DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Landasan Hukum Penugasan Direktur yang membawahkan
Kepatuhan
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pelaksanaan fungsi kepatuhan PT Bank Pembangunan Daerah …. (selanjutnya disebut Bank) & Unit Usaha Comment [PK1]: Masukkan nama masing-
Syariah merupakan salah satu bagian penting dari sistem pengendalian/ pencegahan internal oleh masing BPD
manajemen Bank yang secara aktif mengambil berbagai langkah untuk mencegah manajemen Bank dalam
menetapkan kebijakan dan atau mengambil keputusan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur
ketidakpatuhan, penyimpangan atau bahkan pelanggaran terhadap ketentuan kehati-hatian.
Fungsi Kepatuhan memang berbeda dengan audit internal yang melakukan pemeriksaan setelah kejadian/
transaksi dilakukan (ex post) , sedangkan Kepatuhan adalah fungsi untuk melakukan pengawasan yang
terkait dengan ex-ante, yaitu melalui penggunaan hak untuk menolak & meminta seluruh pengurus bank
untuk tidak melanjutkan suatu kebijakan & atau keputusan atas setiap transaksi penting yang akan diambil
yang didalamnya mengandung unsur ketidak patuhan.
Ketidakpatuhan terhadap peraturan internal maupun eksternal pada dasarnya dapat disebabkan oleh
beberapa faktor sebagai berikut :
1. Kurangnya informasi mengenai Ketentuan (Peraturan Bank Indonesia, SOP, Surat Edaran Direksi)
yang berlaku atau yang baru berlaku.
Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pembuat Ketentuan/
kebijakan sebelum mengintrodusir suatu peraturan baru. Masalah lainnya adalah minimnya sumber
informasi ketentuan yang dimiliki atau yang dapat diakses oleh pejabat/ staf seperti perpustakaan,
buku kumpulan ketentuan, maupun website resmi yang mengumpulkan seluruh ketentuan yang terkait
dengan transaksi yang dilakukan oleh Bank.
Hal ini terjadi disebabkan oleh minimnya pengetahuan hukum atau legal literacy yang dimiliki oleh
sumberdaya bank, sebagai ekses dari apa yang diuraikan pada butir 1 di atas, tapi juga karena redaksi
dalam suatu peraturan yang kadang tidak jelas atau tidak menjelaskan secara tegas dan bahkan
cenderung kabur.
3. Bagian operasional di Kantor Cabang tidak tahu menahu mengenai persyaratan persyaratan
yang diatur dalam ketentuan/ regulasi.
Kadang banyak Pimpinan Cabang dan pimpinan operasional di suatu Kantor Cabang yang tidak ikut
mensosialiasikan atau bahkan mengedarkan suatu ketentuan internal maupun eksternal yang diterima
dari Kantor Pusat.
Seringkali terjadi suatu pelanggaran dilakukan secara terus menerus tanpa disadari dan tidak pernah
diketahui oleh pihak Bank bahwa hal tersebut sebenarnya merupakan pelanggaran. Hal ini terjadi
karena pelanggaran tersebut bukan sesuatu yang menonjol dan tidak terkait langsung dengan
operasional Bank. Hal ini biasanya baru muncul, jika dilakukan audit sehubungan dengan adanya
rencana suatu corporate action.
Pada umumnya hal ini terkait dengan masalah perizinan-perizinan atau hal-hal lain terkait dengan
dokumen Bank. Tidak jarang pula bahwa kelalaian serupa itu akan mengakibatkan sesuatu yang fatal di
kemudian hari.
5. Ketidakpatuhan yang terjadi terdeteksi tapi tidak dilaporkan kepada direksi atau (senior
management).
Ketidakpatuhan jenis ini terdeksi bukan karena tidak diketahui, tetapi sengaja ditutupi dan dilaporkan.
Sehingga, ketidakpatuhan tersebut baru diketahui direksi jika perusahaan terkena dampak risiko
operasional, risiko hukum, risiko reputasi & risiko kepatuhan.
Ketidakpatuhan ini terjadi karena pimpinan yang kadang-kadang tidak begitu memperhatikan aspek
compliance. Mereka umumnya sudah merasa enak dengan praktiknya sendiri tanpa harus
memperhatikan rambu-rambu hukum.
Dalam pemaparan Kepatuhan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa ketidakpatuhan dapat terjadi
karena ;
tidak memahami ketentuan
kelalaian
kesengajaan
Dari sisi lain perlu menjadikan pertimbangan penting bagi manajemen dalam operasional Bank &
operasional Syariah yaitu dengan mengantisipasi perkembangan lingkungan eksternal dan internal
perbankan yang terus mengalami perubahan dan perkembangan pesat, sehingga menambah
kompleksitas risiko yang pada gilirannya mendorong kebutuhan praktek tata kelola bank yang baik dan
sehat (good corporate governance). Untuk itu, maka pada setiap buku pedoman prosedur operasional
Bank & operasional Syariah harus memasukkan pedoman pelaksanaan kebijakan pengelolaan risiko
pada setiap aktivitas Bank yang dilakukan meliputi pengawasan aktif pengurus bank yang efektif,
kebijakan dan prosedur serta penetapan limit yang memadai, proses identifikasi, pengukuran,
pemantauan, sistem informasi yang handal dan pemeliharaan risiko yang memadai.
Dalam penetapan kebijakan pengelolaan risiko tersebut mengacu pada Ketentuan Bank Indonesia
tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan
penyempurnaan Buku Pedoman Kerja Kepatuhan Bank untuk memasukkan aspek kebijakan
manajemen risiko dalam pelaksanaan fungsi kepatuhan Bank. Hal ini untuk dapat digunakan sebagai
pedoman dalam pengelolaan Risiko Kepatuhan (Compliance Risk) yaitu risiko yang timbul akibat Bank
tidak mematuhi dan/ atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku, termasuk Prinsip Syariah bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah .
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah
dengan UU Nomor. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia.
4. Undang-Undang Republik Indonesia No.15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 25 tahun 2003 dan Undang-Undang No.10
tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
5. Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tentang Penugasan
Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan (compliance director) dan penetapan standar
pelaksanaan fungsi audit intern bank umum yang telah diubah dengan PBI/13/2/PBI/2011 tanggal
12 Januari 2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum.
6. Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance (GCG) bagi Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank
Indonesia No.8/14/PBI/2006 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007
tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Umum.
7. Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.11/25/PBI/2009 dan Surat Edaran
Bank Indonesia No.5/21/DPNP tanggal 29 September 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko.
8. Peraturan Bank Indonesia No.11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang
dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia
No.11/31/DPNP tanggal 30 November 2009 tentang Pedoman Standar Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.
BAB II
FUNGSI TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKTUR
YANG MEMBAWAHKAN BIDANG KEPATUHAN
Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan berfungsi untuk memastikan bahwa keputusan yang
akan diambil oleh Direksi dan Dewan Komisaris tidak melanggar prinsip kehati-hatian. Apabila Direktur
Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan berpendapat bahwa rancangan keputusan mengandung unsur
ketidakpatuhan terhadap prinsip kehati-hatian, maka Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan
wajib meminta agar rancangan keputusan tersebut dibatalkan.
Tugas dan tanggung jawab Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan, mencakup: Comment [HJIHS4]:
a. merumuskan strategi guna mendorong terciptanya Budaya Kepatuhan Bank Sesuai dengan pasal 10 PBI 13/02/PBI/2011
b. mengusulkan kebijakan kepatuhan atau prinsip-prinsip kepatuhan yang akan ditetapkan oleh
Direksi
c. menetapkan sistem dan prosedur kepatuhan yang akan digunakan untuk menyusun ketentuan dan
pedoman internal Bank
d. memastikan bahwa seluruh kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur, serta kegiatan usaha yang
dilakukan Bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, termasuk Prinsip Syariah bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah;
e. meminimalkan Risiko Kepatuhan Bank
f. melakukan tindakan pencegahan agar kebijakan dan/atau keputusan yang diambil Direksi Bank atau
pimpinan Kantor Cabang Bank Asing tidak menyimpang dari ketentuan Bank Indonesia dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
g. melakukan tugas-tugas lainnya yang terkait dengan Fungsi Kepatuhan.
Detail pelaksanaan tugas dan tanggung jawab akan dijabarkan pada poin-poin pembahasan dibawah.
2. Tanggung Jawab Umum Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan Dalam Pelaksanaan
Fungsi Kepatuhan Bank & Unit Usaha Syariah
3. Tanggung Jawab Jabatan Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan Dalam Pelaksanaan
Fungsi Kepatuhan Bank & Unit Usaha Syariah
1. Memimpin dan mengkoordinir pelaksanaan aktivitas Divisi Kepatuhan, dan Divisi lain yang dibawah
struktur organisasinya.
2. Melaksanakan koordinasi dengan anggota Direksi lainnya dalam rangka memastikan kelancaran
tugas dan tanggung jawab.
3. Mengidentifikasi, mengukur dan mengevaluasi semua risiko kepatuhan Bank, sesuai Pedoman
Manajemen Risiko yang telah dimiliki oleh Bank.
4. Mencegah adanya penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen dalam menetapkan kebijakan
berkaitan dengan prinsip kehati –hatian.
5. Menyetujui pengembangan rancangan dan perubahan kebijakan, sistem dan prosedur di Divisi
Kepatuhan, dan Divisi lain yang dibawah struktur organisasinya.
6. Melakukan uji kepatuhan atas rancangan dan perubahan pedoman kerja pada Direktorat lain untuk
memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan.
7. Menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan kepatuhan seluruh aktivitas Bank
terhadap ketentuan dan komitmen dengan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan
serta seluruh perjanjian dengan pihak lainnya.
8. Menyampaikan laporan semesteran kepada Bank Indonesia tentang pelaksanaan Direktur Yang
Membawahkan Bidang Kepatuhan dengan tembusan kepada Dewan Komisaris.
9. Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme (selanjutnya disingkat APU dan PPT) seluruh operasional Bank, dengan
berpedoman pada peraturan dan perundang-undangan.
10. Berkoordinasi dan memberi opini kepatuhan kepada Direktur Utama untuk memastikan penerapan
prinsip Good Corporate Governance (GCG) dari sisi hukum dan kepatuhan.
11. Bertanggungjawab atas penerapan prinsip kehati-hatian seluruh aktivitas operasional Bank dengan
penerapan manajemen risiko.
12. Memberikan persetujuan rencana kerja dan melakukan evaluasi atas pelaksanaan pengendalian
risiko kepatuhan.
13. Mengevaluasi dan menyetujui Laporan yang menjadi tanggung jawab Direktorat Kepatuhan.
14. Menetapkan dan memberi persetujuan pelaksanaan aktivitas kepegawaian lingkup Direktorat
Kepatuhan bersama dengan Direktur terkait.
15. Mereview kebijakan dan prosedur yang terkait dengan Ketentuan BI dan peraturan perundangan
lainnya.
16. Melakukan koordinasi dengan Direktorat lain untuk mengoptimalkan aktivitas Bank yang sejalan
dengan Budaya Kepatuhan.
17. Melaporkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya secara bulanan kepada Direktur Utama
dengan tembusan kepada Dewan Komisaris.
18. Mengevaluasi fungsi kepatuhan di kegiatan bisnis Bank dan kinerja Divisi di bawah koordinasinya.
19. Menjalankan tanggung jawabnya sebagai anggota Direksi.
5. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan Dalam
Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
1. Menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa Bank & Unit Usaha
Syariah telah memenuhi peraturan Bank Indonesia yang menyangkut Penerapan Program Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme melalui penyiapan Pedoman
Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.
2. Melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan Transaksi Keuangan Tunai yang telah
disusun oleh Divisi Kepatuhan kepada Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan
(PPATK).
3. Merencanakan dan monitoring Program Pengkinian Data Nasabah berdasarkan Risiko/ Risk
Based Approach.
b. Wewenang Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan dalam Penerapan Prinsip Anti
Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.
c. Tanggung jawab Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan Dalam Penerapan Program
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.
1. Memastikan bahwa penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme telah dilaksanakan secara efektif.
2. Memastikan bahwa Nasabah yang dianggap mempunyai risiko tinggi termasuk penyelenggara
negara, dan/ atau transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi keuangan tunai telah
ditangani dan dilaporkan ke Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. (Diatur lebih lanjut dalam BPP yang berkaitan dengan APU dan
PPT)
6. Persyaratan Direktur Yang Membawahi Bidang Kepatuhan Comment [HJIHS5]: Sesuai Pasal 7 PBI
No.13/02/PBI/2011
Anggota Direksi Bank yang ditugaskan sebagai Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan wajib
memenuhi persyaratan antara lain :
1. Tidak merangkap jabatan sebagai Direktur Utama Bank dan/atau Wakil Direktur Utama.
3. Memiliki integritas dan pengetahuan yang memadai mengenai ketentuan Bank Indonesia dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Comment [HJIHS6]:
Sesuai dengan Pasal 8 PBI 13/02/PBI/2011
6. Tidak menjadi anggota Loan Committee (Komite Kredit), namun dapat mengikuti setiap kegiatan
Komite Kredit dalam menjalankan fungsinya, untuk mencegah diambilnya keputusan yang
mengandung unsur ketidakpatuhan.
7. Tidak memberikan “ compliance advisor “ yaitu bukan memberikan saran agar suatu transaksi
yang akan diputuskan tidak menyimpang / melanggar ketentuan kehati-hatian.
2. Dalam hal Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan tidak dapat menjalankan tugas
jabatannya selama lebih dari 7 (tujuh) hari kerja berturut-turut maka pelaksanaan tugas yang
bersangkutan wajib digantikan sementara oleh Direktur lain sampai dengan Direktur yang
membawahkan Fungsi Kepatuhan dapat menjalankan tugas jabatannya kembali.
3. Dalam hal Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan berhalangan tetap, mengundurkan diri,
atau habis masa jabatannya, maka Bank wajib segera mengangkat pengganti Direktur yang
membawahkan Fungsi Kepatuhan.
4. Selama dalam proses penggantian Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan, Bank wajib
menunjuk atau menugaskan salah satu Direktur lainnya untuk sementara melaksanakan tugas
Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan.
5. Direktur yang melaksanakan tugas sementara sebagai Direktur yang membawahkan Fungsi
Kepatuhan, baik karena berhalangan sementara maupun berhalangan tetap, harus memenuhi
ketentuan Bank Indonesia yang berlaku dan perubahannya.
6. Dalam hal Direktur lain tidak ada, maka jabatan Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan
dapat dirangkap sementara oleh Direktur lainnya sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
dan perubahannya.
7. Penggantian sementara jabatan Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan wajib dilaporkan
kepada Bank Indonesia.
Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan adalah salah satu jajaran Direksi yang memiliki tugas
menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan kepatuhan seluruh aktivitas Bank
terhadap ketentuan dan komitmen dengan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan serta
seluruh perjanjian dengan pihak lainnya dan mencegah adanya penyimpangan yang dilakukan oleh
manajemen Bank dalam menetapkan kebijakan berkaitan dengan prinsip kehati-hatian. Untuk
melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawabnya, Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan
dibantu oleh Divisi Kepatuhan.
9. Status Struktural
1. Sesuai dengan Ketentuan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum,
maka Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan berstatus :
a. Anggota Direksi yang berkoordinasi kepada Direktur Utama.
b. Terbebas dari kegiatan bisnis dan operasional Bank, manajemen risiko yang melakukan
pengambilan keputusan pada kegiatan usaha Bank, treasury, keuangan dan akuntansi, logistik
dan pengadaan barang/ jasa, teknologi informasi, dan audit intern
c. Dikhususkan untuk melakukan kegiatan memastikan bahwa seluruh kebijakan, ketentuan,
sistem, dan prosedur, serta kegiatan usaha yang dilakukan Bank telah sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk Prinsip Syariah
bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta melakukan tindakan pencegahan agar
kebijakan dan/ atau keputusan yang diambil Direksi Bank tidak menyimpang dari ketentuan Bank
Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan merupakan fungsionaris independen yang secara
aktif dan langsung memperkuat Direksi dalam menyehatkan Bank & Unit Usaha Syariah melalui
penerapan kaidah serta tatanan hukum secara konsekuen, baik dalam rangka memutuskan suatu
kebijakan, maupun dalam menerapkan kebijakan atau peraturan pada kegiatan operasional Bank &
Operasional Syariah.
3. Dalam fungsi selaku “pemantau” dan “penjaga” serta “pemberi kepastian” bagi Direksi tentang
dipenuhinya seluruh peraturan serta komitmen terhadap Bank Indonesia dan peraturan perundang-
undangan lainnya, maka Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan dalam kegiatan rutinnya
akan lekat dengan informasi-informasi akuntansi, audit intern dan peraturan-peraturan (Company
Manual serta peraturan perundang-undangan lainnya). Oleh karena fungsinya tersebut, maka
Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan mempunyai hubungan fungsional dengan unit-unit
kerja (Divisi dan Pemimpin Cabang), baik melalui Anggota Direksi yang membidangi masing-masing
kegiatan, maupun secara langsung dalam rangka mendapatkan informasi yang diperlukan.
1. Dalam melaksanakan tugas secara independen, Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan
diberikan wewenang tertentu oleh Direktur Utama dan Dewan Komisaris yang ditetapkan dalam
Surat Keputusan Direksi/ Dewan Komisaris.
2. Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan dibantu oleh Pemimpin Divisi Kepatuhan yang
menguasai peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku serta memahami masalah
manajemen, hukum dan prosedur operasional Bank dan operasional Unit Usaha Syariah serta
pelaksanaan penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.
3. Perlengkapan pendukung ( hardware ) disediakan secukupnya, guna memperlancar kegiatan.
BAB III
Comment [PK8]: Sesuaikan dengan Struktur
ORGANISASI DIVISI KEPATUHAN Masing-Masing BPD
1. Divisi Kepatuhan
Divisi Kepatuhan adalah Satuan Kerja di lingkungan Kantor Pusat Bank yang mempunyai fungsi
pokok memberikan rekomendasi langkah-langkah Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan
atas pelanggaran kepatuhan dan rekomendasi dari sisi kepatuhan dan hukum atas rancangan
keputusan operasional dan non operasional kepada Direksi di dalam upaya meningkatkan kinerja
organisasi, membantu pelaksanaan tugas-tugas Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan
(Compliance Director) dalam pelaksanaan fungsi kepatuhan Bank dan sebagai Satuan Kerja yang
dalam melaksanakan tugasnya bersifat independen. Divisi ini dipimpin oleh seorang Pemimpin Divisi
yang secara hierarkis organisatoris berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan . Pemimpin Divisi Kepatuhan membawahi Sub
Divisi Kepatuhan & Legal dan Sub Divisi APU & PPT serta Pengelola Kepatuhan & Sisdur,
Pengelola Legal Non Litigasi serta Grup Analis APU & PPT yang dalam pelaksanaan tugasnya
bersifat independen.
Pengangkatan, pemberhentian, atau penggantian kepala satuan kerja kepatuhan wajib dilaporkan
kepada Bank Indonesia. Comment [HJIHS11]:
Sudah sesuai dengan PBI 13/02/PBI/2011 pasal 14
Dalam rangka melaksanakan Fungsi Kepatuhan, tugas dan tanggung jawab satuan kerja
kepatuhan mencakup: Comment [HJIHS12]:
a. membuat langkah-langkah dalam rangka mendukung terciptanya Budaya Kepatuhan pada Sesuai dengan PBI 13/02/PBI/2011 pasal 15
Untuk menyelenggarakan fungsinya, Divisi Kepatuhan membawahi ….. tugas sebagai berikut: Comment [PK13]: Disesuaikan dengan Struktur
Organisasi masing-masing BPD)
Hal-hal yang terkait dengan Tugas Divisi APU & PPT akan mengacu pada BPP yang secara khusus
mengatur APU/PPT.
5. Tata Kerja Divisi Kepatuhan Dalam Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank & Unit Usaha
Syariah
a. Hubungan Direktorat Kepatuhan dengan Dewan Komisaris Comment [HJIHS15]: Sesuai pasal 2 dan 6 PBI
13/02/PBI/2011
Hubungan Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan dengan Dewan Komisaris adalah
sebagai berikut :
1) Dewan Komisaris dapat meminta informasi kepada Direktur yang membawahkan Fungsi
Kepatuhan atas keputusan strategis yang diambil oleh Direksi Bank, apakah terdapat unsur
ketidakpatuhan atau tidak.
2) Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan dapat melaporkan kegiatan usaha Bank yang
menyimpang dari ketentuan yang berlaku dan tidak memenuhi prinsip kehati-hatian kepada
Dewan Komisaris , antara lain melalui laporan kepatuhan.
3) Dewan Komisaris wajib melakukan pengawasan aktif terhadap Fungsi Kepatuhan, dengan:
a. mengevaluasi pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank paling kurang 2 (dua) kali dalam
satu tahun.
b. memberikan saran-saran dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan Fungsi
Kepatuhan Bank.
Agar fungsi, tugas dan tanggung jawab Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan dapat
berjalan dengan baik, maka pengurus bank Direksi harus memberikan akses yang seluas-
luasnya kepada Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan untuk mengikuti dan
mempelajari serta menguji seluruh rancangan / rencana kebijaksanaan dan atau keputusan yang
akan dikeluarkan.
Direksi wajib menumbuhkan dan mewujudkan terlaksananya Budaya Kepatuhan pada semua
tingkatan organisasi dan kegiatan usaha Bank, dan wajib memastikan terlaksananya fungsi
kepatuhan Bank.
1) Melakukan uji kepatuhan terhadap rencana keputusan yang akan diputus oleh Direksi Bank
atau Direktur Supervisi yang membidangi operasional perbankan, yang sebelumnya telah
dimohonkan uji kepatuhan kepada Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan
2) Menyampaikan opini patuh/ tidak patuh (comply/ not comply) mengenai aspek kepatuhan
yang perlu diperhatikan oleh Direksi Bank.
1) Bank wajib menugaskan salah seorang anggota Direksi sebagai Direktur Yang
Membawahkan Bidang Kepatuhan.
4) Bank Indonesia dapat mengambil langkah-langkah sesuai ketentuan dalam hal Direktur yang
membawahkan Fungsi Kepatuhan tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagaimana yang diatur Ketentuan Bank Indonesia
Mengingat Direktorat Kepatuhan tidak dapat terjun secara langsung dalam hal kegiatan operasional
maka diperlukan kerjasama secara langsung dengan SKAI serta SKMR
a. SKAI pada umumnya melakukan pengawasan secara ex-post yaitu terhadap transaksi
perbankan yang telah terjadi atau terhadap keputusan yang telah dibuat.
Meskipun terdapat perbedaan dalam fungsi dan atau peranannya, namun pelaksanaan tugasnya
dapat saling mengisi, yaitu :
- Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan dapat menggunakan laporan SKAI untuk
mempertajam tugasnya sehari-hari dan Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan
dapat meminta SKAI untuk ikut memantau apakah rancangan / rencana kebijaksanaan dan
atau keputusan yang telah diveto, benar-benar telah dipatuhi oleh jajaran aparat bank melalui
kegiatan audit.
- Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan juga dapat menggunakan acuan dari hasil
kerja SKMR dan sebaliknya memberikan informasi kepada ybs.
BAB IV
PROSEDUR PELAKSANAAN BUDAYA KEPATUHAN PADA
SETIAP SATUAN KERJA BANK & UNIT USAHA SYARIAH
1. Prosedur kepatuhan pada setiap Satuan kerja Bank & unit Usaha Syariah
Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan dalam melaksanakan adalah memastikan bahwa
seluruh kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur, serta kegiatan usaha yang dilakukan Bank telah
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
termasuk Prinsip Syariah bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta melakukan
tindakan pencegahan agar kebijakan dan/ atau keputusan yang diambil Direksi Bank tidak
menyimpang dari ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1) Pengertian Pelaksanaan Budaya Kepatuhan Pada Setiap Satuan Kerja Bank & Unit Usaha
Syariah
Yang dimaksud dengan Budaya Kepatuhan adalah nilai, perilaku, dan tindakan yang
mendukung terciptanya kepatuhan terhadap ketentuan Bank Indonesia dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, termasuk Prinsip Syariah bagi Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah. Yang dimaksud Fungsi Kepatuhan adalah serangkaian tindakan atau
langkah-langkah yang bersifat ex-ante (preventif) untuk memastikan bahwa kebijakan,
ketentuan, sistem, dan prosedur, serta kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank telah sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk
Prinsip Syariah bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, serta memastikan kepatuhan
Bank terhadap komitmen yang dibuat Bank kepada Bank Indonesia dan/ atau otoritas
pengawas lain yang berwenang.
Yang dimaksud dengan Prosedur Kepatuhan bagi setiap satuan kerja Bank & Unit Usaha
Syariah adalah tata tertib melaksanakan pengawasan, pemantauan, pendataan, dan
penyimpulan terhadap penerapan Peraturan Bank Indonesia serta peraturan perundang-
undangan lainnya di bidang operasional Perbankan & operasional Syariah. Tujuan Prosedur
Kepatuhan adalah memelihara agar manajemen Bank & Unit Usaha Syariah waspada untuk
menghindarkan diri dari kemungkinan kekeliruan memutuskan sesuatu kebijakan dan
operasional yang berdampak merugikan Bank.
2) Sasaran Prosedur Kepatuhan Pada Setiap Satuan Kerja Bank & Unit Usaha Syariah.
Prosedur Kepatuhan pada butir 1 diterapkan dalam upaya menilai kesepadanan materi
peraturan intern bank yang berlaku pada kelayakan penerapannya dalam operasi Bank,
mengacu pada Peraturan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan lainnya.
2. Tata Tertib Memantau dan Menjaga Kepatuhan pada setiap Satuan kerja
1) Setiap satuan kerja melaksanakan kegiatan pemantauan dan menjaga agar kegiatan masing-
masing unit kerja tidak menyimpang dari peraturan kegiatan-kegiatan tersebut, yang mencakup:
a. Inventarisasi Peraturan Bank Indonesia, peraturan perundang-undangan lainnya, serta
Peraturan Intern Bank yang dijadikan pedoman kerja satuan kerja yang bersangkutan;
b. Memantau dan mengidentifikasi kelayakan setiap jenis produk / jasa yang dikelola dengan
mengacu kepada peraturan-peraturan yang berlaku;
c. Membuat / mengusulkan perbaikan peraturan intern yang materinya tidak sesuai lagi
dengan Peraturan Bank Indonesia atau peraturan perundang-undangan lainnya;
d. Membuat kodifikasi laporan selama bulan Januari sampai dengan Juni, bulan Juli sampai
dengan bulan Desember.
2) Seluruh satuan kerja menyampaikan laporan pelaksanaan Kepatuhan kepada pihak ekstern
yang tindasannya disampaikan kepada Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan setiap
bulan, paling lambat akhir bulan berikutnya.
3) Pemantauan kepatuhan pelaporan dilaksanakan dengan pengisian formulir cakupan kepatuhan
pelaporan masing-masing Satuan Kerja untuk disampaikan kepada Direktur Yang
Membawahkan Bidang Kepatuhan .
4) Laporan pemantauan kepatuhan dari satuan kerja akan digunakan sebagai bahan laporan
Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan kepada Direktur Utama.
Materi laporan kepatuhan kepada pihak ekstern pada setiap Satuan Kerja harus terisi : Nomor,
Divisi, Jenis laporan, tujuan, periode laporan dan tanggal penyampaian laporan yang dilampiri
dengan bukti pengiriman laporan.
1) Pelaksanaan kepatuhan merupakan tanggung jawab pejabat yang memimpin Satuan Kerja yang
bersangkutan, dalam pengertian bahwa setiap kegiatan operasional satuan kerja tersebut secara
konsekuen dan konsisten berpedoman pada peraturan intern Bank dan Peraturan Bank
Indonesia serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Peraturan Intern BPD... pada dasarnya tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Bank Comment [PK17]: Disesuaikan dengan masing-
Indonesia serta peraturan perundang-undangan lainnya ( peraturan ekstern ). Apabila terdapat masing BPD
ketidak sesuaian antara intern Bank dengan peraturan ekstern, maka penanggung jawab beralih
kepada pembuat peraturan.
3) Penyimpangan yang terjadi pada satuan kerja dan penyimpangan yang terjadi pada peraturan
intern, menjadi tanggung jawab Direktur Bank ( akuntabilitas ).
4) Pemantauan agar butir 1 dan butir 2 dapat berjalan dengan baik (tidak terjadi penyimpangan)
menjadi tanggung jawab Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan .
5.1. Prosedur Kepatuhan Divisi Kredit Agrobisnis & Ritel Comment [PK18]: Disesuaikan dengan Struktur
Organisasi masing-masing BPD
5.1.1. Memiliki Kebijakan Perkreditan Bank (KPB), disesuaikan dengan Pedoman Penyusunan
Kebijakan Perkreditan Bank (PPKPB) yang dikeluarkan Bank Indonesia dan peraturan-
peraturan lain yang berlaku dan memiliki kebijakan Restrukturisasi;
5.1.2. Memiliki pedoman pelaksanaan kredit dengan berdasarkan pada Kebijakan Perkreditan
Bank (KPB) dan pedoman pelaksanaan restrukturisasi kredit;
5.1.3. Melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam kegiatan perkreditan sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku;
5.1.4. Memiliki Satuan Kerja Komite Kredit dan Satuan Kerja Penyelesaian Kredit Bermasalah
atau Tim Pelaksana Restrukturisasi;
5.1.5. Perumusan keputusan dan atau kebijakan yang berkaitan dengan prinsip kehati-hatian
wajib dihadiri oleh Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan , atau rancangan
keputusan dan atau kebijakan terlebih dahulu diserahkan kepada Direktur Yang
Membawahkan Bidang Kepatuhan untuk diadakan pengkajian atau pengujian terlebih
dahulu;
5.1.6. Rapat Komite Pemutus Kredit wajib dihadiri oleh Direktur Yang Membawahkan Bidang
Kepatuhan . Adapun batasan jumlah kredit yang pelaksanaan rapat komitenya wajib
diikuti oleh Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan , besarnya ditentukan
dengan Surat Keputusan tersendiri;
5.1.7. Melaksanakan kewajiban pelaporan ke Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan,
dengan menyampaikan tembusan kepada Direktur Yang Membawahkan Bidang
Kepatuhan ; dan
5.1.8. Menyampaikan tembusan keputusan dan/ atau kebijakan yang bekaitan dengan prinsip
kehati-hatian kepada Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan .
5.2. Prosedur Kepatuhan Divisi Kredit Menengah & Korporasi Comment [PK19]: Disesuaikan dengan Struktur
Organisasi masing-masing BPD
5.2.1. Memiliki Kebijakan Perkreditan Bank (KPB), disesuaikan dengan Pedoman Penyusunan
Kebijakan Perkreditan Bank (PPKPB) yang dikeluarkan Bank Indonesia dan peraturan-
peraturan lain yang berlaku dan memiliki Pedoman Pelaksanaan Tugas Supervisi Kredit;
5.2.2. Memiliki pedoman pelaksanaan kredit dengan berdasarkan pada Kebijakan Perkreditan
Bank (KPB);
5.2.3. Melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam kegiatan perkreditan sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia, peraturan perundang-undangan lain yang berlaku dan peraturan internal
Bank;
5.2.4. Melaksanakan kewajiban pelaporan ke Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan,
dengan menyampaikan tembusan kepada Direktur Yang Membawahkan Bidang
Kepatuhan ; dan
5.2.5. Menyampaikan tembusan keputusan dan/ atau kebijakan yang berkaitan dengan prinsip
kehati-hatian kepada Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan .
5.3. Prosedur Kepatuhan Divisi Dana/Jasa dan Luar Negeri Comment [PK20]: Disesuaikan dengan Struktur
Organisasi masing-masing BPD
5.3.1. Memiliki pedoman pelaksanaan intern yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab
Divisi Dana/ Jasa & Luar Negeri, dengan mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia
dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku;
5.3.2. Perumusan keputusan yang berkaitan dengan prinsip kehati-hatian wajib dihadiri oleh
Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan , atau rancangan keputusan diserahkan
kepada Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan untuk diadakan pengkajian
atau pengujian terlebih dahulu;
5.3.3. Rapat Asset and Liability Management Committee (ALCO) tentang penentuan money
market line terhadap calon counterparty dalam rangka penempatan dana dan/ atau
transaksi surat-surat berharga, wajib dihadiri oleh atau disampaikan kepada Direktur
Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan untuk mendapat pengkajian atau pengujian
terlebih dahulu. Rapat penentuan besarnya limit transaksi penempatan dan atau surat-
surat berharga wajib dihadiri oleh Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan dan
dituangkan dengan Surat Keputusan tersendiri; dan
5.3.4. Menyampaikan tembusan keputusan dan/atau kebijakan yang berkaitan dengan prinsip
kehati-hatian kepada Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan .
5.4.1. Memiliki pedoman pelaksanaan intern yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab
Divisi Teknologi Informasi, dengan mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia dan
peraturan perundang-undangan lain yang berlaku;
5.4.2. Memiliki buku pedoman manual maupun sistem aplikasi pengamanan pada setiap
penggunaan program pengolahan data secara elektronik;
5.4.3. Perumusan rancangan keputusan yang menyangkut prinsip kehati-hatian wajib dihadiri
oleh Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan , atau rancangan keputusan
5.5.1. Memiliki pedoman pelaksanaan intern yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab
Divisi Akuntansi, dengan mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia dan peraturan
perundang-undangan lain yang berlaku;
5.5.2. Memiliki buku pedoman manual maupun sistem aplikasi pengamanan pada setiap
penggunaan program pengolahan data secara elektronik;
5.5.3. Perumusan rancangan keputusan yang menyangkut prinsip kehati-hatian wajib dihadiri
oleh Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan , atau rancangan keputusan
diserahkan kepada Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan untuk diadakan
pengkajian atau pengujian terlebih dahulu;
5.5.4. Memiliki rencana penanggulangan yang teruji untuk menjamin kelangsungan dan
kegiatan operasional Teknologi Sistem Informasi Bank & Unit Usaha Syariah;
5.5.5. Memiliki sistem informasi manajemen yang mampu menunjang pengambilan keputusan
secara efektif dan efisien;
5.5.6. Melaksanakan kewajiban pelaporan ke Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, dengan menyampaikan tembusan kepada Direktur Yang Membawahkan Bidang
Kepatuhan ;
5.5.7. Menyampaikan tembusan keputusan dan kebijakan yang menyangkut prinsip kehati-
hatian, kepada Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan .
5.6.1. Memiliki Buku Pedoman Pelaksanaan Audit Intern yang berkaitan dengan tugas Divisi
Audit Intern yang mengacu kepada peraturan Bank Indonesia dan peraturan perundang-
undangan lain yang berlaku;
5.6.2. Melaksanakan kewajiban pelaporan ke Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, dengan menyampaikan tembusan laporan kepada Direktur Yang Membawahkan
Bidang Kepatuhan ;
5.6.3. Menyampaikan tembusan keputusan dan/ atau kebijakan yang dikeluarkan masing-
masing Divisi kepada Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan ;
5.6.4. Selain kewajiban-kewajiban sebagaimana tersebut di atas, khusus untuk Divisi Audit
Intern berkewajiban untuk:
a. Menyampaikan tembusan laporan pelaksanaan tugas kepada Direktur Yang
Membawahkan Bidang Kepatuhan ;
b. Memantau kepatuhan setiap satuan kerja terhadap rancangan keputusan yang telah
diveto oleh Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan . Apabila ditemukan
pelanggaran, Divisi Audit Intern wajib menyampaikan laporan kepada Direktur Yang
Membawahkan Bidang Kepatuhan .
5.7.1. Memiliki Buku Pedoman Pelaksanaan Intern yang berkaitan dengan bidang tugas
masing-masing Divisi dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia dan peraturan
perundang-undangan lain yang berlaku;
5.7.2. Melaksanakan kewajiban pelaporan Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, dengan menyampaikan tembusan laporan kepada Direktur Yang Membawahkan
Bidang Kepatuhan ;
5.7.3. Menyampaikan tembusan keputusan dan/ atau kebijakan yang dikeluarkan masing-
masing satuan kerja kepada Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan .
BAB V
TEKNIS PELAKSANAAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN
FUNGSI KEPATUHAN
usaha Bank.
b. mengelola Risiko Kepatuhan yang dihadapi oleh Bank.
c. memastikan agar kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur serta kegiatan usaha yang
dilakukan oleh Bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, termasuk Prinsip Syariah bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah.
d. memastikan kepatuhan Bank terhadap komitmen yang dibuat oleh Bank kepada Bank Indonesia
dan/atau otoritas pengawas lain yang berwenang.
1.1. Pemantauan unsur kepatuhan yang utama meliputi satuan kerja : Comment [PK22]: Disesuaikan dengan Struktur
a. Divisi Kredit Menengah dan Korporasi; Organisasi masing-masing BPD
2.1. Menerima undangan rapat komite, disertai dengan rancangan keputusan yang menjadi bahan
atau materi rapat.
2.2. Mencatat data rancangan keputusan dalam Buku Registrasi Rancangan Keputusan yang diuji.
2.3. Menghadiri rapat komite dengan membawa hasil penilaian atau pengujian rancangan
keputusan.
2.4. Menyatakan pendapat kepatuhan (Comply/ Not Comply) berupa hasil pengujian atau
kesimpulan Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan terhadap unsur kepatuhan
rancangan keputusan.
2.5. Pendapat atau penilaian Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan mengenai unsur
kepatuhan rancangan keputusan wajib dituangkan dalam Risalah Rapat. Demikian juga
apabila Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan berpendapat bahwa rancangan
keputusan diklasifikasikan mengandung unsur penyimpangan, maka pernyataan kepatuhan
(comply/not comply) Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan wajib dituangkan dalam
Risalah Rapat.
2.6. Apabila Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan berpendapat bahwa rancangan
keputusan mengandung unsur penyimpangan terhadap ketentuan yang menjadi dasar
penilaian, maka :
a. Tembusan Risalah Rapat yang membuat pernyataan tersebut wajib dilaporkan kepada
Divisi Audit Intern untuk kepentingan pelaksanaan pemantauan kepatuhan.
b. Mencatat data rancangan keputusan dalam Buku Rancangan Keputusan yang nyatakan
tidak patuh/ tidak patuh (comply/ not comply).
2.7. Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan dapat mempertegas pernyataan pendapat
kepatuhan (comply/ not comply) yang dikemukakan dalam rapat, dengan cara menyampaikan
memo kepada Direktur yang membidangi, dengan tembusan kepada Divisi Audit Intern.
2.8. Menindaklanjuti hasil pengujian
a. Rancangan keputusan dinilai patuh terhadap prinsip kehati-hatian.
Apabila Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan berpendapat bahwa rancangan
keputusan dinilai patuh terhadap ketentuan yang menjadi dasar penilaian, maka rancangan
keputusan dikembalikan kepada satuan kerja pembuat rancangan keputusan, dengan
disertai tanda bukti penerimaan.
b. Rancangan keputusan dinilai mengandung unsur penyimpangan.
Apabila Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan berpendapat bahwa rancangan
keputusan mengandung unsur pelanggaran atau penyimpangan dari ketentuan yang
menjadi dasar penilaian, maka langkah berikutnya adalah :
2.10. Pemantauan kepatuhan terhadap keputusan yang telah dinyatakan tidak patuh, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membuat Daftar Registrasi Rancangan Keputusan yang dinyatakan tidak patuh.
b. Menunjukkan Daftar Registrasi Rancangan yang dinyatakan tidak patuh secara berkala
kepada anggota Direksi lain dan meminta agar anggota Direksi yang lain memberikan
penegasan atau persetujuan atas Daftar Registrasi tersebut, dengan membubuhkan tanda
tangan dalam Daftar Registrasi. Apabila penunjukan Daftar dilaksanakan pada forum rapat,
maka penegasan atau persetujuan Anggota Direksi lain wajib dicantumkan dalam risalah
rapat, berikut pembubuhan tanda tangan pada Daftar Registrasi dimaksud.
2.11. Apabila diketahui adanya penyimpangan terhadap rancangan keputusan yang telah dinyatakan
tidak patuh maka Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan menyampaikan laporan
kepada Bank Indonesia mengenai adanya penyimpangan tersebut.
3.1. Menerima rancangan keputusan untuk diadakan pengujian oleh Direktur Yang Membawahkan
Bidang Kepatuhan.
3.2. Mencatat data rancangan keputusan dalam Daftar Rancangan Keputusan yang diuji.
3.3. Melaksanakan penilaian atau pengujian terhadap rancangan keputusan dan mengambil
kesimpulan hasil penilaian atau pengujian.
3.4. Menindaklanjuti hasil pengujian dan memantau kepatuhan.
Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam rangka menindaklanjuti hasil pengujian pada
prinsipnya sama dengan langkah-langkah yang dilaksanakan dalam pemantauan rancangan
melalui rapat komite.
4.2. Langkah-Langkah Pemantauan Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Operasional Bank &
Operasional Syariah
a. Mengadakan verifikasi data materi pemantauan.
b. Melakukan pemantauan terhadap rasio-rasio kegiatan operasional yang menjadi obyek
pemantauan.
c. Menguji unsur kepatuhan dengan cara membandingkan rasio-rasio kegiatan operasional
Bank & operasional Syariah yang menjadi obyek pemantauan dengan ketentuan Bank
Indonesia yang menjadi dasar penilaian (benchmark Bank Indonesia).
d. Apabila hasil pengujian menunjukkan adanya pelanggaran terhadap ketentuan Bank
Indonesia yang menjadi dasar penilaian, maka Direktur Yang Membawahkan Bidang
Kepatuhan menyampaikan memo kepada Direktur yang membidangi, dengan tembusan
kepada Divisi Audit Intern.
6. Langkah-langkah Pemantauan Perjanjian dan Komitmen Bank dan Unit Usaha Syariah
dengan Bank Indonesia
6.1. Menginventarisasi perjanjian dan/ atau komitmen yang diadakan antara Bank & Unit Usaha
Syariah
6.2. Mengkaji materi setiap perjanjian dan/ atau komitmen untuk menilai unsur kepatuhan dari
perjanjian dan/ atau komitmen dimaksud.
6.3. Memantau kepatuhan Bank & Unit Usaha Syariah terhadap kewajiban-kewajiban yang timbul
sehubungan dengan diadakannya perjanjian dan/ atau komitmen
a. Apabila terdapat unsur ketidakpatuhan Bank & Unit Usaha Syariah terhadap perjanjian
dan komitmen yang telah diadakan, Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan
wajib untuk menyampaikan memo kepada Direktur yang membidangi, dengan tembusan
kepada Divisi yang membidangi dan Divisi Audit Intern.
b. Apabila memo yang disampaikan Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan tidak
diindahkan, maka Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan menyampaikan
laporan mengenai adanya penyimpangan tersebut kepada Bank Indonesia.
7.1. Menginventarisasi kewajiban pelaporan yang wajib disampaikan ke Bank Indonesia, yang
meliputi :
a. Jenis-jenis laporan yang menjadi kewajiban setiap satuan kerja.
b. Batas waktu penyampaian laporan.
7.2. Menyampaikan pemberitahuan ke seluruh satuan kerja, agar menyampaikan tembusan
laporan ke Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan.
7.3. Apabila berdasarkan pemantauan terdapat tembusan laporan yang sampai toleransi batas
waktu belum diterima, maka Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan diwajibkan
untuk mengadakan konfirmasi kepada satuan kerja terkait mengenai penyelesaian laporan
yang bersangkutan.
Pemantauan terhadap kepatuhan pelaporan ke Bank Indonesia, baik secara khusus maupun untuk
masing-masing unit kerja sebagai acuannya dapat dilihat dalam lampiran.
BAB VI
PELAKSANAAN ADMINISTRASI DAN PELAPORAN
DIREKTUR YANG MEMBAWAHKAN BIDANG KEPATUHAN
1. Dokumentasi / Administrasi
Administrasi yang diperlukan meliputi Daftar Registrasi Rancangan Keputusan yang diuji dan Daftar
Registrasi Rancangan Keputusan yang diveto serta Buku Pemantauan Laporan.
Seluruh berkas laporan dari satuan kerja dan berkas kompilasi laporan tersebut disimpan dalam
file yang terjamin keamanannya serta dikelola oleh Divisi Kepatuhan.
1) Daftar Registrasi
Daftar Registrasi yang diperlukan antara lain terdiri dari :
a. Daftar Registrasi Pengujian Rancangan Keputusan Operasional & Non Operasional.
b. Daftar Registrasi Rancangan Keputusan yang dinyatakan tidak patuh.
c. Daftar Registrasi Pengujian Rancangan Keputusan Sistem & Prosedur.
d. Daftar Registrasi Surat Masuk dan Surat Keluar.
Pemantauan laporan ke Bank Indonesia meliputi seluruh satuan kerja, dengan teknis sebagai
berikut:
a. Menginventarisasi jenis-jenis laporan yang menjadi kewajiban setiap satuan kerja dan kantor
cabang.
b. Pendataan batas waktu kewajiban penyampaian laporan, sesuai ketentuan Bank Indonesia.
c. Format pemantauan laporan disusun untuk setiap satuan kerja dan seluruh kantor cabang.
2. Pelaporan
2.1. Bentuk Laporan
1) Laporan Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan kepada Direktur Utama
menjelaskan tentang pelaksanaan kepatuhan yang terjadi pada seluruh satuan kerja
berdasarkan informasi hasil proses pemantauan terhadap unit-unit kerja.
2) Laporan mengenai kebijakan dan/ atau keputusan Direksi menurut pendapat Direktur Yang
Membawahkan Bidang Kepatuhan telah menyimpang dari Peraturan Bank Indonesia dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dibuat tersendiri dan menjelaskan tentang :
a. Nomor & tanggal dari peraturan serta pasal yang dilanggar.
b. Dampak :
• Kualitatif (posisi Bank & Unit Usaha Syariah dsb);
• Kuantitatif (indikator, kinerja);
c. Rekomendasi perbaikan.
Tata cara penyampaian rencana kerja kepatuhan mengacu kepada ketentuan Bank
Indonesia tentang Rencana Bisnis Bank.
b. Laporan kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Dewan Komisaris. Comment [HJIHS24]:
• Laporan pokok-pokok pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur Yang Sesuai dengan pasal 11 PBI 13/02/PBI/2011
1) Laporan kepada Direktur Utama dengan Tembusan kepada Dewan Komisaris berupa :
a. Laporan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur Yang Membawahkan
Bidang Kepatuhan selama 3 (tiga) bulan periode pemantauan, disampaikan 1
(satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
b. Laporan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur Yang Membawahkan
Bidang Kepatuhan meliputi cakupan :
1. Pemantauan Kepatuhan Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian.
2. Pemantauan Pelaksanaan Perjanjian dan Komitmen dengan Bank Indonesia,
Pihak Ekstern dan Pihak Intern.
3. Pengujian Rancangan Keputusan Sistem dan Prosedur.
4. Pengujian Rancangan Keputusan Operasional dan Non Operasional.
5. Pemantauan Pelaksanaan Tugas SKAI.
6. Pemantauan Kepatuhan Pelaporan ke Bank Indonesia.
7. Pelaksanaan Fungsi Sosialisasi Ketentuan BI, BPP dan Sosialisasi Budaya
Kepatuhan pada Unit-unit Organisasi Bank.
8. Pelaksanaan Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme.
a. Laporan Khusus yaitu laporan mengenai adanya kebijakan dan/ atau keputusan Direksi
yang menurut pendapat Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan telah
menyimpang dari ketentuan Bank Indonesia dan/ atau peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
b. Laporan wajib disampaikan ke Bank Indonesia selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
sejak diketahui Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan . Comment [A26]:
c. Materi laporan khusus meliputi : Sudah sesuai dengan PBI 13/02/PBI/2011 Pasal 17
butir (3)
• Jenis, nomor dan tanggal keputusan atau kebijakan yang diklasifikasikan
mengandung unsur ketidakpatuhan.
• Materi kebijakan atau keputusan.
• Unsur ketidakpatuhan (penyimpangan) yang terkandung dalam kebijakan atau
keputusan berikut ketentuan yang menjadi dasar penilaian.
• Nomor dan tanggal memo Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan
kepada Direktur yang membidangi, yang menyatakan pendapat Direktur Yang
Membawahkan Bidang Kepatuhan mengenai unsur ketidakpatuhan yang
terkandung dalam rancangan kebijakan atau keputusan dimaksud, berikut
permintaan Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan agar rancangan
kebijakan atau keputusan tersebut tidak dilanjutkan.
6. Bank tidak melaporkan ke Bank Indonesia Sanksi Administratif antara lain berupa :
mengenai pengangkatan,pemberhentian, • teguran tertulis;
atau penggantian kepala satuan kerja • penurunan tingkat kesehatan berupa
kepatuhan penurunan peringkat faktor manajemen
dalam penilaian tingkat kesehatan;
• larangan untuk turut serta dalam kegiatan
kliring;
• pembekuan kegiatan usaha tertentu;
• pemberhentian pengurus Bank dan
selanjutnya menunjuk dan mengangkat
pengganti sementara sampai Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) atau
mengangkat pengganti yang tetap dengan
persetujuan Bank Indonesia;
• pencantuman anggota pengurus, pegawai,
pemegang saham Bank dalam daftar tidak
lulus melalui mekanisme penilaian
kemampuan dan kepatutan (fit and proper
test).
BAB VII
PENGELOLAAN RISIKO KEPATUHAN (COMPLIANCE RISK)
(Disesuaikan dengan masing-masing BPD – kaitannya dengan Laporan Profil Risiko yang telah ada di
masing-masing SKMR)
CODE OF CONDUCT
Comment [A28]:
(KODE ETIK PENGURUS DAN PEGAWAI) Disesuaikan dengan masing-masing Bank
Kode etik merupakan komitmen pengurus dan pegawai Bank untuk mewujudkan visi dan misi Bank
secara profesional dan beretika tinggi.
Komitmen tersebut selain untuk mengembangkan kinerja perusahaan, juga untuk membentuk insan
Bank menjadi bankir-bankir yang memiliki kadar etika perbankan yang tinggi sebagai salah satu syarat
upaya mempertahankan dan mengembangkan eksistensi Bank
2. BPD... berorientasi pada pasar dan secara berkesinambungan membina hubungan yang
saling menguntungkan dengan nasabah dan mitra usaha lainnya.
3. BPD... menerapkan good corporate governance dengan mengutamakan prinsip kehati-hatian
guna menjaga kepercayaan masyarakat dan pemilik.
4. BPD... mengakui peranan dan menghargai kepentingan setiap pegawai.
5. BPD... mengupayakan terciptanya semangat kebersamaan agar pegawai melaksanakan
tugas dan kewajiban secara profesional.
2) Perilaku Pegawai
1. Pegawai selalu melaksanakan tugas dan kewajibannya secara tulus ikhlas dengan
berlandaskan pada iman dan takwa kepada Tuhan YME.
• Selalu taat beribadah;
• Rajin dan penuh inisiatif;
• Memiliki loyalitas tinggi;
• Jujur dan disiplin.
2. Pegawai selalu menjunjung tinggi dan mentaati Kode Etik Bankir Indonesia dalam
pelaksanaan tugas dan kewajibannya.
• Patuh dan taat pada ketentuan perundangan dan peraturan yang berlaku;
• Melakukan pencatatan yang benar mengenai segala transaksi yang bertalian dengan
kegiatan banknya;
• Menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat;
• Tidak menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi;
• Menghindarkan diri dari keterlibatan pengambilan keputusan dalam hal terdapat benturan
kepentingan;
• Menjaga kerahasiaan nasabah dan banknya;
• Memperhitungkan dampak merugikan dari setiap kebijakan yang ditetapkan bank
terhadap keadaan ekonomi, sosial dan lingkungan;
• Tidak menerima hadiah atau imbalan untuk memperkaya diri dan keluarganya;
• Tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra profesinya
3. Pegawai selalu tanggap terhadap permintaan pasar dan berorientasikan pada pembangunan
nasional.
• Mengetahui dan memahami produk dan jasa bank;
• Tanggap dalam mencari dan memenuhi permintaan nasabah;
• Memberikan saran dan usulan pengembangan produk dan jasa bank;
4. Pegawai selalu berupaya memberikan layanan unggul dengan pendekatan yang bersahabat
kepada mitra usahanya
• Trampil dalam memberikan layanan kepada nasabah;
• Mampu menyelesaikan keluhan nasabah;
• Memiliki kepribadian dan sikap yang simpatik;
• Mampu memberikan bimbingan dan saran kepada nasabah dan calon nasabah.
5. Pegawai selalu bekerja atas dasar prioritas dan rencana dengan standar mutu kerja yang
tinggi namun realistis.
• Menetapkan sasaran yang menantang tetapi realistis;
• Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan skala prioritas;
• Bekerja dengan seluruh kemampuan dan ketrampilan;
• Mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas cara kerja dan hasilnya.
6. Pegawai selalu peduli terhadap semua permasalahan di unit kerjanya
• Selalu mampu mengenali masalah, hambatan, kelemahan dan kesulitan yang dihadapi
dalam pekerjaannya;
• Selalu mampu memberikan saran terhadap penanggulangan permasalahan yang
mempengaruhi sasaran unit;
• Selalu berupaya mencari jalan keluar dan mengupayakan perbaikan sebatas
kemampuan;
• Selalu menjaga kerapihan dan kebersihan unit kerjanya.
3) Etika Kerja
Etika kerja merupakan tuntutan etika bagi pengurus dan pegawai BPD... dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya guna mencapai dan mewujudkan Lima pilar budaya kerja serta Perilaku
Pegawai. Etika Kerja di BPD... terdiri dari :
1. Patuh dan taat pada ketentuan perundangan dan peraturan yang berlaku;
Selalu mematuhi dan taat kepada hukum, undang-undang dan peraturan eksternal maupu
internal sebagai dasar dalam melakukan tindakan dan keputusan kebijakan maupun
operasional bank.
2. Melakukan pencatatan yang benar mengenai segala transaksi yang bertalian dengan
kegiatan bank ;
Segenap pegawai harus mencatat data-data dan menyusun laporan kerja yang terkait
dengan fungsi dan tanggung jawabnya secara jujur, tepat, benar dan akurat yaitu:
• Mencatat data transaksi, akuntansi, keuangan perusahaan, kekayaan perusahaan,
kepegawaian dan data lainnya secara jujur, tepat, benar dan akurat sesuai tugas dan
tanggung jawabnya.
• Menyusun laporan secara jujur, tepat, benar dan akurat, serta bertanggung jawab
sepenuhnya atas isi laporan tersebut.
• Dalam melakukan usahanya, dengan sengaja atau karena kelalaian, berbuat sesuatu
yang dapat merugikan nama baik bank, pengurus dan pegawai.
• Mempromosikan jasa-jasa bank dengan cara-cara yang secara langsung atau tidak
langsung dapat mengelabui calon nasabah atau nasabah atau dengan pernyataan-
pernyataan yang implikasinya mengandung hal-hal yang tidak benar atau menjelekkan
bank lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
BPD... menyadari dan menghormati bahwa pegawai dan keluarganya dapat melakukan
atau memiliki suatu kegiatan usaha di luar pekerjaannya, namun kegiatan usaha tersebut
harus sah, yakni sesuai peraturan dan hukum yang ada dan harus bebas dari benturan
kepentingandengan perusahaan, dalam arti kegiatan usaha tersebut sama sekali terlepas
dari fungsi, tugas dan tanggung jawabnya sebagai pegawai BPD... dan tidak dengan
memanfaatkan posisi serta tanggungjawab sebagai pegawai BPD....
Segenap pegawai tidak diperkenankan memiliki saham atau melakukan investasi atau
penanaman modal dalam bentuk apapun pada perusahaan dan perorangan yang
mempunyai fasilitas kredit di BPD... atau nasabah BPD... atau salah satu rekanan BPD....
Guna menjaga kerahasiaan data bisnis, data kepegawaian maupun data-data lainnya yang
tergolong dalam kategori data rahasia BPD... dari pihak-pihak (internal maupun eksternal
perusahaan) yang tidak berkepentingan, setiap pegawai tidak melakukan hal-hal sebagai
berikut:
• Memberikan data dan informasi nasabah kepada pihak manapun sesuai dengan aturan
rahasia Bank dan rahasia jabatan.
Penjelasan butir tersebut sebagai berikut :
Yang dimaksud dengan kerahasiaan Bank adalah hal-hal yang diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia tentang Perbankan.
• Memberikan data dan informasi yang tergolong dalam kategori rahasia perusahaan, baik
itu yang menyangkut strategi bisnis keuangan, kebijakan, produk, jasa, teknologi,
kepegawaian dan data lainnya yang diyakini dan dianggap akan dapat merugikan
perusahaan.
Penjelasan butir tersebut adalah sebagai berikut :
Kerahasiaan perusahaan tercakup dalam data dan informasi yang menyangkut internal
BPD..., seperti strategi bisnis, data kepegawaian, kebijakan perusahaan, rencana kerja
dan kegiatan perusahaan, produk-produk perusahaan dan segenap data yang tergolong
rahasia yang diyakini dapat merugikan perusahaan apabila diketahui pihak-pihak yang
tidak berkepentingan, baik dalam lingkup internal maupun eksternal.
• Membocorkan atau menggunakan data dan informasi yang tergolong rahasia perusahaan
untuk kepentingan politik tertentu, dan atau pihak ketiga yang tidak berwenang.
7. Memperhitungkan dampak merugikan dari setiap kebijakan yang ditetapkan bank terhadap
keadaan ekonomi, sosial dan lingkungan;
Dalam menetapkan suatu keputusan atau kebijakan wajib memperhitungkan dampak yang
merugikan yang dapat terjadi sebagai akibat dari kebijakan yang ditetapkan, baik yang
menimbulkan keresahan ekonomi, sosial dan kerusakan lingkungan.
8. Tidak menerima hadiah atau imbalan untuk memperkaya diri dan keluarganya;
Dalam menjalin hubungan dengan para mitra usaha, segenap pegawai selalu
memperhatikan aspek kejujuran, kewajaran dan fairness, dengan tidak melakukan hal-hal
sebagai berikut :
• Tidak menerima imbalan dalam bentuk apapun dengan tujuan untuk memperkaya diri
sendiri dan keluarganya.
Penjelasan butir tersebut adalah sebagai berikut :
Imbalan adalah suatu pemberian dari pihak lain yang harus ditelaah dan dirasakan
apakah tidak mengandung iming-iming atau pamrih, baik berwujud financial maupun non
financial dari individu maupun institusi, dengan tujuan untuk mengarahkan kepada suatu
tindakan atau kesepakatan bisnis yang nyata-nyata bertentangan dengan peraturan dan
atau yang dapat merugikan perusahaan.
• Tidak menerima cindera mata yang nilainya melebihi US$ 100 atau Rp. 1.000.000,- (satu
juta rupiah) per mitra usaha dalam satu tahun.
Mengingat BPD... merupakan suatu institusi bisnis, di sisi lain memang ada semacam
budaya, norma atau kebiasaan dalam masyarakat untuk memberikan cindera mata yang
semata-mata ditujukan sebagai ungkapan rasa terima kasih, ucapan selamat seperti
pada Hari Raya dan sejenisnya, maka guna menjaga hubungan baik dengan para mitra
usaha tersebut para pegawai diperkenankan dalam batas-batas tertentu untuk menerima
cindera mata atau ucapan rasa terima kasih, sepanjang hal tersebut diyakini tidak
mengandung maksud-maksud tertentu (pamrih) untuk memperoleh keuntungan dan
bukan merupakan permintaan dari pegawai bersangkutan tetapi memang merupakan
kemauan sepihak dari para mitra usaha.
Apabila pemberian tersebut diyakini dan dirasakan akan terkait dengan fungsi, tanggung
jawab dan wewenang pegawai, maka pemberian tersebut harus ditolak, dan
dikembalikan dengan tetap memperhatikan norma-norma kesopanan.
• Dalam rangka menjaga nama baik BPD..., setiap pegawai BPD... menghindarkan diri dari
segala bentuk penyuapan.
Menerima pemberian dalam bentuk apapun, baik dari individu maupun institusi-institusi
yang daripadanya bertujuan memperoleh sesuatu fasilitas atau kepentingan dan atau
keuntungan tertentu dari BPD....
Melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang agama, adat dan budaya serta perbuatan-
perbuatan yang melanggar norma-norma kebiasaan dalam arti yang seluas-luasnya yang
dapat dikatagorikan oleh lingkungan sebagai suatu perbuatan tercela.
Direksi harus mendorong terciptanya perilaku etis dan menjunjung the highest ethical
standard di Perseroan. Salah satu caranya adalah dengan menjadikan dirinya sebagai
teladan yang baik bagi Pegawai.
2. Etika Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
Direksi harus mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, Anggaran Dasar, dan
Panduan Good Corporate Governance serta kebijakan Perseroan yang telah ditetapkan.
3. Etika berkaitan dengan Keterbukaan dan Kerahasiaan Informasi
Direksi harus mengungkapkan informasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan selalu menjaga kerahasiaan informasi yang dipercayakan
kepadanya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kebijakan
Perseroan.
4. Etika berkaitan dengan Peluang Perseroan
Direksi dilarang untuk:
a. Mengambil peluang bisnis Perseroan untuk dirinya sendiri
b. Menggunakan aset Perseroan, informasi Perseroan atau jabatannya selaku Direksi untuk
kepentingan pribadi di luar ketentuan peraturan perundang-undangan serta kebijakan
Perseroan yang berlaku.
c. Berkompetisi dengan Perseroan yaitu menggunakan pengetahuan dari dalam (inside
information) untuk mendapatkan keuntungan bagi kepentingan selain kepentingan
Perseroan. Sebagai contoh Direktur bersangkutan membeli lebih dahulu tanah yang
sudah ditetapkan oleh Perseroan untuk dibeli, kemudian menjualnya kembali dengan
harga yang lebih tinggi kepada Perseroan.
5. Etika berkaitan dengan Keuntungan Pribadi
Direksi dilarang mengambil keuntungan pribadi dari kegiatan PT BPD..., selain gaji dan
fasilitas yang diterimanya sebagai Direktur Perseroan, yang ditentukan oleh RUPS dan
wewenang tersebut oleh RUPS dapat dilimpahkan kepada Dewan Komisaris.
6. Etika berkaitan dengan Benturan Kepentingan
a. Direksi selalu menghindari terjadinya benturan kepentingan.
b. Direksi tidak akan memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi atau untuk
kepentingan orang atau pihak lain yang bertentangan dengan kepentingan Perseroan.
c. Direksi wajib mengisi Daftar Khusus yang berisikan kepemilikan sahamnya dan/atau
keluarganya pada Perseroan lain.
d. Apabila terjadi benturan kepentingan, maka harus diungkapkan, dan anggota Direksi
yang bersangkutan tidak boleh melibatkan diri dalam proses pengambilan keputusan
Perseroan yang berkaitan dengan kasus tersebut.
e. Apabila benturan kepentingan dan/atau terjadinya perkara tersebut menyangkut semua
anggota Direksi, maka Perseroan akan diwakili oleh seluruh Anggota Dewan Komisaris
dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Etika berkaitan dengan Penyuapan
Direksi senantiasa mencegah dan menghindarkan diri dari penyuapan dalam cara dan
bentuk apapun untuk kepentingan apapun yang diyakini dan dianggap akan dapat merugikan
Perseroan.
8. Etika berkaitan dengan Prinsip Kehati-hatian.
Direksi senantiasa mencegah setiap kebijakan yang dapat berdampak merugikan Perseroan.
Dewan Komisaris dilarang mengambil keuntungan pribadi dari kegiatan PT BPD..., selain gaji
dan fasilitas yang diterimanya sebagai Dewan Komisaris Perseroan, yang ditentukan oleh
RUPS.
Sehubungan dengan kedudukan saya sebagai pegawai, saya menyatakan hal-hal sebagai berikut:
A. Benturan Kepentingan
1. Mempunyai saham 10% atau lebih pada suatu perusahaan atas nama sendiri, dan Ya
istri dan atau anak, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama
Tidak
Bila YA, sebutkan :
Nama Perusahaan :
Jenis Usaha :
Atas nama :
Presentasi Saham :
2. Memegang jabatan Dewan Komisaris atau Direksi atau menjadi karyawan pada Ya
perusahaan butir 1 di atas dan atau perusahaan lainnya
Tidak
Bila YA sebutkan :
3. Dalam periode laporan, Perusahaan dimakud pada butir 1 dan atau perusahaan Ya
lainnya dimana saya menjadi Dewan Komisaris, Direksi atau Karyawan menerima
kredit atau menjadi rekanan Bank Tidak
Bila YA sebutkan :
4. Ikut terlibat dalam proses pemberian kredit atau transaksi sebagai rekanan kepada : Ya
a. Perusahaan tersebut pada butir 1 dan atau
b. Perusahaan yang dimiliki oleh anggota keluarga saya lainnya dengan pemilikan Tidak
saham 35% atau lebih, dan atau
c. Perusahaan yang dimana anggota keluarga saya lainnya menjadi Komisaris
atau Direksi, dan atau
d. Perusahaan lainnya dimana saya menjadi Dewan Komisaris, Direksi atau
Karyawan.
Bila YA sebutkan :
Tidak
Bila YA sebutkan :
8. Menjadi pengurus atau anggota suatu partai politik organisasi lain yang Ya
memungkinkan terjadinya benturan kepentingan
Tidak
Bila YA sebutkan :
9. Apakah ada hal-hal lain yang berkaitan dengan “Benturan Kepentingan” di luar butir- Ya
butir di atas?
Tidak
Bila YA, jelaskan
B. Penyalahgunaan Jabatan
4. Pernah meminjam uang dari nasabah dan atau rekanan baik tunai mupun giral. Ya
Tidak
Bila YA, dari siapa dan berapa jumlahnya
5. Pernah menggunakan failitas atau peralatan Bank (di luar yang di perbolehkan Bank) Ya
untuk kepentingan pribadi maupun keluarga
Tidak
Bila YA, sebutkan
6. Pernah melakukan transaksi valuta asing dengan tujuan trading untuk kepentingan Ya
sendiri yang dilakukan melalui Bank.
Tidak
Bila YA sebutkan :
7. Pernah memberikan kekhususan tertentu kepada nasabah debitur dan atau rekanan Ya
Bank.
Tidak
Bila YA sebutkan :
8. Apakah ada hal-hal lain yang berkaitan dengan “Penyalahgunaan Jabatan” di luar Ya
butir-butir di atas?
Tidak
Bila YA sebutkan :
2. Pernah melakukan transaksi jual beli saham dari perusahaan yang menjadi nasabah Ya
debitur dan atau rekanan Bank untuk kepentingan sendiri dan atau anggota keluarga
saya. Tidak
Bila YA, sebutkan
3. Pernah menjadi perantara dalam proses jual beli harta tetap Bank yang Ya
mendatangkan keuntungan bagi diri sendiri dan atau anggota keluarga saya.
Tidak
Bila YA, sebutkan
4. Apakah ada hal-hal lain yang berkaitan dengan “Penyalahgunaan Jabatan” diluar Ya
butir-butir di atas?
Tidak
Bila YA, jelaskan
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini
terbukti tidak benar, saya bersedia diberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
(Kota/Tanggal)
Yang menyatakan
(……………………….)
Catatan SDM :
Komitmen Kepatuhan
“Saya telah menerima dan membaca Pedoman Direktorat Kepatuhan Bank dan mengerti bahwa
saya mempunyai kewajiban mematuhinya.”
Nama :
Tanda Tangan
( Nama Lengkap )
COMPLIANCE CHARTER
Untuk menunjang fungsi Kepatuhan yang baik, sebuah panduan atas kebijakan manajemen bank wajib
dibuat dalam suatu dokumen tertulis yang diajukan oleh Direktorat Kepatuhan dan disetujui oleh Direktur
Utama dan Dewan Komisaris.
Posisi Compliance Charter disini adalah sebagai landasan kebijakan bagi pelaksanaan kepatuhan bank.
Compliance Charter juga dapat digunakan sebagai acuan tugas bagi Divisi Kepatuhan/ Satuan Kerja
Kepatuhan, karena merupakan landasan hukum yang jelas bagi seluruh level pejabat dan karyawan
untuk melaksanakan fungsi tugas dan tanggung jawab sesuai bidang pekerjaannya.
Fungsi Compliance Charter disini adalah untuk mendukung tugas pengendalian (control) yang jelas
serta pelaksanaan tata kelola manajemen yang baik (Good Corporate Governance) dalam system kerja
bank, agar sesuai dengan ketentuan internal dan eksternal bank.
7. Divisi Kepatuhan/ satuan kerja kepatuhan memiliki wewenang yang terbatas pada pernyataan
Patuh atau Tidak Patuh (Comply or Not Comply) dan tidak memiliki tugas untuk memberikan
saran dan masukan yangb bersifat operasional.
8. Divisi Kepatuhan/ satuan kerja kepatuhan memiliki wewenang untuk memantau dan mereview
struktur organisasi bank apabila tidak sejalan dengan ketentuan internal maupun eksternal.
9. Divisi Kepatuhan/ satuan kerja kepatuhan :
a. memiliki independensi dan tidak terlibat dalam fungsi bisnis dan operasional bank,
manajemen risiko yang melakukan pengambilan keputusanpada kegiatan usaha bank,
treasury, keuangan dan akuntansi, logistic dan pengadaan barang /jasa, teknologi informasi
serta audit intern.
b. memiliki pendidikan yang cukup, pengalaman yang cukup baik di beberapa bidang aktivitas
perbankan untuk mendukung pemantauan fungsi kepatuhan bank.
c. tidak diperkenankan memiliki tugas dan tanggung jawab lainnya diluar fungsi kepatuhan.
d. Wajib menyampaikan laporan secara berkala, minimal sesuai Ketentuan BI yang berlaku,
kepada Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan/ Direktur yang membidangi
kepatuhan, Direktur Utama, Dewan Komisaris dan Bank Indonesia.
10. Seluruh tingkatan manajemen di organisasi bank wajib mendukung upaya pemantauan
kepatuhan yang dilakukan oleh Pejabat dan karyawan yang bertugas di Divisi Kepatuhan/ satuan
kerja kepatuhan,
11. Bank wajib memiliki komitmen untuk :
a) patuh dan taat kepada seluruh peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku di bidang perbankan.
b) melakukan pencatatan yang benar mengenai segala transaksi di bidang perbankan.
12. Pejabat dan karyawan bank menghindari :
a. tindakan yang menyalahgunakan wewenang yang melekat pada setiap jabatan yang
dimilikinya, untuk kepentingan pribadi.
b. tindakan yang didalamnya terdapat unsur pertentangan kepentingan (conflict of interest)
c. tindakan yang membuka kerahasiaan data nasabah dan data bank.
d. penerimaan hadiah yang melanggar prinsip gratifikasi yang terdapat di budaya
kepatuhan.
e. kepentingan dan pekerjaan tertentu di luar kegiatan bank
f. kepentingan yang mendukung hubungan dengan nasabah, vendor dan pemasok demi
kepentingan pribadi.
g. tindakan yang dapat merugikan citra dan profesinya sebagai bankir.
h. tindakan penyalahgunaan arsip dokumen bank.
13. Pemberian informasi yang diberikan oleh pejabat dan karyawan bank yang dilakukan untuk
kepentingan media tidak dapat dilakukan tanpa koordinasi dengan divisi humas atau corporate
secretary.
14. Pemberian data untuk kepentingan penyidikan suatu perkara hukum harus dikoordinasikan
dengan divisi legal bank.
Segenap Direksi dan Komisaris Bank mengharapkan komitmen yang kuat dari setiap pejabat dan
karyawan untuk melaksanakan Compliance Charter ini sejalan prinsip pelaksanaan fungsi kepatuhan
dan prinsip kehati-hatian, agar tata kelola manajemen bank dapat berjalan lebih baik.
Jakarta,…..
PT. Bank…..
--------------------------------- -------------------------------
Komisaris Utama Direktur Utama
Jakarta,……
Kepada Yth
Dengan Hormat,
Menunjuk Peraturan Bank Indonesia No.13/2/PBI/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Pelaksanaan
Fungsi Kepatuhan Bagi Bank Umum, maka bersama ini dapat kami sampaikan Laporan Laporan
Pelaksanaan Tugas Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan Semester …. Tahun…., dengan
lingkup sebagai berikut :
I. Ruang Lingkup Pelaksanaan Tugas
II. Realisasi Pelaksanaan Tugas
III. Penutup
Demikian kami sampaikan, terima kasih atas perhatian dan perkenan Bapak/Ibu.
PT. Bank…..
------------------------------ -----------------------------------
Direktur Utama Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan
Cc : Dewan Komisaris
Pada Laporan Pelaksanaan Tugas Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan Semester ….
Tahun…. Ini obyek pengkajian, pengujian dan pemantauan fungsi kepatuhan bank meliputi aktivitas
yang ada di bank sebagai berikut :
Selama periode semester….. tahun….. , telah dilaksanakan pengujian fungsi kepatuhan terhadap
rancangan/ rencana keputusan dari manajemen, dengan rincian sebagai berikut :
Pemberian Kredit
Total
Dari pengujian fungsi kepatuhan terhadap Rancangan/ Rencana Keputusan Manajemen Bank,
dapat kami sampaikan sebagai berikut :
Pelampauan BMPK
Pelanggaran BMPK
Primer
Sekunder
III. Penutup
Berdasarkan atas hasil pemantauan fungsi kepatuhan pada periode semester…. tahun …... kami
sampaikan bahwa Pelaksanaan Tugas Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan Bank… telah
berjalan dengan baik.
PT. Bank…..
------------------------------ -----------------------------------
Direktur Utama Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan
Pemberian Kredit
Kepada Yth
Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan
Bank Indonesia
Jl. MH. Thamrin No.2, Jakarta 10350
Perihal : Laporan Khusus Direktur Yang Membawahkan Bidang Kepatuhan
Gangguan Kelangsungan
Usaha
PT, BPD………..
……………………………………………………………
Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan
2 RENCANA KERJA
1. Sosialisasi PBI
2. Sosialisasi BPP (Buku Peraturan Perusahaan) dengan
bekerjasama dengan Divisi yang terkait
3. Review dan uji Kepatuhan terhadap :
a. BPP
b. Keputusan Direksi di bidang Perkreditan, Treasury,
Operasional dan Jasa, Teknologi Informasi dan SDM
c. Pelaporan wajib bank
1. Pelaporan Kepatuhan
2. Pelaksanaan Pemantauan, Penilaian dan Pengujian Kepatuhan
RENCANA KERJA 1 :
NO TAHAPAN KETERANGAN
1 Tujuan
8 Target Waktu