasi sesuai dengan nama-nama yang telah disetujui
dan ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan Surat Nomor 30/346/UPB2/Rahasia tanggal 24
November 1997, yaitu :
Ketua : Siswanto Djojodisastro
Wakil Ketua : Max Dharmawan Setijadi
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 151/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Anggota : Soewarso
Lukman Hakim Kamaluddin
Tony Suherman
Dasa Eka Widagdo
Prasasto Sudjatmiko
Lukman Hakim Kamaluddin dan Prasasto Sudjatmiko mengundurkan diri dari keanggotaan
Tim Likuidasi, yang disetujui oleh Bank Indonesia dengan Surat Nomor 31/220/UPPB/Adp
tanggal 22 Mei 1998.
Tony Suherman mengundurkan diri dari keanggotaan Tim Likuidasi, yang disetujui Bank
Indonesia dengan Surat Nomor 31/828/UPPB/Adpt terhitung sejak tanggal 15 Oktober
1998. Surat tersebut juga menetapkan susunan Tim Likuidasi PT SBU (DL) menjadi :
Ketua : Siswanto Djojodisastro
Wakil Ketua : Max Dharmawan Setijadi
Anggota : Soewarso
Dasa Eka Widagdo
Jumlah personil pendukung Tim Likuidasi PT SBU (DL) per tanggal 30 April 2005
sebanyak 65 orang.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 1999 dan Surat Keputusan (SK)
Direksi BI Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999, masa kerja Tim Likuidasi telah
berakhir tanggal 24 November 2002 dan dapat diperpanjang sampai dengan tanggal 24 Mei
2003. Namun karena kegiatan likuidasi (pencairan aset dan pembayaran kewajiban) belum
dapat diselesaikan seluruhnya, maka belum dilaksanakan RUPS untuk pembubaran Tim
Likuidasi. Dengan demikian, keberadaan Tim Likuidasi PT SBU (DL) tidak sesuai dengan
ketentuan.
3. Jumlah BLBI yang Diterima
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang diterima oleh PT SBU (DL) terdiri dari
Saldo Debet (Overdraft – OD), Dana Talangan Rupiah (DTR) dan Dana Talangan Valas
(DTV) sebagai berikut:
a. Saldo Debet Rp203.731.889.225,53
b. Dana Talangan Rupiah Rp1.297.121.000.000,00
c. Dana Talangan Valas USD20,837,611.86
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 152/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DTR diberikan berdasarkan surat Bank Indonesia Nomor 30/933/UK tanggal 4 Maret 1998,
untuk pengembalian dana pihak ketiga sebesar Rp1.297.121.000.000,00 yang diberikan
dalam 2 (dua) tahap yaitu DTR I sebesar Rp409.962.000.000,00 dan DTR II sebesar
Rp992.913.000.000,00
DTV diberikan berdasarkan surat Bank Indonesia Nomor 31/3780/ULN/APLN tanggal 11
Februari 1999, untuk pembayaran kewajiban dalam rangka trade finance kepada kreditur
luar negeri sebesar USD20,837,611.86.
4. Akta Pengikatan dan Jaminan BLBI
pengakuan secara notariil, tetapi melalui SPK Nomor 30/933/UK tanggal 4 Maret 1998
yang ditandatangani oleh Bank Indonesia dan Tim Likuidasi PT SBU (DL).
Dana Talangan Valuta Asing sebesar USD20,837,611.85 dilakukan pengikatan dengan Akta
Nomor 164 tanggal 27 Juni 1998 Notaris Teddy Anwar, SH tentang Pengakuan Hutang dan
Pemberian Jaminan dan Akta Notaris Nomor 165 tentang Pengakuan Hutang dengan nilai
sebesar USD26,247,026.89.
Atas Saldo Debet, DTR dan DTV yang telah diterima oleh PT SBU (DL), tidak ada jaminan
fisik yang diberikan kepada Bank Indonesia (Pemerintah).
5. Pengalihan BLBI Menjadi Kewajiban Pemerintah
BLBI yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada PT SBU (DL) telah dialihkan kepada
Pemerintah sesuai kesepakatan bersama antara Menteri Keuangan dengan Gubernur Bank
Indonesia tanggal 6 Februari 1999 dan akta cessie antara Direksi Bank Indonesia dengan
Ketua BPPN Nomor 58 tanggal 22 Februari 1999 di hadapan Notaris Mudhofir Hadi, SH.
Jumlah BLBI yang dialihkan tersebut pada posisi tanggal 29 Januari 1999 sebesar
Rp1.687.349.515.372,53.
6. Pengembalian BLBI Per Tanggal 30 April 2005
Jumlah BLBI yang telah dibayar kembali oleh bank sampai dengan tanggal 30 April 2005,
adalah sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 153/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah BLBI yang telah dikembalikan telah mencapai
sebesar 52,55% dari total kewajiban BLBI dalam Rupiah dan sebesar 60,47% dari total
kewajiban BLBI dalam valuta asing (USD).
7. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal Penutupan (31 Oktober 1997)
Posisi Keuangan PT SBU (DL) per tanggal Likuidasi (31 Oktober 1997) yang telah diaudit
oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Prasetio, Utomo & Co (Arthur Andersen) sesuai dengan
Laporan Akuntan Independen Nomor 29509 tanggal 9 April 1998 sebagai berikut:
dalam rupiah
Uraian Nilai Tercatat Nilai Realisasi
AKTIVA
Kas 6.171.857.328,00 6.171.857.328
Giro pada Bank Indonesia (199.127.805.154) (199.127.805.154)
Giro pada Bank Lain 6.379.490.092,00 6.379.490.092
Penempatan Bank Lain (Bersih) 3.905.418.332 285.418.332
Surat Berharga (Bersih) 525.970.610.630 494.847.247.984
Kredit yang Diberikan (Bersih) 1.968.338.512.165 1.840.045.627.288
Penyertaan Saham 523.850.298 523.850.298
Aktiva Tetap (Bersih) 75.114.502.816 75.829.175.797
Aktiva Lain-Lain 79.708.093.922 36.713.123.484
Jumlah Aktiva 2.466.984.530.429 2.261.667.985.449
KEWAJIBAN
Simpanan
Giro 224.617.117.521 224.617.117.521
Tabungan 247.949.022.889 247.949.022.889
Deposito 1.161.153.931.661 1.161.153.931.661
Sertifikat Deposito 7.024.000.000 7.024.000.000
Hutang Pajak 6.653.986.402 6.653.986.402
Pinjaman yang Diterima 550.590.951.129 550.590.951.129
Kewajiban Lain-Lain 197.277.109.782 196.831.109.782
Jumlah Kewajiban 2.395.266.119.384 2.394.820.119.384
EKUITAS
Modal Saham 109.067.642.000 109.067.642.000
Defisit Tahun Berjalan (37.349.230.955) (242.219.775.935)
Jumlah Ekuitas 71.718.411.045 (133.152.133.935)
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas 2.466.984.530.429 2.261.667.985.449
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 154/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
8. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal 24 Mei 2003 (Neraca Akhir Likuidasi / NAL)
Neraca Akhir Likuidasi PT SBU (DL) per tanggal 24 Mei 2003 belum selesai diaudit oleh
KAP Prasetio Sarwoko & Sandjaja (Ernst & Young) karena adanya permintaan BI untuk
dilakukan audit dengan subsequent event sampai dengan tanggal 30 April 2005. Draft NAL
yang telah disusun adalah draft laporan audit dengan subsequent event sampai dengan
tanggal 28 Februari 2004. Posisi keuangan sesuai dengan draft tersebut sebagai berikut :
dalam rupiah
Uraian Nilai Tercatat Nilai Realisasi
AKTIVA
Kas 493.960.291 493.960.291
Valas 1.665.000.000 1.665.000.000
Giro pada Bank Lain 5.920.874.763 5.920.874.763
Penempatan pada Bank Lain 74.144.444.441 74.144.444.441
Efek-Efek 1.159.974.773.615 69.385.171.276
Penyisihan Kerugian (895.894.074.012) - .
Bersih 264.080.699.603 69.385.171.276
Kredit yang Diberikan 1.090.938.055.654 193.095.136.856
Penyisihan Kerugian (506.307.956.873) - .
Bersih 584.630.098.781 193.095.136.856
Penyertaan Saham 542.464.263 522.363.965
Penyisihan Kerugian (20.100.298) - .
Bersih 522.363.965 522.363.965
Aktiva Tetap 76.530.680.266 41.738.800.000
Penyisihan Penurunan Nilai (11.445.686.800) - .
Bersih 65.084.993.466 41.738.800.000
Aktiva Lain-lain 26.879.091.071 9.277.331.000
Penyisihan Penurunan Nilai (7.256.204.740) - .
Bersih 19.622.886.331 9.277.331.000
Jumlah Aktiva 1.016.165.321.641 396.243.082.592
KEWAJIBAN
Cerukan pada Bank Indonesia 203.731.885.226 203.731.885.226
Simpanan
Giro 7.327.638.469 7.327.638.469
Tabungan 2.622.913.773 2.622.913.773
Deposito 46.321.440.755 46.321.440.755
Pinjaman yang Diterima 1.723.949.852.256 1.723.949.852.256
Kewajiban Akseptasi 14.670.897.750 14.670.897.750
Hutang Pajak 114.448.616 114.448.616
Kewajiban Lain-Lain
Jumlah Kewajiban 122.934.799.608
2.121.673.876.453 122.934.799.608
2.121.673.876.453
EKUITAS
Modal 109.067.642.000 109.067.642.000
Defisit (1.214.576.196.812) (1.834.498.435.861)
Defisiensi Modal (1.105.508.554.812) (1.725.430.793.861)
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas 1.016.165.321.641 396.243.082.592
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 155/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Posisi keuangan PT SBU (DL) per tanggal 30 April 2005 sesuai dengan Laporan Keuangan
(Unaudited ) sebagai berikut : dalam rupiah
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 156/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum lingkungan
pengendalian pada PT SBU (DL) tidak dapat diandalkan, karena setiap unsur
manajemen tidak dapat melakukan fungsinya secara memadai.
Sesuai dengan ketentuan yang ada, pada akhir masa tugasnya, TL bertanggung jawab
kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Akan tetapi dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari, TL juga harus menyelesaikan tagihan kepada debitur utamanya, yang pada
umumnya terkait dengan pemegang saham utama, antara lain dengan meminta tambahan
jaminan terhadap hutang-hutang mereka kepada bank yang telah berkategori macet.
Selain itu, secara substansi tidak jelas siapa pemilik utama harta yang masih ada di PT
SBU (DL), mengingat nilai kewajiban PT SBU (DL) kepada Pemerintah berupa saldo
debet, DTR, dan DTV lebih besar daripada harta yang ada. Disamping itu, saat ini PT
SBU (DL) juga sedang menghadapi tuntutan dari kreditur yang merasa memiliki piutang
pada PT SBU (DL).
Dari sisi ketentuan perusahaan, harta tersebut adalah milik pemegang saham, tetapi
dengan besarnya kewajiban kepada Pemerintah, maka Pemerintah merupakan pihak
yang lebih berhak terhadap harta yang ada. Dengan kondisi ini, harta yang masih ada
seharusnya sudah menjadi bagian keuangan negara sehingga seluruh kegiatan TL harus
lebih diarahkan terhadap kepentingan negara. Dalam kenyataannya pemegang saham
utama masih besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan tugas TL sehari-hari yang dapat
mengakibatkan tidak maksimalnya pengembalian harta PT SBU (DL) kepada Negara.
b. Pengendalian Pengamanan
Tidak ada pihak yang secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi BDL, baik itu
Bank Indonesia (BI) maupun Departemen Keuangan. Selama pihak BI selama ini hanya
memantau posisi aset dan kewajiban serta setoran kepada Negara dari BDL.
Ketidakjelasan ini mengakibatkan tidak adanya ketentuan dan atau prosedur yang
memadai dan secara tegas mengatur pelaksanaan tugas TL terutama dalam melakukan
pencairan aset dan pembayaran kewajiban kepada Pemerintah.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 157/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Selain ketidakjelasan tentang pihak yang menjadi pengawas BDL, juga terdapat
ketidakjelasan mengenai masa kerja TL. Sesuai dengan ketentuan yang ada, masa kerja
TL adalah selama lima tahun sejak terbentuknya TL ditambah enam bulan. Pada akhir
masa tugasnya, TL harus menyusun NAL yang akan dimintakan persetujuan ke BI
sebagai dasar RUPS dalam rangka pembubaran TL. Sampai dengan akhir masa
pemeriksaan, NAL belum selesai disusun walaupun masa kerja TL telah berakhir
sehingga belum ada kejelasan mengenai status TL.
Berdasarkan monitoring atas pelaksanaan pemeriksaan pada TL PT SBU (DL),
diketahui bahwa selama ini pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik
(KAP) adalah untuk menentukan posisi aset dan kewajiban. Tidak ada audit yang
ditujukan untuk menilai kinerja TL dan atau memberikan opini terhadap laporan
keuangan PT SBU (DL).
Audit yang dilakukan BPK-RI terhadap TL BDL adalah saat audit investigasi BLBI di
tahun 2000. Dengan demikian sejak tahun 2000 hingga tahun 2005, tidak ada
pengawasan yang memadai terhadap kinerja TL.
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Terdahulu
Pemeriksaan BPK-RI di tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi, sehingga tidak ada
rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti. Namun
demikian, dari pemeriksaan ternyata terdapat perkembangan yang berkaitan dengan
pemeriksaan terdahulu pada PT SBU (DL).
Hasil Audit Investigasi atas Penyaluran dan Penggunaan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
(BLBI) pada PT SBU (DL) yang dimuat dalam Laporan Audit Investigasi Nomor
06/48/Auditama II/AI/VII/2000 tanggal 31 Juli 2000 menyebutkan beberapa masalah yang
ditemukan dalam penyaluran dan penggunaan BLBI. Permasalahan tersebut telah
ditindaklanjuti oleh Kejaksaan Agung dengan memanggil dan meminta keterangan kepada
Ketua dan Wakil Ketua Tim Likuidasi PT SBU (DL). Setelah melakukan penyidikan, Jaksa
Agung Muda Tindak Pidana Khusus mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan
Nomor : Prin-01/F/F2.1/01/2003 tanggal 2 Januari 2003, yang menyatakan bahwa perbuatan
yang dilakukan Ketua dan Wakil Ketua Tim Likuidasi PT SBU (DL) bukan merupakan
tindak pidana.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Pada posisi tanggal 30 April 2005, nilai total aset (aktiva) dan kewajiban PT SBU (DL)
adalah sebagai berikut :
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 158/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Uraian Nilai Tercatat Nilai Realisasi
AKTIVA
Kas 2.916.266.908 2.916.266.908
Giro pada Bank Indonesia 1.914.000.000 1.914.000.000
Giro pada Bank Lain 2.293.005.778 2.293.005.778
Penempatan pada Bank Lain 333.333.330 333.333.330
Surat-Surat Berharga (Bersih) 441.822.608.036 69.385.171.276
Kredit yang Diberikan (Bersih) 602.467.267.414 194.484.043.128
Penyertaan (Bersih) 522.363.965 522.363.965
Aktiva Tetap (Bersih) 65.174.284.348 41.738.800.000
Aktiva Lain-Lain (Bersih) 47.390.336.650 5.616.559.400
Jumlah Aktiva 1.164.833.466.429 319.203.543.785
KEWAJIBAN
Dana Pihak Ketiga 49.187.697.701 49.187.697.701
Kewajiban Segera Lainnya 8.039.490.576 8.039.490.576
Pinjaman Diterima 2.056.658.916.292 2.056.658.916.292
Kewajiban Lain-Lain 110.666.170.226 110.666.170.226
Jumlah Kewajiban 2.224.552.274.795 2.224.552.274.795
EKUITAS
Modal 1 09.067.642.000 109.067.642.000
Defisit (1.168.786.450.366) (2.014.416.373.010)
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas 1.164.833.466.429 319.203.543.785
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 159/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari hasil pemeriksaan atas penagihan kredit, kami tidak menemukan permasalahan
yang material.
Realisasi pembayaran kewajiban kepada pemerintah berupa OD, DTR dan DTV yang
telah dilakukan oleh TL sampai dengan tanggal 30 April 2005 adalah :
• OD sebesar Rp 0,00
• DTR sebesar Rp738.529.189.615,65
• DTV sebesar USD 12,601,000.00
Dari pembayaran DTR sebesar Rp738.529.189.615,65 tersebut, di antaranya sebesar
Rp246.515.378.355,29 merupakan pengembalian sisa DTR yang tidak digunakan,
sedangkan sisanya dan pembayaran DTV berasal dari pencairan aset yang dilakukan TL
PT SBU (DL).
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 160/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Realisasi biaya operasional yang dikeluarkan oleh TL sampai dengan tanggal 30 April
2005 sebagai berikut :
• Biaya Tenaga Kerja Rp76.142.632.049,00
• Biaya Operasional Rp26.566.611.706,98
• Biaya Pencairan Aset Rp24.940.522.281,26
Total Rp127.649.766.037,24
Terkait dengan realisasi biaya operasional, tidak ditemukan permasalahan yang cukup
material.
d. Sisa Aset
Sisa aset yang dimiliki PT SBU (DL) per tanggal 30 April 2005 menurut laporan
keuangan intern adalah sebesar Rp1.164.833.466.429,00 dengan nilai realisasi sebesar
Rp319.203.543.785,00
Nilai realisasi sebesar Rp319.203.543.785,00 tersebut tidak dapat menutup kewajiban
kepada Negara berupa OD, DTR dan DTV sebesar Rp836.041.375.609,88 (OD sebesar
Rp203.731.889.225,53, DTR sebesar Rp762.323.695.609,88 dan DTV sebesar
USD8,236,611.86 ekuivalen Rp73.717.680.000,00). Dengan demikian sisa aset tersebut
seluruhnya merupakan hak negara karena pembayaran kepada Negara lebih diutamakan.
Realisasi sisa aset per tanggal 30 April 2005 sebesar Rp319.203.543.785,00 dapat
terpengaruh dengan adanya kasus litigasi yang sedang berlangsung di pengadilan.
Rincian perkara yang masih berjalan di pengadilan dapat dilihat pada lampiran.
Terkait dengan hal ini, kami menemukan permasalahan sebagai berikut:
Temuan – Pemblokiran, Penyitaan dan Pengalihan Deposito dan Giro Hasil
Pencairan Aset PT SBU (DL) Senilai Rp29.215.003.200,47 Tidak Sesuai Dengan
Ketentuan yang Ada dan Mengurangi Kemampuan PT SBU (DL) untuk Melunasi
Kewajiban kepada Negara
Dalam rekening PT SBU (DL) per tanggal 1 November 1997, tercatat kewajiban PT
SBU (DL) kepada Grup BCA sebagai berikut :
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 161/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 162/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pada tanggal 29 Juni 1999, ASCO mengirim surat Nomor 024/VI/Dirut/99 kepada TL
PT SBU (DL), yang berisi permintaan untuk melakukan kompensasi antara piutang
ASCO tersebut di atas dengan utang Grup ASCO di PT SBU (DL) sebagai berikut :
dalam rupiah
No Debitur Nilai
1 PT Asmawi Agung Corporation (Fixed Loan – FL) 8.000.000.000,00
2 PT Asmawi Agung Corporation (Rekening Koran – RK) 3.750.000.000,00
3 PT Bangun Eka Sejahtera Perdana (FL) 7.750.000.000,00
4 PT Sejahtera Wira Artha (USD3,750,000) 13.623.750.000,00
5 PT Sejahtera Wira Artha (USD876,611.03) 3.184.727.871,99
6 PT Sejahtera Wira Artha (pinjaman + OD RK) 588.953.767,01
7 PT Sejahtera Wira Artha 100.000.000
8 PT Karya Citra Quarindo 624.576.433
9 PT Cardo Lestari 2.188.920.751,69
10 PT Sari Bumu Eramaju 4.500.000.000,00
11 PT Sari Gazelindo 4.900.000.000,00
12 Fanny Basuki (FL + OD) 45.286.468,33
Jumlah 49.256.215.292,02
Permintaan tersebut dijawab oleh TL PT SBU (DL) dengan surat Nomor 894/TL/SBU-
DL/VII/99 tanggal 6 Juli 1999 yang antara lain menyatakan bahwa kompensasi piutang
dengan utang ASCO tidak dapat dilakukan karena ASCO merupakan pihak terkait. Hal
ini sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/53/KEP/DIR
tanggal 14 Mei 1999 pada Pasal 39.
Dalam surat tersebut juga disebutkan bahwa nilai pengalihan piutang UIC kepada
ASCO yang dicatat oleh TL PT SBU (DL) menjadi sebesar Rp5.579.698.630,00 karena
dari deposito UIC telah dibayarkan pokok dan bunga sebesar Rp26.438.356,00.
Pada tanggal 25 Februari 2000, ASCO dinyatakan pailit berdasarkan Putusan
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor
05/PAILIT/2000/PN.NIAGA/JKT.PST dan menunjuk I Nyoman Putra, SH (INP)
sebagai Hakim Pengawas serta mengangkat Hendra Reza Putra, SH (HRP) sebagai
kurator. Atas putusan tersebut, ASCO mengajukan kasasi dan putusan Mahkamah
Agung (MA) menolak kasasi tersebut. ASCO kemudian mengajukan peninjauan
kembali, putusan MA adalah menolak peninjauan kembali tersebut.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 163/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 164/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
pailit tersebut diserahkan oleh Kepala Cabang Bank BNI Kantor Cabang Utama Gambir
dan/atau pejabat bank yang mewakili Bank BNI kepada kuasa hukum kurator.
Bank BNI Kantor Kantor Wilayah dengan surat Nomor W.10/7.5/1085/R tanggal 7
Desember 2004 kepada Bank BNI Kantor Cabang Utama Gambir menyatakan bahwa
permohonan blokir atas rekening TL PT SBU (DL) dapat dipenuhi/ dilaksanakan.
Pemblokiran dilakukan pada tanggal 7 Desember 2004 dengan Berita Acara
Pemblokiran tanggal 7 Desember 2004 yang dilakukan oleh kurator ASCO. Dalam
berita acara tersebut, nomor rekening TL PT SBU (DL) dan saldonya ditulis tangan,
dimana informasi mengenai nomor rekening dan saldonya diperoleh pada saat
pemblokiran tanggal 7 Desember 2004 tersebut.
Dari hasil diskusi dengan pejabat Bank BNI Kantor Cabang Utama Gambir tanggal 6
Juli 2005, diperoleh penjelasan bahwa pengisian nomor rekening dan nilainya dalam
Berita Acara Pemblokiran dilakukan pada saat pemblokiran berdasarkan data yang
diberikan oleh Bank BNI Kantor Cabang Utama Gambir dan ditulis tangan pada berita
acara tersebut.
Rekening TL PT SBU (DL) di Bank BNI Kantor Cabang Utama Gambir yang diblokir:
No Rekening Nilai
1 Deposito Rp 2.000.000.000,00
2 Deposito Rp 10.000.000.000,00
3 Deposito Rp 10.000.000.000,00
4 Deposito Rp 3.000.000.000,00
5 Giro Rp 3.310.320.819,92
6 Giro Rp 229.174.324,40
7 Giro JPY 7,617,663.00
8 Giro USD 11,606.58
9 Giro Rp 61.869.252,39
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 165/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pada tanggal 9 Desember 2004 dilakukan pemblokiran kembali berdasar Berita Acara
Pemblokiran tanggal 9 Desember 2004 dengan rekening yang diblokir yaitu:
No Rekening Nilai
1 Giro Rp 251.131.228,84
Hakim Pengawas AS mengeluarkan Penetapan tanggal 7 April 2005 yang memberi ijin
kepada kurator untuk menarik dan melakukan pengalihan seluruh sisa pokok boedel
pailit dan seluruh bunga boedel pailit PT ASCO dalam rekening-rekening penampungan
TL PT SBU (DL) yang ada di Bank BNI Kantor Cabang Utama Gambir dan Kantor
Cabang Gedung Garuda kepada rekening kurator.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 166/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
7 Deposito Rp - Kosong
8 Deposito Rp - Kosong
9 Deposito Rp - Kosong
10 Deposito Rp - Kosong
Kurator terus mencari dana milik TL PT SBU (DL) dan mengajukan pemblokiran
rekening TL PT SBU (DL) di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Bank Mandiri) Cabang
Juanda. Bank Mandiri Cabang Juanda dengan surat Nomor 3.Sp.JJd/CSO/150.2005
tanggal 8 April 2005 memberitahukan kepada TL PT SBU (DL), telah melakukan
pemblokiran rekening giro TL PT SBU (DL) yang ada di Bank Mandiri Cabang Jakarta
Juanda.
Dengan demikian jumlah rekening TL PT SBU (DL) di Bank BNI dan Bank Mandiri
yang telah diblokir dan/atau dipindahbukukan adalah :
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 167/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Rekening-rekening tersebut berisi hasil pencairan aset PT SBU (DL) yang untuk
sementara ditampung sebelum disetorkan ke Pemerintah sebagai pengganti Dana
Talangan yang telah diterima PT SBU, yaitu:
1) Giro untuk menampung dana hasil penagihan kredit dalam mata uang Rupiah, USD,
JPY dan dana hasil penjualan aset berupa Harta Tetap dan Inventaris;
2) Deposito-deposito merupakan penempatan dana hasil pencairan aset dalam bentuk
deposito;
3) Giro untuk menampung hasil penempatan dana yang digunakan sebagai biaya
operasional TL.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pada Pasal 50
menyatakan
harus disetorbahwa pihak
oleh pihak manakepada
ketiga pun dilarang melakukan penyitaan terhadap uang yang
Negara/Daerah.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pada Pasal 40 ayat (1)
menyatakan bahwa bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan
dan simpanannya. Selanjutnya pada Pasal 47 ayat (2) menyatakan bahwa anggota
dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak terafiliasi lainnya yang sengaja
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 168/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dan jumlahnya oleh pejabat Bank BNI kepada kurator melanggar Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan khususnya kerahasiaan bank.
Pemblokiran dan pencairan/pengalihan dana tersebut mengurangi kemampuan PT SBU
(DL) untuk melunasi kewajiban kepada Negara sebesar Rp29.215.003.200,47 karena
pengembalian Dana Talangan ke Pemerintah menjadi berkurang.
Tanggapan – TL PT SBU (DL) sependapat dan setuju dengan pendapat Tim Pemeriksa
BPK-RI yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan kurator dan Bank BNI Kantor
Cabang Utama Gambir yang berkaitan dengan dana dan giro yang sumber dananya
berasal dari pencairan aset PT SBU (DL) yang disimpan oleh TL PT SBU (DL) pada
Bank BNI Kantor Cabang Gambir dan dialihkan ke rekening pihak ketiga atas
permintaan kurator adalah tindakan yang melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
Tindakan kurator dan Bank BNI Kantor Cabang Utama Gambir telah melanggar
ketentuan Pasal 50 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara dan disamping itu tindakan tersebut juga melanggar Putusan
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 05/Pailit/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst tertanggal 8
Agustus 2000 Jo. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 014PK/N/2000 tertanggal 18
Oktober 2000 yang telah berkekuatan hukum tetap. Salah satu amar putusan dari badan
peradilan tersebut menyatakan sah tindakan TL PT SBU (DL) mempergunakan dana
sebesar Rp69.218.764.927,00 sebagai pembayaran hutang PT ASCO dan hutang debitur
lainnya yang diambil-alih oleh PT ASCO.
Berkaitan dengan tindakan kurator dan Bank BNI Kantor Cabang Utama Gambir, TL PT
SBU (DL) telah mengambil langkah-langkah hukum yakni melakukan gugatan perdata
berupa Gugatan Perbuatan Melawan Hukum kepada Kurator dan Bank BNI Kantor
Cabang Utama Gambir melalui Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang terdaftar dalam
register perkara Nomor 120/Pdt.G/2005/PN.JKT.PST. Pada persidangan tanggal 20 Juli
2005 atas gugatan perdata tersebut, Majelis Hakim Perkara telah mengeluarkan Putusan
Sela yang amar putusannya menyatakan menolak seluruh eksepsi yang diajukan oleh
Kurator dan Bank BNI Kantor Cabang Utama Gambir serta menyatakan Pengadilan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 169/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Negeri Jakarta Pusat berwenang untuk mengadili perkara tersebut dan karenanya
melanjutkan proses persidangan sampai dengan putusan akhir.
Saran - BPK-RI menyarankan agar TL PT SBU (DL) melakukan tindakan melalui jalur
hukum untuk mendapatkan kembali deposito dan giro yang telah dicairkan oleh pihak
ketiga.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 170/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR SINGKATAN
FL : Fixed Loan
HAM : Hak Asasi Manusia
HRP : Hendra Reza Putra
IC : Intranusa Citra
INP : I Nyoman Putra
ISM : Indofood Sukses Makmur
JPY : Japan Yen
KAP : Kantor Akuntan Publik
NAL : Neraca Akhir Likuidasi
RK : Rekening Koran
RUPS : Rapat Umum Pemegang Saham
SBU : Sejahtera Bank Umum
TPK : Tindak Pidana Korupsi
UIC : Unggul Indah Corporation
USD : United State Dollar
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 171/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PADA
Nomor : 01.C/XII/02/2006
Tanggal : 06 Februari 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 172/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 4
3. Sasaran Pemeriksaan 4
4. Metodologi Pemeriksaan 4
5. Jangka Waktu Pemeriksaan 5
6. Obyek Pemeriksaan 5
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 173/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Halaman
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan 14
a. Realisasi Pencairan Aset 14
b. Pembayaran Kewajiban 18
c. Biaya Operasional 22
d. Sisa Aset 23
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 174/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum sistem pengendalian
intern (SPI) pada PT BHS (DL) tidak dapat diandalkan, karena beberapa hal. Pertama,
lingkungan pengendalian yang ada tidak dapat berjalan secara memadai. Di antaranya posisi
pemegang saham utama yang sekaligus juga debitur utama menyulitkan Tim Likuidasi (TL)
PT BHS (DL) dalam melakukan tugasnya. Kedua, tidak ada pihak yang secara efektif
menjadi pengawas dan regulator bagi BDL dalam melaksanakan fungsinya, baik itu Bank
Indonesia (BI) maupun Departemen Keuangan. Terakhir, tidak ada pengawasan yang
memadai terhadap akuntabilitas dan kinerja TL selama periode kerjanya.
Pemeriksaan BPK-RI meliputi pemeriksaan atas realisasi pencairan aset, baik berupa
penagihan kredit maupun penjualan aset, pembayaran kewajiban (termasuk biaya
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 175/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
operasional), sisa aset dan indikasi tindak pidana korupsi (TPK) serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan PT BHS (DL).
Dari hasil pemeriksaaan tersebut, dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:
a. Realisasi Pencairan Aset
Dari nilai aset sebesar Rp625.100.206.466,00 pada tanggal 1 November 1997, realisasi
penjualan aktiva tetap adalah sebesar Rp244.049.986.025,00, sedangkan realisasi
penagihan kredit adalah sebesar Rp509.215.896.333,00.
Terkait dengan hal ini kami menemukan beberapa masalah sebagai berikut:
1) TL PT BHS (DL) membayar kewajiban kepada pihak ketiga lainnya senilai
Rp69.681.588.869,00 sebelum Dana Talangan Rupiah (DTR) lunas;
2) Penyelesaian kewajiban kepada PT Trimegah Securindo Lestari mengakibatkan PT
BHS (DL) kehilangan kemampuan untuk membayar kewajiban BLBI sebesar
Rp9.523.423.601,00.
Realisasi biaya operasional sampai dengan tanggal 30 April 2005 adalah sebesar
Rp361.477.963.638,00.
Terkait dengan hal ini kami tidak menemukan permasalahan yang material.
d. Sisa Aset
Nilai buku sisa aset per tanggal 30 April 2005 yang telah diaudit oleh kantor akuntan
publik adalah sebesar Rp167.218.382.491,00 dengan nilai realisasi sebesar
Rp102.401.501.797,00. Di samping itu terdapat agunan kredit (termasuk yang disita
kejaksaan) sebesar Rp71.305.412.607,00.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 176/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Terkait dengan hal ini kami tidak menemukan permasalahan yang material.
4. Saran BPK-RI
Atas pemeriksaan pada PT BHS (DL), BPK–RI memberikan saran agar TL PT BHS (DL)
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang tidak sesuai dengan ketentuan kepada
RUPS sehubungan dengan pemberian discount yang melampaui batas maksimal,
penyelesaian obligasi senilai Rp5.000,00 juta yang tidak dilakukan secara hati-hati,
pembayaran kewajiban kepada pihak ketiga lainnya sebelum Dana Talangan Rupiah (DTR)
Haryanto Suwondo
NIP 240000361
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 177/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Dasar hukum pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT BHS (DL) adalah:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Tujuan pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT BHS (DL) adalah untuk memastikan
dan mengetahui:
a. Pencairan aset melalui penagihan dan penjualan aset telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
b. Dana dari pencairan aset telah digunakan untuk pembayaran kewajiban-kewajiban
termasuk pembayaran BLBI serta biaya operasional PT BHS (DL) sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku;
c. Sisa aset yang akan diserahkan kepada Pemerintah setelah berakhirnya proses likuidasi;
d. Apakah terdapat indikasi penyimpangan dalam pencairan aset melalui penagihan dan
penjualan serta pembayaran kewajiban PT BHS (DL).
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 178/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
e. Melakukan konfirmasi, observasi fisik, diskusi dan wawancara dengan instansi atau
pejabat yang berkompeten.
Pemeriksaan pada PT BHS (DL) dilakukan sejak tanggal 8 Juni sampai dengan tanggal 19
Juli 2005.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 179/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB II
GAMBARAN UMUM
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 180/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Sejak tanggal 13 Januari 2004 sampai dengan tanggal 30 April 2005, susunan TL PT BHS
(DL) tidak mengalami perubahan. Jumlah tim pendukung TL PT BHS (DL) per tanggal 30
April 2005 adalah sebanyak 47 orang.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 1999 dan Surat Keputusan (SK)
Direksi BI Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999, masa kerja TL telah berakhir
tanggal 23 Desember 2002 dan dapat diperpanjang sampai dengan tanggal 23 Juni 2003.
Namun karena kegiatan likuidasi (pencairan aset dan pembayaran kewajiban) belum dapat
diselesaikan seluruhnya, maka belum dilaksanakan RUPS untuk pembubaran TL. Dengan
demikian, keberadaan TL PT BHS (DL) tidak sesuai dengan ketentuan. Namun untuk
memperkuat keberadaannya, TL PT BHS (DL) telah memohon Penetapan dari Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan yang menetapkan antara lain bahwa ‘Tim Likuidasi Bank Harapan
Santosa (DL) adalah satu-satunya pihak yang masih berhak dan berwenang mewakili PT
BHS (DL) untuk melakukan tindakan hukum baik di dalam maupun di luar Pengadilan
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1999 sampai dengan didaftarkannya
pengumuman berakhirnya likuidasi dalam Berita Negara Republik Indonesia dan
diumumkan dalam 2 (dua) surat kabar harian’.
3. Jumlah BLBI yang Diterima
Jumlah BLBI yang diterima oleh PT BHS (DL) pada saat cessie dari BI kepada Pemerintah
adalah sebesar Rp3.866.182.312.852,00 dengan rincian sebagai berikut:
dalam rupiah
Jenis BLBI Menurut Data BI Menurut Data TL
Saldo Debet 1.570.044.264.791,00 1.570.044.264.791,00
Dana Talangan Rupiah 2.234.524.000.000,00 2.234.524.000.000,00
Dana Talangan Valas 61.614.048.061,00 61.614.048.061,00
Jumlah 3.866.182.312.852,00 3.866.182.312.852,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 181/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Jumlah BLBI yang telah dibayar kembali oleh bank sampai dengan tanggal 30 April 2005,
adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Jenis BLBI Kewajiban Pelunasan Sisa Kewajiban
Saldo Debet 1.570.044.264.791,00 0,00 1.570.044.264.791,00
Dana Talangan Rupiah 2.234.524.000.000,00 538.228.056.499,00 1.696.295.943.501,00
Dana Talangan Valas 61.614.048.061,00 0,00 61.614.048.061,00
Jumlah 3.866.182.312.852,00 538.228.056.499,00 3.327.954.256.353,00
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah pelunasan BLBI hanya mencapai sebesar
14% dari total kewajiban BLBI.
7. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal Penutupan (31 Oktober 1997)
Posisi Keuangan PT BHS (DL) per tanggal 1 November 1997 sesuai dengan Laporan
Keuangan Bank yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Price Waterhouse
Coopers (Drs. Hadi Sutanto & Rekan) adalah sebagai berikut :
dalam rupiah
Uraian Saldo 1-Nov-97
AKTIVA
Kas 29.174.173.058
Giro pada Bank Indonesia 4.541.255.489
Giro pada Bank Lain 27.461.000.000
Penempatan pada Bank Lain 3.670.000.000
Surat Berharga 76.997.022.668
Kredit yang Diberikan 379.623.808.923
Biaya Dibayar Dimuka 4.915.284.000
Aktiva Tetap 95.304.162.361
Pendapatan yang Masih Akan Diterima 2.904.924.276
Aktiva Lain-Lain 508.575.691
Jumlah Aktiva 625.100.206.466
Kewajiban
Giro 103.154.508.694
Tabungan 382.624.386.090
Deposito 1.775.958.217.520
Sertifikat Deposito 56.379.000.000
Kewajiban kepada Pemerintah 1.567.638.000.000
Kewajiban kepada Pihak Ketiga Lain 19.300.000.000
Hutang Pajak 13.752.644.837
Kewajiban Sewa Guna Usaha 11.744.588.869
Pinjaman yang Diterima 64.771.891.210
Kewajiban Lain-Lain 120.246.075.322
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 182/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Uraian Saldo 1-Nov-97
Jumlah Kewajiban 4.115.569.312.542
Ekuitas
Modal 207.879.836.590
Akumulasi Rugi (Defisit) (3.698.348.942.666)
Jumlah Modal (Aktiva Bersih) (3.490.469.106.076)
Jumlah Kewajiban dan Modal 625.100.206.466
8. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal Likuidasi (Neraca Akhir Likuidasi / NAL)
Posisi
Husni,Keuangan PT &
Mucharram, BHS (DL)atas
Rasidi per Penerapan
tanggal 30 Juni 2003 yang
Prosedur sesuaidisepakati
dengan Laporan Audit
terhadap NAL KAP
PT
BHS (DL) Nomor LA.04185 tanggal 15 Desember 2003 adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
1-Nov-97 30-Jun-03
Nilai buku Nilai Buku Nilai Realisasi
AKTIVA
Kas 29.174.173.058 493.091.955 493.091.955
Giro pada Bank Indonesia 4.541.255.489 0 0
Giro pada Bank Lain 27.461.000.000 2.381.922.257 2.381.922.257
Penempatan pada Bank Lain 3.670.000.000 64.193.951.900 64.193.951.900
Surat Berharga 76.997.022.668 2.501.900.000 1.934.000.000
Kredit yang Diberikan 379.623.808.923 36.199.289.304 25.751.458.604
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 183/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
1-Nov-97 30-Jun-03
Nilai buku Nilai Buku Nilai Realisasi
Akumulasi Rugi (Defisit) (3.698.348.942.666) (3.692.493.659.095) (3.743.287.426.306)
Jumlah Modal (Aktiva Bersih) (3.490.469.106.076) (3.484.613.822.505) (3.535.407.589.716)
Jumlah Kewajiban dan Modal 625.100.206.466 174.374.006.028 123.580.238.817
Posisi Keuangan PT BHS (DL) per tanggal 30 April 2005 yang telah diaudit oleh KAP
Husni, Mucharram, & Rasidi sesuai Laporan Akuntan Independen atas Penerapan Prosedur
yang Disepakati Nomor LA.05073 tanggal 31 Mei 2005 adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
01-Nop-97 30-Apr-05
Nilai buku Nilai Buku Nilai Realisasi
AKTIVA
Kas 29.174.173.058 244.329.414 244.329.414
Giro pada Bank Indonesia 4.541.255.489 0 0
Giro pada Bank Lain 27.461.000.000 18.900.746.162 18.900.746.162
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 184/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
01-Nop-97 30-Apr-05
Nilai buku Nilai Buku Nilai Realisasi
MODAL
Modal 207.879.836.590 207.879.836.590 207.879.836.590
Akumulasi Rugi (Defisit) (3.698.348.942.666) (3.662.771.017.844) (3.727.587.898.537)
Jumlah Modal (Aktiva Bersih) (3.490.469.106.076) (3.454.891.181.254) (3.519.708.061.947)
Jumlah Kewajiban dan Modal 625.100.206.466 167.218.382.490 102.401.501.797
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 185/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
Dari pemeriksaan atas sistem pengendalian intern yang meliputi lingkungan pengendalian
dan pengendalian pengamanan termasuk monitoring pada PT BHS (DL) pada umumnya
menunjukkan masih adanya kelemahan dalam sistem pengendalian intern. Hal ini nampak
dalam uraian berikut :
a. Lingkungan Pengendalian
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum lingkungan
pengendalian pada PT BHS (DL) tidak dapat diandalkan, karena setiap unsur
manajemen tidak dapat melakukan fungsinya secara memadai.
Sesuai dengan ketentuan yang ada, TL pada akhir masa tugas bertanggung jawab
kepada RUPS. Akan tetapi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, TL juga harus
menyelesaikan tagihan kepada debitur utamanya yang pada umumnya terkait dengan
pemegang saham utama, antara lain dengan meminta tambahan jaminan terhadap
hutang-hutang mereka kepada bank yang telah berkategori macet. TL PT BHS (DL)
tidak melakukan permintaan penambahan jaminan hutang-hutang terhadap pemegang
Dengan kondisi ini, TL PT BHS (DL) tidak memahami bahwa harta yang masih ada
seharusnya sudah menjadi bagian keuangan negara sehingga seluruh kegiatan TL
seharusnya lebih diarahkan terhadap kepentingan negara. Dalam kenyataannya
pemegang saham utama masih besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan tugas TL
sehari-hari yang dapat mengakibatkan tidak maksimalnya pengembalian kewajiban PT
BHS (DL) kepada Negara.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 186/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Tidak ada pihak yang secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi PT BHS
(DL), baik itu BI maupun Departemen Keuangan. Pihak BI selama ini hanya memantau
posisi aset dan kewajiban serta setoran ke Negara dari PT BHS (DL).
Ketidakjelasan ini mengakibatkan tidak adanya ketentuan dan atau prosedur yang
memadai dan secara tegas mengatur pelaksanaan tugas TL terutama dalam melakukan
pencairan aset dan pembayaran kewajiban kepada Pemerintah.
Untuk kegiatan pencairan aset di PT BHS (DL), selain kegiatan pencairan aset bank dan
jaminan yang diambil alih, juga terdapat pencairan aset milik pemegang saham. Atas
aset tersebut oleh TL dilakukan penyitaan dan dilakukan penjualan proses lelang
pengadilan. Pengurusan aset milik pemegang saham yamg diambil alih tersebut
dilakukan dengan menggunakan jasa konsultan hukum.
Selain ketidakjelasan tentang pihak yang menjadi pengawas PT BHS (DL), juga
terdapat ketidakjelasan mengenai masa kerja TL PT BHS (DL). Sesuai dengan
ketentuan yang ada masa kerja TL PT BHS (DL) pada umumnya adalah selama lima
tahun sejak terbentuknya TL ditambah dengan enam bulan. Pada akhir masa tugasnya
TL harus menyusun NAL yang akan dimintakan persetujuan ke BI sebagai dasar RUPS
dalam rangka pembubaran TL. Tetapi sampai dengan akhir pemeriksaan belum ada
kejelasan mengenai status TL walaupun masa kerja TL sudah berakhir.
Mengingat jangka waktu lima tahun telah terlewati dan belum adanya persetujuan BI
untuk pelaksanaan RPUS, maka TL PT BHS (DL) mengajukan permohonan ke
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk tetap dapat melaksanakan tugasnya secara sah
menurut hukum. Permohonan tersebut disetujui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
melalui Penetapan Nomor 20/Pdt.P/2004/PN.Jaksel tanggal 12 Februari 2004 yang
menetapkan antara lain ‘menyatakan Tim Likuidasi Bank Harapan Santosa (DL) adalah
satu-satunya pihak yang masih berhak dan berwenang mewakili BHS (DL) untuk
melakukan tindakan hukum baik di dalam maupun di luar Pengadilan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 sampai dengan didaftarkannya
pengumuman berakhirnya likuidasi dalam Berita Negara Republik Indonesia dan
diumumkan dalam 2 (dua) surat kabar harian’.
Berdasarkan atas monitoring atas pelaksanaan pemeriksaan pada BDL diketahui bahwa
selama ini di TL yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah untuk
menentukan posisi aset dan kewajiban. Tidak ada audit yang ditujukan untuk menilai
kinerja TL dan atau memberikan opini terhadap laporan keuangan BDL.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 187/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pemeriksaan BPK-RI pada tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga tidak ada
rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti. Namun pada
Tahun 2002 terjadi perkembangan dalam penyelesaian perkara hukum atas pemilik PT BHS
(DL) yaitu dengan adanya putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 1032/Pid.B/
2001/P.JKT.PST tanggal 22 Maret 2002 jo putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta
Nomor125/Pid/2002/PT.DKI tanggal 8 November 2002 yang menghukum Hendra Rahardja
dengan pidana penjara seumur hidup, sedangkan Eko Edi Putranto dan Sherny Kojongian
dengan pidana penjara selama 20 (dua puluh) tahun.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Sesuai dengan tugas pokok TL yang diatur dalam peraturan pemerintah yaitu untuk
membayar kewajiban dan melakukan pencairan aset baik melalui penagihan kredit maupun
penjualan harta tetap dan inventaris bank. Pencairan Aset yang telah dilakukan oleh TL PT
BHS (DL) sejak November 1997 sampai dengan 30 April 2005 adalah sebesar
Rp753.265.882.358,00 terdiri dari penagihan kredit Rp509.215.896.333,00 dan penjualan
aset Rp244.049.986.025,00.
1) Penagihan Kredit
Penerimaan dari penagihan kredit termasuk penjualan agunan yang diambil alih dan
penerimaan bunga pinjaman sampai dengan 30 April 2005 adalah sebesar
Rp509.215.896.333,00, dengan rincian sebagai berikut :
dalam rupiah
Cara Pelunasan Group Non Group Jumlah
(1) Tunai 168,893,303,717.00 195,632,317,660.00 364,525,621,377.00
(a) Kas 58,666,354,997.00 165,467,604,671.00 224,133,959,668.00
(b) Agunan 109,879,912,566.00 18,211,047,962.00 128,090,960,528.00
(c) Pendapatan 347,036,154.00 11,953,665,027.00 12,300,701,181.00
2) Non Tunai 34,906,654,967.00 109,783,619,989.00 144,690,274,956.00
(a) Discount 0.00 11,303,873,275.00 11,303,873,275.00
(b) Offset 24,519,926,967.00 97,548,365,662.00 122,068,292,629.00
(c) Lainnya 10,386,728,000.00 931,381,052.00 11,318,109,052.00
Total 203,799,958,684.00 305,415,937,649.00 509,215,896,333.00
Dari hasil pemeriksaan atas penagihan kredit yang dilakukan oleh TL PT BHS (DL)
terdapat temuan sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 188/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Hasil pemeriksaan terhadap dokumen kredit terhadap 3 (tiga) debitur dengan nilai
penghapusbukuan yang cukup besar yaitu PT Multi City Agung, Sutjipto Arifin,
dan Fransisco Tandiari diketahui hal-hal sebagai berikut:
a) Kredit kepada PT Multy City Agung (MCA) diberikan berdasarkan perjanjian
kredit Nomor 009B/PMK/FTL-P/IV/95 tanggal 30 April 1995. Fasilitas kredit
yang diberikan adalah fixed loan sebesar Rp10.000.000.000,00 terhitung mulai
tanggal 30 April 1995 dengan tingkat bunga 21% per tahun dan jaminan yang
diberikan adalah Jaminan Perusahaan PT Gunung Agung yang dituangkan
dalam Akta Jaminan Perusahaan Nomor 6 tanggal 2 Juni 1993. Pada tanggal
jatuh tempo PT MCA tidak melunasi kewajibannya, pengacara bank pada
tanggal 24 November 1998 memberikan somasi terakhir kepada PT MCA untuk
segera menyelesaikan kewajibannya.
Berdasarkan keputusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor
89/PAILIT/1999 tanggal 17 Desember 1999, PT MCA dinyatakan pailit.
Setelah dinyatakan pailit, PT MCA melakukan pembayaran sebesar
Rp132.781.279,32 dan sisa pinjaman sebesar Rp9.867.060.720,68 dihapus.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 189/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
b) Kredit yang diberikan Sdr. Sutjipto Arifin tidak didukung dengan agunan dan
surat pengakuan hutang. Kredit tersebut dihapus sesuai dengan hasil audit BI
bulan November 2002.
c) Kredit yang diberikan kepada Sdr. Fransisco Tandiari merupakan Fixed Term
Loan (FTL) dengan plafon sebesar Rp175.000.000,00 dan tingkat bunga 30%
per tahun. Jaminan yang diberikan debitur adalah 2 (dua) unit kendaraan
bermotor. Pada saat jatuh tempo debitur tidak dapat melunasi kewajibannya dan
tidak diketahui keberadaannya. Pada tanggal 11 Maret 1999, jaminan berupa 2
(dua) unit kendaraan tersebut dijual dengan harga sebesar Rp38.500.000,00 dan
sisa kredit sebesar Rp131.481.785,00 dihapuskan.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 190/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Sampai dengan tanggal 30 April 2005 penerimaan yang diperoleh dari penjualan
aset yang berupa aktiva tetap (tanah dan bangunan, kendaraan bermotor) dan
inventaris (alat kantor dan furniture) adalah sebesar Rp244.049.986.025,00.
Dari hasil pemeriksaan atas penjualan aktiva tetap dan inventaris yang dilakukan
oleh TL PT BHS (DL), BPK-RI menemukan permasalahan sebagai berikut:
Temuan – Cara Penyelesaian Surat Berharga (Obligasi) Senilai Rp5.000,00 juta
Pada PT BHS (DL) Tidak Dilakukan Dengan Hati-hati
PT BHS (DL) mempunyai obligasi yang diterbitkan oleh PT Sinar Mas Multi
Finance (PT SMM) dengan nilai nominal Rp5.000.000.000,00 dengan tanggal jatuh
tempo (maturity date) pada tanggal 11 April 2002. Pada saat jatuh tempo, PT SMM
tidak bisa membayar pokok obligasi dan gagal membayar pokok bunga yang
seharusnya dibayar setiap empat bulanan selama sembilan kali berturut-turut.
Pada tanggal 7 Februari 2003 dilakukan kesepakatan antara PT SMM dengan TL
PT BHS (DL) yang dituangkan dalam Akta Penyelesaian Hutang Nomor 76. Untuk
membayar kewajiban sebesar Rp5.000.000.000,00 ditambah bunga, PT SMM
menyerahkan 5 (lima) unit Apartemen Muara Indah yang mempunyai nilai pasar
seluruhnya sebesar Rp3.867.700.000,00 dan nilai likuidasi hanya sebesar
Rp1.934.000.000,00 (berdasarkan appraisal tgl 8 Mei 2003). Dengan demikian
nilai aset yang diterima PT BHS (DL) hanya Rp Rp1.934.000.000,00 (lebih rendah
Rp3.066.000.000,00) dari nominal tagihan sebesar Rp5.000.000.000,00.
Seharusnya dalam melakukan pencairan aset, TL PT BHS (DL) selalu
memaksimalkan penerimaan hasilnya untuk membayar kewajiban BLBI.
Hal ini disebabkan pada saat TL PT BHS (DL) menerima aset sebagai pengganti
obligasi, lebih mendasarkan pada nilai buku obligasi yang telah disisihkan sebesar
50% yaitu senilai Rp2.500.000.000,00 daripada nilai nominal obligasi tersebut.
Kondisi ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan PT BHS (DL) untuk
membayar kewajiban BLBI sebesar Rp3.066.000.000,00.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 191/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Sampai dengan tanggal 30 April 2005 dari DTR yang diterima sebesar
Rp2.234.524.000.000,00 TL PT BHS (DL) telah melakukan pembayaran sebesar
Rp538.228.056.499,00 sehingga sisa DTR yang belum dibayar adalah sebesar
Rp1.696.295.943.501,00. Sedangkan untuk DTV dan Saldo Debet, TL PT BHS (DL)
sama sekali belum melakukan pembayaran. Selain itu, TL PT BHS (DL) telah
melakukan pembayaran kewajiban kepada pihak ketiga lainnya berupa kewajiban sewa
guna usaha, kewajiban repurchase obligasi dan kewajiban antar bank (dalam bentuk
giro dan promes) sebesar Rp68.173.088.869,00
Dari hasil pemeriksaan terhadap realisasi pembayaran kewajiban, ditemukan masalah
sebagai berikut:
1) Temuan - TL PT BHS (DL) Membayar Kewajiban Kepada Pihak Ketiga Lainnya
Senilai Rp69.681.588.869,00 Sebelum DTR Lunas
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 192/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Ijin Usaha,
Pembubaran dan Likuidasi Bank Pasal 17 ayat (1) sampai dengan ayat (3)
menyatakan bahwa :
a) Pembayaran kewajiban kepada kreditur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
dilakukan setelah dikurangi dengan gaji pegawai yang terutang, biaya perkara
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 193/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
pengadilan, biaya lelang yang terutang, pajak yang terutang yang berupa pajak
bank dan pajak yang dipungut oleh bank selaku pemotong/pemungut pajak dan
biaya kantor;
b) Sisa dana hasil pencairan harta dan atau penagihan piutang kepada debitur
setelah dikurangi dengan pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dibayarkan secara berurutan kepada kreditur :
(1) Nasabah penyimpan dana, yang jumlah pembayarannya ditetapkan oleh TL;
(2) Lainnya.
c) Dalam hal terdapat lembaga yang dalam kedudukannya membayar terlebih
dahulu sebagian atau seluruh hak nasabah penyimpan dana, maka kedudukan
lembaga tersebut menggantikan kedudukan nasabah penyimpan dana.
Pada bulan Desember 1997 Pemerintah telah mengeluarkan dana talangan untuk
membayar seluruh uang nasabah penyimpan dana. Dengan demikian, Pemerintah
berdasarkan Pasal 17 ayat (3) PP No.25 Tahun 1999, menggantikan kedudukan
nasabah penyimpan dana.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 194/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pada tanggal 15 Agustus 1997 antara PT BHS (pada tanggal tersebut belum
dilikuidasi) dengan PT Trimegah Securindolestari (PT TS) telah ditandatangani
Perjanjian Pembelian dan Penjualan Kembali Obligasi. Isi perjanjian tersebut
menyatakan antara lain bahwa:
a) PT TS membeli obligasi PT Pudjiadi Prestige Ltd. Tbk. dengan nilai nominal
Rp8.000.000.000,00 dari PT BHS dengan nilai beli sebesar Rp7.200.000.000,00
pada tanggal 15 Agustus 1997;
b) PT BHS wajib membeli kembali (repurchase) obligasi tersebut dengan nilai
repurchase sebesar Rp7.700.000.000,00 pada tanggal 18 Desember 1997.
Namun pada saat jatuh tempo repurchase (18 Desember 1997), PT BHS (DL) tidak
dapat membayar hal tersebut. Dengan demikian PT BHS (DL) mempunyai
kewajiban kepada PT TS sebesar Rp7.700.000.000,00.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 195/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
No. Uraian Nilai Nominal Nilai yang Disepakati Selisih
1 Reksa Dana Megah 5.000.000.000 2.439.359.732 2.560.640.268
2 Obligasi Pudjiadi I 8.000.000.000 2.400.000.000 5.600.000.000
3 Obligasi Pudjiadi II 2.000.000.000 637.216.667 1.362.783.333
Jumlah 15.000.000.000 5.476.576.399 9.523.423.601
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 196/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari hasil pemeriksaan dan pengujian atas realisasi biaya operasional tidak ditemukan
adanya permasalahan yang signifikan.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 197/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Berdasarkan nilai sisa aset yang hanya sebesar Rp102.401.501.797,00 serta nilai agunan
yang ada di TL PT BHS (DL) dan agunan yang di sita kejaksaan sebesar
Rp71.305.412.607,00, atau seluruhnya berjumlah Rp173.706.914.404,00 bila
dibandingkan dengan jumlah kewajiban sebesar Rp3.622.109.563.744,00, BPK-RI
menilai bahwa aset PT BHS (DL) tidak akan cukup untuk membayar kewajibannya
kepada Pemerintah.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 198/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 199/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PADA
Nomor : 01.D/XII/02/2006
Tanggal : 06 Februari 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 200/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 4
4. Metodologi Pemeriksaan 4
5. Jangka Waktu Pemeriksaan 5
6. Obyek Pemeriksaan 5
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 201/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Halaman
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan 13
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 202/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
ATAS
Dengan status Bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum sistem pengendalian
intern (SPI) pada PT Bank Guna Internasional (DL) tidak dapat diandalkan, karena
beberapa hal. Pertama, lingkungan pengendalian yang ada tidak dapat berjalan secara
memadai. Diantaranya posisi pemegang saham utama yang sekaligus juga debitur utama
menyulitkan pengelola yaitu Tim Likuidasi (TL) melakukan tugasnya. Kedua, tidak ada
pihak yang secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi Bank Dalam Likuidasi
(BDL) dalam melaksanakan fungsinya, baik itu Bank Indonesia (BI) maupun Departemen
Keuangan. Terakhir, tidak ada pengawasan yang memadai terhadap akuntabilitas dan
kinerja TL selama periode kerjanya.
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Terdahulu
Pemeriksaan BPK-RI atas PT Bank Guna Internasional (DL) di tahun 2000 adalah
pemeriksaan investigasi sehingga tidak ada rekomendasi yang diberikan secara langsung
kepada TL untuk ditindaklanjuti. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari TL, kejaksaan
telah melakukan pemeriksaan namun tidak diketahui tingkat penyelesaiannya.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Pemeriksaan BPK-RI meliputi pemeriksaan atas realisasi pencairan aset baik berupa
penagihan kredit maupun penjualan aset, pembayaran kewajiban (termasuk biaya
operasional), sisa aset, dan indikasi tindak pidana korupsi (TPK) serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan BDL.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 203/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:
a. Realisasi Pencairan Aset
Nilai buku aset per tanggal 1 November 1997 sebesar Rp177.708 juta (nilai neto) telah
direalisasikan sebesar Rp198.226 yang terdiri atas penjualan aktiva tetap sebesar
Rp34.997 juta dan penagihan kredit sebesar Rp163.269 juta. Kami menemukan
permasalahan mengenai pemberian bagi hasil penjualan aset sebesar Rp1.392 juta
kepada pihak terkait (Grup) yang tidak mempunyai dasar yang jelas.
b. Pembayaran Kewajiban
Dari nilai kewajiban kepada Pemerintah per tanggal 1 November 1997 sebesar
Rp251.055.008.000,00 telah diselesaikan pembayarannya sampai dengan tanggal 31
Januari 2005 sebesar Rp156.054.314.325,00 atau 62,16 %.
Terkait dengan hal ini, kami tidak menemukan permasalahan yang cukup material.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 204/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari hasil pemeriksaan atas pencairan aset, pembayaran kewajiban dan sisa maka
direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:
a. TL melakukan penagihan bagi hasil penjualan aset pihak terkait;
b. TL melakukan penagihan secara intensif kepada pihak terkait maupun pihak tidak
terkait dan atau meminta debitur yang bersangkutan memberikan jaminan yang
memadai.
REPUBLIK INDONESIA
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 205/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Guna Internasional (DL)
adalah untuk memastikan dan mengetahui bahwa:
a. Pencairan aset melalui penagihan dan penjualan aset telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
b. Dana hasil pencairan aset telah digunakan untuk pembayaran kewajiban-kewajiban
termasuk pembayaran BLBI serta biaya operasional PT Bank Guna Internasional
(DL) sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku;
c. Sisa aset PT Bank Guna Internasional (DL) yang akan diserahkan kepada
Pemerintah setelah berakhirnya proses likuidasi;
d. Apakah terdapat indikasi penyimpangan dalam pencairan aset melalui penagihan dan
penjualan serta pembayaran kewajiban PT Bank Guna Internasional (DL) .
3. Sasaran Pemeriksaan
Sasaran pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Guna Internasional (DL)
adalah:
a. Proses pencairan aset melalui penagihan piutang kepada para debitur dan penjualan
aset;
b. Proses pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan aset
tersebut termasuk pengembalian uang negara (BLBI) kepada Pemerintah.
4. Metodologi Pemeriksaan
Metodologi pemeriksaan yang diterapkan adalah sebagai berikut:
a. Melakukan reviu terbatas atas sistem dan prosedur pencairan aset dan pembayaran
kewajiban serta membandingkan dengan kriteria yang berlaku;
b. Melakukan analisis terhadap transaksi-transaksi yang signifikan;
c. Melakukan pengujian dengan mengambil sampling transaksi penagihan dan penjualan
aset serta pembayaran kewajiban-kewajiban;
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 206/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
d. Melakukan analisis terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam pengelolaan
aset dan pembayaran kewajiban;
e. Melakukan konfirmasi, observasi fisik, diskusi dan wawancara dengan instansi dan atau
pejabat yang berkompeten.
5. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan atas PT Bank Guna Internasional (DL) dilakukan sejak tanggal 8 Juni sampai
dengan tanggal 19 Juli 2005.
6. Obyek Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 207/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB II
GAMBARAN UMUM
PT Bank Guna Internasional (DL) telah dicabut ijin usaha sejak tanggal 1 November 1997
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 530/KMK.017/1997 tanggal 1
November 1997.
jelas.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 208/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Jumlah BLBI yang diterima PT Bank Guna Internasional (DL) adalah sebesar
Rp251.055.008.000,00 yang terdiri atas saldo debet sebesar Rp8.000,00 dan Dana Talangan
Rupiah (DTR) sebesar Rp251.055.000.000,00.
4. Akta Pengikatan dan Jaminan BLBI
Pengikatan BLBI secara notarial tidak ada. Pengikatan BLBI hanya didasarkan kepada
Surat Penegasan Kredit (SPK) dari BI Nomor 30/927/UK tanggal 4 Maret 1998, perihal
penyediaan kredit talangan dalam rangka likuidasi bank, yang ditandatangani oleh Kepala
Urusan Kredit BI setelah disetujui oleh Ketua TL dengan membubuhkan tanda tangan di
atas materai.
5. Pengalihan BLBI Menjadi Kewajiban Pemerintah
Berdasarkan Akta Penyerahan Dan Pengalihan Hak (Cessie) Nomor 65, tanggal 22 Februari
1999 olehpemerintah
kepada Notaris Mudofir
q.q Hadi,SH di Jakarta, BIPerbankan
Badan Penyehatan telah mengalihkan
Nasionalhak(BPPN)
tagih atassebesar
BLBI
Rp251.055.008.000,00.
6. Pengembalian BLBI Per Tanggal 30 April 2005
Jumlah BLBI yang telah dibayar kembali oleh bank sampai dengan tanggal 30 April 2005
adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Jenis BLBI Penerimaan Pembayaran Sisa
Saldo Debet 8.000,00 - 8.000,00
Dana Talangan Rupiah (DTR) 251.055.000.000,00 156.054.314.325,00 95.000.685.675,00
Berdasarkan Laporan Akuntan Drs. Hadi Sutanto & Rekan (Price Waterhouse) tanggal 23
April 1998 tentang Laporan Khusus atas Neraca dan Laporan Laba Rugi Posisi 1 November
1997 diketahui bahwa nilai sisa aset dan kewajiban adalah sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 209/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
KEWAJIBAN
Giro 21.556,95
Tabungan 41.564,71
Deposito Berjangka 207.464,68
Sertifikat Deposito 5.474,16
Hutang Pajak 2.653,09
Pinjaman yang Diterima 9.735,39
Kewajiban Lain-Lain 13.796
Jumlah Kewajiban 302.244,79
EKUITAS
Modal Saham 52.500,00
Rugi (177.036,62)
Jumlah Ekuitas (124.536,62)
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 177.708,17
8. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal Neraca Akhir Likuidasi (24 Juni 2003)
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 210/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 211/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 212/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 213/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
Dari pemeriksaan atas pengendalian intern yang meliputi lingkungan pengendalian dan
pengendalian pengamanan termasuk monitoring pada PT Bank Guna Internasional (DL)
menunjukkan masih adanya kelemahan dalam sistem pengendalian intern. Hal ini nampak
dalam uraian berikut:
a. Lingkungan Pengendalian
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum lingkungan
pengendalian pada PT Bank Guna Internasional (DL) tidak dapat diandalkan, karena
setiap unsur manajemen tidak dapat melakukan fungsinya secara memadai.
Sesuai dengan ketentuan yang ada, pada akhir masa tugasnya, TL bertanggung jawab
kepada RUPS. Akan tetapi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, TL juga harus
menyelesaikan tagihan kepada debitur utamanya, yang pada umumnya terkait dengan
pemegang saham utama, antara lain dengan meminta tambahan jaminan terhadap hutang-
hutang mereka kepada bank yang telah berkategori macet.
Selain itu, secara substansi tidak jelas siapa pemilik utama harta yang masih ada di PT
Bank Guna Internasional (DL), mengingat nilai kewajiban PT Bank Guna Internasional
(DL) kepada Pemerintah berupa saldo debet, dan DTR lebih besar daripada harta yang
ada. Disamping itu, saat ini PT Bank Guna Internasional (DL) juga sedang menghadapi
tuntutan kreditur yang merasa memiliki piutang pada PT Bank Guna Internasional (DL).
Dari sisi ketentuan perusahaan, harta tersebut adalah milik pemegang saham, tetapi
dengan besarnya kewajiban kepada Pemerintah, maka Pemerintah merupakan pihak yang
lebih berhak terhadap harta yang ada. Dengan kondisi ini, harta yang masih ada
seharusnya sudah menjadi bagian keuangan negara sehingga seluruh kegiatan TL harus
lebih diarahkan terhadap kepentingan negara. Dalam kenyataannya pemegang saham
utama masih besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan tugas TL sehari-hari yang dapat
mengakibatkan tidak maksimalnya pengembalian harta PT Bank Guna Internasional
(DL) kepada Negara.
b. Pengendalian Pengendalian
Tidak ada pihak yang secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi BDL, baik itu
BI maupun Departemen Keuangan. Selama pihak BI selama ini hanya memantau posisi
aset dan kewajiban serta setoran kepada Negara dari BDL. Ketidakjelasan ini
mengakibatkan tidak adanya ketentuan dan atau prosedur yang memadai dan secara tegas
mengatur pelaksanaan tugas TL terutama dalam melakukan pencairan aset dan
pembayaran kewajiban kepada Pemerintah.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 214/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Selain ketidakjelasan tentang pihak yang menjadi pengawas BDL, juga terdapat
ketidakjelasan mengenai masa kerja TL. Sesuai dengan ketentuan yang ada, masa kerja
TL adalah selama lima tahun sejak terbentuknya TL ditambah enam bulan. Pada akhir
masa tugasnya, TL harus menyusun NAL yang akan dimintakan persetujuan ke BI
sebagai dasar RUPS dalam rangka pembubaran TL. Sampai dengan akhir masa
pemeriksaan, NAL belum selesai disusun walaupun masa kerja TL telah berakhir
sehingga belum ada kejelasan mengenai status TL.
Berdasarkan monitoring atas pelaksanaan pemeriksaan pada TL PT Bank Guna
Internasional (DL), diketahui bahwa selama ini pemeriksaan yang dilakukan oleh KAP
adalah untuk menentukan posisi aset dan kewajiban. Tidak ada audit yang ditujukan
untuk menilai kinerja TL dan atau memberikan opini terhadap laporan keuangan PT
Bank Guna Internasional (DL).
Pemeriksaan yang dilakukan BPK-RI terhadap TL BDL adalah saat pemeriksaan
investigasi BLBI di tahun 2000. Dengan demikian sejak tahun 2000 hingga tahun 2005,
tidak ada pengawasan yang memadai terhadap kinerja TL.
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Penyaluran dan Penggunaan BLBI
Pemeriksaan BPK-RI Tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga tidak ada
rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Pada posisi tanggal 30 April 2005, nilai total aset (aktiva) dan kewajiban PT SBU (DL)
adalah sebagai berikut:
dalam juta rupiah
Uraian Nilai Buku Nilai Realisasi
AKTIVA
Kas 9,32 9,32
Giro pada Bank Lain 11.451,54 11.451,54
Penempatan pada Bank Lain 46.300,00 46.300,00
Surat Berharga 710,63 710,63
Kredit yang Diberikan 70.341,65 13.408,26
Aktiva Tetap & Inventaris 241,22 65,65
Akumulasi Penyusutan (109,91)
Rupa-Rupa Aktiva 5.816,95 2.875,85
JUMLAH AKTIVA 134.761,40 74.821,25
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 215/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Perkembangan pelunasan kredit berdasarkan debitur Grup dan Non Grup adalah
sebagai berikut:
Realisasi pelunasan kredit sejak tanggal 1 November 1997 sampai dengan tanggal
30 April 2005 adalah sebesar Rp163.269 juta atau 69,89% dari total kredit bank per
tanggal 1 November 1997 sebesar Rp233.610 juta sehingga posisi pinjaman yang
tersisa per tanggal 30 April 2005 masih sebesar Rp70.341 juta atau 30,11%
(terdapat penghapusan sebesar Rp738 juta sesuai NAL 24 Juni 2003). Dalam
pelunasan tersebut sudah termasuk didalamnya pelunasan secara kompensasi
dengan simpanan dana debitur di bank (back to back ) yang jumlahnya sebesar
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 216/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Rp22.574 juta (13,89%) namun jumlah tersebut belum termasuk hasil kompensasi
dengan dana/simpanan Grup pada PT Bank Guna Internasional (DL).
Dari hasil pemeriksaan atas penagihan kredit ditemukan adanya pembagian proporsi
perjualan aset senilai Rp1.392,26 juta kepada pihak terkait tidak sesuai ketentuan
yaitu:
Temuan - Terdapat penyetoran dana hasil penjualan aset sebesar Rp1.392,26
juta kepada pihak terkait (Grup) yang tidak mempunyai dasar yang jelas
Dalam rangka penagihan kredit pihak terkait (Grup) dengan Bank maka TL
melakukan pengambilalihan gedung bekas kantor cabang PT Bank Guna
Internasional (DL) serta kendaraan kantor yang status kepemilikannya masih atas
nama pihak terkait (Grup). Hasil penjualan aset tersebut digunakan untuk melunasi
outstanding kredit grup terkait. Dalam pelaksanaannya tidak seluruh hasil penjualan
aset milik grup digunakan untuk melunasi kreditnya, akan tetapi terdapat sebagian
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 217/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Hasil pemeriksaan atas dokumen yang berkaitan dengan bagi hasil tersebut
menunjukkan bahwa :
a) Tidak ditemukan kesepakatan tertulis yang sah menurut hukum (legal) yang
mengikat yang dapat dijadikan dasar untuk membagi hasil penjualan;
b) TL berdasarkan Surat Edaran BI No SE 32/9/UPB tanggal 14 Mei 1999 tentang
Tatacara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank Umum tidak
mempunyai kewenangan untuk melakukan pembagian proporsi tersebut.
Dengan demikian pembagian hasil penjualan aset tersebut kepada pihak terkait
tidak mempunyai dasar yang jelas. Hasil penjualan aset milik grup seharusnya
terlebih dahulu digunakan untuk melunasi outstanding kredit, mengingat sampai
dengan tanggal 30 April 2005 grup terkait masih mempunyai kewajiban sebesar
Rp52.433 juta.
Pembagian proporsi tersebut mengakibatkan pelunasan dana talangan yang
seharusnya bisa di peroleh dari dana tersebut menjadi tidak bisa direalisir.
Hal ini disebabkan TL dalam mengupayakan penarikan dana yang berasal dari
pihak terkait kurang memperhatikan aspek-aspek kewenangannya.
Kami akan merekomendasikan agar pembagian kepada pihak terkait senilai
Rp1.392,26 juta tersebut ditarik kembali oleh TL dan digunakan sebagai pengurang
kredit pihak terkait.
Tanggapan - TL memberikan tanggapan bahwa kesepakatan pembagian hasil
penjualan aset milik Grup dicapai oleh TL PT Bank Guna Internasional (DL) dan
Grup dengan alasan-alasan dan kronologi sebagai berikut:
a) Ada surat dari kuasa hukum grup, Bpk Asmaun yang intinya meminta
pengembalian aset grup yang ada di PT Bank Guna Internasional (DL). TL PT
Bank Guna Internasional (DL) hanya menguasai aset Grup tersebut secara fisik
tetapi surat-surat bukti kepemilikannya ada pada Grup. Mengingat kondisi
tersebut di atas, TL PT Bank Guna Internasional (DL) berpendapat bahwa aset-
aset grup yang dikuasai TL PT Bank Guna Internasional (DL) tidak dapat dijual
dan dimanfaatkan untuk pembayaran kepada TL PT Bank Guna Internasional
(DL), kecuali dengan adanya kerjasama dari Grup;
b) Dengan pertimbangan bahwa jika TL PT Bank Guna Internasional (DL)
bersikeras tidak membagi kepada Grup, Grup tidak akan menyerahkan bukti
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 218/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 219/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
TL dalam melakukan penjualan aset baik aset bank, aset milik Grup maupun barang
jaminan dilakukan dengan cara lelang umum, penjualan/penebusan oleh debitur
sendiri maupun melalui pihak ketiga seperti agen properti.
Dari hasil pemeriksaan berdasarkan dokumen yang diterima atas penjualan aset
bank kami tidak menemukan adanya hal-hal material yang dilaksanakan tidak
sesuai dengan ketentuan.
b. Pembayaran Kewajiban
Realisasi pembayaran kewajiban kepada Pemerintah berupa saldo debet dan DTR yang
telah dilakukan oleh TL sampai dengan tanggal 30 April 2005 adalah:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 220/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari data tersebut terlihat bahwa pembayaran kewajiban kepada Pemerintah sebesar
Rp156.054,31 atau 62,16% dari seluruh kewajiban sebesar Rp251.055,01. Dengan
demikian posisi sisa dana talangan pemerintah dalam rangka pembayaran dana
deposan dari dana talangan tahap I dan II masih tersisa sebesar Rp95.000,69 atau
37,84%. Apabila sisa dana talangan di atas dikurangi dana PT Bank Guna
Internasional (DL) yang berbentuk deposito Bank Mandiri senilai Rp46.300,00
maka sisa kewajiban PT Bank Guna Internasional (DL) kepada Pemerintah adalah
sebesar Rp48.700,69 atau 19,39%.
2) Realisasi Pembayaran kepada Pihak Ketiga Lainnya
Saldo dana pihak ketiga per tanggal 30 April 2005 terdiri atas :
dalam juta rupiah
JENIS REKENING Nilai
Tabungan Gunamas 210,10
Giro 4.491,89
Deposito 3.162,52
Total Kewajiban DPK 7.864,52
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 221/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari hasil pemeriksaan berdasarkan dokumen yang diterima atas biaya operasional kami
tidak menemukan adanya hal-hal material yang dilaksanakan tidak sesuai dengan
ketentuan.
d. Sisa Aset
Dari data tersebut terlihat bahwa dari nilai buku aset PT Bank Guna Internasional (DL)
per tanggal 31 Januari 2005 sebesar Rp134.761 juta nilai realisasinya adalah sebesar
Rp74.821,25 juta. Sementara itu jumlah kewajiban per tanggal 31 Januari 2005 adalah
sebesar Rp106.794,72 juta yang diantaranya sebesar Rp95.000,70 juta merupakan
kewajiban kepada Pemerintah.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 222/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dengan demikian nilai realisasi sisa aset tersebut tidak mencukupi untuk melunasi
kewajiban kepada pemerintah sehingga apabila likuidasi dilakukan maka seluruh sisa
asset akan menjadi bagian untuk pelunasan kewajiban kepada Pemerintah.
Dari nilai buku aset sebesar Rp134.761,70 juta, bagian terbesar dari aset tersebut adalah
kredit yang diberikan sebesar Rp70.341 juta atau 52,20%. Kredit tersebut terbagi antara
terkait, tidak terkait dan sindikasi. Nilai dari kredit tersebut masing-masing adalah
sebesar Rp52.433 juta, Rp12.383 juta dan Rp5.525 juta. Dilihat dari prosentasenya
masing-masing adalah 74,55%, 17,60% dan 7,85%.
Dari hasil pemeriksaan atas sisa aset tersebut dapat ditemukan adanya kredit pihak
terkait sebesar Rp52.433 juta yang tidak jelas penyelesaiannya.
Temuan – Kredit pihak terkait senilai Rp52.433 juta tidak jelas penyelesaiannya
Dari nilai buku kredit yang diberikan sebesar Rp70.821 juta, diantaranya terdapat kredit
kepada pihak terkait dengan nilai buku sebesar Rp52.433 juta, dengan rincian sebagai
berikut:
dalam juta
rupiah
Nama Debitur Nilai Jaminan
PT Prasetia Pertiwi (Perumahan Tenjo) 17.128Tidak ada jaminan
PT Arta Buana Sakti (Perumahan Bumi Indah) 22.466Tidak ada jaminan
PT Aneka Jaya 10.749Tanah di Pasar kemis
dengan nilai Likuidasi
(appraisal) senilai Rp8.000
uta
Lainnya grup 2.090Tidak ada jaminan
Total 52.433
Dari data tersebut di atas terlihat hanya PT Aneka Jaya yang mempunyai jaminan
sedangkan kredit lainnya tidak dilindungi oleh jaminan yang memadai.
Menurut penjelasan Ketua TL, TL PT Bank Guna Internasional (DL) telah melakukan
usaha agar kredit tersebut dapat diselesaikan namun karena tidak adanya niat baik dari
pihak terkait sehingga sampai pemeriksaan berakhir kredit ini belum diselesaikan.
Tim BPK-RI telah melakukan konfirmasi dengan pihak yang mewakili ketiga
perusahaan tersebut pada tanggal 5 Juli 2005 dan mendapatkan komitmen dari mereka
untuk memberikan jaminan tambahan berupa tanah di Bumi Indah yang nilainya cukup
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 223/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Hal tersebut dapat mengakibatkan kerugian negara karena kewajiban PT Bank Guna
Internasional (DL) kepada Pemerintah per tanggal 30 April 2004 sebesar Rp95.000 juta
tidak dapat dilunasi. Salah satu sumber pembayarannya berasal dari pelunasan kredit
tersebut.
Tanggapan - Berdasarkan pertemuan antara BPK-RI, TL dan pihak yang mewakili
pihak terkait, TL PT Bank Guna Internasional (DL) telah menindaklanjuti dengan
mendapatkan fotokopi sertifikat tanah yang direncanakan sebagai tambahan jaminan
kredit pihak terkait. TL PT Bank Guna Internasional (DL) telah menghubungi
notaris/PPAT untuk mengecek keabsahan dan mengukur ulang melalui Badan
Pertanahan Nasional (BPN). TL juga telah menghubungi independent appraisal untuk
menila tambahan aset jaminan tersebut. Salah satu kendala yang menghambat upaya
pengecekan dan penilaian adalah pihak terkait belum dapat memberikan sertifikat asli
dari tanah tersebut karena persyaratan dalam rangka pengecekan tanah di BPN adalah
menyerahkan sertifikat asli. TL PT Bank Guna Internasional telah mengupayakan agar
segera dapat diserahkan sertifikat tersebut.
Saran – BPK-RI menyarankan agar TL melakukan penagihan secara intensif kepada
pihak terkait maupun pihak tidak terkait dan atau meminta debitur yang bersangkutan
memberikan jaminan yang memadai.
REPUBLIK INDONESIA
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 224/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 225/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PADA
PT BANK INDUSTRI
(DALAM LIKUIDASI)
Nomor : 01.E/XII/02/2006
Tanggal : 06 Februari 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 226/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 4
4. Metodologi Pemeriksaan 4
5. Jangka Waktu Pemeriksaan 5
6. Obyek Pemeriksaan 5
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 227/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Halaman
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan 15
DAFTAR SINGKATAN
LAMPIRAN
1. PT Bank Industri (DL) Daftar Debitur yang Ditangani Pengacara
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 228/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
ATAS
Likuidasi/DL).
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, kami berkesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem Pengendalian Intern
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum sistem pengendalian
intern (SPI) pada PT Bank Industri (DL) tidak dapat diandalkan, karena beberapa hal.
Pertama, lingkungan pengendalian yang ada tidak dapat berjalan secara memadai, di
antaranya posisi pemegang saham utama yang sekaligus juga debitur utama menyulitkan
pengelola yaitu Tim Likuidasi (TL) melakukan tugasnya. Kedua, tidak ada pihak yang
secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi PT Bank Industri (DL) dalam
melaksanakan fungsinya, baik itu Bank Indonesia (BI) maupun Departemen Keuangan.
Terakhir, tidak ada pengawasan yang memadai terhadap akuntabilitas dan kinerja TL
selama periode kerjanya.
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Terdahulu
Pemeriksaan BPK-RI di tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga tidak ada
rekomendasi yang ditujukan ke TL untuk ditindaklanjuti
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Pemeriksaan BPK-RI meliputi pemeriksaan atas realisasi pencairan aset, baik berupa
penagihan kredit maupun penjualan aset, pembayaran kewajiban (termasuk biaya
operasional), sisa aset dan indikasi tindak pidana korupsi (TPK) serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan Bank Dalam Likuidasi (BDL).
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 229/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 230/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Atas pemeriksaan pada PT Bank Industri (DL), BPK–RI memberikan saran agar TL PT
Bank Industri (DL) mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang tidak sesuai dengan
ketentuan kepada RUPS sehubungan dengan pembayaran success fee kepada pengacara
yang melebihi ketentuan sebesar 20%, penghapusan pinjaman eks direksi, dan penghapusan
pinjaman piutang kepada debitur melebihi 25%, serta dasar pembayaran honor TL yang
melebihi ketentuan yang ditetapkan BI.
REPUBLIK INDONESIA
Haryanto Suwondo
NIP.240000361
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 231/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Dasar hukum pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Industri (DL) adalah:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
2. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Industri (DL) adalah untuk
memastikan dan mengetahui bahwa:
a. Realisasi aset melalui penagihan dan penjualan telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
b. Dana dari pencairan aset telah digunakan untuk pembayaran kewajiban-kewajiban
termasuk pembayaran BLBI serta biaya operasional PT Bank Industri (DL) sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku;
c. Sisa aset PT Bank Industri (DL) yang akan diserahkan kepada Pemerintah setelah
berakhirnya proses likuidasi, dan
d. Terdapat indikasi penyimpangan dalam realisasi aset melalui penagihan dan penjualan
serta pembayaran kewajiban PT Bank Industri (DL) termasuk biaya operasional PT
Bank Industri (DL).
3. Sasaran Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 232/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
d. Melakukan analisis terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam pengelolaan
aset dan pembayaran kewajiban;
e. Melakukan konfirmasi, observasi fisik, diskusi dan wawancara dengan instansi dan atau
pejabat yang berkompeten.
5. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan sejak tanggal 8 Juni 2005 sampai dengan tanggal 19 Juli 2005.
6. Obyek Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 233/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB II
GAMBARAN UMUM
Berdasarkan RUPSLB PT Bank Industri (DL) tanggal 24 November 1997 sesuai Berita
Acara RUPSLB PT Bank Industri Nomor 153 yang dibuat dihadapan Notaris Purbandari,
SH. Tanggal 24 November 1997 susunan TL PT Bank Industri (DL) adalah sebagai berikut:
Ketua : Jusuf Kartadibrata SE,MA.
Wakil Ketua : Sofyan Latief, SH.
Anggota : Warsito Sanyoto, SH.
Warsito Sanyoto, SH. mengundurkan diri sebagai anggota TL pada tanggal 9 Januari 2001
dan Sofyan Latief, SH mengundurkan diri sebagai wakil ketua TL pada tanggal 1 Oktober
2001.
Dengan pengunduran diri tersebut, pada tanggal 1 Oktober 2001 TL. Tobing diangkat
menjadi anggota TL berdasarkan Surat Keputusan (SK) TL Nomor SK.TLBI.302.VI.2001
tanggal 5 Juni 2001. Selanjutnya berdasarkan Surat Nomor 4/2/DGS/DPIP tanggal 14
Februari 2002, BI menunjuk secara resmi TL. Tobing dan Bambang Irawan, SH sebagai
anggota TL PT Bank Industri (DL) sehingga susunan TL menjadi:
Ketua : Jusuf Kartadibrata SE, MA.
Anggota : TL. Tobing
Anggota : Bambang Irawan, SH.
Pada tanggal 22 Juli 2003 Sdr. Jusuf Kartadibrata SE, MA yang menjabat sebagai Ketua TL
meninggal dunia. Sesuai rekomendasi Nomor SR.TLBI.206.XI.03 tanggal 5 November
2003 maka Sdr. Jamaslin Purba, SH diangkat sebagai anggota Tim Likuidasi PT Bank
Industri (DL) sehingga susunan Tim Likuidasi menjadi:
Ketua : TL. Tobing
Wakil Ketua : Bambang Irawan, SH.
Anggota : Jamaslin Purba, SH.
Susunan TL ini telah mendapat penetapan pengadilan tanggal 17 November 2003.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 1999 dan Surat Keputusan
Direktur BI Nomor 32/9/UPPB tanggal 14 Mei 1999, masa kerja TL telah berakhir tanggal
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 234/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
24 November 2002 dan dapat diperpanjang sampai dengan tanggal 24 Mei 2003. Namun
karena kegiatan likuidasi (pencairan aset dan pembayaran kewajiban) belum dapat
diselesaikan seluruhnya, maka belum dilaksanakan RUPS untuk pembubaran TL. Dengan
demikian, keberadaan Tim Likuidasi PT Bank Industri tidak sesuai dengan ketentuan,
meskipun telah ada penetapan dari pengadilan tanggal 17 November 2003.
3. Jumlah BLBI yang Diterima
Jumlah BLBI yang diterima oleh PT Bank Industri (DL) pada saat cessie dari BI kepada
Pemerintah adalah sebesar Rp511.470.229.327 dengan rincian Saldo Debet sebesar
Rp232.346.229.327,00 dan Dana Talangan Rupiah (DTR) sebesar Rp279.124.000.000,00
4. Akta Pengikatan dan Jaminan BLBI
Tidak ada akta pengikatan yang dilakukan bank dengan BI dan tidak ada jaminan yang
diberikan bank kepada BI baik yang bersumber dari DTR maupun Saldo Debet.
5. Pengalihan BLBI Menjadi Kewajiban Pemerintah
BLBI yang diberikan kepada PT Bank Industri (DL) telah dialihkan kepada Pemerintah
sesuai dengan kesepakatan bersama antara Menteri Keuangan dan Gubernur BI tanggal 6
Februari 1999 dan akta cessie antara Direksi BI dan Ketua BPPN No. 66 tanggal 22
Februari 1999. Sesuai dengan akta cessie yang dibuat dihadapan Notaris Mudofir Hadi, SH.
jumlah BLBI yang dialihkan per posisi tanggal 29 Januari 1999 adalah sebesar
Rp511.470.229.327,00.
6. Pengembalian BLBI Per Tanggal 30 April 2005
Jumlah BLBI yang telah dibayar kembali oleh PT Bank Industri (DL) sampai dengan
tanggal 30 April 2005, adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Jenis BLBI Jumlah Kewajiban Pembayaran Sisa
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah BLBI yang dibayar telah mencapai 54,57%
dari total kewajiban BLBI.
7. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal Penutupan (31 Oktober 1997)
Posisi Keuangan PT Bank Industri (DL) per tanggal 31 Oktober 1997 yang telah diaudit
oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Prasetio Utomo & Co. sesuai dengan Laporan
Auditor Independen Prasetio, Utomo & Co Nomor 30499 tanggal 27 Februari 1999,
adalah sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 235/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Verifikasi
AKTIVA
PASIVA
Simpanan:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 236/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
8. Posisi Keuangan Bank Tanggal 24 Mei 2003 (Neraca Akhir Likuidasi/NAL)
Posisi keuangan PT Bank Industri (DL) tanggal 24 Mei 2003 (NAL) sesuai dengan Laporan
Auditor Independen Doly Bambang Sudarmaji atas Penerapan Prosedur yang disepakati
terhadap akun-akun dalam Neraca Likuidasi periode tanggal 31 Oktober 1997 sampai
dengan tanggal 24 Mei 2003 maka Neraca Likuidasi adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
AKTIVA
Kas - -
PASIVA
SIMPANAN
Giro:
Tabungan:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 237/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
-Giro - -
-Tabungan - -
-Deposito - -
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 238/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Posisi Keuangan PT Bank Industri (DL) per tanggal 30 April 2005 sesuai dengan Laporan
Keuangan Intern yang belum diaudit oleh KAP adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
AKTIVA
1. Kas - -
2. Giro pada Bank Lain 6.998.992.982,00 6.998.992.982,00
3. Penempatan pada Bank Lain 72.000.000.000,00 72.000.000.000,00
4. Efek (Surat-Surat Berharga) - -
Cadangan Penyisihan Penghapusan - -
5. Kredit yang Diberikan 34.729.787.415,00 31.782.382.323,00
Cadangan Penghapusan Kredit - -
6. Penyertaan Saham 5.000.000,00 -
Cadangan Penyisihan Penghapusan - -
7. Aktiva Tetap 542.627.624,00 40.000.000,00
Akumulasi Penyusutan (542.627.624,00) -
PASIVA
1. SIMPANAN
a. Giro
- Pihak Terkait 1.305.476.026,00 1.305.476.026,00
- Bukan Pihak Terkait 658.089.811,00 658.089.811,00
b. Tabungan
- Pihak Terkait 12.371.125,00 12.371.125,00
- Bukan Pihak Terkait 28.095.388,00 28.095.388,00
c. Deposito
- Pihak Terkait 15.399.995.000,00 15.399.995.000,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 239/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 240/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
Dari pemeriksaan atas sistem pengendalian intern yang meliputi lingkungan pengendalian
dan pengendalian pengamanan termasuk monitoring menunjukkan masih adanya kelemahan
dalam sistem pengendalian intern. Hal ini nampak dalam uraian berikut:
a. Lingkungan Pengendalian
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum lingkungan
pengendalian pada PT Bank Industri (DL) tidak dapat diandalkan, karena setiap unsur
manajemen tidak dapat melakukan fungsinya secara memadai.
Sesuai dengan ketentuan yang ada, TL pada akhir masa tugas bertanggung jawab
kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Akan tetapi dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari, TL juga harus menyelesaikan tagihan kepada debitur utamanya, yang pada
umumnya terkait dengan pemegang saham utama, antara lain dengan meminta
tambahan jaminan terhadap hutang-hutang mereka kepada bank yang telah berkategori
macet.
Selain itu, secara substansi tidak jelas siapa pemilik utama harta yang masih ada di PT
Bank Industri (DL), mengingat nilai kewajibannya kepada Pemerintah berupa saldo
debet masih lebih besar dari harta yang ada. Dari sisi ketentuan perusahaan, harta
tersebut adalah milik pemegang saham, tetapi dengan besarnya kewajiban kepada
Pemerintah, maka Pemerintah merupakan pihak yang lebih berhak terhadap harta yang
masih ada.
Dengan kondisi ini, TL PT Bank Industri (DL) kurang memahami bahwa harta yang
masih ada seharusnya sudah menjadi bagian keuangan negara sehingga seluruh kegiatan
TL seharusnya lebih diarahkan terhadap kepentingan negara. Dalam kenyataannya,
pemegang saham utama masih besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan tugas TL
sehari-hari yang dapat mengakibatkan tidak maksimalnya pengembalian harta PT Bank
Industri (DL) kepada Negara.
b. Pengendalian Pengamanan
Tidak ada pihak yang secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi PT Bank
Industri (DL), baik itu BI maupun Departemen Keuangan. Pihak BI selama ini hanya
memantau posisi aset dan kewajiban serta setoran ke Negara dari PT Bank Industri
(DL).
Ketidakjelasan ini mengakibatkan tidak adanya ketentuan dan atau prosedur yang
memadai dan secara tegas mengatur pelaksanaan tugas TL terutama dalam melakukan
pencairan aset dan pembayaran kewajiban kepada Pemerintah.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 241/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pelaksanaan audit selama ini di TL yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)
adalah untuk menentukan posisi aset dan kewajiban. Tidak ada audit yang ditujukan
untuk menilai kinerja TL dan atau memberikan opini terhadap laporan keuangan TL.
Audit yang dilakukan BPK-RI terhadap TL PT Bank Industri (DL) adalah saat audit
investigasi BLBI di tahun 2000. Dengan demikian sejak tahun 2000 hingga tahun 2005,
tidak ada pengawasan yang memadai terhadap kinerja TL.
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Penyaluran dan Penggunaan BLBI
Pemeriksaan BPK-RI di tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga tidak ada
rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Saldo kredit yang diberikan per tanggal 31 Oktober 1997 adalah sebesar
Rp222.775.740.237,00. Sampai dengan tanggal 30 April 2005 pembayaran yang
diterima oleh TL PT Bank Industri (DL) adalah sebesar Rp289.539.700.864,00
dengan penghapusan kredit sebesar Rp2.812.119.553,00, sehingga saldo
outstanding per tanggal 30 April 2005 adalah sebesar Rp34.729.787.415,00, dengan
rincian sebagai berikut:
dalam rupiah
Kredit
Pihak
Terkait 46.726.666.778,00 23.147.780.469,00 59.241.786,00 23.519.644.523,00
Kredit
Pihak
Ketiga 176.049.073.459,00 162.086.052.800,00 2.752.877.767,00 11.210.142.892,00
Dari hasil pemeriksaan atas penagihan kredit yang dilakukan oleh TL PT Bank
Industri (DL) ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 242/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dalam hubungannya dengan permintaan biaya dan success fee yang harus
dikeluarkan, TL dan Konsultan Hukum sepakat membagi perkara-perkara
kredit macet dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 243/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dan ayat (3) di atas sudah termasuk lawyer fee sebesar 10% (sepuluh
persen) dari outstanding dan atau maksimal sebesar Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) untuk tiap perkara jika total outstanding lebih
dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Dari hasil pemeriksaan atas pembayaran fee untuk tahun 2004 dan 2005 setelah
dikurangi dengan biaya operasional yang terdapat dalam penagihan, diketahui
terdapat pembayaran success fee yang melebihi 20% dengan rincian sebagai
berikut:
dalam rupiah
Persetujuan Success
Debitur Lawyer Hasil Penjualan/ Tarif Success Fee
Pengeluaran Biaya Fee
Lelang
Tgl Nilai (%)
Dumoli
PT. Perindo 18-Mei-
Simanjuntak & 599.979.114,00 30% 129.993.734,00 22
Darmajaya 179.993.734,00 2005
Rekan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 244/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
ditangani sendiri. Tarif success fee yang berlaku umum untuk lawyer di luar
biaya pengadilan adalah setinggi-tingginya 20% dari hasil yang tertagih di
samping lawyer-fee dan biaya operasional (out of pocket expenses).
Adanya pembayaran success fee yang melebihi 20% tersebut tidak sesuai
dengan ketentuan dalam Pedoman Pelaksanaan Kerja TL.
Tanggapan - Terhadap masalah tersebut, TL PT Bank Industri (DL)
memberikan tanggapan sebagai berikut:
Pada prinsipnya TL PT Bank Industri (DL) menyetujui penerapan Pedoman
Pelaksanaan Likuidasi dan sudah diterapkan sejak 1997 sampai dengan tanggal
25 November 2002 yaitu dengan memberikan fee kepada pengacara sebesar:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 245/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Outstanding Per
No Kantor Cabang Pembayaran Penghapusan
31-Okt-97
Cabang Gajah
2 Mada 226.501.910,00 89.715.648,00 136.786.262,00
Cabang Panglima
3 Polim 234.593.808,00 72.755.990,00 161.837.818,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 246/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
1 2 3 4 5=2-4 6=5:2
PT Flora
Ariesta 270.171.670,00 270.171.670,00 160.000.000,00 110.171.670,00 41
CV Mandiri
Perkasa 160.852.662,00 160.852.662,00 100.000.000,00 60.852.662,00 38
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 247/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
1 2 3 4 5=2-4 6=5:2
Intergarindo
H Memed
M. Yamiin 106.889.262,00 106.889.262,00 75.215.000,00 31.674.262,00 30
Kiekie
Sutedja 732.899.110,00 732.899.110,00 520.894.177,00 212.004.933,00 29
PT Ital
Frans MFI 630.190.000,00 630.190.000,00 425.000.000,00 205.190.000,00 33
Jumlah 698.495.432,00
Hal ini tidak sesuai dengan butir 3.1 sampai dengan 3.4 Pedoman Pelaksanaan
Kerja TL yang ditandatangani pada tanggal 8 Agustus 2000 oleh semua TL
yang antara lain menyatakan bahwa discount atau penghapusan dimungkinkan
untuk diberikan berdasarkan keputusan masing-masing TL BDL dengan
pertimbangan sebagai berikut:
(1) Pertimbangan yang bersifat ekonomis menjadi penting apabila upaya
hukum melalui jalur hukum akan memakan biaya yang lebih besar dan
jangka waktu yang panjang ditambah adanya unsur ketidakpastian;
(2) Kemampuan debitur atau keadaan perusahaan debitur untuk dapat
membayar kewajibannya serta status dan nilai agunan;
(3) Pada dasarnya pemberian discount/penghapusan untuk bunga pinjaman
dimungkinkan. Discount /penghapusan terhadap pokok pinjaman harus
dilihat secara kasus demi kasus.
(4) Pemberian discount atas pokok pinjaman termaksud pada butir 3.3
maksimum 25%. Bagi debitur yang tidak bersedia dimaksud, agar
diselesaikan melalui jalur hukum (eksekusi) dan apabila masih ada saldo/
sisa pinjamannya, maka sisanya tetap menjadi kewajiban debitur
dimaksud.
Hal ini disebabkan TL PT. Bank Industri (DL) tidak sepenuhnya mengikuti
Pedoman Pelaksanaan yang telah ditetapkan tersebut.
Kondisi di atas mengakibatkan penerimaan dari pelunasan kredit tidak optimal
sebesar Rp698.495.432,00.
Tanggapan - TL PT Bank Industri (DL) memberikan tanggapan sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 248/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pinjaman yang diberikan discount lebih besar 25% dari sisi manajemen
pengelolaan penghapusan pinjaman sebesar Rp698.495.432,00 adalah
merupakan 0,31% dari total penghapusan sebesar Rp2.812.119.553,00.
Penghapusan yang diberikan adalah merupakan pertimbangan yang spesifik
dari TL sehingga pemberian keringanan sangat variatif namun bila dihitung
secara rata-rata, maka penghapusan yang diberikan berdasarkan angka historis
adalah sebesar 5,37% dan secara verifikasi adalah 1,26%. Bahwa pemberian
discount untuk debitur kooperatif diselesaikan case by case dengan patokan
umum pemberian discount maksimal 25% terkecuali terdapat hal-hal yang
dianggap akan lebih menyulitkan BDL bilamana dilakukan melalui saluran
hukum.
Saran - BPK–RI memberikan saran agar TL PT Bank Industri (DL)
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang tidak sesuai dengan
ketentuan kepada RUPS sehubungan dengan penghapusan pinjaman piutang
kepada debitur melebihi 25%.
2) Penjualan Aset
Realisasi pencairan aset sampai dengan tanggal 30 April 2005 yang berasal dari
penjualan harta tetap dan inventaris adalah sebesar Rp28.796.760.000,00. Nilai
verifikasi aktiva tetap tersebut per tanggal 31 Oktober 1997 adalah
Rp12.936.133.171,00.
Dari hasil pemeriksaan atas penjualan aktiva tetap dan inventaris, dapat
disimpulkan bahwa proses penjualan aktiva tetap telah sesuai dengan ketentuan
yaitu dengan sistem lelang baik yang dilakukan oleh TL sendiri maupun yang
dilakukan melalui kantor lelang.
- Lain-Lain 1.004.573.790,00
Jumlah 104.286.185.146,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 249/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Jumlah Rp48.480.625.181,00
Dari hasil pemeriksaan atas biaya operasional diperoleh temuan sebagai berikut:
Temuan – Dasar Pembayaran Honor TL Bank Industri (DL) yang Ditetapkan oleh
RUPS untuk Periode 1997 sampai dengan April 2005 Melebihi Ketentuan yang
Ditetapkan oleh BI
Rincian honor yang telah dibayarkan sampai dengan tanggal 30 April 2005 adalah
sebagai berikut:
dalam rupiah
No. Periode Jumlah Honor Total
1. Des’97 s.d. Okt ‘99 Ketua Rp20 juta 1.207.500.000,00
(23 bulan x Rp52,5 juta) Wkl.Ketua Rp17,5 juta
Angg. Rp15 juta
2. Nov’99 s.d. Des’00 (14 bulan Ketua Rp7,5 juta 245.000.000,00
x Rp17.5 juta) Wkl.Ketua Rp5 juta
Angg. Rp5 juta
3. Jan’01 s.d. Maret ‘01 Ketua Rp7,5 juta 37.500.000,00
(3 bulan x Rp12,5 juta) Anggota Rp5 juta
4. Apr ’01 s.d. Jun ’01 (3 bulan x Ketua Rp7,5 juta 52.500.000,00
Rp17,5 juta) Wkl.Ketua Rp5 juta
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 250/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
No. Periode Jumlah Honor Total
Angg. Rp5 juta
5. Juli ’01 s.d. Sep ’01 (3 bulan Ketua Rp7,5 juta 37.500.000,00
x Rp12,5 juta Anggota Rp5 juta
6. Okt ’01 s.d. Feb ’02 (5 bulan x Ketua Rp7,5 juta 62.500.000,00
Rp12,5 juta Anggota Rp5 juta
7. Maret 2002 (1 bulan x Rp61,5 Ketua Rp20 juta 61.500.000,00
juta) Angg. Rp15 juta
8. Apr ’03 s.d. Mei 03 (14 bulan Ketua Rp20 juta 700.000.000,00
x Rp50 juta) Angg. Rp15 juta
9. Jun ’03 s.d. Juli 03 (2 bulan x Ketua Rp7,5 juta 35.000.000,00
Rp17,5 juta Wkl.Ketua Rp5 juta
Angg. Rp5 juta
10. Agust ’03 s.d. Nov ’03 (4 Angg. Rp5 juta 40.000.000,00
bulan x Rp10 juta)
11. Des ’03 s.d. Apr ’05 (17 bulan Ketua Rp20 juta 892.500.000,00
x Rp52,5 juta Wkl.Ketua Rp17,5 juta
Angg. Rp15 juta
Jumlah 3.371.500.000,00
Sesuai surat BI Nomor 1/4/DGS/DPIP/Rahasia tanggal 2 November 1999 yang
mengatur tentang honorarium TL, besarnya honor TL adalah sebagai berikut:
1) Ketua sebesar Rp 7.500.000,00
2) Wakil Ketua dan anggota masing-masing sebesar Rp5.000.000,00
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Ijin Usaha,
Pembubaran dan Likuidasi Bank pada Pasal 18 ayat (2) disebutkan bahwa honor TL
yang termasuk salah satu komponen dalam biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan dengan berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan BI.
tanggal 14 Mei 1999, yang menyatakan masa kerja TL berakhir sampai dengan
November 2002 tetapi berdasarkan surat BI No.1/4/DGS/DPIP/Rahasia tanggal 2
November 1999 penggajian masih diberlakukan sampai November 2003. Sejak berakhir
masa kerja TL (5 tahun 6 bulan), TL memberlakukan penggajian berdasarkan RUPS
tanggal 24 November 1997.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 251/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Nilai
Kas Rp -
Giro pada Bank Lain Rp 6.998.992.982,00
Penempatan pada Bank Lain Rp 72.000.000.000,00
Kredit yang Diberikan Rp 31.782.382.323,00
Penyertaan Saham Rp -
Cadangan Penyisihan Penghapusan Rp -
Aktiva Tetap Rp 40.000.000,00
Akumulasi Penyusutan Rp -
Aktiva Lain-Lain Rp 2.976.068.085,00
Selain aset yang tercantum dalam laporan keuangan tersebut, TL PT Bank Industri (DL)
juga masih memiliki aset jaminan dari pihak terkait yang masih diharapkan
pemasukannya, berupa jaminan kredit yang ditangani oleh pengacara senilai
Rp55,893,072,788.00 (Outstanding per tanggal 30 April 2005) - Lihat Lampiran I
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 252/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 253/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PADA
PT BANK ANRICO
(DALAM LIKUIDASI)
Nomor : 01.F/XII/02/2006
Tanggal : 06 Februari 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 254/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 4
3. Sasaran Pemeriksaan 4
4. Metodologi Pemeriksaan 4
5. Jangka Waktu Pemeriksaan 5
6. Obyek Pemeriksaan 5
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 255/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Halaman
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 256/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
ATAS
PADA
Dengan status Bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum sistem pengendalian
intern (SPI) pada PT Bank Anrico (DL) tidak dapat diandalkan, karena beberapa hal.
Pertama, lingkungan pengendalian yang ada tidak dapat berjalan secara memadai.
Diantaranya posisi pemegang saham utama yang sekaligus juga debitur utama menyulitkan
pengelola yaitu Tim Likuidasi (TL) melakukan tugasnya. Kedua, tidak ada pihak yang
secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi BDL dalam melaksanakan fungsinya,
baik itu Bank Indonesia (BI) maupun Departemen Keuangan. Terakhir, tidak ada
pengawasan yang memadai terhadap akuntabilitas dan kinerja TL selama periode kerjanya.
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Terdahulu
Pemeriksaan BPK-RI di tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga tidak ada
rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 257/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Nilai buku sisa aset per tanggal 24 Juni 2003 sesuai dengan Neraca Akhir Likuidasi
(NAL) hasil audit Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Kartoyo dan Rekan adalah
sebesar Rp36.030.021.324,66, sedangkan nilai realisasinya berjumlah
Rp29.374.878.120,68.
Sementara itu sisa kewajiban BLBI kepada Pemerintah adalah sebesar
Rp200.547.765.928,73, sehingga sisa aset tersebut lebih kecil dari sisa kewajiban.
Terkait hal ini, kami menemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1) Jaminan kredit yang belum terjual berupa tanah dan bangunan berada dalam kondisi
tidak terawat dan dihuni oleh penghuni liar;
2) TL PT Bank Anrico (DL) tidak menguasai bukti-bukti kepemilikan tiga aset
pemegang saham yang dikuasajualkan.
4. SARAN BPK-RI
Atas pemeriksaan pada PT Bank Anrico (DL), BPK–RI memberikan saran kepada TL PT
Bank Anrico (DL) sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 258/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
REPUBLIK INDONESIA
Haryanto Suwondo
NIP. 240000361
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 259/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Dasar hukum pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Anrico (DL) adalah
sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
2. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Anrico (DL) adalah untuk
memastikan dan mengetahui bahwa:
a. Pencairan aset melalui penagihan dan penjualan aset telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
b. Dana dari pencairan aset telah digunakan untuk pembayaran kewajiban-kewajiban
termasuk pembayaran BLBI serta biaya operasional BDL sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
c. Sisa aset yang akan diserahkan kepada Pemerintah setelah berakhirnya proses likuidasi;
d. Apakah terdapat indikasi penyimpangan dalam pencairan aset melalui penagihan dan
penjualan serta pembayaran kewajiban BDL.
3. Sasaran Pemeriksaan
Sasaran pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Anrico (DL) adalah:
a. Proses pencairan aset melalui penagihan piutang kepada para debitur dan penjualan aset;
b. Proses pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan aset
tersebut termasuk pengembalian uang negara (BLBI) kepada Pemerintah.
4. Metodologi Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 260/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pemeriksaan dilakukan sejak tanggal 8 Juni sampai dengan tanggal 19 Juli 2005.
6. Obyek Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 261/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB II
GAMBARAN UMUM
PT Bank Anrico dicabut ijin usahanya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 526/KMK.017/1997 tanggal 1 November 1997. Pencabutan ijin usaha tersebut
dilakukan berdasarkan usulan Bank Indonesia, sesuai dengan surat Nomor
30/67/DIR/UPB2/Rahasia tanggal 31 Oktober 1997.
2. Pembentukan dan Komposisi Tim Likuidasi
TL dibentuk dengan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tanggal 24 Desember 1997
dan telah disahkan oleh BI dengan surat Nomor 30/67/DIR/UPB2/Rahasia dengan susunan
sebagai berikut:
Ketua : Sjahrial Hamid
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 1999 dan Surat Keputusan (SK)
Direksi BI Nomor 32/53/KEP/DIR, masa kerja TL PT Bank Anrico (DL) telah berakhir
tanggal 24 Desember 2002 dan dapat diperpanjang sampai dengan tanggal 24 Juni 2003.
Namun karena kegiatan likuidasi (pencairan aset dan pembayaran kewajiban) belum dapat
diselesaikan seluruhnya, maka belum dilaksanakan RUPS untuk pembubaran TL. Dengan
demikian, keberadaan TL PT Bank Anrico (DL) tidak sesuai dengan ketentuan.
3. Jumlah BLBI yang Diterima
Jumlah BLBI yang diterima PT Bank Anrico (DL) sebesar Rp210.080.728.375,73 terdiri
dari:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 262/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Jumlah 210.080.728.375,73
Talangan I 95.967.432.045,00
Talangan II 103.851.000.000,00
Jumlah 200.277.000.000,00
Tidak terdapat jaminan yang diberikan oleh Bank sehubungan dengan BLBI yang diterima.
BLBI yang diberikan kepada Bank telah dialihkan kepada Pemerintah sesuai dengan
kesepakatan bersama antara Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal 6
Februari 1999 dan Akta Cessie yang dibuat di hadapan Notaris Mudofir Hadi tanggal 22
Februari 1999 antara Direksi BI dan Ketua BPPN. Berdasarkan akta cessie tersebut, BLBI
yang dialihkan tersebut adalah posisi tanggal 29 Januari 1999 sebesar
Rp210.080.728.375,73, yang terdiri atas overdraft sebesar Rp9.803.728.375,73 dan DTR
Rp200.277.000.000,00. Dengan pengalihan tersebut maka BLBI yang diberikan oleh BI
beralih menjadi hutang Pemerintah kepada BI dan sekaligus menjadi piutang Pemerintah qq.
BPPN kepada Bank sebesar Rp210.080.728.375,73.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 263/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah BLBI yang telah dibayar hanya mencapai
sebesar 4,54% dari total kewajiban BLBI.
7. Posisi Keuangan PT Bank Anrico (DL) Per Tanggal 1 November 1997
Posisi Keuangan PT Bank Anrico (DL) per tanggal 1 November 1997, yang telah diaudit
oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Kartoyo dan Rekan, dengan Laporan Nomor
053/LAP-KP/VII/’98 tanggal 7 Juli 1998 adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Aktiva Lancar
Kas 2.390.701.410,37
Tagihan pada Bank Lainnya 157.114.701,08
Pinjaman yang Diberikan 145.017.656.020,56
Cadangan Penghapusan (671.358.000,00)
Jumlah Aktiva Lancar 146.894.114.132,01
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 264/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
KEWAJIBAN
Kewajiban Lancar
Kewajiban Segera Dibayar 3.405.629.011,49
Dana Pihak Ketiga 198.658.572.519,55
Rupa-Rupa Pasiva 271.189.575,86
Jumlah Kewajiban Lancar 202.335.391.106,90
Pinjaman pada BI
Dana Talangan 0,00
KLBI 69.554.368,55
Fasilitas Diskonto Lainnya 9.772.705.543,20
Jumlah Pinjaman pada BI 9.842.259.911,75
EKUITAS
8. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal 24 Juni 2003 (Neraca Akhir Likuidasi/NAL)
Posisi keuangan bank yang dikutip dari NAL yang telah diaudit oleh KAP Drs. Kartoyo dan
Rekan, dengan Laporan Nomor 003/LAP-KP/I/2004 tanggal 20 Januari 2004, sebagai
berikut:
dalam rupiah
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 265/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
AKTIVA
Aktiva Lancar
KEWAJIBAN
Kewajiban Lancar
Pinjaman pada BI
EKUITAS
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 266/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Sesuai dengan Risalah Rapat tanggal 18 Mei 2004 melalui surat Nomor 6/165/DPIP/IPSiP
tanggal 18 Mei 2004, NAL tersebut masih belum disetujui oleh BI diantaranya karena perlu
adanya koreksi penyajian nilai buku NAL berdasarkan nilai buku historis Neraca Penutupan
Audited PT Bank Anrico (DL) per tanggal 1 November 1997. Selain itu sesuai surat BI
Nomor 7/158/DPIP/IADmP tanggal 11 Mei 2005 terdapat beberapa perbedaan pos seperti
perbedaan pos-pos biaya antara laporan bulanan dengan laporan NAL.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 267/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
Dari pemeriksaan atas sistem pengendalian intern yang meliputi lingkungan pengendalian
dan pengendalian pengamanan termasuk monitoring menunjukkan masih adanya kelemahan
dalam sistem pengendalian intern. Hal ini nampak dalam uraian sebagai berikut:
a. Lingkungan Pengendalian
Dengan status Bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum lingkungan
pengendalian pada PT Bank Anrico (DL) tidak dapat diandalkan, karena setiap unsur
manajemen tidak dapat melakukan fungsinya secara memadai.
Sesuai dengan ketentuan yang ada, pada akhir masa tugasnya TL nantinya bertanggung
jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Akan tetapi dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari, TL juga harus menyelesaikan tagihan kepada debitur utamanya, yang
pada umumnya terkait dengan pemegang saham utama, antara lain dengan meminta
tambahan jaminan terhadap hutang-hutang mereka kepada bank yang telah berkategori
macet.
Selain itu, secara substansi tidak jelas siapa pemilik utama harta yang masih ada di PT
Bank Anrico (DL), mengingat pada umumnya nilai kewajibannya kepada Pemerintah
berupa saldo debet dan dana talangan rupiah lebih besar dari harta yang ada. Di
samping itu, saat ini PT Bank Anrico (DL) juga sedang menghadapi tuntutan dari
kreditur yang merasa memiliki piutang pada PT Bank Anrico (DL), tetapi atas simpanan
tersebut tidak tercatat dalam Laporan Keuangan Penutupan PT Bank Anrico (DL). Dari
sisi ketentuan perusahaan, harta tersebut adalah milik pemegang saham utama, tetapi
dengan besarnya kewajiban kepada Pemerintah, maka Pemerintah merupakan pihak
yang lebih berhak terhadap harta yang masih ada. Dengan kondisi ini, TL kurang
memahami bahwa harta yang masih ada seharusnya sudah menjadi bagian keuangan
negara sehingga seluruh kegiatan TL seharusnya lebih diarahkan terhadap kepentingan
negara. Dalam kenyataannya pemegang saham utama masih besar pengaruhnya
terhadap pelaksanaan tugas TL sehari-hari yang dapat mengakibatkan tidak
maksimalnya pengembalian harta PT Bank Anrico (DL) kepada Negara.
b. Pengendalian Pengamanan
Tidak ada pihak yang secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi PT Bank
Anrico (DL), baik itu BI maupun Departemen Keuangan. Selama ini pihak BI hanya
memantau posisi aset dan kewajiban serta setoran kepada Negara dari PT Bank Anrico
(DL).
Ketidakjelasan ini mengakibatkan tidak adanya ketentuan dan atau prosedur yang
memadai dan secara tegas mengatur pelaksanaan tugas TL terutama dalam melakukan
pencairan aset dan pembayaran kewajiban kepada Pemerintah.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 268/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Untuk kegiatan pencairan aset di PT Bank Anrico (DL), selain kegiatan pencairan aset
bank dan jaminan yang diambil alih, juga terdapat pencairan aset milik pemegang
saham, baik yang diserahkan oleh pihak terkait dengan pemegang saham maupun aset
yang berhasil disita dari pemegang saham. Atas aset tersebut oleh TL dilakukan
penyitaan dan dilakukan penjualan proses lelang pengadilan.
Pengurusan aset milik pemegang saham yang diambil alih tersebut dilakukan dengan
menggunakan jasa konsultan hukum.
Selain ketidakjelasan tentang pihak yang menjadi pengawas PT Bank Anrico (DL), juga
terdapat ketidakjelasan mengenai masa kerja TL PT Bank Anrico (DL). Sesuai dengan
ketentuan yang ada, masa kerja TL PT Bank Anrico (DL) pada umumnya adalah selama
lima tahun sejak terbentuknya TL ditambah dengan enam bulan. Pada akhir masa tugas
TL harus menyusun NAL yang akan dimintakan persetujuan ke BI sebagai dasar RUPS
dalam rangka pebubaran TL. Tetapi sampai dengan lima tahun masa kerja TL dan telah
disusun NAL ternyata belum ada persetujuan dari BI mengenai pelaksanaan RUPS dan
sampai dengan akhir pemeriksaan belum ada kejelasan mengenai status TL walaupun
masa kerja TL telah berakhir.
Berdasarkan monitoring atas pelaksanaan pemeriksaan pada PT Bank Anrico (DL)
diketahui bahwa selama ini pemeriksaan yang dilakukan oleh KAP adalah untuk
menentukan posisi aset dan kewajiban. Tidak ada audit yang ditujukan untuk menilai
kinerja TL dan atau memberikan opini terhadap laporan keuangan PT Bank Anrico
(DL).
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Terdahulu
Pemeriksaan BPK-RI pada tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga tidak ada
rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Posisi kredit yang disalurkan PT Bank Anrico (DL) per tanggal 1 November 1997
sebesar Rp145.017.656.020,56. Dari nilai tersebut, realisasi penyelesaian kredit
yang dilakukan TL sampai dengan tangggal 30 April 2005 berjumlah
Rp18.299.203.763,51, dengan rincian sebagai berikut:
dalam rupiah
Jumlah yang
Diterima
* Kas Tunai
- Pihak Terkait 267.683.953,27
- Pihak Tidak Terkait 3.154.780.792,04
Jumlah 3.422.464.745,31
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 269/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Jumlah yang
Diterima
* Offset
- Pihak Terkait 0,00
- Pihak Tidak Terkait 534.781.383,74
Jumlah 534.781.383,74
* Discount
- Pihak Terkait 0,00
- Pihak Tidak Terkait 1.472.172.692,59
Jumlah 1.472.172.692,59
* Agunan
- Pihak Terkait 7.565.892.499,01
- Pihak Tidak Terkait 0,00
Jumlah 7.565.892.499,01
Jumlah 5.303.892.442,86
Tidak terdapat realisasi penyelesaian kredit setelah NAL pada tanggal 24 Juni 2003.
Dari hasil pemeriksaan terhadap penagihan kredit, ditemukan permasalahan sebagai
berikut:
a) Temuan - Seluruh Penjualan Tanah dan Bangunan Tidak Dilakukan
Melalui Lelang, Namun Melalui Penjualan Langsung
Penjualan tanah dan bangunan atas aset bank, jaminan kredit dan aset
pemegang saham yang dikuasajualkan sebanyak 14 aset dengan nilai penjualan
bruto keseluruhan sebesar Rp17.531.820.000,00 tidak dilakukan melalui lelang,
namun melalui penjualan langsung. Aset tersebut terdiri Aset PT Bank Anrico
(DL) sebesar Rp3.800.000.000,00, Jaminan Kredit sebesar Rp8.067.500.000,00,
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 270/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
saham PT Bank Anrico (DL) untuk menjual aset melalui lelang tetapi tidak
ditanggapi.
Saran - BPK-RI memberikan saran agar TL PT Bank Anrico (DL)
mempertanggung-jawabkan pelaksanaan tugas yang tidak sesuai dengan
ketentuan kepada RUPS
b) Temuan – Penjualan Tanah Jaminan Kredit Bukan kepada Penawar yang
Mengajukan Harga Tertinggi sehingga Penerimaan TL Berkurang Sebesar
Rp863,38 juta
Penjualan tanah yang dilakukan oleh TL PT Bank Anrico (DL) atas jaminan
kredit PT Bunga Setangkai (Pihak Terkait) dengan Jaminan PMK Nomor
04.003/PRK, di Jalan Arengka Riau seluas 34.747m 2 (Sertifikat Nomor 5879,
5482, 211 dan 1580) senilai Rp3.480.000.000,00 dilakukan melalui penjualan
langsung pada tanggal 13 April 2000.
Berdasarkan iklan yang dimuat pada surat kabar Riau Pos tanggal 8 Januari
1999, Kompas tanggal 8 Januari 1999 dan 20 April 1999, penawaran yang
diterima oleh TL PT Bank Anrico (DL) sebagai berikut:
dalam rupiah
Tanggal 2
Nama Penawar Harga/m Nilai
Penawaran
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 271/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 272/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
c) Temuan – Pihak Terkait PT Bank Anrico (DL) Tidak Kooperatif Dalam
Proses Penjualan Jaminan Kredit Berupa Delapan Ruko Sehingga Hasil
Penjualan Belum Dapat Direalisasikan Sebesar Rp897.847.508,97
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 273/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Realisasi penyelesaian aktiva tetap dan aktiva lainnya milik PT Bank Anrico (DL)
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 274/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dana Talangan Rupiah. Dengan demikian jumlah kewajiban kepada Pemerintah yang
belum dilunasi berjumlah Rp200.547.765.928,73 dengan rincian sebagai berikut:
dalam rupiah
Pada posisi tanggal 30 April 2005, jumlah kewajiban yang belum dilakukan
pembayaran sebesar Rp205.396.094.662,14 terdiri dari:
Dalam rupiah
Bank Indonesia
- Dana Talangan 190.744.042.659,93 190.744.042.659,93
- Saldo Debet 9.803.728.375,73 9.803.728.375,73
Keterangan:
Posisi kewajiban tersebut dikutip dari NAL per tanggal 24 Juni 2003 yang telah diaudit oleh KAP Drs.
Kartoyo dan Rekan, dengan Laporan Nomor 003/LAP-KP/I/2004 tanggal 20 Januari 2004.
Dari hasil pemeriksaan terhadap pembayaran kewajiban, kami tidak menemukan adanya
permasalahan.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 275/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Besarnya sisa aset yang menjadi bagian Pemerintah, sesuai dengan NAL per tanggal 24
Juni 2003 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Kartoyo dan
Rekan dengan Laporan Nomor 003/LAP-KP/I/2004 tanggal 20 Januari 2004 adalah
sebesar nilai buku Rp36.030.021.324,68 dan nilai realisasi Rp29.374.878,120,68.
Bila dibandingkan dengan jumlah BLBI yang belum dilunasi oleh TL PT Bank Anrico
(DL) sebesar Rp200.547.765.928,73, maka sisa aset tersebut hanya dapat menutup
17,96% berdasarkan nilai buku dan 14,65% berdasarkan nilai realisasinya.
Dari hasil pemeriksaan atas sisa aset ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1) Temuan - Jaminan Kredit yang Belum Terjual Berupa Tanah dan Bangunan
Dalam Kondisi Tidak Terawat dan Dihuni oleh Penghuni Liar
Nomor 31 atas SHM Nomor 187, dengan penggugat Anwar Syukur dan
Reno Anwar Syukur selaku Pemegang Saham 99% saham PT Bank Anrico
(DL);
(4) Di depan ruko-ruko yang menghadap ke terminal (antara Blok A dan blok
B) terdapat pedagang kaki lima yang menempati tanah yang dijaminkan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 276/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
beraturan.
Hal ini tidak sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Direksi BI Nomor
32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 Pasal 20 yang menyebutkan bahwa “sejak
terbentuknya Tim likuidasi, tanggung jawab pengelolaan bank beralih dari
Pengurus Bank kepada Tim Likuidasi”. Selain itu pada Pasal 22 ayat (1)
disebutkan bahwa “Tim Likuidasi wajib melaksanakan tugasnya secara efisien
dan efektif sehingga dapat menyelesaikan Likuidasi Bank dalam waktu singkat”.
Hal ini disebabkan tidak tersedianya biaya operasional yang dimiliki oleh TL
PT Bank Anrico (DL) untuk mengamankan lokasi tersebut.
Kondisi ini mengakibatkan aset tersebut sulit untuk dijual sehingga
mempengaruhi kelancaran pengembalian BLBI.
Tanggapan – Atas permasalahan tersebut, TL PT Bank Anrico (DL) memberikan
tanggapan sebagai berikut:
a) Tanah dan Bangunan di Kompleks Cut Meutia Bekasi Timur
TL meminta kepada pihak PT Bunga Setangkai terhadap perawatan dan
pemeliharaan kawasan Kompleks Ruko Cut Meutia Plaza, Bekasi Timur namun
tidak pernah ditanggapi oleh pihak PT Bunga Setangkai.
b) Tanah di Cipondoh, Cileduk – Tangerang
TL menyampaikan bahwa Sertifikat Hak Milik yang dijadikan jaminan kredit
oleh Debitur PT Bunga Setangkai, tidak dikat secara Notarial sejak PT Bank
Anrico (DL) masih beroperasi (Hipotek/HakTanggungan) sehingga keberadaan
jaminan secara fisik maupun hak pengelolaannya masih melekat pada debitur
PT Bunga Setangkai. Demikian juga dengan Sertifikat Hak Milik atas tanah-
tanah yang berada di Cipondoh-Tanggerang yang dijaminkan oleh PT
Pangkalan Menanti Film juga tidak ada pengikatan kredit secara Notarial
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 277/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari aset pemegang saham yang dikuasajualkan PT Bunga Setangkai (pihak terkait)
kepada TL PT Bank Anrico (DL), terdapat tiga tanah yang tidak didukung oleh
bukti kepemilikan dan belum dilakukan proses pensertifikatan, sebagai berikut:
a) Tanah di Jalan Raden Fatah, Batam, Riau seluas 192m2, dokumen yang ada
berupa Jual Beli Bangunan Nomor 83 tanggal 19 Desember 1988 dari penjual
Zufri kepada Anwar Syukur (atas nama PT Bunga Setangkai), karena
pembuatan Sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) belum dilakukan. Sesuai
dengan penilaian dari PT Penilai tanggal 14 Januari 2003 nilai pasar tanah
tersebut adalah sebesar Rp900.000.000,00 dan nilai likuidasi sebesar
Rp510.000.000,00;
b) Tanah di Simpang Tiga Pekanbaru seluas 46.250m . Pembuatan sertifikatnya
2
belum dilakukan, dokumen yang ada hanya berupa Akta Jual Beli Nomor
46/1971 tanggal 8 September 1971 dari penjual Muchtar Sjamsuddin, SH
kepada pembeli yaitu Anwar Syukur. Sesuai dengan penilaian dari PT Penilai
tanggal 14 Januari 2003, nilai pasar tanah tersebut adalah sebesar
Rp346.875.000,00 dan nilai likuidasi sebesar Rp169.968.750,00;
c) Atas ruko di Komplek Ruko Cut Meutia Plaza, Bekasi dengan SHM Nomor
3045 seluas 71m2 dan Nomor 3047 seluas 74m 2. Kedua sertifikat tersebut
masih berada pada Pemegang Saham dan Direktur Utama PT Bunga Setangkai
(Pihak Terkait). Hasil penilaian dari PT Penilai tanggal 14 Januari 2003
masing-masing mempunyai nilai pasar sebesar Rp150.000.000,00 dan nilai
likuidasi sebesar Rp105.000.000,00.
Hal ini tidak sesuai dengan Pasal 20 SK Direksi BI Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal
14 Mei 1999 yang menyatakan bahwa “sejak terbentuknya Tim likuidasi, tanggung
jawab pengelolaan bank beralih dari Pengurus Bank kepada Tim Likuidasi”.
Seharusnya TL wajib melakukan upaya untuk menyelesaikan bukti-bukti
kepemilikan tanah tersebut.
Hal ini mengakibatkan TL tidak dapat menjual tanah tersebut sehingga mengurangi
potensi pelunasan BLBI.
Kondisi ini disebabkan tidak adanya itikad baik dari Pemegang Saham PT Bunga
Setangkai yang juga Pemegang Saham mayoritas PT Bank Anrico (DL).
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 278/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 279/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
REPUBLIK INDONESIA
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 280/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 281/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PADA
PT BANK JAKARTA
(DALAM LIKUIDASI)
Nomor : 01.G/XII/02/2006
Tanggal : 06 Februari 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 282/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 5
4. Metodologi Pemeriksaan 6
5. Jangka Waktu Pemeriksaan 6
6. Obyek Pemeriksaan 6
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 283/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan 15
a. Realisasi Pencairan Aset 15
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 284/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
ATAS
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum sistem pengendalian
intern (SPI) pada PT Bank Jakarta (DL) tidak dapat diandalkan, karena beberapa hal.
Pertama, lingkungan pengendalian yang ada tidak dapat berjalan secara memadai. Di
antaranya posisi pemegang saham utama yang sekaligus juga debitur utama menyulitkan
pengelola yaitu Tim Likuidasi (TL) melakukan tugasnya. Kedua, tidak ada pihak yang
secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi Bank Dalam Likuidasi (BDL) dalam
melaksanakan fungsinya, baik itu Bank Indonesia (BI) maupun Departemen Keuangan.
Terakhir, tidak ada pengawasan yang memadai terhadap akuntabilitas dan kinerja TL
selama periode kerjanya.
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Terdahulu
Pemeriksaan BPK-RI atas PT Bank Jakarta (DL) di tahun 2000 adalah pemeriksaan
investigasi sehingga tidak ada rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL
untuk ditindaklanjuti. Akan tetapi kami juga menemukan perkembangan terkait
pemeriksaan terdahulu tersebut.
Dalam audit terdahulu, BPK-RI mempermasalahkan adanya pembayaran terhadap Dana
Pihak Ketiga (DPK) pihak terkait yang oleh pemegang saham Sdr. H. Probosutedjo
dinyatakan telah disetujui secara lisan oleh Direksi BI. Deputi Gubernur Senior BI melalui
surat Nomor 3/3/DGS/DPIP tanggal 11 Januari 2001 membantahnya dan memerintahkan
Sdr. H. Probosutedjo mengembalikan dana talangan rupiah (DTR) yang telah disalurkan
kepada pihak terkait tersebut sebesar Rp96.759.000.000,00. Namun berdasarkan Surat
Kejaksaan Agung RI tanggal 9 April 2002 dijelaskan bahwa penyelidikan terhadap kasus
penyalahgunaan dana talangan dari BI oleh PT Bank Jakarta (DL) telah selesai dan
perbuatan yang ditemukan adalah perbuatan perdata.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 285/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pemeriksaan BPK-RI meliputi pemeriksaan atas realisasi pencairan aset baik berupa
penagihan kredit maupun penjualan aset, pembayaran kewajiban (termasuk biaya
operasional), sisa aset, dan indikasi tindak pidana korupsi (TPK) serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan BDL.
Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:
a. Realisasi Pencairan Aset
Nilai buku total aset berdasarkan neraca likuidasi per tanggal 31 Oktober 1997 sebesar
Rp226.898.517.741,00 dan sampai dengan tanggal 30 April 2005 telah direalisasikan
melalui penagihan kredit sebesar Rp94.429.197.487,00 dan melalui penjualan aset
sebesar Rp2.023.052.094,00.
Terkait dengan hal tersebut, kami menemukan masalah terkait penagihan kredit sebagai
berikut:
1) Aset jaminan debitur PT Andriant Trading Engineering dijual oleh TL PT Bank
Jakarta (DL) di bawah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), sehingga terjadi selisih
sebesar Rp68.951.000,00.
Sementara dari realisasi penjualan aset ditemukan hal-hal sebagai berikut:
2) Penjualan kendaraan bermotor dilakukan dengan penunjukan langsung.
3) Pajak (PPh dan BPHTB) kurang bayar/setor dalam penjualan aset senilai
Rp87.777.150,00, dengan rincian sebagai berikut:
a) Kekurangan setor PPh dan BPHTB untuk penjualan rumah di Kompleks
Singosari Estate Blok A No. 7 Bandung sebesar Rp19.200.000,00.
b) Kekurangan setor PPh untuk penjualan rumah di Kompleks Singosari Estate
Blok A No. 10 Bandung sebesar Rp7.188.000,00.
c) Kekurangan setor PPh final untuk penjualan rumah di Jl. Waizir Medan sebesar
Rp1.141.200,00.
d) Kekurangan setor PPh final untuk penjualan empat unit ruko di Kesawan
Medan sebesar Rp52.247.950,00.
e) Kekurangan setor PPh untuk penjualan tanah di Sudiroprajan Surakarta sebesar
Rp8.000.000,00.
4) Penjualan ruko di Komplek Pasar Induk Caringin Bandung lebih rendah
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 286/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Nilai buku sisa aset per tanggal 30 April 2005 yang telah diaudit Kantor Akuntan
Publik Tjahjo, Machdjud Modopuro & Rekan adalah Rp160.639.374.642,34 dengan
nilai realisasi sebesar Rp80.626.420.734,00.
Sementara itu, kewajiban yang masih harus ditanggung pihak PT Bank Jakarta (DL)
adalah sebesar Rp112.062.440.287,00 dengan rincian sebesar Rp110.134.054.438,00
merupakan kewajiban Bank kepada Pemerintah dan sisanya sebesar
Rp1.928.385.849,00 merupakan kewajiban kepada pihak lain. Dengan demikian sisa
aset milik PT Bank Jakarta (DL) hanya mampu menutup 73% kewajiban kepada
Pemerintah.
Terkait hal ini, kami menemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1) Terdapat Harta Tetap dan Inventaris (HTI) Bank berupa satu unit mobil merk
Mitsubishi tipe L 300 DB tahun 1994 yang masih berada dalam penguasaan pihak
lain.
2) Sisa aset eks-jaminan
a) Terdapat aset jaminan yang dipinjam pemegang saham.
b) Aset jaminan kredit dikembalikan kepada debitur oleh pemegang saham.
c) Jaminan diambil alih oleh pemegang saham PT Bank Jakarta (DL).
d) Hutang PT Interkon Kebon Jeruk senilai Rp4.111.000.000,00 tidak didukung
dengan jaminan.
e) Sertifikat dan bukti kepemilikan dipegang oleh pihak lain yang bukan karyawan
PT Bank Jakarta (DL).
4. Saran BPK-RI
Sehubungan dengan pemeriksaan pada PT Bank Jakarta (DL), BPK – RI memberikan saran
sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 287/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
REPUBLIK INDONESIA
Haryanto Suwondo
NIP. 240000361
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 288/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Dasar hukum pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Jakarta (DL)adalah:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1993 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK-RI);
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
2. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Jakarta (DL) adalah untuk
memastikan dan mengetahui bahwa:
a. Pencairan aset melalui penagihan dan penjualan aset telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
b. Dana dari pencairan aset telah digunakan untuk pembayaran kewajiban-kewajiban
termasuk pembayaran BLBI serta biaya operasional PT Bank Jakarta (DL) sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku;
c. Sisa aset PT Bank Jakarta (DL) yang akan diserahkan kepada Pemerintah setelah
berakhirnya proses likuidasi;
d. Apakah terdapat indikasi penyimpangan dalam pencairan aset melalui penagihan dan
penjualan serta pembayaran kewajiban PT Bank Jakarta (DL).
3. Sasaran Pemeriksaan
Sasaran pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Jakarta (DL) adalah:
a. Proses pencairan aset melalui penagihan piutang kepada para debitur dan penjualan
aset;
b. Proses pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan aset
tersebut termasuk pengembalian uang negara (BLBI) kepada Pemerintah.
4. Metodologi Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 289/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
c. Melakukan pengujian dengan mengambil sampling transaksi penagihan dan penjualan
aset, serta pembayaran kewajiban-kewajiban;
d. Melakukan analisis terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam pengelolaan
aset dan pembayaran kewajiban;
e. Melakukan konfirmasi, observasi fisik, diskusi dan wawancara dengan instansi dan/atau
pejabat yang berkompeten.
5. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan pada PT Bank Jakarta (DL) dilakukan sejak tanggal 8 Juni sampai dengan
tanggal 19 Juli 2005.
6. Obyek Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 290/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB II
GAMBARAN UMUM
TL PT Bank Jakarta (DL) yang disebut juga sebagai Tim Pemberesan (TP) dibentuk
berdasarkan Surat Direksi BI Nomor 30/176/DIR/UHA tanggal 12 Maret 1998, dengan
susunan sebagai berikut:
Ketua : H. Probosutedjo
Anggota : Dudung Hamidi
Drs. H. Triwidodo
Drs. Waldjimin
Muh. Amin, SE
H. Amidhan
Bambang Suroso
TP/TL telah mengalami dua kali perubahan, susunan terakhir sesuai dengan persetujuan BI
Nomor 1/20/DPIP/IDPiP tanggal 1 Oktober 1997 adalah sebagai berikut:
Ketua : H. Probosutedjo
Anggota : Dudung Hamidi
Drs. Waldjimin
Selain TP/TL, Bank juga merekrut mantan karyawannya untuk menjadi pelaksana teknis
bagi kegiatan pemberesan bank. Jumlah personel pelaksana teknis atau biasa disebut Satuan
Tugas Pemberesan (STP) per tanggal 31 Mei 2005 adalah tujuh orang.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 1999 dan Surat Keputusan
Direksi BI Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999, masa kerja TP/TL seharusnya
sudah berakhir pada tanggal 18 Desember 2003. Namun karena kegiatan likuidasi
(pencairan aset dan pembayaran kewajiban) belum dapat diselesaikan seluruhnya, maka
belum dilaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk pembubaran TL.
Dengan demikian, keberadaan TP/TL PT Bank Jakarta (DL) tidak sesuai dengan ketentuan.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 291/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Jumlah BLBI yang diterima oleh PT Bank Jakarta (DL), sesuai dengan catatan akuntansi BI
maupun Bank adalah sebagai berikut:
a. Dana Talangan Rupiah I (DTR I) Rp35.494.000.000,00
b. Dana Talangan Rupiah II (DTR II) Rp175.500.000.000,00
Bantuan likuiditas berbentuk DTR yang diberikan kepada PT Bank Jakarta (DL) telah
dialihkan kepada Pemerintah sesuai dengan Kesepakatan Bersama antara Menteri Keuangan
dan Gubernur BI tanggal 6 Februari 1999 dan Akta Cessie Nomor 69 yang dibuat di
hadapan Notaris Mudofir Hadi, SH tanggal 29 Februari 1999 antara Direksi BI dengan
Ketua BPPN. Berdasarkan akta cessie tersebut, BLBI yang dialihkan tersebut adalah posisi
tanggal 29 Januari 1999 sebesar Rp210.994.000.000,00. Dengan pengalihan tersebut, maka
BLBI yang diberikan oleh BI beralih menjadi utang pemerintah kepada BI dan sekaligus
menjadi piutang pemerintah c.q. BPPN kepada Bank sebesar Rp210.994.000.000,00.
6. Pengembalian BLBI Per Tanggal 30 April 2005
Jumlah BLBI yang telah dibayar kembali oleh PT Bank Jakarta (DL) sampai dengan tanggal
30 April 2005, adalah sebagai berikut:
Jenis BLBI Penerimaan Pembayaran Sisa
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa pengembalian BLBI hanya mencapai 48% dari total
kewajiban BLBI.
7. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal Penutupan (31 Oktober 1997)
Laporan Keuangan PT Bank Jakarta (DL) per tanggal 31 Oktober 1997 (Neraca Penutupan)
yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Tjahjo, Machdjud Modopuro&Rekan
Nomor 45/LK/1/99 tanggal 5 Januari 1999 adalah sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 292/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
AKTIVA
1 Kas 900.320.877,85
2 Bank Indonesia
a. Giro 12.976.599.339,93
b. SBI 2.997.669.386,00
3 Dana Talangan
a. BDN 0,00
b. BNI 0,00
4 Antar Bank Aktiva
a. Giro 439.146.047,69
b. Deposito 0,00
a. Giro
- Pihak Terkait 30.522.266.454,04
- Bukan Pihak Terkait 6.662.925.575,96
b. Tabungan
- Pihak Terkait 5.242.200.878,17
- Bukan Pihak Terkait 17.070.994.632,64
c. Deposito
- Pihak Terkait 54.037.849.000,00
- Bukan Pihak Terkait 104.742.783.000,00
2 Kewajiban Segera Lainnya 3.327.303.196,00
3 Antar Bank Pasiva
a. Giro 0,00
b. Tabungan 18.645.833,00
c. Deposito 6.000.000.000,00
d. Lainnya 4.018.645.833,20
4 Setoran Jaminan 301.511.450,00
6 Setoran Kepada Pemerintah 0,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 293/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Laporan Keuangan PT Bank Jakarta (DL) per tanggal 18 September 2003 (Neraca Akhir
Likuidasi-NAL) telah diaudit oleh KAP Tjahjo, Machdjud Modopuro & Rekan Nomor
83/LK/9/04 tanggal 6 September 2004 dan telah disetujui oleh BI dengan surat Nomor
7/132/DPIP/IAdmP tanggal 18 April 2005 dengan posisi sebagai berikut:
dalam rupiah
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 294/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
PASIVA
1 Dana Pihak Ketiga
a. Giro
- Pihak Terkait 1.807.000,00
- Bukan Pihak Terkait 104.595.000,00
b. Tabungan
- Pihak Terkait 0,00
- Bukan Pihak Terkait 71.726.000,00
c. Deposito
- Pihak Terkait 0,00
- Bukan Pihak Terkait 3.500.000,00
2 Kewajiban Segera Lainnya 20.522.908,15
3 Antar Bank Pasiva
a. Giro 1.026.157.082,24
b. Tabungan 0,00
c. Deposito 0,00
d. Lainnya 0,00
4 Setoran Jaminan 0,00
5 Setoran Kepada Pemerintah 134.810.545.895,00
6 Kewajiban Kepada BI 0,00
7 Rupa-Rupa Pasiva 7.806.674,95
8 Modal 14.250.000.000,00
9 Cadangan Umum 0,00
10 Laba/Rugi Ditahan 0,00
11 Laba/Rugi Tahun Lalu 30.739.993.625,35
12 Laba/Rugi Tahun Berjalan 2.936.581.207,74
Jumlah Pasiva 183.973.235.393,43
Posisi Laporan Keuangan PT Bank Jakarta (DL) per tanggal 30 April 2005 telah diaudit
oleh KAP Tjahjo, Machdjud Modopuro&Rekan Nomor 51/LK/5/05 tanggal 23 Mei 2005
dan telah disampaikan kepada BI namun belum ada persetujuan adalah sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 295/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
No Pos Perkiraan 30 April 2005
AKTIVA
1 Kas 64.991.644,98
2 Bank Indonesia
a. Giro 0,00
b. SBI 0,00
3 Dana Talangan
a. BDN 0,00
b. BNI 0,00
4 Antar Bank Aktiva
a. Giro 901.429.089,00
b. Deposito 0,00
c. Call Deposito 0,00
d. Lainnya 24.008.082.511,00
5 Kredit yang Diberikan Dalam Rupiah-Terkait 137.866.884.574,86
Cadangan Penghapusan Kredit (3.260.363.177,50)
6 Penyertaan 16.000.000,00
7 Aktiva Tetap & Inventaris 2.588.473.831,00
Akumulasi Penyusutan (1.577.823.831,00)
8 Rupa-Rupa Aktiva 31.700.000,00
Jumlah Aktiva 160.639.374.642,34
PASIVA
1 Dana Pihak Ketiga
a. Giro
- Pihak Terkait 0,00
- Bukan Pihak Terkait 0,00
b. Tabungan
- Pihak Terkait 0,00
- Bukan Pihak Terkait 0,00
c. Deposito
- Pihak Terkait 0,00
- Bukan Pihak Terkait 0,00
2 Kewajiban Segera Lainnya 271.171,00
3 Antar Bank Pasiva
a. Giro 1.026.157.082,24
b. Tabungan 0,00
c. Deposito 0,00
d. Lainnya 0,00
4 Setoran Jaminan 0,00
5 Setoran Kepada Pemerintah 110.134.054.438,33
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 296/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
No Pos Perkiraan 30 April 2005
6 Kewajiban Kepada BI 0,00
7 Rupa-Rupa Pasiva 901.957.594,95
8 Modal 14.250.000.000,00
9 Cadangan Umum 0,00
10 Laba/Rugi Ditahan 0,00
11 Laba/Rugi Tahun Lalu 33.676.574.833,09
12 Laba/Rugi Tahun Berjalan 650.359.522,73
Jumlah Pasiva 160.639.374.642,34
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 297/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
Dari Pemeriksaan atas sistem pengembalian intern yang meliputi lingkungan pengendalian
dan pengendalian pengamanan termasuk monitoring pada PT Bank Jakarta (DL) pada
umumnya menunjukkan masih adanya kelemahan dalam sistem pengendalian intern. Hal ini
nampak dalam uraian berikut:
a. Lingkungan Pengendalian
Dengan status bank yang telah berada dalam proses likuidasi, secara umum lingkungan
pengendalian pada bank tidak dapat diandalkan, karena setiap unsur manajemen tidak
dapat melakukan fungsinya secara memadai.
Sesuai dengan ketentuan yang ada, TL nantinya bertanggung jawab kepada RUPS.
Akan tetapi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, TL juga harus menyelesaikan tagihan
kepada debitur utamanya, yang pada umumnya terkait dengan pemegang saham utama,
antara lain dengan meminta tambahan jaminan terhadap hutang-hutang mereka kepada
bank yang telah berkategori macet.
Selain itu, secara substansi tidak jelas siapa pemilik utama harta yang masih ada di PT
Bank Jakarta (DL), mengingat di sebagian besar BDL, nilai kewajiban kepada
Pemerintah berupa DTR I dan II lebih besar dari harta yang ada. Dari sisi ketentuan
perusahaan, harta tersebut adalah milik pemegang saham, tetapi dengan besarnya
kewajiban kepada Pemerintah, maka Pemerintahlah yang lebih berhak terhadap harta
yang masih ada.
Dengan kondisi ini, sebagian besar TL tidak memahami bahwa harta yang masih ada
seharusnya sudah menjadi bagian keuangan negara sehingga seluruh kegiatan TL
seharusnya lebih diarahkan terhadap kepentingan negara. Dalam kenyataannya
pemegang saham utama masih besarnya pengaruhnya terhadap pelaksanaan tugas TL
sehari-hari sehingga mengakibatkan tidak maksimalnya pengembalian harta PT Bank
Jakarta (DL) kepada Negara.
b. Pengendalian Pengamanan
Tidak ada pihak yang secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi BDL, baik itu
BI maupun Departemen Keuangan. Pihak BI selama ini hanya memantau posisi aset
dan kewajiban serta setoran ke Negara dari masing-masing BDL.
Ketidakjelasan ini mengakibatkan tidak adanya ketentuan dan atau prosedur yang
memadai dan secara tegas mengatur pelaksanaan tugas TL terutama dalam melakukan
pencairan aset dan pembayaran kewajiban kepada Pemerintah.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 298/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pelaksanaan audit yang selama ini dilakukan di TL oleh KAP adalah untuk menentukan
posisi aset dan kewajiban. Tidak ada audit yang ditujukan untuk menilai kinerja TL dan
atau memberikan opini terhadap laporan keuangan TL.
Audit yang dilakukan BPK-RI terhadap TL BDL adalah saat audit investigasi BLBI di
tahun 2000. Dengan demikian sejak tahun 2000 hingga tahun 2005, tidak ada
pengawasan yang memadai terhadap kinerja TL.
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Penyaluran dan Penggunaan BLBI
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 299/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dengan luas tanah 699 m2 dan luas bangunan 1154 m2. Ruko tersebut atas nama Dr.
Ir. Ariono Abdulkadir.
Berdasarkan Surat Keterangan Nilai Jual Objek (NJOP) Pajak Bumi dan Bangunan
Nomor S-368/WPJ.06/KB.01/2003 tanggal 28 Januari 2003, dapat diketahui bahwa
NJOP Ruko tersebut adalah sebesar Rp3.243.951.000,00 (harga tanah dan bangunan
per m2 masing-masing senilai Rp2.779.000,00 dan Rp1.384.800,00).
Aset tersebut dijual melalui Project Marketing Taman Kebon Jeruk di Jl. Meruya
Ilir No. 14 Jakarta Barat dengan fee 2%. TP/TL PT Bank Jakarta (DL) belum
pernah melakukan penilaian atas aset jaminan tersebut, sehingga tidak memiliki
perkiraan nilai sendiri (owner estimate) yaitu dengan harga berapa aset tersebut
akan dijual. Penjualan juga dilakukan tanpa lelang.
Harga jual ruko tersebut ditetapkan dan disetujui TP/TL pada tanggal 9 Januari
2003 dengan harga Rp3.175.000.000,00. Harga tersebut belum dipotong biaya-
satu bilyet giro untuk setoran pinjaman atas nama PT Andriant Trading Engineering
sebesar Rp3.175.000.000,00. Bila dibandingkan dengan NJOP, harga jual tersebut
lebih rendah sebesar Rp68.951.000,00 (Rp3.243.951.000,00-Rp3.175.000.000,00).
Hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Surat BI kepada Forum Komunikasi Bank Dalam Likuidasi Nomor 2/69/IDPiP
tanggal 20 Juni 2000 yang menjelaskan bahwa barang bergerak atau tidak
bergerak yang akan digunakan untuk pembayaran kredit harus terlebih dahulu
dinilai oleh penilai independen.
Kesepakatan Forum Komunikasi TL tanggal 8 Agustus 2000 yang menjelaskan
bahwa barang tidak bergerak yang digunakan sebagai pembayaran kredit
seharusnya terlebih dahulu dinilai oleh penilai independen;
b) Surat BI Nomor 1/4/DGS/DPIP/Rahasia tanggal 2 November 1999 yang
mengatur tentang penjualan aset, bahwa penjualan aset harus dilakukan secara
terbuka dan lelang harus mengacu pada harga pasar. Selain itu terhadap aset
perlu dilakukan penilaian sebelum dijual;
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 300/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
c) Berdasarkan Pedoman Audit BDL diketahui bahwa penjualan aset harus
melebihi atau minimal seharga NJOP.
Hal tersebut mengakibatkan penjualan aset menjadi tidak optimal dan adanya
potensi kerugian dari selisih harga jual dengan NJOP yaitu Rp68.951.000,00.
Hal tersebut disebabkan TL PT Bank Jakarta (DL) tidak mentaati ketentuan
penjualan aset.
Tanggapan - TL memberikan tanggapan sehubungan dengan penjualan aset
jaminan PT Andriant Trading Enginering. Dalam hubungan ini perlu
diinformasikan bahwa:
a) Sejak PT Bank Jakarta (DL) dicabut ijin usahanya debitur telah mengalami
kemacetan dalam usahanya sehingga ruko tersebut tidak digunakan lagi;
b) Telah ditawarkan kepada beberapa pengusaha namun harga yang diminta selalu
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 301/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Penjualan aset di PT Bank Jakarta (DL) memang tidak dilakukan secara lelang
antara lain karena hal-hal sebagai berikut:
a) Dari hasil pantauan dan pengalaman TL penawaran harga yang terjadi di forum
lelang ternyata jauh lebih rendah dari harga-harga patokan yang diinginkan.
Pada awal likuidasi Tim sering diundang untuk menghadiri lelang oleh Balai
Lelang Swasta. Dari pemantauan tersebut ternyata harga penawaran lebih
rendah dari harga patokan;
b) Forum lelang mengetahui bahwa aset yang dijual berasal dari bank yang
dilikuidasi sehingga berada dalam posisi yang lemah oleh karena itu harga
ditekan serendah mungkin;
c) Biaya lelang cukup memberatkan karena walaupun tidak berhasil dilelang, Tim
harus membayar honor/ fee bagi kantor lelang, contohnya lelang untuk jaminan
pinjaman PT Tora Bangun Utama, di mana Tim harus membayar ongkos lelang
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 302/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat diketahui besarnya harta tetap dan inventaris
milik Bank yang dijual senilai (book value) Rp2.023.052.094,00. Dari realisasi
penjualan aset tersebut ditemukan hal-hal sebagai berikut:
a) Temuan - Penjualan Kendaraan Bermotor Dilakukan melalui Penunjukan
Langsung
Ketua TL PT Bank Jakarta (DL) tanggal 11 Maret 2003 memberikan
persetujuan untuk menjual mobil-mobil tersebut kepada anggota TL dan
koordinator TL yang dalam hal ini adalah eks Pimpinan cabang dengan harga
rata-rata Rp25.000.000,00 dengan rincian sebagai berikut:
dalam rupiah
No Kantor Bank Jakarta Harga Perolehan Nilai Buku Harga Jual Pembeli
18/09/03
1 Kantor Pusat
Sedan Mercedez 230 E 145.000.000,00 0 25.000.000,00 Drs. Waldjimin
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 303/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
4 Medan
Toyota Corolla 1600 27.000.000,00 0 27.500.000,00 Sulasikin
ToyotaKijang Komando SSG 36.000.000,00 0 25.000.000,00 Werry Soesilo
5 Bandung
Toyota Corolla GTI thn. 1990 45.500.000,00 0 25.000.000,00 Kunto Sadewo S
6 Yogyakarta
Toyota Kijang GTI Th 1990 45.500.000,00 0 25.000.000,00 Kuntari
452.600.000,00 230.000.000,00
b) Temuan - Pajak (PPh dan BPHTB) kurang bayar dalam penjualan aset
sebesar Rp87.177.150,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 304/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pada tanggal 20 Juni 2002 telah terjadi penjualan rumah dinas di Jalan
Singosari Raya No. 7 RT 002/RW 010 Kelurahan Cibeureum Kecamatan
Cimahi Selatan Bandung. Rumah dinas tersebut memiliki luas tanah 530 m 2
dan luas bangunan 160 m2. Penjualan tanah tersebut dilakukan berdasarkan
akta jual beli No. 507/02 tanggal 20 Juni 2002 oleh Notaris Suwito
Chandra, SH, Notaris di Cimahi, Bandung.
Menurut surat Koordinator TP/TL Bandung (Kunto Sadewo) No. 23/TPBJ-
Bandung/V/2002 tanggal 21 Mei 2002 yang melakukan penawaran atas aset
tersebut hanya satu yaitu Linawati yang beralamat Jl. Singosari Raya No. 8
Cimahi Selatan Bandung, dengan rincian penjualan sebagai berikut:
Harga Jual ( gross) Rp370.000.000,00
Biaya-biaya:
PPh Final 5% x Rp178.000.000 = Rp8.900.000,00
BPHTB 5%(Rp178 juta-Rp30 juta) 7.400.000,00
Biaya Akta Jual Beli 3.000.000,00
Biaya Balik Nama Sertifikat 3.750.000,00
Biaya PJB (Akta Pengosongan) 750.000,00
Total Biaya Rp 23.800.000,00
Harga Neto Rp346.200.000,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 305/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pada tanggal 1 Oktober 2003 telah disetujui penjualan 1 unit rumah SHGB
No. 1273/Desa Aur Jl. Waizir (Jl. Kol. Sugiono No. 3) Medan dengan luas
tanah 146 m2 dan luas bangunan 184 m2 dengan harga jual sebesar
Rp450.000.000,00 ( gross). NJOP aset tersebut berdasarkan PBB tahun
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 306/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 307/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pada tanggal 23 Juni 2000 telah disetujui penjualan tanah seluas 1.382 m 2
yang terletak di Jl. RE Martadinata No. 20, Sudiroprajan, Jebres, Surakarta,
Jawa Tengah.
Tanah dijual dengan harga Rp2.100.000.000,00 dengan rincian sebagai
berikut:
Harga Jual Rp 2.100.000.000,00
PPh (5% x Rp1.952.000.000,00) Rp 97.600.000,00
PBB Rp 1.943.824,00
Rp 99.543.824,00
Rp 2.000.456.176,00
Seharusnya menurut UU PPh Nomor 17 thn.2000 Pasal 4 ayat 2 dasar
pengenaan pajak PPh final dan BPHTB adalah dari harga penjualan tanah
dan bangunan sebesar Rp2.100.000.000,00 bukan dari harga NJOP sebesar
Rp1.952.000.000,00.
Menurut perhitungan di atas, pajak yang dibebankan hanya sebesar
Rp97.600.000,00, sedangkan pajak yang seharusnya dibayar adalah sebesar
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 308/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Hal tersebut tidak sesuai dengan Undang Undang PPh Nomor 17 Tahun
2000 Pasal 4 ayat 2 tentang Pajak Penghasilan Final atas penjualan tanah
dan bangunan.
Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya potensi penerimaan negara dari
sektor pajak sebesar Rp7.400.000,00.
Hal tersebut disebabkan karena TP kurang memahami peraturan
perpajakan.
Tanggapan - TL PT Bank Jakarta (DL) memberikan tanggapan yaitu
mengenai perhitungan pajak, TL mengikuti pembayaran sesuai dengan
tagihan notaris. Namun TP tidak berkeberatan jika dianggap PPh penjual
masih kurang untuk disetor kekurangannya.
Saran – BPK-RI menyarankan agar pajak-pajak yang masih kurang dibayar dan
belum disetor segera dipungut dan disetorkan ke kas negara.
c) Temuan - Penjualan Ruko di Komplek Pasar Induk Caringin Bandung Lebih
Rendah Dibandingkan dengan Nilai Menurut Appraisal sebesar
Rp500.000.000,00
Pada tanggal 7 Desember 2004 telah disetujui penjualan ruko di Komplek Pasar
2
Induk Caringin Blok A/No.22-25 seluas 300 m berikut bangunan di atasnya
seluas 900 m2, Kelurahan Babakan Ciparay, Kabupaten Bandung.
Aset tersebut telah dilakukan penilaian oleh penilai independen yaitu PT Zodiac
Perintis Penilai pada tanggal 11 Juli 2000. Menurut penilai harga pasar dan
biaya penggantian aset tersebut adalah sama yaitu Rp1.800.000.000,00.
Pada tanggal 7 Desember 2004, TP telah menyetujui penjualan tersebut dari
penawar tertinggi yaitu Sdr. T. Nugraha sebesar Rp1.300.000.000,00.
Penawar yang masuk dapat diketahui sebagai berikut:
1) Sdr. H.D. Hadjono sebesar Rp1.000.000.000,00;
2) Sdr. H. Syarifudin Ilyas sebesar Rp1.250.000.000,00;
3) Sdr. T. Nugraha SE sebesar Rp1.300.000.000,00.
Harga jual dari penawar tertinggi tersebut lebih rendah Rp500.000.000,00
dibandingkan dengan penilaian PT Zodiac.
Seharusnya harga penjualan aset minimal sebesar harga penilaian yaitu
Rp1.800.000.000,00. Hal tersebut tidak sesuai dengan kesepakatan Forum
Komunikasi TL tanggal 8 Agustus 2000, bahwa harga jual aset agar dapat
mencapai harga setinggi-tingginya dengan patokan minimal senilai harga
likuidasi berdasarkan appraisal report . Apabila penawaran lebih rendah, maka
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 309/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
3.a.1).
Dalam penjualan ini TP/TL telah membuat catatan yang diperlukan sebagai
legal opinion sebagai pertanggungjawaban atas terjadinya penjualan aset
dimaksud.
Saran – BPK-RI menyarankan agar TL PT Bank Jakarta (DL)
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang tidak sesuai dengan
ketentuan kepada RUPS terkait dengan penjualan ruko di bawah nilai
appraisal .
d) Temuan - Penjualan Rumah di Jl. Laksa No. 34 dan 36 Jakarta Barat di
Bawah NJOP Sehingga Terjadi Selisih Sebesar Rp229.788.000,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 310/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Penjualan tersebut telah disetujui oleh TL PT Bank Jakarta (DL) pada tanggal
15 September 1999. Dalam persetujuannya dijelaskan bahwa kedua rumah
tersebut dapat dijual dengan harga sebesar Rp300.000.000,00, pembayaran
pertama Rp200.000.000,00 dibayar tunai dan sisa pembayaran
Rp100.000.000,00 diangsur selama sembilan bulan. Segala biaya yang timbul
menjadi beban pembeli. Sebelumnya dalam pertemuan tanggal 8 September
1999 antara penghuni rumah tersebut dengan TL PT Bank Jakarta (DL)
disebutkan bahwa dalam penawaran rumah tersebut agar memperhatikan NJOP
yang tercantum dalam PBB 1999, namun TL tetap menyetujui penjualan di
bawah NJOP.
Seharusnya penjualan rumah di Jalan Laksa No. 34 dan 36 dilakukan minimal
dengan harga NJOP sebesar Rp529.788.000,00.
Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya potensi penerimaan bank minimal
sebesar Rp229.788.000,00 dari penjualan aset yang pada akhirnya akan
mengurangi kemampuan PT Bank Jakarta (DL) dalam membayar kewajiban
terhadap negara.
Hal tersebut disebabkan adanya ketidakpahaman TL PT Bank Jakarta (DL)
mengenai ketentuan penjualan aset.
Tanggapan - TL PT Bank Jakarta (DL) memberikan tanggapan bahwa aset
dijual di bawah harga NJOP karena alasan-alasan sebagai berikut:
1) Menurut pengamatan TL tidak ada peraturan yang mewajibkan seseorang
untuk menjual asetnya (tanah dan bangunan) di atas atau sama dengan
NJOP. Menurut hemat TL, NJOP adalah hanya merupakan guidance/
petunjuk kemungkinan harga sebagai dasar untuk menentukan penerimaan
negara atas pajak bumi dan bangunan, sedangkan harga yang terjadi di
pasar (aktual) bisa lebih rendah atau lebih tinggi dari NJOP. Apabila
diwajibkan untuk mengikuti harga NJOP maka pada daerah-daerah tertentu
yang nilai pasarnya rendah maka akan sulit untuk menjual aset tersebut;
2) Walaupun harga di bawah NJOP namun harga jual aset ditetapkan dan
berpatokan dengan memperhatikan antara lain:
a) Harga pasar;
b) Kondisi fisik barang yang akan dijual, terutama mengenai kewajiban
debitur yang harus dipenuhi. Maka ditetapkan harga minimal dapat
menutup seluruh kewajiban debitur atau minimal yang paling
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 311/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
4) Rumah tersebut telah dihuni oleh dua atau tiga generasi dari penghuni yang
sekarang dan dihuni mulai tahun 1939, yaitu sejak Batavia Bank (sebelum
Bank Jakarta);
5) Penghunian tersebut dengan cara pembayaran sewa bulanan;
6) Pada waktu perpindahan pemilikan dari Batavia Bank menjadi Bank Jakarta
tidak dilakukan pembaharuan mengenai perjanjian kepemilikan;
7) Penghuni secara teratur membayar uang sewa bulanan;
8) Penghuni hanya mampu untuk membayar sejumlah sesuai dengan
kesanggupannya.
Saran – BPK-RI menyarankan agar TL PT Bank Jakarta (DL)
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang tidak sesuai dengan
ketentuan kepada RUPS yang berkaitan dengan penjualan aset di bawah harga
NJOP.
b. Pembayaran Kewajiban
Dari total kewajiban DTR senilai Rp210.994.000.000,00, PT Bank Jakarta (DL) telah
mencicil pembayaran senilai total Rp100.960.000.000,00 dengan rincian berikut:
dalam rupiah
Tgl. Setor keBI Nominal Jumlah Tgl. Setor ke BN
21-Apr-1999 494.000.000,00
26-Apr-1999 4.280.000.000,00
2-Aug-1999 1.585.454.105,00
2-Nov-1999 5.000.000.000,00
20-Jul-2000 4.824.000.000,00
16.183.454.105,00 31-Dec-2001
5-Mar-2002 1.000.000.000,00
7-Mar-2002 1.000.000.000,00
8-Mar-2002 1.000.000.000,00
13-Mar-2002 5.500.000.000,00
18-Mar-2002 1.000.000.000,00
20-Mar-2002 1.000.000.000,00
21-Mar-2002 2.000.000.000,00
22-Mar-2002 14.800.000.000,00
28-Mar-2002 1.000.000.000,00
2-Apr-2002 2.000.000.000,00
3-Apr-2002 1.000.000.000,00
9-Apr-2002 2.000.000.000,00
1-May-2002 1.700.000.000,00
28-Jun-2002 2.000.000.000,00
7-Jul-2002 1.000.000.000,00
17-Jul-2002 1.000.000.000,00
23-Jul-2002 1.000.000.000,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 312/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Tgl. Setor keBI Nominal Jumlah Tgl. Setor ke BN
29-Jul-2002 2.500.000.000,00
30-Jul-2002 1.500.000.000,00
1-Aug-2002 1.000.000.000,00
45.000.000.000,00 10-Oct-2002
8-Apr-2003 2.000.000.000,00
15-Apr-2003 10.500.000.000,00
18-Apr-2003 1.000.000.000,00
1-May-2003 1.500.000.000,00
15.000.000.000,00 25-Jun-2003
18-Aug-2004 6.727.704.504,67
18-Aug-2004 48.786.952,00
2-Dec-2004 18.000.000.000,00
24.776.491.456,67 20-Apr-2005
TOTAL 100.959.945.561,67 100.959.945.561,67
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 313/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Kumulatif
Keterangan
31 Des 97 - 31 Maret 05
Pendapatan Bunga 42.895.596.148,02
Hasil Bunga Dalam Rupiah
- Giro 1.130.904.343,48
- Simpanan Berjangka 34.805.779.730,38
- Call Deposit 6.957.344.632,00
- Lainnya 1.567.442,16
Biaya Operasional 16.754.354.859,45
1. Biaya Tenaga Kerja
a. Honorarium 4.673.896.338,00
b. Fee 438.251.462,73
c. Pajak Penghasilan 330.993.340,64
d. Lainnya 5.082.876.931,00
2. Pajak-Pajak 638.453.454,73
3. Pemeliharaan/Perbaikan 262.721.056,00
4. Penyusutan
- HTI 1.412.513.853,45
- Kredit yang Diberikan
5. Sewa 1.768.500.000,00
6. Barang dan Jasa 2.111.488.395,69
7. Biaya Operasional Lainnya 34.660.027,21
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 314/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 315/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
b) Sebagian biaya operasional konsultan hukum untuk biaya pengadilan (biaya
undertable) tidak dapat dibuktikan. Oleh karena itu konsultan hukum tidak
bersedia menganggap penerimaan untuk biaya operasional sebagai pendapatan
konsultan hukum.
Tanggapan - TL PT Bank Jakarta (DL) memberikan tanggapan bahwa pembayaran
jasa konsultan (lawyer ) untuk masalah yang telah selesai atau dianggap selesai, TL
telah membayarkan success fee yang telah dikenakan PPh 7,5% namun belum
dipotong PPN sebesar 10%. Bukti pembayaran PPh telah kami sampaikan kepada
pemeriksa dari BPK RI.
Sementara itu biaya-biaya yang dikeluarkan di luar fee seperti biaya operasional
pengacara dan biaya operasional pengadilan, TL belum memotong pajak PPh
sebesar 7,5% dan PPN 10%. Dalam hubungan ini, TL tidak berkeberatan untuk
menyetor PPh dan PPN untuk pengeluaran biaya pengacara dimaksud.
Untuk biaya pemeriksaan akuntan, TL belum memotong PPh Pasal 23 dan PPN,
namun pajak tersebut telah dibayar oleh Akuntan.
Saran – BPK-RI menyarankan agar pajak-pajak yang masih kurang dibayar dan
belum disetor segera dipungut dan disetorkan ke kas negara
d. Sisa Aset
Nilai buku sisa aset per tanggal 30 April 2005 yang telah diaudit Kantor Akuntan
Publik Tjahjo, Machdjud Modopuro & Rekan adalah Rp160.639.374.642,34 dengan
nilai realisasi sebesar Rp80.626.420.734,00. Sementara kewajiban yang harus
ditanggung pihak bank adalah sebesar Rp112.062.440.287,00, dengan rincian sebesar
Rp110.134.054.438,00 merupakan kewajiban PT Bank Jakarta (DL) kepada Pemerintah
dan sisanya sebesar Rp1.928.385.848,00 merupakan kewajiban kepada pihak lain. Sisa
aset milik PT Bank Jakarta (DL) ini hanya mampu menutup sebanyak 73% dari
kewajibannya kepada pemerintah. Adapun rincian sisa aset dan kewajiban PT Bank
Jakarta (DL) berdasarkan nilai realisasinya sebagai berikut:
dalam rupiah
No POS PERKIRAAN Realisasi
ASET
1 Kas 64.991.644,98
2 Antar Bank Aktiva
a. Giro 901.429.089,00
b. Lainnya 22.000.000.000,00
3 Kredit yang Diberikan 55.172.000.000,00
Cadangan Penghapusan Kredit -
4 Penyertaan -
5 Aktiva Tetap dan Inventaris 2.488.000.000,00
Akumulasi Penyusutan -
6 Rupa-Rupa Aktiva -
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 316/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
No POS PERKIRAAN Realisasi
Jumlah Aset 80.626.420.733,98
KEWAJIBAN
1 Kewajiban Segera Lainnya 271.171,00
2 Antar Bank Pasiva – Giro 1.026.157.082,24
3 Kewajiban Kepada Pemerintah 110.134.054.438,33
4 Rupa-Rupa Pasiva 901.957.594,95
Jumlah Kewajiban 112.062.440.286,52
Lebih lanjut mengenai sisa aset PT Bank Jakarta (DL) dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1) Harta Tetap dan Inventaris (HTI) Bank
Laporan keuangan PT Bank Jakarta (DL) per tanggal 30 April 2005 (audited )
menyatakan bahwa sisa HTI yang masih dimiliki Bank adalah sebesar
Rp161.000.000,00 (book value) dengan perkiraan nilai jual (market value) sebesar
Rp1.188.434.000,00 yang dirinci sebagai berikut:
dalam rupiah
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 317/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
apabila sudah ada BPKB-nya. Namun sampai saat ini BPKB tersebut tidak
diketemukan, sehingga Sdr. Suwito belum mau membeli aset tersebut.
Nilai buku sisa aset eks-jaminan menurut laporan keuangan per tanggal 30 April
2005 (audited ) sebesar Rp137.866.884.574,86. Sementara menurut perkiraan nilai
realisasi adalah sebesar Rp55.172.000.000,00.
Mercu Buana Grup (pihak terkait dengan pemegang saham) yaitu PT Mercu
Buana Raya Contractor, PT Yudistira Utama, PT Buana Estate, PT Garmak
Motor, dan PT Sagitarius Sari memiliki total hutang per tanggal 30 Oktober
1997 sebesar Rp30.816.257.437,00. Atas pinjaman tersebut debitur
menyerahkan jaminan berupa SHGU No. 4 dan 5 tanah di Mega Mendung,
Jawa Barat dan SHGU No. 1 di Medan. Sertifikat-sertifikat tersebut dipinjam
oleh pemegang saham dengan alasan untuk mengurus perpanjangan ijin Hak
Guna Usaha (HGU).
Aset berupa SHGU No. 4 dengan luas tanah 866.220 m2 dan SHGU No. 5
dengan luas tanah 360.700 m2 terletak di Mega Mendung, Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat a,n, PT Buana Estate. Berdasarkan tanda terima
peminjaman oleh Sdr. I Wayan Danada (Mercu Buana Group) pada tanggal 1
Juni 2000, diketahui bahwa kedua sertifikat tersebut dipinjam untuk pengurusan
perpanjangan masa berlakunya. Berdasarkan Surat Badan Pertanahan Nasional
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 318/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Kabupaten Bogor pada tanggal 18 Juli 2000, diketahui bahwa SHGU No. 5
telah akan berakhir haknya pada tanggal 31 Desember 2001. Hingga saat
pemeriksaan tanggal 4 Juli 2005 atau telah berselang lima tahun setelah
peminjaman tersebut, sertifikat tersebut belum selesai diperpanjang dan belum
dikembalikan kepada PT Bank Jakarta (DL) oleh pemegang saham.
Berdasarkan hasil pengamatan fisik secara langsung ke lokasi dan hasil
wawancara dengan Sdr. Husaini (Kepala Seksi Pertanahan BPN Kota Bogor),
didapat keterangan sebagai berikut.
Tanah Mega Mendung sulit untuk diperpanjang ijin HGU-nya karena
perkebunan tersebut dinilai berada pada Level IV atau tidak terurus oleh Dinas
Perkebunan setempat, dan tidak ada upaya perbaikan yang signifikan dari PT
Mercu Buana.
SHGU yang telah habis masa berlakunya otomatis kehilangan hak tanggungan
sesuai dengan UU Pertanahan Nomor 4 tahun 1996, sehingga SHGU No. 4 dan
No. 5 di Mega Mendung sudah tidak bisa dijadikan jaminan atas hutang Bank
kepada Pemerintah.
Selain itu, berdasarkan pengamatan fisik dapat disimpulkan bahwa perkebunan
tersebut sudah tidak produktif lagi antara lain karena, tanaman teh sebagai aset
produktif yang utama sudah tidak terawat dan tidak ada aktivitas apapun di
perkebunan tersebut. Jalan masuk utama menuju lokasi cukup terjal sehingga
sulit dilewati kendaraan dan berada dalam kondisi rusak. Aset lain berupa
bangunan yang berdiri di atas areal perkebunan tersebut seperti vila
peristirahatan, rumah karyawan dan gudang sudah tidak terawat dan berada
dalam kondisi rusak berat. Selain itu, banyak areal perkebunan yang ditempati
oleh pemukim liar.
Pada tanggal 14 Desember 2004, pemegang saham PT Bank Jakarta (DL) Sdr.
H. Probosutedjo meminjam SHGU No. 1 seluas 1.788,27 Ha atas nama PT
Buana Astate di Cinta Raja Medan, Kecamatan Secanggang, Kabupaten
Langkat, Sumatra Utara untuk perpanjangan usaha perkebunan Buana Estate.
Berdasarkan tanda terima tanggal 27 Januari 2005 dijelaskan bahwa SHGU
tersebut di atas akan diganti dengan sertifikat lain. Berdasarkan Surat Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Langkat No. 600/648/2005 tanggal 16 Juni
2005 dijelaskan bahwa SHGU tersebut masih dalam proses Pendaftaran Hak.
Surat permohonan penegasan perpanjangan jangka waktu SHGU tersebut
disampaikan tanggal 13 Juni 2005 kepada Badan Pertanahan Kabupaten
Langkat.
Jaminan yang dipinjam seharusnya diganti dengan jaminan lain yang senilai
sehingga ada kepastian hukum atas jaminan kredit.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 319/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
b) Temuan - Aset Jaminan Kredit Dikembalikan kepada Debitur oleh pemegang
saham
Debitur H. Ali Marzuki dan H. Abdul Azis memiliki hutang kepada PT Bank
Jakarta (DL) sebesar Rp7.884.329.669,00. Atas pinjaman tersebut debitur
menyerahkan jaminan berupa Sertifikat Hak Milik No. 288, 289, 290, 291 dan
235 dengan luas tanah 46.917 m2. Keseluruhan jaminan tersebut dipinjam oleh
pemegang saham dan disetujui oleh TL pada tanggal 3 Januari 2003. Kemudian
pada tanggal yang sama Sdr. H. Probosutedjo menyerahkan sertifikat tersebut
kepada Sdr. H. Abdul Aziz.
Atas penyerahan jaminan tersebut, Sdr. H. Probosutejo mendapatkan
penggantian dari Sdr. H Abdul Aziz berupa hak jual atas aktiva tanah lain yang
dimiliki oleh debitur sesuai dengan Akta Kuasa No. 4 notaris Eny Haryanti SH
yang berisi pemberian kuasa menjual aktiva tetap berupa tanah dari Sdr. H.
Abdul Aziz kepada Sdr. H. Probosutejo atas 38 bidang tanah yang semuanya
terletak di Rawa Terate, Cakung - Jakarta Timur. Berdasarkan hasil
pemeriksaan dapat diketahui bahwa:
1) Di dalam akta notaris tersebut dinyatakan bahwa kuasa menjual ini
diberikan kepada Sdr. H. Probosutejo atas nama pribadi bukan atas nama
Ketua TL PT Bank Jakarta (DL). Selain itu, tidak ada pernyataan bahwa
pemberian kuasa kepada Sdr. H. Probosutedjo tersebut karena adanya
pengembalian jaminan kredit Sdr. H. Ali Marzuki dan Sdr. H. Abdul Aziz
di PT Bank Jakarta (DL).
2) Kejadian di atas mengakibatkan PT Bank Jakarta (DL) kehilangan hak atas
jaminan pinjaman Sdr. H. Ali Marzuki dan Sdr. H. Abdul Aziz.
Seharusnya apabila jaminan sertifikat tersebut ditukar dengan sertifikat lain,
surat kuasanya diberikan kepada Bank Jakarta (Bank Dalam Pemberesan)
bukan kepada pemegang saham.
Hal tersebut mengakibatkan pinjaman H. Ali Marzuki dan H. Abdul Azis tidak
memiliki jaminan sama sekali.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 320/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Hal ini terjadi karena Ketua TL PT Bank Jakarta (DL) adalah pemegang saham
utama PT Bank Jakarta (DL) sehingga tidak ada pemisahan kewenangan yang
jelas antara kedua jabatan tersebut.
Tanggapan - TL PT Bank Jakarta (DL) memberikan tanggapan bahwa
sebagaimana dikemukakan dalam laporan temuan tim audit BPK RI bahwa aset
jaminan kredit diserahkan kepada debitur oleh pemegang saham dan pemegang
saham menerima surat kuasa untuk menjual 38 bidang tanah. Pemberian surat
kuasa menjual kepada pemegang saham menimbulkan ketidakjelasan atas status
jaminan kredit tersebut.
Apabila hal ini menimbulkan ketidakjelasan maka apabila dianggap perlu TL
tidak berkeberatan untuk meminta perubahan surat kuasa tersebut untuk
dialihkan kepada TL.
Sementara itu perlu diinformasikan bahwa tanah jaminan Sdr. H. Abdul Aziz
dan Sdr. H. Marzuki pada saat ini sedang menghadapi masalah hukum karena
adanya sertifikat HGB atas tanah yang sama, sehingga memerlukan
penyelesaian secara hukum. Pengembalian sertifikat-sertifikat tersebut
dimaksudkan pula untuk membantu debitur dalam mempertahankan hak-
haknya karena tanpa sertifikat yang asli tidak mungkin untuk dapat
menyelesaika masalahnya.
c) Temuan - Jaminan diambil alih oleh pemegang saham PT Bank Jakarta
(DL)
PT Panca Bhakti Nusantara (PT PBN), baki debet per tanggal 30 April 2005
adalah sebesar Rp8.000.000.000,00. Semula kredit ini dijamin dengan agunan
berupa aktiva tetap tanah dengan rincian: SHM No. 1589 luas 6.171 m2; SHM
2 2 2
No. 14622 luas 9.342 m ; PJB28 luas 20.175 m ; PJB 8 luas 1.596 m ; PJB 8 luas
1.534 m ; PJB 8 luas 945 m . Keenam agunan tersebut terletak di Palembang
Sumatera Selatan a.n. Hedrik Lunardi.
Berdasarkan surat tertanggal 5 Mei 1998, Sdr. H. Probosutedjo selaku Ketua TL
kepada Waldjimin SW selaku anggota TL PT Bank Jakarta (DL)
menginstruksikan agar jaminan tersebut dikembalikan kepada pemiliknya dan
mengambil alih semua kewajiban yang terkait dengan jaminan tersebut menjadi
tanggung jawab pribadinya ( personal guarantee).
Hal tersebut tidak sesuai dengan Surat BI Nomor 5/257/DPIP/IPSiP tanggal 4
September 2003, perihal laporan hasil pemeriksaan PT Bank Jakarta (DL)
posisi tanggal 30 September 2002, poin 2 yang menyatakan bahwa tindakan
pengembalian agunan PT Panca Bhakti tanpa pengikatan baru oleh debitur
penggantinya tidak dapat diterima, karena berpotensi merugikan PT Bank
Jakarta (DL). Sdr. Probosutedjo sebagai pribadi dapat mengambil alih hutang
PT Panca Bhakti kepada PT Bank Jakarta (DL) sepanjang ada persetujuan
tertulis dari TL dan untuk pengambilalihan tersebut harus dibuatkan pengikatan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 321/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PT. Panca
45.817.000.0 00,00 590.000.000, 00 - 590.000.000, 00 45.227.000.00 0,00 0 45.227.000.000 ,00
Nusa Sentana
Pt. Intercon
19.161.000.0 00,00 5.795.000.0 00,00 13.366.000.000, 00 19.161.000. 000,00 0 0 0
Interprises
Eddy Yuwono 6.947.000.0 00,00 105.000.000, 00 1.980.000. 000,00 2.085.000.0 00,00 4.862.000.00 0,00 4.862.000.0 00,00 0
Total 83.947.000.0 00,00 6.490.000.000 ,00 15.346.000. 000,00 21.836.000.0 00,00 62.111.000.00 0,00 8.757.000.0 00,00 53.354.000.000 ,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 322/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Kelima debitur di atas pada tanggal 28 Maret 2001 membuat kesepakatan yang
tertuang di dalam Akta No. 51 tentang Perjanjian Pengalihan Hutang dan
Perubahan Pengakuan Hutang di depan Notaris H. Azhar Alia SH, yang berisi
pengalihan hutang dari debitur PT Panca Nusa Sentana, Eddy Yuwono,
Indriyani, dan Janthi Husodo kepada PT Intercon Interprises (kemudian
berganti nama menjadi PT Intercon Kebon Jeruk), sebanyak hutang mereka
yang belum lunas per 31 Oktober 1997.
Dalam akta tersebut disetujui total hutang yang dialihkan setelah semua hutang
kelima debitur dihitung, ditambah dengan beban bunga dan denda-denda akibat
kelalaian debitur diwaktu lalu adalah sebesar Rp102.000.000.000,00 ditambah
beban bunga sebesar Rp2.000.000.000,00 per tahun. Semua hutang (pokok dan
bunga) tersebut harus lunas dalam jangka waktu tiga tahun setelah perjanjian
ditandatangani.
Meskipun telah ada perjanjian pengalihan hutang melalui Akta No. 51 senilai
Rp102.000.000.000,00 PT Bank Jakarta (DL) tetap mencatat hutang PT
Intercon Kebon Jeruk dalam pembukuan internalnya (unaudited ) sebesar
Rp83.947.000.000,00. Menurut penjelasan dari TL PT Bank Jakarta (DL) hal
tersebut dilakukan untuk memudahkan proses penagihan dan pencatatan dalam
pembukuan. Sampai dengan tanggal 18 September 2003 PT Intercon Kebon
Jeruk telah membayar cicilan sebesar Rp21.836.000.000,00, sehingga baki
debet PT Intercon Kebon Jeruk per tanggal 18 September 2003 adalah sebesar
Rp62.111.000.000,00.
Kemudian pihak PT Bank Jakarta (DL) dengan persetujuan debitur berinisiatif
2
untuk menjual seluruh aset jaminan seluas total 69.876 m secara borongan
kepada pihak ketiga dalam hal ini adalah PT Taman Kebon Jeruk Indah seharga
Rp79.000.000.000,00. Sehubungan dengan hal itu pada tanggal 16 September
2003 seluruh jaminan sertifikat tanah tersebut telah diserahkan kepada Notaris
Sutjipto, SH. Terkait transaksi ini, PT Bank Jakarta (DL) mendapatkan hak
pembayaran atas piutangnya terhadap PT Intercon Kebun Jeruk sebesar
Rp49.243.437.500,00
Kemudian PT Intercon Kebon Jeruk menyerahkan Bilyet Deposito Berjangka
dari Bank Lippo No. BD 1088523 sebesar Rp49.243.437.500,00 atas nama PT
Taman Kebon Jeruk Indah kepada Bank Jakarta. Bilyet Deposito tersebut baru
dapat dicairkan apabila seluruh proses pemindahan kepemilikan dari para
debitur ke PT Taman Kebon Jeruk Indah telah sah dan selesai secara hukum.
Surat kuasa pencairan deposito telah diberikan kepada TL PT Bank Jakarta
(DL) pada tanggal 28 Juni 2004.
Berdasarkan surat keterangan yang dibuat oleh Notaris Sutjipto, SH tanggal 10
Juni diketahui bahwa sebanyak 44 sertifikat telah selesai penguruan
baliknamanya, sedangkan dua sertifikat masih dalam proses pemecahan. Oleh
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 323/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
karena itu deposito belum dapat dicairkan karena belum seluruh tanah
dialihkan.
Aset jaminan kreditur eks-Kantor Cabang Medan saat ini masih dipegang dan
dikuasai oleh pihak ketiga (karyawan PT Mercu Buana Cabang Medan) atas
kuasa dari TL PT Bank Jakarta (DL). Berikut daftar lengkap aset jaminan
kreditur eks Cabang Medan yang masih dikuasai oleh pihak ketiga.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 324/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Baki Debet
No No. Rek Nama Debitur Jaminan Nilai Jaminan
30 April 2005
No.166 dan 2
Tanah & Rumah
Luas 199 m2
5 200.2057 CV Dianda 77,816,694.00 - & 966 m2 SHM 223,143,000.00
No.84 & SHM
No.360
6 200.2360 Rusman Tiopan S. 6,637,401.26 -Tanah & Rumah 35,000,000.00
Luas 210 m2 SHM
No.193
7 853 Petani 10,936,208,960.00 18 Bidang Tanah 10,936,000,000.00
(Asparagus Jahe) Luas 180 HA
Akta Camat
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 325/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
REPUBLIK INDONESIA
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 326/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 327/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PADA
PT BANK SEAB
(DALAM LIKUIDASI)
Nomor : 01.H/XII/02/2006
Tanggal : 06 Februari 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 328/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 4
3. Sasaran Pemeriksaan 4
4. Metodologi Pemeriksaan 4
5. Jangka Waktu Pemeriksaan 5
6. Obyek Pemeriksaan 5
a. Lingkungan Pengendalian 14
b. Pengendalian Pengamanan 14
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Penyaluran dan Penggunaan
BLBI 15
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 329/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Halaman
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan 15
a. Realisasi Pencairan Aset 15
b. Pembayaran Kewajiban 17
c. Biaya Operasional 18
d. Sisa Aset 19
DAFTAR SINGKATAN
LAMPIRAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 330/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
ATAS
PADA
PT BANK SEAB (DALAM LIKUIDASI)
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum sistem pengendalian
intern (SPI) pada PT Bank SEAB (DL) tidak dapat diandalkan karena beberapa hal. Pertama,
lingkungan pengendalian yang ada tidak dapat berjalan secara memadai, diantaranya posisi
pemegang saham utama yang sekaligus juga debitur utama menyulitkan pengelola yaitu
Tim Likuidasi (TL) melakukan tugasnya. Kedua, tidak ada pihak yang secara efektif
menjadi pengawas dan regulator bagi Bank Dalam Likuidasi (BDL) dalam melaksanakan
fungsinya, baik itu Bank Indonesia (BI) maupun Departemen Keuangan. Terakhir, tidak ada
pengawasan yang memadai terhadap akuntabilitas dan kinerja TL selama periode kerjanya.
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Terdahulu
Pemeriksaan BPK-RI di tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga tidak ada
rekomendasi yang ditujukan ke TL untuk ditindaklanjuti.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Pada posisi tanggal 30 April 2005, nilai total aset dan kewajiban PT Bank SEAB (DL)
masing-masing adalah sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 331/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Terkait hal ini, kami menemukan permasalahan berupa penghapusan pinjaman debitur
yang melebihi batas maksimal 25%.
b. Pembayaran Kewajiban
Realisasi biaya operasional yang dikeluarkan oleh TL sampai dengan tanggal 30 April
2005 adalah sebesar Rp21.719.291.141,00.
Terkait hal ini, kami tidak menemukan permasalahan yang material.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 332/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
REPUBLIK INDONESIA
Haryanto Suwondo
NIP.240000361
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 333/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada TL PT Bank SEAB adalah untuk
memastikan dan mengetahui bahwa:
a. Pencairan aset melalui penagihan dan penjualan telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
b. Dana dari pencairan aset telah digunakan untuk pembayaran kewajiban-kewajiban
termasuk pembayaran BLBI serta biaya operasional PT Bank SEAB (DL) sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
c. Sisa aset PT Bank SEAB (DL) yang akan diserahkan kepada Pemeritah setelah
berakhirnya proses likuidasi; dan
d. Terdapat indikasi penyimpangan
serta pembayaran dalamSEAB
kewajiban PT Bank pencairan
(DL).aset melalui penagihan dan penjualan
3. Sasaran Pemeriksaan
a. Melakukan reviu terbatas atas sistem dan prosedur pencairan aset dan pembayaran
kewajiban serta membandingkan dengan kriteria yang berlaku;
b. Melakukan analisis terhadap transaksi-transaksi yang signifikan;
c. Melakukan pengujian dengan mengambil sampling transaksi penagihan dan penjualan
aset serta pembayaran kewajiban-kewajiban;
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 334/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
d. Melakukan analisis terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam pengelolaan
aset dan pembayaran kewajiban;
e. Melakukan konfirmasi, observasi fisik, diskusi dan wawancara dengan instansi dan atau
pejabat yang berkompeten.
5. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan sejak tanggal 8 Juni sampai dengan tanggal 19 Juli 2005.
6. Obyek Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 335/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB II
GAMBARAN UMUM
TL PT Bank SEAB (DL) dibentuk dalam Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham
tanggal 4 Desember 1997 sesuai dengan Akta “Berita Acara Rapat” Nomor 7 tanggal 4
Desember 1997 oleh Notaris Ny. Wasiati Basoeki, SH dengan susunan sebagai berikut:
Ketua : Suhaimi Saleh
Wakil Ketua : Arifin Gunawan Rosali
Anggota : Linda Trisno
Atmajaya Salim, SH
Sesuai dengan surat TL Nomor 693/TL/SEAB-DL/Rhs/98 tanggal 30 Desember 1998
perihal permohonan pengunduran diri sebagai Ketua TL PT Bank SEAB (DL), Direksi BI
menyetujui penggantian tersebut terhitung mulai tanggal 1 April 1999 dengan susunan
sebagai berikut:
Ketua : Zulkarnaen Z. A.,SH
Anggota : Arifin Gunawan Rosali
Tri Harijanto, SH
Serah terima jabatan Ketua TL yang baru dilakukan dengan Berita Acara Serah Terima
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 336/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
2002 dan dapat diperpanjang sampai dengan tanggal 4 Juni 2003. Namun karena kegiatan
likuidasi (pencairan aset dan pembayaran kewajiban) belum dapat dilaksanakan seluruhnya,
maka belum dilaksanakan RUPS untuk pembubaran TL. Dengan demikian, keberadaan TL
PT Bank SEAB (DL) tidak sesuai dengan ketentuan yang ada.
3. Jumlah BLBI yang Diterima
Jumlah BLBI yang diterima oleh PT Bank SEAB (DL), sesuai Catatan Akuntansi BI
maupun catatan PT Bank SEAB (DL) adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Jumlah 899.399.023.306,00
Tidak ada akta pengikatan yang dilakukan bank dengan BI dan tidak ada jaminan yang
diberikan bank kepada BI baik yang bersumber dari DTR maupun Overdraft .
Jumlah BLBI yang telah dibayar kembali oleh PT Bank SEAB (DL) sampai dengan tanggal
30 April 2005, adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 337/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah BLBI yang dibayar baru mencapai 11% dari
total kewajiban BLBI.
7. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal Penutupan (31 Oktober 1997)
Posisi keuangan PT Bank SEAB (DL) pada saat penutupan sesuai dengan Neraca
Penutupan per tanggal 31 Oktober 1999 adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
AKTIVA
1 Kas 1.201.419.552
2 Bank Indonesia 110.226.219
3 Tagihan pada Bank Lain
4 a.Giro
a.1.Giro Mandiri 229.450.532
a.2.Giro Akita
b.Tabungan 353.129.144
c.Deposito Berjangka
d.1. Call Money 830.070.000
d.2. Penyisihan Penghapusan Call Money
Surat Berharga 22.417.063.519
5 Penyisihan Penghapusan Surat Berharga
6 Kredit yang Diberikan 808.314.087.543
JUMLAH 279.539.448.731
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 338/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
PASIVA
Overdraft 732.946.253.877
Dana Talangan /Dana Pihak Ketiga, Pesangon
Rekening Antar Kantor
4 Rupa-Rupa Pasiva 29.328.637.584
Kewajiban Antar Bank
5 Modal 30.000.000.000
6 Cadangan Modal 16.323.763
7 Laba (Rugi) Tahun Lalu s.d. Awal Likuidasi (681.741.910.613)
8 Laba (Rugi) Tahun Berjalan (Sejak Awal Likuidasi) -
JUMLAH 279.539.448.731
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 339/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Posisi Keuangan per tanggal likuidasi 31 Oktober 1997 tersebut telah diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik (KAP) Drs. Dody Hapsoro, Yohanes sesuai dengan laporan Nomor
10/GA/DH/SEAB/IV/98 tanggal 27 April 1998.
8. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal 4 Juni 2003 (Neraca Akhir Likuidasi / NAL )
Posisi Keuangan PT Bank SEAB (DL) sesuai dengan NAL per tanggal 4 Juni 2003 adalah
sebagai berikut:
dalam rupiah
AKTIVA
2 Bank Indonesia
4 a.Giro
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 340/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
PASIVA
Giro
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 341/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Laporan NAL tersebut telah diaudit oleh KAP Drs. Heliantono & Rekan dengan laporan
Nomor Ref 04/02/123/02/KAP/04 tanggal 4 Juni 2003 serta persetujuan dari BI untuk
pertanggungjawaban PT Bank SEAB (DL) sesuai dengan surat Nomor 6/433/DPIP/IPSiP
tanggal 24 November 2004.
9. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal 30 April 2005
Posisi Keuangan PT Bank SEAB (DL) sesuai dengan Neraca Intern Bank yang belum
diaudit oleh KAP per tanggal 30 April 2005 adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
AKTIVA
1 Kas 1.699.437
2 Bank Indonesia
3 Tagihan pada Bank Lain
Giro
4 a.1.Giro Mandiri 365.812.488
a.2.Giro Akita 749.738.151
b.Tabungan 446.158.707
c.Deposito Berjangka 30.100.000.000
d.1. Call Money 830.070.000
d.2. Penyisihan Penghapusan Call Money
5 Surat Berharga 22.417.063.519
Penyisihan Penghapusan Surat Berharga
6 Kredit yang Diberikan 683.827.271.421
7 Cadangan Aktiva yang Diklasifikasikan (564.883.418.041)
8 Aktiva Tetap dan Inventaris (Nilai Buku) 10.796.333.158
9 Rupa-Rupa Aktiva 5.450.914.070
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 342/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
PASIVA
Deposito Berjangka 0
Lain-Lain
Kiriman Uang/Tt 0
Setoran Jaminan 0
2 Antar Bank Pasiva
Giro
Tabungan
Deposito
Pinjaman
3 Kewajiban pada Bank Indonesia
Overdraft 733.317.023.306
Dana Talangan /Dana Pihak Ketiga, Pesangon 66.779.280.619
Rekening Antar Kantor (427.230.781)
4 Rupa-Rupa Pasiva 399.350.937
Kewajiban Antar Bank 4.118.046.977
5 Modal
6 Cadangan Modal
7 Laba(Rugi) Tahun Lalu s.d. Awal Likuidasi (614.084.828.150)
8 Laba(Rugi) Tahun Berjalan (Sejak Awal Likuidasi)
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 343/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum lingkungan
pengendalian pada PT Bank SEAB (DL) tidak dapat diandalkan, karena setiap unsur
manajemen tidak dapat melakukan fungsinya secara memadai.
Sesuai dengan ketentuan yang ada, pada akhir masa tugasnya, TL bertanggung jawab
kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Akan tetapi dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari, TL juga harus menyelesaikan tagihan kepada debitur utamanya, yang pada
umumnya terkait dengan pemegang saham utama, antara lain dengan meminta
tambahan jaminan terhadap hutang-hutang mereka kepada bank yang telah berkategori
macet.
Selain itu, secara substansi tidak jelas siapa pemilik utama harta yang masih ada di PT
Bank SEAB (DL), mengingat nilai kewajiban PT Bank SEAB (DL) kepada Pemerintah
berupa Saldo Debet dan Dana Talangan Rupiah lebih besar dari harta yang ada. Dari
sisi ketentuan perusahaan, harta tersebut adalah milik pemegang saham, tetapi dengan
besarnya kewajiban kepada Pemerintah, maka Pemerintah merupakan pihak yang lebih
berhak terhadap harta yang masih ada.
Dengan kondisi ini, TL PT Bank SEAB (DL) kurang memahami bahwa harta yang
masih ada seharusnya sudah menjadi bagian keuangan negara sehingga seluruh kegiatan
TL seharusnya lebih diarahkan terhadap kepentingan negara. Dalam kenyataannya
pemegang saham utama masih besar penaruhnya terhadap pelaksanaan tugas TL sehari-
hari yang dapat mengakibatkan tidak maksimalnya pengembalian harta PT Bank SEAB
(DL) kepada Negara.
b. Pengendalian Pengamanan
Tidak ada pihak yang secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi PT Bank
SEAB (DL), baik itu BI maupun Departemen Keuangan. Pihak BI selama ini hanya
memantau posisi aset dan kewajiban serta setoran ke Negara dari PT Bank SEAB (DL).
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 344/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari nilai buku aset sebesar Rp279.539.448.731,00 per tanggal 31 Oktober 1997,
pencairan aset yang berhasil diperoleh TL PT Bank SEAB (DL) adalah sebesar
Rp106.636.765.865,00 yang berasal dari penagihan kredit sebesar Rp91.539.648.259,00
dan penjualan harta tetap dan inventaris bank sebesar Rp15.097.117.606,00.
1) Penagihan Kredit
Dari nilai buku kredit pada saat penutupan per tanggal 31 Oktober 1997 sebesar
Rp808.314.087.543,00, realisasi penagihan kredit yang berhasil diperoleh TL PT
Bank SEAB (DL) adalah sebesar Rp91.539.648.259,00 yang berasal dari debitur
non terkait sebesar Rp85.508.648.259,00 dan dari debitur terkait sebesar
Rp6.031.000.000,00
Terkait hal ini, kami menemukan permasalahan sebagai berikut:
Temuan – Pemberian Discount (Penghapusan Kredit) oleh TL PT Bank SEAB
(DL) Melampaui Batas Maksimal yang Ditetapkan dalam Pedoman Pelaksanaan
Kerja TL
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 345/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Pokok
No Nama Debitur Pembayaran Penghapusan % Pelunasan
Pinjaman
Sesuai dengan ketentuan dalam Surat Edaran BI Nomor 32/9/UPPB tanggal 14 Mei
1999 tentang Tata Cara Pencabutan Ijin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank
Umum disebutkan bahwa salah satu wewenang TL adalah melakukan perundingan
dan tindakan lainnya dalam rangka penjualan harta kekayaan dan penagihan
terhadap para debitur.
Dalam hal penagihan kepada para debitur tersebut sesuai dengan kesepakatan
bersama yang ditandatangani oleh semua TL Bank tanggal 8 Agustus 2000 pada
butir 3 masalah discount /penghapusan disebutkan bahwa:
“ Discount atau penghapusan dimungkinkan untuk diberikan berdasarkan keputusan
masing-masing TL BDL dengan pertimbangan sebagai berikut:
3.1 melalui
Pertimbangan yang bersifat
jalur hukum ekonomis
akan memakan menjadi
biaya yang penting apabila
lebih besar dan upaya
jangkahukum
waktu
yang panjang ditambah adanya unsur ketidakpastian;
3.2 Kemampuan debitur atau keadaan perusahaan debitur untuk dapat membayar
kewajibannya serta status dan nilai agunan;
3.3 Pada dasarnya pemberian discount /penghapusan untuk bunga pinjaman
dimungkinkan. Discount /penghapusan terhadap pokok pinjaman harus dilihat
secara kasus demi kasus;
3.4 Pemberian discount atas pokok pinjaman termaksud pada butir 3.3 maksimum
25%. Bagi debitur yang tidak bersedia dimaksud, agar diselesaikan melalui
jalur hukum (eksekusi) dan apabila masih ada saldo/sisa pinjamannya, maka
sisanya tetap menjadi kewajiban debitur dimaksud;
3.5 Atas kredit yang diberikan kepada pihak yang terkait yang turut serta menjadi
penyebab ambruknya bank, tidak dapat diberikan discount .”
Kondisi ini mengakibatkan tidak optimalnya penerimaan yang diperoleh oleh TL
dari penagihan sebesar Rp795.000.000,00.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 346/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Hal ini disebabkan TL tidak sepenuhnya mengikuti pedoman kerja yang telah
ditandatangani oleh semua TL dan lebih mengutamakan pertimbangan ekonomis
dalam melakukan tugasnya.
Tanggapan - TL PT Bank SEAB (DL) memberikan tanggapan sebagai berikut:
a) Jaminan atas nama Mukmin Saudjana sudah diambil alih oleh Bank dan diatas
namakan PT SEAB Raya Property sebelum terjadi likuidasi PT Bank SEAB
(DL). Penjualan Barang Jaminan yang dikuasai bank tersebut terjual pada
tanggal 15 Februari 2000 dengan harga sebesar Rp720.000.000,00 dengan
kondisi perekonomian pada saat itu yang masih belum pulih, sehingga hampir
tidak ada calon pembelinya. Selain itu bangunan berada di daerah yang selalu
kebanjiran, kondisi bangunan mulai retak, tidak ada listrik, air maupun
prasarana lainnya dan berpenghuni. Penjualan dilakukan dengan kondisi apa
adanya, karena TL pada waktu itu butuh dana untuk pengembalian Dana
Talangan BI;
b) PT Dwi Kencana Ganda pokok pinjaman Rp200.000.000,00 dilunasi sebesar
Rp85.000.000,00 atau sebesar 42,5% dari nilai pokok dengan cara cicilan
selama 1 (satu) tahun lebih. Hal ini dilakukan oleh kakak kandungnya atas
dasar kewajiban moral semata, karena penanggung jawab perusahaan telah
meninggal dunia sedangkan barang jaminan tidak ada.
Saran - BPK–RI memberikan saran agar TL PT Bank SEAB (DL)
mempertanggungjawabkan
ketentuan kepada RUPS. pelaksanaan tugas yang tidak sesuai dengan
2) Penjualan Aset
Nilai buku aktiva tetap dan inventaris tanggal 31 Oktober 1997 sesuai dengan
Neraca Penutupan adalah sebesar Rp25.010.647.561,00. Realisasi penjualan aset
yang dilakukan TL sampai dengan tanggal 30 April 2005 adalah sebesar
Rp15.097.117.606,00. Penjualan aset berupa aktiva tetap dan inventaris dilakukan
dengan sistem lelang dan lelang terbatas melalui pemasangan iklan di surat kabar.
Terkait dengan penjualan aset tidak terdapat permasalahan yang material.
b. Pembayaran Kewajiban
Realisasi pembayaran kewajiban yang telah dilakukan oleh TL PT Bank SEAB (DL)
sampai dengan tanggal 30 April 2005 sebesar Rp99.302.000.000,00 seluruhnya
merupakan angsuran DTR. Sedangkan pembayaran Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah
sebesar Rp163.670.000.000,00 dengan dana yang berasal dari DTR.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 347/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Sisa DPK yang belum dibayarkan dititipkan pada PT Bank Mandiri per tanggal 18
Agustus 2004 sesuai Surat PT Bank SEAB (DL) Nomor 065/TL/SEAB.DL/VIII/04
tanggal 18 Agustus 2004 sebesar Rp330.379.387,61 dengan rincian sebagai berikut:
dalam rupiah
Rekening Nominal
3 Deposito 15 52.600.000,00
Realisasi biaya operasional yang dikeluarkan oleh TL sampai dengan tanggal 30 April
2005 adalah sebesar Rp21.719.291.141,00 terdiri dari:
dalam rupiah
2 Pajak 2.418.808.330,00
4 Lain-Lain 2.342.849.835,96
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 348/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Sisa aset berdasarkan Laporan Intern PT Bank SEAB (DL) yang belum diaudit per
tanggal 30 April 2005 adalah sebesar Rp190.101.642.908,00 dengan rincian sebagai
berikut:
dalam rupiah
AKTIVA
1 Kas 1.699.437
2 Bank Indonesia
3 Tagihan pada Bank Lain
4 a.Giro
a.1.Giro Mandiri 365.812.488
a.2.Giro Akita 749.738.151
b.Tabungan 446.158.707
c.Deposito Berjangka 30.100.000.000
JUMLAH 190.101.642.908
Selain sisa aset yang ada di Laporan Keuangan juga terdapat aset penyerahan dari
Pemegang Saham (Lampiran 1) yang berkaitan dengan proses hukum mereka di
pengadilan berupa:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 349/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
1) Tanah di Jaka Sampurna, Bekasi senilai Rp15.000.000.000,00 sesuai dengan Berita
Acara Serah Terima tanggal 1 Juli 2002 yang diserahkan oleh Grup Kalimalang;
2) Tanah dan tanaman di Subang Rp4.330.000.000,00 sesuai dengan Berita Acara
Serah Terima tanggal 24 Juni 2002;
3) Tanah di Cikupa, Tangerang sesuai dengan Berita Acara Serah Terima tanggal 8
Mei 2002.yang belum dilakukan penilaian.
Selain itu juga terdapat sisa aset berupa jaminan yang sedang dalam proses ligitasi
dengan rincian dalam Lampiran 2.
Terkait dengan sisa aset per tanggal 30 April 2005 tidak ditemukan permasalahan yang
material.
REPUBLIK INDONESIA
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 350/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR SINGKATAN
BG : Bilyet Giro
BI : Bank Indonesia
BLBI : Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
BPPN : Badan Penyehatan Perbankan Nasional
DL : Dalam Likuidasi
DPK : Dana Pihak Ketiga
DTR : Dana Talangan Rupiah
KAP : Kantor Akuntan Publik
NAL : Neraca Akhir Likuidasi
RUPS : Rapat Umum Pemegang Saham
SEAB : South East Asia Bank
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 351/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PADA
PT BANK PINAESAAN
(DALAM LIKUIDASI)
Nomor : 01.I/XII/02/2006
Tanggal : 06 Februari 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 352/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 6
3. Sasaran Pemeriksaan 6
4. Metodologi Pemeriksaan 7
5. Jangka Waktu Pemeriksaan 7
6. Obyek Pemeriksaan 7
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 353/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Halaman
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan 18
a. Realisasi Pencairan Aset 19
b. Pembayaran Kewajiban 26
c. Biaya Operasional 27
d. Sisa Aset 35
DAFTAR SINGKATAN
LAMPIRAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 354/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
ATAS
PADA
PT BANK PINAESAAN (DALAM LIKUIDASI)
Dengan status Bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum sistem pengendalian
intern (SPI) pada PT Bank Pinaesaan (DL) tidak dapat diandalkan karena beberapa hal.
Pertama, lingkungan pengendalian yang ada tidak dapat berjalan secara memadai. Di
antaranya posisi pemegang saham utama yang sekaligus juga debitur utama menyulitkan
pengelola yaitu Tim Likuidasi (TL) melakukan tugasnya. Kedua, tidak ada pihak yang
secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi Bank Dalam Likuidasi (BDL) dalam
melaksanakan fungsinya, baik itu Bank Indonesia (BI) maupun Departemen Keuangan.
Terakhir, tidak ada pengawasan yang memadai terhadap akuntabilitas dan kinerja TL
selama periode kerjanya.
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Terdahulu
Pemeriksaan BPK-RI atas PT Bank Pinaesaan (DL) di tahun 2000 adalah pemeriksaan
investigasi sehingga tidak ada rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL
untuk ditindaklanjuti.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Pemeriksaan BPK-RI meliputi pemeriksaan atas realisasi pencairan aset, baik berupa
penagihan kredit maupun penjualan aset, pembayaran kewajiban (termasuk biaya
operasional), sisa aset dan indikasi tindak pidana korupsi (TPK) serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan BDL.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 355/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:
a. Realisasi Pencairan Aset
Nilai buku aset berdasarkan neraca likuidasi per tanggal 31 Oktober 1997 sebesar
Rp370.928.766.716, telah direalisasikan sebesar Rp37.863.382.197,00 dalam bentuk
penjualan aktiva tetap dan bagi hasil proyek Citraland di Manado, dalam bentuk
penagihan kredit sebesar Rp79.686.951.355,99 dan dengan penagihan tunai dan set off
jaminan total sebesar Rp41.783.888.999,73.
Terkait hal ini, kami menemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1) Penyelesaian kredit pada PT Bank Pinaesaan (DL) sebesar Rp3.303.612.219,00
dengan cara kompensasi ( set-off ) tidak dilengkapi dengan dokumen pendukung
yang lengkap sehingga cara penyelesaian kredit tersebut dilakukan secara tidak
benar;
2) Penjualan Harta Tetap Inventaris Bank Pinaesaan yang dilakukan di bawah Nilai
Jual Obyek Pajak (NJOP) mengakibatkan kurangnya hasil penjualan sebesar
Rp752.575.000,00;
3) Terdapat Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan PPh final
5% atas transaksi jual beli tanah di Sudimara Cileduk SHM 174 yang belum disetor
ke kas negara mengakibatkan belum diterimanya pendapatan negara sektor pajak
sebesar Rp12.817.500,00.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 356/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
2) Pembayaran jasa konsultan hukum (lawyer ) belum dipungut PPN 10% dan PPh
pasal 23 sebesar 7,5% mengakibatkan belum diterimanya penerimaan negara dari
sektor pajak sebesar Rp1.288.086.218,73.
3) Pengeluaran biaya pegawai (THR dan biaya kesejahteraan karyawan) yang tidak
sesuai dengan ketentuan mengakibatkan pemborosan keuangan PT Bank Pinaesaan
(DL) c.q. Pemerintah sebesar Rp2.309.346.850,00.
d. Sisa Aset
Nilai buku sisa aset per tanggal 30 April 2005 sesuai dengan Neraca (Unaudited)
Rp114.483.054.129,67. Total nilai realisasi sisa aset per tanggal 30 April 2005 sesuai
dengan neraca internal belum diaudit (unaudited ) PT Bank Pinaesaan (DL) adalah
sebesar Rp72.050.575.198,67. Sementara itu sisa kewajiban kepada Pemerintah adalah
sebesar Rp670.627.810.819,89.
Terkait nilai sisa aset, kami menemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1) UDATIMEX Group sebagai Pihak Terkait PT Bank Pinaesaan (DL) tidak beritikad
baik dengan belum melunasi kreditnya sebesar Rp408.462.880.335,51
2) Deposito di Bank Bukopin tidak dapat dicairkan meskipun telah ada keputusan
Mahkamah Agung.
3) Terdapat permasalahan dalam sisa aset Bank, aset eks jaminan, dan jaminan yang
diterima dari nasabah sebagai berikut:
a) Tanah dan Bangunan Jl. Mayjen Sungkono, Darmo Park I/15 Surabaya milik
PT Bank Pinaesaan (DL) tidak dapat dijual karena atas nama Pemegang Saham
(Herman Rattu).
b) Jaminan BPKB kendaraan pada Kantor Cabang Jakarta diambil debitur dan
hutang belum dibayar.
c) Sisa tanah Sudimara Barat, Cileduk SHM 2619 dibangun sekolah dan sulit
dijual.
d) Tanah di Sudimara RT 01/03 Ciledug Tangerang SHM No. 187 a.n. Landy
Wanget dijual eks karyawan PT Bank Pinaesaan (DL) dalam sengketa di
Pengadilan Negeri.
e) Tanah kosong di Balimester Jatinegara dengan nilai buku Rp56.500.000,00 sulit
dijual dan telah dihapusbuku (write off ).
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 357/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 358/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
b) Agar TL terus mengupayakan agar memperoleh pembayaran dari debitur Suzy
Sunarsih.
c) Agar TL terus mengupayakan agar tanah di Sudimara Barat dapat segera dijual.
d) Agar TL terus mengupayakan pengembalian tanah yang dalam sengketa
Pengadilan Negeri.
e) Agar TL memperpanjang sertifikat hak pakai atas tanah di Balimester sehingga
dapat dijual.
REPUBLIK INDONESIA
Haryanto Suwondo
NIP. 240000361
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 359/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Pinaesaan (DL) adalah untuk
memastikan dan mengetahui bahwa:
a. Pencairan aset melalui penagihan dan penjualan aset telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
b. Dana hasil pencairan aset telah digunakan untuk pembayaran kewajiban-kewajiban
termasuk pembayaran BLBI serta biaya operasional BDL sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
c. Sisa aset BDL yang akan diserahkan kepada pemerintah setelah berakhirnya proses
likuidasi;
d. Apakah terdapat indikasi penyimpangan dalam pencairan aset melalui penagihan dan
penjualan serta pembayaran kewajiban BDL.
3. Sasaran Pemeriksaan
Sasaran pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Pinaesaan (DL) adalah:
a. Proses pencairan aset melalui penagihan piutang kepada para debitur dan penjualan
aset;
b. Proses pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan aset
tersebut termasuk pengembalian uang negara (BLBI) kepada Pemerintah.
4. Metodologi Pemeriksan
Metodologi pemeriksaan yang diterapkan adalah sebagai berikut:
a. Melakukan reviu terbatas atas sistim dan prosedur pencairan aset dan pembayaran
kewajiban serta membandingkan dengan kriteria yang berlaku;
b. Melakukan analisis terhadap transaksi-tranasaksi yang signifikan;
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 360/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
c. Melakukan pengujian dengan mengambil sampling transaksi penagihan dan penjualan
aset serta pembayaran kewajiban-kewajiban;
d. Melakukan analisis terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam pengelolaan
aset dan pembayaran kewajiban;
e. Melakukan konfirmasi, observasi fisik, diskusi dan wawancara dengan instansi dan/atau
pejabat yang berkompeten.
5. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan sejak tanggal 8 Juni sampai dengan tanggal 19 Juli 2005.
6. Obyek Pemeriksaan
PT Bank Pinaesaan (DL).
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 361/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB II
GAMBARAN UMUM
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 362/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Juni 2003.
belum Namun karena
dilaksanakan Rapatkegiatan
Umum likuidasi
Pemegangbelum dapat
Saham diselesaikan
(RUPS) untuk seluruhnya,
pembubaranmaka
TL.
Dengan demikian, keberadaan TL PT Bank Pinaesaan (DL) tidak sesuai dengan ketentuan.
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang diterima oleh PT Bank Pinaesaan (DL)
terdiri atas saldo debet (Overdraft – OD) serta Dana Talangan Rupiah (DTR) tahap I dan II,
sebagai berikut:
a. Saldo Debet sebelum likuidasi 411.118.490.920,00
b. Dana Talangan Rupiah I 88.709.000.000,00
c. Dana Talangan Rupiah II 181.257.000.000,00
4. Akta Pengikatan dan Jaminan BLBI
BLBI yang diberikan kepada bank yang telah dialihkan kepada Pemerintah sesuai dengan
kesepakatan bersama antara Menteri Keuangan dan Gubernur BI tanggal 6 Februari 1999
dan akta cessie yang dibuat dihadapan Notaris Mudofir Hadi, SH Nomor 72 tanggal 22
Februari 1999 antara Direksi BI dan Ketua BPPN. Jumlah BLBI yang dialihkan tersebut
pada posisi tanggal 29 Januari 1999 sebesar Rp681.084.490.920,00.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 363/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Jumlah BLBI yang telah dibayar kembali oleh bank sampai dengan tanggal 30 April 2005,
adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah BLBI yang telah dikembalikan hanya mencapai
1,5% dari total kewajiban rupiah BLBI.
7. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal Penutupan (31 Oktober 1997)
Neraca Bank menurut Laporan Keuangan per tanggal 31 Oktober 1997 yang telah diaudit
oleh Kantor Akuntan Publik Hendrawinata & Rekan, dengan laporan Nomor BP/01/FI/97
tanggal 10 Juni 1998 adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
No Keterangan Jumlah
AKTIVA
1 Kas 1.022.912.538,00
2 Giro pada Bank Indonesia 400.862.522,00
3 Giro pada Bank Lain 5.979.620.580,00
- Penyisihan Penghapusan Aktiva 0,00
Produktif (PPAP)
Bersih 5.979.620.580,00
4 Penempatan Dana pada Bank Lain 1.322.759.770,00
- PPAP 0,00
Bersih 1.322.759.770,00
5 Surat Berharga 11.252.000.000,00
- PPAP (106.260.000,00)
Bersih 11.145.740.000,00
6 Kredit yang Diberikan 361.116.998.199,00
- PPAP (76.267.914.901,00)
Bersih 284.849.083.298,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 364/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
No Keterangan Jumlah
7 Penyertaan 266.000.000,00
- PPAP 0,00
Bersih 266.000.000,00
8 Pendapatan yang Akan Diterima 7.774.513.525,00
9 Biaya Dibayar Dimuka 990.923.353,00
10 Aktiva Tetap 12.590.025.972,00
- Akumulasi Penyusutan (5.940.249.233,00)
Bersih 6.649.776.739,00
No Keterangan Jumlah
AKTIVA
1 Kas 7.253.753,00
2 Giro pada Bank Indonesia 0,00
3 Giro pada Bank Lain 37.675.686.653,00
- PPAP 0,00
Bersih 37.675.686.653,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 365/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
No Keterangan Jumlah
4 Penempatan pada Bank Lain 0,00
- PPAP 0,00
Bersih 0,00
5 Surat Berharga 0,00
- PPAP 0,00
Bersih 0
6 Kredit Yang Diberikan 561.213.957.655,00
- PPAP (509.098.763.737,00)
Bersih 52.115.193.918,00
7 Penyertaan 571.000.000,00
- PPAP 0,00
Bersih 571.000.000,00
8 Pendapatan Yang Akan Diterima 0,00
9 Biaya Dibayar Dimuka 0,00
10 Aktiva Tetap 2.744.582.047,00
- Akumulasi Penyusutan 0,00
Bersih 2.744.582.047,00
11 Aktiva Lain-Lain 25.587.344.489,00
- PPAP 0,00
Bersih 25.587.344.489,00
Menunjuk surat Nomor 7/150/DPIP/1AdmP tanggal 29 April 2005, NAL per 18 Juni 2003
PT Bank Pinaesaan (DL) hingga saat ini belum disetujui oleh BI, karena:
a. Beberapa hal yang perlu mendapat penjelasan KAP antara lain mengenai hal:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 366/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
c. Masih terdapat lampiran yang saldonya belum sesuai dengan neraca, yaitu:
1) Terdapat peningkatan saldo rupa-rupa aktiva selama masa likuidasi sebesar Rp801
juta, yaitu dari Rp25.357 juta pada posisi 31 Oktober 1997 menjadi Rp26.158 juta
pada posisi NAL, selain itu terdapat perbedaan saldo harta eks jaminan dari
Rp4.043,2 juta pada posisi 31 Oktober 1997 menjadi Rp23.303,99 juta pada posisi
NAL 18 Juni 2003.
2) Nilai agunan per lokasi antara uraian dalam halaman 9 tidak sama dengan lampiran
3 Rincian Kredit yang diberikan (daftar nominatif).
dalam jutaan rupiah
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 367/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
2 Tidak Terkait:
- Giro 3.660,13 3.660,13 0
- Tabungan 27.575,78 27.540,62 37,16
- Deposito 247.979,44 247.979,44 0
- Lainnya 0 411,58 (411,58)
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 368/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Posisi keuangan PT Bank Pinaesaan (DL) per tanggal 30 April 2005 sesuai dengan laporan
keuangan (Unaudited ) dan merupakan angka intern bank setelah koreksi KAP - nilai buku
adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
No Keterangan Jumlah
AKTIVA
1 Kas 746.356,70
2 Giro Pada Bank Indonesia 0,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 369/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
No Keterangan Jumlah
14 Hutang Lancar Lainnya 179.067.387,31
Ekuitas
15 Modal Saham 19.574.000.000,00
16 Uang Muka Saham 870.872.026,02
17 Laba (Rugi) (578.687.887.093,08)
Total Kewajiban dan Ekuitas 114.483.054.129,67
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 370/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 371/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 372/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Realisasi penagihan kredit yang dilakukan TL sampai dengan tanggal 30 April 2005
adalah sebesar Rp79.686.951.355,99, dengan rincian sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 373/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Dari total nilai Rp79.686.951.355,99, penagihan kredit yang berasal dari penyetoran
tunai dan set off jaminan adalah sebesar Rp41.783.888.999,73.
Dari hasil pemeriksaan atas penagihan kredit, kami tidak menemukan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
Temuan - Penyelesaian kredit pada PT Bank Pinaesaan (DL) sebesar
Rp3.303.612.219,00 dengan cara kompensasi (set-off) tidak dilengkapi dengan
dokumen pendukung yang lengkap sehingga cara penyelesaian kredit tersebut
dilakukan secara tidak benar
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas penyelesaian kredit dengan cara set off ,
diketahui bahwa terdapat set off kredit dengan deposito debitur yang tidak didukung
dengan dokumen yang memadai dengan rincian sebagai berikut :
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 374/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Dokume Sett off yang
Outstanding per 31 Oktober 1997
No Nama Debitur n set off tidak didukung
Pokok Bunga Jumlah
yang dokumen
ada
1 Cabang Jakarta
PT Pan 399.207.869,88 54,826.852,85 454.034.722,73 0,00 454.034.722,73
Gasindo Buncit
Mas
2 Cabang
Surabaya
Seharusnya set off kredit dengan deposito didukung dengan dokumen pendukung
yang memadai seperti Permohonan Pembayaran dengan set off dari debitur, Tanda
Terima Pembayaran, Tanda Bukti Pembayaran Pinjaman ( Back To Back Loan)
persetujuan TL PT Bank Pinaesaan (DL) dan Bilyet Deposito nasabah.
Ketidaklengkapan dokumen pendukung set off di atas mengakibatkan BPK-RI tidak
dapat memastikan kewajaran penagihan kredit sebesar Rp3.303.612.219,04.
Hal tersebut terjadi karena TL PT Bank Pinaesaan (DL) kurang memperhatikan
ketentuan persyaratan administrasi keuangan dengan baik.
Tanggapan - TL PT Bank Pinaesaan (DL) menanggapi bahwa transaksi-transaksi
penyelesaian debitur secara set off dengan simpanan deposito baik di kantor Jakarta
maupun di kantor Surabaya secara akuntansi telah dilakukan sesuai dengan
prosedur dan dilakukan pembukuan secara benar. Sejak selesainya proses
pembayaran tersebut TL PT Bank Pinaesaan (DL) telah mengalami beberapa kali
pemeriksaan dari beberapa instansi sehingga sulit menelusuri keberadaan dokumen-
dokumen tersebut.
Saran – BPK-RI menyarankan Agar TL PT Bank Pinaesaan (DL) dapat
menunjukkan dokumen pendukung penyelesaian kredit dengan set off.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 375/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam Rupiah
Temuan terkait dengan hasil penjualan aset adalah:
a) Temuan - Penjualan Harta Tetap Inventaris PT Bank Pinaesaan yang
dilakukan di bawah Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) mengakibatkan
kurangnya hasil penjualan sebesar Rp752.575.000,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 376/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pada tanggal 12 Desember 2002, telah dilakukan penjualan tanah dan bangunan
kepada Sdr. Sari Putra Joseph melalui perantara Ibu Temmi Sen yaitu:
1) Tanah bangunan di Jl. Basuki Rahmat No. 139 – 141 Surabaya SHGB No.
475 dijual dengan harga Rp4.100.000.000,00, sementara NJOP tahun 2002
tanah tersebut adalah sebesar Rp4.156.050.000,00.
2) Ruko dengan luas tanah 142 m2 dan luas bangunan 420 m2 di Jl. Panglima
Sudirman 70 Surabaya SHGB No. 144 dijual dengan harga
Rp900.000.000,00, sementara NJOP tahun 2002 tanah tersebut adalah
sebesar Rp973.390.000,00.
Pada tanggal 31 Maret 2000, Tanah dan Bangunan di Jl. Panglima Sudirman
No. 20 Surabaya No. 20 - 22 SHGB No. 191 dengan luas tanah 1.107 m2 dan
luas bangunan 1.517 m2 dijual dengan harga Rp5.300.000.000,00 kepada Sdr.
Bambang Tjandra. NJOP tahun 2000 tanah tersebut Rp5.915.835.000,00.
Pada tangggal 17 Desember 2002, telah terjual tanah dan bangunan di
Cipendawa, Cianjur, Cipanas, Bogor, SHGB 232 dengan luas tanah 133 m 2 dan
luas bangunan 200 m2 dengan harga Rp123.000.000,00. Jual beli telah
dilaksanakan melalui Akta No. 10 tanggal 23 Januari 2003 Notaris Sri
Mardiatie, SH. Harga jual tersebut lebih rendah dari NJOP tahun 2002 yaitu
sebesar Rp130.300.000, atau lebih rendah 5,6%. Penjualan tersebut juga di
bawah nilai buku aset yaitu sebesar Rp146.464.795,44
Seharusnya penjualan tanah dan bangunan minimal sebesar Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP) PBB tanah dan bangunan yang dimaksud.
Penjualan aset di bawah NJOP terjadi karena TL hanya memperhatikan nilai
likuidasi aset yang bersangkutan dan tidak mempertimbangkan NJOP dalam
penjualan aset.
Penjualan aset di bawah NJOP mengakibatkan berkurangnya hasil penjualan
aset PT Bank Pinaesaan (DL) sebesar Rp752.575.000,00 dan mengurangi
kemampuan PT Bank Pinaesaan membayar kewajiban kepada Negara.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 377/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
tanggal 22 Desember 2003 dengan Notaris Ny. Nenny Maskan, S.H., Notaris di
Tangerang.
Berdasarkan surat penawaran dari Ir. Gunawan Tjondroputro (PT Griya Multi
Swadana) No. 101/GMS/VI-2003/I tanggal 7 Juni 2003 mengenai Penawaran
Harga Tanah, diketahui bahwa Ir. Gunawan Tjondroputro mengajukan
penawaran harga sebesar Rp170.000/m2 dengan kondisi sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 378/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
1) Transaksi jual beli tanah hanya untuk bagian yang kosong/yang tidak
dikuasai oleh pihak lain.
Jumlah Rp 12.817.500,00
Bukti setor pembayaran BPHTB dan PPh Final 5% yang menjadi tanggung
jawab pembeli sampai dengan 14 Juli 2005 tidak diperoleh.
Seharusnya BPHTB dan PPh Final dibayar dan disetor ke Kantor Pajak.
Pembayaran tersebut harus dapat dibuktikan dengan adanya Surat Setoran Pajak
(SSP).
Belum dibayarnya BPHTB dan PPh 5% total sebesar Rp12.817.500,00 terjadi
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 379/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Realisasi pembayaran kewajiban sampai dengan tanggal 30 April 2005 adalah sebesar
Rp12.898.999.625,77 dengan rincian sebagai berikut : dalam rupiah
3 Pemerintah 10.456.680.100,11
Jumlah 12.898.999.625,77
Jumlah 2.167.178.953,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 380/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Jumlah 275.140.572,66
Pembayaran kepada Pemerintah hanya dilakukan satu kali yaitu angsuran Dana
Talangan Rupiah dari TL PT Bank Pinaesaan (DL) dengan bilyet giro BI Nomor GA
537458 tanggal 31 Desember 2001 sebesar Rp10.456.680.100,11 yang terdiri:
dalam rupiah
Jumlah 10.456.680.100,11
Hal ini dilakukan atas perintah BI kepada TL PT Bank Pinaesaan (DL) untuk
melakukan pemindahbukuan dana sesuai surat Deputi Gubernur Senior BI Nomor
3/477/DGS/DPIP tanggal 31 Desember 2001.
c. Biaya Operasional
Realisasi biaya operasional yang dikeluarkan oleh TL sampai dengan tanggal 30 April
2005 adalah sebesar Rp36.953.110.103,44 dengan rincian sebagai berikut:
dalam rupiah
1. Biaya Tenaga Kerja:
1. Gaji 2.758.625.862,50
2. Honor 5.371.684.840,00
3. Biaya kesejahteraan karyawan 3.833.042.286,00
4. Komisi sesuai surat BI 468.922.081,00
5. Pesangon 2.418.405.105,00
5. Honor TL 2.842.387.095,00
Jumlah 17.693.067.269,50
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 381/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
2. Biaya Kantor:
1. Listrik 794.968.788,00
2. Air 71.777.364,00
3. Telepon 671.817.851,00
Jumlah 1.538.564.003,00
3. Biaya Operasional:
1. Biaya inventaris 69.930.334,00
2. Biaya kegiatan 264.022.176,00
3. Pajak-pajak 3.517.391.410,99
(2.167.178.953,00)
1.350.212.457,99
4. Biaya penagihan 14.781.014.948,49
5. Biaya penghapusan 138.909.005,29
6. Biaya operasional lainnya 1.117.389.909,17
Jumlah 17.721.478.830,94
Total Biaya Operasional 36.953.110.103,44
sebesar Rp2.081.298.710,00.
pajak-pajak di luar pembayaranDengan
hutangdemikian, biayasebesar
pajak menjadi operasional untuk pembayaran
Rp1.350.212.457,99 dan
total biaya operasional selama masa kerja TL menjadi sebesar Rp36.953.110.103,44.
Pembayaran pesangon sebesar Rp2.418.405.105,00 adalah pembayaran pesangon untuk
seluruh pegawai sejak likuidasi sampai dengan tanggal 30 April 2005 termasuk
pembayaran pesangon karyawan pembantu TL sebelum masa kerja TL berakhir. Dari
jumlah pembayaran pesangon tersebut, terdapat pembayaran pesangon pada tanggal 16
Desember 2002 dengan perhitungan pesangon sebesar 16,1 kali honor dengan rincian
sebagai berikut :
No Uraian Jumlah
1 Uang pesangon : 2 kali ketentuan pasal 22 atau 6 x 2 12 kali honor
2 Uang jasa : 2 kali ketentuan pasal 23 atau 2x1 2 kali honor
3 Uang ganti rugi : 15% dari pesangon dan uang jasa atau 15% (12+2) 2,1 kali honor
Jumlah 16,1 kali honor
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 382/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Ketentuan tersebut berlaku untuk karyawan dengan masa kerja 5 tahun, sedang untuk
karyawan dengan masa kerja kurang dari 5 tahun perhitungannya disesuaikan dengan
ketentuan yang ada. Total pembayaran pesangon berdasarkan perhitungan tersebut di
atas adalah sebesar Rp1.438.460.106,00.
Temuan yang terkait dengan biaya operasional adalah:
1) Temuan - Pembayaran success fee jasa pengacara yang dilakukan sebelum
pencairan aset dan pembayaran operational cost berdasarkan persentase
diragukan kewajarannya dan berpotensi merugikan PT Bank Pinaesaan (DL)
sebesar Rp5.850.000.000,00
Berdasarkan hasil pemeriksaan biaya operasional TL, diketahui bahwa pada tanggal
1 November 2002, berdasarkan surat No. 355/SP-MP/XI/02, TL PT Bank Pinaesaan
(DL) menyetujui penunjukkan Sidartha Pratidina & Partners Law Firms menjadi
pengacara dan konsultan hukum dalam rangka eksekusi putusan kasasi Mahkamah
Agung Nomor 680K/Pdt/2002. Dari persetujuan tersebut, diketahui bahwa biaya
yang ditanggung PT Bank Pinaesaan (DL) adalah Lawyer Fee sebesar Rp35 juta
(dibayarkan saat penandatanganan surat kuasa), Biaya Operasional berdasarkan
konfirmasi dan persetujuan klien (berdasarkan tabel biaya untuk pengadilan) dan
Success Fee 20% dari nilai yang dapat ditagih. Surat kuasa itu sendiri telah
diberikan TL PT Bank Pinaesaan (DL) kepada Sidartha Pratidina & Partners Law
Firms pada tanggal 24 September 2001.
Mahkamah
Bank BukopinAgung (MA)
dan PT dalam putusan
Udatimex Nomor
memutuskan 680K/Pdt/2002
menghukum atasBukopin
PT Bank perkara dan
PT
PT Udatimex baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama untuk
membayar kerugian secara tunai dan sekaligus kepada PT Bank Pinaesaan (DL)
sebesar Rp9.000.000.000,00 ditambah bunga sebesar 16,5% per tahun terhitung
sejak tanggal 16 Juli 1997 sampai jumlah kerugian tersebut dibayar lunas. Realisasi
pencairan dana atas putusan MA tersebut hingga Juni 2005 belum dapat dicairkan
atau direalisasikan. Hal tersebut disebabkan karena Bank Bukopin masih
mengajukan Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung.
Dengan adanya putusan MA tersebut, berdasarkan surat Nomor 059/SP/SP/SP-
MP/II/03 tanggal 3 Februari 2003, Sidartha Pratidina Law Firms menagih kepada
PT Bank Pinaesaan (DL). Tagihan berupa success fee sebesar Rp3.600.000.000,00
yaitu (20% dari Rp18.000.000.000,00 yaitu total nilai permohonan kasasi yang
dikabulkan sebesar Rp9.000.000.000,00 dan bunganya). Selain itu, pengacara juga
menagih Operational Cost sebesar 12,5% dari Rp18.000.0000.000,00 atau
Rp2.250.000.0000,00. Keseluruhan tagihan tersebut telah dibayarkan kepada
Sidartha Pratidina Law Firms secara tunai sebesar Rp5.850.000.000,00.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 383/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Operational Fee yaitu biaya yang digunakan atau yang dikeluarkan oleh
Pengacara dalam menangani perkara.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 384/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Mengenai besar dan cara pembayaran dari ketiga komponen fee tersebut di atas
tergantung kesepakatan, tingkat kesulitan perkara termasuk juga kelengkapan
dokumen yang tersedia serta kemungkinan keberhasilan dari perkara tersebut.
Untuk perkara yang ditangani oleh Law Firm SP&P, besaran operational fee
sebesar 12,5% merupakan hasil perhitungan dari lawyer dalam menangani perkara
PT Bank Pinaesaan (DL) melawan Bank Bukopin. Seperti yang telah dikatakan
sebelumnya oleh pengacara TL, Bp. Sidartha, dalam wawancara dengan BPK-RI,
besaran 12,5% tersebut diajukan semata-mata untuk memudahkan perhitungan
pengeluaran yang harus diperhitungkan dan dikeluarkan oleh PT Bank Pinaesaan
(DL).
Saran - Agar TL membayar success fee sesuai dengan ketentuan&kesepakatan
Forum Komunikasi TL dan kesepakatan dalam perjanjian antara TL dan konsultan
hukum. Selain itu pembayaran biaya ini juga hanya dilakukan untuk pengeluaran
yang disertai dengan bukti yang valid. Adapun kelebihan pembayaran di luar
ketentuan dan tidak disertai bukti yang jelas agar ditarik kembali dari konsultan
hukum. Selanjutnya TL juga harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugasnya yang tidak sesuai dengan ketentuan/kesepakatan bersama kepada RUPS.
Temuan ini perlu ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum untuk memastikan
keberadaan unsur tindak pidana.
2) Temuan - Pembayaran jasa konsultan hukum (lawyer) belum dipungut PPN
10% dan PPh pasal 23 sebesar 7,5% mengakibatkan belum diterimanya
penerimaan Negara dari sektor pajak sebesar Rp1.288.086.218,73
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas biaya konsultan hukum diketahui bahwa, dalam
menangani kasus-kasus di PT Bank Pinaesaan (DL), TL menggunakan jasa
pengacara. Sampai dengan April 2005, beberapa pengacara yang menangani kasus
di PT Bank Pinaesaan (DL) dan biaya yang telah dikeluarkan diantaranya adalah
sebagai berikut :
Ghad & partners Rp 214.000.000,00
Sidartha Pratidina & Partners Rp 5.885.000.000,00
Janis & Associates Rp 270.000.000,00
Robert Parengkuan & Partners Rp 135.000.000,00
KG Wijaya & Partners Rp 274.500.000,00
Andre Muniputty & Partners Rp 281.000.000,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 385/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Belum dipungutnya PPN 10% dan PPh pasal 23 konsultan 7,5% mengakibatkan
belum diterimanya penerimaan Negara dari sektor pajak sebesar
Rp1.288.086.218,73.
Tanggapan - TL menanggapi bahwa semua pajak-pajak yang menjadi kewajiban
PT Bank Pinaesaan (DL), akan segera dibayarkan oleh TL PT Bank Pinaesaan
(DL).
Saran – BPK-RI menyarankan agar TL segera menyelesaikan kewajiban-kewajiban
perpajakannya kepada Negara.
3) Temuan - Pengeluaran biaya pegawai (THR dan biaya kesejahteraan karyawan)
yang tidak sesuai dengan ketentuan mengakibatkan pemborosan keuangan PT
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 386/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Pembayaran THR tahun 2001 sebesar kurang lebih empat kali gaji/honor.
Pembayaran THR tahun 2002 sebesar lima kali gaji/honor. Pembayaran biaya
kesejahteraan karyawan tahun 2003 dilakukan dua kali yaitu pada bulan November
dan Desember 2003 masing-masing sebesar lima kali gaji/honor atau total dalam
setahun 10 kali gaji/honor. Pembayaran THR tahun 2004 dilakukan dua kali yaitu
pada bulan Oktober dan Desember 2004 masing-masing sebesar lima kali
gaji/honor. Pembayaran biaya kesejahteraan karyawan untuk tahun 2004 dilakukan
dua kali yaitu pada bulan Juli dan Agustus 2004 masing-masing sebesar 10 kali
gaji/honor atau total pembayaran THR dan biaya kesejahteraan tahun 2004 adalah
sebesar 30 kali gaji.
Pengeluaran tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
Nomor PER-04/MEN/1994 Pasal 2 dan Pasal 3 tanggal 16 September 1994, yang
dinyatakan sebagai berikut:
1) Pasal 2:
a) Pengusaha wajib memberikan THR kepada pekerja yang telah mempunyai
masa kerja 3 bulan secara terus menerus atau lebih.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 387/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
b) THR sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan sekali dalam setahun.
2) Pasal 3:
a) Besarnya THR sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sebagai
berikut:
(1) Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 12 bulan secara terus
menerus atau lebih sebesar 1 (satu) bulan upah.
(2) Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 3 bulan secara terus
menerus tetapi kurang dari 12 bulan diberikan secara proporsional
dengan masa kerja yakni dengan perhitungan (masa kerja : 12) x 1
(satu) bulan upah.
b) Upah satu bulan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah upah pokok
ditambah tunjangan-tunjangan tetap.
3) Dalam hal penetapan besarnya nilai THR menurut Kesepakatan Kerja (KK) atau
Peraturan Perusahaan (PP) atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) atau
kebiasaan yang telah dilakukan lebih besar dari nilai THR sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) maka THR yang dibayarkan kepada pekerja sesuai
dengan Kesepakatan Kerja, Peraturan Perusahaan, Kesepakatan Kerja Bersama
atau Kebiasaan yang telah dilakukan.
Di samping itu, dalam Surat Edaran BI kepada Semua Bank Umum di Indonesia Nomor
32/9/UPPB tanggal 14 Mei 1999 mengenai Tata Cara Pencabutan Izin Usaha,
Pembubaran dan Likuidasi Bank Umum Pasal 45 dinyatakan bahwa:
Dalam rangka melaksanakan wewenang untuk mempekerjakan pegawai sebagai tenaga
pendukung TL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf e, TL wajib
memperhatikan hal-hal antara lain :
1) Efisiensi dalam pelaksanaan likuidasi;
2) Keahlian tenaga pendukung; dan
3) Kemampuan keuangan Bank Dalam Likuidasi untuk membayar honor.
Pengeluaran untuk THR dan biaya kesejahteraan karyawan tersebut tidak sesuai dengan
Surat Edaran tersebut di atas terutama butir c yaitu kemampuan keuangan Bank Dalam
Likuidasi untuk membayar honor karena sampai dengan tanggal 12 Juli 2005, PT Bank
Pinaesaan (DL) baru melakukan pembayaran sebesar Rp1.000.000.000,00 kepada
Pemerintah yang berasal dari hasil pencairan aset di luar pengembalian dana talangan.
Pengeluaran THR dan biaya kesejahteraan karyawan yang berlebihan tersebut
disebabkan oleh kebijakan keputusan TL dalam melakukan pengeluaran yang tidak
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 388/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pengeluaran THR dan biaya kesejahteraan pegawai yang berlebihan tersebut di atas
mengakibatkan pemborosan keuangan PT Bank Pinaesaan (DL) c.q. Pemerintah sebesar
Rp2.309.346.850,00.
Tanggapan - TL menanggapi bahwa dalam keputusannya, TL memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Di dalam honor yang dibayarkan oleh TL PT Bank Pinaesaan (DL) tidak ada
tunjangan tetap seperti:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 389/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
1 Kas 746.356,70
2 Rekening Giro dan Deposito pada
Bank Lain
- BNI 01 1.578.464.990,00
- BNI 02 8.420.276.853,00
Jumlah rekening BNI 9.998.741.843,00
- Deposito BNI 25.000.000.000,00
- Dana talangan di Bank Mandiri 1.248.378.294,75
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 390/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Keterangan:
i) Dari total kredit (sebelum penyisihan) yaitu Rp557.744.417.914,06, jumlah kredit
kepada pihak terkait pemegang saham PT Bank Pinaesaan (DL) adalah sebesar
Rp408.462.520.335,51 atau 73,24% dari total kredit.
ii) Dalam penyertaan, penyertaan saham pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna
(HMSP) yang merupakan investasi melalui pasar modal sebanyak 20.000 lembar
saham dengan nilai nominal Rp12.600,00 per lembar atau total Rp252.000.000,00.
Saham tersebut pada awalnya telah diambil tanpa sepengetahuan Bank oleh
karyawan PT Bank Pinaesaan (DL) (Divisi Treasuri). Kemudian saham tersebut
telah dikembalikan oleh karyawan tersebut, tetapi atas nama perseorangan. Saham
tersebut tidak dapat dijual kepada PT HMSP karena PT HMSP meminta bukti
pembelian saham tersebut dan PT Bank Pinaesaan (DL) tidak dapat menunjukkan
bukti pembeliannya. Saham tersebut sedang dalam permasalahan mengenai
keabsahannya dan saat ini sedang ditangani oleh konsultan hukum/pengacara yaitu
Sidartha Pratidina & Partners (SP&P).
Dari nilai aset tersebut dalam tabel, nilai realisasi aset berdasarkan data dari Bank
Pinaesaan (BDL) adalah sebesar Rp72.050.575.198,67 tersebut di atas hanya sebesar
Rp670.627.810.819,89 atau 11% dari total kewajiban PT Bank Pinaesaan (DL).
Terkait dengan hal ini, kami menemukan permasalahan sebagai berikut :
1) Temuan - UDATIMEX Group sebagai Pihak Terkait PT Bank Pinaesaan (DL)
tidak beritikad baik dengan belum melunasi kreditnya sebesar
Rp408.462.880.335,51
Berdasarkan daftar rincian kredit pihak terkait per 30 April 2005 dapat diketahui
bahwa total kredit yang diberikan (outstanding ) per 30 April 2005 adalah
Rp557.744.356.165,25 (nilai sebelum penyisihan penghapusan aktiva produktif).
Dari total kredit tersebut, sebesar 73,24%nya atau Rp408.462.880.335,51 adalah
kredit kepada pihak yang terkait pemegang saham PT Bank Pinaesaan (DL) yaitu
Udatimex Group yang dipimpin oleh Frits Eman dengan rincian sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 391/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Atas kredit pihak terkait tersebut, jaminan yang diberikan hanya sebatas Personal
Guarantee (PC) dan Corporate Guarantee (CG) PT Inauda dan PT Udatimex.
Jaminan tersebut tidak ada nilainya dan tidak dapat dipakai untuk melunasi kredit.
Sejak PT Bank Pinaesaan (DL) dilikuidasi pada tanggal 31 Oktober 1997 hingga
saat pemeriksaan tanggal 18 Juli 2005, Udatimex Group dalam hal ini Sdr. Frits
Eman belum pernah melakukan pembayaran untuk melunasi hutang-hutangnya.
Alasan yang disampaikan kepada BPK-RI adalah yang bersangkutan masih mau
menghitung kembali kebenaran jumlah hutangnya kepada PT Bank Pinaesaan (DL).
Kondisi ini menunjukkan tidak adanya itikad yang maksimal dari Udatimex Group
untuk melunasi hutang-hutangnya kepada PT Bank Pinaesaan (DL) sejak 31
Oktober 1997.
TL PT Bank Pinaesaan (DL) hingga saat pemeriksaan juga belum pernah
melakukan usaha penagihan dan permintaan jaminan kredit kepada Udatimex
Group. Selain itu TL PT Bank Pinaesaan (DL) belum melakukan tuntutan atau
gugatan hukum kepada pemegang saham untuk melunasi hutang-hutangnya
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a) Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1999 Pasal 23 yang menyatakan bahwa
pemegang saham, anggota dewan komisaris atau pengawas, anggota direksi dan
pejabat lainnya, pegawai serta pihak-pihak lain, yang turut serta mempengaruhi
pengelolaan bank, yang telah melakukan tindakan-tindakan yang menyebabkan
keadaan bank yang bersangkutan memburuk sehingga dicabut izin usahnya,
yang telah melanggar ketentuan dalam Peraturan Pemerintah, diancam dengan
sanksi pidana.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 392/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
b) Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1999 pasal 24 yang menyatakan bahwa
dalam hal harga kekayaan bank dalam likuidasi tidak cukup untuk memenuhi
seluruh kewajiban bank dalam likuidasi tersebut maka kekurangannya wajib
dipenuhi oleh Anggota direksi dan anggota dewan komisaris serta pemegang
saham yang turut serta menjadi penyebab kesulitan keuangan yang dihadapi
oleh bank atau menjadi penyebab kegagalan bank.
c) Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1999 pasal 24 menyatakan
bahwa gugatan atau tuntutan kepada pemegang saham dapat diajukan oleh TL.
Hal tersebut mengakibatkan adanya potensi kerugian negara karena tidak dapat
ditagihnya kredit kepada pihak terkait minimal sebesar Rp408.462.880.335,51.
Hal tersebut disebabkan karena kurang tegasnya TL PT Bank Pinaesaan (DL) untuk
menagih hutang pemegang saham dan tidak adanya itikad baik dari pemegang
saham.
Tanggapan - TL menjelaskan bahwa TL dibentuk oleh Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) dan akan diakhiri melalui persetujuan RUPS juga. Apabila TL
melakukan gugatan, maka besar kemungkinan pemegang saham tidak akan
menyetujui pertanggungjawaban TL.
Saran - Agar TL melakukan upaya-upaya yang tegas kepada Pemegang Saham PT
Bank Pinaesaan (DL) untuk segera melunasi hutang-hutang UDATIMEX Group
dan apabila diperlukan agar dilakukan melalui jalur hukum.
2) Temuan - Deposito di Bank Bukopin senilai Rp9.000.000.000 (pokok) tidak dapat
dicairkan meskipun telah ada keputusan Mahkamah Agung
Pada tanggal 30 Oktober 2002, melalui keputusan Mahkamah Agung Nomor
680K/Pdt/2002, telah diputuskan agar Bank Bukopin mengembalikan deposito PT
Bank Pinaesaan (DL) sebesar Rp9.000.000.000,00 dan bunganya sebesar 16,5% per
tahun terhitung sejak 16 Juli 1997. Berdasarkan perhitungan TL PT Bank Pinaesaan
(DL), pokok dan bunga deposito tersebut hingga 16 Januari 2004 telah mencapai
Rp26.112.602.187,75. Kasus ini ditangani oleh pengacara Sidartha Pratidina Law
Firm. Bank Bukopin mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) dan
berkeras belum mengembalikan dana tersebut. Berdasarkan surat Mahkamah Agung
Nomor KMA/601/IX/2003 tanggal 1 September 2003 perihal Permohonan
Perlindungan Hukum atas Pelaksanaan Eksekusi Putusan MA-RI Nomor
680/PK/Pdt/2002 tanggal 18 Juli 2002, dijelaskan bahwa pengajuan PK tidak
menunda proses eksekusi.
Pada tanggal 10 Februari 2004, Bank Bukopin telah mengajukan perlawanan dan
telah diputuskan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang isinya
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 393/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 394/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Untuk kasus lain terhadap kewajiban Sdr. Drs. Herman Rattu di PT Bank
Pinaesaan (DL) Kantor Manado telah dilakukan gugatan Perdata yang hasilnya
di Pengadilan Negeri (PN) dimenangkan TL PT Bank Pinaesaan (DL).
Tingkat banding di Pengadilan Tinggi berdasarkan informasi dari Kantor
Pengacara Robert Parengkuan & Rekan dimenangkan oleh TL PT Bank
Pinaesaan (DL) namun salinan Keputusannya secara resmi belum diterima.
b) Jaminan BPKB kendaraan pada Kantor Cabang Jakarta diambil debitur dan
hutang belum dibayar
adalah 1 (satu) kios Mangga Dua Blok A/182, sejak Bank operasional kios
dalam keadaan kosong. Sudah diupayakan untuk dijual namun sampai saat ini
tidak ada peminatnya. Dalam waktu dekat kami akan memanggil debitur
tersebut untuk penyelesaian hutangnya.
Kios tersebut bukti kepemilikannya hanya berupa surat Pernyataan Penjatahan
atas kios Mangga Dua Blok A/182 dari pengelola PT Praja Puri Real Estate.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 395/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
c) Sisa tanah Sudimara Barat, Cileduk SHM 2619 dibangun sekolah dan sulit
dijual
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas aktiva eks jaminan, diketahui bahwa tanah
dengan SHM No. 2619 seluas 1.591 m2 a.n. Mochamad Alfan Hariyanto adalah
sisa tanah SHM 174 yang telah dijual sebagian. Tanah dengan SHM 2619 ini
sekarang digunakan oleh Perguruan Muhammadiyah untuk sekolahan.
Seharusnya tanah tersebut sebagai jaminan kredit dalam keadaan tidak sedang
dikuasai pihak lain sehingga dapat dijual.
Menurut TL PT Bank Pinaesaan (DL), sisa tanah Sudimara Barat Cileduk SHM
2
No. 2619 seluas 1.519 m atas nama Mochamad Alfan Hariyanto merupakan
Harta Eks Jaminan kredit yang sejak Bank beroperasi, lokasi tersebut
dipergunakan untuk kegiatan sekolah SD, SMP & SLTA untuk masyarakat
sekitar yang dikelola Perguruan Muhammadiyah.
Untuk mencairkan aset tersebut, kendalanya pihak pengelola tidak mempunyai
kemampuan dana untuk membeli secara tunai walaupun dengan harga likuidasi.
TL PT Bank Pinaesaan (DL) menanggapi bahwa dengan kondisi tersebut, TL
berada dalam posisi yang sulit dimana TL tetap harus mempertimbangkan
kondisi harta eks jaminan tersebut yang dipergunakan untuk sekolah
masyarakat sekitar.
Sampai saat ini memang TL dan pihak pengelola belum mendapatkan jalan
keluar terbaik bagi permasalahan ini.
d) Tanah di Sudimara RT 01/03 Ciledug Tangerang SHM No. 187 a.n. Landy
Wanget dijual eks karyawan PT Bank Pinaesaan (DL) dalam sengketa di
Pengadilan Negeri
Terdapat tanah di Sudimara RT 01/03 Ciledug Tangerang SHM No. 187 a.n.
Landy Wanget ternyata telah dijual oleh karyawan PT Bank Pinaesaan (DL)
yaitu Chandra Damanik pada saat Bank Pinaesaan masih beroperasi pada tahun
1996. Aset ini dalam sengketa di Pengadilan.
TL dengan bantuan Kantor Pengacara Gani Djemat-Jakarta melaporkan hal
tersebut ke POLDA Metro Jaya sehingga berlanjut ke proses Hukum di
Pengadilan Negeri-Tangerang-Banten.
Keputusan di Pengadilan Negeri Tangerang-Banten Sdr. Chandra Damanik
dihukum enam bulan namun tingkat banding di pengadilan tinggi yang
bersangkutan diputus bebas.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 396/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Terdapat tanah kosong yang bersertifikat hak pakai No. 119 di Balimester
Jatinegara dengan nilai buku Rp56.500.000,00. Aset ini telah dihapusbuku
karena sertifikat hak pakainya telah jatuh tempo pada tanggal 10 Februari 1999.
Aset ini sulit dijual karena telah habis masa berlaku sertifikat hak pakainya dan
belum diperpanjang oleh TL Bank Pinaesaan.
REPUBLIK INDONESIA
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 397/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 398/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
3oPT. BANK PINAESAAN - SURABAYA
3oPeriode : 31 Oktober 1997 s/d 31 Desember 1998
############# 36.398.452,09 0,00 0,00 2.813.179.044,22 36.398.452,09 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
C:\SBY\akuntan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 399/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 400/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
110 100 Ringin Anom, PT 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
111 101 Surya Sahabat, PT 619.164.797,42 8 76.569.389,83 ############ 876.569.389,83
112 102 Sinar Kayu Abadi, PT ############# ############# ############ ############ #############
113 103 Santi Trading Co, PT 95.262.274,50 187.744.991,00 70.000.000,00 ########### ########### 0,00 0,00
114 104 Tiga Berlian Motor, C ############# 0,00 ############ 0,00
115 105 Usaha Bhakti, CV 43.944.839,04 2.767.269,02 23.500.000,00 20.444.839,04 2.767.269,02
116 106 Vitrica Permata M, PT 752.357.693,45 ############# ############ #############
117 107 Wismatama Megah Citra, ############# ############# ########### ############ #############
118 108 Wahana Upaya S,PT 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
119 109 Yayasan Pend. Udati 143.483.332,00 302.801.859,00 6.000.000,00 ############ 3 02.801.859,00
120 110 Nauval Aziz, Ir/VAM 1.603.625,00 0,00 1.603.625,00 0,00 0,00
121 111 H. Ibrahim Abdullah/VA 1.860.600,00 0,00 1.860.600,00 0,00 0,00
122 112 Kerta Gaya Pusaka, PT/V 2.535.000,00 0,00 2.535.000,00 0,00 0,00
123 113 Soekwito Soeprodjo/AT 84.600.000,00 0,00 84.600.000,00 0,00
124 114 Handoyo Jaya/ATM 51.000.000,00 0,00 51.000.000,00 0,00
125 115 Purnawan Hartaya/ATM 51.000.000,00 0,00 51.000.000,00 0,00
126 116 Achyadi/IGM 11.856.380,00 0,00 11.856.380,00 0,00
127 117 Yusri HR/IGM 31.366.200,00 0,00 31.366.200,00 0,00
128 118 Hadi Puspanto/MGM 13.424.175,00 0,00 13.424.175,00 0,00
129 119 Singgih Budiono/MG 16.999.620,00 0,00 16.999.620,00 0,00
130 120 Lusiana Widjaja/MGM 19.832.890,00 0,00 19.832.890,00 0,00
131 121 Nakano Fangi/MGM 23.799.580,00 0,00 23.799.580,00 0,00
132 122 Budhi Tengadi/MGM 9.968.000,00 0,00 9.968.000,00 0,00
133 123 Tjipto Waskito 377.648,28 0,00 377.648,28 0,00
134 124 P.J. Juniartono 1.000.000,00 1.000.000,00 0,00
135 125 Sumampouw/UMK 85.000.000,00 85.000.000,00 0,00
136 126 Bukopi 3.800.000,00 3.800.000,00 0,00
137 127 Karel Widjaja 1.784.500,00 1.784.500,00 0,00
138 128 Sudjatmiko 2.450.000,00 2.450.000,00 0,00
############# ############# ############ ########### 0,00 0,00 ########### ########### ########### 0,00 ############ #############
C:\SBY\akuntan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 401/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 402/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
############# ############# ############ ########### 0,00 0,00 ########### ########### 0,00 0,00 ############ #############
C:\SBY\akuntan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 403/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 404/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
############# ############# 25.100.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 ############ #############
C:\SBY\akuntan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 405/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 406/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
############# ############# 32.191.425,00 0,00 0,00 0,00 0,00 ########### 0,00 0,00 ############ #############
C:\SBY\akuntan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 407/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 408/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
############# ############# ############ ########### 0,00 0,00 0,00 ########### 0,00 0,00 ############ #############
CARA PEMBAYARAN
Tahun 1997 - 19 0,00 0,00 2.813.179.044,22 36.398.452,09 0,00 0,00 0,00 0,00
Tahun 1999 ############ ########### 0,00 0,00 ########### ########### ########### 0,00
Tahun 2000 ############ ########### 0,00 0,00 ########### ########### 0,00 0,00
Tahun 2001 25.100.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Tahun 2002 32.191.425,00 0,00 0,00 0,00 0,00 ########### 0,00 0,00
Tahun 2003 ############ ########### 0,00 0,00 0,00 ########### 0,00 0,00
C:\SBY\akuntan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 409/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 410/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PADA
Nomor : 01.J/XII/02/2006
Tanggal : 06 Februari 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 411/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 4
4. Metodologi Pemeriksaan 4
5. Jangka Waktu Pemeriksaan 5
6. Objek Pemeriksaan 5
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 412/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Halaman
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan 14
DAFTAR SINGKATAN
LAMPIRAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 413/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
ATAS
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum sistem pengendalian
intern (SPI) pada PT Bank Dwipa Semesta (DL) tidak dapat diandalkan karena beberapa hal.
Pertama, lingkungan pengendalian yang ada tidak dapat berjalan secara memadai. Di
antaranya posisi pemegang saham utama yang sekaligus juga debitur utama menyulitkan
pengelola yaitu Tim Likuidasi (TL) melakukan tugasnya. Kedua, tidak ada pihak yang
secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi PT Bank Dwipa Semesta (DL) dalam
melaksanakan fungsinya, baik itu Bank Indonesia (BI) maupun Departemen Keuangan.
Terakhir, tidak ada pengawasan yang memadai terhadap akuntabilitas dan kinerja TL
selama periode kerjanya.
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Terdahulu
Pemeriksaan BPK-RI di tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga tidak ada
rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Pemeriksaan BPK-RI meliputi pemeriksaan atas realisasi pencairan aset, baik berupa
penagihan kredit maupun penjualan aset, pembayaran kewajiban (termasuk biaya
operasional), sisa aset dan indikasi tindak pidana korupsi (TPK) serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan PT Bank Dwipa Semesta (DL).
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 414/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari nilai aset sebesar Rp126.721.959.415,10 sesuai dengan neraca penutupan pada
tanggal 31 Oktober 1997, realisasi penjualan aktiva tetap adalah sebesar
Rp44.827.049.849,00 termasuk penjualan aset milik pemegang saham, sedangkan
realisasi penagihan kredit adalah sebesar Rp28.423.390.623,77. Terkait hal ini kami
menemukan permasalahan berupa penghapusan piutang yang melebihi batas 25%.
b. Pembayaran Kewajiban
Realisasi biaya operasional sampai dengan tanggal 30 April 2005 adalah sebesar
Rp44.088.663.852,11. Terkait dengan hal ini kami tidak menemukan permasalahan
yang material.
d. Sisa Aset
Nilai buku sisa aset per tanggal 30 April 2005 sesuai dengan Laporan Bulanan yang
disusun PT Bank Dwipa Semesta (DL) adalah sebesar Rp131.550.920.320,26.
Terkait hal ini, kami tidak menemukan permasalahan yang material.
4. Saran BPK-RI
Atas pemeriksaan pada PT Bank Dwipa Semesta (DL), BPK-RI menyarankan kepada TL
PT Bank Dwipa Semesta (DL) agar:
a. TL mempertanggungjawabkan kepada RUPS atas penghapusan piutang yang melebihi
batas 25% karena tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
b. Memungut PPh Pasal 23 tahun 1998 sampai dengan 2004 dan menyetorkan ke kas
Negara sebesar Rp661.652.541,73;
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 415/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Haryanto Suwondo
NIP. 240000361
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 416/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Dwipa Semesta (DL) adalah
untuk memastikan dan mengetahui:
a. Pencairan aset melalui penagihan dan penjualan telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
b. Dana dari pencairan aset telah digunakan untuk pembayaran kewajiban-kewajiban
termasuk pembayaran BLBI serta biaya operasional PT Bank Dwipa Semesta (DL)
sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku;
c. Sisa aset yang akan diserahkan kepada pemerintah setelah berakhirnya proses likuidasi;
d. Apakah terdapat indikasi penyimpangan dalam pencairan aset melalui penagihan dan
penjualan serta pembayaran kewajiban PT Bank Dwipa Semesta (DL).
3. Sasaran Pemeriksaan
Sasaran pemeriksaan atas pengembalian BLBI PT Bank Dwipa Semesta (DL) adalah:
a. Proses pencairan aset melalui penagihan piutang kepada para debitur dan penjualan aset;
b. Proses pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan aset
tersebut termasuk pengembalian uang negara (BLBI) kepada Pemerintah.
4. Metodologi Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 417/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pemeriksaan dilakukan sejak tanggal 8 Juni sampai dengan tanggal 19 Juli 2005.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 418/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB II
GAMBARAN UMUM
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 419/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Saldo Debet : 103.135.862.541,00
Dana Talangan Rupiah : 6.970.134.590,00
Dana Talangan Valas : -
Jumlah : 110.105.997.131,00
Tidak ada akta pengikatan secara notariil dan tidak ada akta jaminan yang diberikan
sehubungan dengan pemberian BLBI kepada PT Bank Dwipa Semesta (DL).
5. Pengalihan BLBI Menjadi Kewajiban Pemerintah
Pengalihan BLBI PT Bank Dwipa Semesta (DL) dari Kewajiban kepada BI menjadi
kewajiban kepada Pemerintah dilakukan dengan Akta Nomor 73 tanggal 22 Februari 1999.
6. Pengembalian BLBI Per Tanggal 30 April 2005
Jumlah BLBI yang telah dibayar kembali oleh bank sampai dengan tanggal 30 April 2005,
adalah sebagai berikut:
Dalam rupiah
Jenis BLBI Jumlah Kewajiban Pembayaran Sisa
Saldo Debet 103.135.862.541,00 - 103.135.862.541,00
Dana Talangan Rupiah 6.970.134.590,00 6.970.134.590,00 -
Dana Talangan Valas - - -
Jumlah 110.105.997.131,00 6.970.134.590,00 103.135.862.541,00
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah BLBI yang telah dibayar baru mencapai
6,33% dari total kewajiban BLBI.
7. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal Penutupan (31 Oktober 1997)
Posisi Keuangan PT Bank Dwipa Semesta (DL) per tanggal 31 Oktober 1997 sesuai dengan
Laporan Keuangan Bank yang telah diaudit oleh KAP S Mannan, Sumantri dan Rekan
adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Keterangan Saldo
AKTIVA
Kas 586.055.075,00
Giro pada Bank Indonesia -
Giro pada Bank Lain 1.992.435.698,85
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 420/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Keterangan Saldo
Bersih 25.734.883.459,64
Aktiva Tetap Bersih 1.962.698.360,00
Aktiva Lain-Lain 375.566.668,44
-/- PPAP -
Bersih 375.566.668,44
Jumlah Aktiva 30.651.639.261,93
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Kewajiban
Dana Pihak Ketiga 12.067.498.825,83
Kewajiban Segera Lainnya 439.878.696,76
Pinjaman yang Diterima 102.943.921.036,19
Kewajiban Lain-Lain 936.136.295,53
8. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal Likuidasi (Neraca Akhir Likuidasi / NAL)
Posisi Keuangan PT Bank Dwipa Semesta (DL) per tanggal 3 Juni 2003 sesuai dengan
Laporan Auditor Independen S. Mannan, Sumantri & Rekan Atas Penerapan Prosedur yang
AKTIVA
1. Kas - -
2. Antar Bank Aktiva
a. Giro - -
b. Tabungan - -
c. Deposito 25.250,00 25.250,00
3. Kredit yang Diberikan 77.849,43 2.122,27
Cadangan Penghapusan Kredit - -
4. Bunga yang Masih Harus Diterima 1.742,90 107,22
5. Aktiva Tetap dan Inventaris 961,62 -
Akumulasi Penyusutan (792,71) -
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 421/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Berdasarkan Surat BI Nomor 7/49/DPIP/IadmP tanggal 28 April 2005 perihal Neraca Akhir
Likuidasi, NAL tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pertanggungjawaban TL PT
Bank Dwipa Semesta (DL) pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 422/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 423/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Keterangan Saldo
Cadangan 0,00
Laba/Rugi Tahun Lalu 2.534.809.908,83
Laba/Rugi Tahun Berjalan (3.043.091.285,66)
Penerimaan 14.139.629.715,26
Total Pasiva 131.550.920.320,26
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 424/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum lingkungan
pengendalian pada PT Bank Dwipa Semesta (DL) tidak dapat diandalkan, karena setiap
unsur manajemen tidak dapat melakukan fungsinya secara memadai.
Sesuai dengan ketentuan yang ada, TL pada akhir masa tugas bertanggung jawab
kepada RUPS. Akan tetapi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, TL juga harus
menyelesaikan tagihan kepada debitur utamanya, yang pada umumnya terkait dengan
pemegang saham utama, antara lain dengan meminta tambahan jaminan terhadap
hutang-hutang mereka kepada bank yang telah berkategori macet.
Selain itu, secara substansi tidak jelas siapa pemilik utama harta yang masih ada di PT
Bank Dwipa Semesta (DL), mengingat nilai kewajiban PT Bank Dwipa Semesta (DL)
kepada Pemerintah berupa Saldo Debet dan Dana Talangan Rupiah lebih besar dari
harta yang ada. Di samping itu, saat ini PT Bank Dwipa Semesta (DL) juga sedang
menghadapi tuntutan dari kreditur yang merasa memiliki piutang ke PT Bank Dwipa
Semesta (DL) tetapi atas simpanan tersebut tidak tercatat dalam Laporan Keuangan
Penutupan PT Bank Dwipa Semesta (DL).
Dari sisi ketentuan perusahaan, harta tersebut adalah milik pemegang saham, tetapi
dengan besarnya kewajiban kepada Pemerintah, maka Pemerintah merupakan pihak
yang lebih berhak terhadap harta yang masih ada. Dengan kondisi ini, TL kurang
memahami bahwa harta yang masih ada seharusnya sudah menjadi bagian keuangan
negara sehingga seluruh kegiatan TL seharusnya lebih diarahkan terhadap kepentingan
negara. Akan tetapi dengan tidak jelasnya ketentuan yang ada, masih besar pengaruh
pemegang saham utama terhadap pelaksanaan tugas TL sehari-hari yang dapat
mengakibatkan tidak maksimalnya pengembalian harta BDL kepada Negara.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 425/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
b. Pengendalian Pengamanan
Tidak ada pihak yang secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi PT Bank
Dwipa Semesta (DL), baik itu BI maupun Departemen Keuangan. Pihak BI selama ini
hanya memantau posisi aset dan kewajiban serta setoran ke negara dari PT Bank Dwipa
Semesta (DL).
Ketidakjelasan ini mengakibatkan tidak adanya ketentuan dan atau prosedur yang
memadai dan secara tegas mengatur pelaksanaan tugas TL terutama dalam melakukan
pencairan aset dan pembayaran kewajiban kepada Pemerintah.
Untuk kegiatan pencairan aset di PT Bank Dwipa Semesta (DL) selain kegiatan
pencairan aset bank dan jaminan yang diambil alih juga terdapat pencairan aset milik
pemegang saham baik yang diserahkan oleh pihak terkait dengan pemegang saham
maupun aset yang berhasil disita dari pemegang saham. Atas aset tersebut oleh TL
dilakukan penyitaan dan dilakukan penjualan melalui proses lelang pengadilan.
Pengurusan aset milik pemegang saham yang diambil alih tersebut dilakukan dengan
menggunakan jasa konsultan hukum.
Selain ketidakjelasan tentang pihak yang menjadi pengawas TL PT Bank Dwipa
Semesta (DL), juga terdapat ketidakjelasan mengenai masa kerja TL PT Bank Dwipa
Semesta (DL). Sesuai dengan ketentuan yang ada masa kerja TL PT Bank Dwipa
Semesta (DL) adalah 5 (lima) tahun sejak terbentuknya TL ditambah dengan 6 (enam)
bulan. Pada akhir masa tugasnya TL harus menyusun NAL yang akan dimintakan
persetujuan ke BI sebagai dasar RUPS dalam rangka pembubaran TL. Tetapi sampai
dengan 5 (lima) tahun masa kerja TL dan telah disusun NAL belum ada persetujuan dari
BI mengenai pelaksanaan RUPS dan sampai dengan akhir pemeriksaan belum ada
kejelasan mengenai status TL, walaupun masa kerja TL sudah berakhir.
Audit yang selama ini dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap TL
adalah untuk menentukan posisi aset dan kewajiban. Tidak ada audit yang ditujukan
untuk menilai kinerja TL dan atau memberikan opini terhadap laporan keuangan TL.
Audit yang dilakukan BPK-RI terhadap TL-BDL adalah saat audit investigasi BLBI di
tahun 2000. Dengan demikian sejak tahun 2000 hingga tahun 2005, tidak ada
pengawasan yang memadai terhadap kinerja TL.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 426/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pemeriksaan BPK–RI yang terakhir di tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga
tidak ada rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Dari hasil pemeriksaan atas penagihan kredit yang dilakukan oleh TL PT Bank
Dwipa Semesta (DL) terdapat temuan sebagai berikut:
Temuan - Terdapat Penghapusan Piutang Lebih Dari 25%
Sesuai dengan ketentuan dalam Surat Edaran BI Nomor 32/9/UPPB tanggal 14 Mei
1999 perihal Tata Cara Pencabutan Ijin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank
Umum disebutkan bahwa salah satu wewenang TL adalah melakukan perundingan
dan tindakan lainnya dalam rangka penjualan harta kekayaan dan penagihan
terhadap para debitur.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 427/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
1 2 3 4 5 6=3-5 7=6:3 8
PT Bali Perkasa
1 1.998.394.615,38 1.761.976.664,30 713.547.998,00 1.284.846.617,38 64% 27/05/2003
Sukses
PT Citra Raja
2 300.000.000,00 27.911.815,28 211.000.000,00 89.000.000.00,00 30% 19/09/2002
Harun
Jumlah 2.298.394.615,38 1.789.888.479,58 924.547.998,00 1.373.846.617,38
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 428/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
(2) Jaminan tidak memiliki nilai ekonomis yang cukup besar untuk menutup
seluruh kewajibannya kepada BDL, dengan NJOP sekitar Rp40.000.000,00
dan nilai pasar menurut keterangan Kepala Desa sekitar Rp100.000.000,00;
(3) Debitur memiliki itikad baik untuk menyelesaikan kewajibannya tanpa
protes hukum dengan membayar sebesar Rp211.000.000,00 atau 70,33%
dari hutang pokok. TL memandang penyelesaian ini adalah penyelesaian
yang paling ekonomis dan menguntungkan bagi BDL.
Saran – BPK-RI menyarankan agar TL mempertanggungjawabkan kepada RUPS
atas penghapusan piutang yang melebihi batas 25% karena tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
aset adalahsebesar
inventaris sebesarRp3.593.465.894,00
Rp44.827.049.849,00 danyang terdiri aset
penjualan dari pemegang
penjualan harta
sahamtetap dan
sebesar
Rp41.233.583.955,00. Penerimaan dari pertanggungjawaban pribadi pengurus/
pemegang saham ini diperoleh dari hasil lelang aset yang diserahkan oleh saudara
dari pemegang saham atau dari penyitaan aset-aset pemegang saham baik yang atas
nama pemegang saham maupun nama orang lain yang dipinjam oleh pemegang
saham. Atas aset-aset yang berhasil disita dari pemegang saham dikelompokkan
dalam empat kategori, yaitu: aset yang telah dijual, aset yang sedang dalam proses
lelang, aset yang telah diletakkan sitanya dan sedang menghadapi gugatan, dan aset
yang sedang dalam proses penyitaan.
Dari hasil pemeriksaan atas penjualan aktiva tetap dan inventaris yang dilakukan
TL PT Bank Dwipa Semesta (DL), kami tidak menemukan permasalahan yang
cukup material.
Selain penerimaan dari penagihan kredit dan penjualan aset TL juga memperoleh
penerimaan lain yang berasal dari penerimaan bunga dan lainnya. Sampai dengan
tanggal 30 April 2005 penerimaan bunga dan penerimaan lainnya dari commitment
fee dan lainnya sebesar Rp13.179.426.102,88 dengan rincian penerimaan bunga
sebesar Rp13.125.787.793,05, commitment fee sebesar Rp10.982.115 dan lainnya
sebesar Rp42.656.194,83.
b. Pembayaran Kewajiban
Sampai dengan tanggal 30 April 2005 pembayaran kewajiban yang telah dilakukan oleh
TL adalah pembayaran Dana Talangan Tahap I dan II kepada Pemerintah, yaitu sebesar
Rp6.970.134.600,00. Sedangkan untuk pembayaran kewajiban kepada pihak ketiga atas
Dana Pihak Ketiga dibayar dengan dana yang berasal dari Dana Talangan Pemerintah.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 429/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari hasil pemeriksaan atas penggunaan dana yang diperoleh TL baik yang berasal dari
Dana Talangan Pemerintah maupun dana yang diperoleh dari pencairan aset diperoleh
temuan sebagai berikut:
1) Temuan - TL Kurang Memotong dan Menyetorkan PPH Pasal 23 dari
Tahun 1998 Sampai Dengan 2004
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 430/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
(a) Sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas:
- Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g;
- Bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f;
- Royalti;
- Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf e.
(b) Sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto dan bersifat final
atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi;
(c) Sebesar 15% (lima belas persen) dari perkiraan penghasilan neto atas:
- Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
- Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah
dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
Selama tahun 1998 sampai dengan tahun 2004, PT Bank Dwipa Semesta (DL)
telah membayar fee/jasa pengacara sebesar Rp11.949.242.543,00 dengan
rincian sebagai berikut:
dalam rupiah
No. Keterangan Jumlah
1. Pembayaran Jasa Konsultan Hukum Tahun 1998 259.190.000,00
2. Pembayaran Jasa Konsultan Hukum Tahun 1999 70.758.494,00
3. Pembayaran Jasa Konsultan Hukum Tahun 2000 2.250.648.140,00
4. Pembayaran Jasa Konsultan Hukum Tahun 2001 4.824.396.600,00
5. Pembayaran Jasa Konsultan Hukum Tahun 2002 1.432.214.500,00
6. Pembayaran Jasa Konsultan Hukum Tahun 2003 1.595.795.940,00
7. Pembayaran Jasa Konsultan Hukum Tahun 2004 1.516.238.869,00
Jumlah 11.949.242.543,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 431/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 432/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
(1) Selama tahun 1998 sampai dengan 2004 TL memang tidak melakukan
pemotongan dan penyetoran atas kewajiban pajak PPh Pasal 23 atas fee
yang dibayarkan kepada pengacara karena keraguan TL atas status BDL
setelah likuidasi dilakukan. Namun setelah menerima surat dari Direktorat
Jenderal Pajak yang menyatakan bahwa status BDL tetap sebagai bank
sampai proses likuidasi selesai, TL telah melakukan pemotongan dan
penyetoran atas PPh Pasal 23 yang dibayarkan kepada pihak ketiga yaitu
terhitung sejak tahun 2005;
(2) TL akan membayar kewajiban pajak selama tahun 1998 sampai dengan
2004 sebagaimana dimaksud sesuai dengan perhitungan pemeriksa di atas.
2) Temuan - PT Bank Dwipa Semesta (DL) Masih Memiliki Kewajiban Tidak
Tercatat Sebesar Rp110.894.707.850,00
Dari hasil pemeriksaan kami atas kewajiban yang dimiliki PT Bank Dwipa
Semesta (DL) diketahui bahwa sampai dengan tanggal 30 April 2005 PT Bank
Dwipa Semesta (DL) masih memiliki kewajiban yang tidak tercatat dalam
Laporan Keuangan Penutupan maupun Verifikasi sebesar
Rp110.894.707.850,00 dengan rincian sebagai berikut:
dalam rupiah
No Jenis Kewajiban Jumlah Nilai
Nasabah Nominal
1 Deposito Berjangka NCD 12 98.527.000.000,00
2 Bank Garansi 1 2.223.707.850,00
(USD787.000,00)
3 Commercial Paper yang Diaval 6 10.144.000.000,00
Jumlah 110.894.707.850,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 433/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
No Nama Pemilik Nilai Nominal
8 Andreas Budi Tjandra 400.000.000,00
9 PT ASABRI (Persero) 2.000.000.000,00
10 DAPEN PERUM ASABRI 51.000.000.000,00
Jumlah 98.527.000.000,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 434/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
(1) Pada saat ijin usaha bank dicabut dan neraca penutupan dibuat per tanggal
31 Oktober 1997, seluruh tagihan sebagai mana tersebut dalam
pemeriksaan tidak tercatat dalam pembukuan bank (unrecorded ). Sebagai
konsekuensinya, kepada yang bersangkutan tidak diberikan dana talangan;
(2) Pihak-pihak yang kemudian mencatatkan diri sebagai kreditur sebagaimana
dimaksud, mengajukan gugatan untuk memperoleh pembayaran ke
Pengadilan Negeri dengan tergugat Departemen Keuangan, BI, dan TL PT.
Bank Dwipa Semesta (DL);
(3) Tidak tercatatnya tagihan mereka merupakan akibat dari perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh pemegang saham mayoritas bank dan
beberapa pengurus bank yang telah diproses dan diputus hukumannya oleh
pengadilan;
(4) Atas perkara dimaksud telah keluar putusan Peninjauan Kembali yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap dengan amar putusan mengabulkan
permohonan peninjauan kembali para tergugat dan membatalkan putusan
Mahkamah Agung RI;
(5) Sebagian dari deposan mengajukan gugatan baru terhadap TL;
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 435/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pengeluaran biaya operasional yang dilakukan PT Bank Dwipa Semesta (DL) sampai
dengan tanggal 30 April 2005 adalah sejumlah Rp44.088.663.852,11 yang terdiri dari
biaya tenaga kerja sebesar Rp8.737.250.341,11, biaya honor dan atau success fee TL
sebesar Rp474.532.000,00, biaya penagihan kredit sebesar Rp50.000.000,00, biaya
akuntan sebesar Rp609.632.100,00, biaya pengacara sebesar Rp24.096.711.450,00,
biaya sewa sebesar Rp945.860.000,00 dan biaya lainnya sebesar Rp9.174.677.961,00
Dari hasil audit atas biaya operasional bank,tidak ditemukan permasalahan material.
Sesuai dengan laporan yang disampaikan oleh TL PT Bank Dwipa Semesta (DL) posisi
aset PT Bank Dwipa Semesta (DL) per tanggal 30 April 2005 sesuai dengan nilai buku
aset yang bersangkutan adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Keterangan Saldo
AKTIVA
Kas 0,00
Kas Kecil 43.860.650,00
BNI - BI QQ Nasabah Ex BDL 87.451.829,00
Giro Pada Bank Lain 0,00
Giro BNI 46 560.339.960,00
Deposito Berjangka pada BDL Lain 2.000.000.000,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 436/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR SINGKATAN
BI : Bank Indonesia
BLBI : Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
BNI : Bank Negara Indonesia
BPK-RI : Badan Pemeriksa Republik Indonesia
DL : Dalam Likuidasi
KAP : Kantor Akuntan Publik
NAL : Neraca Akhir Likuidasi
NJOP : Nilai Jual Objek Pajak
PPAP : Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
PPh : Pajak Penghasilan
RUPS : Rapat Umum Pemegang Saham
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 437/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PADA
Nomor : 01.K/XII/02/2006
Tanggal : 06 Februari 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 438/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 4
3. Sasaran Pemeriksaan 4
4. Metodologi Pemeriksaan 4
5. Jangka Waktu Pemeriksaan 5
6. Obyek Pemeriksaan 5
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 439/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Halaman
DAFTAR SINGKATAN
LAMPIRAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 440/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
ATAS
PADA
Dengan status Bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum sistem pengendalian
intern (SPI) pada PT Bank Astria Raya (DL) tidak dapat diandalkan karena beberapa hal.
Pertama, lingkungan pengendalian yang ada tidak dapat berjalan secara memadai. Diantaranya
posisi pemegang saham utama yang sekaligus juga debitur utama menyulitkan pengelola yaitu
Tim Likuidasi (TL) melakukan tugasnya. Kedua, tidak ada pihak yang secara efektif menjadi
pengawas dan regulator bagi BDL dalam melaksanakan fungsinya, baik itu Bank Indonesia
(BI) maupun Departemen Keuangan. Terakhir, tidak ada pengawasan yang memadai terhadap
akuntabilitas dan kinerja TL selama periode kerjanya.
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Terdahulu
Pemeriksaan BPK-RI di tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga tidak ada
rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Pemeriksaan BPK-RI meliputi pemeriksaan atas realisasi pencairan aset, baik berupa
penagihan kredit maupun penjualan aset, pembayaran kewajiban (termasuk biaya operasional),
sisa aset dan indikasi tindak pidana korupsi (TPK) serta hal-hal yang berkaitan dengan PT
Bank Astria Raya (DL).
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 441/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Biaya operasional yang dikeluarkan oleh TL sejak tanggal 1 November 1997 sampai
dengan tanggal 30 April 2005 adalah sebesar Rp44.515.717.654,00. Terkait hal ini, kami
tidak menemukan permasalahan.
d. Sisa Aset
Nilai buku per tanggal 30 April 2005 sesuai dengan hasil audit Kantor Akuntan Publik
(KAP) Hadori & Rekan adalah sebesar Rp68.136.922.279,00 dengan nilai realisasi sebesar
Rp91.854.447.936,00. Bila dibandingkan dengan saldo debet yang belum dilunasi sebesar
Rp456.969.260.699,00, maka potensi pengembaliannya adalah sebesar 14,91% dari nilai
bukunya dan 20,10% dari nilai realisasinya. Terkait dengan hal ini kami tidak menemukan
permasalahan.
Atas pemeriksaan pada PT Bank Astria Raya (DL), BPK–RI tidak memberikan saran.
REPUBLIK INDONESIA
Penanggung Jawab Audit
Haryanto Suwondo
NIP. 240000361
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 442/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Dasar hukum pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Astria Raya (DL) adalah
sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara.
2. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Astria Raya (DL) adalah untuk
memastikan dan mengetahui bahwa:
a. Pencairan aset melalui penagihan dan penjualan aset telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
b. Dana dari pencairan aset telah digunakan untuk pembayaran kewajiban-kewajiban
termasuk pembayaran BLBI serta biaya operasional PT Bank Astria Raya (DL) sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku;
c. Sisa aset yang akan diserahkan kepada Pemerintah setelah berakhirnya proses likuidasi;
d. Apakah terdapat indikasi penyimpangan dalam pencairan aset melalui penagihan dan
penjualan serta pembayaran kewajiban BDL.
3. Sasaran Pemeriksaan
Sasaran pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Astria Raya (DL) adalah:
a. Proses pencairan aset melalui penagihan piutang kepada para debitur dan penjualan aset;
b. Proses pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan aset tersebut
termasuk pengembalian uang negara (BLBI) kepada Pemerintah.
4. Metodologi Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 443/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pemeriksaan dilakukan sejak tanggal 8 Juni 2005 sampai dengan tanggal 19 Juli 2005.
6. Obyek Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 444/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB II
GAMBARAN UMUM
PT Bank Astria Raya dicabut ijin usahanya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 527/KMK.017/1997 tanggal 1 November 1997 dan terhitung ditetapkannya keputusan
tersebut PT Bank Astria Raya wajib menutup seluruh kantor-kantornya untuk umum dan
menghentikan segala kegiatan usahanya. Pencabutan ijin usaha dilakukan berdasarkan usulan
Bank Indonesia Nomor 30/68/DIR/UPB2/Rhs tanggal 31 Oktober 1997.
Pelaksanaan Pembubaran (Likuidasi) Bank didasarkan pada keputusan rapat umum pemegang
saham (RUPS) yang dituangkan di dalam Akta Notaris Ny. Maria Andriani Kidarsa, S.H.
Nomor 106 Tanggal 18 Desember 1997.
2. Pembentukan Caretaker dan Tim Likuidasi
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 445/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 dan Surat Keputusan (SK) Direksi
BI Nomor 32 /53/KEP/DIR, masa kerja TL PT Bank Astria Raya (DL) telah berakhir tanggal
18 Desember 2002 dan dapat diperpanjang sampai dengan tanggal 18 Juni 2003. Namun
karena kegiatan likuidasi (pencairan aset dan pembayaran kewajiban) belum dapat
diselesaikan seluruhnya, maka belum dilaksanakan RUPS untuk pembubaran TL. Dengan
demikian, keberadaan TL PT Bank Astria (DL) tidak sesuai dengan ketentuan.
3. Jumlah BLBI yang Diterima
Jumlah BLBI yang diterima PT Bank Astria Raya (DL) adalah sebesar
Rp578.918.260.699,00 yang terdiri atas:
dalam rupiah
Jenis BLBI Jumlah
Jumlah 578.918.260.699,00
Talangan I 11.248.260.000,00
Talangan II 139.322.000.000,00
TOTAL 121.949.000.000,00
Pengembalian Dana Talangan sebesar Rp 28.621.260.000,00 dilakukan pada periode Agustus
1998.
BLBI yang diberikan kepada PT Bank Astria Raya (DL) telah dialihkan kepada Pemerintah
sesuai dengan kesepakatan bersama antara Menteri Keuangan dan Gubernur BI tanggal 6
Februari 1999 dan akte cessie antara Direksi BI dan Ketua Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN) Nomor 60 tanggal 22 Februari 1999.
Berdasarkan akte cessie oleh Notaris Mudofir Hadi, jumlah BLBI yang dialihkan tersebut pada
posisi tanggal 29 Januari 1999 adalah sebesar Rp578.918.260.699,00. Dengan pengalihan
tersebut, maka BLBI yang diberikan BI beralih menjadi hutang pemerintah kepada BI, dan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 446/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
sekaligus menjadi piutang pemerintah cq. BPPN kepada PT Bank Astria Raya (DL) sebesar
Rp 578.918.260.699,00.
6. Pengembalian BLBI Per Tanggal 30 April 2005
Jumlah BLBI yang telah dibayar kembali oleh PT Bank Astria Raya (DL) sampai dengan
tanggal 30 April 2005, adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah BLBI yang dibayar hanya mencapai sebesar
21% dari total kewajiban BLBI.
7. Posisi Keuangan PT Bank Astria Raya (DL) Per Tanggal 31 Oktober 1997
Posisi keuangan PT Bank Astria Raya (DL) per tanggal 31 Oktober 1997, yang telah diaudit
oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Prasetio, Utomo & Co, dengan Laporan Nomor 30712,
tanggal 4 Agustus 1998 adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Nilai Buku
No Uraian Nlai Buku Penyesuaian Setelah
Penyesuaian
I AKTIVA
6 Aktiva Tetap
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 447/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Nilai Buku
No Uraian Nlai Buku Penyesuaian Setelah
Penyesuaian
KEWAJIBAN &
II EKUITAS
(DEFISIENSI MODAL)
1 Simpanan
Kewajiban Segera
3 4.669.144.233 - 4.669.144.233
Lainnya
7 Ekuitas (Defisiensi
Modal)
JUMLAH KEWAJIBAN
& EKUITAS 749.363.777.280 (604.773.730.364) 144.590.046.916
(DEFISIENSI MODAL)
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 448/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
8. Posisi Keuangan PT Bank Astria Raya (DL) Per Tanggal 18 Juni 2003
Posisi keuangan PT Bank Astria Raya (DL) per tanggal 18 Juni 2003 yang telah diaudit oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) Hadori dan Rekan, dengan Laporan Nomor 079/LA-
BAR/XII/2003 tanggal 30 Desember 2003 adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
I AKTIVA
13.263.821.823 47.715.372.480
4 Aktiva Tetap - -
Akumulasi Penyusutan - -
5 Rupa-Rupa Aktiva 1.740.000.000 -
II PASIVA
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 449/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
9. Posisi Keuangan PT Bank Astria Raya (DL) Per Tanggal 30 April 2005
Posisi keuangan PT Bank Astria Raya (DL) per tanggal 30 April 2005 yang telah diaudit oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) Hadori dan Rekan, dengan Laporan Nomor 047/LA-
BAR/VI/2005 tanggal 20 Juni 2005 adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
No Uraian Nilai Buku Nilai Realisasi
I AKTIVA
1 Kas 31.045.300 31.045.300
2 Antar Bank Aktiva
Giro 1.867.555.156 1.867.555.156
Deposito 51.610.000.000 51.610.000.000
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 450/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
II PASIVA
1 Dana Pihak Ketiga
Giro
- Pihak Terkait 3.272.293.007 3.272.293.007
- Bukan Pihak Terkait - -
Tabungan
- Pihak Terkait 3.902.188.496 3.902.188.496
- Bukan Pihak Terkait - -
Deposito Berjangka
- Pihak Terkait 60.991.446.271 60.991.446.271
- Bukan Pihak Terkait - -
6 Modal 20.000.000.000 -
7 Laba (Rugi) Ditahan Awal Likuidasi 21.563.256.069 -
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 451/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
Dari pemeriksaan atas sistem pengendalian intern yang meliputi lingkungan pengendalian dan
pengendalian pengamanan termasuk monitoring menunjukkan masih adanya kelemahan dalam
sistem pengendalian intern. Hal ini nampak dalam uraian sebagai berikut:
a. Lingkungan Pengendalian
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum lingkungan
pengendalian pada PT Bank Astria Raya (DL) tidak dapat diandalkan karena setiap unsur
manajemen tidak dapat melakukan fungsinya secara memadai.
Sesuai dengan ketentuan yang ada, pada akhir masa tugasnya TL nantinya bertanggung
jawab kepada RUPS. Akan tetapi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, TL juga harus
menyelesaikan tagihan kepada debitur utamanya, yang pada umumnya terkait dengan
pemegang saham utama, antara lain dengan meminta tambahan jaminan terhadap hutang-
hutang mereka kepada bank yang berkategori macet.
Selain itu, secara substansi tidak jelas siapa pemilik utama harta yang masih ada di PT
Bank Astria Raya (DL), mengingat pada umumnya nilai kewajibannya kepada Pemerintah
berupa saldo debet dan dana talangan rupiah lebih besar dari harta yang ada. Di samping
itu, saat ini PT Bank Astria Raya (DL) juga sedang menghadapi tuntutan dari kreditur
yang merasa memiliki piutang pada PT Bank Astria Raya (DL), tetapi atas simpanan
tersebut tidak tercatat dalam Laporan Keuangan Penutupan PT Bank Astria Raya (DL).
Dari sisi ketentuan perusahaan, harta tersebut adalah milik pemegang saham utama, tetapi
dengan besarnya kewajiban kepada Pemerintah, maka Pemerintah merupakan pihak yang
lebih berhak terhadap harta yang masih ada. Dengan kondisi ini, TL kurang memahami
bahwa harta yang masih ada seharusnya sudah menjadi bagian keuangan negara sehingga
seluruh kegiatan TL seharusnya lebih diarahkan terhadap kepentingan negara. Dalam
kenyataannya pemegang saham utama masih besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan
tugas TL sehari-hari yang dapat mengakibatkan tidak maksimalnya pengembalian harta PT
Bank Astria Raya (DL) kepada Negara.
b. Pengendalian Pengamanan
Tidak ada pihak yang secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi PT Bank Astria
Raya (DL), baik itu BI maupun Departemen Keuangan. Selama ini pihak BI hanya
memantau posisi aset dan kewajiban serta setoran kepada Negara dari PT Bank Astria
Raya (DL).
Ketidakjelasan ini mengakibatkan tidak adanya ketentuan dan atau prosedur yang
memadai dan secara tegas mengatur pelaksanaan tugas TL terutama dalam melakukan
pencairan aset dan pembayaran kewajiban kepada Pemerintah.
Untuk kegiatan pencairan aset di PT Bank Astria Raya (DL), selain kegiatan pencairan
aset bank dan jaminan yang diambil alih, juga terdapat pencairan aset milik pemegang
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 452/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
saham, baik yang diserahkan oleh pihak terkait dengan pemegang saham maupun aset
yang berhasil disita dari pemegang saham. Atas aset tersebut oleh TL dilakukan penyitaan
dan dilakukan penjualan proses lelang pengadilan.
Pengurusan aset milik pemegang saham yang diambil alih tersebut dilakukan dengan
menggunakan jasa konsultan hukum.
Selain ketidakjelasan tentang pihak yang menjadi pengawas PT Bank Astria Raya (DL),
juga terdapat ketidakjelasan mengenai masa kerja TL PT Bank Astria Raya (DL). Sesuai
dengan ketentuan yang ada, masa kerja TL PT Bank Astria Raya (DL) pada umumnya
adalah selama lima tahun sejak terbentuknya TL ditambah dengan enam bulan. Pada akhir
masa tugas TL harus menyusun neraca akhir likuidasi (NAL) yang akan dimintakan
persetujuan ke BI sebagai dasar RUPS dalam rangka pembubaran TL. Tetapi sampai
dengan lima tahun masa kerja TL dan telah disusun NAL ternyata belum ada persetujuan
dari BI mengenai pelaksanaan RUPS dan sampai dengan akhir pemeriksaan belum ada
kejelasan mengenai status TL walaupun masa kerja TL telah berakhir.
Berdasarkan monitoring atas pelaksanaan pemeriksaan pada BDL diketahui bahwa selama
ini pemeriksaan yang dilakukan oleh KAP adalah untuk menentukan posisi aset dan
kewajiban. Tidak ada audit yang ditujukan untuk menilai kinerja TL dan atau memberikan
opini terhadap laporan keuangan PT Bank Astria Raya (DL).
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Terdahulu
Pemeriksaan BPK-RI pada tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga tidak ada
rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti.
1) Penagihan Kredit
Posisi kredit yang disalurkan PT Bank Astria Raya (DL) per tanggal 31 Oktober 1997
sebesar Rp593.721.410.365,00. Dari nilai tersebut, realisasi penagihan kredit yang
dilakukan TL sampai dengan tanggal 30 April 2005 berjumlah Rp202.631.474.759,00,
dengan rincian sebagai berikut:
dalam rupiah
Kas/Tunai
Penghapusbukuan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 453/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Agunan
Offset
Lainnya
Debitur Terkait 122.244.837
Total 202.631.474.759
Pada tanggal 31 Mei 2005, PT Bank Astria Raya (DL) menerima pelunasan
kredit/pinjaman karyawan atas nama debitur Andy Susanto sebesar Rp69.701.798,00
dengan cek Bank Niaga Jakarta Nomor GMA 071911 tertanggal 26 Mei 2005.
Dari hasil pemeriksaan atas penagihan kredit tidak ditemukan adanya permasalahan.
2) Penjualan Aset
Selama periode tanggal 31 Oktober 1997 sampai dengan tanggal 30 April 2005,
realisasi penyelesaian aktiva tetap dan aktiva lainnya berjumlah Rp25.388.818.810,00
terdiri atas:
dalam rupiah
2 Instalasi 278.542.221 -
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 454/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pada tanggal 6 Juni 2005, PT Bank Astria Raya (DL) telah menerima pelunasan
(pengembalian) uang muka pembelian tanah dan bangunan vila di Cipanas dari PT
Khasanah Aryadharma sebesar Rp1.740.000.000,00. Pelunasan uang muka tersebut
telah disetorkan ke rekening PT Bank Astria Raya (DL) yang berada di Bank Mandiri
Cabang Melawai tanggal 2 Juni 2005.
Dari hasil pemeriksaan terhadap penjualan aset, tidak ditemukan permasalahan.
b. Pembayaran Kewajiban
dalam rupiah
Dari hasil pemeriksaan terhadap pembayaran kewajiban, kami tidak menemukan adanya
permasalahan.
c. Biaya Operasional
Biaya operasional yang dikeluarkan oleh TL sejak tanggal 1 November 1997 sampai
dengan tanggal 30 April 2005 adalah sebesar Rp44.515.717.654,00 dengan rincian sebagai
berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 455/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
No Uraian Jumlah
Total 44.515.717.654,00
Dari hasil pemeriksaan terhadap realisasi biaya operasional tidak ditemukan adanya
permasalahan.
Berdasarkan posisi keuangan PT Bank Astria Raya (DL) per tanggal 30 April 2005 yang
telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Hadori dan Rekan, nilai buku dan nilai
realisasi sisa aset masing-masing sebesar Rp68.136.922.279,00 dan Rp91.854.447.936,00.
Bila dibandingkan dengan saldo debet yang belum dilunasi sebesar Rp456.969.260.699,
maka potensi pengembaliannya adalah sebesar 14,91% dari nilai bukunya dan 20,10% dari
nilai realisasinya.
Dari hasil pemeriksaan terhadap sisa aset, kami tidak menemukan adanya permasalahan.
REPUBLIK INDONESIA
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 456/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 457/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PADA
Nomor : 01.L/XII/02/2006
Tanggal : 06 Februari 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 458/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 4
4. Metodologi Pemeriksaan 4
5. Jangka Waktu Pemeriksaan 5
6. Obyek Pemeriksaan 5
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 459/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Halaman
c. Biaya Operasional 33
d. Sisa Aset 39
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 460/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
PADA
PT BANK KOSAGRHA SEMESTA (DALAM LIKUIDASI)
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum sistem pengendalian
intern (SPI) pada PT Bank Kosa (DL) tidak dapat diandalkan karena beberapa hal. Pertama,
lingkungan pengendalian yang ada tidak dapat berjalan secara memadai. Diantaranya posisi
pemegang saham utama yang sekaligus juga debitur utama menyulitkan pengelola yaitu Tim
Likuidasi (TL) melakukan tugasnya. Kedua, tidak ada pihak yang secara efektif menjadi
pengawas dan regulator bagi bank dalam likuidasi (BDL) dalam melaksanakan fungsinya,
baik itu Bank Indonesia (BI) maupun Departemen Keuangan. Terakhir, tidak ada
pengawasan yang memadai terhadap akuntabilitas dan kinerja TL selama periode kerjanya.
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Terdahulu
Pemeriksaan BPK-RI di tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga tidak ada
rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 461/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari hasil pemeriksaan tersebut, dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:
a. Realisasi Pencairan Aset
Nilai buku aset berdasarkan neraca likuidasi per tanggal 31 Oktober 1997 sebesar
Rp214.417.958.821,00 telah direalisasikan melalui penjualan aktiva tetap sampai dengan
tanggal 30 April 2005 sebesar Rp2.614.124.000,00 dan penagihan kredit sebesar
Rp80.873.568.967,00.
Terkait hal ini, kami menemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1) Penerimaan hasil penjualan jaminan grup PT Amcol Bumi Wisata (PT ABW)
dengan bilyet giro (cheque) mundur kurang menguntungkan negara dan hingga
posisi tanggal 30 April 2005 masih belum diperoleh hasilnya sebesar
Rp988.758.000,00.
2) Penjualan jaminan debitur PT Penta Sekawan Sentosa (PT PSS) di bawah NJOP
dengan harga perkiraan sebesar Rp2.069.984.000,00.
3) Penjualan aset jaminan PT Persada Kalpataru Tama (PT PKT) dibawah nilai
appraisal dengan nilai perkiraan sebesar Rp400.000.000,00.
b. Pembayaran Kewajiban
Realisasi biaya operasional yang telah dibayarkan oleh PT Bank Kosa (DL) sampai
dengan 30 April 2005 adalah sebesar Rp24.139.079.239,00. Terkait hal ini, BPK-RI
menemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1) Terdapat ketidakhematan dalam perjanjian kerja antara TL PT Bank Kosa (DL)
dengan M. Husnaini Iskandar (Konsultan Pajak) sebesar Rp1.412.022.141,00.
2) Tambahan operational cost (biaya operasional) dengan nilai sebesar
Rp1.716.169.000,00 dalam penanganan perkara di PT Bank Kosa (DL) belum dapat
diyakini kewajarannya.
d. Sisa Aset
Total nilai realisasi sisa aset sampai dengan tanggal 30 April 2005 sesuai dengan laporan
keuangan intern PT Bank Kosa (DL) adalah sebesar Rp Rp35.931.092.719,00. Nilai
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 462/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
realisasi ini masih bisa berubah-ubah sesuai dengan keberhasilan TL PT Bank Kosa
(DL) terutama di dalam pencairan/penagihan aset. BPK-RI tidak menemukan
permasalahan material yang perlu dilaporkan untuk sisa aset.
4. Saran BPK-RI
a. Terkait dengan temuan realisasi pencairan aset, agar TL PT Bank Kosa (DL)
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya sehubungan dengan penerimaan hasil
penjualan jaminan grup PT ABW dengan bilyet giro mundur, penjualan jaminan di
bawah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan penjualan jaminan di bawah nilai appraisal .
b. Terkait dengan temuan pembayaran kepada konsultan pajak agar pembayaran kepada
konsultan pajak yang telah dibayar oleh TL PT Bank Kosa (DL) ditarik kembali
mengingat adanya ketidakpastian yang cukup tinggi atas penyelesaian yang akan
dilakukan oleh konsultan pajak.
c. Terkait dengan tambahan biaya operasional, agar TL mempertanggungjawabkan
penambahan biaya operasional tersebut kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
REPUBLIK INDONESIA
Penanggung Jawab Audit
Haryanto Suwondo
NIP. 240000361
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 463/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Kosa (DL) adalah untuk
memastikan dan mengetahui bahwa:
a. Pencairan aset melalui penagihan dan penjualan aset telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
b. Dana hasil pencairan aset telah digunakan untuk pembayaran kewajiban-kewajiban
termasuk pembayaran BLBI serta biaya operasional PT Bank Kosa (DL) sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku;
c. Sisa aset PT Bank Kosa (DL) yang akan diserahkan kepada Pemerintah setelah
berakhirnya proses likuidasi;
d. penjualan
Apakah terdapat indikasi penyimpangan
serta pembayaran dalam pencairan aset melalui penagihan dan
kewajiban BDL.
3. Sasaran Pemeriksaan
Sasaran pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Kosa (DL) adalah:
a. Proses pencairan aset melalui penagihan piutang kepada para debitur dan penjualan aset;
b. Proses pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan aset
tersebut termasuk pengembalian uang negara (BLBI) kepada Pemerintah.
4. Metodologi Pemeriksan
a. Melakukan reviu terbatas atas sistem dan prosedur pencairan aset dan pembayaran
kewajiban serta membandingkan dengan kriteria yang berlaku;
b. Melakukan analisis terhadap transaksi-transaksi yang signifikan;
c. Melakukan pengujian dengan mengambil sampling transaksi penagihan dan penjualan
aset serta pembayaran kewajiban-kewajiban;
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 464/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
d. Melakukan analisis terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam pengelolaan
aset dan pembayaran kewajiban;
e. Melakukan konfirmasi, observasi fisik, diskusi dan wawancara dengan instansi dan/atau
pejabat yang berkompeten.
5. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan atas PT Bank Kosa (DL) dilakukan sejak tanggal 8 Juni sampai dengan tanggal
19 Juli 2005.
6. Obyek Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 465/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB II
GAMBARAN UMUM
PT Bank Kosa (DL) dicabut ijin usahanya berdasarkan SK Menteri Keuangan Nomor
534/KMK.017/1997 tanggal 1 November 1997. Pencabutan ijin usaha tersebut dilakukan
berdasarkan usulan BI.
Kondisi keuangan PT Bank Kosa (DL) pada saat dicabut ijin usahanya, sesuai dengan
Laporan Keuangan per tanggal 31 Oktober 1997 yang diperiksa oleh Prasetyo, Utomo & Co,
ditutup dengan total aktiva sebesar Rp214.417.958.821,00 total kewajiban sebesar
Rp209.047.092.019,00 dan total ekuitas sebesar Rp5.370.866.802,00.
Pada saat PT Bank Kosa dilikuidasi, terlihat dari neraca per tanggal 31 Oktober 1997, saldo
debet pada BI sebesar Rp154.523.041.327,00, sedangkan menurut BI saldo debet PT Bank
Kosa (DL) sebesar Rp154.940.412.220,00 sehingga terdapat selisih sebesar
Rp417.370.893,00. Selisih tersebut antara lain dikarenakan adanya provisi administrasi,
denda kekurangan kewajiban Dana Pihak Ketiga (DPK), dan daftar bunga overdraft (saldo
debet). Selisih tersebut telah diakui oleh PT Bank Kosa (DL) dalam neraca akhir likuidasi
(NAL) per tanggal 10 Juni 2003.
2. Pembentukan dan Komposisi Tim Likuidasi
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 466/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
2004) danmengundurkan
dan telah Sdr. Muh. Husni
diriThamrin sejak2002
pada tahun tahun 2001
akan tidak
tetapi aktif di TL PT Bank
pengundurannya belumKosa (DL)
mendapat
persetujuan dari BI. Hal ini masih terlihat di dalam Surat Deputi Direktur Direktorat
Perizinan dan Informasi Perbankan Nomor 6/215/DPIP/IPSIP tanggal 1 Juli 2004 di mana
anggota TL PT Bank Kosa (DL) adalah sebagai berikut:
Ketua : Santo Silaban
Anggota : Asrianty Purwantini
M Husni Thamrin
Tugas pokok TL antara lain memberitahukan tentang pembubaran perseroaan tersebut
kepada Menteri Kehakiman Republik Indonesia serta dalam jangka waktu selambat-
lambatnya 5 (lima) tahun terhitung sejak rapat ditutup oleh Ketua Rapat Likuidatur harus
sudah dapat memberikan perhitungan terakhir kepada para pemegang saham dan selanjutnya
para pemegang saham akan memberikan pelunasan dan pembebasan sepenuhnya kepada
likuidatur ( Acquit et decharge) atas tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh likuidatur.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 dan Surat Keputusan Direksi BI
Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999, masa kerja TL telah berakhir tanggal 10 Juni
2003. Namun karena kegiatan likuidasi belum dapat diselesaikan seluruhnya, maka belum
dilaksanakan RUPS untuk pembubaran TL. Dengan demikian, keberadaan TL Bank Kosa
(DL) tidak sesuai dengan ketentuan.
3. Jumlah BLBI yang Diterima
Jumlah BLBI yang diterima oleh PT Bank Kosa (DL), berdasarkan catatan akuntansi BI dan
catatan akuntansi bank, untuk setiap skim pada posisi tanggal 29 Januari 1999 adalah sebesar
Rp201.812.614.291,00 dengan rincian sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 467/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
No Skim Jumlah
1 Saldo Debet Sebelum Likuidasi 154.940.412.220
2 Dana Talangan Rupiah 46.872.202.071
Jumlah 201.812.614.291
Tidak ada akta pengikatan dan jaminan atas pemberian BLBI yang diterima PT Bank Kosa
(DL).
5. Pengalihan BLBI Menjadi Kewajiban Pemerintah
BLBI yang diberikan kepada PT Bank Kosa (DL) telah dialihkan kepada Pemerintah sesuai
dengan kesepakatan bersama antara Menteri Keuangan RI dan Gubernur BI tanggal 26
Februari 1999 dan akta cessie antara Direksi BI dan Ketua Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN) Nomor 67 tangal 22 Februari 1999. Sesuai dengan akta cessie yang dibuat
di hadapan Notaris Mudofir Hadi, SG jumlah BLBI yang dialihkan tersebut adalah posisi
tanggal 29 Januari 1999 sebesar Rp201.812.614.291,00.
Dengan pengalihan tersebut, maka BLBI yang diberikan oleh BI beralih menjadi hutang
Pemerintah kepada BI dan sekaligus menjadi piutang Pemerintah cq. BPPN kepada PT Bank
Kosa (DL) adalah sebesar Rp201.812.614.291,00.
6. Pengembalian BLBI Per Tanggal 30 April 2005
Jumlah BLBI yang telah dibayar kembali oleh bank sampai dengan tanggal 30 April 2005,
adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
No Jenis BLBI Penerimaan Pembayaran Saldo
1 Saldo Debet 154.940.412.220 - 154.940.412.220
2 Dana Talangan Rupiah 46.872.202.071 46.872.202.071
Jumlah 201.812.614.291 46.872.202.071 154.940.412.220
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah BLBI yang dibayar hanya mencapai 23%
dari total kewajiban. TL PT Bank Kosa (DL) belum pernah sama sekali mengembalikan
saldo debet sebesar Rp154.940.412.220,00.
Adapun pengembalian dana talangan sampai dengan tanggal 30 April 2005 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 468/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
No Tanggal Keterangan Pengembalian TL
1 30-Sep-08 Saldo di BRI 3.357.083.524
2 01-Feb-99 Saldo di BRI 250.640.355
3 07-Apr-99 Pengembalian TL 2.000.000.000
4 15-Jul-99 Pengembalian TL 2.000.000.000
5 10 Nop 99 Pengembalian TL 3.000.000.000
6 04-Jan-00 Pengembalian TL 3.000.000.000
7 05-Apr-00 Pengembalian TL 3.000.000.000
8 04-Jul-00 Pengembalian TL 2.500.000.000
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 469/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Keterangan Audited 31-Okt -97
AKTIVA
1. Kas 216.515.800
2. Antar Bank Aktiva 4.139.764.834
Giro 2.647.264.834
Deposito 2.850.000.000
-/- Cadangan Penghapusan (1.357.500.000)
3. Kredit Yang Diberikan 193.219.453.121
Baki Debet 194.245.972.048
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 470/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Catatan:
Terdapat peristiwa/kejadian setelah tanggal neraca yaitu posisi tanggal 31 Oktober 1997
sampai dengan tanggal 10 Juni 2003 yang mempengaruhi laporan keuangan PT Bank Kosa
(DL). Peristiwa/kejadian tersebut adalah sebagai berikut:
a. TL melakukan reklasifikasi atas rekening penempatan pada bank lain menjadi kredit
yang diberikan sebesar Rp350.000.000,00 atas nama BPR Dana Sari Persada.
Kewajiban BPR Danasari Persada kepada PT Bank Kosa (DL) telah dilunasi semuanya,
terakhir pada tanggal 13 Desember 1999 sebesar Rp125.000.000,00;
b. Transaksi off balance sheet berdasarkan neraca awal penutupan bank per tanggal 31
Oktober 1997 dimasukkan ke dalam transaksi on balance sheet pada neraca audited per
tanggal 31 Desember 1998 sebesar Rp1.824.651.278,00 untuk kewajiban kontijen yaitu
endosemen surat berharga. Hal tersebut dilakukan karena hal-hal sebagai berikut:
1). Berdasarkan neraca penutupan per tanggal 31 Oktober 1997 diketahui Debitur PT
Cipta Artha Mahesa (CAM) dengan fasilitas kredit USD 2,500,000 dan outstanding
Rp1.814.651.278,00 dengan Nomor LC.093/001/0033/B merupakan perjanjian
fasilitas bank Nomor 01/PFB/DBC/97 tanggal 5 Juni 1997, antara Bambang
Harijanto Rachmadi, Presdir PT Bank IFI dengan Yayah Diasmono, Direktur PT
Bank Kosagrha;
2). Berdasarkan surat Nomor 083/BK-KP/DIR/VI/97 tanggal 5 Juni 1997, bank
mengajukan permononan pembukaan Usuance L/C selama 270 hari untuk debitur
PT CAM.
dengan nilaiPada tanggal 30
draft sebesar Juni 1997, dokumen
USD710,293.35 L/C jatuh
dan tanggal tiba dari Citibank
tempo Brisbane
23 Maret 1998.
Tanggal 11 Juni 1997, PT Bank IFI menerima akseptasi L/C dengan penerbitan
Promissory Notes Nomor 165/Promes/VII/97 dari PT CAM yang di-endorse oleh
PT Bank Kosagrha Semesta dengan jumlah Rp1.824.651.278,00 dan tanggal jatuh
tempo 23 Maret 1998. Endosemen tersebut ditandatangani oleh Yayah Diasmono;
3). Dengan surat tagihan Nomor 027/DIR/DLN/98 tanggal 26 Januari 1998, bank dapat
membayar kepada PT Bank IFI sebesar Rp1.719.737.972 atas hutangnya sebesar
Rp1.814.651.278,00. Dokumen original L/C masih berada di tangan PT Bank IFI,
karena debitur telah mengeluarkan barang tanpa dokumen dan melakukan
penyelesaian pajak impor tidak melalui PT Bank IFI sebagai bank devisa persepsi.
Atas kejadian tersebut TL melakukan pendebetan atas rekening kredit yang diberikan
untuk PT CAM dan pengkreditan atas pinjaman yang diterima sebesar
Rp1.814.651.278,00. Sehingga seolah-olah terdapat penambahan kredit akan tetapi
sebenarnya merupakan pembebanan kredit kepada PT CAM karena membuka L/C
melalui PT Bank Kosa (DL) yang diteruskan kepada Bank IFI selaku bank devisa.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 471/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
c. TL PT Bank Kosa (DL) melakukan reklasifikasi KU Reject yaitu dengan mendebet kredit
yang diberikan dan mengkredit kewajiban segera lainnya sebesar Rp109.379.133,00.
Dengan kondisi di atas maka neraca per tanggal 31 Oktober 1997 adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Keterangan Audited 31-Okt-97
AKTIVA
1. Kas 216.515.800
2. Antar Bank Aktiva 3.789.764.834
Giro 2.647.264.834
Deposito 2.500.000.000
-/- Cadangan Penghapusan (1.357.500.000)
3. Kredit Yang Diberikan 195.394.104.399
Baki Debet 196.420.623.326
-/- Cadangan Penghapusan (1.026.518.927)
4. Aktiva Tetap 2.531.262.731
Nilai Perolehan 3.923.645.950
-/- Akumulasi Penyusutan (1.392.383.219)
5. Rupa-Rupa Aktiva 14.310.962.335
J U M L A H 216.242.610.099
PASSIVA
1. Dana Pihak Ketiga 49.445.718.127
Giro 1.617.108.026
Tabungan 609.561.887
Deposito 47.109.669.081
KU Reject 109.379.133
2. Kewajiban Segera Lainnya 1.078.332.565
3. Antar Bank Pasiva 5.824.651.278
Call Money 4.000.000.000
Lainnya 1.824.651.278
4. Kewajiban Kepada Pemerintah 154.523.041.327
5. Kewajiban Kepada Bank Indonesia -
6. Rupa-Rupa Pasiva -
Total Kewajiban 210.871.743.297
7. Modal Saham 14.000.000.000
8. Laba Rugi Ditahan (s.d 31/12/96) 1.245.651.659
9. Laba Rugi Tahun Lalu (01/01-31/10/97) (9.874.784.857)
10. Laba / Rugi Thn Berjalan (Selama Likuidasi) -
J U M L A H 216.242.610.099
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 472/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Posisi Keuangan Bank Kosa Per tanggal likuidasi berdasarkan Laporan Keuangan per
tanggal 10 Juni 2003 yang diaudit oleh Drs. Bismar Sitanggang berdasarkan Surat Nomor
013/A/KAP-BS/2004 tanggal 12 Februari 2004 adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Keterangan Audited 10-Jun-03 (NAL)
AKTIVA
1. Kas 13.324.105
2. Antar Bank Aktiva 19.120.236.188
Giro 3.970.236.188
Deposito 16.150.000.000
-/- Cadangan Penghapusan (1.000.000.000)
3. Kredit Yang Diberikan 130.986.989.148
Baki Debet 132.013.508.075
-/- Cadangan Penghapusan (1.026.518.927)
4. Aktiva Tetap 1.316.121
Nilai Perolehan 582.167.655
-/- Akumulasi Penyusutan (580.851.534)
5. Rupa-Rupa Aktiva 12.435.708.160
J U M L A H 162.557.573.722
PASSIVA
1. Dana Pihak Ketiga 61.975.878
Giro 18.603.250
Tabungan 42.941.228
Deposito 431.400
KU Reject
2. Kewajiban Segera Lainnya 531.474.795
3. Antar Bank Pasiva 5.705.686.278
Call Money 3.922.900.000
Lainnya 1.782.786.278
4. Kewajiban Kepada Pemerintah 154.940.412.220
5. Kewajiban Kepada Bank Indonesia -
6. Rupa-Rupa Pasiva -
Total Kewajiban 161.239.549.171
7. Modal Saham 14.000.000.000
8. Laba Rugi Ditahan (s.d 31/12/96) 1.245.651.659
9. Laba Rugi Tahun Lalu (01/01-31/10/97) (10.292.145.750)
10. Laba / Rugi Tahun Berjalan (Selama Likuidasi) (3.635.481.358)
J U M L A H 162.557.573.722
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 473/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Keterangan:
Pada saat PT Bank Kosa (DL) dilikuidasi, terlihat dari neraca kewajiban kepada pemerintah
(saldo debet pada BI) adalah sebesar Rp154.523.041.327,00. Sedangkan menurut BI saldo
debet PT Bank Kosa (DL) adalah sebesar Rp154.940.412.220,00 sehingga terdapat selisih
sebesar Rp417.370.893,00. Selisih tersebut antara lain dikarenakan adanya provisi
administrasi, denda kekurangan kewajiban Dana Pihak Ketiga (DPK), dan daftar bunga
overdraft . Selisih tersebut telah diakui oleh PT Bank Kosa (DL) dalam NAL per tanggal 10
Juni 2003.
9. Posisi Keuangan PT Bank Kosa (DL) Per Tanggal 30 April 2005
Posisi Keuangan PT Bank Kosa (DL) per tanggal 30 April 2005 yang merupakan neraca
intern bank yang belum diaudit oleh Kantor Akuntan Publik, adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Keterangan Unaudited (NAL) 30-Apr-05
AKTIVA
1. Kas 58.591.815
2. Antar Bank Aktiva 26.174.892.507
Giro 1.524.892.507
Deposito 25.650.000.000
-/- Cadangan Penghapusan (1.000.000.000)
3. Kredit Yang Diberikan 119.655.448.900
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 474/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Keterangan Unaudited (NAL) 30-Apr-05
4. Kewajiban Kepada Pemerintah 154.940.412.220
5. Kewajiban Kepada Bank Indonesia -
6. Rupa-Rupa Pasiva -
Total Kewajiban 160.777.453.167
7. Modal Saham 14.000.000.000
8. Laba Rugi Ditahan (s.d 31/12/96) 1.245.651.659
9. Laba Rugi Thn Lalu (01/01-31/10/97) (10.292.145.750)
10. Laba / Rugi Thn Berjalan (Selama Likuidasi) (7.819.866.252)
J U M L A H 157.911.092.824
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 475/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
Tidak ada pihak yang secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi PT Bank
Kosa (DL), baik itu BI maupun Departemen Keuangan. Selama ini pihak BI hanya
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 476/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
memantau posisi aset dan kewajiban serta setoran kepada Negara dari BDL.
Ketidakjelasan ini mengakibatkan tidak adanya ketentuan dan/atau prosedur yang
memadai dan secara tegas mengatur pelaksanaan tugas TL terutama dalam melakukan
pencairan aset dan pembayaran kewajiban kepada Pemerintah.
Untuk kegiatan pencairan aset di PT Bank Kosa (DL), selain kegiatan pencairan aset
bank dan jaminan yang diambil alih, juga terdapat pencairan aset milik pemegang
saham, baik yang diserahkan oleh pihak terkait dengan pemegang saham maupun aset
yang berhasil disita dari pemegang saham. Atas aset tersebut oleh TL dilakukan
penyitaan dan dilakukan penjualan proses lelang pengadilan.
Pengusuran aset milik pemegang saham yang diambil alih tersebut dilakukan dengan
menggunakan jasa konsultan hukum.
Selain ketidakjelasan tentang pihak yang menjadi pengawas BDL, juga terdapat
ketidakjelasan mengenai masa kerja TL PT Bank Kosa (DL). Sesuai dengan ketentuan
yang ada, masa kerja TL PT Bank Kosa (DL) pada umumnya adalah selama lima tahun
sejak terbentuknya TL ditambah dengan enam bulan. Pada akhir masa tugasnya TL
harus menyusun NAL yang akan dimintakan persetujuan ke BI sebagai dasar RUPS
dalam rangka pembubaran TL. Tetapi sampai dengan lima tahun masa kerja TL dan
telah disusun NAL ternyata belum ada persetujuan dari BI mengenai pelaksanaan RUPS
dan sampai dengan akhir pemeriksaan belum ada kejelasan mengenai status TL
walaupun masa kerja TL sudah berkahir.
Pemeriksaan BPK-RI atas PT Bank Kosa (DL) di tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi
sehingga tidak ada rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk
ditindaklanjuti.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Pada posisi tanggal 30 April 2005, nilai total aset dan kewajiban PT Bank Kosa (DL)
menurut laporan sementara yang dibuat oleh TL PT Bank Kosa (DL) adalah sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 477/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Keterangan Unaudited 30-Apr-05
AKTIVA
1. Kas 58.591.815
2. Antar Bank Aktiva 26.174.892.507
Giro 1.524.892.507
Deposito 25.650.000.000
-/- Cadangan Penghapusan (1.000.000.000)
3. Kredit Yang Diberikan 119.655.448.900
Baki Debet 120.681.967.827
-/- Cadangan Penghapusan (1.026.518.927)
4. Aktiva Tetap 672.063
Nilai Perolehan 413.818.005
-/- Akumulasi Penyusutan (413.145.942)
5. Rupa-Rupa Aktiva 12.021.487.539
J U M L A H 157.911.092.824
PASIVA -
1. Dana Pihak Ketiga -
Giro -
Tabungan -
Deposito
KU Reject
2. Kewajiban Segera Lainnya 131.354.669
3. Antar Bank Pasiva 5.705.686.278
Call Money 3.922.900.000
Lainnya 1.782.786.278
4. Kewajiban Kepada Pemerintah 154.940.412.220
5. Kewajiban Kepada Bank Indonesia -
6. Rupa-Rupa Pasiva -
Total Kewajiban 160.777.453.167
7. Modal Saham 14.000.000.000
8. Laba Rugi Ditahan (sampai dengan
31/12/96) 1.245.651.659
9. Laba Rugi Tahun Lalu (01/01-
31/10/97) (10.292.145.750)
10. Laba / Rugi Tahun Berjalan (Selama
Likuidasi) (7.819.866.252)
J U M L A H 157.911.092.824
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 478/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 479/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Sampai dengan tanggal 30 April 2005 untuk debitur pihak terkait tak langsung yang
merupakan perusahaan multifinance baru melunasi sebesar Rp119.319.950,00 atau
0,27% dari outstanding posisi tanggal 31 Oktober 1997 sebesar Rp43.930.485.741,
dengan rincian sebagai berikut:
dalam rupiah
No Perusahaan Multifinance 31-Okt-97 Pembayaran 30-Apr-05
1 Aditya Putra Pratama 2.400.000.000 0 2.400.000.000
2 Air Finance 2.400.000.000 4.050.400 2.400.000.000
3 Asia Kapitalindo 2.400.000.000 0 2.400.000.000
4 Bintang Mandiri 2.400.000.000 0 2.400.000.000
5 Cahya Gold Finance 2.400.000.000 0 2.400.000.000
6 Citra Dwipa Finance 2.188.428.589 110.732.200 2.100.000.000
7 Dana Supra Erapacific 2.400.000.000 3.266.650 2.400.000.000
8 Fulso Delta M.F 2.000.000.000 0 2.000.000.000
9 Indo Citrra M.F 2.250.000.000 1.117.750 2.250.000.000
10 Intan Citra M.F 2.250.000.000 0 2.250.000.000
11 Kusumo Madya M.F 2.400.000.000 152.950 2.400.000.000
12 Langgeng Jaya Perkasa 2.392.057.152 0 2.392.057.152
13 Marannu Internasional 2.250.000.000 0 2.250.000.000
14 Masindo Artha Finance 2.250.000.000 0 2.250.000.000
15 Pasific Artha Persada 2.400.000.000 0 2.400.000.000
16 Pracico Finance 2.250.000.000 0 2.250.000.000
17 STAR 2.250.000.000 0 2.250.000.000
18 Suprawira Finance 2.400.000.000 0 2.400.000.000
19 Trimitra 2.250.000.000 0 2.250.000.000
SUB TOTAL 43.930.485.741 119.319.950 43.842.057.152
Catatan:
Untuk PT Cahya Gold Finance pada tanggal 17 Juni 2005 telah mencicil/melunasi
sebagaian hutang yaitu sebesar Rp300.000.000,00 untuk pembayaran hutang pokok.
Temuan audit yang terkait dengan penagihan kredit yang dilakukan oleh TL
PT Bank Kosa (DL) adalah sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 480/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
a) Temuan - Penerimaan hasil penjualan jaminan grup PT Amcol Bumi Wisata
dengan bilyet giro (cheque) mundur, kurang menguntungkan negara dan
hingga posisi tanggal 30 April 2005 masih belum diperoleh hasilnya sebesar
Rp988.758.000,00
Amcol Grup adalah gabungan dari 3 debitur PT Bank Kosa yaitu PT ABW, Sdr.
Buyung Suryadja (BS) dan Sdri. Thien Kie Fong (TFK) dengan nilai pokok
hutang per posisi tanggal 31 Oktober 1997 adalah sebesar Rp6.558.433.863,00
yang terdiri dari pokok hutang sebesar Rp5.825.719.193,00 dan bunga sebesar
Rp732.714.670,00. PT ABW pada saat pemeriksaan BPK-RI telah berganti
nama menjadi PT Ekasurya Bumiwisata. Adapun posisi sampai dengan tanggal
30 April 2005 outstanding pinjaman Amcol Grup berdasarkan pembukuan PT
Bank Kosa (DL) adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Baki Debet Baki Debet
Debitur Pelunasan
31-Okt-97 30-Apr-05
PT ABW 3.464.221.975 3.764.634.000 0
BS 1.313.868.115 280.103.500 1.033.764.615
TFK 1.047.629.103 738.756.096 396.873.007
Jumlah 5.825.719.193 4.783.493.596 1.430.637.622
Berdasarkan Akta Penyerahan Jaminan sebagai penyelesaian hutang No. 35 dari
Notaris Ny. Rodiah Yahya SH. tanggal 13 Mei 2002 sisa pokok pinjaman pihak
pertama kepada pihak kedua menjadi sebesar Rp1.688.972.122,00. Dengan Akta
No. 35 tersebut maka PT ABW menyerahkan 5 buah vila di Desa Cipendawa,
Pacet, Cianjur, Bogor, Jawa Barat atas nama PT ABW kepada PT Bank Kosa
(DL). Sampai dengan pemeriksaan BPK-RI tidak diperoleh nilai dari kelima
buah vila tersebut. Namun dengan adanya akta penyerahan jaminan No. 35,
hutang Amcol group sebesar Rp1.688.972.122,00 dinyatakan selesai dengan
penyerahan aset. PT ABW juga telah menandatangani Akta Kuasa Untuk
Menjual pada tanggal 13 Mei 2002 kepada PT Bank Kosa (DL).
Terhadap ke lima vila tersebut, TL PT Bank Kosa (DL) telah mencoba menjual
melalui Kantor Piutang dan Lelang Negara Bogor namun berdasarkan risalah
lelang No. 96/2003 tanggal 24 April 2003, tidak ada pembeli yang mengajukan
penawaran. Oleh karena itu, TL PT Bank Kosa (DL) menyerahkan kembali
kepada PT ABW untuk dijual sendiri. PT ABW melaporkan bahwa pada tanggal
30 Mei 2005, empat buah vila telah laku terjual kepada Djumir Rimin (selaku
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 481/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
kuasa dari pemilik PT ABW yaitu BS dan TKF atau dengan kata lain pemilik
sendiri yang beli) adalah sebagai berikut:
(1) Vila Bukit Pendawa Blok MD 20 (LT 241 m 2/LB 148 m2) dengan harga
Rp275.000.000,00;
(2) Vila Bukit Pendawa Blok MD 21 (LT 240 m 2/LB 148 m2) dengan harga
Rp275.000.000,00;
(3) Vila Bukit Pendawa Blok MD 22 (LT 240 m 2/LB 148 m2) dengan harga
Rp275.000.000,00;
(4) Villa Bukit Pendawa Blok MD 23 (LT 320 m /LB 148 m ) dengan harga
2 2
Rp275.000.000,00.
Atas penjualan tersebut, TL PT Bank Kosa (DL) menyetujui untuk menerima
pembayaran dalam bentuk Bilyet Giro (Cek) mundur yang cair sebulan sekali
hingga Juli 2006 dengan total apabila telah dicairkan seluruhnya adalah sebesar
Rp1.197.010.000,00. Hingga tanggal 30 April 2005 Bilyet Giro yang telah cair
adalah sebesar Rp358.252.000,00 sehingga masih terdapat Bilyet Giro yang
belum cair sebesar Rp838.758.000,00 dan satu buah vila di Blok A9 No. 25
yang belum terjual yang diperkirakan sebesar Rp150.000.000,00. Sementara itu
Total Baki Debet per tanggal 30 April 2005 setelah dikurangi pembayaran giro
tersebut adalah Rp1.430.637.622,00. Apabila seluruh giro tersebut telah cair
ditambah dengan satu vila Blok A9 No. 25 telah terjual maka PT Bank Kosa
(DL) masih akan menerima tunai sebesar Rp988.758.000,00 (Rp838.758.000,00
+ Rp150.000.000,00) sehingga masih terdapat sisa outstanding hutang sebesar
Rp441.879.622,00.
Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa pihak PT ABW sering kali
menunda pencairan Bilyet Giro tersebut (cek ditolak). Jangka waktu pencairan
juga terlalu lama hingga melewati masa kerja TL yang berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 25 tahun 1999 berakhir pada tahun 2003.
Dengan diketahuinya penjualan ke empat vila tersebut, seharusnya TL PT Bank
Kosa (DL) meminta seluruh hasil penjualan ke empat vila tersebut dan
menginvestasikan hasilnya untuk menambah jumlah deposito PT Bank Kosa
(DL) karena keseluruhan vila tersebut sebenarnya telah diserahkan oleh debitur
sebagai pembayaran utangnya. Selain itu, ternyata vila dibeli sendiri oleh
pemegang saham ABW grup yaitu Sdr. BS dan Sdri. TKF melalui kuasanya.
Apabila memang dibeli sendiri, ini membuktikan bahwa Sdr. BS dan Sdri. TKF
sebenarnya memiliki kemampuan untuk membayar hutang namun dengan
sengaja mengulur-ulur waktu pembayaran.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 482/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
sudah
tembokjauh
telahlebih
pudarjelek, seperti
dan atap keramik di lantai atas dan bawah terlepas, cat
bocor.
Dalam harga penjualan oleh PT ABW, TL telah mendapat harga netto, jadi tidak
membayar PBB dan biaya surat-surat lainnya. Untuk meng-cover biaya
perbaikan, pajak dan surat-surat lainnya, TL sepakat untuk membayar
Rp50.000.000,00 per unit vila yang dibayar di muka oleh PT ABW dan nantinya
diperhitungkan dari hasil penjualan vila tersebut.
Hal ini berarti bahwa harga penjualan vila tersebut bukanlah Rp275.000.000,00
untuk tipe 240/148 dan Rp325.000.000,00 untuk tipe 340/148 melainkan
masing-masing sebesar Rp.325.000.000,00 dan Rp375.000.000,00 sehingga
harga bruto ke empat vila tersebut adalah sebesar Rp1.350.000.000,00.
Hasil penjualan empat buah vila tersebut jika ditambahkan dengan harga satu
buah vila yang belum laku yang diperkirakan dapat dijual dengan harga
Rp150.000.000,00 menjadi Rp1.500.000.000,00 yang jika dibandingkan dengan
baki debet pada waktu itu sebesar Rp1.688.972.122,00 berarti mencapai
88,81%, belum lagi bila diperhitungkan adanya pembayaran-pembayaran PT
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 483/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 484/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 485/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
(1) Perjanjian Ikatan Jual Beli No. 30 antara Sdri. Ziadatul Choiroh (Kuasa
Direksi PT PPS) dengan Sdr. Wijiono Nurhadi selaku kuasa dari Dirut PT
Solid Gold Prima (selaku pembeli). Tanah yang diperjualbelikan adalah
tanah SHGB No. 13 Kelurahan Jambangan, seluas 25.000 m2 sudah
termasuk tanah milik Saudara Ari seluas 3.086 m2 dengan gambar situasi
tanggal 22 Maret 1991, Nomor 979/S/1991, sertifikat/buku tanah dari kantor
Pertanahan kota Surabaya tertanggal 15 Juni 1994. Harga jual tanah
disepakati sebesar Rp2.500.000.000,00 atau Rp100.000,00/m 2. Sebagai
saksi adalah Sdr. Santo Silaban, Sdri. Hartatie Nyoto Prawiroharjo, Sdr. HS,
dan Sdr. Jhonny Purba
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 486/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 487/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 488/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
(1) Tanah tersebut berupa sawah, letaknya +1 m2 di bawah jalan. Calon pembeli
semuanya pengusaha real estate, memperhitungkan biaya yang tidak kecil
untuk menguruk, untuk dapat dibuat menjadi perumahan;
(2) Tanah tersebut belum clean & clear karena pada setiap sertifikat terdapat
milik orang lain mengaku belum dibebaskan, termasuk tanah milik desa.
Pemilik tanah ini tidak bersedia menjual tanahnya secara bersama-sama.
Sedang milik desa penjualannya memerlukan izin dari walikota;
(3) Selain masalah yang disebut di atas, calon investor harus membayar ganti
rugi kepada para penggarap yang sejak krisis ekonomi menggarap tanah-
tanah tersebut. Kemudian, harga jual tanah tersebut dibawah harga
appraisal , ini terjadi karena perusahaan penilai tidak mempertimbangkan
lebih teliti masalah-masalah yang melekat di atas tanah-tanah tersebut.
Penilaian mereka lebih didasarkan pada NJOP dan informasi harga pasar
setempat secara umum yang yang tidak membedakan tanah matang/darat,
sawah atau rawa.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 489/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Pada tanggal 20 Mei 2002 telah dilakukan penjualan salah satu aset jaminan PT
PKT di desa Karah Surabaya yaitu SHGB No. 320. Penjualan dilakukan oleh
agen yaitu Sdri. Ziadatul Choiroh yang juga merupakan Direktur PT PKT. Hasil
penjualan aset/jaminan PT PKT adalah sebagai berikut:
SHGB 320, Luas Tanah 4.000 m2 dengan harga jual @Rp50.000,00 per m2
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 490/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
November 1999sebesar
penjualan kotor yaitu Rp150.000,00/m . atau
Rp600.000.000,00 akan
(4.000 m2 xmenerima hasil perkiraan
Rp150.000,00).
Forum komunikasi Bank Dalam Likuidasi tanggal 8 Agustus 2000 menyebutkan
bahwa untuk harga jual aset harus diusahakan agar dapat mencapai setinggi-
tingginya, dengan patokan minimal senilai harga likuidasi ( forced sale value)
yang dinilai oleh perusahaan penilai (berdasarkan appraisal report ).
Kondisi di atas mengakibatkan terjadinya inefisiensi secara langsung kepada TL
PT Bank Kosa (DL) sebesar Rp400.000.000,00 (Rp600.000.000,00 –
Rp200.000.000,00) dan secara tidak langsung kepada negara terutama di dalam
pengembalian BLBI kepada Pemerintah. Jumlah tersebut belum termasuk biaya-
biaya yang dikeluarkan dalam rangka penjualan tanah tersebut, seperti
pembayaran pajak dan komisi.
Tanggapan - Atas masalah tersebut TL PT Bank Kosa (DL) memberikan
tanggapan bahwa ketika TL meninjau lokasi untuk memasarkan tanah tesebut,
ternyata di atas tanah itu telah berdiri beberapa bangunan yang telah selesai dan
sisanya sedang dalam pengerjaan. Kedatangan TL di lokasi mendapat rintangan
oleh beberapa orang yang sengaja didatangkan penyerobot tanah tersebut untuk
menakut-nakuti TL PT Bank Kosa (DL).
Rupanya Sdr. HS sedikit banyak mengetahui riwayat tanah tersebut, sehingga
dia menyatakan minatnya untuk membeli tanah tersebut di bawah harga pasar
dengan syarat TL bersedia memberi kuasa kepadanya untuk mengajukan
gugatan di pengadilan atas penyerobotan itu.
Dengan latar belakang seperti itu, TL setuju atas penawaran Sdr. HS sebesar
Rp200.000.000,00 serta surat kuasa menggugat di pengadilan. Ternyata gugatan
Sdr. HS ditolak baik di PTUN maupun di PTUN Tinggi Surabaya dan saat ini
sedang dalam proses kasasi di Mahkamah Agung RI. Informasi terakhir yang
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 491/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Kendati pada akhirnya Kasasi Sdr. HS dikabulkan oleh Mahkamah Agung RI,
namun secara financial dia telah mengeluarkan lebih besar ketimbang membeli
tanah itu tanpa masalah yang pada saat itu harga tanah sekitar ±
Rp.100.000,00/m2 Biaya itu akan membengkak lagi untuk biaya pembebasannya
karena seluruh lahan tersebut sudah penuh dibangun dengan rumah termasuk
sebuah mesjid didalamnya.
Saran - BPK-RI menyarankan agar TL PT Bank Kosa (DL)
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada RUPS sehubungan
dengan penjualan jaminan di bawah nilai appraisal
Sampai dengan tanggal 30 April 2005 penjualan aset (harta tetap dan barang
inventaris) yang dilakukan oleh TL adalah sebesar Rp2.614.124.000, dengan rincian
berikut:
dalam rupiah
penjualan aset.
b. Pembayaran Kewajiban
Pembayaran yang telah dilakukan TL PT Bank Kosa (DL) baik kepada Pemerintah
maupun kepada pihak ketiga lainnya sampai dengan tanggal 30 April 2005 adalah
sebesar Rp99.410.146.101,00, dengan rincian sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 492/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
No Kewajiban Pembayaran Saldo 30 Mei 2005
1 Nasabah Dana Pihak Ketiga 48.522.844.294 61.975.878
a. Giro 1.617.108.026 18.603.250
b. Tabungan 609.561.887 42.941.228
c. Deposito 47.109.669.081 431.400
2 Bunga Nasabah DPK 545.851.292
3 Pemerintah 50.229.285.595 0
4 BI 0 154.523.041.327
5 Antar Bank Antar Aktiva 112.165.000 5.705.686.278
1) Pembayaran kepada DPK masih bersaldo sebesar Rp61.975.878,00 dan telah
dititipkan kepada Bank Mandiri kantor cabang Jakarta Plaza Mandiri Jl. Jend Gatot
Subroto Kav 36-38; dengan nama rekening “Bank Indonesia qq Nasabah Ex Bank
Dalam Likuidasi”, nomor rekening 0700004080201. Penitipan dana nasabah yang
belum diambil tersebut berdasarkan kepada Surat BI No.5/335/DPIP/IPSiP tanggal 6
Oktober 2003;
2) Pembayaran bunga sebesar Rp545.821.292,00 merupakan bunga deposito nasabah
PT Bank Kosa (DL);
3) Kewajiban kepada Pemerintah (saldo debet) sebesar Rp154.940.412.220,00 belum
pernah sama sekali dibayarkan oleh TL PT Bank Kosa (DL);
4) Pembayaran kepada BEPEDE dan IFI dengan menggunaan dana sendiri PT Bank
Kosa (DL).
Terkait dengan hal ini, BPK-RI tidak menemukan permasalahan material yang perlu
dilaporkan untuk pembayaran kewajiban.
Realisasi biaya operasional oleh TL Bank Kosa sampai dengan tanggal 30 April 2005
adalah sebesar Rp24.139.079.239,00 dengan rincian sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 493/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
No Keterangan Jumlah
1 Biaya Honorarium/Gaji 7.268.787.367,00
2 Biaya Umum 3.284.649.315,00
3 Biaya Penyelesaian Kredit 13.585.642.557,00
Jumlah 24.139.079.239,00
Sampai dengan tanggal 30 April 2005 TL PT Bank Kosa (DL) telah membayarkan
pesangon sebesar Rp545.474.600,00 dari total pesagon sebesar Rp778.610.000,00
sehingga masih terdapat sisa pesangon yang belum dibayarkan sebesar Rp233.136.156
(Rp778.610.000,00 - Rp545.474.600,00), dengan rincian sebagai berikut:
dalam rupiah
Total Uang Muka Sisa
No Nama
Masa Kerja Pesangon Pesangon Pesangon
1 Santo. S. 7 thn, 4 bln 345.001.110 288.477.000 56.524.110
2 Asrianty. P. 7 thn, 4 bln 263.564.446 205.220.000 58.344.446
3 Rosdiana 7 thn, 4 bln 111.600.000 34.872.600 76.727.400
4 Supardiyanto 7 thn, 4 bln 30.740.200 10.465.000 20.275.200
5 M. Zein Ihrom 7 thn, 1 bln 27.705.000 6.440.000 21.265.000
Jumlah 778.610.756 545.474.600 233.136.156
Temuan audit yang terkait penggunaan biaya operasional adalah sebagai berikut:
1) Temuan - Terdapat ketidakhematan dalam perjanjian kerja antara TL PT Bank
Kosa (DL) dengan Sdr. M. Husnaini Iskandar (Konsultan Pajak) sebesar
Rp1.412.022.141,00
Perjanjian kerjasama ditandatangani pada tanggal 7 April 2005 antara Sdr. Santo
Silaban dan Sdri. Asrianty Purwantini selaku TL PT Bank Kosa (DL) dengan Sdr.
M. Husnaini Iskandar (MHI) selaku konsultan pajak. Perjanjian kerja ini meliputi
jasa pengurusan perpajakan terhadap kewajiban perpajakan PT Bank Kosa (DL)
untuk tahun pajak 1994 sampai dengan 2004 untuk segala jenis pajak yang terkait.
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah terhitung mulai tanggal 1 April 2005
sampai dengan 5 Juni 2005.
Sebagai hasil dari pelaksanaan pekerjaan, TL PT Bank Kosa (DL) akan menerima
(Surat Ketetapan Pajak) SKP dan / surat bebas dari tagihan pajak apapun (tax
clearance) dari instansi pajak untuk masing-masing tahun pajak mulai 1994 sampai
dengan 2004.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 494/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Biaya pelaksanaan pekerjaan dan imbal jasa yang disepakatai terbagi dalam dua
kelompok yaitu:
a) Untuk tahun pajak 1994 sampai dengan tahun pajak 1998 adalah sebesar
Rp725.956.822,00 all-inclusive, yang meliputi di dalamnya fee jasa pengurusan,
pembayaran pajak terhutang mulai tahun 1994 sampai dengan 1998, biaya
transportasi, dan biaya operasional lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan
tersebut;
b) Untuk tahun pajak 1999 sampai dengan tahun pajak 2004 adalah sebesar
Rp686.065.319,00 all-inclusive, yang meliputi di dalamnya fee jasa pengurusan,
pembayaran pajak terhutang mulai tahun 1999 sampai dengan 2004, biaya
transportasi, dan biaya operasional lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan
tersebut;
c) Jumlah tersebut di atas belum termasuk pajak penghasilan yang masih harus
dibayarkan atas jasa yang diberikan sebesar 7,5%.
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas dokumen kontrak beserta bukti-bukti
pendukungnya diketahui hal-hal sebagai berikut:
a) Sampai dengan pemeriksaan, SKP dan/surat bebas dari tagihan pajak apapun
(tax clearance) yang dijanjikan oleh konsultan pajak di dalam kontrak belum
diterima oleh TL PT Bank Kosa (DL);
b) Sampai dengan pemeriksaan BPK-RI belum memperoleh bukti setoran pajak
atas pembayaran pajak yang terhutang yang dibayarkan oleh konsultan pajak;
c) Biaya yang telah dibayarkan oleh TL PT Bank Kosa (DL) kepada konsultan
pajak adalah sebesar Rp1.412.022.141,00 yang terdiri dari;
(1) Bukti kuitansi dan cek Bank Mandiri tanggal 1 April 2005 sebesar
Rp403.040.655,00;
(2) Bukti kuintansi dan cek Bank Mandiri tanggal 1 April 2005 sebesar
Rp78.750.000,00;
(3) Bukti kuitansi dan cek Bank Mandiri tanggal 4 Mei 2005 sebesar
Rp930.231.486,00;
d) Dalam perjanjian kerja tersebut tidak di cover dengan jaminan yang memadai
yang diberikan oleh konsultan pajak untuk mengantisipasi apabila konsultan
pajak tidak dapat memberikan hasil seperti yang disebutkan di dalam perjanjian
kerja.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 495/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 496/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
d) Success fee & operational cost sebesar 30 % dari SKP.SKPKB/SKPLB yang
akan diperoleh PT Bank Kosa (DL).
Diharapkan paling lambat akhir Agustus ini masalah perpajakan sudah dapat
terselesaikan.
Saran – BPK-RI menyarankan agar pembayaran kepada konsultan pajak yang telah
dibayar oleh TL PT Bank Kosa (DL) ditarik kembali mengingat adanya
ketidakpastian yang cukup tinggi atas penyelesaian yang akan dilakukan oleh
konsultan pajak.
2) Temuan - Tambahan operational cost (biaya operasional) dengan nilai sebesar
penanganan
ada juga yangkasus tersebut berhasil
mempergunakan sistemditangani
lump sumoleh konsultan hukum.
tanpa success fee. Selain itu
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 497/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 498/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Namun yang pasti dari sisi TL, bahwa biaya-biaya tersebut dibayar kepada
konsultan hukum yang di sewa untuk menangani perkata itu.
Nilai realisasi sisa aset yang seharusnya menjadi bagian pemerintah untuk menutup sisa
kewajiban BDL per tanggal 30 April 2005 adalah sebesar Rp35.931.092.719,00 dengan
rincian sebagai berikut:
dalam rupiah
Keterangan:
1) Nilai buku merupakan nilai yang tercatat di dalam laporan keuangan unaudited per
tanggal 30 April 2005 setelah dikurangi dengan penyusutan;
2) Nilai realisasi ditentukan oleh TL PT Bank Kosa (DL) untuk posisi tanggal 30 April
2005;
3) Antar bank aktiva yang menjadi bagian Pemerintah untuk menutup sisa kewajiban
PT Bank Kosa (DL) per tanggal 30 April 2005 dengan rincian sebagai berikut:
dalam rupiah
No. Jenis Nama No.
30-Apr-05
Urut Penempatan Bank Deposito
1 Deposito Mandiri 1170200012623 750.000.000
2 Deposito Mandiri 1170200054518 900.000.000
3 Deposito Mandiri 1170200090231 850.000.000
4 Deposito Mandiri 1170202071015 1.000.000.000
5 Deposito Mandiri 1170202092433 1.000.000.000
6 Deposito Mandiri 1170202139358 1.000.000.000
7 Deposito Mandiri 1170202128989 1.000.000.000
8 Deposito Mandiri 1170202133765 2.000.000.000
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 499/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
No. Jenis Nama No.
30-Apr-05
Urut Penempatan Bank Deposito
9 Deposito Mandiri 1170202133757 3.000.000.000
10 Deposito Mandiri 1170203005996 1.250.000.000
11 Deposito Mandiri 1170203019070 1.000.000.000
12 Deposito Mandiri 1170298033614 1.400.000.000
13 Deposito Mandiri 1170204013023 3.000.000.000
14 Deposito Mandiri 1170204020499 1.500.000.000
15 Deposito Mandiri 1170204054266 1.000.000.000
16
17 Deposito
Deposito Mandiri
Mandiri 1170204089403
1170204099717 1.000.000.000
3.000.000.000
18 Rekening Giro Mandiri 117098007693 1.525.000.000
19 Rekening Giro I.F.I. - 0
20 Deposito SEAB (BDL) - 1.000.000.000
JUMLAH 27.175.000.000
4) Kredit yang diberikan yang merupakan sisa aset kredit yang menjadi bagian
pemerintah untuk menutup sisa kewajiban PT Bank Kosa (DL) per tanggal 30 April
2005 dengan nilai realisasi menurut TL PT Bank Kosa (DL) adalah sebesar
Rp9.638.438.397,00. Sisa aset kredit tersebut merupakan kredit yang belum dilunasi
oleh debitur.
5) Aktiva yang tersisa yang masih memiliki nilai adalah satu unit mobil Kijang dan
sisanya merupakan barang investaris kantor seperti, meja, kursi, lemari, lukisan,
mesin faksimili, komputer serta ATK.
Bila dibandingkan dengan kewajiban TL kepada BI sebesar Rp154.940.412.220, maka
kemampuan TL PT Bank Kosa (DL) untuk dapat menutupi kewajibannya adalah sebesar
23,19% (Rp35.931.092.719,00 : Rp154.940.412.220,00 x 100%) dari kewajiban kepada
BI (saldo debet). Nilai realisasi ini masih bisa berubah-ubah sesuai dengan keberhasilan
TL terutama di dalam pencairan/penagihan kredit.
Terkait dengan sisa aset, BPK-RI tidak menemukan permasalahan material yang perlu
dilaporkan.
REPUBLIK INDONESIA
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 500/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 501/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PADA
Nomor : 01.M/XII/02/2006
Tanggal : 06 Februari 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 502/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 4
3. Sasaran Pemeriksaan 4
4. Metodologi Pemeriksaan 4
5. Jangka Waktu Pemeriksaan 5
6. Obyek Pemeriksaan 5
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 503/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Halaman
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan 13
a. Realisasi Pencairan Aset 13
b. Pembayaran Kewajiban 20
c. Biaya Operasional 20
d. Sisa Aset 21
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 504/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
ATAS
PADA
PT BANK MATARAM DHANARTA (DALAM LIKUIDASI)
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum sistem pengendalian
intern (SPI) pada PT Bank Mataram Dhanarta (DL) tidak dapat diandalkan, karena beberapa
hal. Pertama, lingkungan pengendalian yang ada tidak dapat berjalan secara memadai.
Diantaranya posisi pemegang saham utama yang sekaligus juga debitur utama menyulitkan
pengelola yaitu Tim Likuidasi (TL) melakukan tugasnya. Kedua, tidak ada pihak yang
secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi PT Bank Mataram Dhanarta (DL)
dalam melaksanakan fungsinya, baik itu Bank Indonesia (BI) maupun Departemen
Keuangan. Terakhir, tidak ada pengawasan yang memadai terhadap akuntabilitas dan
kinerja TL selama periode kerjanya.
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Terdahulu
Pemeriksaan BPK-RI atas PT Bank Mataram Dhanarta (DL) di tahun 2000 adalah
pemeriksaan investigasi sehingga tidak ada rekomendasi yang diberikan secara langsung
kepada TL untuk ditindaklanjuti.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
Pemeriksaan BPK-RI meliputi pemeriksaan atas realisasi pencairan aset, baik berupa
penagihan kredit maupun penjualan aset, pembayaran kewajiban (termasuk biaya
operasional), sisa aset dan indikasi tindak pidana korupsi (TPK) serta hal-hal yang berkaitan
dengan Bank Dalam Likuidasi (BDL).
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 505/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari jumlah aset PT Bank Mataram Dhanarta (DL) per tanggal 31 Oktober 1997 sebesar
Rp121.798.526.246,00 telah direalisasi pencairan aset sampai dengan tanggal 30 April
2005 sebesar Rp25.636.217.792,50 terdiri dari penagihan kredit sebesar
Rp23.955.107.892,50 dan penjualan aset sebesar Rp1.681.109.900,00. Terkait hal ini,
kami menemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1) Tanah dan bangunan atas jaminan kredit PT Nurina Nusantara Holiday T & T dijual
dibawah harga pasar dan tidak transparan;
2) Discount atas pokok pinjaman kepada debitur tidak sesuai dengan ketentuan .
Nilai sisa aset per tanggal 30 April 2005 sesuai dengan Posisi Keuangan PT Bank
Mataram Dhanarta (DL) (unaudited) sebesar Rp 8.526.990.713,57. Terkait hal ini, kami
menemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1) Kredit kepada pihak terkait PT Sadean Intramitra Corporation sebesar
Rp183.061.992.051,78 tidak ada angsuran;
2) TL PT Bank Mataram Dhanarta (DL) tidak menguasai bukti-bukti kepemilikan
terhadap tiga tanah jaminan kredit.
4. Saran BPK-RI
Atas pemeriksaan pada PT Bank Mataram Dhanarta (DL), BPK–RI memberikan saran
kepada TL PT Bank Mataram Dhanarta (DL) sebagai berikut:
a. TL PT Bank Mataram Dhanarta (DL) mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas
yang tidak sesuai dengan ketentuan kepada RUPS sehubungan dengan penjualan tanah
dan bangunan atas jaminan kredit PT Nurina Nusantara Holiday T & T yang dibawah
harga pasar dan tidak transparan serta pemberian discount atas pokok pinjaman kepada
debitur tidak sesuai dengan ketentuan;
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 506/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
REPUBLIK INDONESIA
Haryanto Suwondo
NIP. 240000361
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 507/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Mataram Dhanarta (DL)
adalah untuk memastikan dan mengetahui bahwa:
a. Pencairan aset melalui penagihan dan penjualan aset telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
b. Dana dari pencairan aset telah digunakan untuk pembayaran kewajiban-kewajiban
termasuk pembayaran BLBI serta biaya operasional PT Bank Mataram Dhanarta (DL)
sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku;
c. Sisa aset yang akan diserahkan kepada Pemerintah setelah berakhirnya proses likuidasi;
d. Apakah terdapat indikasi penyimpangan dalam pencairan aset melalui penagihan dan
penjualan serta pembayaran kewajiban PT Bank Mataram Dhanarta (DL).
3. Sasaran Pemeriksaan
Sasaran pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Mataram Dhanarta (DL)
adalah:
a. Proses pencairan aset melalui penagihan piutang kepada para debitur dan penjualan aset;
b. Proses pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan aset
tersebut termasuk pengembalian uang Negara (BLBI) kepada Pemerintah.
4. Metodologi Pemeriksaan
Metodologi pemeriksaan yang diterapkan adalah sebagai berikut:
a. Melakukan reviu terbatas atas sistem dan prosedur pencairan aset dan pembayaran
kewajiban serta membandingkan dengan kriteria yang berlaku;
b. Melakukan analisis terhadap transaksi-transaksi yang signifikan;
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 508/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
c. Melakukan pengujian dengan mengambil sampling transaksi penagihan dan penjualan
aset serta pembayaran kewajiban-kewajiban;
d. Melakukan analisis terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam pengelolaan
aset dan pembayaran kewajiban;
e. Melakukan konfirmasi, observasi fisik, diskusi dan wawancara dengan instansi dan atau
pejabat yang berkompeten.
5. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan sejak tanggal 8 Juni 2005 sampai dengan tanggal 19 Juli 2005.
6. Obyek Pemeriksaan
PT Bank Mataram Dhanarta (DL)
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 509/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB II
GAMBARAN UMUM
TL dibentuk berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Luar Biasa Para Pemegang Saham PT
Bank Mataram Dhanarta (DL) Nomor 40 tanggal 23 Desember 1997 yang dibuat oleh
Notaris Warda Sungkar Alurmei, S.H. dan SK BI Nomor 30/286/UPB3/ADB3/Rahasia
tanggal 18 November 1997 dengan susunan sebagai berikut:
Ketua : H. Mohamad Moenadi Qosjim, SE,MM
Wakil Ketua : H Muhamad Ibrahim Ismail
Anggota : Poli Paulus Petrus, SH
Wowok Sutarso Widjenar, SE
Soeprapto, SH
Komara Achmad Hidayat
Susunan TL mengalami beberapa kali perubahan, mulai dengan Akta Notaris Warda
Sungkar Alurmei, S.H. Nomor 9 tanggal 7 Agustus 1998 yang memberhentikan dengan
hormat H.M Ibrahim Ismail dan Komara Achmad Hidayat, dan terakhir melalui surat BI
Nomor 31/643/UPPB/Ad.P tanggal 25 September 1999 tentang penarikan Sdr. Wowok
Sutarso Widjenar, SE untuk dikembalikan ke PT Bank Duta. Sesuai RUPS tanggal 26
Oktober 1998 susunan TL sebagai berikut:
Ketua : H. Mohamad Moenadi Qosjim, SE,MM
Anggota : Poli Paulus Petrus, SH
Soeprapto, SH
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 1999 dan Surat Keputusan (SK)
Direksi BI Nomor 32 /53/KEP/DIR, masa kerja TL PT Bank Mataram Dhanarta (DL) telah
berakhir tanggal 23 Desember 2002 dan dapat diperpanjang sampai dengan tanggal 23 Juni
2003. Namun karena kegiatan likuidasi (pencairan aset dan pembayaran kewajiban) belum
dapat diselesaikan seluruhnya, maka belum dilaksanakan RUPS untuk pembubaran TL.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 510/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dengan demikian, keberadaan TL PT Bank Mataram Dhanarta (DL) tidak sesuai dengan
ketentuan.
Tidak ada akta pengikatan secara notariil dan tidak ada jaminan yang diberikan sehubungan
dengan pemberian BLBI kepada PT Bank Mataram Dhanarta (DL).
5. Pengalihan BLBI Menjadi Kewajiban Pemerintah
BLBI yang diberikan kepada PT. Bank Mataram Dhanarta (DL) telah dialihkan kepada
Pemerintah sesuai dengan kesepakatan bersama antara Menteri Keuangan dan Gubernur BI
dan akta cessie antara Direksi BI dan Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Dengan pengalihan tersebut, maka BLBI yang diberikan BI beralih menjadi hutang
Pemerintah kepada BI, dan sekaligus menjadi piutang Pemerintah cq. BPPN kepada PT
Bank Mataram Dhanarta (DL).
6. Pengembalian BLBI Per Tanggal 30 April 2005
Jumlah BLBI yang telah dibayar kembali oleh PT Bank Mataram Dhanarta (DL) sampai
dengan tanggal 30 April 2005, adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Jenis BLBI Jumlah Pembayaran Sisa
Kewajiban
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 511/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah BLBI yang dibayar hanya mencapai sebesar
9,26 % dari total kewajiban BLBI.
7. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal Penutupan (31 Oktober 1997)
Laporan keuangan Bank Mataram Dhanarta (DL) per tanggal penutupan (31 Oktober 1997)
telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Amir Abadi Jusuf & Rekan dengan
laporan Nomor R/075/06/98 pada tanggal 7 Maret 1998, sebagai berikut :
dalam rupiah
AKTIVA
Aktiva Tersedia untuk Hutang yang Dijamin Penuh:
Pinjaman yang Diberikan 79.762.371.240 79.762.371.240
Dikurangi : Giro, Tabungan dan
Deposito (1.429.726.453) 78.332.644.787
Aktiva Tersedia untuk Hutang
yang Dijamin :
Kas dan Bank 19.729.707.107 19.729.707.107
Pendapatan yang Masih Akan
Diterima 19.687.202.578 245.699.306
Biaya Dibayar Dimuka 221.078.632 -
Uang Muka Pajak 90.000.000 -
Aktiva Tetap 1.522.281.758 75.521.600
Aktiva Lain-lain 785.884.931 611.060.245
Jumlah Aktiva 121.798.526.246 98.994.633.045
PASIVA
Hutang yang Tidak Dijamin
Cerukan 279.536.639.710 279.536.639.710
Giro 1.019.056.577 1.019.056.577
Kewajiban Segera Lainnya 855.487.296 855.487.296
Tabungan 331.540.350 314.823.363
Deposito Berjangka 71.942.525.240 71.942.525.240
Sertifikat Deposito 22.767.269.774 22.767.269.774
Pinjaman yang Diterima 3.000.000.000 3.000.000.000
Biaya yang Masih Harus
Dibayar 8.348.562 1.919.000
Hutang Pajak 139.438.092 139.438.092
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 512/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
8. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal Likuidasi (Neraca Akhir Likuidasi / NAL)
NAL PT Bank Mataram Dhanarta (DL) per tanggal 23 Juni 2003 yang telah diaudit oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) Aryanto Amir Jusuf dan Mawar dengan laporan Nomor
R/005/01/05 tanggal 21 November 2003 adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Estimasi Nilai Realisasi
Uraian Nilai Buku (Tidak Diaudit)
AKTIVA
Kas dan Bank
Kas 1.313.528,00 1.313.528,00
Giro 587.439.950,00 587.439.950,00
Deposito 8.440.000.000,00 8.440.000.000,00
Tabungan - -
Jumlah 9.028.753.478,00 9.028.753.478,00
Pinjaman yang Diberikan 587.266.628,00 55.714.413,00
Pendapatan yang Masih Akan
Diterima - -
Biaya Dibayar Dimuka 39.600.000,00 47.612.604,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 513/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Estimasi Nilai Realisasi
Uraian Nilai Buku (Tidak Diaudit)
Aktiva Tetap 5,00 5,00
Aktiva Lain-Lain 65.159.550,00 12.000.000,00
JUMLAH AKTIVA 9.720.779.661,00 9.144.080.500,00
KEWAJIBAN
Pinjaman dari Bank Indonesia
Cerukan 283.265.209.867,00 283.265.209.867,00
Sampai dengan tanggal 30 April 2005 NAL per tanggal 23 Juni 2003 tersebut belum
disetujui oleh BI. Hal ini disebabkan TL belum melakukan koreksi nilai realisasi atas nama
debitur PT Kapitaguna International Money Changer dan PT Nurina Nusantara Holyday
Tour & Travel dengan mendasarkan hasil penilaian ulang terhadap agunan tersebut.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 514/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Uraian Nilai Buku
AKTIVA
Kas 2.126.676,00
Aktiva Antar Bank
Giro 339.472.631,07
Tabungan -
Deposito 7.440.000.000,00
Akumulasi Penyusutan -
Kredit yang Diberikan 272.725.743.823,00
Rupa-Rupa
Modal Pasiva 415.692.909,03
10.000.000.000,00
Laba/Rugi Ditahan 3.257.632.201,24
Laba/Rugi Tahun Lalu (350.749.965.394,68)
Laba/Rugi Tahun Berjalan (254.078.396,11)
Jumlah 8.526.990.713,57
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 515/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
Dari pemeriksaan atas sistem pengendalian intern yang meliputi lingkungan pengendalian
dan pengendalian pengamanan termasuk monitoring menunjukkan masih adanya kelemahan
dalam sistem pengendalian intern. Hal ini nampak dalam uraian sebagai berikut:
Selain itu, secara substansi tidak jelas siapa pemilik utama harta yang masih ada di PT
Bank Mataram Dhanarta (DL) , mengingat pada umumnya nilai kewajibannya kepada
Pemerintah berupa saldo debet dan dana talangan rupiah lebih besar dari harta yang ada.
Di samping itu, saat ini PT Bank Mataram Dhanarta (DL) juga sedang menghadapi
tuntutan dari kreditur yang merasa memiliki piutang pada PT Bank Mataram Dhanarta
(DL), tetapi atas simpanan tersebut tidak tercatat dalam Laporan Keuangan Penutupan
PT Bank Mataram Dhanarta (DL). Dari sisi ketentuan perusahaan, harta tersebut adalah
milik pemegang saham utama, tetapi dengan besarnya kewajiban kepada Pemerintah,
maka Pemerintah merupakan pihak yang lebih berhak terhadap harta yang masih ada.
Dengan kondisi ini, TL kurang memahami bahwa harta yang masih ada seharusnya
sudah menjadi bagian keuangan negara sehingga seluruh kegiatan TL seharusnya lebih
diarahkan terhadap kepentingan negara. Dalam kenyataannya pemegang saham utama
masih besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan tugas TL sehari-hari yang dapat
mengakibatkan tidak maksimalnya pengembalian harta BDL kepada Negara.
b. Pengendalian Pengamanan
Tidak ada pihak yang secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi PT Bank
Mataram Dhanarta (DL), baik itu BI maupun Departemen Keuangan. Selama ini pihak
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 516/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BI hanya memantau posisi aset dan kewajiban serta setoran kepada Negara dari PT
Bank Mataram Dhanarta (DL).
Ketidakjelasan ini mengakibatkan tidak adanya ketentuan dan atau prosedur yang
memadai dan secara tegas mengatur pelaksanaan tugas TL terutama dalam melakukan
pencairan aset dan pembayaran kewajiban kepada Pemerintah.
Untuk kegiatan pencairan aset di BDL, selain kegiatan pencairan aset bank dan jaminan
yang diambil alih, juga terdapat pencairan aset milik pemegang saham, baik yang
diserahkan oleh pihak terkait dengan pemegang saham maupun aset yang berhasil disita
dari pemegang saham. Atas aset tersebut oleh TL dilakukan penyitaan dan dilakukan
penjualan proses lelang pengadilan.
Pengurusan aset milik pemegang saham yang diambil alih tersebut dilakukan dengan
menggunakan jasa konsultan hukum.
Selain ketidakjelasan tentang pihak yang menjdi pengawas PT Bank Mataram Dhanarta
(DL), juga terdapat ketidakjelasan mengenai masa kerja TL PT Bank Mataram Dhanarta
(DL). Sesuai dengan ketentuan yang ada, masa kerja TL BDL pada umumnya adalah
selam lima tahun sejak terbentuknya TL ditambah dengan enam bulan. Pada akhir masa
tugas TL harus menyusun NAL yang akan dimintakan persetujuan ke BI sebagai dasar
RUPS dalam rangka pebubaran TL. Tetapi sampai dengan lima tahun masa kerja TL
dan telah disusun NAL ternyata belum ada persetujuan dari BI mengenai pelaksanaan
RUPS dan sampai dengan akhir pemeriksaan belum ada kejelasan mengenai status TL
Pemeriksaan BPK-RI pada tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga tidak ada
rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti.
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 517/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Dari hasil pemeriksaan atas penagihan kredit ditemukan hal-hal sebagai berikut:
a) Temuan - Tanah dan Bangunan atas Jaminan Kredit PT Nurina Nusantara
Holiday T & T Dijual Di bawah Harga Pasar dan Tidak Transparan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 518/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Atas tanah dan bangunan tersebut telah empat kali dilakukan lelang namun
tidak terjual yaitu pada tanggal 16 September 1999 oleh Balai Lelang PT
Jasa Tata Artha Gemilang, tanggal 26 April dan 28 November 2000 oleh
Balai
Maret Lelang PT Pasific
2003 oleh Property
Balai Lelang PTCitra dan lelang
Batavia. terakhir
Pada lelang pada tanggal
terakhir 5
tersebut,
berdasarkan risalah lelang Nomor 110/2003 tanggal 5 Juni 2003, aset tidak
terjual karena tidak ada yang berminat.
TL meminta Pengacara Sonie Sudarsono, SH untuk menawarkan dan
mencarikan calon pembeli. Dalam surat Pengacara Sonie Sudarsono, SH
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 519/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 520/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 521/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari data discount /potongan terhadap pokok pinjaman debitur tidak terkait yang
diberikan oleh TL PT Bank Mataram Dhanarta (DL), terdapat discount yang
melebihi 25% dari pokok pinjaman sebesar Rp4.221.995.696,00 dengan rincian
sebagai berikut:
dalam rupiah
Penerimaan
No Debitur Baki debet Diskon Riil Diskon Max Selisih
Kas
1 2 3 4 5 6 7 (5-6)
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 522/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Realisasi penjualan aset berupa Harta Tetap dan Inventaris sampai dengan tanggal
30 April 2005 adalah sebesar Rp1.681.109.900,000,00, yang terdiri dari:
dalam rupiah
No Uraian Nilai Buku Hasil Pencairan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 523/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Nilai Realisasi
No JENIS KEWAJIBAN
Kewajiban Penyelesaian
Terkait dengan pembayaran kewajiban ini, kami tidak menemukan permasalahan yang
cukup material.
Realisasi biaya operasional yang dikeluarkan oleh TL sampai dengan tanggal 30 April
2005 berjumlah Rp12.476.104.638,51 dengan rincian sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 524/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Jumlah 12.476.104.638,51
Terkait dengan realisasi biaya operasional ini, kami tidak menemukan permasalahan
yang cukup material.
d. Sisa Aset
Berdasarkan posisi keuangan per tanggal 30 April 2005 (unaudited), nilai buku sisa aset
PT Bank Mataram Dhanarta (DL) sebesar Rp8.526.990.713,57 dengan rincian sebagai
berikut:
dalam rupiah
Uraian Nilai Buku
Kas TL 2.126.676,00
Deposito 7.440.000.000,00
Jumlah 7.781.599.307,07
Jumlah 587.266.628.50
Jumlah 5,00
Jumlah 8.526.990.713,57
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 525/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Bila dibandingkan dengan dana talangan dan saldo debet yang belum dilunasi sebesar
Rp305.577.209.866,98 maka potensi pengembaliannya sebesar 2,79% dari nilai buku
sisa asetnya.
Dari hasil pemeriksaan ditemukan permasalahan sebagai berikut:
1) Temuan - Kredit kepada Pihak Terkait PT Sadean Intramitra Corporation Group
Sebesar Rp183.061.992.051,78 Tidak Ada Angsuran
Pokok pinjaman yang diberikan kepada pihak terkait PT Sadean Intra Mitra
Corporation (PT SIMC) per tanggal 31 Oktober 1997 adalah sebesar
Rp183.061.992.051,78, yang terdiri dari kredit kepada PT SIMC sebesar
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 526/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dengan tidak adanya pelunasan dari kredit yang diberikan kepada pihak terkait
yang nilainya cukup material dan tidak adanya jaminan yang memadai sebagai
pelunasan kredit, mengakibatkan hilangnya potensi penerimaan negara sebesar
Rp183.061.992.051,78.
Tanggapan - TL PT Bank Mataram Dhanarta (DL) menanggapi bahwa terhadap
debitur tersebut telah dilakukan berulang kali penagihan tapi tidak berhasil. TL
berupaya mempailitkan PT SIMC melalui Kantor Pengacara pada bulan November
2003 dan telah melaporkan ke BI. Upaya TL untuk mempailitkan tersebut tidak
dilanjutkan mengingat biaya yang besar.
Terkait dengan permasalahan tersebut, Tim BPK-RI telah mengundang PT SIMC
melalui surat Nomor 22/KT4/BDL/07/2005 tanggal 13 Juli 2005 dan Nomor
19/S/XII.2/07/2005 tanggal 28 Juli 2005 untuk mengadakan pembicaraan tanggal
18 Juli 2005 dan 1 Agustus 2005 tetapi PT SIMC tidak bersedia hadir.
Saran – BPK-RI menyarankan agar TL PT Bank Mataram Dhanarta (DL) meminta
pertanggungjawaban pihak-pihak terkait sehubungan dengan kewajiban pihak
terkait BDL dan apabila diperlukan dilakukan melalui jalur hukum.
2) Temuan - TL PT Bank Mataram Dhanarta (DL) Tidak Menguasai Bukti-Bukti
Kepemilikan terhadap Tiga Tanah Jaminan Kredit
pemeriksaan fisik yang dilakukan Tim BPK-RI tanggal 7 Juli 2005, diketahui
bahwa atas tanah tersebut telah penuh dihuni oleh penghuni liar sekitar 40
keluarga dengan rumah tinggal permanen. Berdasarkan informasi dari warga
yang menghuni tanah tersebut, saat ini tanah sedang dalam proses penyelesaian
sengketa antara warga dengan Edi Chandra (Direktur PT Kapitaguna).
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 527/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Hal ini tidak sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Direksi BI Nomor
32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 Pasal 20 yang menyebutkan bahwa sejak
terbentuknya TL, tanggung jawab pengelolaan bank beralih dari Pengurus Bank
kepada TL.
Seharusnya TL melakukan upaya untuk menguasai bukti-bukti kepemilikan tanah
tersebut.
Hal ini mengakibatkan tanah tersebut tidak dapat dijual sehingga mengurangi
potensi penerimaan untuk pengembalian BLBI.
Tanggapan – Atas permasalahan tersebut, TL PT Bank Mataram Dhanarta (DL)
Citeureup Bogor Tanah Kapling Bell Air II. Dokumen sertifikat tidak ada.
Upaya yang telah dilakukan TL adalah dengan melakukan pemanggilan kepada
PT Kapitaguna sebagai pemilik tanah namun tidak ada tanggapan;
c) Atas pengurusan sertifkat untuk tanah seluas 23.073m2 telah selesai di Badan
Pertanahan Nasional (BPN) dan telah diambil oleh pihak ketiga yang mengurus
sertifikat, namun sertifikat tersebut belum dikuasai oleh TL.
Saran – BPK-RI menyarankan agar Pemerintah dan BI segera mengambil langkah-
langkah konkrit mengenai penyelesaian tugas TL PT Bank Mataram Dhanarta (DL)
termasuk kemungkinan mengambil alih aset yang masih tersisa dalam rangka
menyelesaikan kewajiban bank dalam rangka meminimalkan kerugian negara.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 528/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 529/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
PADA
Nomor : 01.N/XII/02/2006
Tanggal : 06 Februari 2006
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 530/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 4
a. Lingkungan Pengendalian 12
b. Pengendalian Pengamanan 12
2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Penyaluran dan Penggunaan
BLBI 13
3. Temuan-Temuan Pemeriksaan 13
a. Realisasi Pencairan Aset 13
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 531/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Halaman
DAFTAR SINGKATAN
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 532/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
ATAS
PENGEMBALIAN BANTUAN LIKUIDITAS BANK INDONESIA (BLBI)
PADA
Pemeriksaan BPK-RI di tahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga tidak ada
rekomendasi yang diberikan secara langsung kepada TL untuk ditindaklanjuti. Berdasarkan
informasi yang diperoleh dari TL, kejaksaan telah melakukan pemeriksaan namun tidak
diketahui tingkat penyelesaiannya.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 533/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:
a. Realisasi Pencairan Aset
Dari nilai buku aset per tanggal 30 Oktober 1997 sebesar Rp200.283,58 juta telah
direalisasikan melalui penjualan aktiva tetap sebesar Rp11.091,00 juta dan penagihan
kredit sebesar Rp20.351,00 juta.
Terkait hal ini, kami menemukan permasalahan mengenai penjualan aset jaminan
namun tidak dilakukan appraisal oleh pihak yang independen sehingga tidak diketahui
tingkat optimalisasi penerimaan hasil penjualannya.
b. Pembayaran Kewajiban
Dari nilai kewajiban kepada Pemerintah sebesar Rp201.802,17 juta pada tanggal 30
Oktober 1997, realisasi pembayarannya sebesar Rp23.485,00 juta (12%), yaitu untuk
pembayaran dana talangan rupiah (DTR).
Terkait dengan hal ini, kami tidak menemukan permasalahan yang material.
c. Biaya Operasional
Realisasi biaya operasional sampai dengan tanggal 30 April 2005 adalah sebesar
Rp10.532,22 juta.
Terkait dengan hal ini, kami tidak menemukan permasalahan yang material.
d. Sisa Aset
Total nilai buku sisa aset berdasarkan NAL per tanggal 30 April 2005 adalah sebesar
Rp174.306,15 juta dengan nilai realisasi sebesar Rp157.113,03 juta. Sementara itu, sisa
kewajiban kepada pemerintah adalah sebesar Rp180.541,39 juta, sehingga sisa aset
tersebut tidak mencukupi untuk membayar kewajiban.
Terkait hal ini, kami tidak menemukan permasalahan yang material.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 534/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
REPUBLIK INDONESIA
Haryanto Suwondo
NIP. 240000361
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 535/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan pemeriksaan atas pengembalian BLBI pada PT Bank Jakarta (DL) adalah untuk
memastikan dan mengetahui bahwa:
a. Pencairan aset melalui penagihan dan penjualan aset telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku;
b. Dana dari pencairan aset telah digunakan untuk pembayaran kewajiban-kewajiban
termasuk pembayaran BLBI serta biaya operasional PT Bank Citrahasta
Dhanamanunggal (DL) sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku;
c. Sisa aset PT Bank Citrahasta Dhanamanunggal (DL) yang akan diserahkan kepada
Pemerintah setelah berakhirnya proses likuidasi;
d. Apakah terdapat indikasi penyimpangan dalam pencairan aset melalui penagihan dan
penjualan serta pembayaran kewajiban PT Bank Citrahasta Dhanamanunggal (DL).
3. Sasaran Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 536/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
d. Melakukan analisis terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam pengelolaan
aset dan pembayaran kewajiban;
e. Melakukan konfirmasi, observasi fisik, diskusi dan wawancara dengan instansi dan atau
pejabat yang berkompeten.
5. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan sejak tanggal 8 Juni sampai dengan tanggal 19 Juli 2005.
6. Obyek Pemeriksaan
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 537/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB II
GAMBARAN UMUM
Berdasarkan Rapat Umum Luar Biasa para pemegang saham yang diaktakan dengan Akta
Notaris Ny Ratna Komala Komar, SH No.62 tanggal 8 Desember 1997 dan Addendum
Nomor 60 tanggal 20 Februari 1998, pemegang saham menyetujui untuk :
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 538/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Berdasarkan Addendum Nomor 114 tanggal 16 Februari 2004 dengan Notaris Ny Pudji
Redjeki Irawati SH disebutkan bahwa masa tugas TL akan diperpanjang dari tanggal 8 Juni
2003 sampai dengan selesai.
Dengan demikian keberadaan TL PT Bank Citrahasta Dhanamanunggal (DL) sejak tanggal
30 Juni 2003 tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 1999 dan
Surat Edaran BI Nomor 32/9/UPPB tahun 1999 sehingga segala tindakan TL sejak tanggal
tersebut tidak mempunyai dasar yang jelas.
3. Jumlah BLBI yang Diterima
Jumlah BLBI yang diterima PT Bank Citrahasta Dhanamanunggal (DL) adalah sebesar
Rp201.802.166.935,00 dengan rincian berikut :
a) Saldo Debet Rp158.404.166.935,00
Tidak terdapat jaminan yang diberikan oleh bank sehubungan dengan penerimaan BLBI.
5. Pengalihan BLBI Menjadi Kewajiban Pemerintah
BLBI yang diberikan kepada Bank telah dialihkan kepada Pemerintah sesuai dengan
kesepakatan bersama antara Menteri Keuangan dan Gubernur BI tanggal 6 Februari 1999
dan akta cessie antara Direksi BI dan Ketua BPPN Nomor 49 tanggal 22 Februari 1999.
Berdasarkan akta cessie Mudofir Hadi SH, No.49, BLBI yang dialihkan tersebut adalah
posisi tanggal 29 Januari 1999 sebesar Rp201.802,17 juta yang terdiri atas saldo debet/over
draft (OD) sebesar Rp158.404,17 juta dan DTR sebesar Rp43.398,00 juta.
Dengan pengalihan tersebut, maka BLBI yang diberikan oleh BI beralih menjadi hutang
pemerintah kepada BI dan sekaligus menjadi piutang Pemerintah cq BPPN kepada Bank
sebesar Rp201.802,17 juta.
6. Pengembalian BLBI Per Tanggal 30 April 2005
Jumlah BLBI yang telah dibayar kembali oleh Bank sampai dengan tanggal 30 April 2005
adalah sebesar Rp23.098,00 juta yang rinciannya terdapat dalam tabel berikut ini:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 539/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
7. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal Penutupan (31 Oktober 1997)
Berdasarkan Laporan Akuntan Publik Prasetio, Utomo & Co sesuai surat Nomor UO-9497
tanggal 27 Februari 1998, didapatkan nilai sisa aset dan kewajiban per tanggal 31 Oktober
1997 adalah sebagai berikut :
dalam rupiah
Uraian Nilai buku
AKTIVA
Kas 4.366.211.475,00
Antar Bank Aktiva 4.481.904.366,00
Kredit yang Diberikan 183.254.415.994,00
Cadangan Penghapusan Kredit yang Diberikan (2.678.327.107,00)
Aktiva Tetap 12.243.808.219,00
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap (1.953.147.543,00)
Aktiva Lain-Lain 568.719.387,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 540/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Uraian Nilai buku
8. Posisi Keuangan Bank Per Tanggal Neraca Akhir Likuidasi (30 Juni 2003)
Uraian 30-Jun-2003
183.855.424.310,00 165.474.551.307,00
KEWAJIBAN
a. Giro
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 541/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dalam rupiah
Uraian 30-Jun-2003
b. Tabungan
MODAL
Modal 10.000.000.000,00 10.000.000.000,00
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 542/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
30-April-05
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 543/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN
Dari pemeriksaan atas pengendalian intern yang meliputi lingkungan pengendalian dan
pengendalian pengamanan termasuk monitoring pada PT Bank Citrahasta Dhanamanunggal
(DL) menunjukkan masih adanya kelemahan dalam sistem pengendalian intern. Hal ini
nampak dalam uraian berikut:
a. Lingkungan Pengendalian
Dengan status bank yang telah dalam proses likuidasi, secara umum lingkungan
pengendalian pada PT Bank Citrahasta Dhanamanunggal (DL) tidak dapat diandalkan,
karena setiap unsur manajemen tidak dapat melakukan fungsinya secara memadai.
Sesuai dengan ketentuan yang ada, TL nantinya bertanggung jawab kepada Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Akan tetapi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, TL
juga harus menyelesaikan tagihan kepada debitur utamanya, yang pada umumnya terkait
dengan pemegang saham utama, antara lain dengan meminta tambahan jaminan
terhadap hutang-hutang mereka kepada bank yang telah berkategori macet.
Selain itu, secara subtansi tidak jelas siapa pemilik utama harta yang masih ada di PT
Bank Citrahasta Dhanamanunggal (DL), mengingat pada umumnya nilai kewajiban
Bank kepada pemerintah berupa saldo debet dan DTR lebih besar dari harta yang ada.
Disamping itu, saat ini PT Bank Citrahasta Dhanamanunggal (DL) juga sedang
menghadapi tuntutan dari kreditur yang merasa memiliki piutang pada Bank tetapi atas
simpanan tersebut tidak tercatat dalam Laporan Keuangan Penutupan PT Bank
Citrahasta Dhanamanunggal (DL).
Dari sisi ketentuan perusahaan, harta tersebut adalah milik pemegang saham, tetapi
dengan besarnya kewajiban kepada Pemerintah, maka Pemerintah merupakan pihak
yang lebih berhak terhadap harta yang masih ada. Dengan kondisi ini, TL kurang
memahami bahwa harta yang masih ada seharusnya sudah menjadi bagian keuangan
negara sehingga seluruh kegiatan TL seharusnya lebih diarahkan terhadap kepentingan
negara. Dalam kenyataanya pemegang saham utama masih besar pengaruhnya terhadap
pelaksanaan tugas TL sehari-hari yang dapat mengakibatkan tidak maksimalnya
pengembalian harta PT Bank Citrahasta Dhanamanunggal (DL) kepada Negara.
b. Pengendalian Pengamanan
Tidak ada pihak yang secara efektif menjadi pengawas dan regulator bagi BDL, baik itu
BI maupun Departemen Keuangan. Pihak BI selama ini hanya memantau posisi aset
dan kewajiban serta setoran ke Negara dari masing-masing BDL. Untuk hal-hal
tertentu, TL sering bertanya kepada BI, tetapi jawaban yang diberikan umumnya
menyatakan bahwa wewenang dan kewajiban memutuskan ada pada TL, sehingga TL-
lah yang harus memutuskan sendiri terhadap setiap masalah yang ditemui.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 544/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Ketidakjelasan ini mengakibatkan tidak adanya ketentuan dan atau prosedur yang
memadai dan secara tegas mengatur pelaksanaan tugas TL terutama dalam melakukan
pencairan aset dan pembayaran kewajiban kepada pemerintah.
Pelaksanaan audit selama ini di TL yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)
adalah untuk menentukan posisi aset dan kewajiban. Tidak ada audit yang ditujukan
untuk menilai kinerja TL dan atau memberikan opini terhadap laporan keuangan TL.
Audit yang dilakukan BPK-RI terhadap TL BDL adalah saat audit investigasi BLBI di
tahun 2000. Dengan demikian sejak tahun 2000 hingga tahun 2005, tidak ada
pengawasan yang memadai terhadap kinerja TL
Pemeriksaan BPK-RI ditahun 2000 adalah pemeriksaan investigasi sehingga tidak ada
Realisasi penagihan kredit sampai dengan April 2005 adalah seperti terdapat dalam
tabel berikut ini:
dalam rupiah
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 545/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dari data di atas didapatkan bahwa tingkat pengembalian untuk pihak terkait adalah
sebesar Rp1.703 juta atau 1,13 % dari total kredit pihak terkait, sedangkan untuk
pihak tidak terkait adalah sebesar Rp18.647 juta atau 57,63 % dari total kredit pihak
tidak terkait.
Rendahnya tingkat pengembalian kredit pihak terkait karena jaminan yang
diserahkan pihak terkait berupa tanah seluas 24,6 Ha dengan nilai likuidasi menurut
appraisal tanggal 10 Juli 2003 sebesar Rp148.000 juta, belum dapat dijual oleh TL
PT Bank Citrahasta Dhanamanunggal (DL).
Dari hasil pemeriksaan atas penagihan kredit tersebut dapat ditemukan adanya
penjualan agunan dari kreditur tidak sesuai dengan ketentuan yaitu:
Temuan - Penjualan aset jaminan senilai Rp700.000.000,00 dilakukan tanpa
melalui lelang dan tanpa melalui appraisal
1 PT Gema Tondoi 150.000.000,00 Tanah dan Bangunan SHGB No. Bank Citra BDL
Barito 1182 GS No. 58/1986 tgl : 125.000.000,00
15/3/1996 Jl. Wibisana Blok J.6 a/n
Emmi V Kelapa Gading Timur
Koja Jakarta Timur
3 Judadireja Diah 2.304.501.299,00 Tanah, SHGB No. 1007 a/n Rosali Agen Properti
R Jl. Pesanggrahan Luas 555 M2 425.000.000,00
Sisa tanah tanpa sertifikat seluas
157 m2
Hasil penjualan jaminan tersebut digunakan untuk mengurangi baki debet dari
masing-masing debitur.
Proses penjualan jaminan ini tidak sesuai dengan Surat Deputi Gubernur Senior BI
(Anwar Nasution) Nomor 1/4/DGS/DPIP/Rahasia tanggal 2 November 1999 yang
menyatakan bahwa nilai HTI dan agunan atau sejenisnya yang akan dijual harus
dilakukan appraisal oleh perusahaan penilai independen. Penjualan juga harus
dilakukan secara terbuka/lelang dengan mengacu kepada harga pasar.
Keputusan TL PT Bank Citrahasta Dhanamanunggal (DL) tersebut mengakibatkan
tidak bisa dilakukan penilaian oleh Tim BPK mengenai optimalisasi penerimaan.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 546/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
a) Pertimbangan Penjualan agunan dari debitur PT.Gema Tondoi Berito adalah
berdasarkan atas:
(1) Laporan appraisal intern tahun 1997 dengan nilai pasar atas objek tersebut
adalah sebesar Rp123.525.000,00;
(2) NJOP atas objek pajak tersebut adalah sebesar Rp124.080.000,00;
(3) Sisa kewajiban debitur Gema Tondoi Barito dihapusbukukan karena debitur
bersangkutan sudah tidak lagi mempunyai kemampuan untuk membayar
dan Sdr. Beni Abubakar (Dirut) yang seharusnya bertanggung jawab sudah
tidak diketahui keberadaannya.
berdasarkan atas:
(1) Laporan appraisal intern tahun 1995 dengan nilai pasar atas objek tersebut
adalah sebesar Rp143.000.000,00
(2) Kondisi agunan pada saat dijual sudah tidak ditempati selama kurang lebih
2 tahun sehingga sudah tidak terawat berdasarkan peninjauan langsung
yang dilakukan pada tanggal 15 April 1998 oleh Bpk. Ferdinand N.P (TL),
Gusril Bahar (Staff TL) dan Abraham Wattimena (Staff TL) sehingga
dikhawatirkan nilai bangunan akan terus menyusut
(3) Agunan tersebut sudah dibebani Hak Tanggungan sehingga apabila agunan
tersebut harus dijual maka harus melalui mekanisme lelang dimana akan
memakan biaya +/- Rp25.000.000,- dan belum tentu mendapat pembeli
dengan harga yang maksimal.
(4) Proses penyerahan agunan tersebut melalui pengacara PT Bank Citrahasta
(DL) Bpk. Sofyan, SH.
c) Pertimbangan penjualan agunan dari debitur Judadireja adalah berdasarkan atas:
(1) NJOP atas objek pajak tersebut adalah sebesar Rp213.816.000,00;
(2) Agunan tersebut pada awalnya dalam bentuk tanah dan bangunan namun
atas persetujuan Direksi Bank Citra agunan tersebut dibangun ruko yang
menurut perhitungan debitur secara ekonomis lebih menguntungkan dan
dapat menyelesaikan kewajibannya kepada Bank Citra pada waktu itu;
(3) Kondisi tanah agunan sejak ditangani oleh TL menurut penilaian kami
sudah tidak marketable karena terletak dibelakang ruko yang sudah laku
terjual dan hanya mempunyai alternatif jalan yang sangat sempit (lebar
jalan + 2 m) sehingga harus ada pembebasan lahan penduduk sekitar untuk
mendapat alternatif jalan yang lebih baik, sehingga sangat sulit bagi TL
untuk mencari calon pembeli yang berminat atas agunan tersebut;
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 547/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
(4) Penawaran yang pernah dilakukan oleh Agen Properti Era Gemilang hanya
sebesar Rp400.000.000,00.
TL dalam melakukan penjualan aset baik aset bank, aset milik grup maupun barang
jaminan dilakukan dengan cara lelang umum, penjualan/penebusan oleh debitur
sendiri maupun melalui pihak ketiga seperti agen properti.
Dari harta tetap dan inventaris PT Bank Citrahasta Dhanamanunggal (DL) per
tanggal 30 Oktober 1997 sebesar Rp12.244 juta, sampai dengan April 2005 telah
terjual sebesar Rp11.092 juta dengan rincian nampak dalam tabel berikut:
dalam rupiah
Nilai Buku
No Jenis Harta Tetap dan Inventaris Harga Jual
31-Okt-97
Dari hasil pemeriksaan atas penjualan aset berdasarkan dokumen yang kami terima
kami tidak menemukan hal-hal material yang dilaksanakan tidak sesuai
dengan ketentuan.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 548/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dalam rupiah
Tanggal Keterangan Pembayaran Saldo
DTR I 2.197.010.000,00
DTR II 42.395.000.000,00
Realisasi pembayaran kepada pihak ketiga lainnya sampai dengan tanggal 31 April
2005 adalah sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 549/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
Dalam rupiah
Cara Pembayaran
Jenis Kewajiban DPK
01-Nov-97
Simpanan Dana Talangan (Pencairan
Dana Sendiri
Aset) Offset Per 30 April 2005
a. Giro
b. Deposito
c. Tabungan
Dari hasil pemeriksaan atas pembayaran kewajiban berdasarkan dokumen yang diterima
kami tidak menemukan hal-hal material yang dilaksanakan tidak sesuai dengan
ketentuan
c. Realisasi Biaya Operasional
Realisasi biaya operasional dari tanggal Likuidasi sampai dengan tanggal 31 April 2005
adalah sebagai berikut:
dalam rupiah
Jenis Biaya Jumlah
Dari hasil pemeriksaan atas biaya operasional, berdasarkan dokumen yang diterima
kami tidak menemukan hal-hal material yang dilaksanakan tidak sesuai dengan
ketentuan.
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 550/551
7/15/2019 Audit BPK 2006
dalam rupiah
Uraian 30-Apr-05
http://slidepdf.com/reader/full/audit-bpk-2006 551/551