Anda di halaman 1dari 20

Penyiapan File Laporan RBB dan Pengiriman via Apolo

Posted on December 4, 2017by zinsari


Penyampaian laporan RBB BPR untuk tahun rencana 2018 wajib disampaikan secara
online ke OJK melalui aplikasi Apolo selambat-lambatnya 15 Des 2017. Proses
penyiapan file kirim dilakukan melalui aplikasi RBB Client.

Sebelum masuk ke aplikasi RBB Client, harus terlebih dahulu disiapkan 2 jenis file,
yaitu:

 File PDF untuk lampiran kualitatif yang isinya berupa uraian-uraian


 File TXT untuk lampiran kuantitatif yang isinya berupa angka-angka
Penamaan file harus mengikuti ketentuan, berikut adalah daftar lampiran dan contoh
penamaan file, dimana 601025 adalah sandi BPR, jadi harap diganti sesuai sandi BPR
masing-masing.
Jenis file PDF dapat dibuat dengan menggunakan Ms.Word untuk format lampiran
sesuai Surat Edaran OJK no 52/SEOJK.03/2016 tentang Rencana Bisnis BPR. Setelah
itu disimpan dengan extension PDF, atau menggunakan aplikasi konversi dari Word ke
PDF.
Sedangkan jenis file TXT dapat dibuat dengan menginput langsung (atau link dari
aplikasi lain) ke dalam aplikasi excel (Template Rencana Bisnis BPR yang disediakan
oleh OJK), dimana pada setiap sheet yang diisi sudah disediakan fasilitas berupa
formula konversi isian excel ke format TXT. Hasil konversi TXT ini dicopy ke aplikasi
Notepade++ dan disimpan dengan nama sesuai ketentuan penamaan file lampiran TXT.

Langkah selanjutnya proses file PDF dan file TXT melalui aplikasi RBB Client. Jika
berhasil maka akan terbentuk file kirim, sehingga dapat dilanjutkan pengiriman ke OJK
melalui aplikasi RBB Client atau aplikasi Apolo.

Mungkin ada yg terkendala desimal, berbeda antara di excel dengan di txt, jangan
panik, coba periksa format pada setting region di komputernya…
Semoga lancar…
Report this ad

Report this ad

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Untuk pertama kalinya BPR harus menyampaikan Laporan


Pelaksanaan dan Pokok-pokok Hasil Audit Intern periode 31-
12-2017
Posted on October 14, 2017by zinsari
Pemenuhan Struktur Organisasi – Peraturan Otoritas Jasa Keuangan no
4/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola bagi BPR dan Surat Edaran Otoritas
Jasa Keuangan no 7/SEOJK.03/2016 tentang Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern
BPR mewajibkan BPR:
 membentuk Satuan Kerja Audit Intern (bagi BPR yang memiliki modal inti paling
sedikit Rp 50 miliar) atau
 menunjuk seorang Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
fungsi audit intern (bagi BPR yang memiliki modal inti kurang dari Rp 50 miliar).
Pembentukan SKAI atau penunjukkan PE Audit Intern selambat-lambatnya 31-03-
2017. Tugas dan tanggung jawab SKAI/PE Audit Intern adalah:

 membantu tugas Direktur Utama dan Dewan Komisaris dalam melakukan


pengawasan operasional BPR yang mencakup perencanaan, pelaksanaan maupun
pemantauan hasil audit;
 membuat analisis dan penilaian di bidang keuangan, akuntansi, operasional dan
kegiatan lainnya paling sedikit dengan cara pemeriksaan langsung dan analisis
dokumen;
 mengidentifikasi segala kemungkinan untuk memperbaiki dan meningkatkan
efisiensi penggunaan sumber daya dan dana; dan
 memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang
diperiksa pada semua tingkatan manajemen.
Etika Auditor Intern – Auditor Intern harus memiliki Kode Etik Profesi yang antara
lain mengacu pada Code of Ethics dari The Institute of Internal Auditors. Kode etik
tersebut paling sedikit memuat keharusan untuk:
 berperilaku jujur, santun, tidak tercela, objektif dan bertanggung jawab;
 memiliki dedikasi tinggi;
 tidak menerima dan tidak akan menerima apapun yang dapat mempengaruhi
pendapat profesionalnya;
 menjaga prinsip kerahasiaan sesuai ketentuan dan peraturan perundang-undangan;
dan
 terus meningkatkan kemampuan profesionalnya.
Sikap Mental Auditor Intern – Auditor Intern harus memiliki sikap mental yang
baik yang tercermin dari:
 Kejujuran,
 Objektivitas,
 Ketekunan, dan
 Loyalitasnya kepada profesi.
Kewajiban Penyampaian Laporan – BPR wajib menyampaikan Laporan
Pelaksanaan dan Pokok-pokok Hasil Audit Intern kepada Otoritas Jasa Keuangan setiap
tahunnya, dan untuk pertama kalinya adalah periode yang berakhir 31-12-2017.
1. Laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit intern paling sedikit memenuhi
standar yaitu tertulis, diuraikan secara singkat dan mudah dipahami, objektif,
konstruktif, dan sistematis.
2. Laporan disusun oleh SKAI atau PE Audit Intern dan disampaikan kepada Direktur
Utama dan Dewan Komisaris dengan tembusan kepada anggota Direksi yang
membawahkan fungsi kepatuhan.
3. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada angka 2), BPR menyampaikan
laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit intern termasuk informasi hasil
audit yang bersifat rahasia kepada Otoritas Jasa Keuangan.
4. Laporan ditandatangani oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama serta
disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat pada tanggal 31 Januari
tahun berikutnya.
Laporan hasil audit periode 31-12-2017 disampaikan ke Otoritas Jasa Keuangan
selambat-lambatnya 31-01-2018.

Zpro Consulting memberikan pelatihan untuk menyiapkan tenaga audit intern BPR,
yang mampu:

 memahami sistem pengendalian intern (spin)


 menguasai metode-metode pemeriksaan
 memahami standar pelaksanaan audit intern
 membuat rencana kegiatan audit tahunan
 membuat program audit
 membuat kertas kerja audit
 melaksanakan penugasan audit
 membuat rumusan temuan audit
 membuat laporan hasil audit dan tindak lanjut hasil audit
 membuat laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit
 melakukan dokumentasi dan administrasi audit

Lihat menu Jadwal Pelatihan

Posted in Uncategorized | Leave a comment


Pelatihan Menyusun RBB BPR
Posted on October 10, 2017by zinsari
Zpro Consulting akan mengadakan training Menyusun Rencana Bisnis yang
dilengkapi dengan penggunaan aplikasi excel untuk menghasilkan laporan proyeksi
neraca dan laba/rugi sesuai format yang ditetapkan dalam lampiran SE OJK no
52/SEOJK.03/2017.

Agenda:
1. Tempat Pelatihan: Hotel Luminor Jakarta, Jl Pecenongan no 35 Jakarta
2. Tanggal: 13-14 Okt 2017
 Jum’at, 13-10-2017 Jam 08:30 sd 17:00 Merencanakan target dan proyeksi dg
aplikasi Zpro RBB
 Sabtu, 14-10-2017 Jam 08:30 sd 12:00 Menyusun RBB sesuai format OJK, file
kuantitatif dan kualitatif
Biaya Investasi:
 Rp. 2.850.000,- tidak menginap
 Rp. 3.500.000,- menginap 1 malam, sudah termasuk breakfast
 Rp. 4.150.000,- menginap 2 malam, sudah termasuk breakfast
 Rp. 4.800.000,- menginap 3 malam, sudah termasuk breakfast
Biaya tersebut sudah termasuk:

 Flashdisk berisi program aplikasi Zpro RKAT versi 2017


 Hak pakai aplikasi Zpro RKAT versi 2017
 Modul pelatihan (jilid spiral) untuk tiap peserta
 Sertifikat pelatihan untuk tiap peserta
Batas waktu pendaftaran: 11/10/2017 Jam 15:00 WIB

Surat penawaran dan formulir pendaftaran dapat di download disini:

 Surat Penawaran Training Rencana Bisnis DKI


 Form Pendaftaran RBB Jakarta 13-14 Okt 2017
Aplikasi Zpro RBB memiliki spesifikasi sbb:
 Menggunakan Macro Microsoft Excel
 Menerapkan konsep bottom up
 Mengacu pada PA-BPR (SAK-ETAP)
 Rencana Penyaluran Kredit dg metode Flat dan/atau Anuitas dengan jangka waktu
sd 20 tahun
 Mengatur keseimbangan penyaluran dana dengan penghimpunan dana
 Neraca & Laba Rugi awal periode dapat menggunakan posisi Oktober kemudian
diproyeksi ke Desember atau langsung input posisi bulan Desember.
 Menghasilkan proyeksi neraca & Labarugi :
 Bulanan, Triwulan, Smester
 1 Tahunan, 2 Tahunan, 3 Tahunan, 4 Tahunan, 5 Tahunan
 Proyeksi Neraca dan Laba Rugi untuk BPR dg Modal Inti < Rp 50 miliar
 Proyeksi Neraca dan Laba Rugi untuk BPR dg Modal Inti ≥ Rp 50 miliar
 Menghasilkan perkiraan rasio-rasio keuangan atas proyeksi laporan keuangan
Posted in bank perkreditan rakyat, bpr, RBB, Rencana Bisnis, training, Uncategorized | Leave a comment

Kebijakan dan Prosedur Penerapan Program APU dan PPT


Posted on September 14, 2017by zinsari
Penerapan Program APU dan PPT pada BPR/BPRS wajib mengacu pada
Peraturan OJK no 12/POJK.01/2017 dan Surat Edaran no 32/POJK.03/2017
tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan

Salah satu kewajiban yang harus dipenuhi adalah melakukan penyesuaian Kebijakan
dan Sistem Prosedur terhadap POJK dan SEOJK tersebut.

Kebijakan dan Sistem Prosedur paling kurang mencakup:


1. Identifikasi dan verifikasi Nasabah;
2. Identifikasi dan verifikasi Beneficial Owner;
3. Penutupan hubungan usaha atau penolakan transaksi;
4. Pengelolaan risiko Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme yang
berkelanjutan terkait dengan Nasabah, negara, produk dan jasa serta jaringan
distribusi (delivery channels);
5. Pemeliharaan data yang akurat terkait dengan transaksi, penatausahaan proses
CDD, dan penatausahaan kebijakan dan prosedur;
6. Pengkinian dan pemantauan;
7. Pelaporan kepada pejabat senior, Direksi dan Dewan Komisaris terkait pelaksanaan
kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT; dan
8. Pelaporan kepada PPATK.
Kebijakan dan prosedur penerapan program APU dan PPT wajib dilaksanakan
secara konsisten dan berkesinambungan.
Terkait dengan pengembangan produk dan praktik usaha baru, termasuk
mekanisme distribusi baru, dan penggunaan teknologi baru atau pengembangan
teknologi untuk produk baru maupun produk yang telah ada, maka BPR wajib
mengidentifikasi dan melakukan penilaian risiko tindak pidana Pencucian Uang
dan/atau tindak pidana Pendanaan Terorisme. Sebelum produk, praktik usaha dan
teknologi diluncurkan atau digunakan wajib melakukan penilaian risiko
Untuk mengelola dan memitigasi risiko, BPR wajib melakukan tindakan yang
memadai.
Kebijakan Uji Tuntas
Uji Tuntas Nasabah (Customer Due Diligence) yang selanjutnya disingkat CDD adalah
kegiatan berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan oleh BPR
untuk memastikan transaksi sesuai dengan profil, karakteristik, dan/atau pola transaksi
Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC.
Uji Tuntas Nasabah (CDD – Customer Due Diligence) dilakukan pada saat:
 Melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah;
 Terdapat transaksi keuangan dengan mata uang rupiah paling sedikit atau setara
dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
 Terdapat indikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan yang terkait dengan Pencucian
Uang dan/atau Pendanaan Terorisme; atau
 Terdapat keraguan kebenaran informasi yang diberikan oleh Calon Nasabah,
Nasabah, penerima kuasa, dan/atau Pemilik Manfaat (Beneficial Owner).
Dalam hal Calon Nasabah, WIC, atau Nasabah tergolong berisiko tinggi, termasuk PEP
(Politically Expossed Person) dan/atau dalam area berisiko tinggi, maka harus
menerapkan Uji Tuntas Lanjut (EDD – Enhanced Due Diligence), yaitu tindakan CDD
yang lebih mendalam.

Kebijakan Identifikasi dan Verifikasi


Dalam rangka melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah, maka
Pejabat/petugas BPR wajib:

1. melakukan identifikasi Calon Nasabah untuk mengetahui profil Calon Nasabah; dan
2. melakukan verifikasi atas informasi dan dokumen pendukung Calon Nasabah
sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
3. melakukan verifikasi kebenaran identitas Calon Nasabah melalui pertemuan
langsung (face to face) dengan Calon Nasabah pada awal melakukan hubungan
usaha dalam rangka meyakini kebenaran identitas Calon Nasabah.
4. Proses verifikasi melalui pertemuan langsung (face to face) dapat digantikan dengan
verifikasi melalui sarana elektronik milik BPR, dengan ketentuan sebagai berikut:
 verifikasi dilakukan melalui proses dan sarana elektronik milik BPR dan/atau milik
Calon Nasabah; dan
 verifikasi wajib memanfaatkan data kependudukan yang memenuhi 2 (dua) faktor
otentikasi.
Dalam hal berdasarkan penilaian terdapat perubahan tingkat risiko Nasabah, maka
dilakukan indentifikasi dan verifikasi ulang.

Identifikasi dan verifikasi ulang dilakukan sesuai dengan pendekatan risiko, yaitu dalam
hal:

 Terdapat peningkatan nilai transaksi yang signifikan.


 Terdapat perubahan standar dokumentasi yang mendasar.
 Terdapat perubahan profil Nasabah yang bersifat signifikan, antara lain perubahan
pola transaksi yang signifikan atau substansial Informasi pada profil Nasabah yang
tersedia dalam Customer Identification File (CIF) belum dilengkapi dengan
dokumen yang dipersyaratkan.
 Menggunakan rekening anonim atau rekening yang menggunakan nama fiktif.
Proses verifikasi identitas harus diselesaikan sebelum membuka hubungan usaha
dengan calon Nasabah atau sebelum melakukan transaksi dengan WIC.

Proses verifikasi identitas dapat diselesaikan kemudian dalam hal memenuhi kondisi
antara lain kelengkapan dokumen tidak dapat dipenuhi pada saat hubungan usaha akan
dilakukan, misalnya karena dokumen identitas masih dalam proses pengurusan atau
anggaran dasar masih dalam proses pengesahan. Proses verifikasi harus segera
diselesaikan setelah terjadi hubungan usaha.

Kebijakan tentang Pemilik Manfaat


 Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC yang membuka hubungan usaha atau
melakukan transaksi, wajib dipastikan apakah bertindak untuk diri sendiri atau
untuk kepentingan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner).
 Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, atau WIC bertindak untuk kepentingan
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), maka wajib melakukan CDD terhadap
Pemilik Manfaat (Beneficial Owner).
 Dalam hal Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) tergolong sebagai PEP maka
prosedur yang diterapkan adalah prosedur EDD.
 Dalam hal terdapat perbedaan tingkat risiko antara Calon Nasabah, Nasabah,
atau WIC dengan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), penerapan CDD
dilakukan mengikuti tingkat risiko yang lebih tinggi.
 Kewajiban melakukan CDD terhadap Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) tidak
berlaku bagi calon Nasabah, Nasabah atau WIC yang memiliki tingkat risiko
rendah.
Kebijakan tent Nasabah Risiko Tinggi
 Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC yang
memenuhi kriteria berisiko tinggi dibuat dalam daftar tersendiri.
 Sistem manajemen risiko diterapkan untuk menentukan apakah Calon Nasabah,
Nasabah, Pemilik Manfaat atau WIC termasuk kriteria berisiko tinggi.
 Kriteria berisiko tinggi dilihat dari:
1. latar belakang atau profil Calon Nasabah, Nasabah Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner), atau WIC termasuk Nasabah Berisiko Tinggi (High Risk Customers);
2. produk sektor jasa keuangan yang berisiko tinggi untuk digunakan sebagai
sarana Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme;
3. transaksi dengan pihak yang berasal dari Negara Berisiko Tinggi (High Risk
Countries);
4. transaksi tidak sesuai dengan profil;
5. termasuk dalam kategori PEP;
6. bidang usaha Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial Owner),
atau WIC termasuk usaha yang berisiko tinggi (High Risk Business);
7. negara atau teritori asal, domisili, atau dilakukannya transaksi Calon Nasabah,
Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC termasuk Negara
Berisiko Tinggi (High Risk Countries);
8. tercantumnya Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial Owner),
atau WIC dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris; atau
9. Transaksi yang dilakukan Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner), atau WIC diduga terkait dengan tindak pidana di sektor jasa keuangan,
tindak pidana Pencucian Uang, dan/atau tindak pidana Pendanaan Terorisme.
Dalam hal Calon Nasabah, Nasabah, Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), atau WIC
tergolong berisiko tinggi, termasuk PEP, maka dilakukan EDD.
PENGELOLAAN RISIKO PENCUCIAN UANG DAN/ATAU
PENDANAAN TERORISME YANG BERKELANJUTAN TERKAIT
DENGAN NASABAH, NEGARA, PRODUK DAN JASA SERTA
JARINGAN DISTRIBUSI
Dalam melakukan penerapan program APU dan PPT berbasis risiko (risk-based
approach), BPR melakukan kegiatan identifikasi risiko bawaan (inherent risk),
penetapan toleransi risiko, penyusunan langkah-langkah mitigasi dan pengendalian
risiko, evaluasi risiko residual (residual risk), penerapan pendekatan berbasis risiko,
serta peninjauan dan evaluasi pendekatan berbasis risiko yang telah dimiliki.
Identifikasi Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme.

 Nasabah
 Negara atau Area Geografis
 Produk, Jasa, atau Transaksi
 Jaringan Distribusi (Delivery Channels)
Mempertimbangkan faktor relevan lainnya yang dapat memberikan dampak pada risiko
Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme, antara lain:

1. tren tipologi, metode, teknik dan skema Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme
2. model bisnis Bank, termasuk skala usaha, jumlah kantor cabang, dan jumlah
pegawai sebagai faktor risiko bawaan (inherent risk) dalam intern Bank.
Penilaian Risiko

 Melakukan identifikasi terhadap masing-masing faktor diatas dengan


mempertimbangkan kemungkinan dan dampak terjadinya risiko Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme.
 Menentukan tingkat risiko Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme dengan
mempertimbangkan hasil identifikasi terhadap masing-masing faktor. Tingkat risiko
dimaksud dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori yaitu rendah, menengah, dan tinggi.
 Tingkat risiko dari setiap faktor dapat dinilai dengan menggunakan
parameter likelihood (kemungkinan terjadinya risiko) dan impact (dampak kerugian
yang dialami oleh Bank dalam hal risiko terjadi).
Skala Kemungkinan (Likelihood Scale)
Skala kemungkinan (likelihood scale) mengacu pada potensi risiko Pencucian Uang
dan/atau Pendanaan Terorisme yang terjadi untuk setiap risiko tertentu yang dinilai.

Kemungkinan Risiko Pencucian Uang dan/atau Pendanaan


Frekuensi Terorisme
Sering terjadi lebih dari 1 kali dalam 1 tahun
Cukup sering terjadi 1 kali dalam 1 tahun
Jarang tidak terjadi namun bukan berarti tidak mungkin terjadi
Skala Dampak (Impact Scale)
Skala dampak (impact scale) mengacu pada tingkat keparahan atau kerusakan yang
dialami jika kemungkinan risiko terjadi. Dampak dari risiko Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme dapat dilihat dari beberapa sudut pandang antara lain terhadap
dampak jumlah kerugian jika risiko terjadi terhadap usaha BPR seperti menderita
kerugian keuangan baik dari tindak pidana atau melalui sanksi yang dikenakan oleh
OJK.

Dampak terhadap risiko Pencucian Uang dan Pendanaan


Konseku ensi Terorisme
berdampak besar terhadap risiko Pencucian Uang dan Pendanaan
Besar Terorisme
berdampak sedang terhadap risiko Pencucian Uang dan Pendanaan
Sedang Terorisme
berdampak kecil terhadap risiko Pencucian Uang dan Pendanaan
Kecil Terorisme
Matriks Risiko dan Nilai Risiko
Matriks risiko adalah matriks yang digunakan untuk menggabungkan kemungkinan
risiko yang terjadi dan dampak risiko yang terjadi untuk mendapatkan nilai risiko.
Selanjutnya, BPR menyusun tabel nilai risiko yang dapat digunakan untuk membantu
pengambilan keputusan dan membantu dalam menentukan tindakan memitigasi risiko
secara keseluruhan.
Penetapan Toleransi Risiko
Toleransi risiko merupakan komponen penting dari manajemen risiko yang efektif.
Dalam menetapkan toleransi risiko, Bank perlu antara lain mempertimbangkan
kemampuannya dalam menghadapi ancaman terkait Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme, seperti batasan jumlah nasabah berisiko tinggi dan/atau
karakteristik yang melekat pada produk berisiko tinggi, yang dapat mempengaruhi
risiko Bank secara keseluruhan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai penerapan manajemen risiko bagi
Bank.

Penyusunan Langkah-Langkah Mitigasi dan Pengendalian Risiko


Mitigasi risiko adalah penerapan pengendalian risiko untuk membatasi risiko Pencucian
Uang dan/atau Pendanaan Terorisme yang telah diidentifikasi dalam melakukan penilaian
risiko. Mitigasi risiko akan membantu kegiatan usaha Bank tetap berada dalam toleransi
risiko yang telah ditetapkan.
Bank harus mengembangkan strategi mitigasi risiko secara tertulis (berupa kebijakan dan
prosedur untuk memitigasi risiko) dan menerapkannya pada area atau hubungan usaha
sesuai dengan tingkat risiko sebagaimana hasil identifikasi.
Mitigasi dan pengendalian risiko didasarkan pada toleransi risiko dan tingkat risiko yang
diambil (risk appetite). Mitigasi dan pengendalian risiko harus sepadan dengan risiko yang
telah diidentifikasi oleh Bank.
Seluruh kegiatan usaha Bank harus memiliki langkah pengendalian risiko sebagai langkah
mitigasi terhadap seluruh faktor risiko yang telah diidentifikasi dan sesuai dengan tingkat
risiko pada area atau hubungan usaha, yang dilanjutkan dengan proses pemantauan dan
dokumentasi secara memadai.

Posted in Uncategorized | Leave a comment


Menyusun Rencana Bisnis BPR 2018
Posted on August 13, 2017by zinsari
Berdasarkan POJK no 37/POJK.03/2016 tentang Rencana Bisnis Bank Perkreditan
Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, BPR/BPRS wajib menyusun Rencana
Bisnis secara realistis setiap tahun.
Rencana Bisnis mencakup rencana jangka pendek, jangka menengah dan/atau rencana
strategis jangka panjang. Rencana Bisnis tahun wajib disampaikan ke Otoritas Jasa
Keuangan selambat-lambatnya 15 Desember sebelum tahun Rencana Bisnis dimulai,
sehingga untuk RBB 2018 wajib disampaikan selambat-lamatnya 15 Desember 2017.
Modal Inti kurang dari Rp 50 M menyampaikan kinerja BPR:

 posisi aktual akhir bulan Oktober tahun penyusunan Rencana Bisnis BPR;
 proyeksi akhir bulan Desember tahun penyusunan Rencana Bisnis BPR;
 proyeksi 1 (satu) tahun ke depan yang disajikan secara semesteran
Modal Inti paling sedikit dari Rp 50 M menyampaikan kinerja BPR:

 posisi aktual akhir bulan Oktober tahun penyusunan Rencana Bisnis BPR;
 proyeksi akhir bulan Desember tahun penyusunan Rencana Bisnis BPR;
 proyeksi 1 (satu) tahun ke depan yang disajikan secara semesteran; dan
 proyeksi akhir tahun kedua dan ketiga yang disajikan secara tahunan.
Rencana Bisnis BPR disusun oleh Direksi dan mendapat persetujuan dari Dewan
Komisaris. Seluruh Anggota Dewan Komisaris wajib menghadiri rapat untuk agenda
penetapan Rencana Bisnis. Direksi juga diwajibkan mengkomunikasikan Rencana
Bisnis yang disusun kepada Pemegang Saham dan seluruh jenjang organisasi yang ada.

Direksi wajib menyampaikan laporan Realisasi Rencana Bisnis setiap semester


selambat-lambatnya 1 bulan setelah semester dimaksud berakhir, sementara itu Dewan
Komisaris diwajibkan menyampaikan laporan Pengawasan Rencana Bisnis secara
semesteran selambat-lambatnya 2 bulan setelah semester dimaksud berakhir.

Zpro Consulting mengadakan training Menyusun Rencana Bisnis yang dilengkapi


dengan penggunaan aplikasi excel untuk menghasilkan laporan proyeksi neraca dan
laba/rugi sesuai format yang ditetapkan dalam lampiran SE OJK no
52/SEOJK.03/2017.

Jadwal Public Training


 Venue : Hotel Luminor Jakarta
 Hari/tgl : Jum’at-Sabtu, 13-14 Okt 2017
Surat penawaran dan formulir pendaftaran bisa download disini:

 Surat Penawaran Training Rencana Bisnis


 Form Pendaftaran RBB Jakarta 13-14 Okt 2017

Posted in Uncategorized | 5 Comments

Untuk pertama kalinya BPR harus menyampaikan Laporan


Pelaksanaan dan Pokok-pokok Hasil Audit Intern periode 31-
12-2017
Posted on June 5, 2017by zinsari

Silahkan download dengan klik link berikut:

 Surat Penawaran – Audit Intern di Jakarta 11-12 Agustus 2017


 Form Pendaftaran Audit Intern
Pemenuhan Struktur Organisasi – Peraturan Otoritas Jasa Keuangan no
4/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola bagi BPR dan Surat Edaran Otoritas
Jasa Keuangan no 7/SEOJK.03/2016 tentang Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern
BPR mewajibkan BPR:
 membentuk Satuan Kerja Audit Intern (bagi BPR yang memiliki modal inti paling
sedikit Rp 50 miliar) atau
 menunjuk seorang Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
fungsi audit intern (bagi BPR yang memiliki modal inti kurang dari Rp 50 miliar).
Pembentukan SKAI atau penunjukkan PE Audit Intern selambat-lambatnya 31-03-
2017. Tugas dan tanggung jawab SKAI/PE Audit Intern adalah:

 membantu tugas Direktur Utama dan Dewan Komisaris dalam melakukan


pengawasan operasional BPR yang mencakup perencanaan, pelaksanaan maupun
pemantauan hasil audit;
 membuat analisis dan penilaian di bidang keuangan, akuntansi, operasional dan
kegiatan lainnya paling sedikit dengan cara pemeriksaan langsung dan analisis
dokumen;
 mengidentifikasi segala kemungkinan untuk memperbaiki dan meningkatkan
efisiensi penggunaan sumber daya dan dana; dan
 memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang
diperiksa pada semua tingkatan manajemen.
Etika Auditor Intern – Auditor Intern harus memiliki Kode Etik Profesi yang antara
lain mengacu pada Code of Ethics dari The Institute of Internal Auditors. Kode etik
tersebut paling sedikit memuat keharusan untuk:
 berperilaku jujur, santun, tidak tercela, objektif dan bertanggung jawab;
 memiliki dedikasi tinggi;
 tidak menerima dan tidak akan menerima apapun yang dapat mempengaruhi
pendapat profesionalnya;
 menjaga prinsip kerahasiaan sesuai ketentuan dan peraturan perundang-undangan;
dan
 terus meningkatkan kemampuan profesionalnya.
Sikap Mental Auditor Intern – Auditor Intern harus memiliki sikap mental yang
baik yang tercermin dari:
 Kejujuran,
 Objektivitas,
 Ketekunan, dan
 Loyalitasnya kepada profesi.
Kewajiban Penyampaian Laporan – BPR wajib menyampaikan Laporan
Pelaksanaan dan Pokok-pokok Hasil Audit Intern kepada Otoritas Jasa Keuangan setiap
tahunnya, dan untuk pertama kalinya adalah periode yang berakhir 31-12-2017.
1. Laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit intern paling sedikit memenuhi
standar yaitu tertulis, diuraikan secara singkat dan mudah dipahami, objektif,
konstruktif, dan sistematis.
2. Laporan disusun oleh SKAI atau PE Audit Intern dan disampaikan kepada Direktur
Utama dan Dewan Komisaris dengan tembusan kepada anggota Direksi yang
membawahkan fungsi kepatuhan.
3. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada angka 2), BPR menyampaikan
laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit intern termasuk informasi hasil
audit yang bersifat rahasia kepada Otoritas Jasa Keuangan.
4. Laporan ditandatangani oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama serta
disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat pada tanggal 31 Januari
tahun berikutnya.
Laporan hasil audit periode 31-12-2017 disampaikan ke Otoritas Jasa Keuangan
selambat-lambatnya 31-01-2018.

Zpro Consulting memberikan pelatihan untuk menyiapkan tenaga audit intern BPR,
yang mampu:
 memahami sistem pengendalian intern (spin)
 menguasai metode-metode pemeriksaan
 memahami standar pelaksanaan audit intern
 membuat program audit
 membuat kertas kerja audit
 membuat memo audit dan konfirmasi
 melaksanakan penugasan audit
 membuat laporan hasil audit dan tindak lanjut hasil audit
 melakukan dokumentasi dan administrasi audit
Angkatan 1 : 4-5 Agustus 2017 (sudah full)

Angkatan 2: 11-12 Agustus 2017 (open pendaftaran)

Untuk permintaan pelatihan, silahkan kirim email ke zinsari@yahoo.co.id


Posted in Audit Intern, bank perkreditan rakyat, bpr, Kompetensi, Tata Kelola | 6 Comments

Pelatihan Penerapan Apu-Ppt bagi BPR/BPRS menjelang


dilaksanakannya Mutual Evaluation Review 2017
Posted on April 1, 2017by zinsari
Sesuai ketentuan keanggotaan Asia Pacific
Group on Money Laundering (APG), negara yang bergabung dalam APG berkomitmen
untuk melaksanakan sistem Mutual Evaluation Review guna menilai tingkat kepatuhan
dengan Rekomendasi FATF sebagai standar internasional Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU-PPT).
Sebagai komitmen terhadap pelaksanaan anti pencucian uang dan pencegahan
pendanaan terorisme, pada tahun 1999, Indonesia telah menjadi anggota APG. Sebagai
anggota APG, Indonesia telah melalui proses Mutual Evaluation pada tahun 2008 dan
selanjutnya direncanakan akan dilaksanakan pada kuartal 4 tahun 2017. Otoritas Jasa
Keuangan telah mengeluarkan peraturan nomor 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan
Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa
Keuangan, sehingga diharapkan ada keseragaman di dalam pelaksanaannya bagi
seluruh Pelaku Jasa Keuangan (PJK).
Bagi bank perkreditan rakyat sebagai pelaku jasa keuangan diharapkan dapat
meningkatkan kemampuannya dalam hal penerapan anti pencucian uang dan
pencegahan pendanaan terorisme, termasuk memenuhi ketentuan yang diatur dalam
POJK tersebut.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh BPR antara lain:

1. Menyesuaikan kebijakan internal dan prosedur kerja guna menjamin optimalissi


upaya anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Memastikan kompetensi sumber daya manusianya untuk dapat
melakukan Customer Due Dilligence maupun Enhcance Due Dilligence dengan baik.
3. Secara konsisten menyampaikan kepada PPATK, laporan transaksi keuangan
mencurigakan, transaksi tunai sesuai ketentuan nominal wajib lapor dan laporan
lain yang diminta oleh PPATK.
4. Menatausahakan seluruh dokumen transaksi dan dokumen pelaporan dengan baik.
POJK no 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan telah diberlakukan sejak 21
Maret 2017. Penyedia Jasa Keuangan (PJK) wajib menyampaikan action plan untuk
penerapan program apu dan ppt kepada OJK selambat-lambatnya pada akhir Mei 2017.
Selain itu, PJK diberi waktu maksimal 6 bulan untuk menyesuaikan kebijakan dan
prosedurnya sejak tanggal diberlakukannya peraturan tersebut.
Dalam rangka mendukung pencapaian kompetensi SDM BPR dan BPRS, maka Zpro
Consulting akan mengadakan kelas pelatihan sbb:

 06 Mei 2017 – Jakarta


 13 Mei 2017 – Lampung
 20 Mei 2017 – Selat Panjang
 24 Mei 2017 – Hotel Menara Peninsula, Jakarta
Untuk informasi permintaan training dapat via email ke
zinsari@yahoo.co.id
Posted in Anti Money Loundering, bank perkreditan rakyat, bpr, training, Uncategorized | 1 Comment

Anda mungkin juga menyukai