Anda di halaman 1dari 17

POJK NOMOR 48/POJK.

03/2020 TENTANG PERUBAHAN ATAS


POJK NOMOR 11/POJK.03/2020 TENTANG STIMULUS
PEREKONOMIAN NASIONAL SEBAGAI KEBIJAKAN
COUNTERCYCLICAL DAMPAK PENYEBARAN CORONAVIRUS
DISEASE 2019
LATAR BELAKANG
Penyebaran COVID-19 yang masih berlanjut diperkirakan akan berdampak terhadap kinerja dan
kapasitas debitur serta meningkatkan risiko kredit perbankan. Oleh karena itu, perlu diambil
kebijakan stimulus perekonomian sebagai countercyclical dampak penyebaran COVID-19

Peraturan ini diterbitkan sebagai langkah antisipatif dan lanjutan untuk mendorong optimalisasi
kinerja perbankan, menjaga stabilitas sistem keuangan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi
dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dan menghindari terjadinya moral hazard.

TARGET
LEMBAGA JASA
KEUANGAN BUK BUS UUS BPR BPRS

TARGET DEBITUR YANG MENDAPAT PERLAKUAN KHUSUS


Debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban pada Bank karena debitur atau usaha
debitur terdampak dari penyebaran COVID-19 baik secara langsung ataupun tidak langsung.

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO


Bank menerapkan manajemen risiko paling sedikit meliputi:

Memiliki pedoman untuk menetapkan debitur terkena Mempertimbangkan ketahanan modal dengan
dampak penyebaran COVID-19 memperhitungkan tambahan cadangan untuk
mengantisipasi potensi penurunan kualitas
kredit/pembiayaan restrukturisasi dalam hal akan
Melakukan penilaian terhadap debitur yang mampu
membagikan dividen/tantiem
terus bertahan dan memiliki prospek usaha sehingga
dapat diberikan restrukturisasi sesuai POJK ini Melakukan uji ketahanan secara berkala terhadap
potensi penurunan kualitas kredit/pembiayaan
Membentuk cadangan untuk debitur yang dinilai tidak
restrukturisasi dan dampaknya terhadap likuiditas dan
mampu bertahan setelah dilakukan restrukturisasi
permodalan bank

KEBIJAKAN BAGI DEBITUR YANG TERDAMPAK COVID-19

RESTRUKTURISASI PENETAPAN PEMBERIAN PENYEDIAAN


KREDIT/PEMBIAYAAN KUALITAS ASET DANA BARU
Kualitas kredit/pembiayaan yang
direstrukturisasi ditetapkan Lancar
sejak dilakukan restrukturisasi

Kredit/pembiayaan yang Penetapan kualitas kredit, Penetapan kualitas


direstrukturisasi COVID-19 pembiayaan, dan/atau kredit/pembiayaan/ penyediaan dana
dikecualikan dari perhitungan aset penyediaan dana lain dengan lain yang baru dilakukan terpisah
berkualitas rendah (KKR) dalam plafon paling banyak Rp 10 dengan kualitas kredit/
penilaian TKS bank bagi miliar didasarkan pada pembiayaan/penyediaan dana lain
BUK/BUS/UUS ketepatan pembayaran pokok yang telah diberikan sebelumnya
dan/atau bunga atau
Bank dapat menyesuaikan margin/bagi hasil/ujrah
mekanisme persetujuan
restrukturisasi kredit/pembiayaan
dengan tetap memperhatikan
prinsip kehati-hatian

KEBIJAKAN BAGI BUK, BUS, ATAU UUS SEBAGAI DAMPAK


PENYEBARAN COVID 19

BUK yang termasuk dalam kelompok BUKU 3, BUKU 4, dan bank asing dapat menyesuaikan batas bawah
pemenuhan liquidity coverage ratio dan net stable funding ratio dari 100% menjadi 85% sampai dengan
tanggal 31 Maret 2022
BUK atau BUS dapat menyediakan dana pendidikan kurang dari 5% dari anggaran pengeluaran sumber
daya manusia untuk tahun 2020 dan 2021
BUK, BUS, atau UUS dapat menetapkan kualitas agunan yang diambil alih yang diperoleh sampai dengan
tanggal 31 Maret 2020 berdasarkan kualitas agunan yang diambil alih posisi akhir bulan Maret 2020
BUK atau BUS yang termasuk dalam kelompok BUKU 3 dan BUKU 4 dapat tidak memenuhi capital
conservation buffer sebesar 2,5% dari aset tertimbang menurut risiko

Penerapan kebijakan dimaksud harus berdasarkan persetujuan OJK

PELAPORAN

Penambahan Laporan Rekapitulasi Pelaporan kredit/pembiayaan yang


Stimulus Kredit atau Pembiayaan direstrukturisasi COVID-19 dalam Sistem
Restrukturisasi yang disampaikan secara Layanan Informasi Keuangan dengan
bulanan sejak posisi data akhir bulan menambahkan keterangan “COVID19"
November 2020

PENERAPAN KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG STIMULUS


PERTUMBUHAN EKONOMI INI BERLAKU SAMPAI DENGAN TANGGAL
31 MARET 2022
POJK Nomor 48/POJK.03/2020
tentang Perubahan atas POJK Nomor 11/POJK.03/2020
tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai
Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran COVID-19

Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan


Desember 2020

1
KRONOLOGI KEBIJAKAN OJK DALAM MERESPON COVID-19 2

31 Des 2019 31 Jan 2020 27 Feb 2020


Pertama kali Cina 21 negara melaporkan Melalui siaran pers, OJK
melaporkan kasus telah terjangkit virus merespon dampak COVID-19
pneumonia ke WHO dengan mempersiapkan
kebijakan Stimulus Kebijakan relaksasi kredit
terdampak COVID 19
merupakan respon dini dan
16 Mar 2020 5 Mar 2020 2 Mar 2020 merupakan kebijakan forward
Merespon COVID-19 yg telah masuk ke looking untuk mengantisipasi
OJK menerbitkan POJK Pemerintah Indonesia
Stimulus COVID-19 untuk Indonesia, OJK melalui siaran pers,meminta mengumumkan 2 WNI dampak pandemi. Dicanangkan
Perbankan (POJK No. 11) perbankan untuk segera menginventarisasi positif COVID-19 bahkan sebelum ditemukan
debitur terdampak COVID 19 dan tindak
lanjut penerapan kebijakan stimulus kasus COVID di Indonesia

19 Mar 2020 14 Apr 2020 27 Mei 2020 3 Des 2020


OJK mengirimkan surat kepada OJK mengirimkan surat kepada OJK mengirimkan surat kepada OJK menerbitkan POJK
perbankan terkait penyesuaian perbankan terkait panduan perbankan terkait Kebijakan Perubahan POJK Stimulus
batas waktu laporan Bank dalam penerapan PSAK 71 & PSAK 68 Relaksasi Lanjutan untuk COVID-19 untuk Perbankan
kondisi COVID-19 dalam kondisi pandemi COVID-19 mendukung program PEN (POJK No. 48)
Mengapa POJK 11 Perlu Diperpanjang ? 3

Update Kasus COVID- Antisipasi Dampak COVID- Keselarasan dengan


19 di Indonesia 19 yang Masih Berlanjut Kebijakan Pemerintah

 Kasus paparan COVID-19 terus • Sebagai langkah antisipatif untuk Sejalan dengan rencana Pemerintah untuk
bertambah. Berdasarkan data per tanggal membantu debitur terdampak COVID-19 menangani dampak COVID-19 secara
10 November 2020, terdapat 444 ribu kasus yang masih memiliki prospek usaha multiyears, yang tercermin dalam
positif COVID-19 di Indonesia. namun memerlukan waktu lebih panjang penetapan defisit APBN yang dapat
untuk bisa kembali normal. melampaui 3% sampai dengan akhir tahun
 Dalam hal vaksin telah tersedia, dampak 2022.
COVID-19 kemungkinan juga masih belum • Langkah ini juga untuk membantu
(sesuai UU No.2 Tahun 2020 tentang Kebijakan
dapat selesai segera, mengingat perbankan dalam menata kinerja Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
kemungkinan perlunya pentahapan untuk keuangannya terutama dari sisi mitigasi untuk Penanganan Pandemi COVID-19)
distribusi vaksin tersebut. risiko kredit.

Kebijakan stimulus Potensi penurunan a. Beban CKPN Berdampak pada:


berakhir 31 Maret kualitas kredit meningkat a. Peningkatan NPL Nett
2021 restrukturisasi b. LAR meningkat b. Penurunan CAR

 dalam hal COVID-19 terus berlanjut dan POJK Stimulus COVID-19 tidak diperpanjang maka terdapat potensi KENAIKAN NPL dan CKPN yang
dapat berdampak pada MODAL dan SOLVABILITAS Bank
KETENTUAN UMUM DAN CAKUPAN PENGATURAN 4

TARGET LEMBAGA JASA KEUANGAN


Berlaku bagi Bank Umum, Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, Bank Perkreditan
Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

KEBIJAKAN

Bank dapat menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi yang meliputi:
a. Kebijakan bagi debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-19 termasuk debitur Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM).
b. Kebijakan bagi BUK, BUS, atau UUS sebagai dampak penyebaran COVID-19.
Kebijakan pada huruf b meliputi kebijakan likuiditas dan permodalan, dan Bank harus memperoleh persetujuan OJK
dalam menerapkan kebijakan dimaksud.

Kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi berlaku sampai dengan 31 Maret 2022
KEBIJAKAN UNTUK DEBITUR TERKENA DAMPAK COVID-19
5

DEFINISI DEBITUR
Debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban pada Bank
karena debitur atau usaha debitur terdampak dari penyebaran COVID-19 baik
secara langsung ataupun tidak langsung.
Perseorangan Korporasi UMKM

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO OLEH BANK


Bank harus menerapkan manajemen risiko dalam penerapan stimulus, antara lain:
a. Memiliki pedoman untuk menetapkan debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-19.
b. Melakukan penilaian terhadap debitur yang mampu terus bertahan dari dampak COVID-19 dan masih memiliki prospek
usaha sehingga dapat diberikan restrukturisasi kredit/pembiayaan sesuai POJK ini.
c. Membentuk cadangan untuk debitur yang dinilai tidak lagi mampu bertahan setelah dilakukan restrukturisasi kredit atau
pembiayaan sesuai POJK ini.
d. Mempertimbangkan ketahanan modal dan memperhitungkan tambahan pembentukan cadangan untuk
mengantisipasi potensi penurunan kualitas kredit atau pembiayaan yang direstrukturisasi dalam hal Bank akan melakukan
pembagian dividen dan/atau tantiem.
e. Melakukan uji ketahanan secara berkala terhadap potensi penurunan kualitas kredit atau pembiayaan yang
direstrukturisasi dan pengaruhnya terhadap likuiditas dan permodalan Bank. Uji ketahanan antara lain berupa penerapan
stress testing dalam berbagai skenario atau review kinerja dan kelayakan debitur.
KEBIJAKAN UNTUK DEBITUR TERKENA DAMPAK COVID-19 6

PENILAIAN KUALITAS ASET


Kredit / pembiayaan / penyediaan dana lain plafon ≤
RESTRUKTURISASI
Rp 10M dapat hanya didasarkan pada ketepatan 1. Restrukturisasi kredit dan/atau pembiayaan pada debitur
pembayaran pokok dan/atau bunga / margin / bagi terdampak ditetapkan lancar sejak direstrukturisasi.
hasil / ujrah. 2. Bank dapat melakukan restrukturisasi untuk seluruh
kredit/pembiayaan tanpa melihat batasan plafon dan jenis
kredit/pembiayaan (produktif / konsumtif).
PENYEDIAAN DANA BARU
3. Kredit bagi BUK atau pembiayaan bagi BUS atau UUS yang
1. Bank dapat memberikan kredit / pembiayaan /
direstrukturisasi dapat dikecualikan dari perhitungan aset
penyediaan dana lain yang baru kepada debitur
berkualitas rendah.
terdampak COVID-19; dan
4. Bank dapat menyesuaikan mekanisme persetujuan
2. Penetapan kualitas kredit / pembiayaan /
restrukturisasi kredit atau pembiayaan dengan tetap
penyediaan dana lain tersebut dilakukan secara
memperhatikan prinsip kehati-hatian.
terpisah dengan kualitas kredit / pembiayaan /
penyediaan dana lain sebelumnya (no uniform 5. Mekanisme persetujuan harus tercantum dan menjadi satu
classification). kesatuan dengan pedoman penetapan debitur yang terkena
dampak COVID-19.
Prosedur Persetujuan Restrukturisasi 7

Debitur COVID-19 ….
Contoh penyesuaian mekanisme persetujuan kredit atau pembiayaan yang direstrukturisasi:

 anggota direksi dapat memberikan principle approval terhadap kredit/pembiayaan dan debitur yang
ditetapkan sesuai kriteria dalam POJK ini dan mendelegasikan kewenangan kepada pejabat pada level
tertentu untuk memberikan persetujuan/keputusan restrukturisasi;
 persetujuan tetap dilakukan oleh pihak yang lebih tinggi dari pemutus kredit/pembiayaan, namun dapat
dilakukan secara kolektif setelah menetapkan kriteria debitur yang layak mendapatkan fasilitas restrukturisasi
berdasarkan POJK ini; atau
 mekanisme lain sesuai dengan kondisi teknis yang dihadapi bank, dengan tetap menerapkan prinsip
objektivitas, independensi, menghindari benturan kepentingan, dan kewajaran.
PENILAIAN ATAS DEBITUR YANG DIRESTRUKTURISASI
8

Assesment Kemampuan Bertahan Debitur


1. Bank harus melakukan penilaian terhadap kemampuan debitur untuk dapat bertahan sampai dengan berakhirnya POJK ini, a.l. terkait potensi
pertumbuhan usaha debitur dan kemampuan debitur untuk memenuhi kewajiban sesuai skema restrukturisasi.
2. Penilaian dilakukan terhadap debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-19 yang direstrukturisasi sesuai dengan POJK No.11/POJK.03/2020
(existing) maupun POJK ini.
3. Penilaian terhadap debitur dapat dilakukan secara individu atau kolektif (mempertimbangkan a.l. kesamaan karakteristik dan risiko debitur).
4. Dalam hal Bank menilai bahwa debitur tidak dapat bertahan, Bank melakukan:
a. penilaian kualitas kredit atau pembiayaan yang direstrukturisasi sesuai dengan POJK mengenai penilaian kualitas aset; dan
b. pembentukan cadangan.
5. Mekanisme penilaian harus tercantum dan menjadi satu kesatuan dengan pedoman penetapan debitur yang terkena dampak COVID-19.

Debitur restrukturisasi COVID-19 Debitur restrukturisasi COVID-19


SEBELUM POJK ini berlaku SETELAH POJK ini berlaku

Apakah debitur dapat survive?

TIDAK YA YA TIDAK

Penilaian kualitas mengacu ke POJK Tidak eligible untuk mendapatkan stimulus


Berkualitas lancar selama periode
Kualitas Aset dan perlu dibentuk CKPN (gunakan restrukturisasi sesuai POJK
perpanjangan stimulus
yang memadai Kualitas Aset)
KEBIJAKAN LIKUIDITAS DAN PERMODALAN 9

Relaksasi Rasio LCR dan NSFR - BUK


• Penurunan batas minimum LCR dan NSFR dari 100% menjadi menjadi 85% s.d 31 Maret 2022.

01 • Bank dengan LCR dan NSFR kurang dari 100% pada 31 Maret 2022 harus menyusun rencana tindak untuk
mengembalikan pemenuhan LCR dan NSFR menjadi 100% dan disampaikan secara luring kepada Pengawas
Bank paling lambat pada tanggal 30 April 2022.

Relaksasi Kewajiban Penyediaan Dana Pendidikan SDM – BUK/BUS

02
• Dana Pendidikan SDM untuk tahun 2020 dan tahun 2021 dapat kurang dari 5% anggaran biaya SDM.
• (BUK atau BUS dapat tidak melakukan perubahan rencana bisnis dalam hal terjadi perubahan rencana
penyediaan dana pendidikan sepanjang telah mendapatkan persetujuan OJK.

Penghentian Sementara Penilaian Kualitas AYDA – BUK/BUS/UUS

03 Penilaian Kualitas AYDA yang diperoleh sampai dengan tanggal 31 Maret 2020 dapat dihentikan sementara. Bank
menggunakan kualitas AYDA posisi 31 Maret 2020 dalam perhitungan Penyisihan Penilaian Kualitas Aset.

04
Relaksasi Capital Conservation Buffer (CCB) - BUK/BUS
Peniadaan sementara kewajiban pemenuhan CCB sebesar 2.5% ATMR.
10
PELAPORAN
Laporan Triwulanan
01 a. Laporan kredit/pembiayaan yang mendapatkan relaksasi penilaian 1 pilar.
b. Laporan kredit/pembiayaan restrukturisasi yang memuat detail per debitur.

Laporan Bulanan (mulai posisi November 2020)

02 Laporan Rekapitulasi Stimulus Kredit atau Pembiayaan Restrukturisasi yang berisikan


akumulasi debitur yang telah dilakukan restrukturisasi sesuai POJK ini, termasuk
informasi pencadangan yang telah dibentuk.

Pelaporan Kredit /Pembiayaan Restrukturisasi dalam SLIK


03 Kredit/pembiayaan yang direstrukturisasi dilaporkan dalam SLIK dengan menambahkan
keterangan “COVID19”.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Perbankan 11

dalam Penerapan Stimulus COVID-19

Patuh Pantau
Perbankan diharapkan dapat Melakukan pemantauan
mematuhi dan melaksanakan secara berkala pada kinerja
kebijakan yang telah debitur dan juga stakeholders.
dikeluarkan OJK.

Lapor
Proaktif Menyampaikan laporan dan/
Diharapkan perbankan dapat atau publikasi secara berkala
proaktif dalam mengidentifikasi kepada OJK dan/ atau
debitur yang terdampak COVID-19. masyarakat.
stay home
stay safe

TERIMA KASIH
13
Laporan Rekapitulasi Stimulus Kredit atau Pembiayaan Restrukturisasi

Diisi antara lain dalam hal terdapat perbedaan informasi yang dilaporkan
pada SLIK dengan laporan realisasi restrukturisasi posisi.
RINGKASAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48/POJK.03/2020


TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 11/POJK.03/2020 TENTANG STIMULUS PEREKONOMIAN
NASIONAL SEBAGAI KEBIJAKAN COUNTERCYCLICAL DAMPAK
PENYEBARAN CORONAVIRUS DISEASE 2019
(POJK PERUBAHAN ATAS POJK STIMULUS COVID-19)

1. Sebagai quick response atas dampak penyebaran Coronavirus Disease (COVID-


19), pada bulan Maret 2020 OJK telah menerbitkan Peraturan OJK Nomor
11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan
Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (POJK Stimulus
COVID-19) yang berlaku sampai dengan 31 Maret 2021. Mencermati bahwa
penyebaran COVID-19 yang masih berlanjut secara global maupun domestik
diperkirakan akan berdampak terhadap kinerja dan kapasitas debitur serta
meningkatkan risiko kredit perbankan, perlu diambil kebijakan stimulus
perekonomian sebagai countercyclical dampak penyebaran COVID-19. POJK ini
diterbitkan sebagai langkah antisipatif dan lanjutan untuk mendorong
optimalisasi kinerja perbankan, menjaga stabilitas sistem keuangan, dan
mendukung pertumbuhan ekonomi dengan tetap menerapkan prinsip kehati-
hatian dan menghindari terjadinya moral hazard.

2. Pokok-pokok pengaturan dalam POJK Stimulus COVID-19 berupa kebijakan


relaksasi bagi debitur yang terkena dampak COVID-19 masih tetap berlaku,
antara lain mencakup:
a. penilaian kualitas kredit/pembiayaan hanya berdasarkan ketepatan
pembayaran pokok dan/atau bunga untuk kredit/pembiayaan s.d Rp10
miliar;
b. penetapan kualitas kredit/pembiayaan menjadi Lancar setelah
direstrukturisasi; dan
c. pemisahan penetapan kualitas untuk kredit/pembiayaan baru.
Adapun dalam POJK Perubahan atas POJK Stimulus COVID-19 ini terdapat
penambahan pengaturan untuk memastikan penerapan manajemen risiko dan
prinsip kehati-hatian bagi bank dalam menerapkan kebijakan tersebut, serta
kebijakan terkait dengan permodalan dan likuditas bank.

3. Penambahan pengaturan antara lain:


a. Penerapan manajemen risiko
Dalam menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan
ekonomi, bank menerapkan manajemen risiko yang paling sedikit meliputi:
1) memiliki pedoman untuk menetapkan debitur yang terkena dampak
penyebaran COVID-19;
2) melakukan penilaian terhadap debitur yang mampu terus bertahan dari
dampak COVID-19 dan masih memiliki prospek usaha sehingga dapat
diberikan restrukturisasi kredit/pembiayaan sesuai POJK ini;
3) membentuk cadangan untuk debitur yang dinilai tidak lagi mampu
bertahan setelah dilakukan restrukturisasi kredit/pembiayaan sesuai
POJK ini;
4) mempertimbangkan ketahanan modal dengan memperhitungkan
tambahan pembentukan cadangan untuk mengantisipasi potensi
penurunan kualitas kredit/pembiayaan restrukturisasi dalam hal bank
akan melakukan pembagian dividen dan/atau tantiem; dan
5) melakukan uji ketahanan secara berkala terhadap potensi penurunan
kualitas kredit atau pembiayaan yang direstrukturisasi dan
pengaruhnya terhadap likuiditas dan permodalan bank.
b. Restrukturisasi kredit/pembiayaan
1) Kredit/pembiayaan yang direstrukturisasi COVID-19 dikecualikan dari
perhitungan aset berkualitas rendah (KKR) dalam penilaian tingkat
kesehatan bank bagi BUK/BUS/UUS.
2) Bank dapat menyesuaikan mekanisme persetujuan restrukturisasi
kredit/pembiayaan sepanjang tetap memenuhi prinsip kehati-hatian.
3) Bank harus melakukan penilaian terhadap kemampuan debitur yang
terkena dampak penyebaran COVID-19 untuk dapat bertahan sampai
dengan berakhirnya POJK ini. Penilaian dimaksud akan berdampak
terhadap penilaian kualitas kredit/pembiayaan yang direstrukturisasi
dimaksud.
c. Kebijakan bagi bank sebagai dampak penyebaran COVID-19
Bank dapat menerapkan kebijakan likuiditas dan permodalan sebagai
dampak penyebaran COVID-19 yang terdiri atas:
1) BUK yang termasuk dalam kelompok bank umum kegiatan usaha 3,
bank umum kegiatan usaha 4, dan bank asing dapat menyesuaikan
batas bawah pemenuhan liquidity coverage ratio dan net stable funding
ratio dari 100% (seratus persen) menjadi 85% (delapan puluh lima
persen) sampai dengan tanggal 31 Maret 2022.
2) BUK atau BUS dapat menyediakan dana pendidikan kurang dari 5%
(lima persen) dari anggaran pengeluaran sumber daya manusia untuk
tahun 2020 dan 2021.
3) BUK, BUS, atau UUS dapat menetapkan kualitas agunan yang diambil
alih yang diperoleh sampai dengan tanggal 31 Maret 2020 berdasarkan
kualitas agunan yang diambil alih posisi akhir bulan Maret 2020.
4) BUK atau BUS yang termasuk dalam kelompok bank umum kegiatan
usaha 3 dan bank umum kegiatan usaha 4 dapat tidak memenuhi
capital conservation buffer sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari aset
tertimbang menurut risiko.
Penerapan kebijakan dimaksud harus berdasarkan persetujuan OJK.

d. Pelaporan
1) Penambahan Laporan Rekapitulasi Stimulus Kredit atau Pembiayaan
Restrukturisasi yang disampaikan secara bulanan sejak posisi data
akhir bulan November 2020.
2) Pelaporan kredit/pembiayaan yang direstrukturisasi COVID-19 dalam
Sistem Layanan Informasi Keuangan dengan menambahkan keterangan
“COVID19”.

4. Penerapan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi dalam


POJK ini berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2022.

Anda mungkin juga menyukai