TAHUN 2019
Memperhatikan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor : 4/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata
Kelola bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/
SEOJK.03/2016 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Perkreditan Rakyat serta beberapa ketentuan
terkait Penerapan Tata Kelola Bank Perkreditan Rakyat, maka Direksi telah menyusun Laporan tentang
Penerapan Tata Kelola pada BPR Nusamba Banguntapan, Guna memberikan gambaran terhadap
pelaksanaan Penerapan Tata Kelola di BPR Nusamba Banguntapan. Laporan ini memuat ruang lingkup
pelaksanaan Good Corporate Governance yang telah dilakukan selama tahun 2019 meliputi semua
aspek kegiatan operasional yang ada di dalam organsiasi BPR Nusamba Banguntapan, namun demikian
agar selaras dengan faktor-faktor penilaian yang tercantum dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), maka fokus laporan pelaksanaan termasuk penilaian dan penerapan GCG meliputi :
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi.
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris.
3. Penanganan benturan kepentingan.
4. Penerapan fungsi Kepatuhan.
5. Penerapan fungsi Audit Intern.
6. Penerapan fungsi Audit Ekstern.
7. Manajemen risiko & Sistem Pengendalian Intern.
8. Batas Maksimum Pemberian Kredit.
9. Rencana strategis Bank.
10. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam laporan ini sehingga kami mohon kritik dan saran serta
pembinaan dari semua pihak. Semoga laporan ini dapat memberikan informasi tentang pelaksanaan
penerapan Good Corporate Governance PT BPR Nusamba Banguntapan dan dapat dipergunakan
untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Bantul, 11 Mei 2020
BPR NUSAMBA BANGUNTAPAN
LAPORAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PT BPR NUSAMBA BANGUNTAPAN TAHUN 2019 iii
BAB IV PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN………………………… 30
BAB V PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN…………………………………… 32
A. Tugas Dan Tanggungjawab Direktur Yang Membawahkan Fungsi
Kepatuhan…………………………………………………………….. 32
B. Tugas dan Tanggungjawab Pejabat Eksekutif Kepatuhan …………… 33
C. Program Kerja dan Realisasi Kepatuhan……………………………... 34
BAB VI AUDIT INTERN …………………………………………………………… 36
A. Penerapan Audit Intern ……………………………………………… 36
B. Tugas Tanggungjawab & Ruang Lingkup Audit Intern…………… . 37
C. Struktur Organisasi Satuan Kerja Audit Intern……………………… 37
D. Program Kerja Selama Tahun 2019 Dan Realisasinya 39
BAB VII AUDIT EKSTERN …………………………………………………………. 41
BAB VIII MANAJEMEN RISIKO & SISTEM PENGENDALIAN INTERN………. 43
A. Manajemen Risiko…………………………………………………… 43
B. Sistem Pengendalian Intern …………………………………………. 46
BAB IX BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT………………………….. 48
BAB X RENCANA BISNIS BANK…………………………………………………. 51
A. Arah Kebijakan dan Langkah Strategis Yang Akan Ditempuh……… 51
B. Rencana Strategis Bank………………………………………………. 52
BAB XI TRANPARANSI KONDISI KEUANGAN DAN NON KEUANGAN….. 58
A. Transparansi Kondisi Keuangan……………………………………… 58
B. Transparansi Kondisi Non Keuangan………………………………… 59
BAB XII CORPORATE GOVERNANCE ASSESSMENT…………………………. 63
BAB XIII PENUTUP……………………………………………………………………. 67
BAB XIII LAMPIRAN
• Laporan Penilaian Sendiri (Self-Assesment) Penerapan Tata Kelola BPR
posisi laporan 2019
• Hasil Penilaian Penerapan Tata Kelola BPR
• Tanda terima penyampaian laporan Penerapan Tata Kelola tahun 2019 kepada :
a. Asosiasi BPR
b. 1 (satu) kantor media atau majalah ekonomi dan keuangan
• Bukti upload pada laman (homepage) perusahaan berupa capture screen
website BPR Nusamba Banguntapan.
Tabel 6.2. Rencana dan Realisasi Kerja SKAI Tahun 2019 ........................................ 39
Tabel 6.3. On The Spot Realisasi Kinerja SKAI Tahun 2019 ........................................ 40
LAPORAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PT BPR NUSAMBA BANGUNTAPAN TAHUN 2019 vii
BAB I
PENDAHULUAN
Semangat dari lahirnya BPR Nusamba Banguntapan adalah salah satunya untuk membantu
pertumbuhan ekonomi daerah sehingga manfaat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
sekitarnya.
Dalam tahap proses pertumbuhan BPR Nusamba Banguntapan telah melalui hambatan yang
sangat berguna bagi proses kedewasaan dan kemandirian BPR ini. Kedepan kami banyak melihat
tantangan dan hambatan yang akan dilalui, tetapi kami yakin bahwa dengan kesungguhan, semangat
ingin maju kerja keras dan solidaritas team BPR Nusamba Banguntapan serta dukungan dari Pemegang
Saham dan kepercayaan stake holder, maka BPR ini akan menjadi perusahaan yang besar dan sehat.
Dengan semakin meningkatnya kepercayaan dari nasabah /stake holder dalam bermitra dengan BPR
Nusamba Banguntapan dan pengelolaan manajerial yang sehat kami yakin kinerja baik yang sudah
tercapai selama ini dapat berkembang sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko bisnis yang berkaitan erat dengan
pengelolaan usahanya sebagai perantara keuangan. Sejalan dengan perkembangan dunia usaha, risiko
bisnis yang dihadapi juga berkembang secara luas yang antara lain mencakup risiko kredit, risiko
likuiditas, risiko operasional, risiko kepatuhan dan lain sebagainya.
Dalam rangka meminimalkan resiko kerugian, maka BPR Nusamba Banguntapan dalam
melaksanakan kegiatanya berpedoman pada kebijakan dan prosedur penerapan manajemen risiko yang
ditetapkan dengan berdasarkan prinsip kehati-hatian dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.
Dengan diberlakukannya POJK No 04/ POJK.03/2015 Tanggal 31 Maret 2015 tentang Penerapan Tata
Kelola Bagi BPR dan POJK. No. 13/POJK.03/2015 tanggal 12 November 2015 tentang Penerapan
Manajemen Risiko bagi BPR di wajibkan untuk mengelola BPR dengan praktik terbaik (best practice)
dengan berazaskan pada 5 ( lima ) pilar dalam Good Corporate Governance yakni Tranparansi,
Akuntabilitas, Responsibility, Independensi dan Keterbukaan ( TARIF).
PT. Bank Perkreditan Rakyat Nusamba Banguntapan (Selanjutnya disebut "Bank") didirikan di
Jakarta pada tanggal 29 September 1989 berdasarkan akta nomor 105 dari notaris Abdul Latif. SH
Notaris di Jakarta. Akta pendirian telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan
Surat Keputusan Nomor : C2-10273.HT.01.01 TH-89 tanggal 8 November 1989, bank mulai beroperasi
secara komersial pada tanggal 17 Februari 1990. Menyadari bahwa akuntabilitas merupakan salah satu
tolak ukur yang sekaligus untuk meningkatkan nilai tambah Bank bagi pemegang saham dan
stakeholders lainnya. Berangkat dari alasan tersebut maka selaras dengan perkembangan usahanya,
A. INFORMASI UMUM
PT. Bank Perkreditan Rakyat Nusamba Banguntapan (Selanjutnya disebut "Bank") didirikan
di Jakarta pada tanggal 29 September 1989 berdasarkan akta nomor 105 dari notaris Abdul Latif.
SH Notaris di Jakarta. Akta pendirian telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dengan Surat Keputusan Nomor : C2-10273.HT.01.01 TH-89 tanggal 8 November 1989. Bank
mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 17 Februari 1990.
Perijinan yang dimiliki oleh PT. BPR Nusamba Banguntapan saat ini adalah :
Anggaran Dasar telah mengalami beberapa kali perubahan, antara lain dengan Akta Nomor 23
tanggal 20 Februari 2008 oleh Notaris Ny. Djumini Setyoadi. SH.MKn untuk penyesuaian anggaran
dasar sesuai Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Akta Notaris Ny.
Djumini Setyodi, SH.MKn Nomor 38 tanggal 24 Juli 2012 mengenai peningkatan Modal Dasar dan
Disetor, Akta perubahan tersebut telah disahkan oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia no. AHU-44228. AH.01.02 Tahun 2012 tanggal 13 Agustus 2012 dan dicatat
dalam tata administrasi Bank Indonesia No.14/541/DKBU/IDAd/Yk tanggal 18 September 2012.
Pada Tahun 2019 untuk Struktur Permodalan Bank, terdapat penambahan modal disetor Bank
sebesar Rp. 300.000.000,- berdasarkan Akte Notaris Nomor : 45 Tanggal 22 November 2019
mengenai peningkatan modal ditempatkan dan modal disetor, Notaris Ny. Djumini Setyodi,
SH.Mkn di Jakarta dan telah mendapatkan pengesahan Menteri Hukum dan HAM RI no. AHU-
AH.01.03-0365380 Tahun 2019 tanggal 27 November 2019, dengan Surat persetujuan dari OJK
No. S-896/KO.031/2019 per tanggal 19 Desember 2019.
Sehingga komposisi kepemilikan modal saham pada 31 Desember 2019 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1. Komposisi Kepemilikan Saham
PROSENTASE JUMLAH
NO NAMA
KEPEMILIKAN (Rp.)
1 PT. Sentra Modal Harmoni 79.17% 5.493.000.000
2 PT. Fajar Mas Murni 20.83 % 1.445.000.000
Jumlah Modal Disetor 100.00% 6.938.000.000
Pengukuran efektifitas pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) dilakukan melalui metode
assesment. Metode assessment pengukuran efektifitas pelaksanaan GCG, dapat dilakukan secara :
1. Penilaian Sendiri (self-assesment);
2. Penilaian GCG dari Pihak Lain (third party assesment).
Pelaksanaan penilaian dikelompokan dalam suatu sistem tata kelola, yaitu:
1. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (governance structure)
Penilaian struktur dan infrastruktur tata kelola bertujuan untuk menilai kecukupan struktur dan
infrastruktur tata kelola BPR agar proses pelaksanaan prinsip GCG menghasilkan hasil yang
sesuai dengan harapan Stakeholders BPR. Yang termasuk dalam struktur tata kelola BPR adalah
Komisaris, Direksi, Komite dan Satuan Kerja pada BPR. Adapun yang termasuk infrastruktur
tata kelola BPR antara lain adalah kebijakan dan prosedur BPR, sistem informasi manajemen
serta tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing struktur `.
2. Proses Penerapan Tata Kelola (governance process)
Penilaian proses penerapan tata kelola bertujuan untuk menilai efektifitas proses pelaksanaan
prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang didukung oleh kecukupan struktur dan
infrastruktur tata kelola BPR sehingga menghasilkan hasil yang sesuai dengan harapan
Stakeholders BPR.
LAPORAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PT BPR NUSAMBA BANGUNTAPAN TAHUN 2019 5
3. Hasil Penerapan Tata Kelola (governance outcome)
Penilaian hasil penerapan tata kelola bertujuan untk menilai kualitas hasil yang memenuhi
harapan Stakeholders BPR merupakan hasil proses pelaksanaan prinsip GCG yang didukung
oleh kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola BPR.
Jumlah Direksi telah sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 4/ POJK.03./2015
tentang Penerapan Tata Kelola Bagi BPR & Sesuai dengan kartu identitas diri masing-masing,
maka seluruh anggota Direksi bertempat tinggal/berdomisili di kota/kabupaten yang sama atau
kota/ kabupaten yang berbeda pada propinsi yang sama atau kota/kabupaten di provinsi lain yang
berbatasan langsung dengan kota/kabupaten pada propinsi lokasi kantor pusat BPR. Direktur utama
bertempat tinggal di kota/kabupaten Sleman dan Direktur bertempat tinggal di kota/kabupaten
Semarang dalam provinsi yang berbeda pada lokasi kantor pusat BPR, tetapi dalam keseharianya
Direktur berdomisili di Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul mendekati Kantor Pusat BPR
dan telah dibuktikan surat keterangan domisili oleh desa setempat.
Seluruh anggota Direksi Bank telah memenuhi kriteria, jumlah, komposisi, independensi dan
kompetensi serta persyaratan menurut ketentuan Otoritas Jasa Keuangan, antara lain :
- Anggota Direksi paling sedikit berjumlah 2 (dua) orang, salah satu diantaranya menjabat sebagai
Direktur Utama;
- Seluruh anggota Direksi wajib bertempat tinggal di kota/kabupaten yang sama, atau
kota/kabupaten yang berbeda pada provinsi yang sama atau kota/kabupaten di provinsi lain yang
berbatasan langsung dengan kota/kabupaten pada provinsi lokasi Kantor Pusat BPR;
- Anggota Direksi harus memiliki pendidikan formal paling rendah setingkat diploma tiga;
- Anggota Direksi harus memiliki pengetahuan di bidang perbankan yang memadai dan relevan
dengan jabatannya;
- Anggota Direksi harus memiliki pengalaman dan keahlian di bidang perbankan dan/atau
lembaga jasa keuangan non perbankan paling singkat selama 2 (dua) tahun;
- Anggota Direksi harus memiliki kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis dalam
rangka pengembangan BPR yang sehat;
- Anggota Direksi wajib memiliki sertifikat kelulusan yang masih berlaku yang dikeluarkan oleh
Lembaga Sertifikasi Profesi;
Hubungan
Keuangan
Nama Anggota Direksi Pemegang Saham
Dewan Komisaris
Lain Pengendali
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Puji Riyanto v v v
Ahmad Syaifunnur v v v
2. Hubungan kepemilikan saham pada perusahaan lain oleh anggota Direksi sebagai berikut :
Tabel 2.5. Hubungan Kepemilikan Saham Anggota Direksi
3. Hubungan keluarga Direksi dengan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi lain
serta Pemegang Saham Pengendali sebagai berikut :
Tabel 2.6. Hubungan Keluarga Anggota Direksi
Hubungan Keluarga
Pemegang
Nama Dewan Komisaris Anggota Direksi Lain Saham
Pengendali
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Puji Riyanto v v v
Ahmad Syaifunnur v v v
F. RAPAT DIREKSI
Pelaksanaan Rapat Direksi telah dilakukan secara rutin dan berkelanjutan sesuai dengan
Pedoman dan Tata Tertib Direksi 2016, adapun rapat Direksi terdiri dari rapat bulanan dengan
KKPO, Kepala Cabang, Kepala Bidang dan Pejabat setara Kepala Bidang. Rapat Direksi masih
didominasi oleh pembahasan kinerja dan Evaluasi terhadap pencapaian rencana kerja,
pengembangan 1 bulan kedepan, tindak lanjut hasil audit & isu-isu strategis / penetapan kebijakan
stategis. Direksi menyelenggarakan rapat 1 (satu) kali dalam sebulan, akan tetapi diluar jadwal
tersebut Direksi dapat mengundang pejabat untuk mengadakan rapat membahas hal-hal yang perlu
diketahui dan/atau mendapat keputusan segera.
Selama tahun 2019, telah diselenggarakan sebanyak 8 kali Rapat Direksi dengan Direksi
dan Rapat Gabungan Direksi dengan Pejabat Bank, adapun rekapitulasi kehadiran dalam Rapat
Direksi dengan Pejabat Bank selama tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.7. Rapat Direksi
RAPAT GABUNGAN
RAPAT DIREKSI
NAMA ANGGOTA DIREKSI&PEJABAT
DIREKSI JUMLAH JUMLAH
% %
KEHADIRAN KEHADIRAN
Puji Riyanto 4 100% 8 100%
TOTAL RAPAT 4 8
Acara Rapat Direksi dengan Direksi dan Rapat Gabungan Direksi dengan Pejabat Bank
yang juga di hadiri oleh Komisaris Utama BPR Nusamba Banguntapan seluruhnya
diselenggarakan di Kantor Pusat BPR Nusamba Banguntapan. Seluruh anggota Direksi telah
memenuhi ketentuan Otoritas Jasa Keuangan dan Pedoman Kerja Direksi mengenai minimum
kehadiran dalam rapat dan jumlah minimum rapat yang diselenggarakan. Keputusan dalam setiap
Rapat Direksi dengan Pejabat Bank dilakukan berdasarkan musyawarah dan mufakat. Seluruh
keputusan rapat telah dituangkan dalam Risalah Rapat dan didokumentasikan dengan baik.
Tabel 2.9. Pendidikan & Pelatihan Direktur selama mulai menjabat di BPR Nusamba
Banguntapan.
H. KOMITE- KOMITE
Berdasarkan Pasal 13 ayat (1) & (2) POJK Tata Kelola BPR, dalam rangka melaksanakan
Tata Kelola wajib menerapkan Tata Kelola pada setiap kegiatan usaha BPR di seluruh tingkatan
jenjang organisasi dengan modal paling sedikit Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah)
wajib membentuk paling sedikit :
1. Satuan Kerja Audit Intern
2. Satuan Kerja Manajemen Resiko dan Komite Manajemen Resiko dan
3. Satuan Kerja Kepatuhan
Jumlah modal BPR Nusamba Banguntapan pada posisi akhir tahun 2019 adalah Rp.
10.098.404.043,- (Sepuluh miliar sembilan puluh delapan juta empat ratus empat ribu empat
puluh tiga rupiah) sehingga tidak diwajibkan membentuk 3 kriteria di atas, tetapi dalam
pelaksanaanya Direksi telah membentuk Satuan Kerja Audit Intern ( SKAI ) dan telah menunjuk
Pejabat Eksekutif Fungsi Kepatuhan dan Fungsi Manajemen Risiko & APUPPT efektif per
tanggal 24 januari 2018.
Berdasarkan Pasal 32 ayat (1) POJK Tata Kelola BPR, dalam rangka melaksanakan Tata Kelola
dengan modal inti paling sedikit Rp. 80.000.000.000,- (delapan puluh miliar rupiah) wajib
membentuk paling sedikit 2 komite yaitu :
1. Komite Audit
2. Komite Pemantau Resiko.
Total remunerasi Anggota Direksi selama tahun 2019 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.11. Remunerasi Anggota Direksi
JUMLAH DITERIMA
OLEH DIREKSI (KOTOR)
JUMLAH REMUNERASI
TAHUN 2019
DAN FASILITAS LAIN
Jumlah Jutaan Rp.
(Orang)
Remunerasi (gaji, bonus, tunjangan rutin, tantiem
dan fasilitas lainnya dalam bentuk non natura 2 Rp. 644.307,-
Anggota Direksi tidak memiliki saham atas PT. BPR Nusamba Banguntapan, sehingga tidak ada
paket/kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Anggota Direksi berupa kompensasi berbasis
saham.
Tabel 2.12. Skala Remunerasi Anggota Direksi
Berdasarkan hasil keputusan RUPS yang dituangkan dalam akta notaril Risalah RUPS
BPR Nusamba Banguntapan No : 19 tanggal 12 November 2019 yang dibuat oleh Notaris Ny.
Djumini Setyodi, SH. Mkn di Jakarta, tentang Akta Pengangkatan Pengurus Dewan Komisaris dan
Dewan Direksi Tahun 2019. Seluruh Dewan Komisaris telah mendapat persetujuan Otoritas Jasa
Keuangan dan telah diangkat melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Tabel .3.1. Komposisi, Struktur dan Independensi Dewan Komisaris
Nurhayati,SE.MM Komisaris
- BPR Nusamba Temon
Dengan demikian seluruh anggota Dewan Komisaris telah memenuhi kriteria, jumlah,
komposisi, independensi dan kompetensi serta persyaratan menurut ketentuan Otoritas Jasa
Keuangan, antara lain :
a. Anggota Dewan Komisaris paling sedikit berjumlah 2 (dua) orang dan paling banyak
sama dengan jumlah anggota Direksi, serta salah satu diantaranya menjabat sebagai
Komisaris Utama;
b. Seluruh anggota Dewan Komisaris wajib berkedudukan di Indonesia, dan paling
sedikit 1 (satu) orang anggota Dewan Komisaris harus bertempat tinggal di provinsi
yang sama atau di kota/kabupaten pada provinsi lain yang berbatasan langsung dengan
provinsi lokasi Kantor Pusat Bank;
C. MASA JABATAN
Tabel dibawah ini menjelaskan mengenai masa jabatan dari masing masing anggota
Dewan Komisaris.
Tabel .3.3. Masa Jabatan Dewan Komisaris
No. Nama Jabatan Masa Jabatan Persetujuan Persetujuan
Jabatan Berakhir RUPS OJK
1. Rohadi, SH Komisaris 05-05- 4 Mei Akta Notaris S-279-
Utama 2017 2020 No.02 AHU A/KO.031/2017
3 Tahun AHA 01.03-
01335513
Tgl. 02/05/2020
2. Nurhayati, SE, Komisaris 01-11- 01 Akta Notaris SR-658
MM 2019 November No.02 AHU /KO.031/2019
3 Tahun 2022 AHA 01.03-
01335513
Tgl. 02/05/2020
1. Pelaksanaan Rencana Bisnis Bank, berupa penilaian aspek kuantitatif dan kualitatif terhadap
realisasi Rencana Bisnis, termasuk penerapan kepatuhan terhadap ketentuan;
2. Penilaian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Bank, seperti kinerja keuangan
khususnya terkait faktor permodalan (capital), rentabilitas (earnings), kualitas asset,
manajemen, dan sensitivitas terhadap risiko pasar;
3. Perbaikan atas temuan hasil pemeriksaan Otoritas Jasa Keuangan;
4. Kecukupan permodalan Bank;
5. Kualitas Aktiva Produktif (KAP);
6. Likuiditas Bank;
7. Tingkat kesehatan dan profil risiko Bank;
8. Pengembangan dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM);
9. Mengawasi tindak lanjut hasil temuan Audit Intern, kualitas dan pengembangan Operasional,
khususnya kecukupan dan keefektifan Sistem Pengendalian Intern;
10. Penerapan GCG dan Manajemen Risiko serta kepatuhan Bank terhadap peraturan-peraturan
Otoritas Jasa Keuangan dan perundang-undangan lainnya;
11. Penerapan program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.
2. Hubungan keuangan dan keluarga antar anggota Dewan Komisaris dengan insan anggota
Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi serta Pemegang Saham Pengendali sebagai
berikut :
Tabel .3.7. Hubungan Keuangan
Hubungan
Keuangan
Nama Dewan Komisaris Pemegang Saham
Anggota Direksi
Lain Pengendali
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Rohadi, SH. v v v
Nurhayati, SE, MM v v v
Nurhayati, SE, MM v v v
Komisaris Utama tidak memiliki hubungan keuangan dan keluarga antara Dewan
Komisaris Lainya, anggota Direksi & Pemegang Saham Pengendali atau disebut pihak
independen. Dengan demikian, Anggota Dewan Komisaris telah memenuhi jumlah,
komposisi dan kriteria telah sesuai dengan ketentuan Tata Kelola BPR yang diatur oleh
OJK.
Rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan paling kurang 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan
sebagaimana ketentuan dalam pasal 35 POJK Nomor 4/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata
Kelola bagi Bank Perkreditan Rakyat. Dari sisi efektifitas Rapat Dewan Komisaris, maka
pelaksanaan rapat sudah diselenggarakan secara berkala dan disesuaikan dengan kebutuhan. Selain
itu, Dewan Komisaris juga secara berkala mengundang Direksi dan seluruh pejabat untuk
melaksanakan rapat gabungan untuk membicarakan kinerja dan perkembangan bank secara umum.
Selama periode tahun 2019, telah dilakukan rapat Dewan Komisaris, rapat gabungan Dewan
Komisaris dengan Direksi serta rapat gabungan Dewan Komisaris dengan Direksi dan seluruh
pejabat.
Tabel 3.9. Rapat Dewan Komisaris
Topik / materi rapat Dewan Komisaris, rapat gabungan Dewan Komisaris dengan Direksi serta
rapat gabungan Dewan Komisaris dengan Direksi dan seluruh pejabat adalah evaluasi kinerja,
rencana kerja & pengembangan, tindak lanjut temuan hasil audit, isu-isu strategis/penetapan
kebijakan strategis. Keputusan dalam setiap rapat dilakukan berdasarkan musyawarah dan
mufakat, hasil rapat dituangkan dalam notulen rapat dan didokumentasikan dengan baik.
Total remunerasi Dewan Komisaris selama tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.10. Remunerasi Dewan Komisaris
Dewan Komisaris tidak memiliki saham atas PT. BPR Nusamba Banguntapan, sehingga tidak
ada paket/kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Dewan Komisaris berupa kompensasi
berbasis saham.
Tabel 3.11. Skala Remunerasi Dewan Komisaris
JUMLAH
JUMLAH REMUNERASI PER ORANG
DEWAN
Tahun 2019 *)
KOMISARIS
Diatas Rp 10,000,000 1
Diatas Rp 1,000,000,000 s/d Rp 10,000,000,000 1
TOTAL 2
*) Yang diterima secara tunai
Bank senantiasa berusaha untuk meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan dan hukum yang
berlaku, standar-standar, etika dan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Tujuan dari upaya-
upaya tersebut adalah agar masing-masing unit kerja dalam Bank terbudaya untuk senantiasa patuh
dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja dan reputasi Bank. Sesuai dengan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan (POJK) No. 4/POJK.3/2015, Bank wajib menunjuk salah satu bagian yang
membawahkan fungsi kepatuhan.
Dalam rangka pelaksanaan fungsi kepatuhan yaitu memastikan kepatuhan terhadap peraturan
Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan lainnya, BPR Nusamba Banguntapan
telah melakukan pemenuhan struktur organisasi untuk penerapan fungsi kepatuhan hanya saja belum
diajukannya atau salah satu Direksi bertindak sebagai Direktur Yang Membawahkan Fungsi
Kepatuhan.
Dalam rangka belum diajukannya Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan, PT. BPR
Nusamba Banguntapan telah menunjuk Pejabat Eksekutif yang independen terhadap operasional
BPR untuk melaksanakan fungsi kepatuhan yaitu Kepala Bidang Kepatuhan yang merangkap
Manajemen Resiko & APUPPT efektif pertanggal 31 Januari 2018.
1. Memastikan tingkat kepatuhan Bank terhadap seluruh ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta pemenuhan komitmen dengan otoritas yang berwenang;
2. Sosialisasi peraturan Otoritas Jasa Keuangan kepada unit-unit kerja terkait;
3. Melakukan sosialisasi dan ketentuan internal dan ekternal baik secara langsung dengan tatap
muka melaui meeting, coaching, dan breafing/ mengadakan sosialisasi ke Kantor Cabang
maupun Kantor Kas atau secara tidak langsung melalui media elektronik telfon, whatsapps;
4. Melakukan pemantauan terhadap prinsip kehati-hatian dalam aktivitas bank, produk,
pembukaan jaringan kantor/ peningkatan status jaringan kantor, dan lain-lain;
5. Melakukan pembinaan secara lisan ataupun tertulis kepada kantor Cabang ataupun Kantor Kas
berdasarkan analisa laporan hasil temuan audit baik dibidang operasional, funding maupun
kredit;
6. Senantiasa meningkatkan pengawasan atas penerapan APU & PPT dengan mengoptimalkan
sistem informasi dalam proses pemantauan dan identifikasi transaksi yang mencurigakan,
transaksi tunai sesuai Kebijakan APU & PPT;
7. Mensosialisasikan Pedoman Kerja APU & PPT dalam rangka peningkatan pemahaman Sumber
Daya Manusia (SDM) Bank;
8. Melengkapi dan mengkinikan data nasabah secara berkelanjutan;
9. Pengelompokan nasabah dengan menggunakan pendekatan berdasarkan risiko (Risk Based
Approach);
AUDIT INTERN
Terpenuhinya secara baik kepentingan Bank dan Nasabah dalam penyimpan dana
merupakan bagian dari misi Audit Intern Bank. Hal ini perlu dikemukakan karena sebagai badan
usaha perbankan terdapat berbagai macam kepentingan dari pihak-pihak terkait, seperti pemilik,
manajemen, pegawai dan nasabah. Walaupun terdapat perbedaan kepentingan diantara pihak-
pihak terkait tersebut, namun pada hakekatnya kepentingan tersebut mempunyai tujuan yang
sama, yaitu tercapainya Bank yang sehat dan mampu berkembang secara wajar.
Dalam kaitan ini, audit intern Bank berfungsi untuk memastikan terwujudnya Bank yang
sehat, berkembang secara wajar dan dapat menunjang perekonomian nasional. Agar misi tersebut
dapat terlaksana dengan baik, diperlukan mekanisme pengendalian umum. Selanjutnya, perlu
dilakukan penataan dan penegasan peranan Dewan Komisaris dalam hubungannya dengan Fungsi
Audit Intern Bank. Dalam rangka pelaksanaan manajemen risiko yang baik, pengendalian intern
yang tepat serta tata kelola perusahaan yang baik, maka diperlukan suatu fungsi yang dapat
melakukan evaluasi terhadap hal-hal yang telah dilakukan oleh Bank. Divisi Internal Audit yang
melaksanakan fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) sebagai organisasi yang independen
menjalankan kegiatan audit intern Bank.
Dalam menjalankan fungsinya, SKAI telah melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan audit secara independen;
b. Melakukan penilaian terhadap kecukupan dan efektifitas Sistem Pengendalian Intern Bank;
c. Melakukan pemantauan perkembangan tidak lanjut yang dilakukan oleh audit;
Audit Intern merupakan unit kerja/ satuan kerja secara struktural berada di bawah
pengawasan langsung Direktur Utama, bertanggungjawab langsung kepada Direktur Utama dan
memiliki garis komunikasi dengan Dewan Komisaris. Audit Intern melakukan kegiatan
pemberian keyakinan ( Assurance ) dan konsultasi yang bersifat independen dan obyektif dengan
tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan memperbaiki operasional bank melalui pendekatan
yang sistematis dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan kecukupan dan efektivitas
Manajemen Risiko, Pengendalian Intern dan proses Tata Kelola Perusahaan.
Dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Satuan Kerja Audit Intern telah
memiliki pedoman kerja yang mengatur tentang perencanaan, pelaksanaan maupun
pemantauan hasil audit. Pedoman Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern (SPFAI)
sebagai pedoman kerja SKAI telah diberlakukan melalui Surat Keputusan Direksi Nomor
SK Dir No. 70/BTP/DIR/SK/II/2017 tertanggal 28 Februari 2017.
Keterangan :
KPO : Kantor Pusat Operasional
KC : Kantor Cabang
Program kerja dan realisasi kerja SKAI selama tahun 2019 yang meliputi segala unsur
terkait operasional Bank. Pelaksanaan pemeriksaan SKAI pada tahun 2019, telah dilakukan di
Kantor Pusat, Kantor Cabang maupun Kantor Kas. Obyek pemeriksaan meliputi pemeriksaan
umum administrasi, operasional , perkreditan, pendanaan, serta penanganan kredit bermasalah.
Auditor eksternal memiliki peran penting dalam kerangka kerja Good Corporate Governance
( GCG ). Direksi menyadari bahwa tugas dilaksanakan oleh para auditor eksternal untuk mendukung
kelancaran tugas Manajemen Bank. Berdasarkan POJK No 13/ POJK.03/2017 tentang Penggunaan
Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik Dalam Kegiatan Jasa Keuangan, pelaksanaan audit
atas Laporan Keuangan bank untuk tahun buku 2019 telah sesuai dengan Standar Profesional Akuntan
Publik, serta perjanjian kerja dan ruang lingkup audit yang telah di tetapkan.
Direksi telah menunjuk Kantor Akuntan Publik “ Drs Suprihadi & Rekan“ Untuk pelaksanaan
audit laporan keuangan tahun buku 2019 berdasarkan surat penugasan nomor : 472/BTP/DIR/XI/2019
dan yang bersangkutan merupakan KAP terdaftar sebagai auditor Bank Otoritas Jasa Keuangan.
Pada tanggal 20 Maret 2019, Kantor Akuntan Publik “ Drs Suprihadi & Rekan“ telah
menyelesaikan laporan hasil audit BPR Nusamba Banguntapan Tahun 2019. Pelaporan hasil audit
atau management letter kepada OJK dan Bank Indonesia disampaikan sebelum batas akhir dari
ketentuan yang berlaku. Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan, BPR Nusamba
Banguntapan menyusun dan menyajikan laporan keuangan dalam bentuk dan cakupan sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia, yang terdiri dari :
1. Neraca;
2. Laporan Laba Rugi;
3. Laporan Perubahan Ekuitas;
4. Laporan Arus Kas;
5. Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi tentang komitmen dan;
6. Kontinjensi.
A. MANAJEMEN RISIKO
1. Kebijakan Manajemen Risiko
BPR Nusamba Banguntapan telah menerapkan manajemen risiko secara komprehensif
dan terpadu, sesuai dengan POJK No 13/ POJK.03/2015 tentang Penerapan Manajemen Risiko
Bagi BPR. Proses manajemen risiko yang diterapkan secara komprehensif pada 4 (empat ) risiko
yang wajib dikelola BPR Nusamba Banguntapan yaitu, Risiko Kredit, Risiko Operasional, Risiko
Likuiditas dan Risiko Kepatuhan.
Penerapan manajemen risiko paling kurang mencakup :
a. Pengawasan aktif oleh Komisaris dan Direksi;
b. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit manajemen risiko;
c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta
Sistem Informasi Manajemen risiko;
d. Sistem Pengendalian intern yang menyeluruh.
Bank senantiasa meningkatkan kemampuan pengelolaan risiko dan mengevaluasi
kebijakan risiko sesuai dengan peraturan baru yang berlaku maupun perubahan lingkungan
bisnis yang terjadi.
2. Penerapan manajemen risiko bank sampai dengan tahun 2019 diantaranya :
1) Pengawasan Direksi dan Dewan Komisaris.
Pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris terhadap penerapan manajemen risiko di
bank dilakukan antara lain :
- Dewan Komisaris melakukan peran aktif dalam pengawasan penerapan manajemen
risiko yang dilakukan oleh Direksi, antara lain dengan memberi persetujuan dan
mengevaluasi kebijakan manajemen risiko, serta mengevaluasi pertanggungjawaban
Direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko.
Pedoman penerapan manajemen risiko telah diberlakukan melalui Surat Keputusan
Direksi tertanggal 27 Desember 2016 tentang Pemberlakuan Standar Operasional
Prosedur (SOP) Manajemen Misiko (MR).
- Direksi menyusun struktur organisasi disertai dengan kejelasan tugas dan tanggung
jawab secara umum maupun terkait penerapan manajemen risiko pada masing-masing
satuan kerja termasuk satuan kerja yang terkait dengan penerapan manajemen risiko.
a) Aktivitas perkreditan memiliki risiko kredit, risiko operasional, risiko likuiditas dan
risiko kepatuhan;
b) Aktivitas pendanaan memiliki risiko operasional, risiko likuiditas dan risiko
kepatuhan;
c) Aktifitas operasional, teknologi informasi dan pegelolaan sumber daya manusia
memiliki risiko operasional;
3) Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian Risiko serta Sistem
Informasi Manajemen Risiko;
- Identifikasi Risiko;
Dilakukan dengan berdasarkan pengalaman pada masa lalu terkait dengan transaksi
yang menyebabkan kerugian, menurunnya keuntungan atau menyebabkan
permasalahan bank;
- Pengukuran Risiko;
Digunakan untuk mengukur eksposure risiko bank sebagai acuan untuk melakukan
pengendaliandan dilakukan secara berkala;
- Pemantauan Risiko;
Dilakukan oleh satuan kerja atau pejabat independen yang tidak terkait dengan
penyusunan dan/atau penetapan eksposure risiko dengan cara pemantauan dan
pelaporan risiko;
- Pengendalian Risiko;
Digunakan bank untuk mengelola risiko yang dapat membahayakan kelangsungan
usaha bank yang dalam hal ini termasuk penambahan modal untuk menyerap potensi
kerugian;
- Sistem Informasi Manajemen Risiko;
Digunakan untuk mendukung pelaksanaan proses identifikasi, pengukuran,
pemantauan, dan pengendalian risiko.
Batasan risiko setinggi-tingginya secara keseluruhan adalah sebesar ekses modal atau
kelebihan modal diatas ketentuan yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan. Atau dengan kata lain
batasan nilai kerugian maksimal yang ditimbulkan oleh seluruh aktivitas fungsional bank tidak
sampai menyebabkan bank melanggar ketentuan kewajiban pemenuhan modal minimum
(KPMM).
Untuk mengurangi potensi kegagalan usaha sebagai akibat dari konsentrasi penyediaan
dana, Bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian, dengan melakukan penyebaran dan
diversifikasi portofolio penyediaan dana terutama kepada pihak terkait maupun kepada pihak
bukan terkait sebesar persentase tertentu dari modal bank yang dikenal dengan BMPK (Batas
Maksimum Pemberian Kredit).
Mengingat terdapat hubungan yang signifikan antara kegagalan usaha bank dengan
konsentrasi penyediaan dana, maka bank dilarang untuk memberikan penyediaan dana yang
mengakibatkan pelanggaran BMPK. Disamping larangan dan pembatasan persentase tertentu dari
permodalan, bank diwajibkan pula menerapkan manajemen risiko kredit yang lebih prudent
kepada pihak terkait maupun peminjam atau kelompok peminjam yang memiliki eksposur besar
(large exposure).
Hal utama dalam pengaturan BMPK adalah :
1. Penyediaan dana kepada pihak terkait ditetapkan maksimum 10% dari modal bank;
2. Penyediaan dana kepada satu peminjam yang bukan pihak terkait maksimum 20% dari modal
bank;
3. Penyediaan dana kepada satu kelompok peminjam yang bukan pihak terkait maksimum 30 %
dari modal bank.
Manajemen BPR Nusamba Banguntapan telah menerapkan prinsip kehati - hatian dalam
penyediaan dana kepada masyarakat dengam nenerapkan langkah - langkah antisipasi sebagai
berikut :
1. Bank dilarang memberikan kredit atau penyediaan dana kepada masyarakat / nasabah yang
tidak sesuai dengan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau melanggar BMPK;
2. Seluruh pemberian kredit atau penyediaan dana kepada nasabah harus di pastikan telah
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan Bank dan pemberian persetujuannya harus
sesuai kewenanganya;
3. Pemberian kredit atau penyediaan dana kepada masyarakat telah ditetapkan sesuai ketentuan
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan ( OJK );
Selama tahun 2019, tidak terdapat pelampauan BMPK atas Penyediaan dana dalam bentuk kredit
kepada 1 (satu) peminjam pihak tidak terkait dan Bank tidak memiliki Debitur yang bersifat
group atau kelompok.
Bank yang resmi beroperasi sejak 1990 terus mengerahkan segala potensi yang ada untuk
menjadi salah satu lembaga keuangan yang kuat dalam industri perbankan nasional. Masuknya
BPR Nusamba Banguntapan kedalam segmen pembiayaan mikro pada tahun 1990 menjadi
tonggak peristiwa sebagai entry point dalam menuju Visi: ”Menjadi Bank Terpercaya dan
Membangun Masa Depan.
Kegiatan usaha perbankan sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya: pola
manajemen, keadaan perkonomian dan perilaku nasabah, baik nasabah penyimpan dana maupun
nasabah kredit. Untuk mengurangi dan mengantisipasi dampak negatif dari perubahan ekonomi
dan perilaku nasabah, maka dituntut pola kerja dan strategi yang matang dalam pembuatan
program kerja dan anggaran. Program rencana bisnis merupakan arah untuk mencapai suatu
tujuan, dimana dalam melaksanakan aktivitas kegiatan kerja tahun 2020 mengacu pada rencana
bisnis Bank yang sudah ditetapkan tersebut. Disamping itu juga sebagai tolok ukur agar dalam
melaksanakan aktifitas kerja bisa lebih terarah, efektif dan efisien.
Rencana bisnis Bank merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya mengembangkan
Bank, yang terdiri dari 5 (lima) Pilar, yaitu :
1. Ketahanan kelembagaan yang kuat;
2. Kemampuan tumbuh dan berkembang;
3. Kemampuan melayani kebutuhan masyarakat;
4. Kepatuhan;
5. Penguatan SDM.
Kelima Pilar tersebut bertumpu pada Good Corporate Governance (GCG) dan berbasis
Manajemen Risiko.
KINERJA PROYEKSI
Indikator Keuangan Utama Okt 19 Des 19 Juni 20 Des 20
% % % %
Rasio KPMM (%) 18.59 28.00 27.84 29.96
Rasio Modal Inti (%) 17.99 27.94 27.20 29.22
Rasio Aset Produktif yang Diklasifikasikan terhadap Aset Produktif (%) 4.34 3.13 2.58 2.16
Rasio PPAP terhadap PPAP yang Wajib Dibentuk (%) 95.34 90.76 100.00 100.00
Rasio Non Performing Loan (%)
a. Gross 6.13 4.43 4.03 3.51
b. Netto 4.73 3.78 2.88 2.51
Rasio Kredit terhadap Total Aset Produktif (%) 87.69 84.85 77.31 75.84
Rasio Return On Assets (%) 1.03 1.22 2.64 3.37
Rasio Net Interest Margin (%) 18.08 18.62 14.87 15.11
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (%) 94.21 93.80 87.47 85.02
Cash Ratio (%) 18.79 21.75 18.71 18.55
Loan to Deposit Ratio (%) 76.28 70.36 78.49 78.25
Dalam upaya memaksimalkan kinerja Bank yang telah ditetapkan dengan rencana-
rencana yang disusun secara rinci akan semakin mempunyai ketepatan akurasinya sesuai
dengan ketentuan POJK No 37/ POJK.03/2016 tentang Rencana Bisnis Bank Perkreditan
Rakyat dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah dan SEOJK No 52/ SEOJK.03/2016 tentang
Rencana Bisnis Bank Perkreditan Rakyat. Sehubungan dengan hal tersebut, berikut distribusi
upaya dalam meningkatkan kinerja Bank pada tahun 2020 yang meliputi hal-hal sebagai
berikut :
a) Sasaran dan Strategi Dalam Pencapaian Target dan Anggaran 2020 meliputi bidang
pendanaan/penghimpunan dana, bidang perkreditan/penyaluran dana, dan penyelesaian
kredit bermasalah;
b) Action Plan Tahun 2020 meliputi bidang pendanaan/penghimpunan dana, bidang
perkreditan/penyaluran dana, dan penyelesaian kredit bermasalah;
c) Rencana dan Upaya untuk memperbaiki meningkatkan kinerja Bank Tahun 2020;
d) Rencana Pengembangan SDM meliputi penambahan tenaga kerja, pembinaan
sumber daya manusia;
e) Rencana pembelian Inventaris;
f) Rencana pengembangan status dan fungsi jaringan kantor;
g) Rencana pengembangan organisasi;
h) Rencana Pengembangan dan pengadaan Teknologi Informasi;
i) Rencana Edukasi dan Literasi;
j) Layanan Perangkat Perbankan Elektronis dan Keuangan Elektronis;
Layanan Keuangan Digital meliputi Layanan BPR e-Cash, Layanan MPOS BPR , dll
Dalam rangka pelaksanaan transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, Bank menyusun dan
menyajikan laporan secara tepat waktu dengan tata cara, jenis dan cakupan sebagaimana diatur
dalam ketentuan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 39/SEOJK.03/2017 tentang
Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Bank Perkreditan Rakyat, serta Peraturan
Otoritas jasa Keuangan Nomor 48/POJK.03/2017 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank
Perkreditan Rakyat.
Tabel 11.1. Laporan Publikasi
No Laporan Penyampaian ke OJK Pengumuman
1. Publikasi Triwulan I Disampaikan Sesuai Seluruh Jaringan Kantor
Ketentuan
2. Publikasi Triwulan 2 Disampaikan Sesuai Seluruh Jaringan Kantor
Ketentuan
3. Publikasi Triwulan 3 Disampaikan Sesuai Seluruh Jaringan Kantor
Ketentuan
4. Publikasi Triwulan 4 Disampaikan Sesuai Seluruh Jaringan Kantor &
Ketentuan
Media Surat Kabar
Selain transparansi kondisi keuangan Bank telah melaksanakan transparansi informasi mengenai
penyampaian informasi dalam rangka pemasaran produk dan/atau layanan jasa keuangan dengan
berpedoman pada persyaratan dan tata cara seperti telah diatur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa
keuangan Nomor : 12/SEOJK.07/2014 tentang Penyampaian Informasi Dalam Rangka
Pemasaran Produk/ Layanan Jasa Keuangan.
Transparansi informasi mengenai layanan serta produk Bank secara jelas, akurat dan terkini dapat
diperoleh seperti spanduk, leaflet, brosur atau bentuk tertulis lainnya disetiap jaringan kantor
yang mudah diakses oleh nasabah dan/atau dalam bentuk informasi secara elektronis yang
diunggah pada laman (homepage) Bank, yaitu : http://bprnusamba-banguntapan.co.id
1. Pengaduan Nasabah
Di dalam melaksanakan kegiatan usaha jasa perbankan, Bank kadangkala tidak selalu
dapat memenuhi harapan nasabah. Hal tersebut antara lain dapat disebabkan karena tidak
dilaksanakannya kewajiban transparansi produk oleh Bank. Jika hal ini terjadi, dapat
mengajukan keberatan kepada bank melalui staff operasional BPR Nusamba Banguntapan
atau media lainya yan dikelola oleh Bank. Adapun pada tahun 2019 tidak terdapat pengaduan
kepada pihak Bank yang masuk & tercatat di Bank serta telah dilaporkan kepada Otoritas
Jasa Keuangan Secara Triwulanan.
Tabel 11.3. Pengaduan Nasabah
I ( Januari – Maret )
Nihil Nihil
II ( April- Juni )
Nihil Nihil
III ( Juli – September )
Nihil Nihil
IV ( Oktober – Desember )
Nihil Nihil
Dalam proses
penyelesaian diinternal Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil
BPR
Belum diupayakan
Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil
penyelesaiannya
Telah ditindak lanjuti
Nihil Nihil Nihil
melalui proses hukum
JUMLAH 18,739
BPR Nusamba Banguntapan akan menyampaikan laporan pelaksanaan GCG kepada pihak-
pihak yang telah ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan secara lengkap dan sesuai dengan
kelonggaran ketentuan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam masa
penyampaian laporan Tata Kelola tahun 2019.
• Pelaksanaan audit dilakukan oleh Akuntan Publik/KAP sangat independen dan telah
memenuhi kriteria yang ditetapkan.
• Faktor 7 dengan nilai SPO 1.75 dengan nilai akhir faktor 0.05.
7. Batas Maksimum Penyaluran Dana
• Bank belum memiliki kebijakan, sistem dan prosedur tertulis yang up to date dan
lengkap untuk penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar tetapi
telah memiliki SOP Perkreditan yang mengatur tentang pemberian kredit berjenjang.
• Terjadi pelanggaran BMPK dan maupun prinsip kehati-hatian.
• Diversifikasi penyediaan dana merata atau jumlah penyediaan dana besar/debitur inti
dibandingkan dengan total penyediaan dana tidak signifikan.
• Pengambilan keputusan dalam penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan
dana besar dilakukan secara independen.
• Faktor 9 dengan nilai SPO 2.00 dengan nilai akhir faktor 0.17
8.Rencana Bisnis Bank.
• Rencana Bisnis Bank telah disusun oleh Direksi dan disetujui Dewan Komisaris
sesuai Visi dan Misi Perusahaan.
• Cakupan rencana bisnis telah sesuai dengan ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan.
• Dewan Komisaris telah melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap
pelaksanaan Rencana Bisnis BPR.
• Rencana bisnis termasuk perubahanya telah di sampaikan kepada OJK.
• Faktor 10 dengan nilai SPO Peringkat 2.00 dengan nilai akhir faktor 0.17.
9. Transparansi Kondisi Keuangan Dan Non Keuangan
• Cakupan informasi keuangan dan non-keuangan tersedia secara tepat waktu, lengkap,
akurat, kini dan utuh.
• Bank transparan menyampaikan informasi produk dan jasa, menerapkan pengelolaan
pengaduan nasabah dengan efektif serta memelihara data dan informasi pribadi
nasabah secara memadai.
Pemeringkatan atas aspek-aspek tersebut diatas didasarkan pada kinerja implementasi GCG di
Bank yang telah ditetapkan kriteria minimumnya oleh OJK
Berdasarkan hasil self assessment yang dilakukan, hasil penilaian GCG pada Bank posisi tahun
2019. dapat kami simpulkan bahwa nilai komposit yang diperoleh BPR Nusamba Banguntapan
adalah 2.13 yang termasuk kategori Baik.
Sesuai POJK. No. 04/POJK.03/2015 tanggal 31 Maret 2015 dan SEOJK No.
5/SEOJK.03/2016 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi BPR di wajibkan untuk mengelola BPR
dengan praktik terbaik ( best practice ) dengan berazaskan pada 5 ( lima ) pilar dalam Good
Corporate Governance yakni tranparasi, Akuntabilitas, responsibility, Independensi dan
keterbukaan (TARIF).
Berdasarkan analisis terhadap seluruh kriteria / indikator penilaian tersebut dapat
disimpulkan bahwa manajemen telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang
secara umum dengan sangat baik meskipun masih terdapat kekurangan dan kelemahan dalam
pelaksanaan GCG menyangkut aspek “Governance Struktur”, aspek “Governance Proses”,
aspek “Governance Outcome”.
Adapun kelemahan atas prinsip –prinsip GCG yang masih harus di perbaiki yaitu :
1) Aspek “ Governance Struktur “
Bank belum memiliki/mengajukan salah satu Direksi menjadi Direktur Yang
Membawahkan Fungsi Kepatuhan.
2) Aspek “ Governance Proses “.
Pejabat Eksekutif Kepatuhan masih kurang efektif melakukan review dan
merekomendasikan pengkinian dan atau penyempurnaan kebikajan, ketentuan, sistem
maupun prosedur yang dimiliki Bank agar sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa
Keuangan dan peraturan perundang- undangan
3) Aspek “ Governace Outcome “
Bank belum menyusun laporan profil risiko & profil risiko lain ( jika ada) kepada
Otoritas Jasa Keuangan karena berdasarkan ketentuan OJK, laporan profil risiko BPR
Nusamba Banguntapan disampaikan pertama kali bulan januari 2020 untuk laporan
Profil risiko semester ke dua tahun 2019 yaitu untuk profil risiko kredit.
Terhadap nilai komposit yang diperoleh, Bank berpendapat masih terdapat beberapa hal
yang harus dilakukan perbaikan agar implementasi GCG di Bank dapat lebih baik, antara lain
Pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha Bank, Faktor Struktur dan Infrastruktur, Proses
Penerapan Tata Kelola, dan Hasil penerapan tata kelola.
Demikian Laporan pelaksanaan GCG tahun 2019 kami sampaikan untuk dapat diterima
dengan baik dan mohon saran dari berbagai pihak demi kemajuan di masa – masa yang akan
datang .
Predikat
Komposit Baik
KESIMPULAN
Sesuai POJK. No. 04/POJK.03/2015 dan SEOJK No 5/ SEOJK.03/2016 tentang Penerapan Tata
Kelola Bagi BPR, di wajibkan untuk mengelola BPR dengan praktik terbaik ( best practice ) dengan
berazaskan pada 5 (lima) pilar dalam Good Corporate Governance yakni Tranparasi, Akuntabilitas,
Responsibility, Independensi dan Fairness/ keterbukaan ( TARIF).
Berdasarkan analisis terhadap seluruh kriteria / indikator penilaian tersebut dapat disimpulkan
bahwa manajemen telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum
dengan sangat baik sesuai dengan hasil penilaian tersebut di atas, meskipun masih terdapat
kekurangan dan kelemahan dalam pelaksanaan GCG.
➢ Faktor Positif
Struktur tata kelola dan infrastruktur tata kelola telah dipenuhi oleh BPR Nusamba
Banguntapan seperti :
1) Jumlah, domisili, integritas dan ketentuan rangkap jabatan Dewan Komisaris dan Direksi
telah sesuai dengan ketentuan.
2) Bank telah memiliki Unit Kerja Kepatuhan,Manajemen Risiko & APUPPT yang telah
memenuhi persyaratan independensi dan dengan ketersediaan SDM yang memadai
sesuai dengan ketentuan.
3) Bank telah memiliki kebijakan & prosedur aktivitas Bank yang memadai untuk
menunjang penerapan Tata Kelola Bank, seperti : tata tertib untuk Dekom dan Direksi,
kebijakan manajemen risiko, kebijakan kepatuhan serta kebijakan tata kelola Bank,
kebijakan APU & PPT, kebijakan perkreditan. Kebijakan dan prosedur internal tersebut
telah dilakukan pengkinian / penyempurnaan sejalan dengan diterbitkannya Peraturan
OJK dan BI yang terkait pada pada tahun 2016 sampai tahun 2019
➢ Faktor Negatif
1) Bank belum memiliki fungsi Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan.
➢ Faktor Positif
1) Direksi Bank telah melakukan upaya upaya untuk melakukan proses tata kelola sesuai
dengan prinsip-prinsip tata kelola, antara lain :
a) Pengambilan keputusan strategis diambil melalui Rapat Direksi. Setiap rapat
Direksi telah dilengkapi dengan notulen rapat dan didokumentasikan dengan baik.
Selama semester tahun 2019 telah dilaksanakan 12 kali rapat Direksi dan 12 kali
rapat gabungan Direksi dengan Pejabat Bank Yang dihadiri dengan Komisaris.
b) Direksi tidak menggunakan BPR untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan atau
pihak lain yang merugikan atau mengurangi keuntungan BPR, serta tidak
mengambil dan atau menerima keuntungan pribadi dari BPR, selain remunerasi dan
fasilitas lainya yang ditetapkan RUPS.
c) Meningkatkan kompetensi dan skill pegawai melalui pelaksanaan training sosialisasi
& pelatihan baik internal maupun eksternal.
2) Proses pengawasan telah dilakukan oleh Dewan Komisaris secara langsung melalui rapat
gabungan Direksi dengan Pejabat Bank, SKAI, Fungsi Kepatuhan maupun pengawasan
tidak langsung yang disampaikan kepada Direksi.
3) Sampai dengan Desember 2019, komitmen Bank terkait pemeriksaan oleh OJK telah
ditindak lanjuti sesuai dengan tenggat waktu yang disepakati dan telah dilaporkan ke
OJK.
➢ Faktor Negatif
1) Pejabat Eksekutif Kepatuhan belum efektif melakukan review dan merekomendasikan
pengkinian dan atau penyempurnaan kebikajan, ketentuan, sistem maupun prosedur yang
dimiliki Bank agar sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan
perundang- undangan
2) Pengendalian internal belum berjalan secara optimal seperti masih perlu peningkatan
dalam hal proses dual control dan fungsi supervisi serta risk awareness, untuk mengurangi
temuan-temuan audit yang berisiko tinggi dan fraud. Namun demikian Bank terus
berupaya untuk meningkatkan pengendalian internal tersebut melalui training / sosialisasi
dan untuk pembinaan dan pelaksanaan rotasi serta mutasi SDM serta pembahasan yang
berkesinambungan guna mendapatkan solusi yang secara signifikan dapat memperbaiki
hal dimaksud.
➢ Faktor Positif
1) Komisaris dan Direksi telah melaksanakan tugas dan mengadakan rapat sesuai ketentuan
dimana hasil rapat diadministrasikan dengan baik.
2) Bank telah melaksanakan transparansi laporan keuangan dan non keuangan dan laporan
tata kelola serta informasi produk sesuai dengan ketentuan.
3) Bank telah melakukan transparansi pengaduan nasabah dan dilakukan evaluasi terhadap
tindak lanjut pengaduan nasabah.
1) Bank belum menyusun laporan profil risiko & profil risiko lain ( jika ada) kepada Otoritas
Jasa Keuangan karena berdasarkan ketentuan OJK, laporan profil risiko BPR Nusamba
Banguntapan disampaikan pertama kali pada semester ke dua tahun 2019 yaitu untuk profil
risiko kredit pada bulan januari 2020.
Profil BPR
Nama BPR PT. BPR NUSAMBA BANGUNTAPAN
10) Pengambilan keputusan rapat Direksi yang bersifat Pengambilan Keputusan rapat Direksi
strategis dilakukan berdasarkan musyawarah yang bersifat strategis selalu di
mufakat, suara terbanyak dalam hal tidak tercapai musyawarahkan /mufakat dan apabila
musyawarah mufakat, atau sesuai ketentuan yang v terjadi perbedaaan pendapat selalu di
berlaku dengan mencantumkan dissenting opinion buat kesepakatan dengan konsisten
jika terdapat perbedaan pendapat.
11) Direksi tidak menggunakan BPR untuk Direksi menggunakan produk jasa BPR
kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain tetapi tidak mementingkan pribadi atau
yang dapat merugikan atau mengurangi keluarga yang dapat merugikan BPR.
keuntungan BPR, serta tidak mengambil dan/atau v Direksi menerima remunerasi dan
menerima keuntungan pribadi dari BPR, selain fasilitas lainnya yang ditetapkan RUPS
remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan
RUPS.
12) Anggota Direksi membudayakan pembelajaran Anggota Direksi memberikan perhatian
secara berkelanjutan dalam rangka peningkatan untuk mengikutsertakan Direksi maupun
pengetahuan tentang perbankan dan karyawan agar meningkatkan kompetensi
perkembangan terkini terkait bidang v pada setiap unit kerja dalam berbagai
keuangan/lainnya yang mendukung pelaksanaan pendidikan maupun pelatihan secara
tugas dan tanggung jawabnya pada seluruh berkelanjutan.
tingkatan atau jenjang organisasi antara lain
13) Anggota Direksi mampu mengimplementasikan Anggota Direksi cukup mampu
kompetensi yang dimilikinya dalam pelaksanaan mengimplementasikan kompetensinya ke
tugas dan tanggung jawabnya, antara lain dalam pelaksanaan tugas dan tanggung
v
pemahaman atas ketentuan mengenai prinsip jawabnya, antara lain pemahaman atas
kehati-hatian. ketentuan prinsip kehati hatian (Lulus
sertif, fit dan propertest)
14) Direksi memiliki dan melaksanakan pedoman dan Direksi telah memiliki pedoman dan tata
tata tertib kerja anggota Direksi yang paling sedikit tertib kerja yang lengkap sesuai
v
mencantumkan etika kerja, waktu kerja, dan peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan
peraturan rapat. telah melaksanakannya
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 10 9 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 19
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
2.375
pertanyaan (S): 8
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.95
Tata Kelola (S): 40%
Skala Penerapan
No Kriteria/Indikator SB B CB KB TB Keterangan
1 2 3 4 5
1 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)
15) Direksi mempertanggungjawabkan pelaksanaan Direksi telah mempertanggungjawabkan
tugasnya kepada pemegang saham melalui RUPS. v pelaksanaan tugasnya kepada pemegang
saham melalui RUPS dengan konsisten.
16) Direksi mengkomunikasikan kepada seluruh Direksi telah telah membuat kebijakan
pegawai mengenai kebijakan strategis BPR di strategis terkait dengan bidang
bidang kepegawaian. v kepegawaian dan dikomunikasikan
kepada seluruh karyawan dengan
transparan
17) Hasil rapat Direksi dituangkan dalam risalah rapat Hasil Rapat direksi selalu dituangkan
dan didokumentasikan dengan baik, termasuk dalam Risalah Rapat Direksi termasuk
pengungkapan secara jelas dissenting opinions v pengungkapan bila terjadi dissenting
yang terjadi dalam rapat Direksi, serta dibagikan opinion. Sudah dibuatkan dokumentasi
kepada seluruh Direksi. berupa notulen dan daftar absensi, serta
18) Terdapat peningkatan pengetahuan, keahlian, dan dibagikan kepada
Peningkatan seluruh Direksi
pengetahuan, dengan
keahlian, dan
kemampuan anggota Direksi dan seluruh pegawai kemampuan anggota Direksi dan seluruh
dalam pengelolaan BPR yang ditunjukkan antara pegawai dalam pengelolaan BPR cukup
lain dengan peningkatan kinerja BPR, penyelesaian konsisten walaupun belum secara optimal
permasalahan yang dihadapi BPR, dan pencapaian v hal ini ditunjukkan antara lain dengan
hasil sesuai ekspektasi stakeholders. peningkatan kinerja BPR, penyelesaian
permasalahan yang dihadapi BPR yang
belum maksimal, dan pencapaian hasil
belum sesuai ekspektasi stakeholders
19) Direksi menyampaikan laporan penerapan Tata Direksi telah menyampaikan laporan
Kelola pada Otoritas Jasa Keuangan, Asosiasi BPR penerapan Tata Kelola pada Otiritas Jasa
di Indonesia, dan 1 (satu) kantor media atau Keuangan, web atas nama bpr nusamba
v
majalah ekonomi dan keuangan sesuai ketentuan. banguntapan sesuai batas waktu yang
telah ditentukan dan ketentuan.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 8 3 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 11
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
2.20
pertanyaan (S): 5
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.22
Tata Kelola (S): 10%
Penjumlahan S + P + H 1.92
Total Penilaian Faktor 1 Dikalikan dengan bobot
0.43
Faktor 1
Skala Penerapan
No Kriteria/Indikator SB B CB KB TB Keterangan
1 2 3 4 5
2 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan
A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S)
1) BPR dengan modal inti paling sedikit Rp50 M: Jumlah Dewan Komisaris terdapat 2 (dua)
Jumlah anggota Dewan Komisaris paling sedikit 3 Anggota Dewan Komisaris sesuai
(tiga) orang. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
v
BPR dengan modal inti kurang dari Rp50 M:
Jumlah anggota Dewan Komisaris paling sedikit 2
(dua) orang.
2) Jumlah anggota Dewan Komisaris tidak melampaui Jumlah Anggota Dewan Komisaris tidak
jumlah anggota Direksi sesuai ketentuan. melampaui jumlah Direksi dengan
v
komposisi terdiri dari Komisaris Utama
dan Komisaris
3) Seluruh anggota Dewan Komisaris telah lulus Uji Seluruh Anggota Dewan Komisaris telah
Kemampuan dan Kepatutan dan telah diangkat lulus Uji Kemampuan dan Kepatutan dan
melalui RUPS. Dalam hal BPR memperpanjang telah diangkat melalui RUPS, termasuk
masa jabatan anggota Dewan Komisaris, RUPS v masa perpanjangannya sebelum berakhir
yang menetapkan perpanjangan masa jabatan masa jabatannya.
anggota Dewan Komisaris dilakukan sebelum
berakhirnya masa jabatan.
4) Paling sedikit 1 (satu) anggota Dewan Komisaris Seluruh anggota Dewan Komisaris
bertempat tinggal di provinsi yang sama atau di bertempat tinggal kota/kabupaten yang
kota/kabupaten pada provinsi lain yang v sama, Provinsi yang sama dengan Kantor
berbatasan langsung dengan provinsi lokasi Kantor pusat BPR
Pusat BPR.
5) BPR memiliki Komisaris Independen: BPR tidak memilik Komisaris Independen
a. Untuk BPR dengan modal inti paling sedikit tetapi jumlah dan legalitasnya telah
Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh milyar sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa
rupiah) paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari Keuangan Nomor 4/POJK.03/2015
jumlah anggota Dewan Komisaris adalah Komisaris
Independen.
v
b. Untuk BPR dengan modal inti paling sedikit
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)
dan kurang dari Rp80.000.000.000,00 (delapan
puluh milyar rupiah), paling sedikit satu anggota
Dewan Komisaris merupakan Komisaris
Independen.
6) Dewan Komisaris memiliki pedoman dan tata tertib Dewan Komisaris telah memiliki buku
kerja termasuk pengaturan etika kerja, waktu pedoman dan tata tertib kerja termasuk
kerja, dan rapat. v pengaturan etika kerja, waktu kerja, dan
rapat yang lengkap.
7) Dewan Komisaris tidak merangkap jabatan sebagai Dewan Komisaris terdapat rangkap
anggota Dewan Komisaris pada lebih dari 2 (dua) jabatan pada BPR yang masih satu group
BPR atau BPRS lainnya, atau sebagai Direksi atau v sebagai dewan Komisaris dan tidak lebih
pejabat eksekutif pada BPR, BPRS dan/atau Bank dari 2 (dua) BPR
Umum.
8) Mayoritas anggota Dewan Komisaris tidak memiliki Seluruh Anggota Dewan Komisaris tidak
hubungan keluarga atau semenda sampai dengan memiliki hubungan keluarga atau
derajat kedua dengan sesama anggota Dewan v semenda dengan Anggota Dewan
Komisaris atau Direksi. Komisaris lain ataupun Anggota Direksi
9) Seluruh Komisaris Independen tidak ada yang Seluruh Dewan Komisaris tidak ada yang
memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, memiliki hubungan keuangan,
kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga kepengurusan, kepemilikan saham,
dengan anggota Dewan Komisaris lain, Direksi dan/atau hubungan keluarga
v
dan/atau pemegang saham pengendali atau (Independen) dan telah diangkat melalui
hubungan lain yang dapat mempengaruhi RUPS
kemampuannya untuk bertindak independen.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
6 4 3 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 13
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
1.44
pertanyaan (S): 9
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.72
Tata Kelola (S): 50%
Skala Penerapan
No Kriteria/Indikator SB B CB KB TB Keterangan
1 2 3 4 5
2 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan
B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)
10) Dewan Komisaris telah melaksanakan pengawasan Dewan Komisaris telah melaksanakan
terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pengawasan terhadap tugas dan
serta memberikan nasihat kepada Direksi, antara tanggung jawab Direksi, pemberian
lain pemberian rekomendasi atau nasihat tertulis arahan, rekomandasi, nasihat, Adapun
v
terkait dengan pemenuhan ketentuan BPR masukan tertulis terkait hal tersebut
termasuk prinsip kehati-hatian. cukup optimal dengan pemenuhan
ketentuan BPR untuk menumbuhkan
prinsip kehati-hatian
11) Dalam rangka melakukan tugas pengawasan, Dewan Komisaris melakukan tugas
Komisaris mengarahkan, memantau dan pengawasan, mengarahkan, memantau
mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis dan evaluasi terhadap setiap pelaksanaan
v
BPR. kebijakan strategis BPR, diadakan rapat
rutin Dewan Komisaris dengan Direksi.
12) Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan Dewan Komisaris hanya terlibat dalam
keputusan kegiatan operasional BPR, kecuali hal penyediaan dana Pihak Terkait (Kredit
dalam hal penyediaan dana kepada pihak terkait pengurus dan pejabat eksekutif)
sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai
v
batas maksimum pemberian kredit BPR dan hal-hal
lain yang ditetapkan dalam peraturan
perundangan dalam rangka melaksanakan fungsi
pengawasan.
13) Dewan Komisaris memastikan bahwa Direksi Satuan Kerja Audit Intern memastikan
menindaklanjuti temuan audit intern, audit bahwa hasil pemeriksaan audit intern,
ekstern, hasil pengawasan Otoritas Jasa audit ekstern, dan Otoritas Jasa
Keuangan, dan/atau hasil pengawasan otoritas v Keuangan sudah ditindak lanjuti dan
lainnya antara lain dengan meminta Direksi untuk mengirim laporan kepada Dewan
menyampaikan dokumen hasil tindak lanjut komisaris
temuan.
14) Dewan Komisaris menyediakan waktu yang cukup Dewan Komisaris selalu menyediakan
untuk melaksanakan tugas dan tanggung waktu yang cukup untuk melaksanakan
jawabnya secara optimal dan menyelenggarakan tugas dan tanggungjawab dengan
Rapat Dewan Komisaris paling sedikit 1 (satu) kali v menyelenggarakan Rapat dewan
dalam 3 bulan yang dihadiri oleh seluruh anggota komisaris paling sedikit 1 (satu) kali
Dewan Komisaris. dalam 3 bulan yang dihadiri oleh Seluruh
anggota dewan.
15) Pengambilan keputusan rapat Dewan Komisaris Pengambilan keputusan rapat Dewan
yang bersifat strategis telah dilakukan berdasarkan Komisaris yang bersifat strategi telah
musyawarah mufakat atau suara terbanyak dalam dilakukan berdasarkan musyawarah
hal tidak tercapai musyawarah mufakat, atau v mufakat begitu pula apabila terjadi
sesuai ketentuan yang berlaku dengan perbedaan pendapat
mencantumkan dissenting opinion jika terdapat
perbedaan pendapat.
16) Anggota Dewan Komisaris tidak memanfaatkan Anggota Dewan Komisaris tidak
BPR untuk kepentingan pribadi, keluarga, memanfaatkan BPR untuk kepentingan
dan/atau pihak lain yang merugikan atau pribadi, keluarga dan /atau menerima
mengurangi keuntungan BPR, serta tidak v keuntungan pribadi dari BPR. Selain
mengambil dan/atau menerima keuntungan remunerasi dan fasilitas lainnya yang
pribadi dari BPR, selain remunerasi dan fasilitas ditetapkan RUPS.
lainnya yang ditetapkan RUPS.
17) Anggota Dewan Komisaris melakukan pemantauan Dewan komisaris belum melakukan
terhadap laporan pelaksanaan tugas dan tanggung pemantauan terhadap laporan pelaksaan
jawab anggota Direksi yang membawahkan fungsi tugas dan tanggung jawab anggota
kepatuhan yang memerlukan tindak lanjut Direksi. v Direksi yang membawahkan Fungsi
Kepatuhan dan mengevaluasi laporan
bagian kepatuhan yang telah dikirim
kepada Dewan Komisaris.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala 0 14 3 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 17
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
2.13
pertanyaan (S): 8
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.85
Tata Kelola (S): 40%
C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)
18) Hasil rapat Dewan Komisaris dituangkan dalam Hasil risalah Rapat Dewan Komisaris
risalah rapat dan didokumentasikan dengan baik selalu dituangkan dalam risalah rapat,
dan jelas, termasuk dissenting opinions yang notulen, dan didokumentasikan dengan
v
terjadi jika terdapat perbedaan pendapat, serta baik dan jelas.
dibagikan kepada seluruh anggota Dewan
Komisaris.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 2 0 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 2
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
2.00
pertanyaan (S): 1
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.20
Tata Kelola (S): 10%
Penjumlahan S + P + H 1.77
Total Penilaian Faktor 2 Dikalikan dengan bobot
0.30
Faktor 2
Skala Penerapan
No Kriteria/Indikator SB B CB KB TB Keterangan
1 2 3 4 5
3 Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas atau Fungsi
A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S)
1) BPR telah memiliki Komite Audit dan Komite BPR Nusamba Banguntapan tidak
Pemantau Risiko dengan anggota Komite sesuai membentuk Komite Audit dan Komite
ketentuan. Pemantau Risiko dikarenakan Modal Inti
dibawah 50 Milyar dan disesuaikakn
dengan ketentuan Otoritas Jasa
Keuangan
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 0 0 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 0
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
0
pertanyaan (S): 1
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.00
Tata Kelola (S): 50%
B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)
2) Komite Audit melakukan evaluasi terhadap BPR Nusamba Banguntapan tidak
penerapan fungsi audit intern. membentuk Komite Audit dikarenakan
Modal Inti dibawah 50 Milyar dan
disesuaikakn dengan ketentuan Otoritas
Jasa Keuangan
3) Komite Pemantau Risiko melakukan evaluasi BPR Nusamba Banguntapan tidak
terhadap penerapan fungsi manajemen risiko. membentuk Komite Pemantau Risiko
dikarenakan Modal Inti dibawah 50
Milyar dan disesuaikakn dengan
ketentuan Otoritas Jasa Keuangan
4) Dewan Komisaris memastikan bahwa Komite yang BPR Nusamba Banguntapan tidak
dibentuk menjalankan tugasnya secara efektif membentuk Komite Audit dan Komite
antara lain telah sesuai dengan pedoman dan tata Pemantau Risiko dikarenakan Modal Inti
tertib kerja. dibawah 50 Milyar dan disesuaikakn
dengan ketentuan Otoritas Jasa
Keuangan
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 0 0 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 0
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
0
pertanyaan (S): 3
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.00
Tata Kelola (S): 40%
C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)
5) Komite memberikan rekomendasi terkait BPR Nusamba Banguntapan tidak
penerapan audit intern dan fungsi manajemen membentuk Komite Audit dan Komite
risiko kepada Dewan Komisaris untuk tindak lanjut Pemantau Risiko dikarenakan Modal Inti
kepada Direksi BPR. dibawah 50 Milyar dan disesuaikakn
dengan ketentuan Otoritas Jasa
Keuangan
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 0 0 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 0
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
0
pertanyaan (S): 1
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.00
Tata Kelola (S): 10%
Penjumlahan S + P + H 0.00
Total Penilaian Faktor 3 Dikalikan dengan bobot
0.00
Faktor 3
Skala Penerapan
No Kriteria/Indikator SB B CB KB TB Keterangan
1 2 3 4 5
4 Penanganan Benturan Kepentingan
A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S)
1) BPR memiliki kebijakan, sistem dan prosedur BPR telah memiliki kebijakan, sistem dan
penyelesaian mengenai benturan kepentingan yang prosedur tertulis mengenai benturan
mengikat setiap pengurus dan pegawai BPR kepentingan secara tertulis yang
v
termasuk administrasi, dokumentasi dan mengikat pengurus dan pegawai BPR.
pengungkapan benturan kepentingan dimaksud
dalam Risalah Rapat.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 2 0 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 2
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
2.00
pertanyaan (S): 1
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
1.00
Tata Kelola (S): 50%
B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)
2) Dalam hal terjadi benturan kepentingan, anggota Anggota Dewan Komisaris, Direksi dan
Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Pejabat Pejabat Eksekutif tidak mengambil
Eksekutif tidak mengambil tindakan yang dapat tindakan yang mengurangi keuntungan
v
merugikan atau mengurangi keuntungan BPR, BPR.
atau tidak mengeksekusi transaksi yang memiliki
benturan kepentingan tersebut.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 2 0 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 2
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
2.00
pertanyaan (S): 1
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.80
Tata Kelola (S): 40%
C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)
3) Benturan kepentingan yang dapat merugikan BPR Benturan kepentingan telah diungkap
atau mengurangi keuntungan BPR diungkapkan dan didokumentasikan dengan cukup
v
dalam setiap keputusan dan telah terdokumentasi baik
dengan baik.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 0 3 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 3
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
3
pertanyaan (S): 1
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.30
Tata Kelola (S): 10%
Penjumlahan S + P + H 2.10
Total Penilaian Faktor 4 Dikalikan dengan bobot
0.23
Faktor 4
Skala Penerapan
No Kriteria/Indikator SB B CB KB TB Keterangan
1 2 3 4 5
5 Penerapan Fungsi Kepatuhan
A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S)
1) BPR dengan modal inti paling sedikit Salah Satu Anggota Direksi belum ada
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar atau diajukan sebagai Direksi yang
rupiah): Anggota Direksi yang membawahkan membawahkan fungsi kepatuhan.
fungsi kepatuhan memenuhi persyaratan paling
sedikit untuk:
a. tidak merangkap sebagai Direktur Utama;
b. tidak membawahkan bidang operasional
penghimpunan dan penyaluran dana; dan v
c. mampu bekerja secara independen.
BPR dengan modal inti kurang dari
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah): Anggota Direksi yang membawahkan
fungsi kepatuhan tidak menangani penyaluran
dana.
2) Anggota Direksi yang membawahkan fungsi Salah Satu Anggota Direksi belum
kepatuhan memahami peraturan Otoritas Jasa diajukan sebagai Direksi yang
Keuangan dan peraturan perundang-undangan membawahkan Fungsi Kepatuhan, tetapi
lain yang berkaitan dengan perbankan. cukup memahami peraturan Otoritas
Jasa Keuangan dan peraturan perundang-
undangan lain yang berkaitan dengan
v
perbankan. Sudah terupdate Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan, Surat Edaran
Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan
perundang-undangan lain yang berkaitan
dengan perbankan
3) BPR dengan modal inti paling sedikit BPR telah menunjuk Pejabat Eksekutif
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar yang menangani Fungsi Kepatuhan,
rupiah): independen terhadap satuan kerja atau
Pelaksanaan fungsi kepatuhan dilakukan dengan fungsi operasional dengan cukup
membentuk satuan kerja kepatuhan yang independen
independen terhadap satuan kerja atau fungsi
operasional.
v
BPR dengan modal inti kurang dari
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah):
Pelaksanaan fungsi kepatuhan dilakukan dengan
menunjuk Pejabat Eksekutif yang menangani
fungsi kepatuhan independen terhadap satuan
kerja atau fungsi operasional.
4) Satuan kerja kepatuhan atau Pejabat Eksekutif Pejabat Eksekutif yang menangani Fungsi
yang menangani fungsi kepatuhan menyusun Kepatuhan telah menyusun dan / atau
dan/atau mengkinikan pedoman kerja, sistem, dan mengkinikan pedoman kerja, sistem dan
prosedur kepatuhan. prosedur kepatuhan dengan cukup baik
v
(Pedoman Kebijakan dan Prosedur
Kepatuhan tertanggal 11 Desember 2018),
SOP dan Ketentuan Intern.
5) BPR memiliki ketentuan intern mengenai tugas, BPR telah memiliki ketentuan intern
wewenang, dan tanggung jawab bagi satuan kerja mengenai tugas, wewenang dan
kepatuhan atau Pejabat Eksekutif yang menangani tanggungjawab bagi satuan kerja
fungsi kepatuhan. kepatuhan atau Pejabat eksekutif yang
v
menangani fungsi Kepatuhan. Sudah
tertera dalam Job Description Kepatuhan
serta Pedoman Kerja dan Prosedur
Kepatuhan .
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 2 6 8 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 16
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
3.2
pertanyaan (S): 5
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
1.20
Tata Kelola (S): 50%
Skala Penerapan
No Kriteria/Indikator SB B CB KB TB Keterangan
1 2 3 4 5
5 Penerapan Fungsi Kepatuhan
B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)
6) Anggota Direksi yang membawahkan fungsi Salah satu anggota Direksi yang
kepatuhan menetapkan langkah-langkah yang membawahkan Fungsi Kepatuhan telah
diperlukan untuk memastikan BPR telah menetapkan langkah-langkah yang
memenuhi seluruh peraturan Otoritas Jasa diperlukan untuk memastikan BPR telah
Keuangan dan peraturan perundang-undangan memenuhi seluruh peraturan Otoritas
lain termasuk penyampaian laporan kepada v Jasa keuangan dan peraturan perundang-
Otoritas Jasa Keuangan dan otoritas lainnya. undangan lain termasuk penyampaian
laporan kepada Otoritas Jasa keuangan
dan otoritas lainnya, Schedule laporan
sudah ada dan sudah ditindak lanjuti.
7) Anggota Direksi yang membawahkan fungsi Salah satu anggota Direksi yang
kepatuhan melakukan upaya untuk mendorong membawahkan fungsi kepatuhan terus
terciptanya budaya kepatuhan BPR antara lain melakukan upaya mendorong terciptanya
melalui sosialisasi dan pelatihan ketentuan terkini. budaya kepatuhan dengan secara rutin
v mengadakan sosialisasi dan pelatihan
ketentuan terkini. Walaupun belum
sepenuhnya dilakukan sosialisasi dan
pelatihan secara berkala terkait
ketentuan baru.
8) Anggota Direksi yang membawahkan fungsi BPR telah menunjuk Direktur Yang
kepatuhan memantau dan menjaga kepatuhan membawahkan fungsi kepatuhan namun
BPR terhadap seluruh komitmen yang dibuat oleh belum mengajukan atau belum
BPR kepada Otoritas Jasa Keuangan termasuk diajukannya Salah satu Direksi Yang
melakukan tindakan pencegahan apabila terdapat membawahkan fungsi keptuhan ke
kebijakan dan/atau keputusan Direksi BPR yang Otoritas Jasa Keuangan hingga penilain
v
menyimpang dari ketentuan Otoritas Jasa ini dibuat. namun sudah berkomitmen
Keuangan dan peraturan perundang-undangan. untuk memantau dan menjaga
kepatuhan BPR terhadap ketentuan
Otoritas Jasa Keuangan. Sudah
melaksanakan tugas sesuai dengan Job
Description dan SOP yang ada
9) Satuan kerja kepatuhan atau Pejabat Eksekutif Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi
yang menangani fungsi kepatuhan memastikan Kepatuhan belum cukup untuk
bahwa seluruh kebijakan, ketentuan, sistem, dan memastikan segala kebijakan, ketentuan,
prosedur, serta kegiatan usaha yang dilakukan v sistem dan prosuder serta kegiatan usaha
BPR telah sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa BPR sesuai dengan ketentuan Otoritas
Keuangan dan peraturan perundang-undangan. Jasa Keuangan dan perundang-
10) Satuan kerja kepatuhan atau Pejabat Eksekutif undangan.
Pejabat Eksekutif Kepatuhan yang
yang menangani fungsi kepatuhan melakukan menangani fungsi kepatuhan cukup
reviu dan/atau merekomendasikan pengkinian dan konsisten dalam melakukan reviu dan
penyempurnaan kebijakan, ketentuan, sistem v atau merekomendasikan pengkinian dan
maupun prosedur yang dimiliki oleh BPR agar penyempurnaan kebijakan, ketentuan,
sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan sitem maupun prosedut yang dimilik oleh
dan peraturan perundang-undangan. BPR agar sesuai dengan ketentuan
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan a x1 bx2 cx3 dx4 e x 5 Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 2 9 4 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 15
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
3
pertanyaan (S): 5
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
1.20
Tata Kelola (S): 40%
C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)
11) BPR berhasil menurunkan tingkat pelanggaran Hasil Pemeriksaan Otoritas Jasa
terhadap ketentuan. Keuangan telah ditindaklanjuti sesuai
v komitmen sehingga pelanggaran terhadap
ketentuan sudah berkurang
12) Anggota Direksi yang membawahkan fungsi BPR telah menunjuk Salah satu Anggota
kepatuhan menyampaikan laporan pelaksanaan Direksi yang membawahkan Fungsi
tugas dan tanggung jawab secara berkala kepada Kepatuhan dan BPR telah menyampaikan
Direktur Utama dengan tembusan kepada Dewan laporan pelaksanaan tugas dan tanggung
Komisaris. Dalam hal anggota Direksi yang jawab secara berkala kepada Direktur
membawahkan fungsi kepatuhan adalah Direktur v Utama dengan tembusan Dewan
Utama, laporan disampaikan kepada Dewan Komisaris, walaupun BPR belum
Komisaris. mengajukan atau Salah satu Anggota
Direksi belum diajukan sebagai Direktur
yang membawahkan fungsi kepatuhan
kepada Otoritas Jasa Keuangan
13) Anggota Direksi yang membawahkan Fungsi Sampai saat ini Salah satu Anggota
Kepatuhan menyampaikan laporan khusus kepada Direksi yang membawahkan fungsi
Otoritas Jasa Keuangan apabila terdapat kebijakan Kepatuhan yang telah ditunjuk oleh BPR
atau keputusan Direksi yang menyimpang dari menyampaikan laporan khusus kepada
peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan/atau Otoritas Jasa Keuangan apabila terdapat
peraturan perundang-undangan lain, sesuai v kebijakan atau keputusan Direksi yang
ketentuan Otoritas Jasa Keuangan. menyimpang dari peraturan Otoritas Jasa
Keuanangan dan atau peraturan
perundang-undangan lainnya. Adapun
pada tahun 2019 ini tidak ada dan/atau
tidak terdapat laporan kebijakan Direksi
yang menyimpang.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan a x1 bx2 cx3 dx4 e x5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 4 3 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 7
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
2.33
pertanyaan (S): 3
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.23
Tata Kelola (S): 10%
Penjumlahan S + P + H 3.03
Total Penilaian Faktor 5 Dikalikan dengan bobot
0.34
Faktor 5
Skala Penerapan
No Kriteria/Indikator SB B CB KB TB Keterangan
1 2 3 4 5
6 Penerapan Fungsi Audit Intern
A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S)
1) BPR dengan modal inti paling sedikit BPR telah memiliki Pejabat Eksekutif yang
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar bertanggung jawab terhadap Fungsi
rupiah): Audit Intern yaitu Kabid SKAI
BPR memiliki Satuan Kerja Audit Intern (SKAI).
BPR dengan modal inti kurang dari v
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah):
BPR memiliki Pejabat Eksekutif yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern.
2) SKAI atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung SKAI yang bertanggung jawab terhadap
jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern pelaksanaan fungsi audit intern telah
telah memiliki dan mengkinikan pedoman kerja memiliki pedoman kerja meliputi rencana
serta sistem dan prosedur untuk melaksanakan v kerja tahunan dan Standar Pelaksanaan
tugas bagi auditor intern sesuai peraturan Fungsi Audit Intern (SPFAI), sistem dan
perundang-undangan dan telah disetujui oleh prosedur dengan adanya SOP dan telah
Direktur Utama dan Dewan Komisaris. melaksanakan sesuai dengan SOP.
3) SKAI atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung SKAI dalam kondisi cukup Independent
jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern terhadap satuan kerja operasional.
independen terhadap satuan kerja operasional v
(satuan kerja terkait dengan penghimpunan dan
penyaluran dana).
4) SKAI atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung SKAI selalu memberikan laporan
jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern pertanggung jawabab secara berkala
v
bertanggung jawab langsung kepada Direktur kepada Direktur Utama dan Dewan
Utama. Komisaris.
5) BPR memiliki program rekrutmen dan BPR telah memiliki program rekruitmen
pengembangan sumber daya manusia yang dan pengembangan Sumber Daya
melaksanakan fungsi audit intern. v Manusia tetapi belum terlaksana (di
tahun 2019 tidak ada rekruitmenatau
pengembangan SDM di bidang SKAI)
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 6 6 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 12
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
2.40
pertanyaan (S): 5
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
1.20
Tata Kelola (S): 50%
B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)
6) BPR menerapkan fungsi audit intern sesuai dengan Penerapan fungsi Audit Intern sesuai
ketentuan pedoman audit intern yang telah dengan Rencana Kerja Tahunan dan
disusun oleh BPR pada seluruh aspek dan unsur Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern
v
kegiatan yang secara langsung diperkirakan dapat (SPFAI) yang telah dimiliki yg telah
mempengaruhi kepentingan BPR dan masyarakat. ditetapkan Direksi dengan persetujuan
Komisaris
7) BPR dengan modal inti paling sedikit Sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar Keuangan
rupiah):
BPR menugaskan pihak ekstern untuk melakukan
kaji ulang paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) v
tahun atas kepatuhan terhadap standar
pelaksanaan fungsi audit intern, dan kelemahan
SOP audit serta perbaikan yang mungkin
dilakukan.
8) Pelaksanaan fungsi audit intern (kegiatan audit) Sudah memiliki rencana kerja audit dan
dilaksanakan secara memadai dan independen sudah ada laporan rutin setiap bulan
yang mencakup persiapan audit, penyusunan v
program audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil
audit, dan tindak lanjut hasil audit.
9) BPR melaksanakan peningkatan mutu SDM yang melaksanakan fungsi audit
keterampilan sumber daya manusia secara berkala intern di ikutkan dalam mengikuti
dan berkelanjutan terkait dengan penerapan fungsi v berbagai pelatihan dan pendidikan terkait
audit intern. Audit intern secara berkala
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 8 0 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 8
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
2
pertanyaan (S): 4
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.80
Tata Kelola (S): 40%
Skala Penerapan
No Kriteria/Indikator SB B CB KB TB Keterangan
1 2 3 4 5
6 Penerapan Fungsi Audit Intern
C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)
10) SKAI atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung Sudah disampaikan laporan
jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern pertanggungjawaban hasil audit intern
telah menyampaikan laporan pelaksanaan audit kepada Dirut dan Dewan Komisaris,
intern kepada Direktur Utama dan Dewan tetapi belum ada tembusan kepada
Komisaris dengan tembusan kepada anggota v Direksi yang membawahkan Fungsi
Direksi yang membawahkan fungsi Kepatuhan. Kepatuhan karena BPR belum
mengajukan salah satu Direksi menjadi
Direktur Yang Membawahkan Kepatuhan
ke Otoritas Jasa keuangan
11) BPR telah menyampaikan laporan pelaksanaan dan Di tahun 2019 tidak terdapat
pokok-pokok hasil audit intern dan laporan khusus penyimpangan sehingga tidak ada
(apabila ada penyimpangan) kepada Otoritas Jasa v penyampaian laporan khusus ke Otoritas
Keuangan sesuai ketentuan Otoritas Jasa Jasa Keuangan
Keuangan.
12) BPR dengan modal inti paling sedikit Sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar Keuangan
rupiah):
v
BPR menyampaikan laporan hasil kaji ulang oleh
pihak ekstern kepada Otoritas Jasa Keuangan
sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan.
13) BPR dengan modal inti paling sedikit Pengangkatan dan pemberhentian
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar Pejabat Eksekutif yang melaksanakan
rupiah): fungsi fungsi audit intern telah
BPR menyampaikan laporan pengangkatan atau dilaporkan Otoritas Jasa Keuangan.
pemberhentian Kepala SKAI kepada Otoritas Jasa
Keuangan sesuai ketentuan Otoritas Jasa
Keuangan.
BPR dengan modal inti kurang dari v
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah):
BPR menyampaikan laporan pengangkatan atau
pemberhentian Pejabat Eksekutif yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi
audit intern kepada Otoritas Jasa Keuangan sesuai
ketentuan Otoritas Jasa Keuangan.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 6 3 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 9
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
2.25
pertanyaan (S): 4
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.23
Tata Kelola (S): 10%
Penjumlahan S + P + H 2.23
Total Penilaian Faktor 6 Dikalikan dengan bobot
0.25
Faktor 6
Skala Penerapan
No Kriteria/Indikator SB B CB KB TB Keterangan
1 2 3 4 5
7 Penerapan Fungsi Audit Ektern
A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S)
1) Penugasan audit kepada Akuntan Publik dan Penugasan Kantor Akuntan Publik (KAP)
Kantor Akuntan Publik (KAP) memenuhi aspek- dan Akuntan Publik telah sesuai dengan
aspek legalitas perjanjian kerja, ruang lingkup ketentuan Peraturan Otoritas Jasa
v
audit, standar profesional akuntan publik, dan Keuangan
komunikasi antara Otoritas Jasa Keuangan dengan
KAP dimaksud.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 2 0 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 2
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
2
pertanyaan (S): 1
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
1.00
Tata Kelola (S): 50%
B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)
2) Dalam pelaksanaan audit laporan keuangan BPR, Penunjukan Akuntan Publik dan KAP
BPR menunjuk Akuntan Publik dan KAP yang telah sesuai dengan daftar dari Otoritas
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan serta v Jasa Keuangan.
memperoleh persetujuan RUPS berdasarkan
usulan Dewan Komisaris.
3) BPR telah melaporkan hasil audit KAP dan Hasil audit KAP telah dilaporkan ke
Management Letter kepada Otoritas Jasa v Otoritas Jasa Keuangan.
Keuangan.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
1 2 0 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 3
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
1.50
pertanyaan (S): 2
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.60
Tata Kelola (S): 40%
C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)
4) Hasil audit dan Management Letter telah Hasil audit KAP dan Management Letter
menggambarkan permasalahan BPR dan memberikan gambaran permasalahan di
disampaikan secara tepat waktu kepada BPR oleh v BPR, disampaikan sesuai jadwal kepada
KAP yang ditunjuk. BPR
5) Cakupan hasil audit paling sedikit sesuai dengan Hasil Audit KAP telah sesuai dengan
ruang lingkup audit sebagaimana diatur dalam v ketentuan Peraturan Otoritas Jasa
ketentuan Otoritas Jasa Keuangan. Keuangan.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
1 2 0 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 3
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
1.5
pertanyaan (S): 2
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.15
Tata Kelola (S): 10%
Penjumlahan S + P + H 1.75
Total Penilaian Faktor 7 Dikalikan dengan bobot
0.05
Faktor 7
Skala Penerapan
No Kriteria/Indikator SB B CB KB TB Keterangan
1 2 3 4 5
8 Penerapan Manajemen Risiko termasuk Sistem
A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S)
1) BPR dengan modal inti paling sedikit -
Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh milyar
rupiah):
BPR telah membentuk Komite Manajemen Risiko
dan satuan kerja Manajemen Risiko;
BPR dengan modal inti paling sedikit
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)
dan kurang dari Rp80.000.000.000,00 (delapan
puluh milyar rupiah):
BPR telah membentuk satuan kerja Manajemen
Risiko
BPR dengan modal inti kurang dari
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah):
BPR telah menunjuk satu orang Pejabat Eksekutif
yang bertanggung jawab terhadap penerapan
fungsi Manajemen Risiko.
2) BPR memiliki kebijakan Manajemen Risiko, -
prosedur Manajemen Risiko, dan penetapan limit
Risiko.
3) BPR memiliki kebijakan dan prosedur secara -
tertulis mengenai pengelolaan risiko yang melekat
pada produk dan aktivitas baru sesuai ketentuan.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 0 0 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 0
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
0.00
pertanyaan (S): 3
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.00
Tata Kelola (S): 50%
Skala Penerapan
No Kriteria/Indikator SB B CB KB TB Keterangan
1 2 3 4 5
8 Penerapan Manajemen Risiko termasuk Sistem
B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)
4) Direksi: -
a. menyusun kebijakan dan pedoman penerapan
Manajemen Risiko secara tertulis, dan
b. mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang
memerlukan persetujuan Direksi.
5) Dewan Komisaris: -
a. menyetujui dan mengevaluasi kebijakan
Manajemen Risiko,
b. mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi atas
pelaksanaan kebijakan Manajemen Risiko, dan
c. mengevaluasi dan memutuskan permohonan
Direksi yang berkaitan dengan transaksi yang
memerlukan persetujuan Dewan Komisaris.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 2 0 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 2
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
2
pertanyaan (S): 1
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.20
Tata Kelola (S): 10%
Penjumlahan S + P + H 2.00
Total Penilaian Faktor 10 Dikalikan dengan bobot
0.17
Faktor 10
Skala Penerapan
No Kriteria/Indikator SB B CB KB TB Keterangan
1 2 3 4 5
11 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan,
A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S)
1) Tersedianya sistem pelaporan keuangan dan non Sistem pelaporan keuangan dan non
keuangan yang didukung oleh sistem informasi keuangan telah di dukung dengan SIM
manajemen yang memadai sesuai ketentuan walaupun masih ada beberapa koreksi
v
termasuk sumber daya manusia yang kompeten laporan yang perlu dilakukan
untuk menghasilkan laporan yang lengkap, akurat,
kini, dan utuh.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 0 3 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 3
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
3.00
pertanyaan (S): 1
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
1.50
Tata Kelola (S): 50%
B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)
2) BPR menyusun laporan keuangan publikasi setiap Laporan keuangan publikasi telah
triwulanan dengan materi paling sedikit memuat disusun setiap triwulan sesuai dengan
laporan keuangan, informasi lainnya, susunan v ketentuan Otoritas Jasa Keuanangan.
pengurus dan komposisi pemegang saham sesuai
ketentuan Otoritas Jasa Keuangan.
3) BPR menyusun laporan tahunan dengan materi BPR selalu menyusun laporan tahunan
paling sedikit memuat informasi umum, laporan dengan materi yang sesuai ditetapkan
keuangan, opini dari akuntan publik atas laporan oleh Otoritas Jasa Keuangan
keuangan tahunan BPR (apabila ada), seluruh v
aspek transparansi dan informasi, serta seluruh
aspek pengungkapan sesuai ketentuan Otoritas
Jasa Keuangan.
4) BPR melaksanakan transparansi informasi BPR melaksanakan transparansi
mengenai produk, layanan dan/atau penggunaan informasi mengenai produk, layanan
data nasabah BPR dengan berpedoman pada v dan/atau penggunaan data nasabah
persyaratan dan tata cara sesuai ketentuan sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa
Otoritas Jasa Keuangan. Keuangan dengan transparan
5) BPR menyusun dan menyajikan laporan dengan BPR selalu menyusun dan menyajikan
tata cara, jenis dan cakupan sebagaimana diatur v laporan dengan tata cara dan cakupan
dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan. sesuai ketentuan OJK
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 8 0 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 8
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
2.00
pertanyaan (S): 4
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.80
Tata Kelola (S): 40%
C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)
6) Laporan tahunan dan laporan keuangan publikasi Laporan Tahunan dan Laporan keuangan
ditandatangani paling sedikit oleh 1 (satu) anggota publikasi selalu ditanda tangani oleh
Direksi dengan mencantumkan nama secara jelas salah satu Direksi secara akurat dan
serta disampaikan secara lengkap dan tepat waktu v lengkap sesuai ketentuan Otoritas Jasa
kepada Otoritas Jasa Keuangan dan/atau Keuangan
dipublikasikan sesuai ketentuan Otoritas Jasa
Keuangan.
7) Laporan penanganan pengaduan dan penyelesaian Laporan penanganan pengaduan nasabah
pengaduan, dan laporan pengaduan dan tindak dan penyelesaian pengaduan selalu
lanjut pelayanan dan penyelesaian pengaduan v ditindaklanjuti oleh BPR sesuai
disampaikan sesuai ketentuan secara tepat waktu. ketentuan dan tepat waktu
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan ax1 bx2 cx3 dx4 ex5
Hasil perkalian untuk masing-masing Skala
0 4 0 0 0
Penerapan
Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan 4
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah
2.00
pertanyaan (S): 2
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastruktur
0.20
Tata Kelola (S): 10%
Penjumlahan S + P + H 2.50
Total Penilaian Faktor 11 Dikalikan dengan bobot
0.21
Faktor 11
Bobot BPR B
Penilaian Penerapan Tata Kelola BPR - Sebelum Penerapan Manajemen Risiko
Penilaian Structure (S) Penilaian Process (P) Penilaian Outcome (H)
Jumlah Pertanyaan Jumlah Nilai SPO Nilai akhir
Faktor Tata Kelola Nilai Structure (S) Jumlah Bobot Nilai Process (P) Jumlah Bobot Nilai Outcome (H) Jumlah Bobot
per Faktor Faktor
S P H 1 2 3 4 5 50% 1 2 3 4 5 40% 1 2 3 4 5 10%
Faktor 1 6 8 5 3 3 0 0 0 6 0 0 5 3 0 0 8 0 0 4 1 0 0 5 0 0 22%
Nilai Awal 3 6 0 0 0 9 0 0 10 9 0 0 19 0 0 8 3 0 0 11 0 0 0
Rata-rata 1.50 0.75 2.38 0.95 2.20 0.22 1.92 0.43
Faktor 2 9 8 1 6 2 1 0 0 9 0 0 7 1 0 0 8 0 0 1 0 0 0 1 0 0 16.67%
Nilai Awal 6 4 3 0 0 13 0 0 14 3 0 0 17 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0
Rata-rata 1.44 0.72 2.13 0.85 2.00 0.20 1.77 0.30
Faktor 3 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00%
Nilai Awal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Faktor 4 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 11.11%
Nilai Awal 0 2 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 3 0 0 0
Rata-rata 2.00 1.00 2.00 0.80 3.00 0.30 2.10 0.23
Faktor 5 5 5 3 0 1 2 2 0 5 0 0 1 3 1 0 5 0 0 2 1 0 0 3 0 0 11.11%
Nilai Awal 0 2 6 8 0 16 0 0 2 9 4 0 15 0 0 4 3 0 0 7 0 0 0
Rata-rata 3.20 1.60 3.00 1.20 2.33 0.23 3.03 0.34
Faktor 6 5 4 4 0 3 2 0 0 5 0 0 4 0 0 0 4 0 0 3 1 0 0 4 0 0 11.11%
Nilai Awal 0 6 6 0 0 12 0 0 8 0 0 0 8 0 0 6 3 0 0 9 0 0 0
Rata-rata 2.40 1.20 2.00 0.80 2.25 0.23 2.23 0.25
Faktor 7 1 2 2 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 2 0 1 1 0 0 0 2 0 0 2.78%
Nilai Awal 0 2 0 0 0 2 0 1 2 0 0 0 3 0 1 2 0 0 0 3 0 0 0
Rata-rata 2.00 1.00 1.50 0.60 1.50 0.15 1.75 0.05
Faktor 8 3 7 2 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0%
Nilai Awal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Faktor 9 1 2 2 0 1 0 0 0 1 0 0 2 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 0 0 8.33%
Nilai Awal 0 2 0 0 0 2 0 0 4 0 0 0 4 0 0 4 0 0 0 4 0 0 0
Rata-rata 2.00 1.00 2.00 0.80 2.00 0.20 2.00 0.17
Faktor 10 3 2 1 0 3 0 0 0 3 0 0 2 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 1 0 0 8.33%
Nilai Awal 0 6 0 0 0 6 0 0 4 0 0 0 4 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0
Rata-rata 2.00 1.00 2.00 0.80 2.00 0.20 2.00 0.17
Faktor 11 1 4 2 0 0 1 0 0 1 0 0 4 0 0 0 4 0 0 2 0 0 0 2 0 0 8.33%
Nilai Awal 0 0 3 0 0 3 0 0 8 0 0 0 8 0 0 4 0 0 0 4 0 0 0
Rata-rata 3.00 1.50 2.00 0.80 2.00 0.20 2.50 0.21
Kesimpulan
Berdasar penilaian sendiri tentang Penerapan Tata Kelola PT BPR Nusamba Banguntapan selama
periode 31 Desember 2019 (Selama tahun 2019) terhadap 9 faktor yang dinilai dengan tidak
melakukan penilaian terhadap faktor 3 yaitu pembentukan komite audit, komite pamantauan risiko
dan komite remunerasi serta faktor 8 sebelum mengenai penerapan manajemen risiko diperoleh nilai
komposit 2,13 dengan kriteria BAIK.
Kelebihan penerapan Tata Kelola yang dilakukan BPR Nusamba Banguntapan, terjadi pada penilaian
faktor-faktor secara berurutan sebagai berikut :
1. Penerapan Fungsi Audit Ekstern 1,75
2. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris dengan nilai 1,77
3. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi dengan nilai 1,92
Sedangkan kelemahan penarapan Tata Kelola BPR Nusamba Banguntapan, terjadi pada hasil
penilaian faktor sebagai berikut :
1. Penerapan fungsi kepatuhan dengan nilai 3,03